Top Banner
STUDI KUANTITATIF URUTAN PROSES PEMBUATAN GAMELAN JENIS BONANG PELOG NADA 1 (SIJI) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : Anjar Kristanto NIM. I 1406520 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
50

studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Jan 13, 2017

Download

Documents

dinhcong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

STUDI KUANTITATIF URUTAN PROSES PEMBUATAN GAMELAN JENIS BONANG PELOG

NADA 1 (SIJI)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik

Oleh :

Anjar Kristanto NIM. I 1406520

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 2: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

HALAMAN PENGESAHAN

STUDI KUANTITATIF URUTAN PROSES PEMBUATAN GAMELAN JENIS BONANG PELOG

NADA 1 (SIJI)

Disusun oleh

Anjar Kristanto NIM. I 1406520

Dosen Pembimbing I

Dody Ariawan, ST, MT NIP. 19730804 1999031 003

Dosen Pembimbing II

Eko Surojo, ST, MT NIP. 19690411 2000031 006

Telah dipertahankan di hadapan Tim Dosen Penguji pada hari Jumat tanggal 11 Juni 2010

1. Nurul Muhayat, ST, MT

NIP. 19700323 1998021 001 .………………………. 2. Muh. Nizam, ST, MT, Dr NIP. 19700201 999031 001 .………………………. 3. Zainal Arifin, ST, MT

NIP. 19730308 2000031 001 ..………………………

Mengetahui

Ketua Jurusan Teknik Mesin

Dody Ariawan, ST, MT

NIP. 19730804 1999031 003

Koordinator Tugas Akhir

Syamsul Hadi, ST, MT

NIP. 19710615 1998021 002

Page 3: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

MOTTO

“ Maka sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada

kemudahan, maka bersama kesulitan pasti ada kemudahan”

(Q.S. Al-Insyirah: 5-6)

HIDUP ADALAH PERJUANGAN TANPA HENTI-HENTI...USAHLAH KAU MENANGISI HARI KEMARIN

...................................................................................................................................

Karya ini kupersembahkan kepada:

Ø Allah SWT yang telah limpahkan rahmat dan hidyahNya

Ø Bunda dan Ayahku tercinta

Ø Kedua Kakakku dan keponakanku tersayang

Ø Keluarga Besar Teknik Mesin UNS

Page 4: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

TERIMA KASIHKU

Allah SWT Sang raja alam semesta....

Bundaku tercinta, doa dan kerja kerasmu adalah peyulut api semangat. Terimakasih untuk kasih sayang dan doa yang Bunda panjatkan demi puteramu ini Ayahku tersayang, jerih payah dan pengorbananmu akan jadi hal yang takkan sanggup terbalaskan Kedua Kakak dan keponankanku semangat dan dorongan dalam menyelesaikan studiku,..... Pak Dody, Pak Eko Surojo banyak terimakasih atas bimbingan dan nasehatnya serta mengenalkan kami dengan dunia material yang InsyaAllah kami yakin sangat bermanfaat Seganap besalen gamelan bekonang, pak Ripto, pak Sahlí dan pak Poyo Maruto (Lab Material), Pak Lilik (Lab. Material UGM) berkat ijin lab dan bantuan serta semangatmu Partner terbaikku Sony Budoyo atas semua dorongan dan kesabarannya mendidikku jadi orang yang semangat…. Segenap teman – teman satu kost RAHMAWANTO (rizzal S, fredy K, ardi J, vian, bayou, pak heppy) Anak-anak mesin semua yang kenalku dan kukenal ; Udin P, Agus J, Dian T, Didik M, Sapet, Sigit M, Biyan J, Bayu T, Hengky N, Dhani B, Jokosus, Rony, Wahyudi P, Ahmad I, Mul C, Punto dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Page 5: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

STUDI KUANTITATIF URUTAN PROSES PEMBUATAN GAMELAN JENIS BONANG PELOG

NADA 1 (SIJI) Anjar Kristanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia

Intisari

Gamelan adalah alat musik tradisional yang terbuat dari paduan tembaga dan timah (perunggu) dengan proses penempaan manual dan diakhiri proses pemanasan dan pendinginan dengan media air (quench). Sebelum proses pembentukan dilakukan pengujian paduan dengan perbandingan komposisi sepuluh berbanding tiga (paduan sekitar 77% Cu dan 23% Sn). Pada penelitian ini diangkat mengenai pengaruh urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang pelog nada 1 dari tiga besalen (pabrik) yang berbeda untuk mendapatkan parameter nilai kekerasan dan struktur mikro dari awal hingga akhir proses pembuatan gamelan. Spesimen diperoleh dengan mengikuti seluruh proses pembuatan bonang dari tiga besalen yang berbeda selanjutnya spesimen dilakukan pengujian kekerasan dengan alat microvikers hardness tester sesuai urutan tahap pembuatan bonang dan dilakukan juga foto mikro dengan bantuan mikroskop metalurgi. Dari hasil pengujian kekerasan diketahui bahwa terjadi fenomana penurunan kekerasan (pelunakan) dari awal pembuatan hingga akhir proses dikarenakan adanya perubahan fasa saat perlakuan akhir (proses pemanasan dilanjutkan quench). Yaitu timbulnya fasa γ yang bersifat lunak pada saat pemanasan akhir antara suhu 524,8 - 585,3 oC yang sebelumnya bonang masih bersifat keras dan getas akibat terbentuknya fasa δ saat masih berada pada tahap pembentukan panas, dimana suhu saat pembentukan diketahui berada antara 421,7 - 472,3 oC. Kata kunci: perunggu, urutan proses, quench, pelunakan

Page 6: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

QUANTITATIVE STUDI OF BONANG'S MAKING SEQUENCE PELOG TONE 1st (SIJI)

Anjar Kristanto

Tech Faculty Mechanical Engineering Majors Sebelas Maret University

Surakarta, Indonesia

Abstract

Gamelan is a traditional musical equipment that made from copper and tin alloyed (alloy is vicinity 77% Cu and 23% Sn) with manual forging process and ended up by heating and cooling process with water media (quench). Before forming process was done, its necessary mixture examination with composition compare 10 : 3 of both materials. This research is appointed about sequence influence processes of gamelan makings bonang pelog tone 1st from three different samples of besalen (gamelan factory) to get the hardness point parameter and microstructure from the beginning until the end gamelan makings process. Acquired specimens by follows all bonang's process makings and hereafter specimen was done by examination hardness with microvikers hardness tester in sequence bonang's makings and is also done a micro photograph by uses metallurgical microscope. Of hardness examination result is known that phenomenon's happening hardness decreased (extenuation) from the beginning until the end process because of changing phase condition while final conduct (instillation and drawned out in water). Which is arises it gamma condition (γ) one that gets soft character upon final instillation among temperature 524,8 - 585,3 o C, earlier one bonang stills to get hard character and fragible effect be formed delta condition (δ) while is still on hot forming phase, where is temperature while forming is known lies among 421,7 - 472,3 o C. Keyword: bronze, sequence processes, quench, extenuation

Page 7: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah dan bimbinganNya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “STUDI KUANTITATIF

URUTAN PROSES PEMBUATAN GAMELAN JENIS BONANG PELOG NADA

1 (SIJI)”. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna mencapai gelar sarjana teknik di Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sangat mendalam kepada semua pihak

yang telah berpartisipasi dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, khususnya kepada :

1. Bapak Dody Ariawan, ST, MT selaku pembimbing I dan Bapak Eko Surojo, ST,

MT selaku pembimbing II yang dengan sabar dan penuh pengertian telah

memberikan banyak bantuan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dody Ariawan, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

UNS.

3. Bapak Nurul Muhayat, ST, MT, Muh. Nizam, ST, MT, Phd, Zainal Arifin, ST,

MT.selaku dosen penguji.

4. Bapak Ir. Mukahar, MSCE. selaku Dekan Fakultas Teknik UNS.

5. Bapak Dody Ariawan ST, MT selaku pembimbing akademik.

6. Dosen-dosen Teknik Mesin FT UNS yang telah membuka wacana keilmuan

penulis.

7. Semua besalen gamelan bekonang, pak Ripto, pak Sahlí dan pak Poyo.

8. Ibu, Ayahku dan kedua kakakku yang selalu mendukungku.

9. Sony Budoyo yang melakukan penelitian bersama-sama dengan penulis.

10. Seluruh teman - teman satu kost RAHMAWANTO (rizzal S, fredy K, ardi J, vian,

bayou, pak heppy).

11. Teman-teman Teknik Mesin UNS semua angkatan (Udin, Agus, Dian, Didik, Sapet,

Sigit, Biyan, Hery Bayu, Hengky, Dhani, Jokosus, Rony, Wahyudi, Ahmad,

Mulyantara, Punto, Maruto dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu).

Page 8: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.

Oleh karena itu, bila ada saran, koreksi dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini, akan

penulis terima dengan ikhlas dan dengan ucapan terima kasih.

Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis berharap skripsi ini dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, .. Juni 2010

Penulis

Page 9: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...................................................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 1.2 Perumusan dan Batasan Masalah ................................................. 2 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................... 2 1.4 Sistematika Penulisan ................................................................... 3 BAB II. DASAR TEORI ................................................................................ 4

2.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................... 4 2.2 Karakteristik paduan tembaga ..................................................... 5 2.3 Proses pembuatan gamelan jenis bonang .................................... 7 2.4 Pengertian proses perlakuan panas .............................................. 12 2.5 Pengujian kekerasan .................................................................... 12 2.6 Proses pengecoran ....................................................................... 12 2.7 Pembekuan paduan ...................................................................... 13 2.8 Proses pembentukan .................................................................... 13 2.9 Mekanisme pelunakan logam pada pengerjaan panas ................. 14

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 15 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 15

3.1.1 Waktu ................................................................................ 15 3.1.2 Tempat .............................................................................. 15

3.2 Bahan Penelitian .......................................................................... 15 3.3 Peralatan Penelitian ...................................................................... 15

3.3.1 Alat Pembuat Spesimen .................................................... 15 3.3.2 Alat Pengujian Spesimen .................................................. 16

3.4 Tahapan Pengujian ....................................................................... 16 3.5 Diagram Alir Penelitian................................................................ 17 3.6 Alur Penelitian .............................................................................. 19

3.6.1 Penyiapan spesimen uji ..................................................... 19 3.6.2 Tahap pengambilan data ................................................. 19 3.6.3 Pengujian kekerasan dan struktur mikro ........................... 20 3.6.4 Pengujian kekasaran permukaan ....................................... 21 3.6.5 Pengukuran suhu saat proses pembuatan .......................... 21

Page 10: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

BAB IV. Data dan Analisa ............................................................................. 22 4.1 Komposisi kimia paduan logam bahan gamelan .......................... 22 4.2 Suhu saat persiapan dan pembentukan bonang ............................ 23 4.3 Nilai kekerasan pada setiap urutan proses pembuatan bonang .... 24 4.3.1 Nilai kekerasan pada sampel jujutan ................................ 24

4.3.2 Nilai kekerasan sampel sebelum quenching ..................... 25 4.3.3 Nilai kekerasan sampel bonang setelah quenching ........... 26

4.4 Pengaruh pembentukan dan perlakuan logam paduan terhadap bentuk struktur mikro ................................................................... 27

4.4.1 Nilai kekerasan pada sampel jujutan ................................ 27 4.4.2 Struktur mikro sample bonang sebelum quenching .......... 27 4.4.2 Struktur mikro bonang setelah quenching ........................ 28

4.5 Densitas dan nilai kekasaran permukaan ..................................... 29

BAB V. PENUTUP ........................................................................................ 31 5.1 Kesimpulan ................................................................................... 31 5.2 Saran ............................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 33 LAMPIRAN

Lampiran A (Komposisi paduan bahan gamelan) .............................. 34 Lampiran B (Nilai kekerasan tiap urutan proses) ............................... 37 Lampiran C (Suhu penempaan saat pembentukan) ............................ 38 Lampiran D (Struktur mikro tiap tahap urutan proses) ...................... 39 Lampiran E (Pengaruh laju pemanasan dan laju pendinginan terhadap kekerasan material) .............................................................. 42 Lampiran F (Perhitungan densitas material penyusun gamelan) ....... 45 Lampiran G (Angka kekasaran permukaan) ...................................... 46 Lampiran H (Berat bonang) ............................................................... 46 Lampiran I (Ketebalan akhir bonang setelah finishing) ..................... 46 Lampiran J (Angka kelas kekasaran) ................................................. 46 Lampiran K (Paduan singkat pembuatan bonang) ............................. 47 Lampiran L (Gambar bonang dan dimensi) ....................................... 52

DAFTAR TABEL

Page 11: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Halaman

Tabel 4.1 Hasil pengujian komposisi kimia sampel jujutan................................ 22

Tabel 4.2 Suhu quenching................................................................................... 24

Tabel 4.3 Tabel perhitungan densitas bonang……………………………….… 29

Tabel 4.4 Tabel nilai kekasaran permukaan bonang........................................... 30

DAFTAR GAMBAR

Page 12: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

halaman Gambar 2.1. Diagram fasa paduan Cu-Sn ...................................................... 5 Gambar 2.2. Gambar struktur mikro paduan tembaga-timah ......................... 6 Gambar 2.3. Gambar gamelan jenis bonang ................................................... 6 Gambar 2.4. Dimensi Bonang dan rangka rancakan ...................................... 7 Gambar 2.5. Proses peleburan logam ............................................................. 8 Gambar 2.6. Proses pengujian campuran (njujut) ........................................... 9 Gambar 2.7. Gambar penyingen dan lakaran gamelan ................................... 9 Gambar 2.8. Macam- macam palu yang digunakan ....................................... 10 Gambar 2.9. Proses penempaan ricikan gamelan ........................................... 10 Gambar 2.10 Gambar macam- macam kikir ................................................... 11 Gambar 3.1. Potongan sampel spesimen setelah di-mounting dengan resin .. 16 Gambar 3.2. Diagram alir penelitian .............................................................. 17 Gambar 3.3 Gambar alat pengujian ............................................................... 21 Gambar 3.4 Surface tester ............................................................................. 21 Gambar 3.5 Thermocontroler ........................................................................ 21 Gambar 4.1 Diagram suhu pembentukan bonang ........................................... 23 Gambar 4.2 Diagram nilai kekerasan jujutan ................................................. 24 Gambar 4.3 Diagram nilai kekerasan bonang sebelum quenching ................. 25 Gambar 4.4 Diagram nilai kekerasan bonang setelah quenching ................... 26 Gambar 4.5 Gambar struktur mikro jujutan bonang ....................................... 27 Gambar 4.6 Gambar struktur mikro bonang sebelum quenching ................... 27 Gambar 4.7 Gambar struktur mikro bonang setelah quenching ..................... 28 Gambar 4.8 Gambar permukaan material ....................................................... 29

DAFTAR ISTILAH PADA PROSES PEMBUATAN GAMELAN JAWA JENIS BONANG

Bahu : Permukaan bagian samping gamelan

Page 13: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Besalen : Pabrik pembuat gamelan

Besutan : Hasil tuangan logam penyusun gamelan dalam jumlah

besar yang kemudian akan dipecah sesuai berat gamelan yang

akan dibuat.

Gasa : Perbandingan campuran material penyusun gamelan (tiga berbanding

sepuluh).

Jleberan : Kegiatan mengembangkan tepi lakaran

Kesik : Kikir kecil untuk menghaluskan permukaan gamelan

Kowi : Tempat peleburan logam

Lakaran : Hasil tuangan logam hasil pengecoran

Njujut : Pengujian campuran paduan penyusun gamelan

Ndekung : Kegiatan pembentukan bahu bonang dengan penempaan

Nglaras : Kegiatan penentuan / penyeteman nada gamelan

Ngelem : Pemanasan dan pendinginan cepat dalam media air

Panji : Pemimpin kegiatan pembuatan gamelan

Paron : Landasan besi sebagai dasar penempaan

Pasu : Kegiatan memperjelas batas tepi permukaaan gamelan

Pencon : Jenis gamelan gong, kempul, kenong dan bonang

Pencu : Ujung gamelan jenis pencon yang berbentuk setengah bola.

Pelog / slendro : Kumpulan nada gamelan

Penyingen jujutan : Cetakan kecil sebagai tempat penuangan pengujian

Penyingen lakaran : Cetakan tuangan logam sebelum material dibentuk menjadi

bonang.

Prapen : Perapian untuk peleburan dan pemanasan material gamelan.

Rai : Permukaan atas gamelan

Rejasa : Istilah timah putih dalam bahas jawa kuno

Ricikan : Bonang setengah jadi (baru terbentuk)

Tepung : Kegiatan penempaan melingkar yang bertemu pada satu titik

tertentu.

Page 14: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Komposisi paduan bahan gamelan

Lampiran B. Nilai kekerasan tiap urutan proses

Page 15: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Lampiran C. Suhu penempaan saat pembentukan

Lampiran D. Struktur mikro tiap tahap urutan proses

Lampiran E. Pengaruh laju pemanasan dan laju pendinginan terhadap kekerasan

Lampiran F. Perhitungan densitas material penyusun gamelan

Lampiran G. Angka kekasaran permukaan

Lampiran H. Berat bonang

Lampiran I. Ketebalan akhir bonang setelah finishing

Lampiran J. Angka kelas kekasaran

Lampiran K. Paduan singkat pembuatan bonang

Lampiran L. Gambar dimensi bonang

Page 16: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Gamelan adalah alat musik tradisional warisan budaya bangsa yang dibuat dengan

cara penempaan dari bahan paduan tembaga dan timah putih yang menurut para empu

gamelan mereka sebut dengan istilah “gasa”. Kata gasa itu sendiri secara tata bahasa

jawa menunjukkan campuran dan perbandingan logam itu sendiri, yaitu kata “ga” yang

merupakan kependekan dari “tembaga” dan “sa” yang merupakan kependekan dari

“rejasa” yang berarti timah putih. Kata “ga” dan “sa” juga menunjukkan angka

perbandingan tiga berbanding sepuluh sebagai paduan logam penyusunnya dengan

komposisi masing-masing disekitar 77% Cu dan 23% Sn (Rustopo, 1980).

Pembuatan gamelan biasanya memerlukan waktu yang sangat lama, mulai dari

persiapan pencampuran bahan, persiapan perapian, pengujian sampel logam, pengaturan

penempaan dan yang terakhir adalah finishing dan penyelarasan nada gamelan. Bagian

yang paling penting dalam proses pembuatan gamelan adalah pengujian sampel logam

yang dalam bahasa jawa disebut njujut, karena jika tidak diperoleh campuran yang baik

maka proses pembentukan logam paduan menjadi gamelan akan beresiko terjadi

kegagalan pada saat penempaan. Proses penempaan juga memegang peranan penting

terhadap keberhasilan dalam pembentukan gamelan, yaitu penentuan suhu yang tepat saat

pembentukan panas (penempaan). Setelah proses pembentukan gamelan dilakukan proses

pemanasan akhir dan pendinginan gamelan pada media air dengan tujuan untuk

memperoleh ricikan gamelan (gamelan setengah jadi sebelum dilakukan finishing) yang

bersifat keras dan bermutu baik.

Dalam pembuatan gamelan ini hanya didasarkan pada ilmu turun- temurun dari

para empu sebelumnya dan tidak ada data kuantitatif mengenai aspek material penyusun

dan seluruh proses pengerjaan. Pengalaman dan ketrampilan para empu sangat

berpengaruh dalam berhasil atau gagalnya pembuatan instrumen gamelan.

1.2 Perumusan dan batasan masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1

Page 17: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

a. Berapa parameter nilai mengenai seluruh aspek pada seluruh proses pembuatan

gamelan jawa jenis bonang ditinjau dari suhu, komposisi kimia paduan, nilai

kekerasan, densitas dan kekasaran permukaan pada kaitannya terhadap perubahan

karakteristik material ?.

Untuk mendapatkan arah penelitian yang baik, maka penelitian ini ditentukan

batasan-batasan masalah sebagai berikut :

a. Pemilihan sample penelitian adalah gamelan jenis bonang dari bahan paduan

tembaga (Cu) dan timah (Sn) karena diharapkan bonang sudah mewakili seluruh

proses pembuatan gamelan jenis pencon (jenis gong, kempul, kenong dan bonang)

dari komposisi paduan dan urutan pengerjaan.

b. Penelitian didasarkan pada urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang dari

awal proses hingga proses akhir (finishing).

c. Penelitian ini mengamati nilai kekerasan, struktur mikro, kekasaran permukaan

dan densitas material paduan penyusun bahan gamelan dari tiga pabrik yang

berbeda.

d. Pengujian kekerasan menggunakan Mikrovikers hardness tester.

1.3 Tujuan dan manfaat penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan parameter nilai keras,

nilai kekasaran dan gambaran struktur mikro sebagai acuan standarisasi pembuatan

gamelan jawa. Sedangkan penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

a. Mengetahui parameter nilai mengenai seluruh aspek pada seluruh proses

pembuatan gamelan jawa jenis bonang ditinjau dari suhu, komposisi kimia

paduan, nilai kekerasan, densitas dan kekasaran permukaan.

b. Mengetahui perubahan karakteristik material selama proses pembuatan gamelan

jawa jenis bonang.

c. Bertambahnya pengetahuan tentang urutan proses pembuatan suatu produk dari

bahan paduan logam dalam hal ini pembuatan gamelan jawa jenis pencon (jenis

gong, kempul, kenong dan bonang).

Page 18: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

1.4 Sistematika penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, perumusan masalah, batasan masalah serta sistematika

penulisan.

BAB II : Dasar teori, berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan seluruh urutan

proses pembuatan gamelan jenis pencon, pengertian proses perlakuan panas,

pengujian kekerasan pada material gamelan dan teori pengecoran dan

pembentukan logam.

BAB III : Metodologi penelitian, menjelaskan peralatan yang digunakan, tempat dan

pelaksanaan penelitian, pembuatan spesimen dan proses pengambilan data.

BAB IV : Data dan Analisa, menjelaskan data hasil pengamatan dan pengujian serta

analisa hasil perhitungan.

BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.

Page 19: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Tinjauan pustaka

Sugita, dkk (2007) dalam penelitiannya menguji perubahan sifat mekanis

(ketangguhan retak, struktur makro dan mikro) pada gamelan bali melalui variasi media

pendingin pada media air, oli dan udara setelah proses penempaan. Dari hasil pengujian

diperoleh nilai ketangguhan retak pada media air paling tinggi dan pada media udara

didapat hasil yang paling rendah.

Wibowo (2007) dalam penelitiannya mencoba mengamati pengaruh tegangan sisa

terhadap frekuensi nada dari material berbahan dasar perunggu yang mungkin

ditimbulkan dari aktivitas termal akibat deformasi atau saat proses pembuatan

berlangsung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan frekuensi nada pada

perunggu akibat tegangan sisa yang dilepaskan. Dengan penelitian ini akan diketahui

secara langsung apakah perubahan nada yang terjadi pada gamelan diakibatkan oleh

tegangan sisa yang dilepaskan ketika gamelan tersebut digunakan.

Srinivasan, dkk (1991) dalam penelitiannya mencoba mengamati kerajinan kaca

logam dari daerah Aranmula, Kerala, India yang terbuat dari paduan intermetalik

(Cu31Sn8) dan disimpulkan bahwa kadar timah yang paling baik untuk membuat

kerajinan logam kaca adalah 32,6 % timah untuk mendapatkan kilau yang baik dan

memiliki kekerasan yang tinggi. Pada penelitan ini penulis ingin membuktikan kerajinan

yang bermutu baik bisa dibuat dari barang sederhana yang mudah diperoleh dengan

teknologi sederhana.

Sudardja (1979) dalam penelitianya mencoba membuat gamelan jenis kenong

dengan cara pengecoran dan menggunakan energi panas yang dapat dipergunakan untuk

mempercepat proses penstabilan struktur, dimana kestabilan struktur tersebut merupakan

salah satu faktor yang menentukan kestabilan nadanya. Pada umumnya gamelan yang

masih baru suaranya belum mantap dikarenakan adanya struktur-struktur yang belum

stabil. Hal tersebut menjadi masalah bagi para pengrajin gamelan tradisional dalam

meningkatkan usahanya.

Page 20: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

2.2 Karakteristik paduan tembaga

Paduan ini dikenal oleh manusia sudah sejak jaman prasejarah. Perunggu

merupakan paduan antara tembaga (Cu) dan timah (Sn) dalam arti sempit, tetapi dalam

arti luas perunggu berarti paduan perunggu dengan logam lainnya selain seng (Zn).

Dibandingkan tembaga murni dan kuningan, perunggu merupakan paduan yang mudah

dicor dan mempunyai kekuatan yang lebih tinggi, demikian juga ketahanan ausnya dan

ketahanan korosinya oleh karena itu banyak digunakan untuk komponen-komponen

mesin dan coran artistik (Surdia, 2000).

Dalam pembuatan gamelan dipakai paduan tembaga dan timah putih. Pada

gambar dibawah menunjukkan diagram Cu-Sn. Ada delapan fasa yaitu α,β,γ,δ,η,ε,ξ dan

fasa Sn. Fasa α merupakan struktur FCC (Face Cubic Centered) pada 520 ºC larut pada

15,8 % Sn, dan jika temperatur diturunkan batas kelarutan padatnya juga menurun akan

tetapi memerlukan waktu yang sangat lama untuk mengendapkan fasa Sn, oleh karena itu

tidak memperhatikan perubahan batas kelarutan padat. Selanjutnya komposisi dari

paduan praktis adalah 4 -12 % Sn, oleh karena itu tidak perlu memperhatikan fasa-fasa

didaerah paduan tinggi (Surdia, 2000).

4

Page 21: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Gambar 2.1 Diagram fasa paduan Cu-Sn

Timah (Sn) adalah lebih mahal dari kuningan, oleh karena itu kuningan kadang

digunakan untuk bahan baku dan selanjutnya bahan yang dicampur 4-5 % Sn digunakan

untuk keperluan khusus sedangkan hampir semua paduan perunggu ini dalam industri

dipakai dalam bentuk coran. Brons timah putih mempunyai sejarah yang panjang,

sehingga dari penggunaannya paduan dasar dengan 8-12 % Sn dinamakan gun metal,

paduan dengan 10 % Sn dan 23 % Sn dinamakan admiralty gun metal, sedangkan yang

mengandung 18-23 % Sn disebut “brons bell” dan paduan yang mengandung 30-32 %

Sn disebut dengan “brons kaca” (Surdia, 2000).

Gambar 2.2 Gambar struktur mikro paduan tembaga-timah

80% Cu- 20% Sn (www.msm.cam.ac.uk)

Page 22: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Gambar 2.3 Gambar gamelan jenis bonang

2.3 Proses pembuatan gamelan jenis bonang

Bonang adalah salah satu bagian dari instrumen gamelan yang memiliki fungsi

penting dalam suatu pagelaran gamelan. Bonang dibagi menjadi dua bagian yaitu bonang

barung dan bonang penerus. Perbedaan bonang barung dan bonang penerus adalah dari

segi ukuran. Bonang barung biasanya memiliki diameter 21 cm, sedangkan untuk

bonang penerus memiliki diameter 24 cm. Ukuran berikut berlaku pula pada nada pelog

maupun slendro. Perbedaan dari nada pelog dan slendro sendiri adalah jumlah kumpulan

nadanya. Nada pelog memiliki nada 1-2-3-4-6-7 dan pada nada slendro 1-2-3-5-6

(Rustopo, 1980).

(a)

Page 23: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

(b)

Gambar 2.4 Gambar bonang dan rangka (a) dimensi bonang nada pelog 1 (b) rangka rancakan

Bahan paduan yang dipilih untuk pembuatan gamelan ini adalah paduan timah

putih (Sn) dan tembaga (Cu) dengan perbandingan 3:10 (23% timah dan 77% tembaga).

Bahan ini dipilih karena memiliki sifat cukup keras, tahan aus dan tidak mudah korosi.

Setelah bahan baku ditimbang sesuai perbandingan, bahan dilebur pada kowi dari bahan

tanah liat dan serat padi dengan tungku sederhana yang disebut dengan istilah prapen

dengan bahan bakar arang jati secara terus menerus dengan bantuan hembusan udara dari

blower.

Gambar 2.5 Proses peleburan logam

Tahap selanjutnya adalah pengujian paduan yang disebut dengan istilah njujut

yaitu pengambilan sampel logam cair dengan menuangkannya pada dua cetakan kecil

seukuran cetakan gula merah yang disebut penyingen jujutan. Pengujian dilakukan pada

saat logam mulai membeku tetapi masih dalam keadaan panas membara dengan cara

memipihkan dengan palu besi kemudian diamati permukaannnya, jika permukaaan

terlihat bertekstur halus maka campuran dirasa sudah baik. Pada hasil cetakan kedua,

logam didinginkan dengan abu dari kulit padi kemudian dipatahkan menjadi dua bagian

kemudian diamati permukaan patahnya, jika terlihat serat-serat yang memantulkan

cahaya maka campuran paduan sudah dikatakan baik. Pengalaman dan ketelitian panji

(pemimpin kegiatan dalam pande gamelan) sangat berpengaruh terhadap berhasil atau

tidaknya proses pembuatan gamelan.

Page 24: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Gambar 2.6 Proses pengujian campuran (njujut)

Setelah campuran sudah dikatakan baik oleh panji gamelan maka campuran

dituang pada cetakan dari bahan batu yang sebelumnya ditimbuni dengan arang bara agar

hasil lakaran (hasil tuangan logam) tidak pecah saat dituang. Cetakan ini yang disebut

penyingen dan untuk selanjutnya dibentuk menjadi ricikan gamelan (bentuk gamelan

kasar setengah jadi) dengan proses penempaan dengan palu besi.

Setelah lakaran (hasil tuangan logam) dingin dilanjutkan dengan proses

penempaan untuk pembentukan gamelan. Pengaturan kerja juga dilakukan oleh panji

dengan menentukan urutan proses penempaan dan pengaturan besar kecil pemanasan

lakaran saat akan ditempa.

Gambar 2.7 Gambar penyingen dan lakaran gamelan

Page 25: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Hal pertama yang dilakukan sebelum proses penempaan adalah memanaskan

lakaran hingga merah membara sehingga menguntungkan untuk dilakukan penempaan.

Sebelum kegiatan membuat jleberan (mengembangkan lakaran gamelan menjadi lebar)

dilakukan terlebih dahulu penempaan dengan palu geblog pada tepi lakaran dengan

tujuan agar bagian tepi lakaran kuat saat dilakukan proses selanjutnya. Proses selanjutnya

adalah mengembangkan keliling lakaran (membentuk jleberan) hingga diameter tertentu

sesuai jenis gamelan yang diinginkan dengan beberapa kali pemanasan dan penempaan.

Penempaan dilakukan dengan urutan melingkar hingga pukulan awal dan akhir saling

bertemu (tepung) dan bergerak mundur hingga beberapa kali tepungan, begitu seterusnya

hingga diperoleh diameter yang diinginkan.

Setelah bentuk jleberan terbentuk proses selanjutnya adalah pembentukan bahu

(tepi). Proses ini disebut dengan istilah ndekung. Jleberan yang sudah dipanaskan

diletakkan pada landasan dari baja yang disebut paron kemudian disandarkan pada

dengan balok kayu yang dilapisi tanah liat kemudian ditempa dengan menggunakan palu

laga secara berulang - ulang. Cara ini untuk pembuatan bahu kelompok gamelan besar

yaitu jenis gong, kenong dan kempul.

Gambar 2.8 Macam- macam palu yang digunakan

Untuk pembuatan bagian bahu (tepi bonang) biasanya digunakan lumpang seperti

penumbuk padi, jleberan diletakkan diatas permukaan lumpang kemudian di pukul

perlahan hingga terbentuk lengkungan. Setelah tinggi bahu yang diinginkan sudah

tercapai, langkah selanjutnya adalah pembuatan pencu atau ujung gamelan yang

berbentuk setengah bola, ricikan gamelan ditempatkan menengadah pada landasan

berlubang sebagai cetakan pembuatan pencu kemudian dilakukan penempaan dengan

palu laga munjulan hingga terbentuk pencu yang dikehendaki.

Page 26: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Gambar 2.9 Proses penempaan ricikan gamelan

Setelah pencu (ujung gamelan) terbentuk tahap selanjutnya adalah pembentukan

recep yang merupakan salah satu sumber nada gamelan. Ricikan gamelan ditempatkan

pada posisi miring dengan sandaran tanah liat berparit, fungsi parit disini adalah sebagai

sandaran pencu saat proses penempaan berlangsung. Setelah semua proses dilakukan

tahap terakhir penempaan adalah pasu yaitu memperjelas batas antara rai (permukaan

gamelan) dengan recep dengan menggunakan palu alang.

Tahap selanjutnya adalah ngelem yaitu memanaskan dan mendinginkan ricikan

gamelan pada media air sebagai akhir proses pembuatan gamelan dengan tujuan untuk

memperoleh gamelan yang bersifat tangguh. Dan tahap terakhir pada pembuatan gamelan

jawa adalah nyelet yang berarti meratakan seluruh bagian gamelan dengan palu kecil

tanpa media pemanasan dan finishing yaitu dengan melakukan pengikiran dan

pengampelasan pada seluruh permukaan gamelan. Urutan proses penghalusan adalah

bagian pencu (ujung gamelan), rai (permukaan gamelan) dan yang terakhir adalah bagian

bahu (tepi gamelan).

Untuk tahap penyelarasan nada gamelan jenis pencon (gong, kenong, kempul dan

bonang) untuk meninggikan nada dilakukan dengan cara menekan keluar sumber nada

yaitu bagian pencu dan rai tanpa media pemanasan. Untuk merendahkan nada gamelan

dilakukan dengan menekan kedalam dengan palu bagian sumber nada (pencu dan rai)

cara yang kedua adalah dengan mengurangi ketebalan pencu atau rai gamelan dengan

cara pengikiran.

Page 27: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

(a) (b)

Gambar 2.10 Gambar macam- macam kikir (a) kikir (b) kesik

2.4 Pengertian proses perlakuan panas

Perlakuan panas atau heat treatment adalah proses perlakuan yang diterapkan

pada logam dengan cara memanaskan pada temperatur tertentu, menentukan media

pendinginan dan mengatur laju pendinginan (quenching misalnya) dengan tujuan untuk

memperoleh sifat logam yang diinginkan, sebagai contoh untuk mendapatkan logam yang

bersifat keras dan kuat atau untuk mendapatkan logam bersifat lunak dan ulet.

2.5 Pengujian kekerasan

1. Pengujian kekerasan mikrovickers

Pada pengujian ini, dengan indentor berbentuk piramida intan dengan sudut

berhadapan sebesar 136º (α) dengan beban konstan 200 gr. Nilai kekerasan

vickers diperoleh dengan cara membagi beban luas jejak indenter. Luas jejak dari

indenter dihitung berdasarkan panjang diagonal indentasi yang diketahui.

1,854 P Vikers Hardness Number (VHN) =

D2 Dimana : VHN = Harga kekerasan Vickers (kg/mm²)

P = Beban yang digunakan (kg)

D = Panjang diagonal indentasi (mm)

Pengujian kekerasan Vickers ini dilakukan dengan alat yang disebut Microvikers

hardness tester.

2.6 Proses pengecoran

Coran dibuat dari logam yang dicairkan dan dituang ke dalam cetakan, kemudian

dibiarkan mendingin dan membeku. Oleh karena itu sejarah pengecoran dimulai ketika

Page 28: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

orang mengetahui bagaimana mencairkan logam dan bagaimana membuat cetakan. Hal

ini terjadi kira-kira 4000 sebelum masehi, sedangkan tahun yang lebih tepat tidak

diketahui orang.

Cara pengecoran pada zaman itu adalah menuangkan secara langsung logam cair

yang didapat dari bijih besi kedalam cetakan, jadi tidak dengan jalan mencairkan kembali

besi kasar seperti kita sekarang.

Kokas ditemukan di Inggris di abad 18, yang kemudian di Perancis diikhtiarkan

agar batu bara dapat dipakai untuk mencairkan kembali besi kasar dalam tanur kecil

dalam usaha membuat coran. Kemudian tanur yang serupa dengan tanur kupola yang ada

sekarang di buat di Inggris dan cara pencairan besi kasar yang dilakukan kira-kira sama

dengan yang dilakukan orang sekarang (www.petra.ac.id).

Walaupun sejak masa kuno baja dipakai dalam bentuk tempaan, namun hanyalah

H. Bessemer atau W. Siemens sajalah telah diusahakan untuk membuat baja dari besi

kasar dan coran baja diproduksi pada akhir pertengahan abad 19 (Surdia, 2000).

Kemudian ditemukan perunggu yaitu suatu paduan tembaga, timah dan

timbal yang titik cairnya lebih rendah dari titik cair tembaga. Pengecoran

perunggu ditemukan kira-kira 3000 tahun sebelum masehi di Mesopotamia yang

kemudian diteruskan ke Asia Tengah, India dan China. Dan pada tahun 1400 -

1500 sebelum masehi, teknik pengecoran ini menyebar ke negara-negara Eropa

(www.petra.ac.id).

2.7 Pembekuan paduan

Pembekuan logam dimulai dari bagian yang bersentuhan dengan cetakan, saat

panas dari logam cair diserap oleh cetakan sehingga logam mendingin hingga mencapai

titik beku kemudian muncul inti-inti kristal. Bagian dalam coran mendingin lebih lambat

daripada bagian luar, sehingga kristal-kristal tumbuh dari inti asal mengarah bagian

dalam coran (Surdia, 2000).

2.8 Proses pembentukan

Proses pembentukan adalah proses produksi untuk merubah bentuk benda kerja

dengan cara mendeformasi plastis benda kerja tersebut dan gaya pembentukan yang

Page 29: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

diberikan ke benda kerja melebihi kekuatan luluhnya. Di dalam proses pembentukan

digunakan perkakas yang fungsinya memberikan gaya terhadap benda kerja dan

mengarahkan perubahan bentuknya (Siswosuwarno, 1985).

2.9 Mekanisme pelunakan logam pada pengerjaan panas

Pada pengerajaan panas, suatu kenyataan yang mudah diamati ialah bahwa logam

akan bersifat lunak. Selanjutnya pada kondisi ini logam dapat dibentuk dengan deformasi

yang relatif lebih besar tanpa terjadi retak. Hal ini dapat dijelaskan oleh adanya peristiwa

perlunakan.

Deformasi pada temperatur tinggi didefinisikan secara lebih tegas sebagai proses

pembentukan yang dilakukan diatas temperatur rekristalisasi logam yang diproses.

Dengan patokan bahwa temperatur rekristalisasi adalah sekitar 0,4 – 0,5 x (titik cair

logam dalam Kelvin), maka batas antara pengerjaan panas dan dingin menjadi lebih jelas.

Temperatur rekristalisai tembaga (Cu) adalah sekitar 250 oC – 400 oC, sedangkan untuk

timah putih (Sn) yang dideformasi pada temperatur kamar sudah berarti diproses pada

pengerjaan panas meskipun “sebenarnya tidak panas” dan tanpa pemanasan. Hal ini dapat

dijelaskan bahwa jika temperatur kamar 25 oC untuk timah putih sudah berada diatas

temperatur rekristlisasinya yaitu : Trek = 0,5 x ( 253+273) K = 263 oC = -10 K.

Keuntungan utama proses pengerjaan panas adalah disebabkan oleh lunaknya

logam pada temperatur tinggi sehingga gaya pembentukan relatif rendah, serta deformasi

yang diberikan relatif lebih besar. Sifat lunak ini disebabkan oleh adanya mekanisme

pelunakan yang drastis saat proses rekristalisasi. Dengan semakin lunaknya logam pada

temperatur tinggi, maka gaya pembentukan yang lebih kecil akan dapat diusahakan pada

temperatur yang setinggi mungkin, akan tetapi itu ada batasnya, yaitu benda kerja tidak

boleh sampai logam mencair baik sebagian atau seluruhnya. Perlu diingat bahwa benda

cair tidak dapat menahan tegangan tarik. Peristiwa ini disebut dengan rapuh panas atau

hot shortness (Siswosuwarno, 1985).

Page 30: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini sampel bonang diperoleh dengan memesan gamelan jenis

bonang pada besalen (pande gamelan) Bapak Ripto Mulyono, Bapak M. Sahli dan Bapak

Soepoyo dari Bekonang, Surakarta dengan mengikuti seluruh proses pengerjaan gamelan

dari awal proses sampai tahap finishing. Dalam proses pembuatan gamelan, setelah

terbentuk bentuk jadi biasanya gamelan dipanaskan dan dilakukan quenching dalam

media air agar terbentuk gamelan yang tangguh. Sampel penelitian yang diambil adalah

sampel pengecoran, saat gamelan sebelum dan sesudah didinginkan dalam air (quench),

kemudian diamati mengenai pengaruh urutan proses baik dari bentuk struktur mikro, nilai

kekerasan dan densitas material penyusun gamelan.

3.1 Waktu dan tempat penelitian

3.1.1 Waktu : 6 bulan

3.1.2 Tempat : a. Lab. Material Teknik Jurusan Teknik Mesin UNS

b. Besalen ( pabrik gamelan ) di daerah Bekonang, Surakarta

c. Lab. Bahan D III Teknik Mesin Universitas Gadjah

Mada, Yogjakarta.

d. Politeknik Manufaktur, Ceper, Klaten

3.2 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah sampel bonang dari tiga

besalen (pabrik gamelan) yang berbeda untuk kemudian di bandingkan kualitas material

penyusunnya berdasarkan nilai kekerasan, struktur mikro, kepadatan paduan dan nilai

kekasaran permukaan hasil akhir gamelan.

3.3 Peralatan penelitian

3.3.1 Alat pembuat spesimen

1. Campuran resin dan katalis sebagai pemegang potongan spesimen

2. Mesin ampelas horizontal

Page 31: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

3. Ampelas besi berbagai ukuran

4. Pasta pengkilap

5. Larutan pengetsa logam (HNO3 60% dan H2O 40%)

6. Pipa PVC paralon ukuran 1,5 inch dan 2 inch

7. Gergaji besi

3.3.2 Alat uji spesimen

Alat uji yang digunakan pada penelitian :

1. Thermocontroler

2. Thermocouple type K

3. Mikroskop metalurgi

4. Microvikers hardness tester ( tipe HWMMT-X7 )

5. Surface tester

6. Timbangan digital

3.4 Tahapan pengujian

Tahapan pengujian kekerasan dan struktur mikro dalam penelitian ini terdiri dari 3

tahap pengujian dari 3 sampel gamelan dari tiga jenis besalen yang berbeda. Dapat

dituliskan sebagai berikut :

1. Tahap 1 yaitu pengujian kekerasan dan struktur mikro pada sampel uji

campuran atau sampel jujutan sebelum proses pembentukan dilakukan.

2. Tahap 2 yaitu pengujian kekerasan dan struktur mikro pada sampel bonang

setelah terbentuk sebelum dilakukan quenching dalam media air.

3. Tahap 3 yaitu pengujian kekerasan dan struktur mikro pada sampel bonang

setelah dilakukan quenching dalam media air (gamelan jadi) dan diakhiri

dengan pengujian kekasaran dan pengukuran densitas.

15

Page 32: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Gambar 3.1 Potongan sampel spesimen setelah dilakukan mounting dengan resin

3.5 Diagram alir penelitian

Mulai

Penimbangan bahan ( 3 timah :10 tembaga )

Peleburan Bahan

Nyulik (ambil sampel paduan)

Bahan gamelan

Penyingen jujutan Penyingen jujutan

Sampel uji Sampel uji

Dipatahkan

Dipukul / dipipihkan Didinginkan dengan sekam

Ditekuk-tekuk

Dikelem (quenching dalam air) Dilihat dan diraba

Pengamatan struktur mikro & uji kekerasan

Pengukuran suhu cair paduan

Komposisi sudah tepat

Penuangan ke cetakan uji

Pengujian komposisi kimia dengan spectrometer

Page 33: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Pemanasan ricikan (bonang kasar)

Pengukuran suhu pemanasan ahkir sebelum quenching

Ngelem (quenching dalam air)

Irengan (bonang sebelum finishing)

Penuangan kecetakan besutan

A

Besutan (paduan bahan bonang)

Peleburan besutan

Pemotongan & penimbangan besutan

Penuangan ke cetakan bonang

Lakaran

Penempaan

A

Pemanasan Lakaran

Penurunan

suhu

Pengukuran suhu awal pembentukan Pengukuran suhu akhir pembentukan

Sampel uji

Uji kekerasan, struktur mikro

Pemotongan ricikan

Ya

Pembentukan

selesai

Tidak

Penyelarasan dan finishing

Page 34: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

: Proses pembuatan bonang : Pengambilan data Gambar 3.2 Diagram alir penelitian

3.6 Alur penelitian

3.6.1 Penyiapan spesimen uji

Sebelum pengujian dilakukan, spesimen gamelan jenis bonang diperoleh dengan

memesan bonang pelog nada 1 pada tiga besalen (pabrik gamelan) yang berbeda di

daerah Bekonang, Mojolaban, Surakarta dengan mengikuti seluruh urutan proses

pembuatan dari awal sampai akhir proses. Kemudian kami mengambil semua sampel

sesuai tahapan pengujian. Setelah itu spesimen direkatkan dengan resin dan katalis

pengeras agar diperoleh spesimen yang mudah untuk dilakukan pengujian.

3.6.2 Tahapan pengambilan data

Langkah kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dalam penelitian dilakukan pengamatan mengenai seluruh proses pembuatan

gamelan jenis bonang dari tiga besalen (pabrik) yang berbeda gamelan di daerah

Bekonang, Surakarta.

2. Bahan gamelan tembaga dan timah ditimbang menurut berat bahan yang akan

dibuat untuk membuat bonang dengan perbandingan awal 3 : 10 (timah sekitar 23%

dan tembaga sekitar 77%).

3. Bahan kemudian dilebur dan diambil sedikit sampel untuk pengujian paduan dan

kemudian dituang pada cetakan penguji ( penyingen jujutan ).

4. Dilakukan pengujian secara visual atau njujut oleh ahli penguji ( panji gamelan ).

5. Setelah diperoleh bahan campuran yang ideal menurut panji gamelan, campuran

logam kemudian dituang pada cetakan (penyingen gamelan).

6. Dilakukan pengukuran temperatur cair paduan tembaga dan timah.

7. Melakukan uji komposisi kimia campuran logam berdasarkan hasil pengamatan

visual dari panji gamelan. Pengujian dilakukan di Politeknik Manufaktur, Ceper,

Klaten.

Selesai

Uji kekerasan, struktur mikro, pengukuran densitas dan pengujian kekasaran

Page 35: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

8. Setelah dingin hasil cetakan (lakaran gamelan) kemudian dipanaskan dan ditempa

terus menerus hingga terbentuk barang jadi (terbentuk bonang secara kasar).

9. Melakukan pengukuran suhu saat pembentukan gamelan dengan Thermocontroler.

10. Memotong sebagian sampel bonang sebelum dilakukan quenching untuk kemudian

dilakukan pengujian kekerasan dan pengamatan struktur mikro.

11. Urutan proses pengerjaan gamelan dilanjutkan dengan memanaskan gamelan dan

mendinginkan pada media air (quenching).

12. Dilakukan pengukuran suhu pemanasan akhir pada ricikan bonang sebelum proses

quench.

13. Mengambil sampel gamelan setelah dilakukan quenching untuk kemudian

dilakukan pengujian kekerasan dan pengamatan struktur mikro.

14. Menempatkan potongan sampel pada cetakan resin untuk kemudian dilakukan

pengampelasan pada permukaan sampel hingga halus menggunakan mesin ampelas

horizontal dengan ukuran bertahap 200, 400, 600, 1000, 2000 dan dilakukan

pemolesan dengan kain halus dan pasta pengkilap.

15. Melakukan pengestsaan pada spesimen pada larutan HNO3 60% dan H2O 40%.

lebih kurang 15 detik.

16. Mengamati struktur mikro sampel uji menggunakan mikroskop metalurgi.

17. Melakukan uji kekerasan berdasarkan material sesuai urutan proses (sampel

pengecoran, bonang sebelum di quenching dan bonang setelah quenching) dengan

Mickrovikers hardness tester.

18. Melakukan pengukuran densitas material sesuai urutan proses dari tiga sampel

bonang.

19. Melakukan pengukuran kekasaran permukaan pada ketiga bonang dengan Surface

tester untuk kemudian dibandingkan tingkat kehalusan permukaannya.

20. Menyajikan data kemudian menganalisa.

3.6.3 Pengujian kekerasan dan struktur mikro

Pengujian kekerasan dilakukan dengan alat Mikrovikers hardness tester type

HWMMT-X7 dengan pembebanan 200 gr untuk semua tahapan tiap spesimen uji untuk

mengetahui tingkat kekerasan material saat urutan proses pembuatan gamelan

Page 36: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

berlangsung. Sedangkan untuk pengamatan struktur mikro digunakan mikroskop

metalurgi dengan perbesaran lensa 400 kali.

(a) (b) Gambar 3.3 Gambar alat pengujian (a) mikrovikers hardness tester

(b) mikroskop metalurgi

3.6.4 Pengujian kekasaran permukaan

Pengujian kekasaran dilakukan untuk mengetahui tingkat kehalusan permukaan

dari ketiga sampel bonang dengan alat surface tester.

Gambar 3.4 Surface tester

3.6.5 Pengukuran suhu saat proses pembuatan

Pengukuran suhu dilakukan saat proses barlangsung untuk mengetahui parameter

semua suhu saat proses pembuatan bonang.

Page 37: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Gambar 3.5 Thermocontroler

Page 38: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

BAB IV

DATA DAN ANALISA

4.1 Komposisi kimia paduan logam bahan gamelan

Dari pengujian komposisi kimia sampel jujutan atau sampel logam dari ketiga

besalen (pabrik gamelan) sebelum dituang ke cetakan untuk selanjutnya diproses menjadi

bonang diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil pengujian komposisi kimia sampel jujutan

KOMPOSISI KIMIA (%)

Besalen I (Ripto)

Besalen II (Sahli)

Besalen III (Poyo)

Jujutan gagal

Cu 72.37 72.67 72.54 73.04

Sn 23.9 22.1 21.2 20.6

Pb 1.42 2.86 0.39 0.29

Zn 0.442 0.448 0.272 0.293

Ni 0.0625 0.101 0.0852 0.243

Fe 0.0764 0.0843 0.0655 0.0509

Si 0 0 0 0.029

Mn 0.0005 0.0006 0 0.0019

Al 0.0037 0.0076 0.0027 0.0172

Cr 0.0494 0.0391 0.0356 0.029

P 1.58 1.48 5.44 5.46

S 0.0172 0.0514 0.0064 0.0151

As 0.0795 0.163 0.026 0.0249

Berdasarkan hasil pengujian komposisi kimia pada Tabel 4.1 di atas maka dapat

diketahui bahwa batas paduan tembaga dan timah untuk berhasilnya proses pembuatan

gamelan jawa jenis bonang pada komposisi tembaga antara 72,37 - 72,67 % dan pada

penambahan unsur timah berkisar antara 21,1 - 23,9 %. Untuk unsur penambah lain yang

berupa P (Phospor) berfungsi untuk deoksidasi Cu (Cuprum) agar paduan tembaga

bersifat ulet, karena pada saat tembaga pada keadaan cair menyerap hidrogen bersama

dengan oksigen. Hidrogen dalam tembaga yang mengandung oksigen bereaksi dengan

22

Page 39: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Cu2O membentuk H2O akan membentuk gelembung yang mengakibatkan berbagai cacat

dalam batas butir (Surdia, 2000). Sedangkan unsur lain yang berupa Pb (Plumbum)

berfungsi sebagai semacam pelumas pada paduan dan mengurangi kegetasan (Srinivasan,

1991). Pada prosentase besar timbal adalah bersifat pengotor karena sebenarnya timbal

tidak bisa dilarutkan oleh tembaga dan pada paduan perunggu timbal dapat menggantikan

unsur timah dalam paduan. Hal ini mengakibatkan kekerasan dan kekuatan paduan

menurun (Glaeser, 1978).

4.2 Suhu saat persiapan dan pembentukan bonang

Dengan mengikuti seluruh proses pembuatan bonang dapat diketahui suhu pada

setiap proses dari awal peleburan, suhu pembentukan dan suhu quenching. Dari

pengukuran menggunakan thermocontroler didapat data sebagai berikut:

Gambar 4.1 Diagram suhu pembentukan bonang

Dari data pengukuran suhu pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pengerjaan

logam saat pembentukan logam paduan menjadi gamelan berada diatas temperatur

rekristalisasi paduan penyusunnya yaitu perunggu. Dimana temperatur cair perunggu

sekitar 950 oC sehingga dapat disimpulkan bahwa temperatur rekristalisasi perunggu

Suhu pembentukan bonang

460.3 372.3

438.7

548.7421.7

413.4

0100

200300

400500

600

ripto sahli poyo

Besalen (pabrik)

suhu akhir suhu awal

(oC)

Page 40: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

berada pada kisaran 300 – 400 oC sehingga logam paduan dapat mudah dibentuk dalam

kondisi panas karena adanya proses pelunakan (Wibowo, 2007).

Tabel 4.2 Suhu pemanasan sebelum quenching

Besalen Besalen I (Ripto)

Besalen II (Sahli)

Besalen III (Poyo)

Suhu quenching 524.8 oC 585.3 oC 573.2 oC

Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa quenching dilakukan pada antara 524,8 – 585,3 oC, tepatnya dilakukan diatas temperatur eutectoid paduan (diatas suhu 520 oC). Hal ini

dimaksudkan untuk menghindari terbentuknya fasa δ (delta ) yang bersifat keras namun

getas untuk mendapatkan material gamelan yang berfasa α + γ memiliki sifat tangguh dan

ulet.

4.3 Nilai kekerasan pada setiap urutan proses pembuatan bonang

4.3.1 Nilai kekerasan pada sampel jujutan

Pada setiap urutan proses pembuatan bonang tentunya material memiliki nilai

kekerasan yang berbeda. Dari pengujian kekerasan dengan menggunakan alat

Mikrovikers hardness tester diperoleh data sebagai berikut.

Kekerasan sampel jujutan

304

311

294

285290295300305310315

ripto sahli poyo

Besalen (pabrik)

Nila

i kek

eras

an (V

HN

)

Gambar 4.2 Diagram nilai kekerasan jujutan

Page 41: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

4.3.2 Nilai kekerasan potongan sampel bonang sebelum quenching

Untuk mengetahui perubahan yang terjadi saat proses pembuatan gamelan kami

juga menguji nilai kekerasan sampel bonang dengan cara mengambil sedikit sampel

bonang sebelum proses dilakukan quenching pada media air.

Kekerasan bonang sebelum quenching

301

293 292

285

290

295

300

305

ripto sahli poyo

Besalen (pabrik)

Nila

i ke

ke

ras

an

(V

HN

)

Gambar 4.3 Diagram nilai kekerasan bonang sebelum quenching

Dari Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 dapat terlihat bahwa terjadi proses perlunakan

material paduan logam penyusun gamelan pada saat masih berupa sampel jujutan

(sampel logam saat belum melalui proses pembentukan) dan setelah melalui proses

pembentukan menjadi ricikan bonang (bonang kasar sebelum quenching). Pada besalen

Ripto dapat terlihat penurunan nilai kekerasan sampel jujutan dari nilai 304 VHN menuju

ke angka 301 VHN. Hal ini juga terjadi pada besalen Sahli, nilai kekerasan sampel

jujutan 311 VHN dan nilai kekerasan setelah proses pembentukan sebesar 293 VHN.

Hal serupa juga terlihat pada besalen Poyo, kekerasan dari sampel jujutan ke material

setelah mengalami proses pembentukan juga mengalami penurunan dari nilai 294 VHN

ke nilai 284 VHN. Pada tahap ini bonang masih bersifat getas, hal ini dikarenakan adanya

unsur δ (delta) saat pembentukannya dimana suhu pembentukan bonang terletak pada

Page 42: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

daerah fasa α + δ dimana fasa δ dalam paduan memiliki sifat keras namun juga memiliki

kerapuhan yang tinggi (Srinivasan, 1991).

4.3.3 Nilai kekerasan pada sampel bonang setelah quenching

Untuk pengujian kekerasan sampel bonang setelah dilakukan quenching sebagai

akhir dari proses pembuatan gamelan dapat dituliskan sebagai berikut.

Kekerasan bonang setelah quenching

269265

287

250255260265270275280285290

ripto sahli poyo

Besalen (pabrik)

Nil

ai k

eker

asan

(V

HN

)

Gambar 4.4 Diagram nilai kekerasan bonang setelah quenching

Pada Gambar 4.3 dan 4.4 terlihat bahwa terjadi penurunan kekerasan setelah

proses quenching dilakukan. Terlihat penurunan terjadi pada besalen Ripto dari nilai 301

VHN ke nilai 269 VHN dan pada besalen Sahli turun dari nilai 293 VHN ke nilai 265

VHN. Fenomena ini juga terjadi pada besalen Poyo, nilai kekerasan setelah proses

pembentukan 292 VHN dan setelah proses quenching nilai kekerasan mengalami

penurunan menjadi 287 VHN.

Perlakuan panas pada akhir pembuatan bonang mirip dengan perlakuan panas

perlakuan penuaan (aging) yang tidak berlanjut. Pada proses aging pada suhu rendah

akan terjadi pengerasan lambat, hal ini disebabkan proses difusi yang lambat. Pada suhu

Page 43: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

tertinggi aging akan menyebabkan cepat terjadinya presipitasi, tetapi juga diikuti

pelunakan karena suhu yang tinggi, sehingga hasil akhirnya kekerasan menjadi

rendah. Untuk mendapatkan kekerasan maksimum memerlukan waktu yang cukup

panjang dengan pemanasan pada suhu petengahan (Irfai, 2005).

4.4 Pengaruh pembentukan dan perlakuan logam paduan terhadap bentuk struktur mikro 4.4.1 Struktur mikro sampel jujutan

Gambar 4.5 Struktur mikro jujutan bonang

Pada Gambar 4.5 terlihat bentuk struktur mikro yaitu bentuk kolom yang tidak

jelas (equaxial dan columnar) hal ini dikarenakan derajat pendinginan pada daerah

sekitar cetakan relatif besar dan pertumbuhan butir tegak lurus mengikuti arah cetakan,

dimana cetakan pengujian (penyingen jujutan) terbuat dari cetakan pasir padat sehingga

terbentuk struktur yang memiliki orientasi sembarang (Surdia, 1986).

4.4.2 Struktur mikro sampel bonang sebelum quenching

α + δ

α (cu)

Page 44: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Gambar 4.6 Struktur mikro bonang sebelum quenching

Pada Gambar 4.6 terlihat perubahan struktur mikro menjadi berbentuk tidak

beraturan dan cenderung memipih, hal ini diakibatkan karena saat pembentukan panas

terjadi berlangsung pula proses rekristalisasi, yaitu upaya pertumbuhan butir yang disertai

proses pertumbuhan inti karena pada paduan tembaga terjadi rekristalisasi pada saat

dikenai proses deformasi pada suhu tinggi. Dari gambar terlihat seperti kolom yang tidak

beraturan yaitu fasa α (Cu) yang dikelilingi fasa α + δ sehingga pada tahap ini bonang

masih dalam keadaan getas.

4.4.3 Struktur mikro bonang setelah quenching

Gambar 4.7 Struktur mikro bonang setelah quenching

α + δ

α (cu)

α + γ

α (cu)

Page 45: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

Pada Gambar 4.7 terlihat perubahan bentuk struktur mikro yaitu dengan semakin

luasnya daerah antar batas butir yang mengelilingi inti setelah dilakukan proses

quenching sehingga berakibat turunnya nilai kekerasan akhir bonang (terjadi proses

pelunakan). Pada gambar terlihat juga adanya struktur yang tidak berbentuk yaitu fasa α

(Cu) yang dikelilingi fasa α + γ dimana fasa γ (gamma) bersifat lebih lunak daripada

fasa sebelumnya yaitu fasa δ (delta) sehingga berpengaruh terhadap nilai kekerasan

setelah proses pembuatan bonang selesai.

4.5 Densitas dan nilai kekasaran permukaan

Dari perhitungan densitas dan pengujian kekasaran permukaan menggunakan

Surface tester dan diperoleh data pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4

Tabel 4.3 Tabel perhitungan densitas bonang

Densitas (gr/cm3)

Besalen I

(ripto) Besalen II

(sahli) Besalen III

(poyo)

Sebelum pembentukan 8.88 9.07 8.85

Setelah pembentukan 10.19 10.55 10.04

Densitas merupakan besaran yang menyatakan massa padatan per volume

total padatan bahan. Dari hasil perhitungan densitas terlihat kenaikan angka densitas

setelah material mengalami pembentukan, hal ini dikarenakan turunnya porositas atau

cacat rongga setelah material mengalami deformasi panas saat penempaan seperti

ditunjukkan pada Gambar 4.8.

porositas

Page 46: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

(a) (b)

Gambar 4.8 Gambar permukaan material (a) sebelum material ditempa (b) setelah material ditempa

Dari hasil pengamatan pada paduan penyusun gamelan dari tiga besalen

didapatkan nilai densitas akhir tertinggi pada besalen Sahli yaitu sebesar 10,55 gr/cm3

karena unsur Pb (Plumbum) yang paling tinggi yaitu sebesar 2,86 % dimana densitas

dari timbal adalah 11,38 gr/cm3 dan densitas dari tembaga murni adalah 8,93 gr/cm3

sehingga nilai densitas paduan naik. Sedangkan angka densitas terkecil adalah pada

besalen Poyo yaitu sebesar 10,04 gr/cm3 karena memiliki unsur paduan P (Phospor) yang

paling banyak yaitu 5,44 % dimana densitas dari fosfor hanya 1,80 gr/cm3 lebih rendah

dari densitas tembaga murni yaitu 8,93 gr/cm3 sehingga nilai densitas paduan kecil.

Tabel 4.4 Tabel nilai kekasaran permukaan bonang

Besalen I (Ripto)

Besalen II (Sahli)

Besalen III (Poyo)

Nilai Kekasaran 0.3157 0.2165 0.1866

Untuk pengujian kekarasan permukaan pada Tabel 4.4 hanya diperoleh hasil akhir

dari proses finishing dari tingkat kehalusan permukaan dengan skala kelas kekasaran N3

dan N4 dari tiga bonang yang diteliti.

Page 47: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengujian dan analisa dapat disimpulkan sebagai

berikut ;

1. Batas paduan tembaga dan timah untuk berhasilnya proses

pembuatan gamelan jawa jenis bonang pada komposisi tembaga antara

72,37 - 72,67 % dan unsur timah antara 21,1 - 23,9 %.

2. Berdasarkan pengujian kekerasan terjadi penurunan kekerasan dari

sampel pengecoran (294 - 311 VHN), setelah material dibentuk (292-

301 VHN) dan setelah material dikenai proses perlakuan panas dilanjutkan

quench (265 - 277 VHN).

3. Suhu pembentukan bonang berkisar antara 372,3 - 548,7 oC dan suhu

pamanasan akhir sebelum quench berkisar antara 524,8 - 585,3 oC.

4. Densitas material paduan bonang sebelum mengalami proses

pembentukan berkisar antara 8,85 - 9,07 gr/cm3 dan setelah terbentuk

bonang berkisar pada 10,04 – 10,55 gr/cm3.

5. Nilai kekasaran dari bonang setelah finishing diperoleh skala kelas

kekasaran N3 dan N4 (nilai kekasaran antara 0,1866 – 0,3157 ).

6. Sampel pengecoran dan setelah material dibentuk diketahui berfasa α + δ

yang memiliki sifat keras namun juga getas, dan setelah material dikenai

perlakuan panas dilanjutkan quench diketahui berfasa α + γ yang memiliki

sifat ulet.

7. Pemanasan akhir disertai proses quench pada ricikan bonang bertujuan

untuk menurunkan kegetasan pada gamelan.

Page 48: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

5.2 Saran

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian dapat disarankan ;

1. Diperlukan pengukuran suhu yang lebih akurat.

2. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh nilai kekerasan

terhadap frequensi nada gamelan.

3. Diperlukan pengujian dan penelitian untuk jenis gamelan lain.

31

Page 49: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

DAFTAR PUSTAKA

ASM Handbook, 1973, Metallography, Structure and phase Diagrams, 8 th ed., vol. 8,

ASM International, Materials Park, OH.

ASTM B 101, 1996, Standart Spesification For Cooper Sheet, American Society for

Testing and Material. Book of Standard Vol 4.10 Density Testing. West

Chonshohoken, PA. USA.

Ditter G.E, 1992. Metallurgi Mekanik, PT. Erlangga Jakarta, Jakarta

Glaeser, A.W, 1978. Wear Properties Of Heavy Loaded Cooper-Base Bearing Alloy,

Ohio State University, US.

Irfai, M A, 2005. Pengaruh Suhu Dan Waktu Aging Terhadap Kekuatan Tarik Torak

Bekas Yang Dicor Kembali. Teknik mesin. UNES, Semarang.

Lawrence H. Van Vlack. 1992 Ilmu dan Teknologi Bahan (Logam dan Bukan Logam.

PT. Erlangga Jakarta, Jakarta.

Rochim, T, 1989. Spesifikasi dan kontrol, kualitas geometrik, metrologi industri TM ITB,

Bandung.

Rustopo, 1980. Pengetahuan Membuat Gamelan, Proyek Pengembangan IKI sub

Bagian Proyek ASKI, Surakarta.

Siswosuwarno, M, 1985. Teknik Pembentukan Logam, Jilid 1, Jurusan Mesin, Fakultas

Teknologi Industri, ITB Bandung.

Srinivasan, S, dkk, 1991. High-tin bronze mirrors of Kerala, IAMS Newsl, South India.

Sudarja, 1979. Teknik Pengecoran Kenong Dari Bahan Paduan Cu-Sn Dan Teknik

Stabilisasi Struktur. Program Studi Teknik Fisika, ITB, Bandung.

Surdia, T, 1986. Pengetahuan Teknik Bahan, Cetakan 5, PT Pradnya Paramita, Jakarta

Surdia, T, 2000. Teknik Pengecoran Logam, Cetakan 8, PT Pradnya Paramita, Jakarta

Sugita, IKG, 2007. Analisa Media Pendingin Pada Proses Pendinginan Perunggu

Gamelan Bali. Universitas Udayana, Bali.

Wibowo, A, 2007. Pengaruh Tegangan Sisa Terhadap Frequensi Nada Dasar

Perunggu. Program Pasca sarjana.UGM, Yogjakarta.

Page 50: studi kuantitatif urutan proses pembuatan gamelan jenis bonang ...

33