STUDI KELAYAKAN BEKAS PERTAMBANGAN TIMAH DI KEPULAUAN BANGKA PT. Belaputera Interplan i KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini disusun sebagai laporan ketiga dari Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan kerja sama antara PT. Belaputera Interplan dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Laporan ini merupakan laporan terakhir yang berisi tiga hal pokok dari studi ini, yaitu gambaran potensi kawasan pertambangan untuk dikembangkan sebagai produk pariwisata, jalur-jalur wisata pertambangan di Kepulauan Bangka, dan rencana penataan kawasan bekas pertambangan untuk pariwisata. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa laporan ini pun tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan bagi perbaikan dan penyempurnaan pekerjaan ini akan kami terima dengan senang hati. Bandung, Desember 2009 Tim Penyusun
134
Embed
STUDI KELAYAKAN BEKAS PERTAMBANGAN TIMAH DI …visitbangkabelitung.com/public/file/download/Studi... · STUDI KELAYAKAN BEKAS PERTAMBANGAN TIMAH DI KEPULAUAN BANGKA PT. Belaputera
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STUDI KELAYAKAN BEKAS PERTAMBANGAN TIMAH DI KEPULAUAN BANGKA
PT. Belaputera Interplan i
KATA PENGANTAR
Laporan Akhir ini disusun sebagai laporan ketiga dari Studi Kelayakan Bekas
Pertambangan Timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan kerja
sama antara PT. Belaputera Interplan dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Laporan ini merupakan laporan terakhir yang berisi tiga hal pokok dari studi ini, yaitu
gambaran potensi kawasan pertambangan untuk dikembangkan sebagai produk
pariwisata, jalur-jalur wisata pertambangan di Kepulauan Bangka, dan rencana
penataan kawasan bekas pertambangan untuk pariwisata.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
laporan ini dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa laporan ini pun tidak luput dari
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan bagi perbaikan dan
penyempurnaan pekerjaan ini akan kami terima dengan senang hati.
Bandung, Desember 2009
Tim Penyusun
STUDI KELAYAKAN BEKAS PERTAMBANGAN TIMAH DI KEPULAUAN BANGKA
PT. Belaputera Interplan ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................. ............. i
Daftar Isi ............................................................................................................ ii
Daftar Tabel ............................................................................................................ iii
Daftar Gambar ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. I-1
1.2 Tujuan dan Sasaran ......................................................................................... I-2
10. Berpotensi memberikan multiplier effect yang besar kepada masyarakat sekitar kawasan
khususnya, dan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung pada umumnya.
Kebutuhan sumber daya manusia dalam pengembangan pariwisata bekas penambangan
timah di Sungailiat – Merawang – Pemali lebih pada kebutuhan untuk pengelolaan dan
interpretasi. Masyarakat sekitar dapat dilibatkan sebagai penyedia homestay maupun
warung-warung makan sebagai fasilitas penunjang pariwisata.
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan IV-21
5. Kawasan Pangkalpinang
A. Gambaran Umum Kawasan
Kota Pangkalpinang sebagai ibu kota Provinsi Bangka Belitung berkembang sebagai kota
modern. Jaringan jalan-jalan baru sedang dibangun. Beberapa sudut kota tampak juga sedang
giat membangun, terutama di sekitar alun-alun kota. Sebagai kota yang menjadi pusat
pemerintahan, perkembangan kota dengan terutama terdapatnya gerbang bandara,menjadikan
Kota Pangkalpinang berkembang dinamis. Apalgai di kota ini terdapat kantor pusat PT Timah
yang menjadi pusat seluruh kegiatan industri hulu-hilir pertambangan-pengolahan timah.
Secara geologis, Kota Pangkalpinang berada pada dataran aluvial timur Pulau Bangka.
Sebagaimana layaknya Bangka yang secara geologis tersusun terutama dari intrusi-intrusi granit,
maka endapan aluvial tempat Kota Pangkalpinang berada pun terdiri terutama dari pasir kuarsa
hasil pelapukan granit. Di antara endapan-endapan aluvial pasir kuarsa ini, endapan pasir
kasiterit yang membawa mineral bijih timah tersusun bersalng-seling. Maka wajar, kondisi
morfologi Kota Pangkalpinang pada beberapa bagian mempunyai lekukan-lekukan (dikenal
sebagai “kolong” menurut orang-orang Bangka) sisa-sisa galian timah sekunder (endapan
plaser). Saat ini hampir seluruh kolong yang berada di Kota Pangkalpinang sudah tidak aktif lagi,
menyisakan lekukan-lekukan yang sebagian tergenangi air.
Pada bagian barat dan selatan kota, sisa-sisa bukit intrusi granit tampak masih menonjol, seperti
di sebelah selatan Bandara Depati Amir dan di sekitar kawasan pusat pemerintahan Provinsi
Bangka Belitung. Menurut informasi, kawasan pusat pemerintahan Provinsi Bangka Belitung pun
tadinya merupakan bekas galian timah yang kemudian direklamasi.
Berdasarkan pengamatan selama survei tinjau (reconaisance), kondisi geologi lingkungan Kota
Pangkalpinang cukup mendukung untuk tumbuhnya sebuah kota modern, walaupun terdapat
beberapa kendala, di antaranya ketersediaan air bersih.
Kondisi air tanah Kota Pangkalpinang diperkirakan terbatas walaupun berpotensi besar karena
berada pada endapan aluvial yang diduga cukup tebal. Tetapi seperti umumnya air tanah,
ketersediaannya akan sangat tergantung kepada kondisi daerah imbuhan dan kecepatan
ekstraksi yang umumnya sulit dikontrol. Besar kemungkinan, sumber-sumber air bersih
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan IV-22
memanfaatkan kolong-kolong yang sudah lama tidak aktif dan menjadi reservoir air yang
potensial.
Batas utara dengan Sungaliat secara geografis tampak jelas dengan Sungai Baturusa yang
bermeander dan berada pada lingkungan perairan delta dengan hutan bakaunya yang tampak
masih asri.
B. Potensi Pengembangan Kawasan untuk Pariwisata
1. Potensi sejarah geologis timah di Kawasan Pangkalpinang
Di Pangkalpinang terdapat Gunung Mangkor yang merupakan sumber batu granit penghasil
timah. Gunung ini juga merupakan salah satu titik tertinggi di Pulau Bangka yang menjadi
Puncak Sundaland.
2. Potensi sejarah penambangan timah di Kawasan Sungailiat – Merawang – Pemali.
Pangkalpinang, pada tahun 1667 telah disebut-sebut sebagai parit pengumpulan timah dan
kampung kecil karena kegiatan Belanda yang menambang timah dan mengirimkan dari
Bangka ke Amsterdam. Kota ini baru berkembang pada tahun 1816 setelah Belanda
mengambil alih kembali kekuasaan Inggris atas Bangka.
Pangkalpinang mulai ditetapkan menjadi ibu kota Karesidenan Bangka pada tahun 1913
ketika Belanda memindahkannya dari Muntok. Pemindahan ini juga memisahkan urusan
penambangan timah dengan urusan administrasi negeri.
Dalam perjalanannya, Pangkalpinang menjadi kota yang tumbuh pesat, terutama setelah
Belanda membuka kantor perusahaan timah dan membangun rumah-rumah bagi
pegawainya. Kantor pusat perusahaan timah di Kepulauan Bangka Belitung sampai saat ini
masih berada di Pangkalpinang. Seluruh aktivitas PT. Timah digerakkan dari Pangkalpinang.
Di Kota Pangkalpinang, telah dibangun Museum Timah pada
tanggal 2 Agustus 1997 (RIPDDA Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, 2005: III-3). Museum ini terletak di Jl. Jend. Ahmad
Yani No. 17, Pangkalpinang. Museum Timah merupakan satu-
satunya di Indonesia. Museum Timah merupakan bangunan
tua yang didirikan tahun 1932 dan memiliki nilai sejarah Gambar 4.9
Museum Timah
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan IV-23
karena pernah ditempati oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan tokoh-tokoh perjuangan lainnya
sebelum mereka diasingkan ke Bukit Menumbing.
3. Nilai-nilai pembelajaran tentang timah, dari mulai proses penambangan, pengolahan,
sampai manfaatnya bagi manusia.
Potensi lainnya yang terkait dengan penambangan timah adalah Pantai Zanfoor atau lebih
dikenal Pantai Sampur. Di pantai tersebut dapat dilihat aktivitas masyarakat penambang
timah yang menggunakan alat-alat tradisional. Nilai-nilai pembelajaran yang dapat diambil
adalah proses penambangan dan pengolahan timah secara tradisional yang telah turun-
temurun dilakukan.
4. Potensi kawasan dalam memperkuat identitas Kepulauan Bangka Belitung sebagai sumber
timah di Indonesia.
Sebagai ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tempat kantor pusat PT. Timah da
Museum Timah berada, didukung potensi sejarah penambangan timah, Pangkalpinang
sudah tentu menjadi ikon identitas Kepulauan Bangka Belitung sebagai penghasil timah di
Indonesia. Rencana pengembangan Kolong Kacang Pedang sebagai kawasan pariwisata yang
sudah mulai dirintis pun akan memperkuat citra Kepulauan Bangka Belitung sebagai
kawasan pertambangan timah.
5. Potensi dalam melindungi kawasan dan sekitarnya dari kerusakan lingkungan yang semakin
parah akibat penambangan yang dilakukan.
Lahan bekas penambangan timah di Pangkalpinang sebagian besar sudah terbangun. Bekas-
bekas penambangan timah yang ada di Pangkalpinang tidak terbatas pada kolong-kolong,
tetapi juga benda-benda dan gedung-gedung bersejarah yang terkait dengan penambangan
timah.
6. Terletak pada lokasi yang memiliki potensi pengembangan yang tinggi (mudah diakses
secara fisik maupun nonfisik).
Kawasan Pangkalpinang tidak hanya didukung oleh aksesibilitas darat yang baik, tetapi juga
udara dan laut. Kawasan Pangkalpinang ini sangat potensial untuk menarik wisatawan dari
luar Kepulauan Bangka Belitung dan kemudian menyebarkannya ke kawasan lainnya.
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan IV-24
7. Sudah mulai dimanfaatkan bagi pengembangan kepariwisataan daerah maupun sektor
lainnya.
Baru Museum Timah yang saat ini sudah dimanfaatkan sebagai potensi pariwisata. Itu pun
pemanfaataannya belum dilakukan secara optimal. Museum Timah tampak sepi setiap hari,
tidak ada kegiatan yang berkembang di dalamnya.
8. Mendukung tema pengembangan pariwisata Kawasan Wisata Perkotaan – Pangkalpinang
Potensi pertambangan yang dimiliki Kawasan Pangkalpinang seluruhnya merupakan daya
tarik wisata perkotaan sehingga dapat mendukung tema pengembangan Kawasan Wisata
Perkotaan – Pangkalpinang, dengan tema utama pariwisata perkotaan (pendidikan,
heritage/belanja)
9. Tidak menimbulkan konflik kepentingan antarsektor.
Potensi konflik kepentingan yang mungkin muncul pada kawasan ini adalah aktivitas
penambangan timah tradisional yang sebagian besar berstatus ilegal, padahal proses
penambangan tradisional ini sangat potensial bagi pengembangan pariwisata.
10. Berpotensi memberikan multiplier effect yang besar kepada masyarakat sekitar kawasan
khususnya, dan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung pada umumnya.
Pengembangan pariwisata pertambangan di Kota Pangkalpinang tentu saja akan
memberikan multiplier effect berupa kesempatan kerja dan peluang berusaha.
6. Kawasan Dam Nibung, Koba
A. Gambaran Umum Kawasan
Koba dikenal sebagai kota seribu kolong karena di kota ini banyak terdapat kolong-kolong bekas
penambangan timah, salah satunya adalah Kawasan Dam Nibung. Kawasn ini terletak sekitar 55
km dari Kota Pangkalpinang. Perjalanan ke Dam Nibung dari Pangkalpinang memakan waktu 1,5
jam perjalanan menggunakan kendaraan roda empat, berkecepatan rata-rata 60-80 km/jam.
Kawasan Dam Nibung ini merupakan kolong bekas penambangan timah yang dilakukan oleh PT.
Kobatin yang memulai penambangannya di Kabupaten Bangka Tengah pada tahun 1970.
Kawasan Dam Nibung memiliki luas sekitar 5 ha.
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan IV-25
B. Potensi Pengembangan Kawasan untuk Pariwisata
Pengembangan kawasan bekas penambangan timah di Kabupaten
Bangka Tengah disesuaikan dengan prioritas pemerintah daerah,
yatu Kawasan Dam Nibung. Saat ini, Kawasan Dam Nibung sudah
dimanfaatkan untuk rekreasi oleh masyarakat setempat. PH air di
kolong Dam Nibung adalah 3,9, hampir sama dengan pH air hujan.
Setiap tahunnya, di kolong ini diadakan even untuk memperingati
Hari Kemerdekaan Indonesia setiap tanggal 17 Agustus. Berbagai pertandingan diselenggarakan
di kolong Dam Nibung, salah satunya adalah lomba mendayung.
Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
mengarahkan kawasan ini untuk menjadi kawasan pariwisata. Rencananya, pada tahun 2010
akan dibuat siteplan bagi pengembangan pariwisata di kawasan ini.
Potensi dan dukungan kebijakan yang dimiliki Kawasan Dam Nibung menjadikan kawasan ini
menjadi salah satu prioritas untuk dikembangkan menjadi kawasan pariwisata pertambangan di
Kepulauan Bangka Belitung. Kriteria-kriteria yang terpenuhi oleh kawasan ini adalah:
1. Berpotensi dalam melindungi kawasan dan sekitarnya dari kerusakan lingkungan yang
semakin parah akibat penambangan yang dilakukan.
Pengembangan Kawasan Dam Nibung untuk kegiatan wisata dapat membatasi kegiatan
penambangan timah yang dilakukan di sekitarnya. Rencana pengembangan kawasan ini
yang akan dimulai pada tahun 2010 berpotensi untuk memulihkan kondisi lingkungan yang
rusak akibat penambangan.
2. Terletak pada lokasi yang memiliki potensi pengembangan yang tinggi (mudah diakses
secara fisik maupun nonfisik).
Lokasi Dam Nibung yang berada di pinggir jalan utama menjadikan kawasan ini memiliki
aksesibilitas yang tinggi untuk dicapai.
3. Sudah mulai dimanfaatkan bagi pengembangan kepariwisataan daerah maupun sektor
lainnya, yaitu untuk kegiatan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Gambar 4.10 Kawasan Dam Nibung
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan IV-26
4. Tidak menimbulkan konflik kepentingan antarsektor. Sampai saat ini, pengembangan
kawasan Dam Nibung tidak berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antarsektor. Hal
ini harus menjadi pertimbangan utama dalam pengembangan rencana ke depan.
5. Berpotensi memberikan multiplier effect yang besar kepada masyarakat sekitar kawasan
khususnya, dan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung pada umumnya. Penyelenggaraan
peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia setiap tahunnya membawa manfaat bagi
masyarakat setempat, terutama memberikan peluang berusaha walaupun hanya satu tahun
sekali. Dengan rencana pengembangan yang akan disusun, diharapkan manfaat yang
diberikan kepada masyarakat lebih besar lagi.
7. Kawasan Toboali
A. Gambaran Umum Kawasan
Toboali merupakan ibu kota Kabupaten Bangka Selatan yang berlokasi hampir di ujung Pulau
Bangka. Perjalanan ke Toboali ditempuh dalam waktu 3,5 jam dari Kota Pangkalpinang dengan
menggunakan kendaraan roda empat. Salah satu angkutan umum antarkota yang
menghubungkan Pangkalpinang dengan Toboali adalah bis umum jurusan Toboali –
Pangkalpinang – Muntok.
B. Potensi Pengembangan Kawasan untuk Pariwisata
1. Potensi sejarah geologis timah di Kawasan Toboali.
Konon Toboali merupakan tempat ditemukannya timah pertama
kali di Kepulauan Bangka, tepatnya di Sungai Olin.
2. Potensi sejarah penambangan timah di Kawasan Toboali.
Kawasan Toboali memiliki potensi sejarah yang tinggi bagi
penambangan timah di Kepulauan Bangka. Pada tahun 1709,
konon tempat ditemukannya timah pertama di Kepulauan Bangka adalah di Sungai Olin,
yang terletak di Toboali. Walaupun beberapa ahli berpendapat bahwa referensi yang
membuktikan hal tersebut masih kurang mendukung. Kawasan Toboali juga dikenal sebagai
tempat kapal keruk pertama di Bangka, yaitu pada masa-masa awal penambangan timah di
laut mulai dilakukan, yaitu sekitar tahun 1926 (Sujitno, 2007).
Gambar 4.11 Singkapan
batu di Toboali
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan IV-27
Di Kabupaten Bangka Selatan, terdapat Pulau Lepar. Pulau Lepar merupakan tempat
dibuatnya Sumur Palembang Tua pada zaman Sriwijaya. Di pulau Lepar ini pun tinggal Suku
Laut yang dianggap sebagai penduduk asli Kepulauan Bangka Belitung.
3. Nilai-nilai pembelajaran tentang timah, dari mulai proses penambangan, pengolahan,
sampai manfaatnya bagi manusia.
Nilai pembelajaran proses penambangan, pengolahan sampai pemanfaatan tidak dimiliki
oleh kawasan ini. Nilai pembelajaran yang terkandung adalah nilai-nilai geologis dan sejarah.
4. Potensi kawasan dalam memperkuat identitas Kepulauan Bangka Belitung sebagai sumber
timah di Indonesia.
Sebagai tempat yang merupakan tempat penemuan timah pertama kali di Kepulauan
Bangka, Kawasan Toboali sangat potensial untuk dapat memperkuat identitas Kepulauan
Bangka Belitung sebagai sumber timah di Indonesia.
5. Potensi dalam melindungi kawasan dan sekitarnya dari kerusakan lingkungan yang semakin
parah akibat penambangan yang dilakukan.
Pengembangan pariwisata pertambangan di Toboali walaupun tidak secara langsung,
diharapkan dapat mendorong upaya perlindungan dan pemulihan dari kerusakan lingkungan
akibat penambangan timah.
6. Terletak pada lokasi yang memiliki potensi pengembangan yang tinggi (mudah diakses
secara fisik maupun nonfisik).
Kawasan Toboali terletak di lokasi yang memiliki jalan dengan kondisi yang baik dan dilayani
oleh angkutan umum ke Pangkalpinang maupun Muntok.
7. Sudah mulai dimanfaatkan bagi pengembangan kepariwisataan daerah maupun sektor
lainnya.
Belum ada kawasan bekas penambangan timah yang potensial dikembangkan untuk
pariwisata, kecuali Benteng Toboali yang digunakan sebagai pertahanan bagi penguasa
Bangka ketika itu dari serangan pihak-pihak yang ingin mengambil alih penguasaan timah di
kepulauan ini.
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan IV-28
8. Mendukung tema pengembangan pariwisata Kawasan Wisata Bahari – Selat Lepar.
Potensi sejarah penambangan timah dapat menjadi pendukung bagi pengembangan tema
Kawasan Wisata Bahari – Selat Lepar yang menjadikan wisata alam bahari pulau-pulau kecil
sebagai tema utama pengembangannya.
9. Tidak menimbulkan konflik kepentingan antarsektor.
Karena potensi pertambangan timah yang dapat dikembangkan untuk pariwisata masih
terbatas, maka pengembangan pariwisata pertambangan di Kawasan Toboali tidak akan
menimbulkan konflik kepentingan antarsektor.
10. Berpotensi memberikan multiplier effect yang besar kepada masyarakat sekitar kawasan
khususnya, dan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung pada umumnya.
Pengelolaan pariwisata pertambangan yang melibatkan masyarakat setempat terutama
sebagai penyedia homestay, tempat-tempat makan, dan guide akan membuka lapangan
pekerjaan dan peluang usaha bagi masyarakat setempat.
Kesimpulan dari uraian di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan IV-29
Tabel IV.1
Gambaran Kawasan Bekas Penambangan Timah yang Potensial Dikembangkan untuk Pariwisata Berdasarkan Kriteria-Kriteria yang Ditetapkan
KRITERIA KAWASAN MUNTOK KAWASAN JEBUS KAWASAN BELINYU KAWASAN SUNGAILIAT-
MERAWANG-PEMALI
KAWASAN PANGKAL
PINANG
KAWASAN
DAMNIBUNG KOBA KAWASAN TOBOALI
1. Potensi sejarah geologis timah
- Gunung Menumbing - Batubalai
- Salah satu kawasan penambangan timah paling menguntungkan di Kepulauan Bangka pada abad ke-19
- Gunung Maras (formasi granit
Kelabat)
- Bukit-bukit granit di Pemali
- Gunung Mangkor
- Puncak Sundaland - Tidak ada - Sungai Olin
2. Potensi sejarah penambangan timah
- Penambangan timah besar-besaran abad ke-18 (Muntok)
- Pembaharuan teknologi pertambangan (Airbelo)
- Rumah Mayor - Perkampungan Cina,
Melayu, Eropa - Wisma Ranggam milik
PT. Timah
- Kelenteng Sam Po Kong
- Daerah pertambangan terbaik
- Kawasan perumahan Eropa
- Merawang - Salah satu lokasi
penambangan timah pada awal masa penambangan di Pulau Bangka
- Museum Timah - Pusat administratif
pertambangan timah dulu dan sekarang
- Tidak ada - Tempat ditemukannya timah pertama di Kepulauan Bangka
- Tempat kapal keruk pertama di Bangka
3. Potensi pembelajaran tentang timah dan proses penambangan/ pengolahannya
- Unit Metalurgi - Pendidikan sejarah penambangan
- Airrikai - Tirta Bangka - Politeknik Manufaktur
Timah
- Kawasan Industri Timah Airkantung
- Pantai Sampur - Kantor pusat timah
- Tidak ada - Tidak ada
4. Identitas Kepulauan Bangka Belitung sebagai sumber timah
- Tempat pertama kali dilakukan penambangan timah besar-besaran di Bangka
- Salah satu kawasan penambangan timah paling menguntungkan di Kepulauan Bangka pada abad ke-19
- Salah satu kawasan penambangan timah paling menguntungkan di Kepulauan Bangka pada abad ke-19
- Salah satu lokasi penambangan timah pada awal masa penambangan di Pulau Bangka
- Kawasan Industri
- Ikon identitas Kepulauan Bangka Belitung sebagai penghasil timah di Indonesia
- Tidak ada - Tempat penemuan timah pertama kali di Kepulauan Bangka
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan IV-30
KRITERIA KAWASAN MUNTOK KAWASAN JEBUS KAWASAN BELINYU KAWASAN SUNGAILIAT-
MERAWANG-PEMALI
KAWASAN PANGKAL
PINANG
KAWASAN
DAMNIBUNG KOBA KAWASAN TOBOALI
Timah Airkantung
5. Berpotensi melindungi kawasan dan sekitarnya dari kerusakan lingkungan yang semakin parah
- Sangat kecil dan tidak langsung
- Besar dan langsung - Sangat berpotensi dan langsung
- Berpotensi dan langsung
- Kecil
- Besar dan langsung
- Kecil dan tidak langsung
6. Terletak pada lokasi yang memiliki potensi pengembangan yang tinggi (mudah diakses secara fisik dan nonfisik)
- Kondisi jalan baik, dilalui angkutan umum
- Akses ke Unit Metalurgi terbatas
- Terletak pada pinggir jalan utama Jebus
- Kondisi jalan baik, dilalui angkutan umum
- Mudah diakses
- Lokasi sangat strategis
- Didukung sarana dan prasarana trasportasi laut dan darat yang memadai
- Sangat potensial menjadi HUB kawasan
- Terletak pada pinggir jalan utama
- Memiliki jalan baik - Dilayani oleh
angkutan umum
7. Sudah mulai dimanfaatkan bagi pengembangan kepariwisataan daerah maupun sektor lainnya.
- Wisma Ranggam dan Gunung Menumbing sudah menjadi daya tarik wisata utama
- Danau Sekarbiru - Taman Salim - Tanjung Ru
- Pha Kak Liang - Pantai Penyusuk - Pantai Romodong
- Pemandian Air Panas Tirta Tapta
- Museum Timah - Kegiatan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia
- Benteng Toboali
8. Berpotensi untuk mendukung tema pengembangan pariwisata di kawasan pariwisata unggulan
- Produk pariwisata sejarah pertambangan mendukung tema pengembangan KWU Sejarah – Mentok
- Produk pariwisata sejarah pertambangan mendukung tema pengembangan KWU Sejarah – Mentok
- Mendukung pengembangan Kawasan Wisata Sejarah Mentok dan Kawasan Rekreasi Pantai Sungai Liat
- Nuansa rekreatif dan edukatif sangat mendukung pengembangan pariwisata Kawasan Rekreasi Pantai Sungailiat
- Mendukung tema pengembangan Kawasan Wisata Perkotaan – Pangkalpinang
- - Mendukung bagi pengembangan tema Kawasan Wisata Bahari – Selat Lepar
9. Tidak menimbulkan
- Tidak konflik, karena memanfaatkan fungsi
- Tidak menimbulkan konflik karena berada
- Tidak konflik, karena memanfaatkan
- Tidak konflik, karena memanfaatkan fungsi
- Penambangan timah ilegal
- Tidak menimbulkan
- Tidak menimbulkan konflik,karena msih
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan IV-31
KRITERIA KAWASAN MUNTOK KAWASAN JEBUS KAWASAN BELINYU KAWASAN SUNGAILIAT-
MERAWANG-PEMALI
KAWASAN PANGKAL
PINANG
KAWASAN
DAMNIBUNG KOBA KAWASAN TOBOALI
konflik kepentingan antarsektor
yang ada di lokasi perkebunan fungsi yang ada yang ada konflik terbatas
10. Berpotensi memberikan multiplier effect yang besar kepada masyarakat
- Terutama sebagai pemandu wisata, SDM hotel/ restoran
- Alternatif sumber pendapatan bagi masyarakat sekitanya
- Terutama sebagai pemandu wisata, SDM hotel/ restoran
- Sebagai penyedia homestay maupun warung-warung makan
- Kesempatan kerja dan peluang berusaha
- Meningkatkan peluang berusaha
- Sebagai penyedia homestay, guide maupun warung makan
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Draft Final
PT. Belaputera Interplan IV-32
Jika dikaitkan dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, kawasan-kawasan tersebut dapat
memenuhi kriteria-kriteria berikut ini.
Tabel IV.2
Hasil Penilaian terhadap Kawasan Bekas Penambangan Timah yang Potensial Dikembangkan
untuk Pariwisata Berdasarkan Kriteria-Kriteria yang Ditetapkan
KRITERIA KAWASAN
MUNTOK
KAWASAN
JEBUS
KAWASAN
BELINYU
KAWASAN
SUNGAILIAT
KAWASAN
PANGKAL
PINANG
KAWASAN
DAMNIBUNG
KOBA
KAWASAN
TOBOALI
1. Keterkaitan dengan sejarah geologis timah -
2. Keterkaitan dengan sejarah penambangan timah
-
3. Mengandung nilai-nilai pembelajaran tentang timah dan proses penambangan/ pengolahannya
- -
4. Memperkuat identitas Kepulauan Bangka Belitung sebagai sumber timah
-
5. Berpotensi melindungi kawasan dan sekitarnya dari kerusakan lingkungan yang semakin parah
6. Terletak pada lokasi yang memiliki potensi pengembangan yang tinggi
7. Sudah mulai dimanfaatkan bagi pengembangan kepariwisataan daerah maupun sektor lainnya.
8. Berpotensi untuk mendukung tema pengembangan pariwisata di kawasan pariwisata unggulan
-
9. Tidak menimbulkan konflik kepentingan antarsektor
10. Berpotensi memberikan multiplier effect yang besar kepada masyarakat
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Draft Final
PT. Belaputera Interplan IV-33
Peta sebaran kawasan potensial bekas penambangan timah dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 4.12 Peta Sebaran Kawasan Pariwisata Pertambangan Potensial
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-1
BAB V
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN BEKAS
PENAMBANGAN TIMAH DI KEPULAUAN BANGKA
Potensi “kolong-kolong” bekas penambangan timah di Kepulauan Bangka dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sehingga dapat memberikan
keuntungan dalam berbagai hal. Pemanfaatan bagi pariwisata menjadi salah satu alternatif yang
menjanjikan, yang sekaligus menawarkan produk wisata baru bagi wisatawan yang berkunjung ke
Bangka. Namun tentunya diperlukan perencanaan yang tepat, dengan pertimbangan ekonomis, fisik,
sosial budaya, dan lingkungan, sehingga bentuk pengembangannya dapat bermanfaat dan tetap
menjaga kelestarian lingkungan.
Dalam bab ini akan disampaikan rencana pengembangan kawasan bekas penambangan timah yang
diawali dengan dasar pertimbangan pengembangan kawasan dan strategi pengembangannya,
melalui perumusan bentuk-bentuk pengembangan wisata pertambangan timah, dan rangkaian jalur
wisata pertambangan timah yang direkomendasikan dikembangkan di Kepulauan Bangka.
5.1 Dasar Pertimbangan Pengembangan Kawasan
Kawasan bekas tambang timah yang terdapat di Kepulauan Bangka seperti yang diuraikan dalam bab
sebelumnya potensial untuk dikembangkan sebagai objek wisata pertambangan timah.
Pengembangan kawasan bekas tambang ini selanjutnya perlu didasarkan pada berbagai
pertimbangan sebagai berikut:
• Memberikan kontribusi yang besar terhadap penguatan identitas/jati diri Kepulauan Bangka
Belitung dan perlindungan kawasan dari kerusakan lingkungan.
Identitas sebagai wilayah terkait erat dengan sejarah penambangan timah dan wilayah kepulauan
dengan budaya baharinya. Hal ini juga sesuai dengan visi dan misi pengembangan kepariwisataan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang ditujukan bagi penguatan identitas dan jati diri
masyarakat Bangka Belitung, mengedepankan bahari, dan sasaran untuk menjadi destinasi wisata
bahari utama di kawasan barat Indonesia. Semuanya ini tentunya harus dicapai dengan tetap
menjaga wilayah Kepulauan Bangka Belitung dari kerusakan lingkungan.
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-2
• Tetap memunculkan / tidak menghilangkan nilai/makna timah yang telah “melekat” di kawasan
yang dikembangkan tersebut.
Meskipun telah beralih fungsi sebagai kawasan lain (rekreasi misalnya), namun sejarah wilayah
sebagai tempat bekas penambangan timah atau lain-lain yang terkait dengan penambangan
timah perlu tetap dipertahankan dan disampaikan kepada masyarakat termasuk pengunjung,
melalui misalnya pembuatan papan nama atau keterangan tentang sejarah wilayah. Keterangan
singkat diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi pengunjung dan
masyarakat terhadap penambangan timah dan pemanfaatannya bagi kegiatan dan fungsi lain
yang bermanfaat.
• Mengandung unsur pembelajaran tentang manfaat timah bagi kehidupan manusia.
Pandangan miring sebagian orang terhadap penambangan secara umum, khususnya yang terkait
dengan dampaknya terhadap kerusakan lingkungan perlu diseimbangkan dengan pengertian
akan pentingnya bahan galian tambang –dalam hal ini timah, bagi kesejahteraan umat manusia.
Logam ini sangat bermanfaat bagi industri elektronika dan rumah tangga.
Untuk itu, selain bahwa memang masih ada proses penambangan timah yang dilakukan dengan
tidak atau kurang berwawasan lingkungan, namun pengelolaan yang baik dan benar dari
penambangan timah masih dapat dilakukan dengan berbagai persyaratan ketat, sehingga
penambangan tetap dapat berjalan dan hasilnya dapat memberi manfaat yang positif bagi
kehidupan masyarakat.
• Mendukung pengembangan kepariwisataan wilayah secara berkelanjutan.
Sesuai dengan pedoman pengembangan kepariwisataan dalam RIPPDA Provinsi Bangka Belitung,
pengembangan kepariwisataan di wilayah –termasuk pengembangan kawasan bekas
penambangan timah, harus dilakukan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, dimana
pemanfaatan sumber daya yang ada dilakukan dengan tetap memperhatikan lingkungan,
sehingga tetap dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya.
5.2 Strategi Pengembangan Kawasan
Berdasarkan analisis dan dengan mempertimbangkan pemikiran-pemikiran di subbab sebelumnya,
kawasan bekas penambangan timah memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan bagi
pemanfaatan terkait pariwisata. Pengembangan pariwisata terkait penambangan timah menjadi
pilihan yang perlu direncanakan dan dikembangkan dengan baik.
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-3
Untuk itu perlu dirumuskan strategi pengembangan kawasan bekas tambang timah di Kepulauan
Bangka sehingga pengembangan kawasan ini nantinya dapat sesuai dan sejalan dengan
pengembangan kepariwisataan Provinsi Bangka Belitung, dan terintegrasi dengan pengembangan
wilayah yang lebih luas.
Adapun strategi pengembangan adalah sebagai berikut:
• Merumuskan dan mengembangkan bentuk-bentuk wisata pertambangan timah yang terkait
dengan proses pembentukan timah oleh alam, sejarah penambangan timah, proses
penambangan dan pengolahan timah, dan kawasan bekas tambang timah di Kepulauan Bangka.
Bentuk-bentuk dasar ini tentunya dapat dikembangkan dan dimodifikasi sesuai dengan
karakteristik kawasan bekas tambang timah yang dapat berbeda antar lokasi.
• Menyusun dan mengembangkan rangkaian jalur/rute wisata kawasan bekas tambang timah
yang potensial untuk memperkuat identitas/jati diri Kepulauan Bangka Belitung sebagai provinsi
timah di Indonesia. Rangkaian jalur wisata timah akan mengarahkan wisatawan untuk dapat
menikmati berbagai daya tarik wisata pertambangan timah sesuai minat dan ketersediaan
waktu masing-masing.
• Merumuskan rencana penataan di kawasan prioritas yang akan dikembangkan, yang
mencakup tema produk wisata utama dan keterkaitan antar objek dan daya tarik wisatanya,
termasuk aksesibilitas internal dan arahan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung.
5.3 Strategi Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Situs
1. Perlindungan Hukum
Benda cagar budaya merupakan wujud dari hasil karya manusia yang mengambarkan bagaimana
cara adaptasi manusia yang berinteraksi dengan alam dan lingkungan tempat dia berada. Nilai-nilai
yang terekam dalam benda-benda yang dihasilkan pada masa itu, pada masa sekarang keberadaan
benda-benda tersebut memiliki makna dan arti tersendiri. Untuk dapat melestarikan nilai-nilai yang
terkandung dari benda yang digolongkan BCB dan Situs tersebut, diperlukan kesadaran bersama dan
perangkat yang dapat digunakan sebagai instrument untuk dapat memberikan perlindungan
terhadap BCB dan Situs.
Instrumen yang dimaksud dalam konteks ini adalah adanya perlindungan hukum terhadap BCB dan
situs. Secara umum hukum dibagi atas dua bentuk, yaitu hukum tidak tertulis (non formal, seperti
nilai, norma dan adat) dan hukum tertulis (formal, seperti Undang-undang dan lain-lain). Dalam
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-4
perlidungan terhadap BCB dan situs, kedua bentuk hukum dapat digunakan. BCB dan Situs yang ada
disebuah kelompok masyarakat memiliki hubungan
Upaya pelestarian bcb di Propinsi Kepulauan Bangka-Belitung belum semua memiliki perangkat
hukum yang mengatur perlindungan benda cagar budaya sehingga menyebabkan terancamnya
kelestarian benda cagar budaya yang ada di daerah tersebut karena seringkali berbenturan dengan
berbagai kepentingan. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah Kepulauan Bangka-Belitung, baik di
tingkat propinsi kabupaten ataupun kota, mulai menerbitkan produk hukum yang berkaitan dengan
perlindungan benda cagar budaya agar keberadaannya dapat dinikmati oleh generasi penerus
bangsa.
2. Penataan atau Pemintakatan
Pemintakatan (zoning) adalah penentuan wilayah mintakat situs dengan batas mintakat yang
penentuannya disesuaikan dengan kebutuhan benda cagar budaya yang bersangkutan untuk tujuan
perlindungan. Sistem pemintakatan dapat terdiri dari mintakat inti atau mintakat cagar budaya,
yakni lahan situs, mintakat penyangga, yakni lahan disekitar situs yang berfungsi sebagai penyangga
kelestarian situs, dan mintakat pengembangan yakni lahan disekitar mintakat penyangga atau
mintakat inti yang dapat dikembangkan untuk difungsikan sebagai sarana sosial, ekonomi, dan
budaya yang tidak bertentangan dengan prinsip kelestarian benda cagar budaya dan situsnya.
Pemintakatan merupakan upaya pelestarian berupa perlindungan benda cagar budaya dan situs dari
perkembangan kota yang semakin pesat. Karakteristik setiap benda cagar budaya dan situs spesifik
sendiri-sendiri menyebabkan perlakukan berbeda-beda. Di dalam melakukan pemintakatan perlu
suatu kajian/penelitian mendalam untuk mengetahui batas-batas wilayahnya.
3. Pemberdayaan Stakeholder
Dalam kegiatan pelestarian benda cagar budaya (BCB), keberadaan stakeholder dalam proses
mempunyai peran penting dalam pelestarian nilai-nilai dan fisik dari BCB yang ada. Untuk itu
diperlukan sebuah strategi ke depan dalam membangun sebuah pemahaman bersama dalam
membina kerjasama dan menjalankan peran dari pihak stakeholder, dan pihak terkait lainnya.
Langkah – langkah yang perlu diwujudkan dalam melaksanakan pemberdayaan stakeholder ini
antara lain:
1. Penggalian dan pemetaan potensi, sumber daya dan peran penting dari para stakeholder,
serta kelemahan-kelemahan yang dimiliki
2. Peningkatan kapasitas stakeholder sesuai dengan sumber daya dan peran yang dimiliki
3. Pelibatan stakeholder secara langsung dalam setiap rangkaian proses pemeliharaan BCB
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-5
4. Pembangunan Site Museum
Perlunya membangun sebuah site museum untuk mengumpulkan koleksi yang terkait dengan
sejarah sosial dan budaya penambangan timah di Pulau Bangka untuk membangun jati diri maupun
identitas kedaerahan. Pembangunan site museum ini haruslah merupakan museum yang spesifik dan
orisinal. Museum yang menghimpun dan menyajikan informasi berupa sejarah, sosial dan budaya
penambangan timah khususnya di Pulau Bangka sehingga sangat potensial untuk dapat menjalankan
fungsi pokok museum: pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan sarana hiburan. Isi
museum harus menimbulkan kesan yang mendalam bagi pengunjung, oleh sebab itu pameran
(display) harus berkualitas dan informasi yang ditawarkan harus komunikatif. Upaya memenuhi
kriteria tersebut perlu ada prinsip pendirian antara lain:
1. Penempatan site museum berada di lingkungan kolong penambangan timah
2. Site museum ini merupakan sebuah tempat konservasi (pelestarian) tinggalan-tinggalan
yang bersifat kepurbakalaan (arkeologi), etnografi, dan geologi
3. Site museum merupakan museum peradaban penambangan timah yang tidak hanya sebagai
tempat koleksi untuk seni ataupun kebudayaan tetapi untuk sarana penelitian.
4. Museum ini haruslah menyajikan teknik-teknik berbeda berupa penyajian dengan
menggunakan pengetahuan teknologi terbaru. Teknologi tersebut antara lain: CD-ROM
interaktif, diorama, pemutaran film di home theatre, leaflet, booklet, panel-panel, vitrin-
vitrin, dan sebagainya.
5.4 Bentuk-Bentuk Pengembangan Wisata Pertambangan Timah
Berdasarkan potensi, prospek, tinjauan terhadap kebijakan dan referensi maupun berbagai studi
kasus yang terdapat di kawasan bekas tambang timah lainnya –khususnya di luar negeri, dapat
diusulkan beberapa bentuk pengembangan wisata pertambangan timah untuk dikembangkan di
Kepulauan Bangka.
Bentuk-bentuk pengembangan wisata pertambangan timah tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Wisata Sejarah Tambang Timah
Wisata sejarah tambang timah ini pada dasarnya dirancang untuk dapat menikmati objek-objek
dan artefak-artefak sejarah penambangan timah yang tersebar di berbagai lokasi di Kepulauan
Bangka, sehingga wisatawan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai sejarah
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-6
penambangan timah di Kepulauan Belitung, kapan dan dimana mulai ditambang, bagaimana
menambangnya, pengelolaan pertambangan sejak jaman dahulu, alat-alat penambangan yang
digunakan dan lain-lain. Pengalaman dan pengetahuan ini didapat langsung di lokasi-lokasi
melalui interpretasi dari interpreter yang tahu persis tentang sejarah pertambangan timah di
Kepulauan Bangka. Interpretasi yang disampaikan langsung di lapangan –dalam hal ini di
kawasan yang memiliki sejarah, akan lebih berkesan dan menempel langsung di wisatawan
Dengan demikian, bentuk wisata sejarah tambang timah akan melibatkan objek dan daya tarik
wisata antara lain sebagai berikut:
Lokasi tambang timah pertama di Pulau Bangka
Lokasi-lokasi yang meluas yang meninggalkan artefak dan peninggalan tambang timah serta
produk budayanya
Lokasi-lokasi sekarang yang telah berubah dari sisa-sisa tambang timah
Museum timah dan berbagai benda/artefak yang terkait dengan penggalian timah sejak dulu
hingga sekarang.
b. Geowisata pertambangan Timah
Geowisata pertambangan timah merupakan bentuk wisata dengan melibatkan aspek-aspek
geologis bagaimana suatu galian timah bermula –dari ditemukan, digali, hingga berakhir dalam
suatu proses penambangan dan pengolahan. Bentuk wisata ini bisa dengan mengunjungi
tempat-tempat yang memperlihatkan proses terbentuknya timah, bebatuan, singkapan
maupun dataran dan bantaran sungai yang masih menyisakan batuan granit, kasiterit dan
sejenisnya, hingga ke kawasan penambangan timah –baik di daratan maupun di pantai/laut.
Tentunya kunjungan ini harus dilengkapi dengan interpretasi dari interpreter yang mengerti
benar mengenai proses pembentukan timah. Dengan melihatnya langsung di lapangan,
wisatawan bisa lebih mudah memahami proses pembentukan mineral timah ini.
Dengan demikian bentuk geowisata pertambangan timah ini melibatkan objek-objek sebagai
berikut:
Bukit-bukit batu granit yang memperlihatkan mineralisasi yang mengandung mineral timah
kasiterit
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-7
Proses pelapukan dan sedimentasi hasil erosi granit sehingga menimbulkan cebakan-
cebakan timah plaser.
Kawasan tambang timah aktif yang memperlihatkan proses penggalian tambang timah dan
pendulangan
Pabrik pengolahan yang memperlihatkan proses pengolahan pasir kasiterit diekstrakasi
menjadi lempeng timah.
c. Wisata pertambangan Timah Lepas Pantai
Wisata berekskursi menaiki kapal keruk tambang timah lepas pantai (atau simulasi pengerukan
sedimen pantai yang mengandung pasir kasiterit) yang kemudian diangkut ke tempat
pengolahan (pabrik) untuk dicetak menjadi lempengan-lempengan timah. Bentuk wisata ini
akan sangat menarik, sebagai variasi dari cara-cara penambangan timah di darat yang lebih
banyak diketahui wisatawan.
Tentunya perlu dipersiapkan dan dipikirkan dengan matang pemanfaatan wisata pertambangan
timah di kapal keruk dari segi biaya operasional dan faktor keselamatan pengunjung.
d. Wisata Kolong
Wisata kolong merupakan kegiatan rekreasi di bekas-bekas galian timah (kolong) yang didesain
menjadi tempat rekreasi, yang mungkin sama sekali lepas dari sejarah tempat tersebut sebagai
bekas galian timah. Sebagai kawasan kolong yang berbentuk danau, kegiatan rekreasi tirta
dapat dikembangkan di tempat ini. Sekedar kegiatan pasif menikmati panorama alam di
kawasan kolong, hingga kegiatan rekreasi aktif seperti berperahu, memancing atau mandi-
mandi –tergantung pada kondisi air danau tentu saja.
Terlepas dari pemanfaatan yang kurang terkait dengan tambang timah, namun sebaiknya lokasi
tersebut tetap dilengkapi dengan papan keterangan yang menjelaskan sejarah kolong tersebut,
sehingga pengunjung yang datang tetap dapat mengetahui mengenai sejarah tempat tersebut
sebelumnya sebagai kawasan penambangan timah.
Bentuk-bentuk wisata tersebut di atas dapat dikembangkan di kawasan-kawasan bekas tambang
timah, tentunya disesuaikan dengan karakteristik dan potensi masing-masing kawasan yang bisa
berbeda-beda. Tidak tertutup kemungkinan di satu kawasan pun dapat dikembangkan lebih dari 1
bentuk wisata pertambangan, atau merupakan gabungan dari beberapa bentuk sehingga diharapkan
dapat meningkatkan daya tarik kawasan tersebut.
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-8
Lebih lanjut bentuk-bentuk wisata pertambangan timah tersebutpun dapat dikombinasikan dengan
bentuk wisata dan rekreasi lain sehingga memberikan pengalaman lengkap dan menyeluruh kepada
wisatawan, tergantung pada minat dan ketersediaan waktu mereka.
5.5 Pengembangan Jalur Wisata Pertambangan Timah Kepulauan Bangka
Jalur wisata pertambangan timah merupakan suatu rangkaian dari objek dan daya tarik wisata yang
terdapat di cluster-cluster yang potensial, yang terkait dengan “tema” tertentu dari sejarah dan
proses penambangan timah di Kepulauan Bangka. Dengan merangkaikannya menjadi jalur wisata
diharapkan dapat mengoptimalkan kemasan produk wisata pertambangan timah disatu sisi, dan
disisi lain mengoptimalkan waktu, dana dan memberikan nilai tambah bagi wisatawan melalui
“cerita”/ interpretasi yang dikembangkan di suatu jalur wisata. Produk wisata menjadi lebih berdaya
saing dan utuh menyampaikan “kisah” terkait penambangan timah di Kepulauan Bangka, sekaligus
memperkaya produk wisata yang dimiliki Bangka Belitung. Wisatawan memiliki alternatif sesuai
minat dan ketersediaan waktu masing-masing.
Sebagai suatu jalur wisata, maka berbagai objek dan daya tarik wisata di cluster yang terkait dengan
penambangan timah -yang telah diidentifikasikan pada bab 4 tersebut dirangkaikan melalui suatu
jaringan transportasi dan dilengkapi dengan komponen-komponen produk wisata lainnya, yang akan
membentuk tema-tema yang berbeda. Tiap rangkaian jalur wisata akan memiliki daya tarik utama
dan pendukung sesuai dengan tema yang diusungnya, daya tarik wisata utama dan pendukung,
pasar wisatawan yang dituju, serta prakondisi yang harus dipenuhi.
Sesuai dengan bentuk-bentuk wisata pertambangan yang akan dikembangkan, jalur-jalur wisata
pertambangan Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
- Jalur yang bertema sejarah penambangan timah, dinamakan TREK WISATA SEJARAH
PENAMBANGAN TIMAH.
- Jalur yang bertema sejarah geologis timah, dinamakan TREK GEOWISATA TIMAH.
- Jalur yang bertema rekreatif dan edukatif pertimahan, dinamakan TREK REKREATIF-EDUKATIF
TIMAH.
A. TREK WISATA SEJARAH
Berdasarkan sejarah penambangan timah di Kepulauan Bangka, terdapat dua jalur wisata yang dapat
dikembangkan, yaitu:
1. Jalur Wisata Sejarah Penambangan Timah Muntok – Teluk Kelabat
Jalur wisata ini menggambarkan sejarah penambangan timah yang dimulai secara besar-besaran
di Muntok pada abad ke-16, dimulai di Muntok, kemudian berkembang ke Belo (Airbelo),
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-9
berkembang lagi ke Kampung Panji, sampai ke Teluk Kelabat, sebagai tempat penambangan
lepas pantai dari dulu hingga sekarang. Tema yang dikembangkan jalur wisata, daya tarik wisata
utama dan pendukung, sarana dan prasarana yang dibutuhkan, pasar wisatawan yang dituju,
serta prakondisi yang harus dipenuhi dapat dilihat di bawah ini, untuk gambar peta jalur wisata
dapat dilihat dilampiran.
JUDUL Wisata sejarah penambangan timah
DAYA TARIK WISATA
Daya tarik wisata utama Wisata perkotaan Muntok, Airbelo, Kampung Panji, perumahan Eropa di
Belinyu, Teluk Kelabat
Daya tarik wisata pendukung Unit Metalurgi, Airrikai, Airnyato
SASARAN PASAR - Wisnus asal Jakarta, Jawa Barat, wisman dari Jakarta dan Palembang - Pelajar/mahasiswa, - Komunitas pencinta timah, komunitas pecinta sejarah,
PRAKONDISI - Informasi rinci tentang masing-masing titik perhentian harus tersedia - Storyline tentang jalur wisata harus tersedia v dan dikonfirmasi ke
ahli sejarah - Pemandu tidak sekedar guide, tetapi harus menguasai sejarah
penambangan timah dan teknik-teknik interpretasi - Sarana dan prasarana penunjang di jalur Muntok – Belinyu dan
Belinyu – Pangkalpinang telah tersedia dan siap melayani wisatawan. - Harus dilaksanakan ujicoba terhadap jalur setelah seluruh bahan
serta sarana dan prasarana siap - Koordinasi yang harmonis dengan masyarakat dan pengelola daya
tarik wisata utama maupun pendukung - Bekerja sama dengan ASITA, PHRI, dan pihak lain yang kompeten
untuk promosi jalur wisata
2. Jalur Wisata Sejarah Penemuan Timah Toboali – Pangkalpinang
Jalur wisata ini menggambarkan sejarah penemuan timah di darat yang konon berawal dari
Sungai Olin di Toboali, dan juga merupakan tempat penambangan lepas pantai pertama di Pulau
Bangka. Tema yang dikembangkan jalur wisata, daya tarik wisata utama dan pendukung, sarana
dan prasarana yang dibutuhkan, pasar wisatawan yang dituju, serta prakondisi yang harus
dipenuhi dapat dilihat di bawah ini. untuk gambar peta jalur wisata dapat dilihat dilampiran.
JUDUL Wisata sejarah penemuan timah
DAYA TARIK WISATA
Daya tarik wisata utama Sungai Olin, Kantor Pusat PT. Timah, Museum Timah
Daya tarik wisata pendukung Pantai Sampur, Dam Nibung, Pantai Pasir Padi, Kolong Kacang Pedang
SASARAN PASAR - Wisnus asal Jakarta, Jawa Barat, wisman dari Jakarta dan Palembang - Pelajar/mahasiswa - Komunitas pencinta timah, komunitas pecinta sejarah,
PRAKONDISI - Informasi rinci tentang masing-masing titik perhentian harus tersedia - Storyline tentang jalur wisata harus tersedia dan dikonfirmasi ke ahli
sejarah - Pemandu tidak sekedar guide, tetapi harus menguasai sejarah
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-10
penambangan timah dan teknik-teknik interpretasi - Sarana dan prasarana penunjang di jalur Toboali – Pangkalpinang
telah tersedia dan siap melayani wisatawan. - Harus dilaksanakan ujicoba terhadap jalur setelah seluruh bahan
serta sarana dan prasarana siap - Koordinasi yang harmonis dengan masyarakat dan pengelola daya
tarik wisata utama maupun pendukung - Bekerja sama dengan ASITA, PHRI, dan pihak lain yang kompeten
untuk promosi jalur wisata
B. TREK GEOWISATA TIMAH
Sebelum menggambarkan trek geowisata timah yang dapat dikembangkan di Kepulauan Bangka,
akan dijelaskan terlebih dahulu bagaimana timah terbentuk di Kepulauan Bangka.
Pembentukan Timah di Kepulauan Bangka
Timah adalah unsur kimia dengan simbol Sn (Latin: Stannum) bernomor atom 50 pada Susunan
Berkala Unsur-unsur, dan satu kelompok IVA pada skala periodik bersama unsur-unsur yang terdekat
lainnya seperti germanium (Ge) dan timbal (Pb). Timah tidak mudah mengalami proses oksidasi di
udara sehingga menjadi pelapis anti karat yang baik bagi logam-logam lain yang mudah mengalami
oksidasi. Timah mulai digunakan sebagai campuran logam bersama-sama dengan tembaga
menghasilkan perunggu sejak 3000 tahun SM. Setelah 600 tahun SM orang sudah bisa menghasilkan
logam timah murni. Produk lain dari timah di antaranya adalah pewter, suatu campuran logam
dengan 85% sampai 90% timah dengan tembaga, bismuth/antimoni, dan timbal. Di jaman modern
sekarang timah digunakan untuk campuran logam dan khususnya sebagai material untuk solder
dalam industri elektronika yang mengandung kandungan timah lebih dari 60%. Dalam industri
pengepakan makanan, timah – selain alumunium – juga banyak digunakan sebagai pelapis bagian
dalam karena kandungan racunnya yang sangat rendah.
Secara geologis, timah adalah unsur yang merupakan jumlah terbanyak ke-49 pada kerak bumi.
Sebagai gambaran, timah mewakili kandungan 2 ppm dibandingkan dengan 75 ppm seng, 50 ppm
tembaga, dan 14 ppm timbal. Timah tidak dapat terjadi secara alamiah dengan sendirinya, tetapi
harus melalui ekstraksi dari mineral, umumnya kasiterit SnO2, yang merupakan mineral pengandung
timah yang dapat mempunyai kandungan timah yang baik secara ekonomi. Mineral kasiterit selalu
berasosiasi dengan batuan granit dan umumnya mempunyai kandungan hingga 1% timah (Int’l Tin
Research Institute, 1991).
Namun demikian, penambangan timah yang menguntungkan tidak diambil dari batuan granit itu
sendiri, tetapi bersumber dari endapan pengayaan sekunder (secondary enrichment) hasil pelapukan
granit yang kemudian diendapkan di sungai, pantai, muara, atau laut dangkal. Hampir 80%
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-11
penambangan timah dilakukan dengan menggali endapan-endapan sungai atau pantai dan laut
dangkal.
Di Pulau Bangka, galian-galian timah dilakukan baik di endapan-endapan sungai purba, maupun pada
endapan-endapan pantai dan endapan lepas pantai. Jika kita terbang di atas Pulau Bangka, maka
dari atas kita dapat melihat bahwa sebaran kolong (galian timah) mengikuti suatu pola-pola tertentu
yang jika diamati lebih cermat, pola-pola berkelok-kelok itu mengikuti kaki-kaki bukit. Pola-pola
berkelok-kelok di bawah kaki bukit itu jelas tadinya merupakan sungai tempat terakumulasinya
pasir-pasir yang tererosi dari bukit-bukit granit di sekitarnya.
Gambar 5.1Pemandangan dari udara: sebaran kolong di Kabupaten Bangka Tengah yang mengikuti pola berkelok-kelok yang menunjukkan sebaran timah mengikuti lembah-lembah sungai purba.
Dalam buku yang komprehensif membahas penambangan dan industri timah di Kepulauan Bangka
Belitung (Sujitno, 2007), banyak teori menjelaskan bagaimana endapan kasiterit terbentuk. Dari hasil
pembahasan itu, secara umum timah Bangka (dan Belitung) memang bersumber dari intrusi-intrusi
batuan granit berumur Mesozoikum (Trias-Yura) yang merupakan batuan dasar utama di Kepulauan
Bangka Belitung. Batuan granit ini merupakan rangkaian yang menerus semenjak dari Semenanjung
Malaya di utara dan menerus ke selatan melalui Kepulauan Riau dan Bangka-Belitung untuk akhirnya
berbelok ke arah timur laut ke Kalimantan Barat.
Terbentuknya akumulasi endapan timah adalah akibat adanya batuan granit yang telah mengalami
mineralisasi, biasanya diterobos oleh urat-urat kuarsa dari proses magmatisme berikutnya, yang
membawa unsur-unsur timah. Namun demikian, di batuan asalnya ini, konsentrasi timah yang
terkandung umumnya sebagai mineral kasiterit (disebut sebagai timah primer) tersebar secara acak
di dalam batuan, sehingga secara teknis sulit dalam proses ekstraksinya. Konsentrasi kasiterit
menjadi tinggi jika terjadi proses pelapukan pada tubuh batuan granit yang setelah itu mengalami
erosi. Proses erosi terhadap granit yang lapuk ini akan mengurai batuan menjadi pasir-pasir dan
butiran-butiran mineral yang resisten terhadap erosi, yaitu umumnya butiran kuarsa dan kasiteritnya
sendiri.
Melalui proses alam, pasir-pasir itu dibawa oleh air dan terakumulasi pada lembah-lembah sungai
sebagai endapan aluvial yang sebenarnya biasa kita lihat sehari-hari pada sungai. Tetapi karena
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-12
endapan aluvial ini berasal dari bukit-bukit granit yang kaya akan mineral kasiterit, maka endapan
inipun merupakan deposit kuarsa dan kasiterit. Timah pada mineral kasiterit yang terakumulasi pada
endapan aluvial ini disebut sebagai timah plaser atau sekunder.
Endapan aluvial timah plaser inilah yang memenuhi dataran-dataran sungai dan aluvial pantai di
hampir seluruh Pulau Bangka. Endapan yang terjadi tidak saja terjadi pada sungai aktif (berair
permanen) tetapi justru kebanyakan terjadi pada sungai-sungai purba berlembah kering yang
dulunya merupakan sungai-sungai aktif. Sejarah geologis selama Zaman Kuarter sejak 2 juta tahun
yang lalu, diperkirakan merupakan masa-masa proses erosi, transportasi, dan pengemdapan timah
plaser berlangsung. Proses tersebut diduga berlangsung sangat intensif selama Zaman Es terakhir
(Wurm Ice Age) sekitar 18.000 tahun yang lalu sebagai puncaknya. Banyak penelitian Geologi Kuarter
yang menyatakan pada puncak Zaman Es terakhir itu, air laut di muka Bumi surut tajam, dan di
daerah khatulistiwa bahkan bisa mencapai lebih dari 120 m di bawah muka air laut sekarang (Bowen,
1978).
Dari peta-peta batimetri kita ketahui bahwa dasar perairan di perairan Bangka-Belitung, Selat
Karimata, dan bagian selatan dari Laut Cina Selatan, termasuk Laut Jawa, mempunyai kedalaman
tidak lebih dari 80 m. Dengan demikian, pada Zaman Es terakhir dengan data penelitian yang
mengungkapkan bahwa muka air laut surut hingga lebih dari 120 m dari muka air laut sekarang,
perairan-perairan di atas berubah menjadi daratan.
Pulau Bangka dan Belitung saat itu menjadi puncak-puncak tertinggi pada suatu dataran sangat luas
yang kemudian dikenal sebagai Sundaland. Pulau Bangka dan Belitung menjadi garis pemisah daerah
aliran sungai (DAS) utama antara utara dan selatan (Tjia, 1989). DAS utara disebut Sungai Sunda
Utara merupakan DAS besar yang merupakan gabungan sungai-sungai besar dari daratan Sumatera
dan Kalimantan Barat, seperi S. Musi, Batanghari dan S. Kapuas yang kemudian mengalir bersatu dan
bermuara ke Laut Cina Selatan di utara Kepulauan Natuna. DAS selatan disebut sebagai Sungai Sunda
Selatan mengalir di jalur terdalam di dasar Laut Jawa sekarang yang menggabungkan sungai-sungai
besar dari Pulau Jawa dan Kalimantan Tengah dan Selatan, seperti Ci Tarum, Ci Manuk, dan
Bengawan Solo. Sungai ini bermuara ke Selat Makassar di utara Pulau Madura.
Dengan demikian, selama air laut surut pada Zaman Es terakhir, proses-proses erosi berjalan intensif
di Pulau Bangka dan Belitung. Saat itulah diperkirakan endapan-endapan aluvial terbentuk baik di
sepanjang sungai yang ada di kedua pulau itu, maupun pada aliran menerus sungai tersebut pada
dataran Sundaland yang sekarang tergenang oleh laut. Dari konsep proses geologis di atas, maka
endapan-endapan kasiterit pembawa timah diduga membentuk cadangan-cadangan timah besar di
dasar laut di Selat Karimata.
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-13
Ketika air laut naik setelah 18.000 tahun yang lalu hingga sekarang, maka daratan-daratan
dan sungai-sungai yang tadinya aktif mengalir di atas daratan mulai tergenang: menjadi
rawa, menjadi pantai, sampai akhirnya seluruhnya tenggelam menjadi laut hingga pada
batas pantai sekarang. Maka tidak heran, di daratan Pulau Bangka Belitung, selain pada
dataran lembah sungai-sungai purba, endapan timah dijumpai juga pada banyak rawa-rawa
dataran rendah, seperti di sekitar Toboali, Koba, Pangkalpinang, Sungailiat, Belinyu dan
Jebus. Rawa-rawa ini dulunya merupakan dataran-dataran aluvial tempat terakumulasinya
pasir-pasir hasil erosi batuan granit yang membawa timah
Pengembangan Trek Geowisata Timah
Berdasarkan sejarah geologis timah di Kepulauan Bangka, terdapat empat jalur wisata yang dapat
dikembangkan, yaitu:
1. Geotrek 1 – Pangkalpinang
JUDUL Geowisata Timah - Sundaland
DAYA TARIK WISATA
Daya tarik wisata utama Gunung Mangkol, kolong sekitar Pangkalpinang,
Daya tarik wisata pendukung Pantai Sampur, kantor PT. Timah, Museum TImah
SASARAN PASAR - Wisnus asal Jakarta, wisman dari Jakarta dan Palembang - Pelajar/mahasiswa - Wisnus petualangan alam, - Komunitas pencinta timah, komunitas pecinta sejarah, komunitas
fotografi
PRAKONDISI - Informasi rinci tentang masing-masing titik perhentian harus tersedia - Storyline tentang jalur wisata harus tersedia dan dikonfirmasi ke ahli
geologi - Pemandu tidak sekedar guide, tetapi harus menguasai sejarah
penambangan timah dan teknik-teknik interpretasi - Harus dilaksanakan ujicoba terhadap jalur setelah seluruh bahan
serta sarana dan prasarana siap - Koordinasi yang harmonis dengan masyarakat dan pengelola daya
tarik wisata utama maupun pendukung - Bekerja sama dengan ASITA, PHRI, dan pihak lain yang kompeten
untuk promosi jalur wisata
untuk gambar jalur geotrek dapat dilihat dilampiran.
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-14
2. Geotrek 2 – Sungailiat
JUDUL Geowisata Bukit Granit
DAYA TARIK WISATA
Daya tarik wisata utama Bukit-bukit di Pemali, kolong-kolong di Pemali, TB. 1.9 Merawang, Tirta
Bangka
Daya tarik wisata pendukung Pantai Parai Tenggiri, Pemandian Air Panas Tirta Tapta
SASARAN PASAR - Wisnus asal Jakarta, Jawa Barat, Jawa Barat, wisman dari Jakarta dan Palembang
PRAKONDISI - Informasi rinci tentang masing-masing titik perhentian harus tersedia - Storyline tentang jalur wisata harus tersedia dan dikonfirmasi ke ahli
geologi - Pemandu tidak sekedar guide, tetapi harus menguasai sejarah
penambangan timah dan teknik-teknik interpretasi - Harus dilaksanakan ujicoba terhadap jalur setelah seluruh bahan
serta sarana dan prasarana siap - Koordinasi yang harmonis dengan masyarakat dan pengelola daya
tarik wisata utama maupun pendukung - Bekerja sama dengan ASITA, PHRI, dan pihak lain yang kompeten
untuk promosi jalur wisata
untuk gambar jalur geotrek dapat dilihat dilampiran.
3. Geotrek 3– Belinyu
JUDUL Geowisata Timah - Formasi Klabat
DAYA TARIK WISATA
Daya tarik wisata utama Kaki Gunung Maras, Airrikai, Teluk Kelabat
Daya tarik wisata pendukung Kantor PT. Timah di Belinyu, Airnyato
SASARAN PASAR - Wisnus asal Jakarta, wisman dari Jakarta dan Palembang - Pelajar/mahasiswa - Komunitas pencinta timah, komunitas pecinta sejarah, komunitas
fotografi
PRAKONDISI - Informasi rinci tentang masing-masing titik perhentian harus tersedia - Storyline tentang jalur wisata harus tersedia dan dikonfirmasi ke ahli
geologi - Pemandu tidak sekedar guide, tetapi harus menguasai sejarah
penambangan timah dan teknik-teknik interpretasi - Harus dilaksanakan ujicoba terhadap jalur setelah seluruh bahan
serta sarana dan prasarana siap - Koordinasi yang harmonis dengan masyarakat dan pengelola daya
tarik wisata utama maupun pendukung - Bekerja sama dengan ASITA, PHRI, dan pihak lain yang kompeten
untuk promosi jalur wisata
untuk gambar jalur geotrek dapat dilihat dilampiran.
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-15
4. Geotrek 4– Muntok
JUDUL Geowisata Timah – Kolong Biru
DAYA TARIK WISATA
Daya tarik wisata utama Gunung Menumbing, Danau Sekarbiru
Daya tarik wisata pendukung Wisma Ranggam, Taman Salim, Unit Metalurgi
SASARAN PASAR - Wisnus asal Jakarta, Jawa Barat, wisman dari Jakarta dan Palembang - Pelajar/mahasiswa - Wisnus petualangan alam - Komunitas pencinta timah, komunitas pecinta sejarah, komunitas
fotografi
PRAKONDISI - Informasi rinci tentang masing-masing titik perhentian harus tersedia - Storyline tentang jalur wisata harus tersedia dan dikonfirmasi ke ahli
geologi - Pemandu tidak sekedar guide, tetapi harus menguasai sejarah
penambangan timah dan teknik-teknik interpretasi - Harus dilaksanakan ujicoba terhadap jalur setelah seluruh bahan
serta sarana dan prasarana siap - Koordinasi yang harmonis dengan masyarakat dan pengelola daya
tarik wisata utama maupun pendukung - Bekerja sama dengan ASITA, PHRI, dan pihak lain yang kompeten
untuk promosi jalur wisata
untuk gambar jalur geotrek dapat dilihat dilampiran.
C. TREK REKREASI – EDUKATIF TIMAH
Selain tema sejarah penambangan dan geologis timah yang lebih bersifat minat khusus,
dikembangkan pula dua jalur wisata dengan tema rekreasi – edukatif untuk pasar yang bersifat
umum. Dua jalur wisata rekreatif – edukatif tersebut adalah:
1. Jalur Wisata Rekreasi - edukatif Pengolahan Timah Jebus Pemali
Jalur wisata ini mencakup tempat-tempat bekas penambangan timah yang berkembang sebagai
tempat rekreasi dan tempat-tempat penambangan timah dimana wisatawan dapat melihat (bila
memungkinkan terlibat) proses penambangan dan atau pengolahan timah. Tema yang
dikembangkan jalur wisata, daya tarik wisata utama dan pendukung, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan, pasar wisatawan yang dituju, serta prakondisi yang harus dipenuhi dapat dilihat di
bawah ini.
JUDUL Rekreasi Edukatif Pengolahan Timah
DAYA TARIK WISATA
Daya tarik wisata utama Taman Salim, Danau Sekarbiru, Airrikai, Airkantung
Daya tarik wisata pendukung Airnyato, Pemandian Air Panas Tirta Tapta, TB. 1.9
SASARAN PASAR - Wisnus/penduduk Bangka Belitung - Wisnus asal Jakarta, Jawa Barat, wisman dari Jakarta dan Palembang - Wisnus keluarga - Pelajar/mahasiswa
PRAKONDISI - Informasi rinci tentang masing-masing titik perhentian harus tersedia
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan V-16
- Storyline tentang jalur wisata harus tersedia dan dikonfirmasi ke ahli sejarah.
- Pemandu tidak sekedar guide, tetapi harus menguasai sejarah penambangan timah dan teknik-teknik interpretasi yang menarik.
- Program-program rekreasi yang dikembangkan harus melibatkan wisatawan.
- Koordinasi yang harmonis dengan masyarakat dan pengelola daya tarik wisata utama maupun pendukung.
- Bekerja sama dengan ASITA, PHRI, dan pihak lain yang kompeten untuk promosi jalur wisata.
untuk gambar jalur wisata dapat dilihat dilampiran.
2. Jalur Wisata Rekreasi Kolong Pemali - Koba
Jalur wisata ini mencakup tempat-tempat bekas penambangan timah yang sudah berkembang
sebagai tempat rekreasi. Tema yang dikembangkan jalur wisata, daya tarik wisata utama dan
pendukung, sarana dan prasarana yang dibutuhkan, pasar wisatawan yang dituju, serta
prakondisi yang harus dipenuhi dapat dilihat di bawah ini.
JUDUL Rekreasi Kolong
DAYA TARIK WISATA
Daya tarik wisata utama Pemandian Air Panas Tirta Tapta, Kolong Dam Nibung, Kolong Kacang
Pedang
Daya tarik wisata pendukung Airnyato, Pemandian Air Panas Tirta Tapta, TB. 1.9
SASARAN PASAR - Wisnus/penduduk Bangka Belitung - Wisnus asal Jakarta, Jawa Barat, wisman dari Jakarta dan Palembang - Wisnus keluarga - Pelajar/mahasiswa
PRAKONDISI - Informasi rinci tentang masing-masing titik perhentian harus tersedia - Storyline tentang jalur wisata harus tersedia dan dikonfirmasi ke ahli
sejarah. - Pemandu tidak sekedar guide, tetapi harus menguasai sejarah
penambangan timah dan teknik-teknik interpretasi yang menarik. - Program-program rekreasi yang dikembangkan harus melibatkan
wisatawan. - Koordinasi yang harmonis dengan masyarakat dan pengelola daya
tarik wisata utama maupun pendukung. - Bekerja sama dengan ASITA, PHRI, dan pihak lain yang kompeten
untuk promosi jalur wisata.
untuk gambar jalur wisata dapat dilihat dilampiran.
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan VI-1
BAB VI
RENCANA PENATAAN KAWASAN PRIORITAS
6.1 Kriteria/pertimbangan kawasan prioritas terpilih
Dalam mengembangkan kawasan wisata tambang di Kabupaten Bangka, perlu dilandasi oleh prinsip-
prinsip pengembangan sebagai berikut:
Menentukan prioritas pengembangan kawasan diantara kawasan-kawasan yang potensial
untuk dikembangkan bagi kegiatan wisata tambang, karena kegiatan ekonomi ini belum
berkembang di Kabupaten Bangka, sehingga harus dilakukan secara bertahap untuk
mempersiapkan keterampilan masyarakat dalam mengelola kegiatan wisata dan
mempersiapkan mental masyarakat dalam menghadapi kegiatan wisata.
Adanya keragaman potensi daya tarik wisata tambang dan potensi wisata rekreasi pada
umumnya menarik bagi wisatawan namun harus dikembangkan secara berhati-hati dan
bertahap karena jika tidak, pengembangan menjadi tidak fokus.
Berkaitan erat faktor efisiensi dana.
Kriteria pertimbangan kawasan prioritas terpilih dapat dilihat sebagai berikut:
Komponen Muntok Jebus Belinyu Sungai liat
Pangkal pinang
Koba Toboali Keterangan
Gaya arsitektural
heritage, tradisional, unik, estetis
Budaya/tradisi yang kental
Sense of place
Ketersediaan infrastruktur
jaringan air bersih, drainase, telekomunikasi, dll
Aksesibilitas
dilalui oleh trayek kendaraan umum,
Penyebaran objek wisata
Jumlah dan penyebaran daya tarik wisata
Pengembangan di masa datang
Kawasan cepat tumbuh, kawasan penunjang ekonomi
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan VI-2
Komponen Muntok Jebus Belinyu Sungai liat
Pangkal pinang
Koba Toboali Keterangan
Diversifikasi kegiatan/mixed use
Beragam aktivitas, evening use
Kelengkapan fasilitas penunjang
restoran, hotel, wartel, dll
Kesempatan unt rehabilitasi lahan
Membuka lapangan kerja bagi masy lokal dan meningkatkan pendapatan
Berpotensi dalam pengembangan sejarah tambang timah
-
Berpotensi dalam pengembangan geowisata timah
-
Berpotensi dalam pengembangan wisata pertambangan timah Lepas Pantai
-
- - -
Berpotensi dalam pengembangan wisata kolong
Dari kriteria di atas terlihat bahwa Kawasan Belinyu mempunyai potensi yang lebih besar untuk
diprioritaskan dalam pengembangan wisata timah. Arahan, konsep, maupun rencana
pengembangan Kawasan Belinyu secara lengkap dapat dilihat pada sub bab berikutnya.
6.2 Arahan dan Konsep Pengembangan Kawasan
Dalam kerangka jalur wisata timah, Kawasan Belinyu termasuk ke dalam Geotrek 3 yang
menampilkan aset dan daya tarik wisata kaki Gunung Maras, Air Rikai (daya tarik berupa endapan
timah plaser, penambangan rakyat, penambangan yang dikelola perusahaan tambang, kolong-
kolong), Tanjung Klabat (penambangan lepas pantai, kapal keruk), dan Kota Belinyu (tempat
pengolahan timah, Kampung Eropa sebagai permukiman pekerja tambang).
Akan tetapi aset dan daya tarik wisata ini tidak dapat terlepas dari keberadaan daya tarik wisata
lainnya yang tersebar di berbagai desa di Belinyu, misalnya Pha Kak Liang (taman rekreasi air dan
budaya); Air Nyato (agrowisata/peternakan); berbagai daya tarik wisata pantai seperti Pantai
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan VI-3
Penyusuk, Pantai Romodong, Pantai Tg. Gudang, Pulau Lampu, Pulau Karang, Pantai Tanjung, Pantai
Pesaren; maupun daya tarik lainnya seperti Pangkal Diang, Kuto Panji, dan Taman Laut Pulau Tujuh.
Oleh karena itu diperlukan semacam arahan pengembangan kawasan yang merangkaikan berbagai
aset dan daya tarik wisata di Kawasan Belinyu yang sarat akan kegiatan penambangan timah, baik
aktif maupun yang sudah berkembang menjadi fungsi lain, serta keterkaitannya dengan daya tarik
wisata lain. Tujuan pengembangan adalah sebagai berikut:
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui pemberdayaan dalam pengembangan
wisata timah
Mengoptimalkan nilai ekonomis dan komoditas timah Kawasan Belinyu melalui kombinasi
dengan kegiatan wisata
Memperkuat jati diri dan budaya lokal masyarakat Belinyu.
Melestarikan lingkungan dengan merestorasi sistem ekologi pada tapak melalui kultivasi
lansekap dan teknik reklamasi lahan yang sustainable/berkelanjutan.
Meningkatkan nilai-nilai edukasi dari aspek heritage, kultural/budaya, lingkungan, dan sosial
masyarakat terkait melalui pengembangan wisata timah.
Pengembangan Kawasan Belinyu dilakukan dengan kriteria dasar sebagai berikut:
Mengembangkan potensi wisata timah dan atau wisata lain yang relatif dekat dengan pusat
kecamatan
Berdekatan dengan potensi daya tarik wisata lain sehingga mudah membuat rangkaian/jalur
wisata.
Mengembangkan potensi daya tarik wisata yang sudah mulai dikenal dan sudah mulai
dikunjungi wisatawan sehingga masyarakat sudah lebih terbiasa berinteraksi dengan
wisatawan.
Relatif mempunyai prasarana dan sarana dasar sehingga biaya pengembangan tidak tinggi
Potensi yang dikembangkan memberdayakan masyarakat lokal sehingga memberikan
keuntungan sosial ekonomis bagi masyarakat.
Daya tarik wisata tambang yang dikembangkan hendaknya mengemban nilai-nilai edukasi
dari aspek heritage, kultural/budaya, lingkungan, dan sosial masyarakat terkait. Hal ini
memberikan kesempatan terhadap pengembangan wadah bagi berbagai kegiatan rekreasi
aktif dan pasif maupun pengkayaan wawasan berupa pendidikan lingkungan dan budaya.
Sejalan dengan arahan pengembangan tata ruang dan pariwisata Provinsi Bangka Belitung
dan arahan pengembangan jalur wisata timah yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka prioritas pengembangan wisata tambang di Kawasan Belinyu
dimulai dengan pengembangan:
Daya tarik wisata yang tercantum dalam pengembangan jalur wisata timah, yaitu Air Rikai,
Kaki Gunung Maras, Tanjung Klabat, Kampung Eropa di Kota Belinyu, tempat pengolahan
timah di Kota Belinyu.
Daya tarik wisata tambang lain yang sudah direhabilitasi dan berkembang menjadi
kegiatan wisata, misalnya Air Nyato (agrowisata/peternakan) dan Pha Kak Liang.
Daya tarik lain yang sudah mulai berkembang sebagai daya tarik wisata, seperti Pantai
Penyusuk, Pantai Romodong.
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan VI-4
Potensi daya tarik lain yang berkembang di kiri-kanan jalur yang menghubungkan berbagai
daya tarik wisata, seperti perkampungan Cina yang sarat akan kekayaan budayanya.
Berangkat dari pengembangan daya tarik yang menjadi prioritas, maka konsep pengembangannya
adalah sebagai berikut:
Memperkuat aksesibilitas antar daya tarik wisata dengan memanfaatkan infrastruktur yang
ada sehingga membentuk suatu rangkaian (linkage) sirkulasi antar daya tarik wisata
Menentukan titik masuk utama kawasan Belinyu dan titik masuk menuju masing-masing
daya tarik wisata yang telah ditentukan.
Menentukan pemintakatan atau zonasi kegiatan berdasarkan karakteristik
pengembangannya.
Menentukan titik-titik amenitas wisata yang memberi kelengkapan sarana prasarana
masing-masing kawasan, hal ini dicapai antara lain dengan menentukan pusat kecamatan,
yaitu kantor kecamatan dan areal sekitarnya sebagai simpul utama pengembangan wisata di
Belinyu, dan kantor-kantor desa sebagai pusat informasi wisata tambang.
Memanfaatkan prasarana dan sarana dasar lain sebagai fasilitas pendukung wisata.
Memanfaatkan bangunan-bangunan yang mengalami penurunan nilai ekonomi sebagai
fasilitas pendukung wisata (misal akomodasi, restoran) sehingga bersifat adaptive reuse.
6.3 Rencana Penataan Kawasan
6.3.1 Rencana Penataan Secara Umum
Rencana pengembangan spasial dalam kepariwisataan di Kawasan Belinyu tidak dapat terlepas dari
pengembangan spasial kepariwisataan secara umum. Hal ini diperoleh dari penataan sirkulasi dan
pemintakaan (zonasi) di Kawasan Belinyu.
A. Sirkulasi
Termasuk ke dalam rencana penataan sirkulasi adalah keberadaan titik masuk utama menuju
kawasan (entry point), linkage atau keterkaitan/rangkaian sirkulasi antar daya tarik wisata, dan
node/simpul kawasan sebagai wadah amenitas yang mendukung kegiatan kepariwisataan.
Titik masuk utama kawasan
Titik masuk atau entry point menuju kawasan Belinyu adalah sebagai berikut:
- Titik masuk bagi wisatawan yang datang dari arah Sungailiat
- Titik masuk bagi wisatawan yang datang dari arah Pemali
- Titik masuk bagi wisatawan yang datang dari arah Riau Silip
- Titik masuk wisatawan yang datang dari arah Pelabuhan Belinyu
Sebagai titik masuk utama dipilih titik masuk dari arah Sungailiat, karena memiliki keunggulan
strategis dari ibukota Provinsi Bangka Belitung, yaitu Pangkal Pinang, dan jalur langsung menuju
kantor kecamatan, dan beberapa daya tarik wisata lainnya di Belinyu.
Pada titik masuk ini, fasilitas yang akan dibangun antara lain adalah:
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan VI-5
- Tengaran/gerbang masuk kawasan yang menampilkan signifikansi kesejarahan Kawasan
Belinyu sebagai sebagai sumber timah.
- Papan informasi yang menampilkan daya tarik wisata timah dan daya tarik wisata lainnya
- Penunjuk arah menuju simpul/node kawasan dan menuju daya tarik wisata, biasanya
ditempatkan pada titik-titik strategis (persimpangan jalan, street island, dll).
- Penerangan jalan
- Shelter
Linkage
Rangkaian sirkulasi dapat menghubungkan semua desa dan objek wisata di Belinyu dalam bentuk
jalur sirkulasi, baik untuk kendaraan bermotor, non bermotor (sepeda, kuda), dan pejalan kaki.
Rangkaian utama yang dibuat adalah rangkaian sirkulasi yang menghubungkan pusat kota Belinyu
dengan Air Rikai, pusat kota Belinyu dengan Tanjung Klabat via Air Jukung, pusat kota dengan objek
wisata unggulan lainnya, yaitu Pha Kak Liang, Pantai Romodong, dll.
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menghubungkan berbagai daya tarik wisata di Kawasan
Belinyu adalah sebagai berikut:
- Alat transportasi massal, misalnya kendaraan umum, ojek, dll.
- Penunjuk arah menuju daya tarik wisata yang ditempatkan pada titik-titik strategis.
Simpul
Simpul utama atau node berfungsi sebagai wadah penempatan titik amenitas yang berfungsi
sebagai:
- Pusat informasi wisata mengenai kegiatan/program/paket wisata tambang dan informasi
mengenai akomodasi
- Kantor pemandu wisata
- Fasilitas umum seperti parkir, tempat ibadah, warung, WC umum, dll.
- Akses ke sarana transportasi
- Perijinan
Simpul utama yang diusulkan adalah memanfaatkan Kantor Kecamatan Belinyu yang didukung oleh
simpul-simpul sekunder di kantor-kantor desa setempat dengan fungsi kurang lebih sama akan
tetapi mempunyai hirarki yang lebih rendah.
B. Pemintakatan (zonasi)
Kawasan Belinyu secara keseluruhan dibagi ke dalam beberapa pemintakatan yang disesuaikan
dengan fungsi dan kegiatan eksisting yang dapat dimanfaatkan bagi pengembangan kepariwisataan.
Pemintakatan yang direncanakan adalah sebagai berikut:
Cluster Wisata Tambang Aktif, terdapat di kawasan Air Rikai dan sekitarnya.
Cluster Wisata Tambang Lepas Pantai, terdapat di kawasan Teluk Klabat dan sekitarnya
Cluster Wisata Kota, terdapat di pusat Kota Belinyu
Cluster Wisata Budaya, terdapat di kawasan Kuto Panji dan sekitarnya.
Cluster Wisata Pantai, terbentang antara Pantai Romodong dan Pantai Penyusuk.
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan VI-6
6.3.2 Rencana Pengembangan Cluster
A. Cluster Wisata Tambang Aktif
Daya tarik utama: Kawasan Air Rikai
Konsep pengembangan
Konsep pengembangan kawasan Air Rikai adalah menawarkan kegiatan wisata tambang aktif bagi
para wisatawan yang berorientasi ekologis, edukatif, dan sekaligus rekreatif. Hal ini mengandung
makna bahwa daya tarik wisata utama dari Kawasan Air Rikai adalah komposisi dan keragaman
aktivitas dan objek wisata yang kental dengan nuansa penambangan timah yang menambah
wawasan dan pengetahuan sekaligus rekreatif. Patut digarisbawahi bahwa jenis wisata ini bukan
merupakan jenis wisata massal, akan tetapi dalam skala kecil/grup untuk meminimasi ecological
footprint dalam kawasan.
Dalam konsep pengembangan secara spasial, kawasan terbagi ke dalam beberapa zona yang
mempunyai karakteristik tersendiri. Zona tersebut dijabarkan sebagai berikut:
Zona penerima, terdapat di areal pintu masuk tapak.
Fasilitas yang dikembangkan adalah loket tiket; interpretive center yang berfungsi sebagai
ruang informasi mengenai sejarah dan kegiatan pertambangan (dilengkapi dengan panel-
panel) dan pelayanan pengunjung, telepon umum, toilet, restoran, dan kios souvenir; dan
parkir.
Zona wisata penambangan aktif
Merupakan kawasan penambangan yang memanfaatkan lahan tersisa dimana wisatawan
dapat merasakan secara langsung (first hand-experience) kegiatan penambangan timah.
Fasilitas yang dikembangkan adalah shelter, tempat ganti
Zona rehabilitasi lahan, terdapat di sekeliling dan di sela-sela tapak, direncanakan
merupakan kegiatan penghijauan lahan bekas penambangan timah.
Kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan adalah sebagai berikut:
- ikut serta dalam kegiatan penambangan timah skala kecil
- mengamati kegiatan penambangan dan melihat dampak dari pengolahan kegiatan tersebut
- makan, minum, dan beristirahat sejenak
- membeli souvenir khas, misalnya hasil olahan timah
B. Cluster Wisata Tambang Lepas Pantai
Daya tarik utama: Tanjung Klabat dan sekitarnya
Konsep pengembangan
Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka Laporan Akhir
PT. Belaputera Interplan VI-7
Konsep pengembangan Kawasan Tanjung Klabat adalah menawarkan kegiatan wisata tambang aktif
di lepas pantai yang edukatif dan rekreatif dengan karakteristik yang sama sekali lain dengan yang
ada di darat. Kegiatan yang dapat dilakukan dan manfaat yang didapat wisatawan antara lain adalah
pengalaman menaiki kapal keruk sekaligus mempelajari proses penambangan di lepas pantai. Jenis
wisata ini juga tidak ditujukan bagi wisatawan massal, akan tetapi dalam skala kecil/grup dengan
prosedur yang ketat, mengingat tingkat keselamatan yang relatif riskan.
Prasarana dan sarana yang akan dikembangkan antara lain perbaikan/penataan sirkulasi menuju