Top Banner
ANALISIS PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi National Plant Cibitung Jawa Barat) Oleh FRANS ROMADA F34102115 2010 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
67

(Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

Mar 08, 2019

Download

Documents

lenhi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

ANALISIS PENERAPAN PROGRAM

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRODUKTIVITAS

KERJA KARYAWAN

(Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi

National Plant Cibitung Jawa Barat)

Oleh

FRANS ROMADA

F34102115

2010

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 2: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

ANALISIS PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN HUBUNGANNYA

DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

(Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi

National Plant Cibitung Jawa Barat)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

FRANS ROMADA

F34102115

2010

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 3: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANALISIS PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (K3) DAN HUBUNGANNYA DENGAN

PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

(Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi

National Plant Cibitung Jawa Barat)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

FRANS ROMADA

Dilahirkan pada tanggal 7 September 1984

di Jakarta

Tanggal Lulus :

Bogor, Januari 2010

Menyetujui,

Dr. Ir. Anas M. Fauzi, M. Eng Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc

Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II

Page 4: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

Judul Skripsi : Analisis Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

(K3) Dan Hubungannya Dengan Produktivitas Kerja Karyawan

(Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi

National Plant Cibitung Jawa Barat)

Nama : Frans Romada

NIM : F34102115

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Anas M. Fauzi, M. Eng Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc

NIP. 19600419 198503 1002 NIP. 19590503 198703 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen

Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti

NIP. 19621009 198903 2 001

.

Page 5: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi dengan

judul “Analisis Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

Dan Hubungannya Dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus :

PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi National Plant Cibitung

Jawa Barat)” adalah hasil karya sendiri dengan arahan dosen pembimbing

akademik, dan semua sumber yang dikutip telah saya nyatakan dengan benar.

Jakarta, Januari 2010

.…………………………

Nama : Frans Romada

NRP : F34102115

Page 6: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 September 1984 sebagai anak

kedua dari lima bersaudara pasangan Saroha Siregar (alm) dan Yunita Marpaung.

Penulis memulai jenjang pendidikannya di SD Negeri 01 Susukan Jakarta Timur

lalu berpindah sekolah ke SD Kristen Lydia Bandar Lampung. Pada tahun 1996

penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 5 Bandar Lampung dan lulus

pada tahun 1999. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 2

Bandar lampung dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen

Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi

penerimaan mahasiswa baru (SPMB). Pada tahun 2005 penulis melakukan

kegiatan praktek lapang (PL) di PTPN VII Tulungbuyut Lampung Utara dengan

judul “Mempelajari Teknologi Pengolahan Limbah di PTPN VII Tulungbuyut”.

Sebagai tugas akhir, penulis melalukan penelitian di PT. Coca Cola Bottling

Indonesia National Plant Cibitung Jawa Barat dengan judul skripsi “Analisis

Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Hubungannya

dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling

Indonesia National Plant Cibitung Jawa Barat)”.

Page 7: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) dan Hubungannya dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus

: PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung Jawa Barat)”.

Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis telah

mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya,

pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng selaku dosen pembimbing pertama

yang telah dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan dan arahan

kepada penulis.

2. Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc selaku dosen pembimbing kedua yang

juga telah banyak memberikan arahan, saran dan bimbingan kepada

penulis.

3. Ir. Ade Iskandar, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan dan arahan kepada penulis.

4. Bapak Susilo selaku pembimbing lapang selama penulis melakukan

penelitian di PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung

Jawa Barat.

5. Mama, Kakak Vina, Doan, Anes atas kasih sayang, perhatian dan

dukungannya selama penulis menempuh pendidikan dan menyelesaikan

skripsi ini.

6. Bapatua Hasudungan dan Inangtua Erniaty atas perhatian, dukungan dan

nasihat-nasihatnya selama penulis menempuh pendidikan dan

menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapatua Hutagalung dan Inangtua Lis atas dukungan, arahan, bimbingan

dan dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

8. Syifariza Aldamilia Chandra yang telah dengan tulus dan sabar

memberikan kasih sayangnya serta selalu setia menemani penulis dalam

menyelesaikan skripsi dan pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

Page 8: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

ii

9. Teman seperjuangan Muhammad Iyas atas kebersamaan, persahabatan

dan dukungannya kepada penulis selama menempuh pendidikan di

Institut Pertanian Bogor.

10. Adriel, Samuel, Amin dan Indra atas persahabatan dan dukungannya

kepada penulis selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

11. Zainul, Samba, Toni dan Yoyok yang telah memberikan dukungan dan

bantuan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

12. Emma, Audi, Nadya dan Nina atas persahabatan dan dukungannya kepada

penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk

perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan ini

dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembacanya.

Bogor, Desember 2009

Penulis

Page 9: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

Frans Romada. F34102115. Analisis Penerapan Program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja dan Hubungannya dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi

Kasus di PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung Jawa barat).

Di bawah bimbingan Bapak Anas Miftah Fauzi dan Bapak Tajuddin Bantacut.

RINGKASAN

Banyaknya jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia telah

mengakibatkan kerugian yang cukup besar baik bagi perusahaan maupun pekerja

yang mengalami kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan

telah menurunkan produktivitas perusahaan sebagai akibat dari turunnya

produktivitas pekerja. Kerugian yang dialami perusahaan sebagai akibat dari

kecelakaan kerja yang terjadi antara lain hilang dan rusaknya material/produk,

terhentinya proses produksi, hilangnya tenaga terampil & berpengalaman,

menurunnya kredibilitas perusahaan, hilangnya keuntungan, hilangnya waktu

kerja, pengeluaran biaya pengobatan, perawatan dll.

Upaya untuk mengatasi kerugian-kerugian tersebut yaitu dengan

menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja di dalam perusahaan.

Kenyataan di Indonesia yang menjadi masalah adalah masih banyak perusahaan

yang belum menjadikan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai prioritas. Salah

satu perusahaan yang telah menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di

Indonesia adalah PT. Coca Cola Bottling Indonesia.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat penerapan keselamatan dan

kesehatan kerja di PT. Coca Cola Bottling Indonesia dan menganalisis

hubungannya dengan produktivitas kerja karyawan dan manfaatnya terhadap

kesejahteraan karyawan.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara non-probability sampling

menggunakan metode convenience sampling. Jumlah responden yang digunakan

adalah sebanyak 30 orang karyawan bagian produksi PT. Coca Cola Bottling

Indonesia.

Faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja yang dianalisis dalam

penelitian ini meliputi pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol

lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran K3.

Faktor-faktor produktivitas kerja yang dianalisis yaitu kemauan kerja, kemampuan

kerja, lingkungan kerja, kompensasi, jaminan sosial, hubungan kerja.

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. CCBI Cibitung secara

umum keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dikategorikan baik. Sebagian besar

karyawan telah mengetahui pelatihan-pelatihan yang diadakan perusahaan dan

merasakan manfaat dari pelatihan tersebut. Pelaksanaan publikasi keselamatan

kerja dinilai cukup baik oleh karyawan. Pelaksanaan kontrol lingkungan kerja

dinilai baik oleh karyawan, begitu pula dengan pelaksanaan pengawasan dan

disiplin serta peningkatan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja. Adanya

program keselamatan dan kesehatan kerja membuat karyawan merasa aman dan

nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Hasil uji korelasi Rank Spearman antara faktor-faktor keselamatan dan

kesehatan kerja dengan faktor-faktor produktivitas kerja menunujukkan memiliki

hubungan yang positif. Pelatihan keselamatan memiliki hubungan positif dengan

produktivitas kerja karyawan, dengan nilai korelasi 0,592. Berdasarkan hasil uji

korelasi Rank Spearman, publikasi keselamatan kerja memiliki hubungan positif

Page 10: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

dengan produktivitas kerja karyawan, dengan nilai korelasi 0,755. Kontrol

lingkungan kerja memiliki hubungan positif dengan produktivitas kerja karyawan,

dengan nilai korelasi 0,691. Hubungan positif antara pengawasan dan disiplin

dengan produktivitas kerja karyawan, dengan nilai korelasi 0,872. Peningkatan

kesadaran K3 mempunyai hubungan yang positif dengan produktivitas kerja

karyawan, ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,700.

PT. Coca Cola Bottling Indonesia disarankan agar lebih meningkatkan

kualitas pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja, karena walaupun secara uji

diperoleh hasil positif namun secara umum masih ditemui adanya pelanggaran

seperti tidak memakai APD saat bekerja. Teguran dan pemberian sangsi yang

tegas kepada karyawan yang mengabaikan keselamatan dan kesehatan kerja

dirinya sendiri dapat dilakukan. Manfaat positif dari penerapan keselamatan dan

kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan kerja dan dapat

meningkatkan produktivitas, reputasi dan citra perusahaan yang juga dapat

meningkatkan kesejahteraan karyawan.

Page 11: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

Frans Romada. F34102115. Implementation of the programme for occupation

health and safety analysis, and its relationship with the productivity of employees

(a case study in PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung West

Java). Under the direction of Mr. Anas Miftah Fauzi and Mr. Tajuddin Bantacut.

SUMMARY

A large number of cases of occupational accidents in Indonesia has resulted in

substantial losses for both companies and workers who suffered occupational

accidents. Occupational accidents that occurred in the company has reduced the

productivity of the company as a result of the decline in worker productivity. The

company experienced losses as a result of accidents that occurred between the loss

and damage to other materials / products, interruption of production processes,

loss of skilled & experienced personnel, decreasing the credibility of the

company, loss of profits, loss of work time, medical expenses, maintenance, etc..

Efforts to overcome these disadvantages is to implement safety and health

programs in the corporate workplace. The reality in Indonesia that the problem is

still a lot of companies that have made the health and safety as a priority.. One of

the companies that have implemented safety and health in Indonesia is PT. Coca

Cola Bottling Indonesia. This research was conducted to see the implementation

of occupational safety and health at PT. Coca Cola Bottling Indonesia, and

analyze the relationship with employee productivity and welfare benefits to

employees.

Sampling technique carried out in a non-probability sampling using convenience

sampling methods. The number of respondents who used as many as 30 people

are employees of the production of PT. Coca Cola Bottling Indonesia.

The factors of safety and health are analyzed in this study include safety training,

workplace safety publications, working environment control, supervision and

discipline as well as increased awareness of OHSAS. These factors are analyzed

labor productivity is the willingness to work, work skills, work environment,

compensation, social security, employment relationship.

Application of occupational safety and health at PT. CCBI Cibitung is generally

categorized good. Most employees already know that training is held firm and feel

the benefits of such training. Implementation of work safety publications judged

good enough by the employee. Implementation of environmental controls work

well assessed by the employees, as well as the implementation of supervision and

discipline as well as increased awareness of occupational safety and health. The

health and safety programs work to make employees feel safe and comfortable in

its work.

The results of Spearman Rank correlation tests between the factors of safety and

health factors and labor productivity has a positive relationship. Safety training

has a positive relationship with employee productivity, with a 0.592 correlation

Page 12: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

value. Based on the Spearman Rank correlation test, the publication of work

safety has a positive relationship with employee productivity, with a 0.755

correlation value. Control the work environment has a positive relationship with

employee productivity, with a 0.691 correlation value. Positive relationship

between supervision and discipline with employee productivity, with a 0.872

correlation value. Increased awareness of K3 has a positive relationship with

employee productivity, indicated by the value of correlation 0.700.

PT. Coca-Cola Bottling Indonesia is suggested that further enhance the quality of

occupational health and safety, because even though the tests positive results

obtained in general but still found that such violations do not use APD at work.

Reprimand and giving stern sanctions to employees who ignore safety and health

itself can be done. Positive benefits from the implementation of occupational

safety and health of the company to avoid accidents and can increase productivity,

reputation and corporate image can also improve the welfare of employees.

Page 13: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL..................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR................................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ vii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang................................................................................................ 1

1.2. Tujuan Penelitian............................................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja................................................................. 3

2.1.1. Keselamatan Kerja............................................................................... 3

2.1.2. Kesehatan Kerja................................................................................... 6

2.1.3. Faktor-faktor Kecelakaan..................................................................... 7

2.1.4. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)................ 7

2.1.5. Manfaat Penerapan SMK3................................................................... 8

2.1.6. Biaya dan Keuntungan Penerapan K3.................................................. 10

2.1.7. Langkah-langkah Penerapan Sistem Manajemen K3........................... 11

2.1.8. Landasan Hukum Penerapan K3…………………………………….. 12

2.2. Produktivitas Kerja……………………………………………………...…. 13

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran....................................................................................... 16

3.2. Tata Laksana................................................................................................... 16

3.2.1. Sumber Data......................................................................................... 16

3.2.2. Metode Pengumpulan Data.................................................................. 17

3.2.3. Penentuan Ruang Lingkup................................................................... 17

3.2.4. Pengolahan dan Analisis Data……………………………………….. 18

3.2.4.1. Uji Validitas…………………………………………………. 18

3.2.4.2. Uji Reliabilitas......................................................................... 18

3.2.4.3. Analisis Data............................................................................ 19

Page 14: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

iv

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan...................................................................... 22

4.1.1. Sejarah Umum Perusahaan................................................................ 22

4.2.2. Visi dan Misi Perusahaan................................................................... 22

4.2.3. Proses Produksi…………………………………………………….. 23

4.2. Analisis Data Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuisioner……………….. 29

4.2.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner............................................................ 29

4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner......................................................... 29

4.3. Karakteristik Responden.............................................................................. 30

4.3.1. Jenis Kelamin..................................................................................... 30

4.3.2. Usia.................................................................................................... 30

4.3.3. Tingkat Pendidikan............................................................................ 31

4.3.4. Masa Kerja......................................................................................... 31

4.4. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja................................................. 32

4.4.1. Pelatihan Keselamatan....................................................................... 32

4.4.2. Publikasi Keselamatan Kerja............................................................. 34

4.4.3. Kontrol Lingkungan Kerja................................................................. 36

4.4.4. Pengawasan dan Disiplin................................................................... 38

4.4.5. Peningkatan Kesadaran K3................................................................ 40

4.4.6. Gambaran Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja....................... 42

4.5. Analisis Produktivitas Kerja........................................................................ 42

4.5.1. Kemauan Kerja.................................................................................. 42

4.5.2. Kemampuan Kerja............................................................................. 43

4.5.3. Lingkungan Kerja.............................................................................. 43

4.5.4. Kompensasi........................................................................................ 43

4.5.5. Jaminan Sosial.................................................................................... 43

4.5.6. Hubungan Kerja................................................................................. 44

4.6. Analisis Hubungan (K3) Dengan Produktivitas Kerja................................ 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 49

LAMPIRAN.............................................................................................................. 51

Page 15: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Biaya Tindakan Pencegahan dan Biaya Akibat Kecelakaan........................11

Tabel 2. Jumlah Keuntungan Sebagai Manfaat Penerapan K3.................................. 11

Tabel 3. Nilai Skor Rataan......................................................................................... 19

Tabel 4. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pelatihan Keselamatan..................... 33

Tabel 5. Hasil Jawaban Responden Mengenai Publikasi Keselamatan..................... 36

Tabel 6. Hasil Jawaban Responden Mengenai Kontrol Lingkungan......................... 37

Tabel 7. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pengawasan dan Disiplin…………. 39

Tabel 8. Hasil Jawaban Responden Mengenai Peningkatan Kesadaran K3.............. 41

Page 16: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin............................. 30

Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia............................................. 31

Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan..................... 31

Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja.................................. 32

Page 17: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Organization Chart National Cibitung.................................................. 52

Lampiran 2. Struktur Organisasi P2K3 PT.CCBI...................................................... 53

Lampiran 3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. CCBI...................... 54

Lampiran 4. Job Safety Analysis Training Guide...................................................... 55

Lampiran 5. Formulir Laporan Kecelakaan Kerja/Mesin.......................................... 56

Lampiran 6. Formulir Laporan Penyelidikan Kecelakaan......................................... 57

Lampiran 7. Formulir Daftar Penilaian dan Pengendalian Resiko K3 PT. CCBI

Cibitung Plant....................................................................................... 58

Page 18: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia, menurut data PT Jamsostek (Persero) dalam periode 2002 –

2005, terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap

dan kompensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Kompensasi ini adalah sebagian dari

kerugian langsung dari 7,5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta

Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal

adalah lebih dari Rp. 2 triliun di mana sebagian besar merupakan kerugian dunia

usaha. Dengan kata lain, inilah hilangnya produktivitas dunia usaha karena

kelalaian dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Begitu pula survei ILO

(International Labor Organization) menyatakan bahwa tingkat ”competitiveness”

karena faktor K3 Indonesia adalah negara ke-2 dari bawah dari lebih 100 negara

yang disurvei (Mukhlisani et al, 2008).

Kecelakaan kerja tidak harus dilihat sebagai takdir, karena kecelakaan itu

tidaklah terjadi begitu saja. Kecelakaan pasti ada penyebabnya. Kelalaian

perusahaan yang semata-mata memusatkan diri pada keuntungan, dan kegagalan

pemerintah untuk meratifikasi konvensi keselamatan internasional atau melakukan

pemeriksaan buruh, merupakan dua penyebab besar kematian terhadap pekerja

(Suardi, 2005).

Padahal meningkatkan standar keselamatan kerja yang lebih baik akan

menghasilkan keuangan yang baik. Pengeluaran biaya akibat kecelakaan dan sakit

yang berkaitan dengan kerja merugikan ekonomi dunia lebih dari seribu miliar

dollar (850 miliar euro) di seluruh dunia, atau 20 kali jumlah bantuan umum yang

diberikan pada dunia berkembang. Di AS saja, kecelakaan kerja merugikan

pekerja puluhan miliar dolar karena meningkatnya premi asuransi, kompensasi

dan menggaji staf pengganti (Suardi, 2005). Angka keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum ternyata masih rendah.

Berdasarkan data organisasi buruh internasional di bawah PBB (ILO), Indonesia

menduduki peringkat ke-26 dari 27 negara.

Meningkatkan produktivitas adalah sebuah perhatian utama berbagai

industri, sebagai perubahan efektifitas dan efisiensi dari sumber daya ke dalam

Page 19: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

2

produk yang dapat dipasarkan dan menentukan keuntungan bisnis. Sebagai

akibatnya, berbagai indikator dan faktor yang dapat dipertimbangkan telah

diarahkan untuk dapat meningkatkan produktivitas. Maka dari itu, dalam

penelitian ini, tidak hanya membahas masalah K3 saja untuk meningkatkan

produktivitas kerja, namun termasuk masalah lingkungan kerja dari segi fisik serta

lingkungan kerja dari segi psikologi dan sosial (Mukhlisani et al, 2008).

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini :

1. Mengkaji penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di PT.

Coca Cola Bottling Indonesia Cibitung Plant.

2. Menganalisis hubungan kualitatif antara penerapan program keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja karyawan dan

manfaatnya terhadap kesejahteraan karyawan.

Page 20: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.1. Keselamatan Kerja

Dalam pemahaman yang umum, kesehatan dan keselamatan kerja (K3),

adalah segala upaya untuk mengendalikan resiko yang berkaitan dengan kegiatan

kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sasaran

utama dari K3 ditujukan terhadap pekerja, dengan melakukan segala daya upaya

berupa pencegahan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja, agar

terhindar dari resiko buruk di dalam melakukan pekerjaan. Dengan memberikan

perlindungan K3 dalam melakukan pekerjaannya, diharapkan pekerja dapat

bekerja dengan aman, sehat dan produktif. Secara filosofis, K3 merupakan upaya

dan pemikiran guna menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani ataupun

rohaniah manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya serta hasil

karya dan budaya manusia.

Upaya perlindungan itu sejalan dengan hak asasi manusia yang dijamin

pula dalam UUD 1945, setiap orang berhak atas perlindungan yang layak bagi

kemanusiaan. Dengan demikian K3 merupakan hak dasar setiap orang untuk

memperoleh hak yang sama untuk hidup dan mendapat perlindungan atas

keselamatan dan kesehatannya.

Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi

tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum

K3 merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja. Melalui peraturan yang jelas dan

sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat ditegakkan, untuk itu diperlukan

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang K3. Bahkan di tingkat

internasional pun telah disepakati adanya konvensi-konvensi yang mengatur

tentang K3 secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, baik yang dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO,

maupun tingkat regional.

Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat

kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga

Page 21: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

4

menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang

efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan

hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat mendorong semua tempat

kerja/industri maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya dan memiliki

budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi

salah satu budaya industrial.

Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga

kerja dari resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi

pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Disamping itu, perlindungan K3

tersebut juga ditujukan untuk mengamankan aset perusahaan yang berupa

peralatan, mesin, pesawat, instalasi, dan bahan produksi dari kemungkinan

kerusakan dan kerugian akibat bahaya peledakan, kebakaran atau terganggunya

proses produksi. Oleh karena itu dengan dilaksanakannya perlindungan K3,

diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja

yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas

perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya

meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban

manusia dan segala kerugian akibat kecelakaan.

Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting untuk mewujudkan

kualitas hidup dan kemajuan masyarakat sesuai dengan tujuan hidup setiap insan

untuk mendapatkan kebahagiaan hidup jasmaniah dan rohaniah. Keselamatan dan

kesehatan kerja yang berjalan baik dapat mendorong dan memacu peningkatan

produksi dan produktivitas, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing.

Dengan demikian untuk mewujudkan K3 di perusahaan perlu dilaksanakan

dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci

keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai pelaku

maupun sebagai penikmat perlindungan dimaksud.

Kecelakaan kerja merupakan kejadian atau peristiwa yang tidak

diharapkan atau diduga sama sekali yang terjadi di tempat kerja. Secara umum

dapat dikualifikasi bahwa kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan manusia

(unsafe act) sebesar 78 %, yang disebabkan kondisi berbahaya dari peralatan

(unsafe condition) sebesar 20 %, dan faktor lainnya sebesar 2 %.

Page 22: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

5

Perilaku manusia merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan di

tempat kerja. Pada hal, kecelakaan kerja yang terjadi dapat mengakibatkan korban

jiwa, cacat, kerusakan peralatan, menurunnya mutu dan hasil produk, terhentinya

proses produksi, kerusakan lingkungan, yang pada akhirnya akan merugikan

semua pihak. Dalam skala besar, akibat kecelakaan kerja yang banyak terjadi dan

besarnya jumlah kerugian yang diderita perusahaan, secara kumulatif akan pula

merugikan perekonomian sosial.

Hal ini menunjukkan bahwa masalah K3 adalah masalah yang strategis,

yang tidak lepas dari kegiatan dalam suatu industri secara keseluruhan, sehingga

pola yang harus dikembangkan di dalam penanganan K3 dan pengendalaian

potensi bahaya memerlukan pendekatan kesisteman antara lain dilakukan dengan

menerapkan sistem manajemen K3 (SMK3). Untuk mengetahui efektivitas

penerapan SMK3 dan mengukur kinerja pelaksanaan SMK3, serta untuk membuat

perbaikan-perbaikan, dalam pelaksanaanya, dilakukan dengan penilaian hasil

kegiatan, atau audit.

Melalui audit SMK3 akan dapat diketahui sampai sejauh mana program

K3 telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan K3 yang telah ditetapkan di dalam

suatu perusahaan. Dalam pelaksanaannya audit dilakukan oleh auditor, sebagai

Profesional Judgement. Untuk memelihara kompetensinya dan melakukan

penyamanan persepsi tentang penilaian obyek yang diaudit, auditor menggunakan

suatu standar atau melakukan pengukuran melalui suatu proses sertifikasi terhadap

kompetensinya. (Syamsuddin, 2004)

Miner dalam Ilham (2002) mengemukakan dua aspek yang disebut dengan

Safety Psychology dan Industrial Clinical Psychology, yang dapat digunakan

untuk mengatasi masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Safety Psychology

memfokuskan pada usaha untuk mencegah kecelakaan terjadi, dengan meneliti

kenapa dan bagaimana kecelakaan itu muncul, sedangkan Industrial Clinical

Psychology memfokuskan pada karyawan-karyawan yang tingkat kerjanya

menurun, hal-hal yang menyebabkannya serta apa yang bisa dilakukan untuk

mengatasi masalah tersebut.

Persamaan dari Safety Psychology dan Industrial Clinical Psychology

adalah sama-sama meneliti untuk pencegahan dan mengatasi masalah-masalah

Page 23: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

6

tertentu yang berkaitan dengan keselamatan kerja dan dan motivasi kerja

karyawan. Safety Psychology terdiri dari enam faktor, yaitu Laporan dan Statistik

Kecelakaan, Pelatihan Keselamatan, Publikasi dan Kontes Keselamatan Kerja,

Kontrol terhadap Lingkungan Kerja, Inspeksi dan Disiplin, Peningkatan

Kesadaaran K3. Industrial Clinical Psychology terdiri atas dua faktor, yaitu

Konseling dan Employee Assistance Program.

2.1.2. Kesehatan Kerja

Sebenarnya membicarakan keselamatan kerja, di dalamnya telah

terkandung pemahaman mengenai perlindungan kesehatan kerja. Undang-Undang

Keselamatan Kerja, dari judulnya sendiri tidak membedakan antara pengertian

keselamatan dan kesehatan kerja. Di dalam pengertian keselamatan kerja,

didalamnya telah melekat pemahaman mengenai kesehatan kerja sebagai bagian

yang sama pentingnya satu dengan lainnya.

Namun sejalan dengan kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan

kemudian mengembangkan kesehatan kerja menjadi cabang ilmu tersendiri

sebagai bagian dari keselamatan kerja. Konsepsi mengenai kesehatan kerja yang

telah berkembang sebagai kebutuhan masyarakat yang berdiri sendiri.

Menurut Joint ILO/WHO committee dalam Syamsuddin (2004) kesehatan

kerja didefinisikan sebagai upaya pemeliharaan derajat yang setinggi-tingginya

keadaan fisik, mental dan sosial pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan

gangguan kesehatan yang disebabkan kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja

dari faktor-faktor yang mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan

pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisiologis

dan psikologis, dan penyesuaian pekerjaan terhadap manusia dan manusia

terhadap pekerjaannya.

Kemudian pada tahun 1985 dikeluarkan pula ILO Convension of

Occupational Health Services, Konvensi No.161 Tahun 1985, yang isinya antara

lain mewewajiban dan kesehatan, dan pengembangan organisasi dan budaya kerja

kearah yang mendukung kesehatan dan keselamatan kerja, yang dalam

pelaksanaannya juga mempromosikan iklim sosial yang positif, operasi yang

lancar dan meningkatkan produktivitas perusahaan.

Page 24: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

7

Pada saat ini, upaya perlindungan kesehatan yang semula bersifat kuratif

seperti pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan pengobatan, telah

berkembang menjadi upaya pencegahan dan perlindungan, dan mendorong pada

berkembangnya ilmu tentang keracunan (poisoning) dan penyakit akibat kerja

(Syamsuddin, 2004).

2.1.3. Faktor - faktor Kecelakaan

Studi kasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja sebuah

industri terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industri

mengatakan itu sebagai kecenderungan kecelakaan. Untuk mengukur

kecenderungan kecelakaan harus menggunakan data dari situasi yang

menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen.

Pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus dianalisa, untuk seseorang

yang berada di kelas pelatihan kecenderungan kecelakaan mungkin hanya sedikit

yang diketahuinya. Satu lagi pertanyaan yang tak terjawab ialah apakah ada

hubungan yang signifikan antara kecenderungan terhadap kecelakaan yang kecil

atau salah satu kecelakaan yang besar.

Pendekatan yang sering dilakukan untuk seorang manajer untuk salah satu

faktor kecelakaan terhadap pekerja adalah dengan tidak membayar upahnya.

Bagaimanapun jika banyak pabrik yang melakukan hal di atas akan menyebabkan

berkurangnya rata-rata pendapatan, dan tidak membayar upah pekerja akan

membuat pekerja malas melakukan pekerjaannya dan terus membahayakan diri

mereka ataupun pekerja yang lain. Ada kemungkinan bahwa kejadian secara acak

dari sebuah kecelakaan dapat membuat faktor-faktor kecelakaan tersendiri (Ishak,

2004).

2.1.4. Tujuan Penerapan K3

Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat 1

UU No. 1 Tahun 1970 dalam Yusra (2005) tentang keselamatan kerja, yaitu:

a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b) Mencegah mengurangi dan memadamkan kebakaran;

Page 25: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

8

c) Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran;

d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

e) Memberi pertolongan pada kecelakaan;

f) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

g) Mencegah dan mengendalikan diri pada para pekerja;

h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik

maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan;

i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja lingkungan cara dan

proses kerjanya;

n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman

atau barang;

o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

p) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang;

q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada pekerjaan yang

bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

2.1.5. Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Suardi (2005) manfaat penerapan sistem manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja adalah :

a) Perlindungan karyawan

b) Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang

c) Mengurangi biaya

d) Membuat sistem manajemen yang efektif

e) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan

Page 26: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

9

PT. Holcim Indonesia Tbk menyatakan dengan dijalankannya K3 secara

tertib di perusahaannya telah diraih peningkatan produktivitas kerja sampai 75

persen. Ini karena potensi kehilangan banyak jam kerja juga mampu diminimalisir

dengan adanya K3. Jika ada kecelakaan kerja maka akan ada banyak jam kerja

terbuang dengan penggantian karyawan yang kecelakaan oleh karyawan baru atau

mungkin juga oleh penanganan terhadap korban dan kasus kecelakaan kerja

tersebut.

Perusahaan pun juga bisa meminimalisir pembiayaan terhadap korban

kecelakaan. Menurutnya, manfaat yang tak bisa ternilai dengan uang atau alat

ukur apapun juga sangat banyak. Penerapan K3 telah menyelamatkan orang dari

kecelakaan yang menyebabkan trauma, cacat anggota badan, kehilangan nyawa

dan sebagainya. Hal itulah yang tak bisa ternilai dengan apapun.

Untuk investasi K3 perusahaan tentunya juga akan menghabiskan dana

yang sangat besar. Nilainya bisa mencapai 15 persen dari biaya produksi total.

Namun nilainya akan turun setiap tahunnya. Ini karena perlengkapan yang

digunakan untuk program K3 tak harus dibeli atau diperbaharui setiap tahun. Alat

bisa digunakan untuk jangka waktu yang lama. Seperti di Holcim kini biaya yang

dikeluarkan perusahaan setelah program K3 dijalankan selama tujuh tahun, hanya

sekitar 7 persen dari total biaya produksi (Sumardianto, 2008).

Kesadaran dunia industri terhadap keselamatan kerja harus terus

digalakan. Hal itu tidak hanya menjadi mencerminkan tinggi rendahnya budaya

sebuah perusahaan, tetapi juga memberikan keuntungan ekonomis. Penelitian di

Jepang menunjukkan setiap investasi 1 dolar AS untuk keselamatan kerja bisa

menghasilkan penghematan 2,7 dolar AS. Di lain pihak, kecelakaan dan sakit di

tempat kerja membawa dampak ekonomis pada perusahaan.

Catatan Organisasi Buruh International (ILO) menunjukkan pengeluaran

biaya akibat kecelakaan dan sakit akibat kerja, mencapai lebih dari 1000 miliar

dolar AS. Jumlah ini didasari dari catatan ILO bahwa setiap hari terdapat 6.000

kematian akibat kecelakaan kerja, jumlah yang lebih besar daripada korban tewas

karena perang. Catatan keselamatan kerja Indonesia juga tak kalah merisaukan.

Masuk dalam peringkat terburuk dalam standar keselamatan di Asia Tenggara,

Page 27: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

10

Indonesia mencatat 105 ribu kasus kecelakaan selama tahun 2003 dengan angka

kematian mencapai 1430 pekerja (Tjiptono, 2004).

Masalah K3 manufaktur di Inggris mengakibatkan kerugian dengan

rincian biaya per kasus :

a) Cedera yang mengakibatkan waktu kerja hilang = Rp. 9.434.063.

b) Cedera yang tidak mengakibatkan waktu kerja hilang = Rp. 157.236.

c) Kerusakan karena kecelakaan = Rp. 1.572.298.

British Safety Council (BSC) mencatat bahwa Inggris tiap tahun rugi Rp.

345.899.265.080.468 karena masalah K3. International Labour Organization

(ILO) juga mencatat jumlah kasus K3 di Inggris sebanyak 2,2 juta kasus telah

mengakibatkan jumlah PHK sebanyak 20.000 karyawan dan jumlah hari kerja

hilang 3 juta hari dengan rincian kerugian :

a) pekerja : Rp. 81.754.941.049.221.

b) pengusaha : Rp. 108.475.944.626.566.

c) sosial : Rp. 213.759.142.626.694.

d) total : Rp. 403.945.029.373.650.

Dengan jumlah penduduk Inggris sebanyak 58,8 juta dan persentase anak-

anak dan orang tua 41 % dan usia produktif 59 % dan bila 75 % adalah penduduk

yang bekerja, maka rata-rata kerugian per kapita adalah Rp. 11.634.123.

2.1.6. Biaya dan Keuntungan Penerapan K3.

Biaya K3 meliputi :

a) Biaya tindakan pencegahan

b) Biaya akibat kecelakaan

c) Hilang dan rusaknya material produk

d) Terhentinya proses produksi

e) Hilangnya tenaga terampil & pengalaman

f) Menurunya kredibilitas perusahaan

g) Hilangnya keuntungan

h) Hilangnya waktu kerja

i) Pengeluaran biaya pengobatan, perawatan dll

Page 28: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

11

Keuntungan yang didapat dari penerapan keselamatan dan kesehatan kerja

yang baik terbagi dua yaitu efek primer dan efek sekunder efek primer yaitu

terhindar dari kecelakaan kerja sedangkan efek sekunder yaitu peningkatan

produktivitas, reputasi dan citra perusahaan dll (Yanri, 2006).

Yanri (2006) menulis pengalaman perusahaan di Jepang yang dicatat oleh

JISHA pada bulan Februari-Maret 2000 yang telah menyelenggarakan survey

melalui kuisioner kepada 1368 perusahaan membuat rincian data biaya dan

keuntungan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Tabel 1. Biaya Tindakan Pencegahan dan Biaya Akibat Kecelakaan

Tabel 2. Jumlah Keuntungan Sebagai Manfaat Penerapan K3

Jenis Keuntungan

Besar Keuntungan

Manfaat Primer Rp. 60.327.156.889

Manfaat Sekunder Rp. 11.706.027.276

Jumlah Keuntungan Rp. 71.997.659.189

2.1.7. Langkah-langkah Penerapan Sistem Manjemen K3

Tahapan dan langkah-langkah penerapan sistem manajemen K3 dibagi

menjadi dua bagian besar (Suardi, 2005) :

1. Tahap Persiapan

a) Komitmen manajemen puncak

b) Menentukan ruang lingkup

c) Menetapkan cara penerapan

d) Membentuk kelompok penerapan

e) Menetapkan sumber daya yang diperlukan

Jenis Biaya

Besar Biaya

Biaya Tindakan Pencegahan Rp. 20.060.000.799

Biaya Akibat Kecelakaan Rp. 6.624.221.093

Jumlah Biaya Rp. 26.854.980.290

Page 29: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

12

2. Tahap Pengembangan dan Penerapan

a) Menyatakan komitmen

b) Menetapkan cara penerapan

c) Membentuk kelompok kerja penerapan

d) Menetapkan sumber daya yang diperlukan

e) Kegiatan penyuluhan

f) Peninjauan sistem

g) Penyusunan jadwal kegiatan

h) Pengembangan sistem manajemen K3

i) Penerapan sistem

j) Sertifikasi

2.1.8. Landasan Hukum Penerapan K3

Berbicara penerapan K3 dalam perusahaan tidak terlepas dengan landasan

hukum penerapan K3 itu sendiri. Landasan hukum yang dimaksud memberikan

pijakan yang jelas mengenai aturan apa dan bagaimana K3 itu harus diterapkan.

Adapun sumber hukum penerapan K3 adalah sebagai berikut:

a) UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

b) UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

c) PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial

Tenaga Kerja.

d) Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena

Hubungan Kerja.

e) Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran

Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan

Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Semua produk perundang-undangan pada dasarnya mengatur tentang

kewajiban dan hak Tenaga Kerja terhadap Keselamatan Kerja untuk :

a) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas

dan atau ahli keselamatan kerja;

b) Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;

Page 30: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

13

c) Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan

kerja yang diwajibkan;

d) Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan

kesehatan kerja yang diwajibkan;

e) Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan

dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh

pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat

dipertanggungjawabkan (Yusra, 2005).

2.2. Produktivitas Kerja

Perkataan produktivitas muncul pertama kali pada tahun 1966 dalam suatu

masalah yang disusun oleh sarjana ekonomi Perancis bernama ”Quesnay” seorang

pendiri aliran phisiokrat (Sumarsono, 2003).

Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja dan

operasional. Secara fiosofis, produktivitas merupakan pandangan hidup dan sikap

mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari

ini harus lebih baik dari hari kemarin dan mutu kehidupan besok harus lebih baik

dari hari ini. Pandangan hidup dan sikap mental yang demikian akan mendorong

manusia untuk tidak cepat merasa puas, tetapi terus mengembangkan diri dan

meningkatkan kemampuan kerja.

Secara definisi kerja, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil

yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang

dipergunakan per satuan waktu. Definisi kerja ini mengandung cara atau metode

pengukuran. Walaupun secara teori dapat dilakukan, tetapi dalam praktek sukar

dilaksanakan karena sumber daya masukan yang dipergunakan umumnya

berbagai macam dan dalam proporsi yang berbeda.

Pengertian ketiga mengandung makna peningkatan produktivitas yang

dapat terwujud dalam empat bentuk, yaitu :

a) Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber

daya yang lebih sedikit;

Page 31: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

14

b) Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan

sumber daya yang kurang;

c) Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan

sumber daya yang sama;

d) Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan

sumber daya yang relatif lebih kecil.

Sumber daya masukan dapat terdiri atas beberapa faktor produksi, seperti

tanah, gedung, mesin, peralatan, bahan mentah, dan sumber daya manusia sendiri.

Produktivitas masing-masing faktor produksi tersebut dapat dilakukan baik secara

bersama-sama maupun secara berdiri sendiri. Dalam hal ini, peningkatan

produktivitas faktor manusia merupakan sasaran strategis karena peningkatan

produktivitas faktor-faktor lain sangat tergantung pada kemampuan tenaga

manusia yang memanfaatkannya.

Melalui pendekatan sistem, faktor yang mempengaruhi produktivitas

karyawan perusahaan dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :

a) Kualitas dan kemampuan fisik karyawan,

b) Sarana pendukung, dan

c) Supra sarana

Produktivitas perusahaan/industri terdiri dari produktivitas mesin/peralatan

dan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran

keberhasilan tenaga kerja menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu.

Sedangkan produktivitas mesin dapat diartikan sebagai perbandingan antara out-

put dengan kapital in-put, dimana kapital in-put tersebut meliputi tanah, mesin

dan peralatan. Satuan out-put berbeda-beda sesuai dengan unsur kapitalnya,

sedangkan untuk satuan input dinyatakan dengan waktu. Produktivitas mesin

dipengaruhi oleh kemampuan untuk dioperasikan dalam produksi, waktu/masa

pakai serta pemeliharaan dari mesin itu sendiri. Disamping itu pula

produktivitasnya dapat rendah, bilamana kondisi/keadaan bahan baku tidak

memungkinkan untuk menjalani proses pengolahan (Sumarsono, 2003).

Sedangkan yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja itu sendiri

antara lain : pendidikan, keterampilan, disiplin, motivasi, sikap dan etika kerja,

gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim

Page 32: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

15

kerja, hubungan industrial, teknologi, sarana produksi, manajemen dan

kesempatan berprestasi (Nusa dalam Sumarsono, 2003).

a). Kualitas dan kemampuan

Kualitas dan kemampuan karyawan dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan, latihan, motivasi, etos kerja, mental, dan kemampuan fisik

karyawan yang bersangkutan.

b). Sarana pendukung

Sarana pendukung untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan

perusahaan dapat dikelompokkan dua golongan, yaitu :

1. Menyangkut lingkungan kerja, termasuk teknologi dan cara produksi,

sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan

kesehatan kerja, serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri;

2. Menyangkut kesejahteraan karyawan yang terjamin dalam sistem

pengupahan dan jaminan sosial, serta jaminan kelangsungan kerja.

c). Supra sarana

Aktivitas perusahaan tidak terjadi dalam isolasi. Apa yang terjadi di

dalam perusahaan dipengaruhi oleh apa yang terjadi di luarnya, seperti

sumber-sumber faktor produksi yang akan digunakan, prospek pemasaran,

perpajakan, perizinan, lingkungan hidup, dan lain-lain. Kebijaksanaan

pemerintah di bidang ekspor-impor, pembatasan-pembatasan dan

pengawasan, juga mempengaruhi ruang lingkup pimpinan perusahaan dan

jalannya aktivitas di perusahaan.

Secara umum dapat dikemukakan bahwa faktor manajemen sangat

berperan dalam peningkatan produktivitas karyawan perusahaan, baik secara

langsung melalui perbaikan pengorganisasian dan tata kerja yang

memperkecil pemborosan dan keborosan penggunaan sumber-sumber,

maupun secara tidak langsung melalui fasilitas latihan serta perbaikan

penghasilan dan jaminan sosial karyawan (Arfida, 2003).

Page 33: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

16

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

PT. Coca Cola Botling, Co adalah salah satu perusahaaan yang telah

menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini menunujukkan

bahwa PT. Coca Cola Botling, Co sangat memperhatikan keselamatan dan

kesehatan karyawannya. Faktor-faktor K3 adalah masalah yang strategis, yang

tidak lepas dari kegiatan dalam suatu industri secara keseluruhan, sehingga pola

yang harus dikembangkan di dalam penanganan K3 dan pengendalian potensi

bahaya memerlukan pendekatan kesisteman antara lain dilakukan dengan

menerapkan sistem manajemen K3 (SMK3).

Guna mengetahui efektivitas penerapan SMK3 dan mengukur kinerja

pelaksanaan SMK3, serta untuk membuat perbaikan-perbaikan, dalam

pelaksanaanya, dilakukan dengan penilaian hasil kegiatan, atau audit. Melalui

audit SMK3 akan dapat diketahui sampai sejauh mana program K3 telah

dilaksanakan sesuai dengan kebijakan K3 yang telah ditetapkan di dalam suatu

perusahaan (Syamsuddin, 2004).

Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan menggunakan uji

korelasi Rank Spearman. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara

program K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Dengan adanya program K3

karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga

diharapkan produktivitas kerja karyawan meningkat.

3.2. Tata Laksana

3.2.1. Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder yang dapat berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data primer merupakan

hasil obeservasi lapang, penyebaran kuisioner dan wawancara dengan orang

dalam perusahaan. Data sekunder meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi,

jumlah karyawan, manajemen sumberdaya manusia, faktor-faktor K3 dan

produktivitas karyawan.

Page 34: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

17

3.2.2. Metode Pengumpulan Data

a) Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan bagian studi untuk mengumpulkan dan

menganalisa data sekunder dari instansi yang terkait, laporan-laporan,

hasil penelitian, jurnal, dan literatur lainnya.

b) Observasi Lapang

Observasi lapang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mempelajari

secara langsung permasalahan yang ada dalam penerapan program

keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Tahap ini dilakukan untuk

memperoleh data primer dari perusahaan.

c) Wawancara

Wawancara dilakukan dengan orang dalam perusahaan dan bertujuan

untuk mengetahui faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja yang

mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.

3.2.3. Penentuan Ruang Lingkup

Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini dibatasi, agar lebih terarah

dan mudah dipahami, mencakup masalah :

a) Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling, Co yang difokuskan

pada bagian produksi.

b) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dianalisis meliputi 5 faktor

yaitu : pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol

lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran

K3.

c) Produktivitas kerja karyawan yang dikaji adalah produktivitas kerja

karyawan bagian produksi yang meliputi faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.

Page 35: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

18

3.2.4. Pengolahan dan Analisis Data

3.2.4.1. Uji Validitas

Singarimbun dan Effendi (1989) mengatakan bahwa uji validitas

menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur.

Langkah-langkah dalam menguji validitas kuesioner adalah sebagai berikut :

a) Mendefinisikan secara operasional konsep yang diukur, yaitu dengan cara:

Mencari definisi dan rumusan konsep serta literatur

1. Jika dalam literatur tidak diperoleh definisi atau rumusan konsep yang

akan diukur, peneliti harus mendiskusikan dengan para ahli. Pendapat

para ahli lain ini kemudian disarikan ke dalam bentuk rumusan yang

operasional.

2. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai

aspek-aspek konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh

peneliti membuat kerangka konsep dan membuat pertanyaan

operasional.

b) Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden.

c) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

d) Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan atau pernyataan

e) Tahap selanjutnya membandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan

angka kritik tabel korelasi nilai r. Bila nilai r > r tabel, maka pertanyaan

tersebut valid atau signikan dalam penelitian ini, angka kritik tabel korelasi

untuk nilai r adalah r (N-2;).

3.2.4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan mengetahui kekonsistenan, keterandalan dan

kestabilan alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama. Pengukuran dilakukan

dengan uji reliabilitas teknik Alpha Cronbach, yaitu teknik pengukuran dengan

mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan

rentangan antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 10-100 atau bentuk skala 1-3,

1-5 atau 1-7 dan seterusnya dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien alpha

() dari Cronbach.

Page 36: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

19

3.2.4.3. Analisis data

Penelitian ini mengunakan analisis deskriptif yang diarahkan data secara

umum dengan menggunakan persentase dan rataan yang disajikan dalam tabel dan

kemudian dinterpretasikan. Faktor-faktor K3 dan produktivitas kerja karyawan

dibagi menjadi lima kategori. Masing-masing kategori ditentukan berdasarkan

rumus rentang kriteria yaitu :

m

mRs

1

dimana m = jumlah alternatif jawaban tiap item

5

15Rs

Rs = 0,8

Nilai skor rataan dihasilkan dari perkalian antara bobot nilai jawaban

berdasarkan skala dengan jumlah jawaban respenden, kemudian dibagi dengan

jumlah responden. Berdasarkan nilai skor rataan tersebut, maka posisi keputusan

penilaian memiliki rentang skala yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 3. Nilai skor rataan

Skor Rataan Keterangan

1,00-1,80 Sangat buruk

1,90-2,60 Buruk

2,70-3,40 Cukup baik

3,50-4,20 Baik

4,30-5,00 Sangat baik

Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Rank

Spearman. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada dan

tidaknya hubungan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung

yang berskala ordinal (nonparametrik) (Sarwono, 2006).

Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) atau negatif (-). Jika

korelasi menghasilkan angka positif, hubungan kedua variabel bersifat searah.

Searah mempunyai makna jika variabel bebas besar, maka variable tergantungya

juga besar. Jika korelasi menghasilkan angka negatif, hubungan kedua variabel

bersifat tidak searah. Tidak searah mempunyai makna jika variabel bebas besar,

Page 37: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

20

maka variabel tergantungnya menjadi kecil. Angka korelasi berkisar antara 0 s/d 1

dengan ketentuan jika angka mendekati 1, hubungan kedua variabel semakin kuat.

Jika angka korelasi mendekati 0, hubungan kedua variabel semakin lemah.

Untuk mendapatkan data berskala ordinal pertanyaan-pertanyaan dalam

kuesioner hendaknya menggunakan opsi jawaban skala Likert. Pada umumnya

opsi jawaban terdidri atas 5 (lima) opsi sebagai berikut :

a. Sangat Setuju yang diberi nilai 5

b. Setuju yang diberi nilai 4

c. Netral yang diberi nilai 3

d. Tidak Setuju yang diberi nilai 2

e. Sangat Tidak Setuju yang diberi nilai 1

Angka 1 sampai dengan 5 tersebut hanya merupakan simbol atau bukan

angka sebenarnya dan bersifat relatif.

Langkah-langkah penyelesaian masalah pada SPSS adalah sebagai berikut :

a) Merumuskan masalah

Masalah yang akan diteliti ialah :

1. Apakah ada hubungan antara faktor-faktor keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) dengan produktivitas kerja karyawan

2. Berapa besar hubungan antara faktor-faktor keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) dengan produktivitas kerja karyawan

b) Membuat desain variabel

c) Memasukkan data ke SPSS

d) Menganalisis data di SPSS

e) Melakukan penafsiran untuk menjawab rumusan masalah

Agar penafsiran dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan, kita

perlu mempunyai kriteria yang menunjukkan kuat atau lemahnya korelasi.

Kriterianya sebagai berikut :

1. Angka korelasi berkisar antara 0 s/d 1.

2. Besar kecilnya angka korelasi menetukan kuat atau lemahnya

hubungan kedua variabel. Patokan angkanya adalah sebagai

berikut:

Page 38: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

21

a. 0<α<0,25 : korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)

b. 0,25<α<0,5 : korelasi cukup

c. 0,5<α<0,75 : korelasi kuat

d. 0,75<α<1 : korelasi sangat kuat

3. Korelasi dapat positif dan negatif. Korelasi positif menunjukkan

arah yang sama hubungan antar variabel, artinya jika variabel 1

besar, maka variabel 2 semakin besar pula. Sebaliknya, korelasi

negatif menunjukkan arah yang berlawanan, artinya jika variabel 1

besar, maka variabel 2 menjadi kecil.

4. Signifikansi hubungan dua variabel dapat dianalisis dengan

ketentuan sebagai berikut :

a. Jika probabilitas < 0,05, maka hubungan kedua variabel

signifikan.

b. Jika probabilitas > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak

signifikan.

f) Membuat kesimpulan

Jika ingin mengetahui besarnya sumbangan atau peranan kedua

variabel dapat dihitung dengan rumus koefisien determinasi. Rumusnya

sebagai berikut ;

KD = r2 × 100

Page 39: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Umum Perusahaan

Coca Cola masuk ke Indonesia pada tahun 1927 dan pertama kali dibuat di

Jakarta pada tahun 1932 dengan produksi pertama 10.000 cs dengan dibantu 3

truk dan 25 karyawan. Para pemegang saham lokal dan Jepang kemudian

mendirikan PT. Djaya Beverage Bottling Company (DBBC) pada tahun 1970

yang melayani wilayah Jakarta dan Jawa Barat. Coca Cola Amatil (CCA)

membeli PT. Coca-Cola Tirtalina Bottling Company dan PT. Coca-Cola Pan Java

Bottling Company dengan share 49% pada tahun 1991 kemudian pada tahun 1992

membeli PT. Djaya Beverage Bottling Company (DBBC) dengan share 90%.

CCA berhasil mendapatkan 90% share untuk Pan Java Group pada tahun 1996.

Pabrik Coca Cola terbesar di Indonesia didirikan di Cibitung dengan nama

National Plant Cibitung kemudian pada tahun 2002 perusahaan berganti nama dari

PT. CCAI menjadi PT. Coca Cola Distribution Indonesia kemudian dari PT.

CCAIB menjadi PT. Coca Cola Bottling Indonesia.

The Coca Cola Company sebagai perusahaan minuman ringan terbesar di

dunia memiliki dan memasarkan lebih dari 400 merek. Coca Cola juga

memasarkan sari buah, minuman isotonik, air minum dalam kemasan, kopi dan

teh. Pabrik Coca Cola di Indonesia memiliki 11 plants yaitu 10 CCBI dan 1

independent bottler. PT. Coca Cola Bottling Indonesia Jakarta berlokasi di

Cibitung terletak di area seluas 22 ha dan merupakan pabrik terbesar di Indonesia

dengan kantor pusat di Pondok Indah Jakarta.

Struktur organisasi PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant

Cibitung Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

Visi dan misi perusahaan adalah menjadi perusahaan produsen minuman

terbaik di Asia Tenggara dan memberikan kesegaran kepada pelanggan dan

konsumen dengan rasa bangga dengan semangat sepanjang hari, setiap hari.

Page 40: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

23

4.1.3. Proses Produksi

Untuk proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia pabrik

Cibitung adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi minuman ringan

dan terdiri dari beberapa proses, yaitu proses pengolahan air, pembuatan sirup,

proses pencampuran dan proses pengisian.

a) Bahan Baku

PT. Coca Cola Bottling Indonesia hanya menggunakan bahan baku yang

berkualitas tinggi, untuk menjaga keunggulan produk. Bahan berkualitas

terbaik terdiri dari gula standar industri yang tidak mudah meleleh pada suhu

rendah, air yang dimurnikan, soda berkarbonasi dan formula concentrate.

b) Bahan Baku Air

1. UPA (Unit Pengolahan Air)

Bahan baku air diolah oleh Unit Pengolahan Air (UPA). Tujuan

utama pengolahan air UPA ini adalah untuk menjaga dan menjamin kualitas

air sesuai yang telah diisyaratkan untuk air produk. Karena air dari hasil

pengoolahan UPA digunakan sebagai salah satu bahan baku utama produk

yaitu air yang digunakan untuk proses pencampuran. Air tersebut diambil

dari air bawah tanah (deep well) dengan 13 pipa utama dengan kedalaman

antara 110-140 meter. Kedalaman tersebut dimaksudkan agar konsumsi air

masyarakat sekitar tidak terganggu.

Kemudian dilakukan proses awal yaitu dengan mengalirkan air ke

menara pendingin (cooling tower) untuk menurunkan temperatur air baku

(menjadi 30ºC), degasifier (menghilangkan gas) dan nerasi (penambahan

oksigen) setelah melewati pemrosesan tersebut kemudian air ditampung ke

tangki besar (raw water) untuk dilakukan pre-chlorin bertujuan untuk

mereduksi ion ferro yang akan mengendap menjadi ferri chloride sekaligus

untuk membunuh mikroorganisme yang terkandung di dalamnya, setelah itu

air diberi koagulan untuk menghilangkan kotoran air yang berupa suspended

solid, kemudian barulah air dipompa ke dalam depth/dual media filter

sebagai penyaring sehingga air yang dihasilkan lebih berkualitas,

selanjutnya air ditampung ke dalam tangki filtered water (tangki Fanta), di

dalam tangki tersebut dilakukan penambahan sodium meta bisulfit untuk

Page 41: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

24

menghilangkan chlorine bebas sehingga demineralisasi dapat berjalan

dengan sempurna.

Kemudian air tersebut dibagi menjadi dua, sebagian ke dealkasier

sedangkan sebagian lagi langsung (by pass). Setelah itu air kembali

mengalami proses diklorinasi untuk membunuh bakteri dalam air dan

dialirkan ke blended water (tangki Sprite dan Diet Coke), kemudian air

dipompa ke carbon filter untuk sisa chlorine dan memperbaiki kualitas

warna, rasa dan bau, kemudian air dialirkan ke polishing filter untuk

menyaring partikel-partikel halus dan jasad renik/mikroorganisme, setelah

melewati pemrosesan tersebut air ditampung di dalam tangki treated water

(tangki Coca Cola) dan sudah siap untuk didistribusikan ke seluruh jalur

produksi, proses di atas dilakukan secara otomatis.

2. Unit Pengolahan Air Jatiluhur (UPAR)

UPAR menggunakan air dari sungai Citarum Barat untuk diproses.

Pengolahan air di unit ini dimaksudkan untuk keperluan-keperluan seperti

washer, bottle, masjid, taman, rinse, boiler, toilet, kantin dan lain-lain.

Proses penjernihan air dimulai dari intake pit lalu dialirkan ke kolam dan

kemudian dipompa dan ditambahkan zat kimia seperti soda ash, kaporit,

dan PAC, setelah itu masuk ke stanic mixer, flocculator (pengaduk lambat),

selanjutnya masuk ke tube settler sehingga air yang didapat jernih dan tanpa

lumpur. Kemudian air bersih tersebut kembali diolah ke sand filter, masuk

ke portable water reservoir dan siap didistribusikan untuk keperluan

cleaning machine, lubricant, kantin, masjid, toilet dan lain-lain.

c) Bahan Baku Gula

Untuk gula PT. CCBI memesan dari Lampung dengan gula standar industri,

dan tidak mudah meleleh pada suhu-suhu tertentu. Namun jika pemenuhan

permintaan tidak mencukupi, PT. CCBI mengimpor gula dari Thailand.

d) Bahan Baku Konsentrat

Untuk konsentrat PT. Coca Cola Bottling Indonesia langsung

mendatangkannya dari Atlanta.

Page 42: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

25

e) Aliran Proses Produksi

PT. Coca Cola Bottling Indonesia khususnya Cibitung memiliki suatu aliran

proses produksi. Setiap prosesnya dilakukan pengamatan dan pembelajaran

lebih lanjut untuk mempertahankan mutu dan memperoleh hasil produksi yang

berkualitas. Aliran proses tersebut antara lain : raw material storage,

pencampuran, pengisian dan penutupan, pengkodean, pemeriksaan,

pengemasan, pengangkutan dan pengiriman.

1. Gudang bahan dasar/raw material storage

Gudang bahan dasar adalah awal pertama bagaimana kualitas dapat

tercipta, maka dari itu PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cibitung sangat

memperhatikan kenyamanan gudang bahan baku. Dengan melakukan

inspeksi setiap harinya diharapkan agar kualitas bahan baku seperti gula dan

konsentrat tetap terjaga. Bagian gudang bertugas untuk memenuhi order

berupa gula dan konsentrat dari divisi sirup. Gula dan konsentrat yang akan

dikirim sebelumnya dilakukan pengecekan terlebih dahulu mengenai

kualitasnya, dan pengecekan tanggal kedatangan gula dan konsentrat, jika

gula dan konsentrat berkualitas baik maka siap untuk dikirimkan ke divisi

sirup untuk diproses lebih lanjut.

2. Pencampuran/mixing

Mixing dilakukan oleh divisi sirup. Proses dilakukan dengan

mencampur antara lain murni dengan gula dan konsentrat untuk

menghasilkan sirup kemudian proses selanjutnya adalah dengan

menambahkan karbondioksida murni dalam campuran tadi untuk

mendapatkan kesegaran rasa. Kemudian dilakukan pencampuran antara gula

dengan treated water pada temperatur 80º C sehingga diperoleh emulsi gula

dengan kadar (brix) kurang lebih 62. Setelah itu dilakukan proses pemurnian

(filtrasi) terhadap campuran ini untuk menghilangkan kadar karbon.

Kemudian didinginkan sehingga diperoleh simple syrup.

Kemudian simple syrup tersebut dicampur dengan konsentrat dan

treated water dengan perbandingan yang telah ditetapkan. Hasil dari proses

tersebut dinamakan final syrup. Proses selanjutnya adalah mencampur

treated water dari product water treatment serta final syrup dari syrup room

Page 43: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

26

agar dihasilkan beverage. Kemudian beverage dialirkan ke dalam cool

carbonator untuk didinginkan dan diisi dengan CO2 kemudian sirup siap

untuk dialirkan ke lantai produksi. Untuk pembuatan sirup sendiri langkah

pertama adalah menunggu order dari DOP untuk mengetahui berapa liter

yang harus diproduksi hari ini dan flavour yang diinginkan.

3. Pencucian (washing)

Untuk memastikan konsistensi kualitas produk botol-botol kosong

yang segera diisi harus dibersihkan dahulu dengan cara dicuci, dibilas dan

disterilkan dengan menggunakan bottle washer dan air pencuci softener

water caustic kemudian dilakukan inspeksi untuk memastikan botol telah

steril dan layak pakai. Untuk mencuci botol menggunakan air yang berasal

dari UPAR.

4. Pengisian dan penutupan (filling and capping)

Setelah melalui proses pencucian, mesin pengisi melakukan

pencampuran sirup yang sudah siap lalu langsung diikuti dengan menutup

kemasan tersebut untuk menjamin higienitasnya. Untuk pengisian botol

mesin yang digunakan berbeda-beda.

a) Untuk pengisian botol reguler

Langkah pertama adalah menyiapkan botol-botol kosong yang

layak isi, kemudian memasukkannya ke krat. Bagian loading berfungsi

untuk menerima botol-botol kosong tersebut, lalu botol berada di dalam

krat tersebut diletakkan ke konveyor yang berjalan melalui mesin

iuncaser yaitu berfungsi untuk memisahkan botol-botol dengan kratnya.

Kemudian masuk ke mesin washer yang berfungsi untuk mencuci dan

membersihkan botol supaya bersih dan higienis, botol melewati bagian

inspector yang berfungsi memisahkan botol yang terdapat benda-benda

asing atau kotoran, setelah lolos dari pengamatan secara manual

kemudian botol kembali diinspeksi dengan mesin EBI (elektronic bottle

inspection) yang bekerja secara otomatis.

Kemudian masuk ke bagian pengisian botol yang mana pengisian

botol dapat diatur ketinggian vent tube di dalam filler dan langsung diberi

tutup oleh crowner. Kemudian botol-botol tersebut lewat ke bagian

Page 44: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

27

cording dimana botol-botol tersebut mengalami proses penanggalan

produksi dan setelah itu masuk ke bagian filling height detector (FHD)

berfungsi untuk mendeteksi ketinggian volume pengisian produk ke

botol. Bila tingginya tidak memenuhi standar maka akan segera dipisah.

Proses selanjutnya adalah memasukkan kembali botol ke dalam krat yang

sudah disiapkan dengan mesin case packer dan terakhir yaitu menyusun

krat-krat tersebut dengan rapi dan efisien.

b) Untuk pengisian kaleng (can)

Kaleng atau can berasal dari supplier, langkah pertama adalah

menyusun kaleng ke dalam depalletizer yang kemudian kaleng-kaleng

tersebut dicuci dan disterilkan dengan mesin rinser, kemudian proses

pengisian can yang dilakukan menggunakan mesin filler, dan setelah

dilakukan pengisian langkah selanjutnya adalah mendeteksi volume hasil

pengisian menggunakan FHD apabila volume terlalu rendah maka can

secara otomatis langsung dipisahkan dan dianggap reject. Kemudian

masuk ke dalam warmer yaitu penghangatan can pada suhu tertentu

(25ºC). Setelah itu dilakukan penanggalan produksi dengan istilah date

cording. Dan proses selanjutnya adalah pengemasan produk pada box

kardus (wrap arround pack) dan dilanjutkan dengan palletizer.

c) Untuk pengisian botol 500 liter dan botol PET

Botol kosong atau botol PET masuk depalletizer kemudian masuk

rinse untuk dicuci dan disterilkan. Lalu dilakukan pengisian dengan

mesin filler sekaligus capper, dan diteruskan dengan penanggalan

produksi dengan date cording dan setelah itu dilakukan FHD yaitu

pengecekan dengan cara mendeteksi ketinggian volume pengisian apabila

volume botol tidak sesuai dengan ketentuan maka secara otomatis

langsung dipisahkan sebagai produk reject. Kemudian dilakukan warmer

yaitu penghangatan botol pada suhu 25ºC kemudian untuk botol PET

dilakukan pelabelan dengan mesin labeler, setelah selesai proses terakhir

adalah case packer dan depalletizer. PT. Coca Cola Cibitung juga

membuat botol PET sendiri, namun untuk memenuhi target produksi

botol PET juga memesan dari supplier.

Page 45: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

28

f) Lantai Produksi

PT. CCBI Cibitung mempunyai 12 lantai produksi yang siap untuk

dioperasikan yaitu :

1. Line 1 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi ke

dalam tabung post mix. Dimana biasanya pesanan diperoleh dari coffee shop

dan fast food.

2. Line 2 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi untuk

kaleng jenis slim can.

3. Line 3 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi jenis

kaleng biasa.

4. Line 4 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi

dengan ukuran botol liter dan botol PET.

5. Line 5,6,7 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi

dengan ukuran botol kecil.

6. Line 8 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman non karbonasi jenis

botol biasa.L

7. Line 9 berfungsi untuk memproduksi botol PET.

8. Line 10 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman non karbonasi

dengan jenis TWA (kotak).

9. Line 11 berfungsi untuk pengisian produk non karbonasi dengan jenis TBA.

10. Line 12 berfungsi untuk pengisian produk non-CSD hotfill botol PET.

g) Pengkodean (coding)

Masing-masing botol yang diproduksi memiliki kode khusus yang meliputi

kode khusus yang meliputi best before, jam pengisian dan line yang

memproduksi serta kode pabrik.

h) Pemeriksaan (inspection)

Proses pengontrolan dilakukan secara cermat mulai botol dibawa ke pabrik,

dicuci sampai selesai pengisian. Pengontrolan dilakukan secara manual dan

mekanis bertujuan untuk memastikan keunggulan kualitas minuman yang

diproduksi.

Page 46: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

29

i) Pengemasan (packaging)

Setelah pengontrolan terakhir botol yang telah diisi siap untuk dikemas dan

dikirimkan. Bentuk botol, kaleng, label, dan kemasan yang digunakan

merupakan hasil teknologi mutakhir dan inovasi yang berkelanjutan jadi

seiring berjalannya waktu selalu ada pengusahaan perbaikan proses produksi.

j) Loading-delivery

Setelah proses packaging selesai dilanjutkan dengan proses depalletizer yang

dilakukan dengan menggunakan lift truck yang menggunakan bahan LPG. Hal

ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi dan tercemarnya produk oleh

polusi. Kemudian produk diangkut ke gudang full good untuk persediaan

produk. Kemudian bila ada permintaan produk dikeluarkan dari gudang full

good dan siap untuk dipasarkan. Proses pengiriman yang efisien merupakan

jaminan bahwa rasa terbaik dari produk ini dapat dinikmati oleh semua

konsumen.

4.2. Analisis Data Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuisioner

4.2.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner

Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan dapat memberikan jawaban yang sesuai dan dapat mengukur aspek-

aspek yang ingin diukur. Uji validitas menggunakan rumus korelasi Product

Moment dan hasilnya akan dibandingkan dengan nilai angka kritik tabel korelasi

nilai r. Uji validitas dilakukan dengan cara uji coba kuisioner yang disebarkan

kepada 30 orang responden. Setelah dilakukan uji validitas terdapat 40 pertanyaan

yang valid, artinya seluruh pertanyaan tersebut memenuhi syarat sah untuk diolah

lebih lanjut (r hitung > r tabel, dimana r tabel = 0,361 untuk n = 30 pada selang

kepercayaan 95%).

4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran

suatu instrumen relatif konsisten apabila instrumen tersebut digunakan lagi

sebagai alat ukur suatu objek penelitian. Pengujian reliabilitas menggunakan

metode Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik

Page 47: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

30

0

5

10

15

20

25

30

Pria Wanita

Ju

mla

h (

ora

ng

)

Jenis Kelamin

Alpha Cronbach didapatkan r = (r alpha > r tabel, dimana r tabel = 0,361 untuk n

= 30 pada selang kepercayaan 95%). Nilai ini jauh lebih besar dari r tabel pada

selang kepercayaan 95%, maka kuisioner yang disebarkan dapat diandalkan untuk

dijadikan alat ukur pada penelitian ini. Tingkat reliabilitas metode Alpha

Cronbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai 1.

4.3. Karakteristik Responden

4.3.1. Jenis Kelamin

Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang merupakan

karyawan bagian produksi. Sebagian besar reponden di bagian produksi adalah

pria 26 orang (87%) karena pekerjaan di bagian produksi menuntut kekuatan fisik

dan secara fisik pria lebih unggul daripada wanita. Sisanya wanita sebanyak 4

orang (13%). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada Gambar 1.

Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

4.3.2. Usia

Usia responden paling banyak diantara 20-30 tahun yang merupakan usia

produktif yaitu sebanyak 23 orang (77%). Hal ini disebabkan karyawan yang

berusia 20-30 tahun memiliki tenaga yang paling kuat dibandingkan pekerja

berusia 30 tahun lebih. Kemudian diikuti oleh usia responden diantara 41-50

tahun yaitu sebanyak 4 orang (13%) dan usia diantara 31-40 tahun sebanyak 3

orang (10%). Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar

2.

Page 48: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

31

0

5

10

15

20

25

20-30 31-40 41-50

JUM

LAH

(OR

AN

G)

USIA (TAHUN)

0

5

10

15

SD SLTP SLTA D3 Sarjana

JUM

LAH

(OR

AN

G)

Tingkat Pendidikan

Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

4.3.3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan karyawan paling banyak adalah lulusan SMA/sederajat

yaitu sebanyak 15 orang (50%). Lulusan sarjana dan D3 masing-masing sebanyak

7 orang (23,3%) dan paling sedikit yaitu lulusan SMP/sederajat sebanyak 1 orang

(3,3%). Lulusan SMA/sederajat dan SMP/sederajat mendapat posisi pekerjaan

sebagai buruh dan lulusan sarjana dan D3 mendapat posisi sebagai supervisor

pabrik. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada

Gambar 3.

Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

4.4.4. Masa Kerja

Karyawan dengan masa kerja 1-5 tahun menempati posisi tertinggi dengan

jumlah 19 orang (63,3 %) diikuti karyawan dengan masa kerja lebih dari 15 tahun

yaitu sebanyak 6 orang (20%) kemudian karyawan dengan masa kerja 6-10 tahun

sebanyak 4 orang (13,3%) dan karyawan dengan masa kerja 11-15 tahun yang

Page 49: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

32

0

5

10

15

20

1-5 th 6-10 th 11-15 th >15 th

JUM

LAH

(OR

AN

G)

Masa Kerja (Tahun)

berjumlah 1 orang (3,3%). Hal ini berarti regenerasi karyawan di bagian produksi

cukup cepat melihat banyaknya jumlah karyawan dengan masa kerja 1-5 tahun

dibandingkan jumlah karyawan dengan masa kerja diatas 5 tahun. Karakteristik

responden berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

4.4. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja

4.4.1. Pelatihan Keselamatan

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang

seharusnya menjadi perhatian utama bagi perusahaan. Adanya sistem K3 yang

baik akan menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, tenaga kerja yang sehat

dan produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas

perusahaan. Dengan demikian, dalam penelitian ini perlu diadakan analisis untuk

mengetahui persepsi karyawan terhadap pelaksanaan K3 dan persepsi karyawan

terhadap produktivitas kerja. Faktor-faktor K3 yang dianalisis dalam penelitian ini

meliputi pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan

kerja, pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran K3. PT. Coca Cola

Bottling Indonesia Cibitung sendiri memiliki dan telah menerapkan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat dilihat pada Lampiran 3.

Page 50: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

33

Tabel 4. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pelatihan Keselamatan

Keterangan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

CS : Cukup Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Rataan skor 4,30 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan

mengetahui adanya pelatihan khusus untuk ahli K3. Pelatihan khusus bagi ahli K3

dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan sistem manajemen K3 di

perusahaan. Rataan skor sebesar 4,37 menunjukkan bahwa sebagian besar

karyawan telah mendapatkan pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja

yaitu penggunaan alat pemadam api ringan (APAR), penggunaan alat pelindung

diri (APD) dan tombol bahaya (alarm) yang berfungsi untuk memberitahukan

apabila terjadi suatu kejadian yang membahayakan karyawan.

Pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja diberikan agar karyawan

dapat menggunakan alat-alat tersebut jika terjadi kecelakaan di lingkungan pabrik.

Rataan skor sebesar 4,27 menunjukkan bahwa karyawan telah mengikuti pelatihan

pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. Pelatihan ini berupa simulasi

dimana seolah-olah terjadi kebakaran diberi pengarahan untuk mencegah dan

menanggulangi bahaya kebakaran. Pengarahan meliputi tata letak alat pemadam

No Pernyataan SS

(5)

S

(4)

CS

(3)

TS

(2)

STS

(1)

Rataan

Skor

1 Perusahaan mengadakan pelatihan khusus untuk ahli K3

15

11

2

2

0

4,30

2

Perusahaan memberikan pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja

16

10

3

1

0

4,37

3

Perusahaaan memberikan pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran

15

10

4

0

1

4,27

4 Anda merasakan manfaat dari pelatihan yang diadakan perusahaan

5

18

6

1

0

3,90

5 Pelatihan memberikan banyak informasi tentang pekerjaan Anda

6

17

4

3

0

3,87

Total

4,14

Page 51: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

34

api ringan (APAR) dan tombol bahaya (alarm) serta cara penggunaannya dan jalur

evakuasi menuju pintu darurat dan area evakuasi apabila terjadi kebakaran.

Pelatihan diikuti oleh seluruh karyawan pabrik produksi jadi semua karyawan

berperan dalam pelatihan ini. Pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya

kebakaran diberikan agar karyawan dapat menyelamatkan diri apabila terjadi

kebakaran. PT. CCBI Cibitung juga menerapkan Job Safety Analysis Training

Guide sebagai bagian dari pelaksanakan pelatihan keselamatan kerja di

lingkungan PT. CCBI Cibitung yang dapat dilihat pada Lampiran 4.

Karyawan merasakan manfaat dari pelatihan yang diberikan oleh

perusahaan, dapat dilihat dari rataan skor sebesar 3,90. Manfaat yang diperoleh

yaitu karyawan merasa aman dan nyaman saat bekerja sehingga karyawan dapat

menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Rataan sebesar 3,87 menunjukkan bahwa

pelatihan yang karyawan ikuti memberikan banyak informasi tentang pekerjaan

karyawan. Adanya pelatihan keselamatan membuat karyawan mengetahui tingkat

resiko dari pekerjaan yang dilakukannya dan mengetahui potensi kecelakaan yang

mungkin terjadi di lingkungan kerja.

Hal ini sangat penting karena dengan semakin banyaknya informasi yang

didapatkan mengenai pekerjaannya karyawan akan mendapatkan gambaran

tentang pekerjaan yang akan dilakukan sehingga kemungkinan terjadinya

kecelakaan kerja adalah kecil. Total rataan skor dari semua pernyataan mengenai

pelatihan keselamatan sebesar 4,14. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pelatihan keselamatan yang diadakan oleh perusahaan sudah dilaksanakan dengan

baik.

4.4.2. Publikasi Keselamatan Kerja

Publikasi dalam penelitian ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan

pemberian informasi-informasi dan pesan-pesan mengenai keselamatan kerja

karyawan yang berupa spanduk dan poster. Publikasi dilakukan untuk

memberikan pemahaman kepada karyawan mengenai pentingnya K3. Hasil

jawaban responden mengenai publikasi keselamatan kerja dapat dilihat pada Tabel

3. PT. CCBI Cibitung merupakan industri yang memiliki tingkat resiko

kecelakaan yang relatif tinggi. Adanya tanda-tanda peringatan di lingkungan kerja

Page 52: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

35

dimaksudkan untuk melindungi karyawan agar terhindar dari kecelakaan dan

cedera akibat kerja.

Rataan skor sebesar 4,63 menunjukkan bahwa sebagian karyawan

mengetahui adanya tanda peringatan yang dipasang oleh perusahaan. Responden

menyatakan bahwa terdapat pesan-pesan keselamatan kerja di lingkungan

perusahaan dengan rataan skor sebesar 4,20.

Pesan-pesan keselamatan kerja ini merupakan salah satu usaha perusahaan

untuk mengingatkan karyawan akan pentingnya keselamatan kerja. Perusahaan

memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan dan potensi terjadinya

kecelakaan akibat kerja pada waktu pertama kali karyawan masuk kerja.

Karyawan berhak untuk mengetahui tingkat resiko dari pekerjaan yang

dilakukannya. Hal ini sangat penting karena dengan semakin banyak informasi

yang diperoleh karyawan tentang tingkat resiko dari pekerjaan yang dilakukannya,

maka karyawan mempunyai gambaran tentang cara mencegah dan mengantisipasi

apabila terjadi kecelakaan kerja. Rataan skor sebesar 4,03 menunjukkan bahwa

sebagian besar karyawan mengetahui tingkat bahaya dari pekerjaan yang

dilakukannya.

Salah satu usaha pencegahan kecelakaan adalah dengan memotivasi

karyawan untuk selalu menjaga keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja.

Pimpinan sangat berperan untuk selalu mengingatkan bawahannya agar bekerja

dengan hati-hati. Rataan skor sebesar 3,87 menunjukkan sebagian besar karyawan

menyatakan bahwa atasan memberikan contoh yang baik tentang cara-cara

bekerja yang aman dan sehat. Berdasarkan tabel total rataan skor dari seluruh

pernyataan mengenai publikasi keselamatan kerja sebesar 4,18. Hal ini

menunjukkan publikasi keselamatan kerja di lingkungan pabrik PT. CCBI

Cibitung adalah baik.

Page 53: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

36

Tabel 5. Hasil Jawaban Responden Mengenai Publikasi Keselamatan

No Pernyataan SS (5)

S (4)

CS (3)

TS (2)

STS (1)

Rataan Skor

1 Pemasangan tanda peringatan di tempat yang berpotensi bahaya

19 11 0 0 0 4,63

2

Di lingkungan perusahaan

terdapat pesan-pesan tentang keselamatan kerja

10 17 2 1 0 4,20

3 Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan

9 14 6 1 0 4,03

4

Atasan Anda memberikan contoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang aman dan sehat

8 15 4 1 2 3,87

Total 4,18

Keterangan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

CS : Cukup Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

4.4.3. Kontrol Lingkungan Kerja

Kontrol lingkungan kerja dalam penelitian ini adalah pemeriksaan atau

pengendalian yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja diantaranya

yaitu suhu ruangan kerja, penerangan, kebersihan tempat kerja, ketersediaan

perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja serta fasilitas P3K di lingkungan

kerja. Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan memakai alat pelindung

diri (APD) sewaktu bekerja. Alat-alat pelindung diri yang dipakai harus

disesuaikan dengan tempat kerja dan tingkat resiko pekerjaan masing-masing

karyawan. Rataan skor sebesar 4,57 menunjukkan sebagian besar karyawan

menyatakan bahwa perusahaan menyediakan alat pelindung diri untuk bekerja.

Kondisi fisik lingkungan kerja meliputi suhu ruangan, penerangan dan

Page 54: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

37

kebersihan lingkungan kerja. Rataan skor sebesar 3,37 menunjukkan bahwa suhu

ruangan di tempat kerja karyawan cukup baik. Adanya pengatur suhu ruangan di

setiap ruangan dimaksudkan agar kelembaban udara tetap terjaga. Penerangan

yang baik dapat menghindarkan karyawan dari kesalahan dalam bekerja dan

kecelakaan kerja serta memberikan rasa nyaman dalam melakukan pekerjaan.

Rataan skor sebesar 3,60 menunjukkan bahwa penerangan di tempat kerja adalah

baik.

Tabel 6. Hasil Jawaban Responden Mengenai Kontrol Lingkungan

Keterangan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

CS : Cukup Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

PT. CCBI Cibitung sangat memperhatikan kebersihan lingkungan karena

kebersihan lingkungan kerja sangat mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan.

Kebersihan lingkungan kerja harus selalu dijaga karena merupakan tanggung

jawab seluruh karyawan. PT. CCBI Cibitung memiliki petugas kebersihan khusus

yang setiap hari membersihkan peralatan, mesin dan tempat kerja yang dilakukan

No Pernyataan SS (5)

S (4)

CS (3)

TS (2)

STS (1)

Rataan Skor

1 Perusahaan menyediakan alat pelindung diri untuk bekerja

19 9 2 0 0 4,57

2 Suhu ruangan di tempat kerja

Anda cukup baik 2 15 6 6 1 3,37

3 Penerangan di tempat kerja Anda cukup memuaskan

3 17 6 3 1 3,60

4 Ruangan tempat kerja Anda cukup bersih

3 16 8 2 1 3,60

5 Perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja tersedia di

lingkungan kerja Anda

6 11 9 3 1 3,60

6 Perusahaan mempunyai fasilitas P3K di tempat kerja

6 12 9 3 0 3,70

Total 3,74

Page 55: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

38

sebelum dan sesudah produksi. Adanya tempat sampah dan wastafel yang

disediakan perusahaan di setiap ruangan dimaksudkan agar kebersihan lingkungan

kerja tetap terjaga. Rataan skor sebesar 3,60 menunjukkan bahwa sebagian besar

karyawan menyatakan lingkungan kerja karyawan bersih.

Sebagian besar karyawan menyatakan perusahaan menyediakan

perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja dapat dilihat dari rataan skor

sebesar 3,60. Alat-alat keamanan dan keselamatan kerja yang disediakan berupa

pemadam api dan fasilitas P3K. Kecelakaan ringan seperti tergores benda-benda

tajam atau alat-alat di sekitar pabrik, terjatuh, tertimpa barang dan cedera kecil

lainnya sangat besar kemungkinannya terjadi di lingkungan pabrik oleh karena itu

tersedianya fasilitas P3K di lingkungan pabrik sangat diperlukan. Sebagian besar

karyawan menyatakan bahwa perusahaan memiliki fasilitas P3K tersedia di

lingkungan pabrik, dengan rataan skor sebesar 3,70. Berdasarkan hasil jawaban

responden dari pernyataan pada tabel diperoleh total rataan skor sebesar 3,74 ini

berarti kontrol lingkungan kerja di PT. CCBI Cibitung dilaksanakan dengan baik.

PT. CCBI Cibitung dalam mengontrol lingkungan kerja untuk menerapkan

keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja melakukan penilaian dan

pengendalian resiko K3 yang dapat dilihat pada Lampiran 7.

4.4.4. Pengawasan dan disiplin

Adanya pengawasan terhadap lingkungan kerja dan perilaku kerja

karyawan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Hasil jawaban responden

mengenai pengawasan dan disiplin dapat dilihat pada Tabel 5. Sebelum proses

produksi dimulai terlebih dahulu dilakukan pengecekan mesin-mesin dan

peralatan kerja yang bertujuan agar mesin dan peralatan kerja yang akan

digunakan layak pakai. Rataan skor sebesar 3,90 menunjukkan bahwa pengecekan

mesin-n kerja telah dilakukan dengan baik. Perusahaan selalu memperhatikan

kondisi mesin dan peralatan kerja yang akan digunakan karena hal itu

mempengaruhi proses produksi. Rataan skor sebesar 3,97 menunjukkan bahwa

pengecekan alat-alat keselamatan dilakukan dengan baik.

Alat Pelindung Diri (APD) wajib dipakai ketika bekerja terutama di

tempat-tempat yang memiliki resiko kecelakaan kerja tinggi. APD dapat

Page 56: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

39

melindungi diri dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja, setidaknya dengan

menggunakan APD dapat memperkecil resiko yang timbul akibat dari kecelakaan

dan penyakit akibat kerja.

Tabel 7. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pengawasan dan Disiplin

Keterangan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

CS : Cukup Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Rataan skor sebesar 4,37 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan

menyatakan bahwa perusahaan mewajibkan penggunaan APD saat bekerja.

Penggunaan bahan kimia beracun dan berbahaya dapat mengancam kesehatan

karyawan. PT. CCBI Cibitung melakukan pengawasan terhadap penggunaan

No Pernyataan SS

(5)

S

(4)

CS

(3)

TS

(2)

STS

(1)

Rataan

Skor

1 Sebelum peralatan kerja dan mesin-mesin digunakan dilakukan pengecekan terlebih dahulu

5 19 4 2 0 3,90

2 Perusahaan melakukan pengecekan alat-alat keselamatan kerja secara rutin

11 10 6 3 0 3,97

3 Perusahaan mewajibkan penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja

14 14 1 1 0 4,37

4 Perusahaan memberikan pengawasan terhadap bahan-bahan beracun dan berbahaya

13 12 3 2 0 4,20

5 Perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin

9 15 4 1 1 4,00

6 Perusahaan mempunyai peraturan-peraturan keselamatan kerja

11 16 3 0 0 4,27

Total 4,12

Page 57: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

40

bahan-bahan beracun dan berbahaya dapat dilihat dari rataan skor sebesar 4,20

yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui perusahaan telah

melakukan pengawasan terhadap bahan-bahan beracun dan berbahaya dengan

baik.

Rataan skor sebesar 4,00 menunjukkan bahwa perusahaan mengadakan

pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin. Peraturan-peraturan keselamatan

kerja merupakan dasar penerapan K3 di lingkungan pabrik PT. CCBI Cibitung.

Peraturan ini dibuat dengan tujuan untuk menghindarkan karyawan dari

kecelakaan kerja, selain itu juga untuk melindungi aset-aset perusahaan dari

kemungkinan terjadinya kerusakan. Pengawasan penerapan keselamatan dan

kesehatan kerja di PT. CCBI Cibitung dilakukan oleh Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. CCBI Cibitung. Struktur organisasi

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. CCBI Cibitung

dapat dilihat pada Lampiran 2.

Rataan skor sebesar 4,27 menunjukkan bahwa karyawan mengetahui dan

melaksanakan peraturan keselamatan kerja dengan baik. Berdasarkan hasil

jawaban responden dari pernyataan-pernyataan pada tabel diperoleh total rataan

skor sebesar 4,12, ini berarti pengawasan dan disiplin karyawan pabrik PT. CCBI

Cibitung tergolong baik.

4.4.5. Peningkatan kesadaran K3

Komitmen yang kuat dan perhatian yang besar dari manajemen perusahaan

mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja dapat memotivasi karyawan

untuk memperhatikan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Rataan

skor sebesar 4,30 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui

perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap masalah keselamatan dan

kesehatan kerja. Perusahaan menempatkan keselamatan dan kesehatan kerja

sebagai prioritas utama dalam bekerja, artinya setiap karyawan harus

mengutamakan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Rataan skor

sebesar 4,00 menunjukkan sebagian besar karyawan mengetahui bahwa

perusahaan mengutamakan keselamatan dan kesehatan para karyawan.

Page 58: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

41

PT. CCBI Cibitung sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan

kerja para karyawannya. Hal itu terbukti dari rataan skor sebesar 4,17 yang

menunjukkan sebagian besar karyawan setuju dengan pernyataan tersebut.

Kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja harus ada dalam diri

karyawan itu sendiri misalnya dengan penggunaan APD saat bekerja terutama

apabila bekerja di tempat yang berbahaya. Rataan skor sebesar 4,20 menunjukkan

bahwa sebagian besar karyawan menggunakan APD saat bekerja terutama di

tempat yang berbahaya, artinya karyawan menyadari akan pentingnya

keselamatan dan kesehatan kerja.

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dapat terlaksana

dengan baik apabila ada dua arah antara pihak perusahaan dengan karyawan.

Rataan skor sebesar 3,77 yang menunjukkan bahwa masukan-masukan yang

disampaikan karyawan mengenai masalah-masalah keselamatan dan kesehatan

kerja sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Rataan skor sebesar 3,80 menunjukkan

bahwa keikutsertaan karyawan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan

kerja sangat diharapkan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil jawaban responden

dari seluruh pernyataan pada tabel diperoleh total rataan skor sebesar 4,04 yang

menunjukkan bahwa peningkatan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja di

PT. CCBI Cibitung adalah baik.

Page 59: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

42

Tabel 8. Hasil Jawaban Responden Mengenai Peningkatan Kesadaran K3

No Pernyataan SS

(5)

S

(4)

CS

(3)

TS

(2)

STS

(1)

Rataan

Skor

1 Perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap masalah K3

16 9 3 2 0 4,30

2 Perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam

bekerja

8 17 2 3 0 4,00

3 Perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja Anda

11 14 4 1 0 4,17

4 Penggunaan alat pelindung diri saat bekerja di tempat yang berbahaya

11 17 0 1 1 4,20

5 Perusahaan menginginkan masukan-masukan dari Anda

terkait dengan masalah K3

9 11 5 4 1 3,77

6 Perusahaan menginginkan Anda ikut aktif dalam penerapan program K3

6 15 6 3 0 3,80

Total 4,04

Keterangan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

CS : Cukup Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

4.4.6. Gambaran Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Secara umum keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di PT. CCBI Cibitung

dikategorikan baik. Hal ini menunjukkan bahwa program keselamatan dan

kesehatan kerja yang diterapkan perusahaan dilaksanakan dengan baik oleh

karyawan. Sebagian besar karyawan telah mengetahui pelatihan-pelatihan yang

diadakan perusahaan dan merasakan manfaat dari pelatihan tersebut. Pelaksanaan

publikasi keselamatan kerja dinilai cukup baik oleh karyawan. Pelaksanaan

kontrol lingkungan kerja dinilai baik oleh karyawan, begitu pula dengan

pelaksanaan pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran keselamatan

Page 60: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

43

dan kesehatan kerja. Adanya program keselamatan dan kesehatan kerja membuat

karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya.

4.5. Analisis Produktivitas Kerja

Produktivitas perusahaan ditentukan oleh produktivitas kerja karyawan.

Apabila produktivitas kerja karyawan meningkat maka produktivitas perusahaan

juga ikut meningkat. Produktivitas kerja karyawan dapat dilihat dari faktor-faktor

yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan yang meliputi enam faktor

yaitu : kemauan kerja, kemampuan kerja, lingkungan kerja, kompensasi, jaminan

sosial dan hubungan kerja.

4.5.1. Kemauan kerja

Kemauan kerja adalah dorongan yang ada dalam diri tenaga kerja untuk

meningkatkan produktivitas kerjanya. Kemauan kerja dari seorang karyawan

dapat dilihat dari besarnya kontribusi yang diberikan kepada perusahaan yaitu

dengan bekerja sungguh-sungguh, adanya kesadaran dari dalam diri karyawan

untuk mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan

mengikuti setiap kegiatan yang diadakan perusahaan. Rataan skor 4,11

menunjukkan bahwa kemauan kerja karyawan cukup besar. Artinya karyawan

tidak akan bekerja tanpa adanya kemauan kerja yang kuat.

4.5.2. Kemampuan kerja

Pekerjaan yang dilakukan harus sesuai dengan kemampuan dan

keterampilan yang dimiliki karyawan. Produktivitas akan meningkat, bila

karyawan mampu menjalankan pekerjaan dengan baik. Hal ini juga harus

didukung oleh keterampilan kerja karyawan. Kemampuan kerja karyawan dapat

dilihat dari datang ke tempat kerja tepat waktu dan menyelesaikan pekerjaan

dengan baik dan tepat waktu. Rataan skor sebesar 4,19 menunjukkan bahwa

kemampuan kerja karyawan bagian produksi PT. CCBI Cibitung adalah baik.

Page 61: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

44

4.5.3. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja mendukung pekerjaan yang dilakukan karyawan.

Adanya tanda peringatan dan tanda bahaya di tempat kerja membuat karyawan

bekerja dengan lebih berhati-hati karena lingkungan kerja yang aman dan sehat

akan meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga produktivitas kerja

karyawan meningkat. Rataan skor sebesar 4,30 menunjukkan bahwa lingkungan

tempat karyawan bekerja cukup aman dan bersih.

4.5.4. Kompensasi

Kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti

kontribusi jasa karyawan pada perusahaan. Kompensasi merupakan balas jasa

yang diberikan perusahaan baik secara langsung (finansial) maupun tidak

langsung (non-finansial). Gaji yang diterima sesuai dengan pekerjaan yang

dilakukan karyawan dan bonus yang diterima karyawan sebagai imbalan atas

prestasi kerjanya akan meningkatkan motivasi karyawan untuk bekerja sehingga

produktivitas kerja karyawan meningkat. Rataan skor sebesar 3,47 menunjukkan

bahwa kompensasi yang diberikan perusahaan sudah baik dan memuaskan.

4.5.5. Jaminan sosial

Adanya jaminan sosial yang diberikan perusahaan membuat karyawan

bekerja lebih produktif karena karyawan merasa perusahaan sangat

memperhatikan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Seluruh

karyawan bagian produksi PT. CCBI Cibitung mendapat jaminan keselamatan dan

kesehatan kerja. Rataan skor sebesar 4,35 menunjukkan bahwa karyawan merasa

puas atas jaminan sosial yang diberikan perusahaan.

4.5.6. Hubungan kerja

Hubungan kerja yang terjalin baik antara atasan, bawahan dan rekan kerja

sangat penting untuk menciptakan situasi kerja yang nyaman. Hubungan kerja

yang harmonis dapat dilihat dari kemampuan karyawan untuk bekerjasama

dengan orang lain dan kemauan untuk bertanya serta meminta bantuan kepada

rekan kerja. Rataan skor sebesar 4,30 menunjukkan hubungan yang terjalin antara

Page 62: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

45

karyawan adalah baik. Hubungan yang terjalin baik tersebut membuat karyawan

betah bekerja di perusahaan.

4.6. Analisis Hubungan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan

Produktivitas Kerja

Analisis hubungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan

produktivitas kerja karyawan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank

Spearman. Nilai korelasi positif (+) menunjukkan hubungan yang positif antara

faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja karyawan sedangkan nilai korelasi

negatif (-) menunjukkan hubungan yang berlawanan antara faktor-faktor K3

dengan produktivitas kerja karyawan. Pengujian dilakukan dengan tingkat

signifikansi 0,01 (taraf kepercayaan 99%). Nilai peluang (P) merupakan nilai

kesalahan yang mungkin terjadi. Nilai peluang yang semakin kecil dibandingkan

nilai α (P < α) menunjukkan hubungan yang semakin nyata antara faktor-faktor

yang diuji. Apabila nilai probabilitas atau peluang <α (P < 0,01) menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara faktor-faktor K3 dengan

produktivitas kerja karyawan. Sedangkan apabila nilai peluang >α (P > 0,01)

menunjukkan bahwa faktor yang diuji tidak memiliki hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 99%. Apabila rs > tabel maka berdasarkan hipotesis

penelitian H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat hubungan antara K3

dengan produktivitas kerja karyawan. Sedangkan apabila rs < r tabel maka

berdasarkan hipotesis penelitian H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak ada

hubungan antara K3 dengan produktivitas kerja karyawan.

Berdasarkan hasil uji korelasi tersebut, diketahui bahwa semua faktor K3

memiliki hubungan yang positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja

karyawan dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif dengan tingkat kepercayaan

99%, db= 73, r tabel = 0,425. Dapat dilihat bahwa rs > r tabel maka berdasarkan

hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat hubungan antara K3

dengan produktivitas kerja karyawan. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat

dari nilai peluang < α (P < 0,01) dengan derajat keeratan hubungan berada pada

kategori kuat (0,60< α<0,80).

Page 63: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

46

Pelatihan keselamatan memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan

produktivitas kerja karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif yaitu

sebesar 0,592. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P

< 0,01) dengan derajat keeratan berada pada kategori kuat (0,50<α<0,60).

Pelatihan keselamatan yang diadakan perusahaan bertujuan untuk melatih

karyawan dalam menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan melindungi diri

apabila terjadi kecelakaan kerja. Adanya pelatihan keselamatan membuat

karyawan menjadi semakin terlatih dan terampil serta lebih berhati-hati dalam

melakukan pekerjaannya.

Publikasi keselamatan kerja merupakan ajakan untuk melaksanakan K3

melalui pemberian informasi-informasi dan pesan-pesan keselamatan kerja.

Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, publikasi keselamatan kerja

memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan,

dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif sebesar 0,755. Hubungan yang sangat

nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P < 0,01) dengan derajat keeratan

hubungan kuat yaitu pada rentang (0,60<α<0,80).

Publikasi keselamatan kerja memiliki nilai korelasi yang paling rendah

dari keempat faktor lainnya, hal ini dikarenakan publikasi yang dilakukan oleh

perusahaan tidak efektif dapat dilihat dari gambar dan pesan-pesan keselamatan

kerja yang kurang menarik dan penempatannya tidak strategis. Padahal adanya

informasi-informasi dan pesan-pesan tentang keselamatan kerja di lingkungan

kerja akan memotivasi karyawan untuk bekerja dengan memperhatikan

keselamatan dan kesehatannya.

Kontrol lingkungan kerja merupakan usaha perusahaan agar kondisi

tempat kerja sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan karyawan.

Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, kontrol lingkungan kerja memiliki

hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan, dapat

dilihat dari nilai korelasi yang diperoleh positif sebesar 0,691. Hubungan yang

sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P < 0,01) dan derajat keeratan

hubungannya kuat (0,60<α<0,80). Hal ini menunjukkan kontrol lingkungan kerja

dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Lingkungan kerja yang aman,

Page 64: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

47

nyaman dan memadai akan mendukung pelaksanaan kerja karyawan serta

menciptakan suasana kerja yang menyenangkan sehingga karyawan akan bekerja

semakin produktif.

Pengawasan dan disiplin merupakan usaha untuk mengetahui seberapa

besar ketaatan karyawan dalam mematuhi peraturan K3. Hubungan positif dan

sangat nyata antara pengawasan dan disiplin dengan produktivitas kerja karyawan,

dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif sebesar 0,872. Hubungan yang nyata

dapat dilihat dari nilai peluang < α (P < 0,01) dan derajat keeratan hubungannya

sangat kuat (0,80<α<1,00). Pengawasan dan disiplin memiliki nilai korelasi yang

paling tinggi dari keempat faktor yang lainnya, karena pada umumnya karyawan

akan bekerja dengan baik atau dapat bekerja lebih baik lagi apabila diawasi.

Kesadaran akan K3 merupakan hal yang harus dikembangkan dalam suatu

perusahaan. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memperhatikan

keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya. Peningkatan kesadaran K3

mempunyai hubungan yang positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja

karyawan, ditunjukkan dengan nilai korelasi yang positif sebesar 0,700.

Hubungan yang nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P < 0,01) dan derajat

keeratan hubungannya kuat (0,60<α<0,80). Penerapan K3 dalam suatu

perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan menjamin keselamatan dan

kesehatan setiap karyawan. Adanya rasa aman dan tenang dalam bekerja akan

meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

Page 65: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

48

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Coca Cola Bottling

Indonesia National Plant Cibitung secara umum sudah baik. Hal itu dapat dilihat

dari jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner.

Sebagian besar responden setuju telah mengetahui pelatihan-pelatihan yang

diadakan perusahaan dan merasakan manfaat dari pelatihan tersebut. Pelaksanaan

publikasi keselamatan kerja dinilai cukup baik oleh karyawan. Pelaksanaan

kontrol lingkungan kerja dinilai baik oleh karyawan, begitu pula dengan

pelaksanaan pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran keselamatan

dan kesehatan kerja. Adanya program keselamatan dan kesehatan kerja membuat

karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Hubungan antara faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja dengan

produktivitas kerja karyawan bernilai positif dan sangat nyata. Hal ini

menunjukkan bahwa penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik dapat

meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Peningkatan produktivitas kerja

karyawan ini dapat meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga dapat

meningkatkan pula kesejahteraan karyawan. Karyawan setuju jika keuntungan

perusahaan meningkat maka perusahaan akan memberikan kompensasi kepada

karyawan yang berupa kenaikan gaji dan kesejahteraan karyawan.

5.2. Saran

Dalam kaitannya dengan peningkatan penerapan keselamatan dan

kesehatan kerja di lingkungan perusahaan, disarankan agar PT. CCBI melalui ahli

K3 perusahaan lebih tegas lagi dalam menegur karyawan yang masih tidak

memperhatikan keselamatan dirinya saat bekerja seperti misalnya tidak memakai

APD pada saat bekerja. Pemeriksaan berkala alat-alat sebelum memulai pekerjaan

sebaiknya dilaksanakan lebih serius.

Page 66: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

49

DAFTAR PUSTAKA

Arfida, B. R. 2003. Ekonomi Sumberdaya Manusia. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Ishak, A. 2004. Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam Upaya

Meningkatkan Produktivitas Kerja. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Lestari, T. 2007. Hubungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan

Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : Bagian Pengolahan PTPTN

VII Gunung Mas, Bogor). Skripsi. Manajemen. FEM IPB, Bogor.

Miner, J. B. 1992. Industrial-Organizational Psychology. Di dalam Ilham, R. N.

Analisis Hubungan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Dengan

Motivasi Kerja Karyawan Di PT. Goodyear Indonesia. FATETA. IPB,

Bogor.

Mukhlisani, et al. 2 Agustus 2008. Pendekatan Metode Structural Equation

Modeling Untuk Analisa Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Dari

Tinjauan Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Kerja di PT. Barata

Indonesia (PERSERO) – GRESIK. http://mmt.its.ac.id/library/wp-

content/uploads/2008/12/microsoft-word-22-prosiding-neny-muklisani-ok-

print.pdf. Diakses tanggal 22 Oktober 2009.

Sarwono, J. 2006. Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Penerbit Andi,

Yogyakarta.

Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. (Panduan

Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker 05/1996). PPM,

Jakarta.

Suma’mur, P.K. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Penerbit

PT. Gunung Agung, Jakarta.

Sumardianto, C. 20 Desember 2008. Holcim Gelar Tour K3 di Delapan Kota.

Online : < http://candra-safety-enginer.blogspot.com/2008/12/holcim-gelar-

tour-k3-di-delapan-kota.html> [22 Oktober 2009].

Sumarsono, S. 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia &

Ketenagakerjaan. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Syamsuddin, M. S. 2004. Perkembangan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

Depnakertrans R.I., Jakarta.

Page 67: (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca ... kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan

50

Tjiptono, D. 2004. DuPont Indonesia Gelar Festival Keselamatan Kerja. Detik

Finance. <

http://www.detikfinance.com/read/2004/12/09/173340/253340/4/valas/inde

x.html>. Diakses tanggal 22 Oktober 2009.

Yanri, Z. 2006. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Membangun Budaya K3 Implementasi dan Evaluasi. < http://www.migas-

indonesia.net/index.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=114&

Itemid=42>. Diakses tanggal 22 Oktober 2009.

Yusra, D. 2004. Pentingnya Implementasi K3 dalam Perusahaan. Tulisan.

Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta.