Top Banner
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN OBS. FEBRIS CONVULSE DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : MAYA DWI NURTANTI NIM. P.09085 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
42

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

Jun 10, 2018

Download

Documents

buiphuc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

��

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

OBS. FEBRIS CONVULSE DI BANGSAL

FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

MAYA DWI NURTANTI

NIM. P.09085

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

Page 2: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Maya Dwi Nurtanti

NIM : P.09085

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH

PADA AN. S DENGAN OBS. FEBRIS CONVULSE

DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasi karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 27 April 2012

MAYA DWI NURTANTI

NIM. P.09085

Page 3: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

����

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Maya Dwi Nurtanti

NIM : P.09085

Program studi : DIII Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA

AN. S DENGAN OBS. FEBRIS CONVULSE DI

BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/tanggal : Jum’at/27 April 2012

Pembimbing : Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns (………………..……..)

NIK. 201.186.076

Page 4: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Maya Dwi Nurtanti

NIM : P.09085

Program studi : DIII Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU PADA AN. S

DENGAN OBS. FEBRIS CONVULSE DI BANGSAL

FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO.

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/tanggal : 30 April 2012

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns (………………………)

NIK. 201.186.076

Penguji II : Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns (………………………)

NIK.201.187.065

Penguji III : Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns (………………………)

NIK.201.187.085

Mengetahui,

Ketua program Studi DIII Keperawatan

STIKES Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S.Kep.,Ns

NIK. 201084050

Page 5: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

��

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN OBS.

FEBRIS CONVULSE DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN

SUKOHARJO.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Setiyawan ,S.Kep.,Ns , selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang

telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma

Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII

Keperawatan yng telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di

Stikes Kusuma Husada Surakarta.

3. Nurma Rahmawati, S.Kep., Ns selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai

penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-

masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi

demi sempurnanya studi kasus ini.

Page 6: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

4. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husaa Surakarta

yang telah memberikan bimbingn dengan sabar dan wawasannya serta ilmu

yang bermanfaat.

7. Kedua orangtuaku (Bapak Sugino dan Ibu Sartini) dan kakek nenekku, yang

selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan

pendidikan.

8. Teguh Wibowo, yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam

menyelesaikan pendidikan.

9. Teman-teman clolo yang selalu memberikan motivasi, sumbangan pemikiran

dan menjalin kebersamaan serta kerukunan selama 3 tahun.

10. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,

yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada

pihak lain sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang penyakit febris

convulse. Walaupun dalam penulisan ini, penulis masih mempunyai banyak

kekurangan, tetapi dengan kekurangan tersebut penulis mendapatkan masukan

Page 7: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

����

dari pihak lain sehingga penulis mampu melengkapinya dan menjadikan lebih

sempurna serta dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 30 April 2012

MAYA DWI NURTANTI

Page 8: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

�����

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ............................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Tujuan Penulisan ............................................................. 4

C. Manfaat Penulisan ........................................................... 5

BAB II LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ................................................................. 7

B. Pengkajian ....................................................................... 8

C. Perumusan Masalah Keperawatan ................................... 11

D. Perencanaan Keperawatan ............................................... 11

E. Implementasi Keperawatan ............................................. 12

F. Evaluasi Keperawatan ..................................................... 14

Page 9: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan .................................................................... 16

B. Kesimpulan dan Saran ..................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 10: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

��

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi

Lampiran 2. Log Book

Lampiran 3. Surat Pendelegasian

Lampiran 4. Surat keterangan selesai pengambilan kasus

Lampiran 5. Asuhan keperawatan

Page 11: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maya Dwi Nurtanti

Tempat, tanggal lahir : Klaten, 29 November 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Nglarangan, Puluhan, Trucuk, Klaten

Riwayat Pendidikan :1. TK PERTIWI lulus tahun 1996/1997

2. SD PULUHAN II lulus tahun 2002/2003

3. SMP N 2 CAWAS lulus tahun 2005/2006

4. SMK PGRI PEDAN lulus tahun 2008/2009

5. Saat ini masih menempuh pendidikan di STIKES

Kusuma Husada Surakarta

Riwayat Pekerjaan : -

Riwayat Organisasi :1. PRAMUKA

2. Sekretaris OSIS

3. Ketua RING’S

4. Sekretaris KARANG TARUNA

5. Anggota PMI markas cabang Surakarta

Publikasi : -

Page 12: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN
Page 13: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

��

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kejang demam terjadi dibeberapa negara didunia antara lain di

Amerika Selatan dan Eropa Barat diperkirakan 2-4 %. Kejang demam

adalah bentuk paling umum dari kejang masa kanak – kanak, terjadi pada

2% sampai 5% anak di Amerika Serikat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi

kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam kompleks. Umumnya

kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan pada usia 17- 23 bulan.

Kejang demam kebanyakan terjadi pada anak laki-laki (Mansjoer, 2000).

Menurut Soetomenggolo dalam Sunarka (2007), kejang demam

merupakan penyakit neurologi anak yang paling sering terjadi dan

memerlukan kecermatan diagnosis untuk dapat memberikan penanganan

kejang demam secara keseluruhan. Faktor genetika diduga meningkatkan

kepekaan terhadap timbulnya kejang.

Kejang demam (febris convulsion) merupakan kelainan neurologis

yang paling dijumpai pada anak terutama pada golongan anak umur 6

bulan sampai 4 tahun, hampir 30 % dari anak yang berumur dibawah 5

tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam yang berlangsung

singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala

sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya

disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk

Page 14: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

��

kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,

asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial

disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat

yang disebabkan makin meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya

menyebabkan metabolisme otak meningkat. Pada anak dengan ambang

kejang rendah, apabila suhu naik menjadi 38 derajat celcius atau lebih

sedikit saja sudah dapat menyebabkan kejang (Ngastiyah, 2005).

Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan

panas secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh

manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh

menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam

keadaan konstan. Panas yang dihasilkan tubuh merupakan produk

tambahan proses metabolisme yang utama. Adapun suhu tubuh dihasilkan

dari laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel

tubuh, laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot

(termasuk kontraksi otot akibat menggigil), metabolisme tambahan akibat

pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain, misalnya

hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron), metabolisme

tambahan akibat pengaruh obat (epineprine, norepineprine) serta

rangsangan simpatis pada sel dan metabolisme tambahan akibat

peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama bila

temperatur menurun. Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal

suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam,

Page 15: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

��

seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini

biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37 derajat celcius). selain

itu, ada suhu permukaan (surface temperatur) yaitu suhu yang terdapat

pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat

berfluktuasi sebesar 20 sampai 40 derajat celcius. Suhu tubuh manusia

cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat

menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh

manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu

tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang

diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat

temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh

akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini

terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk

mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap

tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37 derajat celcius.

Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan

merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk

mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan

meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap

(Tamsuri, 2007).

Pada kesempatan ini penulis akan membahas permasalahan yang

diakibatkan Febris convulse yaitu hipertermi. An. S dirawat di RSUD

Sukoharjo dengan diagnosa medis observasi Febris convulse, didapatkan

Page 16: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

��

data pengkajian dari hasil wawancara Ny. N mengatakan badan anaknya

panas disertai kejang ± 1 menit ketika di UGD dan muntah ± 1 sendok.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh data antara lain keadaan umum

pasien baik, tidak rewel, suhu tubuh pasien 38,2 derajat celcius dan

badannya hangat yang mendukung hipertermia. Sehingga dapat ditarik

masalah keperawatan hipertermia. Menurut Abraham Maslow dalam teori

konsep kebutuhan dasar manusia, pemenuhan kebutuhan pengaturan suhu

tubuh termasuk dalam kebutuhan fisiologis yang merupakan hal yang

mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup (Mubarak, 2007).

Sehingga penulis tertarik untuk melakukan tindakan asuhan keperawatan

hipertermia dengan kasus kejang demam (Febris convulsion) pada anak,

untuk penyelesaian tugas akhir program Diploma III Keperawatan dengan

judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Pengaturan Suhu

Tubuh Pada An. S dengan Observasi Febris convulse di bangsal

Flamboyan RSUD Sukoharjo”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus hipertermia pada An. S dengan observasi Febris

convulse di bangsal flamboyan RSUD Sukoharjo.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. S dengan

hipertermia pada kasus observasi Febris convulse.

Page 17: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

��

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. S

dengan hipertermia pada kasus observasi Febris convulse.

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada An.

S dengan hipertermia pada kasus observasi Febris convulse.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada An. S dengan

hipertermia pada kasus observasi Febris convulse.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada An. S dengan hipertermia

pada kasus observasi Febris convulse.

f. Penulis mampu menganalisa kondisi hipertermia yang terjadi pada

An. S dengan kasus observasi Febris convulse.

C. Manfaat Penulisan

1. Penulis

Sebagai sarana dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman

khususnya dibidang keperawatan anak dengan kasus observasi Febris

convulse dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat

selama perkuliahan ke dalam pelaksanaan praktek pelayanan

keperawatan khususnya pada pasien dengan observasi Febris convulse

di lapangan.

2. Instansi

a. Pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar

mengajarkan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan

Page 18: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

��

kasus observasi Febris convulse dapat digunakan sebagai acuan

bagi praktek mahasiswa keperawatan.

b. Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam

penanganan pada anak dengan kasus observasi Febris convulse.

c. Profesi keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan informasi dibidang perawatan anak tentang asuhan

keperawatan pada pasien dengan observasi Febris convulse.

Page 19: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

��

BAB II

LAPORAN KASUS

Pada bab ini berisi tentang rangkuman asuhan keperawatan yang

dilakukan pada An. S selama 2 hari mulai tanggal 7 April 2012 sampai dengan

tanggal 8 April 2012 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun

laporan kasus yang akan dikemukakan pada bab ini adalah proses keperawatan

yang meliputi, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Identitas Pasien

Hasil dari pengkajian yang dilakukan pada tanggal 7 April 2012

pukul 12.35 WIB tanggal 7 April 2012 di bangsal Flamboyan RSUD

Sukoharjo dengan alloanamnesa dan melihat rekam medik pasien,

mengadakan pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik,

menelaah catatan medis dan catatan perawat. Dari data pengkajian tersebut

didapat hasil identitas pasien, nama An. S berusia 7 bulan dengan tanggal

lahir 24 Agustus 2012 tanggal interview dilaksanakan pada 7 April 2012

dengan diagnosa medis observasi Febris convulse. Identitas orang tua dari

An. S nama ayah Tn. A berusia 25 tahun dan pekerjaan swasta. Nama ibu

dari An. S adalah Ny. N berusia 19 tahun pekerjaan sebagai ibu rumah

tangga, dengan alamat Gemblung RT 8/ RW 3 Karangwuni, dalam satu

Page 20: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

keluarga beragama Islam dan sumber data yang diperoleh dari Ny. N dan

Nenek An.S

B. Pengkajian

Hasil pengkajian meliputi keluhan utama Ny. N mengatakan badan

An. S panas. Riwayat kesehatan saat ini Ny. N mengatakan ± 2 hari yang

lalu badan An. S panas disertai batuk dan pilek, kemudian Ny. N

memutuskan untuk memberikan obat syrup penurun panas yang dibeli di

apotek. Setelah pemberian obat syrup selama 2 hari suhu badan An. S

turun kemudian naik lagi, setelah itu keluarga memutuskan untuk

membawa An. S ke pelayanan kesehatan terdekat yaitu Puskesmas. Ny. N

mengatakan ketika tiba di Puskesmas diterima oleh petugas kemudian

dilakukan pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada An. S

petugas puskesmas menyarankan untuk membawa An. S ke Rumah Sakit

dan keluarga bersedia. Akhirnya petugas Puskesmas merujuk An. S ke

RSUD Sukoharjo dengan keadaan An. S terpasang oksigen 1 liter per

menit dan infus RL 10 tetes per menit macro. Pada tanggal 7 april 2012

pukul 09.00 WIB An. S beserta keluarga tiba di RS dan diterima melalui

UGD. Ny. N mengatakan ketika di UGD An. S sempat mengalami kejang

± 1 menit dengan mata mendelik keatas dan menurut Ny. N sebelumnya

An. S pada pukul 06.00 WIB mengalami muntah 1 kali berisi makanan ± 1

sendok makan. Setelah dilakukan penanganan di UGD dengan oksigen 1

liter per menit, infus RL 10 tetes per menit macro yang terpasang di tangan

Page 21: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

kanan dan mendapatkan therapi injeksi, diazepam 3mg, antalgin 75 mg.

Setelah ± 2 jam, kondisi An. S mulai membaik kemudian An. S

dipindahkan ke bangsal Flamboyan dengan terpasang oksigen 1 liter per

menit dan infus RL 10 tetes per menit macro di tangan kanan. Ny. N

mengatakan ketika di bangsal Flamboyan An. S terpasang oksigen ± 10

menit karena menurut dokter pernafasan An. S sudah kembali normal

sehingga oksigennya dapat dilepas. Pada tanggal 7 april 2012 pukul 12.40

WIB ketika dilakukan pengkajian, An. S hanya terpasang infus RL 10

tetes per menit macro.

Riwayat kesehatan lalu adalah Ny. N mengatakan riwayat

kehamilan An. S lahir pada tanggal 24 Agustus 2011 pada usia kehamilan

9 bulan dengan HPL (Hari Perkiraan Lahir) 30 Agustus 2011 dan

merupakan kehamilan pertama. Ny. N mengatakan ketika hamil status

emosinya labil (berubah-ubah), selalu memeriksakan kehamilannya rutin

setiap bulan ke bidan terdekat dan rutin mengkonsumsi vitamin dari bidan.

Riwayat penyakit sebelumnya Ny. N mengatakan anaknya belum pernah

operasi maupun mengalami cidera. Pada riwayat alergi, Ny. N mengatakan

An. S terkadang demam tetapi tidak mempunyai alergi atau reaksi yang

tidak wajar terhadap makanan, obat, binatang, tumbuhan ataupun produk

rumah tangga. Pengobatan pada An. S ketika di bangsal Flamboyan antara

lain Infus RL 10 tetes per menit macro (cairan isotonik), amoxicilin

200mg per 8 jam (antibiotik), diazepam 3mg (ketika pasien kejang),

antalgin 75mg apabila suhu meningkat 38,5 derajat celcius (analgezik,

Page 22: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

antipiretik, antireumatik), dan parasetamol 2/3 sendok takar dalam 60ml

setiap 4 jam (antipiretik, analgezik). Riwayat pertumbuhan dan

perkembangan pada An. S, Ny. N mengatakan berat badan lahir An. S

2600 gram, usia 6 bulan 6500 gram, berat badan saat ini 7500 gram,

tumbuh gigi pada usia 4 bulan, jumlah gigi 9 buah dan usia 4 bulan An. S

mampu mengontrol kepala. Riwayat kebiasaan An. S menurut Ny. N pola

tingkah laku An. S suka menggigit jari dan menghisap jari. Dari hasil

pengkajian riwayat nutrisi, Ny. N mengatakan sejak lahir An. S diberi

minum ASI dan susu formula. Pemberian ASI pada An. S hanya

berlangsung selama 2 bulan tetapi pemberian susu formula masih

berlangsung sampai sekarang (7 bulan). Menurut Ny. N sejak usia An. S 4

bulan sudah diberikan makanan sereal antara lain roti dan bubur buatan

sendiri. Selama An. S sakit nafsu makannya masih baik 3 kali sehari.

Dalam setiap 1 porsi makan yang diberikan, An. S menghabiskan ± 5

sendok. Hasil pengkajian status nutrisi dengan Z-score : WAZ : - 0,22

(normal), HAZ : - 1,70 (normal), WHZ : 1,57 (normal), dan IMT : 18,9.

Berdasarkan hasil pengkajian dan pemeriksaan fisik yang telah

dilakukan pada An. S diperoleh data sebagai berikut yaitu pemeriksaan

tanda-tanda vital, keadaan umum pasien baik dan tidak rewel. Tanggal 7

April 2012 suhu tubuh 38,2 derajat celcius, respirasi 32 kali per menit,

nadi 132 kali per menit. Hasil dari pemeriksaan kulit yaitu kulit putih,

bersih, turgor kulit cukup, tekstur halus, pertumbuhan rambut baik dan

akral hangat. Pada pemeriksaan kardiovaskuler hasil yang diperoleh tidak

Page 23: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

terjadi sianosis dan belum pernah tranfusi. Pada pemeriksaan

gastrointestinal yaitu hasil yang diperoleh terjadi mutah 1 kali jam 06.00

ketika dirumah. Pada pengkajian neurologis, An. S sempat mengalami

kejang ± 1 menit ketika di UGD. Hasil dari pemeriksaan penunjang pada

An. S salah satunya terjadi peningkatan leukosit diatas normal yaitu 22,4

103/µL (normal 4-10 10

3/µL).

C. Perumusan Masalah Keperawatan

Dalam pengkajian yang telah penulis lakukan tersebut diatas

didapatkan data, pada tanggal 7 april 2012 pukul 12.40 WIB, Ny. N

mengatakan badan An. S panas disertai kejang ± 1 menit dengan mata

mendelik keatas ketika di UGD dan muntah ± 1 sendok ketika dirumah.

Berdasarkan hasil observasi penulis diperoleh data, keadaan umum pasien

baik, tidak rewel, suhu tubuh pasien 38,2 derajat celcius dan akral hangat.

Sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit.

D. Perencanaan Keperawatan

Data yang diperoleh penulis dari pengkajian, setelah dianalisa

muncul suatu masalah keperawatan hipertermia berhubungan dengan

proses penyakit. Penulis membuat rencana keperawatan dengan tujuan,

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam menunjukkan

termoregulasi dengan kriteria hasil anak tidak gelisah, suhu tubuh dalam

Page 24: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

batas normal (36,5-37,5 derajat celcius), tidak terjadi mual/ muntah, tidak

terjadi kejang dan suhu kulit dalam rentang yang diharapkan

(Wilkinson,2006). Penulis merencanakan tindakan keperawatan yang akan

dilakukan pada An. S antara lain pantau aktivitas kejang pasien dengan

rasional membantu melokalisasi daerah otak yang terkena, pantau hidrasi

(turgor kulit, kelembaban membran mukosa) dengan rasional indikator

keadekuatan volume cairan, pantau tanda-tanda vital pasien dengan

rasional indikator keadekuatan volume sirkulasi, anjurkan asupan cairan

oral dengan rasional mencukupi kebutuhan cairan dalam tubuh dan

mencegah terjadinya dehidrasi,berikan kompres hangat dengan rasional

memandirikan keluarga pasien untuk mengatasi peningkatan suhu tubuh,

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik dengan rasional

meringankan atau mengurangi gejala demam atau panas (Doenges,2000).

E. Implementasi Keperawatan

Penyusunan rencana keperawatan yang telah dilakukan penulis

kemudian dilakukan tindakan keperawatan pada An. S. Pada tanggal 7

April 2012 pukul 12.50 WIB, penulis memantau aktivitas kejang, dengan

respon subyektif Ny. N mengatakan An. S sudah tidak kejang maupun

muntah. Dari respon obyektif An. S terlihat aktif, dan sudah tidak kejang.

Pada pukul 12.52 WIB penulis menganjurkan Ny. N untuk memberikan

obat parasetamol pada An. S dengan respon obyektif obat parasetamol

masuk 2/3 sendok takar. Pukul 12.55 WIB memantau hidrasi, dengan

Page 25: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

respon subyektif Ny. N mengatakan An. S banyak minum susu formula

sampai saat ini sudah menghabiskan ±150 cc, dan respon obyektif

membran mukosa lembab, kulit teraba hangat dan turgor kulit masih

elastis. Pukul 13.04 WIB memantau tanda-tanda vital An. S dengan respon

subyektif Ny. N mengatakan An. S badannya masih panas, dan respon

obyektif suhu 38,2 derajat celcius, respirasi 32 kali per menit, nadi 132

kali per menit. Pukul 13.10 WIB menganjurkan asupan cairan oral, dengan

respon subyektif Ny. N mengatakan bersedia memberikan asupan cairan

oral dan respon obyektif An. S terlihat meminum susu formula kurang

lebih 50cc. Pukul 13.12 WIB mengajarkan kompres hangat pada keluarga

An. S, dengan respon subyektif Ny. N mengatakan bersedia diajari penulis

cara kompres hangat dan respon obyektif Ny. N terlihat memberikan

kompres hangat di ketiak An. S.

Pada hari minggu tanggal 8 april 2012 pukul 14.30 WIB memantau

aktivitas kejang An. S, dengan respon subyektif Ny. N mengatakan An. S

sudah tidak kejang tetapi kemarin sore An. S muntah 3x pada waktu

magrib, habis magrib dan pada pukul 21.00 WIB setelah diberikan obat

penurun panas tetapi sekarang sudah tidak panas dan tidak muntah setelah

diberikan obat penurun panas serta sudah tidak kejang, dan respon

obyektif antara lain An. S terlihat bermain sambil tiduran. Pukul 14.35

WIB mengobservasi tanda-tanda vital, dengan respon subyektif Ny. N

mengatakan An. S sudah tidak panas badannya, respon obyektif suhu 37,5

Page 26: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

derajat celcius, respirasi 40 kali per menit, nadi 122 kali per menit dan An.

S terlihat tidak gelisah.

F. Evaluasi Keperawatan

Setelah beberapa implementasi dilakukan, penulis melakukan

evaluasi yang dilakukan setiap hari pada An. S, sehingga penulis dapat

mengetahui masalah apa yang dapat teratasi dan masalah apa yang belum

dapat teratasi serta dapat dilakukan tindakan lebih lanjut.

Adapun hasil evaluasi pada hari sabtu tanggal 7 April 2012 pukul

14.00 WIB diperoleh hasil bahwa Ny. N mengatakan An. S masih panas,

sudah tidak kejang maupun muntah. Berdasarkan hasil pengamatan secara

obyektif suhu tubuh An. S 38,2 derajat celcius, respirasi 32 kali per menit,

nadi132 kali per menit, membran mukosa lembab, kulit teraba hangat,

warna kulit putih, turgor kulit masih elastis, An. S terlihat aktif, obat

parasetamol masuk 2/3 sendok takar, An. S terlihat meminum susu

formula ± 50 cc dan Ny. N terlihat memberikan kompres hangat di ketiak.

Dari hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah

keperawatan hipertermia teratasi sebagian sehingga rencana tindakan

keperawatan dilanjutkan meliputi pantau kejang dan pantau tanda-tanda

vital.

Pada hari minggu tanggal 8 april 2012 pukul 21.00 WIB, hasil

evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Ny. N

mengatakan An. S sudah tidak kejang tetapi kemarin sore tanggal 7 april

Page 27: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

2012 An. S muntah 3 kali pada waktu magrib, sehabis magrib dan pada

pukul 21.00 setelah diberikan obat penurun panas tetapi saat dilakukan

pengkajian pukul 14.30 WIB An. S sudah tidak panas dan tidak muntah.

Berdasarkan hasil pengamatan pada An. S secara obyektif didapatkan suhu

37,5 derajat celcius, respirasi 40 kali per menit, nadi 122 kali per menit,

An. S terlihat bermain sambil tiduran, dan An. S terlihat tidak gelisah. Dari

hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan

hipertermia teratasi, sehingga intervensi dihentikan.

Page 28: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan

Pemenuhan Kebutuhan Pengaturan Suhu Tubuh Pada An. S dengan Observasi

Febris Convulse di Bangsal Flamboyan di RSUD Sukoharjo”. Prinsip dari

pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar manusia di dalam

asuhan keperawatan.

A. Pembahasan

Kejang demam merupakan penyakit neurologi anak yang paling

sering terjadi dengan ditandai peningkatan suhu aksila lebih dari 37,8

derajat celcius, pada umumnya terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun

(Yuana, 2010). Menurut Sunarka (2007), menyebutkan kejang demam

terjadi karena kenaikan suhu lebih dari 38 derajat celcius pada anak

berusia kurang dari 17 bulan. Sedangkan menurut Ngastiyah (2005),

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling dijumpai pada

anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun dan

terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 derajat celcius).

Hal ini disebabkan pada keadaan demam kenaikan suhu 1 derajat celcius

akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10 sampai 15% dan

kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3

tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan

Page 29: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu

tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam

waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium

melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasan muatan listrik.

Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke

seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan

yang disebut “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Setiap anak

mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya

ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu

tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat

terjadi pada suhu 38 derajat celcius sedangkan anak dengan ambang

kejang yang tinggi kejadian kejang dapat terjadi apabila suhu mencapai 40

derajat celcius atau lebih (Ngastiyah, 2005).

Dengan demikian dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan

bahwa kejang demam dapat terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun

ditandai dengan kenaikan suhu lebih dari 37,8 derajat celcius sesuai

dengan ambang kejang masing-masing individu. Sesuai dengan teori

diatas, pada kasus An. S berusia 7 bulan dengan observasi Febris convulse

terjadi kenaikan suhu 38,2 derajat celcius pada suhu aksila. Sehingga dapat

dikatakan bahwa, ambang kejang yang terjadi pada An. S merupakan

ambang kejang rendah.

Tanda gejala pada anak yang mengalami kejang demam antara lain

wajah anak akan menjadi biru, mata berputar, dan anggota badan akan

Page 30: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

��

bergetar dengan hebat (Hidayat, 2009). Selain itu menurut Purwanti dan

Maliya (2008), dalam jurnalnya menjelaskan bahwa pada kejang demam

biasanya didapatkan fase iktal antara lain gigi mengatup, sianosis,

pernafasan cepat atau menurun, peningkatan sekresi mucus, peningkatan

nadi, sedangkan pada fase post iktal dapat terjadi apneu. Akibat kejang

dapat terjadi fraktur, kerusak jaringan lunak atau gigi cedera selama

kejang. Pada aktivitas dan kekuatan otot dapat terjadi keletihan, kelemah

umum, perubahan tonus otot atau kekuatan otot. Mual, muntah yang

berhubungan dengan aktivitas kejang. Di integumen ditemukan akral

hangat, kulit kemerahan dan demam.

Menurut MA. Fishman (2006) dalam Buku Ajar Pediatri Rudolph,

Sesuai dengan tanda dan gejala diatas kejang demam dapat

diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu kejang demam jinak dan kejang

demam kompleks. Kejang demam dapat dikatakan kejang demam jinak

(sederhana), apabila kejang berlangsung kurang dari 15 menit, tidak

memperlihatkan tanda dan gejala yang signifikan seperti fase iktal antara

lain gigi mengatup, sianosis, pernafasan cepat atau menurun, peningkatan

sekresi mucus, peningkatan nadi, sedangkan pada fase post iktal dapat

terjadi apneu, dan tidak berlangsung dalam suatu rangkaian yang memiliki

durasi total lebih dari 30 menit. Sedangkan kejang demam kompleks

memiliki durasi lebih lama, ada tanda dan gejala yang signifikan seperti

fase iktal antara lain gigi mengatup, sianosis, pernafasan cepat atau

Page 31: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

��

menurun, peningkatan sekresi mucus, peningkatan nadi, sedangkan post

iktal dapat terjadi apneu.

Pada kasus kelolaan penulis, tanda dan gejala pada An. S dengan

observasi Febris convulse, tidak semuanya muncul seperti wajah anak

akan menjadi biru, anggota badan bergetar dengan hebat, gigi mengatup,

pernafasan cepat atau menurun, peningkatan sekresi mucus dan terjadi

peningkatan nadi. Akan tetapi pada dasarnya tanda dan gejala yang yang

ada pada An. S sama seperti di teori. Pada An. S tanda dan gejala yang

muncul pada tanggal 7 April 2012 pukul 12.40 WIB saat dilakukan

pengkajian, Ny. N mengatakan badan anaknya panas disertai kejang ± 1

menit dengan mata mendelik keatas ketika di UGD dan muntah ± 1

sendok. Berdasarkan hasil observasi diperoleh data, keadaan umum pasien

baik, tidak rewel, suhu tubuh pasien 38,2 derajat celcius, respirasi 32 kali

per menit, nadi 132 kali per menit dan akral hangat. Dengan demikian

Kejang demam yang terjadi pada An. S merupakan kejang demam

sederhana.

Menurut Yuana, dkk (2010), berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan 4% pasien kejang demam dapat menagalami gangguan tingkah

laku dan penurunan tingkat intelegensi. Insiden epilepsi akibat kejang

demam berkisar antara 2 sampai 5% dan meningkat hingga 9 sampai 13%

apabila terdapat faktor resiko berupa riwayat keluarga dengan epilepsi,

perkembangan abnormal sebelum kejang demam pertama atau mengalami

kejang demam kompleks. Selain itu menurut Broug, dkk (2007),

Page 32: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

menyebutkan bahwa faktor resiko yang terjadi pada genetik kembar

monozygot antara lain riwayat keluarga (sanak keluarga sederajat 1 dan 2),

kejang demam dan keterlambatan perkembangan.

Dari hasil penelitian dan teori tersebut, sesuai dengan kasus yang

penulis lakukan pada An. S berjenis kelamin perempuan yang berusia 7

bulan dari hasil pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital) didapatkan suhu 38,2

derajat celcius yang beresiko terjadi kejang demam. Selain itu berdasarkan

hasil penelitian diatas tentang faktor resiko terjadinya bangkitan kejang

demam pada An. S sangat kecil karena dari riwayat keluarga An. S tidak

ada yang mengalami epilepsi, pada pemeriksaan DDST (Denver

Developmental Screening Test) perkembangan dan pertumbuhan An. S

normal atau tidak mengalami keterlambatan salah satunya yaitu An. S

mampu duduk tanpa pegangan dan An. S tidak mengalami trauma otak

pada waktu kehamilan maupun persalinan.

Menurut jurnal kegawatdaruratan kejang demam pada anak oleh

Purwanti dan Maliya (2008), asuhan keperawatan pada pasien kejang

demam meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan dan intervensi.

Pengkajian meliputi riwayat kesehatan (riwayat demam disebabkan oleh

infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis

dan infeksi saluran kemih) dan pemeriksaan fisik dan diagnosa. Intervensi

pada anak dengan kejang demam salah satunya adalah Hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit, dehidrasi. NIC (Nursing

Interventions Classification) yaitu perencanaan untuk kasus kejang demam

Page 33: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

antara lain monitoring vital sign (monitor tekanan darah, nadi, suhu dan

status pernafasan, pertahankan secara berkesinambungan monitoring suhu

tubuh, monitoring warna kulit, suhu dan kelembutan, monitoring adanya

sianosis perifer, dan identifikasi dari penyebab perubahan vital sign) dan

penanganan demam meliputi pemberian antipiretik jika diperlukan, buka

pakaian sampai hanya tinggal celana dalamnya saja, pastikan anak

memperoleh banyak udara segar tanpa menjadi kedinginan, berikan tapid

sponge bad dengan air hangat dan berikan intake cairan yang adekuat.

Selain itu pasang IV line untuk memenuhi kebutuhan cairan, berikan

sirkulasi udara yang baik dan berikan oksigen jika diperlukan.

Menurut Harold (2005) dalam jurnal kegawat daruratan kejang

demam pada anak oleh Purwanti dan Maliya, Upaya-upaya yang dapat

dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh antara lain mengenakan pakaian

yang tipis, menganjurkan banyak minum, banyak istirahat, memberikan

kompres, dan bisa juga dengan memberikan obat penurun panas. Teknik

dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh ada

beberapa macam diantaranya kompres hangat basah, kompres hangat

kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat

es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas

(Tamsuri, 2007).

Dari hasil pengkajian terhadap pasien, penulis merumuskan

masalah keperawatan hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

Masalah keperawatan hipertermia tersebut lebih diprioritaskan penulis dari

Page 34: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

beberapa masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Di dalam teori,

permasalahan utama yang terjadi pada An. S dengan observasi febris

convulse adalah kejang. Tetapi dalam kasus ini penulis lebih

memprioritaskan peningkatan suhu tubuh yang dialami An. S karena

keluhan utama yang diungkapkan Ny. N adalah An. S mengalami

peningkatan suhu tubuh. Peningkatan suhu tubuh yang dialami An. S

sudah melebihi batas normal (36,5 sampai 37 derajat celcius), sehingga

harus segera diatasi karena kebutuhan pengaturan suhu tubuh merupakan

kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dan suhu tubuh pasien bisa

kembali normal. Menurut Tamsuri (2006), pada dasarnya hipertermia

adalah suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami

kenaikan suhu tubuh terus-menerus lebih dari 37,8 derajat celcius (100oF)

per oral atau 38,9 derajat celcius (101oF) per rektal karena faktor eksternal.

Dalam menegakkan diagnosa keperawatan dapat dilakukan dengan cara

melihat hasil dari pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan

laboratorium dan foto thorax. Selain itu dapat dilihat dari tanda dan gejala

yang muncul, walaupun tanda dan gejala pada pasien kelolaan penulis

tidak muncul semua sesuai dengan teori. Diagnosa keperawatan

hipertermia berhubungan dengan proses penyakit pada An. S dengan

observasi Febris convulse dapat dipastikan karena sebagian besar tanda

dan gejala yang ada sama seperti yang ada di konsep teori.

Setelah menentukan diagnosa keperawatan kemudian penulis

menyusun rencana dan tindakan keperawatan sesuai dengan teori yang

Page 35: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

mempunyai tujuan An. S dapat menunjukkan termoregulasi sehingga

kebutuhan pengaturan suhu tubuh An. S dapat terpenuhi. Tindakan

keperawatan yang dilakukan meliputi memantau aktivitas kejang pasien,

memantau hidrasi (turgor kulit, kelembaban membran mukosa), memantu

tanda – tanda vital pasien, menganjurkan asupan cairan oral, mengajarkan

kompres hangat dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

antipiretik.

Menurut Ngastiyah (2005), kejang demam yang terjadi pada saat

anak mengalami kenaikan suhu harus segera diberikan obat antipiretik.

Obat antipiretik untuk pasien kejang demam biasanya telah bersama-sama

dengan anti konvulsan. Yang perlu diingat bahwa pada pasien yang akan

mengalami kenaikan suhu karena adanya infeksi apakah faringitis, OMA

(Otitis Media Akut) atau infeksi lainnya, maka disamping obat obat

antipiretik juga harus ada antibiotik. Apabila belum ada antibiotik pasien

harus dibawa berobat karena tanpa antibiotik demam hanya akan turun

sebentar dan akan naik lagi. Disamping obat-obat tersebut pasien perlu

diberi banyak minum dan apabila suhu tinggi dapat diberikan kompres

dingin secara intensif.

Penatalaksanaan pada An. S yang mengalami peningkatan suhu

tubuh sebelum dirawat di RSUD Sukoharjo, hanya diberikan obat syrup

penurun panas (antipiretik ) oleh Ny. N dan selama 2 hari suhu badan An.

S turun kemudian naik lagi. Hal tersebut membuktikan bahwa

penatalaksanaan pada kejang demam memerlukan therapy antibiotik,

Page 36: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

seperti teori yang dijelaskan diatas. Tetapi setelah An. S di rawat di RS

mendapatkan therapy sesuai dengan teori diatas karena selain badan An. S

panas juga mengalami batuk dan pilek. Therapy yang diberikan pada An.

S meliputi pemberian parasetamol 2/3 sendok takar sebagai antipiretik

melalui oral dan therapy injeksi amoxicilin 200 mg per 8 jam sebagai

antibiotik, karena dalam tubuh An. S terjadi infeksi (letak terjadinya

infeksi belum diketahuai secara pasti) yang ditandai dengan peningkatan

leukosit 22,4 103/µL (normal 4-10 10

3/µL) (Djuanda, 2010).

Setelah melakukan tindakan keperawatan pada An. S selama dua

hari, penulis mengevaluasi setiap hari. Hasil evaluasi yang dilakukan

penulis pada hari ke 2 antara lain An. S sudah tidak panas, muntah

maupun kejang, dengan suhu 37,5 derajat celcius, respirasi 40 kali per

menit dan nadi 122 kali per menit, warna kulit putih, akral hangat dan

terlihat bermain botol susu sambil tiduran.

Dalam pengelolaan pasien An. S dengan observasi Febris convulse

penulis hanya melakukan 2 hari pengelolaan, dikarenakan pada hari ke dua

proses pengambilan kasus di lahan praktek penulis baru mendapatkan

pasien kelolaan. Selain itu keterbatasan waktu yang di targetkan dari

institusi membuat penulis hanya melakukan asuhan keperawatan pada An.

S selama 2 hari. Hal tersebut merupakan hambatan penulis dalam

memberikan asuhan keperawatan pada An. S secara maksimal. Walaupun

demikian, penulis berusaha semaksimal mungkin dalam memberikan

Page 37: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

asuhan keperawatan pada An. S dan pada akhirnya masalah keperawatan

hipertermia dapat teratasi.

B. Kesimpulan Dan Saran

1. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan Study kasus mengenai Asuhan

Keperawatan Kebutuhan Pengaturan Suhu Tubuh pada An. S yang

berusia 7 bulan dengan hipertermia pada kasus observasi Febris

convulse di RSUD SUKOHARJO dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Hasil pengkajian yang dilaksanakan pada An. S dengan

hipertermia pada kasus observasi Febris convulse meliputi badan

An. S panas, batuk, pilek disertai kejang ± 1 menit ketika di UGD

dan muntah ±1 sendok ketika dirumah dan data obyektif yang

diperoleh penulis, keadaan umum pasien baik, tidak rewel, suhu

tubuh pasien 38,2 derajat celcius dan akral hangat.

b. Perumusan diagnosa keperawatan pada An. S dengan hipertermia

pada kasus observasi Febris convulse adalah hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit.

c. Perencanaan Asuhan Keperawatan pada An. S dengan hipertermia

pada kasus observasi Febris convulse bertujuan menunjukkan

termoregulasi dengan kriteria hasil anak tidak gelisah, suhu tubuh

dalam batas normal (36,5-37,5 derajat celcius), tidak terjadi mual/

muntah, tidak terjadi kejang dan suhu kulit dalam rentang yang

Page 38: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

diharapkan, meliputi pantau aktivitas kejang pasien, pantau hidrasi

(turgor kulit, kelembaban membran mukosa), pantau tanda – tanda

vital pasien, anjurkan asupan cairan oral, ajarkan kompres hangat

dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik dan

antipiretik.

d. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada An. S dengan

observasi Febris convulse meliputi memantau aktivitas kejang

pasien, memantau hidrasi (turgor kulit, kelembaban membran

mukosa), memantau tanda – tanda vital pasien, anjurkan asupan

cairan oral, mengajarkan kompres hangat dan mengkolaborasikan

dengan dokter dalam pemberian antibiotik dan antipiretik.

e. Hasil evaluasi yang dilakukan penulis pada hari ke 2 antara lain

An. S sudah tidak panas, muntah maupun kejang, suhu 37,5 derajat

celcius, respirasi 40 kali per menit, nadi 122 kali per menit, tidak

gelisah dan An. S terlihat bermain botol susu sambil tiduran. Dari

hasil data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah

keperawatan hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

dapat teratasi dan intervensi dihentikan.

f. Pada kasus kelolaan penulis, tanda dan gejala pada An. S dengan

observasi Febris convulse, tidak semuanya muncul seperti wajah

anak akan menjadi biru, anggota badan bergetar dengan hebat, gigi

mengatup, pernafasan cepat atau menurun, peningkatan sekresi

mucus dan terjadi peningkatan nadi. Akan tetapi pada dasarnya

Page 39: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

���

tanda dan gejala yang yang ada pada An. S sama seperti di teori.

Pada An. S tanda dan gejala yang muncul pada tanggal 7 April

2012 pukul 12.40 WIB saat dilakukan pengkajian, Ny. N

mengatakan badan anaknya panas disertai kejang ± 1 menit dengan

mata mendelik keatas ketika di UGD dan muntah ± 1 sendok.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh data, keadaan umum pasien

baik, tidak rewel, suhu tubuh pasien 38,2 derajat celcius, respirasi

32 kali per menit, nadi 132 kali per menit dan akral hangat. Dengan

demikian Kejang demam yang terjadi pada An. S merupakan

kejang demam sederhana.

2. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

observasi febris convulse, penulis ingin memberikan masukan yang

positif dalam pengelolaan pasien meliputi :

a. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan pelayanan kesehatan dapat meningkatkan mutu

pelayanan terhadap pasien tanpa melihat latar belakang status

ekonomi pasien, menjalin hubungan yang baik dengan keluarga

pasien maupun tim kesehatan lainnya serta dapat menambah

fasilitas pelayanan yang menunjang.

b. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat.

Hal tersebut dapat menambah masukan bagi perawat khususnya

dalam memberikan pelayanan yang lebih profesional kepada

Page 40: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

��

pasien dan menjaga hubungan kerjasama yang baik terhadap

keluarga pasien maupun tim kesehatan lainnya.

c. Bagi penulis

Diharapkan mampu meningkatkan wawasan dalam kegiatan proses

belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan

kasus observasi Febris convulse pada khususnya dan dapat

digunakan sebagai acuan bagi praktek mahasiswa keperawatan.

Page 41: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

DAFTAR PUSTAKA

Brough, dkk. 2007. Rujukan Cepat Pediatri & Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.

Djuanda, dkk. 2010. Mims Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: CMP Medica

Drug References Worldwide.

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hidayat, A.A. 2009. Pengetahuan Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Hinchliff, S. 1999. Kamus Keperawatan. Jakarta : EGC.

Mansjoer, dkk. 2000. Angka Kejadian Kejang Demam. http���etd.eprints.ums.ac.id/.

Diakses tanggal 10 April 2012. Jam 04:18 PM.

Mumbarak, W.I dan Nurul Chayati. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.

Jakarta: EGC.

Nanda, 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Penerjemah Budi Santosa.

Jakarta: Prima Medika.

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Purwanti, O.S & Arina Maliya. 2008. Kegawat Daruratan Kejang Demam Pada

Anak. http://www.us.elsevierhealth.com. Diakses tanggal 20 Agustus 2003.

Jam 02.30 PM.

Rudolph, A. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta: EGC.

Sunarka, 2007. Medicinus (Scientific Journal of Pharmaceutical Development and

Medical Applications); Probiotics. http://www.scribd.com/doc/. Diakses

tanggal 11 April 2012 Jam: 10:56 PM.

Tamsuri, A. 2006. Tanda-Tanda Vital: Suhu Tubuh. Jakart: EGC.

Page 42: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl...STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH PADA AN. S DENGAN

Wilkinson, J.M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (Dengan Intervensi Nic

Dan Kriteria Hasil Noc). Jakarta: EGC.

Yuana, dkk. 2010. Korelasi Kadar Seng Serum dan Bangkitan Kejang Demam.

http://eprints.undip.ac.id/. Diakses tanggal 17 April 2012. Jam: 12:19 PM.