Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 1 April 2011: 1 – 12 1 STUDI KARAKTERISTIK CURAH HUJAN PEMICU GERAKAN TANAH DI DAERAH CIBEBER, CIANJUR SELATAN JAWA BARAT Dwi Sarah dan Eko Soebowo Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI Jl. Sangkuriang, Kompleks LIPI, Bandung.40135 Sari Pengetahuan tentang karakter curah hujan pemicu gerakan tanah sangat diperlukan dalam pengembangan sistem mitigasi bencana gerakan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakter curah hujan pemicu gerakan tanah di daerah Cibeber, Cianjur Selatan. Investigasi geoteknik, serta pemetaan geologi dan topografi dilakukan pada lokasi gerakan tanah. Hasil investigasi geoteknik menunjukkan bahwa gerakan tanah tipe luncuran terjadi pada bidang gelincir tufa lanauan pada kedalaman dangkal antara 2,5- 4,5 m. Analisis kestabilan lereng menerus menunjukkan bahwa curah hujan sebesar 291 mm diperlukan untuk menghasilkan kenaikan tekanan air pori pemicu ketidakstabilan lereng. Analisis data curah hujan menunjukkan bahwa gerakan tanah pada lereng disebabkan oleh total curah hujan menerus selama 22 hari. Dengan demikian, total curah hujan menerus merupakan faktor penyebab terjadinya longsoran lereng. Kata kunci: mitigasi gerakan tanah, curah hujan, tekanan air pori. Abstract Knowledge of the characteristic of landslide triggering rainfall is required to develop landslide mitigation system. The aim of this research is to determine the characteristic of landslide triggering rainfall in Cibeber area, South Cianjur. Geotechnical investigation, geological and topographical mapping were conducted in the landslide locations. Geotechnical investigation indicated that sliding surface occurred at silty tuff stratum at shallow depth of 2.5 – 4.5 m. Infinite slope stability analysis showed that rainfall of 291mm is needed to increase critical pore water pressure which triggered landslide. Rainfall datum analysis points that landslide occurred due to cumulative 22 days continuous rainfall. Therefore, cumulative continuous rainfall was the cause of landslide in this area. Keywords: landslide mitigation, rainfall, pore water pressure. PENDAHULUAN Wilayah Jawa Barat adalah salah satu kawasan di Indonesia yang rentan terhadap bencana gerakan tanah. Kerentanan ini disebabkan oleh faktor kondisi batuan yang lemah akibat pelapukan, adanya jalur patahan, kondisi morfologi perbukitan dengan lereng-lereng yang relatif curam (kemiringan lebih dari 25 o ), penggunaan lahan yang di luar kontrol dan curah hujan yang tinggi pada bulan-bulan basah (mencapai 100mm/hari) (Tohari drr., 2004). Kerawanan bahaya gerakan tanah di daerah ini semakin meningkat beberapa tahun belakangan ini seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, pembangunan sarana pemukiman, transportasi, dan sarana-sarana lainnya di daerah- daerah perbukitan rawan longsor. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai gerakan tanah di Indonesia memfokuskan pada pemahaman mekanisme proses gerakan tanah (Anwar drr., 2003; Soebowo drr., 2003) dan pemetaan daerah rawan gerakan tanah (Sampurno, 1976; Suranta dan Djaja, 2002). Karakter curah hujan sebagai salah satu faktor pemicu gerakan tanah belum dikaji secara komprehensif. Penentuan karakter curah hujan pemicu gerakan tanah ini penting sebagai masukan pengembangan sistem peringatan dini bahaya gerakan tanah dalam upaya mitigasi bencana gerakan tanah. Penelitian- penelitian terdahulu di negara subtropis menunjukkan bahwa penentuan karakter hujan pemicu gerakan tanah memerlukan pengetahuan terpadu mengenai kondisi geologi, iklim, topografi, hidrologi, sifat tanah, dan ketebalan tanah (Wieczorek, 1987; Keefer drr., 1987; Reneau dan Dietrich, 1987, Sammori drr., 1996). Karakter curah hujan pemicu gerakan tanah juga sangat spesifik untuk setiap lokasi, bergantung kepada respon hidrologi lereng (Johnson dan Sitar, 1990; Tohari, 2002), dan kondisi tekanan air pori serta kadar air tanah sebelum hujan dengan intensitas lebat terjadi (Tsaparas drr., 2000; Tohari, 2002). Daerah Cianjur Selatan adalah salah satu daerah di Jawa Barat yang sering mengalami
12
Embed
STUDI KARAKTERISTIK CURAH HUJAN PEMICU … · Analisis data curah hujan menunjukkan bahwa gerakan tanah pada lereng disebabkan oleh total curah hujan menerus selama 22 hari. Dengan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)
Vol. 21 No. 1 April 2011: 1 – 12
1
STUDI KARAKTERISTIK CURAH HUJAN PEMICU GERAKAN TANAH
DI DAERAH CIBEBER, CIANJUR SELATAN JAWA BARAT
Dwi Sarah dan Eko Soebowo
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Jl. Sangkuriang, Kompleks LIPI, Bandung.40135
Sari
Pengetahuan tentang karakter curah hujan pemicu gerakan tanah sangat diperlukan dalam pengembangan
sistem mitigasi bencana gerakan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakter curah hujan
pemicu gerakan tanah di daerah Cibeber, Cianjur Selatan. Investigasi geoteknik, serta pemetaan geologi dan
topografi dilakukan pada lokasi gerakan tanah. Hasil investigasi geoteknik menunjukkan bahwa gerakan tanah
tipe luncuran terjadi pada bidang gelincir tufa lanauan pada kedalaman dangkal antara 2,5- 4,5 m. Analisis
kestabilan lereng menerus menunjukkan bahwa curah hujan sebesar 291 mm diperlukan untuk menghasilkan
kenaikan tekanan air pori pemicu ketidakstabilan lereng. Analisis data curah hujan menunjukkan bahwa
gerakan tanah pada lereng disebabkan oleh total curah hujan menerus selama 22 hari. Dengan demikian, total
curah hujan menerus merupakan faktor penyebab terjadinya longsoran lereng.
Kata kunci: mitigasi gerakan tanah, curah hujan, tekanan air pori.
Abstract
Knowledge of the characteristic of landslide triggering rainfall is required to develop landslide mitigation
system. The aim of this research is to determine the characteristic of landslide triggering rainfall in Cibeber
area, South Cianjur. Geotechnical investigation, geological and topographical mapping were conducted in
the landslide locations. Geotechnical investigation indicated that sliding surface occurred at silty tuff stratum
at shallow depth of 2.5 – 4.5 m. Infinite slope stability analysis showed that rainfall of 291mm is needed to
increase critical pore water pressure which triggered landslide. Rainfall datum analysis points that landslide
occurred due to cumulative 22 days continuous rainfall. Therefore, cumulative continuous rainfall was the
cause of landslide in this area.
Keywords: landslide mitigation, rainfall, pore water pressure.
PENDAHULUAN
Wilayah Jawa Barat adalah salah satu
kawasan di Indonesia yang rentan terhadap
bencana gerakan tanah. Kerentanan ini
disebabkan oleh faktor kondisi batuan yang lemah
akibat pelapukan, adanya jalur patahan, kondisi
morfologi perbukitan dengan lereng-lereng yang
relatif curam (kemiringan lebih dari 25o),
penggunaan lahan yang di luar kontrol dan curah
hujan yang tinggi pada bulan-bulan basah
(mencapai 100mm/hari) (Tohari drr., 2004).
Kerawanan bahaya gerakan tanah di daerah ini
semakin meningkat beberapa tahun belakangan ini
seiring dengan pertumbuhan penduduk yang
semakin pesat, pembangunan sarana pemukiman,
transportasi, dan sarana-sarana lainnya di daerah-
daerah perbukitan rawan longsor.
Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai
gerakan tanah di Indonesia memfokuskan pada
pemahaman mekanisme proses gerakan tanah
(Anwar drr., 2003; Soebowo drr., 2003) dan
pemetaan daerah rawan gerakan tanah (Sampurno,
1976; Suranta dan Djaja, 2002). Karakter curah
hujan sebagai salah satu faktor pemicu gerakan
tanah belum dikaji secara komprehensif.
Penentuan karakter curah hujan pemicu gerakan
tanah ini penting sebagai masukan pengembangan
sistem peringatan dini bahaya gerakan tanah
dalam upaya mitigasi bencana gerakan tanah.
Penelitian- penelitian terdahulu di negara
subtropis menunjukkan bahwa penentuan karakter
hujan pemicu gerakan tanah memerlukan
pengetahuan terpadu mengenai kondisi geologi,
iklim, topografi, hidrologi, sifat tanah, dan
ketebalan tanah (Wieczorek, 1987; Keefer drr.,
1987; Reneau dan Dietrich, 1987, Sammori drr.,
1996). Karakter curah hujan pemicu gerakan tanah
juga sangat spesifik untuk setiap lokasi,
bergantung kepada respon hidrologi lereng
(Johnson dan Sitar, 1990; Tohari, 2002), dan
kondisi tekanan air pori serta kadar air tanah
sebelum hujan dengan intensitas lebat terjadi
(Tsaparas drr., 2000; Tohari, 2002).
Daerah Cianjur Selatan adalah salah satu
daerah di Jawa Barat yang sering mengalami
Studi Karakteristik Curah Hujan Pemicu Gerakan Tanah Di Daerah Cibeber, Cianjur Selatan Jawa Barat
(Dwi Sarah dan Eko Soebowo)
2
bencana gerakan tanah dan memiliki tingkat
kerentanan gerakan tanah menengah sampai tinggi
(Sampurno, 1976; Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana, 2006). Tulisan ini menyajikan penelitian
gerakan tanah yang terjadi di ruas jalan raya
Cianjur – Sindangbarang, Km 18 dan 21, Dusun
Selagedang dan Dusun Cicadas, Cibeber, Cianjur
Selatan. Gerakan tanah ini terjadi pada bulan
Desember 2004 yang menyebabkan terputusnya
jalur transportasi jalan Cianjur – Sindangbarang
selama 3 hari. Penelitian bertujuan untuk
menentukan karakter curah hujan pemicu gerakan
tanah di daerah Cianjur Selatan sebagai basis data
dalam pengembangan sistem peringatan dini
bahaya gerakan tanah di Jawa Barat. Kejadian
gerakan tanah pada tanggal 22 Desember 2004
diambil sebagai tipikal kejadian gerakan tanah di
daerah studi. Pemetaan geologi lokal, investigasi
geoteknik, analisis tekanan air pori kritikal dan
analisis infiltrasi air hujan dilakukan untuk
menentukan karakter curah hujan pemicu gerakan
tanah di daerah penelitian.
GEOLOGI DAN HIDROLOGI
Geologi Daerah Cibeber
Tataan fisiografi daerah Cibeber, Cianjur
Selatan dan sekitarnya merupakan daerah transisi
Zona Bogor dan Pegunungan Selatan (van
Bemmelen, 1949, Sampurno, 1976). Zona ini
mempunyai ciri geologi dengan seri mulai batuan
endapan marin Tersier, endapan produk vulkanik,
hingga endapan aluvium. Daerah ini sebagian
besar telah mengalami perlipatan agak kuat
dengan kemiringan sudut perlapisan mencapai
lebih > 250, dan di beberapa tempat terpotong oleh
patahan mendatar, naik, dan normal/turun.
Stratigrafi daerah Cibeber, Cianjur Selatan,
dimulai dari Formasi Citarum yang terdiri atas
batupasir, tufa pasiran, napal, breksi, dan di
beberapa tempat dijumpai perulangan batupasir,
batulempung dan napal. Di atasnya diendapkan
secara tidak selaras batugamping dari Formasi
Rajamandala. Pada daerah ini di beberapa lokasi
dijumpai intrusi andesit yang menerobos batuan
sedimen dan adanya aliran lava. Selanjutnya
sedimen Kuarter menindih tidak selaras endapan
permukaan atau aluvium yang terdiri atas
lempung, lanau, pasir, kerikil, dan kerakal yang
dijumpai pada lembah-lembah sungai
(Sudjatmiko, 1992 dan Koesmono drr., 1996,
Gambar 1). Daerah endapan vulkanik muda ini
mempunyai sifat koheren, berpori, dan lulus air.
Kondisi Hidrologi Daerah Cibeber
Berdasarkan data pengamatan curah hujan
di stasiun Bendungan Cipadang selama 16 tahun
(1989- 2004), jumlah rata-rata curah hujan
tahunan adalah sebesar 1937 mm.
Curah hujan tinggi cenderung terjadi
selama bulan Oktober hingga April (Gambar 2).
Intensitas hujan bulanan berkisar antara 135 – 236
mm/bulan dengan rata- rata hujan 12 - 15
mm/hari.
Gambar 1. Peta geologi daerah Cibeber Cianjur Selatan, Jawa Barat.
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)