Top Banner
(STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN NARAPIDANA PENGGUNA NARKOTIKA KEMBALI KE MASYARAKAT DI KABUPATEN KEDIRI TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Oleh: BAMBANG WISENO 156070300111003 PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PEMINATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
85

(STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

Oct 29, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

i

(STUDI FENOMENOLOGI)

MAKNA PENGALAMAN MANTAN NARAPIDANA PENGGUNA NARKOTIKA

KEMBALI KE MASYARAKAT DI KABUPATEN KEDIRI

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Magister

Oleh:

BAMBANG WISENO

156070300111003

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

PEMINATAN JIWA

F AK UL T AS KE DO K TE R AN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus
Page 3: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus
Page 4: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

i

IDENTITAS TIM PENGUJI TESIS

JUDUL TESIS :

(STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN

NARAPIDANA PENGGUNA NARKOTIKA KEMBALI KE

MASYARAKAT DI KABUPATEN KEDIRI

Nama Mahasiswa : Bambang Wiseno

NIM : 156070300111003

Program Studi : Magister Keperawatan

Peminatan : Keperawatan Jiwa

KOMISI PEMBIMBING

Ketua : Dr. Dra. Indah Winarni, MA

Anggota : Ns. Fransiska Imavike Fevriasanty, S.Kep. MN

TIM DOSEN PENGUJI

Dosen Penguji I : Dr. dr. Tita Hariyanti, M.Kes

Dosen Penguji II : Dr. Titin Andri Wihastuti, S.Kp, M.Kes

Tanggal Ujian : 8 Agustus 2017

Page 5: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

i

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis yang berjudul “(Studi Fenomenologi): MAKNA PENGALAMAN MANTAN

NARAPIDANA PENGGUNA NARKOTIKA KEMBALI KE MASYARAKAT DI

KABUPATEN KEDIRI” untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

magister keperawatan.

Selesainya tesis ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah

memberikan bantuan, tenaga, semangat dan pikiran. Oleh karena itu penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada yang penulis hormati, hargai, dan

sayangi :

1. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran yang

telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

2. Dr. Titin Andri Wihastuti, S.Kp, M.Kes, selaku ketua Program Studi

Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Malang dan sekaligus sebagai Penguji II yang telah memberikan

masukan yang sangat bermanfaat dalam penyempurnaan penulisan

tesis ini.

3. Dr. Dra. Indah Winarni, M.A, sebagai Pembimbing I yang telah banyak

memberikan masukan dan koreksi dalam penyelesaian tesis ini .

4. Ns. Fransiska Imavike Fevriasanty, S.Kep., M.N, sebagai Pembimbing

II yang telah banyak mendorong dalam penyelesaian tesis ini.

5. Dr. dr. Tita Hariyanti, M.Kes. selaku Penguji I yang telah memberikan

masukan yang sangat bermanfaat dalam penyempurnaan penulisan

tesis ini.

Page 6: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

ii

6. Dr. dr. Retty Ratnawati, M.Sc. selaku penguji proposal dan sidang

terbuka yang telah memberikan banyak masukan dan saran

perbaikan dalam tesis ini.

7. Seluruh dosen dan staff Program Studi Magister Keperawatan

Universitas Brawijaya yang telah membagikan ilmu kepada penulis

khususnya tentang penelitian kualitatif.

8. Direktur Klinik Syifa’ Medika Kota Kediri beserta staff yang telah

memberi ijin dan bantuan informasi dalam perekrutan partisipan.

9. Semua Partisipan yang berkenan ikut terlibat dalam penelitian dan

telah memberikan informasi pengalamannya.

10. Keluargaku (bapak alm., ibu, istri, anak dan saudara) yang selalu

memberikan dorongan untuk terus menuntut ilmu.

11. Team Pendowo Jiwo dan team KOMPAG yang saling suport dalam

menuntut ilmu keperawatan jiwa di Universitas Brawijaya Malang.

12. Teman-temanku Program Studi Magister Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya Angkatan 2015, terima kasih atas

dukungan, bantuan dan saran yang diberikan.

Saya menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya

menerima masukkan dari semua pihak baik berupa kritik maupun informasi baru

yang berguna untuk kesempurnaan penelitian lebih lanjut.

Malang, 8 Agustus 2017

Bambang Wiseno

Page 7: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

i

LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini kutunjukkan kepada

Bpk Mugi Harjono (alm) dan Ibu Suliani

Ayah dan Ibuku tercinta

Rahayuning Sukowati

Istriku tercinta

Yuni Nur’aini dan Haniefa Hebatullah

Putri-putriku tercinta

Atas Doa, Pengorbanan, Kesabaran dan Kesetiaan dalam perjuanganku

mencari Ridho Alloh

Page 8: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

i

RINGKASAN

Bambang Wiseno. NIM: 156070300111003 Program Studi Magister Keperawatan,

Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang. (Studi Fenomenologi) Makna

Pengalaman mantan narapidana pengguna narkotika kembali ke masyarakat di

kabupaten Kediri. Komisi Pembimbing Ketua: Indah Winarni dan Anggota: Fransiska

Imavike Fevriasanty.

Kriminalitas kasus penggunaan narkotika meningkat setiap tahun dan banyak

dilakukan oleh orang yang sama. Menurut Brunto dan Hopkins (2014) salah satu

masalah bagi narapidana yang keluar dari penjara adalah tidak adanya tempat bekerja

bagi mantan narapidana. Kesulitan akses dalam melanjutkan kehidupan di masyarakat

pada seseorang yang telah mengalami hidup di tahanan akan beresiko menyebabkan

masalah mental pada orang tersebut (Regenstein & Rosenbaum, 2014).

Kelanjutan dalam kehidupan bermasyarakat menjadi aspek penting pada sistem

pemasyarakatan. Perawatan jiwa pada kasus psikososial diperlukan untuk membantu

narapidana kembali ke lingkungan sosial untuk melanjutkan fungsi dan tugas yang

dimiliki sesuai dengan perannya di masyarakat (Townsend, 2014). Membantu orang-

orang yang memiliki masalah kesehatan jiwa dan sistem hukumnya dengan perawatan

secara individual dan perlindungan komunitas adalah tujuan dari keperawatan jiwa

forensik. Tindakan yang dapat diberikan oleh perawat jiwa forensik yaitu melakukan

penilaian resiko, intervensi krisis, rehabilitasi dan perencanaan pulang pada narapidana

(Stuart, 2016).

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui makna pengalaman mantan

narapidana pengguna narkotika kembali ke masyarakat.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi interpretif. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sejumlah 6 (enam)

orang yang sesuai dengan kriteria inklusi yang ditentukan melalui purposive sampling

yaitu: 1) Partisipan yang dibebaskan dari Lapas lebih dari 1 bulan, 2) Partisipan yang

kembali tempat tinggal asal, 3) Partisipan laki-laki yang bersedia terlibat dalam penelitian,

4) Partisipan bersedia diwawancarai dan direkam selama penelitian dan memberikan

persetujuan publikasi hasil penelitian. Proses rekruitmen partisipan dalam penelitian ini

dilaksanakan dengan bantuan dari Klinik Syifa’ Medika Kota Kediri sebagai salah satu

bagian layanan kesehatan dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Kota Kediri yang

telah mempunyai perjanjian kerjasama dengan Balai Pemasyarakatan Kelas IIA Kediri

dan Badan Narkotika Nasional Kota Kediri dalam layanan rehabilitasi pengguna

narkotika.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth inteview)

menggunakan panduan wawanacara semi terstruktur. Selama wawancara peneliti juga

menggunakan catatan lapangan (field note). Setelah data terkumpul peneliti

menggunakan Interpretive Phenomenological Analysis (IPA) untuk analisis data.

Hasil penelitian yang didapatkan mengacu pada tujuan penelitian ditemukan 8

(depalan) tema yaitu; perasaan bersalah terhadap keluarga, berserah diri menerima

keadaan, mendapat dukungan moril dari keluarga, teman dan lingkungan untuk menjadi

baiki, malu atas perbuatan yang pernah dijalani, merasa tidak pantas ditengah

masyarakat, diberi kesempatan untuk berbuat baik, merasa tidak diberi kesempatan

untuk berbuat baik, dan tidak mempunyai keinginan untuk kembali ke narkotika

Dari semua tema yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa rasa malu dan rasa

bersalah yang dirasakan oleh mereka menyebabkan dirinya pasrah menerima keadaan.

Adanya dukungan dan diberinya kesempatan untuk memperbaiki diri membuat semakin

Page 9: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

ii

kuat niatan untuk meninggalkan narkotika. Mantan narapidana pengguna narkotika harus

berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik ketika mereka kembali ke

masyarakat

Keluarga dan masyarakat diharapkan berperan dalam permasalahan mantan

narapidana pengguna narkotika dengan membantu mereka mendapatkan kehidupannya

kembali di masyarakat. Untuk itu konseling terhadap keluarga dan masyarakat oleh

perawat jiwa perlu diberikan, karena mantan narapidana pengguna narkotika rentan

terjadi masalah kejiwaan, bagi individu itu sendiri, keluarga maupun masyarakat

Page 10: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

i

SUMMARY

Bambang Wiseno. NIM: 156070300111003 Master Program of Nursing, Faculty of

Medicine, Universitas Brawijaya Malang. (Phenomenology Study) The Interpretating

experience of ex-prisioners of narcotics abuser to the community in Kabupaten Kediri.

Commission Chairman: Indah Winarni and Member: Fransiska Imavike Fevriasanty.

The criminality of narcotics use cases increasing every year and mostly done by

the same abuser. According to Brunto and Hopkins (2014), the problems for ex-prisioners

is the absence of workplace. The difficulties of access in continuing life in society for

someone who has experienced life in custody will be at risk of causing mental problems

in that person (Regenstein & Rosenbaum, 2014).

Continuation in social life is an important aspect of the rehabilitation system.

Mental care is needed to help the prisioners in psychosocial problems when return to

their role in society (Townsend, 2014). Helping people with mental health problems and

their legal systems in the individual care and thecommunity protection are the goal of

forensic psychiatric nursing. That can be provided by forensic nurses, as like in risk

assessment, crisis intervention, rehabilitation and home planning for prisioners (Stuart,

2016).

The purpose of this study is to find out the interpretating experience of ex-

prisioners of narcotics abuser to the community.

This is qualitative research with interpretive phenomenology approach.

Participants in this study were 6 (six) persons determined purposive sampling according

the inclusive criteria: 1) Participants released from prison more than 1 month, 2)

Participants returning home of origin, 3) Male participants are willing to engage in

research (4) Participants are willing to be interviewed and recorded during the research

and give consent to the publication of the research results. The process of recruitment of

participants in this study was conducted with the advise from the Clinic Syifa' Medika

Kota Kediri as the health services of the Indonesian Red Crescent (BSMI) Kediri which

one has a cooperation agreement with Prisons Class IIA Kediri and National Narcotics

Agency Kediri in rehabilitation services for narcotics users.

The data was collected by in-depth interview using semi-structured guidance and

field notes. For data analysis the researchers used Interpretive Phenomenological

Analysis (IPA).

This research found 8 (eight) themes, that is; guilty feeling to the family, leaving

fate in life, getting moral support to improve their life better, gettiing a shamed for what

they have everdone, feeling unworthy in the community, being given to do better, feeling

not given the opportunity to do better, and not having a desire to the narcotics. From all

these themes, it can be concluded that the shame and guilty feeling causes them to fate

in life. The support of community and a chance to better makes a strong intention to leave

narcotics. They must have a tough struggle to gain a better life when returning to their

community.

Families and communities are expected to action in the problems of ex-prisioners

of narcotics abuser by support them to get their lives in the community. Therefore,

counseling of family and community by nurses need to be given, because ex-prisoners of

narcotic users are vulnerable to psychiatric problems, for the individual, family and

society.

Page 11: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ....................................................... iii

IDENTITAS TIM PENGUJI TESIS .............................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ......................................................................... vii

RINGKASAN .............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

DAFTAR SKEMA ......................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 5

1.3. Tujuan .......................................................................................... 5

1.4. Manfaat ........................................................................................ 5

1.5. Daftar Istilah ................................................................................ 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Narapidana ................................................................................. 9

2.1.1. Definisi .................................................................................... 9

2.1.2. Pengalaman Narapidana ........................................................ 9

2.1.3. Respon Psikososial Narapidana ............................................. 10

2.1.4. Usaha Pemerintah Terhadap Narapidana ............................... 10

2.2. Konsep Masyarakat ................................................................... 11

2.2.1. Definisi ..................................................................................... 11

2.2.2. Bermasyarakat ....................................................................... 11

2.2.3. Hubungan individu, keluarga dan masyarakat ......................... 11

2.3. Konsep Narkotika ...................................................................... 13

2.3.1. Definisi Narkotika ...................................................................... 13

2.3.2. Pengguna narkotika ................................................................. 13

2.4. Konsep Psychiatric Forensic Nursing .......................................... 14

2.4.1. Definisi Psychiatric Forensic Nursing ..................................... 14

2.4.2. Ruang Lingkup Psychiatric Forensic Nursing ........................... 14

Page 12: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

ii

2.4.3. Peran Perawat dalam Psychiatric Forensic Nursing ................. 14

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................ 16

3.2. Lokasi dan Waktu ......................................................................... 17

3.3. Partisipan .................................................................................... 18

3.4. Instrumen Penelitian ................................................................. 20

3.5. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 20

3.5.1. Tahap Persiapan ..................................................................... 21

3.5.2. Tahap Pelaksanaan ................................................................ 23

3.5.3. Tahap Akhir ............................................................................. 27

3.6. Analisa Data ............................................................................... 27

3.7. Keabsahan Data (Trustworthiness) ............................................. 29

3.7.1. Credibility ................................................................................ 29

3.7.2. Dependibility ............................................................................ 30

3.7.3. Confirmability ........................................................................... 30

3.7.4. Transfermability ....................................................................... 31

3.8. Pertimbangan Etik ....................................................................... 31

3.8.1. Respect for human dignity ....................................................... 31

3.8.2. Benificience ............................................................................. 32

3.8.3. Non-Maleficience ..................................................................... 32

3.8.4. Justice ..................................................................................... 32

3.9. Skema Tahap Penelitian .............................................................. 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian ........................................................................... 34

4.2. Interaksi Antar Tema ................................................................... 50

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ...................................................... 53

5.2 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 64

5.3 Implikasi Dalam Keperawatan ..................................................... 64

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ................................................................................. 67

6.2. Saran .......................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

iii

Page 14: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

i

DAFTAR SKEMA

Hal

Skema 3.1 : Tahap-tahap penelitian (Studi Fenomenologi) Makna

Pengalaman Mantan Narapidana Pengguna Narkotika

Kembali ke Masyarakat di Kabupaten Kediri

34

Skema 4.1 : Perasaan bersalah terhadap keluarga 37

Skema 4.2 : Pasrah menerima keadaan 39

Skema 4.3 : Mendapat dukungan moril untuk memperbaiki diri dari

keluarga, tetangga, teman dan masyarakat

41

Skema 4.4 : Malu atas perbuatan yang pernah dijalani dan yang akan

terjadi

43

Skema 4.5 : Merasa tidak pantas ditengah masyarakat 45

Skema 4.6 : Diberi kesempatan berbuat baik 47

Skema 4.7 : Merasa tidak diberi kesempatan berbuat baik 49

Skema 4.8 : Tidak mempunyai keinginann untuk kembali ke narkotika 51

Skema 4.9 : Interaksi antar tema 52

`

Page 15: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

i

DAFTAR SINGKATAN

Lapas : Lembaga Pemasyarakatan

Bapas : Balai Pemasyarakatan

BNN : Badan Narkotika Nasional

DITJENPAS : Direktorat Jendral Pemasyarakatan

IPA : Interpretative Phenomenology Analysis

FKUB : Fakultas Kedokteran Universitas Brawjaya

SMP : Sekolah Menengah Pertama

PWB : Psychological Well Being

BSMI : Bulan Sabit Merah Indonesia

Page 16: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pernyataan Laik Etik (Ethical Cleareance)

Lampiran 2 : Surat Ijin Studi Pendahuluan Penelitian

Lampiran 3 : Surat Ijin penelitian

Lampiran 4 : Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 5 : Penjelasan Penelitian

Lampiran 6 : Lembar Permohonan Menjadi Partisipan

Lampiran 7 : Lembar Pernyataan Persetujuan Menjadi Partisipan

Lampiran 8 : Prosedur Wawancara

Lampiran 9 : Panduan Wawancara Semi Terstruktur

Lampiran 10 : Kuesioner Data Demografi Partisipan

Lampiran 11 : Letter Of Acceptance

Lampiran 12 : Transkrip Wawancara

Lampiran 13 : Analisa Data

Lampiran 14 : Schedule Penelitian

Lampiran 15 : Lembar Konsultasi Tesis

Lampiran 16 : Kurikulum Vitae Peneliti

Lampiran 17 : Log Book Penelitian

Lampiran 18 : Surat Keterangan Plagiasi

Lampiran 19 : Manuskrip

Page 17: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kriminalitas adalah masalah yang kompleks dan masih belum

terselesaikan hingga saat ini. Jumlah pelaku kriminalitas yang berada di

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) terus bertambah dan melebihi kapasitas.

Seperti yang terjadi di Lapas Kelas IIA Kediri yang sebenarnya hanya

mampu menampung 354 orang, namun dihuni lebih dari 700 sehingga

kelebihan penghuni hampir 200% (Sistem Database Pemasyarakatan

DITJENPAS, April 2017). Seseorang akan menjadi penghuni lapas setelah

mendapat keputusan pengadilan dan kekuatan hukum tetap untuk menjalani

pidana dan hilang kemerdekaannya dan akan menjadi mantan narapidana

jika sudah selesai menjalani masa hukumannya (Utari, Fitria & Rafiyah,

2012).

Kriminalitas kasus penggunaan narkotika meningkat setiap tahun dan

banyak dilakukan oleh orang yang sama. Tindakan kriminal berulang ini bisa

terjadi karena susahnya mendapatkan akses pekerjaan serta tidak adanya

dukungan moril dari masyarakat untuk mantan narapidana (Stuart, 2006).

Menurut Brunto dan Hopkins (2014) salah satu masalah bagi narapidana

yang keluar dari penjara adalah tidak adanya tempat bekerja bagi mantan

narapidana. Kesulitan akses dalam melanjutkan kehidupan di masyarakat

pada seseorang yang telah mengalami hidup di tahanan akan beresiko

menyebabkan masalah mental pada orang tersebut (Regenstein &

Rosenbaum, 2014).

Kelanjutan dalam kehidupan bermasyarakat menjadi aspek penting

pada sistem pemasyarakatan. Pembinaan dalam sistem pemasyarakatan

Page 18: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

2

sebagai suatu perlakuan bagi narapidana baik di dalam maupun diluar Lapas

untuk persiapan narapidana kembali ke masyarakat. Di dalam pembinaan

menekankan pada pengembangan sikap dan kemampuan sehingga orang

tersebut memiliki kualitas dalam kehidupan masyarakat (Handayani, 2011).

Dari studi pendahuluan pada bulan Maret 2017 terhadap salah satu

mantan narapidana yang telah menjalani pembinaan pada kasus narkotika di

Kabupaten Kediri didapatkan bahwa partisipan mengatakan bahwa dirinya

awalnya malu dan minder saat bertemu dengan orang-orang yang dulu

bekerja bersamanya dengan statusnya dirinya sebagai mantan narapidana

pengguna narkotika. Partisipan juga mengkhawatirkan dirinya tidak

mendapatkan pekerjaan seperti dulu lagi. Menurut Sulistyorini (2016)

beberapa masalah yang sering terjadi pada narapidana adalah takut tidak

diterima oleh lingkungan, rasa malu untuk bergaul kembali di lingkungan

sosial dan gangguan harga diri. Begitu juga menurut Wing dan Kevin (2013)

sikap masyarakat yang cenderung menjauhi mantan narapidana merupakan

hambatan untuk mereka kembali ke lingkungan sosial.

Partisipan pada studi pendahuluan mengatakan bahwa ada perlakuan

tidak nyaman yang dialaminya ketika kembali ke masyarakat yaitu adanya

perilaku dari masyarakat yang mencibir dan menjauhi dirinya. Menurut Utari,

Fitria dan Rafiyah (2012) dalam penelitiannya menuliskan bahwa mantan

narapidana saat ini masih dipandang negatif oleh masyarakat. Pandangan

negatif masyarakat terhadap mantan narapidana memberikan dampak

masalah psikososial yang memerlukan bantuan dari petugas yang

berkompeten dalam mengatasi masalahnya (Brunto & Hopkins, 2014).

Penelitian yang dilakukan pada mantan narapidana African-American oleh

Smith (2013) didapatkan bahwa kemandirian untuk bangkit, pengendalian

diri untuk tidak mengulangi, kepedulian keluarga dan masyarakat serta

Page 19: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

3

pengingkaran stigma adalah hal yang mempengaruhi narapidana untuk

mampu kembali di lingkungan sosial.

Keluarga dan lingkungan masyarakat yang mendukung kembalinya

mantan narapidana akan membantu mantan narapidana tersebut untuk

mendapatkan kehidupannya kembali di masyarakat. Seperti pada partisipan

di studi pendahuluan, partisipan mendapatkan pekerjaan kembali karena

dukungan teman-temannya yang dulu pernah bekerja dengannya. Peran

serta keluarga dan masyarakat dapat meningkatkan semangat mantan

narapidana untuk bangkit dari permasalahannya (Nurrizqi, 2016). Selain itu

pada penelitian tentang “Perspectives of Resilience and Recidivism Among

Hispanic Male Adolescents” yang dilakukan oleh Montañez dan Jasparro

(2011) bahwa lingkungan sosial yang dimiliki seseorang menentukan

perilaku untuk berubah.

Faktor yang berpengaruh terhadap kondisi psikososial narapidana

adalah kebermaknaan hidup dan dukungan sosial keluarga yang mungkin

merupakan pelajaran berharga untuk membantu proses kematangan dan

memberi sumbangan kebaikan di masa yang akan datang (Bukhori, 2012).

Kesehatan psikososial narapidana menentukan keadaan lanjut ketika keluar

dari Lapas kembali berinteraksi dengan masyarakat. Sistem pembinaan

ketrampilan dan pembinaan mental berbagai upaya telah dilakukan di Lapas,

namun belum memuaskan dan belum mampu mengatasi permasalahan

psikologis narapidana (Maryatun, 2014). Dalam Stuart (2016) dijelaskan

bahwa untuk mengatasi masalah psikososial narapidana dapat dilakukan

dengan mengintegrasikan perencanaan pulang dan penyediaan layanan

kesehatan jiwa komunitas serta melibatkan narapidana dalam perawatan

dengan mengurangi masa tahanan.

Page 20: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

4

Menurut Watson (Alligood, 2014) keperawatan bio-psiko-sosio-

spiiritual bertujuan untuk mengenali dan mendeteksi secara akurat yang

berhubungan dengan kondisi batin mantan narapidana pengguna narkotika

pada keadaan nyata yang berpusat pada tindakan, kata-kata, perilaku,

pemikiran, bahasa tubuh, perasaan, kekuatan diri mantan narapidana

pengguna narkotika dalam berkontribusi dalam keperawatan. Perawatan jiwa

pada kasus psikososial diperlukan untuk membantu narapidana kembali ke

lingkungan sosial untuk melanjutkan fungsi dan tugas yang dimiliki sesuai

dengan perannya di masyarakat (Townsend, 2014). Membantu orang-orang

yang memiliki masalah kesehatan jiwa dan sistem hukumnya dengan

perawatan secara individual dan perlindungan komunitas adalah tujuan dari

keperawatan jiwa forensik. Tindakan yang dapat diberikan oleh perawat jiwa

forensik yaitu melakukan penilaian resiko, intervensi krisis, rehabilitasi dan

perencanaan pulang pada narapidana (Stuart, 2016).

Banyaknya narapidana pengguna narkotika yang akan keluar dari

Lapas dan kembali menjalani kehidupan di masyarakat mempunyai masalah

psikososial saat kembali ke masyarakat. Salah satu masalahnya adalah

tidak diterimanya mantan narapidana pengguna narkotika di masyarakat

yang memungkinkan mereka akan kembali melakukan tindakan kriminal lagi.

Takut tidak diterima oleh lingkungan, rasa malu untuk bergaul kembali di

lingkungan sosial dan gangguan harga diri adalah masalah yang ditemukan

oleh peneliti terdahulu di Lapas Kelas II A Kabupaten Kediri. Dari beberapa

paparan tersebut di atas didapatkan permasalahan psikososial yang terjadi

pada narapidana saat kembali hidup bermasyarakat. Oleh karena itu perlu

untuk dilakukan penelitian secara mendalam pengalaman mantan

narapidana pengguna narkotika saat kembali ke masyarakat.

Page 21: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

5

1.2. Rumusan masalah

Permasalahan psikososial yang dihadapi oleh mantan narapidana

pengguna narkotika perlu mendapat perhatian sehingga mereka dapat

berinteraksi dan berperan kembali sebagaimana fungsinya di masyarakat.

Maka pertanyaan yang muncul dan menjadi fokus pada penelitian ini adalah

“Bagaimana pengalaman mantan narapidana pengguna narkotika memaknai

keberadaannya kembali ke masyarakat di Kabupaten Kediri?”.

1.3. Tujuan:

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui secara mendalam makna pengalaman mantan narapidana

pengguna narkotika saat kembali ke masyarakat.

1.3.2. Tujuan Khusus:

1) Mengeksplorasi pengalaman mantan narapidana pengguna narkotika

memahami keberadaan dirinya kembali ke masyarakat .

2) Mengeksplorasi dukungan sosial yang diterima mantan narapidana

pengguna narkotika ketika kembali berada di masyarakat.

3) Mengeksplorasi harapan mantan narapidana pengguna narkotika

dalam kelanjutan hidupnya di masyarakat.

4) Mengeksplorasi hambatan yang dirasakan mantan narapidana

pengguna narkotika dalam bersosialisasi dengan masyarakat.

1.4. Manfaat

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat

dalam penanganan mantan narapidana pengguna narkotika di masyarakat.

Manfaat penelitian meliputi:

Page 22: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

6

1.4.1. Bagi narapidana dan mantan narapidana pengguna narkotika

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi narapidana dan

mantan narapidana pengguna narkotika bagaimana menghadapi

permasalahan psikososial yang sedang maupun akan dijalani di

masyarakat dengan melihat keberhasilan mantan narapidana pengguna

narkotika yang mampu kembali dan berperan serta dalam kehidupan di

masyarakat. Mantan narapidana pengguna narkotika bisa menyampaikan

harapan dan hambatan yang dirasakan yang tidak dapat disampaikan

pada masyarakat secara langsung.

1.4.2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi masyarakat dalam

menghadapi mantan narapidana pengguna narkotika saat mereka

kembali ke masyarakat. Masyarakat dapat mengetahui harapan dan

dukungan yang diinginkan oleh mantan narapidana pengguna narkotika

serta dengan mengetahui masalah psikososial yang dirasakan oleh

mantan narapidana maka masyarakat dapat membantu mengurangi

permasalahannya di masyarakat.

1.4.3. Bagi Lembaga Layanan Rehabilitasi Pengguna Narkotika

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan kebijakan dalam

pengelolaan layanan rehabilitasi pengguna narkotika sehingga mantan

narapidana pengguna narkotika dapat kembali hidup di masyarakat

dengan baik dan terhindarkan dari keinginan melakukan tindakan kriminal

berulang dan dapat diterima di masyarakat dengan baik.

1.4.4. Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah tentang

psychiatric forensic nursing dan masalah psikososialnya pada mantan

narapidana pengguna narkotika.

Page 23: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

7

1.4.5. Bagi ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam ilmu

keperawatan jiwa khususnya kesehatan jiwa forensik untuk membantu

orang-orang yang memiliki masalah kesehatan jiwa dan sistem hukumnya

dengan perawatan dan perlindungan pada individual dan komunitas dari

masalah hukum pada umumnya dan khususnya pada mantan narapidana

pengguna narkotika.

1.4.6. Bagi riset selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan akan ada penelitian lanjutan sesuai dengan

saran penelitian untuk perkembangan keperawatan khususnya

keperawatan jiwa forensik.

1.5. Daftar Istilah

1.5.1. Narapidana

Narapidana adalah pelaku tindak pidana yang diputus oleh hakim dan

dihukum penjara dalam kurun waktu tertentu (Atmasasmita,1995).

1.5.2. Pengguna narkotika

Suatu kondisi pemakaian non medical atau ilegal barang yang dinamakan

narkotika (narkotika dan obat-obatan adiktif) yang bisa merusak

kesehatan dan kehidupan yang produktif individu pemakainya. (Maryatun,

2014).

1.5.3. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

Lapas merupakan suatu lembaga pemerintah yang melakukan

pembinaan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang

merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan

pidana terhadap narapidana yang dilaksanakan secara terpadu antara

Page 24: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

8

pembina, yang dibina, dan lingkungan sosial untuk meningkatkan kualitas

narapidana. (Petrus & Chairijah, 2012).

1.5.4. Kesehatan Jiwa

Kemampuan seseorang untuk berperilaku positif, aktualisasi diri dan

selalu berkembangnya integritas diri, otonomi dan persepsi terhadap

realita yang baik sesuai dengan perannya di lingkungan sosial (Keliat,

2011).

1.5.5. Kembali ke masyarakat

Masuknya seseorang di lingkungan masyarakat yang sama sebagaimana

lingkungan yang pernah ditinggalkan karena suatu sebab (KBBI, 2015).

1.5.6. Psychiatric Forensic Nursing

Merupakan bagian dari keperawatan jiwa yang bertujuan untuk

membantu kesehatan jiwa individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

dalam permasalahan hukum yang dihadapi seseorang (Lyons, 2009;

Stuart, 2016).

Page 25: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

9

Page 26: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Narapidana

2.1.1. Definisi

Dalam pengertian sehari-hari narapidana adalah orang-orang yang telah

melakukan kesalahan menurut hukum dan harus dimasukkan ke dalam

penjara. Narapidana adalah seseorang yang melakukan tindak kejahatan

dan telah menjalani persidangan dan telah divonis hukuman pidana yang

ditempatkan dalam suatu tempat yaitu Lembaga Pemasyarakatan (Petrus

& Chairijah, 2012).

2.1.2. Pengalaman Narapidana

Seorang narapidana akan mengalami stress fisik, psikis dan sosial ketika

berada di penjara (Regenstein & Rosenbaum, 2014), masalah ini akan

semakin bertambah disaat narapidana kembali ke masyarakat. Dukungan

keluarga dan lingkungan akan mempengaruhi kelanjutan hidup bersosial

di masyarakat. Kecemasan yang dimiliki narapidana saat kembali ke

masyarakat dengan ditambah adanya stigma negatif dari masyarakat

(Link & Phelan, 2001) akan beresiko narapidana melakukan tindakan

kriminal berikutnya yang sama atau berbeda (Stuart, 2006; Utari, Fitria &

Rafiyah, 2012). Resiko dari melakukan suatu tindakan yang melanggar

hukum adalah dengan menebus kesalahan itu dengan tanggung jawab.

Kesulitan yang sering seorang narapidana ketika kembali ke masyarakat

yaitu kesulitan akses untuk mendapatkan pekerjaan, tidak adanya

dukungan sosial, memperoleh label mantan narapidana yang

mengakibatkan pembatasan sosial (Stuart, 2006).

Page 27: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

2

2.1.3. Respon Psikososial Narapidana

Kehidupan lingkungan sosial yang kompleks mempengaruhi psikososial

seseorang (Scott, Cassia, Natalie & Eric, 2014). Mantan narapidana akan

berusaha untuk kembali kemasyarakat dengan ambisi sosial yang dimiliki.

Masalah akan timbul jika dalam mencapai ambisi tersebut dilakukan

dengan tidak benar yaitu adanya keinginan dalam pemenuhan kebutuhan

secara berlebihan tanpa melihat kemampuan untuk mencapai dengan

jalan yang wajar. Keadaan ini dapat mendorong individu untuk melakukan

tindakan kriminal ulangan. Ketika terdapat ketidaksesuaian menyesuaikan

antara aspirasi dengan potensi yang dimiliki narapidana maka kembalinya

narapidana ke masyarakat akan terganggu dan memungkinkan terjadi

tindakan kriminal lagi (Simone & Charles, 2016).

2.1.4. Usaha Pemerintah Terhadap Narapidana

Pembinaan pada narapidana merupakan suatu sistem yang bekerja

secara sinergi dalam mencapai tujuan pemasyarakatan. Pemasyarakatan

itu sendiri merupakan sistem pembinaan bagi narapidana selama

menjalani masa hukumannya dimulai pada sejak masuk dalam Lapas

sampai dengan keluar dari Lapas. Pembinaan yang diberikan meliputi

pembinaan mental, fisik, keahlian serta finansial dan material yang

dibutuhkan narapidana saat kembali ke masyarakat. Hal ini bertujuan

agar narapidana dapat reintegrasi di masyarakat dan terjalin suatu

komunikasi yang baik sehingga narapidana mampu bersosialisasi di

masyarakat (Petrus & Chairijah, 2012).

Page 28: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

3

2.2. Konsep Masyarakat

2.2.1. Definisi

Peter L Berger, seorang ahli sosiologi memberikan definisi masyarakat

adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas

sifatnya. Masyarakat adalah sekumpulan manusia atau kesatuan hidup

manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu

yang bersifat berkelanjutan, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas

bersama. Masyarakat dinyatakan sebagai sekelompok manusia dalam

suatu kebersamaan hidup dan dengan wawasan hidup yang bersifat

kolektif, yang menunjukkan keteraturan tingkah laku warganya guna

memenuhi kebutuhan dan kepentingan masing-masing (Koentjaraningrat,

2009).

2.2.2. Bermasyarakat

Setiap individu mempunyai keinginan untuk berhubungan dengan individu

lain, mengenal, memberikan informasi, berinteraksi. Dalam keadaan

tertentu individu akan mempertahankan diri dari berbagai pengaruh luar

yang mungkin datang dan berusaha untuk medapatkan kebebasan dari

pembatasan yang ada. Dalam perbedaan keinginan untuk membantah

dan mengadakan suatu persatuan untuk mencapai tujuan bersama.

Berinteraksi untuk menyampaikan informasi dan perasaan yang

dialaminya kepada orang lain baik dengan bahasa maupun isyarat serta

adanya kesanggupan dalam merasakan apa yang dirasakan orang lain

(Koentjaraningrat, 2009).

2.2.3. Hubungan individu, keluarga dan masyarakat

Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-

peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga

mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Dalam

Page 29: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

4

perkembangannya setiap individu mengalami dan dibebankan berbagai

peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesama

manusia. Seringakali pula terdapat konflik dalam diri individu, karena

tingkah laku yang khas dirinya bertentangan dengan peranan yang

dituntut masyarakatnya. Namun setiap warga masyarakat yang namanya

individu wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya sebagai bagian dari

perilaku sosial masyarakatnya.

Menurut Koentjaraningrat (2009), keluarga adalah unit/satuan masyarakat

terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam

masyarakat. Ada 4 (Empat) karakteristik yang memberi kejelasan tentang

konsep keluarga;

1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan

perkawinan, darah atau adopsi. Yang mengikat suami dan istri adalah

perkawinan, yang mempersatukan orang tua dan anak-anak adalah

hubungan darah (umumnya) dan kadang-kadang adopsi.

2. Para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam

satu rumah dan mereka membentuk satu rumah tangga (household),

kadang-kadang satu rumah tangga itu hanya terdiri dari suami istri

tanpa anak-anak, atau dengan satu atau dua anak saja.

3. Keluarga itu merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi

dan saling berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri,

bapak dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan.

4. Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang

sebagian besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.

Fungsi keluarga adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga

itu. Macam fungsi keluarga; 1) fungsi biologis, 2) fungsi pemeliharaan,

3) fungsi ekonomi, 4) fungsi keagamaan, dan 5) fungsi sosial.

Page 30: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

5

Menurut Handayani (2011), masyarakat yang baik adalah masyarakat

yang mengandung sembilan nilai yaitu: 1) setiap anggota masyarakat

berinteraksi satu dengan yang lain berdasar hubungan pribadi,

2) komunitas memiliki otonomi, kewenangaan dan kemampuan mengurus

kepentingan sendiri, 3) memiliki viabilitas, yaitu kemampuan untuk

memecahkan masalahnya sendiri, 4) distribusi kekayaan yag merata,

setiap orang berkesempatan yang sama dan bebas nenyatakan

kehendaknya, 5) kesempatan setiap anggota untuk berpatisipasi aktif

dalam mengurus kepentingan bersama, 6) komunitas antar anggota

kepada anggota lainnya dan pentingnya komunitas bagi seorang anggota,

7) di dalam komunitas dimungkinkan adanya heterogenitas dan

perbedaan pendapat, 8) di dalam komunitas, pelayanan masyarakat

ditempatkan sedekat dan secepat mungkin pada yang berkepentingan,

9) di dalam komunitas bisa terjadi konflik, namun komunitas memiliki

kemampuan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan sendirinya.

2.3. Konsep Narkotika

2.3.1. Definisi narkotika

Narkotika merupakan zat atau bahan aktif yang bekerja pada sistem saraf

pusat (otak), yang bisa menyebabkan penurunan sampai hilangnya

kesadaran, hilangnya rasa sakit (nyeri) serta dapat menimbulkan

ketergantungan atau ketagihan (Maryatun, 2014).

2.3.2. Penggunaan narkotika

Pemakaian narkotika yang tidak sesuai dengan peruntukkannya akan

terjadi ketidakseimbangan kontrol diri sehingga menyebabkan

permasalahan psikososial pemakainya. Keadaan ini secara sadar atau

tidak sadar, langsung atau tidak langsung, sendiri atau kelompok,

Page 31: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

6

bertanggungjawab atau tidak, secara aktif atau pasif, dengan motivasi

positif maupun negatif menyebabkan situasi dan kondisi suatu kejahatan

dapat berlangsung (Maryatun, 2014).

2.4. Konsep Psychiatric Forensic Nursing

2.4.1. Definisi Psychiatric Forensic Nursing

Psychiatric Forensic Nursing adalah bagian dari keperawatan jiwa yang

bertujuan untuk membantu kesehatan jiwa dan sistem hukumnya pada

seseorang yang berhubungan dengan masalah hukum (Stuart, 2016).

Keperawatan forensik mencakup perawatan kesehatan jiwa yang

menerapkan pengetahuan tentang prinsip kejiwaan dan teori

keperawatan untuk merawat orang-orang dalam perawatan akut, berbasis

masyarakat, atau pengaturan pemasyarakatan yang memiliki gangguan

psikologis atau mental (Lyons, 2009; Shives, 2011).

2.4.2. Ruang lingkup Psychiatric Forensic Nursing

Keberadaan perawat jiwa pada upaya penegakkan hukum dan keadilan

berfungsi sebagai; advokat mantan narapidana pengguna narkotika,

konselor terpercaya, agen perubahan dan penyedia layanan kesehatan.

Upaya layanan kesehatan yang dapat diberikan berupa tindakan primer,

sekunder dan tersier untuk populasi yang rentan. Tindakan yang

dilakukan termasuk penilaian resiko, intervensi krisis, rehabilitasi,

pencegahan bunuh diri, manajemen perilaku, penggunaan zat terlarang

dan perencanaan pulang (IAFN, 2015).

2.4.3. Peran Perawat dalam Psychiatric Forensic Nursing

Perawat psikiatri mungkin menghadapi pasien yang, berdasarkan

gangguan emosional dan mental mereka, melakukan atau cenderung

melakukan kejahatan atau trauma terhadap diri mereka sendiri atau orang

Page 32: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

7

lain. Perawat forensik dalam lingkungan kesehatan kejiwaan memiliki

pengetahuan dan kompetensi khusus dalam penilaian, perawatan, dan

evaluasi individu dengan gangguan mental karena berkaitan dengan

perilaku kriminal. Perawat forensik menerapkan prinsip-prinsip psychiatric

forensic dan keperawatan untuk menilai, mengevaluasi, dan mengobati

individu atau populasi secara klinis dengan gangguan mental terkait

kejahatan. Selain itu, perawat forensik memiliki keahlian dalam

memberikan perawatan untuk pasien dengan gangguan mental dalam

pengaturan yang aman dan memperbaiki perawatan tersebut untuk

meminimalkan risiko korban, cedera, atau luka pada orang lain (IAFN,

2015). Psychiatric forensic nursing akan terus berkembang seperti pada

sektor publik dibawah unit layanan keperawatan jiwa di penjara dan

pusat-pusat penahanan remaja (Stuart, 2016). Asuhan keperawatan jiwa

pada unit layanan di penjara berupa pemberi advokasi pada mantan

narapidana pengguna narkotika, penilaian resiko, sebagai konselor

terpercaya, agen perubahan dan penyedia layanan kesehatan.

Page 33: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

1

BAB 3

METODE PENELITIAN

Proses penelitian dalam mengeksplorasi makna pengalaman mantan

narapidana pengguna narkotika kembali ke masyarakat pada penelitian ini

menggunakan desain penelitian, landasan teori, lokasi penelitian, pengumpulan

data, dan analisa data diuraikan sebagai berikut:

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk

mengeksplorasi, menemukan, menguraikan dan menjelaskan kualitas atau

fitur tentang pengalaman mantan narapidana pengguna narkotika yang tidak

bisa tergambar jelas dan diukur termasuk nilai, kepercayaan, arti dari bahasa

dan persepsinya. Desain kualitatif fenomenologi digunakan untuk menggali

persepsi, ide atau gagasan dan pikiran tentang topik permasalahan atau

issue yang sedang berkembang dan menarik dari mantan narapidana

penggguna narkotika.

Fenomenologi berawal diperkenalkan oleh Husserl yaitu fenomenologi

diskriptif yang merupakan semua anggapan yang terkait dengan kesadaran,

dan didasarkan pada arti atau makna dari pengalaman individu (Harper &

Thompson, 2012; Heinonen, 2015). Pengalaman persepsi, pikiran, memori,

imajinasi, dan emosi yang merupakan salah satu kesadaran dari suatu

obyek atau peristiwa. Konsep lain fenomenologi yaitu yang dikembangkan

oleh Heidegger yang disebut fenomenologi hermeneutik (interpretative)

yang lebih mengedepankan dan menggambarkan intensionalitas dan

intersubyektifitas (Reiners, 2012)

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi interpretative

Page 34: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

2

yang lebih detail dalam menginterpretasikan, memaknai dan memahami

terhadap fenomena kasus narkotika yang ada semakin banyak. Tujuan

pendekatan fenomenologi pada penelitian ini adalah mengembangkan

makna pengalaman hidup dari mantan narapidana pengguna narkotika

dalam mencari kesatuan makna dengan mengidentifikasi inti fenomena dan

menggambarkan secara akurat dalam pengalamannya sehari-hari (Rose,

Beeby & Parker, 1995; Streubert & Carpenter, 2011). Penelitian kualitatif

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menekankan adanya

kealamiahan data yang diperoleh dan semua kenyataan yang terkait erat

dengan pengalaman manusia dalam hidupnya.

Jenis dan metode penelitian kualitatif fenomenologi ini tepat digunakan

untuk mengetahui pengalaman mantan narapidana pengguna narkotika

memaknai keberadaannya kembali ke masyarakat. Pengalaman dalam

penelitian ini meliputi semua pengalaman tentang persepsi sebagai manusia

yang meliputi: penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan dan

penciuman serta fenomena-fenomena lain seperti mempercayai, mengingat,

mengantisipasi, memutuskan, berintuisi, merasakan, kepedulian, mencintai,

mengkhayalkan dan mendambakan (Moleong, 2010).

3.2. Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Kediri dimana terdapat

Lapas Kelas IIA dan adanya Klinik Syifa’ Medika Kota Kediri yang telah

melakukan kerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Kediri

dan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas IIA Kediri untuk rehabilitasi para

pecandu narkotika. Pemilihan setting tempat wawancara penelitian dan

waktu penelitian disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian kualitatif sehingga tempat yang ditentukan menggambarkan

Page 35: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

3

kondisi partisipan yang sesungguhnya. Wawancara terhadap partisipan

setelah ada kesepakatan tempat dan waktu wawancara bersama partisipan

untuk menjaga kenyamanan dan kerahasiaan partisipan.

Waktu yang digunakan untuk penelitian yaitu 6 bulan yang dimulai

dengan pembuatan proposal sampai pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan

penelitian dilakukan setelah mendapatkan keterangan kelaikan etik oleh

komisi etik Universitas Brawijaya pada minggu kedua di bulan Juni 2017.

3.3. Partisipan

Partisipan pada penelitian ini dipilih menggunakan teknik purposive

sampling yang memenuhi prinsip kesesuaian (appropriateness) dan

kecukupan (adequacy). Partisipan penelitian ini yaitu mantan narapidana

pengguna narkotika yang telah kembali ke masyarakat di Kabupaten Kediri.

Untuk mendapatkan data sesuai dengan yang diharapkan peneliti, maka

peneliti memberlakukan kriteria inklusi sebagai berikut: 1) Partisipan yang

dibebaskan dari Lapas lebih dari 1 bulan, 2) Partisipan yang kembali

tempat tinggal asal, 3) Partisipan laki-laki yang bersedia terlibat dalam

penelitian, 4) Partisipan bersedia diwawancarai dan direkam selama

penelitian dan memberikan persetujuan publikasi hasil penelitian.

Penelitian ini hanya dilakukan pada partisipan yang kembali di

masyarakat dan berinteraksi lebih dari 1 bulan yang tidak mengalami

ketergantungan narkotika sampai saat dilakukan penelitian. Peneliti tidak

membahas permasalahan mantan narapidana yang mengalami

ketergantungan narkotika. Dipilihnya partisipan berjenis kelamin laki-laki

karena pergaulannya yang lebih luas di masyarakat dibandingkan dengan

perempuan serta laki-laki mempunyai peran dan fungsi yang lebih besar

dalam keluarga dan masyarakat.

Page 36: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

4

Partisipan sebanyak 6 (enam) orang mantan narapidana pengguna

telah dilakukan wawancara untuk pengambilan data dan telah ditemukan

saturasi data setelah partisipan ke 6. Proses rekruitmen partisipan dalam

penelitian ini dilaksanakan peneliti setelah mendapat surat ijin penelitian dari

Klinik Syifa’ Medika Kota Kediri No: A.1-002/SYIFA-MEDIKA/V/2017. Klinik

Syifa’ Medika Kota Kediri adalah klinik kesehatan sebagai salah satu

departemen dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Kota Kediri yang telah

mempunyai perjanjian kerjasama dengan Bapas Kelas IIA Kediri dan BNN

Kota Kediri dalam layanan rehabilitasi pengguna narkotika. Dengan surat ijin

dan rekomendasi dari Klinik Syifa’ Medika, peneliti mendapatkan kemudahan

dalam informasi calon partisipan.

Dalam proses perekrutan partisipan banyak mengalami kendala, salah

satunya adalah tidak sesuainya data alamat yang diberikan oleh Klinik Syifa”

Medika Kota Kediri dengan keberadaan narapidana karena partisipan telah

berpindah tempat. Selain itu mantan narapidana yang telah diketahui tempat

tinggalnya dan secara lisan menyatakan bersedia untuk menjadi partisipan,

namun ketika sudah waktu yang disepakati untuk dilakukan wawancara ada

beberapa partisipan dengan berbagai macam alasan tidak menepati

kesepakatan sehingga tidak dapat dilakukan wawancara dan dinyatakan

partisipan tidak sesuai dengan kriteria penelitian. Peneliti melanjutkan

pencarian partisipan dengan memanfaatkan teman, kolega dan masyarakat

yang telah mengenal baik peneliti sebagai pekerja sosial sekaligua Ketua

Bidang Tanggap Bencana BSMI Cabang Kabupaten Kediri untuk membantu

menemukan mantan narapidana pengguna narkotika yang bersedia menjadi

partisipan. Pada akhirnya didapatkan mantan narapidana pengguna

narkotika yang dengan kerelaan dan kesadarannya bersedia untuk menjadi

partisipan.

Page 37: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

5

3.4. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2012), hal penting yang mempengaruhi kualitas data

penelitian, yaitu kualitas instrumen dalam pengumpulan data. Kualitas

instrumen dalam hal ini adalah kualitas peneliti sebagai instrumen, yaitu

instrumen yang telah teruji validitas dan reabilitasnya.

Validasi instrumen pada kualitas peneliti yaitu peneliti merupakan

seorang perawat, pengajar dan pekerja sosial yang tergabung dalam

perhimpunan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). BSMI merupakan

perhimpunan yang bergerak dalam bidang sosial dan kesehatan dengan

salah satu tujuanya adalah meringankan penderitaan sesama manusia

apapun sebabnya dengan tidak membedakan agama, bangsa, suku,

golongan, warna kulit, jenis kelamin dan bahasa (AD-ART BSMI, 2007).

Sebagai Ketua Devisi Tanggap Bencana dalam perhimpunan Bulan Sabit

Merah Indonesia (BSMI) Cabang Kabupaten Kediri, peneliti sering

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan masalah sosial, masalah

kesehatan dan kegiatan kemasyarakatan. Peneliti juga sering mengikuti

sosialisasi tentang narkotika. Selain itu peneliti berada di daerah yang sama

dengan partisipan sehingga memudahkan masuk dalam situs yang diteliti.

3.5. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan peneliti menggunakan teknik wawancara

(indepth interview) dengan panduan pertanyaan semi terstruktur, field note

atau catatan lapangan untuk melihat respon non verbal partisipan serta

situasi saat proses wawancara (Yin, 2011). Tahapan dalam pengumpulan

data pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

3.5.1. Tahap Persiapan

Persiapan ini ada beberapa langkah penting yang dilakukan peneliti, yaitu :

Page 38: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

6

1) Pertama, menyelesaikan proses perijinan. Peneliti mengajukan

prosedur perijinan penelitian kepada Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya Malang (FKUB) tentang penelitian yang berjudul

“Pengalaman mantan narapidana pengguna narkotika kembali ke

masyarakat di wilayah Hukum Kabupaten Kediri Tahun 2017”.

Pengajuan perijinan penelitian ini dilakukan setelah proposal

dinyatakan layak untuk penelitian. Setelah peneliti memperoleh surat

penelitian dari Universitas Brawiijaya, No. 5301/UN10.7/AK-

S2KEP/2017, peneliti menyerahkan surat tersebut kepada Direktur

Klinik Syifa’ Medika Kota Kediri untuk memperoleh ijin melakukan

penelitian dan dengan sekaligus menjelaskan maksud, tujuan serta

manfaat dari penelitian. Proposal penelitian telah dinyatakan lolos Uji

Etik dalam Seminar Etik yang dilakukan oleh Komisi Etik Penelitian

Kesehatan FKUB dengan No: 218/EC/KEPK-S2/06/2017 tertanggal 16

Huni 2017.

2) Kedua, Setelah mendapatkan ijin dan penandatangan surat ijin

penelitian dari Direktur Klinik Syifa’ Medika Kota Kediri, peneliti mulai

menelusuri alamat partisipan melalui data yang ada di Klinik Syifa’

Medika Kota Kediri. Setelah itu, peneliti mendatangi rumah calon

partisipan, melakukan interaksi dan membina hubungan saling percaya

kepada partisipan dengan cara perkenalan dan menjelaskan tujuan

kedatangan peneliti. Proses ini dilakukan peneliti selama sepuluh

hingga lima belas menit. Hubungan saling percaya ini dibuktikan

dengan kesediaan calon partisipan untuk terlibat dalam penelitian ini.

Dalam penelurusan ini beberapa calon partisipan ternyata tidak berada

di alamat seperti yang diinformasikan oleh Klinik Syifa’ Medika Kota

Kediri, dikarenakan telah pindah tempat yang diluar jangkauan peneliti.

Page 39: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

7

Permasalahan lain pada tahap ini adalah adanya beberapa calon

partisipan mengingkari kontrak waktu yang telah disepakati untuk

dilakukan wawancara dengan berbagai alasan sehingga tidak

memungkinkan terlibat dalam penelitian. Namun hal ini menjadi

menguntungkan karena semua partisipan yang bersedia mengikuti

penelitian adalah mantan narapidana pengguna narkotika yang benar-

benar sudah terbebas dan atau ingin terbebas dari narkotika.

3) Ketiga, Setelah calon partisipan bersedia, selanjutnya peneliti

menjelaskan mengenai hak-hak partisipan dan kewajiban partisipan.

Hak partisipan antara lain mendapatkan kenyamanan baik fisik

maupun psikologis, melakukan dengan sukarela, menentukan waktu

dan tempat wawancara dilakukan, serta hak mendapatkan dukungan

secara emosional dari peneliti. Sementara kewajiban partisipan adalah

memberikan informasi yang sebenarnya dan menyeluruh tentang

pengalaman saat kembali ke masyarakat setelah keluar dari lapas.

Setelah partisipan memahami dan setuju dengan yang dijelaskan oleh

peneliti, partisipan mengisi informed consent sebagai pernyataan

tertulis tentang kesediaan partisipan untuk terlibat pada penelitian yang

dilakukan (format penjelasan penelitian, hak kewajiban partisipan dan

informed consent seperti dalam lampiran penelitian). Kontrak waktu

dan tempat disampaikan setelah calon partisipan bersedia terlibat

dalam penelitian.

3.5.2. Tahap Pelaksanaan

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam (indepth

interview) dengan pertanyaan semi terstruktur (seperti dalam lampiran

penelitian). Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang

Page 40: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

8

mendalam mengenai pengalaman mantan narapidana pengguna narkotika

kembali ke masyarakat.

Sebanyak 6 (enam) orang mantan natapidana pengguna narkotika yang

berdomisili di wilayah Kabupaten Kediri telah ikut berpartisipasi dalam

penelitian ini sebagai partisipan. Wawancara telah dilakukan dengan

perekaman data wawancara serta pencatatan dilakukan untuk

mendokumentasikan data lapangan yang tidak dapat dihasilkan dengan

menggunakan dari alat perekam.

Ke enam partisipan dari penelitian ini mempunyai karakteristik masing-

masing seperti berikut ini:

1) Partisipan pertama, merupakan seorang bandar, pengedar dan

pengguna narkotika sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

beberapa kali telah keluar masuk penjara untuk kasus narkotika.

Sekitar satu setengah tahun yang lalu adalah terakhir kali menghuni

dan keluar Lapas kelas IIA Kediri. Laki-laki berumur 43 tahun dengan

dua orang anak ini sekarang kesibukannya bekerja sebagai tukang

servis lampu dimalam hari, beternak lele, memelihara kambing dan

kadang membantu sebagai tukang bangunan di kampungnya.

2) Partisipan kedua ini ketika sekolah di Sekolah Menengah Pertama

(SMP) bekerja sebagai pengamen di terminal. Merupakan seorang

pengedar dan pengguna narkotika, awal menggunakan narkotika

menurut partisipan ini untuk menghilangkan rasa malu dan membuat

percaya diri ketika mengamen di kendaraan umum (Bis antar kota di

Surabaya). Partisipan berumur 37 tahun ini telah 3 kali tertangkap

aparat kepolisian untuk kasus narkotika dan telah menghuni Lapas di

Surabaya dan yang terakhir kali keluar dari Lapas Kelas IIA Kediri

sekitar 4 bulan yang lalu. Saat ini partisipan bekerja sebagai penjaga

Page 41: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

9

warung untuk menghidupi keluarganya. Partisipan mempunyai seorang

anak laki-laki yang masih sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan.

3) Partisipan ketiga ini merupakan korban narkotika sebagai pengguna

yang pernah menghuni Lapas di Batam dan di Lapas Kelas IIA Kediri.

Setelah keluar dari Lapas Kelas IIA Kediri terakhir kali lebih kurang

2 tahun yang lalu, partisipan kembali ke rumahnya di kampung tempat

tinggal semula dan saat ini bekerja serabutan untuk memenuhi

ekonomi keluarganya. Laki-laki berumur 41 tahun ini menggunakan

narkotika berawal saat bekerja di Batam karena mengikuti ajakan

teman. Ketika kembali ke kampungnya, kebiasaan menggunakan

narkotika belum bisa dihentikan dan berlanjut sampai tertangkap dan

menjalani kehidupan di Lapas untuk mempertanggungjawabkan

perbuatannya.

4) Partisipan keempat adalah seorang sarjana muda berumur 41 tahun

yang telah keluar dari Lapas sekitar 3 tahun yang lalu. Partisipan

beberapa kali keluar masuk Lapas untuk kasus narkotika, yang

berawal dari keinginan untuk mencoba berbagai jenis narkotika karena

pergaulan dengan teman-temannya sampai partisipan terjerat

narkotika. Saat ini partisipan telah meninggalkan narkotika dan bekerja

sebagai pedagang hasil pertanian.

5) Partisipan kelima adalah laki-laki berumur 39 tahun yang

berwiraswasta sebagai tengkulak sayur mayur dipasar untuk

mencukupi kebutuhan keluarganya setelah keluar dari Lapas terakhir

3 tahun yang lalu. Partisipan mengenal dan menggunakan narkotika

semenjak di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Partisipan harus

berhenti dari narkotika karena merasa sudah cukup lama

Page 42: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

10

menggunakan segala jenis narkotika yang ada dan meninggalkan

narkotika sejak keluar dari Lapas yang terakhir kali.

6) Partisipan keenam adalah seorang pemuda berusia 27 tahun yang

pernah satu kali masuk Lapas karena kasus narkotika ketika

menggunakan narkotika bersama temannya dan barang bukti oleh

temannya disembunyikan di pakaiannya. Partisipan telah keluar

menjalani kehidupan di Lapas sekitar 1 tahun yang lalu. Saat ini

partisipan bekerja kembali sebagai tenaga administrasi di sebuah

instansi pendidikan swasta di Pare.

Sebelum melakukan wawancara, peneliti dan partisipan menyepakati

tempat dilaksanakannya wawancara sehingga partisipan bisa merasa

nyaman untuk menyampaikan pengalamannya. Sebelum wawancara

dilakukan, peneliti juga menjelaskan bahwa wawancara yang dilaksanakan

direkam oleh peneliti dengan menggunakan voice record digital (recorder

handphone merk Samsung Model GT-S5830) yang dipastikan bahwa alat

perekam dapat digunakan sebagaimana mestinya. Selain itu peneliti juga

menyiapkan alat tulis, lembar catatan lapangan atau field note. Tempat

dilakukan wawancara sesuai keinginan partisipan yaitu di kios tempat kerja

partisipan, di warung dan di rumah partisipan.

Wawancara dilakukan terhadap partisipan sesuai dengan kontrak waktu

dan tempat yang telah disepakati. Wawancara mendalam (indepth

interview) yang dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara semi

terstruktur. Dengan panduan wawancara semi terstruktur lebih memberikan

kesempatan kepada partisipan untuk menjelaskan sepenuhnya persepsi

dan pengalaman mereka saat kembali ke masyarakat. Pada saat

mengajukan pertanyaan, peneliti menggunakan bahasa yang mudah

dimengerti partisipan seperti bahasa jawa yang merupakan bahasa yang

Page 43: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

11

biasa dipakai oleh partisipan maupun peneliti. Bila partisipan tidak

memahami yang peneliti tanyakan, peneliti bisa mengulangi kembali

maksud peneliti, begitu pula bila jawaban yang diberikan partisipan belum

jelas, atau belum sesuai dengan pertanyaan peneliti, peneliti langsung

mengklarifikasi hingga pemahaman peneliti sesuai partisipan.

Materi wawancara mengacu tujuan khusus penelitian, pemahaman mantan

narapidana tentang masalahnya saat kembali ke masyarakat, perasaan

yang dialami, dukungan psikososial yang diterima, harapan mantan

narapidana dalam kelanjutan hidupnya di masyarakat dan hambatan yang

dirasakan mantan narapidana untuk mengatasi masalah yang dialaminya.

Wawancara antara peneliti dan partisipan direkam secara keseluruhan.

Waktu wawancara dilakukan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat

antara peneliti dan partisipan. Durasi wawancara rata-rata sekitar 45-60

menit dan sudah mencapai saturasi data atau sudah memperoleh data

yang diinginkan peneliti dan jawaban partisipan sudah tidak berkembang

atau tidak ada lagi yang disampaikan. Namun ada partisipan karena

kesibukan sehingga hanya sekitar 15 menit bersedia memberikan waktu

wawancara. Wawancara sebagian besar dilakukan di rumah partisipan

atau tempat yang telah disepakati sebelumnya oleh peneliti dan partisipan,

sehingga pada waktu wawancara partisipan bisa bebas menyampaikan

pengalamannya.

Wawancara pada penelitian ini diakhiri apabila data yang telah

disampaikan oleh partisipan sudah mencakup tujuan dari penelitian dan

jawaban yang disampaikan oleh partisipan sudah jenuh (saturasi). Proses

mengakhiri wawancara dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil

wawancara dan membuat kontrak untuk melakukan pertemuan atau

wawancara lanjutan jika diperlukan.

Page 44: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

12

3.5.3. Tahap Akhir

Tahap ini merupakan tahap akhir dari pengumpulan data. Tahap ini berisi

tentang validasi akhir terhadap gambaran fenomena. Selain itu, peneliti

melakukan penggabungan dan mentranskrip (verbatim) hasil wawancara

tersebut. Selanjutnya peneliti menyampaikan gambaran keadaan yang

dialami partisipan berdasarkan intuiting peneliti pada tema hasil analisis.

3.6. Analisis Data

Proses ini mulai dengan mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola sehingga memudahkan peneliti untuk menemukan kategori yang

dilanjutkan dengan menemukan sub tema dan akhirnya dihasilkan tema

tertentu (Moleong, 2010). Secara umum analisis data terdisi dari 5 fase, yaitu

1) menyusun, 2) menguraikan, 3) mengumpulkan kembali dan menyusun,

4) intepretasi, dan 5) menyimpulkan. Secara detail dalam menganalisis data

pada penelitian ini, peneliti menggunakan Interpretative Phenomenological

Analysis (IPA) yaitu panduan yang ditawarkan oleh Smith, Flower & Larkin

(2009) dan Linda (2011) dengan urutan sebagai berikut:

1. Membaca dan membaca ulang transkrip yang telah dibuat hasil

wawancara dengan partisipan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan

merasakan sebagaimana yang dirasakan oleh partisipan. Peneliti masuk

kedalam data asli yang dihasilkan dari partisipan dengan memahami yang

dipahami dirasakan, dipikirkan dan dilakukan oleh partisipan.

2. Memulai mencari dan mengekplorasi konten-konten yang penting

sekiranya sama dan menulisnya dalam catatan. Catatan ini digunakan

untuk memudahkan dalam tema-tema pada langkah selanjutnya.

3. Dari catatan penting yang telah dibuat kemudian dikelompokkan untuk

mengembangkan tema dengan fokus pada kata-kata kunci yang ada di

Page 45: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

13

transkrip dan catatan yang dibuat pada langkah sebelumnya. Satu tema

ditemukan setelah potongan-potongan konten tersebut digabungkan

menjadi satu kesatuan yang bermakna.

4. Tema-tema yang didapatkan selanjutnya dilakukan penggabungkan antar

tema untuk mencari hubungan/koneksi di antara tema tersebut. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antar tema pada satu paratisipan.

5. Setelah tema pada satu partisipan telah ditemukan, maka selanjutnya

langkah yang sama dilakukan pada partisipan berikutnya. Dengan tetap

berpikiran terbuka untuk melakukan keadilan terhadap individualitas,

langkah-langkah seperti partisipan sebelumnya dilakukan juga pada

setiap kasus selanjutnya.

6. Setelah seluruh partisipan dilakukan tahap tersebut diatas maka langkah

selanjutnya yaitu dengan mencari pola dari keseluruhan tema yang

ditemukan. Hal ini untuk mengetahui makna dari keseluruhan tema yang

ditemukan dari partisipan.

7. Langkah terakhir dari analisa ini adalah mencari interpretasi yang lebih

tinggi dan mendalam dari keseluruhan tema yang didapatkan. Analisis

secara mendalam dilakukan pada tahap ini dengan memanfaatkan

metafora dan rujukan sementara serta menggunakan teori-teori lain

sebagai pertimbangan untuk melihat hasil akhir analisis.

Hasil akhir analisis disajikan dalam bentuk narasi penuh atau narasi ke

dalam tema, dengan beberapa kutipan transkrip dari partisipan sebagai bukti

bila ada pengaduan atau keberatan dari berbagai pihak.

3.7. Keabsahan Data (Trustworthiness)

Dalam penelitian kualitatif sebagai keabsahan data harus dilakukan

karena merupakan prosedur untuk validitas dan reliabilitas penelitian. Hasil

Page 46: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

14

penelitian kualitatif dapat dipercaya saat mampu menampilkan pengalaman

partisipan secara akurat dan telah melaui proses dengan benar (Streubert &

Carpenter, 2011). Cara yang dilakukan untuk membuktikan keakuratan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.7.1. Credibility

Uji derajat kepercayaan (credibility) ini merupakan validitas internal

dengan melakukan pemeriksaan dengan cermat sehingga tingkat

kepercayaan temuan dapat dicapai (Creswell, 2014). Teknik yang

dilakukan peneliti mendapatkan data yang dipercaya dengan mengamati

kebiasaan partisipan sehingga dapat menguji informasi dari partisipan.

Peneliti juga berdiskusi dengan teman sejawat pada berbagi hasil data

sementara atau hasil akhir yang diperoleh untuk pengecekan dan

pembanding data serta menguji kemungkinan analisis yang berbeda.

Penelitian dilakukan sesuai dengan prosedur pengambilan data melalui

proses yang lengkap dan berututan dengan adanya bukti lembar

dokumen partisipan ketika proses pengumpulan data yang dapat

dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Pengumpulan data telah

dilakukan terhadap partisipan dapat ditunjukkan dengan surat persetujuan

menjadi partisipan, informed consent dan transkrip hasil wawancara.

3.7.2. Dependability

Untuk mendapatkan data yang lengkap, peneliti menerapkan ketrampilan

dalam berkomunikasi dengan menjadi pendengar yang baik dan tidak

tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Peneliti juga memahami

kondisi dan perasaan partisipan ketika wawancara sehingga data yang

didapatkan mendalam. Data dan dokumen yang didapatkan dalam

penelitian saling mendukung serta menunjang antara satu dengan

lainnya. Dalam analisis data untuk menjamin kecermatan atau kestabilan

Page 47: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

15

data maka peneliti melakukan diskusi dengan sesama peneliti kualitatif

untuk pengecekan data inti (hasil wawancaran / transkrip) maupun data

pendukung (catatan penelitian). Selain itu peneliti juga melakukan diskusi

dengan sesama peneliti kualitatif dan konsultasi dengan pembimbing

sehingga hasil analisis dapat disampaikan sebagai data keilmuan yang

dapat dipertanggungjawabkan.

3.7.3. Confirmability

Peneliti melakukan diskusi dengan orang yang tidak ikut dan tidak

berkepentingan dalam penelitian sehingga hasil penelitian dapat objektif.

Objektivitas atau kenetralan data dan bergantung pada kesepakatan atau

persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan

penemuan dari penelitian. Peneliti mengajak teman sejawat yang tidak

terlibat dalam penelitian untuk membantu menilai serta mengevaluasi

keobjektifan hasil penelitian khususnya tema-tema yang ditemukan. Tema

yang ditemukan dari seluruh partisipan mantan narapidana pengguna

narkotika juga telah disampaikan kepada pembimbing penelitian sebagai

pihak ahli yang berkompeten dibidang penelitian kualitatif.

3.7.4. Transferability

Transferability, atau keteralihan, yaitu suatu bentuk validitas

eksternal yang menunjukkan derajat ketepatan sehingga hasil

penelitian dapat menggambarkan orang lain. Pada penelitian kualitatif

ini peneliti menemukan 8 (delapan) tema-tema yang dijelaskan dengan

sistematis dan dapat dipercaya dengan bukti kutipan transkrip yang

diperoleh dari partisipan. Temuan data dapat diterapkan dan dapat

berlaku pada semua konteks populasi dan sample (generalisasi),

berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui sample yang

representative. Kriteria keteralihan ini dilakukan dengan menyampaikan

Page 48: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

16

kepada staff Klinik Syifa’ Medika Kota Kediri yang sering berhubungan

dengan partisipan tentang gambaran tema-tema yang ditemukan pada

penelitian.

3.8. Pertimbangan Etik

Subyek penelitian ini adalah manusia sebagai individu yang utuh

sehingga sehingga peneliti harus mengikuti prinsip etik penelitian selama

melaksanakan proses penelitian ini untuk memenuhi hak-hak partisipan

(Denzin & Lincoln, 2009). Menurut Polit dan Beck (2012), ada 3 prinsip

utama dalam etik penelitian, yaitu;

3.8.1. Respect for human dignity

Kewajiban peneliti dalam penelitian ini terhadap partisipan adalah dengan

menghormati hak-hak partisipan. Partisipan mempunyai hak otonomi

untuk bebas mengikuti maupun menolak terlibat dalam penelitian. Pada

penelitian ini ada beberapa partisipan yang tanpa alasan jelas tidak

menepati waktu yang telah disepakati untuk wawancara, dan ini

merupakan hak partisipan yang harus dihormati karena ada kemungkinan

partisipan merasa keberatan pengalamannya diketahui orang lain.

Peneliti merahasiakan informasi dari semua partisipan dan menyimpan

informasi tersebut hanya dilaporkan sebagai hasil penelitian serta tidak

menyebutkan identitas partisipan pada penelitian. Partisipan yang telah

menyetujui dan bersedia terlibat dalam penelitian dibuktikan dengan surat

persetujuan antara peneliti (informed concent) bertujuan memberikan

kejelasan maksud, manfaat dan hal yang berhubungan dengan penelitian,

pengumpulan data serta hasil penelitian. Partisipan tidak dipaksakan

menjawab semua pertanyaan dari peneliti sehingga partisipan bebas dan

merasa nyaman selama proses menyampaikan pengalamannya.

Page 49: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

17

3.8.2. Beneficience

Partisipan pada penelitian ini tidak hanya diposisikan sebagai sumber

data demi kepentingan peneliti, tetapi partisipan dihargai pengalamannya

sebagai seseorang yang telah memberikan masukan untuk ilmu

keperawatan. Menghargai partisipan dengan memperhatikan dan

mempercayai partisipan atas pengalamannya bisa kembali ke masyarakat

untuk digunakan sebagai contoh bagi mantan narapidana lain. Penelitian

juga bermanfaat untuk membantu optimalisasi peran dan fungsi partisipan

sebagai anggota masyarakat yang selayaknya mendapatkan kesetaraan

di lingkungan masyarakatnya. Pada penelitian ini partisipan bisa

menyampaikan keinginan, harapan dan hambatan dalam memperbaiki

diri yang tidak bisa mereka sampaikan langsung pada masyarakat luas.

Partisipan merasa senang telah dipercaya dan diberi kesempatan untuk

bercerita dan berbagi pengalaman dalam usahanya terbebas narkotika.

3.8.3. Non-maleficience

Dalam berinteraksi dengan partisipan, peneliti menggunakan bahasa dan

berperilaku sewajarnya yang tidak membuat kecewa dan sakit hati pada

semua partisipan. Selama wawancara berlangsung, partisipan tidak

mengalami rasa sakit fisik dan dipastikan partisipan dalam keadaan

merasa nyaman selama penelitian. Partisipan tidak mendapatkan

perlakuan yang merugikan dan berbahaya terhadap kondisi kesehatan

fisiknya serta bebas dari penderitaan atau efek samping karena peneliti

tidak memberikan tindakan tertentu selain wawancara.

3.8.4. Justice

Prinsip keadilan dalam penelitian ini dengan memperlakukan sama

terhadap semua partisipan oleh peneliti. Peneliti mengembangkan

hubungan yang bersifat profesional yang sama antara partisipan dan

Page 50: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

18

peneliti kepada semua partisipan. Peneliti memberikan informasi yang

sama kepada semua partisipan mengenai tujuan, manfaat, prosedur, dan

ketidaknyamanan selama wawancara dan memberikan reward yang

sama pada partisipan. Semua data yang didapatkan dari partisipan tidak

ada yang dibuang dan memakai seluruh data yang dihasilkan dalam

penelitian ini. Selain itu, peneliti memperlakukan partisipan dengan cara

yang sama tanpa membedakan suku, agama, ras, dan status sosialnya.

3.9. Skema Tahap penelitian

Dari seluruh uraian diatas, skema 3.1 menjelaskan secara sistematis

proses penelitian.

Skema 3.1 Tahap-tahap penelitian (Studi Fenomenologi) Makna

Pengalaman Mantan Narapidana Pengguna Narkotika

Kembali ke Masyarakat di Kabupaten Kediri.

Pembuatan Proposal

1. Design Fenomenologi Intepretive 2. Penentuan sample Purposive Sampling

a. partisipan merupakan mantan narapidana pengguna narkotika,

b. partisipan yang kembali ke daerah tempat tinggal seperti sebelum masuk Lembaga Pemasyarakatan,

c. bersedia terlibat dalam kegiatan penelitian yang mungkin membutuhkan waktu yang lama,

d. bersedia untuk diwawancarai dan direkam hasil wawancaranya selama wawancara atau selama penelitian berlangsung,

e. memberikan persetujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian.

3. Prosedur Pengumpulan Data a. Indepth interview dengan panduan

semi terstruktur b. Field note c. Recorder Hp

Prosedur Teknis 1. Persiapan 2. Orientasi 3. Pengumpulan data 4. Pembuatan Verbatim 5. Terminasi

Keabsahan Data (Streubert &

Carpenter, 2011) 1. Credibility 2. Dependability 3. Confirmability 4. Transferability

Analisis Data IPA (Interpretative

Phenomenologi Analysis) Smith (2009) 1. Read – re Read 2. Exploring Semantic content 3. Developing emergent themes 4. Search connection across themes 5. Bracket previous themes dan keep open

minded to next case 6. Looking for pattern across case 7. Taking Interpretations

Page 51: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

1

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Hasil wawancaran pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan IPA

(Interpretative Phenomenologi Analysis) seperti yang dibuat oleh Smith (2009).

Dari hasil analisa data untuk fenomena yang ada tentang pengalaman mantan

narapidana pengguna narkotika dalam memaknai keberadaannya kembali ke

masyarakat telah ditemukan tema-tema inti yang disampaikan dalam bentuk

naratif pada penyajian hasil penelitian berikut ini.

4.1. Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan IPA (Interpretative

Phenomenologi Analysis), didapatkan 8 (delapan) tema inti, yaitu: perasaan

bersalah terhadap keluarga, berserah diri menerima keadaan, mendapat

dukungan moril dari keluarga, teman dan lingkungan untuk menjadi baiki,

malu atas perbuatan yang pernah dijalani, merasa tidak pantas ditengah

masyarakat, diberi kesempatan untuk berbuat baik, merasa tidak diberi

kesempatan untuk berbuat baik, dan tidak mempunyai keinginan untuk

kembali ke narkotika

Berikut dijelaskan proses penganalisaan data dari setiap tema yang

ditemukan beserta penjelasan dari uraian masing-masing tema dan kategori

dengan beberapa kutipan wawancara dari beberapa partisipan. Untuk

memudahkan memahami hasil analisa, maka selain uraian diskriptif juga

disampaikan dalam skema.

4.1.1. Perasaan bersalah terhadap keluarga

Partisipan mengungkapkan bahwa dirinya “Merasa bersalah terhadap

keluarga atas perbuatannya” maksud dari tema ini adalah partisipan

Page 52: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

2

merasa mempunyai salah selama ini terhadap keluarga karena belum

bisa membahagiakan keluarga, seperti berikut:

Perasaan berdosa terhadap orang tua, partisipan selama ini

merasa berdosa karena belum bisa membahagiakan orang tuanya

sehingga partisipan salah satunya berkeinginan untuk membuat orang

tua bisa hidup tenang dimasa tuanya. Selama ini partisipan

menggunakan narkotika dan menjadi beban pikiran oran tua. Setelah

kembali ke masayarakat untuk yang terakhir kali dari lapas, partisipan

tidak ingin meneruskan menggunakan narkotika. Kutipan dari

partisipan sebagai berikut:

... Kabeh aku pribadi, mandek ... karena opo? Wong

tuwo.. Wong tuaku kan loro (sakit), ibuk wis tuwo. ... aku

ora penak ... Lha nek ngono terus malah marai wong

tuaku gak umur ... (semua saya pribadi, berhenti ...

karena apa? Orang tua.. Orang tuaku kan sakit, ibu

sudah tua.. saya tidak enak ... Lha kalau begitu terus

akan membikin orang tua saya tidak berumur) (P1)

Ternyata wong tuwo berkata ... ”aku ki mikir awakmu.

Aku duwe loro jantung, ngene-ngene kie mikir awakmu”

... wis menyesal kulo dadi bocah nakal.. ibarat e gethun

sak gethun”ne... (ternyata orang tua berkata, “aku ini

memikirkan kamu, aku punya sakit jantung, seperti ini

saya memikirkan kamu” menyesal saya jadi anak nakal,

ibaratnya menyesal sekali.) (P3)

Belum membahagiakan anak dan istri, dua partisipan merasa

bahwa anak dan istrinya selama ini menderita akibat dirinya

menggunakan narkotika, merasa kasihan pada anaknya yang malu

karena kena imbas dari perbuatan bapaknya. Kutipan wawancara

seperti berikut:

Ati koyo nyeneni.. mosok kowe nganti tuwek ngene iki

terus? Trus anak-anakku piye ... po ora mesakne

mbesuk e, Ati niki rasane deg-deg-deg teruss.... (Hati

seperti memarahi. Masa kamu sampai tua seperti ini

Page 53: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

3

terus? Bagaimana anak-anakku apa tidak kasihan

kedepannya, hati ini rasanya selalu dag-dig-dug) (P3)

Kalau sekarang berhubungan sama faktor usia saya kan

sudah berumur 43 tahun kalau misalnya saya tetap

seperti itu nanti bagaimana anak saya. (P4)

Tema pertama ini didapatkan dari berbagai kategori dan sub-sub tema,

sub tema yang dapat dilihat dari skema 4.1 dibawah ini:

Skema 4.1: Perasaan bersalah terhadap keluarga

Belum bisa

membahagiakan

orang tua

Belum bisa

membahagiakan

anak istri Belum bisa

membahagiakan

keluarga

Keinginan agar

orang tua hidup

tenang Tidak ingin

menyusahkan

orang tua Perasaan

berdosa

pada

orang tua

Menyesal

membuat

orang tuanya

sakit-sakitan

Mengingat

orang tua

sering sakit

Keinginan

membahagiakan

orang tua

Merasa kasihan pada

anak jika tetap

menggunakan

narkotika

Merasa selama ini

tidak memperhatikan

anaknya

Perasaan bersalah

terhadap keluarga

Kategori

Sub Tema

Sub Tema

Tema

Sub-sub Tema

Sub Tema

Kasihan orang tua

yang selalu kuatir

dirinya

Page 54: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

4

4.1.2. Berserah Diri Menerima Keadaan

Partisipan mengungkapkan bahwa dirinya “Pasrah””. “Pasrah” menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2015) adalah suatu keadaan dari

seseorang untuk menyerahkan sepenuhnya. Pada tema ini yang

dimaksud dengan pasrah adalah partisipan menyerahkan sepenuhnya

tanggapan masyarakat atas keberadaan dirinya. Tema tersebut didapat

dari beberapa sub tema seperti berikut:

Menerima takdir, dua partisipan mengatakan bahwa semua hal yang

saat ini dialami merupakan takdir (ketetapan tuhan) atau nasib

(sesuatu yang telah ditetapkan oleh tuhan atas diri seseorang) (KBBI,

2015), yang harus dijalani sehingga mereka siap menanggung risiko

apapun dan partisipan mengartikan dengan garis hidup. Ungkapan

dari partisipan terkait hal ini seperti berikut:

... yowis ngono iku citake garis urip. (... Ya seperti itu

sudah garis hidup) (P1)

... tapi aku yoo tak kuat-kuatke wae wong yoo piye

maneh, mungkin iki nasibku. (... tapi saya mencoba

untuk kuat saja, mau bagaimana lagi. mungkin ini nasib

saya) (P3)

Merasa harus bertanggung jawab atas segala risiko. Partisipan

merasa yang dialami bukanlah suatu siksaan dari melanggar undang-

undang (hukuman) namun partisipan merasa bahwa yang sedang

dialami adalah akibat (konsekuensi, KBBI, 2015) dari perbuatan yang

pernah dijalani, sehingga partisipan harus berserah diri menerima

keadannya. Partisipan tidak menyesal dari semua yang dialami

karena menurutnya apa yang terjadi adalah suatu pengalaman.

Yang disampaikan oleh dua partisipan seperti halaman berikut:

Page 55: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

5

Pasrahh ... wis pasrah ae ngono lho pak. ... wis risikone

ngono iku... arep piye, angel. (Pasrah ... ya sudah

pasrah saja gitu lho pak. ... memang risikonya seperti

itu.. mau gimana. susah.) (P1)

... sebenernya ini bukan hukuman tapi konsekuensi saya

bermain didunia itu. Berawal dari situ, ... saya mulai bisa

menerima ... ini bukan penyesalan, tapi pengalaman ...

pengalaman hasil dari sebuah perbuatan. (P5)

Tema kedua ini didapatkan dari berbagai kategori dan sub-sub tema, sub

tema yang dapat dilihat dari skema 4.2 sebagai berikut:

Skema 4.2: Berserah diri menerima keadaan

4.1.3. Mendapat Dukungan Moril Dari Keluarga, Teman dan Lingkungan

Untuk Menjadi Baik

Moril yang berati bantuan yang berupa sokongan batin yang bukan

berupa barang atau uang diterima (KBBI, 2015) oleh partisipan. Disini

partisipan merasa mendapatkan dukungan tersebut dari keluarga, teman

Menerima

keadaan

sebagai nasib

Menyerah diri pada

segala keadaan

yang akan terjadi

Menerima resiko

dari perbuatan Menerima

konsekuensi dari

perbuatannya

Menerima takdir

Merasa harus

bertanggung

jawab atas

segala resiko

Menyadari

perbuatannya

Menerima segala

omongan orang

lain atas dirinya

Berserah diri atas

pendapat orang lain

terhadap dirinya

Berserah diri

menerima keadaan

Kategori

Sub-sub Tema

Sub Tema

Tema

Page 56: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

6

dan lingkungan. Mereka mengungkapkan bahwa dirinya “Mendapat

Dukungan Moril Untuk menjadi baik” tersebut seperti berikut:

Mendapat dukungan moril dari keluarga, salah satu partisipan

mendapatkan dukungan dari keluarga berupa kepercayaan untuk

bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakan. Sehingga setelah

mendapatkan permasalahan seperti ini, partisipan harus berani

mempertanggungjawabkannya. Selain itu pada dua partisipan yang

lain mendapat dukungan moril dari orang tua berupa saran dan

nasihat untuk berhenti menggunakan narkotika. Kutipan dari

wawancaran seperti berikut ini:

... masku iku modele nek durung kesandung, ... Ben

ngrasakne.. dolanan geni ben kenek geni. (... Kalau

kakakku itu modelnya kalau belum tersandung belum di

bantu ... Biar dirasakan ... bermain api biar kena api)(P1)

... jenenge wong tuwek yoo ngomongi biasa.. mandeko..

ngono thok ... (namanya orang tua yaa bilanginya

biasa.. berhentilah ... gitu aja ... ) (P1)

Mendapat dukungan moril dari teman dan tetangga yang berupa

saran-saran dari tetangga serta penghargaan dari tetangga dan

mendapat bantuan dan support dari teman-temannya dalam mencari

pekerjaan. Selain itu tidak adanya teman yang mengungkit

permasalahan masa lalunya membuat partisipan merasa harus siap

kembali ke masyarakat. Hasil wawancara partisipan seperti berikut:

... nang tonggo kie kadang enek omongan di mareni nek ngombe ... (... di tetangga kadang ada omongan dihentikan minumnya ... ) (P1) ... Tonggo-tonggo banyak yang memberi masukan.. Dadi (Jadi) memberi suport untuk meninggalkan itu. (P5) Behh... seneng pak. Konco kerjo ra pernah nyinggung kulon kali selama iki. (duhh.. senang pak. Teman kerja tidak pernah menyinggung Lapas (*) selama ini) (P6)

Page 57: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

7

Tema ketiga ini didapatkan dari berbagai kategori dan sub-sub tema, sub

tema yang dapat dilihat dari skema 4.3.

Skema 4.3: Mendapat dukungan moril dari keluarga, teman dan

lingkungan untuk menjadi baik.

4.1.4. Malu Atas Perbuatan Yang Pernah Dijalani

Partisipan mengungkapkan bahwa dirinya “Malu Atas Perbuatan Yang

Pernah Dijalani”. Perasaan malu ini dirasakan oleh partisipan, maksud

Mengartikan berani

bertanggung jawab

terhadap dirinya

sendiri

Mengikuti

keinginan

orang tua

Nasehat orang

tua

Mendapat saran

untuk berhenti

Merasa dihargai

tetangga

Merasakan

dukungan

moril dari

keluarga

Mendapat

perlakuan baik

dari teman

Merasa senang

bekerja lagi Dipercaya bekerja

kembali

Mendapat dukungan moril dari keluarga,

teman dan lingkungan untuk

menjadi baik

Kategori

Sub-sub Tema

Sub Tema

Tema

Mendapat

pengakuan

tetangga

Mendapat

dukungan

moril dari

tetangga

Senang tidak

diungkit-ungkit

masa lalunya

Mendapat

dukungan

terman

Terharu anaknya

memberikan dukungan

untuk berhenti

Memahami

keinginan anak

Berfikir masa depan

ketika mengikuti

kegiatan mendekatkan

diri pada Tuhan

Merasakan

ketenangan

dengan mengikuti

kegiatan

keagamaan

Boleh mengikuti kegiatan

keagamaan

Menyadari lingkungan tergantung

perilaku diri sendiri

Page 58: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

8

dari kata malu adalah merasa tidak enak hati karena telah berbuat

sesuatu yang kurang baik di masyarakat (KBBI, 2015) seperti berikut:

Minder, partisipan merasa rendah diri (KBBI, 2015) / tidak percaya diri

bergaul dengan tetangga, selain itu adanya perilaku dari tetangga

yang tampak memperbincangkan dirinya dirasakan oleh partisipan

membuat bahwa dirinya merasa rendah diri. Kutipan mengenai hal

tersebut seperti berikut:

Yaa minder sebagai mantan napi ... Ketika saya lewat

kan terlihat dari wajahnya terlihat ... memandang saya

itu seolah seperti apa gitu ... klesik klesik(bahasa jawa*)

(bisik-bisik). Gak penak pokok e pak ... (partisipan

sambil ketawa) (P5).

Iyoo ... podho klesik-klesik nek ketemu aku ... isin aku ...

minder nek ketemu sing ngono iku. (ya … saling

berbisik-bisik kalau bertemu saya ... saya malu ...

minder kalau bertemu yang seperti itu.) (P6)

Iyoo. Isin karo tonggo ... iku kan barang elek ... bukan

wedi nggak, tapi isin. (Yaa. Malu sama tetangga.. itu kan

sesuatu yang jelek ... bukan takut, tapi malu) P1)

Khawatir akan anggapan jelek tetangga, maksud dari sub tema ini

yaitu partisipan merasa khawatir bila terjadi sesuatu pada dirinya di

kemudian hari sampai meninggal sedangkan dirinya masih memakai

narkotika. Ungkapan ketakutan dan kekhawatiran tersebut seperti

pada kutipan berikut ini:

Trus nek aku mati durung waras yok opo tanggepane

tonggo-tonggo? Niku kulo mulai mikir ... (Lalu kalau aku

mati tapi belum sembuh gimana tanggapan tetangga-

tetangga? Itu saya mulai berpikir ...) (P5)

Tema keempat ini didapatkan dari berbagai kategori dan sub-sub tema,

sub tema yang dapat dilihat dari skema 4.4 halaman berikut.:

Page 59: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

9

Skema 4.4: Malu atas perbuatan yang pernah dijalani

4.1.5. Merasa Tidak Pantas Ditengah Masyarakat

Partisipan mengungkapkan bahwa dirinya “Merasa Tidak Pantas

Ditengah Masyarakat” seperti berikut:

Merasa tidak berharga, pertisipan merasa kalau dirinya tidak

berharga di masyarakat seperti dilihat saja tidak pantas. Merasa

sebagai orang yang paling hina sehingga seperti orang buangan.

Disini partisipan merasa dirinya sudah tidak pantas lagi untuk dilihat

orang lain yang berada pada lingkungan karena merasa paling rendah

derajatnya. Partisipan mengungkapkan dengan kata-kata “mburuhne”

(bahasa jawa) yang berarti mempekerjakan orang lain untuk

melakukan suatu kegiatan yang tidak ingin dilakukan dengan

memberikan sejumlah imbalan uang kepada orang yang

melakukannya. “Mburuhne” dalam bahasa jawa berasal dari kata

“buruh” yang dalam KBBI 2015, berarti pekerja yang mendapatkan

Merasa malu

atas perbuatan

sebelumnya

Ketakutan atas

tanggapan tetangga

bila terjadi hal buruk

pada dirinya

Khawatir akan

pandangan jelek

tetangga

Menjadi

perbincangan

tetangga

Merasa menjadi

omongan

tetangga

Minder

Bingung untuk

bergaul dengan

tetangga

Tidak percaya

diri bergaul

dengan tetangga

Merasa rendah diri

dengan status

mantan napi

Malu Atas Perbuatan

Yang Pernah Dijalani

Kategori

Sub-sub Tema

Sub Tema

Tema

Page 60: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

10

upah. Merasa tidak berharga diungkapkan oleh tiga partisipan dan

berikut beberapa kutipannya:

..Yoo koyok, ngewasi kie mburuhne ... (... Yaa seperti,

melihat aja harus seperti menyuruh orang lain untuk

melakukan ...) (P1)

Wis pak, rumongso dadi menungso sing paling bejat

wis.. paling titik terendah.. ibarate aku dikirim nang

neroko paling terendah.... (sudah pak, merasa jadi

manusia yang paling jelek.. berada di titik yang paling

rendah.. ibaratnya aku dikirim ke neraka yang paling

rendah) (P3)

Menganggap dirinya dilabel jelek oleh masyarakat, mendapat

sebutan “mantan” penghuni Lapas apalagi partisipan menyebutkan

bahwa dirinya ada “label merahnya” merupakan perasaan yang

mendalam. Label merah dapat diartikan bahwa dirinya merasa

mendapatkan predikat buruk dimata masyarakat atau merasa dirinya

diganggap menjadi orang yang harus diawasi, orang yang akan

mengganggu ketika berada di lingkungan masyarakat karena pernah

melakukan tindakan buruk. Kata ”merah” pada kata labeh merah bila

diibaratkan adalah sebagai kartu merah pada pertandingan sepak

bola dimana pemain harus keluar karena melakukan permainan yang

membahayakan pemain lawan. Perasaan partisipan ini terungkap

pada kutipan berikut:

... jane aku isin di unekne mantane “kulon kali”(*)

(…sebenarnya saya malu disebut mantan penghuni

“lapas”) (P6). (*) Kulon kali : sebutan buat Lapas Kelas

IIA Kediri.

Pasti ada... ada yang mencibir.. Banyak... banyak yang

seperti itu. (P5).

Page 61: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

11

Tapi saya merasa diri saya tidak enak,, nanti dikiranya

saya masih memakai. ada label “merahnya” kan?,

pernah jadi napi.... Apalagi narkoba.. (P2)

Tema kelima ini didapatkan dari berbagai kategori dan sub-sub tema,

sub tema yang dapat dilihat dari skema 4.5 berikut ini:

Skema 4.5: Merasa tidak pantas ditengah masyarakat

4.1.6. Diberi Kesempatan Untuk Berbuat Baik

Partisipan mengungkapkan bahwa dirinya “Diberi kesempatan untuk

berbuat baik” seperti berikut:

Diberi kepercayaan lagi di masyarakat, partisipan mendapatkan

kembali pekerjaannya seperti yang dulu karena ajakan dan

kepercayaan teman akan kemampuannya sehingga membuat

Merasa tidak

pantas untuk

dilihat

Merasa sebagai

orang yang

paling rendah

derajatnya

Merasa hina

Merasa dirinya

sebagai orang

yang buangan

Merasa tidak

diorangkan

Merasa tidak

berharga

Merasa dihindari

dan dijauhi

tetangga

Mendapat

cibiran dari

tetangga

Merasa dirinya

dipandang buruk

oleh masyarakat

Menganggap

dirinya dilabel jelek

oleh masyarakat

Malu mendapat

sebutan mantan

penghuni lapas

Ketakutan tidak

diterima di

masyarakat

Merasa

diragukan oleh

tetangga

Merasa tidak pantas

di tengah

masyarakat

Kategori

Sub-sub Tema

Sub Tema

Tema Merasa

dibedakan dari

orang lain

Page 62: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

12

partisipan merasa dihargai dan percaya diri untuk kembali ke

masyarakat.

Kutipan wawancara seperti berikut:

Bingung arep nyambut gawe opo? .. Tapi syukurlah..

tempat kerjoku ndisik sik gelem nrimo aku maneh...

(bingung mau kerja apa?... Tapi syukurlah.. tempat

kerja saya dulu masih mau menerima saya lagi) (P6)

Kesempatan untuk berpikir berubah, ajakan untuk mengikuti

kegiatan keagamaan dirasakan oleh partisipan sebagai salah satu

moment untuk merenung arti kehidupannya. Hal ini tersirat dalam

kutipan partisipan sebagai berikut:

Diajak ponakan untuk ikut yasinan... berkurang karena

ada kegiatan-kegiatan koyo... yasinan, pokok pikiran niki

awake nang gawe urip. (Diajak keponakan untuk ikut

yasinan berkurang karena ada kegiatan-kegiatan

seperti yasinan, intinya ini berpikir untuk kehidupan) (P3)

Tema keenam ini didapatkan dari berbagai kategori dan sub-sub tema,

sub tema yang dapat dilihat dari skema 4.6 berikut ini:

Skema 4.6: Diberi kesempatan untuk berbuat baik

Mendapatkan

tempat di hati

tetangga

Mendapatkan

pekerjaan di tempat

kerja yang dulu

Merasa dihargai

Senang diajak

teman dalam

kegaitan

keagamaan

Senang diajak

teman dalam

kegaitan

keagamaan

Merasa diberi

kepercayaan

lagi

Kesempatan

untuk berpikir

untuk berubah

Keinginan berbuat

baik Diberi kesempatan

untuk berbuat baik

Kategori Sub-sub Tema

Sub Tema

Tema

Page 63: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

13

4.1.7. Merasa Tidak Diberi Kesempatan Untuk Berbuat Baik

Partisipan mengungkapkan bahwa dirinya “Merasa Tidak diberi

kesempatan untuk berbuat baik” seperti berikut:

Disepelekan tetangga, perasaan disepelekan karena partisipan

sudah berusaha untuk memperbaiki diri dengan mengikuti kegiatan di

kampung namun ada beberapa sindiran yang diartikan

menyepelekan oleh partisipan, selain itu ada partisipan yang

menyatakan bahwa ada perkataan tetangga tidak menyenangkan

yang menurutnya adalah tidak percaya dirinya telah berubah. Tidak

terpengaruh omongan tetangga dan merasa omongan tetangga tidak

mengganggu niat untuk berubah.

Kutipan perasaan yang dialami oleh partisipan seperti berikut:

... uwong koyo aku ngene iki trus ora iso ngaji ... tak

anggep ngono wae ... kok tak ajak apik ora ono wong

sing gelem, malah ngentahi. Aku gak jaluk duwite ...

donga wae sing apik ... (...orang seperti saya ini tidak

bisa mengaji ... “saya anggap begitu” ... kok saya ajak

berbuat baik tidak ada orang yang mau, malah

menyepelekan. Saya tidak meminta uangnya ... doa saja

yang baik ...)(P1)

..... aku kie wong elek.. arep ngewangi apik.. ngono iku

barang apik kan.. lha kono kok ngentahi.... ( ... Saya ini

orang jelek ... mau membantu baik ... seperti itu sesuatu

yang baik kan .. lha dia mengganggap saya tidak bisa ..)

(P1)

Tapi wis ben wong ngomong ngene-ngene sing penting

aku wis berubah ... (Tapi biarin orang ngomong macem-

macem yang penting saya sudah berubah) (P3)

Merasa dicurigai tetangga, partisipan merasa tetangganya berhati-

hati dengan dirinya karena masih kurang percaya bila partisipan bisa

meninggalkan narkotika. Partisipan merasa bahwa tetangganya

Page 64: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

14

merasa cemas dan kurang percaya bila dirinya telah meninggalkan

narkotika. Diungkapkan oleh partisipan ke dua sebagia berikut

Dicurigai dan tetangga kawatir kalau saya seperti itu

lagi... Tapi biar masyarakat lihat sendiri... (P2)

Tema ketujuh ini didapatkan dari berbagai kategori dan sub-sub tema,

sub tema yang dapat dilihat dari skema 4.7 berikut ini:

Skema 4.7: Merasa tidak diberi kesempatan untuk berbuat baik

4.1.8. Tidak Mempunyai Keinginan Untuk Kembali Ke Narkotika

Semua partisipan ternyata “Tidak mempunyai keinginan untuk

kembali ke narkotika”, alasan dari partisipan untuk meninggalkan

narkotika berbeda-beda seperti berikut:

Diragukan

tetangga

Merasa

dianggap tidak

mampu oleh

tentangga

Merasa tidak

dipercaya

Merasa pernah

diacuhkan

Menerima omongan

tetangga yang tidak

menyenangkan hati

Di

sepelekan

tetangga

Tetangga curiga

dan khawatir

Merasa tidak diberi

kesempatan untuk

berbuat baik

Kategori

Sub-sub Tema Sub Tema

Tema

Merasa dicurigai

Merasa sindiran

sebagai bukti

tidak dipercaya

Merasa ada

tetangga yang tidak

membantu diriinya

berbuat baik

Page 65: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

15

Berniat untuk berhenti, partisipan menyatakan bahwa keinginan

untuk berhenti berawal dari diri sendiri walaupun ada dukungan untuk

berhenti dari orang lain bila tidak ada niatan yang kuat untuk

meninggalkan narkotika maka akan sulit terbebas. Partisipan meyakini

dan membuktikan bahwa dengan niat yang kuat maka akan dapat

meninggalkan narkotika. Berikut kutipan dari partisipan mengenai niat

dari dalam diri:

Pingin mari yoo awake dewe... individu ... niat kepingin

tak teruske ki ora enek. Yo,wis karepku dewe. (Pingin

berhenti yaa diri sendiri. Individu ... niat untuk saya

meneruskan itu tidak ada. Ya atas kemauanku sendiri).

(P1)

Ya keluarga mendukung tapi menurut saya yang

terpenting adalah keyakinan diri sendiri untuk berhenti

melakukan seperti yang kemarin-kemarin.... Kalau

niatnya ada dan mau, saya yakin pasti bisa jadi baik.

(P4)

Keinginan untuk berbuat baik, disini partisipan merasa sudah cukup

untuk merasakan narkotika dan ingin meninggalkannya dan ingin

berbuat lebih baik di masa tuanya. Cuplikan dari wawancara sebagai

berikut:

... mosok aku nganti suk ngene terus yo ramungkin.

kedepan kedepane .. ? ( .. apa mungkin sampai nanti

begini terus, ya tidak mungkin. Kedepannya …?) (P6)

Sebelum masuk lapas.. saya terjun di dunia itu sudah

lama sekali. Karena saking lamanya.. maka ketika

keluar sudah tidak ada perasaan ... yaa tidak ingin lah

untuk memakai itu-itu lagi (P5)

Keinginan untuk menunjukkan telah tidak memakai narkotika,

partisipan setelah merasa terbebas dari narkotika maka mereka

Page 66: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

16

berusaha untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa dirinya telah

terbebas. Hal ini dilakukan untuk menghindari ajakan atau merupakan

usaha dari partisipan agar orang lain tidak lagi mengajak untuk

menggunakan narkotika. Partisipan mengungkapkannya sebagai

berikut:

... disik awakmu wis koyo ngono kae, sak iki wis waras

arep mbalik maneh ...? (... dulu kamu sudah seperti itu,

sekarang sudah sembuh mau kembali lagi? ... ) (P6)

... semua perbuatan pasti ada ending. Baik itu

perbuatan jelek ataupun baik. Kalau saya seperti itu.

Saya bisa ngomong seperti ini karena dari perilaku saya

sendiri ... saya bisa meninggalkan seperti itu. (P5)

.... banyak yang minum saya ikut tapi hanya makan

ikannya saja. Sempat ditawari tapi saya tidak mau. (P4)

Tema kedelapan ini didapatkan dari berbagai kategori dan sub-sub tema,

sub tema yang dapat dilihat dari skema 4.8.

Page 67: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

17

Skema 4.8: Tidak mempunyai keinginan untuk kembali ke narkotika

4.2. Interaksi antar tema

Dari semua tema yang ditemukan hasil penelitian dapat dibuat skema

tentang interaksi antar tema untuk ditemukan inti tema (Core Theme)

“perjuangan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik”, seperti

pada skema 4.9.

Mempunyai

keinginan untuk

berubah

Pentingnya

kesadaran diri

Tidak ada niat

untuk memakai

kembali

narkotika

Bisa bekerja setelah

keluar dari Lapas

Merasa perlu

membuktikan diri

telah terbebas dari

narkotika

Berniat

untuk

berhenti

keinginan menjauhi

narkoba

Tidak mempunyai

keinginan untuk

kembali ke narkotika

Kategori Sub-sub Tema

Sub Tema

Tema

Merasa

dicukupkan rejeki

Membuktikan diri

telah berubah

Malu sama

tetangga

Memerlukan perjuangan

untuk meninggalkan

narkotika

Ketakutan mati

dalam keadaan

memakai narkotika

Menyadari baik

buruknnya

memakai narkotika

Merasa sudah cukup

memakai narkotika Keinginan untuk

berubah baik

Keinginan

menunjukkan

telah tidak

memakai

narkotika

Menolak ajakan

teman

Merasakan jera

menghuni lapas

Kehidupan di

Lapas yang

tidak nyaman

Page 68: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

18

Skema 4.9: Interaksi antar tema

Mantan narapidana pengguna narkotika mengalami hal yang berbeda-

beda namun banyak juga kesamaan pengalaman yang dirasakannya ketika

kembali ke masyarakat. Dari kesamaan pengalaman yang dirasakan dan

dimaknai oleh partisipan yaitu, perasaan bersalah terhadap keluarga dan

dukungan moril dari keluarga teman dan lingkungan membuat mantan

narapidana tidak mempunyai lagi keinginan untuk kembali ke narkotika dan

berharap kembali ke masyarakat. Hal ini akan lebih menguatkan niatan dari

mantan narapidana untuk berserah diri menerima kenyataan di masyarakat

sebagai mantan narapidana pengguna narkotika serta menguatkan

keinginan untuk meninggalkan narkotika. Kenyataan negatif yang dialami

oleh mantan narapidana ketika kembali ke masyarakat tidak hanya merasa

Tema 1.

Perasaan bersalah

terhadap keluarga

Tema 2.

Berserah diri

menerima keadaan

Tema 3.

Mendapat dukungan moril dari keluarga, teman dan lingkungan untuk menjadi

baik

Tema 4.

Malu Atas Perbuatan

Yang Pernah Dijalani

Tema 5.

Merasa tidak pantas

di tengah

masyarakat

Tema 6.

Diberi kesempatan

untuk berbuat baik

Tema 7.

Merasa tidak diberi

kesempatan untuk

berbuat baik

Tema 8.

Tidak mempunyai

keinginan untuk

kembali ke narkotika

“Perjuangan”

untuk memperoleh kehidupan yang

lebih baik

Page 69: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

19

malu dengan perbuatannya namun juga tidak diberinya kesempatan untuk

memperbaiki diri oleh masyarakat dikarenakan stigma yang diberikan oleh

masyarakat. Keadaan ini menyebabkan mantan narapidana yang

berkeinginan untuk diterima kembali ke masyarakat harus pasrah dengann

keadaan tersebut. Perasaan malu ketika mengetahui tanggapan negatif dari

masyarakat membuat mantan narapidana pengguna narkotika merasa tidak

pantas berada ditengah masyarakat. Adanya kesempatan untuk berbuat baik

membuat mantan narapidana merasa dihargai yang merupakan dukungan

moril untuk kembali ke masyarakat.

Page 70: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

1

BAB 5

PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas temuan hasil dari penelitian kualitatif dalam

mengeksplorasi pengalaman mantan narapidana pengguna narkotika yang

dilakukan di wilayah Kabupaten Kediri dengan menggunakan analisa data IPA

(Interpretative Phenomenology Analysis). Interpretasi hasil penelitian dilakukan

dengan membandingkan hasil temuan yang telah ada dengan dengan berbagai

hasil penelitian lain serta studi literature yang telah dipaparkan sebelumnya.

Keterbatasan pada penelitian ini dibahas dengan membandingkan proses

penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan kondisi ideal yang

seharusnya dapat dicapai. Sementara implikasi keperawatan pada penelitian ini

diuraikan dengan mempertimbangkan pengembangkan hasil penelitian ini bagi

pendidikan, pelayanan dan penelitian di bidang keperawatan khususnya

keperawatan dengan masalah kejiwaan..

5.1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

Berikutnya adalah uraian hasil penelitian dan pembahasan dari 8 tema

inti yang ditemukan:

5.1.1 Perasaan bersalah terhadap keluarga

Adanya anggota keluarga yang menjadi mantan narapidana

pengguna narkotika akan berdampak pada keluarga terutama bagi orang

tua. Keluarga memikul beban yang sangat besar khususnya terkait stigma

yang terbentuk dimasyarakat maupun karena kebutuhan ekonomi. Hal ini

menunjukkan keluarga ikut terpengaruh dengan masalah yang dialami

oleh anggota keluarganya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Cuttrona

(2014) bahwa bila ada salah satu/beberapa anggota keluarga mempunyai

Page 71: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

2

masalah kesehatan / keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap

anggota keluarga yang lain dan masyarakat yang ada disekitarnya.

Sebagian mantan narapidana narkotika memiliki rasa bersalah pada

keluarga, tidak berguna dan mudah tersinggung sehingga mengakibatkan

mantan narapidana pengguna narkotika tidak memiliki kesejahteraan

sosioemosional. Mantan narapidana narkotika memiliki perasaan bersalah

yang besar kepada keluarganya saat mereka tidak bisa memenuhi

kebutuhan keluarga, tidak memiliki pekerjaan dan tidak berguna untuk

keluarga. Hal ini yang akan membuat mereka bisa tertekan kembali.

Sedangkan mereka yang mendapatkan pekerjaan, dilibatkan dalam setiap

kegiatan akan menjadi lebih baik lagi. Hal ini disebabkan karena mereka

memiliki lingkungan keluarga yang baru dan lebih sehat (Elisa, Siahaan &

Wardiyah, 2012).

Fokus keperawatan forensik yaitu target terapeutik untuk setiap

aspek perilaku individu yang berhubungan dengan aktivitas yang

mengganggu dan gejala kesehatan jiwa (Stuart, 2013). Mantan

narapidana dengan perasaan bersalah yang terus-menerus akan

menyebakan masalah kejiwaan pada dirinya dan dimungkinkan juga

menyebabkan permasalahan pada anggota keluarga yang lain. Sebagai

penyedia layanan tersier untuk populasi yang rentan terjadi masalah

kejiwaan maka peran perawat jiwa pada masalah ini perlu diperhatikan.

5.1.2 Berserah diri menerima keadaan

Masyithah (2012) mengatakan pengguna narkotika yang mengalami

masalah kejiwaan yang mengakibatkan dirinya mengalami masalah stres

karena tidak menemukan jalan keluar dan tidak ada satupun seseorang

dapat dipercaya untuk menyelesaikan masalahnya akan menyebabkan

kembalinya mereka menggunakan narkotika sebagai solusi.

Page 72: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

3

Mantan narapidana penyalahaguna narkotika sebenarnya

berkeinginan memperbaiki diri untuk dapat diterima kembali di

masyarakat, namun masa lalunya membuat dirinya merasa pasrah. Hal

ini mereka anggap sebagai takdir yang harus mereka jalani dan

merupakan resiko dari berkecimpung dalam narkotika dan semua

perbuatan yang pernah mereka kerjakan. Resiko ini dianggap juga

sebagai konsekuensi dari sebuah perbuatan. Mereka merasa harus

bertanggung jawab atas segala masalah yang menjadi akibat dari

menggunakan narkotika selama ini. Pandangan negatif yang ada di

masyarakat terhadap dirinya merupakan nasib kehidupannya yang harus

mereka tanggung sebagai akibat dari perbuatannya (Thoits, 2015).

Peran perawat jiwa dalam hal ini adalah meningkatkan kepercayaan

diri mantan narapidana untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki

dalam masyarakat sehingga akan mampu merubah persepsi masyarakat

terhadapnya. Keputusasaan yang dialami oleh mantan narapidana bila

tidak mendapat penanganan akan menyebabkan gangguan yang lebih

serius. Konseling dapat diberikan sebagai upaya mengurangi masalah

psikososial mantan narapidana yang dapat menyebabkan kembali ke

narkotika sebagai jalan keluarnya dapat dihindarkan. Pengkajian

psikososial terhadap mantan narapidana yang kembali ke masyarakat

merupakan salah satu peran psychiatric forensic nursing sebagai tindakan

tersier untuk mengurangi masalah kejiwaan di masyarakat.

5.1.3 Mendapat dukungan moril dari keluarga, teman dan lingkungan untuk

menjadi baik

Menurut Adha (2014), dukungan moril merupakan bantuan atau

dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam

kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu membuat si

Page 73: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

4

penerima merasa diperhatikan, dihargai, dan dicintai. Dukungan moril

dapat meningkatkan perasaan harga diri, identitas diri, dan kontrol dari

lingkungan seseorang yang akan menghasilkan kondisi kesehatan yang

lebih baik (Azani, 2012). Dukungan ini berfungsi pula sebagai suplemen

bagi kemampuan dan keterampilan individu dalam berhubungan dengan

lingkungan.

Herdiyanto dan Surjaningrum (2014), mengatakan bahwa peristiwa-

peristiwa kehidupan yang menyenangkan maupun yang mengecewakan

akan mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian

seorang individu. Dukungan moril sangat diperlukan seseorang dalam

menghadapi masalah, terutama dukungan dari keluarga, kelompok, dan

masyarakat.

Dukungan yang didapat tidak hanya dari keluarga saja tetapi juga

bisa didapat dari teman dan orang-orang dilingkungannya, dengan

mendapatkan dukungan moril ini akan membangkitkan kepercayaan diri

bagi pengguna narkotika. Dukungan moril adalah bentuk tingkah laku

yang diberikan dari orang-orang yang dianggap berarti bagi individu yang

dapat berpengaruh bagi perkembangan individu (Elisa, Siahaan &

Wardiyah, 2012). Menurut Kristanto (2014), dukungan sosial mengacu

pada kenyamanan yang diterima, diperhatikan, dihargai atau membantu

seseorang untuk menerimanya dari orang lain atau kelompok-kelompok.

Menurut Maharani, Indarwati dan Effendi (2013), mengatakan pemberian

dukungan sosial dari orang-orang yang berarti disekitar kehidupan akan

memberikan kontribusi terbesar dalam proses kembalinya kemasyarakat.

5.1.4 Merasa malu atas perbuatan yang pernah dijalani

Harga diri menentukan keberhasilan seseorang dalam berinteraksi

dengan lingkungan sosialnya (Kelly, Jeffry & June, 2016). Individu

Page 74: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

5

berinteraksi dan menyesuaikan dengan lingkungan dipengaruhi oleh

bagaimana individu tersebut menilai keberhargaan dirinya. Individu yang

menilai tinggi keberhargaan dirinya merasa puas atas kemampuan diri

dan merasa menerima penghargaan positif dari lingkungan, ini juga akan

menumbuhkan perasaan aman dalam diri individu sehingga individu akan

mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Harga diri

seorang individu juga akan mempengaruhi bagaimana individu

menampilkan potensi yang dimilikinya, sehingga harga diri pun memiliki

peran besar dalam pencapaian prestasi (Nurrahma, 2013).

Begitu sebaliknya rendahnya penghargaan diri mengakibatkan

inidvidu tidak mampu mengekspresikan dirinya di lingkungan sosial.

Individu dengan harga diri yang rendah tidak puas dengan kemampuan

dirinya serta tidak memiliki keyakinan diri sehingga merasa tidak aman

terhadap keberadaan di lingkungan. Keberadaanya di masyarakat akan

dikendalikan oleh pendapat yang diterima dari lingkungan (Nurrahma,

2013).

Dari hasil survey dan wawancara yang telah dilakukan oleh

Herdiyanto dan Surjaningrum (2014) dilakukan pada 10 individu mantan

pengguna narkotika, didapatkan data pada dimensi self acceptance

(penerimaan diri) sebanyak 70 % (7 dari 10 individu mantan pengguna

narkotika) pada saat share feeling atau ungkapan perasaan saat adanya

sesi sharing bersama dengan komunitas mengungkapkan bahwa mereka

merasa malu mengakui akan adanya masa lalu yang kelam sebagai

pemakai narkotika, dan merasa apa yang terjadi di masa lalu tersebut

menjadi hambatan untuk dapat mengembangkan diri saat ini dan merasa

minder serta tidak percaya diri untuk kenal dan bergaul dengan orang

lain. Sedangkan 30 % (3 individu mantan pengguna narkotika) mengakui

Page 75: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

6

bahwa apa yang terjadi pada mereka di masa lalu (sebagai pengguna

narkotika) menjadi bahan renungan dan mereka menerima masa lalu

tersebut dan berusaha untuk belajar dari kesalahan yang telah diperbuat

sebelumnya untuk kembali bangkit dari masa kelam.

Sebagai pelayan kesehatan, psychiatric forensic nursing pada

masalah ini dapat membantu dalam manajemen perilaku yang dialami

oleh mantan narapidana sehingga mantan narapidana pengguna

narkotika dapat mengatur dan mengelola perilakunya ketika kembali ke

masyarakat (Stuart, 2013)

5.1.5 Merasa tidak pantas di tengah masyarakat

Setiap manusia senantiasa menginginkan dirinya menjadi berguna

dan berharga, demikian juga dengan para pengguna narkotika. Memiliki

keinginan untuk hidup yang bermakna dan tidak diremehkan oleh

lingkungan sekitar merupakan salah satu motivasi utama sebagai dasar

para pengguna narkotika melakukan kegiatan yang terarah pada tujuan

hidup yang jelas, seperti bekerja dan berkarya agar kehidupan dirasakan

berarti dan berharga serta menumbuhkan perasaan bahagia. Apabila

hasrat untuk hidup bermakna dan tidak dianggap remeh kembali tidak

dapat terpenuhi maka akan mengkibatkan kekecewaan hidup,

menimbulkan berbagai gangguan perasaan yang dapat menghambat

pengembangan pribadi dan bahkan akan mengarah pada penyalah

gunaan narkotika ulang (Noviarini & Prabowo, 2013).

Hasil penelitian dari Afrinisna (2012), mengungkapkan bahwa masih

banyak dari para mantan narapidana narkotika yang merasa dikucilkan

dan diremehkan oleh lingkungan sekitar, sehingga enggan untuk memiliki

rencana jangka panjang sebagai tujuan masa depan yang jelas.

Kemudian juga merasa tidak puas terhadap anggapan orang-orang

Page 76: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

7

sekitar, sehingga terhambat melakukan aktivitas atas kekurangan yang

dimiliki dan walaupun mempunyai aktivitas dan pekerjaan yang sesuai

kemampuannya mereka tidak merasa bangga. Masyarakat umum

memandang para mantan narapidana narkotika tidak dapat melakukan

aktivitas dalam hal yang lebih baik secara mandri, dikarenakan mereka

pernah melakukan kesalahan, sehingga para mantan narapidana tersebut

merasa kurang memiliki kebebasan dalam menentukan sikap.

Menurut Maknunatin (2010), menjelaskan para mantan narapidana

narkotika memiliki masalah mendasar dari perasaan diremehkan oleh

lingkungan sekitar yaitu untuk mencapai hidup yang lebih bermakna dan

salah satu cara mencapainya adalah dengan cara pandang para mantan

narapidana narkotika memandang dirinya sendiri. Para mantan

narapidana hanya memikirkan kekurangan dan kesalahan yang sudah

dibuat dimasa lampau saja, hal tersebut menjadikan citra diri yang negatif

dan hal tersebut yang menjadikan hambatan untuk memberikan makna

yang positif dalam kehidupan para mantan narapidana tersebut, maka

dengan menggunakan kemampuan, daya pikir secara positif akan dapat

membangun dan mengembangkan potensi diri agar mendorong para

mantan narapidanan berusaha berbuat sesuatu yang bermanfaat dan

berarti bagi kehidupan.

Masalah tersebutlah yang menjadikan mantan narapidana kurang

menghayati makna hidup dan merasa diremehkan oleh lingkungan

sekitar. Kurang menghayati makna hidup dari sebuah kesalahan yang

pernah dilakukan sehingga apa yang telah dilakukan kurang terarah pada

tujuan hidup, kurang puas dengan kehidupan yang dijalani pasca

menjalani proses hukuman penjara (Maharani, Indarwati & Effendi, 2013).

Page 77: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

8

5.1.6 Diberi kesempatan untuk berbuat baik

Menurut filsuf Yunani Aristotle, seseorang yang dapat

mengeluarkan potensi terbaiknya adalah orang-orang yang mencapai self

realization, seseorang hidup tidak hanya memenuhi kesenangan atau

hasrat saja tetapi berusaha melakukan sesuatu dengan mengeluarkan

seluruh kemampuan terbaiknya. Hal tersebut dapat terlihat dari cara

individu pengguna narkotika mencoba bangkit dan sembuh dari pengaruh

narkotika dengan cara mengembangkan dirinya untuk bisa produktif

kembali dari potensi/kemampuan yang sempat terhambat karena

narkotika. Bagi mantan narapidana yang diberi kesempatan untuk berbuat

baik merupakan penghargaan masyarakat yang sangat bermakna

baginya.

Seorang tokoh psikologi perkembangan bernama Carol Ryff

berusaha menggabungkan suatu konsep multidimensional yang disebut

Psychological Well Being (PWB), dimana menurut Ryff, PWB adalah

evaluasi hidup seseorang yang menggambarkan cara dia mempersepsi

dirinya dalam menghadapi tantangan hidupnya. Bagi seorang individu

mantan pengguna narkotika, PWB menjadi penting adanya sebab untuk

dapat menjadi individu yang “baru” setelah melalui pengalaman yang

kelam sebagai pengguna narkotika. Penting adanya persepsi positif dari

individu tersebut untuk dirinya karena persepsi mengenai masa lalunya

sebagai evaluasi hidupnya kedepan. Menerima yang terjadi di masa

lalunya, menjadi salah satu cara yang efektif bagi individu mantan

pengguna narkotika untuk dapat kembali bangkit dari keterpurukannya.

Perlunya kembali menata psikologisnya dan mengasah kembali

potensinya yang sempat terhambat sehingga menjadi produktif kembali

(Adha, 2014).

Page 78: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

9

5.1.7 Merasa tidak diberi kesempatan untuk berbuat baik

Berdasarkan studi pendahuluan awal yang dilakukan peneliti

permasalahan muncul ketika pada fase ini seorang mantan pengguna

narkotika yang ingin kembali hidup dengan “normal” seperti bekerja dan

beraktivitas dengan lingkungan sosialnya terbentur oleh masalah

diskriminasi yang kental dari masyarakat sekitarnya. Adanya labelling dari

masyarakat terhadap mantan narapidana pengguna narkotika dapat

membawa dampak buruk bagi lingkungannya karena perilakunya yang

dulu sebagai pengguna narkotika. Pada akhirnya mantan pengguna

narkotika menjadi merasa terkucilkan kembali, hingga timbul kembali

perasaan tidak berharga, dan perasaan-perasaan negatif lainnya.

Permasalahan diskriminasi oleh masyarakat menjadi sumber

masalah yang sering ada atau terjadi pada para individu mantan

pengguna narkotika. Besarnya diskriminasi yang terlontar dari masyarakat

terhadap mereka menjadi satu hambatan yang nyata bagi individu mantan

pengguna narkotika untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar.

Adanya faktor tidak percaya diri serta cibiran-cibiran yang diberikan oleh

orang lain karena mereka adalah seorang mantan pengguna narkotika

sehingga membuat mantan pengguna narkotika tidak diiberi kesempatan

untuk bisa mengembangkan potensi-potensi yang mereka miliki.

5.1.8 Tidak mempunyai keinginan untuk kembali ke narkotika

Banyak cara dilakukan untuk menanggulangi masalah baik secara

preventif maupun represif. Mufarrohah (2012), mengemukakan bahwa

upaya preventif merupakan pencegahan yang dilakukan agar seseorang

jangan sampai terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung

dengan narkotika. Upaya represif artinya usaha penanggulangan dan

pemulihan pengguna narkotika yang mengalami ketergantungan.

Page 79: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

10

Setiawan (2010), mengemukakan bahwa rehabilitasi merupakan usaha

untuk menolong, merawat dan merehabilitasi korban penggunaan obat

terlarang, sehingga diharapkan para korban dapat kembali ke dalam

lingkungan masyarakat atau dapat bekerja serta belajar dengan layak.

Upaya untuk rehabilitasi para pemakai narkotika tidak mudah, karena

kebanyakan dari pecandu selalu memakai kembali narkotika setelah

kembali ke masyarakat. Artinya, masalah ketergantungan obat bukanlah

masalah fisik semata-mata, melainkan juga masalah psikologis.

Handayani (2011), proses pemulihan bagi pengguna narkotika

terdiri dari beberapa faktor, diantaranya faktor dari luar seperti mengikuti

program-program pemulihan di panti rehabilitasi dan faktor dari dalam

yaitu keinginan individu untuk berhenti menggunakan narkotika serta

memiliki keyakinan akan mampu melepaskan diri dari pengaruh narkotika.

Kesadaran yang dimiliki seseorang yang telah kecanduan dapat

memakan banyak waktu dari beberapa minggu hingga beberapa bulan

atau bahkan tahunan. Padmiati dan Kuntari. (2011), menarik kesimpulan

dalam penanganan masalah penggunaan obat, faktor kepribadian

merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan sehingga

penanganannya harus lebih bersifat individual. Seseorang yang telah

dinyatakan sembuh setelah menjalani pengobatan dan rehabilitasi, tidak

berarti individu yang telibat dengan obat-obatan bebas selamanya.

Banyak faktor yang mempengaruhi kemandirian individu yang telah

sembuh, apabila faktor yang melingkup gagal berfungsi, maka pecandu

akan jatuh kembali pada narkotika. Faktor yang melingkup itu adalah

kondisi lingkungan, status masyarakat dan kekuatan mental.

Kemampuan seorang mantan narapidana dalam penilaian atau

penghargaan terhadap diri sendiri, menjadi salah satu hal yang mungkin

Page 80: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

11

memiliki kaitan dengan motivasi seorang mantan narapidana untuk

melepaskan diri dari ketergantungan terhadap narkotika. Kepribadian

yang dibangun oleh seseorang yang memiliki penilaian pribadi akan lebih

baik apabila seseorang tersebut mampu menilai diri sendiri secara positif

atau negatif. Menghindari teman-teman yang mengajak untuk memakai

narkotika merupakan suatu sesuatu yang dijalankan untuk diri sendiri dan

dari dalam diri sendiri untuk dapat menolak hal-hal yang negatif apabila

hal tersebut bertentangan dengan dirinya.

5.1.9 Perjuangan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik

Semua orang berkeinginan memperoleh kehidupan yang baik

dalam bermasyarakat. Kehidupan yang baik tidak hanya berupa

kecukupan kebutuhan biologis dan fisiologis namun juga kebutuhan lain

yang ingin diperoleh yaitu; kebutuhan rasa aman-nyaman dan

perlindungan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri dan

kebutuhan aktualisi diri.

Mantan narapidana pengguna narkotika sebagai individu yang

merupakan bagian dari masyarakat akan berinteraksi dengan anggota

masyarakat lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai mantan

narapidana kembali berbaur dengan masyarakat merupakan suatu

pengalaman yang tidak mudah untuk dilupakan olehnya. Mereka

berusaha sekuat tenaga dengan berbagai kesulitan yang dihadapi untuk

bisa kembali ke masyarakat. Mereka yang berkeinginan untuk terbebas

dari narkotika akan berjuang untuk bisa diterima di masyarakat dan

memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Sebagai konselor terpercaya dan sebagai agen pengubah, maka

psychiatric forensic nursing dapat menempatkan dirinya untuk

memberikan masukan, saran dan pertimbangan pada mantan narapidana

Page 81: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

12

yang sedang berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di

masyarakat.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian dilakukan pada mantan narapidana pengguna semua jenis

narkotika, pengalaman yang didapat dari partisipan tidak khusus jenis

narkotika tertentu. Peneliti mendapatkan keterbatasan waktu pada salah

satu partisipan yang hanya mempunyai waktu sebentar karena urusannya

yang tidak dapat ditinggalkan. Wawancara hanya menekankan pada

pengalaman partisipan kembali ke masyarakat dan tidak menanyakan efek

penggunaan narkotika yang dialami oleh partisipan. Penelitian juga tidak

membahas secara khusus tentang partisipan mendapatkan narkotika dan

proses hukum yang dijalani. Selain itu penelitian hanya dilakukan pada

mantan narapidana laki-laki, hal ini dikarenakan peneliti kesulitan

mendapatkan akses untuk menemukan partisipan wanita.

5.3. Implikasi Dalam Keperawatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwan mantan narapidana pengguna

narkotika mempunyai permasalahan dari diri sendiri, terhadap keluarga,

adanya hambatan, mempunyai harapan dan upaya yang telah dilakukan

ketika kembali ke masyarakat. Peneliti menyampaikan hal ini kepada klinik

Syifa” Medika Kota Kediri dan menjelaskan bahwa mantan narapidana

pengguna narkotika membutuhkan peran serta masyarakat dan tim

keperawatan jiwa. Psychiatric forensic nursing perlu dikembangkan dalam

kasus ini karena perannya dalam menilai narapidana narkotika dan

mengumpulkan bukti yang dapat mempengaruhi keyakinan, hukuman,

kekambuhan, pengobatan, dan pencegahan pada mantan pengguna

Page 82: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

13

narkotika. Rehabilitasi ini bisa diberikan pada semua yang bersinggungan

dengan narkotika dalam kembalinya mantan narapidana pengguna

narkotika termasuk keluarga, masyarakat dan komunitas (Lyons, 2009).

Perasaan minder, bersalah, keputusasaan yang dialami oleh mantan

narapidana perlu mendapat layanan keperawatan jiwa untuk menghindari

masalah kejiwaan pada mantan narapidana tersebut yang dapat

menyebabkan perilaku kriminal berulang. Keluarga sebagai kesatuan

terkecil harus dapat membantu anggotanya dalam semua permasalahan

sesuai peran dan fungsinya. Keperawatan jiwa keluarga diperlukan dalam

menginisiasi dari awal menangani mantan narapidana pengguna narkotika

agar keberadaannya tidak menjadi permasalahan bagi masyarakat

sekitarnya.

Peran serta lingkungan dalam mengembalikan posisi mantan

narapidana seperti semula sangatlah dibutuhkan dengan tidak memberikan

stigma yang jelek bagi mereka yang menginginkan kembali di masyarakat.

Masyarakat harus diberi pemahaman bahwa lingkungan mempengaruhi

kelangsungan kehidupan sosial seseorang (Frederic, 2014). Pemberian

kesempatan berbuat baik dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan

akan sangat membantu mantan narapidana menemukan fungsi dan

manfaatnya bagi masyarakat. Kasus seperti diatas dalam keperawatan jiwa

komunitas merupakan kelompok resiko mengalami masalah kejiwaan dan

sampai gangguan jiwa. Hal ini diperlukan konseling bagi masyarakat yang

diantaranya terdapat mantan narapidana penyalah guna narkotika.

Perawat jiwa sebagai educator dalam hal ini dengan memberikan

pendidikan dan pemahaman kepada mantan narapidana, keluarga dan

masyarakat tentang bahaya narkotika dan bagaimana cara menangani

permasalahan yang terjadi akibat permasalahan narkotika. Sebagai care

Page 83: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

14

giver perawat jiwa harus mampu memberikan asuhan keperawatan

profesional yang menyeluruh dengan memandang manusia secara utuh

baik bio, psiko, sosio, spiritual dan berbudaya.

Page 84: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

1

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Penelitian kualitatif untuk mengeksplorasi mantan narapidana

pengguna narkotika memaknai pengalamannya ketika kembali ke

masyarakat menghasilkan berbagai temuan yang sangat bermakna dalam

pengembangann ilmu keperawatan khususnya keperawatan jiwa forensik

dan pelayanan rehabilitasi bagi pengguna narkotika. Temuan yang

didapatkan yaitu bahwa mantan narapidana pengguna narkotika dapat

terbebas dari narkotika dan mampu kembali di masyarakat dengan

dukungan yang didapat dari keluarga dan masyarakat. Permasalahan yang

dialami oleh mantan narapidana yang membuatnya kesulitan untuk kembali

ke masyarkat yaitu tidak diberikan akses untuk mendapatkan pekerjaan dan

adanya stigma negatif dari masyarakat.

Semua partisipan berkeinginan untuk terbebas dari narkotika dan

berkeinginan untuk kembali bisa diterima di masyarakat dan berguna untuk

lingkungan serta untuk memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan.

Partisipan yang dengan keinginan kuat untuk meninggalkan narkotika

akhirnya mampu mendapatkan pekerjaan dan beraktivitas secara normal di

masyarakat. Perjuangan partisipan untuk bisa kembali diterima di

masyarakat membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menata niat dan

keyakinan serta kesiapan menghadapi permasalahannya membuat

partisipan kadang ada keinginan untuk kembali menggunakan narkotika.

Page 85: (STUDI FENOMENOLOGI) MAKNA PENGALAMAN MANTAN …repository.ub.ac.id/2010/1/BAMBANG WISENO.pdf · Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan sekaligus

2

6.2. Saran

Permasalahan narkotika adalah permasalahan global yang perlu

mendapatkan penanganan secara serius oleh seluruh warga negara.

Keperawatan sebagai satu profesi kesehatan harus berperan serta dalam

mengatasi permasalahan narkotika tersebut. Keperawatan jiwa forensik

sebagai salah satu bagian dari keperawatan jiwa perlu ada untuk berperan

dalam menangani keperawatan secara holistik terhadap mantan narapidana

pengguna narkotika. Mantan narapidana harus dipandang sebagai manusia

yang utuh ketika kembali ke masyarakat sesuai kodratnya sebagai individu

yang mempunyai perasaan, hati nurani dan harapan. Dalam rehabilitasi atau

penanganan kejiwaan mantan narapidana mungkin diperlukan perawat jiwa

yang berkompeten dibidangnya.

Keluarga dan masyarakat diharapkan berperan dalam permasalahan

mantan narapidana pengguna narkotika dengan membantu mereka

mendapatkan kehidupannya kembali di masyarakat. Untuk itu konseling

terhadap keluarga dan masyarakat oleh perawat jiwa perlu diberikan, karena

mantan narapidana pengguna narkotika rentan terjadi masalah kejiwaan,

bagi individu itu sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Untuk mengatasi permasalahan narkotika di masyarakat maka perlu

penelitian lebih lanjut tentang pengalaman keluarga dan masyarakat yang

bersinggungan dengan mantan narapidana pengguna narkotika.

Dimungkinkan ada temuan yang tepat untuk membantu mantan narapidana

mengatasi permasalahan psikososialnya dan menemukan kehidupannya

kembali di masyarakat serta mengurangi penyebaran narkotika di

masyarakat.