STUDI EKSPERIMENTAL PEMITIGASIAN PENGARUH EFEK HALO TERHADAP AUDIT JUDGMENT Oleh : Raja Filipus Situmorang NIM : 232011239 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
103
Embed
STUDI EKSPERIMENTAL PEMITIGASIAN PENGARUH EFEK HALO ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STUDI EKSPERIMENTAL PEMITIGASIAN PENGARUH EFEK
HALO TERHADAP AUDIT JUDGMENT
Oleh :
Raja Filipus Situmorang
NIM : 232011239
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ABSTRACT
A thorough understanding of information could potentially cause a halo effect that will
have an impact on audit judgment. This study aims to: (1) whether there is a difference between
audit judgments made individually before and after a discussion in a group based on a
presentation of a client information through both positive and negative halo effect on visual and
non-visual forms ; (2) whether the presentation of the preliminary information of a client through
both negative and positive halo efftect on visual and non-visual judgment can affect the audit
group, and (3) whether the presentation of the preliminary information of a client in a positive
visual and non-visual halo effect form can be mitigated through group discussion.
This study applies a 2x2x2 between within-subject experimental design method by
providing treatment manipulation of the client profile (convincing and unconvincing), with the
presentation of the end of the sequence information and the presentation order (positive-negative
and negative-positive). The experiment was conducted at Satya Wacana Christian University
with the research subjects of Bachelor degree Accounting Faculty of Economics and Business
students who are taking the auditing laboratory course. A total of 107 participants conducted the
role of internal auditors to produce 60 data. The results showed that: (1) The initial individual
Audit judgment is different after the group discussion based on the client’s information both in
positive and negative halo effect through visual and non-visual forms. (2) Both negative and
positive halo effect and visual and non-visual forms can affect the belief revision of a group’s
Audit Judgement. (3) Group discussion may decrease or revise the belief towards an individual
due to the bias affected by the positive halo effect in both forms of visual and non-visual forms.
Keywords: Halo Effect, Primacy Effect, Presentation Information, Decision Making Model
PENDAHULUAN
Audit judgment adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat
mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan,
pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status, atau jenis peristiwa
lainya (Jamilah 2007). Perkiraan tentang suatu objek memberikan pemahaman
menyeluruh (prespektif holistik) atas sebuah informasi. Namun demikian,
pertimbangan evaluative ketika menilai kinerja secara rinci berdasarkan prespektif
holistik berpotensi menyebabkan munculnya efek halo (Murphy, Jako, dan Anhalt
1993).
Efek halo merupakan salah satu bias individu dalam melakukan penilaian
atas seseorang atau suatu objek yang menggeneralisir penilaian suatu atribut untuk
melakukan penilaian atas atribut yang lain (Szhultz dan Szhultz 2010). Efek halo
terjadi ketika pengetahuan untuk evaluasi menyeluruh di awal mengubah
keputusan atas bukti rinci berikutnya (Slovic, Finucane, Peters, dan MacGregor
2002). Menurut Utami dan Wijono (2014), efek halo terjadi apabila penilaian
secara keseluruhan informasi berdasarkan penilaian awal dan berkaitan dengan
efek primasi serta dapat dijelaskan dalam belief adjustment theory. Belief-
adjustment theory dikemukakan oleh Hogarth dan Einhorn’s (1992) menggunakan
pendekatan anchoring dan adjustment.
Hogarth dan Einhorn (1992) berpendapat bahwa penyesuaian keyakinan
individu mempertimbangkan urutan bukti (positif seteleh itu negatif, negatif
setelah itu positif atau campuran positif dan negatif) dan cara/format/mode
(penyampaian informasi secara sekuensial/berurutan atau secara simultan) dalam
penyajian bukti. Pola end of sequence merupakan penilaian yang diberikan setelah
semua informasi terkumpul. Menurut Utami dan Wijono (2014) kondisi yang
menyebabkan efek halo adalah kondisi profil klien yang meyakinkan dan tidak
meyakinkan. Gric (2008) berpendapat bahwa efek halo dapat dijelaskan dengan
efek primasi karena membobot informasi awal sebagai dasar membuat keputusan
(audit judgment). Belief-adjustment theory telah banyak diaplikasikan dan
diberlakukan pengujian dalam berbagai setting penelitian audit (Nasution dan
Supriyadi 2007, Haryanto dan Subroto 2012, Utami dan Wijono 2014, Theresia
2014). Dengan adanya pemahaman menyeluruh terhadap sebuah informasi dapat
memberikan dampak efek halo yang menyebabkan terjadinya bias. Penelitian
Ricchiute (1984) menjelaskan bahwa penyampaian informasi akan cenderung
lebih bervariasi, penelitiannya menerangkan bahwa penyampaian dengan modus
presentasi memiliki dampak daya tangkap dalam memori lebih tinggi. Modus
presentasi bisa melalui visual yang menampilkan gambaran terhadap keseluruhan
informasi maupun non-visual yang menampilkan kata-kata terhadap keseluruhan
informasi. Penyebab terjadinya bias karena individu terpengaruh oleh hal-hal yang
tidak substansial tetapi oleh sekuensial dari input yang diterima (Ashton dan
Kennedy 2002). Bias dapat mengakibatkan seorang auditor membuat keputusan
yang secara tidak efektif dan efisien (Nasution dan Supriyadi 2007).
Penelitian dalam topik audit judgment telah banyak memfokuskan pada
judgment penilaian secara individu. Telah sering dilontarkan kritik tentang
keberadaan penelitian yang memfokuskan pada pembuatan keputusan kelompok
(Arnold dan Sutton 1997). Keputusan kelompok perlu dipertimbangkan dengan
alasan bahwa keputusan keputusan pembuatan audit judgment dibuat oleh
kelompok manajer bukan oleh manajer atau auditor secara perorangan (Anthony,
Dearden dan Norton 1989) dan para peneliti akuntansi keperilakuan telah
menyebutkan pentingnya meneliti fenomena akuntansi dari prespektif kelompok
(Libby dan Luft 1993). Group-induced shift theory menyatakan bahwa interaksi
kelompok mengarahkan keputusan kearah yang lebih beresiko (risky) atau lebih
berhati-hati (cautious) (Isenberg 1986).
Penelitian Haryanto dan Subroto (2012) menerangkan mengenai group-
induced shift theory yaitu bagaimana kelompok menginduksi terjadinya
pergeseran keputusan atas pilihan/keputusan individu dalam hal proses
perbandingan interpersonal. Dengan discrepant tidak nyaman, ia terlalu berhati-
hati atau terlalu beresiko. Pengertahuan tentang perbedaan ini mungkin perlu dan
cukup untuk mempengaruhi individu yang ada dalam kelompok untuk mengubah
pilihan awalnya. Efektif atau tidaknya sebuah keputusan kelomok tidak
dipengaruhi oleh jumlah kuantitas individu dalam sebuah kelompok dan hal ini
telah dikonfirmasi dalam penelitian Kusumawardani, Joevarian, Nehemiah, Novia
dan Giri (2013) yang mengkonfirmasi bahwa tidak ada pengaruh group size
terhadap efektivitas group decision making.
Upaya mitigasi merupakan upaya untuk menurunkan atau mengeliminasi
bias atas informasi agar keputusan audit dapat berkualitas. Upaya memitigasi
dapat dilakukan dengan mekanisme debiasing (pengawabiasan) melalui
akuntabilitas dalam penelitian Haryanto (2012), melalui self review dalam
penelitian Suartana (2007) dan melalui diskusi Theresia (2014). Hasil penelitian
Haryanto dan Subroto (2012) mengenai interaksi individu-kelompok sebagai
pemoderisasi pengaruh framing dan urutan bukti terhadap audit judgment
menyatakan bahwa framing (informasi diungkapkan) negatif berpengaruh lebih
besar terhadap audit judgment kelompok dari pada audit judgment individu. Hasil
pengujiannya memperoleh bukti bahwa pengaruh informasi yang diungkapkan
secara negatif lebih kuat memberikan pengaruh terhadap audit judgment dan
merupakan salah satu faktor determinan dalam pembuatan audit judgment di
bidang pengauditan. Pengaruh informasi yang diungkapkan secara negatif
terhadap audit judgment kelompok menunjukkan bahwa bias tidak dapat
dimitigasi karena pengaruh negatif mempengaruhi revisi keyakinan terhadap audit
judgment.
Berdasarkan hasil penelitian dan fenomena-fenomena terdahulu maka
peneliti tertarik untuk meneliti apakah (1) apakah terdapat perbedaan antara audit
judgement yang dibuat secara individu sebelum diskusi berbeda setelah berdiskusi
dalam kelompok berdasarkan penyajian informasi klien melalui bentuk visual dan
non-visual baik secara efek halo negatif maupun efek halo positif, (2) apakah
penyajian informasi awal klien dengan efek halo negatif maupun efek halo positif
melalui bentuk visual dan non-visual dapat mempengaruhi audit judgment
kelompok, dan (3) apakah penyajian informasi awal klien dengan efek halo positif
melalui bentuk visual dan non visual dapat dimitigasi melalui diskusi kelompok.
Manfaat penelitian ini secara teori, dapat memberikan kontribusi pengetahuan
dalam bidang audit dan organisasi audit internal sehingga dapat dijadikan acuan
untuk penelitian selanjutnya serta memberikan kontribusi untuk memperoleh
kualitas audit judgment. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu
memberikan pengetahuan kepada auditor bahwa efek halo negatif memberikan
pengaruh terhadap pembuat keputusan. Diskusi kelompok dapat menurunkan
pengaruh efek halo positif dibandingkan efek halo negatif karena memberikan
pengaruh yang kuat terhadap audit judgment.
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Belief-Adjustment Theory-Halo Effect
Efek halo dapat dijelaskan dengan efek primasi dalam belief adjustment
theory (Utami dan Wijono 2014). Efek primasi muncul karena pemberian
informasi sederhana dengan pola end of sequence (Hogarth dan Einhron 1992).
Dalam bentuk end-of-sequence (simultan) individu-individu memperbaruhi
keyakinannya begitu seluruh informasi tersaji dalam bentuk yang telah terkumpul.
Menurut Hogarth dan Einhorn (1992) penyesuaian keyakinan merupakan
anchoring yaitu melakukan penilaian dengan memulai dari suatu nilai awal dan
menyesuaikanya untuk menghasilkan keputusan akhir. Penelitian terdahulu
menggunakan konsep belief-adjustment sebagai salah satu bentuk untuk menguji
bias resensi Devina (2014), Haryanto (2012), kekinian Suartana (2007) dan
primasi Utami dan Wijono (2014). Dengan demikian penelitian dalam bidang
audit ini mengunakan model belief-adjustment yang didesain dalam penelitian
Hogarth dan Einhron (1992). Penelitian ini memanipulasi informasi klien, dimana
subjek menerima informasi yang memiliki efek halo secara negatif maupun efek
halo secara positif.
B. Hubungan Efek Halo Dengan Penyajian Informasi
Efek halo yang berkaitan dengan efek primasi merupakan bias keputusan
yang terjadi ketika pengambilan keputusan berdasarkan informasi awal. Efek
primasi adalah kecenderungan manusia untuk mengingat lebih jelas pada hal
pertama yang dilihat (Grcic 2008). Utami dan Wijono (2014) menguji efek halo
dan menemukan bahwa terjadi efek primasi ketika menghadapi kondisi klien yang
meyakinkan. Pemahaman awal suatu objek dijadikan sebagai inti dari penilaian
secara keseluruhan tentang objek tersebut merupakan bias atas informasi yang
disebabkan oleh efek primasi. Grcic (2008) menjelaskan bahwa ketika penilaian
awal mengesankan akan menjadi konsisten dengan penilaian akhir (anchor).
Philips (1999) menemukan bahwa auditor yang mengevaluasi bukti yang
beresiko rendah akan kurang sensitive terhadap bukti rinci dari pelaporan
keuangan yang agresif, demikian pula sebaliknya ketika menghadapi bukti dengan
risiko tinggi akan lebih sensitive terhadap bukti rinci. Model mengenai efek
primasi menjelaskan bahwa individu tidak akan melakukan penyesuaian
keyakinan karena adanya bukti baru dan akan menilai berdasarkan rekaman
memori atas informasi awal.
Hasil penelitian Ricchiute (1984) mengenai penilaian empiris terhadap
dampak tugas alternative mode presentasi pada pengambilan keputusan
mengkonfirmasi bahwa dengan penyajian persentasi melalui media visual
memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan. Ricchuite (1984),
merekomendasikan peneliti untuk mempertimbangkan faktor penyampaian
komunikasi karena kondisi situasi dunia terus berkembang khususnya untuk
menyesuaikan pengambilan keputusan dalam penugasan tugas audit. Dalam
penelitian ini bentuk informasi dikembangkan dari penelitian Ricchiute (1984)
yaitu visual melalui video dan non-visual secara narasi. Akibat pengaruh modus
persentasi dapat mempengaruhi pengambilan keputusan audit serta individu
melakukan penyesuaian keyakinan berdasarkan nilai awal, tentunya akan
memberikan dampak efek halo.
C. Pengembangan Hipotesis Hubungan Efek Halo dengan Penyajian
Informasi Klien dengan Diskusi Kelompok
Diskusi atau kelompok merupakan salah satu cara yang efektif dalam
bertukar pikiran dan berinteraksi untuk menciptakan suatu keputusan yang
berkualitas. Pengambilan keputusan secara berkelompok diduga akan mampu
mengendalikan (mengurangi) dampak emosi negatif, yaitu menghindarkan
pengambilan keputusan secara tidak rasional (Yuliusman 2013). Rasionalisasi
tercapai melalui pendapat anggota kelompok dari berbagai sudut pandang
berbeda, sehingga subyektivitas pendapat anggota lain dapat diminimalisir
(Handoko 2007).
Pertukaran informasi antar individu dalam sebuah kelompok dipengaruhi
oleh informasi presentasi, dimana modus persentasi mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan (Ricchiute 1984). Hal ini berkaitan untuk merangsang
setiap individu mencerna dan berinteraksi untuk menentukan pengambilan
keputusan dalam kelompok. Dalam menentukan audit judgment, individu
terpengaruh oleh penyesuaian keyakinan yang merupakan anchoring yaitu
menyesuaikan keputusan berdasarkan nilai awal yang dijelaskan dalam penelitian
Hogarth dan Einhorn (1992).
Menurut Haryanto (2012) sebuah keputusan kelompok, mengakibatkan
terjadinya pergeseran dalam pembuatan keputusan individu dan kelompok ketika
posisi pradiskusi awal anggota kelompok dapat mempengaruhi diskusi kelompok
selanjutnya dalam pembuatan keputusan. Dalam penelitianya menjelaskan bahwa
pergeseran dalam pembuatan keputusan dipengaruhi oleh teori pengaruh
informasional. Teori tersebut menerangkan bahwa diskusi dalam kelompok
menyebabkan para individu mengubah keputusan kearah yang sama dengan
keputusan pradiskusi individu karena diskusi menghadapkan para individu dengan
argumen-argumen persuasive yang mendukung ke arah tersebut.
Peneliti akan membandingkan audit judgment individu sebelum dan
sesudah diskusi ketika informasi disajikan dalam bentuk visual maupun non-visul
dengan penyajian informasi yang memiliki efek halo negatif maupun efek halo
positif. Berdasarkan penelitian terdahulu dan penjelasan di atas maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1a: Terdapat perbedaan antara audit judgment yang dibuat secara
individual dengan audit judgment yang dilakukan secara berkelompok
berdasarkan penyajian informasi klien melalui bentuk non-visual dan
memiliki efek halo negatif.
H1b: Terdapat perbedaan antara audit judgment yang dibuat secara
individual dengan audit judgment yang dilakukan secara berkelompok
berdasarkan penyajian informasi klien melalui bentuk visual dan
memiliki efek halo negatif.
H1c: Terdapat perbedaan antara audit judgment yang dibuat secara
individual dengan audit judgment yang dilakukan secara berkelompok
berdasarkan penyajian informasi klien melalui bentuk non-visual dan
memiliki efek halo positif.
H1d: Terdapat perbedaan antara audit judgment yang dibuat secara
individual dengan audit judgment yang dilakukan secara berkelompok
berdasarkan penyajian informasi klien melalui bentuk visual dan
memiliki efek halo positif.
Hubungan Efek Halo Negatif terhadap Diskusi Kelompok
Penelitian Haryanto (2012) menunjukkan bahwa framing (bagaimana cara
suatu fakta atau informasi diungkapkan) negatif memiliki pengaruh yang lebih
besar terhadap audit judgment kelompok dari pada audit judgment individu.
Pengaruh lebih besar menerangkan individu mengkonstruksi proses pembuatan
keputusan individu menjadi keputusan kelompok yang dipengaruhi oleh faktor
informasi yang diungkapkan secara negatif.
Utami dan Wijono (2014) menemukan bahwa subjek dengan informasi
profil klien meyakinkan (positif) akan menentukan risiko salah saji yang lebih
rendah (74,47) dari pada subjek dengan informasi yang tidak meyakinkan (positif)
(79,63). Hasil penelitianya mengkonfirmasi bahwa terdapat perbedaan dalam
menentukan audit judgment secara signifikan ketika subjek diperhadapkan dengan
informasi yang meyakinkan berbeda hasilnya ketika informasi tidak meyakinkan.
Hal ini berarti fakta atau informasi yang disajikan secara negatif (tidak
meyakinkan) memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap audit judgment,
dimana hasil tersebut akan sama ketika informasi profil klien memiliki efek halo
(kesan awal) yaitu negatif.
Penelitian ini membandingkan audit judgment individu sebelum dan
sesudah diskusi ketika informasi memiliki efek halo negatif untuk menguji bahwa
diskusi kelompok tidak memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap revisi
keyakinan dan efek halo negatif memberikan dampak untuk mempengaruhi
pergeseran keputusan individu ke dalam keputusan kelompok yang disebabkan
oleh efek halo negatif. Berdasarkan penelitian terdahulu dan penjelasan di atas
maka dirumuskan hipotesis kedua bagian a sebagai berikut:
H2a: Proses diskusi kelompok tidak dapat menurunkan (memitigasi)
pengaruh efek halo negatif pada informasi dalam bentuk non-visual
maupun visual terhadap audit judgment.
Pengaruh Diskusi Kelompok Terhadap Efek Halo Positif
Penilaian kelompok adalah hasil penggabungan pendapat antar individu
ketika berinteraksi dalam kelompok (Ang dan O’Connor 1991). Hasil penelitian
Lee, Ross, & Little (2012) menunjukkan bahwa ketika individu membuat
keputusan, mereka dipengaruhi oleh kekeliruan nilai dasar sebagian besar.
Namun, penilaian probabilitas individu menjadi lebih akurat ketika mereka belajar
dari informasi saran balik. Ketika subyek membuat keputusan pada tingkat
kelompok, kesalahan penilaian yang terbukti sangat berkurang. Sebaliknya,
belajar dari saran balik menjadi kurang signifikan dibandingkan dengan kasus
penilaian individu.
Diskusi kelompok dilakukan untuk memitigasi efek risensi merupakan
model self-review. Model self-review yang dilakuakan Asthon dan Kennedy
(2002) dengan membaca ulang persoalan masalahnya, kemudian menyampaikan
pendapat dalam diskusi kelompok dan selanjutnya masing-masing mengambil
keputusan berdasarkan diskusi. Penelitian Theresia (2014) juga menemukan
bahwa hasil diskusi kelompok dapat memitigasi efek risensi dalam penyajian
informasi bagan dan non-bagan dalam menguji penggunaan diagram causal loop
di bagian akhir penyajian informasi sebagai suatu bentuk informasi yang diduga
menyebabkan efek risensi.
Penggunaan aktivitas grup untuk meningkatkan keakuratan rating dan
mengurangi bias dilakukan oleh Martell dan Leavitt (2002). Penelitiannya
menemukan bahwa penggunaan grup penilai mampu mengurangi bias
performance-cue dibandingkan pengunaan penilai individual. Dengan demikian
penelitian ini mengadopsi diskusi kelompok sebagai upaya memitigasi efek halo
yang berkaitan dengan efek primasi. Diskusi kelompok diterapkan untuk menguji
apakah diskusi mampu menurunkan efek halo positif dan memiliki pengaruh yang
lebih besar dalam menentukan revisi keyakinan. Diskusi diharapkan memberikan
dampak interaksi dan saran balik sehingga individu dapat lebih memahami sebuah
informasi dan dapat memperbaiki penilaian audit judgment ke arah yang lebih
tepat dan berkualitas. Dengan berbagai penjelasan di atas maka hipotesis kedua
bagian b dirumuskan sebagai berikut:
H2b: Proses diskusi kelompok dapat menurunkan (memitigasi) pengaruh
efek halo positif pada informasi dalam bentuk non-visual maupun
visual terhadap audit judgment.
METODA PENELITIAN
Desain Penelitian
Rancangan desain penelitian merupakan desain eksperimental yang
menggunakan 2 x 2 x 2 between within-subjects. 2 x 2 x 2 merupakan desain yang
menunjukan dua level faktor yaitu efek halo positif dan negatif dihubungkan
dengan faktor visual dan non-visual dengan within-subjects sebelum dan sesudah
diskusi. Dalam rancangan desain penelitian ini, subjek penelitian merupakan
mahasiswa S1 jurusan akuntansi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana. Variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel
efek halo dan audit judgment sebagai dependen yang disajikan positif atau negatif.
Eksperimental dilaksanakan di kelas mata kuliah laboratorium audit dimana
mahasiswa kelas pengauditan sebagai subjek penelitian.
Subjek penelitian merupakan mahasiswa yang berperan sebagai auditor
internal yunior Kantor Akuntan Publik (KAP) yang diminta memberikan jasa non-
assurance dari KAP dalam bentuk audit judgment tentang profil klien yang
memiliki efek halo positif maupun negatif baik penyajian informasi secara visual
maupun non-visual. Penelitian merupakan studi eksperimental yang
menguji hubungan kausalitas, sehingga memiliki validitas internal yang tinggi.
Dalam penugasan audit sebagai auditor internal, mahasiswa diminta untuk
melakukan review dan memberikan penilaian audit judgment terhadap setiap
bagian informasi profil klien baik visual maupun non-visual secara individu
sebelum dan setelah berdiskusi dalam kelompok. Profil klien berisikan mengenai
informasi internal perusahaan yang bergerak di bidang restaurant makanan siap
saji yang memiliki efek halo positif maupun negatif. Ketika melakukan review
dan audit judgment berarti melakukan suatu cara untuk memahami, belajar,
mengingat, dan berpikir tentang suatu informasi yang merupakan teori psikologi
kognitif (Stenberg 2006). Eksperimen dilakukan dalam kelas laboratorium audit
dikarenakan subjek sudah mengetahui proses audit dan melakukan review
terhadap klien untuk non-assurance yang melibatkan audit judgment.
Mekanisme eksperimen dilakukan dengan seluruh partisipan dibagi ke
dalam empat kelas dengan perlakuan penyajian informasi yang berbeda dan di
setiap kelas partisipan diperlakukan sesi diskusi kelompok setelah partisipan
melakukan audit judgment secara individu mengenai keseluruhan informasi profil
klien.
Bagan 1
Alur Eksperimen
Setelah
selesai
menilai
judgement
audit secara
individu
Pembagian
Kelompok
Diskusi
Eksperimen
Distribusi
Modul
Penugasan
Audit
Pengerjaan
Modul
Penugasan
Audit
Pengumpulan
Modul
Penugasan
Audit
Debriefing
Informasi internal perusahaan disajikan secara positif (meyakinkan) dan
negatif (tidak meyakinkan) dalam bentuk visual (video) maupun non-visual
(narasi) untuk menunjukkan tinggi atau rendahnya efek halo yang akan
mempengaruhi penilaian audit judgment. Auditor internal dalam memberikan
audit judgment kepada klien diberikan skala penilaian likert 10 sampai 100,
dengan angka sepuluh menunjukkan potensi salah saji yang material dan angka
100 menunjukkan potensi salah saji yang tidak material. Rancangan desain modul
penelitian disusun berdasarkan adopsi dari penelitian studi eksperimental Utami
dan Wijono (2014) dan Cahyaningrum (2015).
Teknik Analisis
Pengujian awal menggunakan statistik deskriptif dengan melakukan
pengecekan manipulasi data yaitu memilih data yang layak diolah dengan
menggunakan rata-rata teoritis. Setelah data lolos cek manipulasi selanjutnya
dilakukan uji anova untuk melihat apakah terdapat perbedaan atau tidak
berdasarkan karakteristik demografi (jenis kelamin, umur, dan indeks prestasi
kumulatif) subjek. Apabila nilai signifikansi pada hasil pengujian anova satu arah
lebih besar dari alpha maka efektif dalam melakukan randomisasi. Analisis
pengujian hipotesis satu mengunakan uji paired samples t-test untuk melihat
adanya perbedaan hasil audit judgment yang dinilai secara individu sebelum
diskusi dengan setelah diskusi. Pengujian hipotesis kedua dengan menganalisis
pergeseran rata-rata.
Tugas dan Prosedur Audit
Subjek penelitian dibagi ke dalam empat kelompok secara acak dengan
perlakuan yang berbeda di setiap kelompok. Bentuk informasi di perlakukan
secara visual yaitu melalui video dengan rata-rata durasi waktu dua sampai tiga
menit yang sesuai setiap bagian informasi yang ditampilkan dan diulang sebanyak
dua kali. Perlakuan non visual melalui narasi dengan durasi waktu tiga sampai
empat menit untuk membaca sesuai dengan setiap bagian informasi dalam modul.
Setiap individu memberikan audit judgment yang dibuat secara individu sebelum
dan setelah diskusi dalam kelompok. Kemudian diperhadapkan dengan informasi
yang memiliki efek halo negatif (tidak meyakinkan) maupun efek halo positif
(meyakinkan) dalam bentuk visual maupun non-visual. Hal ini dihubungkan untuk
melihat terjadinya perbedaan audit judgment dengan perlakuan yang berbeda
dalam tabel 1 menjelaskan tentang desain penelitian eksperimental. diberikan
penugasan audit untuk memberikan audit judgment
Tabel 1 matriks eksperimen menjelaskan terdapat empat grup, dimana
peneliti membagikan ruangan kepada total keseluruhan subjek partisipan secara
acak dan membagikan modul sesuai dengan masing-masing perlakuan manipulasi.
Ruangan pertama berisi grup 1 yaitu individu memberikan audit judgment secara
individu sebelum diskusi dan setelah berdiskusi dalam kelompok dengan
perlakuan non-visual melalui penyajian informasi profil klien dengan efek halo
Tabel 1
Matriks Eksperimen
Perlakuan Judgement Audit
Penyajian Informasi Profil Klien dengan Efek
Halo
Negatif (-) Positif (+)
Non visual Individu
Grup 1 Grup 3 Kelompok
Visual Individu
Grup 2 Grup 4 Kelompok
negatif, ruangan kedua berisi grup 2 yaitu individu memberikan audit judgment
secara individu sebelum diskusi dan setelah diskusi dalam kelompok dengan
perlakuan visual melaui penyajian informasi profil klien dengan efek halo negatif,
ruangan ketiga berisi grup 3 yaitu memberikan audit judgment secara individu
sebelum diskusi dan setelah diskusi dalam kelompok dengan perlakuan non-visual
melalui penyajian informasi profil klien dengan efek halo positif, dan ruangan
keempat berisi grup 4 yaitu memberikan audit judgment secara individu sebelum
diskusi dan setelah diskusi dalam kelompok dengan perlakuan visual melalui
penyajian informasi profil klien dengan efek halo positif sesuai manipulasi yang
diberikan kepada subjek berdasarkan matriks eksperimen.
Sebelum melakukan eksperimen peneliti terlebih dahulu menyiapkan
modul dan empat ruangan sesuai dengan kelompok manipulasi berdasarkan
matriks eksperimen. Kemudian dilakukan eksperimen sesuai dengan petunjuk
serta aturan yang berlaku. Keempat grup (grup 1, grup 2, grup 3, dan grup 4)
diberikan modul yang berisikan penugasan audit mengenai informasi internal
profil klien. Modul non-visual berisi mengenai informasi klien yaitu kinerja,
corporate social and responsibility, kualitas pelayanan, inovasi, pangsa pasar,
standar opersaional prosedur, pendistribusian, manajemen persediaan, kualitas
karyawan dan halaman penilaian audit judgment dalam setiap bagian informasi.
Sedangkan modul visual hanya berisikan halaman untuk memberikan penilaian
audit judgment berdasarkan bagian informasi yang ditayangkan dalam video.
Efek halo terdapat dalam instrumen kinerja, corporate social and
responsibility, kualitas pelayanan, inovasi, pangsa pasar dan standar operasional
prosedur. Sebagai contoh ketika individu diperhadapkan dengan standar
operasional prosedur yang tinggi (meyakinkan/positif) dalam profil klien maka
akan cenderung memberikan penilaian baik (positif) terhadap audit judgment dan
sebaliknya individu akan cenderung memberikan penilaian kurang baik (negatif)
terhadap audit judgment apabila diperhadapkan dengan standar operasional
prosedur yang rendah (tidak meyakinkan/negatif). Ketika penilaian tersebut
dijadikan nilai suatu awal dan menyesuaikan untuk dijadikan keputusan akhir
dalam audit judgment maka individu terkena efek halo yang menyebabkan bias
atas informasi secara keseluruhan.
Grup 1 dalam ruangan pertama mempelajari informasi profil klien melalui
narasi yang telah dipersiapkan dengan penyajian efek halo negatif (tidak
meyakinkan) dalam modul. Setiap bagian informasi diberikan panduan oleh
peneliti mengenai durasi waktu tiga menit untuk membaca informasi dan setelah
itu memberikan audit judgment. Peneliti memandu partisipan untuk tidak
membalik bagian informasi sebelum atau sesudahnya agar partisipan tidak
mengetahui manipulasi dalam setiap bagian informasi yang disajikan dan tidak
merevisi audit judgment sebelum atau sesudahnya. Grup 2 dalam ruangan kedua
diperlakukan hal yang sama dengan grup 1 mengenai informasi profil klien tetapi
informasi yang disajikan dalam bentuk perlakuan melalui video. Peneliti
mengulang sebanyak dua kali kepada partisipan sesuai bagian informasi setelah
itu diberikan waktu untuk memberikan audit judgment.
Grup 3 dalam ruangan ketiga mempelajari informasi profil klien melalui
narasi yang telah dipersiapkan dengan penyajian efek halo positif (meyakinkan)
dalam modul. Setiap bagian informasi diberikan panduan oleh peneliti sama
dengan grup 1. Grup 4 dalam ruangan keempat diperlakukan hal yang sama
dengan grup 3 mengenai informasi profil klien tetapi informasi yang disajikan
dalam bentuk perlakuan melalui video. Petunjuk dan aturan pada saat perlakuan
video sama dengan grup 2. Setelah pengerjaan modul penugasan audit secara
individu selesai maka diberlakukan penugasan audit secara kelompok. Penugasan
audit dalam kelompok dibagi secara acak sesuai kuantitas partisipan yang telah
ditentukan dalam suatu ruangan kelas.
Sesudah pembagian kelompok dalam ruangan kelas telah selesai maka
eksperimen kembali dimulai dan diulang kembali mengenai penyajian informasi
profil klien sesuai dengan grup dan perlakuan dalam masing-masing ruangan yang
ditentukan sejak awal. Setiap grup (grup 1, grup 2, grup 3, dan grup 4) rata-rata
berisi tiga sampai empat individu dan diberikan waktu tiga menit untuk
mendiskusikan informasi yang disajikan berdasarkan perlakuan setiap grup dalam
ruangan kelas. Selama proses diskusi partisipan diberikan waktu tiga menit agar
ketika berdiskusi dalam kelompok partisipan fokus untuk berdiskusi mengenai
profil klien dan meminimalkan potensi pembicaraan mengenai hal-hal yang keluar
dalam konteks profil klien. Kemudian pemandu eksperimen memberikan waktu
untuk partisipan memberikan penilaian audit judgment sesuai dengan keputusan
akhir setiap individu setelah diskusi mengenai informasi klien. Diskusi dilakukan
agar partisipan diharapkan dapat memitigasi terjadinya proses bias mengenai
informasi yang disajikan berdasarkan efek halo positf melalui perlakuan visual
dan non-visual serta efek halo negatif yang dapat memberikan dampak terhadap
revisi keyakinan setelah berdiskusi melalui perlakuan visual dan non-visual.
Setelah penugasan audit selesai maka dilakukan debriefing yaitu dengan tujuan
untuk memastikan bahwa partisipan tidak terbawa pada situasi manipulasi
terhadap objek restaurant siap saji yang diteliti setelah mengikuti proses
eksperimen. Ketika selesai melakukan eksperimen peneliti mengumpulkan modul
yang sudah dikerjakan yang kemudian untuk siap diuji oleh peneliti.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Penelitian Partisipan (Subjek Penelitian)
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana. Subjek penelitian merupakan mahasiswa S-1 jurusan
Akuntansi. Data penelitian diperoleh dengan melakukan eksperimen simulasi
audit kepada mahasiswa yang sedang mengambil kelas mata kuliah Laboratorium
Pengauditan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan cek manipulasi
berdasarkan pertanyaan dalam setiap penyajian informasi klien dalam simulasi
audit.
Karakteristik mengenai informasi subjek partisipan di tunjukan pada tabel
2 yang menunjukkan informasi bahwa partisipan pria lebih kecil dengan jumlah
sebanyak 20 orang (33,33%) dibandingkan partisipan wanita yang berjumlah 40
orang (66,67%)
Tabel 2
Informasi Partisipan
Keterangan Total Persentase
Jenis Kelamin:
Pria 20 33,33%
Wanita 40 66,67%
Umur:
20 20 33,33%
21 29 48,33%
22 6 10%
≥ 23 5 8,33%
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK):
2 0 0,00%
2,01-2,99 31 51,67%
3,00-3,49 19 31,67%
≥3,5 10 16,67%
Sumber :Data Primer Diolah, 2015
Informasi mengenai partisipan masing-masing memiliki rata-rata umur 20
tahun sebanyak 20 orang (33,33%), umur 21 tahun sebanyak 29 orang (48,33%),
umur 22 tahun sebanyak 6 orang (10%) dan ≥ 23 tahun sebanyak 5 orang (8,33%).
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tidak terdapat partisipan yang memiliki
IPK 2 sebanyak 0 (0%) dan mayoritas partisipan memiliki IPK dalam range 2,01-
2,99 sebanyak 31 orang (51,67%).
Manipulation Check
Pengujian manipulation check (cek manipulasi) dalam efek halo negatif
maupun positif terhadap informasi yang disajikan melalui visual dan non-visual
memiliki rata-rata teoritis sebesar 55, menunjukkan bahwa partisipan dalam
kondisi terkena kesan efek halo positif akan memberikan audit judgment lebih
dari 55, sedangkan partisipan yang terkena kesan efek halo negatif akan
memberikan audit judgment kurang dari 55. Berdasarkan pengujian cek
manipulasi yang dilakukan terdapat sebanyak 60 partisipan yang lolos untuk diuji
dari keseluruhan total 107 yang lolos dari cek manipulasi.
Hasil dari pengujian cek manipulasi (tabel 4 manipulation check setiap
perlakuan) menunjukkan bahwa efek halo negatif yang disajikan dalam bentuk
non-visual dengan fakta range 10-70 memiliki rata-rata 37,33 kurang dari rata-
rata teoritis sebesar 55. Sedangkan penyajian dalam bentuk non-visual dengan
efek halo positif dengan fakta range 70-100 memiliki rata-rata 88 lebih besar dari
rata-rata teoritis sebesar 55. Dalam perlakuan efek halo negatif yang disajikan
dalam bentuk visual memiliki fakta range 10-50 memiliki rata-rata 31,25 lebih
kecil dari rata-rata teoritis sebesar 55. Sebaliknya efek halo positif yang disajikan
dalam bentuk visual memiliki fakta range 70-100 memiliki rata-rata 80,67 lebih
besar dari rata-rata teoritis 55. Berdasarkan hasil yang didapat dari cek manipulasi
menyimpulkan bahwa seluruh partisipan telah menerima treatment manipulation
yang sesuai dengan efek halo positf dan negatif dalam bentuk visual maupun non-
visual. Dengan demikian pengujian data selanjutnya dapat dilanjutkan dengan