Top Banner
i Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo Mengenai Kredo Rasuli "Turun Ke Dalam Kerajaan Maut” Oleh: HENDRA KURNIAWAN 712012023 TUGAS AKHIR Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) Program Studi Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017
47

Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

Oct 29, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

i

Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo

Mengenai Kredo Rasuli "Turun Ke Dalam Kerajaan Maut”

Oleh:

HENDRA KURNIAWAN

712012023

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Teologi

(S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo

Mengenai Kredo Rasuli "Turun Ke Dalam Kerajaan Maut”

oleh:

HENDRA KURNIAWAN

712012023

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Teologi

(S.Si-Teol)

Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Pdt. John A. Titaley, Th.D Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Ketua Program Studi Dekan

Pdt. Izak Y. M. Lattu, Ph.D Pdt. Dr. Retnowati, M.Si

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2017

Page 3: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

iii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ziel Elizabeth Limahelu

NIM : 712012014 Email : [email protected]

Fakultas : Teologi Program Studi : Teologi

Judul tugas akhir : Imajinasi Orang Kupang tentang Arwah

(Studi Antropologis Teologis terhadap Pemahaman Orang Penfui tentang Arwah

Korban Kecelakaan Lalu lintas)

Pembimbing : 1. Dr. David Samiyono

2. Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun di

institusi pendidikan lainnya.

2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan, rumusan,

dan hasil pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain,

kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber penelitian.

3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah diketahui

dan disetujui oleh pembimbing.

4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah dengan

menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima

sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya saya ini, serta

sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Kristen Satya Wacana.

Salatiga, 31 Januari 2017

Ziel Elizabeth Limahelu

Page 4: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ziel Elizabeth Limahelu

NIM : 712012014 Email: [email protected]

Fakultas : Teologi Program Studi: Teologi

Judul tugas akhir : Imajinasi Orang Kupang tentang Arwah

(Studi Antropologis Teologis terhadap Pemahaman orang Penfui tentang Arwah

Korban Kecelakaan Lalu lintas)

Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan Universitas –

Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan

pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir

elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak yang sesuai):

a. Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori

PerpustakaanUniversitas, dan/atau portal GARUDA

b. Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori

Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA**

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Salatiga, 31 Januari 2017

Ziel Elizabeth Limahelu

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. David Samiyono PPdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo

* Hak yang tidak terbatashanya bagi satu pihak saja. Pengajar, peneliti, dan mahasiswa yang

menyerahkan hak non-ekslusif kepada Repositori Perpustakaan Universitas saat mengumpulkan hasil

karya mereka masih memiliki hak copyright atas karya tersebut.

** Hanya akan menampilkan halaman judul dan abstrak. Pilihan ini harus dilampiri dengan penjelasan/ alasan

tertulis dari pembimbing TA dan diketahui oleh pimpinan fakultas (dekan/kaprodi).

Page 5: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hendra Kurniawan

NIM : 712012023

Program Studi : Teologi

Fakultas : Teologi

Jenis Karya : Jurnal

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

UKSW hak bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas karya

ilmiah saya berjudul:

Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo

Mengenai Kredo Rasuli "Turun Ke Dalam Kerajaan Maut”

beserta perangkat yang ada (jika perlu).

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,

mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,

merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada tanggal : 24 Februari 2017

Yang menyatakan,

Hendra Kurniawan

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Pdt. John A. Titaley, Th.D Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo

Page 6: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

vi

KATA PENGANTAR

Tugas akhir ini merupakan bagian akhir dari sebagian tugas dalam sebuah

perjalanan studi di Program Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)

Salatiga. Penulis sangat bersyukur dan bersukacita atas pencapaian yang telah hadir

dalam kehidupan penulis, oleh karena itu pertama-tama penulis mau katakana bahwa

semua ini bukan karena kehebatan dan kemampuan penulis, melainkan karena cinta

kasih Tuhan Yesus Kristus Sang Kepala Gereja yang selalu mengaruaniakan hikmat

akal budi serta kesehatan dan kekuatan yang membuat penulis tiba pada akhir sebuah

perjuangan. Penulis merasakan betapa indahnya dan berharganya dapat mengalami

serta menikmati cinta kasih Tuhan Yesus. Kasih Tuhan Yesus inilah yang

memperkuat daya juang penulis sehingga harapan telah menjadi kenyataan. Oleh

karena itu, yang pertama dan yang utama menerima syukur dan pujian penulis adalah

Tuhan Yesus Kristus sember pengharapan.

Tentu ada banyak pihak yang telah membantu penulis dalam studi ini, tetapi

dengan ruang yang terbatas, hanya sebagian yang penulis dapat sebutkan. Bukan

berarti penulis melupakan begitu saja berbagai pihak yang telah membantu dan

memperhatikan penulis. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis memohon maaf

yang sebesar-besarnya. Terima kasih kepada Universitas Kristen Satya Wacana

(UKSW) Salatiga atas segala fasilitasnya yang telah memungkinkan penulis

menambah wawasan, pengalaman dan keilmuan dalam bidang Program Studi

Teologi. Penulis berterimakasih kepada Prof, Pdt. John A. Titaley, Th.D dan Pdt, Dr.

Ebenhaezer I Nuban Timo selaku pembimbing Tugas Akhir yang senantiasa

memberikan nasihat, saran, dan kritikan yang membuat tulisan penulis menjadi lebih

baik pada saat-saat bimbingan. Penulis berterimakasih kepada seluruh Dosen,

Pegawai dan Staff Tata Usaha Fakultas Teologi UKSW yang telah memberikan

dorongan dan bantuan kepada penulis dalam menambah dan menimbah sebanyak

Page 7: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

vii

mungkin ilmu yang berguna bagi tugas dan pelayanan di tengah-tengah gereja dan

masyarakat kedepannya.

Penulis sangat berterimakasih kepada Pdt, Dr. Izak Lattu Ph.D sebagai Dosen

wali sekaligus menjadi orang tua atau seorang kakak yang senantiasa member teladan

hidup yang berguna, yang selalu memperhatikan penulis selama berada di Fakultas

Teologi UKSW Salatiga. Demikian juga penulis sampaikan terima kasih kepada

keluarga besar angkatan 2012 Fakultas Teologi UKSW Salatiga sebagai anggota

keluarga penulis untuk saling berbagi dalam susah maupun senang. Terima kasih

kepada keluarga besar seluruh warga jemaat GPID Bethesda Sipayo yang sudah

mendorong serta mendukung untuk studi penulis di UKSW Salatiga. Terima kasih

kepada Bapak Pnt. Paulus Timpolu, Bapak Pnt. Yusak Malore, Saudara Pnt. Yafet

Timpolu, Kakak Deflin Lalian dan Kakak Vik, Refin Tunda S.Th yang sudah

membantu penulis dalam proses penelitian/pengambilan data agar penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih kepada Vian Hershey Melkianus, Kurnia

Dagang Maggi, Melkior Vulpius, Ziel Elizabeth Limahelu, Taksi Ria Aprilia Wati,

Basthen Alberco Pah, Rongky Marthin Januart Lasiko, Pastawa Charles Mamo,

Chaterina Inya Mone Rambadeta, Friska Novia Adventin, sahabat yang telah menjadi

keluarga di kota Salatiga selama penulis studi di UKSW, bahkan selalu setia

memberikan dorongan semangat untuk menyelesaikan studi, suka dan duka kita

selalu jalani secara bersama-sama walaupun ada diantara kita berbeda fakultas tetapi

ikatan tali persaudaraan tidak akan pernah putus. Terima kasih kepada seluruh warga

jemaat GPID Samaria Watuwali yang sudah menerima serta membantu dan

memberikan pelajaran, pengalaman melayani selama empat bulan di tengah-tengah

jemaat untuk melaksanakan Praktek Pendidikan Lapangan (PPL X).Terima kasih

kepada keluarga besar Kakek dan Nenek Putu Dyaz Porawati atas dukungan yang

diberikan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Salatiga. Terima kasih kepada

sahabat yang sudah menjadi saudara saya dari sejak Sekolah di SMA Kristen GPID

Sumbersari, I Made Frangki Kurniawan dan Anita Florensi yang selalu setia

mendukung dan membantu penulis untuk melanjutkan studi di Salatiga. Terima kasih

Page 8: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

viii

kepada keluarga besar Malore-Kandupa, keluarga dari papa dan mama yang selalu

setia mendukung dan membantu penulis selama studi di UKSW Salatiga.

Yang terakhir terima kasih kepada keluarga saya Papa, Mama, Kakak-kakak

dan Adik tercinta, yang selalu ingat saya dalam doa. Walaupun kalian disebutkan di

akhir kata pengantar ini, tetapi sesungguhnya kalian adalah yang paling utama dan

pertama dalam kehidupan saya, selama studi di UKSW Salatiga, kalian telah banyak

mengorbankan tenaga, perasaan dan juga hak. Tanpa kalian semua, maka sia-sia

semua perjuangan ini. Oleh karena itu, untuk semua pengorbanan Papa, Mama,

Kakak-kakak dan adik, Hendra Persembahkan Skripsi ini sebagai hadiah atas yang

telah kalian berikan.

Penulis

Page 9: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ........................................ iv

PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI .................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................... ix

MOTTO ................................................................................................. xi

ABSTRAK ............................................................................................. xii

1. Pendahuluan ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat ............................... 6

1.3 Metode Penelitian ...................................................................... 6

1.4 Sistematika Penulisan ............................................................... 7

2. Dogma Gereja Mengenai “Turun ke Dalam Kerajaan Maut” .... 8

2.1 Sejarah Ringkas Pengakuan Iman Rasuli ............................... 8

2.2 Pembagiannya menurut Struktur-Struktur Kredo Rasuli .... 11

2.3 Sheol menurut Alkitab ............................................................... 14

2.4 Arti Turun Ke Dalam Kerajaan Maut ..................................... 16

2.5 Kesimpulan ................................................................................ 19

Page 10: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

x

3. Hasil Peneltian dan Analisa ............................................................ 20

3.1 Sejarah Jemaat GPID Bethesda Sipayo .................................. 20

3.2 Pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo mengenai

Kredo Rasuli “Turun Ke Dalam Kerajaan Maut” ............... 23

3.3 Pemahaman Kredo Rasuli “Turun Ke Dalam Kerajaan Maut”

bagi kehidupan Jemaat GPID Bethesda Sipayo masa kini .. 27

4. Kesimpulan dan Rekomendasi ....................................................... 28

4.1 Kesimpulan ................................................................................ 29

4.2 Rekomendasi .............................................................................. 31

Daftar Pustaka ...................................................................................... 33

Page 11: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

xi

MOTTo

“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan

segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk

manusia.”

Kolose 3:23

“Jangan tunda sampai besok apa yang bisa engkau

kerjakan hari ini.”

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya”

Pengkhotbah 3:11a

Page 12: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

xii

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman Majelis Jemaat GPID

Bethesda Sipayo mengenai Kredo Rasuli “turun ke dalam kerajaan maut”. Tujuannya untuk

menyumbangkan pokok pemikiran dan dapat mengembangkan pemahaman mereka mengenai

“turun ke dalam kerajaan maut”. Penelitian ini dilakukan berdasarkan munculnya

permasalahan tentang pandangan-pandangan yang telah dikemukakan oleh beberapa

Reformator mengenai Yesus “turun ke dalam kerajaan maut”. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode kualitatif untuk memperoleh informasi dengan cara wawancara

bersama beberapa Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo. Oleh sebab itu penulis menemukan

hasil dari penelitian ini adalah belum semua mereka memahami 12 butir Pengakuan Iman

Rasuli salah satunya “turun ke dalam kerajaan maut”. Kalimat “turun ke dalam kerajaan

maut” terdapat pada bagian kedua dari artikel Pengakuan Iman Rasuli, yakni pada struktur

Pengakuan Iman Rasuli berbicara tentang Yesus Kristus. Hasil penelitiannya ialah Yesus

pergi “turun ke dalam kerajaan maut” atau pergi ke dunia bawah sebenarnya, untuk

membebaskan serta memberikan jaminan keselamatan bagi manusia atas hukuman dan dosa.

Sehingga manusia tidak perlu lagi untuk merasa takut dengan “maut”/ sheol, karena Yesus

yang sudah terlebih dahulu pergi “turun ke dalam kerajaan maut”. Oleh sebab itu dosa dan

kerajaan maut sudah tidak memiliki tempat dan masa depan lagi karena orang-orang yang

percaya kepada Yesus Kristus tidak akan menikmati kerajaan maut itu sendiri, sebab mereka

percaya Yesus telah berkuasa atas kerajaan maut. Penelitian ini direkomendasikan kepada

Sinode Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID) dan seluruh warga Gereja yang

mengucapkan “Pengakuan Iman Rasuli”.

Kata Kunci : Kredo Rasuli, Kerajaan Maut, Yesus Kristus, Keselamatan, Dosa,

Jemaat GPID Bethesda Sipayo.

Page 13: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

1

LATAR BELAKANG

Pengakuan Iman Rasuli merupakan salah satu unsur pada setiap

kesempatan beribadah minggu atau pada hari-hari raya gerejawi lainnya yang

selalu diikrarkan secara bersama-sama. Walaupun Pengakuan Iman Rasuli

tersebut tidak punya tempat yang tetap di dalam ibadah jemaat, karena pada

umumnya Pengakuan Iman Rasuli diucapkan (dinyanyikan, didoakan)

sesudah khotbah, tetapi kadang-kadang juga sesudah pembacaan Alkitab atau

sebelum doa syafaat. Di samping itu Pengakuan Iman Rasuli dapat diucapkan

bersama-sama oleh jemaat, baik sebagai puji-pujian maupun sebagai

pengakuan untuk menaati firman yang baru didengarnya. Bentuk apapun yang

dipilih jemaat harus dilakukan dengan berdiri.1

Pengakuan Iman yang paling populer dan banyak dikenal bahkan

dihafal oleh warga gereja pada masa kini adalah Pengakuan Iman Rasuli.

Pengakuan Iman Rasuli adalah salah satu pengakuan iman yang tertua dan

yang terpendek di antara pengakuan iman oikumenis lainnya sehingga

memungkinkan untuk dibacakan dalam setiap ibadah.2 Disebut “Pengakuan

Iman Rasuli” karena disusun menurut legenda oleh kedua belas rasul. Bahkan

mereka masing-masing menulis satu kalimat.3

Menurut Katekismus Heidelberg, Pengakuan Iman Rasuli terbagi atas

tiga bagian utama yaitu pertama mengenai Allah Bapa dan penciptaan kita.

Yang kedua mengenai Allah Anak dan penebusan kita.Yang ketiga mengenai

Allah Roh Kudus dan pengudusan kita.

Pertama, mengakui Allah sebagai Bapa yang menciptakan alam

semesta serta segala isinya dan yang memelihara semuanya itu. Tuhan Allah

Bapa adalah Tuhan yang “imanent” yaitu Tuhan yang tetap tinggal di dalam

1 J.L. Ch Abineno, Unsur-Unsur Liturgika, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 85.

2 E. Gerrit Singgih, Berteologi Dalam Konteks di Awal Milenium III, (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2000), 315. 3 Tony Lane, Runtut Pijar, Sejarah Pemikiran Kristiani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 52.

Page 14: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

2

kita, tapi Ia juga adalah Tuhan yang“transenden” yaitu yang melampaui alam

dan melampaui segala sesuatu.

Kedua, mengakui Allah sebagai Anak (Yesus Kristus) adalah Firman

yang menjadi Manusia (Theoantropos) datang ke dunia dan diam di antara

kita yang telah mengorbankan diriNya dan menderita, mengalahkan maut

untuk mendatangkan keselamatan jiwa kita.

Ketiga, mengakui Allah sebagai Roh Kudus adalah Tuhan yang diam

di dalam kita (Gereja/orang percaya). Ia yang menuntun hidup, termasuk hati,

pikiran dan kehendak kita dan yang menjelaskan rencana Allah bagi kita,

yakni keselamatan dan hidup yang kekal. Allah Roh Kudus, adalah

“Penolong” bagi kita (baca Yoh. 14:16). Ia juga adalah “Penghibur” bagi kita

(baca Yoh. 14: 26), sebagai “Guru” (baca Lukas 12:11-12) dan sebagai

“Pemimpin” (baca Yoh. 16: 13).4

Menurut Groen Pengakuan Iman Rasuli merupakan sebuah keharusan

bagi mereka yang hendak dibaptis, maka bagi gereja sekarang ini, menghafal

dan memahami Pengakuan Iman Rasuli adalah kewajiban bagi mereka yang

hendak di sidi sebagai anggota gereja dewasa.5

Makna dari Pengakuan Iman Rasuli ini, adalah untuk “meng-iya-kan

dan meng-amin-kan dengan iman” apa yang dikerjakanNya pada masa lalu,

sekarang dan yang akan datang didasarkan pada Alkitab yang berbicara

tentang Allah: Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Pengakuan Iman

memiliki landasan Alkitab yang kuat dan disertai latar belakang sejarah gereja

yang panjang. Tujuan Pengakuan Iman adalah untuk menyatakan respon

syukur jemaat atas pelayanan firman Tuhan yang dilayankan pada ibadah hari

minggu. Hal inilah yang membuat Pengakuan Iman tetap perlu diikrarkan

setiap ibadah hari minggu. Bila kita cermati, di dalam Pengakuan Iman Rasuli

terdapat 12 butir ungkapan menarik, salah satu dari butir tersebut yaitu “turun

ke dalam kerajaan maut” yang diucapkan pada setiap kesempatan beribadah,

4G.C.van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2000), 38. 5 J.P.D. Groen, Terpanggil Untuk Mengakui Iman, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 67.

Page 15: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

3

khususnya dalam ibadah-ibadah minggu atau hari-hari raya gerejawi lainnya

selalu diikrarkan secara bersama-sama. Pada mulanya kalimat “turun ke

dalam kerajaan maut” itu tidak ada. Ini baru ditambahkan pada sekitar tahun

390 M. Dalam bahasa Latin-nya “descendit ad inferna” seharusnya

diterjemahkan “turun ke dalam neraka.” Ada yang menduga bahwa untuk

menghilangkan kesan yang mengerikan, maka kalimat “turun ke dalam

neraka” diubah menjadi “turun ke dalam kerajaan maut.”6

Menurut Gereja Khatolik bahwa “turun ke dalam kerajaan maut”

berarti setelah Kristus mati Ia pergi ke Limbus Patrum di mana orang-orang

kudus Perjanjian Lama menantikan wahyu dan penerapan penebusan-Nya,

memberitakan Injil kepada mereka dan membawa mereka ke surga. Hal ini

sangat berbeda dengan pendapat Lutheran yang mengatakan bahwa Kristus

yang turun ke dalam kerajaan maut adalah awal dari Kristus yang dimuliakan.

Kristus turun ke bumi paling bawah untuk mengungkapkan dan mencapai

penggenapan kemenangan-Nya atas iblis dan kuasa kegelapan, dan

mengumumkan hukuman bagi mereka. Bukankah “Ia telah naik” berarti,

bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Ia yang telah

turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk

memenuhkan segala sesuatu (Efesus 4:9-10). Sebagian kaum Lutheran

menempatkan perjalanan kemenangan ini antara kematian Kristus dan

kebangkitan-Nya; sekelompok lain mengatakan hal ini terjadi setelah

kebangkitan.

Gereja di Inggrispun percaya bahwa kendati tubuh Kristus berada

dalam kuburan, jiwa-Nya pergi ke dalam kerajaan maut, khususnya ke

Firdaus, tempat tinggal jiwa-jiwa orang benar, dan memberikan kepada

mereka ungkapan kebenaran yang lebih penuh. Kemudian Calvin

menafsirkannya secara metafora, menunjukkan penderitaan akhir Kristus di

atas kayu salib, di mana Ia sungguh-sungguh merasakan rasa sakit dari

6 Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol.3, Doktrin Kristus (Surabaya: Momentum, 2011),

87.

Page 16: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

4

hempasan neraka. Katekismus Heidelberg juga berpendapat demikian.

Menurut pendapat Reform, kalimat itu bukan saja menunjuk pada penderitaan

di atas salib, tetapi juga penderitaan di taman Getsemani. Berbeda dengan

Calvin, Charles Hodge memahaminya sebagai “masuk ke dalam kubur,

berpindah dari alam yang kelihatan ke alam yang tidak kelihatan sebagaimana

terjadi pada semua orang yang meninggal.”7

Ada begitu banyak pemahaman atau pandangan-pandangan yang telah

dikemukakan oleh beberapa Reformator di atas tentang ungkapan “turun ke

dalam kerajaan maut” dalam Pengakuan Iman Rasuli. Dengan beberapa

pandangan tersebut, Penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian di salah

satu Gereja, yakni Gereja Protestan Indonesia Donggala. Gereja Protestan

Indonesia Donggala (GPID) tersebar di seluruh daerah Sulawesi Tengah

tepatnya di kota Palu. Bukan hanya di kota, namun GPID juga dapat ditemui

di bagian kabupaten-kabupaten atau secara sederhana dapat disebut sebagai

pedesaan. Salah satu Gereja Protestan Indonesia Donggala yang terletak di

desa ialah GPID Bethesda Sipayo. Konteks jemaat yang dimiliki oleh GPID

Betesda Sipayo ialah masyarakat yang agraris dengan memiliki pandangan-

pandangan yang masih konvensional. Konteks jemaat inilah yang

menimbulkan keunikan tersendiri bagi jemaat Bethesda Sipayo. Dalam setiap

kebaktian ibadah minggu, jemaat GPID Bethesda Sipayo sering mengucapkan

atau mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli secara bersama-sama. Maka

penulis ingin meneliti pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo

tentang rumusan Kredo “turun ke dalam kerajaan maut”. Berdasarkan

pemahaman yang sudah dikemukakan oleh para reformator di atas, sehingga

muncul pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan membantu penulis

mengetahui pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo mengenai

Kredo Rasuli “turun ke dalam kerajaan maut”. Apakah Majelis Jemaat GPID

Bethesda Sipayo memiliki pemahaman yang sama seperti para Reformator?

7Charles Hodge, Systematic Theology Vol 2, (Grand Rapids: Eerdmans, 1993), hal 617.

Page 17: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

5

Ataukah Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo memiliki pemahaman yang

berbeda dari Reformator mengenai Kredo Rasuli “turun ke dalam kerajaan

maut?

Selain alasan teologis di atas ada juga alasan praktis untuk penelitian

ini. Rumusan Kredo ini banyak menimbulkan pertanyaan dan perdebatan,

baik karena penempatannya di dalam Pengakuan Iman Rasuli maupun

signifikansinya bagi Pengakuan Iman itu sendiri dan khususnya bagi gereja.

Maka muncul pertanyaan, Bagaimana kalimat ini harus dimengerti? benarkah

Kristus turun ke dalam kerajaan maut dalam penderitaan-Nya? ataukah ada

pengertian lainnya di balik kalimat ini? Bagaimana pemahaman Majelis

Jemaat GPID Bethesda Sipayo mengenai Kredo Rasuli “turun ke dalam

kerajaan maut” tersebut?

Dengan penjelasan-penjelasan yang dipaparkan di atas, kiranya apa

yang telah sesungguhnya yang melatarbelakangi pemilihan judul tulisan ini

untuk dikaji. Memang mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli yang di

dalamnya terdapat ungkapan “Turun ke dalam Kerajaan Maut” nampaknya

mudah dan lancar. Tetapi persoalannya ialah apakah setiap orang atau Majelis

Jemaat yang mengikrarkannya memahami makna dari setiap ungkapan dalam

Pengakuan Iman Rasuli itu ? Secara teoritis masalahnya adalah sesuatu yang

belum terjawab, belum ada pemecahannya.8 Sebab penjelasan dari setiap

kalimat Pengakuan Iman Rasuli tidak memadai. Gereja pun perlu

menggumulkan ulang signifikansi pemakaian kalimat “turun ke dalam

kerajaan maut” dalam setiap ibadah, karena gereja sudah hidup di dunia

modern bukan lagi mitos. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji

pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo mengenai Kredo Rasuli

“turun ke dalam kerajaan maut”.

8 Basri MS, Metodologi Penelitian Sejarah, (Jakarta: Restu Agung, 2006), 49.

Page 18: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

6

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di dalam latar belakang masalah,

rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

Bagaimana pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo

mengenai Kredo Rasuli “turun ke dalam kerajaan maut”

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

Mendeskripsikan pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo

mengenai Kredo Rasuli “turun ke dalam kerajaan maut”

MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis maupun

praktis dalam upaya untuk membangun kembali pemahan-pemahaman

Majelis Jemaat mengenai Pengakuan Iman Rasuli. Adapun manfaatnya, yaitu:

Secara teoritis, dapat menyumbangkan pokok pemikiran mengenai

pamahaman Majelis Jemaat tentang Kredo Rasuli terkait dengan ungkapan

“turun ke dalam kerajaan maut”.

Secara praktis, dapat menolong Majelis Jemaat untuk mengembangkan

pemahaman mereka tentang Kredo Rasuli “turun ke dalam kerajaan

maut”.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan jenis

penelitian kualitatif. Penelitian kualiatatif adalah manusia atau segala sesuatu

yang dipengaruhi manusia, termasuk tindakan dan perkataan manusia secara

alamiah,9 atau jenis penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih

mengutamakan penghayatan serta berusaha memahami dan menafsirkan

9 J.D. Engel, Metodologi Penelitian Sosial & Teologi Kristen, (Salatiga: Widya Sari, 2005),

21.

Page 19: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

7

makna dari suatu peristiwa interaksi dan tingkah laku manusia dalam situasi

tertentu menurut perspektif peneliti sendiri sehingga hal ini mengharuskan

peneliti terjun sendiri ke lapangan secara aktif.10

Wawancara berarti teknik

perolehan informasi melalui tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih

secara langsung.11

Hal tersebut dapat dilakukan melalui wawancara langsung

dengan narasumber. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena

metode ini sangat memungkinkan peneliti untuk mengkaji suatu gejala dalam

jemaat dan melakukan proses sosialisasi langsung kepada jemaat, sehingga

peneliti dapat mempermudah pengambilan data dan perolehan informasi di

lapangan.

Pada proses penelitian ini, peneliti akan mewawancarai Majelis Jemaat

GPID Bethesda Sipayo dan beberapa anggota jemaat yang mengikuti setiap

ibadah minggu, serta jemaat yang selalu mengikrarkan Pengakuan Iman

Rasuli. Lokasi yang dipilih adalah rumah warga gereja GPID Bethesda

Sipayo. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini adalah selama

3 minggu.

SISTEMATIKA PENULISAN

Agar penelitian ini terarah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka

disusunlah sistematika penulisan yang menjadi rangkaian penulisan dari

bagian pertama sampai keempat yang mempunyai pokok masing-masing,

tetapi menjadi satu bagian besar yang saling melengkapi.

Bagian pertama, Pendahuluan yang di dalamnya dijelaskan latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bagian kedua, Landasan teori-teori meliputi pemahaman “turun ke

dalam kerajaan maut” dalam Pengakuan Iman Rasuli. Kemudian pemahaman

yang berkembang dalam tradisi gereja.

10

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2008), 129. 11

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2008, halaman 78.

Page 20: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

8

Bagian ketiga, Membahas sejarah singkat jemaat GPID Bethesda

Sipayo, hasil penelitian tentang pemahaman Majelis Jemaat mengenai “turun

ke dalam kerajaan maut”, serta menganalisa pemahaman Majelis Jemaat

GPID Bethesda Sipayo berdasarkan teori mengenai Kredo Rasuli “turun ke

dalam kerajaan maut”.

Bagian keempat, Penutup meliputi kesimpulannya, berupa hasil

temuan yang diperoleh dari pembahasan analisis serta kontribusi dan

rekomendasi untuk penelitian kedepan.

Dogma Gereja Mengenai “Turun Ke Dalam Kerajaan Maut”

Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini, maka perlu dikemukakan

teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan

sebagai landasan dalam pembuatan tugas akhir ini yaitu teori Pemaknaan dan

Pemahaman yang Berkembang dalam Tradisi Gereja Mengenai Turun Ke

Dalam Kerajaan Maut dalam Pengakuan Iman Rasuli. Oleh sebab itu penulis

akan memulai dengan Sejarah Ringkas Pengakuan Iman Rasuli dan

Pembagiannya menurut struktur-struktur, sheol menurut Alkitab, serta makna

tentang “turun ke dalam kerajaan maut”.

Sejarah Ringkas Pengakuan Iman Rasuli

Gereja Katolik Roma memasukkan Apostolicum ke dalam

Catechismus Romanus pada tahun 1564 (dalam konsiki Trente). Sedangkan

gereja-gereja Protestan mengakui Apostolicum bersama dengan Nicenium dan

Athanasian sebagai pengakuan-pengakuan gereja mula-mula.12

Di samping

Alkitab dan tradisi, maka pada akhir abad ke-2 M. terdapat pula satu unsur

penting dan fundamental bagi ajaran gereja yaitu Kredo atau Pengakuan Iman.

Sejak semula sebenarnya telah ada formula-formula kredo dalam gereja.

Sesungguhnya, pada abad pertama formula-formula yang diakui sebagai satu

12

Dietrich Kuhl, Sejarah Gereja. Gereja Mula-mula Dalam Kebudayaan Yunani-Romawi (Batu, Jawa Timur: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia 1992), 105-106.

Page 21: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

9

Pengakuan Iman dapat menimbulkan pemahaman yang bersisi-dua (ambigu).

Demikian juga dalam abad ke-2 M, gereja memiliki berbagai formula

Pengakuan Iman. Walaupun telah banyak upaya, para sarjana tidak berhasil

menetapkan suatu ungkapan yang pasti dari Pengakuan Iman sebagaimana

terdapat dalam tulisan-tulisan Irenaeus dan Tertulianus, meskipun kedua

orang ini berkali-kali mengacu pada Pengakuan Iman dan keduanya mengutip

formula-formula tertentu, ungkapan formula-formula ini tidak pernah

merupakan suatu yang seragam. Walaupun terdapat perbedaan-perbedaan

pendapat yang demikian, proses pembentukan Pengakuan Iman telah tiba

pada kelengkapan yang pertama pada abad ke-2 M. Satu dari pengakuan-

pengakuan iman paling tua yang dikanonisasikan dalam gereja adalah

Pengakuan Iman Baptisan Romawi yang tua, yang umumnya disebut sebagai

Romanum.13

Pengakuan Iman Rasuli juga merupakan hasil akhir

perkembangan berangsur dari kredo-kredo Barat. Agaknya kesemuanya

berasal dari kata kredo, yaitu “Kredo Roma Lama”. Kredo ini mungkin sudah

ada pada abad ke-2.

Pengakuan Iman Rasuli (Latin: Symbolum Apostolorum atau

Symbolum Apostolicum), kadang disebut Kredo Rasuli atau Kredo Para

Rasul, adalah salah satu dari kredo yang secara luas diterima dan diakui oleh

Gereja-gereja Kristen, khususnya Gereja-gereja yang berakar dalam tradisi

Barat. Di kalangan Gereja Katolik Roma di Indonesia, kredo ini disebut

Syahadat Para Rasul. Menurut legenda, para rasul (murid-murid Yesus)

sendirilah yang menulis kredo ini pada hari ke-10 (Hari Pentakosta) setelah

kenaikan Yesus Kristus ke sorga. Karena isinya mengandung 12 butir, ada

keyakinan bahwa masing-masing murid Yesus menuliskan satu pernyataan di

13

Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 40-41.

Page 22: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

10

bawah bimbingan Roh Kudus. Namun, sebagian sejarahwan berpendapat

bahwa kredo ini berasal dari Gaul, Prancis, pada abad ke-51.14

Sampai pada abad ke-15 banyak orang percaya bahwa Pengakuan

Iman Rasuli ini ditulis oleh para rasul. Setiap rasul menyumbangkan satu

bagian untuk Pengakuan Iman ini. Menurut legenda, setelah kenaikan Tuhan

Yesus para murid bermufakat untuk merumuskan dasar iman mereka kepada

Yesus Kristus. Maka setelah menerima pencurahan Roh Kudus pada hari

Pentakosta, para rasul menyusun bersama-sama pengakuan iman rasuli ini.

Yang memulainya adalah Petrus dengan berkata, “Aku percaya kepada Allah,

Bapa yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi.” Andreas menambahkan,

“Dan kepada Yesus Kristus, anakNya yang tunggal, Tuhan kita. Yakobus

melanjutkan dengan, “Yang dikandung oleh Roh Kudus” Dan seterusnya;

sampai Matius menyelesaikannya dengan berkata, “dan kehidupan yang

kekal. Amin15

.” Tetapi ini hanyalah sebuah cerita dan bukan fakta yang

sebenarnya. Rumusan yang paling awal dari Pengakuan Iman jemaat mula-

mula adalah “Yesus adalah Tuhan” (I Korintus 12: 3) berdasarkan

(pandangan) Bapa-Bapa Suci, kami sepakat untuk mengajarkan bahwa kami

mengakui Tuhan kita, Yesus Kristus, sebagai Putera yang satu dan sama, yang

sama sempurnanya dalam ke-Allah-an dan sama sempurnanya dengan

kemanusiaan. Menurut Arius, Allah satu-satunya adalah hanya Allah Bapa.

Karena, keberadaan Allah ini adalah mutlak transendental dan mutlak kekal.

Dengan demikian, segala sesuatu yang berada di samping Allah, pastilah

diciptakan. Dia juga berpendapat bahwa Yesus (Anak) adalah suatu ciptaan

yang sama dengan ciptaan lain, namun Yesus masih lebih sempurna

dibandingkan yang lain. Yesus bisa saja disebut sebagai Allah, tetapi

keIlahianNya bukanlah merupakan atribut dari keberadaanNya16

. Rumusan ini

14

Tony Lane, Runtut Pijar, Sejarah Pemikiran Kristiani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007),

53. 15

J.L. Ch Abineno, Pokok-pokok Penting dari Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 112.

16Bernhard Lohse, Pengar Sejarah, 2013, Halaman 60.

Page 23: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

11

cukup dipahami oleh orang-orang Kristen yang berlatarbelakang Yahudi

sehingga Pengakuan Iman Rasuli dalam penyusunannya mengalami proses

yang cukup panjang serta mampu dipahami oleh orang-orang Kristen Yunani.

Pengakuan Iman ini lahir dari pergumulan jemaat kristen di kota Roma dalam

mendidik warga jemaatnya dan melawan para penyesat-penyesat yang

memberitakan ajaran-ajaran palsu tersebut. Jemaat di Roma menambahkan

Pengakuan Iman yang singkat tersebut di atas dengan pokok-pokok

pengakuan yang mengarah pada pemahaman akan Allah yang Tritunggal

yang bahannya diambil dari bagian-bagian Perjanjian Baru17

.

Pembagiannya menurut struktur-struktur Pengakuan Iman Rasuli

Kalau kita cermati struktur formal dari ketiga Pengakuan Iman ini

menjadi jelas bahwa Pengakuan ini disusun dalam bingkai rangkap tiga atau

bersifat trinitatis. Akan tetapi Gereja tidak percaya pada tiga Allah. Ia beriman

kepada satu Allah yang menyatakan diri dan yang kehadiranNya dalam dunia

dan Gereja dialami dalam tiga cara. Ketiga bentuk pernyataan diri dan cara

kehadiran Allah yang satu itu dapat kita simpulkan pada tiga artikel berikut.

Pada artikel pertama Pengakuan Iman fokus perhatian kita adalah pada

Allah yang berada di atas kita. Dalam keberadaannya yang tersembunyi dari

kita, Allah merencanakan keselamatan kita dan menciptakan ruang dan

kemungkinan bagi terwujudnya rencana itu. Barth mencirikan bagian ini

sebagai yang berisi percakapan tentang Allah. Selanjutnya pada artikel kedua,

kita mendapati bahwa Allah yang tersembunyi itu berada di dalam perjalanan

mendapati manusia. Allah keluar dari persembunyianNya untuk bertemu

manusia. Rencana yang kekal itu sekarang dieksekusi di dalam sejarah, di

antara manusia. Barth menyebut bagian ini sebagai yang berbicara tentang

Allah-Manusia. Pada artikel ketiga, yakni pokok tentang Roh Kudus tema

percakapan kita beralih ke manusia. Barth menyebut bagian ini sebagai

17

SJ. Harry Susanto, Konpendium Katekismus Gereja Katolik, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 31.

Page 24: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

12

domainnya manusia. Di sini perhatian kita sepenuhnya tercurah pada manusia

yang menjadi sasaran karya keselamatan. Allah yang tadinya jauh dan

tersembunyi, yang kemudian berada dalam perjalanan menjumpai manusia di

dalam sejarah, sekarang telah berdiam di antara manusia. Ia menjadikan

semua yang sudah dikerjakanNya menjadi milik manusia.18

Fokus penelitian ini ialah “turun ke dalam kerajaan maut”. Kalimat

turun ke dalam kerajaan maut terdapat pada bagian kedua dari artikel

Pengakuan Iman Rasuli, yakni pada struktur Pengakuan Iman Rasuli berbicara

tentang Yesus Kristus. Pada umumnya para Teolog berpendapat bahwa karya

keselamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus bisa dipahami dalam tiga cara

penting, yaitu: dua tabiat Yesus Kristus, dua status Yesus Kristus dan tiga

jabatan Yesus Kristus. Rumusan pada kalimat yang disebut-sebut turun ke

dalam kerajaan maut dapat dilihat sebagai status Yesus Kristus, dalam sejarah

dogma pendamaian terdapat dua pendapat mengenai status Yesus Kristus.

Pendapat pertama mengatakan ada tiga status Yesus Kristus: pra-eksistensi,

status kerendahan, dan status kemuliaan. Pendapat kedua mengikuti penetapan

konsili credo: status kerendahan dan status kemuliaan. Kedua pendapat

tersebut disatukan dengan menegaskan bahwa Yesus Kristus tetap sama, baik

kemarin maupun hari ini, dan sampai selama-lamanya (Ibr.13:8). Dari kekal Ia

adalah Allah manusia. Tidak ada perbedaan antara Yesus pra-eksistensi dan

Yesus yang bereksistensi dalam sejarah. Sebagai Allah, Ia ikut ambil bagian

dalam penetapan perjanjian. Sebagai manusia, Ia tunduk kepada keputusan

Allah yang diambil dalam kekekalan untuk menjadi eksekutor keputusan itu.

Ketundukan di dalam kekekalan itu yang diwujudkan melalui kesediaan-Nya

untuk tampil dalam sejarah dengan status kerendahan. Usai mewujudkan

karya-Nya dalam sejarah melalui status kerendahan, Yesus Kristus kembali

kepada Sang Bapa dalam kemulian-Nya semula (Yoh. 17:5). Di sana status

kerendahan-Nya tidak berhenti. Status kerendahan Sang Anak ketika kembali

18

Ebenhaizer I. Nuban Timo, Roh Kudus Mitra yang Agung, ( Bahan Seminar Rangkaian Kegiatan Ulang Tahun GKPS Cempaka Putih Ke-55, 2015) 10-13.

Page 25: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

13

kepada Sang Bapa di dalam kemuliaan tetap berlanjut dan berko-eksistensi

dengan status kemuliaan-Nya.19

Di dalam kredo gereja tergambar status kerendahan Yesus Kristus

dalam kalimat: “Yang telah turun dari surga untuk kita manusia dan untuk

keselamatan kita, dan menjadi daging, oleh Roh Kudus, dari anak dara Maria,

dan menjadi manusia; yang disalibkan bagi kita di bawah pemerintahan

Pontius Pilatus, menderita dan dikuburkan.”20

Dia yang mengambil bagian

penuh dalam kemuliaan Allah, Tuhan atas segenap ciptaan dan sumber hukum

tertinggi serta bebas dari semua ketentuan hukum menempatkan diri-Nya di

bawah hukum itu bersama-sama dan di tempat manusia, supaya Ia ikut

memikul tuntutan hukum atas manusia yang berdosa. Dengan berbuat begitu

hukum digenapi dan manusia dibebaskan. Ada lima momen yang disebut-

sebut oleh para reformator gereja abad ke-16 sebagai titik penting dalam

proses perendahan diri Yesus Kristus. Salah satu dari momen itu ialah

“perjalanan ke dalam kerajaan maut”.21

Pada fase turun ke dalam kerajaan maut terjadi perbedaan pemahaman

di kalangan dogmatikus mengenai tempat yang pantas, yakni apakah harus

ditempatkan dalam status kerendahan atau dalam status kemuliaan Yesus

Kristus. Alasannya, untuk turun ke dalam kerajaan maut merupakan titik

terendah dari jalan kerendahan yang dialami Yesus Kristus, tetapi Dia berada

di sana sebagai the victor, sang pemenang.22

Helmut Thielicke menawarkan

solusi yang bijak. Fase ini sebaiknya kita terima sebagai perbatasan dari dua

status Sang Juruselamat. Sebagai perbatasan, Dia mencakup keduanya. Di

sana Yesus Kristus menjalani perendahan yang terdalam sebagai wujud

solidaritas-Nya dengan manusia yang terkutuk oleh dosa dan juga puncak

kemuliaan karena Dia tampil sebagai pemenang atas maut. Betapa pun Yesus

19

Ebenhaizer I. Nuban Timo, Allah Menahan Diri Tetapi Pantang Berdiam Diri, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 259.

20 Ebenhaizer I. Nuban Timo, 2015. Hal 260.

21 Ebenhaizer I. Nuban Timo, 2015. Hal 261.

22 Ebenhaizer I. Nuban Timo, 2015. Hal 271.

Page 26: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

14

mati, tetapi kuburan bukan akhir dari perjalanan perendahan diri Yesus

Kristus dalam karya pendamaian. Yesus yang mati itu “Turun ke dalam

Kerajaan Maut”. Rumusan kredo ini hendak menegaskan bahwa kematian

bukanlah satu kejadian pasif yang menimpa Yesus. Yesus bukan hanya

pribadi yang aktif dalam kekekalan dan juga dalam masa hidup-Nya di bumi.

Pada waktu mati pun Dia tetaplah pribadi yang aktif. Rumusan kredo ini patut

kita pahami dari latar belakang pemikiran manusia pada masa penulisan

Alkitab, masa yang boleh Bultman ditandai dengan corak berpikir yang

bersifat mistis-mitologis. Alkitab menghadirkan bagi kita gambaran tentang

dunia yang terdiri dari tiga lapis: alam atas sebagai tempat berdiam Allah,

alam tengah sebagai ruang hidup ciptaan, dan alam bawah sebagai wilayah

roh-roh yang memberontak terhadap Allah dan yang suka mengusik

manusia.23

Dengan turun ke dalam kerajaan maut, hendak ditunjukkan bahwa

karya pendamaian Allah di dalam Kristus juga memiliki dampak kosmik.

Artinya, pendamaian itu berlaku untuk kosmos secara keseluruhan, yakni

pendamaian itu disampaikan dan bahkan berlaku juga bagi kuasa-kuasa tidak

kelihatan yang adalah ciptaan Allah, tetapi yang kemudian menyalah-gunakan

kuasa yang diterima dari Allah untuk memberontak melawan Allah.24

Sheol Menurut Alkitab

Kata Ibrani kerajaan maut adalah sheol, bumi bawah. Itu adalah

tempat siksaan dan kesengsaraan. Di sana manusia terpisah dari saudara-

saudaranya dan terbuang dari hadapan Allah. Sheol adalah tempat manusia

ada sebagai non-being karena terpisah dari sesama dan juga dari Allah. Betapa

mengerikannya dosa itu. Ia mengirim manusia ke tempat non-being dan hidup

terpisah dari Allah selama-lamanya. Jalan perendahan diri yang diambil Yesus

Kristus tidak berhenti di kubur Yusuf Arimatea. Perendahan itu berlanjut

sampai ke sheol, kerajaan maut untuk membebaskan orang-orang yang mati

23

Ebenhaizer I. Nuban Timo, 2015. Hal 272. 24

Ebenhaizer I. Nuban Timo, 2015. Hal 273.

Page 27: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

15

dalam penyangkalan akan Allah dari kuasa maut dan kutukan kematian.

Kristus turun ke dunia orang mati untuk membayar utang dosa sekaligus

menebus manusia berdosa dari cengkeraman maut yakni dengan perjalanan-

Nya ke sheol. 25

Kompendium Katekismus Gereja Katolik memberikan penjelasan

tentang “turun ke dalam kerajaan maut” sebenarnya berbunyi “yang turun ke

tempat penantian”. Tempat penantian ini berbeda dengan neraka terkutuk. Ini

adalah situasi semua manusia, baik benar maupun jahat, yang mati sebelum

Kristus. Pribadi ilahi Yesus turun kepada orang-orang benar yang menanti-

nantikan Penyelamat sehingga mereka akhirnya dapat melihat Allah. Ketika

Yesus memusnahkan iblis yang berkuasa atas maut (Ibr 2:14) melalui

kematian-Nya, Yesus membebaskan orang-orang benar yang menantikan

Sang Penebus dan membuka pintu gerbang surga bagi mereka. Yesus Kristus

yang turun ke tempat penantian ini bukanlah sekedar untuk menunjuk, bahwa

Yesus sebagai manusia benar-benar mati, sehingga dialami oleh setiap

manusia, melainkan terutama untuk mengungkapkan makna soteriologis dari

wafat dan kuasa-Nya atas kegelapan maut.26

Harun Hadiwijono menjelaskan bahwa “turun ke dalam kerajaan maut

ialah, mengakui bahwa setelah Tuhan Yesus mati dan dikuburkan Ia tidak lagi

berada di antara orang yang hidup, tetapi berada di antara orang yang mati.

Sebab yang dimaksud dengan “kerajaan maut” ialah tempat orang mati berada

atau dunia orang mati, yang digambarkan seperti suatu kerajaan. Oleh karena

itu bagian sahadat ini lalu dipandang sebagai suatu keterangan lebih lanjut

dari ungkapan: dikuburkan. Dikuburkan berarti: turun ke dalam kerajaan

maut, atau berada di antara para orang yang mati.27

Dengan ini maka jelaslah

betapa besarnya pembebasan yang dilakukan oleh berita bahwa Kristus telah

mendobrak lingkungan itu, dan telah “turun ke bagian bumi yang paling

25

Ebenhaizer I. Nuban Timo, 2015. Hal 273-274. 26

Emanuel Martasudjita, Pr, Pokok-Pokok Iman Gereja, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), 168-170.

27 Dr. Harun Hadiwijono, Inilah Sahadatku, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 107.

Page 28: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

16

bawah” (Ef. 4:9) sehingga sejak itu orang-orang yang percaya merasa yakin

bahwa baik kuasa-kuasa maupun pemerintah-pemerintah tak akan dapat

memisahkannya dari kasih Allah di dalam Kristus.28

Arti Turun Ke Dalam Kerajaan Maut

Dalam beberapa pernyataan-pernyataan Perjanjian Baru, yang dikutip

di bawah ini, terdapat kepercayaan umum, bahwa Kristus sesudah kematian-

Nya menempatkan diri dalam wilayah orang-orang mati, atau di lingkungan

warga orang-orang mati. Kehadiran Kristus ini dinyatakan dalam Matius

12:40; Kisah Para Rasul 2:24; Roma 10:7 dan Efesus 4:8. Nas-nas itu

memang itu memang tidak menyatakan sesuatu apa pun tentang adanya

tindakan-tindakan Kristus yang tertentu. Namun orang akan dapat

berkesimpulan bahwa singgahnya Tuhan ke dunia orang mati tidaklah dapat

dipahami semata-mata sebagai kehadiran pasif Yesus dari Nazaret yang mati

itu, atau sebagai kehadiran roh-Nya. Tetapi yang hadir di sana ialah Kristus

yang hidup sebagai Tuhan yang menyatakan kemahakuasaan-Nya. Dalam hal

ini adalah mengenai kemenangan yang telah diperoleh atas kuasa-maut dan

kuasa-neraka (Why. 1:18). Secara ringkas dapat dikatakan bahwa Kristus

memenuhi karya penyelamatan-Nya di dunia orang mati, baik melalui pribadi-

Nya maupun juga melalui Firman-Nya. Ia telah mematahkan kuasa kegelapan

setan dan telah membawa keselamatan bagi orang-orang percaya dari

Perjanjian Lama, dan juga orang-orang kafir. Dalam hal ini, Harnack, ahli

sejarah dogma yang terkemuka dalam abad ke-20, menilai ajaran tentang

turunnya Yesus ke neraka. Di lain pihak, ajaran itu mendapat sambutan pada

Schleiermacher, dan dipertahankan oleh sementara teolog pada abad ke-19

karena kepentingannya bagi pekabaran Injil.29

28

Hendrik Barkhof, Kristus dan Kuasa-Kuasa,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), 18. 29

Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 202-204.

Page 29: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

17

Pengakuan Iman Rasuli dapat diartikan dari bahasa Latinnya ialah

Kristus telah turun ke bagian bumi paling bawah dan penguasa-penguasanya.

Di dalam Perjanjian Lama pun, kita telah dapati kata Ibraninya “syeol” yang

berarti bahwa tempat tinggal semua orang yang sudah mati (alam maut).

Terjemahan bahasa Yunaninya ialah hades; yang berarti “kerajaan maut”30

menurut pandangan Alkitab, maut itu sungguh menjadi musuh manusia, dan

berkuasa di dalam wilayahnya. Tanggapan orang Yahudi, Kristus sesudah

kematianNya, telah turun ke dalam kerajaan maut, sebagaimana halnya

dengan tiap manusia. Tidaklah Ia “tidur” di dalam kuburNya seperti seorang

yang hanya mati-semu, akan tetapi Ia akan benar-benar telah turun ke dalam

syeol! Menurut tanggapan Yahudi, makanya dalam hal ini tidak boleh kita

berbicara hanya tentang “jiwa” saja.31

Di dalam Perjanjian Baru juga

dipertegas bahwa Kristus sungguh telah mengalahkan kerajaan maut.

Gereja Lama pun telah mengatakan bahwa orang-orang beriman, yang

hidup dalam jangka waktu Perjanjian Lama, telah dibebaskan oleh Kristus

dari kerajaan maut. Kristus telah masuk ke dalam keadaan kematian, ke dalam

kerajaan maut.32

Seperti yang Calvin katakan bahwa hal ini menunjuk kepada

Kristus di dalam keadaanNya yang sedalam-dalamnya. Ia benar-benar telah

mati, turun ke “tempat yang tidak terduga dalamnya”. Kristus tidak saja

masuk ke dalam terowongan gelap itu, akan tetapi Ia telah menembusinya

juga. Seperti yang dikatakan Luther ialah pasal Pengakuan Iman ini harus

dihubungkan dengan kemuliaan Kristus yang dinyatakan di dalam

kebangkitanNya. Sebab Ia telah menaklukkan kerajaan maut. Kerajaan itu

tidak lagi merupakan realitas yang terakhir dan realitas yang paling pahit.

Kristus telah menaklukkan kerajaan maut, artinya bahwa Ia telah

mengalahkan dia yang tadinya” berkuasa atas maut” serta memegang “kunci

maut dan alam maut”, yaitu si iblis (Ibr 2:14).33

Menurut Alkitab, ada terdapat

30

Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 2000, Hal 269. 31

Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 2000, Hal 271. 32

Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 2000, Hal 273. 33

Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 2000, Hal 274.

Page 30: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

18

suatu “tritunggal yang jahat”: dosa, maut dan iblis. Pasal ini tentang “turunnya

Kristus ke dalam kerajaan maut” menyatakan kemenangan agung meliputi

kuasa ketiganya. Pada Mat 27:52-53 Calvin menghubngkan penjelasnan

bahwa kalimat turun ke dalam kerajaan maut merupakan “penderitaan

jiwa/roh”, peristiwa di mana Kristus mencapai puncak penderitaan-Nya di

atas kayu salib. Penderitaan jiwa atau roh ini merupakan suatu rangkaian

penderitaan yang dialami Kristus mulai dari taman Getsemani hingga

mencapai puncaknya dalam kalimat-Nya “Allahku Allahku mengapa Engkau

meninggalkan Aku?”.34

Calvin berkata bahwa 12 butir Pengakuan Iman

Rasuli itu mula-mula menunjukkan penderitaan Kristus yang terlihat oleh

manusia (yaitu menderita, disalibkan, mati, dikuburkan), dan setelah itu 12

butir Pengakuan Iman Rasuli itu melanjutkan dengan menunjukkan

penderitaan Kristus secara rohani, yang tidak terlihat oleh manusia.

Dalam pandangan orang-orang Yahudi, mengenai maksud dari Mat

27:52-53 ialah bahwa setiap orang yang bangkit dari kubur, mereka telah

dinyatakan bebas dari “dunia bawah”.35

Oleh sebab itu Ia telah bangkit,

karena itulah kita tahu bahwa Salib bukanlah kekalahan, melainkan

kemenangan (Yoh. 12:32 dan Flp. 2:9). Dalam Ef 4:8-9 Charles C.

Ryrie: “Paulus menulis bahwa Kristus turun ke dalam bagian bumi yang

paling bawah. Ada yang memahami hal ini berarti bahwa Tuhan Yesus turun

ke dalam alam barzakh antara kematian-Nya dan kebangkitan-Nya untuk

membawa mereka yang ada dalam ruang terpisah yang selamat dari alam

barzakh ke surga. Namun demikian, frasa dari bumi boleh jadi adalah sebuah

frasa keterangan tambahan, yang berarti bahwa Krsitus turun pada saat

inkarnasi-Nya ke dalam bagian yang paling rendah dari jagad raya yaitu

bumi.36

Louis Berkhof: “Mereka yang mencari dukungan dari ayat ini

menganggap perkataan turun ke bagian bumi yang paling bawah sama artinya

34

Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 2000, Hal 275. 35

Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 2000, Hal 273. 36

Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1991), hal 364.

Page 31: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

19

dengan „kerajaan maut‟ Akan tetapi tafsiran semacam ini masih

diragukan. Rasul Paulus berpendapat bahwa kenaikan Kristus memberikan

presuposisi turun. Akan tetapi lawan dari kenaikan Kristus ke surga adalah

inkarnasi, bandingkan Yohanes 3:13. Sebagian besar para penafsir Alkitab

menganggap bahwa kalimat "bagian bumi yang paling bawah" adalah bumi

itu saja. Pernyataan itu dapat diperoleh dari Mazmur 139:15 dan lebih

menunjuk pada inkarnasi.37

Tetapi menurut anggapan sekarang, Ef 4:9 itu

agaknya tidak mengenai “turun ke neraka”, akan tetapi turunnya Kristus ke

bumi kita ini. Oleh kebangkitan itu menjadi jelaslah, bahwa di dalam

kematianNya di kayu salib Ia telah mengalahkan maut dan menghabisi kuasa

kerajaan maut.

Kesimpulan

Berbicara tentang Pengakuan Iman Rasuli berarti kita juga dapat

berbicara tentang sikap dan diri Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit

bagi setiap umat manusia. Kita telah mengetahui bahwa Yesus yang sudah

disalibkan, mati dan dikuburkan itu telah masuk ke tempat orang mati (“turun

ke dalam kerajaan maut”). Ucapan “turun ke dalam kerajaan maut” hendak

mengingatkan kita, bahwa arti pekerjaan Kristus meliputi segenap isi alam

semesta. Anak Allah telah turun dari sorga, menjadi manusia di bumi ini: Ia

mati dan masuk ke dalam wilayah kekuasaan maut (“dunia bawah”);

kemudian Ia bangkit dari antara orang mati itu lalu pulang ke rumah Bapa-

Nya di sorga.38

Rasul Petrus berkata dalam Kis 2:24,27,31 “Tetapi Allah

membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak

mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu, sebab Engkau tidak

menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang

Kudus-Mu melihat kebinasaan. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah

37

Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol.3, 2011, Halaman 88. 38

B.J. Boland, Intisari Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 43.

Page 32: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

20

berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak

ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak

mengalami kebinasaan”.

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN ANALISA

Sejarah jemaat GPID Bethesda Sipayo

A. Profil Jemaat.

Jemaat GPID Bethesda Sipayo terletak di Daerah Pesisir Pantai Timur,

desa Sipayo, Kecamatan Sidoan, Kabupaten Parigi Moutong, dapat dilalui

kendaraan roda dua maupun roda empat. Dengan medan perjalanan yang

mudah untuk ditempuh karena berada di posisi jalan poros trans Sulawesi.

Dari arah Kota Palu memerlukan waktu selama lima jam Perjalanan.

Anggota jemaat Bethesda Sipayo terdiri dari suku yang berbeda-beda

yakni suku Tajio sebagai penduduk asli, Bali, Sangir, Talaud dan

Minahasa.Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari Anggota jemaat banyak

yang menjadi petani cengkeh, pala, kopra dan ada pula yang jadi tukang dan

Pegawai Negeri (PNS). Jumlah anggota Jemaat 32 KK dan 122 Jiwa.Namun

jemaat sudah tergolong jemaat mandiri.39

B. Sejarah Singkat Jemaat.

Secara pasti sejarah berdirinya jemaat Bethesda Sipayo tidaklah

diketahui. Namun dapat diperkirakan orang-orang Kristen yang berasal dari

Minahasa, Sangihe, Thalaud telah ada di daerah Teluk Tomini sebelum tahun

1915, karena seorang penginjil asal Sangihe bernama M. Larumpa‟a tiba di

daerah ini pada tahun 1915 melayani orang-orang Kristen yang terdapat di

daerah Teluk Tomini. Ia disebut orang yang pertama kali memperkenalkan

nama Yesus di tanah Islam (Teluk Tomini). Disusul pula oleh seorang

penginjil bernama T. Bokau pada Tahun 1920 tiba di Teluk Tomini khususnya

di desa Sipayo. Kedatangannya diterima dengan baik oleh masyarakat

39

Data Statistik Jemaat GPID Bethesda Sipayo

Page 33: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

21

setempat dan melakukan pendekatan sambil belajar bahasa setempat.

Kemudian Ia membantu pelayanan bagi orang-orang Kristen asal Sangihe

Thalaud yang datang di daerah ini bekerja mengelola perusahaan Kayu hitam

(Molekse) milik pemerintah Belanda.

Pada waktu kedatangannya di desa Sipayo, persekutuan jemaat telah

ada meskipun rumah ibadah masih berbentuk darurat. Setelah terbentuk

menjadi satu jemaat, maka jemaat itu di beri nama jemaat Sion Sipayo yang

kemudian diganti menjadi jemaat Bethesda Sipayo. Tomas Marengkeng

adalah ketua jemaat pertama. Karena sudah tinggal dan menetap di Sipayo,

maka terjadilah kawin mawin antara anggota jemaat dengan masyarakat asli

(suku Tajio). Sehingga mempengaruhi bertambahnya jumlah anggota jemaat.

Dalam tradisi GPID yang menjabat sebagai ketua jemaat tidak harus

seorang Pendeta, karena pada saat itu belum ada yang menjabat sebagai

Pendeta, bahkan sinode GPID belum terbentuk. Kemudian orang-orang yang

menjabat sebagai ketua jemaat pada saat itu, merupakan inisiatif mereka

masing-masing yang meiliki kerinduan untuk memberikatakan Kabar

Baik.Sesudah GMIM berdiri Sendiri pada tahun 1934, maka pekerjaan

pelayanan diteruskan oleh para pekabar Injil dari GMIM. Pada tanggal 4 April

1965 menjadi babak baru pelayanan di Derah ini, dimana semua gereja bekas

pelayanan GMIM telah diserahkan kepada Sinode yang Baru Berdiri yakni

Sinode Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID) pada tanggal 4 April

1965. Maka jemaat Bethesda Sipayo adalah juga merupakan Bagian

pelayanan GPID.40

Pada tahun 1972 dilaksanakan pembangunan gedung gereja semi

permanen dengan swadaya jemaat. Sejak saat itu pula jemaat menghadapi

permasalahan dalam jemaat dengan adanya anggota jemaat yang berselisih

40

. Dr. M.C.Jongeling Sejarah Gpid, (Sipayo, 1970), 23.

Page 34: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

22

selalu memutuskan untuk pindah dalam persekutuan jemaat yang lain.

Sehingga berdampak pada semakin berkurangnya anggota dalam jemaat.41

Pada tahun 1980 terjadi bencana angin puting beliung, sehingga

membuat kerusakkan pada bagian atap gereja. Kejadian yang sama pula

terulang kembali pada tanggal 19 Januari 2010. Lalu anggota jemaat

melakukan penggalangan dana dalam bentuk lelang suara dan bazar dan

hasilnya dipakai untuk melakukan perbaikan bagian atap gedung gereja.42

Seiring berjalannya waktu dengan berbagai hambatan yang ditemui

dalam persekutuan namun jemaat ini masih terus tetap berdiri sampai

sekarang, meneruskan tugas panggilannya sebagai Gereja.

Sejak berdirinya jemaat sampai sekarang beberapa yang pernah

menjabat sebagai ketua jemaat:

KETUA JEMAAT MASA PELAYANAN

Tomas Marengkeng Tahun 1933-1938

Tapianus Bawental Tahun 1838-1943

Anton Manguande Tahun 1943-1948

Tius Bokau Tahun 1948-1953

Edison Fredi Pangalo Tahun 1953-1963

Manuel Alase Tahun 1963-1973

Nikanor Manguande Tahun 1973-1978

Yoas Talaga Tahun 1978-1983

Rein Lalian Tahun 1983-1993

Paulus Timpolu Tahun 1993-2017

Demikianlah Selayang Pandang sejarah berdirinya jemaat Bethesda

Sipayo.43

41

. Wawancara Dengan Bapak Paulus Timpolu Ketua Jemaat Bethesda Sipayo, pada hari Sabtu tanggal 17 desember 2016 pukul 16.20 wit.

42 . Penuturan Beberapa Anggota Jemaat

43. Wawancara dengan Bapak Pnt. PT (inisial) yang adalah ketua jemaat GPID Bethesda

Sipayo pada hari Sabtu tanggal 20 Agustus 2016 pukul 10.50 wit.

Page 35: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

23

Pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo mengenai Credo

Rasuli “turun ke dalam kerajaan maut”

Menurut Bapak PT kalimat turun ke dalam kerajaan maut sama artinya

dengan Yesus turun ke nereka yang merupakan puncak karya keselamatan

bagi kehidupan umat manusia berarti juga sebuah perjuangan Kristus yang

mewakili perjuangan hidup manusia berdosa. Yesus turun ke dalam kerajaan

maut bukan lagi sebuah mitos malainkan sebuah fakta yang sudah umat

manusia terima saat ini.44

Menurut saudari RT bahwa Yesus turun ke dalam

kerajaan maut merupakan sebuah pengakuan Kristus bahwa Dia pernah

mengalami penderitaan. Setelah Yesus mati, Yesus menunjukkan kuasaNya

bahwa Dia akan menang dari kuasa-kuasa kegelapan atau dari dunia bawah.45

Dari pemahaman bapak PT dan saudari RT sangat mendekati dengan

pandangan Pandangan Pentakostal dan Pandangan Dispensasional. Pandangan

Pentakostal, sebagaimana yang dinyatakan oleh French L. Arringten seorang

teolog Pentakostal mengatakan, “Alkitab mengajarkan bahwa antara kematian

dan kebangkitanNya, Yesus pergi ke kerajaan maut. Dalam kuasa Roh Kudus,

Kristus pergi ke kerajaan maut sebagai pemenang, bukan sebagai korban.

Sebagai pemenang Ia menegaskan ketuhananNya dan kuasaNya di kerajaan

maut. Kristus adalah pemenang, bahkan dilingkungan orang-orang mati. Dari

tempat itu Ia muncul sebagai Kristus yang menang, yang mengingatkan semua

orang bahwa ketuhanannya mencapai seluruh wilayah”.46

Pandangan

Dispensasional mengakui bahwa Yesus pergi ke kerajaan maut (sheol atau

hades). Pandangan ini mengajarkan bahwa sheol atau hades terbagi dalam dua

bagian yaitu firdaus (Pangkuan Abraham) bagi orang-orang percaya dan suatu

bagian lain tempat penghukuman bagi orang-orang tidak percaya yang

meninggal. Pada waktu kebangkitanNya, Kristus membawa orang-orang

44

Wawancara dengan Bapak PT (inisial), yang adalah Ketua Jemaat GPID Bethesda Sipayo, pada hari Sabtu tanggal 20 Agustus 2016 pukul 10.50 wit.

45 Wawancara dengan saudari RT (inisial), yang adalah Vikaris Jemaat GPID Bethesda Sipayo,

pada hari Minggu tanggal 21 Agustus 2016 pukul 12.35 wit. 46

Paul Enns, The Moody Handbook Of Theology, jilid 1. Terjemahan, (Penerbit: Literatur Saat, 2012), 462.

Page 36: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

24

percaya ke surga. Pandangan ini membedakan kerajaan maut (sheol atau

hades) dari neraka (gehenna).47

Pandangan pentakostal ini penulis setuju dan

dapat dibenarkan juga dengan apa yang telah diungkapkan oleh Barth bahwa

Pengakuan Iman Rasuli dibagi dalam tiga bagian yakni Allah yang berada di

atas, Allah manusia dan domainnya manusia. Di mana perhatian kita

sepenuhnya tercurah pada manusia yang menjadi sasaran karya keselamatan.

Allah yang tadinya jauh dan tersembunyi, yang kemudian berada dalam

perjalanan menjumpai manusia di dalam sejarah, sekarang telah berdiam di

antara manusia. Ia menjadikan semua yang sudah dikerjakanNya menjadi

milik manusia. Ia telah menyelamatkan dan memenangkan manusia dari dunia

bawah.48

Menurut ibu DL turun ke dalam kerajaan maut adalah setelah Yesus

mati, Dia pergi untuk menggantikan manusia dalam hal ini, manusia yang

berdosa telah ditebus oleh Yesus atau telah diselamatkan dari dosa, karena

Yesus pergi ke dalam dunia kegelapan atau dunia orang mati sehingga

membuat manusia yang berdosa tidak harus pergi ke tempat penantian oleh

karena Yesus sudah lebih dulu masuk ke tempat orang-orang berdosa.49

Menurut penulis, dari pemahaman yang telah dikemukakan oleh ibu DL di

atas, penulis juga sependapat dengan pemahaman tersebut jika melihat dari

pandangan beberapa tokoh. Dalam hal ini arti dari turun ke dalam kerajaan

maut sama artinya pergi ke Tempat penantian sementara (Intermediate state)

itu disebut sebagai “tempat dunia orang mati”, yaitu sheol atau hades. Istilah

sheol dalam Perjanjian Lama sama dengan hades dalam Perjanjian Baru.

Henry C. Thiessen mengatakan, “Kedua kata ini, sheol dalam Perjanjian Lama

dan Hades dalam Perjanjian Baru, diakui oleh semua sarjana sebagai kata-kata

47

Tafsiran Alkitab Wycliffe, Vol. 3, Perjanjian Baru. (Penerbit: Gandum Mas, Malang 2001), 268.

48 Ebenhaizer I. Nuban Timo, 2015, hal 10-13.

49 Wawancara dengan Ibu DL (inisial), yang adalah Warga Jemaat GPID Bethesda Sipayo,

pada hari Senin tanggal 22 Agustus 2016 pukul 17.20 wit.

Page 37: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

25

yang sama tepat artinya”.50

The MacArthur Bible Commentary mengatakan,

“Hades. Perjanjian Barunya sama dengan Perjanjian Lama, yaitu dunia orang

mati atau Sheol. Meskipun kadang disebut neraka (Matius 11:23), di sini

mengacu pada tempat orang mati”.51

The Moody Handbook of Theology

menyebutkan, “Istilah Perjanjian Baru yang digunakan untuk menjelaskan

kehidupan setelah kematian adalah hades dan ekuivalen dengan istilah Ibrani

sheol. Di Septuaginta, terjemahan Yunani dari Perjanjian Lama, kata sheol

hampir selalu diterjemahan dengan hades. Hades asal mulanya adalah kata

ganti kepunyaan, nama dari Allah dunia bawah yang memerintah atas orang

mati”.52

Tim LaHaye menjelaskan bahwa “Perjanjian Lama menyebutkan

dunia orang mati sebagai “sheol” sebanyak 65 kali”. Kata ini diterjemahkan

sebagai 'kubur”, “neraka”, atau “kematian”.53

Perjanjian Baru menyebutkan

dunia orang mati sebagai “hades” sebanyak 42 kali.54

Anthony Hoekema

mengatakan, “Berangkat dari fakta bahwa kata ini tidak memiliki pengertian

yang tetap, maka Louis Berkhof mengusulkan tiga macam arti kata sheol:

wilayah kematian, kubur, dan neraka. Namun demikian, diantara ketiga arti

tersebut pengertian yang paling lemah adalah neraka; sedang sheol sebagai

wilayah kematian atau kubur dapat dibuktikan secara Alkitabiah”.55

Menurut saudara YT turun ke dalam kerajaan maut ialah sebelum

Yesus turun ke dalam kerajaan maut, Yesus Krisrus sudah menebus dosa

manusia dengan cara penyaliban, sehingga Yesus mengalami kematian dan

setelah Yesus mati, Yesus rela turun ke tempat orang mati untuk pergi

mengatakan bahwa Yesus sudah menang, Yesus sudah menebus dosa manusia

dan akhirnya Yesus menguasai kerajan maut itu sendiri.56

Penulis setuju

50

Anthony A. Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman. (Penerbit: Momentum, 2014), 362. 51

Anthony A. Hoekema, 2014, halaman 134. 52

Anthony A. Hoekema, 2014, halaman 362. 53

Anthony A. Hoekema, 2014, halaman 343. 54

Paul Enns, Jilid 1, 2012, halaman 466. 55

Louis Berkhof, Teologi Sistematika, Vol.6 Doktrin Akhir Jaman, (Penerbit: Momentum, 2013), 46-47.

56Wawancara dengan Saudara YT (inisial), yang adalah Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo,

pada hari Selasa tanggal 23 Agustus 2016 pukul 16.12 wit.

Page 38: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

26

dengan pemahaman yang dikemukakan oleh saudara YT yang sama seperti

anggapan serta penafsiran dari Calvin menafsirkannya secara metafora,

menunjukkan penderitaan akhir Kristus di atas kayu salib, di mana Ia

sungguh-sungguh merasakan rasa sakit dari hempasan neraka. Katekismus

Heidelberg juga berpendapat demikian. Menurut pendapat kalangan Reformed

yang biasa, kalimat itu bukan saja menunjuk pada penderitaan di atas salib,

tetapi juga penderitaan di taman Getsemani.57

Berkhof sendiri kelihatannya

memegang pandangan dari Calvin di atas ketika ia mengatakan, “Alkitab

sama sekali tidak pernah mengajarkan tentang Kristus yang secara harafiah

turun ke dalam neraka”.58

Namun menurut penulis, dari pandangan itu, yang

paling mendekati pandangan Alkitab adalah pandangan Lutheran, yang

menganggap bahwa turunnya Yesus ke dalam kerajaan maut itu sebagai tahap

awal dari pemuliaan Kristus, karena masa kehinaan Kristus berakhir ketika Ia

mati di kayu salib. Ketika disalib sebelum mati Yesus berkata “sudah selesai”

(Yohanes 19:30).

Menurut bapak YM turun ke dalam kerajaan maut berarti Yesus masuk

ke dalam sebuah kubur, yang merupakan pertandingan yang telah Yesus

lakukan dalam kubur dengan melawan iblis atau kuasa-kuasa kegelapan.59

Pandangan tersebut sama seperti yang dikemukakan oleh Charles F. Baker

(salah seorang teolog Dispensasionalisme). Dia berkata: “Bahwa sheol-hades

berarti lebih dari sekedar kubur terbukti melalui sejumlah fakta yang

sebagiannya telah ditunjukkan. Nubuat tentang Kristus, bahwa jiwanya tidak

akan dibiarkan tinggal dalam hades dan tubuhnya juga tidak akan rusak (Kis

2:27), jelas membedakan antara jiwa dan tubuh Kristus. Tubuh-Nya tidak

akan rusak dalam kubur dan jiwa-Nya tidak dibiarkan tinggal dalam hades.

57

Charles Hodge, Systematic Theology Vol 2, (Grand Rapids: Eerdmans, 1993), 617. 58

Tafsiran Alkitab Wycliffe, Vol. 3, Perjanjian Baru, 2001, Halaman 130 59

Wawancara dengan Saudara YM (inisial), yang adalah Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo, pada hari Rabu tanggal 24 Agustus 2016 pukul 19.15 wit.

Page 39: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

27

Fakta bahwa Kristus turun ke tempat yang serendah-rendahnya di bumi (Ef

4:9) kelihatannya bukan sekedar mencakup diletakkan dalam kubur Yusuf.60

Akhirnya, tentang pemahaman “turun ke dalam kerajaan maut” di

GPID Bethesda Sipayo dapat disimpulkan, turunnya Yesus ke dalam kerajaan

maut bukan lagi bersifat metaforis tetapi hal yang benar-benar sudah terjadi

dan dialami oleh Yesus sendiri. “Turun ke dalam kerajaan maut” umat

percaya telah benar-benar diubah secara mendasar dengan cara telah

ditanggalkannya kehidupan lama. Sebagai umat percaya yang meyakini dan

mengimani perbuatan Yesus Kristus atas maut itu sendiri, agar tidak merasa

kuatir dan takut akan maut atau neraka, karena Yesus telah memberikan

keselamatan bagi semua orang dengan mendahului pergi ke dunia orang mati

atau ke dalam kerajaan maut, sehingga umat yang percaya kepada Yesus

Kristus tidak akan mengalami hukuman maut melainkan kemuliaan dan hidup

yang kekal. Pemahaman ini berkaitan erat dengan kalimat yang mengatakan

Kristus telah masuk ke dalam keadaan kematian, ke dalam kerajaan maut

untuk menalahkan dan mengusir iblis serta membebaskan orang-orang

beriman.

Pemahaman Credo Rasuli “turun ke dalam kerajaan maut” bagi

kehidupan Jemaat GPID Bethesda Sipayo masa kini

Melihat begitu banyak pandangan atau pendapat tentang kalimat

“turun ke dalam kerajaan maut” dan kadang menjadi kebingungan bagi umat

percaya, maka bagaimana keyakinan kalimat “turun ke dalam kerajaan maut”

ini dipahami oleh Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo?

Karena “turun ke dalam kerajaan maut” memiliki makna yang

mendalam, sebab Yesus “turun ke dalam kerajaan maut” bukan hanya untuk

melawan kuasa-kuasa kegelapan melainkan Yesus telah memenangkan

pertandingan atas maut sehingga “turun ke dalam kerajaan maut” diyakini

60

Simon J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu. (Penerbit: Momentum 2014), 599.

Page 40: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

28

sebagai kehidupan yang baru bagi umat percaya.61

Bagi umat percaya di GPID

Bethesda Sipayo benar-benar nyata dan meyakini bahwa Yesus telah “turun

ke dalam kerajaan maut” untuk menebus segala dosa-dosa manusia. Umat

percaya juga telah mengimani sebagai kepercayaan kepada Yesus Kristus

yang sebagai Jurusselamat. “Turun ke dalam kerajaan maut” dalam

Pengakuan Iman Rasuli merupakan sebuah ketetapan, keharusan, dan sebuah

keyakinan bagi GPID Bethesda Sipayo yang harus di ungkapkan oleh jemaat.

Jemaat tidak akan menyesal untuk mengakui Iman karena ada penggenapan

kehidupan yang kekal dari allah. Karena Yesus tidak hanya “turun ke dalam

kerajaan maut” tetapi bangkit dari kuasa kegelapan dan memenangkan

manusia.62

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berbagai faktor yang menjadi latar belakang lahirnya rumusan “turun

ke dalam kerajaan maut” dan arti yang terkandung di dalamnya telah

dipaparkan panjang lebar dalam bagian-bagian sebelumnya. Pada bagian akhir

tugas akhir ini penulis mencoba membuat kesimpulan yang merupakan intisari

pemahaman tentang ungkapan turun ke dalam kerajaan maut.kemudian atas

kesimpulan itu penulis memberikan beberapa pemikiran rekomendatif,

kiranya dapat bermanfaat bagi pelayanan dan kesaksian masyarakat dan

gereja.

Kesimpulan

Turunnya Yesus ke dalam maut itu telah menjadi ideology Kristiani

sehingga gereja berkewajiban untuk mengawalnya dengan cara

menyampaikan doktrin-doktrin yang dapat meyakinkan umat Kristen. Oleh

sebab itu dosa dan kerajaan maut sudah tidak memiliki masa depan lagi,

61

Wawancara dengan Bapak SM (inisial), yang adalah Anggota Jemaat GPID Bethesda Sipayo, pada hari Jumat tanggal 26 Agustus 2016 pukul 10.10 wit.

62 Wawancara dengan Bapak NK (inisial), yang adalah Anggota Jemaat GPID Bethesda Sipayo,

pada hari Sabtu tanggal 27 Agustus 2016 pukul 17.00 wit.

Page 41: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

29

sehingga orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus tidak perlu takut

kepada kuburan dan dunia orang mati karena Kristus telah sampai ke sana dan

menyatakan diriNya sebagai yang berkuasa dalam kerajaan maut. Orang-

orang percaya saat ini harus menyatakan iman mereka kepada Yesus Kristus

yang telah memberikan keselamatan, agar dengan mereka dapat menyadari

bahwa tidak ada lagi maut sebagai suautu hukuman atas dosa. Dengan

doktrin-doktrin gereja, terkait dengan rumusan “maut” ini, orang Kristen

sangat yakin bahwa sebelum Yesus turun ke dalam maut, Yesus yang

menderita itu telah membawa keselamatan kepada semua orang percaya.

Terlepas dari rasional atau irasionalnya ideology itu, tetapi inilah sebuah

kenyataan gereja. Salah satu cara yang dilakukan gereja adalah memasukkan

rumusan tersebut dalam Pengakuan Iman Rasuli untuk menyatakan keyakinan

iman manusia yang percaya terhadap Yesus Kristus yang telah

menyelamatkan.

Siapapun juga, dia dapat mendefinisikan iman menurut keyakinannya

atau menurut persetujuan akalnya terhadap suatu peristiwa yang dilihatnya,

dialaminya atau didengarnya. Oleh karena itu berdasarkan catatan-catatan

dalam bagian-bagian sebelumnya, maka menurut penulis, iman adalah suatu

persetujuan akali, dan kesepakatan batin atas sesuatu yang dilihat, dialami

atau suatu berita yang diterima.

Terkait dengan pemikiran ideology di atas, yang harus diingat bahwa

tidak semua orang sepakat tentang cerita bahwa Yesus yang adalah Tuhan itu

pergi turun ke dalam kerajaan maut setelah Ia disalibkan. Maka telah muncul

berbagai pendapat para teolog serta para ahli baik dari luar kalangan Kristen

maupun dari dalam kalangan Kristen yang memiliki banyak pemikiran yang

sama kalau Yesus pergi turun ke dalam kerajaan maut. Peristiwa Yesus turun

ke dalam kerajaan maut yang terumus dalam Pengakuan Iman Rasuli tidak

hanya sebagai ideology, tetapi juga sebagai identitas, karena itu Ia telah

bertahan beradab-berabad, tetapi juga sebagai sebuah identitas.

Page 42: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

30

Dalam hal ini juga penulis tidak bermaksud mengajak untuk

melupakan sejarah masa lampau tetapi jika kita terus belajar teologi yang

semuanya barang import tanpa berteologi dalam konteks kita, kapan kita

membuat sejarah baru kekristenan ke-Indonesia kita? Penulis juga tidak

bermaksud bahwa semua doktrin agama yang telah kita pelajari kini saatnya

dibuang begitu saja. Yang penulis maksudkan adalah bahwa kita pun harus

rasional supaya doktrin itu tidak membelenggu kita. Terkait dengan penulisan

ini, kita juga mengetahui bahwa Pengakuan Iman Rasuli itu lahir dari suatu

kondisi yang memang mengharuskannya ada sebagaimana yang telah

dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya. Telah berabad-abad lamanya, gereja

Kristen di Indonesia masih berada di dalam kondisi seperti gereja mula-mula.

Hal ini nyata dalam doktrinnya. Pengakuan Iman Rasuli merupakan hasil

berteologi dalam kondisi tertentu. Jika demikian, di mana teologi kita?

Secara umum, Pengakuan Iman Rasuli hanya menonjolkan sifat-sifat

Allah saja. Karena itu tidaklah heran, rumusan-rumusan yang ada di dalamnya

tidak menyentuh pada apa yang diperbuat oleh Yesus sebagai pusat iman

gereja. Ini sebagai pertanda gereja Kristen di Indonesia tidak pernah berusaha

keluar dari bingkai doktrin yang telah berabad-abad lamanya. Pada bab-bab

sebelumnya telah dipaparkan bahwa rumusan “turun ke dalam kerajaan maut”

tidak ada. Gereja mula-mula memasukkannya karena dipandang sebagai

kebutuhan gereja dalam rangka menerangkan tentang peristiwa yang Yesus

Kristus lakukan. Untuk memberikan pemahaman baru tentang kematian,

kematin bukan lagi kutuk melainkan jalan sempit yang menuju kepada

kemuliaan. Menurut penulis, dimasukkannya rumusan yang terkait dengan

“turun ke dalam kerajaan maut” itu hanya merupakan upaya gereja untuk

menyelaraskan dengan cerita-cerita dalam kitab-kitab Injil. Untuk

membendung ajaran-ajaran sesat yang muncul saat itu. Seharusnya gereja juga

dapat menceritakan perbuatan-perbuatan Yesus yang membebaskan, bukan

peristiwa-peristiwa Yesus saja. Dalam hal ini gereja keliru membuat

interpretasi terhadap Pengakuan Iman Rasuli secara keseluruhan dan secara

Page 43: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

31

khusus rumusan “turun ke dalam kerajaan maut”. Kekeliruan gereja adalah

gereja mula-mula mengangkat Pengakuan Iman Rasuli hanya sebagai

apoleget, tetapi kemudian gereja sekarang ini memakai Pengakuan Iman

Rasuli sebagai doktrin yang tidak bisa diubah di zaman dan tempat yang

berbeda.

Dari hasil pembahasan serta penelitian tentang pemahaman Majelis

Jemaat GPID Bethesda Sipayo mengenai Kredo Rasuli “turun ke dalam

kerajaan maut”, penulis menarik kesimpulan bahwa majelis jemaat GPID

Bethesda Sipayo dapat mengetahui makna ungkapan “turun ke dalam kerajaan

maut”, mereka juga mengetahui bahwa Yesus turun ke dalam kerajaan maut

untuk menyelamatkan dosa-dosa manusia serta Yesus akan berkuasa di

tengah-tengah kerajaan maut itu sendiri, akan tetapi yang menjadi

permasalahannya ialah Majelis Jemaat GPID Betehsda Sipayo belum

memahami dengan jelas mengenai “turun ke dalam kerajaan maut”. Sehingga

ketika mereka mencupakan/mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli, mereka

hanya mengikuti tradisi yang ada di dalam tata ibadah dan tidak memahami

mengapa mereka harus mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli.

Rekomendasi

Bab tiga yang merupakan analisis terhadap uraian-uraian yang ada

dalam bab-bab sebelumnya telah memberi jawab atas pertanyaan-pertanyaan

penelitian dalam bab satu. Dari uraian itu, maka perkenankanlah penulis

menyampaikan beberapa pemikiran yang bersifat rekomendatif.

Pertama, gereja-gereja di Indonesia harus berusaha untuk menggali

sendiri peristiwa yang terjadi di negeri ini yang diyakini sebagai perbuatan

dan campur tangan Yesus Kristus. Maksudnya bahwa gereja di Indonesia

harus mampu mengungkapkan perbuatan-perbuatan Yesus Kristus yang telah

nyata dalam sejarah perjalanan bangsa ini, sehingga dapat merumuskan

Pengakuan Imannya sendiri sesuai dengan perbuatan dan peristiwa Yesus

Kristus yang dialami oleh semua umat yang percaya.

Page 44: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

32

Kedua, Sinode Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID) dalam

rumusan Pengakuan Iman, kiranya perbuatan-perbuatan Yesus harus

ditonjolkan, bukan hanya sifat-sifat Allah saja yang mendominasi Pengakuan

Iman Gereja. Dalam rangka itu pertanyaannya ialah apakah Pengakuan Iman

Rasuli masih relevan dalam tata ibadah jemaat? Menurut penulis, Pengakuan

Iman Rasuli tidak relevan lagi dalam tata ibadah gereja. Ada atau tidak adanya

Pengakuan Iman Rasuli dalam tata ibadah gereja, jemaat tetap beriman kepada

Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia.

Ketiga, Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo kiranya dapat membuat

materi katekisasi yang menggambarkan tentang Kredo Rasuli, agar jemaat

mendapat pengetahuan serta wawasan sehingga memberikan topangan dalam

konteks jemaat GPID Bethesda Sipayo.

Page 45: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

33

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abineno J.L Ch. Unsur-Unsur Liturgika. Jakarta: BPK, 2007.

________. Pokok-pokok Penting dari Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2008.

Barkhof Hendrik. Kristus dan Kuasa-Kuasa. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980.

Boland B.J. Intisari Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992.

Basri MS. Metodologi Penelitian Sosial & Teologi Kristen. Jakarta: Restu Agung,

2006.

Berkhof Louis. Teologi Sistimatika, Vol.6 Doktrin Akhir Zaman. Penerbit:

Momentum, 2013.

Charles Hodge. Systematic Theology Vol 2. Grand Rapids: Eerdmans, 1993.

Enns Paul. The Moody Handbook of Thelogy. Penerbit: Literatur Saat, 2012

Engel, J.D. Metodologi Penelitian Sosial & Teologi Kristen. Salatiga: Widya Sari,

2005.

Gerrit Singgih. E. Berteologi Dalam Konteks di Awal Milenium III. Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2000.

Groen, J.P.D. Terpanggil Untuk Mengakui Iman. Jakarta: BPK, 2012.

Hadiwijono Harun. Inilah Sahadatku. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar.Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:

Bumi Aksara, 2008.

Page 46: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

34

Hoekema, Anthony A. Alkitab dan Akhir Zaman. Penerbit: Momentum, 2014.

Kuhl Dietrich. Sejara Gereja Mula-mula Dalam Kebudayaan Yunani-Romawi Batu.

Jawa Timur: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, 1992.

Lane Tony. Runtut Pijar, Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2007.

Lohse Bernhard. Pengantar Sejarah Dogma Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2013.

M.C, Jongeling. Sejarah Gereja GPID Sipayo.Sipayo, 1970.

Martasudjita, Pr Emanuel. Pokok-Pokok Iman Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 2013.

Nuban Timo Ebenhaizer I. Allah Menahan Diri Tetapi Pantang Berdiam Diri.

Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.

________. Roh Kudus Mitra yang Agung. Bahan Seminar Rangkaian Kegiatan Ulang

Tahun GKPS Cempaka Putih Ke-55, 2015.

Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia. Lima Dokumen Keesaan Gereja. Jakarta:

BPK, 1996.

Ryrie, Charles C. Teologi Dasar 1. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1991.

Schreiner Lothar. Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah

Batak. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.

Susanto SJ. Harry. Konpendium Katekismus Gereja Katolik. Yogyakarta: Kanisius,

2009.

Simon J. Kistemaker. Tafsiran Kitab Wahyu. Penerbit: Momentum, 2014.

Tafsiran Alkitab Wycliffe. Perjanjian Baru. Penerbit: Gandum Mas, 2001

Page 47: Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID ...

35

Van Niftrik, F.D. dan Boland, B.J. Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK, 2008.

WAWANCARA

Wawancara dengan Bapak Paulus Timpolu 17 Desember 2016, pukul 16.20 wita.

Wawancara dengan Saudari RT (inisial) 21 Agustus 2016, pukul 12.35 wita.

Wawancara dengan Ibu DL (inisial) 22 Agustus 2016, pukul 17.20 wita.

Wawancara dengan Saudara YT (inisial) 23 Agustus 2016, pukul 16.12 wita.

Wawancara dengan Bapak SM (inisial) 26 Agustus 2016, pukul 10.10 wita.

Wawancara dengan Bapak NK (inisial) 27 Agustus 2016, pukul 17.00 wita.

Wawancara dengan Bapak Ym (inisial) 24 Agustus 2016 pukul 19.15 wita.

Penuturan Beberapa Anggota Jemaat

Data Statistik Jemaat GPID Bethesda Sipayo.