Konferensi Nasional Teknik Sipil 13 Banda Aceh, 19-20 September 2019 STUDI AWAL PENGGUNAAN POMPA VAKUM-HIDRAM DALAM MENGATASI KEKURANGAN AIR PADA LAHAN PERBUKITAN Maimun Rizalihadi 1 , Mahmuddin 2 dan Ziana 3 1,2,3,4 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Syech Abdul Rauf 7 Darussalam-Banda Aceh Email:[email protected]ABSTRAK Secara umum daerah pedesaan di Aceh Besar memiliki sumber air dari tampungan alami. Namun permasalahannya adalah masyarakat tidak mampu mengekspoitasi sumber daya air yang tersedia, sehingga banyak lahan potensial pertanian tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dan bahkan menjadi lahan tidur, mengakibatkan produksi hasil pertanin dan perkebunan menurun. Selama ini sebahagian masyarakat menggunakan pompa air yang digerakkan oleh listrik atau bahan bakar, namun memerlukan biaya operasi dan perawatan yang sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun pompa vachydram (vacum hydraulic ram) tanpa bahan bakar dan listrik, dan sebagai studi awal mengkaji pengaruh ukuran dan tinggi aliran terhadap debit output dari pompa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancang bangun pompa Vachydram dengan dengan 3 jenis ukuran pompa hidram yaitu; 1/2, 3/4 dan 1”. Pipa pembawa dipasang dengan diameter ½” di mana outletnya ditempatkan pada elevasi 2, 3 dan 4 meter di atas elevasi pompa. Pompa vakum dibuat dari drum kapasitas 200 liter dengan diameter pipa hisap 1” dan pipa outlet 2”. Analisis debit dilakukan dengan volumetrik per menit pada setiap variasi ukuran dan tinggi oulet aliran. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pompa vachydram dapat bekerja dengan baik, dengan debit input 14 liter/menit dan beda tinggi pompa dengan muka air sumber 1,2 meter, dapat menghasilkan debit output sebesar 0,60-2,25 liter/menit pada ketinggian 2-4 meter. Semakin besar ukuran pompa semakin besar debit output dan ketinggian aliran walaupun efesiensi yang diperoleh 6-13%. Kajian lanjutan perlu dilakukan untuk meningkatkan efesiensi dalam mengimplementasikan pompa Vachydram secara berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan ketersediaan air, sehingga dapat mendukung produktivitas masyarakat dalam rangka ketahanan pangan nasional, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Kata kunci: sumber air, lahan pertanian, pompa hidram, vakum, vachydram 1. PENDAHULUAN Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap masyarakat yang tecermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, terjangkau, dan berbasis pada keragaman sumber daya lokal. Kondisi tersebut merupakan pendefinisian dalam Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Indikator yang berpengaruh pada akses pangan dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu: a) Aspek ekonomi (pendapatan, harga pangan dan non pangan, kesempatan kerja); b) Aspek fisik (sarana dan prasarana perhubungan, infrastruktur daerah, produksi pangan); dan c) Aspek sosial (preferensi terhadap makanan, pendidikan, konflik/perang, gotong royong, bantuan pangan) (PKP, 2012). Mengacu pada undang-undang tersebut, maka air dan prasara air adalah salah satu factor yang mendukung ketahanan pangan. Banyak daerah-daerah di pedesaan Indonesia, secara khusus di Aceh banyak tersedia sumber air permukaan, baik dari sungai, danau atau tampungan alami. Namun kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak daerah di pedesaan yang masih mengalami kesulitan dalam penyediaan air, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk kegiatan pertanian. Sehingga produksi pertanian dan perkebunan pada daerah tersebut tidak dapat dimaksimalkan yang berdampak pada ketahan pangan masyarakat. Sebagai contoh adalah Kabupaten Aceh Besar, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS Aceh, 2016) masih ada 16,88% masyarakat Aceh Besar berada di bawah kemiskinan. Angka tersebut menunjukkan tingkat kemiskinan di Aceh Besar masih tinggi, meskipun daerah tersebut mempunyai sumber daya alam (SDA) yang sangat kaya, khususnya industri pertanian. Secara umum daerah ini mempunyai topografi yang bergelombang, ada bagian dataran dan ada bukit-bukit kecil dengan elevasi berkisar antara 10-150 m dpl laut. Selanjutnya karena topografi yang demikian maka banyak terdapat daerah cekungan yang menjadi genangan alami yang berpotensi sebagai sumber air pertanian, seperti terlihat pada Gambar 1.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Konferensi Nasional Teknik Sipil 13 Banda Aceh, 19-20 September 2019
STUDI AWAL PENGGUNAAN POMPA VAKUM-HIDRAM DALAM MENGATASI
KEKURANGAN AIR PADA LAHAN PERBUKITAN
Maimun Rizalihadi 1, Mahmuddin2 dan Ziana3
1,2,3,4 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Syech Abdul Rauf 7 Darussalam-Banda Aceh
Perlu diingat bahwa air dalam jumlah sedikit tetapi dijatuhkan dari ketinggian yang besar mampu mengalirkan air
sebanyak air dalam jumlah besar tetapi dijatuhkan dari ketinggian yang kecil sesuai dengan persamaan
kesetimbangan energi. Semakin tinggi head penyaluran, akan semakin sedikit air yang dipompakan. Pompa hydram
bekerja dalam suatu siklus pemompaan yang didasarkan pada posisi katup impulsnya (impulse valve). Siklus kerja
pompa hydram terbagi dalam empat periode seperti Gambar 7 Taye, 1998), yaitu:
Gambar 7. Siklus kerja pompa hydram
1. Accelaration (Akselerasi). Pada tahap ini, air pada pipa suplai mulai mengalir dengan cepat. Dan sebagian air
keluar melalui katup buang. Semakin lama tekanan air terus membesar, hingga sampai pada saat dimana tekanan air
mulai melebihi berat katup buang, sehingga katup buang mulai terangkat karena gaya dorong air.
2. Compression (Kompresi). Pada tahap kompresi, tekanan air telah menyebabkan katup buang menutup secara
sempurna, sehingga aliran air tidak dapat mengalir melalui katup buang. Akibatnya, air hanya mampu mengalir
kearah tabung udara. Air terus mengalir, menekan udara di dalam tabung, hingga saat dimana gaya dorong air tidak
lagi mampu menekan udara di dalam tabung. Pada saat itu, air disekitar pompa tiba-tiba berhenti. Partikel air tidak
mampu lagi bergerak, baik melalui katup impuls, atau melalui tabung udara. Bersamaan dengan itu, partikel air di
2
11
2 H
rQHQ
pipa suplai masih terus mengalir dengan cepat, sehingga terjadilah tumbukan antara partikel air yang tiba tiba
terhenti dengan partikel air dalam pipa suplai yang masih bergerak cepat. Proses tabrakan itu menghasilkan
hentakan yang kembali menekan udara sehingga udara dalam tabung kembali terkompresi.
3. Delivery (Penyaluran). Sesaat setelah terjadinya hentakan, udara akan menekan balik air didalam tabung, mirip
seperti pegas. Air yang telah masuk kedalam tabung udara tak bisa lagi balik ke katup buang dan pipa suplai, karena
adanya katup searah. Akibatnya, tekanan balik itu akan mendorong air mengalir masuk ke pipa penyaluran (delivery
pipe).
4. Recoil (Pembalikan). Pada tahap ini, tekanan air mulai berkurang. Air mengalir yang telah kehilangan gaya
dorongitu akan mengalir balik ke arah pipa suplai. Bersamaan dengan itu, katup buang mulai terbuka kembali
karena adanya gaya berat dari katup impuls tersebut.
Rancangan Pompa Hidram
Setelah diperoleh data lokasi tentang debit sumber air, perbedaan ketinggian dan daerah pelayanan, maka kita
dapat menghitung sebagai berikut, (Lya, 2014):
(7)
dimana; Q1 = debit sumber air yang masuk ke Pompa, Q2 = Volume air yang dihasilkan pompa (liter/menit), H1 =
beda tinggi jatuh vertical sumber air dengan pompa (m), H2 = ketinggian lokasi bak tampungan, r = rendemen atau
efisiensi (bernilai antara 0,5 – 0,6).
Kinerja (Performance) Hidram dapat dilihat seberapa besar debit yang keluar bia dibandingkan dengan debit yang
masuk atau dapat dikatakan efisiensi dari suatu pompa, besar efisiensi dari pompa dapat diestimasi dengan
persamaan berikut ini.
(8)
Dimana; efisiensi (%), Qin = debit yang masuk (liter/menit) dan Qout = debit yan keluar (liter/menit).
Standar Puskim berdasarkan Watt, (1974) menyusun besaran debit dan ukuran pompa seperti yang tercantum
pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Kapasitas berdasarkan ukuran pompa hidram Ukuran hidram 1 2 3 4 5 6
Diameter dalam mm 32 38 51 76 101 127
Inci 1¼ 1½ 2 3 4 5
Debit pompa dari 7 12 27 68 132 180
(Qs). (L/menit) ke x) 16 25 55 137 270 410
Sementara menurut Silver, (1977) jumlah maksimum dan minimum debit pemasukan yang harus tersedia disusun
dalam Tabel 2. Berikut ini.
Tabel 2. Besaran maksimum dan minimum debit pemasukan yang harus tersedia
Badan Pompa Pemasukan
minimum
Pemasukan
Maksimum
(inci) (mm) (L/menit) (L/menit)
1,00 25 7,6 37,9
1,50 37 17,1 56,8
2,00 51 30,3 94,6
2,50 63,5 56,8 151,4
3,00 76 94,6 265
4,00 102 151,4 378,5
3. METODOLOGI PENELITIAN
Rancang bangun Model pompa vachydram
Penelitian ini dilakukan dengan merancang model pompa vachydram yang merupakan gabungan antara pompa
vacuum dan hydram, seperti pada Gambar 8. Pompa vakum berfungsi untuk mengisap air dari sumber air yang diam
menjadi aliran yang dengan dit tertentu, sehingga aliran yang dihasilkan menjadi energi kinetik yang menggerakkan
pompa hidram untuk dapat menaikkan air dengan ketinggian tertentu. Rancangan model pompa ini dibagi atas 3
bagian utama, yaitu; A) rancangan model pompa vakum, B) rancann model pompa hidram dan C) pengukur output
pompa.
Rangkaian, bahan dan alat pompa vachydram
Rangkaian, bahan dan alat yang digunakan pompa vachydram secara jelas pada penomoran rangkiannya. Sumber air
dipasang dari container kapasitas 110 liter (no. 1), pipa hisap dari pipa PVC ” (no. 2) dengan ujung pipa
disambung dengan katup kaki PVC ” (no. 3). Pada bagian kiri-kanan atas drum (no. 8) dipasang pipa ” yang
dilengkapi dengan kran PVC ” (no. 4) dan reduser PVC ” (no. 5). Pada bagian kiri bawah dipasang pipa
PVC ” (no. 6) yang dilengkapi dengan kran PVC ” (no. 7) dan ujungnya dihubungkan dengan pipa output
pompa vakum ” (no. 9). Inilah rangkaian dan bahan yang digunakan untuk pompa vakum (bagian A). Output
pompa vakum (no. 9) menjadi input pada pompa hidram (bagian B).
Gambar 8. Model rancang bangun pompa vachydram
Selanjutnya pompa hidram yang dirancang terdiri atas 3 ukuran, yaitu; dan ”. Untuk menghubungkan
digunakan union PVC dan 1” (no. 10) yang dihubungkan dengan bagian utama pompa hidram, yaitu katup
limbah kuningan , ¾ dan 1” (no.11), lalu dihubungkan dengan katup penghantar kuningan , 3/4 dan 1”
(no. 12). Katup penghantar dihubungkan ke tabung udara yang dibuat dari PVC dan 3” (no. 17) yang dilengkapi
dengan Samsungan T (no 13), reduser ”, dan ” (n0. 15) serta penutup dari PVC , dan 3” (no. 18).
Ujung tabung udara dihubungkan dengan pengukur tekanan (no. 14) dan kran PVC , 3/4 dan 1” dan di akhiri
dengan union ke pipa output (no.19). Rangkaian, bahan dan alat tersebut di atas merupakan rangkaian pompa
hidram (bagian B). Terakhir bagian C adalah papan pengukur ketinggian aliran dan pengukur debit out put dari
pompa vachydram (n0. 20 dan 21), dengan variasi ketinggian 1, 2 dan 3 meter dari muka air di sumber air. Inilah
rangkaian, bahan dan alat yang digunakan dalam rancang bangun model pompa vachydram.
Prosedur pengoperasian pompa vachydram
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum proses running dilakukan, yaitu pastikan bahwa drum serta sambungan tidak mengalami kebicoran. Mengingat pompa vakum harus bebas dari kebocoran untuk menjaga tekanan dalam pompa tidak sama dengan tekanan udara luar (atmosfir). Sama halna dengan pompa hidram, tabung udara dan sambungannya harus bebas dari kebocoran, agar pompa hidram dapat memberi tekan maksimal untuk memompa air. Adapun langkah yang harus dilakukan dalam mengoperasi pompa vachydra adalah;
a. Set rangkaian pompa hidram terlebih dahulu sebelum dihubungkan ke pompa hidram, atur ketinggian muka air di container sumber air, pada pengujian ini ditetapkan 120 cm dari ketinggian pompa hidram, sementara ketinggian drum adalah bagian bawah 105 cm dan bagian atas 165 cm.
b. Pastikan kran no 4 terbuka, lalu isi drum dengan air hingga penuh dengan selang melalui inlet pada no. 5 terlihat melimpah air dengan stabil, tanpa terlihat gelembung udara
b. Setelah penuh air di dalam drum semua kran pada no. 4 ditutup, lalu buka stop kran no. 7, sehingga air
mengalir kepipa no. 9.
c. Perhatikan tinggi air pada sumber air di dalam kontainer no.1, bila terjadi perubahan ketinggian berarti pompa
vakum berjalan dengan baik, dan bila sebaliknya stop berarti ada bagian yang menalami kebocoran lalu
periksa dan perbaiki yang mengalami kebocoran sebelum melanjutkan running.
d. Sebelum dihubungkan ke pompa hidram, ukur debit yang keluar dari pipa out pompa vakum untuk melihat
kesesuaian debit dengan pompa hidram, agar pompa hidram dapat bekerja dengan baik.
21
. 20
5
5
4 4
19 . 2
k
1
18 6 8
17 7
9
16 14 15 . 11
8
10 13 12 10
A
v
c
v
v
v
v
1
3
C
B
165 cm 120 cm
e. Debit aliran diukur dengan metode volumetrik, dengan mengukur volume tampungan selama 1 menit,
sehingga debit output dalam liter/menit dapat diketahui.
f. Bila debit sudah memenuhi, lalu sambungkan pipa output pompa vakum dengan union ke pompa hidram, lalu
amati pompa hidram, bila katup limbah masih tertutup akibat aliran, berarti pompa hidram sudah bekerja, dan
bila airnya keluar dari katup berarti tekanan yang masuk sangat lemah, kemungkinan debit yang terlalu kecil
atau perlu menaikkan muka air di sumber air.
g. Bila pompa hidram sudah bekerja, meskipun katup limbah tertutup, maka colok katup limbah dengan tangan
hingga air memancar keluar, kemudian biarkan lagi dan perhatikan bila masih belum bekerja lanjutkan
mencolok kembali katup limbah sampai katup limbah tersebut mengalami gerakan tutup buka.
h. Bila katup limbah sudah mengalami tutup buka secara kontinyu, biarkan selama 1 menit, lalu matikan dan
amati tekanan yang terjadi pada pengukur tekanan. Pengukuran tekan dapat memberi gambaran ketinggian air
yang mampu dinaikkan oleh pompa hidram, misalkan 10 psi dapat menaikkan air setinggi sekitar 7 meter.
i. Buka kembali kran input agra air masuk kembali ke pompa hidram, ulangi point (g) hingga pompa hidram
bekerja tutup buka secara kintinyu.
j. Buka kran no. 16, perhatikan pergerakan air yang naik secara perlahan-lahan hingga ketinggian yang
dinginkan. Ukur volume air yang keluar melalui pipa no. 19 dan mengisi wadah tampungan no. 20 yang
dilekatkan pada papan no. 21 selama 1 menit. Lalu hitung debit yang dihasilkan oleh pompa hidram. Maka
selesai proses running menggunakan pompa vachydram.
k. Lakukan pengulangan hingga pengukuran selesai.
Pengukuran dan analisis Data
Running dilakukan pada ketiga variasi ukuran pompa hidram yaitu; dan ”. Pengukuran debit dilakukan
pada variasi ketinggian ketinggian 200, 300 dan 400 cm dari pompa hidram. Seri rancangan percobaan yang
dilakukan dengan tiga kali pengulangan dan hasilnya pengukuran diolah dengan menggunakan software excel untuk
mendapatkan pengaruh ukuran pompa dan ketinggian out terhadap debit aliran output dari pompa.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan meliputi analisa debit output berdasarkan tinggi muka air di sumber air dan diameter pipa
hantar (delivery pipe) dan analisa hubungan antara ukuran pompa dan ketinggian pancaran air terhadap debit output
aliran.
Analisa debit output pompa vakum
Pngukuran debit dilakukan sebanyak 5 kali dengan variasi ketinggian muka air di sumber air dan diameter pipa
hantar. Ketinggian muka air di sumber air di set setinggi 80 dan 120 cm, dengan ukuran pipa output disesuaikan
denganukuran pompa hidram yaitu 1/2 , 3/4 dan 1 inch. Hasil pengukuran dapat dilihat pada gambar 9, dimana
besaran debit out cenderung naik dengan peningkatan diameter pipa hantar.
Gambar 9. Hubungan tinggi muka air dan diameter pipa hantar
Hasil juga menunjukkan bahwa debit output juga meningkat dengan meningkatnya ketinggian muka air di sumber
air. Debit output pompa vakum yang dihasilkan antara 14-22 l/menit. Menurut Silver (1977), untuk menjalankan
pompa hidram diperlukan debit minimum 7,5 l/menit dan maksimum 37,9 l/menit, (lihat Tabel 2 di atas). Jadi
pompa vakum sangat layak untuk difungsikan untuk menggerakkan pompa hidram mengingat debit yang dihasilkan
berada diantara standar yang ada, atau dengan kata lain rancang bangun pompa vachydram dapat digunakan.
Analisa ukuran pompa terhadap debit dan ketinggian output aliran
Hasil pengukuran debit output pada setiap ketinggian output aliran dengan 3 kali seri percobaan diperoleh hasil rata-
rata seperti yang tercantum pada Tabel 3. Harga debit output berkisar antara 0,60-2,25 l/menit. Bila dihitung dengan
menggunakan Rumus 7, dimana beda elevasi antara tinggi sumber muka air dengan pompa hidram (H1=1,20 m),
tinggi elevasi output aliran (H1=3,0 m), debit input (Qi=14 l/menit) dan rendemen (r=0,5), maka diperoleh debit
output aliran sebesar 2,8 l/menit. Nilai estimasi ini masih jauh lebih besar dari hasil pengukuran. Ini disebabkan
karena nilai rendemen yang diambil terlalu tinggi bila dibandingkandengan efesiensi yang dihasilkan dari aliran
pompa berkisar antara 6-13% lebih kecil dari 0,5. Perbedaan in perlu dikaji ulang untuk menyesuaikan kembali nilai
rendemen yang ditetapkan secara teori sebesar 0,5-0,6. Perlu kajian kehilangan air yang terjadi sewaktu masuk ke
tubuh pompa hidram, air buangan pada katup limbah dan kehilangan di pipa hantar (delivery pipe) dan kehilangan
lainnya.
Tabel 3. Hasil pengukuran debit untuk variasi ukuran pompa dan ketinggian output aliran
Ukuran pompa
Debit output (liter/ menit)
Ketinggian output aliran (cm)
200 300 400
1/2” (1,27 cm) 0,88 0,67 0,60
3/4” (1,905 cm) 2,00 1,51 1,36
1” (2,540 cm) 2,25 1,80 1,53
Secara umum hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada pengaruh ukuran pompa dan ketinggian output aliran.
Debit output mempunyai kecenderungan meningkat dengan makin besar ukuran pompa hidram. Untuk jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 10. Sebaliknya debit output pompa berkurang dengan meningkatnya ketinggian output
aliran, seperti yang terlihat pada Gambar 11.
Gambar 10. Hubungan ukuran pompa hidram dengan debit output pompa
Sewaktu dilakukan penambahan ketinggian output aliran hingga 5 m, pompa ukuran 1/2 inch masih tetap bekerja
namun tidak mampu lagi mengalirkan air, hal ini disebabkan desakan pompa ½ inch tidak lagi sanggup menahan
berat air yang ada di pipa hantar. sementara pompa 3/4 dan 1 inch masih mampu memompa air dengan ketinggian 6-
7 m meskipun sangat kecit volume yang dihasilkan. Dari hasil pengukuran tekanan menggunakan alat pengukur
tekanan yang dipasang pada dipompa 3/4 dan 1 inch diperoleh tekanan antara 9-10 psi. Nilai ini bila dikonversikan
diperoleh ketinggian maksimum yang dapat dihasilkan oleh pompa adalah sekitar 6-8 m. Untuk mendapatkan debit
yang dibutuhkan maka beda elevasi antara muka air sumber dan pompa perlu dinaikkan. Cara lain adalah pompa
vakum perlu diupayakan dapat menghasilkan daya hisap yang lebih baik agar debit yang dihasilkan dapat
meningkat.
Gambar 11. Hubungan ketinggian output aliran dengan debit output pompa
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa rancang bangun pompa vachydram sudah dapat bekerja
dengan baik walaupun dirasa masih ada kelemahan, khususnya daya hisap pompa vakum. Namun kelebihan pompa
vachydram adalah tanpa bahan bakar dan energi listrik, dan ramah lingkungan dengan tanpa merusak daerah sumber
dengan membangun intake atau bendung untuk mengalirkan air ke pompa. Atas dasar ini maka rancang bangun
pompa vachydram dapat dikatakan peralatan yang memenuhi konsep hijau (green equipment concept).
Oleh karena itu, perlu kajian lebih lanjut untuk merancang pompa ini menjadi lebih efektif dan efisien dan berdaya
guna dalam pemenuhan ketersediaan air baik untuk air bersih maupun untuk kebutuhan lahan pertanian.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dari hasil pengukuran dan perhitungan dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan
antara lain:
Pompa vachydram sangat baik untuk digunakan karena dapat membantu menaikkan air pada suatu genangan,
dengan debit input 14 liter/menit dan beda tinggi pompa dengan muka air sumber 1,2 meter, dapat menghasilkan
debit output sebesar 0,60-2,25 liter/menit pada ketinggian 2-4 meter
Meskipun efesiensi pompa antara 6-13%, pompa vachydram sangat baik untuk digunakan karena tanpa
menggunakan energi listrik dan bahan bakar, di samping itu penggunaannya tidak merusak lingkungan di sekitar
genangan tersebut, jadi bisa dikatakan pompa ini ramah lingkungan dan memenuhi konsep green.
Pompa ini sangat baik digunakan pada daerah yang mempunyai beda elevasi muka air lebih dari 1 meter, sehinga air
dapat dinaikkan pada lahan yang mempunyai elevasi lebh dari 5 meter.
Ukuran pompa sangat mempengaruhi debit output yang dihasilkan di samping kemampuan mengalirkan aliran pada
elevasi yang lebih tinggi, semakin besar ukuran pompa semakin besar debit dan ketinggian aliran yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arie, H. dan Heru, D.W., 2006, Rancang Bangun Pompa Hidram, JAI Vol.2, No.2 2006, Pusat Teknologi
Lingkungan (PTL), Kedeputian Bidang Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Alam (TPSA), Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta.
BPS, Provinsi Aceh (2016), Aceh dalam Angka 2016, (online) http://aceh.bps.go.id)
Jeffery, T. D., 1992, Hydraulic Ram Pumps - A Guide to Ram Pumps Water Supply System, Intermediate