-
STUDI ANALISIS KISAH NABI SULAIMAN AS DALAM BUKU
CERITA ANAK: KOMPARASI ATAS KISAH NABI SULAIMAN
AS DALAM TAFSIR AL-QUR’AN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Siti Nafisah
11150340000189
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
-
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
STUDI ANALISIS KISAH NABI SULAIMAN AS DALAM BUKU
CERITA ANAK: KOMPARASI ATAS KISAH NABI SULAIMAN
AS DALAM TAFSIR AL-QUR’AN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Siti Nafisah
11150340000189
Dosen Pembimbing
Syahrullah, MA.
NIP: 197808182009011016
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
-
dc
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Skripsi yang berjudul STUDI ANALISIS KISAH NABI SULAIMAN A.S
DALAM BUKU CERITA ANAK: KOMPARASI ATAS KISAH NABI SULAIMAN A.S
DALAM TAFSIR AL-QUR'AN telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah
Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1 September 2020. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir.
Jakarta, 21 Oktober 2020
Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap
Anggota,
Dr. Eva Nugraha, MA.
Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH NIP. 19710217 199803 1 002 NIP.
19820816 201503 1 004
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Dr. M. Suryadinata, M.Ag
DR. H. Mafri Amir, M.Ag NIP. 19600908 198903 1 005 NIP. 19580301
1992031 001
Pembimbing,
Syahrullah, MA. NIP. 19780818 200901 1 016
USERTypewritten textiii
-
iv
ABSTRAK
Siti Nafisah
“Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Buku Cerita Anak: Studi
Analisis
atas Kisah Nabi dalam Al-Qur’an”
Terdapat banyak kisah-kisah Nabi yang ada di dalam buku
cerita
anak yang menggambarkan dan menceritakan sesuatu yang tidak
tertulis
sebagaimana yang tertulis di al-Qur‘an. Ada hal yang kurang atau
kurang
tepat dalam menyikapi kisah Nabi dalam al-Qur‘an yang banyak
diadaptasi menjadi buku cerita anak.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif analisis dan merupakan penelitian kepustakaan
(library
research). Jenis penelitian ini kualitatif sesuai untuk
diterapkan pada
penelitian ini, karena penelitian ini dimaksudkan untuk
menggambarkan
secara komprehensif sumber-sumber kepustakaan, dan digunakan
untuk
menjawab pokok permasalahan yang telah dirumuskan.
Penyajian Kisah Nabi Sulaiman a.s oleh Iwok Abqary cukup
sederhana dan dapat dengan mudah dipahami. Meski belum
sesederhana
yang diharapkan, tapi bahasa penulisannya cukup bisa dipahami
anak-
anak usia dasar dan pra-sekolah. Penggambaran dalam buku cerita
karya
Iwok Abqary juga tidak asal, para nabi dan rasul tidak
diwujudkan dalam
gambar. Hanya makhluk hidup yang ada di bumi yang digambarkan
secara
jenaka. Para pembaca, yang notabene adalah anak-anak, dapat
menjadi
lebih tertarik karena dilengkapi gambar yang full colour. Di
dalam buku
Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Iwok Abqary belum disajikan
poin-poin
penting tentang isi cerita. Jadi, masih butuh peranan orang tua
untuk
menjelaskan kepada anak tentang inti cerita sekaligus ibrah apa
yang dapat
diambil.
Kata Kunci: Nabi Sulaiman a.s, cerita anak.
-
v
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur hanya untuk Allah SWT, karena
berkat
rahmat nikmat serta anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi
dengan judul ―Studi Analisis Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Buku
Cerita
Anak: Komparasi atas Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Tafsir
Al-Qur‘an‖
Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi
Agung
Muhammad Saw yang selalu memberi syafaat kepada umatnya dari
setiap
lafal shalawat yang terucap.
Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput
dari
dukungan, arahan dan bantuan banyak pihak, dengan segala
kerendahan
hati dan rasa syukur penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA., Selaku
Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA., Selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, MA., Selaku Ketua Program Studi Ilmu
al-
Qur‘an Dan Tafsir dan Bapak Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH Selaku
Sekertaris Program Studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Muslih, Lc., M.Ag., Selaku Dosen Pembimbing
akademik
yang telah memberikan banyak nasihat dan kemudahan bagi
penulis
dalam mengurus administrasi dan penyelesaian skripsi.
5. Bapak Syahrullah, MA., Selaku Dosen pembimbing skripsi yang
telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan
mengarahkan
serta mengkoreksi dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh guru besar dan dosen Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan
-
vi
serta pengalaman kepada penulis. Serta para staf dan
karyawan
Fakultas Ushuluddin yang sudah memberikan kemudahan dalam
mengurus administrasi dan berkaitan dengan skripsi penulis.
7. Untuk kedua orang tua yang penulis cintai Alm. Papa Ahmad
Muhammad Nur, dan Mama Hilda Farida Asma, yang selalu
mendoakan kebaikan dalam segala aktivitas penulis dan selalu
memberikan dukungan, perhatian, kasih sayang dan doa yang
tak
pernah putus selama ini. Terima kasih atas segalanya semoga
selalu
dapat membahagiakan dan membanggakan sehingga dapat menjadi
anak yang berbakti.
8. Untuk kakak saya Nuraida Maharani Ahmad dan adik saya
Nuraini
Salsabillah Ahmad yang selalu memberikan dukungan dan doanya
kepada penulis di saat penulis terbentur pada kesulitan
dalam
menyelesaikan skripsi ini. Sekali lagi terima kasih atas
segalanya
semoga kelak kita akan menjadi anak yang membanggakan bagi
Papa
dan Mama.
9. Untuk diri saya sendiri, terima kasih banyak telah mau
berjuang
hingga titik akhir perkuliahan. Semoga semakin giat belajar
kembali
mendalami apa yang sudah dipelajari selama perkuliahan.
10. Untuk sahabat seperjuangan penulis dibangku kuliah
Kholishoh
Qothrunnada, Nabila Bulqois, Nada Silvia Ady Sanusi, Ulfa
Fauziah,
Fiza Intan Naumi, Winda Ayu Pertiwi, Fitrah Amaliah, Munirah
Humayirah Imran terima kasih telah berbagi canda, tawa, suka
maupun duka kepada penulis selama ini, dan terima kasih juga
kepada
Muftie Arief atas segala bantuan dan dukungan serta hiburan
dalam
merampungkan penulisan ini.
11. Untuk saudara sekamar selama perkuliahan sampai saat ini
Ahdani
Samsul Anwar, Annisa Muvie Sabrina, Fitri Sulastri, Faizah
Azizah,
-
vii
Faizah Nurhidayah terima kasih telah menemani penulis dua
puluh
empat jam di perantauan selama ini.
12. Untuk teman-teman Tafsir Hadist 2015, terkhusus bagi
teman-teman
TH E yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, semoga
silaturrahim
kita tetap terjaga dan takkan retak walaupun jarak memisahkan
kita.
13. Kepada teman-teman KKN 033 ―Mabar‖ 2018 Mauk Barat
Kabupaten Tangerang, terima kasih atas pelajaran dan
pengalaman
berharga yang tidak bisa dilupakan.
14. Kepada saudariku ISYKAMELA 625 Jabodetabek & HIKAM
Jabodetabek yang telah membantu dan memberikan semangat
dalam
penulisan karya ini. Semoga ukhuwah kita tetap terjalin.
15. Seluruh rekanita PC IPPNU Tangsel dan PP IPPNU, tidak
mengurangi rasa hormat, terima kasih atas pengalaman,
pembelajaran,
dan perjuangan bersama-sama kalian dan menjadi bagian dari
keluarga besar IPPNU.
16. Seluruh keluarga Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa
(HIQMA)
UIN Jakarta, dan semuanya yang tidak dapat disebutkan namanya
satu
persatu namun tidak mengurangi rasa hormat, terima kasih atas
ilmu
dan pengetahuan yang telah diberikan, senang bisa
berkontribusi
bersama HIQMA UIN Jakarta.
17. Teman-teman UKM (Unit Kuy Mahasiswa) teman berbagi
kepenatan
dan ―selalu kuy‖ Adji Vikiantoro, Gusti Fatia Cahyani, Amar
Habibi,
Isa, Awaluddin Jauhar, Ahmad Saogi, Fahriza Hafiz, Imaduddin
Zikky, Atika Fitriana, Ulul Albab, Rif‘at Sayuqi, Amirullah,
Ahmad
Ridwan, Siti Mudrikah dan Meliana.
18. Kawan-kawan yang telah memberikan cerita dan bersedia
meluangkan waktu berbagi keluh kesah selama penulis
mengerjakan
penelitian ini, Gita Safitri Ilusi, Nurfaidah Mahmudah, Nur
Afiatul
-
viii
Azizah, Riza Muhammad, Ahmad Dalihan, Bilqis Khoiriyyah,
Asep
Muhammad Nasrudin Hasyim, Rinaldi Kusuma, Muhammad Irfan,
Evan Rinaldi Karimullah, Zulfahmi.
19. Terakhir kepada seluruh pihak yang tidak bisa diucapkan satu
persatu
yang telah membantu penulisan ini, semoga Allah senantiasa
memberikan rahmat dan pertolongan serta membalas setiap
kebaikan
kalian, Jazākumullah Khairan Jazā.
Demikianlah ucapan terimakasih yang penulis haturkan atas
semua
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Jakarta, 10 Juni 2020
Penulis,
-
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil
keputusan
bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan
RI. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543/U/1987
1. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf
latin
dapat dilihat pada tabel berikut:
No Huruf
Arab
Huruf
Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا .1
B Be ب .2
T Te خ .3
Ṡ Es dengan titik atas ث .4
J Je ج .5
Ḥ h dengan titik bawah ح .6
KH ka dan ha ر .7
D De د .8
Ż Z dengan titik atas ذ .9
R Er ر .10
Z Zet ز .11
S Es س .12
Sy es dan ya ش .13
Ṣ es dengan titik di bawah ص .14
Ḍ de dengan titik di bawah ض .15
Ṭ te dengan titik di bawah ط .16
Ż zet dengan titik di bawah ظ .17
-
x
koma terbalik di atas hadap kanan ع .18
G Ge غ .19
F Ef ف .20
Q Ki ق .21
K Ka ك .22
L El ل .23
M Em م .24
N En ى .25
W We و .26
H Ha ه .27
Apostrof ˋ ء .28
Y Ye ي .29
Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya
tanpa
diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir,
maka ditulis
dengan tanda (‘).
a. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti dalam vokal bahasa
Indonesia,
terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau
diftong.
Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
َ A Fatḥah
َ I Kasrah
َ U Ḍammah
-
xi
Adapun untuk vokal rangkap bahasa Arab, yang lambangnya
berupa
gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa
gabungan
huruf yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai Fatḥah dan ya ا ي
Au Fatḥah dan wau ا و
b. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa
Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal Latin Keterangan
Ā a dengan garis di atas تا
Ī i dengan garis di atas ت ي
Ū u dengan garis di atas ت ى
c. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan
dengan
huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti
huruf syamsiah
maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al-dīwān
bukan
ad- dāwān.
d. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydìd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan
dengan sebuah tanda tasydìd ) َ ) dalam alih aksara ini
dilambangkan
dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi
tanda
syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang
menerima
-
xii
tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-
huruf syamsiyah. Misalnya, kata (الضرورج) tidak ditulis
ad-ḍarūrah
melainkan al-ḏarūrah, demikian seterusnya.
e. Ta Marbūṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah
terdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut di alih aksarakan
menjadi
huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku
jika ta
marbûah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‟t) (lihat contoh
2). Namun,
jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka
huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
Ṭarīqah طريقح 1
al-Jāmi‗ah al-Islāmiyyah الجاهعح اإلسالهيح 2
الىجىد وددج 3 Waḥdat al-wujūd
f. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf tidak dikenal, dalam
alih
aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan
mengikuti
ketentuan yang berlaku dalam Ejan Bahasa Indonesia (EBI), antara
lain
untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat,
nama
bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh
kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama
diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū
Hāmid al-
Ghazālī bukan Abū Hāmid Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat
diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak
miring
(italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku
itu ditulis
-
xiii
dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih
aksaranya,
demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak
dialihaksarakan
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya
ditulis
Abdussamad al-Palimbani, tidak ‗Abd al-Samad al-Palimbani:
Nuruddin
al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.
g. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi‟l) , kata benda (ism), maupun
huruf
(harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh
alih aksara
atas kalimat-kalimat dalam Bahasa Arab, dengan berpedoman
pada
ketentuan di atas.
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustādzu األستاذ ذهة
tsabata al-ajru األجر ثثد
al-ḥarakah al-„asriyyah العصري د الذرمد
asyhadu an lā ilāha illā Allāh هللا إال إله ال اى أشهد
maulāna Malik al-sāliẖ الصالخ هلل هىالنا
yu‟atstsirukum Allāh هللا يؤثرمن
Al-maẓāhir al-„aqliyyah العقليد الوظاهر
Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri
mereka.
Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak
perlu di
alih aksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nūr Khālis
Majīd;
Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman, bukan Fadl
al-
Rahmān.
-
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBIMBING.......................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN
.....................................................................iii
ABSTRAK
................................................................................................iv
KATA PENGANTAR
..............................................................................
v
PEDOMAN
TRANSLITERASI...........................................................
ix
DAFTAR ISI
..........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
........................................................................
1
B.
Permasalahan..........................................................................................
7
1. Identifikasi
Masalah................................................................................
7
2. Pembatasan dan Perumusan
Masalah......................................................8
C. Tujuan
Penelitian....................................................................................
8
D. Manfaat
Penelitian..................................................................................9
E. Kajian
Pustaka.........................................................................................9
F. Metodologi
Penelitian............................................................................18
1. Jenis
Penelitian.......................................................................................18
2. Metode Pengumpulan Data
...................................................................18
3. Metode
Pembahasan.............................................................................
19
4. Teknik
Penulisan...................................................................................
21
G.Sistematika Penulisan
...........................................................................21
BAB II KISAH-KISAH AL-QUR’AN DALAM ULUM AL-QUR’AN
A. Definisi
Kisah.......................................................................................23
B. Cerita Dalam
Al-Qur‘an.......................................................................
24
1. Macam-macam Cerita Dalam Al-Qur‘an
..............................................25
C. Pengertian Kisah Dalam
Al-Qur‘an.....................................................
27
D. Hikmah Kisah Dalam Al-Qur‘an
.........................................................29
-
xv
E. Karakteristik Kisah Dalam
Al-Qur‘an.................................................. 32
F. Berulangnya Kisah Dalam Al-Qur‘an
..................................................36
G. Macam-macam Kisah Dalam Al-Qur‘an
.............................................37
H. Tujuan Kisah Dalam
Al-Qur‘an...........................................................
45
BAB III BIOGRAFI IWOK ABQARY DAN KARYA-KARYANYA
A. Biografi Iwok
Abqary...........................................................................47
B. Karya-karya Iwok
Abqary.....................................................................49
C. Cerita Singkat Buku Cerita Anak Kisah 25 Nabi &
Rasul...................51
BAB IV ANALISIS KISAH NABI SULAIMAN AS DALAM BUKU
CERITA ANAK 25 NABI DAN RASUL KARYA IWOK ABQARY
A. Gaya Penulisan Iwok Abqary
..............................................................53
B. Refrensi Yang Digunakan Iwok
Abqary...............................................55
C. Penafsiran Kisah Nabi Sulaiman a.s Dalam Buku Iwok Abqary
.........60
D. Pandangan Mufassir Terhadap Kisah Nabi Sulaiman
a.s.....................62
1. Penafsiran Tafsir Ibn Katsir Tentang Kisah Nabi Sulaiman
a.s............63
2. Penafsiran Tafsir Al-Misbah Tentang Kisah Nabi Sulaiman
a.s...........65
3. Penafsiran Tafsir Al-Thabari Tentang Kisah Nabi Sulaiman
a.s...........66
E. Kontekstualitas Kisah Nabi Sulaiman: Antara Pesan Moral dan
Fakta
Sejarah......................................................................................................10
F. Kritik terhadap Pola Penyajian Kisah Nabi Sulaiman dalam Buku
Cerita
Anak Kisah 25 Nabi & Rasul Karya Iwok
Abqary................................... 73
G. Pesan Moral dari Kisah Nabi Sulaiman a.s dan Semut
........................75
1. Tolong Menolong Antar Sesama
..........................................................76
2. Menabung Sebagai Amal Kebaikan
......................................................78
3. Sabar
.....................................................................................................79
4. Etos Kerja
..............................................................................................82
5. Bersyukur Atas Nikmat
.........................................................................83
-
xvi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
..........................................................................................87
B. Kritik dan Saran
...................................................................................89
Daftar Pustaka
...........................................................................................91
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‘an al-Karim merupakan suatu mukjizat bagi Islam yang
bersifat kekal, dan bukan rahasia umum lagi jikalau kemajuan
ilmu
pengetahuan yang terjadi pada saat ini, bahwasaanya telah
dijelaskan
terlebih dahulu di dalam al-Qur‘an. Salah satu mukjizat yang
diturunkan
oleh Allah terhadap Nabi Muhammad Saw. ini bertujuan
membebaskan
manusia dari segala belenggu ataupun kegelapan menuju jalan
yang
terang, karena al-Qur‘an sendiri merupakan suatu petunjuk menuju
jalan
yang lurus.1
Sejak Islam lahir, telah memberikan berbagai sumbangsih
dalam
kehidupan yang di antaranya yakni dedikasi yang begitu besar
terhadap
ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan wahyu yang
diturunkan
pertama kali terhadap Nabi Muhammad Saw. sebagaimana bunyinya:
نإ َلمإ َعلََّم اْلإِ َرمُ (2) الَِّذي َعلََّم بِالإَقَلمِ (1)
َساَن َما َلَإ يَ عإ َكإ رَأإ َوَربَُّك اْلإ نإَساَن ِمنإ (3) اق إ
َخَلَق اْلإِ
ِم َربَِّك الَِّذي َخَلقَ (4) َعَلقٍ رَأإ بِاسإ (5) اق إ
―Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, (1) Dia
telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. (2) Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam, (4) Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (5)‖ (Q. S.
al-‗Alaq [96]:
1-5)
Dari ayat tersebut, diingatkan bahwa sejak awal Islam datang
membawa semangat keilmuan. Sebagaimana ayat di atas yang
menyeru
manusia agar gemar membaca, dalam artian sesuatu yang
berhubungan
dengan keilmuan, seperti menulis ataupun melakukan suatu
penelitian.2
1Mudakir AS, Studi Ilmu-ilmu Qur‟an, (Bogor: Pustaka Litera
antar Nusa, cet. 10,
2007), 1. 2Yusuf Qardhawi, Al-Qur‟an Berbicara tentang Akal dan
Ilmu Pengetahuan,
(Jakarta: Gema Insani, 1999), 91.
-
2
Al-Qur‘an suatu kitab pendidikan yang luhur, bukan hanya
sekedar
untuk dibaca maupun dihafal, melainkan juga agar dipahami
dan
dipelajari. Sebagai halnya kisah-kisah umat terdahulu yang
terdapat di
dalam al-Qur‘an, salah satu adanya penyebutan kisah-kisah umat
tedahulu
guna memberikan pelajaran bagi umat-umat yang hidup setelahnya.
Dari
setiap kisah yang disebutkan di dalam al-Qur‘an, tentunya
memiliki pesan
moral sehingga sebagai umat Nabi Muhammad Saw. dapat mengambil
sisi
baiknya dan membuang sisi buruknya. Sebagaimana firman-Nya.
َلإَباِب رٌَة ِْلُوِل اْلإ ِديَق الَِّذي َ َلَقدإ َكاَن ِف
َقَصِصِهمإ ِعب إ تَ َرٰى َولَِٰكنإ َتصإ َما َكاَن َحِديثًا يُ
فإِمُنونَ ٍم يُ ؤإ َة لَِقوإ ٍء َوُىًدى َوَرْحإ ِصيَل ُكلِّ َشيإ َ
يََديإِو َوتَ فإ بَ ْيإ
―Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran
bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman.‖ (Q. S.
Yusuf [12]: 111)
Kisah pada al-Qur‘an tidak hanya mendeskripsikan kejadian
lokal
yang terikat pada satu waktu yang eksklusif, dan juga
mendeskripsikan
insiden yang terpisah dari satu tanda-tanda kehidupan yang lebih
besar.
Selain itu, kisah pula adalah bagian dari gelombang sejarah
kehidupan
semua umat manusia. Dalam artian, semua kisah yang disebutkan di
dalam
al-Qur‘an merupakan dan ditujukan untuk semua umat manusia
tanpa
terkecualipun.
Pada kehidupan sehari-hari, kisah-kisah yang disebutkan di dalam
al-
Qur‘an sangatlah menyatu dengan masyarakat. Beraneka macam
bentuk
penyampaian telah dilakukan, di antaranya publikasi serta
dokumentasi,
seperti buku serta majalah yang spesifik membahas perihal kisah
pada al-
Qur‘an yang telah banyak disusun. Banyak penceramah atau
para
pendakwah yang tak jarang menorehkan kisah pada setiap isi
pidato yang
disampaikan terhadap para pendengarnya atau jamaah.
-
3
Sampai pada fase sekarang ini, seiring kemajuan teknologi
yang
semakin pesat, penyampaian kisah telah mengalami banyak
sekali
kemajuan. Seperti yang telah diketahui, berbagai penayangan
konten
islami dalam stasiun televisi telah dilakukan. Salah satu konten
islami
tersebut di antaranya adalah menyajikan kisah yang terdapat di
dalam al-
Qur‘an, seperti kisah para nabi serta kisah teladan yang lain.
Menariknya,
tayangan ini menjadi salah satu tayangan yang menempati posisi
dengan
rating tertinggi, adapun salah satu penyebab hal tersebut adalah
adanya
minat penonton yang sangat tinggi.
Selain ditayangkan dalam acara televisi, kisah-kisah dalam
al-Qur‘an
terutama yang berkaitan dengan kisah 25 nabi dan rasul ditulis
dalam
bentuk buku cerita atau yang biasa dikenal buku cerita anak.
Menariknya
di sini adalah jika pada al-Qur‘an tidak dijelaskan secara
menditail, seperti
penggambaran dalam cerita Nabi Sulaiman yang memiliki beberapa
versi
ketika dipaparkan di dalam buku cerita anak. Misalnya, bagian
dalam
istana Nabi Sulaiman yang mana di dalam buku cerita disuguhkan
secara
jelas. Lalu bagaimana buku cerita bisa menggambarkan nabi hanya
dalam
sekejap mata dapat berbicara dengan hewan ataupun makhluk hidup
yang
lain?
Akan hal tersebut, timbullah suatu pertanyaan apakah pembaca
telah
mampu atau bisa menyimpulkan pesan yang sejatinya sebagai misi
primer
sebuah kisah nabi yang terdapat dalam buku cerita anak? Apakah
pembaca
telah mengambil „ibrah atau pembelajaran yang secara eksplisit
tertuang
jelas dalam kisah nabi di buku cerita anak? Kenyataannya, apakah
telah
berlangsung perubahan pada masyarakat ke arah yang lebih baik
seiring
banyaknya penyampaian kisah nabi yang telah disebarluaskan
oleh
beraneka macam media di berbagai kalangan?
-
4
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat terjawab menggunakan
penelitian secara langsung dengan melihat kondisi masyarakat
pada
sekarang ini. Menurut penulis, terjadi ketidak-sinambungan dalam
jati diri
masyarakat antara banyaknya penyampaian kisah menuju perubahan
ke
arah yang lebih baik yang justru sebagai pesan atau misi primer
sebuah
kisah. Kemudian apa penyebab ketidak-sinambungan tadi dapat
terjadi?
Apakah materi kisah tersebut yang harus diulas kembali baik
dalam
bentuk pemahamannya sekalipun? Lalu bagaimana sudut pandang
masyarakat terhadap kisah yang wajib diulas kembali?
Sejatinya, kisah merupakan bagian integral dari al-Qur‘an
yang
diyakini akan keabsahannya, sebab keaslian sebuah kisah
telah
memperoleh jaminan langsung dari Allah Swt. Sebagaimana yang
telah
dipaparkan dalam surah Âli ‗Imrân ayat 62 dan Yûsuf ayat 111
yang
menyatakan bahwasanya kebenaran sebuah kisah menjadi petunjuk
dan
sekaligus sebagai suatu pembelajaran.
قُّ َذا ََلَُو الإَقَصُص اْلَإ ٍو ِإَّلَّ اللَُّو َ ِإنَّ ىَٰ
ِكيمُ َ َوَما ِمنإ إِلَٰ َوِإنَّ اللََّو ََلَُو الإَعزِيُز
اْلَإ―Sesunguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan
(yang berhak
disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha
Perkasa
lagi Maha Bijaksana.‖ (Q. S. Âli ‗Imrân [3]: 62)
َلإَباِب رٌَة ِْلُوِل اْلإ ِديَق الَِّذي َ َلَقدإ َكاَن ِف
َقَصِصِهمإ ِعب إ تَ َرٰى َولَِٰكنإ َتصإ َما َكاَن َحِديثًا يُ فإ َ
ِمُنونَ بَ ْيإ ٍم يُ ؤإ َة لَِقوإ ٍء َوُىًدى َوَرْحإ ِصيَل ُكلِّ
َشيإ يََديإِو َوتَ فإ
―Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran
bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al-Qur‘an itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman.‖ (Q. S.
Yûsuf [12]: 111)
Berdasarkan dua ayat tersebut, jelaslah akan aktualitas kisah
nabi
yang terdapat di dalam al-Qur‘an. Jika terjadi perbedaan atau
melahirkan
pengungkapan kisah yang berbeda-beda, maka hal tersebut
merupakan
-
5
kesalahan yang lahir dari masyarakat dalam upaya memahami
dan
mempelajari kisah nabi dalam al-Qur‘an itu sendiri. Lahirnya
berbagai
pemahaman inilah yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan
antara
banyaknya penyajian kisah dengan hasil yang menjadi tujuan dari
kisah itu
sendiri.3
Dari beberapa permasalahan yang telah dipaparkan di atas,
menurut
penulis kajian yang fokus membahas tentang kisah nabi dalam buku
cerita
anak perlu diterapkan dalam konteks sosial modern. Hal ini
bertujuan agar
dapat dipetik hikmah serta pelajaran („ibrah) sehingga perbaikan
kondisi
masyarakat Indonesia dapat terlaksana terutama dalam situasi
krisis moral
seperti saat ini, misalnya tindakan korupsi, perusakan alam,
hingga
menngkatnya kasus kriminalitas (kejahatan). Pemahaman yang baik
dan
benar perihal kisah di dalam al-Qur‘an diharapkan dapat
mengobati
berbagai penyakit sosial yang berada di tengah-tengah
masyarakat.
Dari beberapa yang telah penulis telusuri sebelumnya, telah
ditemukan separo dari buku cerita anak yang tersebar di
kalangan
masyarakat tidak sesuai dengan apa yang telah tercantum di dalam
al-
Qur‘an. Oleh sebab itu, dibutuhkan pendekatan baru yang lebih
baik
tatkala mempelajari kisah nabi dalam buku cerita anak. Akan
tetapi,
sebuah pendekatan baru cenderung relatif, karena sejatinya
menceritakan
sebuah peristiwa yang terdapat dalam kisah al-Qur‘an tidaklah
cukup,
tentunya harus disertai dengan cara-cara baru agar sebuah kisah
tidak
hanya dapat dijadikan sebagai pembelajaran melainkan juga
untuk
membangun tatanan kehidupan yang selaras menggunakan misi
utama
yaitu al-Qur‘an. Dengan melihat kembali tujuan al-Qur‘an itu
sendiri,
yakni menjadi pedoman hidup umat manusia yang berisi
kebenaran.
3Muhammad Ahmad Khalafullâh, al- Fann al- Qasasî fî al-Qur‟an
al-Karîm
(Beirut: Sîna li al-Nasyr, 1999), 6.
-
6
Hal menarik lainnya adalah menceritakan sebuah kisah
dipercaya
menjadi cara untuk menarik perhatian beraneka ragam kalangan
yang
tidak terbatas, baik dalam usia tua atau masih belia, kaya atau
kurang
mampu, baik selaku penguasa ataupun rakyat biasa, dan lain
sebagainya.
Hal inilah yang menjadi salah satu alasan lahirnya buku cerita
anak yang
di dalamnya mengupas seputar kisah-kisah dalam al-Qur‘an.
Yang
menjadi pertanyaan di sini, apakah kisah nabi dalam buku cerita
anak
terdapat penambahan atau justru terdapat penghapusan cerita
serta dari
mana sumber yang menjadi landasan dalam buku cerita anak.
Faktor
tersebut merupakan salah satu yang menjadikan penulis tertarik
untuk
menindak lanjuti kisah nabi dalam al-Qur‘an yang diadaptasi
dalam buku
cerita anak.
Pada redaksinya, kisah nabi didalam al-Qur‘an tak tersusun
sesuai
kronologi insiden yang sebenarnya, tetapi diadaptasi menggunakan
tujuan
kisah dan keadaan jiwa Nabi Muhammad Saw. Pada saat turunnya
wahyu.
Berkaitan dengan hal ini, Muhammad ‗Abduh beropini bahwa
al-Qur‘an
tidak bermaksud menggambarkan materi sejarah atau membahas
insiden
secara kronologis dan jelas.4 Selaras dengan adanya ungkapkan
tersebut
menunjukkan pentingnya menindaklanjuti, seperti mengharuskan
adanya
perbandingan untuk memahami, mengetahui, serta mencocokkan
kisah
nabi di dalam al-Qur‘an dengan yang terdapat di dalam buku
cerita anak.
Demikian penggambaran ini yang merupakan latar belakang
penulis
ingin menelisik salah satu kisah yang terdapat dalam buku cerita
anak
yang telah mengadaptasi kisah nabi dari al-Qur‘an. Sementara
itu, penulis
menggunakan orientasi (arah) komparatif dengan menggunakan
al-Qur‘an
dan pendapat para mufassir lainnya. Penelitian tersebut akan
penulis
4Muhammad Rasyîd Rida, Tafsîr al-Manâr (Kairo: Matba‘ah Hijazi,
1959), jilid I,
327.
-
7
sajikan dalam skripsi ini dengan judul Studi Analisis Kisah
Nabi
Sulaiman a.s dalam Buku Cerita Anak: Komparasi atas Kisah
Nabi
Sulaiman a.s dalam Tafsir Al-Qur’an.
B. Permasalahan
Sebagaimana latar belakang permasalahan di atas, maka untuk
mempermudah dalam penulisan, penulis akan memberi
identifikasi,
pembatasan serta perumusan masalah yang akan dibahas.
1. Identifikasi Masalah
Akan pemaparan yang telah dituangkan melalui latar belakang
permasalahan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan
yang timbul kemudian. Adapun permasalahan tersebut antara
lain:
a. Dalam buku cerita anak yang menjelaskan kisah para nabi
dengan
kisah nabi yang ada di dalam al-Qur‘an tentunya memiliki
maksud atau pesan yang ingin disampaikan terhadap pembaca,
maka pesan apa yang akan ditonjolkan teruntuk penikmat buku
cerita anak?
b. Dari berbagai kisah nabi yang telah diuraikan melalui buku
cerita
anak, terjadi pengembangan ketika dalam menjelaskan suatu
kejadian dari yang telah dijelaskan dalam al-Qur‘an. Untuk
itu,
bagaimana dengan kesesuain kisah tersebut jikalau terdapat
perbedaan dari kisah aslinya. Maka, apakah penyebab atau
yang
menjadikan keduanya nampak berbeda.
c. Terdapat beberapa kisah nabi yang tidak bisa disampaikan
dalam
bentuk buku cerita. Sesungguhnya menggambarkan sesuatu yang
tidak tertulis di dalam cerita al-Qur‘an pun sudah menjadi
-
8
masalah. Apa ibrah yang didapat dari kisah nabi dalam buku
cerita anak-anak? Ketika diadaptasi menjadi buku cerita
anak,
adakah cerita yang kurang atau sebaliknya? Lantas dari mana
sumber informasi terkait dengan sesuatu yang tidak dijelaskan
di
al-Qur‘an? Sudah sesuaikah dengan penafsiran utama? Apakah
kisah yang ada di dalam al-Qur‘an diadaptasi dengan baik
oleh
penulis buku cerita?
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sesudah melakukan proses identifikasi masalah, lalu yang
menjadi
penekanan fokus penelitian ini ialah cerita atau kisah Nabi
Sulaiman yang
dikemas dalam buku cerita anak kisah 25 Nabi & Rasul. Adapun
fokus
cerita tersebut menggunakan karangan Iwok Abqary yaitu ada
berapa
kisah yang ditulis Iwok Abqary? Apakah hanya kisah Nabi
Sulaiman?
Tidak kisah yang lainnya? Dalam surah dan ayat berapa terdapat
kisah
Nabi Sulaiman? Penulis hanya memfokuskan pada kisah Nabi
Sulaiman,
karena adapun masalah yang harus dijawab dalam penelitian ini
adalah
bagaimana bentuk penggambaran kisah Nabi Sulaiman dalam buku
cerita
anak kisah 25 Nabi karya Iwok Abqary?
C. Tujuan Penelitian
Melihat dari permasalahan di atas dapat dijelaskan tujuan
penulisan
skripsi ini adalah:
1. Mendeteksi kisah Nabi Sulaiman a.s yang ada di dalam buku
cerita
anak.
2. Menganalisis dan mengkritisi penafsiran yang berkaitan
tentang kisah
Nabi Sulaiman a.s.
-
9
3. Menjelaskan dan melakukan komparasi pesan yang ingin
disampaikan
oleh al-Qur'an dalam kisah Nabi Sulaiman a.s yang diadaptasi
menjadi buku cerita anak.
4. Mengetahui serta menambah wawasan tujuan akademik dan
memenuhi tugas dalam memenuhi Sarjana Strata 1 (S1).
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan teoritis adalah untuk menambah wawasan para
pengkaji
tafsir, mengenai kisah Nabi Sulaiman a.s dalam al-Qur'an
yang
diadaptasi dalam bentuk bacaan buku cerita anak.
2. Kegunaan praktis adalah sebagai bahan tambahan ajar pada
mata
kuliah Tafsir seperti, Pendekatan Modern Kajian al-Qur'an,
Metodologi Penelitian Tafsir dan Hadits, serta Kajian Barat
terhadap
al-Qur'an dan Hadits.
3. Menambah literasi dan wawasan untuk masyarakat.
E. Kajian Pustaka
Agar mencapai hasil penelitian yang baik, dibutuhkan data-data
valid
agar bisa menjawab secara komprehensif permasalahan yang ada.
Hal ini
digunakan untuk menghindari kecenderungan penulisan terhadap
penelitian lain, maka dicarilah penelitian-penelitian sebelumnya
baik itu
berupa skripsi, tesis, dan disertasi yang memiliki kemiripan
tema serta
judul dengan rencana penelitian penulis.
Pengisahan Nabi Yûsuf Dalam al-Qur‟an dan Injil (Analisis
Perbandingan Tafsir Ibn Kātsīr dan Tjerita-Tjerita Al-Kitab)
Skripsi oleh
Umar Ubaidillah.5 Perhatian utama penulis dalam skripsi ini
ialah
5Umar Ubaidillah, Pengisahan Nabi Yusuf Dalam Al-Qur‟an dan
Injil (Analisis
Perbandingan Tafsir Ibn Katsir dan Tjerita-Tjerita Al-Kitab),
(Skripsi Program Studi
Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2013)
-
10
mengkaji kisah Nabi Yûsuf dalam kitab Tafsir Ibn Kātsīr karya
Abu al-
Fida al-Hafiz Ibn Kātsīr atau yang terkenal dengan sebutan
Tafsir al-
Qur‘an al Azim dan buku Tjerita Tjerita Alkitab karya Anne de
Vries.
Karena di dalamnya (baik tafsir Ibn Kātsīr dan buku Tjerita
Alkitab)
membahas kisah Nabi Yûsuf yang banyak mengandung hikmah.
Melalui
dua kitab ini, penulis meneliti persamaan dan perbedaan baik
dalam kitab
Tafsir Ibn Kātsīr dan Tjerita Alkitab mengenai kisah Nabi Yûsuf.
Hikmah
kisah Nabi Yûsuf dari kedua kitab ini juga tidak luput dari
pembahasan
penulis.
Penulis juga memaparkan secara detail apa yang dimaksud
dengan
kisah, macam-macam kisah serta tujuannya. Terutama asas
al-Qur‘an.
Sehingga term qasas al-Qur‘an ini menjadi pijakan untuk memahami
arti
sebuah kisah/cerita dalam kedua kitab tersebut. Melalui
pembacaan kedua
kitab tersebut, penulis mengetahui sumber rujukan kisah Nabi
Yûsuf yang
terdapat dalam kitab Tafsir Ibn Kātsīr. Ibn Kātsīr banyak
mengutip
riwayat atau hadis dan pendapat para mufasir sebelumnya, salah
satunya
dari Ibn Jarir al-Thabari dalam menjelaskan kisah Nabi Yûsuf.
Dalam ilmu
tafsir, metode ini merupakan bagian dari tafsir bi ma‘tsur.
Sedangkan
Anne de Vries hanya memaparkan kisah secara panjang lebar
yang
bersumber dari Injil berdasarkan pemahamannya.
Interpretasi Jannah Dalam Kisah Nabi Adam Perspektif
Muhammad
Abduh, Skripsi oleh Ahmad Nur Ahsan.6 Keberagaman penafsiran
pada
dasarnya menambah kekayaan khazanah keilmuan. Beberapa
penafsiran
bisa berjalan beriringan namun terkadang bisa saling
berlawanan.
Penafsiran yang paling baik adalah menafsirkan ayat dengan ayat
yang
lain atau dengan hadis shahih. Sebuah perbedaan yang menarik
untuk
6Ahmad Nur Ahsan, Penafsiran Jannah Dalam Kisah Nabi Adam
Prespektif
Muhammad Abduh, (Skripsi Program Studi Tafsir Hadis Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2015)
-
11
dikaji adalah perbedaan penafsiran antara Muhammad Abduh
dengan
Muhammad Quraish Shihab dalam menafsirkan Jannah yang
disebutkan
pada kisah Nabi Adam a.s. Kedua mufassir ini sama-sama
mufassir
kontemporer dan sama-sama lulusan al-Azhar Kairo.
Keberagaman itu muncul karena perbedaan latar belakang
kehidupan
mufassir yang berbeda dan latar belakang pemikiran yang berbeda
pula.
Sejarah Muhammad Abduh lebih menghadapi dunia perkembangan
eropa
yang sedang maju, ditambah menghadapi masyarakat yang sangat
mengagungkan taqlid tanpa mengkaji asal muasal hukumnya.
Latar
belakang seperti ini tidak sama dengan yang dialami oleh Quraish
Shihab.
Hakikatnya makna tersirat kisah di dalam al-Qur‘an bukanlah
untuk
diperdebatkan detail kisahnya, namun untuk diambil hikmah dan
pelajaran
yang terkandung di dalamnya.
Penafsiran Kisah-kisah al-Qur‟an; Telaah terhadap Pemikiran
Muhammad Ahmad Khalafullah Dalam al Fann al Qasasiy fi
al-Qur‟an
al-Karîm, skripsi oleh Muhammad Khotib.7 Skripsi ini
berusaha
memecahkan konflik mengenai pandangan Khalafullâh perihal kisah
di
dalam al-Qur‘an yang ada pada buku al Fann al-Qasasiy fi
al-Qur‘an al-
Karîm. Khalafullâh memaparkan qasas al Qur‘an bukan cerita
biasa, sebab
terkadang tidak mempedulikan unsur sejarah. Qasas al-Qur‘an
dipergunakan al-Qur‘an agar memberikan hudan/petunjuk untuk
seluruh
manusia.
Lebih dalam lagi Khalafullâh mengkomparasikan antara materi
kisah
serta tujuan atau pesan yang ada di dalam al-Qur‘an. Lebih
lanjut perihal
bagaimana Khalafullah mempelajari kisah-kisah di dalam
al-Qur‘an?
7Muhammad Khotib, Penafsiran Kisah-kisah Al-Qur‟an; Telaah
terhadap
Pemikiran Muhammad Ahmad Khalafullah Dalam al Fann al Qasasiy fi
al-Qur‟an al-
Karim, (Skripsi Program Studi Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2009)
-
12
Itulah yang akan diungkap dalam skripsi ini. Sebagai kitab
petunjuk, al-
Qur‘an memakai beraneka ragam bentuk atau redaksi ayat yang
majemuk
dalam hal menyapa umat. Hal ini menjadi bukti nyata kemukjizatan
al-
Qur‘an yang dapat diadaptasi menggunakan kemampuan logika
masyarakat yang sebagai objeknya. Hal ini juga bertujuan supaya
mudah
dipahami dan dapat diambil manfaatnya sebagai kitab petunjuk.
Salah satu
bentuk redaksi ayat al-Qur‘an adalah berupa ayat-ayat tentang
kisah.
Selanjutnya, sebagai sebuah karya ilmiah penulis menggunakan
metode
pengumpulan data serta analaisis isi melalui penelitian
kepustakaan.
Skripsi oleh Sovie Safitri S,8 yang berjudul Analisis Isi Pesan
Akhlak
Dalam Komik Pengen Jadi Baik 1 Karya Squ. Analisis Isi Pesan
Akhlak
pada Komik Pengen Jadi Baik 1 Karya Squ, aktivitas dakwah adalah
salah
satu metode komunikasi, pada kegiatan dakwah ada pesan dakwah
yang
diberikan, ialah pesan aqidah, akhlak, serta syariah. Akhlak
sendiri
menelaah perihal sikap atau amal manusia yang baik mapun
buruk.
Mulanya pesan akhlak hanya disampaikan melalui bentuk verbal,
tetapi
sekarang dapat melewati media massa, seperti halnya ialah komik.
Komik
merupakan bentuk seni yang memakai gambar yang tidak bergerak
yang
dirancang supaya membentuk jalan cerita yang menyesuaikan teks
dengan
gambar. Komik diklaim menarik sebab kontennya tidak
membosankan
secara terus menerus, oleh karena itu penerapan pesan akhlak
bisa
dilakukan dengan cara efektif melalui media komik.
Skripsi oleh Tengku Abubakar,9 yang berjudul Analisis
Semiotika
Nilai-nilai Kepemimpinan Dalam Komik 99 Pesan Nabi Karya VBI
8 Sovie Safitri S, Analisis Isi Pesan Akhlak Dalam Komik Pengen
Jadi Baik 1 Karya
Squ, (Skripsi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah & Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018) 9Tengku
Abubakar, Analisis Semiotika Nilai-nilai Kepemimpinan Dalam Komik
99
Pesan Nabi Karya VBI Djenggotten. (Skripsi Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2016)
-
13
Djenggotten. Analisis Semiotika Nilai-nilai Kepemimpinan pada
Komik
99 Pesan Nabi Dewasa ini, banyak masyarakat saat ini sadar bahwa
komik
tidak hanya sebatas sarana hiburan. Komik acap kali dipergunakan
sebagai
misi-misi eksklusif, misalnya media dakwah atau layaknya komik
politik
ataupun komik propaganda.
Komik ini menyampaikan ilustrasi yang berasal dari
hadits-hadits
Bukhari dan Muslim yang terkenal. Komik ini menyampaikan arti
dan
maksud dari perilaku kehidupan sehari-hari, ada pula yang
menyalurkan
ari dan maksud mengenai nilai-nilai kepemimpinan khususnya
pemimpin
yang ada di Indonesia. Setelah itu timbullah pertanyaan, apa
maksud
denotatif, maksud konotatif, dan juga mitos yang terangkum di
dalam
komik 99 Pesan Nabi? Melihat konteks yang dirancang oleh
pertanyaan
penelitian tadi, artinya tinjauan teoritis yang dipergunakan
ialah teori
semiotika dari Rolland Barthes yaitu melihat maksud tanda yang
da di
denotasi dan konotasi, serta yang biasa dinamakan two order
of
signification (signifikasi dua term atau dua tatanan pertanda).
Signifikasi
term pertama adalah korelasi antara signifier (aktualisasi diri)
serta
signified (isi) pada sebuah tanda terhadap empiris yang
eksternal.
Skripsi oleh Muhammad Idham Kholid,10
yang berjudul Karakteristik
Metode Pembelajaran Cerita dalam al-Qur'an Surat al-Qashash Ayat
76-
81. Tujuan penelitian tersebut ialah guna mempelajari bagaimana
ciri-ciri
langkah pemahaman qasas al-Qur‘an, khususnya surah al-Qashash
ayat
76-81. Berangkat dari kekhawatiran penulis semakin berkurangnya
anak-
anak di sekolah yang tahu dan menerima cerita-cerita yang baik
dari guru-
guru di sekolah mereka. Arti kisah yang baik adalah kisah yang
berasal
dari al-Qur‘an. al-Qur‘an telah memberi gambaran dan contoh
bagaimana
10
Muhammad Idham Kholid, Karakteristik Metode Pembelajaran Cerita
dalam Al-
Qur'an Surat Al-Qashash Ayat 76-81. (Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah & Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014)
-
14
cara bercerita dengan baik dan benar, yang bisa menarik pesan
dan
pembelajaran pada setiap cerita, tak hanya menjadi hiburan
semata.
Hasil penelitian yang dilaksanakan penulis dapat diambil
kesimpulan
bahwasanya karakteristik al-Qur‘an dalam mengungkap cerita
khususnya
surah al-Qashash ayat 76-81 adalah singkat, tepat sasaran, dan
jelas serta
tak bertele-tele. Selalu terdapat pesan yang tersirat dan
kebijaksanaan dari
semua cerita yang diceritakan serta menekankan pada kebenaran
dan juga
terdapat pesan yang disampaikan pada tengah dan akhir
cerita,
sebagaimana cerita ini bukan hanya seperti media massa hiburan
layaknya
kisah sastra lainnya, akan tetapi menjadi langkah pembelajaran
yang
efektif dan efisien untuk menyampaikan pesan-pesan religius.
Skripsi oleh Nuraini Mardhiyah,11
yang berjudul Analisis
Representasi Hadis Bukhari-Muslim Pada Komik 33 Pesan Nabi
(Jaga
mata, jaga telinga, jaga mulut) Sebagai Kritik Perilaku
Masyarakat.
Permasalahannya adalah ―bagaimana Komik 33 Pesan Nabi (Jaga
Mata,
Jaga Telinga, Jaga Mulut) mengkritik perilaku masyarakat melalui
hadis
Bukhari-Muslim‖ dengan tujuan penelitian mendapatkan bentuk
penanda
dan petanda denotatif (zahir) dan konotatif (batin), tanda
denotatif dan
konotatif serta makna mitos hadis Bukhari-Muslim dari komik
tersebut.
Skripsi oleh M. Maulana Mahmudah,12
yang berjudul Berdakwah
Melalui Komik: Analisis Pesan Dakwah Dalam Komik Pengen Jadi
Baik
2. Di era Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ditandai
dengan
maraknya media massa sebagai sarana komunikasi massa dan
alat
pembentuk opini publik, para mubalig dan aktivis dakwah
telah
11
Nuraini Mardhiyah, Analisis Representasi Hadis Bukhari-Muslim
Pada Komik 33
Pesan Nabi (Jaga mata, jaga telinga, jaga mulut) Sebagai Kritik
Perilaku Masyarakat.
(Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu
Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa Serang 2015) 12
M. Maulana Mahmudah, Berdakwah Melalui Komik: Analisis Pesan
Dakwah
Dalam Komik Pengen Jadi Baik 2. (Skripsi Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi UIN Banjarmasin
2019)
-
15
memanfaatkan media massa sebagai sarana untuk berdakwah.
Dakwah
dilakukan secara Darling dan Luring, namun dapat dilakukan
dengan
media tulisan seperti buku, novel, cerpen, dan komik.
Kisah dikemas dengan model lucu, menarik, dan ringan membuat
komik amat disukai. Oleh sebab itu banyak yang menggunakan
komik
sebagai media dakwah seperti halnya SQU yang bernama asli
Ardian
Candra Susila penulis komik Islami berjudul pengen jadi baik 2.
Komik
pengen jadi baik 2 merupakan komik Islami yang mengisahkan
pengalaman-pengalaman kecil di kehidupan sehari-hari penulis
dan
keluarganya yang ditokohkan dalam Abah, Kevin, dan Mama K.
Komik
ini ditulis dengan bahasa yang ringan, lucu dan syarat akan
nilai-nilai
dakwah.
Skripsi oleh Muhammad Nasrullah,13
yang berjudul Konsepsi seni
rupa dalam al-Qur‟an: studi analisis surat Saba‟ ayat 13 dalam
perspektif
para mufassir. Seni rupa di zaman sekarang ini banyak timbul
alasan yang
menuai pro dan kontra apalagi tentang patung dan gambar. Hal
ini
dikarenakan seni rupa pekerjaan yang dosa atau kegiatan yang
muncul
akan dosa. Munculnya penelitian ini di latar belakangi dengan
adanya
pembuktian para mufassir dari zaman klasik hingga modern
yang
membolehkan kegiatan tersebut atau menjadi suatu pekerjaan
yang
sebagaimana telah disebutkan di dalam al-Qur‘an surat Saba‘ ayat
13.
Penelitian ini mencoba menganalisis antara penafsiran
at-Thabari, al-
Qurtubi, dan Quraish Shihab yang masyhur dengan corak fikih
atau
hukum dan adab ijtimai‘ serta relevansinya terhadap pakar seni
rupa
modern.
13
Muhammad Nasrullah, Konsepsi seni rupa dalam al-Qur‟an: studi
analisis surah
saba‟ ayat 13 dalam perspektif para mufassir. (Skripsi Jurusan
Ilmu Al-Qur‘an & Tafsir
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel Surabaya 2019)
-
16
Karenanya, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan
mengenai
surah Saba‘ ayat 13 atas dasar pemahaman dari tiga mufassir
dan
menganalisis metode dan pendekatan para mufassir terhadap surah
Saba‘
ayat 13. Model penelitian yang saat ini digunakan adalah
kualitatif, dalam
segi penyajiannya menggunakan tehnik deskriptif analisis.
Penelitian ini
berobjek pada penafsiran al-Tabari, al-Qurthubi, dan Quraish
Shihab
terhadap surat Saba‘ ayat 13 dan relevansinya dengan pakar seni
rupa
modern. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini
yaitu library research, yaitu mengkhususkan terhadap
literatur-literatur
baik primer maupun sekunder.
Pada akhirnya, penelitian ini memberikan jawaban bahwa, ada
kenyataanya, menurut ketiga mufassir tersebut yaitu al-Tabari,
al-
Qurthubi, dan Quraish Shihab adalah apabila seni rupa membawa
manfaat
bagi manusia, memperindah hidup dan hiasannya yang dibenarkan
agama,
mengabdikan nilai-nilai luhur dan menyucikannya, serta
mengembangkan
serta memperhalus rasa keindahan dalam jiwa manusia, maka sunnah
Nabi
mendukung, tidak menentangnya. Kemudian ketiga-tiganya para
mufassir
tersebut menggunakan metode tahlili, bercorak fikih atau hukum
dan adab
ijtimai‘, dan menggunakan pendekatan bil-matsur.
Tesis Diploma oleh Firdayanti Nopiana,14
yang berjudul Analisis
Pesan Dakwah dalam Komik 90++ Nasihat Nabi untuk Perempuan
Karya
Angga Priatna. Aktivitas dakwah tidak hanya dilakukan di atas
mimbar
tetapi kegiatan dakwah bisa dilakukan dengan bermacam media.
Kegiatan
dakwah tidak hanya dilakukan dengan cara trasidional seperti
ceramah dan
pengajian yang masih menggunakan media komunikasi tutur.
Dengan
perkembangan zaman kegiatan dakwah dapat disampaikan melalui
media
14
Firdayanti Nopiana, Analisis Pesan Dakwah dalam Komik 90++
Nasihat Nabi
untuk Perempuan Karya Angga Priatna. (Tesis Diploma Jurusan
Komunikasi &
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah & Komunikasi 2018)
-
17
cetak, salah satunya adalah komik. Keberadaan komik religi tidak
hanya
untuk menyampaikan informasi tetapi untuk hiburan yang mendidik,
pada
saat ini komik religi mudah ditemukan dan didapatkan salah satu
komik
yang bernuansa religi dan memiliki pesan-pesan kebaikan seperti
komik
90++ Nasihat Nabi Untuk Perempuan karya Angga Priatna.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pesan
dakwah
dari Samsul Munir Amin berpendapat bahwa klasifikasi pesan
dakwah
dibagi menjadi tiga yaitu akhlak, syariah dan aqidah. Tujuan
Penelitian ini
yaitu untuk mengetahui pesan akhlak yang terkandung dalam komik
90++
Nasihat Nabi Untuk Perempuan, untuk mengetahui pesan syariah
dalam
komik 90++ Nasihat Nabi Untuk Perempuan, dan untuk mengetahui
pesan
aqidah dalam komik 90++ Nasihat Nabi Untuk Perempuan. Metode
penelitian yang digunakan adalah analisis isi kualitatif dengan
jenis
pendekatan deskriptif, penelitian ini bermaksud untuk
mendeskripsikan
tentang pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam komik 90++
Nasihat
Nabi untuk Perempuan.
Setelah menganalisis penelitian, dapat diketahui bahwa
pesan-pesan
dakwah pada komik 90++ Nasihat Nabi Untuk Perempuan sebanyak
93
tema pesan dakwah, yang diklasifikasikan menjadi tiga pesan
dakwah
yaitu kategori pesan akhlak, kategori pesan syariah dan kategori
pesan
aqidah, pada pesan akhlak terdapat beberapa bagian kategori
seperti
akhlak terpuji, akhlak tercela, akhlak kepada keluarga, akhlak
kepada
tetangga dan akhlak suami istri, setelah itu kategori pesan
syariah pun di
bagi beberapa kategori yaitu tentang anjuran ibadah, anjuran
menggunakan perhiasan bagi wanita, kewajiban menutup aurat
dan
tentang pernikahan, pada kategori pesan aqidah dibagi beberapa
kategori
yaitu kategori Iman Kepada Allah dan Iman Kepada hari Akhir.
-
18
Dari literatur kajian pustaka yang ada di atas, dan dari
sejumlah
penelitian yang ada sebelumnya, belum pernah ada yang meneliti
tentang
Studi Analisis Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Buku Cerita
Anak:
Komparasi atas Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Tafsir Al-Qur‟an,
mereka
hanya fokus dalam persoalan yang lain. Oleh karena itu dari
beberapa
kajian pustaka tersebut, penulis hanya memfokuskan posisi
penelitian ini
pada analisis penyajian kisah Nabi Sulaiman a.s dalam buku
cerita anak.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pembahasan pada penelitian ini menerapkan metode penelitian
kualitatif yang mana penelitian ini menggunakan teknik pencarian
makna,
pemahaman, pengertian tentang suatu fenomena, kejadian
maupun
kehidupan manusia dengan terlibat langsung dan/atau tidak
langsung
dalam setting yang diteliti, kontekstual, dan menyeluruh.15
Penelitian
kualitatif lebih menelisik terhadap data yang sebenarnya serta
yang
absolut, yang artinya suatu nilai di balik data yang
nyata.16
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan
menggunakan
metode analisis dan kepustakaan. Ada juga sumber data yang
digunakan
pada penelitian ini yaitu al-Qur'an, buku cerita kisah nabi
anak, kamus
klasik bahasa Arab, beraneka macam kitab tafsir dan buku-buku
yang
membicarakan perihal kisah dan cerita di dalam al-Qur'an. Adapun
untuk
merealisasikan teknik tersebut penulis menggunakan metode
pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
15
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
Penelitian
Gabungan, Edisi 1, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 328 16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 9.
-
19
Pada penelitian ini penulis memakai al-Qur'an dan
terjemahannya, banyak kitab tafsir, beraneka macam buku yang
membicarakan perihal kisah dan cerita di dalam al-Qur'an,
dimana
dalam hal ini khusus penulis menggunakan buku cerita anak
kisah-
kisah nabi karya Iwok Abqary.
b. Sumber Data Sekunder
Dalam hal ini penulis menggunakan Kitab tafsir, buku-buku,
jurnal, skripsi, artikel, internet dan alat informasi lainnya
yang
berkaitan dengan informasi atau pembahasan ini guna
dijadikan
informasi tambahan, serta dapat dipertanggungkan kebenaran
datanya.
3. Metode Pembahasan
Data yang sudah ada akan penulis analisa dengan menggunakan
metode deskriptif analisis17
yang bersifat kualitatif. Penggunaan metode
deskriptif analisis ini diharapkan mampu untuk
mendeskripsikan
permasalahan dan data yang berkaitan dengan tema penelitian
menurut
kategori yang telah disusun guna memperoleh kesimpulan tentang
pesan
yang ingin disampaikan dari Al-Qur‘an kisah Nabi Sulaiman As.
yang
diadaptasi menjadi buku cerita anak.
a. Deskripsi
Yaitu menggambarkan keadaan atau status fenomena.
Maksudnya adalah menggambarkan bagaimana kedua sumber yaitu
al-Qur‘an dan buku cerita anak dalam mengkisahkan Cerita
kisah
Nabi Sulaiman As. dengan kesesuaian tafsir utama.
17
Deskriptif analisis adalah sebagai upaya mengkaji kemudian
memaparkan
keadaan objek yang akan diteliti dengan merujuk pada data-data
yang sudah ada (primer
maupun sekunder) kemudian menganalisanya secara komprehensif
melalui pendekatan
komparatif, sehingga akan tampak jelas perbedaan yang ada dan
jawaban atas persoalan
yang berhubungan dengan pokok permasalahan kemudia menghasilakan
pengetahuan
yang valid. Lihat: John W. Creswell, Research Design,
Qualitative, Quantitative, anfd
Mixed Methods Apporoach, Penerjemah: Achmad Fawaid dan Rianayati
Pancasari
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h. 262.
-
20
b. Analisis
Pada penyusunan penelitian skripsi ini, penulis memakai
langkah
pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan (library
research).
Penulis juga mencari, mengumpulkan serta mengkaji beberapa
buku,
jurnal, dan sumber bacaan yang terdapat beberapa kaitannya
pada
pembahasan skripsi ini. Dengan karya Iwok Abqary buku cerita
kisah
25 nabi & rasul yang sebagai sumber primer penulisan
penelitian
skripsi. Hal ini sangat krusial dilaksanakan agar memperoleh
data,
kerangka teori, serta pemikiran dari para ahli yang
berkompeten
sesuai bidangnya perihal masalah yang penulis bahas. Dalam
hal
menganalisis data-data, penulis memakai metode deskriptif
analitis.
Secara deskriptif artinya menjelaskan dan menafsirkan data
yang
berkaitan dengan fakta keadaan saat ini, variabel serta fenomena
dan
kenyataan yang terjadi ketika penelitian sedang terjadi dan
juga
menyajikan secara sederhana.18
Pada saat ini, penulis akan
mendeskripsikan dan menerangkan pemahaman Iwok Abqary yang
tertulis dalam buku karangannya pada ayat-ayat kisah Nabi
Sulaiman
as seperti di dalam al-Qur‘an.
Analitis menjadi upaya eksplorasi dan juga penjelasan
terkait
fenomena pemahaman, pemaknaan, interpretasi al-Qur‘an, dan
menguatkan pengetahuan terkait banyak sekali macam
eksperimen
tadi. Analisis isi (content analysis) dilakukan guna
menganalisis
pemahaman Iwok Abqary terkait ayat-ayat kisah di dalam
al-Qur‘an.
4. Teknik Penulisan
18
M. Subana, dan Sudarajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah
(Bandung: Pustaka
Setia, 2001), h. 89.
-
21
Penulisan skripsi ini mengacu kepada Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
tahun 2017.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, penulis membagi
pembahasannya menjadi beberapa subbab dengan sistematika
sebagai
berikut:
Bab pertama, ialah pendahuluan yang mengungkapkan latar
belakang
persoalan yang timbul dalam penelitian ini, sesudahnya
permasalahan
tersebut diteliti serta dipecahkan, dibatasi dalam perumusan
masalahnya,
lalu disebutkan juga tujuan dan manfaat dari penelitian ini.
Adapun
tinjauan pustaka dilaksanakan yang memiliki tujuan untuk
mengetahui
letak penelitian ini diantara studi kasus yang lain, begitu pula
pada
penerangan tentang metode penelitian yang digunakan guna
menuntaskan
penelitian skripsi ini. Serta pembahasan terakhir adalah
penjelasan
mengenai sistematika pembahasan yang dibahas dalam penelitian
ini.
Bab kedua, menjelaskan ilustrasi secara umum perihal kisah Nabi
di
dalam al-Qur‘an pada kajian ‗Ulum al-Qur‘an. Bab ini mencakup
definisi
kisah, pesan yang tersirat serta hikmah dan tujuan kisah,
karakteristik dan
berbagai macam kisah Nabi di dalam al-Qur‘an.
Bab ketiga, menguraikan seputar biografi Iwok Abqary,
karya-karya
dari Iwok Abqary, serta tentang penerbit buku.
Bab keempat, berisi perihal kisah Nabi Sulaiman As. pada buku
cerita
anak karya Iwok Abqary. Bab ini mencakup penafsiran kisah-kisah
pada
al-Qur‘an karya Iwok Abqary serta kontekstualitas kisah Nabi
Sulaiman di
dalam al-Qur‘an: antara ibrah dan kenyataan liputan sejarah
selanjutnya
Bab ini diakhiri dengan analisis pada pemahaman kisah menurut
Iwok
Abqary.
-
22
Bab kelima penutup, pada epilog bagian ini menjawab seluruh
masalah yang diangkat dan memberikan rekomendasi atau saran
yang
berguna dilakukan praktis serta untuk penelitian
selanjutnya.
-
23
BAB II
PENAFSIRAN KISAH AL-QUR’AN
A. Definisi Kisah
Arti kata kisah menurut KBBI adalah suatu riwayat atau biasa
disebut
sebagai cerita maupun peristiwa yang telah terjadi pada
kehidupan setiap
individu.1 Kata-kata dari kata dasar kisah yaitu berkisah,
kisahan,
mengisahkan, pengisahan, terkisah.
Kisah merupakan rentetan suatu peristiwa atau kejadian di
dalam
lingkup kehidupan setiap insan. Sedangkan maksud dari kata
berkisah
adalah bercerita tentang, mengisahkan atau menceritakan suatu
kejadian
yang telah terjadi. Lain halnya dengan terkisah, diceritakan;
dikisahkan;
kisahan yang menjelaskan tentang wacana yang bersifat cerita,
baik
berdasarkan pengamatan maupun berdasarkan rekaman. Sama
halnya
dengan narasi yakni pengisahan atau proses, cara, dalam
menguraikan
maupun perbuatan mengisahkan.
Secara definisi bahasa, yang terdapat pada Kamus Besar
Bahasa
Indonesia (KBBI), kisah merupakan suatu penuturan yang
mendeskripsikan atau menjelaskan bagaimana suatu hal dapat
terjadi.2
Cerita mempunyai makna yang hampir sama dengan kisah, yang
mana
kisah sendiri merupakan istilah serapan yang berasal dari kata
qishshah di
dalam bahasa Arab, yang berasal dari kata dasar qaf ṣad ha‟
yang
memiliki arti kisah, cerita, berita atau keadaan. Menurut Abdul
Aziz
Abdul Majid, kisah merupakan suatu macam sastra yang
mempunyai
estetika keindahan serta kenyamanan tersendiri serta merupakan
salah satu
bentuk sastra yang mampu dibaca atau walau hanya didengar oleh
orang
1Database utama KBBI merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan
dan
Pembinaan Bahasa, Kemdikbud (Pusat Bahasa) 2Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 283.
https://jagokata.com/arti-kata/berkisah.htmlhttps://jagokata.com/arti-kata/kisahan.htmlhttps://jagokata.com/arti-kata/mengisahkan.htmlhttps://jagokata.com/arti-kata/pengisahan.htmlhttps://jagokata.com/arti-kata/terkisah.html
-
24
yang tak mampu membaca.3 Lain halnya dengan Sa‘id Mursy yang
mengungkapkan bahwasanya kisah merupakan penjelasan ilmu
pengetahuan pada anak-anak menggunakan bahasa yang sederhana
serta
mudah untuk dipahami.4
A. Hanafi mengutip pendapat Dr. Muhammad Khalafullah pada
bukunya al-Fannu al-Qaṣaṣī fī al-Qur‘ān al-Karīm yang memiliki
definisi
bahwasanya kisah artinya sebuah karya kesusasteraan yang artinya
suatu
hasil khayalan pengarang kisah kepada kejadian-kejadian yang
berlangsung atas satu orang pelaku yang kenyataaannya tidak
nyata.
Ataupun, berasal dari satu orang pelaku yang benar-benar ada dan
nyata.
Akan tetapi suatu perkara kejadian yang berkisar dalam dirinya
pada kisah
tersebut mustahil untuk terjadi. Atau mungkin, kejadian
tersebut
berlangsung pada diri pelaku, namun pada kisah tersebut ditumpuk
atas
dasar seni yang memiliki estetika lebih, yang separuh dari
insiden tersebut
didahulukan serta sebagiannya lagi dikemudiankan, sebagiannya
yang lain
disebutkan lalu sebagiannya lagi dihilangkan. Adapun, perihal
peristiwa
yang faktanya benar terjadi tersebut dibubuhi kejadian baru yang
tak
terjadi atau dilebih-lebihkan dalam pengilustrasikannya, sebagai
akibatnya
para pelaku sejarah keluar dari kebenaran dan kenyataan yang
biasa dan
telah menjadi sebagai para pelaku khayali.5
B. Cerita dalam al-Qur’an
Telah dijelaskan sebelumnya dalam buku ―Metode Dakwah‖ yang
diterbitkan oleh Departemen Agama RI bahwa di dalam dalam
al-Qur‘an
telah banyak teks-teks atau ayat yang menjelaskan akan kisah
umat
3Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, Terjemah Neneng
Yanti dan Iip
Dzulkifli Yahya, (Bandung: PT Remaja Rosda Kalya, 2001), 8.
4Muhammad Sa‘id Mursy, Seni Mendidik Anak, (Jakarta: Arroyan,
2001), 117.
5A. Hanafi, Segi-Segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qur‘an,
(Jakarta: Pustaka
Alhusna, 1984), Cet.1, 15.
-
25
terdahulu bisa dijadikan sebagai materi sekaligus menjadi alat
yang
komparatif guna melakukan kegiatan dalam berdakwah serta
untuk
mendidik.
1. Macam-Macam Cerita dalam al-Qur’an
Cerita-cerita yang telah dipaparkan secara jelas dalam
al-Qur‘an
memiliki kesinambungan dalam kehidupan setiap para utusan
Allah.
Begitu halnya yang berkaitannya dengan segala sesuatu sesuatu
yang
berhubungan dengan para Nabi, seperti Iblis, Qabil-Habil,
Khidir, Qarun,
Firaun, dan lain sebagainya. Segala kisah yang dijelaskan di
dalam al-
Qur‘an, tidak hanya menerangkan kisah para Nabi saja, melainkan
juga
menceritakan kejadian yang dialami oleh seseorang yang hidup
bukan
pada zaman nabi, seperti kisah Aṣḥab al-Kahfi, Żulqarnain, Aṣḥab
al-
Ukhdud, dan lain seagainya.
Dari sekian banyak kisah yang dituangkan di dalam al-Qur‘an,
terdapat kisah yang diceritakan kembali guna menjawab pertanyaan
para
sahabat kala itu, seperti kisah Aṣḥab al-Kahfi, dan Żulqarnain
(Qs. al-
Kahfi ayat 9-20 dan 83). Adapun sebagian besar kisah lainnya
difirmankan tanpa ada penyebab atau sebuah permintaan.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya cerita
atau
kisah di dalam al-Qur‘an mencakup banyak hal, seperti sebuah
peringatan,
ibarat, pertanda, dan tentunya pesan untuk seluruh umat manusia.
Berikut
pembagian cerita yang ada di dalam al-Qur‘an.
a. Dilihat dari segi waktu kejadian sebuah peristiwa atau
insiden
yang disebutkan di dalam al- Qur‘an, ada tiga jenis yakni:
Cerita yang mengandung hal gaib dan terjadi pada masa lalu,
maksudnya suatu peristiwa atau kejadian gaib dalam artian
tidak bisa ditangkap oleh panca indra, seperti cerita-cerita
Nabi, dan lain sebaginya.
-
26
Cerita hal-hal gaib pada masa kini, yaitu menjelaskan
kejadian-kejadian gaib pada masa sekarang (meski sudah ada
sejak dahulu dan akan tetap ada sampai pada masa yang akan
datang), dan yang menyingkap rahasia orang-orang munafik.
Menceritakan perihal gaib pada masa yang akan datang yang
belum pernah terjadi pada saat turunnya al-Qur‘an, lalu
insiden itu benar-benar terjadi begitu saja.
b. Selanjutnya, kisah yang dicermati dari tahap materi, terdapat
tiga
macam di antaranya:
Kisah atau cerita para utusan Allah yang berkaitan dengan
dakwah mereka dari segala arah dan perkembangannya,
mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada nabi terpilih,
kemudian kedudukan yang didapatkan oleh para
pembangkang, dan yang terakhir kisah yang menjelaskan
akan dampak dari orang-orang yang telah yakin dan yang
membohongi mereka dan masih banyak lagi. Contohnya
seperti dalam cerita Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa,
Muhammad, dan nabi serta rasul yang lainnya.
Kisah atau cerita yang datang dari tokoh ataupun sekelompok
manusia pilihan Allah, seperti kisah Lukman al-Ḥakim,
Aṣḥab al-Kahfi dan lain-lain. Selanjutnya kisah masa lampau
yang mana keberadaannya tidak bisa dipastikan secara
langsung apakah mereka benar-benar nabi atau bukan,
contohnya cerita Thalut dan Jalut, dua putra Adam,
Żulqarnain, Qarun, Maryam, serta Aṣḥab al-Ukhdud, dan
lain-lain.
Kisah atau suatu peristiwa besar yang berlangsung pada masa
Rasulullah Saw serta melibatkan Rasulullah saw. di
-
27
dalamnya. Di antaranya seperti cerita perang badar serta
perang uhud dalam surah Ali Imran, perang hunain dan
perang tabuk dalam surah at-Taubah, perang Ahzab dalam
surah al-Ahzab, kejadian tentang hijrah, Isra‘ Mi‘raj dan
lain
sebagainya.6
C. Pengertian Kisah dalam al-Qur’an
Menurut bahasa, kata qaṣṣaṣ merupakan bentuk jamak dari kata
qiṣah, yang memiliki arti mengikuti jejak7 atau menelusuri bekas
dari
suatu peristiwa.8 Kata al-qaṣaṣ adalah bentuk Masdar dari kata
qaṣṣa-
yaquṣṣu-qaṣaṣan,9. Qaṣaṣ berarti berita yang berurutan. Sedang
al-qiṣṣah
berarti urusan, berita, perkara, dan keadaan. al-Qur‘an
selalu
menggunakan terminologi qaṣaṣ untuk menunjukan bahwa kisah
yang
disampaikannya itu benar dan tidak mengandung kemungkinan salah
atau
dusta. Sementara cerita-cerita lain yang mengandung kemungkinan
salah
dan benar biasanya bentuk jamaknya diungkapkan dengan istilah
qiṣaṣ.
Di dalam al-Qur‘an sendiri, telah dijelaskan mengenai
pengertian
qaṣṣaṣ, seperti terlihat dalam ayat-ayat berikut ini.
ِلَك َما ُكنَّا نَ بإِغ ا عَ َ قَاَل ذَٰ َلٰى آثَارِِِهَا
َقَصًصافَارإَتدَّ―Musa berkata: ‗Itulah (tempat) yang kita cari‘.
Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula‖. (Qs. al-Kahfi[18]: 64)
6 FKMT Penamas Departemen Agama Dki Jakarta dan Direktorat
Pendidikan
Agama Islam Pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid Direktur
Jenderal
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Metode Dakwah,
(Jakarta:
Departemen Agama RI, 2004), 128. 7 Manna Khalil al-Qattan, Studi
Ilmu-ilmu Al-Qur‟an, (Cet. 18, Bogor: Pustaka
LiteraAntarNusa, 2015), 435. 8Muhammad Warson, Kamus Al
Munawwir, (Yogyakarta: UPBIK Pondok
Pesantren Krapyak, 1984), 348. 9 Anshori, Ulumul Qur‟an
Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (Cet. 1,
Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 345.
-
28
Dalam ayat ini lafaẓ qaṣaṣ menunjukkan arti mengikuti jejak
yang
sama dengan menelusuri bekas. Selanjutnya dijelaskan pula
pengertian
lain, sebagaimana dalam firman-Nya:
يِو ِتِو ُقصِّ ُعُرونَ َ َوقَاَلتإ ِْلُخإ فَ َبُصَرتإ بِِو َعنإ
ُجُنٍب َوُىمإ ََّل َيشإ―Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa
yang perempuan: ‗Ikutilah dia‘
Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka
tidak
mengetahuinya‖. (Qs. al-Qaṣaṣ[28]: 11)
Dari ayat tersebut, jelaslah bahwa lafaẓ quṣi/qaṣṣaṣ
memiliki
pengertian mengikuti.
قُّ َذا ََلَُو الإَقَصُص اْلَإ ٍو ِإَّلَّ َ ِإنَّ ىَٰ ِكيمُ َ
اللَُّو َوَما ِمنإ إِلَٰ َوِإنَّ اللََّو ََلَُو الإَعزِيُز
اْلَإ―Sesunguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan
(yang berhak
disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha
Perkasa
lagi Maha Bijaksana. (Qs. Āli ‗Imrān[3]: 62)
َلإَباِب َلَقدإ كَ رٌَة ِْلُوِل اْلإ ِديَق الَِّذي َ اَن ِف
َقَصِصِهمإ ِعب إ تَ َرٰى َولَِٰكنإ َتصإ َما َكاَن َحِديثًا يُ
فإِمُنونَ ٍم يُ ؤإ ًَة لَِقوإ ٍء َوُىًدى َوَرْحإ ِصيَل ُكلِّ َشيإ َ
يََديإِو َوتَ فإ بَ ْيإ
―Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran
bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman‖. (Qs.
Yusūf[12]: 111)
Dari ayat-ayat di atas menjelaskan pengertian kisah secara
bahasa dari
sudut pandang al-Qur‘an. Sedangkan menurut istilah, qaṣṣaṣ
al-Qur‟an
berarti suatu kisah yang telah tertera di dalam al-Qur‘an yang
di dalamnya
menceritakan para utusan-Nya, ikhwal umat terdahulu serta
peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini maupun masa
yang
akan datang. Di dalam al-Qur‘an sendiri, telah banyak
menggambarkan
kejadian yang dialami oleh Nabi/Rasul dan para
pengikutnya.10
10
Abdul Djalal, Ulumul Qur‟an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000),
294.
-
29
Qaṣaṣ al-Qur‟an dengan kata lain merupakan suatu pemberitaan
yang
datang dari al-Qur‘an perihal ihwal umat terdahulu, nubuwat
(kenabian)
serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Di dalam al-Qur‘an
banyak
ditemukan pembahasan mengenai kejadian pada masa lalu,
sejarah
bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak
setiap
umat yang tentunya penyampainnya pun sangatlah menarik dan
mempesona.
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat
disimpulkan bahwa kisah merupakan suatu berita atau peristiwa
mengenai
suatu permasalahan dalam masa-masa yang saling berurutan. Baik
berupa
pemberitaan mengenai ihwal umat yang telah lalu, nubuwwat
(kenabian)
yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah, maupun yang
sedang
terjadi.
D. Hikmah Kisah dalam Al-Qur’an
Segala sesuatu yang terjadi pasti memiliki hikmah atau pelajaran
di
baliknya. Adapun Hikmah yang dapat dipetik akan kisah yang
Allah
sebutkan dalam al-Qur‘an tampak dari beragam sisi, penulis
sebutkan
sebagai mana berikut;
1) Hendaknya mampu memahami apa yang ada pada kisah-kisah
tersebut berupa kabar, fakta, makna, dan metode dalam
pertarungan
antara yang hak dengan yang bathil agar kita dapat mengambil
ibrāh
(pelajaran) darinya. Sebagaimana kisah yang telah Allah
sampaikan
mengenai kisah para nabi dan apa yang menimpa mereka beserta
para
pengikutnya, seperti yang menimpa para pengikut nabi dan
Allah
menolong mereka dan menjadikan akhir yang baik bagi mereka.
Di
sinilah nampak jelas tauladan bagi kaum mukminin. Allah SWT
berfirman,
-
30
َلإَباِب َلَقدإ َكاَن ِف َقَصصِ رٌَة ِْلُوِل اْلإ ِديَق َ ِهمإ
ِعب إ تَ َرٰى َولَِٰكنإ َتصإ َما َكاَن َحِديثًا يُ فإِمُنونَ ٍم يُ
ؤإ ًَة ِلَقوإ ٍء َوُىًدى َوَرْحإ ِصيَل ُكلِّ َشيإ َ يََديإِو َوتَ
فإ الَِّذي بَ ْيإ
―Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran
bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al-Qurān itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman.‖
(QS. Yusūf [12]: 111)
2) Dalam kisah al-Qur‘an terdapat keterangan tentang Sunnah
Allah
pada makhluk-Nya, baik berkaitan tentang umat, kelompok,
maupun
individu. Dan Sunnah itu berlaku bagi kaum terdahulu dan
bergulir
terus menuju generasi yang datang berikutnya agar kaum
mukmin
dapat mengambil ibrāh (pelajaran). Oleh karena itu, kisah-kisah
al-
Qur‘an bukan hanya sekedar menjelaskan ataupun mengisahkan
sejarah umat atau tokoh saja, terdapat pula penyebutan suatu
bencana
yang dialami oleh suatu umat pada kala itu, namun ketika
dalam
penyebutannya tidak disebutkan secara menyeluruh (mendetail)
dan
tidak pula secara berurutan. Akan tetapi, inti pokok dari
kesemuanya
adalah ibrāh, ungkapan (nasihat), dan peringatan,
sebagaimana
firman-Nya,
ِعظٌَة َ بِِو فُ َؤاَدَك وَُكًّلِّ نَ ُقصُّ َعَليإَك ِمنإ أَن
إَباِء الرُُّسِل َما نُ ثَبُِّت قُّ َوَموإ ِذِه اْلَإ َوَجاَءَك ِف
ىَِٰمِنْي َرٰى لِلإُمؤإ َوذِكإ
―Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-
kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini
telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-
orang yang beriman.‖ (QS. Hūd [11]: 120)
3) Dalam kisah al-Qur‘an terdapat keterangan tentang manhāj
(metode)
para nabi dalam berdakwah kepada Allah, bagaimana iltizām
(ketegaran) dan kesabaran mereka dalam memegang manhāj
tersebut
dan menjadikan para Nabi tauladan bagi setiap manusia dalam
artian
menjadikan mereka sebagai panutaan dan tauladan dalam hal
uslūb
-
31
(cara) dan metode dakwahnya. Berikut ayat al-Qur‘an yang
menjelaskan akan hal tersebut.
َتِدهإ َ َدى اللَُّو أُولَِٰئَك الَِّذيَن ىَ رًا َ فَِبُهَداُىُم
اق إ أَُلُكمإ َعَليإِو َأجإ ِإنإ ُىَو ِإَّلَّ َ ُقلإ ََّل َأسإَرٰى
لِلإَعاَلِمْيَ ذِكإ
―Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah, maka
ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah
kepadamu
dalam menyampaikan (Al-Qur‘an)". Al-Qur‘an itu tidak lain
hanyalah
peringatan untuk seluruh ummat.‖ (QS. al-An‘ām [6]: 90)
4) Dalam al-Qur‘an dijelaskan pula perihal kisah suatu kaum
yang
memiliki sikap sabar dan tegar di atas jalan yang hak, juga
disebutkan
pula keterangan interaksi mereka terhadap orang-orang kafir
mujrimīn
(jahat) yang mengambil sikap permusuhan terhadap orang-orang
yang
beriman kepada Allah dan kufur terhadap ṭaguṭ. Allah Swt
berfirman,
ِميدِ َوَما ِمُنوا بِاللَِّو الإَعزِيِز اْلَإ ُهمإ ِإَّلَّ َأنإ
يُ ؤإ نَ َقُموا ِمن إ―Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin
itu melainkan karena
orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa
lagi
Maha Terpuji,‖ (QS. al-Burūj [85]: 8)
5) Penyebutan kisah dalam al-Qur‘an meiliki penjelasan akan
tabiat
manusia dan apa yang Allah gariskan padanya berupa sifat-sifat
dan
beragam watak. Kemudian dijelaskan pula dampak ataupun
akibat
atas segala perilaku maupun sikap manusia pada saat
berinteraksi
dengan manusia lainnya.
6) Dalam kisah-kisah yang disebutkan di al-Qur‘an terdapat
keterangan
mengenai keadaan manusia dengan sifat kecongkakannya
terhadap
harta dan kedudukan. Selanjutnya dijelaskan pula kandungan lain
dari
kisah lainnya yang ada di dalam al-Qur‘an tentang seseorang
yang
mendapat porsi besar dalam kitab Allah yang mulia.
-
32
7) Segala bentuk kisah yang tertera di dalam al-Qur‘an
mengandung hakikat
ilmiah yang berhubungan dengan alam semesta baik itu manusia,
flora dan
fauna, bumi, bintang, langit. Hal ini dibuktikan dengan adanya
penemuan-
penemuan yang telah tersingkap pada masa modern sekarang ini
yang
sejatinya telah disebutkan terlebih dahulu dalam al-Qur‘an.
Dengan
mengetahui hal tersebut, bertambahlah ilmu dan memperkuat
keimanan
atas kebenaran ajaran agama Islam.
E. Karakteristik Kisah dalam Al-Qur’an
Secara umum, al-Qur‘an tidak menceritakan kejadian dan
peristiwa
secara berurutan (kronologis) dan memaparkan kisah-kisah itu
secara
panjang lebar, namun ditemukan beberapa kisah dalam
penyebutannya
disebutkan secara berulang dibeberapa tempat. Terdapat pula
kisah yang
tertera di dalam al-Qur‘an disebutkan dalam bentuk yang berbeda
dalam
artian memiliki penggambaran yang berbeda. Misalnya, pada suatu
surah
atau ayat ada beberapa konteks yang didahulukan atau disebutkan
terlebih
dahulu sebelum membahas perihal lainnya, kemudian disurah lain
atau di
tempat lain disebutkan di akhir. Terkadang suatu kisah di dalam
al-Qur‘an
digambarkan secara ringkas dan tak jarang pula melalui
penggambaran
yang lebih rinci atau Panjang lebar.
Mengenai permasalahan tersebut, melahirkan dua kelompok yang
saling berlawanan yakni kalangan orang yang meyakini dan
orang-orang
yang meragukan al-Qur‘an. Bagi sekelompok orang yang meragukan
al-
Qur‘an mempertanyakan perihal tersebut. Menurutnya kisah yang
tertera
dalam al-Qur‘an tidak disusun secara kronologis dan sistematis
yang
seharusnya menjadikannya lebih mudah dipahami, membuatnya
seolah-
olah tidak efektif dan efisien.11
11
Muhammad Chirjin, al-Qur‟an dan Ulumul Qur‟an (Yogyakarta: Dana
Bakti
Prima Yasa, 1989), 11.
-
33
Menurut Manna Khalil al-Qaṭṭān12
, kisah yang tertera jelas di dalam
al-Qur‘an tentunya memiliki beragam hikmah yang dapat dipetik,
adapun
di antaranya:
1. Dengan adanya penggambaran mengenai suatu peritiwa dalam
al-
Qur‘an semakin membuktikan akan kehebatan mukjizat al-Qur'an
itu
sendiri.
2. Suatu peristiwa yang telah dijelaskan secara gamblang di
dalam al-
Qur‘an, baik mengenai perihal baik ataupun buruk mampu
membentuk serta menguatkan kesan yang mantap dan melekat
dalam
jiwa.
3. Memperlihatkan terhadap umat manusia pada umumnya dan
umat
muslim pada khususnya bahwa terdapat perbedaan tujuan
diungkapkannya kisah tersebut.
Berbagai kisah yang dijelaskan di dalam al-Qur‘an memberikan
faedah yang sangat tinggi dan tentunya memberikan karakter
tersendiri di
setiap penggambarannya.13
1. Menuturkan syariat yang telah dibawa oleh setiap utusan Allah
serta
menunjukkan prinsip-prinsip dakwah yang mereka ajarkan. (Qs.
al-
Anbiyā‘ [21]: 25)
2. Meneguhkan hati Rasulullah dan para pengikutnya perihal
membela
dan menegakkan agama Allah Swt, serta menegakkan kepercayaan
orang-orang yang beriman dengan didatangkannnya pertolongan
Allah Swt dan dibuktikan dengan dilihatkannya kehancuran
mereka
yang mendukung suatu kebatilan. (Qs. Hūd [11]: 120)
12Manna‘ al-Qattahan, Mabahits fi Ulum al-Qur‟an, (Riyadh:
Muassasah al-Risalah,
1976), 41. 13
Muhammad Chirjin, al Qur‟an dan Ulumul Qur‟an (Yogyakarta: Dana
Bakti
Prima Yasa, 1989), 30.
-
34
3. Mengisahkan rekaman-rekaman atau jejak nabi terdahulu dan
mengingatkan kembali melalui kisahnya.
4. Menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad Saw dalam
penuturannya
mengenai orang-orang terdahulu
5. Membuktikan kekeliruan terhadap mereka (ahl al-kitāb) yang
telah
menyembunyikan keterangan dan petunjuk. (QS. Āli ‗Imrān [3]:
93)
6. Kisah yang diyakini sebagai salah satu cabang sastra yang
menarik
bagi setiap pendengarnya dan di dalamnya berisikan pengajaran
yang
tertanam dalam jiwa, (QS. Yusūf [12]: 111)
Selanjutnya penulis akan menguraikan karakteristik atau
bentuk
pelafalan kisah yang terdapat dalam al-Qur‘an antara lain:
1. Penggambaran kisah da