4 TINJAUAN PUSTAKA Jati Unggul Nusantara Di Indonesia, pada saat ini banyak jenis bibit jati cepat tumbuh yang dipasarkan di masyarakat dengan berbagai nama dagang, seperti jati emas, jati super, jati unggul, jati prima, dan jati monfori, yang semuanya merupakan tanaman jati yang dikembangkan melalui kultur jaringan. Demikian pula jenis jati yang dikembangkan oleh Pusat Litbang Perum Perhutani yang dikenal dengan nama Jati Plus Perhutani (JPP) (BBPBPTH 2008; Sumarni & Muslich 2008). Dari induk JPP tersebut, saat ini telah dibuat turunannya dengan berbagai perbaikan pada sifatnya. PT. Setyamitra dan Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) telah berhasil menginduksi perakarannya menjadi akar tunggang majemuk sehingga akarnya kokoh dan batang cepat besar namun tidak mudah roboh. Bibit jati unggul tersebut kemudian diberi nama Jati Unggul Nusantara/JUN (Soeroso & Poedjowadi 2008). Selanjutnya disebutkan bahwa selain perbaikan pada akar, pada tanaman JUN ini juga dilakukan pemberian nutrisi yang berkualitas dan perawatan yang intensif, dengan harapan akan mendapatkan umur produksi yang lebih singkat. Kebutuhan nutrisi diberikan dengan memproduksi pupuk organik formula khusus yang dapat mendukung kebutuhan nutrisi JUN. Dengan menggunakan bibit unggul dan pupuk organik khusus tersebut, JUN umur 4 bulan telah mencapai tinggi 4 m dan diameter 3,5 cm; umur 2 tahun tingginya 10 m dan diameter 10 cm; dan umur 5 tahun tingginya 17,5 m dengan diameter minimal 24 cm. Industri penggergajian kayu saat ini telah berhasil mengolah kayu dengan diameter 20 cm menjadi venir dan furnitur. Perkembangan teknologi pengolahan kayu yang telah ada memungkinkan permasalahan warna, kekuatan dan keawetan kayu dapat diatasi. Sifat mudah diolah dan dibentuk dari pohon cepat tumbuh dapat didifusikan sesuai keinginan pasar. Tingkat kekerasannya pun dapat direkayasa dengan teknik pemadatan. Dengan menggabungkan teknologi budidaya dan pengolahan kayu tersebut, maka umur panen jati yang semula 20 tahun bisa dipercepat menjadi 5 tahun karena telah mencapai diameter minimal 20
31
Embed
Struktur Makro, Mikro Dan Ultramikroskopik Kayu Jati ... · resume hasil penelitian sifat-sifat kayu jati cepat tumbuh dan kayu jati konvensional di Indonesia pada kelas umur yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
TINJAUAN PUSTAKA
Jati Unggul Nusantara
Di Indonesia, pada saat ini banyak jenis bibit jati cepat tumbuh yang
dipasarkan di masyarakat dengan berbagai nama dagang, seperti jati emas, jati
super, jati unggul, jati prima, dan jati monfori, yang semuanya merupakan
tanaman jati yang dikembangkan melalui kultur jaringan. Demikian pula jenis jati
yang dikembangkan oleh Pusat Litbang Perum Perhutani yang dikenal dengan
nama Jati Plus Perhutani (JPP) (BBPBPTH 2008; Sumarni & Muslich 2008).
Dari induk JPP tersebut, saat ini telah dibuat turunannya dengan berbagai
perbaikan pada sifatnya. PT. Setyamitra dan Koperasi Perumahan Wanabakti
Nusantara (KPWN) telah berhasil menginduksi perakarannya menjadi akar
tunggang majemuk sehingga akarnya kokoh dan batang cepat besar namun tidak
mudah roboh. Bibit jati unggul tersebut kemudian diberi nama Jati Unggul
Nusantara/JUN (Soeroso & Poedjowadi 2008).
Selanjutnya disebutkan bahwa selain perbaikan pada akar, pada tanaman
JUN ini juga dilakukan pemberian nutrisi yang berkualitas dan perawatan yang
intensif, dengan harapan akan mendapatkan umur produksi yang lebih singkat.
Kebutuhan nutrisi diberikan dengan memproduksi pupuk organik formula khusus
yang dapat mendukung kebutuhan nutrisi JUN. Dengan menggunakan bibit
unggul dan pupuk organik khusus tersebut, JUN umur 4 bulan telah mencapai
tinggi 4 m dan diameter 3,5 cm; umur 2 tahun tingginya 10 m dan diameter 10
cm; dan umur 5 tahun tingginya 17,5 m dengan diameter minimal 24 cm.
Industri penggergajian kayu saat ini telah berhasil mengolah kayu dengan
diameter 20 cm menjadi venir dan furnitur. Perkembangan teknologi pengolahan
kayu yang telah ada memungkinkan permasalahan warna, kekuatan dan keawetan
kayu dapat diatasi. Sifat mudah diolah dan dibentuk dari pohon cepat tumbuh
dapat didifusikan sesuai keinginan pasar. Tingkat kekerasannya pun dapat
direkayasa dengan teknik pemadatan. Dengan menggabungkan teknologi
budidaya dan pengolahan kayu tersebut, maka umur panen jati yang semula 20
tahun bisa dipercepat menjadi 5 tahun karena telah mencapai diameter minimal 20
5
cm, dimana pasarnya pun telah tersedia (Trockenbrodt & Josue, 1999; Irwanto
2006; Soeroso & Poedjowadi 2008).
Jati Konvensional dan Jati Cepat Tumbuh
Jati konvensional adalah tanaman jati yang dikembangkan dari biji,
sehingga sifat yang dimiliki antara lain pertumbuhannya lambat. Jati ini umumnya
memiliki percabangan lebih sedikit dengan batang yang lurus (Sumarni &
Muslich 2008). Perkembangan teknologi khususnya dalam bidang rekayasa
genetik (pemuliaan pohon) telah menghadirkan jati varietas unggul. Jati yang
dihasilkan diharapkan memiliki keunggulan komparatif berdaur pendek (± 15
tahun), sedikit cabang, batang lurus dan silindris. Jenis jati yang kemudian
dikembangkan dari pohon-pohon induk terpilih dan diperbanyak menggunakan
kultur jaringan ini selanjutnya disebut jati cepat tumbuh (Irwanto 2006; Krisdianto
& Sumarni 2006; Sumarni & Muslich 2008).
Berbagai merek dagang jati varitas unggul yang telah beredar di
pasaran disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis-jenis jati varitas unggul di Indonesia
No Nama Dagang Produsen Materi Asal 1 Jati Plus Perhutani (JPP) PT. Perhutani Jawa 2 Jati Super PT. Monfori Nusantara Thailand 3 Jati Emas PT. Katama Suryabumi Birma 4 Jati Unggul PT. Bumundo, PT. Fitotek Jawa 5 Jati Kencana PT. Dafa Teknoagro
Dibandingkan jati konvensional, jati cepat tumbuh diduga mempunyai
beberapa sifat yang cenderung lebih jelek. Brazier (1986) berpendapat bahwa
kayu yang berasal dari hutan tanaman akan berbeda dengan kayu yang berasal
dari hutan alam. Hal ini disebabkan selain oleh pertumbuhannya yang lebih cepat,
juga karena pada hutan tanaman, pohon biasanya ditebang dalam umur tegakan
yang lebih muda, yaitu 20–40 tahun. Oleh karena itu, kayu dari hutan tanaman
umumnya lebih ringan, teksturnya lebih kasar, lebih banyak mata kayu, seratnya
tidak teratur serta mengandung lebih banyak kayu remaja (juvenile wood). Senft et
6
al. (1986) menyatakan bahwa kayu dari hutan tanaman yang tumbuh cepat dan
berdaur pendek mengandung lebih banyak kayu remaja. Kayu remaja memiliki
sifat lingkar tumbuh relatif lebar, terutama pada tahun-tahun awal pertumbuhan,
kerapatan sel rendah dan mengandung lignin dengan kadar yang lebih tinggi,
penyusutan longitudinal lebih besar dan lebih banyak arah serat spiral serta
kekuatannya lebih rendah. Makin cepat pertumbuhan pohon pada periode awal,
makin banyak juga volume kayu remaja, lebih-lebih bila ditebang pada umur
muda (Kininmonth 1986). Pada pohon muda, kayu terasnya sangat sedikit dan
kadar zat ekstraktifnya rendah sehingga keawetannya pun akan rendah (Harris
1986).
Beberapa peneliti telah melaporkan sifat-sifat kayu jati cepat tumbuh
dibandingkan dengan kayu jati konvensional. Pada Tabel 2 dan Tabel 3 disajikan
resume hasil penelitian sifat-sifat kayu jati cepat tumbuh dan kayu jati
konvensional di Indonesia pada kelas umur yang sama yang dikelompokkan
berdasarkan penulis.
Tabel 2. Perbandingan sifat kayu jati cepat tumbuh dan kayu jati konvensional umur 5 dan 7 tahun (Sumarni, et al. 2005-2008)
No. Uraian Sifat Kayu Jati Cepat Tumbuh Jati Konvensional Keterangan 1. Struktur Anatomi
Makroskopik Telah terbentuk kayu teras di seluruh lempengan bagian ujung, tengah dan pangkal. Persentase kayu teras 22,61%.
Persentase kayu teras 20,3%
Jati cepat tumbuh yang digunakan adalah jati unggul dari PT. Monfori yang ditanam di Palembang
2. Fisis Mekanis BJ basah lebih tinggi Kelas kuat IV
BJ basah lebih rendah Kelas kuat IV
3. Pemesinan Sangat baik hingga baik Sangat baik hingga baik 4. Pengerjaan Mudah dikerjakan
(kelas mutu I-II: sangat baik-baik) Mudah dikerjakan (kelas mutu I-II: sangat baik-baik)
5. Keawetan Keawetan terhadap rayap tanah, rayap kayu kering dan bubuk kayu kering termasuk kelas V (dalam pemakaian harus diawetkan)
Keawetan terhadap rayap tanah, rayap kayu kering dan bubuk kayu kering termasuk kelas V (dalam pemakaian harus diawetkan)
6. Keterawetan Mudah diawetkan Mudah diawetkan 7. Pengeringan - Pengeringan alami, untuk mencapai
KA 13% membutuhkan waktu 16-20 hari.
- Pengeringan dengan dehumidifier, diperoleh kisaran suhu 35-41 0C dan kelembapan 62-70%.
- KA titik jenuh serat <30%.
- Butuh waktu lebih lama. Laju pengeringan lebih cepat.
7
No. Uraian Sifat Kayu Jati Cepat Tumbuh Jati Konvensional Keterangan - Laju pengeringan lebih lambat.
- Waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi kering udara dari kondisi awal berkisar antara 3-7 hari.
-
8. Komponen kimia (%) Holoselulosa Lignin Pati Kelarutan dalam: -air dingin -air panas -Alkohol benzene -NaOH 1 % Kadar Air Kadar Abu Silika Pulp dan kertas
67,34 30,70 16,98 1,70 6,47 3,54 12,88 6,01 0,688 0,398 Cukup baik
63,96 31,35 11,20 4,03 6,32 4,61 13,94 6,04 0,780 0,459 Cukup baik
9. Arang dan nilai kalor Rendemen arang (%) Rendemen ter (%) Rendemen cairan destilat (%) Berat jenis arang (g/cm3 ) Nilai kalor kayu (kal/g) Nilai kalor arang (kal/g) Kadar air arang (%) Kadar abu (%) Kadar zat terbang (%) Karbon terikat (%)
30,50 8,71 79,49 0,485 4437 7629 0,19 3,51 15,15 81,34 Cukup baik untuk bahan arang, arang aktif dan peleburan biji besi.
27,43 5,74 38,45 0,644 4426 6969 0,18 3,64 16,18 80,18 Cukup baik untuk bahan arang, arang aktif dan peleburan biji besi.
Dari Tabel 2 di atas tampak bahwa sifat kayu jati cepat tumbuh maupun
kayu jati konvensional, terutama pada sifat keawetan, keterawetan, pemesinan dan
pengerjaan, tidak jauh berbeda karena umurnya yang relatif masih sama-sama
muda.
8
Tabel 3. Perbandingan sifat kayu jati cepat tumbuh dan kayu jati konvensional umur 7 tahun dari Penajam, PT. ITCI Kartika Utama, Kalimantan Timur (Krisdianto & Sumarni 2006; Krisdianto 2008; Sumarni et al. 2008)
No. Uraian Sifat Kayu Jati Cepat Tumbuh Jati Konvensional Keterangan 1. Struktur Anatomi
Makroskopik Persentase kayu teras 39,6%. Masuk dalam kriteria kayu bulat kecil (KBK A.1)
Persentase kayu teras 20,3%. Masuk dalam kriteria kayu bulat kecil (KBK A.1)
2. Fisis Mekanis Kelas kuat rendah Kelas kuat rendah 3. Pemesinan Cukup bagus Cukup bagus 4. Pengerjaan Mudah dikerjakan Mudah dikerjakan 5. Keawetan Kelas awet rendah Kelas awet rendah 6. Penggunaan Llumber sharing, Finger Joint Laminated Board
(FJLB), bubutan, lantai, kursi taman, jelusi, barang kerajinan dan sebagainya
Ulasan kritis sifat kayu dan potensi pemanfaatan kayu jati yang berasal dari
hutan tanaman cepat tumbuh di Malaysa dibandingkan sifat-sifat kayu jati
konvensional yang ditebang pada umur dewasa disajikan pada Tabel 4
(Trockenbrodt & Josue 1999).
Tabel 4. Sifat-sifat dan pemanfaatan kayu jati cepat tumbuh rotasi pendek umur 10-15 (maksimal 20) tahun dan jati konvensional umur 80 tahun di Malaysa (Trockenbrodt & Jouse 1999)
No. Uraian Sifat Kayu
Jati Cepat Tumbuh Jati Konvensional
Keterangan
1. Ciri umum Warna Warna lebih terang Coklat
kekuningan atau coklat emas hingga coklat keabuan atau coklat gelap.
Perbedaan warna tergantung pada faktor tempat tumbuh. Iklim basah menghasilkan warna lebih terang dengan corak kurang jelas, sedangkan iklim kering menghasilkan warna dan corak yang lebih gelap dan lebih jelas. Musim kering juga menyebabkan lingkaran tumbuh tampak sangat jelas dan memberikan pola yang menarik. Pembentukan lingkaran tumbuh antara jati konvensional dan jati cepat tumbuh tidak jauh berbeda pada iklim yang sama. Warna kayu gubal putih kekuningan, lebarnya sekitar 2-5 cm, lebih lebar di area tempat tumbuh yang basah; warnanya sangat kontras dibandingkan kayu teras.
9
No. Uraian Sifat Kayu
Jati Cepat Tumbuh Jati Konvensional
Keterangan
Diameter pohon dan persentase kayu teras
3 tahun: diameter 2,5-4,8 cm, diameter kayu teras 0-0,8 cm. 4 tahun: diameter 5,8-10,9 cm, diameter kayu teras 0-1,8 cm hingga 0,9-6,9 cm. 5 tahun: diameter 6,9-11,4 cm, diameter kayu teras 0-2,9 cm hingga 1,4-7,4 cm. 15 tahun: diameter 9,4-27,2 cm (sedangkan pada Krishnapillay 1997: 25-35 cm). 25 tahun: diameter 12,2-33,3 cm (sedangkan pada Kijkar 1997: 45-50 cm).
8 tahun –diameter 10,5 cm—persentase kayu teras 30,1% (rata-rata diameter kayu teras 5,76 cm). 13 tahun—50,3%. 20 tahun—23,4-60,5 cm (45)% (Bangladesh). 21 tahun—61,2%. 55 tahun—83,7%. 74 tahun—59% (Marudu).
Ada peningkatan kayu teras seiring dengan peningkatan umur. Pada jati cepat tumbuh merupakan data dari hutan tanaman jati di Malaysa. Dibandingkan banyak publikasi, nilai diameter pada hutan tanaman jati Malaysa lebih kecil, sehingga pada berbagai publikasi tersebut dianggap ada prediksi pertumbuhan yang terlalu optimis. Disebutkan pula ada kemungkinan ditemukannya kayu teras dalam bentuk yang tidak beraturan. Hingga data dilaporkan, belum ada kajian mengenai pembentukan kayu teras pada jati dalam hubungannya dengan kondisi tempat tumbuh.
2. Struktur anatomi-ciri mikroskopik
Seluruh bagian kayu merupakan kayu juvenil, namun dibandingkan kayu dewasa, keberadaan kayu muda pada jati ini tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan dan kekuatan kayu, kecuali pada pertumbuhan yang sangat ekstrim dipercepat, misalnya dengan irigasi.
Proporsi kayu juvenil lebih kecil
Pembentukan kayu juvenil pada jati terjadi hingga umur 12-15 tahun. Bhat and Indira (1997): jati India mencapai kematangan sifat mekanis pada umur 21 tahun.
Prutz (1942): tidak ada perbedaan antara jati yang berasal dari hutan tanaman di Indonesia dan Afrika dengan jati yang tumbuh secara alami dari Myammar dan Thailand, karena faktor tempat tumbuh yang paling berpengaruh terhadap sifat kayu.
10
No. Uraian Sifat Kayu Jati Cepat Tumbuh Jati Konvensional Keterangan Penyusutan T (basah-KO) (%)
Penyusutan R (basah-KA 12%) (%) Penyusutan T (basah-KA 12%) (%) MOE (N/mm2) MOR (N/mm2) Tekan // ((N/mm2) Tekan ┴ (N/mm2) Tarik // (N/mm2) Tarik ┴ (N/mm2) Kekuatan geser (N/mm2) Kekerasan sisi (N) Kekerasan ujung (N) Kekuatan belah R (N/mm) Kekuatan belah T(N/mm) Kekuatan lentur (J/cm2)
Berbagai literatur menyebutkan tidak ada perbedaan sifat antara kayu jati dari hutan tanaman maupun dari hutan alam, satu-satunya laporan (Rajput et al 1983) hanya menyebutkan tentang perbedaan kekuatan kayu gubal yang lebih rendah dibandingkan kayu teras pada jati yang berasal dari hutan tanaman.
4. Sifat pengerjaan Mudah dikerjakan Mudah dikerjakan 5. Pemesinan Bagus Bagus Tidak ada perbedaan 6. Venir Pada venir sayat,
warna lebih terang, pola lingkaran tumbuh kurang jelas, penyayatan dan perekatan mudah, namun rendemen hanya 25%.
Penyayatan dan perekatan mudah, warna dan corak lebih baik.
7. Pengeringan Lambat namun tidak ditemui kesulitan. Jika jadwal pengeringan tidak terlalu cepat, tidak ditemui cacat.
Lambat namun tidak ditemui kesulitan. Jika jadwal pengeringan tidak terlalu cepat, tidak ditemui cacat.
Sama-sama mudah dikeringkan
8. Keawetan alami Keawetan alami meningkat seiring dengan pertambahan umur (peningkatan kandungan ekstraktif). Jati muda dan bagian kayu teras bagian dalam kurang awet, juga lebih sulit diawetkan.
Cukup awet-sangat awet. Asal benih lebih berpengaruh terhadap keawetan alami jati.
9. Kegunaan Kayu gergajian dan produksi venir (log kualitas tinggi dapat diperoleh pada umur 10-15 (20) tahun. Jati dengan dimensi kecil, misal hasil penjarangan, digunakan untuk tiang/galah, kayu bakar, dsb. Di Nigeria jati khusus ditanam
Bagian teras jati secara luas digunakan untuk kapal, konstruksi yang bersentuhan langsung dengan air, komponen bangunan (kusen jendela dan pintu, lantai) dan furnitur, termasuk furnitur taman. Venir jati utamanya digunakan untuk tujuan dekoratif dalam produksi kayu lapis. Penggunaan
Menurut Bhat and Indira (1997), masalah utama dalam pemanfaatan jati rotasi pendek adalah: - keawetan alami berkurang -rendemen kayu gergajian dan venir kecil akibat peningkatan mata kayu dan tegangan pertumbuhan yang menyebabkan kayu retak.
11
No. Uraian Sifat Kayu Jati Cepat Tumbuh Jati Konvensional Keterangan untuk kayu energi.
Kijkar (1997) melaporkan bahwa jati dengan diameter kecil dapat digunakan untuk parket, log untuk kontruksi kabin, dan mainan. Dalam Steber (1995) disebutkan bahwa parket flooring, frame lukisan, molding, komponen furnitur, jendela dan kerangka pintu dapat dibuat dari jati berumur 15-25 tahun. Philips (1995) juga melaporkan bahwa terdapat permintaan tiang-tiang kecil jati yang tinggi secara lokal untuk pagar, perumahan sementara dan komponen furnitur. Menurut Amazon Teak Foundation, log berdiameter kecil dari tanaman jati umur 12 tahun di Brazil diekspor sebagai gelondongan untuk venir ke USA, dan juga terjual untuk kayu gergajian pada pasar lokal, serta diekspor juga ke Hongkong, India, Jerman dan Denmark.
secara khusus untuk peralatan laboratorium yang terkena bahan kimia. Digunakan juga untuk tiang listrik, pagar, dan bantalan kereta api. Gubal digunakan setelah diawetkan.
Bagaimanapun, pemanfaatan kayu tanaman diameter kecil dibatasi oleh persentase kayu teras karena hanya bagian teras yang dapat digunakan untuk produk jati secara tradisional maupun produk-produk baru. Dilley (komunikasi pribadi): jati umur 8 tahun memiliki kayu teras sebesar 30% dari keseluruhan volume kayu. Sedangkan Tee (1995) melaporkan bahwa bagian gubal jati dapat digunakan untuk venir dan parket murah dengan pasaran lokal.
Kualitas Kayu Kayu merupakan produk dari proses biologis (metabolisme) suatu
tumbuhan, yaitu pohon sehingga sifat-sifatnya sangat bervariasi akibat pengaruh
faktor-faktor dalam dan luar selama pertumbuhan pohon. Kayu dihasilkan oleh
banyak spesies pohon dimana setiap jenis mempunyai sifat-sifat anatomi, kimia
dan fisika masing-masing (Pandit 2006).
12
Kualitas kayu adalah kesesuaian atau kecocokan kayu untuk penggunaan
tertentu. Kualitas kayu merupakan suatu ukuran ciri-ciri kayu yang mempengaruhi
sifat-sifat produk yang dibuat darinya, dimana ukuran ini merupakan hal yang
sangat subyektif, tergantung produk yang akan dibuat dari kayu tersebut. Sifat-
sifat penting kayu yang digunakan untuk suatu produk sering berbeda dengan
sifat-sifat penting untuk produk yang lain (Panshin et al. 1964; Savidge 2003;
Anisah & Siswamartana 2005). Kualitas kayu ditentukan oleh satu atau lebih
faktor-faktor variabel yang mempengaruhinya seperti struktur anatomi dan
selanjutnya sifat-sifat fisikanya. Sebagai contoh perubahan-perubahan kecil pada
panjang sel serabut, tebal dinding sel, diameter sel, sudut fibril, presentase tipe-
tipe sel, nisbah antara selulosa dan lignin akan menyebabkan perubahan sifat fisik
dan selanjutnya perubahan pada kualitas kayu tersebut (Panshin et al. 1964;
Pandit 2006).
Sejumlah faktor menentukan kecocokan kayu sebagai bahan baku kayu
pertukangan, furnitur, moulding, dan produk venir, seperti kerapatan, proporsi
kayu teras, kandungan kayu juvenil, terdapatnya mata kayu, dan arah serat.
Pemahaman terhadap variabilitas sifat-sifat kayu serta faktor-faktor yang terlibat
di dalamnya memberikan suatu latar belakang yang diperlukan untuk usaha
memperbaiki kualitas kayu sebagai bahan baku di dalam hutan, yaitu melalui
tindakan silvikultur dan rekayasa genetika. Sebagai jati unggul yang
pertumbuhannya dipercepat, tentu akan terjadi perubahan sifat pada kayu JUN
yang dihasilkan.
Secara lebih detail selanjutnya disampaikan faktor-faktor yang menentukan
kecocokan kayu sebagai bahan baku venir dan dan kayu olahan termasuk furnitur.
Venir Venir adalah lembaran tipis kayu yang dihasilkan dengan cara mengupas
atau menyayat kayu bundar atau kayu gergajian (Kliwon & Iskandar 2008).
Menurut FAO (Anonymus 1966 dalam Martawijaya et al. 2005), kayu yang
umum dibuat venir adalah yang mempunyai kerapatan 0,40-0,70 g/cm3,
sedangkan yang terbaik adalah kerapatan 0,50-0,55 g/cm3.
13
Pengupasan kayu dapat dilakukan dalam kondisi dingin tanpa sesuatu
perlakuan pendahuluan, sedangkan untuk jenis kayu tertentu harus dilakukan
dalam kondisi panas, yaitu melalui proses pengukusan atau perebusan. Faktor
yang mempengaruhi hasil pengupasan adalah tebal venir dan sudut kupas yang
umumnya bervariasi antara 90º dan 93,5º (Martawijaya et al. 2005). Penetapan
baik tidaknya suatu kayu untuk bahan venir ditetapkan pada saat pembuatan,
pengeringan, dan sifat perekatannya. Sifat-sifat kayu yang perlu diperhatikan
antara lain (Kliwon & Iskandar 2008):
Berat Jenis. Berat jenis kayu dapat digunakan sebagai pedoman umum guna
seleksi jenis kayu untuk dibuat venir. Biasanya berat jenis kayu untuk dibuat venir
kupas antara 0.30-0.65. Jenis kayu dengan berat jenis agak tinggi memerlukan
tenaga penggerak mesin yang lebih tinggi dibandingkan kayu dengan berat jenis
rendah. Untuk jenis-jenis kayu yang memiliki motif serat lebih baik, pengupasan
akan lebih berhasil apabila dilakukan pelunakan dengan jalan kayu direbus atau
diberi uap panas. Suhu dan lama pemanasan tergantung pada besarnya diameter
dan berat jenisnya, yaitu berkisar antara 70-100ºC dan lamanya antara 35-80 jam.
Kadar air basah dan penyusutan. Kadar air kayu yang akan dikupas
berkisar antara 50-60%. Air dalam kayu berfungsi sebagai pelumas pada waktu
proses pengupasan. Kayu dengan penyusutan rendah dikehendaki dalam
pembuatan venir.
Struktur kayu, tekstur kayu, dan arah serat. Struktur yang seragam adalah
salah satu prasyarat untuk digunakan sebagai bahan venir. Sedangkan pori-pori
kayu mempengaruhi penampilan baik tidaknya venir luar pada waktu proses akhir.
Serat kayu yang teratur arahnya akan mudah dibuat venir. Lingkaran tahun,
adanya serat yang tidak teratur akan mempengaruhi mutu permukaan venir.
Komponen zat ekstraktif. Pengaruh zat ekstraktif dalam kayu terhadap mutu
venir sebagai berikut:
• Damar (gum). Kadar damar yang tinggi menurunkan mutu venir.
• Getah atau resin. Pada permukaan venir, getah akan mengumpul pada pisau dan
akan mengakibatkan venir menjadi cacat (kasar konvensional), dan getah yang
sudah mengeras akan mengakibatkan pisau menjadi cepat tumpul.
14
• Polifenol (tanin). Tanin lebih banyak terdapat pada kayu teras dibandingkan
pada kayu gubal. Hal inilah yang menyebabkan warna kayu teras lebih coklat
daripada kayu gubal. Polifenol ini menyebabkan perubahan warna kalau
bereaksi dengan besi dan baja, yaitu menyebabkan warna biru hitam pada pisau
dan permukaan venir. Venir yang berasal dari teras kayu memiliki sifat lebih
stabil dan retak bawah venir yang lebih rendah dari pada venir yang berasal dari
gubal. Hal ini disebabkan karena polifenol bersifat plastis.
• Lilin (wax). Adanya lilin dikehendaki pada pembuatan venir. Tetapi sebaliknya
menyebabkan keteguhan retak kayu lapisnya menjadi lebih rendah.
• Bahan mineral. Bahan mineral dalam kayu seperti kalsium, magnesium, dan
silika berkadar tinggi akan menyebabkan tumpulnya pisau kupas. Apabila kadar
silika > 0,5% akan menyebabkan pisau kupas cepat menjadi tumpul.
Untuk penggunaan tertentu, seperti peti dan dinding rumah, bau kayu,
misalnya dari kayu lapis, memegang peranan penting. Untuk produk kayu lapis
indah pun, corak/keindahan kayu merupakan prasyarat utama.
Sedangkan sifat-sifat mekanis kayu yang penting dan mempengaruhi mutu
venir adalah sifat keteguhan tarik sejajar serat, kekerasan, keteguhan lentur,
keteguhan geser, keteguhan tekan sejajar dan tegak lurus serat.
Persyaratan panjang kayu bundar untuk venir kupas adalah ±2.5 m, dan 3.6-
5 m untuk venir sayat. Sedangkan diameter, untuk venir kupas adalah 50 cm, dan
untuk venir sayat 37.5 cm. Bentuk kayu harus silindris agar mudah dikupas, dan
rendemen juga tinggi. Keberadaan mata kayu sehat maupun mata kayu busuk
lebih baik dihindari karena dapat menurunkan mutu venir. Mata kayu sehat dan
keras akan menimbulkan suara yang lebih nyaring pada proses pengupasan venir
dan akan cepat menumpulkan pisau kupas. Sedangkan mata kayu busuk akan
menimbulkan lubang-lubang pada venir (PIKA 1979; Kliwon & Iskandar 2008).
Kayu jati tergolong dalam kelompok jenis kayu bercorak indah, sehingga
banyak dipakai sebagai venir muka. Serat kayunya sangat bervariasi, mulai dari
yang lurus hingga bergelombang, yang masing-masing memberikan corak
gambaran yang menarik. Warna kayunya juga bervariasi, mulai dari coklat muda
sampai kuning coklat kemerahan dengan garis-garis yang tak teratur, lingkaran
15
tahun yang nampak, semuanya menyebabkan kayu jati ini memiliki keindahan
yang khas dan dikenal secara luas. Berat jenisnya bervariasi dari 0,51-0,78, mudah
disayat, venir mengering rata tanpa retak. Penyusutan kecil, dan perekatan juga
tidak mengalami kesulitan. Namun jenis ini sebenarnya memiliki habitus yang
kurang sesuai untuk venir kupas karena batangnya belum tentu silindris. Bagian
batang bebas cabang juga tidak terlalu panjang.
Furnitur Furnitur atau mebel, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah
perabot rumah tangga, seperti meja dan kursi; perabot yang diperlukan, perabot
yang berguna atau disukai, bentuknya berupa barang atau benda yang dapat
dipindah-pindah, dan digunakan untuk melengkapi rumah, kantor, dan lain-lain
(Tim Penyusun Kamus PPPB 1994 & 2002). Secara lebih spesifik dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa mebel adalah perkakas rumah tangga
seperti meja dan kursi (Poerwodarminto 1976).
Sebagai bahan baku furnitur, kayu memiliki berbagai kelebihan dibanding
material lain. Kayu dapat secara mudah dibentuk dengan tangan ataupun mesin,
dan dapat dirakit menjadi berukuran besar dengan menggunakan perekat, pasak,
paku ataupun baut. Kelebihan lainnya, kerusakan pada bagian–bagian atau
komponen-komponennya dapat secara mudah diperbaiki atau diganti (Menon &
Burgess 1979).
Berikut adalah sifat-sifat kayu yang disukai untuk penggunaannya sebagai
furnitur menurut Menon & Burgess (1979) serta PIKA (1979):
- Kekuatan yang cukup. Bagian-bagian furnitur dimaksudkan untuk menerima
beban, baik secara terus-menerus atau sesekali. Beban-beban ini disebarkan
secara merata, termasuk pada sambungan. Sehingga, meskipun kekuatan
adalah penting, bahan baku untuk furnitur tidak dibutuhkan yang benar-benar
sangat kuat. Lebih lanjut, kekuatan berhubungan dengan kerapatan, kayu yang
sangat kuat berarti juga kayu yang sangat berat. Furnitur yang dibuat dari kayu
yang berat umumnya kurang disukai karena sulit untuk memindah-
mindahkannya.
16
- Sifat permesinan yang baik dan kerapatan yang sesuai. Kayu untuk furnitur
harus mudah untuk digergaji, diserut, dihaluskan ataupun dibor. Permukaan
yang dikerjakan harus mulus tanpa sobekan serabut yang akan menghasilkan
permukaan yang berbulu. Kayu juga jangan mengandung terlalu banyak
ekstraktif, seperti resin/getah, atau silika, yang mungkin dapat menyebabkan
pisau pemotong menjadi tumpul. Selain menyulitkan dipindah-pindah, kayu
yang berat juga menyebabkan penumpulan yang cepat pada pisau pemotong.
Meskipun dengan penambahan baja baru pada pisau pemotong membuat pisau
lebih kuat dan teguh, penumpulan pisau secara cepat tetap akan terjadi jika
menggunakan kayu berat. Kayu dengan kerapatan kering oven sekitar 500 kg
m-3 (Berat Jenis 0.5) telah terbukti cukup baik untuk furnitur. Bagaimanapun,
disarankan untuk menggunakan kayu yang lebih berat untuk furnitur yang
memiliki banyak kegunaan seperti tempat tidur dan kursi; tapi kayu yang lebih
ringan juga dapat dipakai untuk pembuatan furnitur di kantor, seperti lemari,
rak, termasuk rak buku.
- Stabilitas dimensi selama penggunaan. Kayu yang memiliki penyusutan dan
pengembangan yang drastis dan besar, kurang disukai untuk penggunaan
apapun. Pergeseran kayu akan menyebabkan distorsi pada bagian furnitur,
sulitnya menarik laci, sulit membuka pintu, dan juga menyebabkan sambungan
terbuka. Dengan perlakuan pengeringan yang tepat, kayu dengan kadar air
kurang dari 10% akan mampu mengatasi permasalahan ini.
Perhatian secara khusus, bagaimanapun, harus diaplikasikan saat furnitur kayu
digunakan pada ruangan ber-AC. Karena itu, kayu dengan penyusutan rendah
sangat ideal untuk pembuatan furnitur. Perubahan kadar air pada kayu yang
telah dikeringkan dapat diminimalisir dengan pelapisan yang tepat
menggunakan varnish, cat, atau bahkan lembaran plastik. Metode yang
disebutkan terakhir adalah perkembangan terbaru dalam teknik perlindungan
kayu. Jika memungkinkan, papan yang digunakan sebaiknya papan radial
karena memiliki susut yang lebih kecil.
- Keawetan. Terkadang, keawetan berhubungan dengan kerapatan. Kayu yang
berat umumnya lebih awet dibanding kayu yang lebih ringan. Bagaimanapun,
keawetan kayu yang lebih rendah dapat ditingkatkan dengan perlakuan
17
pengawetan. Serangan rayap dan penggerek secara sukses dapat dikontrol
menggunakan teknik pengawetan kayu. Serangan jamur seperti jamur biru pada
kayu yang berwarna cerah juga dapat diatasi dengan perlakuan pengawetan.
Struktur Anatomi: Struktur Makroskopik, Mikroskopik dan
Ultramikroskopik Kayu
Struktur anatomi kayu merupakan salah satu sifat dasar yang sangat
berpengaruh pada penggunaan kayu sebagai bahan baku. Panshim et al. (1964:
202), Pandit (2006), serta Pandit dan Kurniawan (2008) menyebutkan bahwa
perubahan bentuk dan ukuran sel bagaimanapun kecilnya akan menyebabkan
perubahan sifat kayunya sebagai bahan. Sebagai pohon yang dipercepat
pertumbuhannya kemungkinan akan terjadi perubahan pada struktur anatominya
akibat pertumbuhan panjang sel-sel inisial kambium terhambat dan menunda saat-
saat produksi sel-sel dengan panjang maksimum. Untuk kayu jati yang memiliki
pori tata lingkar, pembentukan kayu awal yang dihasilkan saat pertumbuhan yang
cepat akan menghasilkan sel-sel berukuran lebih pendek. JUN dimaksudkan untuk
dipanen dalam umur yang relatif muda. Lebih lanjut menurut Panshin et al.
(1964), dalam tahun-tahun pertama pertumbuhan batang, yaitu sesudah
terbentuknya kambium vaskuler, kecepatan pembelahan secara pseudotransversal
adalah sangat cepat dengan presentase hidup sangat besar. Hal ini menyebabkan
panjang rata-rata sel inisial kambium dan sel-sel turunannya menjadi pendek, atau
yang dikenal sebagai periode juvenil.
Sedikitnya ada empat level struktur dalam struktur kayu yang dapat
diidentifikasi, dimana semakin kecil ukurannya dibutuhkan peralatan yang
semakin canggih. Keempat level tersebut adalah struktur makroskopik, struktur
mikroskopik, struktur nano/ultrastruktur dan tingkat struktur molekuler (Booker &
Sell 1998).
Struktur Makroskopik
Struktur makroskopik kayu adalah elemen-elemen penyusun kayu yang
jelas terlihat dan dapat diamati menggunakan mata telanjang atau loupe dengan
perbesaran 10-15x. Struktur makroskopik kayu dilihat pada tiga bidang
18
pengamatan yaitu bidang aksial, radial dan tangensial (Pandit & Setiawan 2008;
Bowyer et al. 2003). Ukuran selnya milimeter ke atas (Booker & Sell 1998). Sifat
kayu yang termasuk struktur makro adalah riap tumbuh, rasio kayu teras dan kayu
gubal, arah serat, tekstur, kilap, warna, corak kayu, kekerasan dan bau (Booker &