STRUKTUR DAN SEMIOTIK SURAT HUD
(Analisis Strukturalisme dan Semiotika dalam al-Quran)
cccccp
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Theologi Islam
Disusun oleh :
Muhammad Allajji
09532028
JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
r~/itilt"'"'Y.'x::i _)~&il KEMENTERIAN AGAMA RI
0 10 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
FM-UINSK-BM-05-03/RO
SURA T PERSETUmAN SKRIPSI
Hal : Persetujuan Skripsi
Lamp
Kepada
Yth, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamu 'alaikum Wr. Who
Setelah membaca, meneliti , memberikan petunjuk dan meng9reksi
serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing
berpendapat
bahwa skripsi Saudara:
Nama : Muhammad Allajji
NIM : 09532028
Judul Skripsi : STRUKTUR DAN SEMIOTIK SURA T HOD (AnaJisis
Strukturalisme dan Semiotika dalam al-Qur ' an)
Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Ushuluddin dan
Pernikiran Islam
Jurusan Ilmu al-Qur 'an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu dalam Ilmu
Theologi Islam.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir saudara
tersebut di atas
dapat segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih .
Wassalamu 'aZaikum Wr. Wh.
2014
. ~ Adlb ofia S.S M.Hum
NIP. 197801152006042001
II
SURATPERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama : Muhammad Allajji
N IM : 0953 2028
Fakultas : Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Jurusan : Ilmu al-Qur' an dan Tafsir
Alamat Rumah: Balong Sari RT.12 RW.03 , Jogosatru, Sukodono,
Sidoarjo, JawaTimur
Alamat
Yogyakarta : Krapyak Wetan, Sewon, Bantul , DIY
Telp/Hp : 085733496593
Judu\ Skripsi : STRUKTUR DAN SEMIOTIK SURATHUD (Analisis
Strukturalisme dan Semiotika dalam al-Qur ' an)
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1. Skripsi yang saya ajukan adalah benar asli karya ilmiah yang
saya tulis sendiri .
2. Bilamana skripsi telah dimunaqasyahkan dan diwajibkan revisi
, maka saya bersedia dan sanggup merevisi dalam waktu 2 (dua) bulan
terhitung dari tanggal munaqasyah. Jika temyata lebih dari 2
(bulan) revisi skripsi belum terselesaikan maka saya bersedia
dinyatakan gugur dan bersedia munaqasyah kembali dengan biaya
sendiri .
3. Apabila di kemudian hari temyata diketahui bahwa karya
tersebut bukan karya ilmi ah saya (plagiasi), maka saya bersedia
menanggung sanksi dan dibatalkan gelar kesarjanaan saya.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benamya.
Yo gyakarta, 26 Maret 20 14
/~ NIM. 0953 2028
111
KEMENTERIAN AGAMA RI
aIO UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
FM-UINSK-BM-OS-07IRO
PENGESAHAN SKRIPSI Nomor: UIN .02IDUIPP.00.91712/2014
Skripsi/tugas akhir dengan judul:
STRUKTUR DAN SEMIOTIK SURA T HUD
(Analisis Strukturalisme dan Semiotika dalam al-Qur'an)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : Muhammad Allajji
NIM : 09532028
Telah dimunaqasyahkan pada: Rabu, 2 April 2014
Nilai munaqasyah : 94 (A-)
Dan dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam UIN
Sunan KaJijaga Yogyakarta
P ANITIA UJIAN MUNAQASY AH
embimbing
Adib ofia, S.S,M.Hum ~P. 197801152006042001SkretarislPenguji II
Penguji III
~L-
Saifuddin Zuhri, S.Th.I. M.A Drs. Indal Abro M.A NIP.
198001232009011004 NIP. 196808051993031007
IV
http:02IDUIPP.00
v
MOTTO
TAFAKKUR SEJENAK LEBIH BAIK DARIPADA IBADAH SATU TAHUN
-Muhammad bin Abdullah-
DUNIA HANYA MILIK ORANG YANG BANYAK TAHU
-Muhammaad Allajji-
vi
PERSEMBAHAN
Untuk Kedua Mentari yang selalu menerangi hati, yang selalu
menghangatkan jiwa, yang selalu menguatkan raga, Ibu dan Bapak
tercinta,
semoga lembaran demi lembaran skripsi anakmu ini, menambah
catatan kebaikan
kalian di hadapan Ilahi Rabbi.
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian
ini
merujuk pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI,
tertanggal 22 januari 1988 NO: 158/1987 dan 0543b/U/1987.
I. Konsonan tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif . tidak dilambangkan
Ba b be
Ta t te
Tsa es titik atas
Jim j je
Ha h} ha titik bawah
Kha kh ka dan ha
Dal d de
Zal zet titik atas
Ra r er
Zai z zet
Sin s es
Syin sy es dan ye
Shad es titik bawah
viii
Dhad d} de titik bawah
Ta t} te titik bawah
Za zet titik bawah
Ayn koma terbalik diatas
Gayn g ge
Fa f ef
Qaf q qi
Kaf k ka
Lam l el
Mim m em
Nun n en
Waw w we
Ha h ha
Hamzah apostrof
Ya y ye
II. Konsonan rangkap karena tasydd ditulis rangkap:
ditulis mutaaqqidn
ditulis iddah
III. Ta marbta}h di akhir kata
1. Bila dimatikan, ditulis h:
ditulis hibah
ix
ditulis jizyah
(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang
sudah
terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan
sebagainya,
kecuali dikehendaki lafal aslinya).
2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis
t:
ditulis nimatullh
ditulis zaktul-fitri
IV. Vokal pendek
fathah) ditulis a contoh ditulis daraba)
kasrah) ditulis i contoh ditulis fahima)
dammah) ditulis u contoh ditulis kutiba)
V. Vokal panjang:
1. Fathah+alif ditulis (garis di atas)
ditulis jhiliyyah
2. Fathah+alif maqsur, ditulis (garis di atas)
ditulis yas
3. Kasrah+ya mati, ditulis (garis di atas)
ditulis majd
4. Dammah+wau mati, ditulis (garis di atas)
ditulis furd
VI. Vokal rangkap:
1. Fathah+ya mati, ditulis ai
ditulis bainakum
2. Fathah+wau mati, ditulis au
ditulis qaul
x
VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata,
dipisahkan
dengan apostrof
ditulis aantum
ditulis uiddat
ditulis lain syakartum
VIII. Kata sandang Alif+Lm
1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-
ditulis al-Quran
ditulis al-Qiyas
2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, sama dengan huruf
qamariyah
ditulis al-Syams
ditulis al-Sam
IX. Huruf besar
Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan
Yang
Disempurnakan (EYD).
X. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis
menurut
penulisannya
ditulis zawial-furd
ditulis ahl al-sunnah
xi
ABSTRAK
Secara keseluruhan ayat-ayat surat Hud diturunkan di Mekah
sebelum
Nabi berhijrah ke Madinah. Pada fase ini, masyarakat Arab-Mekah
hidup dalam
kondisi sosial dan budaya yang kelam. Kehidupan mereka
ditentukan oleh patung-
patung berhala yang menjadi sesembahan mereka sehari-hari.
Mereka juga
meyakini bahwa dunia yang fana ini adalah satu-satunya dunia
yang eksis.
Eksistensi di luar batas dunia merupakan suatu hal yang tidak
benar, termasuk hari
kebangkitan setelah mereka mati. Konsepsi pesimistik tentang
kehidupan dunia
ini kemudian berimplikasi kepada kehidupan hedonistik dan
pengejaran
kehidupan dunia yang berlebihan. Kegemaran yang luar biasa
terhadap minum-
minuman keras, berfoya-foya, perzinaan, perbudakan sampai
praktik ekonomi
yang eksploitatif dengan menghalalkan segala cara, riba,
mengurangi timbangan,
dan sebagainya adalah fenomena yang umum di kalangan mereka.
Tradisi
semacam ini telah mengakar dalam diri mereka, dan menyebabkan
resistensi
mereka terhadap dakwah Islam pun juga sangat tinggi.
Kondisi sosial-budaya masyarakat Arab-Mekah tersebut,
mempengaruhi
penggunaan gaya bahasa ayat-ayat al-Quran yang diturunkan kepada
mereka saat
itu. Untuk menghilangkan tradisi penyembahan berhala dan
membentuk keimanan
kepada tuhan yang satu yakni Allah swt, dengan latar belakang
sosio-kultural
seperti itu, tidak efektif jika ayat-ayat al-Quran menggunakan
gaya bahasa
persuasif-elegan, melainkan seruan yang keras dan tegas. Gaya
bahasa yang keras
dan tegas inilah yang dapat kita jumpai juga dalam surat Hud.
Dengan adanya
kenyataan latar belakang sosio-kultural masyarakat Arab-Mekah
yang begitu
alergi serta anti-pati terhadap seruan Nabi Muhammad dan juga
indikator
penggunaan gaya bahasa ayat-ayat dalam surat Hud yang tegas
mengancam,
menegur, dan memerintahkan mereka untuk meninggalkan menyembah
berhala
untuk menyembah Allah semata, secara holistik pesan dasar surat
Hud adalah
ketauhidan.
Melihat fungsi al-Quran sebagai petunjuk hidup dan juga
solusi
problematika kehidupan umat manusia, akan tampak ada kesenjangan
jika pesan
dasar surat Hud tersebut ditarik ke dalam realitas masyarakat
muslim dewasa ini,
pada saat keimanan dan ketauhidan masyarakat muslim telah
terbentuk secara
kuat dan mendalam. Oleh karena itu, agar al-Quran tidak
kehilangan peran
vitalnya sebagai petunjuk hidup umat manusia yang sesuai dengan
setiap kondisi
dan zaman, perlu adanya upaya reproduksi kemungkinan-kemungkinan
makna
lain di luar makna dasar surat Hud tersebut. Salah satu upaya
tersebut adalah
dengan melakukan analisis semiotis tanda-tanda tekstualitas yang
ada dalam surat
Hud untuk menghasilkan makna mitis atau makna konotasi yang
juga
dikandungnya. Dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes
untuk
melakukan analisis semiotis tersebut, dapat dihasilkan
makna-makna baru seperti
kepemimpinan seorang pemimpin yang harus dilakukan atas asas
kekeluargaan,
sikap keterbukaan dan egalitarianisme, pentingnya budaya
berpikir kritis,
kesadaran diri dalam bertindak yang semuanya membentuk konsep
kepemimpinan
dan pembangunan berdasarkan nilai-nilai Islam.
xii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan al-Quran sebagai
petunjuk
dan penerang jalan hidup umat manusia. Shalawat dan salam semoga
senantiasa
terlimpahkan kepada baginda Rasul Muhammad saw, yang telah
memberikan suri
tauladan dan rahmat bagi seluruh alam.
Setelah melalui proses yang cukup lama dan cukup melelahkan,
terbayar
sudah jerih payah penulis selama ini dengan telah selesainya
karya skripsi penulis
yang berjudul Struktur dan Semiotik Surat Hud: Analisis
Strukturalisme dan
Semiotika dalam Al-Quran. Meski Demikian, penulis tetap
menyadari akan
kekurangan-kekurangan yang masih ada dalam skripsi ini. Oleh
karena itu,
penulis berharap kritik dan masukan dari berbagai pihak demi
perbaikan ke
depannya.
Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang
sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terkait dalam
penyelesaian skripsi
ini. Karena jasa-jasa merekalah skripsi ini dapat diselesaikan.
Dengan segala
hormat, terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Musa Asyari, M.Ag. selaku Rektor UIN Sunan
Kalijaga
Yogyakarta, beserta segenap jajarannya.
2. Dr. Syaifan Nur, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
dan
Pemikiran Islam, beserta jajarannya.
xiii
3. Prof. Dr. Suryadi, M.Ag. dan Dr. Ahmad Baidhowi, M.Si. selaku
Ketua
dan Sekretaris Jurusan Ilmu al-Quran dan Tafsir periode
2009-2013
4. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, MA. dan Afdawaiza, M.Ag. selaku
Ketua
dan Sekretaris Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir periode
2013-sekarang
5. Dr. Ahmad Baidhowi, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang
berkenan meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk
mendengarkan keluh-kesah penulis selama masa perkuliahan.
6. Adib Sofia, S.S, M.Hum, selaku Pembimbing Skripsi yang
telah
memberikan inspirasi penulisan skripsi ini, yang selalu
memberikan
motivasi dan dengan penuh ketelitian dan ketelatenan
bersedia
mengoreksi dan memperbaiki setiap kesalahan dan kekurangan.
7. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir
yang
telah memberikan bahtera ilmu pengetahuannya pada penulis dari
awal
hingga akhir.
8. Kementerian Agama RI, khususnya Direktorat Pendidikan Diniyah
dan
Pondok Pesantren yang telah memberikan kesempatan beasiswa
kepada
penulis, serta seluruh pengelola PBSB UIN Sunan Kalijaga yang
telah
membina dan mengawasi selama ini.
9. Seluruh rekan dan rekanita anggota CSS MoRA UIN Sunan
Kalijaga
yang telah memberi kesempatan penulis untuk berkembang
bersama
dalam berorganisasi.
xiv
10. Special Thanks to my Dear Ibu dan Bapak, Istiqomah dan Moh.
Kirom,
yang senantiasa memberikan yang terbaik buat penulis, yang
senantiasa
membimbing dan mengarahkan, yang senantiasa memberi semangat,
dan
yang doanya senantiasa terpanjatkan untuk kesuksesan
anak-anaknya,
thanks a lot, you are my everything.
11. My beloved brothers, Ismail Marzuki S.Pd.I, Aznihatin,
Mubarokatul
Jihadah dan keponakanku Muhammad Azam Syafiul Qolbi yang
memberikan warna dalam kehidupan penulis.
12. Drs. KH. Muhadi Zainuddin, Lc. M. Ag, Ibu Nyai Umamah
Dimyati,
jajaran asatidz, serta keluarga besar Pondok Pesantren Aji
Mahasiswa al-
Muhsin.
13. Keluarga Besar NINERS mulai dari A sampai Z, mulai dari
A-
bdurrahman al-Zuhdi sampai Z-oehelmy. Terima kasih atas
kebersamaann
dan kekompakannya selama ini.
14. Semua pihak yang tanpa disadari telah membantu penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga seluruh kebaikan yang mereka semua berikan pada penulis
dibalas
oleh Allah swt. dengan kebaikan yang berlipat-lipat. Akhir kata,
semoga karya ini
dapat bermanfaat. Amin.
Yogyakarta, 15 Maret 2014 Penulis,
Muhammad Allajji NIM. 09532028
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
............................................................................................
i HALAMAN NOTA DINAS
................................................................................
ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
....................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI
..................................................................................
iv
MOTTO
................................................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
........................................................................
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
.......................................................................
vii
ABSTRAK
..........................................................................................................
xi
KATA PENGANTAR
.......................................................................................
xii
DAFTAR ISI
.......................................................................................................
xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
...........................................................................
01
B. Rumusan Masalah
....................................................................................
13
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
.............................................................
14
D. Telaah Pustaka
.........................................................................................
15
E. Metode Penelitian
.....................................................................................
20
F. Sistematika Pembahasan
..........................................................................
22
BAB II. BUDAYA ARAB DAN KAITANNYA DENGAN SURAT HUD
A. Mencari Pesan Tuhan di Balik Fenomena Budaya
.................................. 24
1. Enkulturasi al-Quran
..........................................................................
25
2. Model Enkulturasi al-Quran dan Implikasinya
.................................. 26
B. Potret Masyarakat Arab-Mekah Sebelum dan Sesudah Kenabian
Muhammad
...............................................................................................
30
1. Sejarah Awal Kota Mekah
...................................................................
30
2. Kemakmuran Kota Mekah sebagai Pusat Perdagangan
...................... 33
3. Paganisme dan Ritus Ibadah Orang Mekah
........................................ 37
4. Dakwah Muhammad dan Resistensi Suku Quraiys
............................ 41
xvi
C. Memahami Unsur Internal Surat Hud
...................................................... 45
1. Surat Hud
.............................................................................................
45
2. Struktur Dasar Surat Hud
....................................................................
50
3. Problem Kontekstualisasi
....................................................................
90
BAB III. STRUKTURALISME SEMIOTIK DAN INTERPRETASI TEKS
KITAB SUCI
A. Pengantar dalam Teori Strukturalisme Semiotik
..................................... 96
B. Roland Barthes dan Semiotika Konotasi
................................................ 103
1. Riwayat Hidup
..................................................................................
106
2. Semiotika Roland Barthes
.................................................................
109
3. Langkah Penafsiran
...........................................................................
129
C. Relevansi Strukturalisme Semiotik dalam Penafsiran al-Quran
........... 133
BAB IV. ANALISIS SEMIOTIS SURAT HUD
A. Mencari Makna Mitis di Balik Makna Permukaan
................................ 140
1. Analisis Kisah Mikro
........................................................................
142
2. Analisis Kisah Makro
........................................................................
156
B. Implikasi Kemaknaan dalam Konteks Kehidupan Indonesia
................ 165
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
............................................................................................
174
B. Saran
........................................................................................................
177
DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................................
178
CURICULUM VITAE
.....................................................................................
181
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena teks al-Quran dalam peradaban Islam, merupakan
aspek
yang sangat krusial, karena pertumbuhan dan perkembangan
peradaban Islam
tidak dapat lepas dari dinamika pemahaman umat Islam terhadap
al-Quran
yang berbentuk untaian kata yang termanifestasikan dalam bentuk
teks. Sebab
itu, Nasr Hamid Abu Zaid mengatakan bahwa Islam merupakan
peradaban
teks (had{arah al-nas{s{) atau peradaban tawil (had{arah al-tawi
n,
dua istilah yang digunakan al-Jabiri untuk menunjukkan betapa
pentingnya
nash dalam peradaban Islam.2
Sentralitas teks al-Quran ini menegaskan bahwa berbagai
fundamen
dan kultural umat Islam dibangun di atas wacana hermeneutis yang
berpusat
pada al-Quran dalam dialektika umat Islam dengan realitas
sosialnya.
Sentralitas teks al-Quran ini kemudian melahirkan pusaran
wacana
keislaman yang oleh Komaruddin Hidayat digambarkan sebagai
gerak
sentripetal dan gerak sentrifugal sekaligus. Di satu sisi, gerak
sentrifugal
terjadi karena teks al-Quran memiliki daya dorong sedemikian
besar bagi
1 Nasr Hamid Abu Zaid, Mafhum al-Nash: Dirasah fi Ulum al-Quran
(Beirut: Markaz
al-Tsaqafi al-Araby, 1994) hlm. 9
2 Muhammad Abid al-Jabiri, Bunyah al-Aql al-Araby (Beirut:
Markaz al-Tsaqafi al-
Araby, 1990) hlm. 14
2
umat Islam untuk melakukan berbagai macam penafsiran
terhadapnya, di sisi
lain, berbagai bentuk pemikiran dalam tubuh umat Islam tersebut
senantiasa
ingin menisbatkan ide dan gagasan mereka kepada al-Quran,
bahkan
walaupun untuk kepentingan justifikasi semata.3
Karena itu, dalam rentang waktu yang panjang, telah muncul
puluhan
bahkan ratusan karya-karya yang mencoba menjelaskan kandungan
al-Quran
berdasarkan pendekatan dan metode yang beragam dalam medan
epistemologi yang beragam juga, mulai dari tafsir, fiqh, kalam,
tasawuf,
bahkan hingga ilmu-ilmu sosial dan ilmu alam sekali pun,
sebagaimana yang
dikembangkan oleh para intelektual Islam masa awal. Dalam
terminologi
Muhammad Arkoun, al-Quran sebagai teks pembentuk ini disebut
sebagai
al-h}adas| al-tasisiyyu al-awwal (peristiwa pembentuk pertama)
yang telah
melahirkan sedemikian banyak teks-teks tertafsir (al-nas}
al-tafsi
3
dengan bentuk konteks sepanjang masa, atau dalam istilah pakar
ulum al-
Quran, al-Qura>n s}a>lih likulli al-zama>n wa
al-maka>n.
Al-Quran sebagai petunjuk hidup umat manusia (hudan li
al-na>ss)
yang sesuai dengan setiap waktu dan tempat, memberi pengertian
bahwa al-
Quran harus selalu dipahami sesuai dengan konteks dan semangat
zaman
yang sedang berlangsung. Apa yang dilakukan para ulama selama
ini, baik
para ulama tradisional maupun kontemporer dari zaman ke zaman,
dalam
kaitannya dengan pemaknaan dan penafsiran al-Quran, tidak lain
adalah
upaya mereka untuk selalu menjadikan al-Quran sebagai petunjuk
hidup
yang sesuai dengan konteks dan semangat zaman yang sedang
berlangsung
dalam hidup mereka. Karena jika tidak demikian, maka al-Quran
akan
kehilangan peran vitalnya sebagai petunjuk hidup dan juga solusi
problem
kehidupan umat manusia. Semangat inilah yang mendorong
dilakukannya
penelitian/kajian atas al-Quran dalam bingkai konteks kehidupan
penulis
yang sedang berlangsung saat ini.
Di antara sekian banyak hal yang perlu dipahami dalam
al-Quran
adalah hal-hal yang terkandung di dalam surat Hud. Surat Hud
yang
merupakan surat ke-11 berdasarkan urutan mushaf, berada pada
urutan ke-52
jika dilihat dari segi tertib turunnya (tartil). Surat Hud turun
setelah
surat Yunus yang telah mendahuluinya dan surat Yusuf
sesudahnya.
Keseluruhan ayat surat Hud yang berjumlah 123 ayat, diturunkan
di Mekah
4
sebelum Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah.5 Dalam epistimologi
ilmu
tafsir, surat dengan karakteristik ayat seperti ini disebut
dengan surat
Makkiyah.6
Informasi tentang klasifikasi surat-surat al-Quran yang
terbagi
menjadi surat Makkiyah dan Madaniyyah ini, sangat penting
fungsinya dalam
proses penafsiran al-Quran. Selain untuk membantu dalam
menentukan
mana ayat yang me-naskh dan mana ayat yang di-naskh dalam
al-Quran,
informasi tersebut juga dapat membantu mengarahkan penafsir pada
konteks
sosio-kultural masyarakat Arab tempat ayat al-Quran tersebut
diturunkan.
Pembacaan historis atas ayat al-Quran ini penting untuk
dilakukan dalam
proses penafsiran al-Quran, karena dengan melakukan pembacaan
historis,
penafsir dapat menangkap pesan dasar al-Quran dengan akurat
untuk
dipahami dengan mempertimbangkan konteks penafsir yang
sedang
berlangsung.
Demikian halnya dengan surat Hud yang termasuk dalam
kategori
surat Makkiyah. Untuk melakukan penafsiran terhadapnya, penting
halnya
untuk menghadirkan dan mempertimbangkan konteks
sosio-kultural
5 Jalaluddin al-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum al-Quran, Jilid 1
(Kairo: Maktabah Dar al-
Turath, 2007), hlm. 114. Beberapa ulama mengecualikan ayat 12
dan 114. Pendapat ini dibantah
oleh Quraish Shihab dengan menyatakan kendatipun kedua ayat ini
terkesan berbicara tentang
orang-orang atau kasus-kasus yang terjadi di Madinah, bukanlah
alasan untuk menyatakannya
bahwa ia turun ketika Nabi Muhammad bertempat tinggal di
Madinah. Karena penentuan masa
dan tempat turun ayat bukanlah berdasar nalar, ia adalah sejarah
yang hanya dapat ditetapkan
melalui kenyataan yang terjadi. Nalar dalam hal ini hanya
berfungsi menguatkan salah satu dari
dua riwayat atau lebih, bukan menolak keseluruhannya, mengarang
ataupun memperkirakannya.
Lihat Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol. 6 (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), hlm. 175
6 Jalaluddin al-Suyuthi, al-Ithqan fi Ulum, hlm. 112. dan Abdul
Adzim al-Zarqaniy,
Manahil al-Urfan fi Ulum al-Quran terj. Qadirun Nur dan Ahmad
Musyafiq (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2002), hlm. 202.
5
masyarakat Arab tempat surat Hud diturunkan. Karena keseluruhan
ayat surat
Hud diturunkan di Mekah, persoalan yang harus ditampilkan adalah
proyeksi
historis sosio-kultural masyarakat Arab kota Mekah pada saat
surat Hud
tersebut diturunkan.
Sebelum Islam lahir dan berkembang di kota Mekah, masyarakat
Arab
di semenanjung Arabia terkenal sebagai pemeluk paham paganisme,
yakni
paham penyembahan patung berhala, terutama kota Mekah sebagai
pusat
peribadatan mereka. Paham nenek moyang yang telah lama hidup
itu, telah
menyatu dan mengakar dalam diri mereka dan menentukan arah
hidup
mereka. Oleh karena itu, jika ada suatu hal yang menistakan dan
mendustakan
agama mereka, tidak segan-segan mereka melakukan tindakan
anarkis
terhadap siapa pun walaupun dari golongan mereka sendiri. Hal
ini termasuk
apa yang telah dialami oleh Nabi mereka sendiri, yakni Nabi
Muhammad
saw.7
Selain penistaan terhadap agama nenek moyang, dakwah Islam
di
Mekah saat itu, juga dianggap mengancam roda perekonomian kota
Mekah
yang telah makmur dan mapan. Mekah sebagai pusat peribadatan
orang-orang
pagan di semenanjung Arab, ramai dikunjungi banyak orang tidak
hanya
untuk melakukan ibadah di Kabah saja, melainkan juga turut
serta
membangun tatanan perekonomian Mekah dengan melakukan
berbagai
transaksi perdagangan baik di sekitaran Kabah ataupun di
pasar-pasar di
7 Muhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad terj. Ali Audah
(Jakarta:
Pustaka Litera AntarNusa, 2011), hlm. 18 dan Philip K. Hitti,
History Of The Arabs terj. R. Cecep
Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Serambi, 2005)
hlm. 123
6
dekatnya. Dakwah Islam yang melarang melakukan penyembahan
terhadap
patung berhala, sama halnya dengan mematikan roda perekonomian
Mekah
yang mana telah menjadi satu-satunya sumber mata pencaharian
penduduk
Mekah saat itu. Karena itu, wajar jika resistensi para pemuka
kota Mekah
terhadap dakwah Islam waktu itu sangatlah tinggi.8
Konteks sosio-kultural masyarakat Arab-Mekah yang begitu
kuat
terhadap paham paganisme dan penentangannya terhadap Islam,
mempengaruhi pembentukan gaya bahasa ayat-ayat al-Quran yang
diturunkan kepada penduduk Mekah saat itu. Untuk menghilangkan
tradisi
penyembahan berhala dan membentuk keimanan kepada tuhan yang
satu
yakni Allah swt, dengan latar belakang sosio-kultural seperti
itu, tidak
efektifuntuk tidak mengatakan tidak mungkinjika ayat-ayat
al-Quran
menggunakan gaya bahasa persuasif-elegan, melainkan seruan yang
keras dan
tegas. Hal itu, sebagaimana ciri-ciri ayat Makkiyah yang sering
mengulang
kata kalla> dengan tujuan menakut-nakuti, menegur dan
mengingkari
penduduk Mekah yang sombong.9 Demikian halnya dengan bentuk
ancaman
dan teguran lainnya yang berupa kisah-kisah umat terdahulu
ataupun dalam
bentuk perumpamaan-perumpamaan. Hal semacam inilah yang dapat
kita
jumpai juga dalam surat Hud.
8 Muhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, hlm. 36
9 Abdul Adzim al-Zarqaniy, Manahil al-Urfan fi Ulum, hlm.
204
7
Jika kita membaca dan mengamati dengan cermat, sejak awal
pun
surat Hud sudah dibuka dengan seruan-seruan serta
ancaman-ancaman yang
tegas. Seperti pada ayat 2-3 berikut:
Hendaknya kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya
aku
(Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar
gembira
kepadamu daripada-Nya, dan hendaklah kamu meminta ampun
kepada
Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan
yang
demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus
menerus)
kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia
akan
memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan
(balasan)
keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut
kamu
akan ditimpa siksa hari kiamat.10
Ancaman-ancaman dan kerugian-kerugian yang akan menimpa kaum
Quraisy-Mekah jika mereka tetap menentang dakwah Islam saat itu,
juga
digambarkan surat Hud dalam ayat 15-16 yang berbunyi:
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya
Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia
dengan
sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang
yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah
di akhirat itu
10
Terjemahan ayat-ayat ini dan ayat-ayat selanjutnya yang ada
dalam skripsi ini diambil dari Al-Quran dan Terjemahnya, wakaf dari
pelayan dua tanah suci Raja Abdullah bin Abdul
Aziz Ali Saud. (Tidak Diperjualbelikan). Telah ditashih oleh
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran
pada tanggal 28 Februari 1990 M.
8
apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang
telah
mereka kerjakan.
Hal senada juga digambarkan dalam ayat 21-22, dan 102-107.
Untuk menegur kaum Quraiys-Mekah saat itu, surat Hud juga
menggunakan ungkapan yang berbentuk perumpamaan, seperti pada
ayat 24
yang berbunyi:
Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafir dan
orang-orang
mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat
melihat dan
dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan
sifatnya?.
Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran (daripada perbandingan
itu)?
Selain itu, surat Hud juga memanfaatkan kisah-kisah umat
terdahulu
yang ditimpa azab Tuhan karena menentang seruan Nabi mereka
untuk
mengancam dan menakut-nakuti kaum Quraiys-Mekah yang tetap tidak
mau
menerima seruan Nabi Muhammad saat itu, seperti pada kisah Nabi
Nuh pada
ayat 24-49, kisah Nabi Hud pada ayat 50-60, kisah Nabi Saleh
pada ayat 61-
68, kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Luth pada ayat 69-83, kisah Nabi
Syuaib
pada ayat 84-95, dan kisah Nabi Musa pada ayat 96-99. Begitulah
gambaran
gaya bahasa al-Quran yang dipakai surat Hud yang sangat
mencerminkan
karakteristiknya sebagai surat yang turun di Mekah atau yang
disebut sebagai
surat Makkiyah.
Jika diamati dari karakteristik gaya bahasa yang dipakai dalam
surat
Hud sebagaimana yang tergambar di atas, tampak ada suatu
dialektika antara
9
pesan al-Quran yang ingin disampaikan dengan realitas keadaan
sosio-
kultural masyarakat Arab-Mekah pada saat itu, yang kemudian
membentuk
surat Hud dengan gaya bahasa yang sedemikian rupa. Nashr Hamid
Abu Zaid
menegaskan bahwa bagaimanapun, teks agama tidak mengesampingkan
sama
sekali hakikat keberadaannya sebagai teks linguistik dengan
segala implikasi
kebahasaannya. Teks terkait dengan ruang dan waktu dalam
pengertian
historis dan sosiologis.11
Dengan adanya kenyataan yang menggambarkan latar belakang
sosio-
kultural masyarakat Arab-Mekah yang begitu alergi serta
anti-pati terhadap
seruan Nabi Muhammad dan juga indikator penggunaan gaya bahasa
ayat-
ayat dalam surat Hud yang tegas mengancam, menegur, dan
memerintah
masyarakat Arab-Mekah saat itu untuk meninggalkan menyembah
berhala
untuk menyembah Allah semata, secara holistik pesan dasar yang
dapat
diambil dari surat Hud adalah ketauhidan.12
Pesan dasar yang berisikan
seruan Nabi Muhammad kepada kaum kafir Mekah saat itu untuk
meninggalkan penyembahan berhala, serta perintah untuk bertaubat
dan
hanya menyembah kepada satu tuhan yaitu Allah swt. Jadi, jika
disimpulkan
dalam suatu kalimat, maka tema besar surat Hud adalah
tinggalkanlah
menyembah berhala, dan sembahlah Allah semata. Hal ini sangat
wajar
11
Nashr Hamid Abu Zaid, Teks Otoritas Kebenaran terj. Sunarwoto
Dema (Yogyakarta:
LKiS Group, 2012), hlm. 112-113.
12 Muhammad Ali al-Shabuniy dalam kitab tafsirnya menyebutkan
tema besar surat Hud
adalah Us}u>l al-Aqimiyyah yaitu tauhid, risalah Nabi,
pembangkitan dan pembalasan. Lihat Muhammad Ali al-Shabuniy,
Shofwat al-Tafaasir Jilid. 2 (Beirut: Dar al-Quran al-Karim,
1981), hlm. 5.
10
karena surat Hud secara total diturunkan di Mekah sebelum Nabi
Hijrah ke
Madinah. Fase ini adalah fase pembentukan keimanan masyarakat
Arab-
Mekah saat itu.
Melihat fungsi al-Quran sebagai petunjuk hidup dan juga
solusi
problematika kehidupan umat manusia, akan tampak ada kesenjangan
jika
kita menarik pesan dasar surat Hud tersebut ke dalam realitas
masyarakat
muslim dewasa ini, pada saat keimanan dan ketauhidan masyarakat
muslim
telah terbentuk secara mendalam dan mengakar. Jika kita
tetap
mempertahankan pesan dasar surat Hud tersebut dalam konteks
seperti ini,
maka al-Quran akan kehilangan peran vitalnya karena dianggap
tidak relevan
lagi.13
Oleh karena itu, perlu adanya upaya reproduksi kemungkinan-
kemungkinan makna lain di luar makna dasar surat Hud tersebut
dengan
memperhatikan berbagai tanda yang melingkupi terbentuknya surat
Hud
tersebut baik dari segi historisitasnya maupun
tekstualitasnya.
Analisis historisitas surat Hud, cukup hanya mengantarkan kita
pada
kenyataan bahwa surat Hud memang diturunkan untuk membentuk
keimanan
dan ketauhidan orang-orang Mekah saat itu. Sementara itu, untuk
melakukan
reproduksi kemungkinan-kemungkinan makna baru di luar pesan
dasar surat
Hud tersebut, perlu adanya analisis baru pada aspek yang
berbeda, yakni pada
aspek tekstualitas surat Hud. Dengan asumsi dasar bahwa sebuah
teks, selain
mempunyai makna primer, juga mempunyai makna sekunder.
13
Dalam konteks tertentu makna dasar surat Hud ini masih relevan,
misalnya dalam suatu
komunitas masyarakat tertentu yang di dalamnya terdapat banyak
orang yang belum memeluk
Islam.
11
Makna primer yang dimaksud adalah sebuah makna yang
dihasilkan
dari suatu pesan yang disampaikan secara sadar oleh pengirim
pesan kepada
penerima dengan menggunakan tanda-tanda bahasa yang disertai
maksud.
Makna primer sering disebut sebagai makna denotasi, sedangkan
makna
sekunder adalah makna yang dihasilkan dengan memerhatikan
tanda-tanda
tanpa maksud yang sering dihasilkan oleh pengirim tanpa
disadarinya. Tanda-
tanda tanpa maksud tersebut merupakan sistem tanda bahasa kedua
yang
dihasilkan dari sistem tanda bahasa pertama (bahasa
konvensional). Makna
sekunder ini sering disebut sebagai makna konotasi. Karena makna
sekunder
merupakan makna yang terselubung atau tersembunyi di balik
sistem bahasa
pertama, maka pemahaman atas bahasa konvensional saja tidaklah
cukup
untuk mendapatkan makna sekunder, kecuali jika didukung dengan
alat bantu
tersendiri yang memang concern di bidangnya, misalnya semiologi
atau
semiotika.
Semiologi atau semiotika adalah studi tentang tanda dan segala
yang
berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan
tanda-
tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka
yang
menggunakannya.14
Dalam semiotika sendiri terdapat banyak aliran. Aliran-
aliran semiotika tersebut dipengaruhi oleh dua tokoh besar yang
dianggap
sebagai bapak semiotika modern, yaitu Charles Sanders Peirce
(1839-1914)
dan juga Ferdinand de Saussure (1857-1913). Di antara tokoh
semiotik yang
lahir dari mazhab Pierce adalah Charles Moris, Max Bense, George
Klaus,
14
Aart Van Zoes, serba-serbi semiotika (Jakarta: Gramedia, 1992)
hlm. 5
12
Umberto Eco dan lain sebagainya, sedangkan dari mazhab Saussure
adalah
Hjemslev, Roland Barthes, Julia Kristeva dan sebagainya.
Dari sejumlah pemikiran oleh para tokoh semiotik di atas,
teori-teori
semiotika yang dikembangkan oleh Roland Barthes dipandang sesuai
untuk
diimplementasikan dalam melihat surat Hud. Hal ini, karena
pemikiran
Roland Barthes tentang semiotika menaruh perhatian lebih pada
analisis
tanda-tanda tanpa maksud (yang berupa symptom). Para ahli
semiotika dalam
aliran ini, tidak berpegang pada makna primer (denotasi) tanda
yang
disampaikan, melainkan berusaha untuk mendapatkan makna
sekunder
(konotasi) yang juga dipunyai oleh tanda itu. Aliran ini juga
sering disebut
dengan aliran Semiotika Konotasi.15
Dengan meminjam konsep-konsep yang telah dikembangkan oleh
Saussure seperti konsep langue/parole, penanda/petanda, dan
sintagma/sistem, Barthes berupaya membangun dasar-dasar
semiologi yang
dikembangkannya agar dapat diterapkan tidak hanya pada sistem
tanda
linguistik saja, melainkan juga pada sistem tanda
non-linguistik, seperti
sistem tanda benda, citra, atau pola prilaku. Contoh sistem
tanda non-
linguistik yang diberikan oleh Barthes misalnya adalah sistem
busana, sistem
makanan, sistem mobil, sistem perabot rumah, dan sistem
kompleks.16
15
Aart Van Zoes, Serba-Serbi Semiotika, hlm. 3
16 Lihat, Roland Barthes, Elemen-Elemen Semiologi, terj. Kahfie
Nazaruddin
(Yogyakarta: Jalasutra, 2012) hlm. 16-22
13
Konsep-konsep dasar semiologi Roland Barthes dan hubungannya
dengan
penafsiran surat Hud ini akan dibahas lebih dalam lagi pada bab
selanjutnya.
Dari uraian di atas, penulis ingin mempertegas kembali arah
dari
penelitian ini, yakni melakukan upaya untuk mereproduksi
kemungkinan-
kemungkinan makna baru yang lebih dalam di luar makna dasar
surat Hud
yaitu ketauhidan, dengan menggunakan teori-teori semiotika
Roland Barthes
dalam aliran semiotiknya, yakni semiotika konotasi. Penggunaan
teori-teori
semiotik dari aliran semiotika konotasi ini diharapkan dapat
membantu untuk
menemukan makna sekunder surat Hud. Makna sekunder surat Hud
tersebut
nantinya dapat dipertimbangkan sebagai problem solver dalam
problematika
kehidupan manusia sehari-hari, siapa pun orangnya bahkan oleh
seorang
muslim sejati yang telah memiliki kualitas keimanan dan
ketauhidan yang
kuat dan tinggi. Dengan demikian, al-Quran pun tidak kehilangan
peran
vitalnya sebagai petunjuk hidup umat manusia yang tidak akan
lekang oleh
waktu dan kondisi seperti apa pun.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang
masalah, ada beberapa hal yang perlu dirumuskan sebagai poin
permasalahan
yang kemudian akan dijelaskan dalam penelitian ini.
Rumusan-rumusan
tersebut sebagaimana yang terbagi menjadi tiga poin berikut.
14
1. Bagaimana struktur dasar surat Hud ?
2. Bagaimana relevansi strukturalisme semiotik dalam penafsiran
teks al-
Quran ?
3. Makna baru apa yang muncul dari pembacaan semiotis surat Hud
?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sebagai tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian
ini
adalah untuk:
1. Mengetahui struktur dasar surat Hud, pesan utama dan alasan
perlunya
kontekstualisasi.
2. Mengetahui teori dan aplikasi strukturalisme semiotik serta
bagaimana
relevansinya dengan penafsiran (teks) surat Hud.
3. Menemukan kemungkinan makna baru yang diperoleh dari
pembacaan
semiotis surat Hud dan menariknya kepada konteks saat ini.
Adapun kegunaan dari penelitian ini dapat dirumuskan dalam
poin-
poin berikut:
1. Kegunaan teoretis.
Sebagai sumbangan keilmuan keislaman khususnya dalam bidang
penafsiran al-Quran agar bisa menjadi pertimbangan ataupun bahan
dalam
proses-proses penafsiran al-Quran selanjutnya.
2. Kegunaan praktis
15
Dengan menemukan nilai-nilai universal yang terkandung dalam
surat
Hud melalui penelitian ini, kemudian menariknya pada konteks
saat ini,
diharapkan dapat membantu dalam mengatasi problem-problem
kehidupan
manusia sehari-hari, sebagaimana peran dan tujuan al-Quran
diturunkan
kepada umat manusia sebagai petunjuk hidup dan juga solusi
problematika
kehidupan umat manusia.
D. Telaah Pustaka
Penafsiran terhadap surat Hud, mungkin telah banyak dilakukan
oleh
siapa pun termasuk oleh para mufassir, baik penafsiran tersebut
yang
dituangkan dalam sebuah karya kitab tafsir ataupun tidak.
Penafsiran surat
Hud yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir bisa kita dapati
dalam berbagai
kitab tafsir klasik karya ulama tradisional seperti di antaranya
adalah Jami
al-Bayan fi Tafsir al-Quran, Tafsir al-Quran al-Azhim,
al-Muharrar al-
Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-Aziz, Mafatihul Ghaib, Ruh al-Maani,
Shafwat
al-Tafasir, Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Tawil dan sebagainya.
Metode yang
digunakan dalam kitab-kitab tafsir ini adalah metode tahlili
(analisis). Dalam
metode ini, seorang mufassir akan merujuk kepada hadis-hadis
Nabi, ucapan-
ucapan sahabat, dan tabiin sebagai pijakan untuk menafsirkan
al-Quran.
Selain itu, mereka juga berusaha menganalisis dari segi bahasa,
asbab al-
nuzul, dan nasikh-mansukh-nya tanpa ada hubungannya secara
langsung
dengan teori-teori strukturalisme dan semiotika. Metode tahlili
ini, mendapat
banyak kritik dari ulama kontemporer, karena dipandang tidak
mampu
menyajikan sebuah tafsir yang komprehensif, sehingga sering kali
terkesan
16
parsial. Akibatnya pandangan dunia al-Quran mengenai persoalan
yang
dibicarakan sering kali terabaikan.17
Sementara itu, penerapan teori strukturalisme dan semiotika
dalam
studi Islam, terutama dalam kaitannya dengan penafsiran teks
al-Quran, telah
banyak dilakukan oleh para mufassir kontemporer dan bahkan juga
oleh
kaum orientalis. Hal ini sebagaimana yang tampak pada
karya-karya tulis
mereka.
Muhammad Syahrur, seorang sarjana muslim kontemporer asal
Syiria
adalah salah satu di antara sederetan para mufassir kontemporer
yang
mencoba menerapkan teori-teori linguistik modern dalam
penafsiran teks al-
Quran. Ide dan gagasannya tersebut tertuang dalam karyanya yang
berjudul
al-Kitab wa al-Quran: Qiraah Muashirah. Walaupun teori-teori
yang
diusung Syahrur tidak berkiblat pada para pemikir Barat secara
langsung,
namun secara implementasi menunjukkan kesamaan dengan proses
kerja
strukturalisme dan semiotika yang dikembangkan oleh para pemikir
Barat.18
Implikasi dari pemikiran Syahrur adalah bahwa tidak ada
sinonimitas
dalam bahasa Arabdan bahkan dalam seluruh bahasa. Hal ini
tergambar
dalam analisisnya yang membedakan antara term al-Kitab,
al-Quran, al-
17
Abdul Mustaqim, Ruh al-Maani, karya al-Alusi dalam A. Rafiq,
Studi Kitab Tafsir
(Yogyakarta: Teras, 2004), hlm. 156.
18 Seperti halnya pendekatan deskriptif-signifikatif yang
digunakan Syahrur untuk
memahami aspek sastrawi al-Quran oleh Roland Barthes
diidentikkan dengan Semiosis, yaitu
suatu proses yang memadukan penanda dan petanda sehingga
menghasilkan tanda. Selain itu, apa
yang Syahrur sebut sebagai Manhaj al-Tartil yang identik dengan
Intertekstualitas dalam mazhab
semiotika Julia Kristeva.
17
Dzikr dan al-Furqan sebagai entitas yang berbeda dan mempunyai
makna
khusus dan berbeda antara yang satu dan yang lainnya.19
Namun apa yang
dilakukan Syahrur ini tidak berhubungan secara langsung dengan
penafsiran
surat Hud.
Sementara itu, dari tokoh orientalis yang mengoperasikan
strukturalisme dalam pembacaan teks al-Quran adalah Richard C.
Martin
dalam Journal of the American Academy of Religion dengan judul
Structural
Analysis and The Quran: Newer Approaches to The Study of Islamic
Text.
Yang berbeda dari Richard C. Martin adalah dia secara khusus
menggunakan
analisis struktural (antropologis) untuk mengkaji teks al-Quran
dalam
bingkai yang lebih besar, bukan lagi dalam bingkai sentence
(kalimat),
melainkan bangunan struktur surat, yakni surat al-Syuara. Dia
berangkat
dari premis bahwa struktur teks al-Quran yang ada
sekarangmisalkan;
mitos, cerita atau puisidengan sendirinya signifikan dan
dianggap cocok
untuk menganalisis surat al-Syuara tesebut.20
Tokoh lain dengan kerja yang sama adalah Ian Richard Netton
dalam
karyanya yang berjudul Toward a Modern Tafsir of Surat al-Kahf:
Structure
and Semiotics, dalam Journal of Quranic Studies. Dalam karyanya
tersebut
Netton menggunakan teori strukturalisme dan semiotik untuk
menganalisis
19
Muhammad Syahrur, Hermeneutika al-Quran Kontemporer, terj.
Sahiron Syamsuddin
(Yogyakarta: eLSAQ Press, 2008), hlm. 65-88.
20 Richard C. Martins, Structural Analysis and The Quran: Newer
Approaches to The
Study of Islamic Texts, dalam Journal of the American Academy of
Religion, Vol. XLVII (1979),
No.4. hlm. 665-684.
18
bangunan struktur dan tanda yang terdapat dalam surat al-Kahfi.
Dalam
penelitiannya tersebut, Netton membagi surat al-Kahfi menjadi
delapan
bagian struktur, yakni pujian dan peringatan pembuka, kisah
Ashabul Kahfi,
janji neraka dan surga, perumpamaan kebun anggur, kesementaraan
hidup,
kekuasaan dan tanda-tanda kebesaran Allah, kisah Musa dan
Khidir, janji
tentang surga dan neraka dan perintah-perintah untuk Nabi
Muhamad saw,
kisah Dzul Qarnanin, Yajuj dan Majuj. Setelah dia membaginya
menjadi
delapan bagian, kemudian dia membandingkannya dengan bangunan
struktur
surat yang lain yaitu surat Yusuf. Untuk langkah selanjutnya
adalah Netton
menganalisis setiap archetype yang ada yang terdiri dari
Petidur, Proto-
Muslim, Pahlawan, Mistik, Anti- Pahlawan. Dalam tahap ini,
Netton
menunjukkan bagaimana semiotik bekerja.21
Upaya yang dilakukan Netton ini telah menginspirasi penelitian
Nurul
Istiqomah dalam skripsinya yang berjudul Struktur dan Semiotik
Kisah Nabi
Yusuf: Pendekatan Post-Structuralism atas Surat Yusuf. Dalam
skripsi
tersebut dijalankan langkah-langkah sebagaimana aplikasi
post-structuralism
Ian Richard Netton beroperasi. Misalnya, dilakukan perbandingan
teks surat
Yusuf yang terdiri dari perbandingan intrateks dan interteks.
Selanjutnya
pembagian konten surat Yusuf ke dalam aktan-aktan atau unit-unit
narasi dan
menganalisis simbol-simbol dari setiap tokoh yang ada dalam
surat ini,
seperti analisis tentang archetypes atau model-model manusia,
analisis
21
Ian Richard Netton. Toward a Modern Tafsr of Srat al-Kahf:
Structure and
Semiotics, Journal of Quranic Studdies 2, 2000, hlm. 67-72.
19
theologeme, dan analisis fungsi penggunaan theologeme tersebut.
Sebagai
langkah akhir dicari makna keseluruhan yang didapat setelah
melakukan
analisis terhadap simbol-simbol kisah Ysuf.22
Sementara itu, upaya untuk mengkaji teks al-Quran dengan
menggunakan pendekatan semiotika juga dilakukan oleh Ulumuddin
dalam
skripsinya yang berjudul Kisah Lut dalam al-Quran: Pendekatan
Semiotika
Roland Barthes. Dalam skripsi tersebut, teori-teori semiotika
yang
dikembangkan oleh Roland Barthes digunakan untuk menganalisis
kisah Lut
yang ada di dalam al-Quran. Analisis yang dilakukannya terdiri
dari dua
langkah pembacaan, yakni pembacaan heuristik dan pembacaan
retroaktif.
Pembacaan heuristik digunakan untuk menangkap kebulatan makna
primer
(denotasi) kisah Lut secara holistik, sedangkan pembacaan
retroaktif
digunakan untuk menemukan makna sekunder (konotasi) melalui
analisis
kode-kode dan tanda-tanda yang ada.23
Dari beberapa karya yang terjangkau di atas, belum ada yang
menunjukkan adanya penelitian yang secara khusus menerapkan
teori
strukturalisme-semiotik dalam penafsiran surat Hud. Dengan
demikian, telah
jelas posisi dan kontribusi penelitian ini di tengah-tengah
karya-karya yang
disebut di atas dalam masalah yang sejenis yang telah ada
sebelumnya.
22
Nurul Istiqomah, Struktur dan Semiotik Kisah Nabi Yusuf:
Pendekatan Post-
Structuralism atas Surat Yusuf, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta,
2008, hlm. 15.
23 Ulumuddin, Kisah Lut dalam al-Quran: Pendekatan Semiotika
Roland Barthes,
Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta,
2013, hlm. 15
20
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kebahasaan (linguistic
approach), yakni sebuah pendekatan dalam sebuah penelitian yang
lebih
menekankan pada aspek kebahasaan. Peneliti berupaya menganalisis
teks al-
Quran dari sisi kebahasaannya dengan menggunakan
strukturalisme-semiotik
sebagai pisau analisisnya atau metodologinya.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang
menggunakan
data-data kepustakaan (library reseach), karena yang menjadi
objek utama
dalam penelitian ini adalah penafsiran atas teks al-Quran.
Penulis akan
menggunakan teori strukturalisme-semiotik dalam menganalisis
bangunan
struktur teks al-Quran, dalam hal ini adalah surat Hud. Artinya,
penelitian ini
berkonsentrasi untuk mendapatkan dan mengelola data-data
pustaka, baik
berbentuk buku, jurnal, ataupun artikel yang berhubungan dengan
teori-teori
strukturalisme dan semiotik yang nantinya akan digunakan untuk
menafsirkan
teks al-Quran/surat Hud tersebut.
3. Sumber Data
a. Sumber Primer
Sumber primer dalam penelitian ini adalah kitab suci al-Quran
dan
juga buku-buku tentang strukturalisme dan semiotika, terutama
yang dikarang
oleh Roland Barthes seperti The Semiotic Challenge, Elements of
Semiology,
21
Mythologies dan juga esai-esai Roland Barthes yang diterbitkan
dalam bentuk
buku seperti Image/Music/Text dan sebagainya. Hal ini karena
penulis akan
menerapkan teori semiotika konotasi dimana Roland Barthes adalah
pemuka
dari aliran semiotik ini.
b. Sumber Sekunder
Sementara data sekundernya adalah buku-buku, kitab, jurnal
serta
artikel-artikel yang berkaitan dengan penafsiran al-Quran,
hermeneutika
secara umum, teori strukturalisme dan semiotika, serta tentang
studi surat
Hud/tafsir surat Hud.
c. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, data-data yang telah didapat dan
dikumpulkan
akan diolah dengan cara-cara berikut:
1) Deskripsi, yaitu menguraikan gambaran umum surat Hud,
pendapat para ulama, makna yang diperoleh dari struktur
dasar
dan juga menguraikan informasi tentang strukturalisme dan
semiotika serta cara kerjanya dalam penafsiran teks.
2) Analisis, yaitu melakukan analisis dengan menggunakan
teori
strukturalisme-semiotik terhadap teks surat Hud. Analisis
ini
meliputi penstrukturan surat Hud, pencarian tanda-tanda
tekstualitas dan analisis semiotis terhadap bangunan struktur
dan
tanda-tanda tekstualitas yang telah dikumpulkan.
22
F. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah
(sistematic),
menyeluruh (comprehensive) dan terpadu (koheren), disusunlah
sistematika
pembahasan sebagaimana berikut:
Bab pertama berisi pendahuluan untuk mengantarkan pembahasan
penelitian secara keseluruhan. Bab ini terdiri atas enam
sub-bab, yaitu: latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian, dan yang terakhir adalah sistematika
pembahasan.
Bab kedua berisi penjelasan bagaimana gambaran umum surat
Hud,
penjelasan lebih lanjut atas setiap struktur-struktur dasar
surat Hud, proses
dan faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan gaya bahasa surat
Hud,
beberapa pendapat ulama tentang penafsiran surat Hud, analisis
historis surat
Hud dan problem kontekstualisasi.
Bab ketiga berisi penjalasan dan uraian tentang teori
strukturalisme-
semiotik secara umum, semiotika Roland Barthes dan penjelasan
konsep-
konsep semiotika yang dikembangkannya, langkah penafsiran, dan
relevansi
strukturalisme-semiotik dalam penafsiran teks al-Quran.
Bab keempat berisi penjelasan deskriptis-analitis atas penerapan
teori
strukturalisme-semiotika atau semiologi Roland Barthes dalam
menafsirkan
teks surat Hud. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan
langkah-langkah
penafsiran yang telah dirumuskan dari konsep-konsep semiologi
Barthes
seperti penstrukturan surat Hud, pencarian tanda-tanda
tekstualitas dan
23
analisis semiotis terhadap bangunan struktur dan tanda-tanda
tekstualitas
yang telah dikumpulkan.
Bab kelima adalah penutup atau kesimpulan. Bab ini berisikan
sedikit
ulasan dan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya.
Dalam bab ini juga terdapat rekomendasi dan sejumlah saran
pribadi dari
penulis mengenai pembahasan yang terkait.
174
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan surat Hud sebagaimana dalam bab terdahulu,
baik
dari aspek historisitasnya, bangunan strukturnya, dan juga
analisis semiotis
atasnya, ada banyak hal yang dapat ditemukan, yang semuanya
secara
terintegrasi membangun suatu kesimpulan yang dapat dirumuskan
dalam
poin-poin berikut:
1. Secara umum struktur dasar surat Hud terbentuk dari 11
fragmen berikut:
- Struktur ke-1: ayat 1-4, berisi perintah menyembah Allah
- Struktur ke-2: ayat 5-11, berbicara tentang sifat-sifat orang
kafir dan
balasan bagi mereka
- Struktur ke-3: ayat 12-16, berbicara tentang kebenaran
wahyu
- Struktur ke-4: ayat 17-24, berbicara tentang perbedaan orang
kafir dan
orang mukmin atas kebenaran wahyu
- Struktur ke-5: ayat 25-49, berbicara tentang kisah Nabi Nuh
dan balasan
bagi kaumnya yang membangkang
- Struktur ke-6: ayat 50-60, berbicara tentang kisah Nabi Hud
dan balasan
bagi kaumnya yang membangkang
- Struktur ke-7: ayat 61-68, berbicara tentang kisah Nabi Saleh
dan balasan
bagi kaumnya yang membangkang
175
- Struktur ke-8: ayat 69-83, berbicara tentang kisah Nabi
Ibrahim dan Nabi
Luth dan balasan bagi kaum Nabi Luth yang membangkang
- Struktur ke-9: ayat 84-95, berbicara tentang kisah Nabi Syuaib
dan
balasan bagi kaumnya yang membangkang
- Struktur ke-10: ayat 96-99, berbicara tentang kisah Nabi Musa
dan
balasan bagi kaumnya yang membangkang
- Struktur ke-11: ayat 100-123, berisikan pelajaran-pelajaran
yang dapat
diambil dari kisah para Nabi.
2. Dengan melakukan analisis bangunan struktur surat Hud di atas
melalui
pembacaan historis dan juga mempertimbangkan penggunaan gaya
bahasa
yang dipakai surat Hud, dapat ditarik kesimpulan, bahwa secara
holistik
pesan dasar yang ingin disampaikan surat Hud adalah ketauhidan.
Pesan
dasar yang berisikan seruan Nabi Muhammad kepada kaum kafir
Mekah
saat itu untuk meninggalkan penyembahan berhala, serta perintah
untuk
bertaubat dan hanya menyembah kepada satu tuhan yaitu Allah swt,
Tuhan
Yang Maha Esa. Hal ini sangat wajar karena surat Hud secara
total
diturunkan di Mekah sebelum Nabi Hijrah ke Madinah, di mana fase
ini
adalah fase pembentukan keimanan masyarakat Arab-Mekah saat
itu.
3. Sementara itu, melalui analisis semiotis atas beberapa fakta
heterogen
yang ada dalam surat Hud, yang telah ditetapkan sebelumnya
sebagai
korpus penelitian, dapat dihasilkan makna baru, yakni makna
mitis atau
makna konotasi sebagai berikut:
176
- Seorang pemimpin dituntut untuk mempunyai orientasi
pembangunan
dan perbaikan bangunan sosialnya, serta membebaskan
masyarakatnya
dari bentuk tirani yang membelenggunya. Kepemimpinan itu
harus
dilaksanakan atas dasar kekeluargaan, tulus ikhlas dan tanpa
pamrih.
- Umat yang konservatif dan eksklusif hanya akan menghambat
upaya
pembaruan dan membawa mereka kepada keterpurukan, sedangkan
umat yang apresiatif dan inklusif akan mempermudah jalannya
pembaruan yang akan membawa mereka kepada kemajuan.
- Untuk menunjang upaya pembangunan dan pembaruan,
masyarakat
dituntut untuk mempunyai sikap keterbukaan dan egalitarianisme.
Dua
sikap ini menjadi pra-syarat terwujudnya suatu upaya pembaruan
yang
harus dipenuhi masyarakat pada dua tingkatan, yakni pada
tingkat
individu (self-liberation) dan juga pada tingkat sosial
(social-
liberation).
- Konsep tentang pentingnya budaya berpikir kritis, kesadaran
diri dalam
bertindak, pentingnya motivasi diri seorang pemimpin, dan juga
konsep
diri bermental baja serta jiwa yang militan dalam menghadapi
setiap
rintangan.
Demikianlah beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kajian
yang
penulis lakukan atas surat Hud ini. Al-Quran sebagai petunjuk
hidup umat
manusia yang relevan dalam konteks apapun, harus selalu dipahami
dengan
semangat zaman yang sedang berlangsung. Karena jika tidak
demikian, maka
177
al-Quran akan kehilangan peran vitalnya sebagai petunjuk hidup
dan juga
solusi atas segala problematika kehidupan umat manusia.
B. Saran
Kajian ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga diperlukan
kajian-
kajian lain yang tentunya dapat melengkapi kekurangan-kekurangan
yang ada
dalam kajian ini. Apalagi kajian semiotis atas teks al-Quran
selama ini masih
belum mendapat perhatian yang lebih dan masih banyak celah yang
dapat
dijadikan objek penelitian di dalamnya. Oleh karena itu, penulis
berharap
akan muncul lebih banyak lagi kajian-kajian serupa yang
dilakukan baik oleh
para pemikir Islam, terutama dari kalangan ulama tafsir, ataupun
dari para
orientalis sekalipun.
Sebagai warga negara Indonesia yang bercita-cita akan
terwujudnya
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa ini, penulis berharap
nilai-nilai yang
muncul sebagai hasil dari kajian ini, dapat teraktualisasikan
dalam konteks
kehidupan seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik oleh para
pemimpin
negara sebagai tonggak pembangunan, ataupun masyarakat sebagai
elemen
yang mendukung pembangunan tersebut. Dengan demikian,
cita-cita
Indonesia untuk menyejahterakan masyarakatnya, sangat mungkin
untuk
diwujudkan, dan harapan itu akan selalu ada selama kebersamaan
dan
kesamaan visi bangsa ini terus ditingkatkan.
178
DAFTAR PUSTAKA
Abu Zaid, Nasr hamid. Mafhum al-Nash: Dirasah fi Ulum al-Quran.
Beirut:
Markaz al-Tsaqafi al-Araby, 1994.
----- Metode Tafsir Sastra. Terj. Khoiron Nahdiyyin. Yogyakarta:
Adab Press,
2004.
----- Teks Otoritas Kebenaran terj. Sunarwoto Dema. Yogyakarta:
LKiS Group,
2012.
Al-Quran dan Terjemahnya, wakaf dari pelayan dua tanah suci Raja
Abdullah
bin Abdul Aziz Ali Saud. (Tidak Diperjualbelikan).
Amal, Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah al-Quran. Yogyakarta:
Forum Kajian
Budaya dan Agama (FkBA), 2001.
Arkoun, Mohammed. Al-Fikr al-Islam: Naqd wa Ijtihad. London: Dar
al-Saqi,
1990.
Azami, M.M. The History Of The Quranic Text. terj. Sohirin
Solihin dkk.
Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
Barthes, Roland. Elements of Semiologi. New York: Hill and Wang,
1964.
----- Mythologies. New York: NOONDAY PRESS, 1991.
----- Elemen-Elemen Semiologi. terj. Kahfie Nazaruddin.
Yogyakarta: Jalasutra,
2012.
Culler, Jonathan. Barthes a Very Short Introduction. New York:
Oxford
University Press. Tth.
Haikal, Muhammad Husain. Sejarah Hidup Muhammad. terj. Ali
Audah. Jakarta:
Pustaka Litera AntarNusa, 2011.
Hawkes, Terence. Structuralism and Semiotics. London and New
York:
Routledge, 2004.
Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian
Hermeneutik.
Jakarta: Paramadina, 1996.
Hitti, Philip K. History Of The Arabs. terj. R. Cecep Lukman
Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi. Jakarta: Serambi, 2005.
179
Istiqomah, Nurul. Struktur dan Semiotik Kisah Nabi Yusuf:
Pendekatan Post-
Structuralism atas Surat Yusuf. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN
Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, 2008.
Izutsu, Toshihiko. Relasi Tuhan dan Manusia: Analisis Semantik
terhadap Al-
Quran. terj. Agus Fahri Husein. Yogyakarta: Tiara Wacana,
1997.
Jabiri, Muhammad Abid. Bunyah al-Aql al-Araby. Beirut: Markaz
al-Tsaqafi al-
Araby, 1990.
Journal of the American Academy of Religion. Vol. XLVII
(1979).
Netton, Ian Richard. Toward a Modern Tafsr of Srat al-Kahf:
Structure and
Semiotics dalam Journal of Quranic Studdies 2, 2000.
PGN Inside. edisi 59. 2013.
Qatthan, Manna Khalil. Mabahis fi Ulum al-Quran. Riyadh:
Mansurat al-Asyr
al-Hadis 1990.
Rafiq, A. Studi Kitab Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2004.
Shabuniy, Muhammad Ali. Shofwat al-Tafaasir. Jilid. 2. Beirut:
Dar al-Quran
al-Karim, 1981.
Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah. Vol. 6 . Jakarta: Lentera
Hati, 2002.
Sodiqin, Ali. Antropologi Al-Quran. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA,
2012.
Syahrur, Muhammad. Hermeneutika al-Quran Kontemporer. terj.
Sahiron
Syamsuddin. Yogyakarta: eLSAQ Press, 2008.
Syuyuthi, Jalaluddin. Al-Itqan fi Ulum al-Quran. Jilid 1. Kairo:
Maktabah Dar
al-Turats, 2007.
S.J, A. Soenarja. Enkulturasi (Indonesianisasi). Yogyakarta:
Kanisius, 1977.
Thody, Philip and Ann Course. Introducing Barthes. United
Kingdom: Ikons
Books, 1999.
Widada, Rh. Saussure untuk Sastra: Sebuah Metode Kritik Sastra
Struktural.
Yogyakarta: Jalasutra, 2009.
www.tempo.co.
www.indonesia.go.id.
www.bps.go.id.
http://www.tempo.co/http://www.indonesia.go.id/http://www.bps.go.id/
180
Zarqaniy, Abdul Adzim. Manahil al-Urfan fi Ulum al-Quran. terj.
Qadirun Nur
dan Ahmad Musyafiq. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002.
Zoes, Aart Van. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia,
1992.
HALAMAN JUDULSURAT PERSETUJUAN SKRIPSISURAT PERNYATAANPENGESAHAN
SKRIPSIMOTTOPERSEMBAHANPEDOMAN TRANSLITERASIABSTRAKKATA
PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahB.
Rumusan MaC. Tujuan dan Kegunaan PenelitianD. Telaah PustakaE.
Metode PenelitianF. Sistematika Pembahasan
BAB II BUDAYA ARAB DAN KAITANNYA DENGAN SURAT HUDA. Mencari
Pesan Tuhan di Balik Fenomena BudayaB. Potret Masyarakat Arab-Mekah
Sebelum dan Sesudah Kenabian MuhammadC. Memahami Unsur Internal
Surat Hud
BAB III STRUKTURALISME SEMIOTIK DAN INTERPRETASITEKS KITAB
SUCIA. Pengantar dalam Teori Strukturalisme SemiotikB. Roland
Barthes dan Semiotika KonotasiC. Relevansi Strukturalisme Semiotik
dalam Penafsiran Al-Quran
BAB IV ANALISIS SEMIOTIS SURAT HUDA. Mencari Makna Mitis di
Balik Makna PermukaanB. Implikasi Kemaknaan dalam Konteks Kehidupan
Indonesia
BAB V PENUTUPA. KesimpulanB. Saran
DAFTAR PUSTAKA