STRATEGI PETANI KAKAO DALAM MENINKATKAN PRODUKSI KAKAO DI DESA BALAIKEMBANG KECAMATAN MANGKUTANA KABUPATEN LUWU TIMUR MIFTHA HUL JANNAH 1602405155 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO 2020
1
STRATEGI PETANI KAKAO DALAM MENINKATKAN
PRODUKSI KAKAO DI DESA BALAIKEMBANG
KECAMATAN MANGKUTANA
KABUPATEN LUWU TIMUR
MIFTHA HUL JANNAH
1602405155
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
i
STRATEGI PETANI KAKAO DALAM MENINGKATKAN
PRODUKSI KAKAO DI DESA BALAIKEMBANG
KECAMATAN MANGKUTANA KABUPATEN
LUWU TIMUR
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Cokroaminoto Palopo
MIFTHA HUL JANNAH
1602405155
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
v
ABSTRAK
Miftha Hul Jannah. 2020. Strategi Petani Kakao dalam Meningkatkan Produksi
Kakao di Desa Blaikembang Kecamatan Mangkutana Kabubapaten Luwu Timur
(dibimbing oleh Suaedi dan Hj Marlia Muklim)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi petani dalam
meningkatkan produksi kakao di Desa Balaikembang Kecamatan mangkutana
kabupaten Luwu Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-
fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih
memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaita antara kegiatan.
Penelitian ini di laksanakan di Desa Balaikembang Kecamatan Mangkutana
Kabupaten Luwu Timur. Penelitian ini di laksanakan pada bulan januari 2020
sampai dengan febuari 2020. Populasi dalam penelitian ini meliputi para petani
yang berjumlah 120 petan, penulis menentukan sampel petani dengan mengambil
populasi sebesar 20% jadi sampel yang di pilih sebanyak 24 petani dari jumlah
seluru populasi responden. sumber data yang digunakan atau diperoleh adalah dari
hasil wawancara, kuisioner , observasi dan studi pustaka. Data dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi
petani kakao dalam peningkatan produksi kakao di Desa yaitu Memaksimalkan
lahan yang dimiliki, Mempertahankan dan meningkatkan penggunaan alat-alat
pertanian yang lebih efektif dan efisien, Memperthanakan dan meningkatkan
kemandirian dari segi modal, motivasi bekerja dan bantuan pemrintah.
Kata kunci : Strategi, analisis SWOT, Kakao, Produksi.
vi
KATA PENGANTAR
Assalaualaikuam. Wr.Wb
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur penilis panjatkan kehadirat
Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat,karunia, dan kekuatan serta rahmat
yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan meski dalam bentuk
sederhana. Selawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad saw, sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi yang berjudul ― Strategi
Petani Kakao dalam Meningkatkan Produksi Kakao di Desa Balaikembang
Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur‖ ini terwujud berkat uluran
tangan dari insan-insan yang telah di gerakkan hatinya oleh sang Khalik untuk
memberikan dukungan,bantuan,dan bimbingan, baik secara langsung maupun
tidak langsung bagi penulis. Oleh karena itu, disampaikan rasa syukur kehadirat
Allah swt, penulis juga menyampaikan terimakasi teristimewa kepada orang tua
penulis tersayang dan tercinta, Ibunda Yusmawati dan Ayahanda Suardi yang
telah tela merawat dan membesarkan, mengasuh, mendidik, menyanyangi, serta
iringan dan doa yang tulus iklas demi kesuksesan penulis dalam menuntut ilmu
dan meraih cita-cita Ucapan yang sama untuk saudara penulis tercinta, Muh.rivair
dan Muh.Rivaldi yang telah memberikan dukungan moril maupun material selama
menimba ilmu di Universitas Cokroaminoto Palopo. Sahabat Seperjuangan
Penulis, Resti Yuliasari, Rudi,Lika Yurlina,Ratna dilla, Muh.Dandi dan seluru
teman seperjuangan Agribisnis D. yang telah banyak membantu dalam penelitian
serta memberikan motivasi dan semangat kepada penilis dalam dalam
menyelesaiakan skripsi ini.
Kesempatan ini penulis juga menyampaikan terimakasi kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepda:
1. Prof. Drs. Hanafie Mahtika, M.Si. selaku Rektor Universitas
CokroaminotoPaopo.
2. Bapak Rahman Hairuddin, S.P., M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Cokroaminoto Palopo.
3. Abdul Rais, S.Si.,M.Ling selaku Ketua Program Studi Agribisnis Universitas
Cokroaminoto Palopo.
vii
4. Bapak Dr. Suaedi, S.Pd.,M.Si selaku pembimbing I sekaligus pemberi
arahan.
5. Ibu Dr. Hj. Marlia Muklim, S.Pd.,M.pd selaku pembimbing II yang telah rela
meluangkan waktunya di sela-sela tugas dalam rangka membimbing
penulisan skripsi ini.
6. Rekan-rekan sesama mahasiswa yang telah memberikan bantuan dalam
menyelesaikan penulisan Skripsi ini, serta keluarga besar Agribisnis yang tak
sempat penulis sebutkan satu persatu, yang selalu memberi motivasi serta
dukungan dan masukannya kepada penulis dan atas kerjasamanya sampai
skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis
mendapatkan hikmah dari Allah swt. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.Akhir kata, dengan segala
kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Untuk itu
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Palopo, September 2020
Miftha hul Jannah.
viii
RIWAYAT HIDUP
MIFTHA HUL JANNAH, lahir di Balla 30 Maret 1998, anak
ketiga dari empat bersaudara, buah hati dari pasangan Suardi
dan Yusmawati. Penulis menempuh pendidikan sekolah Dasar
di SDN 177 Tolangi dan lulus tahun 2010, kemudian penulis
melanjutkan sekolahnya di sekolah menengah pertama yaitu di
SMPN 1 Sukamaju dan menyelesaikan tingkat pertama itu
pada tahun 2013. Selanjutnya penulis melanjutkan Sekolah
Menegah atas di SMAN 1 Sukamaju hingga lulus pada tahun
2016, kemudian pada tahun 2016 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo. selama
menjalankan studinya penulis pernah mengikuti musyawarah nasional yang
diadakan oleh Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Soseial Ekonomi
Pertanian Indoneisa (POPMASEPI) dan juga pernah menjabat sebagai anggota
Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIMARIS )Universitas Cokroaminoto Palopo
tahun jabatan 2018. Di akhir studi penulis menyelesaikan skripsinya yang
berjudul ― Startegi Petani Kakao dalam Meningkatkan Prdouksi kakao di Desa
Balaikembang Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur‖
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.4 Manfaat penelitian ....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ............................................................................................ 4
2.2Hasil penelitian yang Relevan .................................................................... 22
2.3 kerangka Pikir ........................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian....................................................................................... 25
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 26
3.3 Metode Penentuan Responden .................................................................. 27
3.4 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 27
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 27
3.6 Analisis Data ............................................................................................. 26
3.7 Definisi Oprasional ................................................................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 37
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 52
x
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 55
5.2 Saran ......................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 56
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Potensi Kakao Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur. ...................... 1
2. Pembobotan Matriks IFE. ................................................................................. 23
3. Matriks IFE ....................................................................................................... 31
4. Matriks EFE ...................................................................................................... 32
5. Matriks SWOT. ................................................................................................. 35
6. Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin ................................................. 38
7. Umur Responden di Desa Balaikembang Kecamatan Mangkutana Kabupaten
Timur ................................................................................................................ 38
8. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Balaikembang Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur .................... 39
9. Jumlah responden berdasarkan pengalaman berusahatani kakao di Desa
Balaikembang Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur .................... 39
10. Analisis Faktor Internal petani kakao di Desa Balaikembang ....................... 43
11. Analisis Faktor Eksternal petani di Desa Balaikembang ................................ 45
12. Analisis matriks IFE petani kakao di Desa Balaikembang ............................. 46
13. Analisis matriuks EFE petani kakao Desa Balaikembang .............................. 47
14. Hasil analisis matriks SWOT ...................................................................... 49
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................................. 24
2. Desain penelitiian ............................................................................................... 26
3. Matriks IE........................................................................................................... 33
4. Analisis Matriks IE ............................................................................................ 48
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao adalah salah satu komoditas tanam yang cocok untuk petani kecil
karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, dan dapat
dijadikan sebagai sumber pendapatan harian maupun mingguan untuk budidaya
kakao. Biji kakao mengandung fluorofenol dan flavonoid sebagai antioksidan
(Tamrin, 2012).
Di Indonesia, sebaran sentra kakao terbesar ada di pulau Sulawesi dengan
sebaran 63,8% yang terdapat di propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Selatan. 16,13% di pulau Sumatera, 7,1% Maluku dan Papua, Jawa
sebesar 5,3%, Nusa Tenggara dan Bali 4,0%, dan sisanya sebesar 3,6% ada di
pulau Kalimantan (Direktorat Jendral Perkebunan, 2013).
Tanaman ini hampir ditemukan di seluruh wilayah yang ada di Indonesia.
Wilayah Indonesia bagian timur, khususnya Sulawesi adalah penyumbang
terbesar produksi kakao dengan jumlah produksi sebesar 70 % dari total produksi
kakao di Indonesia. Daerah penghasil kakao Indonesia meliputi Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sumatera
Barat, Aceh, Jawa Timur, Lampung dan Nusa Tenggara Timur.
Sulawesi Selatan merupakan penyumbang utama produksi kakao yang
diikuti Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat. Ke empat
propinsi tersebut merupakan daerah yang tingkat pertumbuhan tertinggi dengan
capaian 8,6%. Di Sulawesi Selatan, sentra kakao terdapat di daerah Luwu Raya
yang meliputi, Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara, dan Kabupaten Luwu
Timur serta Kota Palopo. Total produksi kakao di Luwu Raya sebesar 63,259,21
Ton dari total luas areal 133,46970 Ha tanaman kakao di Luwu Raya. Hal ini
berarti Luwu raya merupakan penyumbang produksi tertinggi di Sulawesi Selatan
sebesar 54% dari 117,118.52 Ton pertahunnya (Direktorat Jendral Perkebunan,
2015).
Kabupaten Luwu Timur yang dikenal dengan salah satu sentra penghasilan
kakao terbesar di Sulawesi selatan dengan luas wilaya 6.944,98 km dimana luas
lahan yang digunakan dalam pengembangan kakao adalah 27,681,68 ha dengan
2
jumla produksi 14.539,15 ton. Kabupaten Luwu Timur dengan letak strategis dan
kondisi agroekonologi sangat menunjang perkembangan tanaman kakao.
Kecamatan Mangkutana merupakan Kecamatan yang sangat berpotensial
dalam budidaya tanaman kakao termaksud di dalam Desa Balaikembang yang
merupakan Kecamatan Mangkutana. Kecematan Mangkutana memiliki luas lahan
tanaman kakao 2.920,9 ha yang berproduksi mencapai 251,59, yang di hasilkan
oleh 12 Desa yang mempunyai luas lahan dan jumla produksi yang berbeda-beda
disetiap Desa. Untuk mengetahui luas lahan, jumlah produksi dan jumlah petani di
Kecamatan Mangkutana seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Potensi Kakao Kecamatan Mangkutana.
Desa Luas Lahan (ha) Produksi (ton)
Balaikembang 10,70 5,80
Maleku 61,00 0,73
Monorejo Barat Wonoreji Timur
150,00 11,85
279, 60 21,81
Pacakarsa 75,00 3,40 58,60 Manggala 755,00
Teromu 120,50 13,40
Koroncea 233,50 17,88
Mangkulande 502,00 46,00
Margolembo 210,00 15,00
Tambangan 180,00 10,02
Kayu Langi 700,60 47,10
Jumlah 2,920,9 251,59
Rata-rata 243,40 20,97
Sumber: BP3K Kecamatan mangkutana (2018).
Tabel 1 menunjukkan bahwa petani yang melakukan budidaya kakao yang
tersebar di Kecamatan Mangkutana dengan produksi yang berbeda-beda hingga
perlu di lakukan pengembangan kakao. Dalam potensi kakao di Desa
Balaikembang mengalami tingkat keberhasilan yang semakin kecil, namun tingkat
keberhasilan yang paling rendah di Desa Maleku, dikarenakan Desa Maleku sudah
menjadi permukiman masyarakat. Sedangkan Desa Balaikembang mengalami
tingkat keberhasilan lebih tinggi dari Desa Maleku namun permasalahannya ialah
pendapatan petaninya belum mencapai 2 ton/ha, dikarenakan kurangnya
pemberdayaan terhadap petani kakao.
3
Dalam kasus ini saya mencoba mengangkat bagaimana peningkatan
produksi tanaman kakao yang sudah tidak lagi mengalami peningktan dari tahun
ke tahun. sebagai tanaman perkebunan yang dapat dibudidayakan dengan umur
tanaman yang panjang dan waktu pembuahan tanaman minimal pada umur 3
tahun, dibutuhkan strategi yang baik untuk meningkatkan produksi kakao. Strategi
yang baik harus berdasarkan kondisi eksistensi faktor -faktor internal dan
eksternal yang berpengaruh. Inilah yang menjadi pertimbangan Peneliti Untuk
Mengangkat Judul Strategi Petani kakao dalam Peningkatkan Produksi Kakao di
Desa Balaikembang kecematan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur.
1.1 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dirumuskan berdasarkan dari latar belakng di atas
yaitu bagaimana strategi petani kakao dalam meningkatkan produksi kakao di
Desa Balaikembang, Kecamatan Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur?
1.2 Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan di atas, tujuan penelitian ini adalah mendapatkan
pengetahuan tentang stategi petani kakao dalam meningkatkan produksi kakao di
Desa Balaikembang, Kecamatan Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini adalah:
1. Dijadikan sebagai bahan evaluasi pemerintah dalam pembuatan kebijakan
khususnya yang berkaitan dalam komoditi kakao.
2. Dijadikan sebagai pedoman dan referensi bagi peneliti selanjutnya
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
1. Kakao
Dalam bahasa Yunani, kata kakao (cokelat) disebut Theobroma cacao, theos
yang artinya dewa sedangkan broma diartikan sebagai santapan. Jadi kata
theobroma diartkan sebagai santapan bagi para dewa. Kakao bukanlah tanaman
asli Indonesia. Sekitar tahun 1560 bangsa Spanyol membawa kakao masuk ke
Indonesia melalui Sulawesi Utara. Tanaman ini diperkirakan berasal dari lembah
hulu sungai amazon, Amerika Selatan. Tetapi belum ada yang memastikan sejak
kapan tanaman ini dibudidayakan, namun ada yang berpendapat bahwa
pembudidayaan kakao bersamaan dengan pembudidayaan kopi pada tahun 1820.
Adapula yang berpendapat bahwa tanaman ini dibudidayakan pada tahun 1780 di
Minahasa, namun sejak tahun 1845 pembudidayaan tanaman ini tidak berlangsung
lama karena terjadi serangan hama penggerek buah kakao (PBK) yang
mengakibatkan kebun tidak terawat dan mengalami kerusakan.
Dalam perekonomian Indonesia, kakao adalah salah satu komoditas yang
memiliki peran penting. Besarnya animo masyarakat dalam mengembangkan
tanaman ini terlihat dengan tingginya permintaan akan benih kakao serta adanya
berbagai pelatihan tentang pembudidayaan tanaman ini. Theobroma cacao L atau
kakao adalah jenis komoditas perkebunan yang cocok untuk budaya dan iklim
tanah di Indonesia.
Kakao digolongkan sebagai tanaman yang dapat tumbuh di daerah beriklim
tropis. Pada habibat aslinya, tanaman ini dapat tumbuh di bagian hutan hujan
tropis yang terlindungi sinar matahari karena adanya pepohonan yang besar.
Tanaman ini termasuk tumbuhan tahunan atau perennial yang berbentuk pohon,
yang tingkat ketinggiannya dapat mencapai 10m. Walaupun demikian, dalam
pembudidayaan tanaman ini tidaklah mencapai 5m dengan tajuk yang
menyamping yang meluas yang bertujuan untuk memperbanyak cabang yang
produktif. Bunga tanaman ini, sama halnya dengan anggota lainnya yakni
Streculiaceae tumbuhnya langsung dari batang yang dikenal dengan cauliflorous.
Bunga yang sempurna memiliki ukuran kecil yang diameternya 3 cm, tunggal,
5
akan tetapi akan terlihat terang disebabkan sejumlah bunga yang muncul dari satu
titik tunas.
2. Strategi
Strategi adalah hal yang paling pokok untuk kelangsungan hidup dari suatu
perusahaan untuk mencapai suatau tujuan atau sasaran yang diinginkan.
Perusahaan akan efektif dan efesien, apabila perusahaan mampu menghadapi
berbagai masalah atau hambatan yang dating baik itu berasal dari dalam
perusahaan maupun dari luar perusahaan itu sendiri. Strategi adalah salah satu alat
yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam
pengembangannya, konsep mengenai strategi harus selalu ada perubahan dan
mengenai strategi, setiap setiap orang memiliki pendapat atau definisi yang
berbeda.
Untuk mencapai visi dan misi yang sudah di tetapkan oleh perusahaan maka
strategi dibutuhkan dalam dunia bisnis atau dunia usaha. Strategi dapat digunakan
untuk mencapai tujuan yang berjangka pendek ataupun tujuan jangka panjang.
Strategi merupakan suatu sarana yang dilakukan secara bersama yang
memiliki tujuan jangka panjang yang seperti disepakati (David, 2011). Strategi
bisnis meliputi ekspasi georafis, diversifikasi, akusisi, pengembangan produk,
penetrasi pasar, pengetatan, divestasi, likuidasi, serta usaha patungan atau joint
venture. Strategi merupakan aksi potensial yang harus membutuhkan suatu
keputusan manajemen paling atas serta sumber daya perusahaan dalam kapasitas
yang besar. Jadi, strategi merupakan sebuah kegiatan, tindakan atau aksi yang
dilakukan oleh individu, kelompok atau perusahaan agar mencapai suatu tujuan
atau sasaran yang ditetapkan.
Rangkuti (2013) mengemukakan bahwa strategi merupakan suatu
perencanaan induk yang komprehensif, yang menjabarkan bagaimana suatu
perusahaan akan mencapai semua sasaran atau tujuan yang telah di tetapkan
bersama berdasarkan misi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Stoner, Freeman, dan Gilbert. Jr (2005) berpendapat bahwa konsep strategi
dapat diartikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda yakni: (1) dari perspektif
apa suatu perusahaan atau organisasi ingin dilakukan (intens to do), dan (2) dari
6
perspektif apa yang perusahaan atau organisasi akhirnya lakukan (eventually
does).
Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan tersebut penulis mengambil
kesimpulan bahwa pengertian strategi adalah suatu hal yang organisasi atau
perusahaan akan dilakukan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan yang telah
organisasi tetapkan sebelumnya.
Dalam buku yang berjudul Analisis SWOT Teknis Membedah Kasus Bisnis
karya Rangkuti (2013), ia mengutip pendapat dari beberapa ahli mengenai
strategi, di antaranya :
1. Chandler, mengemukakan bahwa strategi adalah sarana atau alat yang
digunakan untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran perusahaan yang
berkaitan dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, dan
prioritas alokasi sumber daya.
2. Learned, Christensen, Andrews, dan Guth berpendapat tentang strategi
adalah alat atau sarana yang dipakai untuk menciptakan keunggulan
bersaing. Maka dari itu yang menjadi fokus strategi ialah memutuskan
apakah bisnis itu harus ada atau tidak.
3. Argyris, Mintzberg, Steiner dan Miner memberi penjelasan mengenai
strategi adalah suatu respons secara berkelanjutan maupun adaptif terhadap
suatu peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan dari
dalam yang dapat memengaruhi keadaan dan keberlanjutan organisasi.
4. Porter mendefenisikan strategi sebagai sarana yang sangat penting demi
tercapainya keunngulan dalam persaingan.
5. Andrews dan Chaffe berpendapat bahwa strategi merupakan kekuatan atau
suatu energi motivasi untuk stakeholders, misalnya stakeholders,
debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah, dan
sebagainya, baik secara langsung atau tidak langsung menerima suatu
keuntungan atau biaya yang dimunculkan oleh tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan.
6. Hamel dan Prahalad berpendapat strategi adalah suatu tindakan yang
sifatnya selalu meningkat (incremental) dan terus menerus yang dilakukan
berdasarkan sudut pandang tmengenai apa yang diharapkan oleh konsumen
7
di masa yang akan datang. Maka dari, perencanaan strategi hampir selalu
diawali dari ―apa yang bisa terjadi‖, bukan diawali dari ―apa yang terjadi‖.
Terciptanya kecepatan inovasi market yang baru dan perubahan pola
pelanggan memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan
harus menemukan kompetensi inti di dalam bisnis yang akan dilakukan.
Berdasarkan defenisi yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
strategi merupakan suatu sarana atau alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
atau keunggulan bersaing dengan memperhatikan faktor eksternal maupun
internal perusahaan. Perusahaan akan melakukan suatu tindakan yang dapat
menjadikan sebuah keuntungan baik untuk perusahaan maupun pihak-pihak yang
terlibat dalam perusahaan.
3. Definisi Manajemen Strategi
Menurut Pearce II dan Robinson, Jr (2008) manajemen strategi merupakan
kumpulan dari beberapa keputusan dan tindakan yang dihasilkan dari formula dan
implementasi dari suatu rencana yang telah dirancang untuk mencapai suatu
tujuan perusahaan. Sedangkan menurut Kuncoro (2006), Manajemen strategi
terdiri atas analisis, keputusan, dan aksi yang diambil oleh organisasi atau
perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif.
Robbins (2007) berpendapat bahwa manajemen strategis merupakan
sekelompok keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka
panjang perusahaan atau organisasi. Manajemen strategis sangat penting
dilakukan sebab dengan adanya manajemen dapat membedakan seberapa baik
kinerja suatu perusahaan atau organisasi dan berhubungan dengan kenyataan
bahwa perusahaan atau organisasi dari semua jenis dan ukuran menghadapi
kondis dan situasi yang selalu mengalami perubahan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka disimpulkan bahwa defenisi dari
manajemen strategis ialah sekumpulan atau serangkaian keputusan dan tindakan
untuk melahirkan keunggulan kompetitif dan menentukan kinerja perusahaan
atau organisasi dalam mencapai sasaran atau tujuan berjangka panjang.
David (2011) berpendapat bahwa manajemen strategis didefinisikan
sebagai suatu pengetahuan dan seni dalam merumuskan, mengimplementasikan,
serta mengevaluasi berbagai keputusan lintas fungsional yang memampukan
8
sebuah perusahaan atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Seperti yang
tersirat dari defenisi tersebut, manajemen strategis hanya berpusat pada usaha
untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi,
produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi
komputer demi tercapainya keberhasilan yang terorganisasi. Maka manajemen
strategis merupakan suatu tindakan atau perumusan yang fokusnya hanya pada
sasaran atau tujuan manajemen yang terdapat di dalam perusahaan atau
organisasi.
Siagian (2007) berpendapat bahwa manajemen strategis merupakan
serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen
puncak kemudian diimplementasikan oleh seluruh anggota atau jajaran suatu
organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran organisasi tersebut.
Hubies dan Najib (2008), mengemukakan bahwa manajemen strategis
merupakan seperangkat tindakan dan keputuasan manajerial yang menentukan
kinerja suatu organisasi dalam jangka panjang. Manajemen strategis diartikan
sebagai kumpulan dari beberapan keputusan dan tindakan yang merupakan hasil
dari perumusan dan diimplementasikan pada kegiatan yang dibuat demi
tercapainya suatu tujuan perusahaan dan bagaimana menilai dan melaksanakan
tindakan tersebut untuk mencapai tujuan organisasi, yang meliputi perumusan,
implementasi dan penilaian rencana strategi.
Berdasarkan defenisi tersebut disimpulkan bahwa manajemen strategis
adalah serangkaian kumpulan dari beberapa keputusan dan tindakan manajerial
yang dibuat oleh manajemen puncak untuk mencapai tujuan organisasi yang
meliputi perumusan, implementasi dan penilaian rencana strategi.
Jorfi, Yaccob dan Shah (2011), berpendapat bahwa manajemen strategis
adalah salah satu mata pelajaran yang sedang diperbincangkan dan semakin
menarik bidang manajemen pembangunan. Manajemen strategis merupakan
pendekatan sistematis yang utama dan memiliki tanggung jawab yang penting
dari manajemen umum untuk sebuah posisi dan memiliki hubungan organisasi
dengan lingkungan sekitarnya dalam cara yang dapat memastikan kesuksesan dan
membuatnya aman dari berbagai kejutan.
9
York dan Miree (2012) berpendapat bahwa manajemen strategis merupakan
suatu program bisnis yang sangat menantang untuk mengajar sebab dapat
melakukan integrasi baik di tahap konseptual maupau pada tahap operasional
manajemen.
Para ahli perencanaan strategi mempercayai bahwa filosofi umum yang
mendeskripsikan usaha atau bisnis suatu perusahaan tercermin pada misi yang
mampu diterjemahkan pada pernyataan dan strategi bisnis yang telah ditetapkan.
Pearch II dan Robinson (2007) mengemukakan bahwa perencanaan strategi dalam
jangka panjang diturunkan dari usaha perusahaan demi mencari keunggulan dasar
dalam bersaing dari strategik generik yaitu:
1. Menargetkan pembiayaan yang rendah (overall cost leadership) dalam industri.
Untuk menekan biaya dalam overal cost leadership dilakukan efesiensi biaya
yang bisa didapatkan dari karyawan yang memiliki pengalaman, penekanan
biaya everhead, meminimalkan biaya penelitian dan pengembangan, service,
wiraniaga, periklanan dan lainnya.
2. Menargetkan terciptanya suatu produk yang unik dan beda untuk konsumen
yang bervariasi differensiasi bisa dilakukan melalui dimensi merk atau citra
rancangan. Teknologi yang dipakai, karakteristik khusus, pelayanan pada
konsumen dan memeiliki pendistribusian yang baik. Keunggulan dalam
menggunakan differensiasi selain laba di atas rata-rata adalah kepekaan
konsumen terhadap harga kurang, produk-produk differensiasi menciptakan
hambatan masuk pengganti juga tinggi.
3. Menargetkan untuk melayani permintaan khusus pada satu atau bebarapa
kelompok pelanggan atau konsumen atau industri, memfokuskan (focusing)
pada biaya atau diferensiasi.
Ketiga strategi bisnis ini disebut juga dengan strategi generik yang didesain oleh
porter (1980) lalu digunakan untuk menghadapi 5 kekuatan yang mempengaruhi
industri.
Konsep strategi bisnis telah didiskusikan pada wacana administrasi bisnis
yang oleh Alfred Chandler (1962) dan H . Igor Ansoff (1965). Selama teori
strategik klasik, strategik merujuk pada makna yang bertujuan untuk mencapai
akhir tertentu dan pilihan mereka dengan mengikat rasionalitas. Chandler (1962),
10
mengakui pentingnya pengkoordinasian macam-macam aspek manajemen di
bawah satu strategi yang mencakup keseluruhannya. Chandler (1962) mengartikan
bahwa strategi merupakan penentuan sasaran dan tujuan jangka panjang dasar dari
suatu perusahaan dan penggunaan suatu rangkaian tindakan dan alokasi sumber
daya yang diperlukan demi terwujudnya tujuan dan sasaran tersebut. Dalam
pemikiran ini, dijelaskan bahwa strategi bisnis sebagai sarana penentu sasaran dan
tujuan jangka panjang ,pemakaian tindakan dan alokasi sumber daya yang di
perlukan demi tercapainya tujuan atau sasaran. Dia menjelaskan struktur sebagai
suatu rancangan perusahaan atau organisasi melalui dimana strategi diaplikasikan,
perubahan strategi dalam suatu organisasi akan mengarah pada masalah
administratif yang baru. Sebaiknya diperlukan struktur baru demi keberhasilan
iplementasi berbagai strategi baru.
4. Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan dari strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan),
opportunitees (peluang), dan threats (ancaman). SWOT digunakan sebagai suatu
model untuk menganalisis suatu perusahaan atau oganisasi yang orientasinya
bersifat profit dan non profit yang memiliki tujuan utama untuk mengetahui
situasi perusahaan atau organisasi tersebut secara lebih komprehensif. Sedangkan
analisis SWOT adalah suatu evaluasi terhadap hasil identifikasi kondisi yang
bertujuan untuk menentukan pengkategorian sebagai kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman.
Penerapan SWOT pada suatu perusahaan organisasi atau perusahaan
bertujuan untuk memberikan suatu panduan agar suatu organisasi lebih fokus,
sehingga dengan penempatan analisis SWOT tersebut nantinya dapat dijadikan
sebagai pembanding piker dari berbagai sudut pandang, baik dari segi kekuatan
dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang bisa saja terjadi dimasa-masa
yang akan datang (Fahmi,2013).
a. Analisis Lingkungan
defenisi analisis lingkungan ialah suatu proses pengawasan terhadap
lingkungan perusahaan atau organsiasi untuk mengidentifikasi peluang dan
hambatan pada masa ini dan pada masa mendatang yang memungkinkan bisa
memiliki pengaruh terhadap penyusunan suatu strategi organisasi (Certo dan
11
Pater,1991). Sedangkan Glueck (1988) mengemukakan bahwa analisis lingkungan
merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pembuat strategi untuk
memperhatikan sektor lingkungan dan digunakan untuk menentukan suatu
peluang dan ancaman terhadap kelangsungan suatu perusahaan.
a. Tahap Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
pada tahap ini dilakukan dengan cara membuat matriks IFE (Internal
Factor Evaluation) dan matriks EFE (External Factor Evaluation).
1) Matriks IFE
IFE merupakan singkatan dari Internal Factor Evaluation. Matriks ini
umumnya dimanfaatkan untuk mendeteksi atau mengetahui berbagai faktor
internal suatu organisasi, instansi, lembaga, atau perusahaan yang memberikan
dampak penguatan atau pelemahan yang dianggap penting dan substansial.
Berbagai komponen dari suatu lembaga atau perusahaan yang dapat dideteksi
dengan Matriks IFE ini seperti komponen manajemen, keungan, administrasi,
sumber daya manusia (SDM), marketing, sistem dan manajemen informasi, serta
sistem perasional dan produksi.
2) Matriks EFE (External Factor Evaluation)
Matriks ini digunakan untuk menilai beberapa faktor yang berasal dari luar
organisasi atau perusahaan. Data tersebut disatukan untuk menganalisis hal-hal
yang berkaitan dengan persoalan ekonomi, social budaya, demografi, lingkungan
politik, pemerintah, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri, dimana
perusahaan berada dan beberapa data yang memiliki hubungan lainnya. Hal ini
sangat penting karena faktor eksternal sangat berpengaruh secara langsung
terhadap keberlangsuangan perusahaan.
3). Matriks IE (Internal Eksternal)
Matriks ini digunakan untuk memosisikan suatu strategic bussines unit
(SBU) organisasi ke dalam matriks yang terdiri dari 9 sel. Matriks IE serupa
dengan matriks bostom consuling group (BCG), terutama pada kedua alat yang
memiliki peran dalam memetakan sebuah organisasi dalam suatu diagram yang
sistematis, dimana ukuran dari lingkungan tersebut memaparkan presentasi
kontribusi keuntungan akan tetap, ada perbedaan diantara matriks BCG dan IE,
yaitu :
12
a) Ukuran sumbu X dan sumbu Y
b). Matriks IE membutuhkan informasi lebih banyak mengenai SBU tersebut.
c). Implikasi dari masinng-masing matriks berbeda.
Fred R. David (2012), membedakan strategi menjadi 4 jenis yaitu:
1. Strategi Integrasi
Secara umum strategi ini mendeskripsikan mengenai upaya kepemilikan
usaha yang dapat membantu usaha yang sedang dijalankan yang membedakan
hanyalah usaha siapa yang harus dimiliki. Strategi integrasi terbagi menjadi 3,
yaitu:
a. Integrasi ke Depan (forward integration)
Strategi integrasi kedepan merupakan strategi yang lebih cenderung atas
usaha untuk memproleh suatu kepemilikan yang lebih besar terhadap distributor
atau paritel. Adapun cara untuk menerapkan strategi integritas ke depan secara
efektif yaitu dengan pewarlabaan (franchising). Cara seperti ini merupakan cara
yang memanfaatkan produk atau jasa yang distribusikan. Dengan adanya
pewaralabaan usaha ini lebih mudah dan cepat ketika ia ingin melakukan ekspansi
dikarenakan biaya dan peluang yang muncul akan dibagikan ke masing-masing
individu.
b. Integritas ke Belakang (backward integration)
Strategi Integritas ke belakang merupakan strategi yang lebih cenderung
atas usaha untuk memproleh suatu kepemilikan yang lebih besar terhadap
pemasok perusahan. Strategi seperti ini merupakan strategi yang sangat tepat
digunakan ketika pemasok perusahan pada saat ini tidak bisa lagi dihandalkan,
terlalu mahal atau dia tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan dari perusahan.
c. Integritas Horizontal (horizontal integration)
Strategi Integritas horizontal merupakan strategi yang lebih cenderung atas
usaha untuk memproleh suatu kepemilikan yang lebih besar terhadap pesaing
perusahan. Strategi seperti ini akan menjadi sebuah strategi yang sangat efektif
jika sebuah organisasi bisa memperoleh karakterisitk monopolistic disalah satu
wilayah tertentu tanpa adanya larangan atau tidak bertentangan dengan aturan
pemerintah yang berlaku, organisasi harus dapat bersaing di sebuah industri yang
lagi berkembang, ketika meningkatnya skala ekonomi, organisasi harus
13
mempunyai modal maupun sumber daya manusia yang dibutuhkan, dan pada saat
pesaing melemah dikarenakan kurangnya keterampilan manajerial.
2. Strategi intensif
Penggunaan strategi ini bertujuan untuk bagaimana produk yang kita
hasilkan dapat menjangkau konsumen secara maksimal baik dari segi konsumsi
maupun geografis.
a. Penetrasi pasar
Penetrasi pasar (market penetration) merupakan suatu strategi yang
berupaya untuk meningkatan pangsa pasar agar setiap produk atau jasa yang ada
di pasar pada saat ini melalui berbagai upaya pemasaran yang lebih besar.
Penetrasi pasar meliputi penambahan jumlah tenaga penjualan, peningkatan
pengeluaran untuk kegiatan periklanan, penawaran hasil produk promosi
penjualan secara ekstentif, atau pelipatgandaan berbagai upaya pemasaran.
b. Pengembangan Pasar
Pengembangan pasar (market development) meliputi pengenalan proses
produksi atau jasa yang ada pada saat ini ke beberapa wilayah geografis yang
baru. Strategi ini akan lebih efektif ketika semua saluran distribusi baru yang
tersedia bisa diandalkan, murah dan memiliki kualitas yang baik, ketika organisasi
memiliki kemajuan dalam usaha yang dikelolahnya, ketika pasar baru yang belum
dikembangkan, ketika organisasi atau perusahaan memiliki ketersediaan modal
dan sumber daya manusia memadai yang dibutuhkan untuk pengelolaan perluasan
operasi.
c. Pengembangan Produk
Pengembangan produk (product development) merupakan salah satu strategi
yang berupaya meningkatkan hasil penjualan melalui cara memodifikasi atau
memperbaiki suatu produk atau jasa yang ada sekarang ini. Pengembangan jenis
produk biasanya memerlukan biaya yang besar untuk penelitian dan
pengembangan.
3. Strategi Diversifikasi
Umumnya strategi ini mendeskripsikan sebuah taktik dimana sesseorang
dapat menciptakan usaha baru, yang menhadi perbedaannya ialah apakah usaha
tersebut memiliki kesamaan atau tidak.
14
a. Diversifikasi Terkait
Bisnis dapat disebut memiliki keterkaitan ketika mempunyai kesamaan
startegis antar bisnis yang memiliki nilai kompetitif. Strategi ini dikaitkan dengan
kemampuan dalam upaya menyalurkan keahlian yang bernilai secara kompetitif,
tips dan trik teknologis, atau kapabilitas lain dari suatu bisnis ke bisnis lainnya,
kemudian memadukan berbagai aktivitas yang ada kaitannya dari bisnis yang
tidak sama ke dala suatu operasi yang tunggal demi tercapainya efesiensi biaya,
pemanfaatan nama merek yang sudah dikenal luas oleh masyarakat, kerja sama
lintas bisnis demi terciptanya kekuatan dan kapabilitas sumber daya yang
memiliki nilai secara kompetitif.
b. Diversifikasi Tak Terkait
Strategi jenis ini akan lebih memilih portofolio bisnis yang mampu
memberikan kinerja keuangan yang normal di industri yang dimiliki sendiri.
Diversifikasi ini akan melibatkan usaha untuk menemukan serta mengakuisisi
beberapa perusahaan yang memiliki aset bernilai rendah atau finansialnya
tertekan, atau yang mempunyai prospek pertumbuhan yang menjanjikan tetapi
dari segi investasi modalnya kurang.
5. Strategi Devensif
a. Penciutan
Penciutan (retrenchment) adalah ketika suatu organisasi atau perusahaan
melakukan pengelompokan ulang dengan cara mengurangi biaya dan asset untuk
membalik penjualan dan keuntungan yang menurun. Penciutan dibuat untuk
memperkuat keahlian khusus dasar dari suatu organisasi. Penciutan atau
pengurangan biasanya melibatkan penjualan lahan dan bangunan demi
memperoleh kas yang diharapkan, memotong lini produk, menutup bisnis yang
tidak memberi keuntungan, menutup pabrik yang tidak terpakai, mengotomatisasi
proses, mengurangi jumlah karyawan dan membangun system pengendalian
beban.
b. Divestasi
Divestasi adalah menjual satu divisi atau bagian dari suatu organisasi
Divestasi biasanya digunakan untuk memperoleh modal guna akuisisi atau
investasi strategi yang lebih jauh. Divestasi bisa menjadi bagian dari keseluruhan
15
strategi penciutan untuk pembebasan organisasi dari bisnis yang tidak hasilkan
keuntungan, yang dalam prosesnya membutuhkan terlalu banyak modal, atau yang
tidak begitu sejalan dengan berbagai aktivitas atau kegiatan dari perusahaan yang
lain.
c. Likuidasi
Likuidasi adalah menjual seluruh asset perusahaan, secara terpisah-pisah,
untuk kekayaan berwujud. Likuidasi adalah pengakuan kelelahan dan
konsekuensinya dapat dijadikan sebagai sebuah strategi yang sulit secara
emosional. Tetapi, adakalanya kita harus menghentikan operasional perusahaan
daripada mengalai kerugaian yang besar.
4. Lingkungan Strategis Komoditas Kakao
a. Lingkungan Internal
Lingkungan internal yang dapat menjadi kekuatan dalam pengembangan
investa
1. Aspek Budidaya
Dalam aspek budidaya meliputi beberapa bagian, diantaranya :
a. Persiapan Bibit Tanam
Kualitas dan kuantitas hasil tanaman kakao selain dipengaruhi oleh factor
iklim dan keadaan tanah, pemilihan bibit atau bahan tanah juga sangat
berpengaruh. Bibit memiliki potensi genetis atau potensi untuk berproduksi,
sedangkan factor iklim dan tingkat kesuburan tanah hanya sebagai factor
pendukung agar potensi yang dimiliki oleh bibit tercapai. Bibit tanaman ini yang
berasal dari benih ataupun bibit yang dihasilkan dari sambung pucuk ataupu
okulasi siap ditanam setelah berumur 6-7 tahun.
b. Persiapan lahan
Dalam proses persiapan lahan penanaman kakao, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan: (a) kandungan humus atau bahan organik yang ada di lahan
yang dipersipakan untuk kebun kakao, (b) erosi atau hanyutnya tanah bagian
permukaan akibat air hujan, (c) cara-cara pembuangan air yang berlebihan pada
saat musim hujan dapat ditekan. (e) pembersihan lahan dari tanaman rumput-
rumput penganggu tanaman, seperti alang-alang misalnya.
16
c. Penanaman
Apabila tanaman penaung diperkirakan sudah akan dapat menaungi bibit
kakao muda yang akan ditanam dengan baik, maka pekerjaan selanjutnya ialah
penanaman. Penanaman dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,
adapun langkah-langkahnya sebagai berikut;
- Lobang tanam yang telah terisi penuh berisi campuran tanah galian dan tanah
organik
- Bibit yang akan ditanamn tentunya yang subur dan tambuh seragam
hendaknya disiram sebelum dibawah ke kebun.
- Bilamana lokasi kebun jauh dari tempat pembibitan di harapkan untuk hati
hati membawanya ke lokasi.
- Bibit yang dimasukkan ke gudang tanaman kemudian tumbuh, sepenuhnya
dan pangkal batang bibit dibiarkan lebih tinggi.
- Untuk menegakkan pohon bibit dan memudahkan dalam pemeliharaan,
hendaknya setiap bibit pohon dikakukan dengann kayu yang dirancang sendiri.
- Penanaman hendaknya dilakukan pada saat musim penghujan. Dalam keadaan
musim berlangsung normal, penanaman sebaknhya dilakukan akhir bulan
November sampai desember.
b. Pemeliharaan tanaman
Bibit kakao yang telah ditanam sesuai prosedur dan standar yang ada,
diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, dan pada akhirya potensi
produksinya akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Proses ini akan terjadi
bila selama tanaman tumbuh tetap dilakukan kegiatan pemeliharaan secara terus
menerus yang disertai kesabaran dan ketekunan. Kegiatan tersebut seperti;
penyiangan, pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian hama dan penyakit.
a. Panen
Proses panen buah kakao dilakukan buah sudah masak yang ditandai dengan
perubahan warna kulit buah dari warna hijau menjadi kuning, dan adapula dari
yang berwarna merah pada saat muda akan berubah menjadi warna orange.
f. Pasca panen
Pasca panen dalam kegiatan bercocok tanam kakao diartikan sebagai bentuk
tindakan yang dilakukan setelah proses panen seperti proses membelah buah lalu
17
mengeringankannya, biasanya dilakukan dengan cara menjemur. Setelah dijemur
barulah diolah. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil tanaman agar
tetap dalam kondisi yang baik untuk dapat dikonsumsi atau untuk diolah.
2. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu perusahaan. Oleh
karena itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan
karyawan perusahaan. Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dan dipandang sebagai asset yang berharga bagi
perusahaan. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang perlu diperhitungkan
dalam proses produksi dan produktivitas tanaman kakao.
Beberapa faktor manajemen sumber daya manusia yang populer dengan
singkatan MSDM, memberikan pengertian yang beragam. De Cenzoand Robbins
(1996) mengemukakan bahwa MSDM merupakan bagian dari organisasi yang
fokus pada pemberdayaan manusia dalam hal posisi manajemen dalam urusan
rekruitmen, penyeleksian, pelatihan dalam angka pengembangan kualitas SDM,
termasuk dalam urusan penghargaan dan penempatan SDM.
3. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang bersumber dari alam yang
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup manusia.
Alam telah menyediakan berbagai sumber kehidupan bagi manusia seperti
makanan, minuman dan kebutuhan lainnya. Dengan kata lain, SDA adalah
kekayaan alam (biotik dan abiotik) yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kesejahteraan hidup manusia.
4. Aspek penelitian dan pengembangan
Dalam aspek penelitian dan penegmbangan petani diberikan informasi
mengenai mutu biji kakao dan cara mengembangkan tanaman kakao dengan baik.
dengan mutu biji kakao yang baik dapat menjadi perhatian oleh konsumen,
dikarenakan biji kakao yang digunakan adalah yang unggul itu sendiri.
5. Keuangan
Keuangan diperlukan oleh setiap organisasi dalam melancarkan kegiatan
operasinya. Keungan merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan seni dalam
pengelolaan uang yang memiliki relasi konstribusi terhadap kehidupan manusia
18
atau kehidupan dan keberlanjutan suatu organisasi, lembaga, atau perusahaan
(Sudjana dan Barlian, 2002). Karena keungan terkait dengan pengelolaan, maka
keungan berkaitan dengan proses, lembaga, ekonomi, pasar, serta instrument
lainnya yang terlibat dengan masalah uang, baik pada keadaan individualis,
lembaga, atau pemerintahan.
Keungan juga berkaitan dengan petani kakao. Dalam menjalankan usaha
tani, para petani memiliki alur keuangan yang mendukung kerja bertani mereka.
Bagi seorang petani kakao, model merupakan kebutuhan pokok yang harus
dimiliki untuk menjamin kelanjaran berjalannya usaha. Hal ini mengingat bahwa
setiap kegiatan bertani, seperti bertani kakao membutuhkan modal yang tidak
kecil. Modal itu sendiri diklasidikasi menjadi dua ragam yaitu modal tetap dan
modal dinamis. Modal tetap merupakan modal pokok yang menjadi dasar
pendirian usaha tani. Sedangkan modal dinamis adalah modal yang
ketersediaannya bersifat dinamis. Sebab pemerolehannya dapat terjadi sebelum,
pada saat, dan setelah usaha tani dilakukan. Modal tetap yaitu modal yang
meliputi bangunan, modal bergerak meliputi, alat-alat, bahan, uang tunai, piutang
di bank, tanaman, ternak dan lain lain.
6. Aspek manajemen dan organisasi
Keberhasilan sebuah organisasi sangat ditentukan oleh aspek manajemen
dan pengaturan organisasi. Aspek manajemen dan organisasi berkaitan dengan
tata kelolah program dan proyek yang dimiliki suatu organisasi guna mencapai
kesuksesan kerja. Aspek ini bertalian dengan beberapa aspek lainnya dalam
bidang kelayakan bisnis. Target keberhasilan dari sebuah kegiatan yang
direncanakan dan telah dinyatakan feasible untuk dikembangkan, sangat
ditentukan oleh manajemen dan organisasi dari kegiatan itu sendiri. Aspek
manajemen dalam studi kelayakan bisnis menyangkut fungsi-fungsi manajemen
secara umum, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan.
b. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal merupakan keseluruhan variabel di luar dari
organisasi itu sendiri. Dikatakan lingkungan orgaisasi sebab keberadaannya
memberikan pengaruh atau saling berkaitan dan berpengaruh antar satu dengan
19
lainnya. Analisis lingkungan eksternal organisasi berkaitan dengan penelusurran
atau studi terhadap berbagai variabel (peluang dan ancaman) di luar organisasi
yang memberikan konstribusi pengaruh terhadap eksistensi organisasi, meskipun
keberadaannya di luar organisasi, berada di luar konstruksi organisasi, dan secara
khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dan manajemen puncak. Variabel-
variabel tersebut membentuk keadaan dimana organisasi ini hidup (Hunger dan
Wheelen, 2003).
Penekanan pada analisis lingkungan eksternal yaitu pengenalan dan
tindakan evaluasi pada seluruh kejadian di luar kendali organisasi. Analisis jenis
ini memberikan pengetahuan tentang peluang kunci dan ancaman yang mungkin
terjadi atau sedang dihadapi suatu organisasi. Dengan pengetahuan itu, manager
atau yang bertanggung jawab terhadap organisasi dapat merumuskan strategi atau
langkah tertentu untuk melakukan pengendalian untuk menghindari atau
mengurangi dampak buruknya. Dengan melakukan analisis lingkungan eksternal,
perusahaan dapat melakukan atau membuat daftar terbatas mengenai strategi-
strategi tertentu yang dapat dimanfaatkan perusahaan menanggulangi atau
mengurangi risiko atau ancaman yang sedang atau kemungkinan dihadapi. Jadi,
analisis lingkungan eksternal ini tidak bertujuan membuat daftar panjang secara
lengkap dan terperinci dari setiap faktor yang berkonstribusi mempengaruhi
organisasi atau bisnis. Namun sebaliknya, analisis lingkungan eksternal
memberikan manfaat dimana manager dapat mengenali variabel kunci yang
menawarkan respon yang dilakukan. Perusahaan harus mampu menjawab baik
dengan menyerang maupun bertahan terhadap faktor-faktor dengan merumuskan
strategi yang memanfaatkan peluang eksternal atau meminimalkan ancaman
dampak potensial (David, 2004).
Ada lima kekuatan analisis lingkungan eksternal menurut David (2004),
kelima keuatan tersebut seperti yang diuraikan berikut ini:
1.Ekonomi
Masalah perekonomian sepertinya menjadi faktor utama dalam menjalankan
bisnis. Kondisi perekonomian suatu negara atau daerah tertentu memberikan
pengaruh yang besar terhadap iklim bisnis suatu perusahaan. Terjadi gejala
kausalitas berkaitan dengan perekonomian dengan bisnis perusahaan. Semakin
20
baik kondisi perekonomian, maka semakin baik pula dunia bisnis suatu
perusahaan. Seabliknya, semakin buruk perekonomian maka semakin buruk pula
iklim bisnis perusahaan. Dengan demikian, pemerintah (baik pusat maupun
daerah), serta seluruh lapisan masyarakat hendaknya bersatu padu dalam
mepertahankan atau bahkan berusaha meningkatkan kondisi perekonomian untuk
menjadi lebih baik yang pada akhirnya bermuara pada iklim bisnis yang lebih baik
pula. Ada beberapa indikator atau aspek yang dapat dianalisis atau ditelaah untuk
mendalami kondisi perekonomian suatu daerah seperti siklus bisnis, ketersediaan
energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas
dan tenaga kerja (Umar, 2003).
2.Teknologi
Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang
harus dipertimbangkan dalam merumuskan strategi. Kemajuan teknologi secara
dramatis dapat mempengaruhi hasil produksi dan produktivitas tanaman kakao.
Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan perkembangan
produk baru dan lebih baik, mengubah posisi mutu bijji kakao. Perubahan
teknologi dapat mengurangi atau menghilangkan hambatan biaya antara bisnis,
menciptakan rangkaian produksi yang lebih pendek, menciptakan kekurangan
keterampilan teknis dan menghasilkan perubahan nilai serta harapan karyawan,
manajer dan pelanggan. Kemajuan teknologi dapat menciptakan keunggulan
bersaing yang lebih berdaya guna dibandingkan keunggulan yang sudah ada.
3. Politik
Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting
bagi para pengusaha. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif
bagi dunia usaha dan dunia pertanian begitu pula sebaliknya. Faktor politik yang
perlu diperhatikan agar bisnis dapat berkembang yaitu Undang undang tentang
kepemilikan lahan, lingkungan dan perburuhan, peraturan, tentang perdagangan
luar negeri, stabilitas pemerintah, peraturan tentang keamanan dan kesehatan
kerja, dan sistem pajak.
4. Kebijakan pemerintah
Pada kebijakan pemerintah kementrian perdagangan dan perindustrian
menetapkan peraturan menteri perdagangan republic innodensia nomor 21/M-
21
Dag/Per/5/2010 tahun 2010 tentang penetapan harga patokan ekspor atas baraang
ekspor yang dikenakan Bea keluar. Dampak pemeritah terhdap petani dan untuk
melihat seberapa besar subsidi yang diberikan pemerintah baik secara langsung
ataupun tidak langsung pada usaha tani kakao.
5. Harga Benih Kako
Dalam pertama kali dibudidayakan di amerika tengah lebib dari 5000 tahun
lalu, kakao telah meluas keseluruh dunia. Kegemaran masyarakat mengkonsumsi
berbagai olahan kakao mendorong banyak orang untuk tertarik memproduksi
kakao, termasuk di Indonesia. Namun harga kakao dalam beberapa tahun ini
cenderung lesu. Diakibatkan karna faktor-faktor yang mempengaruhi kakao
berhubungan dengan penawaran dan permintaan terhapa biji atau benih kakao itu
meningkat.
2.2 Hasil Penelitian yang terdahulu
Penelitian terdahulu adalah penelitian yang memiliki kesamaan dengan
penelitian yang kita lakukan. Penelitian dengan tema strategi peningkatan
produktivitas tanaman kakao, sebelumnya sudah pernah di lakukan. Berikut
beberapa penelitian terdahulu :
1. Roma Ulesteria Lumbun Toruan (2016) Analisis Strategi Peningkatan Produksi
Komoditi Kakao Rakyat Di Kecamatan Silau Laut (Studi Kasus: Desa Lubuk
Palas Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara)
Adapun tujuan penelitian ini yaitu 1) Menganalisa faktor internal dan
eksternal yang dapat mempengaruhi peningkatan hasil produksi komiditi kakao
rakyat di Kecamatan Silau laut. 2) Untuk merumuskan strategi, langkah apa yang
dapat diambil untuk meningkatkan produksi komoditas kakao bagi masyarakat
kecamatan Silau laut. Metode Penelitian Metode analisis yang digunakan adalah
Metode SWOT merupakan metode yang merumuskan strategi dengan
mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Strategi yang di susun
dalam penelitian ini akan dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Asahan. Berdasarkan hal tersebut seluruh seluruh faktor strategis
dikelompokan dalam faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang dapat dikendalikan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan
22
Kabupaten Asahan dan faktor eksternal merupakan faktor yang tidak dapat
dikendalikan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asaha.
Hasil dari penelitian ini adalah 1. Faktor eksternal yang mempengaruhi
peningkatan produksi kakao di Desa Lubuk Palas, Kecamatan Silau Laut adalah:
Pengalaman Bertani, Kemampuan Petani Mengatasi HPT, Harga Jual Kakao di
Tingkat Petani, Modal yang Digunakan Petani, Luas Lahan, Permintaan Kakao,
Ketersediaan Tenaga Kerja, Penggunaan Benih Unggul, Sarana dan Prasarana
Penunjang, Penerapan GAP (Good Agriculture Practice). Faktor internal yang
mempengaruhi peningkatan produksi kakao di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau
Laut adalah: Pelatihan, Pendampingan Petani, Fungsi Kelembagaan,
Pendampingan Sarana Produksi, Pendampingan Pengadaan Alat Penunjang Petani
Kakao, Pendampingan Permodalan. 2. Strategi yang ditempuh untuk
meningkatkan produksi kakao oleh masyarakat Desa Lubuk palas di Kawasan
Silau laut: Melalui pelatihan berdasarkan pengalaman petani kakao, pengenalan
praktik baru, penemuan dan teknologi, penguatan fungsi kelembagaan, koordinasi
antara pedagang dan petani, hingga menjaga kestabilan harga kakao.
Meningkatkan pendampingan, membimbing dan mengawasi evaluasi
pendampingan sarana produksi, sebagai lembaga penyalur subsidi untuk
penyediaan teknologi benih bermutu tinggi, Menerapkan solusi teknis yang tepat
agar pengguna dapat diadopsi oleh petani melalui bantuan pengadaan peralatan
untuk meningkatkan kualitas lahan dan memperkuat penggunaan bantuan modal
dalam pembangunan tenaga (petani) Kakao modern.
2. Rubiyo dan Siswanto (2012) Peningkatan Produksi Dan Pengembangan Kakao
(Theobroma Cacaol.).
Indonesia saat ini telah dihasilkan beberapa klon unggul kakao dengan
produktivitas di atas 2 ton/ha/th, beberapa di antaranya juga mempunyai sifat
tahan terhadap hama dan penyakit utama kakao. Pengendalian hama dan penyakit
tersebut, saat ini telah diimplementasikan model pengendalian secara terpadu
yang melibatkan komponen bahan tanam unggul resisten terhadap hama dan
penyakit, teknologi budidaya serta kriteria lahan yang sesuai untuk tanaman
kakao. Produktivitas dan mutu hasil kakao sangat ditentukan oleh kualitas bahan
tanam. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu hasil kakao
23
dapat dilakukan dengan teknik klonalisasi dengan cara sambung samping. Teknik
sambung samping telah terbukti mampu memperbaiki produktivitas dan mutu
kakao rakyat. Teknologi sambung samping telah diadopsi oleh para petani
pekebun khususnya untuk merehabilitasi tanaman tua dan tanaman kurang
produktif. Selain itu, teknologi pengolahan hasil dan pengembangan industri hilir
juga telah banyak tersedia antara lain teknologi fermentasi, teknologi pengolahan
limbah, dan teknologi diversifikasi produk. Agar usahatani kakao dapat
berkembang sesuai dengan yang diharapkan, ke depan diperlukan upaya untuk
meningkatkan produktivitas dan pengembangan penanganan hasil dan produk
kakao di Indonesia.
Perbaikan mutu dan daya hasil untuk mendukung peningkatan produksi
dan pengembangan kakao di Indonesia dapat diusahakan dengan menggunakan
teknologi bahan tanaman kakao unggul, informasi kesesuaian lahan untuk kakao,
teknologi perbanyakan tanaman, teknologi pengendalian hama dan penyakit
utama, teknologi klonalisasi, teknologi pengolahan hasil, dan teknologi
pengembangan industri kakao. Bahan tanaman kakao unggul memegang peranan
sangat penting dalam usaha tani kakao di Indonesia.
Produktivitas dan mutu hasil kakao sangat ditentukan oleh kualitas bahan
tanam. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu hasil kakao
dapat dilakukan dengan teknik klonalisasi cara sambung samping. Teknik
sambung samping telah terbukti mampu memperbaiki produktivitas dan mutu
kakao rakyat, teknologi sambung samping telah diadopsi oleh para petani pekebun
khususnya untuk merehabilitasi tanaman tua dan tanaman kurang produktif.
3. Saputra (2015) faktor – faktor yang mempengaruhi produksi kakao di
Tujuan yaitu untuk melihat Tenaga kerja, pupuk kimia, luas lahan garapan,
Kabupaten Muaro Jambi dan kemitraan apakah memberikan pengaruh yang nyata
sebagai input terhadap produksi kakao sedangkan tingkat pendidikan berpengaruh
negatif terhadap produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi. Hasilnya yaitu
tenaga kerja, pupuk kimia, luas lahan garapan, dan kemitraan itu memberikan
pengaruh yang nyata sebagai input terhadap produksi kakao dan tingkat
pendidikan berpengaruh negative terhadap produksi kakao di Kabupaten Muaro
Jambi.
24
4.Nurchalisfarid, Fauzia, Iskandariani, Lily (2012) Strategi peningkatan produksi
kakao di Desa karang Rejo Kecamatan Stabat kabupaten Langakat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi peningkatan produksi
Kakao di Desa Karang Rejo Kecamatan Stabat Kabupaten Langakat.Metode
analisis data yang di gunakan adalah nalisis Regresi Linear dan Analisis SWOT
serta di gunakan Asumsi Klasik. Hasilnya Dengan demikian hipotesis 2 yang
menyatakan bahwa variable luas lahan,bibit BCL,bibit RCL,pupuk organik,pupuk
non organic,biaya tenaga kerja, dan pengalaman petani berpengaruh nyata
terhadap produksi kakao yang di terima.
2.3 Kerangka Pikir
Produksi adalah suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) menjadi
output. Produksi dapat juga didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau
aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan
demikian, kegiatan produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai
masukan untuk menghasilkan keluaran. Sedangkan produktivitas dalam bidang
pertanian adalah produksi yang dihasilkan dibagi dengan luas lahan yang
digunakan
Faktor produksi adalah segala input produksi yang digunakan untuk
menghasilkan output atau keluaran. Faktor-faktor produksi dapat dibedakan
kepada empat golongan, yaitu tenaga kerja, modal, tanah, dan keahlian
keusahawanan. Untuk faktor-faktor produksi usahatani meliputi bibit/benih,
tenaga kerja, luas lahan, pupuk, pengendali hama penyakit dan gulma serta faktor
lainnya
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Strategi peningkatan
produksi kakao di Desa Balaikembang Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu
Timur sangat perlu untuk diperhatikan dengan tujuan untuk meningkatkan biji
kakao. Tanaman kakao merupakan tanaman perkebunan yang memiliki peranan
yang sangat penting bagi petani kakao dalam meningkatkan penghasilan mereka.
25
(9hhfh
BAB III
Visi dan Misi Petani Kakao
Lingkungan Internal
(Kekuatan dan Kelamahan)
Lingkungan Eksternal
(Peluang dan Ancaman)
Strategi Pengembangan Produksi
Kakao
Alternatif strategi
Petani Kakao
Matriks EFE Matriks IFE
Matriks IE
Analisis SWOT
Lingkungan Produksi Kakao
Gambar 1. Kerangka pikir
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Adapun pengertian dari desain penelitian yaitu keseluruhan proses yang
dibutuhkan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian,Yang dimana di dalam
komponen desain telah mencakup secara keseluruhan skruktur penelitian baik dari
awal perumusan ide sampai menghasilkan sebuah hasil penelitian (Sukardi,2004).
Adapun secara khusus pengertian dari desain penelitian yaitu sebuah proses
pengambaran hubungan antar variabel pengumpulan data dengan sebuah analisis
data, dengan mengunakan desain penelitian yang bagus para peneliti dan orang
yang mempunyai kepentingan akan bisa menemukan gambaran berupa kaitan
antar variabel, bagaimana mengukurnya dan seterusnya (Sukardi 2004) Jenis data
yang di ambil dan di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
yakni sebuah tipe penelitian yang menghubungkan atau mencari sebab akibat
antara dua atu lebih konsep yang akan di teliti.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dirancang untuk
membantu pembuat keputusan dalam menentukan, mengevaluasi, dan memilih
alternatif terbaik dalam memecahkan masalah, penelitian yang bersifat deskriptif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan sesuatu (Malhotra,
2004)
Dengan metode ini penelitian ini bermaksud mengumpulkan data historis
dan mengganti secara seksama mengenai aspek aspek internal dan aspek eksternal
yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti oleh peneliti
sehingga dapat menghasilkan data-data yang bisa mendukung dalam penulisan
laporan penilitian ini, selanjutnya data yang telah di peroleh akan di olah dan
identifikasi lebih lanjut dengan dasar teori yang telah dipelajari sehingga
memeperoleh gambaran mengenai objek tersebut dan dapat ditarik kesimpulan
mengenai masalah yang di teliti di di Desa Balaikembang Kecamatan Mangkutana
Kabupaten Luwu Timur,
27
vc
Gambar 2. Desain penelitian
Analisis lingkungan
petani kakao di Desa
Balaikembang
Kecamatan Mangkutana
Kabupaten Luwu Timur
Internal
Eksternal
Wawancara
Kuisioner
Observasi
Identifikasi Faktor
Lingkungan Usaha
Kerupuk Rumput Laut
Anugrah
Keputusan stratgei produksi
tanaman kakao di Desa
Balaikembang Kecamatan
Mangkutana Kabupaten Luwu
Timur
Internal
Eksternal
Kekuatan
Kelemahan
Ancaman
Peluang
Analisis keadaan di Desa
Balaikebang Kecamatan
Mangkutana Kabupaten
Luwu Timur
Matriks IFE
Matriks EFE
Matriks IE
Perumusan Alternatif
Strategi Analisis SWOT
Strategi SO
Strategi ST
Strategi WO
Strategi WT
Peran, Visi & Misi Petani kakao
28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Balaikembang Kecamatan Mangkutana
Kabupaten Luwu Timur. Pemilihan lokasi disebabkan karena di desa ini
mempunyai lahan kakao cukup luas, namun beberapa tahun ini produksi kakao di
desa ini mengalami penurunan.penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari
sampai Februari 2020.
3.3 Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini meliputi para petani yang berjumlah 120
petan, penulis menentukan sampel petani dengan mengambil populasi sebesar
20% jadi sampel yang di pilih sebanyak 24 petani dari jumlah seluru populasi
responden. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Arikunto (2006) yaitu jika
sampel di atas 100 orang maka diambil 10% dari jumlah populasi, jika kurang
dari 100 maka sampel di ambil dari jumlah populasi yang ada. Maka dari itu saya
mengambil sampel berjumlah 24 orang.
3.4 Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya berupa wawancara yang di dalamnya terdapat beberapa pertanyaan yang
ingin diajukan dalam bentuk kuisoner.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan oleh organisasi atau oleh yang
bukan orang pertamanya. Seperti pada dinas terkait atau lembaga yang
berhubungan
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk dapat melakukan penelitian maka dibutuhkan data yang relevan dan
benar tanpa adanya manipulasi data guna keberhasilan penelitian. Adapun metode
pengumpulan data dalam Penelitia ini di lakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Observasi
Tekhnik ini merupakaan tekhnik pengambila dan pengumpulan data dengan
terjun langsung di lapangan dengan memperhatikan keadaan dan kegiatan objek
29
penelitian. Tipe observasi yang di lakukan adalah observasi langsung dengan
pengamatan di daerah yang tempatlokasi penelitian yang akan di lakukan.
2. Wawancara
Wawancara dengan responden merupakan penngumpulan data primer yang
di peroleh secara langsung dari seumber asli. Proses wawancara di lakukan secara
tatap muka dengann membawa kuisoner yang ttelah di buat sebelumnya oleh
peneliti. Dari tahap ini ddapat diperoleh data dan data mengenai persepsi petani
yang hasil produktivitas tanaman kakaonya menurun.
3. Kuisoner
Kuisoner merupakan tekhnik pengumpulan data yang dapat di lakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis yang di sediakan peneliti
pada responden untuk dii jawab. Kusioner sangat cocok di gunakan apabila
jumlah responden yang ada cukup besar dan tersebar di wilayah yang cakupannya
kkuas ( Sugiyono,2003 )
4. Studi Pustaka
Pengumpulan data dengan menggunakan referensi-referensi yang
berhubungan dengan penelitian guna untuk mengetahui teori-teori yang terkait,
variable, dan konsep konsep yang mendukung penelitian, Penulis mencari data
dengan referens- referensi, buuku, jurnal dan artikel internet dalam metode studi.
3.6 Analisis Data
Tekhnik analisis data adalah kegiatan analisis dalam penelitian yang
dilakukan dengan menelaah semua data yang ttersedia dariinstrumen penelitian
yang terdiri dari catatan, rekaman, dokumen, tes, dan lain sebagainya. Analisis
yang di gunakan dalam rancangan penelitian ini adalah analisis SWOT. Analisis
SWOT digunakan untuk mencapai tujuan sekaligus membuktikan hipotesis yang
diajukan dan dipergunakan unttuuk menyusun faktor faktor strategi berdasarkan
kekuatan, kelemahan,peluang dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan.
Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor yang berasal dari internal peruahaan,
sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor dari eksternal perusahaan.
Dalam pengertianya ada kekuatan (strength) adalah unsur unsur yang
menjadi kekuatan atau yang di unggulkan oleh perusahaaan. Kelemahan
(weakness) adalah keterbatasan atau kekurnagan dalam hal sumber daya yang ada
30
yang dimiliki oleh perusahaaan baikitu keterampilan ataupun kemampuannya.
Peluang (opportunity) adalah berbagai hal dan situasi yang menguntungkan bagi
suatu perusahaan, serta kecenderungan kecenderungan yang merupakan salah satu
sumber peluang perushaaan. Ancaman (treats) adalah factor-faktor yang tidak
mengutungkan bagi perusahaan dan jika tidak di atasi maka akan menjadi
hambatan bagi perusahaaan yang bersangkutan baik masa sekarang maupun masa
yang akan datang. Sebelum melakukan analisis, maka di perlukan tahapan
pengumpulan data yang terdiri atas model yaitu.
1. Matriks faktor startegi internal (IFE)
Sebelum membuat matriks strategi internal kita perlu mengetahui terlebih
dahulu cara cara penentuan dalam membuat table IFAS
a. Susunlah dalam kolom 1 faktor faktor internal ( kekuatan dan kelemahan )
b. Beri rating masing masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya
pengaruh yang ada faktor strategi internal.
c. Beri bobot untuk setiap faktor dai 0 sampai 1000 pada kolom bobot 3. Bobot
di tentuan secara subyektif, berdasarkan pengaruh factor-faktor tersebut
terhadap posisi strategi perusahaan.
d. Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh
skorsing dalam kolom 4
e. Jumlahkan skorsing pada kolom 4 untuk memperoleh total skor pembobotan
bagi perusahaan yang bersangkutan.
Ketika telah memahami apa-apa saja yang yang menjadi faktor kekuatan
dan kelemahan, maka terlebih dahulu hal yang dilakukan yaitu pembobotan.
Dalam penentuan bobot cara yang dilakukan ialah memberikan identifikasi faktor-
faktor strategis yang telah dirumuskan secara bersama.
kepada pihak perusahaan. Tabel ini merupakan penentuan Bobot dilakukan
dengan metode paired comparsion.
31
Table 2. Pembobotan Matriks IFE
Faktor Strategis
Internal A B C D ….. TOTAL
A
—
C
D
…….
TOTAL
Sumber. David (2006)
Dengan mengunakan metode ini kita dapat memberikan hasil penilaian
bobot terhadap faktor penentu internal perusahan. Adapun skala variabel yang
digunakan dalam penentuan bobot yaitu skala 1,2 dan 3, sebagai berikut:
1= skala ini digunakan ketika indikator horizontal kurang penting dibandingkan
dengan indikator vertical
2= skala ini digunakan ketika indikator horizontal sama penting dengan indikator
vertical
3= skala ini digunakan ketika indikator horizontal lebih penting dibandingkan
dengan indikator vertical
Untuk menentukan bobot setiap variabel cara yang digunakan yaitu menentukan
nilai setiap variabel terhadap keseluruhan jumlah variabel, adapun rumus yang
digunakan yaitu sebagai berikut:
Setelah melakukan pembobotan maka selanjutnya melakukan perhitungan
matriks IFE. Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui faktor-faktor internal
sebuah perusahan yang berhubungan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dianggap penting. Untuk perolehan data dan informasi aspek internal perusahan
dapat didapatkan melalui dari beberapa fungsional perusahan seperti aspek
manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi dan produksi/operasi.
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan matriks internal Factor Evaluatoon
(IFE) :
a. membuat list critical success factor (CSF) untuk aspek internal yaitu kekuatan
(strength) dan kelemahan (weakness)
32
b. Menentukan bobot (weight) dari critical success factor di atas dengan skala
yang lebih tinggi dan sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0 nilai
bobot dicari dan dihitung berdaasarkan rata rata industriya.
c. Memberikan nilai (rating) dari 1-4 bagi masing-masing faktor yang memiliki
nilai :
1= lemah sekali
2= lemah
3= kuat
4= kuat sekali
Dalam hal ini rating cenderung ke kondisi perusahan sedangkan bobot lebih
cenderung pada industry dimana perusahan berada.
d. Mengalihkan antara bobot dan rating dari masing masing faktor untuk
menentukan nilai faktor untuk menentukan nilai skornya.
e. Untuk mendapatkan skor total dari perusahan yang dinilai maka kita melakukan
penjumlahan secara keseluruhan skor. Untuk nilai rata rata yaitu 2,5. Jika nilai
kurang dari 2,5 maka menandakan bahwa secara internal perusahan itu lemah,
sebaliknya jika nilai lebih lebih tinggi dari 2,5 maka secara internal perusahan
itu kuat.
Dari perolehan data yang diperoleh dapat diklafikasikan secara kualitatif
hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat dan lemah dari perusahan
tersebut. (IFE), tabel 3 di bawah ini merupakan tabel perhitungan matriks IFE.
Tabel 3. Matriks IFE
Faktor Strategis
Internal Bobot (A) Rating (B) Skor (AxB)
Kekuatan
1
:
N
Kelemahan
1
:
N
Total
Sumber : David 2006
33
Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, kita perlu tahu terlenih
dahulu cara cara penentuan table EFAS.
a. Susunlah dalam kolom 1 faktor faktor eksternalnya (peluang dan ancaman)
b. Berii rating dalamamsing masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya
pengaruh yang ada faktor faktor eksternal.
c. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot kolom 3.
Bobot 3 di tentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor faktor
tersebut terhadap posisi startegi perusahaan.
e. Junlahkan skoringg pada kolom 4 untuk memperoleh total skor pembobotan
bagi perushaan yang bersangkutan.
Sama seperti matriks IFE, matriks EFE juga dapat mengetahui faktor-faktor
yang bisa dijadikan sebagai peluang atau pun ancaman, sebelum mengetahuinya
terlebih dahulu kita harus melakukan pembobotan, dalam penentuan nilai bobot
cara yang digunakan hampir sama persis dengan cara penentuan nilai bobot pada
matriks IFE. Adapun fungsi dari matriks EFE yaitu dapat digunakan sebagai
evaluasi faktor-faktor eksternal perusahan. Dari data dan informasi eksternal
perusahan yang telah didapat dapat digunakan sebagai bahan analisis hal-hal yang
menyangkut persoalan ekonomi,budaya, sosial, politik, lingkungan, dan
demografi, pemerintah, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri, dan data
yang relevan lainnya.
Adapun cara dalam pembuatan matriks EFE yaitu sebagai berikut:
a. Pertama kita harus membuat list Critical Succses Factor (sesuatu yang
mempunyai dampak penting pada keberhasilan atau kegagalan sebuah usaha)
tentang aspek eksternal yang didalamnya terdapat peluang (opportunities) dan
ancaman (threats) bagi perusahaan.
b. Selanjutnya hal yang dilakukan yaitu penentuan bobot (weight) yang berasal
dari CSF di atas, bagi yang berprestasi tinggi maka skalanya pun akan tinggi
dan begitupun sebaliknya. Adapun keseluruhan jumlah bobot harus 1,0. Yang
nilai bobotnya dicari dan dihitung berdasarkan nilai rata-rata industrinya.
c. Dalam penentuan rating critical succes factor mengunakan nilai 1 sampai 4
dimana keterangan nilai tersebut sebagai berikut:
34
1) 1 = respons perusahaan jelek
2) 2 = respons perusahaan rata-rata
3) 3 = respons perusahaan di atas rata-rata
4) 4 = respons perusahaan superior
Penilaian rating berdasarkan dari efektivitas strategi perusahan. Yang dimana
nilainya harus didasarkan pada kondisi perusahan.
d. Selanjutnya hal dilakukan yaitu mengalikan nilai bobot dan nilai rating
sehingga mendapatkan skor semua CSF.
e. Hal terakhir yang dilakukan yaitu dengan menjumlahkan keseluruhan skor
untuk mendapatkan skor total yang berjumlah 4,0. Yang dimana dengan skor
tersebut dapat mengambarkan bahwa perusahan tersebut sangat baik dalam
merespon peluang-peluang yang ada dan dapat menghindari ancaman-ancaman
yang ada dipasar industry. Sedangkan untuk skor 1,0 mengambarkan kondisi
perusahan yang tidak baik dalam merespon peluang-peluang dan tidak dapat
menghindari ancaman-ancaman yang ada.
Dalam pengidentifikasi faktor eksternal dapat dilakukan dengan cara interaktif
kepada pihak perusahan, sehingga dapat kita ketahui faktor-faktor yang bisa
menjadi peluang maupun ancaman dari perusahaan. Data disajikan seperti pada
Tabel 4. Matriks EFE
Faktor Strategis
Internal Bobot (A) Rating (B) Skor (AxB)
Peluang 1 : N Ancaman 1
:
N
Total
Sumber: David (2006)
3. Matriks Internal Eksternal (IE)
Matriks IE didasarkan pada dua dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu
x dan tota;skor EFE pada sumbu y.total skor IFE dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu 1,0 – 1,99 mennunjukkan posisi internal lemah; 2,0 - 2,99 menunjukkan
kondisi inernal rata-rata, 3,0 – 4,0 menunjukkan keadaan internal yang kuat begitu
35
pula dengan skor total EFE terbagi menjadi tiga kategori, kategori pertama
dengan jumlah skor 1,0 – 1,99 yang mengambarkan respon yang rendah terhadap
kondisi eksternal, untuk jumlah skor 2,0 – 2,99 mengambarkan respon sedang
terhadap kondisi eksternal, sedangkan dengan jumlah skor 3,0 - 4,0
mengambarkan respon yang tinggi terhadap kondisi eksternal perusahan.
Menurut pendapat David (2006), ia membagi matriks IE menjadi beberapa
bagian dahera utama yang mempunyai implikasi strategi. Adapun bagian tersebut
sebagai berikut:
a. Untuk dahera 1 terdapat beberapa sel yaitu I, II, IV yang dimana mereka bagian
dari grow and build dalam pengunaan startegi untuk dahera ini lebih tepat
mengunakan strategi intensif, seperti penetrasi pasar, peegmbangan pasar, atau
pengembanagn produk dan strategi integratife, misalnya itegrasi horizontal dan
vertikal.
b. Untuk dahera 2 yang dimana terdapat sel yaitu III, V, VII. Adapun strategi yang
sangat tepat digunakan untuk dahera ini yaitu hold and maintain. Yang
didalamnya terdapat strategi penetrasi dan peningkatan produksi..
C, Sedangkan untuk dahera 3 yang dimana terdapat sel VI, VIII, IX dahera ini
termasuk dahera harvest and divest sedangkan untuk pengunaan strategi yang
tepat untuk dahera ini yaitu strategi divestiture (pengurangan usaha)
Total nilai IFE yang diberi bobot
Gambar 2. Matriks IE (David, 2006)
Tinggi
Totl 3,0-4,0
Sedang
2,0-3,0
Rendah
1,0-2,0
3,0
2,0
1,0
Kuat Rataan Lemah
Nilai
EFE
Yang
Di Beri
Bobott
3,0-4,0 2,0-2,99
1,0-1,99
4,0 3,0 2,0 1,0
I II III
VI
IX VIII
V
VII
IV
36
Sebelum melakukan analisis, maka di perlukan tahapan pengumpulan data
yang terdiri atas model yaitu.
Tabel 1. Matriks SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
KEKUATAN–S
Daftar Kekuatan
KELEMAHAN– W
Daftar Kelemahan
PELUANG-O
Daftar Peluang
STRATEGI S-O
Gunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
STRATEGI W-O
Atasi kelemahan
dengan
memanfaatkan
peluang
ANCAMAN–T
Daftar
Ancaman
STRATEGI S-T
Gunakan kekuatan
untuk menghindari
ancaman
STRATEGI W-T
Minimalkan
kelemahandan
menhindari ancaman
Sumber: David (2006)
Dalam matriks SWOT dapat menghasilkan empat kemungkinan alternative
strategi. Yaitu:
a. Strategi SO (Strenght and Opportunity). Strategi ini dibuat berdasarkanjalan
pikiran perusahaan yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang sebesar besarnya.
b. Strategi ST (Strenght and Threats). Strategi dalam menggunakan kekuatan yang
dimiliki perusahaan yang mengatasi ancaman.
c. Strategi WO (Weakness and Opportunity). Strategi ini di terapkan berdasarkan
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang
ada.
37
d. Strategi WT (Weakness and Threats). Strategi ini berdasarkan kegiatan yang
bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.
3.7 Definisi Operasional
1. Petani kakao adalah orang orang yang membudidayakan tanaman kakao
sebagai mata pencaharian untuk kehidupan keluarganya.
2.Strategi pengembangan merupakan suatu kegiatan atau tata cara untuk
mengembangkan atau memajukan secara lebih baik dari kondisi sekarang yang
dimiliki.
3. lingkungan eksternal dari perusahaan merupakan lingkungan yang datang dari
luas p
erusahaan.
4. lingkungan internal adalah ligkungnan yang datang dari dalam perusahaan yang
terdiri dari kekuatan ataupun kelemahan perusahaan.
5. Manajemen straegi adalah sebbuah tindakan manajerial yang di lakukan
perushaan dalam mengembangkan atau memajukan perusahaan.
6. Analisis SWOT merupakan iidentifikasi beberapa faktor untuk merumuskan
strategi perusahaan.
7. Strength (Kekuatan) merupakan analisis kekuatan, dengan melihat situasi
maupun kondisi yang menjadi sumber utama kekuatan pada sebuah organisasi
8 Weakness (Kelemahan) merupakan analisis kelemahan, dengan melihat situasi
maupun kondisi yang akan mejadi kelemahan pada sebuah organisasi
9. Opportunity (Peluang) merupakan analisis peluang, dengan melihat situasi atau
kondisi yang akaan menajdi peluag bagi suatu organisasi
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi
Desa Balaikembang ini mempunyai jumlah penduduk 1.910 jiwa
merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Mangkutana yang terletak
di Provinsi Sulawesi Selatan. Dimana desa ini terbagi dalam 3 dusun yaitu Dusun
Balaikembang I, Dusun Balaikembang II, Dusun Balaikembang III. Desa
Balaikembang merupakan sala-satu desa yang cukup luas di Kecamatan
Mangkutana dengan Luas Mencapai 56,15 km. (Sumber: kantor Desa
Balaikembang 2020)
Batas-batas wilaya Desa Balaikembang. Sebelah utara berbatasan dengan,
Desa Maleku Kecamatan Mangkutana,Sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Bangun jaya Kecamatan Mangkutana,Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan
Tomoni, dan Sebelah barat berbatasan dengan Desa Ujung Baru Kecamatan
Mangkutana
Penduduk Desa Balaikembang umumnya bergerak di sektor pertanian
yang mayoritas mereka bergerak di bidang perkebunan kakao dan kelapa sawit.
Ada juga sebagian kecil orang yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ada
pula yang berwirausaha. Pertanian yang banyak digeluti oleh penduduk didesa ini
adalah perkebunan kakao, namun beberapa tahun belakangan ini pertanian kakao
di Desa Balaikembang tidak mengalami peningkatan produksi sehingga petani
harus memutar otak mencari cara untuk meningkatkan produksinya. Desa
Balaikembang merupakan daerah yang hampir tiap tahun mengalami penurunan
produksi kakaonya.
Penduduk merupakan orang orang yang berada dalam suatu wilayah yang
terikat oleh aturan aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama
lain secara terus menerus. Komposisi penduduk menggambarkan susunan
penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut
karakteristik yang sama Parlan (2004), komposisi penduduk menurut jumlah jenis
kelamin bagi suatu masyarakat sangat penting baik dalam rangka biologis,
39
ekonomi dan sosial yang erat kaitannya dengan angka angka kelahiran, kematian,
rasio beban tanggung jawab dan jumlah penduduk.
Jumlah penduduk di Desa Balaikembang berjumlah 1.910 jiwa dan
umumnya adalah petani karena memang terletak di wilayh yang cocok untuk
pertaninan. Bidang pertanian yang mayorits mereka geluti adalah perkebunan
kakao, kelapa sawit dan jagung. Ada juga sebagian yang menjadi pegawai negri
sipil (PNS) dan sebagian lagi bergerak di bidang wiraswasta. Namun pertanian
Desa Balaikembang beberapa tahun belakangan ini tidak mengalami peningkatan
yang signifikan dalam pertanian khususnya diperkebunan kakao.
Tabel: 6 Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin.
No Jenis kelamin Jumlah Presentase%
1 Laki-laki 846 99,88
2 Perempuan 1,045 0,12
Total 847,045 100,00
Sumber: Kantor Desa Balaikembang (2020)
2. Karakteristik Responden Petani
Dalam penelitian di Desa Balaikembang kami mengunakan responden
yang mempunyai karakteristik masing-masing yang dimana karakteristik tersebut
kami dapatkan berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan, adapun
jumlah responden berjumlah 24 orang yang dimana 24 itu berasal dari 3 dusun
yang berbeda yang ada di Desa Balaikembang yang mempunyai lahan perkebunan
kakao di desa tersebut. Adapun aspek dari Karakteristik responden dapat dibagi
menjadi beberapa bagian seperti jenis kelamin, usia, pendidikan formal, jenis
pekerjaan, dan jumlah tangungan.
a. Jenis Kelamin
Klasifikasi penduduk menurut kelompok jenis kelamin secara garis besar
dapat dibagi menajadi 2 golongan yaitu penduduk laki-laki dan perempuan.
Seluruh responden petani yang masuk dalam survei berjenis kelamin laki-laki
karena pada umumnya kegiatan usaha tani di Desa Balaikembang dilakukan oleh
laki-laki yang berperan sebagai kepala keluarga yang bertindak sebagai manajer
usaha tani dan pengambil keputusan mengenai tindakan yang akan dilakukan
dalam usaha taninya. Persentase jumlah responden laki-laki sebesar 100%.
40
b. Umur
Umur merupakan suatu tolak ukur dalam kehidupan seseorang yang
diukur setiap tahun sejak dari tahun lari sampai sekarang, maka dengan itu umur
sangat mempengaruhi kemampuan seseorang baik dari segi kemampuan fisik dan
cara berfikir. Semakin muda umur seorang petani, maka dengan sangat mudah
petani tersebut menerimah informasi serta pengguanan teknologi dalam bidang
pertanian dibandingan dengan petani yang berumur tua yang nyatanya sudah sulit
berintraksi baik dari segi pendegaraan, penglihatan sehingga dapat mempengaruhi
cara berfikir dan kemampuan dalam bekerja. Sebaran umur responden dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Identitas Responden Menurut Umur
No Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 15-34 7 29,16
2 34-40 13 54,18
3 40-64 4 16,66
Jumlah 24 100,00
Sumber: Data Primer Setelah Diolah (2020)
Pada tabel 7, dapat dijelaskan bahwa dari sekian banyaknya responden
semua termasuk umur produktif. Hal ini sesuai menurut BPS bahwa usia produktif
adalah 15-65, dimana umur 20-30 terdapat 7 responden dengan presentase
29,16%; 30-40 tahun terdapat 13 orang responden dengan presentase 54,18%; dan
pada umur 40-50 tahun terdapat 4 orang responden dengan presentase 16,66%;
dari total jumla responden tersebut sudah termasuk umur produktif.
c. Pendidikan
dari hasil penelitian pendidkan formal para petani yang sebagai responden
dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan yaitu SD, SMP, SMA, dan perguruan
tinggi dan dari hasil penelitian tingkat pendidikan responden yang paling
mendominasi yaitu tingkat SMA.
Tabel 8. Tingat Pendidikan Responden No Pendidikan Jumlah Persentase(%)
1
2
3
SD
SMP
SMA
6 Orang
7 Orang
11 Orang
25,00
29,16
45,84
Total 24 Orang 100,00
Sumber: Kependudukan Desa Balaikembang.
41
Dari tabel diatas kita dapat melihat sebaran kelompok usia responden,
tingkat SD sebanyak 6 orang (25,00%), kemudian diikuti tingkat SMP 7
responden (29,16%), dan persentase terbesar di pendidikan SMA 11 responden
(45,84). Faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan adalah faktor ekonomi
keluarga yang menyebabkan petani tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
Akibat dari rendahnya pendidikan responden para petani kesulitan meningkatkan
keterampilan dan susah mendapatkan informasi maka dari itu untuk ,mengatasi
hal ini para petani tersebut harus bisa memproleh pendidikan yang non formal
tentang cara budidaya tanaman kakao yang baik.
3. Analisis Lingkungan Petani Kakao di Desa Balaikembang
Dalam kegiatan ini dilakukan untuk tujuan mengidentifikasi lingkungan
petani kakao baik secara internal atau eksternal. Dari kegiatan mengidentifikasi
lingkungan ini akan menghasilkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam
perumusan strategi, faktor-faktor tersebut berasal dari faktor internal maupun
eksternal.
a. Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal meliputi faktor-faktor di dalam perusahaaan yang dapat
memberikan informasi mengenai kekuatan dan kelemahan petani kakako di Desa
Balaikembang. Adapun faktor-faktor internal yang dianalisis meliputi aspek
sumberdaya manusia (SDM), aspek sarana produksi (Saprodi), aspek modal,
aspek produksi, aspek pemasaran, dan aspek kelembagaan.
1) Sumberdaya Manusia (SDM)
Sumberdaya manusia merupakan salah satu aspek yang penting dalam
kegiatan budidaya tanaman kakako. Dalam hal ini sumberdaya manusia berkaitan
dengan pengetahuan petani dan tenaga kerja.
Secara umum pengetahuan petani kakao di Desa Balaikembang tidak
merata. Artinya, hanya sebagian kecil petani yang mengetahui metode budidaya
yang baik namun tidak sedikit pula yang masih belum mengetahui bagaimana
metode budidaya tanaman kakao yang baik. Pada umumnya kesalahan petani
terletak pada pemilihan bibit yang berasal dari sumber yang kurang terpercaya.
Selain itu kesalahan lainnya pada proses pemupukan mulai dari jenis pupuk yang
digunakan, cara penebaran pupuk dan jangka waktu pemupukan yang baik. Selain
42
itu kendala lainnya adalah sebagian petani belum mengetahui cara penanganan
hama penggerek tanaman yang dapat menyebabkan kematian pada tanaman
kakao. Hal tersebut cukup disayangkan mengingat jumlah petani kakao di Desa
Balaikembang cukup banyak.
2) Sarana Produksi (Saprodi)
Sarana produksi merupakan salah satu aspek yang sangat menunjang dalam
proses budidaya tanaman termasuk budidaya tanaman kakao. Bagi petani kakao di
Desa Balaikembang beberapa sarana yang di perlukan dalam menunjang produksi
kakao diantaranya pupuk, insektisida, dan alat-alat budidaya. Insektisida dan alat-
alat budidaya selalu tersedia di toko-toko pertanian sehingga selalu dapat di
peroleh dengaan mudah. Salah satu masalah utama yang dihadapi petani adalah
pupuk yang dibutuhkan tidak selalu tersedia di toko pertanian serta pembatasan
pupuk subsidi bagi setiap petani sehingga menyebabkan pembengkakan
pengeluaran petani untuk membeli pupuk non subsidi.
3) Modal
Modal merupakan aspek yang sangat vital bagi kegiatan usaha termasuk
usaha budidaya tanaman kakao. Dengan modal yang baik petani dapat memenuhi
segala aspek yang diperlukan untuk meningkatkan hasil produksi. Secara umum
petani kakao di Desa Balaikembang dapat memenuhi kebutuhan budidaya
kebunnya secara pribadi dikarenakan modal yang di gunakan petani berasal dari
hasil penjualan kakako itu sendiri.
Pada saat ini, modal yang digunakan petani cukup terbatas. Hal ini
disebabkan rendahnya harga jual kakao sehingga modal yang di gunakan untuk
budidaya tanaman kakako hanya seadanya.
4) Produksi
Tanaman kakao berproduksi sepanjang tahun ketika di lakukan perawatan
dengan baik. kakao di Desa Balaikembang pada umumnya melakukan pemanenan
setiap satu bulan sebanyak dua sekali dengan produksi saat ini yang semakin
menurun dan berimbas pada pendapatan petani yang juga semakin menurun.
Penurunan hasil produksi di sebabkan karena perawatan tanaman yang dilakukan
seadanya sebagai imbas dari penurunan harga jual kakao.
5) Pemasaran
43
Pemasaran merupakan kegiatan akhir dari proses produksi. kakao hasil
produksi petani di Desa balaikembang umumnya terdapat dua jenis pemasaran.
Pemasaran pertama umumnya dilakukan oleh petani dengan mengeringkan
terlebih dahulu biji kakaonya kemudian dijual kepengepul.
Pemasaran yang kedua dilakukan langsung ke pabrik kakao di PT.Mars.
Pemasaran ini umumnya dilakukan oleh petani dengan hasil produksi yang
langsung di jual dengan kondisi kakao masih basah. Umumnya petani yang
menyalurkan langsung ke pabrik menghasilkan produksi yang cukup melimpah
sehingga petani tidak repot lagi untuk mengeringkan kakao.
6) Kelembagaan
Dalam usaha tani kelembagaan merupakan salah satu aspek yang dapat
menunjang keberhasilan dalam berusaha tani. Bagi petani di Desa Balaikembang,
keberadaan kelembagaan sudah lama tidak di rasakan petani. Pada satu dekade
kebelakang sempat berdiri sebuah lembagaa kelompok tani yang bekerja sama
dengan pihak perusahaan PT.Mars, namun dikarenakan berbagai masalah
kelompok tani tersebut menghilang. Hingga kini petani kakao di Desa
Balikembang belum terdapat lembaga semisal kelompok tani ataupun koperasi
pertanian yang dapat menunjang geliat produksi kakao di Desa Balaikembang.
Dampak yang paling terasa dengan tidak adanya kelembagaan kelompok
tani adalah pengetahuaan budidaya petani yang tidak merata di karenakan
kurangnya penyuluhan komoditi kakao. Selain itu dampak lainnya adalah
pembatasan pupuk subsidi yang selama ini hanya dapat disalurkan bagi petani
kakao. yang memang terdaftar di dalaam kelompok kakao.
Dari hasil kesimpulan analisis internal bisa disimpulkan menjadi beberapa
point yang penting yang bisa menjadi faktor sukses untuk dianalisis seperti pada
aspek budidaya yang meliputi kegiatan persiapan bibit persiapan lahan penanaman
pemeliharaan tanaman kegiatan pemanenan dan kegiatan pasca panen, selanjutnya
ada aspek manajemen sumber daya manusia, aspek sumber daya alam, aspek
keuangan, dan aspek manajemen organisasi yang ada di Desa Balaikembang
Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur yang akan dirumsukan dalam
matriks IFE seperti dalam tabel berikut
44
Tabel 9. Analisis Faktor Internal petani kakao di Kelurahan Balaikembang.
Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
Budidaya Lahan perkebunan yang
luas
1. Alat yang digunakan
masih sederhana
2. Serangan hama dan
penyakit
3. Umur kakao sudah tua
Manajemen sumberdaya
manusia
1. Petani memiliki lahan
yang dikelola sendiri
2. Jumlah petani yang
banyak
Pengetahuan budidaya
petani kurang merata
Sumber daya lahan
Keuangan Sumber modal pribadi
Manajemen dan organisasi Ada motivasi bekerja Tidak terdapat kelompok
tani khusus tanaman kakao
Sumber : Data Setelah diolah 2020.
b. Analisis Lingkungan Eksternal
Dalam hal ini terdapat beberapa faktor-faktor di luar perusahan yang bisa
memberikan informasi mengenai peluang dan ancaman petani kakao di Desa
Balaikembang. Adapun faktor-faktir eksternal dalam usahatani kakao adalah
sebagai berikut.
1. Aspek Ekonomi
Ekonomi aspek yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan usaha secara
global, inflasi dan nilai tukar menjadi sangat penting dalam stabilitas ekonomi
secara global. Sektor pertanian khususnya tanamn kakao menjadi sorotan di
indonesia.
Di Desa Balaikembang Tingkat ekonomi sangat berpengaruh terhadap
peningkatan produksi tanaman kakao. Kondisi perekonomian petani di Desa
Balaikembang sangat berpengaruh terhadapa hasil yang di hasilkan oleh tanaman
kakao itu sendiri. Dan rata-rata para petani kakako di Desa Balaikembang
mendominasi.
2. Aspek Teknologi
Teknologi merupakan faktor penunjang dalam sebuah kegiatan usaha.
Keberadaan teknologi sangat penting untuk mempermudah kegiatan manusia,
penggunaan teknologi yang tepat dapat menyebabkan kegiatan usaha lebih efektif
dan efisien. di Desa Balaikembang teknologi yang di gunakan dalam budidaya
tanaman kakao sudah cukup modern, dalam kasus ini masyarakat Desa
45
Balaikembang tidak lagi kesusahan dalam menggunakan tekhonologi yang ada
karna sebelum mereka membeli teknologi yang ingin di gunakan mereka sudah
melihat terlebih dahulu cara mengunakan teknologinya, dan juga semakin baik
teknologi yang di gunakan maka semakin baik pula hasil yang di hasilkan dan
juga hasil produk dan juga hasil produksi pun meningkat.
3. Aspek Politik
Secara umum politik memiliki peran yang sangat vital bagi segala sendi
kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Politik memiliki peran yang penting
dari segala kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah termasuk dalam sektor
pertanian. Jika situasi politik tidak kondusif maka akan berdampak kepada para
petani.
4. Aspek Kebijkan Pemerintah
Dalama aspek ini kebijakan pemerintah meberikan bantuan kepada para
petani melalui pembentukan kelompok tani. Petani di Desa Balaikembang juga
mengarapkan ada bantuan berupa pembuatan jalan tanu untuk akses nya mereka
dan di Balaikembang tidak memeilii koperasi tani.
5. Aspek Harga Benih Kakao
Aspek harga benih kakao di Desa Balaikembang dalam bentuk benih
dapat memepengaruhi hasil produksi tanaman kakao dan juga bentuk bii
memepengaruhi hasil penjualan kakao, dan juga jika perawatan tanaman kakao
bagus maka hasil yang di hasilkan dari biji pun baik.
Berdasarkan analisis eksternal dapat disimpulkan beberapa poin penting
yang menajdi faktor sukses untuk dianalisis dari beberapa poin penting itu
didapatkan dari berbagai macam aspek eksternal seperti dari aspek ekonomi,
aspek teknologi, aspek politik, aspek kebijakan pemerintah dan aspek harga bein
kakao. Beriku beberapa poin penting yang di dapatkan dalam merumsukan faktor
eksternal yang dimiliki oleh para petani di Desa Balaikembang Kecamatan
Mangkutana Kabupaten Luwu Timur khusnya dan dirumsukanlah dalam matriks
EFE seperti pada tabel berikut.
46
Tabel 10. Analisis Faktor Eksternal Petani Kakao di Desa Balaikembang Faktor Eksternal Peluang Ancaman
Ekonomi Jika tingkat ekonomi tingi maka
produksi untuk kakao baik
Tingkat ekonomi yang tinggi
Politik
Kebijakan
Pemerintah
.Belum ada lembaga
pemerintah yang membantu
petani
Harga Biji Kakao Permintaan Biji Kakao Tidak ada
Habisnya
Harga biji kakao tidak stabil
Teknologi Alat-alat Pertanian Tersedia di
Toko
Sumber: Data primer yang telah diolah (2020)
4. Strategi peningkatan produksi tanaman kakao
a. Analisis matriks IFE
Setelah diperoleh faktor-faktor strategi internal usaha tani yang meliputi
kekuatan dan kelemahan. Peneliti mendapatkan kekuatan dan kelemhan yang
telah dirumuskan, selanjutnya yaitu melakukan pemberian kuisioner mengenai
pemberian peringkat (rating) terhadap variabel-variabel kekuatan dan kelemahan
dan kemudian selanjutnya dilakukan pembobotan untuk mengetahui variabel yang
lebih penting.
Setelah mendapatkan hasil peringatan dan pembobotan dari para
responden, maka selanjutnya dilakukan pencarian nilai rata-rata dengan cara
melakukan penjumlahan keseluruhan hasil dari peringkat dan pembobotan dari
semua masing-masing variabel kemudian dibagi dengan jumlah responden.
Berdasarkan identifikasi terdapat faktor-faktor internal yang ada pada Desa
Balaikembang Kabupaten Luwu Timur didapatkan sebuah kekuatan dan
kelemahan yang disebut sebagai faktor strategi internal usaha tani kakao. Faktor
internal srtartegi tersebut kemudian dilaukan pembobotan dan pemberian
peringkat yang akan menghasilkan skor rata-rata dan untuk mendapatkan skor
rata-rata itu bobot dikalikan dengan rating. Hasil peringkat dan pembobotan dapat
dilihat pada bagian lampiran.Tabel 12. Analisis matriks IFE petani kakao di Desa
Balaikembang Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur.
47
Tabel 11. Analisis matriks IFE petani kakao di Desa Balaikembang
No Faktor strategis internal Rating
rata-rata
Bobot
rata-rata
Skor
1 Kekuatan
1.Lahan perkebunan yang luas
2.Petani memiliki lahan yang dikelola sendiri
3.Sumber modal pribadi
4.Ada motivasi bekerja
5. Jumla petani yang banyak
4
3
4
3
4
0,12
0,14
0,14
0,14
0,08
0,48
0,42
0,56
0,42
0,32
2 Kelemahan
1. Alat yang di gunakan masi sederhana
2. Serangan Hama dan penyakit
3.Umur kakao sudah banyak yang tua
4.Pengetahuan budidaya petani kurang merata
5. Tidak terdapat kelompok tani kususnya
tanaman kakao
2
1
1
2
1
0,07
0,07
0,06
0,09
0,09
0,14
0,07
0,06
0,18
0,09
Total 25 1,00 2,74
Sumber: Data yang telah diolah 2020
Pada tabel 12 terlihat skor total pada matriks IFE sebesar 2,74
meunjukkan bahwa petani di Desa Balaikembang berada pada posisi rata rata
dalam memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk mengatasi kelemahan
yang ada. Kekuatan utama yang dimiliki oleh petani di Desa Balaikembang yaitu
ada sumber modal pribadi dengan skor 0,56, sedangkan untuk posisi kedua dalam
kekuatan yang dimilki oleh petani adalah Lahan perkebunan yang luas, dengan
skor 0,48. petani yang mnegelola tanamannnya sendiri dengan skor 0,42 dan ada
motivasi bekerja dengan skor 0,42. Sedangakan untuk kelemahan utama yang
dimilki oleh petani di Desa balaikembang yaitu umur kakao banyak yang sudah
tua dengan skor 0,06.
b. Analisis matriks EFE
Matriks EFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal kegiatan
yang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dianggap penting. Setalah
diperoleh faktor-faktor strategi eksternal petani kakao dan dinas terkait di Desa
Balaikembang yang meliputi peluang dan ancaman. Tahap selanjutnya adalah
melakukan proses pembobotan dengan langkah-langkah seperti pada tahapan
dalam analisis matriks IFE. Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada
lampiran tabel 13 merupakan hasil analisis matriks EFE.
48
Tabel 12. Analisis matriuks EFE petani kakao di Desa Balaikembang No Faktor strategis eksternal Rating rata-
rata
Bobot rata-
rata
Skor
1 Peluang
1. Jika tingkat ekonomi tingi maka produksi
untuk kakao baik
2.Permintaan produk kakao tidak ada
habisnya
3. . Alat-alat Pertanian Tersedia di Toko.
3
4
4
0,13
0,22
0,18
0,39
0,88
0,72
2 Ancaman
1. .Tingkat eonomi yang tinggi
2. Belum ada lembaga pemerintah yang
membantu petani
3. Harga beni kakao tidak stabil
1
1
2
0,17
0,14
0,16
0,17
0,14
0,32
Total 15 1,00 2.62
Sumber: Data yang telah di olah 2020
Skor total matriks EFE sebesar 2,62 menunjukkan posisi petani di Desa
Balaikembang rata-rata memanfaatkan atau merespon peluang untuk mengatasi
ancaman yang ada dari luar petani Desa Balaikembang. Peluang utama yang
dimiliki oleh petani di Desa Balikembang yaitu permintaan biji kakao yang tidak
ada habisnya 0,88. peluang kedua alat-alat budidaya yang selalu tersedia di toko-
toko pertanian dengan skor yang dimiliki sebesar skor 0,72. Sedangkan untuk
ancaman yang paling tinggi itu belum ada lembaga pemerintah yang membantu
petani dengan skor 0,14. Selain belum ada lembaga pemerintah yang membantu
petani tingkat ekonomi yang tinggi juga menjadi ancaman pada petani dengan
skor 0,17.
c. Analisis matriks IE
Setelah diperoleh tottal skor pada matriks IFE dan EFE maka dua-dua dari
skor itu digabungkan untuk mendapatkan informasi dari matiks IE guna
memperoleh informasi mengenai posisi petani guna mempermudah dalam
pemberian alternatif strategi. Nilai matriks IFE sebesar 2,74 menunjukka petani
di Desa Balaikembang memiliki kemampuan rata-rata dalam memanfaatkan
kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan yang ada. Sedangkan untuk
nilai matriks EFE sebesar 2,62 menunjukkan bahwa petani di Desa Balikembang
memiliki kemampuan rata-rata dalam memanfaatkan atau merespon peluang dan
dapat mengindari ancaman yang ada.
49
S SKOR TOTAL IFE
K Kuat Rata-Rata Lemah
O
R 4,0 3,0 2,0 1,0
T Tinggi
O 3,0
T Menengah
A 2,0
L
Rendah
E 1,0
F
E
Gambar 3. Analisis Matriks IE 2020
Ketika telah mendapatkan hasil jumlah skor, yang dimana jumlah skor
untuk matriks IFE berjumlah 2,74 sedangkan jumlah skor untuk matriks EFE
berjumlah 2,62, maka dari hasil skor tersebut mengambarkan posisi usaha melalui
matriks IE. Sedangkan matriks IE untuk petani yang ada di Desa Balaikembang
ditunjukkan pada gambar tersebut menunjukkan bahwa posisi petani kakao di
Desa Balaikembang berada pada daerah 2 yang penjelasanna yang termasuk dari
daerah 2 meliputi sel III, V atau VII. Strategi ini paling sesuai adalah strategi hold
and maintain yang termasuk dalam strategi ini adalah penetrasi dan peningkatan
produksi. Dalam kasus di Desa Balaikembang masyarakatnya harus meningkatkan
cara pembudidayaan tanaman yang sesuia kebutuha untuk menghasilkan produksi
yang baik.
5. Analisis matriks SWOT
Petani kakao di Desa Balaikembang Kecamatan Mangkutana Merupakan
salah satu desa yang mempunyai potensi dalam meningkatkan produksi kakao.
Kondisi perekonomian petani di Desa Balaikembang sangat berpengaruh terhadap
hasil produksi yang di hasilkan oleh tanaman kakao itu sendiri. Digunakan
matriks SWOT untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
untuk menghasilkan alternatif strategi yang akan digunakan untuk meningkatkan
hasil produksi kakao di Desa Balaikembang Kecamatan Mangkutana Kabupaten
Luwu Timur.
Analisis SWOT juga dapat diartikan sebagai sebuah bentuk analisis
situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif. Satu hal yang perlu diketahui bahwa
I
III
VI
VII VIII IX
IV V
II
50
analisis SWOT ini hanya digunakan untuk tujuan menggambarkan situasi yang
sedang dihadapi, dan bukan sebagai sebuah alat analisa yang dapat memberikan
solusi dari permasalahn yang dihadapi.
Untuk tahap selanjutnya yaitu dengan membuat matriks SWOT, untuk
pembuatan matriks ini menggunakan faktor strategis internal atau eksternal seperti
pada tahap sebelumnya, yang Penjelasannya tertuang dalam matriks IFE dan EFE.
Dalam metode ini, kelebihan dan kekurangan matriks IFE serta peluang dan
ancaman dalam matriks EFE bergerak dalam satuan matriks SWOT. Dan dapat
menghasilkan Berbagai kemungkinan yang bisa digunakan sebagai alternatif
strategi SO, ST, WO, dan WT.
Gambar 4.Analisis matriks SWOT Internal
Eksternal
Kekuatan
1.Lahan perkebunan yang luas
2.Petani memiliki lahan yang
dikelola sendiri
3.Sumber modal pribadi
4.Ada motivasi bekerja
5. Jumla petani yang banyak
Kelemahan
1.Alat yang di gunakan masi
sederhana
2.Serangan Hama dan
Penyakit
3. Umur Kakao yang sudah
banyak yang tua
4.Pengetahuan budidaya petani
kurang merata
5. Tidak terdapat kelompok
tani kusus pertanian
Peluang
1.Jika tingkat ekonomi
tingi maka produksi
untuk kakao baik
2.Permintaan kakao tidak
ada habisnya
3.Alat-alat pertanian
tersediah di toko
Strategi S-O
1. Memaksimalkan lahan yang
dimiliki (S1,S3,O1)
2.Memperthankan dan
meningkatkan penggunaan alat-
alat pertanian yang lebih efektif
dan efisien (S2,O2)
3.Memperthanakan dan
meningkatkan kemandirian dari
segi modal, motivasi bekerja
dan bantuan pemerintah
(S3,S4,03)
Strategi W-O
1. Memanfaatkan semaksimal
mungkin alat yang tersedia.
2. Meningkatkan perawatan
terhadap tanaman.
Ancaman
1. Tingkat ekonomi yang
tinggi
2.Belum ada lembaga
pemerintah yang
membantu petani
3. Haraga beni kakao
tidak stabil
Strategi S-T
1. Mempertahankan lahan kakao
yang dimiliki (S1,S2,S3,T1,T2)
2.meningkatkan pengetahuan dan
motivasi bekerja petani agar bisa
mandiri.
Strategi W-T
1.Meningkatkan dan
memaksimalkan pengetahuan
para petani agar dapat mandiri
dan mencari solusi.
Sumber : Data yang telah diolah 2020
51
Fungsi dari matriks SWOT yaitu dapat menghasilkan alternatif-alternatif
strategis yang dapat digunakan oleh usaha atau perusahaan, Untuk memperoleh
hasil tersebut, pertama-tama kita harus menganalisis kelemahan, kekuatan,
peluang dan ancaman. Analisis SWOT merupakan metode perumusan strategi
konvensional yang menjadi dasar pembentukan strategi yang dapat disesuaikan
dengan situasi perusahaan. Berdasarkan analisis matriks IE strategi petani kakao
di Desa Balaikembang berada pada posisi hold and maintain..Maka strategi yang
cocok digunakan dalam peningkatan produksi tanaman kakao di Desa
Balaikembang adalah sebagai berikut;
1. Strategi S-O (Strength and Oppourtunitie)
Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal
untuk memanfaatkan peluang eksternal guna memperoleh keuntungan bagi petani
di Desa Balaikembang. Berikut beberapa alternatif starategi S-O yang dihasilkan.
a. Memaksimalkan lahan yang dimiliki
Dalam kasus ini dengan luas lahan dan para petani yang mengelola sendiri
tanaman kakaonya itu dapat berpengaruh pada tingkat ekonomi yang dihasilkan
dikarenakan modal yang di keluarkan untuk budidaya tanaman kakaonya itu
sedikit.
b. Mempertahankan dan meningkatkan penggunaan alat-alat pertanian yang lebih
Efektif dan Efisien
Peralatan pertanian merupakan aspek yang sangat penting dalam
menunjang kegiatan pertanian. Alat-alat pertanian berperan penting untuk
mempermudah kegiatan petani dalam pembudidayaan tanaman kakao sehingga
pekerjaan yang dilakukan petani lebih efektif dan efisien utuk mendukung hasil
produksi yang melimpah.
c. Memperthanakan dan meningkatkan kemandirian dari segi modal, motivasi
bekerja dan bantuan pemrintah
Dengan kondisi keuangan yang baik akan memberikan kemudahan bagi
para petani untuk memenuhi segala kebutuhan dalam kegiatan budidaya tanaman
kakao, di saat segala kebutuhan yang diperlukan dapat terpenuhi akan
memudahkan petani dalam mengembankan budidaya tanaman kakaonya itu
sendiri sehingga hasil yang di dapatkan dalam melimpah. Begitupun dengan
52
motivasi, dengan adanya motivasi atau dorongan dari keluarga maupun tujuan
yang akan dicapai itu akan lebih bagus untuk pekerjaa yang dilakukan karna ada
motivasi dan tujuan yang akan dicapai. Begitu pun dengan adanya bantuan dari
pemerintah ini akan meringankan sedikit pembudidayaaan tanaman kakao.
2. Strategi W-O (Weakness dan Opprtunitie)
Strategi W-O ialah strategi yang digunakan untuk mengatasi kelemahan
dengan memanfaatkan peluang yang ada. Stratgei yang dapat ditawarkan untuk
meningkatkan hasil produktsi tanaman kakao itu sendiri adalah.
a. Memanfaatkan semaksimal mungkin alat yang tersedia.
Dalam budidaya tanaman kakao khususnya di Desa Balaikembang petani
harus pandai memanfaatkan alat pertanian yang tersedia, karena di Desa
Balaikembang masih terlalu minim alat pertanian khususnya untuk budidaya
kakao.
b. Meningkatkatkan perawatan pada tanaman.
Meningkatkan perawatan pada tanaman itu sangat utama bagi petani untuk
mendapatkan hasil produksi yang lebi baik .Dalam proses perawatan dapat di
lakukan pemangkasan pada tanaman kakao untuk pemeliharaan seperti membuang
tanaman yang tidak produktif atau cabang yang sakit, pata dan menggantung dan
cabang yang balik, pemangkasan di lakukan 2x setahun. Dan juga semakin sering
di pupuk maka tingkat produksi pada kakao pun akan tinggi. Selain itu
pemeliharaan kakao juga menitiberatkan pada pengendalian OPT hama, peyakit
maupun gulma,pencegah meluasnya serangan OPT itu perlu melalui teknik
budidaya yang baik untuk menghindari penyakit yang akan menimbulkan
kerugian besar.
3. Strategi S-T
Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan keunggulan perusahaan
atau usaha tani untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman. Straegi
yang dapat ditawarkan adalah untuk meningkatkan produksi tanaman kakao.
Mempertahankan lahan kakao yang dimiliki Salah satu penyebab menyusutnya
perkebunan kakao ini adalah karena banyaknya pembangunan pemukiman
masyrakat dan Pemerintah harus melakukan sosialisasi pertanian untuk
53
meningkatkan pengetahuan petani agar dapat mandiri dan mempunyai motivasi
untuk berbudidaya kakao.
4. Strategi W-T
Strategi W-T merupakan strategi yang digunakan untuk mengurangi
kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi yang dapat ditawarkan untuk
meningkatkan produksi tanaman kakao diDesa Balaikembang adalah
Meningkatkan dan memaksimalkan pengetahuan para petani agar dapat mandiri
dan mencari solusi.
6. Keputusan Strategi Peningkatan Produksi
Berdasarkan analisis lingkungan usaha tani kakao di Desa Balaikembang
diperoleh kekuatan, kelemaham, peluang dan ancaman pada petani kakao.
Kekuatan yang dimiliki oleh petani di Desa Balaikembang adalah lahan
perkebunana yang luas, petani memiliki lahan yang di kelola sendiri, jumlah
petani yang banyak, sumber modal pribadi dan ada motivas bekerja. Untuk
kelemahan yaitu, Alat yang di gunakan masi sederhana,serangan hama dan
penyakit,umur kakao sudah banyak yang tua,pengetahuan budidaya petani kurang
merata,.
Sedangkan dari faktor eksternal yaitu peluang adalah jika tingkat ekonomi
tinggi maka produksi kakako akan baik,permintaan produk kakao tidak ada
habisnya, alat-alat budidaya selalu tersedia di toko-toko pertanian. Untuk
ancamannya tingkat ekonomi yang tinggi, Belum ada lembaga pemerintah yang
membantu pemerintah, harga biji kakao tidak stabil.
Hasil analisis matriks IE akan disimpulkan strategi petani dalam
peningkatan produksi kakao diBalaikembang Kecamatan Mangkutana Kabupaten
Luwu Timur, yaitu :
1. Memaksimalkan lahan yang dimiliki
Dalam kasus ini dengan luas lahan dan para petani yang mengelola sendiri
tanaman kakaonya itu dapat berpengaruh pada tingkat ekonomi yang
dihasilkan dikarenakan modal yang di keluarkan untuk budidaya tanaman
kakaonya itu sedikit
2.Mempertahankan dan meningkatkan penggunaan alat-alat pertanian yang lebih
Efektif dan Efisien
54
Peralatan pertanian merupakan aspek yang sangat penting dalam
menunjang kegiatan pertanian. Alat-alat pertanian berperan penting untuk
mempermudah kegiatan petani dalam pembudidayaan tanaman kakao sehingga
pekerjaan yang dilakukan petani lebih efektif dan efisien utuk mendukung hasil
produksi yang melimpah.
3. Memperthanakan dan meningkatkan kemandirian dari segi modal, motivasi
bekerja dan bantuan pemrintah
Dengan kondisi keuangan yang baik akan memberikan kemudahan bagi para
petani untuk memenuhi segala kebutuhan dalam kegiatan budidaya tanaman
kakao, di saat segala kebutuhan yang diperlukan dapat terpenuhi akan
memudahkan petani dalam mengembankan budidaya tanaman kakaonya itu
sendiri sehingga hasil yang di dapatkan dalam melimpah. Begitupun dengan
motivasi, dengan adanya motivasi atau dorongan dari keluarga maupun tujuan
yang akan dicapai itu akan lebih bagus untuk pekerjaa yang dilakukan karna ada
motivasi dan tujuan yang akan dicapai. Begitu pun dengan adanya bantuan dari
pemerintah ini akan meringankan sedikit pembudidayaaan tanaman kakao.
Dengan penerapan strategi diatas diharapkan akan mampu meningkatkan
hasil produksi tanaman kakao yang ada di Desa Balaikembang. Penelitian ini juga
diharapkan mampu menjadi pemecahan masalah dari berbagai persoalan yang
mempengaruhi rendahahnya produktisi tanaman kakao di Desa Balaikembang
Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur. Kelebihan dari penelitian ini
yaitu Petani atau responden yang di wawancari ramah dan akses menuju lokasi
tersebut juga memadai. Sedangkan kelemahan dalam penelitian ini yaitu terdapat
beberapa responden yang kurang memahami tentang berbagai macam pertanyaan
yang diajukan dan mengakibatkan pertanyaan di bacakan secara berulang oleh
peneliti dan juga petani kurang memahami tebtang kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman dalam pembudidayaan tanaman kakao.
4.2 Pembahasan
Setelah tahap input analisis lingkungan internal dan eksternal. di Desa
Balaikembang Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur. Berdasarkan
tabel matriks SWOT IFE dan EFE dapat diterapkan beberapa strategi alternatif
yang dapat mendukung peningkatan produsi tanaman kakao di Desa
55
Balaikembang yaitu Memaksimalkan lahan yang dimiliki mempertahankan dan
meningkatkan penggunaan alat-alat pertanian yang lebih efektif dan efesien,
mempertahankan lahan kakao yang di miliki, dan meningkatkan pengetahuan dan
motivasi bekerja petani agar bisa mandiri.
Berdasarkan hasil peneilitian mengenai strategi petani kakao dalam
meningkatkan produksi kakao di desa Balaikembang Kecamatan Mangkutana
kabupaten Luwu Timur dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; yaitu
Memaksimalkan lahan yang dimiliki, mempertahankan dan meningkatkan
penggunaan alat-alat pertanian yang lebih efektif dan efisien, Mempertahankan
dan meningkatkan kemandirian dari segi modal, motivasi bekerja dan bantuan
pemrintah.
Hasil penelitian di atas sejalan dengan yang di kemukakan oleh Roma
Ulestari Lumbun Toruan (2016)). Yang mengatakan tentang hasil pengalaman
bertani, kemampuan petani mengatasi HPT, dan harga jual kakao kelas wahid bagi
petani, Dana yang digunakan petani, luas lahan, permintaan kakao, pasokan
tenaga kerja, penggunaan benih berkualitas tinggi, sarana dan prasarana
penunjang, implementasi GAP (Good Agricultural Practice).
Teknik sambung samping telah terbukti mampu memperbaiki produksi
dan mutu kakao rakyat. Teknologi sambung samping telah diadopsi oleh para
petani pekebun khususnya untuk merehabilitasi tanaman tua dan tanaman kurang
produktif. Selain itu, teknologi pengolahan hasil dan pengembangan industri hilir
juga telah banyak tersedia antara lain teknologi fermentasi, teknologi pengolahan
limbah, dan teknologi diversifikasi produk. Agar usahatani kakao dapat
berkembang sesuai dengan yang diharapkan, ke depan diperlukan upaya untuk
meningkatkan produsi dan pengembangan penanganan hasil dan produk kakao di
Indonesia. Hal ini di emukakan oleh Rubiyo dan siswanto (2012)
Hasil penelitian ini ada beberapa yang tidak sejalan dengan penelitian
sebelumnya terletak pada menyeragamkan pengetahuan tentang budidaya tanaman
kakao dan tentang pengalihfungsian lahan kepada para petani di Desa
balaikembang itu sangat penting agar masyarakat disana tidak sembarangan dalam
membudidayakan tanaman kakao sehingga hasil yang didapatkanpun melimpah
dan juga tidak semerta merta melakukan pengalihfungsian lahan. Dan juga para
56
petani harus meningkatkan pengetahuan tentang adanya bantuan pemerintah yang
masuk agar petani tidak meyepelehkan bantuan dan tidak lagi dapat
mempengaruhi para petani jika suasana politik tidak kondusif.
Meminimalkan hama dan penyakit yang sesuai dengan tanaman kakao.
Tanaman kakako merupakan salah satu jenis tanaman yang sangat rentang
terserang hama dan penyakit. Maka dari itu diperlukan pengetahuan dan kempuan
lebih dalam mengelolahnya, hal yang dapat dilakukan agar menjaga tanaman
kakao agar tidak mudah terserang hama dan penyakit yaitu pembersihan lahan
secara baik dan pemberian pestisida untuk membasmi hama dan penyakit tanaman
yang timbul pada bagian tanaman kakao.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Saputra (2015)
yang menyatakan bahwa Hasilnya yaitu tenaga kerja, pupuk kimia, luas lahan
garapan, dan kemitraan itu memberikan pengaruh yang nyata sebagai input
terhadap produksi kakao dan tingkat pendidikan berpengaruh negative terhadap
produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi.
Dengan penerapan strategi diatas diharapkan akan mampu meningkatkan
hasil produksi tanaman kakao yang ada di Desa Balaikembang. Penelitian ini juga
diharapkan mampu menjadi pemecahan masalah dari berbagai persoalan yang
mempengaruhi rendahahnya produksi tanaman kakao di Desa Balaikembang
Kecamatan Mankutana Kabupaten Luwu Timur. Kelebihan dari penelitian ini
yaitu lokasi penelitian yang tidak jauh dari tempat peneliti sehingga penulis tidak
perlu memerlukan waktu yang lama dalam melaksanakan penelitian ini.
Sedangkan kelemahan dalam penelitian ini yaitu terdapat beberrapa responden
yang kurang memahami tentang berbagai macam pertanyaan yang diajukan dan
mengakibatkan pertanyaan di bacakan secara berulang oleh peneliti dan juga
petani kurang memahami tebtang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dalam pembudidayaan tanaman kakao.
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang strategi petani kakao dalam
meningkatkan produksi kakao di Desa Balaikembang Kecamatan Mangkutana
Kabupaten Luwu Timur maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.; yaitu
Memaksimalkan lahan yang dimiliki, mempertahankan dan meningkatkan
penggunaan alat-alat pertanian yang lebih efektif dan efisien, Mempertahankan
dan meningkatkan kemandirian dari segi modal, motivasi bekerja dan bantuan
pemrintah.
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada para petani kakao agar selalu menggali pengetahuan
terkait dengan budidaya kakao dalam rangka meningkatkan produksi.
2. Kepada para petani agar selalu melakukan komunikasi dengan penyuluh
setempat dalam rangka mengetahui kebijakan-kabijakan baru terkait tanaman
kakao.
3. Diharapkan kepada penyuluh agar lebih meningkatkan sosialisasi kepada para
petani dalam meningkatkan produksi tanaman kakao.
58
DAFTAR PUSTAKA
David, F.R. 2006. Manajemen strategis. Edisi kesepuluh. PT. Salemba Empat.
Jakarta
Fahmi, Irham. 2013. Manajemen Strategi Dan Aplikasi. Alfabeta. Bandung.
Haryono D., soetriono, dkk (2011) analisi daya saing dan dampak kebijakan
pemerintah terhadap produksi kakao di jawa timur. Fakultas pertanian
unniversitas jember. Jawa Timur
Iskandar. 2008. Metodologi penelitian pendidikan dan sosial (kuantitatif dan
kualitatif. Gaung persada press. Jakarta
Isyanto agus yuniarwan, tito hardyanto, dkk 2018. Faktor faktor yang
berpengaruh terhadap produktivitas usaha tani mina padi di kota
tasikmalaya. Fakultas pertanian universitas galuh. Tasikmalaya 4(1) :
25-39
Malhotra, N.K, 2004. Riset Pemasaran, Pendekatan Terapan. Edisi Bahasa
Indonesia. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta
Marimin, Zulfiandri. 2015. Strategi pengenbangan agroindustri kakao berbasis
kelompok tani di provinsii sumatera barat. Fakultas pertanian IPB. jln
arjuna tol tomang kebun jeruk Jakarta 11510. 8
Nengah Artha, 2017 teknik budidaya tanamn kakao, fakultas pertanian universitas
udayana, Bali.
Nurchalisfarid, Fauzia, Iskandariani, Lily (2012) Strategi peningkatan produksi
kakao di Desa karang Rejo Kecamatan Stabat kabupaten Langakat.
Ondrej, M. dan Jiri H. 2016. Total factor productivity approach in competitive and
regulated world. Procedia- social and behavioral sciences, 57(2012):
223-230
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendididkan : Kompetensi dan Praktiknya.
Bumi Aksara. Jakarta
Tarigan kelin, dhiana chalil, roma uli esteria 2017. Analisis strategi peningkatan
produksi komoditi kakao rakyat di kecamatan silau lauut sumatera
utara. Fakultas pertanian universitas sumatera utara, medan
Yuliandi, 2014. Pengembangan usaha tani kakao di desa sritaba’ang kecamatan
balano kabupaten parigi mounting. 2(2) : 161-168. Palu
60
Lampiran 1. Kuesioner untukRating dan Bobot Matriks IFE dan EFE
KUESIONER
PENENTUAN RATING DAN BOBOT MATRIKS IFE DAN EFE
Judul Penelitian : Strategi Petani Kakao dalam Meningkatkan Produksi Kakao di
Desa Balaikembang Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur
Identitas Responden Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Jabatan :
Bagian ini menyatakan seberapa penting atribut-atribut yang disediakan dan
dimiliki petani kakako di desa balaikembang.
Petunjuk:
1. Tentukan rating dari masing faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
2. faktor eksternal (peluang dan ancaman) berikut dengan memberikan
tanda(x) pada pilihan Anda.
3. Pilihan rating pada IFE daftar dengan isian bagian 1 terdiri dari:
Rating 4 : kekuatan utama.
Rating 3 : kekuatan kecil.
Rating 2 : kelemahan kecil.
Rating 1 : kelemahan utama.
4. Pilihan rating pada EFE daftar isian bagian 1 terdiri dari:
Rating 4 : respon sangat bagus.
Rating 3 : respon di atas rata-rata.
Rating 2 : respon rata-rata.
Rating 1 : respon di bawah rata-rata.
5. Pilihan bobot pada daftar isian 2 terdiri dari:
1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal.
6. Jumlah bobot seluruh faktor internal dan faktor eksternal yang ada di
matriks IFE dan EFE harus sama dengan 1,0 atau 1
61
Lanjutan Lampiran 1
Kuesioner untuk Rating Matriks IFE dan EFE
Tabel 20. Kuesioner Rating IFE
Kekuatan 4 3 2 1
1. Lahan perkebunan yang luas 4
2. Petani memiliki lahan yang di kelola sendiri 3
3. Sumber modal pribadi 4
4. Ada Motifasi bekerja 3
5. Jumla petani yang banyak 4
Kelemahan
1. Alat yang di gunakan masi sederhana 2
2. Serangan Hama dan penyakit 1
3. Umur kakao sudah banyak yang tua 1
4. Pengetahuan budidaya petani kurang merata 2
5. Tidak terdapat kelompok tani kususnya tanaman
kakao
1
Tabel 21. Kuesioner Rating EFE
Peluang 4 3 2 1
1. Jika tingkat ekonomi tinggi maka produksi
untuk kakao baik
3
2. permintaan produk kakao tidak ada habisnya 4
3. Alat-alat pertanian tersediah di took 4
Ancaman
1. Tingkat ekonomi yang tinggi 1
2. Belum ada lembaga pemerintah yang membantu
petani
1
3. Harga biji kakao tidak stabil 2
Keterangan:
Pilih rating pada IFE daftar isian terdiri dari
Rating 4: Kekuatan utama
Rating 3: Kekuatan kecil
Rating 2: Kelemahan kecil
Rating 1: Kelemahan utama
Pilih rating pada EFE daftar isisan terdiri dari
Rating 4: Respon sangat bagus
Rating 3: Respon diatas rata-ratsa
Rating 2: Respon rata
Rating 1: Respon dibawah rata-rata
62
Lanjutan Lampiran 1
Tabel 22. Kuesioner untuk Bobot Matriks IFE
Faktor Internal 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 Total Bobot
1.1 2 2 2 1 3 3 3 3 3 22 0,12
1.2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 24 0,14
1.3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 24 0,14
1.4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 24 0,14
1.5 3 1 1 1 1 3 3 1 1 15 0,08
2.1 1 1 1 1 3 1 3 1 2 14 0,07
2.2 1 1 1 1 1 3 2 2 2 13 0,07
2.3 1 1 1 1 1 2 2 1 1 11 0,06
2.4 1 1 1 1 3 3 2 3 2 17 0,09
2.5 1 1 1 1 3 3 3 3 2 18 0,09
Total 14 12 12 12 21 24 23 26 19 20 183 1,00
Keterangan :
a. Kekuatan
1. Lahan perkebunan yang luas
2. Petani Memili lahan yang di kelola sendiri
3. Sumber modal pribadi
4. Ada motifasi bekerja
5. Jumla petani yang banyak
b. Kelemahan :
1. Alat yang di gunakan sederhana
2. Serangan Hama dan penyakit
3. Umur kakao banyak yang sudah tua
4. Pengetahuan budidaya petani kurang merata
5. Tidak terdapat kelompok tani kusus tanaman kakao
Petunjuk Penentuan Bobot
1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horisontal sama penting dengan indikator vertikal
3 = Jika indikator horiontal lebih penting daripada indikator vertikal
Tabel 23. Kuesioner untuk Bobot Matriks EFE
Faktor Eksternal 3.1 3.2 3.3 4.1 4.2 4.3 Total Bobot
3.1 2 2 2 1 1 8 0,13
3.2 3 3 2 3 3 14 0,22
3.3 1 2 2 3 3 11 0,18
4.1 2 2 2 1 3 10 0,17
4.2 3 1 1 1 3 9 0,14
4.3 3 1 1 3 2 10 0,16
Total 12 8 9 10 10 13 62 1,00
Keterangan :
a. Peluang
1. Jika tingkat ekonomi tinggi maka tingkat produksi untuk kakao baik
2. Permintaan produk kakao tidak ada habisnya
63
3. Alat-Alat pertanian tersediah di toko
b. Ancaman
1. Tingkat Ekonomi yang tinggi
2. Belum ada lembaga pertanian yang membantu petani
3. Harga biji kakao tidak stabil
Petunjuk Penentuan Bobot
1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horisontal sama penting dengan indikator vertikal
3 = Jika indikator horiontal lebih penting daripada indikator vertikal
64
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Gambar 5. Wawancara dengan petani kakao
Gambar 6. Wawancara dengan petani kakao