STRATEGI PENGEMBANGAN PRASARANA AIR BERSIH DI PULAU KISAR KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA STRATEGY ON CLEAN WATER INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT in ISLAND KISAR SOUTHWEST MOLUCCAS REGENCY HANNA MARIANI SINGGIH PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK PERENCANAAN PRASARANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STRATEGI PENGEMBANGAN PRASARANA AIR BERSIH
DI PULAU KISAR KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA
STRATEGY ON CLEAN WATER INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT in
ISLAND KISAR SOUTHWEST MOLUCCAS REGENCY
HANNA MARIANI SINGGIH
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERENCANAAN PRASARANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
STRATEGI PENGEMBANGAN PRASARANA AIR BERSIH
DI PULAU KISAR KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Teknik Perencanaan Prasarana
Disusun dan diajukan oleh
HANNA MARIANI SINGGIH
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Hanna Mariani Singgih
Nomor mahasiswa : P2800210004
Program Studi : Teknik Perencanaan Prasarana
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis
ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, 3 Desember 2012
Yang menyatakan
Hanna Mariani Singgih
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
dengan selesainya tesis ini.
Gagasan yang melatari tajuk permasalahan ini timbul dari hasil
pengamatan penulis terhadap kondisi air bersih yang ada di tanah leluhur,
yang sering dikeluhkan masyarakat setempat akan kualitas, kuantitas dan
kontinuitasnya. Penulis bermaksud menyumbangkan konsep strategi apa
yang tepat untuk dikembangkan pada prasarana air bersih di wilayah ini
yang dapat memperbaiki dan mengembangkan kondisi air bersih yang
ada sekarang dan untuk beberapa tahun ke depan.
Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka
penyusunan tesis ini, yang hanya berkat bantuan berbagai pihak, maka
tesis ini selesai pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis dengan
tulus menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Mary Selintung,
M.Sc sebagai Ketua Komisi Penasihat dan Prof. Dr. Ir. H. Saleh Pallu,
M.Eng. sebagai Anggota Komisi Penasihat dan Prof. Dr. Ir. H. M. Ramli
Rahim, M.Eng sebagai Ketua Program Studi Teknik Perencanaan
Prasarana atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari
pengembangan minat terhadap permasalahan penelitian ini, pelaksanaan
penelitiannya sampai dengan penulisan tesis ini. Terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Drs. Johannes H. Frans selaku Kepala Badan
Kepegawaian Daerah dan segenap Kepala Dinas terkait penulisan di
Kabupaten Maluku Barat Daya yang telah banyak membantu dalam
rangka pengumpulan data dan informasi serta kepada para saudara dari
keluarga Hayr – Bakker yang telah banyak membantu dan menemani
dalam pengumpulan data, dan terakhir ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada suami dan anak (Thony A. Hutabarat, ST dan
Algierine T.M. Hutabarat), ayah dan ibu (Ir. Hanny M. Singgih dan Martha
Ch. Hayr) serta seluruh keluarga dan rekan yang namanya tidak
tercantum tetapi telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
tesis ini.
Makassar, 3 Desember 2012
Hanna Mariani Singgih
DAFTAR ISI
PRAKATA iv
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
E. Ruang Lingkup Penelitian 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengembangan Prasarana Air Bersih 7
1. Aspek Teknis 8
a. Curah hujan dan topografi 10
b. Sumber air baku 11
c. Jenis tanah 13
d. Kualitas dan kuantitas air 16
e. Tata letak sistem pengolahan dan distribusi 22
f. Teknologi dan material/bahan bangunan 23
g. Sistem pelayanan pelanggan 23
2. Aspek Sosial Budaya 24
a. Kondisi kependudukan 25
b. Kebiasaan penduduk 26
3. Aspek Ekonomi dan Keuangan 26
a. Perekonomian tingkat kesejahteraan penduduk 27
b. Ketersediaan infrastuktur 28
c. Kesediaan (WTP) dan kemampuan (ATP) membayar
iuran 28
4. Aspek Kelembagaan 30
a. Lembaga Pengelola Air Bersih Masyarakat 30
b. Lembaga pengelola air bersih milik Pemerintah 31
1) Kualitas air PDAM 32
2) Kuantitas air PDAM 32
3) Kontinuitas air PDAM 32
4) Cakupan pelayanan 33
c. Sumber Daya Manusia 33
d. Standardisasi 34
B. Strategi Pengembangan Prasarana Air Bersih 34
C. Penelitian yang terkait 38
D. Kerangka Pemikiran 40
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 43
B. Lokasi Penelitian 44
C. Waktu Penelitian 46
D. Sumber Data Penelitian 46
1. Data Primer 46
2. Data Sekunder 47
E. Teknik Pengumpulan Data 48
F. Teknik Pengambilan Sampel 49
1. Populasi 50
2. Sampel 51
G. Teknik Analisis Data 54
H. Definisi Operasional 54
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pulau Kisar 63
1. Letak Geografis dan Wilayah Administasi 63
2. Aspek Teknis 65
a. Curah hujan dan topografi 65
b. Sumber air baku 67
c. Jenis tanah 69
d. Kualitas dan kuantitas air 72
e. Tata letak sistem pengolahan dan distribusi 80
f. Teknologi dan material/bahan bangunan 81
g. Sistem pelayanan pelanggan 84
3. Aspek Sosial Budaya 85
a. Kondisi kependudukan 85
b. Kebiasaan penduduk 86
c. Sarana kesehatan lingkungan 88
d. Fasilitas umum dan fasilitas sosial 89
4. Aspek Ekonomi dan Keuangan 91
a. Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk 91
b. Ketersediaan infrastruktur 93
c. Kesediaan (WTP) dan Kemampuan (ATP) Membayar Iuran
94
5. Aspek Kelembagaan 100
a. Lembaga Pengelola Air Bersih berbasis masyarakat 100
b. Lembaga pengelola Air Bersih (PDAM) 100
1) Kualitas air PDAM 100
2) Kuantitas air PDAM 101
3) Kontinuitas air PDAM 102
4) Cakupan pelayanan 102
c. Sumber Daya Manusia 105
d. Standardisasi 106
B. Karakteristik Lokasi Penelitian 107
1. Karakteristik klaster wilayah penelitian 107
2. Karakteristik responden 109
a. Tingkat pendidikan responden 109
b. Tingkat pekerjaan responden 111
c. Tingkat pemakaian air harian responden 113
d. Kondisi dan status kepemilihan tempat tinggal 114
e. Tingkat penghasilan responden 116
f. Sumber air bersih untuk minum 119
g. Sumber air bersih untuk mandi dan cuci 121
h. Sumber air bersih untuk masak 123
i. Tingkat kepuasan terhadap sumber air bersih
yang dipakai 125
C. Analisis strategi Pengembangan Prasarana Air Bersih 131
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 164
B. Saran 166
DAFTAR PUSTAKA 169
LAMPIRAN 174
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kebutuhan Air Bersih Domestik 20
Tabel 2. Pembagian angket kuesioner di tiap wilayah desa 53
Tabel 3. Pembagian administrasi berdasarkan luas di Pulau Kisar 64
Tabel 4. Kualitas dan Kuantitas Sumur Gali 73
Tabel 5. Hasil Uji Kualitas Sumur Gali 75
Tabel 6. Proyeksi Jumlah Penduduk Hingga Tahun 2022 77
Tabel 7. Kebutuhan Air Bersih Domestik Pulau Kisar
Berdasarkan Ukuran Kapasitas (liter/detik) 79
Tabel 8. Kondisi Demografi Pulau Kisar tahun 2012 85
Tabel 9. Sarana Kesehatan Lingkungan 89
Tabel 10. Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial 90
Tabel 11. Kesediaan mendapatkan layanan perpipaan dari PDAM 96
Tabel 12. Pemilihan layanan air bersih 96
Tabel 13. Perbandingan Kemampuan Membayar Jasa Layanan Air
Bersih PDAM (ATP) terhadap Kesediaan Membayar Jasa (WTP) 98
Tabel 14. Hasil Uji Kualitas Air PDAM Tirta Dharma Wonreli 101
Tabel 15. Tingkat Pendidikan Responden Pulau Kisar 110
Tabel 16. Tingkat Pekerjaan Responden Pulau Kisar 112
Tabel 17. Pemakaian Air Harian Tiap Desa 114
Tabel 18. Kondisi Bangunan Tempat Tinggal 115
Tabel 19. Status Kepemilikan Bangunan 115
Tabel 20. Penghasilan Bulanan Responden 118
Tabel 21. Sumber Air Bersih untuk Minum 120
Tabel 22. Sumber Air Bersih untuk Mandi dan Cuci 122
Tabel 23. Sumber Air Bersih untuk Masak 124
Tabel 24. Tingkat Kepuasan terhadap Sumber Air
Bersih yang Dipakai 126
Tabel 25. Alasan Ketidakpuasan (Belum Puas) terhadap Sumber Air
Bersih yang dipakai 128
Tabel 26. Analisa SWOT 132
Tabel 27. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan
Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek Teknis 144
Tabel 28. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks
Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek Sosial Budaya 146
Tabel 29. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)
dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek
Ekonomi dan Keuangan 148
Tabel 30. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks
Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek Kelembagaan 150
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lokasi dan jenis aliran air tanah 13
Gambar 2. Tingkat Kebutuhan Air 21
Gambar 3. Diagram analisis SWOT 35
Gambar 4. Diagram Matriks SWOT 38
Gambar 5. Kerangka Pikir Penelitian 42
Gambar 6. Orientasi Lokasi Penelitian di Pulau Kisar 44
Gambar 7. Lokasi Penelitian Pulau Kisar 45
Gambar 8. Peta Administrasi Pulau Kisar 65
Gambar 9. Kondisi Topografi Pulau Kisar 66
Gambar 10. Penggunaan lahan di Pulau Kisar 70
Gambar 11. Tanah di Desa Purpura, Oirata Barat dan
Dusun Yawuru (Desa Wonreli) 71
Gambar 12. Lokasi PWoMe01 dan PKl01 74
Gambar 13. Pipa distribusi dan transmisi di Oirata Barat 80
Gambar 14. Aktifitas masyarakat mengambil air bersih 81
Gambar 15. Mesin pompa di IPA PDAM Tirta Dharma 82
Gambar 16. Panel surya dan tangki air di Purpura serta rumah
bertenaga surya di Oirata Barat 83
Gambar 17. Kondisi embung di Dusun Keitaru dan
Dusun Wakleken (Desa Wonreli) 84
Gambar 18. Sumur komunal untuk keperluan air bersih di
Desa Wonreli 87
Gambar 19. Sampah disekitar lokasi sumur 88
Gambar 20. Tingkat kesejahteraan masyarakat Kecamatan
Pulau-Pulau Terselatan sejak pemekaran pada tahun 2008 92
Gambar 21. Grafik posisi ATP terhadap WTP 97
Gambar 22. Wilayah cakupan pelayanan sambungan rumah (SR)
PDAM Tirta Dharma Wonreli 104
Gambar 23. Sumur bor dan Hidran Umum (HU) yang rusak
di Dusun Kioumanumere Desa Wonreli 106
Gambar 24. Pembagian Klaster Wilayah Penelitian 108
Gambar 25. Posisi Pengembangan Prasarana Air Bersih 153
Gambar 26. Matriks Strategi Agresif (Pengembangan)
Aspek Teknis Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar 155
Gambar 27. Matriks Strategi Diversifikasi (Perluasan)
Aspek Sosial Budaya Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar 157
Gambar 28. Matriks Strategi Agresif (Pengembangan)
Aspek Ekonomi dan Keuangan Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar 158
Gambar 29. Matriks Strategi Agresif (Pengembangan)
Aspek Kelembagaan Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar 160
DAFTAR LAMPIRAN
Data Responden 174
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Prasarana merupakan suatu fasilitas dan instalasi dasar dimana
kelangsungan dan pertumbuhan masyarakat sangat bergantung.
Prasarana erat kaitannya dengan jumlah penduduk dan sosial ekonomi
penduduk. Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, prasarana air
bersih di suatu wilayah juga semakin berkembang, pendapatan penduduk
meningkat dan timbul tuntutan pembangunan prasarana di suatu wilayah
terarah pada pemanfaatanpemb angunan sarana dan prasarana dasar
tersebut. Salah satu komponen prasarana dasar yang cukup penting
adalah prasarana air bersih.
Pulau Kisar adalah salah satu pulau kecil terdepan Republik
Indonesia seluas 8.500 Ha dengan ukuran 10,4 km untuk jarak utara –
selatan dan 10,22 km untuk timur – barat yang mengalami ruralisasi
semenjak pemekaran tahun 2008. Ruralisasi adalah penyebaran
penduduk dari kota ke desa atau biasa juga disebut reurbanisasi, atau
kembalinya penduduk asli yang telah merantau baik untuk melanjutkan
studi maupun pekerjaan, dan meningkatnya pendatang baru akibat
pemekaran wilayah. Terdapat banyak pemuda-pemudi Pulau Kisar yang
berkeinginan untuk memajukan desa atau daerah asalnya karena merasa
terkait dengan daerah asal atau kenangan masa kecil. Pulau Kisar
memiliki jumlah penduduk sebesar 14.015 jiwa dengan tingkat kepadatan
50,64 jiwa/km2 pada tahun 2010, dan pada tahun 2012 mengalami
peningkatan penduduk akibat ruralisasi menjadi 16.055 jiwa, menuntut
ketersediaan air bersih yang memadai di pulau Kisar.
Kondisi topografi pulau ini adalah berbatu dan berbukit. Sumber
air baku di Pulau Kisar adalah air tanah dan air hujan. Tidak ada air
permukaan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, selain
keberadaan PDAM Tirta Dharma cabang Wonreli, dilakukan
penggalian/pengeboran sumur-sumur untuk pengolahan dan pengelolaan
air baku. Di beberapa wilayah pohon sagu tumbuh subur dan jeruk Kisar
menjadi produk unggulan pulau Kisar.
Pengolahan dan distribusi air dilakukan oleh PDAM Tirta Dharma
cabang Wonreli dan masih memanfaatkan gravitasi sebagai sistem
distribusi air. Instalasi pengolahan air (IPA) masih tergantung mesin
berbahan bakar minyak (BBM) yang sering langka dan harganya sangat
mahal. Kondisi energi PLN juga mempengaruhi kinerja sistem perpipaan
PDAM. Sistem perpipaan PDAM masih terbatas hanya beroperasi di
Desa Wonreli. Jika aliran air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) terhenti karena kerusakan mesin IPA atau kelangkaan BBM,
maka masyarakat terpaksa membeli air bersih dengan harga cukup tinggi.
Pelayanan PDAM belum sepenuhnya memanfaatkan sistem pengukuran
debit air terpakai melalui meteran air. Masalah terjadinya kehilangan Air
Berekening (AR) pada konsumsi resmi berekening tak bermeter ini sering
menimbulkan masalah dalam penagihan iuran rekening air minum dengan
pelanggan.
Di Desa Oirata Barat, beberapa rumah telah menggunakan panel
surya sebagai sumber energi listrik. Di Desa Purpura, tampak panel surya
untuk mengalirkan air dari sumur yang berada di kaki bukit ke menara
penampungan di atas bukit. Alternatif pemenuhan kebutuhan air bersih
masyarakat selain PDAM, sumur gali dan air hujan adalah melalui layanan
penjualan air dari PEMDA dan swasta. Selain sumur gali, Penampungan
Air Hujan (PAH) dan PDAM, terdapat 4 (empat) embung yang kondisinya
sudah kritis. Embung terletak di Desa Oirata Timur, Dusun Yawuru, Dusun
Wakleken dan Dusun Keitaru. Tiga dari keempat embung tersebut telah
tidak berfungsi dan kosong, hanya embung di Keitaru yang masih
berfungsi tapi airnya semakin menyusut. Sumur-sumur di Pulau Kisar
umumnya dibuat tanpa tutup pengaman dan pada sebuah sumur di Desa
Wonreli tampak jaraknya berdekatan dengan septiktank komunal.
Fenomena meningkatnya pertumbuhan penduduk di Pulau Kisar
akibat ruralisasi ini memerlukan rumusan strategi untuk mengembangkan
prasarana air bersih di Pulau Kisar Kabupaten Maluku Barat Daya guna
memenuhi ketersediaan air bersih masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan prasarana dasar seperti air bersih bertumpu pada
ketersediaannya dan pengelolaannya, baik oleh masyarakat maupun
pemerintah setempat. Berdasarkan meningkatnya pertumbuhan penduduk
di Pulau Kisar akibat ruralisasi itulah maka dipandang perlu dirumuskan
strategi untuk mengembangkan prasarana air bersih di Pulau Kisar
Kabupaten Maluku Barat Daya dengan tujuan untuk memenuhi
ketersediaan air bersih masyarakat. Berdasarkan pada rumusan masalah
di atas, maka pertanyaan penelitian (Research Question) yang diangkat
dalam penulisan ini adalah, bagaimana Strategi Pengembangan
Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar Kabupaten Maluku Barat Daya?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah dan penguraian kondisi wilayah, fenomena
penduduk, kondisi sarana dan prasarana air bersih di Pulau Kisar maka
dapat diperoleh tujuan penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk
merumuskan strategi pengembangan prasarana air bersih di Pulau Kisar
Kabupaten Maluku Barat Daya guna memenuhi ketersediaan air bersih
masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
1) Sebagai masukan dan pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten
Maluku Barat Daya dalam mengembangkan prasarana air bersih, di
Pulau Kisar. Dengan prasarana air bersih yang berkembang, maka
ketersediaan air bersih juga dapat ditingkatkan.
2) Sebagai masukan untuk PDAM dalam mengelola air bersih dan
melayani kebutuhan masyarakat Pulau Kisar.
3) Sebagai salah satu sumbangan pemahaman dan pemikiran kepada
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan kesejahteraan
dan kesehatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup, sehingga
memahami pentingnya prasarana air bersih agar tetap memelihara
dan memperhatikan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup lingkup
pembahasan, lingkup obyek dan lingkup wilayah yang akan diteliti, yaitu:
1) Lingkup Pembahasan; lingkup pembahasan dalam penelitian akan
merumuskan strategi pengembangan prasarana air bersih yang
terdapat di Pulau Kisar.
2) Lingkup Batasan Obyek; lingkup batasan obyek dalam penelitian ini,
peneliti membatasi obyek yang akan diteliti, peneliti memfokuskan
penelitian dan pembahasan pada prasarana air bersih yang terdapat
di Pulau Kisar.
3) Lingkup Wilayah; lingkup wilayah penelitian ini berada di Kabupaten
Maluku Barat Daya, Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, yaitu Pulau
Kisar yang meliputi Sembilan desa yaitu; Desa Wonreli, Lekloor, Kota
Lama, Abusur, Lebelau, Nomaha, Purpura, Oirata Barat dan Oirata
Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengembangan Prasarana Air Bersih
Prasarana air bersih adalah bangunan air beserta bangunan lain
yang menunjang kegiatan pengelolaan air bersih, baik langsung maupun
tidak langsung. Prasarana erat kaitannya dengan jumlah penduduk dan
sosial ekonomi penduduk. Sejalan dengan bertambahnya jumlah
penduduk, sistem sarana dan prasarana suatu wilayah akan semakin
berkembang, pendapatan penduduk meningkat dan implikasinya, timbul
tuntutan terhadap berbagai sarana dan prasarana dasar dalam suatu
wilayah dan perkembangan dan pembangunan wilayah tersebut akan
terarah pada pemanfaatan pembangunan sarana dan prasarana dasar
tersebut (Asghara, 2007).
Dalam mengembangkan prasarana air bersih suatu wilayah, faktor
utama yang perlu diperhatikan adalah perubahan wilayah tersebut akibat
perkembangan penduduk, dinamika alam dan perkembangan sosial
ekonominya. Menurut Pedoman SPM bidang Penataan Ruang,
Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum dalam KepMen
Permukiman dan Prasarana Wilayah No.534/KPTS/M/2001, dinyatakan
bahwa sebagai utilitas umum, bidang pelayanan air bersih memiliki
indikator yaitu penduduk terlayani, tingkat debit pelayanan/orang dan
tingkat kualitas air minum. Kualitas standar pelayanan mencakup 55 75%
penduduk terlayani dengan tingkat pelayanan; 60 220 liter/orang/hari,
untuk permukiman di kawasan perkotaan, 30 50 liter/orang/hari, untuk
lingkungan perumahan dan memenuhi standar air bersih.
Perencanaan penyediaan air bersih meliputi 4 aspek sebagai
dasar pertimbangan (Selintung, 2011), yaitu: aspek teknis, aspek sosial
budaya. aspek ekonomi/finansial dan aspek kelembagaan.
5. Aspek Teknis
Pemilihan sumber air untuk mendapatkan kepastian ketersediaan
air dengan kualitas dan kuantitas tertentu, lokasi dan sistem pengaliran air
yang akan digunakan, sistem pengaliran, serta sistem pengolahan air
yang dibutuhkan terkait erat dengan kondisi fisik wilayah pelayanan.
Variabel terkait kondisi fisik wilayah pelayanan aspek teknis
diambil dari Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum, yang menyatakan bahwa data dan peta gambaran umum hidrologi
(sumber air, topografi, klimatografi, fisiografi dan geologi) data curah hujan
dan tangkapan air termasuk sebagai kriteria dasar
perencanaan/penyusunan evaluasi kondisi kota/kawasan (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum, No.18/PRT/M/2007).
Air tanah termasuk dalam kriteria hidrologi yang berpotensi
terkena dampak pengembangan prasarana air bersih (Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup, No. 4/2000). Syarat pengkajian pelayanan dan potensi
air tanah untuk permukiman ditentukan dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum, No.18/PRT/M/2007. Dalam penelitian ini data yang
dapat diperoleh hanya gambaran umum sumber air (air tanah dalam
sumur), topografi dan curah hujan.
Pengembangan prasarana air bersih juga tidak terlepas dari
komponen lingkungan atau struktur ekosistem yang potensial terkena
dampak proyek di mana tanah menjadi salah satu kriteria mencakup
topologi, sifat fisik dan kimia tanah (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup,
No. 4/2000). Dalam penelitian ini komponen tanah dirangkum menjadi
satu dalam jenisnya, yang mencakup daya dukung terhadap air baku.
Kualitas air merupakan komponen fisik-kimia yang berpotensi
terkena dampak regional (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup, No.
4/2000) dan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan,
No.907/MENKES/SK/VII/2002. Sedangkan kuantitas air adalah variabel
yang berhubungan dengan demografi saat ini dan 10 tahun terakhir,
penyebaran penduduk dan kepadatan (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum, No.18/PRT/M/2007).
Tata letak sistem pengolahan dan distribusi adalah variabel yang
termasuk dalam evaluasi sistem eksisting serta menjadi bagian dalam
identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum, No.18/PRT/M/2007), demikian juga sistem
pelayanan. Sedangkan teknologi dan material/bahan bangunan termasuk
pengembangan alternatif dalam pengembangan prasarana air bersih air
minum (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, No.18/PRT/M/2007).
a. Curah hujan dan topografi
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh di permukaan
tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi
(mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan
infiltrasi. Air hujan adalah air yang berasal dari proses kondensasi uap air
di alam menjadi tetes-tetes air yang jatuh ke bumi. Pada proses terjadinya
hujan, uap air tercampur dan melarutkan gas-gas Oksigen, Nitrogen,
Karbondioksida, debu dan senyawa lain. Air hujan air lunak, batas nilai pH
rata-rata 5,5, bila pH<5,6 bersifat asam dan >5,6 bersifat basa.
Keuntungan air hujan adalah banyak tersedia di wilayah yang
mempunyai curah hujan tinggi, mudah diperoleh dan dikumpulkan.
Kerugiannya; kandungan mineral rendah, perlu wadah penampung untuk
mengumpulkan dan sangat tergantung musim, banyak di musim hujan
dan tidak ada pada musim kemarau.
Penampung Air Hujan (PAH) adalah wadah yang disiapkan untuk
penampungan air hujan yang akan digunakan untuk kebutuhan air bersih.
PAH dipilih untuk daerah-daerah kritis, sulit mendapatkan air baku tetapi
memiliki curah hujan minimal 1.300 mm pertahun (Lampiran 3.a Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum, No. 39/PRT/M/2006). Volume PAH disesuaikan
dengan kebutuhan dan tergantung dari panjangnya musim kemarau.
Bangunan PAH dapat berupa talang air dipasang sepanjang bibir atap
yang kemudian ditampung dalam bak plastik/fiber atau beton.
Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan dalam
pengertian yang lebih luas, juga mengenai vegetasi dan pengaruh
manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal. Lokasi atau
topografi sumber air baku serta wilayah yang berbukit-bukit dapat
mempengaruhi pemilihan sistem pengaliran air bersih. Lokasi atau posisi
juga menunjukkan kondisi iklim, dan menggambarkan kondisi curah hujan.
b. Sumber air baku
Sumber air baku sangat berperan penting dalam pemberian
pelayanan air bersih kepada masyarakat. Sumber air tanah tak dapat
dilepaskan dengan struktur tanah dan batuan yang terkandung di dalam
bumi (geologi). Gerakan aliran air dalam tanah dikenal dengan hidrolika
dalam media porous, karena air tanah mengalir di antara atau sela-sela
butiran tanah yang sekaligus sebagai media (Kodoatie, 1996).
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu
sumber daya air yang keberadaannya terbatas. Keberadaan air tanah
tergantung pada lingkungan vegetasi di sekitar lokasi yang mempengaruhi
adanya tampungan air dalam tanah. Kualitas air umumnya baik, tidak
membutuhkan banyak pengolahan. Pengambilan bisa dilakukan di daerah
pelayanan. Namun sumber air berada di bawah permukaan tanah, pada
daerah tertentu kandungan besi (Fe) dan mangan (Mg) tinggi. Debit
misalnya bahan organik, plankton, lempung, lanau dan benda mikroskopik
lainnya, dan alat pengukurnya adalah fotometrik dengan satuan
kekeruhan NTU), warna (disebabkan oleh larutan bahan organik atau
anorganik tertentu), bau, rasa, temperatur dan busa.
Sedangkan untuk pemeriksaan kimia, sifat air yang melarutkan
unsur-unsur yang melaluinya menyebabkan air yang melalui tanah dan
batuan membawa serta mineral dari yang dilaluinya. Itulah sebabnya air
tanah pada umumnya mengandung unsur-unsur mineral yang lebih
banyak dibanding air permukaan.
Beberapa karakteristik kimia dalam air yang perlu diperiksa
antaranya; pH, jumlah zat padat, bahan organik, alkalinitas, chloride,
korosifitas, florida, besi, mangan, kalsium, nitrat dan sebagainya.
Melindungi sumber air permukaan dan air tanah dari pencemaran
haruslah selalu menjadi prioritas.
Peran air sangat penting dalam mendukung kehidupan manusia
sehingga air yang tercemar berpotensi besar dalam transmisi berbagai
macam penyakit. Melalui air dan makanan, penyakit dapat menular
sehingga media ini perlu perhatian dalam pengelolaannya. Pengelolaan
air erat hubungannya dengan teknik lingkungan dan sanitasi. Penyakit
melalui air termasuk penyakit pencernaan karena penyakit ini mengenai
saluran pencernaan manusia (Selintung, 2011).
Di negara yang sedang berkembang masalah penyediaan air
bersih dan penanganan air limbah masih kurang, sehingga masih banyak
penyakit yang berhubungan dengan air. Masih banyak masyarakat yang
hidup tanpa air yang aman (safe water). Patogen (agen penyakit berupa
mikroba) akan dikeluarkan melalui tinja. Jika patogen ini masuk dalam air
atau melalui makanan penyakit terkena pada seseorang maka siklus
penyakit dapat berlanjut, dan dapat menjadi suatu epidemik. Penyakit
yang menyerang manusia dapat secara langsung maupun tidak langsung
ditularkan dan disebarkan melalui air.
Mekanisme penularan penyakit yang berhubungan dengan air
dapat digolongkan menjadi empat, yaitu: waterborne mechanism (patogen
yang ada dalam air dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan
melalui sistem pencernaan), waterwashed mechanism (penularan
penyakit dikaitkan dengan kebersihan umum dan perseorangan.
Penularan dapat melalui alat pencernaan, melalui kulit dan mata, serta
melalui binatang pengerat), water-based mechanism, (penularan penyakit
melalui agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya dalam
air), water-related insect vector mechanism (agen penyakit melalui gigitan
serangga yang berkembang biak dalam air).
Air merupakan unsur penting dalam kehidupan. Sekitar 80% dari
tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang manusia pun yang dapat
bertahan hidup tanpa air minum selama 4 5 hari. Selain dari air untuk
minum, air juga digunakan untuk memasak, membersihkan tubuh,
mencuci, dan membersihkan rumah. Kebutuhan umum yang lain ialah
untuk pertanian, perikanan, transportasi, pembangkit energi, industri,
rekreasi dan lain sebagainya. Manusia juga akan terkena dehidrasi atau
terserang penyakit bila kekurangan cairan dalam tubuhnya.
Pada kondisi normal tubuh manusia memerlukan antara 3 10 liter
air per hari, tergantung cuaca dan aktifitas yang dilakukannya, sebagian
dari jumlah air ini didapat dari makanan. Kebutuhan air penduduk
tergantung dari cuaca, standar hidup, ketersediaan dan metode distribusi
air. Untuk memperoleh estimasi kebutuhan air dalam suatu wilayah, lebih
mudah untuk mensurvey jumlah rumah tangga daripada harus melakukan
sensus dari rumah ke rumah.
Penggunaan air domestik (rumah tangga) dapat dihitung dengan
mengasumsikan rata-rata jumlah anggota keluarga dalam suatu rumah
tangga. Adanya sekolah, tempat peribadatan, rumah sakit dan fasilitas
umum lainnya juga harus dihitung penggunaan airnya.
Agar sarana dan prasarana air bersih suatu wilayah dapat melayani
penduduk yang semakin berkembang, maka perlu dilakukan perhitungan
antara tingkat kebutuhan masyarakat dengan tingkat ketersediaan sarana
dan prasarana sesuai dengan jumlah penduduk yang ada.
Secara garis besar, kebutuhan air bersih dapat digolongkan pada:
(1). Kebutuhan air domestik; dihitung berdasarkan perkiraan jumlah
penduduk dan proyeksi pertambahan jumlah penduduk. Perkiraan jumlah
penduduk yang akan dilayani dalam perencanaan air bersih/minum
disesuaikan dengan tenggang waktu yang akan ditetapkan, mengingat
pada jangka waktu tertentu kebutuhan akan berubah dan dengan
demikian keseluruhan sistem juga akan berubah akibat pertumbuhan
penduduk. Secara umum kebutuhan air perorang disesuaikan dengan
standar yang digunakan dan kriteria pelayanan berdasarkan kategori
besar kotanya.
Tabel 1. Kebutuhan Air Bersih Domestik
Uraian
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah penduduk ( x 1000 Jiwa )
> 1.000 500 -1.000 100 -500 10 - 100 3 – 10
Metro Besar Sedang Kecil Desa
Konsumsi unit SR (Lt/org/hr) 190 170 150 130 30 Konsumsi unit HU (Lt/org/hr) 30 30 30 30 30 Konsumsi Unit Non-Domestik (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30 Kehilangan air sistem baru(%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30 Kehilangan air sistem Lama (%) 30-40 30-40 30-40 30-40 30-40
liter. Untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) umumnya mencari air
sendiri ke sumur-sumur gali terdekat.
Gambar 14. Aktifitas masyarakat mengambil air bersih
j. Teknologi dan material/bahan bangunan
Selain teknologi tenaga surya untuk energi, untuk distribusi air bersih
dari PDAM masih menggunakan pompa untuk mengalirkan air.
Gambar 15. Mesin pompa di IPA PDAM Tirta Dharma
Instalasi pengolahan memanfaatkan mesin pompa berbahan bakar
minyak (BBM) yang sering terhenti dalam beberapa waktu akibat kondisi
listrik PLN yang juga masih bergantung dengan bahan bakar minyak. BBM di
Pulau Kisar langka dan mahal. Saat penelitian dilakukan, harga perbotol air
mineral ukuran 1.000 ml bensin adalah Rp. 30.000,00.
Energi listrik berbahan bakar minyak di pulau Kisar masih terbatas
karena tergantung mesin pembangkit listrik milik PLN. Di Desa Oirata Barat
tampak beberapa rumah telah menggunakan panel surya sebagai sumber
energi listrik, dan di dekat sumur di Desa Purpura terpasang panel surya
untuk mengalirkan air dari sumur yang berada di kaki bukit ke tempat
penampungan di atas bukit. Panel surya yang berdimensi 2 x 3 m terletak
yang di Purpura mampu memompa air melalui pipa dari sumber air sumur
gali di kaki bukit (18 - 40 m dpl) menuju bak penampungan di atas bukit
(50 63 m dpl). Sementara itu, di beberapa rumah di Oirata Barat juga terlihat
menggunakan panel surya sebagai sumber energi listrik keluarga.
Gambar 16. Panel surya dan tangki air di Purpura serta rumah bertenaga
surya di Oirata Barat
Selain panel surya, terdapat 4 (empat) embung yang kondisinya
sudah kritis. Embung terletak di Desa Oirata Timur, Dusun Yawuru, Dusun
Wakleken dan Dusun Keitaru. Tiga dari keempat embung tersebut telah tidak
berfungsi dan kosong, hanya embung di Keitaru yang masih berfungsi tapi
airnya semakin menyusut. Kerusakan embung terindikasi karena semakin
menyusutnya curah hujan akibat anomali cuaca, kebocoran konstruksi atau
tingkat penguapan yang tinggi .
Gambar 17. Kondisi embung di Dusun Keitaru dan Dusun Wakleken (Desa Wonreli)
k. Sistem pelayanan pelanggan
Di Pulau Kisar sistem pelayanan meliputi sistem perpipaan dari
PDAM yang melayani Sambungan Rumah (SR) sebanyak 134 pelanggan,
khusus penduduk Desa Wonreli (Data PDAM Tirta Dharma cabang Wonreli,
2012) dan sistem non perpipaan dari PDAM (15 KU di Desa Wonreli) dan 8
desa lainnya dibuatkan 82 SGL dan ada 1.146 PAH yang tersebar (Dinas
Kesehatan Wonreli, 2012), yang diantaranya banyak merupakan inisiatif
warga sendiri dan terletak di rumah-rumah penduduk .
Pelayanan PDAM belum sepenuhnya memanfaatkan sistem
pengukuran debit air terpakai melalui meteran air. Masalah terjadinya
kehilangan Air Berekening (AR) pada konsumsi resmi berekening tak
bermeter ini sering menimbulkan masalah dalam penagihan iuran rekening
air minum dengan pelanggan.
9. Aspek Sosial Budaya
a. Kondisi kependudukan
Berdasarkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Maluku Barat Daya pada bulan April 2012, Pulau Kisar memiliki jumlah
penduduk 16.055 jiwa yang terdiri dari 8.130 orang laki-laki dan 7.925 orang
perempuan. Jumlah rumahtangga (Kepala Keluarga/KK) adalah 3.084,
sehingga rata-rata jumlah anggota keluarga pada tahun 2012 adalah 5 orang.
Jika dibandingkan data dari BPS tahun 2010, yaitu jumlah penduduk
Pulau Kisar sejumlah 14.015 jiwa dengan data Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil tahun 2012 yang berjumlah 16.055 jiwa, maka rasio
peningkatan penduduk adalah sebesar 87,29% dalam kurun waktu 2 tahun.
Tabel 8. Kondisi Demografi Pulau Kisar tahun 2012
D e s a
Jumlah rumah tangga (KK)
Laki-laki Perempuan Jumlah Seks ratio
Lekloor 214 792 669 1.461 118,39
Oirata Barat 161 344 307 651 112,05
Oirata Timur 257 515 528 1.043 97,54
Abusur 177 456 440 896 103,64
Kota Lama 192 497 508 1.005 97,83
Wonreli 1.458 3.739 3.749 7.488 99,73
Nomaha 137 356 343 699 103,79
Purpura 92 215 249 464 86,35
Lebelau 396 1.216 1.132 2.348 107,42
Total 3.084 8.130 7.925 16.055
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Maluku Barat Daya, 2012
Wilayah administrasi di Pulau Kisar tersebar tidak merata disebabkan
pola permukiman tersebar. Persebaran penduduk yang mengikuti pola jalan
ini mengakibatkan nama desa tidak teratur. Penduduk dari daerah asal yang
berpindah ke daerah lain karena pernikahan maupun peningkatan
penghasilan (karena perpindahan ladang) tidak mengubah identitas daerah
mereka seperti nama wilayah asal. Kebiasaan ini terdapat pada penduduk
Desa Wonreli dan penduduk Desa Lekloor.
Budaya masyarakat Kisar adalah patriarkhi, dimana kaum lelaki yang
berpergian mencari nafkah, sementara kaum wanita tinggal di rumah
mengurus keluarga dan menanam tanaman di pekarangan rumah untuk
ketahanan pangan keluarga dan ternak (Sahusilawane, 2012).
b. Kebiasaan penduduk
Untuk memenuhi kebutuhannya akan air bersih, masyarakat membeli
air pada penjual air selain menampung air hujan. Alasan beberapa warga
yang tidak ingin mendaftar sebagai pelanggan PDAM adalah karena biaya
penyambungan yang cukup mahal, kualitas air tidak baik, ataupun kontinuitas
air yang tidak lancar.
Di Pulau Kisar banyak terdapat Sumur Gali. Masyarakat Pulau Kisar
memiliki kebiasaan berkumpul sambil mencuci bersama di lokasi-lokasi
sumur atau sekedar bertemu kenalan dan mengambil air sumur. Sumur-
sumur di Pulau Kisar umumnya dibuat tanpa tutup pengaman dan pada salah
satu sumur di Desa Wonreli yang terlihat berjarak sangat dekat dengan
septiktank komunal seperti yang tampak dalam Gambar 18 ini.
a.
Gambar 18. Sumur komunal untuk keperluan air bersih di Desa Wonreli
Dilihat dari sisi kualitas, satu-satunya sumber pencemaran air tanah
adalah kebiasaan penduduk yang melakukan aktivitas mandi dan cuci di
sekitar sumur, serta membuang sampah di sembarang tempat. Sampah
plastik, kemasan sabun deterjen atau makanan kecil yang biasa dikonsumsi
anak-anak terlihat bertebaran di beberapa lokasi sumur. Kebiasan
membuang sampah sembarang tempat ini dilakukan mulai dari kaum manula
hinga anak kecil seusia SD. Drainase pembuangan air limbah domestik juga
belum merata di bangun di Pulau Kisar, dan di beberapa tempat kondisinya
sudah tidak layak.
Bak septiktank
yang menempel
pada konstruksi
beton sumur
WC darurat
Gambar 19. Sampah disekitar lokasi sumur
c. Sarana kesehatan lingkungan
Sarana Air Bersih (SAB) yang telah terbangun di Pulau Kisar adalah:
sistem non perpipaan, meliputi; Sumur Gali (SGL = 82 unit), dan
Penampungan Air Hujan (PAH = 1.146 unit) dan sistem perpipaan dari PDAM
Cabang Wonreli yang meliputi SambunganRumah (40 SR) dan Keran Umum
(15 KU). Sistem perpipaan hingga saat ini masih melayani Desa Wonreli.
Penampungan Air Hujan dibuat dalam bak-bak penampung yang umumnya
terletak di pekarangan rumah warga. Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL)
belum diinspeksi,demikian pula dengan tempat sampah.
Tabel 9. Sarana Kesehatan Lingkungan
D e s a jumlah
KK penduduk
jumlah rumah jumlah SAB
permanen semi
permanen darurat
perpipaan SGL PAH
SR KU
Lekloor 231 1.310 121 60 21
6 80
Oirata Barat 127 553 93 - 10
5 93
Oirata Timur 258 1.024 183 - 62
8 183
Abusur 158 787 121 31 -
3 91
Kota Lama 176 786 118 14 16
5 40
Wonreli 1.255 6,687 941 251 63 40 15 30 502
Nomaha 137 689 60 27 48
7 7
Purpura 86 442 34 30 22
10 30
Lebelau 374 2.157 341 37 19
8 120
Total 2.802 14.435 2.012 450 261 40 15 82 1.146
Sumber: Dinas Kesehatan Wonreli, 2011
d. Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial
Fasilitas Umum (Fasum) yang dimaksud disini adalah Tempat-
Tempat Umum (TTU) yang terdapat di Pulau Kisar seperti hotel, pasar, salon,
masjid, gereja, sekolah dan rumah kost. Sedangkan Fasilitas Sosial (Fasos)
yang dimaksud adalah Tempat Penyediaan Makanan (TPM) yang meliputi;
depot air isi ulang, rumah makan, pedagang kaki lima, pedagang keliling dan
pabrik sederhana.
Tabel 10. Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial (TTU dan TPM)
D e s a Tempat-tempat Umum Tempat Pengelola Makanan/Minuman
hotel pasar salon masjid gereja sekolah rumah kost
depot isi ulang
rumah makan
pedagang kaki lima
pedagang keliling
pabrik sederhana
Lekloor
1 2
Oirata Barat
3 3
1
Oirata Timur
2 2
1
Abusur
1
1 4
1
Kota Lama
1 1 - - 4
2 2
Wonreli 4 1 6
4 18 13 3 10 4 5 1
Nomaha
3 3
Purpura
1 1
Lebelau
3 3
Total 4 1 8 1 18 36 17 3 14 6 5 2
Sumber: Dinas Kesehatan Wonreli, 2011
10. Aspek Ekonomi dan Keuangan
a. Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk
Mata pencaharian pokok penduduk Pulau Kisar adalah petani,
PNS/TNI/Polri, peternak, wiraswasta (usaha perdagangan, jasa katering, dan
lainnya). Sejak pemekaran wilayah pada tahun 2008, peningkatan
kesejahteraan masyarakat sangat signifikan hanya dalam waktu 2 (dua)
tahun, yaitu keluarga prasejahtera tahun 2008 berjumlah sekitar 1.510 KK
mengalami penurunan sebesar 53% di tahun 2010, sedangkan keluarga
sejahtera III tahun 2008 sebanyak sekitar 187 KK meningkat 78,31% di tahun
2010 menjadi ± 862 KK. Keluarga sejahtera III+ yang pada tahun 2008
sebanyak 68 KK meningkat pada tahun tahun 2010 sebesar 91,20% (BPS,
2011).
Dari data di atas dapat terlihat bahwa secara finansial, masyarakat
Kecamatan PP Terselatan pada umumnya dan Pulau Kisar pada khususnya,
utamanya kalangan menengah ke atas, mampu meningkatkan Pendapatan
Daerah Regional Bruto (PDRB). Hanya keterbatasan sarana dan prasarana
yang memadai menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat kelas
menengah ke atas membelanjakan dananya ke luar Pulau Kisar untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
Gambar 20. Tingkat kesejahteraan masyarakat Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan sejak pemekaran pada tahun 2008 (Sumber: PP Terselatan
Dalam Angka, 2011)
Sejak tahun 2008 pula perkembangan fisik Pulau Kisar meningkat
drastis dengan tumbuhnya pusat-pusat keramaian dan perekonomian baru di
Desa Wonreli dan Kota Lama yang hingga saat ini masih menjadi Pusat
Kegiatan Pemerintahan dan Perekonomian Kabupaten Maluku Barat Daya.
Hingga saat ini produk olahan dari jeruk Kisar selain sebagai buah
yang langsung dikonsumsi adalah selai jeruk tapi masih berskala individual
tergantung kreatifitas masing-masing anggota keluarga. Umumnya teknis
budidaya budidaya tanaman jeruk Kisar oleh petani adalah masih secara
tradisional yaitu dengan menggunakan biji. Biji tidak disemai lagi akan tetapi
setelah selesai makan daging buahnya kemudian biji dibuang diatas tanah,
baik disekitar rumah maupun pada kebun. Biji tersebut akan tumbuh secara
alami. Kemudian dibiarkan tumbuh sampai berproduksi, tanpa adanya
perlakuan khusus.
b. Ketersediaan infrastuktur
Logistik di Pulau Kisar masih terkendala masalah infrastruktur
transportasi yang terbatas hingga menjadikan pulau ini seolah terisolasi.
Infrastruktur transportasi, bandar udara yang tersedia adalah Bandar udara
perintis untuk pesawat terbang jenis Casa 212 berkapasitas 18 penumpang
dengan maksimal bagasi adalah 10 kg per-penumpang. Pesawat lainnya
adalah milik maskapai Susi Air yang disewa oleh Perusahaan Pertambangan
yang terletak di Pulau Wetar. Susi Air berkapasitas 4 orang, tapi tidak
melayani penerbangan komersial. Untuk harga tiket pesawat Merpati
Nusantara Airlines, berkisar antara Rp. 1.200.000,00 Rp. 1.500.000,00,
sedangkan tiket subsidi pemerintah untuk masyarakat adalah Rp.
300.000,00 Rp. 600.000,00. Jadwal pesawat tidak menentu, tergantung
ketersediaan bahan bakar Avtur yang tersedia di Pulau Kisar.
Untuk pelabuhan kapal dapat memuat kapal Pelni dan kapal barang,
namun karena gelombang di Laut Banda sering tinggi utamanya pada bulan-
bulan Januari Maret, Mei Juli dan Oktober November, maka jadwal kapal
tidak menentu. Untuk infrastruktur telekomunikasi dan komunikasi, selain
memakai internet satelit, menara BTS penyedia jasa layanan Telekomunikasi
yang baru tersedia hanya milik PT. Telkomsel. Warga sering kesulitan
berkomunikasi menggunakan telepon genggam, namun jika sambungan
panggilan dilakukan oleh warga di dalam Pulau Kisar komunikasi cukup
lancar. Di beberapa tempat yang terletak di kaki lembah sinyal jaringan
telepon sulit diperoleh. Keterbatasan sarana dan prasarana penunjang lain
seperti komunikasi, telekomunikasi, automatic machine teller (ATM) juga
menjadi penyebab keterbatasan logistik di Pulau Kisar.
c. Kesediaan membayar (WTP) dan kemampuan membayar (ATP)
Dari Survey Kebutuhan Nyata diperoleh bahwa keinginan responden
yang mewakili masyarakat di Pulau Kisar untuk memperoleh layanan
perpipaan dari PDAM dan kesediaan membayar iuran bulanan cukup besar.
Sekitar 80% dari responden bersedia dan ingin memperoleh layanan PDAM,
sisanya (20%) tidak bersedia. Sebagian besar ketidak-sediaan lebih
disebabkan oleh rasa tidak puas dan apatis karena; (a). biaya
penyambungan maupun iuran dianggap terlalu mahal, (b). kualitas air tidak
baik, (c). air sering mati dan tidak selalu tersedia, maupun ketiganya (a-c).
Walaupun sekitar 17,72 % responden menyatakan tidak bersedia
mendapatkan layanan PDAM, namun jika memang layanan telah tersedia,
maka sebagian besar responden tetap memilih mendapatkan Sambungan
Rumah (SR) di setiap keluarga (74,68 %). Sekitar 12,03 % memilih
Keran/Hidran Umum (KU/HU), 5,06 % memilih Sambungan Halaman (SH),
6,33 % memilih Terminal Air (TA), sedangkan sekitar 1,90 % memilih lain-
lain. Maksud dari lain-lain ini adalah responden merasa masih nyaman
mengambil sendiri dari sumur gali yang telah tersedia, ataupun membeli dari
penjual air.
Tabel 11. Kesediaan mendapatkan layanan perpipaan dari PDAM Kesediaan mendapatkan sambungan rumah dari PDAM dan membayar biaya sambungan dan iuran bulanan
Wilayah Sampel jumlah
(1) Wonreli (2) Lekloor (3) Kota Lama (4) Oirata B (5) Abusur (6) Oirata T (7) Purpura (8) Lebelau (9) Nomaha
Di Desa Lekloor yang banyak ditumbuhi pohon sagu, umumnya
responden cukup puas dengan kemudahan dan ketersediaan air pada
sumber air yang telah ada, walaupun desa mereka belum dilayani oleh
sistem perpipaan PDAM. Ada 10 orang (90,91%) menyatakan puas dan
mudah memperoleh air bersih, dan 1 orang (9,09%) menyatakan belum
puas tanpa menyertakan alasan ketidakpuasannya.
Di Desa Kota Lama responden yang menyatakan sudah puas dan
mudah memperoleh air bersih dari sumber air eksisting adalah 3 orang
(30,00%) dan 1 orang (10,00%) yang menyatakan sudah puas tapi sulit
untuk memperoleh. Sisanya ada 6 orang (60,00%) yang belum puas
dengan alasan masih bergantung pada penjual air (1 orang), tidak
higienis (3 orang) dan jauh (1 orang).
Di Desa Oirata Barat, dari 8 responden ada 2 orang (25,00%) yang
menyatakan sudah puas dan mudah memperoleh air bersih dari sumber
air eksisting, 3 orang (37,50%) menyatakan sudah puas tapi sulit
memperoleh, dan 3 orang (37,50%) yang menyatakan belum puas
dengan alasan debit air di sumber air bersih selama ini dapat berkurang
karena air yang surut di musim kemarau, tidak ekonomis, alasan tidak
disertakan (masing-masing 1 orang) sehingga tidak mencukupi
kebutuhannya.
Di Desa Abusur yang tidak terdapat sumur gali ada 4 orang (44,44%)
yang menyatakan sudah puas dan muda memperoleh air bersih, 2 orang
(22,22%) yang sudah puas tapi sulit memperolehnya dan 3 orang
(33,33%) yang belum puas dengan alasan tidak ekonomis (2 orang)
sementara 1 orang tidak mengemukakan alasan ketidakpuasannya.
Di Desa Oirata Timur sekitar 6 orang (46,15%) menyatakan sudah
puas tapi masih sulit memperoleh air bersih, dan 2 orang (15,38%) belum
puas dengan alasan kering saat musim kemarau dan tidak ekonomis.
Persentasi Desa Nomaha yaitu 42,86% (3 orang) responden menyatakan
sudah puas tapi masih sulit memperoleh air bersih, dan 25,87% (2 orang)
menyatakan belum puas dengan sumber air bersih eksisting yang jauh
dari rumah (1 orang) dan 1 orang lagi tidak menyatakan alasannya belum
puas dengan sumber air bersih yang dipakai.
Di Desa Purpura, dari 5 orang responden; 2 orang (40,00%)
menyatakan sudah puas dan mudah memperoleh sumber air, 1 orang
(20,00%) yang sudah puas tapi masih sulit memperoleh dan 2 orang
(40,00%) yang belum puas. Satu orang yang menyatakan belum puas
dilatarbelakangi alasan bahwa sumber air eksisting tidak efisien karena
boros air, waktu dan tenaga (tidak ekonomis) untuk menjangkau atau
mendapatkan air bersih sedangkan 1 orang lagi tidak menyertakan
alasan belum puasnya terhadap air bersih yang dipakai.
Di Desa Lebelau, 10 orang responden (50,00%) menyatakan
kepuasan dan kemudahan memperoleh air bersih, 7 orang (35,00%)
menyatakan sudah puas tapi masih sulit untuk memperoleh air bersih,
dan 3 orang (15,00%) belum puas karena air bersih yang ada dirasa tidak
higienis (1 orang) dan 2 orang responden tidak menyertakan alasan
ketidakpuasan terhadap sumber air yang dipakai.
Total keseluruhan adalah 57 orang (36,08%) responden mengaku
sudah puas dengan sumber air bersih yang telah ada tapi masih merasa
sulit untuk memperolehnya, sisanya, yang sudah puas sekitar 53 orang
(33,54%) sedangkan yang belum puas adalah 48 orang (30,38%).
Mayoritas alasan belum puas adalah karena sumber air yang dipakai saat
ini menyusut drastis hingga kadang kering saat musim kemarau (13
orang dari 48 responden belum puas atau sekitar 27,08%).
G. Analisis Strategi Pengembangan Prasarana Air Bersih
Aspek teknis, aspek sosial ekonomi dan keuangan, aspek
kelembagaan dan aspek sosial budaya berperan penting dalam menentukan
strategi pengembangan prasarana air bersih di Pulau Kisar. Untuk
mengetahui secara lebih jelas apakah indikator dari aspek-aspek tersebut
merupakan suatu kekuatan, kelemahan, peluang atau ancaman dalam
pengembangan kapasitas pelayanan air bersih masyarakat Pulau Kisar,
dapat dilihat pada tabel 26 berikut.
Tabel 26. Analisa SWOT
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Analisis Aspek Teknis
Kondisi alam dan topografi
Curah hujan tahunan sekitar 900-1.000 mm pertahun
Data curah hujan termasuk sebagai kriteria dasar perencanaan/penyusunan evaluasi kondisi kota/kawasan dalam pengembangan penyediaan air bersih. Dari data curah hujan dapat diketahui potensi air tanah. (PermenPU No.18/PRT/M/2007). Untuk Penampungan Air Hujan yang memadai minimal curah hujan adalah 1.300 mm pertahun. Air hujan memiliki kandungan mineral yang rendah.
W
Kondisi alam dan topografi
Kondisi topografi Pulau Kisar yang berbukit-bukit dan berbatu karang
Data topografi memberi gambaran umum hidrologi sebagai kriteria dasar perencanaan/penyusunan evaluasi kondisi/kawasan dalam pengembangan penyediaan air bersih. Kondisi topografi menentukan bentuk jaringan pipa distribusi atau sistem distribusi (PermenPU no. 18/PRT/M/2007)
W
Sumber air baku
Air tanah dalam sumur-sumur gali dan air hujan.
Kualitas air umumnya baik tidak membutuhkan banyak pengolahan, namun sumber air yang berada pada daerah tertentu memiliki kandungan besi (Fe) dan Mangan (Mg) yang tinggi. Air tanah termasuk dalam kriteria hidrologi yang berpotensi terkena dampak pengembangan prasarana air bersih (KepMen LH No. 4/2000). Syarat pengkajian pelayanan dan potensi air tanah untuk permukiman ditentukan dalam PerMenPU No.18/PRT/M/2007
S
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Sumber Air Bersih untuk Minum
Sumber air bersih untuk minum paling banyak diperoleh dari sumur gali (56,33%), dan dari pembelian air bersih (lain-lain, 21,52%). Bahkan di Desa Abusur, tingkat sumber air untuk minum dari pembelian air (88,89%) melampaui sumber air untuk minum dari sumur (11,11%). Ini disebabkan letak permukiman di Desa Abusur rata-rata berada di ketinggian, dan tidak ada sumur gali yang dibangun disitu. Di Desa Lebelau yang juga terletak di ketinggian, terlihat pemanfaatan air hujan cukup besar sebagai sumber air minum (55%), dibandingkan sumur sebagai sumber air minum (45%). Sementara penerima manfaat layanan PDAM hanya berasal dari Desa Wonreli, itupun hanya 26,67% (20 orang) saja dari total responden 75 orang.
Pelayanan air bersih kepada masyarakat harus dapat memenuhi kebutuhan minimal air bersih suatu rumah tangga dengan tingkat konsumsi yang cukup (30 - 50 liter/orang/hari) untuk kebutuhan air bersih sehari-hari baik untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya (UU No.16/2005)
S
Sumber Air Bersih untuk Mandi dan Cuci
Sumur masih menjadi sumber air terbesar untuk keperluan mandi dan cuci (55,06%) diikuti pemanfaatan air hujan (22,78%). Di Desa Lebelau bahkan pemanfaatan air hujan (60%) untuk keperluan mandi dan cuci lebih besar dibanding pemanfaatan air sumur (40%).
Pelayanan air bersih kepada masyarakat harus dapat memenuhi kebutuhan minimal air bersih suatu rumah tangga dengan tingkat konsumsi yang cukup (30 - 50 liter/orang/hari) untuk kebutuhan air bersih sehari-hari baik untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya (UU No.16/2005)
S
Sumber Air Bersih untuk Masak
Sumur masih menjadi sumber air bersih untuk masak rata-rata keluarga di Pulau Kisar yang diwakili oleh jawaban responden. Peringkat pertama adalah sumur (51,90%), kedua adalah lain-lain (misalnya membeli air di penjual) sebesar 28,48%, kemudian PDAM yang tentunya hanya dirasakan oleh penduduk Desa Wonreli (11,39%), sedangkan sisanya adalah pemanfaatan air hujan sebesar 8,23% untuk keperluan masak.
Pelayanan air bersih kepada masyarakat harus dapat memenuhi kebutuhan minimal air bersih suatu rumah tangga dengan tingkat konsumsi yang cukup (30 - 50 liter/orang/hari) untuk kebutuhan air bersih sehari-hari baik untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya (UU No.16/2005)
S
Jenis tanah
Secara fisik, tanah di Pulau Kisar terlihat berkarang dan berpori, umumnya jenis batuannya adalah dari batu kapur dan gamping.
Tanah menjadi salah satu kriteria mencakup topologi, sifat fisik dan kimia tanah. Potensi air tanah dapat diketahui dari jenis tanah (KepMen LH No. 4/2000).
O
Jenis tanah
Di Pulau Kisar, pohon sagu tumbuh subur di beberapa kawasan seperti Lekloor, Purpura dan Nomaha. Komoditi paling terkenal adalah jeruk Kisar.
Keberadaan air tanah tergantung pada lingkungan vegetasi di sekitar lokasi yang mempengaruhi adanya tampungan air dalam tanah (PerMenPU No.18/PRT/M/2007)
Sumber air baku yang ada mempunyai potensi yang berlimpah, terbukti dari sumur yang jarang kering bahkan pada musim kemarau, dan hanya menyusut sekitar 2-10 meter dari kedalaman rata-rata sumur yaitu 20 - 80 m.
Syarat pengkajian pelayanan dan potensi air tanah untuk permukiman ditentukan dalam PerMenPU No.18/PRT/M/2007
S
Tingkat Pemakaian Air Harian Responden
Pemakaian air harian dibagi rata untuk total lingkup responden dan keluarganya diperoleh 47,95 liter/orang/hari.
Kebutuhan air setiap orang untuk permukiman adalah 30 - 50 liter/orang/hari (Pedoman Standar Pelayanan Minimal Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001)
S
Kualitas air
Total sumur gali (SGL) yang telah diinspeksi pada tahun 2010 oleh Puskesmas Wonreli adalah 106 sumur dengan kondisi 9,43 % rusak, 9,43% resiko pencemarannya amat tinggi, 36,79% resiko pencemaran tinggi, 24,53% resiko pencemaran sedang dan 19,81% resiko pencemaran rendah sehingga layak untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Pada salah satu sumur di Desa Wonreli (Dusun Mesiapi ) kadar nitrat lebih tinggi dari batas maksimum yang diperbolehkan. Pada lokasi sumur yang sama pula kadar pH dinyatakan lebih rendah dari batas minimum. Ini menunjukkan bahwa pH air tersebut bersifat asam. Di Desa Kota Lama kadar Besi dinyatakan sedikit lebih tinggi dari batas maksimum.
Kualitas air merupakan komponen fisik-kimia yang berpotensi terkena dampak regional (KepMen LH No. 4/2000) dan diatur dalam KepMenKes No.907/MENKES/SK/VII/2002.
W
Kuantitas air
Kuantitas air tanah cukup banyak diasumsikan berdasarkan suburnya pohon sagu utamanya di Desa Lekloor, Purpura, dan beberapa desa lainnya, serta kandungan rasa manis pada jeruk Kisar.
Kuantitas air adalah variabel yang berhubungan dengan demografi saat ini dan 10 tahun terakhir, penyebaran penduduk dan kepadatan (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
O
Tata letak sistem pengolahan dan distribusi
Distribusi air masih memanfaatkan sistem gravitasi.
Tata letak sistem pengolahan dan distribusi adalah variabel yang termasuk dalam evaluasi sistem eksisting serta menjadi bagian dalam identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan (PerMenPU No.18/PRT/M/2007). Sistem gravitasi adalah model pengaliran tradisional yang hanya mampu mencakup permukiman yang berada di dataran yang lebih rendah dari sumber pelayanan. Sumur artesis positif adalah pengecualian alternatif sistem pompa dan kombinasi
W
Tata letak sistem pengolahan dan distribusi
Distribusi air bersih juga dilakukan Pemerintah Daerah (PEMDA) melalui layanan penjualan air melalui mobil-mobil tangki berkapasitas 4.000 liter untuk
Tata letak sistem pengolahan dan distribusi adalah variabel yang termasuk dalam evaluasi sistem eksisting serta menjadi bagian dalam
S
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
menjangkau keseluruhan Pulau Kisar, utamanya desa dan dusun yang terletak jauh dari Desa Wonreli.
identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan (PerMenPU No.18/PRT/M/2007). Sistem gravitasi adalah model pengaliran tradisional yang hanya mampu mencakup permukiman yang berada di dataran yang lebih rendah dari sumber pelayanan. Sumur artesis positif adalah pengecualian alternatif sistem pompa dan kombinasi
Tata letak sistem pengolahan dan distribusi
Selain layanan mobil tangki dari Pemda, ada juga jasa layanan swasta yang disediakan toko-toko melalui pengangkutan mobil pick-up dalam tangki air fiber berkapasitas 1.100 dan 2.200 liter. Harga per-tangki bervariasi tergantung jarak tempuh, antara Rp. 80.000,00 – Rp. 200.000 per-pengangkutan. Setiap kali pengangkutan dapat memuat 3 tangki berkapasitas 2.200 liter dan 4 tangki berkapasitas 1.100 liter. Untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) umumnya mencari air sendiri ke sumur-sumur gali terdekat.
Baik buruknya pelayanan air bersih dinilai dari baik tidaknya sistem distribusi, artinya masyarakat hanya mengetahui air sampai kepengguna atau konsumen, dan masyarakat tidak melihat bagaimana prosesnya (UU No.8/1999 tentang Perlindungan Konsumen)
T
Teknologi dan material bahan bangunan
PDAM masih menggunakan pompa untuk mengalirkan air.
Teknologi dan material/bahan bangunan termasuk pengembangan alternatif dalam pengembangan prasarana air bersih air minum (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
S
Teknologi dan material bahan bangunan
Instalasi pengolahan memanfaatkan mesin pompa berbahan bakar minyak (BBM) bergantung kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Teknologi tergantung dari infrastruktur penunjang. Teknologi dan material/bahan bangunan termasuk pengembangan alternatif dalam pengembangan prasarana air bersih air minum (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
T
Teknologi dan material bahan bangunan
Di Desa Oirata Barat tampak beberapa rumah telah menggunakan panel surya sebagai sumber energi listrik, dan di dekat sumur di Desa Purpura terpasang panel surya untuk mengalirkan air dari sumur yang berada di kaki bukit ke tempat penampungan di atas bukit.
Alternatif tepat guna paling dibutuhkan dalam pengembangan prasarana air bersih (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
O
Teknologi dan material bahan bangunan
Embung yang kondisinya sudah kritis. Embung terletak di Desa Oirata Timur, Dusun Yawuru, Dusun Wakleken dan Dusun Keitaru. Tiga dari keempat embung tersebut telah tidak berfungsi dan kosong, hanya embung di Keitaru yang masih berfungsi tapi airnya semakin menyusut.
Selain infrastruktur penunjang, teknologi juga tergantung kondisi wilayah (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
W
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Sistem pelayanan pelanggan
Pelayanan PDAM belum sepenuhnya memanfaatkan sistem pengukuran debit air terpakai melalui meteran air.
UU No.16/2005 (Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum) tetang aturan-aturan yang menjadi dasar dan pedoman bagi pihak PDAM selaku institusi atau stakeholders dalam mengatur, mengelola dan meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat.
W
Analisa aspek sosial dan budaya
Kondisi Kependudukan
Jika dibandingkan data dari BPS tahun 2010, yaitu jumlah penduduk Pulau Kisar sejumlah 14,015 jiwa dengan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tahun 2012 yang berjumlah 16,055 jiwa, maka rasio peningkatan penduduk adalah sebesar 87.29% dalam kurun waktu 2 tahun.
Kenaikan pemakaian air setiap orang, seiring dengan meningkatnya perekonomian, didapat dari perbandingan data beberapa tahun sebelumnya (PerMenPU No. 18/PRT/M/2007)
T
Kondisi Kependudukan
Wilayah administrasi di Pulau Kisar tersebar tidak merata disebabkan pola permukiman tersebar. Persebaran penduduk mengikuti pola jalan.
Rencana pengembangan harus mengikuti rencana jaringan (PP No. 16/2005 tentang Pengembangan SPAM)
S
Kondisi Kependudukan
Budaya masyarakat Kisar adalah patriarkhi, dimana kaum lelaki yang berpergian mencari nafkah, sementara kaum wanita tinggal di rumah mengurus keluarga dan menanam tanaman di pekarangan rumah untuk ketahanan pangan keluarga dan ternak.
Pengembangan prasarana air bersih harus terpadu dengan aspek sosial budaya untuk menjaga keberlanjutan sistem lokalnya (KepMen LH No. 4/2000)
O
Kebiasaan Penduduk
Untuk memenuhi kebutuhannya akan air bersih, masyarakat membeli air pada penjual air selain menampung air hujan.
Baik buruknya pelayanan air bersih dinilai dari baik tidaknya sistem distribusi, artinya masyarakat hanya mengetahui air sampai kepengguna atau konsumen, dan masyarakat tidak melihat bagaimana prosesnya (UU No.8/1999 tentang Perlindungan Konsumen)
W
Kebiasaan Penduduk
Masyarakat Pulau Kisar memiliki kebiasaan berkumpul sambil mencuci bersama di lokasi-lokasi sumur atau sekedar bertemu kenalan dan mengambil air sumur. Sumur-sumur di Pulau Kisar umumnya dibuat tanpa tutup pengaman dan pada salah satu sumur di Desa Wonreli yang terlihat berjarak sangat dekat dengan septiktank komunal
Pengembangan prasarana air bersih harus terpadu dengan aspek sosial budaya untuk menjaga keberlanjutan sistem lokalnya (KepMen LH No. 4/2000)
T
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Kebiasaan Penduduk
Kebiasan membuang sampah sembarang tempat ini dilakukan mulai dari kaum manula hinga anak kecil seusia SD.
Limbah yang harus dikendalikan mulai dan yang dihasilkan (KepMen LH No. 4/2000) oleh jamban dan kamar mandi, dapur, rumah sampai akibat dan pemakaian berbagai peratatan listrik, bahan bakar fosil dan sebagainya. Limbah ini harus terkelola dengan baik dan jelas dengan prinsip produksi bersih.
T
Kebiasaan Penduduk
Drainase pembuangan air limbah domestik juga belum merata di bangun di Pulau Kisar, dan di beberapa tempat kondisinya sudah tidak layak.
Perlengkapan bangunan penangkap adalah saluran drainase keliling (PerMenPU No. 18/PRT/M/2007)
W
Tingkat pendidikan responden
Tingkat pendidikan tertinggi di Pulau Kisar masih berada pada tamatan Sekolah Menengah Atas/sederajat (SMA) dengan persentase sebanyak 47,47%, menyusul Sarjana Strata-Satu (S1) sebanyak 27,85%, dan sisanya terbagi atas tamatan Sekolah Dasar/SD (8,23%), Sekolah Menengah Pertama/SMP (10,76%), Diploma Satu/D1(0,63%), Diploma Tiga/D3(3,16%) dan Sarjana Strata-Dua/S2 (1,90%).
Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk meliputi; penghasilan bulanan keluarga, pengeluaran bulanan keluarga, pemilikan barang, status kepemilikan rumah, keadaan rumah tinggal (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
O
Sarana kesehatan lingkungan
Sarana Air Bersih (SAB) yang telah terbangun di Pulau Kisar adalah: sistem non perpipaan, meliputi; Sumur Gali (SGL = 82 unit), dan Penampungan Air Hujan (PAH = 1.146 unit) dan sistem perpipaan dari PDAM Cabang Wonreli yang meliputi SambunganRumah (40 SR) dan Keran Umum (15 KU). Sistem perpipaan hingga saat ini masih melayani Desa Wonreli. Penampungan Air Hujan dibuat dalam bak-bak penampung yang umumnya terletak di pekarangan rumah warga.
Sarana kesehatan lingkungan termasuk dalam aspek sosial budaya yang terkait dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat (KepMen LH No. 4/2000).
W
Fasum dan Fasos
Fasilitas Umum (Fasum) yang dimaksud disini adalah Tempat-Tempat Umum (TTU) yang terdapat di Pulau Kisar seperti Hotel, Pasar, Salon, Masjid, Gereja, Sekolah dan Rumah Kost. Sedangkan Fasilitas Sosial (Fasos) yang dimaksud adalah Tempat Penyediaan Makanan (TPM) yang meliputi; Depot Air Isi Ulang, Rumah Makan, Pedagang Kaki Lima, Pedagang Keliling dan Pabrik Sederhana.
Fasilitas sosial dan fasilitas umum juga termasuk dalam aspek sosial budaya yang terkait dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat (KepMen LH No. 4/2000).
T
Analisa aspek ekonomi dan keuangan
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk
Peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat signifikan hanya dalam waktu 2 (dua) tahun, yaitu keluarga prasejahtera tahun 2008 berjumlah sekitar 1.510 KK mengalami penurunan sebesar 53% di tahun 2010, sedangkan keluarga sejahtera III tahun 2008 sebanyak sekitar 187 KK meningkat 78,31% di tahun 2010 menjadi ± 862 KK. Keluarga sejahtera III+ yang pada tahun 2008 sebanyak 68 KK meningkat pada tahun tahun 2010 sebesar 91,20%.
Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk meliputi; penghasilan bulanan keluarga, pengeluaran bulanan keluarga, pemilikan barang, status kepemilikan rumah, keadaan rumah tinggal (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
O
Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk
Perkembangan fisik Pulau Kisar meningkat drastis dengan tumbuhnya pusat-pusat keramaian dan perekonomian baru di Desa Wonreli dan Kota Lama yang hingga saat ini masih menjadi Pusat Kegiatan Pemerintahan dan Perekonomian Kabupaten Maluku Barat Daya.
Kenaikan pemakaian air setiap orang, seiring dengan meningkatnya perekonomian, didapat dari perbandingan data beberapa tahun sebelumnya (PerMenPU No. 18/PRT/M/2007)
T
Ketersediaan infrastuktur
Infrastruktur transportasi terbatas, jarang dan mahal.Bandar udara yang tersedia adalah Bandar udara perintis untuk pesawat terbang jenis Casa 212 berkapasitas 18 penumpang dengan maksimal bagasi adalah 10 kg per-penumpang. Jadwal pesawat tidak menentu, tergantung ketersediaan bahan bakar Avtur yang tersedia di Pulau Kisar. Dermaga pelabuhan dapat memuat kapal Pelni dan kapal barang, namun tergantung gelombang di Laut Banda Infrastruktur telekomunikasi dan komunikasi, selain memakai internet satelit, menara BTS penyedia jasa layanan Telekomunikasi yang baru tersedia hanya milik PT. Telkomsel. Di beberapa tempat yang terletak di kaki lembah sinyal jaringan telepon sulit diperoleh. Mesin automatic machine teller (ATM) tidak ada
Sumber mata pencaharian dan kondisi sarana dan prasarana perhubungan (ketersediaan infrastruktur) juga menjadi parameter ekonomi untuk menganalisis pengembangan suatu prasarana (KepMen LH No. 4/2000)
T
Tingkat pekerjaan responden
Berdasarkan hasil survey, pekerjaan responden didominasi oleh Pegawai Negeri Swasta (PNS) yaitu sebanyak 46 orang (29,11%). Profesi terbanyak kedua adalah Petani/Peternak Pemilik yaitu sebanyak 27 orang (17,09%), dan lain-lain terdiri dari beragam pekerjaan, mulai dari ibu rumah tangga biasa, pensiunan, hingga penduduk sementara yang datang hanya untuk jangka waktu singkat di Pulau Kisar (42 orang/26,58%). Sisanya terdiri dari TNI/Polri (3,80%), Pegawai Swasta (10,76%), Pedagang Kecil (3,80%), Pedagang (3,16%), Nelayan Pemilik (1,27%), Buruh Nelayan (1,90%), Buruh Petani/Gembala (2,53%).
Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk meliputi; penghasilan bulanan keluarga, pengeluaran bulanan keluarga, pemilikan barang, status kepemilikan rumah, keadaan rumah tinggal (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
O
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Kondisi dan Status Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal
Kondisi bangunan tempat tinggal adalah 65,82% menempati rumah permanen yang dapat diasumsikan telah memiliki sarana air air bersih yang memadai, 29,75% menempati rumah semi permanen yang dapat diasumsikan telah memiliki sarana air bersih kurang memadai, dan 4,43% menempati bangunan darurat (gubuk), dengan sarana air bersih seadanya. Sedangkan dari status kepemilikan, 74,19% adalah milik sendiri, sisanya menumpang (9,03%), sewa bulanan (2,58%), kontrak (7,74%), rumah adat (0,65%), dan rumah dinas (5,81%).
Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk meliputi; penghasilan bulanan keluarga, pengeluaran bulanan keluarga, pemilikan barang, status kepemilikan rumah, keadaan rumah tinggal (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
S
Tingkat Penghasilan Responden
Tingkat penghasilan menunjukkan taraf ekonomi responden. Tingkat penghasilan terbesar adalah di atas Rp. 2.000.000,00 (30,38%), diikuti dengan level Rp.100.000,00 – Rp. 400.000,00 (22,78%), Rp.400.000,00 – Rp. 800.000,00 (17,09%), Rp. 1.600.000,00 – Rp. 2.000.000,00 (12,03%), Rp.800.000,00 – Rp. 1.200.000,00 dan Rp.1.200.000,00 – Rp. 1.600.000,00 sama-sama persentasenya adalah 8,86%.
Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk meliputi; penghasilan bulanan keluarga, pengeluaran bulanan keluarga, pemilikan barang, status kepemilikan rumah, keadaan rumah tinggal (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
O
Keinginan untuk membayar jasa (Willingness To Pay/WTP)
Walaupun sekitar 17,72% responden menyatakan tidak bersedia mendapatkan layanan PDAM, namun jika memang layanan telah tersedia, maka sebagian besar responden tetap memilih mendapatkan Sambungan Rumah (SR) di setiap keluarga (74,68%). Sekitar 12,03% memilih Keran/Hidran Umum (KU/HU), 5,06% memilih Sambungan Halaman (SH), 6,33% memilih Terminal Air (TA), sedangkan sekitar 1,90% memilih lain-lain. Maksud dari lain-lain ini adalah responden merasa masih nyaman mengambil sendiri dari sumur gali yang telah tersedia, ataupun membeli dari penjual air.
Besarnya tingkat pelayanan dan kenaikan tingkat pelayanan air minum berdasarkan hasil survei keinginan untuk berlangganan (PerMenPU No.18/PRT/M/2007)
W
Kemampuan pelanggan (Ability To Pay/ATP)
Total kemampuan untuk membayar jasa (ATP) dibandingkan kesediaan untuk membayar jasa (WTP) adalah ATP > WTP (53,16%), sedangkan ATP<WTP adalah 46,84% di seluruh Pulau Kisar
Besarnya tingkat pelayanan dan kenaikan tingkat pelayanan air minum berdasarkan hasil survei kemampuan untuk membayar (PerMenPU No.18/PRT/M/2007)
S
Tingkat Kepuasan Terhadap Sumber Air Bersih yang Dipakai
Total keseluruhan adalah mayoritas responden (36,08%) sudah puas dengan sumber air bersih yang telah ada tapi masih merasa sulit untuk memperolehnya, sisanya, yang sudah puas adalah sekitar 33,54% dengan yang belum puas adalah 30,38%.
Persepsi masyarakat melengkapi parameter sosial untuk pengembangan suatu prasarana yang menjadi latar belakang kesediaan untuk berkontribusi (willingness to pay/WTP) bagi pengembangan suatu prasarana (KepMen LH No. 4/2000)
T
Analisa aspek kelembagaan
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Lembaga Pengelola Air Bersih
Untuk saat ini di Pulau Kisar Lembaga Pengelola Air Bersih milik pemerintah satu-satunya adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dharma yang baru melayani Desa Wonreli
Penyelenggaraan pengembangan SPAM dilakukan olehBUMN/BUMD yang dibentuk secara khusus untukpengembangan SPAM.Jika BUMN/BUMD tidak dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan SPAM di wilayah pelayanannya, BUMN atauBUMD atas persetujuan dewan pengawas/komisaris dapatmengikutsertakan koperasi, badan usaha swasta, dan/atau masyarakat dalam penyelenggaraan di wilayahpelayanannya (UU no. 16/2005)
W
PDAM Tirta Dharma Wonreli
Sistem perpipaan mencakup 134 KK untuk Sambungan Rumah (SR) dan 15 keran Umum (KU). atau sekitar 10.68% SR dan 1.20% KU untuk Desa Wonreli, atau 4.78% SR dan 0.54% untuk seluruh Pulau Kisar. Total KK terlayani PDAM adalah 5.32% dan yang tidak terlayani PDAM adalah 2.653 KK (94.68%).
UU No.16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum tetang aturan-aturan yang menjadi dasar dan pedoman bagi pihak PDAM selaku institusi atau stakeholders dalam mengatur, mengelola dan meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat.
W
Kualitas air bersih PDAM
Kualitas air PDAM dinyatakan cukup bersih dan berada pada pencemaran rendah sehingga layak dikonsumsi masyarakat (Pemeriksaan Laboratorium BTKL-PP Kelas I Makassar, 2012). Secara fisik, air yang didistribusikan PDAM kepada masyarakat di Desa Wonreli relatif cukup baik (jernih, tidak berbau, tidak berasa).
Kualitas air bersih PDAM yang diterima masyarakat harus memenuhi standar kualitas air bersih sebagaimana yang telah ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/PER/1990 tentang Pedoman Kualitas Air.
S
Kuantitas air bersih PDAM
Pelanggan PDAM Tirta Dharma hingga saat ini tercatat sebanyak 134 Kepala keluarga (KK) yang bermukim di Desa Wonreli. Secara kuantitas, air bersih yang diproduksi oleh PDAM masih jauh dari mencukupi untuk pelayanan Pulau Kisar.
Pelayanan air bersih kepada masyarakat harus dapat memenuhi kebutuhan minimal air bersih suatu rumah tangga dengan tingkat konsumsi yang cukup (30 - 50 liter/orang/hari) untuk kebutuhan air bersih sehari-hari baik untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya (UU No.16/2005)
W
Kontinuitas aliran layanan PDAM
Kontinuitas aliran sistem distribusi air bersih PDAM yang ada sekarang ini dirasakan belum memuaskan karena air belum mengalir selama 24 jam penuh. Kontinuitas aliran yang ada rata-rata baru mencapai 6 – 12 jam perhari. Kondisi ini disebabkan oleh sering rusaknya peralatan yang ada dan masih tingginya tingkat ketergantungan terhadap PLN yang mempengaruhi terhadap daya beli listrik.
Pelayanan air bersih PDAM harus tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam 24 jam sehari, dalam arti air bersih PDAM harus dapat terdistribusikan ke masyarakat secara kontinu selama 24 jam sehari (UU No.16/2005)
W
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Cakupan Pelayanan PDAM
Sistem jaringan distribusi air bersih milik PDAM yang ada saat ini masih mengikuti pola jaringan jaringan jalan, sehingga wilayah-wilayah yang memiliki akses atau berada dekat dengan jaringan jalan utama saja yang terlayani oleh air bersih PDAM, seperti Desa Wonreli.
UU No.16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum tetang aturan-aturan yang menjadi dasar dan pedoman bagi pihak PDAM selaku institusi atau stakeholders dalam mengatur, mengelola dan meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat.
O
Cakupan Pelayanan PDAM
Cakupan pelayanan baru cukup untuk Desa Wonreli baru sebesar 10.68 % SR dan 1.20% KU atau hanya sebesar 4.78% SR dan 0.54% KU untuk seluruh Pulau Kisar. Penduduk yang tidak terlayani oleh jaringan air bersih milik PDAM yaitu sebesar 13.667 jiwa atau 94.68% dari jumlah penduduk dan kalangan ini menggunakan air sumur bor, menampung air hujan dan membeli air dari penjual air untuk dijadikan sebagai sumber air bersih.
UU No.16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum tetang aturan-aturan yang menjadi dasar dan pedoman bagi pihak PDAM selaku institusi atau stakeholders dalam mengatur, mengelola dan meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat.
T
Sumber Daya Manusia dan Pengembangannya
Sumber daya manusia di Pulau Kisar terbilang cukup potensial dengan kembalinya para putra dan putri daerah yang telah mengecap pendidikan setara SLTA hingga Pascasarjana di luar Pulau Kisar untuk membangun kampung halaman keluarga mereka. Sedangkan keahlian berdagang/berniaga umumnya dikuasai kaum pendatang dari Pulau Jawa dan Sulawesi.
UU No.16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum tetang aturan-aturan yang menjadi dasar dan pedoman bagi pihak PDAM selaku institusi atau stakeholders dalam mengatur, mengelola dan meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat.
O
Sumber Daya Manusia dan Pengembangannya
Pengawasan prasarana air bersih yang telah ada masih kurang. dengan adanya dari laporan warga dan peninjauan langsung, terlihat sumur bor yang pompanya telah rusak akibat ulah tidak bertanggungjawab oknum tertentu di Dusun Kioumanumere Desa Wonreli sehingga mengakibatkan masyarakat sekitar tidak memperoleh air dari sumber tersebut sejak 6 (enam) bulan yang lalu.
Sumber daya manusia dan pengembangannya dalam PDAM haruslah disesuaikan dengan kebutuhan dan keahlian (UU No.16/2005)
T
Standardisasi
Pulau Kisar termasuk pulau terdepan Indonesia, sehingga pembangunan dan pengembangan di Pulau Kisar berpijak pada pembangunan kepulauan
PerPres RI No.78/2005 O
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Standardisasi
Strategi pembangunan dan pengembangan daerah Pemerintah Propinsi Maluku kepulauan adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan konsep “Satuan Gugus Pulau”.
Untuk peningkatan ketahanan pangan dan untuk mendukung aktivitas perekonomian, pembangunan diarahkan untuk peningkatan pengembangan infrastruktur yang dapat menghubungkan antarkota, pulau-pulau, wilayah tertinggal dan wilayah terpencil serta diarahkan untuk mendorong percepatan pembangunan Wilayah Maluku dengan memperhatikan daya dukung dan keberlanjutan lingkungan (LampiranPerPres RINo.29/2011tentang Renja Pemerintah Tahun 2012).
O
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2012
Setelah diketahui aspek-aspek pengembangan prasarana air bersih
di Pulau Kisar Kabupaten Maluku Barat Daya, selanjutnya dilakukan
pemberian bobot dan rating. Bobot dan rating dimaksudkan untuk
mengetahui derajat kepentingan (bobot) dan derajat kuat tidaknya (rating)
pengaruh indikator-indikator tersebut terhadap pengembangan kapasitas
pelayanan air bersih. Untuk memperoleh nilai bobot, nilai pengaruh dari
indikator-indikator internal dan eksternal diberikan nilai dengan skala mulai
dari 1 (tidak penting), 2 (kurang penting), 3 (penting) dan 4 (sangat penting).
Kemudian bagi nilai-nilai pengaruh tersebut dengan jumlah total nilai
pengaruh untuk mendapatkan bobot, sehingga apabila semua bobot
dijumlahkan maka hasilnya adalah 1. Untuk memperoleh nilai rating indikator-
indikator diberikan nilai (+) dengan skala mulai dari 1 (tidak baik), 2 (kurang
baik), 3 (baik) dan 4 (sangat baik) berdasarkan kondisi yang ada.
Nilai negatif pada rating menunjukkan indikator tersebut merupakan
kelemahan atau ancaman bagi pengembangan kapasitas pelayanan air
bersih. Berdasarkan atas faktor-faktor strategi kondisi internal dan eksternal,
maka didapat nilai dalam Matriks Faktor Strategi Internal (Internal Strategic
Factor Analysis Summary - IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal
(External Strategic Factor Analysis Summary - EFAS). Masing-masing aspek
akan dianalisa dan dibuat matriksnya.
Tabel 27. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek Teknis
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
KEKUATAN (STRENGHTS)
Sumber air baku Air tanah dalam sumur-sumur gali dan air hujan. 4 0,15 2 0,30 Pengaruhnya sangat penting sebagai ketersediaan air baku di Pulau Kisar
tapi kondisinya kurang baik
Sumber Air Bersih untuk Minum
Sumber air bersih untuk minum paling banyak diperoleh dari sumur gali (56,33%), dan dari pembelian air bersih (lain-lain, 21,52%)
4 0,15 1 0,15
Pengaruhnya sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan kesehatan tubuh tapi kondisinya
tidak baik
Sumber Air Bersih untuk Mandi dan Cuci
Sumur masih menjadi sumber air terbesar untuk keperluan mandi dan cuci (55,06%) diikuti pemanfaatan air hujan (22,78%).
4 0,15 2 0,30
Pengaruhnya sangat penting untuk
kesehatan tubuh tapi kondisinya kurang baik
Sumber Air Bersih untuk Masak
Sumur masih menjadi sumber air bersih untuk masak rata-rata
keluarga di Pulau Kisar yang diwakili oleh jawaban responden. Peringkat pertama adalah sumur (51,90%), kedua adalah lain-lain (misalnya membeli air di penjual) sebesar 28,48%, kemudian PDAM
yang tentunya hanya dirasakan oleh penduduk Desa Wonreli (11,39%), sedangkan sisanya adalah pemanfaatan air hujan sebesar 8,23% untuk keperluan masak.
4 0,15 1 0,15 Pengaruhnya sangat penting untuk kesehatan tubuh tapi kondisinya
tidak baik
Kuantitas air
Sumber air baku yang ada mempunyai potensi yang berlimpah, terbukti dari sumur yang jarang kering bahkan pada musim kemarau, dan hanya menyusut sekitar 2-10 meter dari kedalaman rata-rata
sumur yaitu 20 - 80 m.
3 0,11 3 0,33 Pengaruhnya penting bagi ketersediaan air baku dan kondisinya baik
Tingkat Pemakaian Air Harian Responden
Pemakaian air harian dibagi rata untuk total lingkup responden dan keluarganya diperoleh 47,95 liter/orang/hari.
3 0,11 3 0,33 pengaruhnya sangat penting untuk kesehatan tubuh dan kualitas hidup
dan kondisinya baik
Tata letak sistem pengolahan dan distribusi
Distribusi air bersih juga dilakukan Pemerintah Daerah (PEMDA)
melalui layanan penjualan air melalui mobil-mobil tangki berkapasitas 4.000 liter untuk menjangkau keseluruhan Pulau Kisar, utamanya desa dan dusun yang terletak jauh dari Desa Wonreli.
2 0,07 3 0,22 pengaruhnya kurang penting bagi layanan air bersih tapi kondisinya baik
Teknologi dan material
bahan bangunan PDAM masih menggunakan pompa untuk mengalirkan air. 3 0,11 1 0,11
pengaruhnya penting bagi
kelancaran layanan air bersih tapi kondisinya tidak baik
27 1,00 16 1,89
KELEMAHAN (WEAKNESSES)
Kondisi alam dan
topografi Curah hujan tahunan sekitar 900-1.000 mm pertahun 4 0,19 -3 -0,57
Pengaruhnya sangat penting untuk
cadangan air baku dan kondisinya baik
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
Kondisi alam dan
topografi
Kondisi topografi Pulau Kisar yang berbukit-bukit dan berbatu
karang 3 0,14 -3 -0,43
pengaruhnya penting bagi distribusi
air dan kondisinya baik
Kualitas air
Total sumur gali (SGL) yang telah diinspeksi pada tahun 2010 oleh Puskesmas Wonreli adalah 106 sumur dengan kondisi 9.43 % rusak,
9.43% resiko pencemarannya amat tinggi, 36.79% resiko pencemaran tinggi, 24.53% resiko pencemaran sedang dan 19.81% resiko pencemaran rendah sehingga layak untuk memenuhi
kebutuhan air bersih masyarakat.
4 0,19 -2 -0,38
pengaruhnya sangat penting sebagai
prasarana air bersih tapi kondisinya kurang baik
Tata letak sistem
pengolahan dan distribusi Distribusi air masih memanfaatkan sistem gravitasi. 3 0,14 -1 -0,14
pengaruhnya penting bagi distribusi
air dan kondisinya tidak baik
Teknologi dan material bahan bangunan
Embung yang kondisinya sudah kritis. Embung terletak di Desa
Oirata Timur, Dusun Yawuru, Dusun Wakleken dan Dusun Keitaru. Tiga dari keempat embung tersebut telah tidak berfungsi dan kosong, hanya embung di Keitaru yang masih berfungsi tapi airnya
semakin menyusut.
4 0,19 -1 -0,19 pengaruhnya sangat penting bagi ketersediaan air baku tapi kondisinya tidak baik
Sistem pelayanan pelanggan
Pelayanan PDAM belum sepenuhnya memanfaatkan sistem pengukuran debit air terpakai melalui meteran air.
3 0,14 -1 -0,14 pengaruhnya penting bagi layanan air baku tapi kondisinya tidak baik
21 1,00 -11 -1,86
TOTAL NILAI IFAS = 1,89 + (-1.86) = 0,03
PELUANG (OPURTUNITIES)
Jenis tanah Secara fisik, tanah di Pulau Kisar terlihat berkarang dan berpori, umumnya jenis batuannya adalah dari batu kapur dan gamping.
3 0,38 2 0,75
pengaruhnya penting sebagai
resapan air dan kondisinya kurang baik
Kuantitas air
Kuantitas air tanah cukup banyak diasumsikan berdasarkan
suburnya pohon sagu utamanya di Desa Lekloor, Purpura, dan beberapa desa lainnya, serta kandungan rasa manis pada jeruk Kisar.
2 0,25 4 1,00 pengaruhnya penting sebagai resapan air dan kondisinya sangat baik
Teknologi dan material
bahan bangunan
Di Desa Oirata Barat tampak beberapa rumah telah menggunakan panel surya sebagai sumber energi listrik, dan di dekat sumur di Desa Purpura terpasang panel surya untuk mengalirkan air dari
sumur yang berada di kaki bukit ke tempat penampungan di atas bukit.
3 0,38 4 1,50 pengaruhnya penting untuk pengembangan prasarana air bersih
Selain layanan mobil tangki dari Pemda, ada juga jasa layanan
swasta yang disediakan toko-toko melalui pengangkutan mobil pick-up dalam tangki air fiber berkapasitas 1.100 dan 2.200 liter. Harga per-tangki bervariasi tergantung jarak tempuh, antara Rp. 80.000,00
– Rp. 200.000 per-pengangkutan. Setiap kali pengangkutan dapat memuat 3 tangki berkapasitas 2.200 liter dan 4 tangki berkapasitas 1.100 liter. Untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
umumnya mencari air sendiri ke sumur-sumur gali terdekat.
2 0,40 -2 -0,80 pengaruhnya kurang penting karena komersialisasi air dan kondisinya
juga kurang bagus
Teknologi dan material bahan bangunan
Instalasi pengolahan memanfaatkan mesin pompa berbahan bakar minyak (BBM) bergantung kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN)
3 0,60 -1 -0,60 pengaruhnya penting untuk layanan air bersih dan kondisinya tidak bagus
5 1.00 -3 -1,40
TOTAL NILAI EFAS = 3,25 + (-1.40) = 1,85
POSISINYA TERLETAK PADA KUADRAN I DENGAN STRATEGI : MENDUKUNG STRATEGI AGRESIF (PENGEMBANGAN)
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2012
Tabel 28. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek Sosial Budaya
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
KEKUATAN
Kondisi Kependudukan
Wilayah administrasi di Pulau Kisar tersebar tidak merata disebabkan pola permukiman tersebar. Persebaran penduduk mengikuti pola jalan.
3 1,00 2 2,00
pengaruhnya penting untuk
pengembangan layanan air bersih tapi kondisinya kurang baik
3 1,00 2 2,00
KELEMAHAN
Kebiasaan Penduduk
Untuk memenuhi kebutuhannya akan air bersih, masyarakat membeli air pada penjual air selain menampung air hujan.
4 0,36 -2 -0,73
pengaruhnya sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan air bersih
masyarakat tetapi kondisinya kurang baik
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
Kebiasaan
Penduduk
Drainase pembuangan air limbah domestik juga belum merata di bangun di Pulau Kisar, dan di
beberapa tempat kondisinya sudah tidak layak. 4 0,36 -1 -0,36
pengaruhnya sangat penting untuk kesehatan
lingkungan tetapi kondisinya tidak baik
Sarana kesehatan
lingkungan
Sarana Air Bersih (SAB) yang telah terbangun di Pulau Kisar adalah: sistem non perpipaan, meliputi; Sumur Gali (SGL = 82 unit), dan Penampungan Air Hujan (PAH = 1,146 unit) dan sistem perpipaan dari PDAM Cabang Wonreli yang meliputi SambunganRumah (40 SR) dan Keran Umum (15 KU).
Sistem perpipaan hingga saat ini masih melayani Desa Wonreli. Penampungan Air Hujan dibuat dalam bak-bak penampung yang umumnya terletak di pekarangan rumah warga.
3 0,27 -2 -0,55
pengaruhnya sangat penting untuk pengembangan sarana dan
prasarana air bersih tapi kondisinya kurang baik
11 1,00 -5 -1,64
TOTAL NILAI IFAS = 2,00 + (-1,64) = 0,36
PELUANG
Kondisi Kependudukan
Budaya masyarakat Kisar adalah patriarkhi, dimana kaum lelaki yang berpergian mencari nafkah,
sementara kaum wanita tinggal di rumah mengurus keluarga dan menanam tanaman di pekarangan rumah untuk ketahanan pangan keluarga dan ternak.
3 0,43 3 1,29
pengaruhnya sangat penting untuk pemenuhan
kebutuhan air bersih keluarga dan kondisinya baik
Tingkat pendidikan
responden
Tingkat pendidikan tertinggi di Pulau Kisar masih berada pada tamatan Sekolah Menengah Atas/sederajat (SMA) dengan persentase sebanyak 43%, menyusul Sarjana Strata-Satu (S1)
sebanyak 21%, dan sisanya terbagi atas tamatan Sekolah Dasar/SD (13%), Sekolah Menengah Pertama/SMP (16%), Diploma Satu/D1(1%), Diploma Tiga/D3(3%) dan Sarjana Strata-Dua/S2 (3%).
4 0,57 1 0,57
pengaruhnya sangat penting untuk pola pikir
keberlanjutan air bersih dan kondisinya tidak baik
7 1,00 4 1,86
ANCAMAN
Kondisi Kependudukan
Jika dibandingkan data dari BPS tahun 2010, yaitu jumlah penduduk Pulau Kisar sejumlah 14.015 jiwa dengan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tahun 2012 yang berjumlah 16.055
jiwa, maka rasio peningkatan penduduk adalah sebesar 87,29% dalam kurun waktu 2 tahun.
4 0,31 -3 -0,92
pengaruhnya sangat penting untuk ketersediaan air bersih dan kondisinya
baik
Kebiasaan Penduduk
Masyarakat Pulau Kisar memiliki kebiasaan berkumpul sambil mencuci bersama di lokasi-lokasi sumur atau sekedar bertemu kenalan dan mengambil air sumur. Sumur-sumur di Pulau Kisar umumnya dibuat tanpa tutup pengaman dan pada salah satu sumur di Desa Wonreli yang terlihat
berjarak sangat dekat dengan septiktank komunal
3 0,23 -2 -0,46
pengaruhnya sangat penting untuk partisipatif terhadap kualitas air baku
dan kondisinya kurang baik
Kebiasaan Penduduk
Kebiasan membuang sampah sembarang tempat ini dilakukan mulai dari kaum manula hinga anak kecil seusia SD.
4 0,31 -1 -0,31
pengaruhnya sangat penting untuk kualitas lingkungan sekitar sumber
air bersih dan kondisinya tidak baik
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
Fasum dan Fasos
Fasilitas Umum (Fasum) yang dimaksud disini adalah Tempat-Tempat Umum (TTU) yang terdapat di Pulau Kisar seperti Hotel, Pasar, Salon, Masjid, Gereja, Sekolah dan Rumah Kost. Sedangkan Fasilitas Sosial (Fasos) yang dimaksud adalah Tempat Penyediaan Makanan (TPM) yang meliputi;
Depot Air Isi Ulang, Rumah Makan, Pedagang Kaki Lima, Pedagang Keliling dan Pabrik Sederhana.
2 0,15 -4 -0,62
pengaruhnya kurang penting untuk prasarana air bersih tapi kondisinya
sangat baik
13 1,00 -10 -2,31
TOTAL NILAI EFAS = 1,86 + (-2,31) = - 0,45
POSISINYA TERLETAK PADA KUADRAN IV DENGAN STRATEGI : MENDUKUNG STRATEGI DIVERSIFIKASI (PERLUASAN)
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2012
Tabel 29. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek Ekonomi dan Keuangan
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
KEKUATAN
Kondisi dan Status Kepemilikan
Bangunan Tempat Tinggal
Kondisi bangunan tempat tinggal adalah 65,82% menempati rumah permanen yang dapat
diasumsikan telah memiliki sarana air air bersih yang memadai, 29,75% menempati rumah semi permanen yang dapat diasumsikan telah memiliki sarana air bersih kurang memadai, dan 4,43% menempati bangunan darurat (gubuk), dengan sarana air bersih seadanya.
Sedangkan dari status kepemilikan, 74,19% adalah milik sendiri, sisanya menumpang (9,03%), sewa bulanan (2,58%), kontrak (7,74%), rumah adat (0,65%), dan rumah dinas (5,81%)
4 0,57 3 1,71 pengaruhnya sangat penting untuk pengembangan prasarana air bersih
keluarga dan kondisinya baik
Kemampuan pelanggan (Ability To
Pay/ATP)
Total kemampuan untuk membayar jasa (ATP) dibandingkan kesediaan untuk membayar jasa (WTP) adalah ATP > WTP (53,16%), sedangkan ATP<WTP adalah 46,84% di seluruh
Pulau Kisar
3 0,43 4 1,71 pengaruhnya penting untuk peningkatan layanan air bersih dan
kondisinya sangat baik
7 1,00 7 3,43
KELEMAHAN
Keinginan untuk
membayar jasa (Willingness
To Pay/WTP)
Walaupun sekitar 17,72% responden menyatakan tidak bersedia mendapatkan layanan PDAM, namun jika memang layanan telah tersedia, maka sebagian besar responden tetap
memilih mendapatkan Sambungan Rumah (SR) di setiap keluarga (74,68%). Sekitar 12,03% memilih Keran/Hidran Umum (KU/HU), 5,06% memilih Sambungan Halaman (SH), 6,33% memilih Terminal Air (TA), sedangkan sekitar 1,90% memilih lain-lain. Maksud dari
lain-lain ini adalah responden merasa masih nyaman mengambil sendiri dari sumur gali yang telah tersedia, ataupun membeli dari penjual air.
3 1,00 -2 -2,00 pengaruhnya penting untuk peningkatan layanan air bersih tapi kondisinya kurang baik
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
3 1,00 -2 -2,00
TOTAL NILAI IFAS = 3,43 + (-2,00) = 1,43
PELUANG
Tingkat pekerjaan responden
Berdasarkan hasil survey, pekerjaan responden didominasi oleh Pegawai Negeri Swasta (PNS) yaitu sebanyak 46 orang (29,11%). Profesi terbanyak kedua adalah Petani/Peternak
Pemilik yaitu sebanyak 27 orang (17,09%), dan lain-lain terdiri dari beragam pekerjaan, mulai dari ibu rumah tangga biasa, pensiunan, hingga penduduk sementara yang datang hanya untuk jangka waktu singkat di Pulau Kisar (42 orang/26,58%). Sisanya terdiri dari
TNI/Polri (3,80%), Pegawai Swasta (10,76%), Pedagang Kecil (3,80%), Pedagang (3,16%), Nelayan Pemilik (1,27%), Buruh Nelayan (1,90%), Buruh Petani/Gembala (2,53%).
3 0,33 3 1,00 pengaruhnya penting untuk peningkatan layanan air bersih dan kondisinya baik
Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan
Penduduk
Peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat signifikan hanya dalam waktu 2 (dua)
tahun, yaitu keluarga prasejahtera tahun 2008 berjumlah sekitar 1.510 KK mengalami penurunan sebesar 53% di tahun 2010, sedangkan keluarga sejahtera III tahun 2008 sebanyak sekitar 187 KK meningkat 78,31% di tahun 2010 menjadi ± 862 KK. Keluarga
sejahtera III+ yang pada tahun 2008 sebanyak 68 KK meningkat pada tahun tahun 2010 sebesar 91,20%.
4 0,44 4 1,78 pengaruhnya penting untuk peningkatan layanan air bersih dan kondisinya sangat baik
Tingkat
Penghasilan Responden
Tingkat penghasilan menunjukkan taraf ekonomi responden. Tingkat penghasilan terbesar adalah di atas Rp. 2.000.000,00 (30,38%), diikuti dengan level Rp.100.000,00 – Rp.
peningkatan layanan air bersih tapi kondisinya baik
9 1,00 10 3,44
ANCAMAN
Perekonomian dan Tingkat
Kesejahteraan Penduduk
Perkembangan fisik Pulau Kisar meningkat drastis dengan tumbuhnya pusat-pusat keramaian dan perekonomian baru di Desa Wonreli dan Kota Lama yang hingga saat ini
masih menjadi Pusat Kegiatan Pemerintahan dan Perekonomian Kabupaten Maluku Barat Daya.
2 0,18 -4 -0,73
pengaruhnya kurang penting untuk
peningkatan layanan air bersih tapi kondisinya sangat baik
Ketersediaan infrastuktur
Infrastruktur transportasi terbatas, jarang dan mahal.Bandar udara yang tersedia adalah
Bandar udara perintis untuk pesawat terbang jenis Casa 212 berkapasitas 18 penumpang dengan maksimal bagasi adalah 10 kg per-penumpang. Jadwal pesawat tidak menentu, tergantung ketersediaan bahan bakar Avtur yang tersedia di Pulau Kisar. Dermaga
pelabuhan dapat memuat kapal Pelni dan kapal barang, namun tergantung gelombang di Laut Banda Infrastruktur telekomunikasi dan komunikasi, selain memakai internet satelit, menara BTS penyedia jasa layanan Telekomunikasi yang baru tersedia hanya milik PT.
Telkomsel. Di beberapa tempat yang terletak di kaki lembah sinyal jaringan telepon sulit diperoleh. Mesin automatic machine teller (ATM) tidak ada
3 0,27 -1 -0,27
pengaruhnya penting untuk menunjang
pembangunan prasarana air bersih dan kondisinya tidak bagus
Tingkat Penghasilan Responden
Tingkat penghasilan menunjukkan taraf ekonomi responden. Tingkat penghasilan terbesar
adalah antara Rp. 100.000,00 – Rp. 400.000,00 (35%) dan diikuti dengan level Rp.400.000,00 – Rp. 800.000,00 dan di atas Rp. 2.000.000,00 yang sama-sama persentasenya adalah 18%.
2 0,18 -3 -0,55 pengaruhnya kurang penting untuk pengembangan prasarana air bersih tapi kondisinya baik
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
Tingkat
Kepuasan Terhadap Sumber Air
Bersih yang Dipakai
Total keseluruhan adalah mayoritas responden (36,08%) sudah puas dengan sumber air bersih yang telah ada tapi masih merasa sulit untuk memperolehnya, sisanya, yang sudah puas adalah sekitar 33,54% dengan yang belum puas adalah 30,38%.
4 0,36 -2 -0,73 pengaruhnya sangat penting untuk peningkatan layanan air bersih tapi kondisinya kurang baik
11 1,00 -10 -2,27
TOTAL NILAI EFAS = 3.44 + (-2.27) = 1.17
POSISINYA TERLETAK PADA KUADRAN I DENGAN STRATEGI : MENDUKUNG STRATEGI AGRESIF (PENGEMBANGAN)
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2012
Tabel 30. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek Kelembagaan
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
KEKUATAN
Kualitas air bersih PDAM
Kualitas air PDAM dinyatakan cukup bersih dan berada pada pencemaran rendah sehingga
layak dikonsumsi masyarakat (Pemeriksaan Laboratorium BTKL-PP Kelas I Makassar, 2012). Secara fisik, air yang didistribusikan PDAM kepada masyarakat di Desa Wonreli relatif cukup baik (jernih, tidak berbau, tidak berasa).
4 1,00 3 3,00 pengaruhnya sangat penting bagi kualitas air PDAM dan kondisinya baik
4 1,00 3 3,00
KELEMAHAN
Lembaga
Pengelola Air Bersih
Untuk saat ini di Pulau Kisar Lembaga Pengelola Air Bersih milik pemerintah satu-satunya
adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dharma yang baru melayani Desa Wonreli 4 0,27 -1 -0,27
pengaruhnya sangat penting untuk
pengelolaan air bersih dan kondisinya tidak baik
PDAM Tirta
Dharma Wonreli
Sistem perpipaan mencakup 134 KK untuk Sambungan Rumah (SR) dan 15 keran Umum (KU). atau sekitar 10.68% SR dan 1.20% KU untuk Desa Wonreli, atau 4.78% SR dan 0.54% untuk
seluruh Pulau Kisar. Total KK terlayani PDAM adalah 5.32% dan yang tidak terlayani PDAM adalah 2.653 KK (94.68%).
4 0,27 -1 -0,27
pengaruhnya sangat penting untuk
melayani air bersih dan kondisinya tidak baik
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
Kuantitas air bersih PDAM
Pelanggan PDAM Tirta Dharma hingga saat ini tercatat sebanyak 134 Kepala keluarga (KK) yang bermukim di Desa Wonreli. Secara kuantitas, air bersih yang diproduksi oleh PDAM masih jauh dari mencukupi untuk pelayanan Pulau Kisar.
3 0,20 -2 -0,40 kondisinya penting untuk peningkatan kapasita layanan air bersih dan kondisinya kurang baik
Kontinuitas aliran layanan
PDAM
Kontinuitas aliran sistem distribusi air bersih PDAM yang ada sekarang ini dirasakan belum memuaskan karena air belum mengalir selama 24 jam penuh. Kontinuitas aliran yang ada rata-rata baru mencapai 6 – 12 jam perhari. Kondisi ini disebabkan oleh sering rusaknya peralatan
yang ada dan masih tingginya tingkat ketergantungan terhadap PLN yang mempengaruhi terhadap daya beli listrik.
4 0,27 -1 -0,27 pengaruhnya sangat penting untuk melayani air bersih dan kondisinya
tidak baik
15 1,00 -5 -1,20
TOTAL NILAI IFAS = 3,00 + (-1,20) = 1,80
PELUANG
Cakupan Pelayanan
PDAM
Sistem jaringan distribusi air bersih milik PDAM yang ada saat ini masih mengikuti pola jaringan jaringan jalan, sehingga wilayah-wilayah yang memiliki akses atau berada dekat dengan jaringan
jalan utama saja yang terlayani oleh air bersih PDAM, seperti Desa Wonreli.
3 0,23 2 0,46
pengaruhnya penting untuk pengembangan layanan distribusi
air bersih tapi kondisinya kurang baik
Standardisasi Pulau Kisar termasuk pulau terdepan Indonesia, sehingga pembangunan dan pengembangan di Pulau Kisar berpijak pada pembangunan kepulauan
4 0,31 2 0,62
pengaruhnya penting untuk pembangunan sarana dan prasarana air bersih tapi kondisinya
kurang baik
Standardisasi Strategi pembangunan dan pengembangan daerah Pemerintah Propinsi Maluku kepulauan adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan konsep “Satuan Gugus Pulau”.
3 0,23 2 0,46
pengaruhnya penting untuk percepatan pembangunan sarana dan prasarana air bersih tapi
kondisinya kurang baik
Sumber Daya Manusia dan
Pengembangannya
Sumber daya manusia di Pulau Kisar terbilang cukup potensial dengan kembalinya para putra dan putri daerah yang telah mengecap pendidikan setara SLTA hingga Pascasarjana di luar
Pulau Kisar untuk membangun kampung halaman keluarga mereka. Sedangkan keahlian berdagang/berniaga umumnya dikuasai kaum pendatang dari Pulau Jawa dan Sulawesi.
3 0,23 2 0,46
pengaruhnya penting untuk capacity
and character building tapi kondisinya kurang baik
13 1,00 8 2,00
ANCAMAN
Cakupan Pelayanan
PDAM
Cakupan pelayanan baru cukup untuk Desa Wonreli baru sebesar 10,68 % SR dan 1,20% KU atau hanya sebesar 4,78% SR dan 0,54% KU untuk seluruh Pulau Kisar. Penduduk yang tidak terlayani oleh jaringan air bersih milik PDAM yaitu sebesar 13.667 jiwa atau 94,68% dari jumlah
penduduk dan kalangan ini menggunakan air sumur bor, menampung air hujan dan membeli air dari penjual air untuk dijadikan sebagai sumber air bersih.
3 0,43 -1 -0,43 pengaruhnya penting untuk layanan air bersih tapi kondisinya tidak baik
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
Sumber Daya Manusia dan
Pengembangannya
Pengawasan prasarana air bersih yang telah ada masih kurang. dengan adanya dari laporan warga dan peninjauan langsung, terlihat sumur bor yang pompanya telah rusak akibat ulah tidak bertanggungjawab oknum tertentu di Dusun Kioumanumere Desa Wonreli sehingga
mengakibatkan masyarakat sekitar tidak memperoleh air dari sumber tersebut sejak 6 (enam) bulan yang lalu.
4 0,57 -2 -1,14 pengaruhnya sangat penting untuk pengamanan sumber air bersih tapi
kondisinya kurang baik
7 1,00 -3 -1,57
TOTAL NILAI EFAS = 2,00 + (-1,57) = 0,43
POSISINYA TERLETAK PADA KUADRAN I DENGAN STRATEGI : MENDUKUNG STRATEGI AGRESIF (PENGEMBANGAN)
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2012
Berdasarkan matriks-matriks faktor internal dan eksternal tersebut,
jumlah nilai akhir indikator strategi internal (kekuatan dan kelemahan)
pengembangan prasarana air bersih di Pulau Kisar Kabupaten Maluku Barat
Daya adalah; 0,03 (aspek teknis), 0,36 (aspek sosial-budaya), 1,43 (aspek
ekonomi dan keuangan), dan 1,80 (aspek kelembagaan), sedangkan nilai
total indikator strategi eksternal (peluang dan ancaman) adalah; 1,85 (aspek
teknis), -0,45 (aspek sosial dan budaya), 1,17 (aspek ekonomi dan
keuangan) dan 0,43 (aspek kelembagaan). Dengan demikian posisi
pengembangan prasarana air bersih di Pulau Kisar Kabupaten Maluku Barat
Daya dari masing-masing aspek dapat diketahui.
Strategi
Turnaround/Stabilisasi
(Penyehatan)
Posisi Strategi Agresif
(Pengembangan)
Strategi Defensif/Survival
(Bertahan) Strategi Diversifikasi
Gambar 25. Posisi Pengembangan Prasarana Air Bersih
Dari Gambar 25, terlihat bahwa posisi setiap aspek untuk melakukan
strategi pengembangan prasarana air bersih di Pulau Kisar masing-masing
PELUANG
KEKUATAN KELEMAHAN
ANCAMAN
Kuadran I Kuadran II
Kuadran III Kuadran IV
1
2
3
4
-2 -3 -4 -1
-3
-2
-1
-4
3 2 1 4
adalah pada kuadran I (warna kuning) untuk aspek teknis, ekonomi dan
keuangan serta kelembagaan. Sedangkan pada kuadran IV (warna hijau)
adalah posisi aspek sosial dan budaya.
Rekomendasi strategi yang berada pada kuadran I adalah strategi
agresif atau disebut juga strategi pengembangan. Sedangkan untuk kuadran
IV, rekomendasinya adalah strategi diversifikasi atau perluasan. Setelah
didapat rekomendasi strategi, langkah selanjutnya adalah menyusun Matrik
Analisis SWOT/KLPA untuk masing-masing aspek. Analisis SWOT
dimaksudkan untuk menyusun faktor-faktor pengembangan prasarana air
bersih di Pulau Kisar Kabupaten Maluku Barat Daya, sehingga dapat
menggambarkan secara jelas interaksi antara Internal Strategic Faktor
Analysis Summary (IFAS) dan External Strategic Faktor Analysis Summary
(EFAS). Interaksi bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
dalam pengembangan prasarana air bersih disandingkan dengan kekuatan
dan kelemahan internal yang dimilikinya. Matrik Analisis SWOT strategi
pengembangan prasarana air bersih di Pulau Kisar (IFAS dan EFAS), yaitu
hasil interaksi berdasarkan posisi kuadran.
Gambar 26. Matriks Strategi Agresif (Pengembangan) Aspek Teknis Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar
KEKUATAN KELEMAHAN
Sumber air
baku Air tanah dalam sumur-sumur gali dan air hujan.
Kondisi alam dan
topografi
Curah hujan tahunan sekitar 900-1.000 mm pertahun. Kondisi topografi Pulau Kisar yang
berbukit-bukit dan berbatu karang
Sumber Air Bersih untuk
Minum
Sumber air bersih untuk minum paling banyak diperoleh dari sumur gali (56,33%), dan dari
pembelian air bersih (lain-lain, 21,52%).
Sumber Air
Bersih untuk Mandi dan
Cuci
Sumur masih menjadi sumber air terbesar untuk keperluan mandi dan cuci (55,06%) diikuti pemanfaatan air hujan (22,78%).
Kualitas air
Total sumur gali (SGL) yang telah diinspeksi pada
tahun 2010 oleh Puskesmas Wonreli adalah 106 sumur dengan kondisi 9,43 % rusak, 9,43% resiko pencemarannya amat tinggi, 36,79% resiko
pencemaran tinggi, 24,53% resiko pencemaran sedang dan 19,81% resiko pencemaran rendah sehingga layak untuk memenuhi kebutuhan air
bersih masyarakat. Pada salah satu sumur di Desa Wonreli (Dusun Mesiapi ) kadar nitrat lebih tinggi dari batas maksimum yang diperbolehkan. Pada
lokasi sumur yang sama pula kadar pH dinyatakan lebih rendah dari batas minimum. Ini menunjukkan bahwa pH air tersebut bersifat asam. Di Desa Kota
Lama kadar Besi dinyatakan sedikit lebih tinggi dari batas maksimum.
Sumber Air Bersih
untuk Masak
Sumur masih menjadi sumber air bersih untuk masak rata-rata keluarga di Pulau Kisar yang
diwakili oleh jawaban responden. Peringkat pertama adalah sumur (51,90%), kedua adalah lain-lain (misalnya membeli air di penjual) sebesar 28,48%,
kemudian PDAM yang tentunya hanya dirasakan oleh penduduk Desa Wonreli (11,39%), sedangkan sisanya adalah pemanfaatan air hujan sebesar
8,23% untuk keperluan masak.
Kuantitas air
Sumber air baku yang ada mempunyai potensi yang
berlimpah, terbukti dari sumur yang jarang kering bahkan pada musim kemarau, dan hanya menyusut sekitar 2-10 meter dari kedalaman rata-rata sumur
yaitu 20 - 80 m.
Tata letak
sistem pengolahan dan
distribusi
Distribusi air masih memanfaatkan sistem gravitasi.
Tingkat
Pemakaian Air Harian Responden
Pemakaian air harian dibagi rata untuk total lingkup
responden dan keluarganya diperoleh 47,95 liter/orang/hari. Teknologi
dan material
bahan bangunan
Embung yang kondisinya sudah kritis. Embung terletak di Desa Oirata Timur, Dusun Yawuru, Dusun Wakleken dan Dusun Keitaru. Tiga dari keempat
embung tersebut telah tidak berfungsi dan kosong, hanya embung di Keitaru yang masih berfungsi tapi airnya semakin menyusut.
Tata letak sistem
pengolahan dan distribusi
Distribusi air bersih juga dilakukan Pemerintah Daerah (PEMDA) melalui layanan penjualan air melalui mobil-mobil tangki berkapasitas 4.000 liter
untuk menjangkau keseluruhan Pulau Kisar, utamanya desa dan dusun yang terletak jauh dari Desa Wonreli.
Teknologi
dan material bahan
bangunan
PDAM masih menggunakan pompa untuk mengalirkan air.
Sistem pelayanan pelanggan
Pelayanan PDAM belum sepenuhnya memanfaatkan sistem pengukuran debit air terpakai melalui meteran air.
PELUANG STRATEGI SO STRATEGI WO
Jenis tanah Secara fisik, tanah di Pulau Kisar terlihat berkarang dan berpori, umumnya jenis batuannya adalah dari
batu kapur dan gamping.
Memanfaatkan potensi sumber air baku yang ada (sumur gali
dan air hujan) namun secara kualitas dan kuantitas sesuai dengan Standar Baku Mutu, serta meningkatkan/mengembangkan SAB secara bertahap
Meningkatkan kualitas penyimpanan air cadangan dari air hujan (Sistem Pengolahan Air Hujan) di tiap rumahtangga (skala rumahan)
Meningkatkan dan memperluas akses air yang aman melalui non-perpipaan terlindungi (pengamanan air baku untuk
menjaga kualitas dan kuantitasnya)
Bekerjasama dengan lembaga riset dan akademisi untuk riset
pengembangan teknologi ramah lingkungan dan terjangkau yang tepat untuk peningkatan layanan air bersih, pengembangan energi alternatif oleh Dinas Pertambangan
dan Energi
Membangun waduk-waduk lapangan, situ-situ dan jaringan pembawa, rehabilitasi embung dan tandon air untuk cadangan
air baku
Membangun dan merehabilitasi stasiun-stasiun untuk
pemutakhiran data hidrologi, yaitu stasiun hujan, klimatologi dan hidrometri dalam satu jaringan pengamatan hidrologi
Intensifikasi usaha pelestarian air seperti greenbelt dilahan-
lahan subur, daur ulang air baik sebagai air bersih, keperluan pertanian, peternakan, dan lainnya
Membangun Sistem Pengolahan Air Sederhana dengan menggunakan aerasi (pencampuran air dan udara) serta bak
saringan pasir untuk mengolah zat besi dan mangan pada sumur yang kadar besi dan nitratnya tinggi (khusus pada wilayah yang kada besi dan nitrat pada airnya cukup tinggi –
contoh: Dusun Mesiapi dan Desa Kota Lama)
Membangun Sistem Pengolahan Air Hujan skala rumahtangga
Pemanfaatan teknologi surya yang sudah ada dikembangkan lagi sebagai sumber energi sistem kombinasi dalam mendistribusikan air ke permukiman
Kuantitas air
Kuantitas air tanah cukup banyak diasumsikan berdasarkan suburnya pohon sagu utamanya di Desa Lekloor, Purpura, dan beberapa desa lainnya,
serta kandungan rasa manis pada jeruk Kisar.
Teknologi dan material
bahan bangunan
Di Desa Oirata Barat tampak beberapa rumah telah menggunakan panel surya sebagai sumber energi listrik, dan di dekat sumur di Desa Purpura
terpasang panel surya untuk mengalirkan air dari sumur yang berada di kaki bukit ke tempat penampungan di atas bukit.
ANCAMAN STRATEGI ST STRATEGI WT
Tata letak sistem pengolahan
dan distribusi
Selain layanan mobil tangki dari Pemda, ada juga jasa layanan swasta yang disediakan toko-toko melalui pengangkutan mobil pick-up dalam tangki air
fiber berkapasitas 1.100 dan 2.200 liter. Harga per-tangki bervariasi tergantung jarak tempuh, antara Rp. 80.000,00 – Rp. 200.000 per-pengangkutan.
Setiap kali pengangkutan dapat memuat 3 tangki berkapasitas 2.200 liter dan 4 tangki berkapasitas 1.100 liter. Untuk masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) umumnya mencari air sendiri ke sumur-sumur gali terdekat.
Peningkatan kapasitas PDAM agar mampu bersaing dengan
Perusahaan Air Minum Swasta
Mengembangkan aset manajemen SAB secara kontinyu untuk
efektifitas dan efisiensi pengelolaan air
Mengadakan program/kegiatan Pemerintah Daerah untuk
perlindungan sumber air berupa penyuluhan-penyuluhan kesehatan lingkungan serta sosialisasi isu-isu lingkungan
menyangkut air bersih seperti; penyuluhan kesehatan, menciptakan lingkungan yang sehat, penanaman pohon dan perilaku hidup bersih dan sehat
Mengadakan uji kualitas air baku secara berkesinambungan dengan teknologi tepat guna diselaraskan dengan rencana
strategis Dinas Kesehatan Teknologi dan
material bahan bangunan
Instalasi pengolahan memanfaatkan mesin pompa
berbahan bakar minyak (BBM) bergantung kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Gambar 27. Matriks Strategi Diversifikasi (Perluasan) Aspek Sosial Budaya Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar
KEKUATAN KELEMAHAN
Kondisi Kependudukan
Wilayah administrasi di
Pulau Kisar tersebar tidak merata disebabkan pola permukiman tersebar.
Persebaran penduduk mengikuti pola jalan.
Kebiasaan Penduduk
Untuk memenuhi kebutuhannya akan air bersih, masyarakat
membeli air pada penjual air selain menampung air hujan. Drainase pembuangan air limbah domestik juga belum merata di bangun di Pulau Kisar, dan di beberapa tempat kondisinya
sudah tidak layak.
Sarana kesehatan
lingkungan
Sarana Air Bersih (SAB) yang telah terbangun di Pulau Kisar
adalah: sistem non perpipaan, meliputi; Sumur Gali (SGL = 82 unit), dan Penampungan Air Hujan (PAH = 1,146 unit) dan sistem perpipaan dari PDAM Cabang Wonreli yang meliputi
SambunganRumah (40 SR) dan Keran Umum (15 KU). Sistem perpipaan hingga saat ini masih melayani Desa Wonreli. Penampungan Air Hujan dibuat dalam bak-bak penampung
yang umumnya terletak di pekarangan rumah warga.
PELUANG STRATEGI SO STRATEGI WO
Kondisi Kependudukan
Budaya masyarakat Kisar adalah patriarkhi, dimana kaum
lelaki yang berpergian mencari nafkah, sementara kaum wanita tinggal di rumah mengurus keluarga dan menanam tanaman di pekarangan rumah untuk ketahanan pangan
keluarga dan ternak.
Mengadakan kegiatan pemberdayaan masyarakat khususnya kaum wanita dalam
pembangunan air minum dan memperluas pengetahuan tentang air bersih
Pengembangan pola pikir kebersamaan
membangun daerah lewat air bersih untuk kepentingan bersama dengan
mengadakan workshop setiap tahun dengan mengundang pihak-pihak terkait air bersih seperti Pihak PDAM, NGO/LSM/
tokoh-tokoh masyarakat, rohaniwan, SKPD-SPD (Kesehatan, Lingkungan Hidup, Pekerjaan Umum, Permukiman, dan lain-
lain) dan Badan Legislatif (DPRD)
Mengadakan program sosialisasi dan penyuluhan ke sekolah-sekolah untuk
membangun kesadaran akan pentingnya air, mulai dari tingkat SD - SMA bekerjasama dengan Dinas Pendidikan
Sosialisasi lewat tempat-tempat ibadah seperti Gereja, Masjid dan
tempat publik lain mengenai peran, hak dan kewajiban masyarakat dalam penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Bersih serta
kebiasaan hidup bersih dan sehat
Peningkatan Kapasitas Badan Penyediaan Air Minum - Berbasis
Masyarakat (BPAM-BM) tingkat daerah
Penyebarluasan ciri keberhasilan kelompok masyarakat yang membangun SPAB dan sosialisasi Pengelolaan Air Bersih berbasis
masyarakat
Tingkat pendidikan
responden
Tingkat pendidikan tertinggi di Pulau Kisar masih berada pada tamatan Sekolah Menengah Atas/sederajat (SMA) dengan persentase sebanyak 47,47%, menyusul Sarjana Strata-Satu (S1) sebanyak 27,85%, dan sisanya terbagi atas tamatan
Sekolah Dasar/SD (8,23%), Sekolah Menengah Pertama/SMP (10,76%), Diploma Satu/D1(0,63%), Diploma Tiga/D3(3,16%) dan Sarjana Strata-Dua/S2 (1,90%).
ANCAMAN STRATEGI ST STRATEGI WT
Kondisi Kependudukan
Jika dibandingkan data dari BPS tahun 2010, yaitu jumlah penduduk Pulau Kisar sejumlah 14,015 jiwa dengan data
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tahun 2012 yang berjumlah 16,055 jiwa, maka rasio peningkatan penduduk adalah sebesar 87.29% dalam kurun waktu 2 tahun.
Perbaikan manajemen administrasi wilayah untuk keberhasilan program-program
Pemerintah Daerah dalam rangka sinergi dan keterpaduan antar SKPD dan demi efisiensi dan efektifitas
Relokasi sumur gali yang terpadu dengan rehabilitasi prasarana sanitasi mengikuti
pola permukiman yang ada
Penyediaan prasarana persampahan dan
sosialisasi 3R (reduce, reuse, recycle)
4. Pembangunan fasum dan fasos sesuai
RTR dan pemberlakuan regulasi yang mengatur penggunaan lahan dengan ancaman sanksi tegas sesuai Undang-
undang Nasional
Membangun Badan Usaha Milik Desa yang khusus mengelola air bersih dan mengadakan program pelatihan kepedulian pengamanan sumber air
Pembangunan drainase untuk pembuangan limbah rumah tangga
(sebaiknya limbah yang sudah diolah agar tidak mencemari lingkungan) yang memadai diseluruh Pulau Kisar dan membangun kesadaran
masyarakat untuk memelihara drainase demi kesehatan lingkungan yang terintegrasi pada keberlanjutan ketersediaan air bersih secara kualitas dan kuantitas
Menghidupkan kembali kearifan lokal yang mendukung pelestarian lingkungan, kebiasaan hidup sehat dan bersih serta peduli air
Kebiasaan Penduduk
Masyarakat Pulau Kisar memiliki kebiasaan berkumpul sambil mencuci bersama di lokasi-lokasi sumur atau sekedar bertemu
kenalan dan mengambil air sumur. Sumur-sumur di Pulau Kisar umumnya dibuat tanpa tutup pengaman dan pada salah satu sumur di Desa Wonreli yang terlihat berjarak sangat dekat
dengan septiktank komunal
Kebiasaan
Penduduk
Kebiasan membuang sampah sembarang tempat ini dilakukan
mulai dari kaum manula hinga anak kecil seusia SD.
Fasum dan Fasos
Fasilitas Umum (Fasum) yang dimaksud disini adalah Tempat-Tempat Umum (TTU) yang terdapat di Pulau Kisar seperti
Hotel, Pasar, Salon, Masjid, Gereja, Sekolah dan Rumah Kost. Sedangkan Fasilitas Sosial (Fasos) yang dimaksud adalah Tempat Penyediaan Makanan (TPM) yang meliputi; Depot Air
Isi Ulang, Rumah Makan, Pedagang Kaki Lima, Pedagang Keliling dan Pabrik Sederhana.
Sumber: Hasil Analisa Peneliti, 2012
Gambar 28. Matriks Strategi Agresif (Pengembangan) Aspek Ekonomi dan Keuangan Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar
KEKUATAN KELEMAHAN
Kondisi dan
Status Kepemilikan Bangunan
Tempat Tinggal
Kondisi bangunan tempat tinggal adalah 65,82% menempati rumah
permanen yang dapat diasumsikan telah memiliki sarana air air bersih yang memadai,
29,75% menempati rumah semi permanen yang dapat diasumsikan telah memiliki sarana
air bersih kurang memadai, dan 4,43% menempati bangunan darurat (gubuk), dengan sarana air
bersih seadanya. Sedangkan dari status kepemilikan, 74,19% adalah milik sendiri, sisanya menumpang
Keinginan untuk membayar jasa (Willingness To
Pay/WTP)
Walaupun sekitar 17,72% responden menyatakan tidak
bersedia mendapatkan layanan PDAM, namun jika memang layanan telah tersedia, maka
sebagian besar responden tetap memilih mendapatkan Sambungan Rumah (SR) di setiap keluarga
(74,68%). Sekitar 12,03% memilih Keran/Hidran Umum (KU/HU), 5,06% memilih Sambungan
Halaman (SH), 6,33% memilih Terminal Air (TA), sedangkan sekitar 1,90% memilih lain-lain.
(9,03%), sewa bulanan (2,58%),
kontrak (7,74%), rumah adat (0,65%), dan rumah dinas (5,81%).
Maksud dari lain-lain ini adalah
responden merasa masih nyaman mengambil sendiri dari sumur gali yang telah tersedia, ataupun
membeli dari penjual air.
Kemampuan
pelanggan (Ability To Pay/ATP)
Total kemampuan untuk membayar jasa (ATP) dibandingkan kesediaan untuk
membayar jasa (WTP) adalah ATP > WTP (53,16%), sedangkan ATP<WTP adalah 46,84% di
seluruh Pulau Kisar
PELUANG STRATEGI SO STRATEGI WO
Tingkat pekerjaan responden
Berdasarkan hasil survey, pekerjaan responden didominasi oleh Pegawai Negeri Swasta (PNS) yaitu sebanyak 46 orang (29,11%). Profesi terbanyak kedua adalah Petani/Peternak
Pemilik yaitu sebanyak 27 orang (17,09%), dan lain-lain terdiri dari beragam pekerjaan, mulai dari ibu rumah tangga biasa, pensiunan, hingga penduduk sementara yang datang hanya
untuk jangka waktu singkat di Pulau Kisar (42 orang/26,58%). Sisanya terdiri dari TNI/Polri (3,80%), Pegawai Swasta (10,76%), Pedagang Kecil (3,80%), Pedagang (3,16%),
Sosialisasi Program Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diselaraskan dengan program SKPD terkait
seperti SKPD Kesehatan (program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat - STBM) dan SKPD Pekerjaan Umum (Program Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat - SLBM)
Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) AMPL
(anggotanya multi sektor yang terkait dengan AMPL)
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia lewat
pelatihan-pelatihan AMPL
Pelaksanaan Program PPSP (Percepatan
Pembangunan Sanitasi Perkotaan(, termasuk di dalamnya sosialisasi sistem Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) dari SKPD terkait
yaitu; SKPD kesehatan (kualitas), SKPD Pekerjaan Umum (sarana dan prasarana) serta SKPD Lingkungan Hidup (air baku)
Pembentukan Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Berbasis Masyarakat
Perekonomian dan Tingkat
Kesejahteraan Penduduk
Peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat signifikan
hanya dalam waktu 2 (dua) tahun, yaitu keluarga prasejahtera tahun 2008 berjumlah sekitar 1.510 KK mengalami penurunan sebesar 53% di tahun 2010, sedangkan keluarga sejahtera III
tahun 2008 sebanyak sekitar 187 KK meningkat 78.31% di tahun 2010 menjadi ± 862 KK. Keluarga sejahtera III+ yang pada tahun 2008 sebanyak 68 KK meningkat pada tahun
tahun 2010 sebesar 91.20%.
Tingkat Penghasilan Responden
Tingkat penghasilan menunjukkan taraf ekonomi responden. Tingkat penghasilan terbesar adalah di atas Rp. 2.000.000,00
Rp.800.000,00 – Rp. 1.200.000,00 dan Rp.1.200.000,00 – Rp. 1.600.000,00 sama-sama persentasenya adalah 8,86%.
ANCAMAN STRATEGI ST STRATEGI WT
Perekonomian dan Tingkat
Kesejahteraan Penduduk
Perkembangan fisik Pulau Kisar meningkat drastis dengan tumbuhnya pusat-pusat keramaian dan perekonomian baru di
Desa Wonreli dan Kota Lama yang hingga saat ini masih menjadi Pusat Kegiatan Pemerintahan dan Perekonomian Kabupaten Maluku Barat Daya.
Prioritas alokasi dana air meningkat berdasarkan baseline APBD selama 3-4 tahun terakhir untuk
monitoring dan evaluasi alokasi menyangkut AMPL dan permukiman
Program sosialisasi dan advokasi masyarakat
Memanfaatkan kredit mikro dari koperas, bank atau lembaga keuangan lainnya untuk bantuan fisik
pengembangan SPAB bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Percepatan pembangunan infrastruktur untuk
Tingkat Kepuasan
Terhadap Sumber Air Bersih yang Dipakai
hemat air untuk keberlanjutan air bersih di daerah
mereka
Capacity Building PDAM untuk meningkatkan daya
saing dan kemandirian dalam pelayanan air bersih kepada masyarakat
pertumbuhan ekonomi daerah perbatasan dengan
pemberlakuan insentif untuk menarik investor misalnya; pengurangan/pembebasan di bidang pajak, retribusi daerah dan bea masuk peralatan
produksi, penyediaan lahan, penyediaan data dan informasi terbaru, penyediaan SDM untuk riset dan produksi, dan lain sebagainya
Total keseluruhan adalah mayoritas responden (36,08%) sudah puas dengan sumber air bersih yang telah ada tapi masih merasa sulit untuk memperolehnya, sisanya, yang
sudah puas adalah sekitar 33,54% dengan yang belum puas adalah 30,38%.
Ketersediaan
infrastuktur
Infrastruktur transportasi terbatas, jarang dan mahal.Bandar
udara yang tersedia adalah Bandar udara perintis untuk pesawat terbang jenis Casa 212 berkapasitas 18 penumpang dengan maksimal bagasi adalah 10 kg per-penumpang.
Jadwal pesawat tidak menentu, tergantung ketersediaan bahan bakar Avtur yang tersedia di Pulau Kisar. Dermaga pelabuhan dapat memuat kapal Pelni dan kapal barang,
namun tergantung gelombang di Laut Banda Infrastruktur telekomunikasi dan komunikasi, selain memakai internet satelit, menara BTS penyedia jasa layanan Telekomunikasi
yang baru tersedia hanya milik PT. Telkomsel. Di beberapa tempat yang terletak di kaki lembah sinyal jaringan telepon sulit diperoleh. Mesin automatic machine teller (ATM) tidak
ada
Sumber: Hasil Analisa Peneliti, 2012
Gambar 29. Matriks Strategi Agresif (Pengembangan) Aspek Kelembagaan Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar
KEKUATAN KELEMAHAN
Kualitas air bersih
PDAM
Kualitas air PDAM dinyatakan cukup bersih dan berada pada pencemaran rendah sehingga layak
dikonsumsi masyarakat (Pemeriksaan Laboratorium BTKL-PP Kelas I Makassar, 2012).
Lembaga Pengelola
Air Bersih
Untuk saat ini di Pulau Kisar Lembaga Pengelola Air Bersih milik pemerintah satu-satunya adalah
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dharma yang baru melayani Desa Wonreli
Secara fisik, air yang didistribusikan PDAM kepada
masyarakat di Desa Wonreli relatif cukup baik (jernih, tidak berbau, tidak berasa). PDAM Tirta
Dharma Wonreli
Sistem perpipaan mencakup 134 KK untuk Sambungan Rumah (SR) dan 15 keran Umum
(KU). atau sekitar 10.68% SR dan 1.20% KU untuk Desa Wonreli, atau 4.78% SR dan 0.54% untuk seluruh Pulau Kisar. Total KK terlayani PDAM
adalah 5.32% dan yang tidak terlayani PDAM adalah 2.653 KK (94.68%).
Kuantitas air bersih PDAM
Pelanggan PDAM Tirta Dharma hingga saat ini
tercatat sebanyak 134 Kepala keluarga (KK) yang bermukim di Desa Wonreli. Secara kuantitas, air bersih yang diproduksi oleh PDAM masih jauh dari
mencukupi untuk pelayanan Pulau Kisar.
Kontinuitas
aliran layanan PDAM
Kontinuitas aliran sistem distribusi air bersih PDAM
yang ada sekarang ini dirasakan belum memuaskan karena air belum mengalir selama 24 jam penuh. Kontinuitas aliran yang ada rata-rata
baru mencapai 6 – 12 jam perhari. Kondisi ini disebabkan oleh sering rusaknya peralatan yang ada dan masih tingginya tingkat ketergantungan
terhadap PLN yang mempengaruhi terhadap daya beli listrik.
PELUANG STRATEGI SO STRATEGI WO
Cakupan Pelayanan PDAM
Sistem jaringan distribusi air bersih milik PDAM
yang ada saat ini masih mengikuti pola jaringan jaringan jalan, sehingga wilayah-wilayah yang memiliki akses atau berada dekat dengan jaringan
jalan utama saja yang terlayani oleh air bersih PDAM, seperti Desa Wonreli.
Penambahan dan pembenahan prasarana pendukung
sarana air bersih seperti jalan untuk memperluas akses terhadap sumber air baku
Percepatan pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan
ekonomi daerah perbatasan dengan pemberlakuan insentif untuk menarik investor misalnya; pengurangan/pembebasan
di bidang pajak, retribusi daerah dan bea masuk peralatan produksi, penyediaan lahan, penyediaan data dan informasi terbaru, penyediaan SDM untuk riset dan produksi, dan lain
sebagainya
Menjalin kemitraan dengan NGO/LSM, lembaga riset dan
ahli-ahli akademisi sebagai bagian pengelolaan sistem data dan peningkatan teknologi informasi (untuk pemutakhiran data)
Kelembagaan, penguatan kapasitas, advokasi dan monitoring dan evaluasi yang terpadu dengan sektor sanitasi
Menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dan Good
Coorporate Governance terutama untuk penyelenggara/operator SPAB
Meningkatkan kemampuan finansial PDAM dengan cara;
program penyehatan PDAM melalui pengaturan tarif (penuh dan progresif serta subsidi untuk MBR)
Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat kabupaten/kota dalam pengembangan SPAB dengan cara penyempurnaan tugas pokok SKPD terkait agar tidak saling
tumpang tindih, peningkatan SDM melalui sertifikasi ataupun pelatihan Operasional dan Pemeliharaan SPAB, pengisian jabatan struktural/fungsional sesuai kompetensi
Bekerjasama dengan daerah otonom lain sebagai suatu manajemen terpadu dalam mengelola air tanah/sumber air
baku berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 tanggal 3 November 2000, tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Standardisasi
Pulau Kisar termasuk pulau terdepan Indonesia,
sehingga pembangunan dan pengembangan di Pulau Kisar berpijak pada pembangunan kepulauan sesuai Peraturan Presiden Negara
Republik Indonesia no 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar.
Strategi pembangunan dan pengembangan
daerah Pemerintah Propinsi Maluku kepulauan adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi
dengan konsep “Satuan Gugus Pulau”.
Sumber Daya Manusia dan
Pengembangannya
Sumber daya manusia di Pulau Kisar terbilang
cukup potensial dengan kembalinya para putra dan putri daerah yang telah mengecap pendidikan setara SLTA hingga Pascasarjana di luar Pulau
Kisar untuk membangun kampung halaman keluarga mereka. Sedangkan keahlian berdagang/berniaga umumnya dikuasai kaum
pendatang dari Pulau Jawa dan Sulawesi.
Tugas Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Air Bawah
Tanah
ANCAMAN STRATEGI KA STRATEGI LA
Cakupan Pelayanan PDAM
Cakupan pelayanan baru cukup untuk Desa Wonreli baru sebesar 10.68 % SR dan 1.20% KU atau hanya sebesar 4.78% SR dan 0.54% KU untuk seluruh Pulau Kisar. Penduduk yang tidak
terlayani oleh jaringan air bersih milik PDAM yaitu sebesar 13.667 jiwa atau 94.68% dari jumlah penduduk dan kalangan ini menggunakan air
sumur bor, menampung air hujan dan membeli air dari penjual air untuk dijadikan sebagai sumber air bersih.
Penambahan jaringan perpipaan PDAM secara bertahap
selaras dengan rencana strategis Dinas Pekerjaan Umum dan BAPPEDA
Promosi dan kampanye visi air dunia dalam World Water
Forum 2000 "making water everybody's business" dimulai dari gerakan legislatif peduli air dan lingkungan hingga ke
tingkat masyarakat dengan mengadakan event daerah setiap tahun
Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan melalui bank komersial dan non-bank untuk PDAM shat
Memfasilitasi pembentukan Lembaga Konsumen Air Bersih Indonesia tingkat daerah
Sumber Daya Manusia dan
Pengembangannya
Pengawasan prasarana air bersih yang telah ada masih kurang. dengan adanya dari laporan warga
dan peninjauan langsung, terlihat sumur bor yang pompanya telah rusak akibat ulah tidak bertanggungjawab oknum tertentu di Dusun
Kioumanumere Desa Wonreli sehingga mengakibatkan masyarakat sekitar tidak memperoleh air dari sumber tersebut sejak 6
(enam) bulan yang lalu.
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2012
Dari setiap aspek yang telah dirumuskan strateginya maka
direduksi lagi garis besar strategi prasarana air bersih di Pulau Kisar,
sebagai berikut:
1. Pengembangan dan peningkatan fisik prasarana baik air bersih
maupun prasarana pendukung.
2. Pengembangan dan peningkatan manajemen dan tata kelola air
bersih maupun dibidang finansial, lembaga masyarakat, administrasi,
informasi dan kompetensi.
3. Pembenahan dan perluasan pola pikir (paradigma) terhadap sarana
air bersih dan sarana penunjang lainnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil pembahasan penelitian ini untuk menjawab tujuan penelitian
tentang strategi pengembangan prasarana air bersih di Pulau Kisar,
dimana untuk pengembangan prasarana air bersih dari tinjauan aspek
teknis, ekonomi dan keuangan serta kelembagaan memerlukan strategi
agresif atau pengembangan, sedangkan aspek sosial budaya prasarana
air bersih membutuhkan strategi diversifikasi atau perluasan. Dari hasil
interaksi berdasarkan posisi kuadran eksternal dan internal maka
diperoleh kesimpulan upaya-upaya yang perlu dilakukan sebagai hasil
perumusan kedua strategi, yaitu sebagai berikut:
4. Pengembangan dan peningkatan fisik prasarana baik air bersih
maupun prasarana pendukung.
Prasarana tersebut adalah; sumur gali terpadu sanitasi dan air
hujan, akses air non-perpipaan, Sistem Pengolahan Air Sederhana
menggunakan teknik aerasi (pada wilayah tertentu yang kadar besi
pada airnya tinggi), Sistem Pengolahan Air Hujan skala rumahtangga,
teknologi surya menjadi sistem kombinasi (gravitasi dan pompa),
waduk-waduk lapangan, situ-situ dan jaringan pembawa, embung dan
tandon air, stasiun hujan, klimatologi dan hidrometri, Greenbelt
dilahan-lahan subur dan daur ulang air baik, prasarana persampahan
dan sosialisasi 3R (reduce, reuse, recycle), drainase untuk
pembuangan limbah rumah tangga, jalan, jaringan perpipaan PDAM
secara bertahap
5. Pengembangan dan peningkatan manajemen dan tata kelola air
bersih maupun dibidang finansial, lembaga masyarakat, administrasi,
informasi dan kompetensi.
Manajemen dan tata kelola yang dimaksud adalah;
kerjasama/kemitraan dengan NGO/LSM, PERPAMSI, daerah otonom
lain, lembaga riset dan akademisi, peningkatan kapasitas PDAM baik
secara kelembagaan, keuangan dan SDM, pengembangan aset
manajemen Sarana Air Bersih secara kontinyu, kegiatan
pemberdayaan masyarakat khususnya kaum wanita, manajemen
administrasi wilayah untuk koordinasi antar instansi terkait,
pemberlakuan regulasi yang memprioritaskan air bersih, peningkatan
Kapasitas Badan Penyediaan Air Minum - Berbasis Masyarakat
(BPAM-BM) tingkat daerah, BUMD, BPAM-BM dan Lembaga
Konsumen Air Bersih Indonesia tingkat daerah, prioritas alokasi dana
air dalam APBD, kredit mikro dari koperasi, bank atau lembaga
keuangan lainnya untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),
emberlakuan insentif untuk menarik investor, pengelolaan sistem data
dan peningkatan teknologi informasi (untuk pemutakhiran data),