STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen Sektor Publik Yang dibina oleh Bapak Nurjati Widodo, S. AP, M.AP Disusun Oleh: 1) Ricke Silva Lorenza (145030100111034) 2) Devi Sheila Ismaya (145030100111046) 3) Tasyakurnia Laili Putri (145030101111051) 4) Anastasia Jumriati B. (145030101111057) 5) Yualita Windy Lestari (145030101111048) Kelas E JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016
43
Embed
STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI … · STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STRATEGI PENGEMBANGAN
MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sistem Informasi Manajemen Sektor Publik
Yang dibina oleh Bapak Nurjati Widodo, S. AP, M.AP
Disusun Oleh:
1) Ricke Silva Lorenza (145030100111034)
2) Devi Sheila Ismaya (145030100111046)
3) Tasyakurnia Laili Putri (145030101111051)
4) Anastasia Jumriati B. (145030101111057)
5) Yualita Windy Lestari (145030101111048)
Kelas E
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Informasi, dan Komunikasi
telah memaksa dunia khususnya kepada negara-negara maupun masyarakat di
dalamnya untuk ikut serta terlibat dalam partisipasi berkembangnya aspek-aspek di
seluruh kehidupan manusia. Ruang lingkup, dan batasan-batasan antar negara di dunia
ini semakin sempit bahkan tidak ada batasan. Globalisasi telah mendunia, memaksa
dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan secara mengglobal. Dengan berjalan dan
berkembangnya dinamika-dinamika kehidupan secara mengglobal menyebabkan
banyak sekali dampak yang melingkupinya. Baik dampak positif maupun negative,
baik dalam skala kecil maupun besar. Proses-proses akulturasi memaksa kita agar
memfilterisasi segala sesuatu agar tidak terjadi mengilangnya jati diri (Asimilasi).
Sejalan dengan mengglobalnya dinamika perkembangan kehidupan
masyarakat, timbulya hasrat masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
hidupnya. Terpenuhinya seluruh kebutuhan baik premier, sekunder, maupun tersier
tidak lepas dari ikut serta peran Pemerintah di dalamnya karena sebagai pemegang
kendali dalam scope negara. Dampak mengglobalnya Globalisasi di Negara
Berkembang khususnya di Indonesia, membuka cakrawala akan dahsyatnya pengaruh
yang dirasakan baik dari sisi ideology, ekonomi, politik, hukum, kebudayaan, dan
lain-lain. Kita sekarang hidup dalam dunia tanpa batas, dimana negara-bangsa telah
menjadi rekaan dan dimana para politikus telah kehilangan semua kekuatan efektif
mereka, ( menurut Harper Collins dalam Anthony Giddens,1995 ).
Informasi publik merupakan hak dasar yang mesti dipenuhi oleh lembaga
publik untuk disebarluaskan kepada masyarakat. Informasi ini ketika dikemas
sedemikian rupa akan dapat mendukung berkembangnya partisipasi publik dan
hubungan yang ideal antara masyarakat dengan aparatur pemerintah. Akan tetapi,
faktanya kemampuan sebagian masyarakat Indonesia dalam mengakses informasi
tidak sama baik dalam hal kuantitas maupun kualitas, bukan saja terhadap media yang
berbasis teknologi komunikasi dan informasi, tetapi juga media konvensional yang
telah berkembang sebelumnya. Kesenjangan informasi terjadi antara masyarakat baik
dari latar belakang pendidikan, faktor ekonomis dengan faktor lingkungan geografis
tempat tinggal.
Kehadiran Undang-Undang No 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik ini pun dikhawatirkan dapat menimbulkan “kepanikan” di kalangan birokrasi,
karena bisa jadi masyarakat berbondong-bondong menyerbu instansi pemerintah dan
meminta informasi apa saja yang mereka inginkan. Apa saja. Bisa saja nanti ada yang
meminta penjelasan secara teknis maupun non-teknis tentang penanganan bencana
lumpur di Sidoarjo, atau permintaan literatur yang sebenarnya sangat lama, misalnya
berapa lokasi pekuburan Belanda di Indonesia.
Sistem informasi dapat membantu segala jenis informasi konsumsi publik
dalam meningkatkan efisiensi, efektifitas serta kapabilitas pelayanan publik dalam
bentuk informasi publik elektronik kepada masyarakat. Tidak hanya itu dengan
adanya sistem informasi, dapat dijadikan sebagai bahan yang dibutuhkan untuk
pengambilan keputusan organisasi publik atau pemerintah dilingkungan global yang
dinamis saat ini. Strategi pemerintah merupakan bagian penting untuk mencapai
tujuan perusahaan dan menjadi pedoman dalam penyusunan strategi lainnya.
Pengembangan sistem informasi (SI) Pemerintah yang didukung oleh penggunaan
teknologi informasi (TI) dapat menjadi salah satu strategi dalam meningkatkan kinerja
pemerintah dalam komunikasi dan informasi serta pelayananan informasi kepada
masyarakat.
Pengembangan Sistem Infomasi berkaitan dengan perkembangan teknologi.
Dalam hal ini, bagaimana sistem informasi (SI) dapat memanfaatkan teknologi-
teknologi yang semakin berkembang ini agar lebih efisien dan efektif dalam
pemanfaatannya. Penggabungan teknologi dengan sistem informasi terutama dalam
informasi publik menggunakan metode sehingga terciptalah sistem informasi yang
berbasis teknologi informasi. Dalam pengembangan sistem informasi berbasis
teknologi memerlukan langkah-langkah yang harus ditempuh dengan menyesuaikan
dengan kebutuhan informasi dan teknologi komunikasi serta pengguanaan internet.
Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan sistem dan metoda pelayanan
informasi publik yang efisien, dan efektif dengan bobot materi informasi yang
terpercaya. Semua hal tersebut hendaknya dilakukan oleh instansi/lembaga penyedia
informasi publik secara sinergi; hal ini sangat penting untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap instansi/lembaga penyedia informasi publik baik di
pusat maupun daerah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep strategi pengembangan manajemen sistem informasi
publik ?
1.2.2 Bagaimana pendekatan pengembangan manajemen sistem informasi publik ?
1.2.3 Bagaimana metodologi pengembangan sistem dan perangkat ?
1.2.4 Bagaimana langkah-langkah pengembangan manajemen sistem informasi
publik ?
1.2.5 Apa Studi kasus pengembangan manajemen sistem informasi publik ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mendeskripsikan dan menganalisis konsep strategi pengembangan
manajemen sistem informasi publik.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pendekatan strategi pengembangan
manajemen sistem informasi publik.
1.3.3 Untuk mendeskripsikan dan menganalisis metodologi strategi pengembangan
manajemen sistem informasi publik.
1.3.4 Untuk mendeskripsikan dan menganalisis langkah-langkah strategi
pengembangan manajemen sistem informasi publik.
1.3.5 Untuk memberikan contoh studi kasus pengembangan manajemen sistem
informasi publik .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Strategi Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem informasi menurut Loudon (dalam Husein dan Wibowo,
2000:89) didorong oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah
faktor lingkungan organisasi yang mempengaruhi adopsi dan desain sistem. Beberapa
faktor lingkungan eksternal adalah peningkatan biaya tenaga kerja atau sumber daya
lain, persaingan dari perusahaan lain dan perubahan regulasi pemerintah (UU).
Sedangkan faktor internal adalah faktor institusional organisasi yang mempengaruhi
proses adopsi dan desain sistem informasi. Faktor ini mencakup value (tata nilai),
norma, dan hal-hal penting yang dapat membentuk strategi penting dalam organisasi.
Sumber: Loudon (dalam Husein dan Wibowo, 2000)
Glueek, dkk, dalam LAN-RI (2008) mengemukakan ada empat strategi utama,
yaitu langkah yang dilakukan setelah menganalisa proses kondisi lingkungan internal
dan eksternal adalah menetapkan strategi yang sesuai, antara lain:
1. Stability Strategy
Industri yang menggunakan strategi stabilitas dapat melanjutkan strategi yang
sebelumnya dapat dikerjakan. Keputusan strategi utama difokuskan pada
penambahan perbaikan terhadap pelaksanaan fungsinya, alasannya karena
industri atau perusahaan telah berhasil dalam taraf kedewasaan, lingkungan
relative stabil, tidak terlalu berisiko.
2. Retrenchment Strategy
Strategi penciutan pada umumnya digunakan untuk mengurangi produk pasar,
alasannya karena industri atau perusahaan tidak berjalan dengan baik,
lingkungan semakin mengancam, mendapat tekanan dari konsumen sehingga
peluang tidak dimanfaatkan dengan baik.
3. Growth Strategy
Strategi pertumbuhan banyak dipertimbangkan untuk dapat diterapkan pada
industry dengan petimbangan bahwa keberhasilan industry adalah industry
yang selalu terus berkembang. Strategi pertumbuhan melalui ekspansi dengan
memperluas daerah pemasaran dan penjualan produk atau dapr berupa
diversifikasi produk.
4. Combination Strategy
Strategi ini tepat digunakan bila industry banyak menghadapi perubahan
lingkungan dengan kecepatan yang tidak sama, tidak mempunyai potensi
masa depan yang sama serta mempunyai arus kas negative.
Untuk pengembangan agropolitan di suatu Kabupaten, startegi pertumbuhan
(growth strategy) merupakan alternatif strstegi yang patut dipertimbangkan mengingat
pembangunan di bidang pertanian terus berkembang dan pemerintah daerah selalu
berusaha mencari solusi dengan inovasi dan kreativitas yang tinggi untuk
meningkatkan produktifitas, pengolahan hasil yang berkualitas, pemasaran dan
penganekaragaman produk guna meningkatkan daya saing.
Menurut Earl (1989), strategi pengembangan sistem informasi meliputi tiga
pilar utama, yaitu Information System Strategy (ISS), Information Technology
Strategy (ITS), dan Information Management Strategy (IMS).
Sumber: Earl, Michael J. (1989).
ISS, ITS, dan IMS mempunyai fokus yang berbeda namun memiliki
keterkaitan yang sangat erat sehingga perubahan pada salah satu strategi akan sangat
mempengaruhi strategi yang lain. ISS menekankan pada hubungan antara informasi
dan kebutuhan bisnis organisasi. ITS fokus pada teknologi yang harus dimiliki dan
dikembangkan organisasi. IMS berorientasi pada teknik manajemen yang akan
dipergunakan organisasi.
ISS berkaitan dengan bagaimana mendefinisikan kebutuhan informasi yang
mendukung kebutuhan organisasi secara umum, untuk menjamin terjadinya “the flow
of information” yang efektif dan berkualitas. Setiap organisasi memiliki kebutuhan
informasi yang unik. Keunikan tersebut antara lain terlihat dari (1) jenis dan
karakteristik informasi, (2) relevansi informasi yang dihasilkan, (3) kecepatan alir
informasi dari satu bagian ke bagian lain dalam organisasi, (4) keakuratan informasi,
(5) target nilai ekonomis informasi yang diperoleh, (6) batasan biaya yang harus
dikeluarkan dalam pengolahan informasi, dan (7) struktur para pengguna informasi.
Berdasarkan faktor-faktor keunikan tersebut sistem informasi yang dikembangkan
oleh rumah sakit misalnya akan berbeda dengan sistem informasi yang dikembangkan
oleh bank. Bahkan sistem informasi yang dikembangkan oleh rumah sakit A akan
berbeda dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh rumah sakit B.
Komponen utama yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah sistem
informasi yang efektif dan efisien adalah teknologi informasi. Teknologi informasi
merupakan sebuah domain dari produk-produk hasil perkembangan ilmu komputer
dan telekomunikasi. Oleh karena itu menurut Jogiyanto (2005:52) ITS berkaitan
dengan strategi memilih teknologi sistem komputer (hardware dan software), dan
teknologi sistem telekomunikasi yang akan digunakan organisasi. Pada kenyataannya,
saat ini terdapat beragam tipe produk yang berkaitan dengan teknologi informasi.
Fenomena yang terlihat sehubungan dengan hal ini adalah berlombanya beribu-ribu
perusahaan untuk menciptakan produk-produk yang dapat dijadikan standar
internasional pada kelasnya masing-masing.
Berdasarkan kenyataan ini sudah terlihat, bahwa perusahaan memerlukan
strategi khusus paling tidak dalam memilih teknologi mana saja yang akan dibeli dan
dimanfaatkan agar dapat dikembangkan sistem informasi yang dibutuhkan. Alasan
lain diperlukannya ITS adalah karena adanya suatu resiko tertentu yang akan menjadi
tanggungan perusahaan sehubungan dengan pemilihan suatu teknologi tertentu.
Menurut Indrajit (1999) ITS diperlukan karena alasan berikut.
1. Perkembangan teknologi informasi sedemikian cepatnya (tumbuh secara
eksponensial) sehingga usia suatu produk tertentu sangat pendek karena
tergantikan dengan versi yang baru yang lebih baik;
2. Untuk satu jenis kelas produk, terdapat beribu-ribu vendor yang menjualnya
dengan kelebihan dan kekurangan kualitas produk dan pelayanan yang
dimiliki;
3. Sistem teknologi informasi terdiri dari ratusan komponen berbeda yang disatu
sisi saling independen, sementara di sisi lain memiliki ketergantungan yang
sangat tinggi;
4. Perusahaan dapat melihat infrastruktur teknologi informasi ini dari berbagai
sudut pendekatan, seperti teknologi informasi sebagai cost center, profit
center, investment center, atau service center yang masing-masing memiliki
cara penanganan yang berbeda;
5. Teknologi informasi yang dibangun harus secara signifikan menjawab
kebutuhan akan informasi yang telah didefinisikan pada ISS dengan catatan
tetap mempertimbangkan keterbatasan perusahaan (misalnya biaya investasi
dan kemampuan sumber daya manusia).
IMS berkaitan dengan strategi menentukan orang atau unit organisasi yang
akan menangani sistem informasi dalam organisasi. IMS menjabarkan strategi
organisasi agar target pembentukan sebuah sistem informasi yang handal dengan
menggunakan teknologi informasi yang ada dapat diterapkan secara operasional baik
untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, sejalan dengan
tumbuhnya organisasi di masa mendatang. Tekanan strategi di sini tidak hanya pada
siapa yang akan bertanggung jawab terhadap implementasi sistem informasi, tetapi
lebih jauh lagi pada bagaimana sistem yang telah dibangun dapat dipelihara dan
dikembangkan di kemudian hari. Prinsip-prinsip pengembangan sistem, adalah :
1. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen
2. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar, maka setiap
investasi modal harus mempertimbangkan 2 hal berikut ini :
- Semua alternatif yang ada harus diinvestigasikan
- Investasi yang terbaik harus bernilai
3. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik
4. Tahapan kerja dan tugas-tugas yang baru dilakukan dalam proses
pengembangan sistem
5. Proses pengembangan sistem tidak harus urut
6. Jangan takut membatalkan proyek
7. Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem
2.2 Pendekatan Strategi Pengembangan Sistem
Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan sistem, yaitu
1. Pendekatan Klasik (classical approach)
Pendekatan Klasik (classical approach) disebut juga dengan
Pendekatan Tradisional (traditional approach) atau Pendekatan Konvensional
(conventional approach). Metodologi Pendekatan Klasik mengembangkan
sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada System Life Cycle.
Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan akan berhasil bila
mengikuti tahapan pada System Life Cycle. Permasalahan-permasalahan yang
dapat timbul pada Pendekatan Klasik adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan perangkat lunak akan menjadi sulit.
Pendekatan klasik kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik di
dalam mengembangkan sistem dan sebagai akibatnya proses
pengembangan perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit untuk
dikerjakan oleh pemrogram. Lain halnya dengan pendekatan
terstruktur yang memberikan alat-alat seperti diagram arus data (data
flow diagram), kamus data (data dictionary), tabel keputusan (decision
table). diagram IPO, bagan terstruktur (structured chart) dan lain
sebagainya yang memungkinkan pengembangan perangkat lunak lebih
terarah berdasarkan alat-alat dan teknik-teknik tersebut.
b. Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem akan menjadi mahal.
Mahalnya biaya perawatan pada pendekatan sistem klasik disebabkan
karena dokumentasi sistem yang dikembangkan kurang lengkap dan
kurang terstruktur. Dokumentasi ini merupakan hasil dari alat-alat dan
teknik -teknik yang digunakan. Karena pendekatan klasik kurang
didukung oleh alat-alat dan teknik-teknik, maka dokumentasi menjadi
tidak lengkap dan walaupun ada tetapi strukturnya kurang jelas,
sehingga pada waktu pemeliharaan sistem menjadi kesulitan.
c. Kemungkinan kesalahan sistem besar
Pendekatan klasik tidak menyediakan kepada analis sistem cara untuk
melakukan pengetesan sistem, sehingga kemungkinan
kesalahankesalahan sistem akan menjadi lebih besar.
d. Keberhasilan sistem kurang terjamin.
Penekanan dari pendekatan klasik adalah kerja dari personil-personil
pengembang sistem, bukan pada pemakai sistem, padahal sekarang
sudah disadari bahwa dukungan dan pemahaman dari pemakai sistem
terhadap sistem yang sedang dikembangkan merupakan hal yang vital
untuk keberhasilan proyek pengembangan sistem pada akhirnya.
Mulai awal tahun 1970 muncul suatu pendekatan baru disebut dengan
Pendekatan Terstruktur. Pendekatan ini pada dasarnya mencoba menyediakan
kepada analis sistem dengan alat-alat dan teknik-teknik untuk
mengembangkan sistem disamping tetap mengikuti ide dari system life cycle.
2. Pendekatan terstruktur (Structured Approach)
Pendekatan terstruktur dilengkapi dengan alat-alat (tools) dan teknik-
teknik yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem, sehingga hasil akhir dari
sistem yang dikembangkan akan didapatkan sistem yang strukturnya
didefinisikan dengan baik dan jelas. Beberapa metodologi pengembangan
sistem yang terstruktur telah banyak yang diperkenalkan baik dalam buku-
buku, maupun oleh perusahaan-perusahaan konsultan pengembang sistem.
Metodologi ini memperkenalkan penggunaan alat-alat dan teknik-teknik untuk
mengembangkan sistem yang terstruktur.
Konsep pengembangan sistem terstruktur bukan merupakan konsep
yang baru. Teknik perakitan di pabrik-pabrik dan perancangan sirkuit untuk
alat-alat elektronik adalah dua contoh baru konsep ini yang banyak digunakan
di industri-industri. Konsep ini memang relatif masih baru digunakan dalam
mengembangkan sistem informasi untuk dihasilkan produk sistem yang
memuaskan pemakainya. Melalui pendekatan terstruktur, permasalahan-
permasalahan yang kompleks dalam organisasi dapat dipecahkan dan hasil
dari sistem akan mudah untuk dipelihara, fleksibel, lebih memuaskan
pemakainya, mempunyai dokumentasi yang baik, tepat pada waktunya sesuai
dengan anggaran biayanya, dapat meningkatkan produktivitas dan kualitasnya
akan lebih baik (bebas kesalahan). Keuntungan pendekatan terstruktur :
Mengurangi kerumitan masalah (reduction of complexity).
Konsep mengarah pada sistem yang ideal (focus on ideal).
Standarisasi (standardization).
Orientasi ke masa datang (future orientation).
Mengurangi ketergantungan pada disainer (less reliance on artistry).
3. Dari Bawah Ke Atas (Bottom-up Approach)
Pendekatan ini dimulai dari level bawah organisasi, yaitu level
operasional dimana transaksi dilakukan. Pendekatan ini dimulai dari
perumusan kebutuhan-kebutuhan untuk menangani transaksi dan naik ke level
atas dengan merumuskan kebutuhan informasi berdasarkan transaksi tersebut.
Pendekatan ini ciri-ciri dari pendekatan klasik. Pendekatan dari bawah ke atas
bila digunakan pada tahap analisis sistem disebut juga dengan istilah data
analysis, karena yang menjadi tekanan adalah data yang akan diolah terlebih
dahulu, informasi yang akan dihasilkan menyusul mengikuti datanya.
4. Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach)
Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach) dimulai dari
level atas organisasi, yaitu level perencanaan strategi. Pendekatan ini dimulai
dengan mendefinisikan sasaran dan kebijaksanaan organisasi. Langkah
selanjutnya dari pendekatan ini adalah dilakukannya analisis kebutuhan
informasi. Setelah kebutuhan informasi ditentukan, maka proses turun ke
pemrosesan transaksi, yaitu penentuan output, input, basis data, prosedur-
prosedur operasi dan kontrol. Pendekatan ini juga merupakan ciri-ciri
pendekatan terstruktur. Pendekatan atas-turun bila digunakan pada tahap
analis sistem disebut juga dengan istilah decision analysis, karena yang
menjadi tekanan adalah informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan oleh manajemen terlebih dahulu, kemudian data yang perlu diolah
didefinisikan menyusul mengikuti informasi yang dibutuhkan.
5. Pendekatan Sepotong (piecemeal approach)
Pengembangan yang menekankan pada suatu kegiatan/aplikasi tertentu
tanpa memperhatikan posisinya di sistem informasi atau tidak memperhatikan
sasaran organisasi secara global (memperhatikan sasaran dari kegiatan atau
aplikasi itu saja).
6. Lompatan jauh (great loop approach)
Pendekatan yang menerapkan perubahan menyeluruh secara serentak
menggunakan teknologi canggih, sehingga mengandung resiko tinggi, terlalu
mahal, sulit dikembangkan karena terlalu komplek.
7. Pendekatan Berkembang (evolutionary approach)
Pendekatan yang menerapkan teknologi canggih hanya untuk aplikasi-
aplikasi yang memerlukan saja dan terus dikembangkan untuk periode
berikutnya mengikuti kebutuhan dan teknologi yang ada.
2.3 Metodologi Strategi Pengembangan Sistem
Metodologi pengembangan sistem berarti metode-metode, prosedur-prosedur,
konsep konsep pekerjaan, aturan-aturan untuk mengembangkan suatu sistem
informasi. Berikut beberapa metode pengembangan sistem:
1) Metode System Development Life Cycle (SDLC)
Model SDLC atau Sekuensial Linier sering disebut juga Model Air
Terjun. Model ini mengusulkan sebuah pendekatan perkembangan perangkat
lunak yang sistematik dan sekunsial yang dimulai pada tingkat dan kemajuan
sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian, dan pemeliharaan
Model ini disusun bertingkat, setiap tahap dalam model ini dilakukan
berurutan, satu sebelum yang lainnya. Model ini biasanya digunakan untuk
membuat sebuah software dalam skala besar dan yang akan dipakai dalam
waktu yang lama. Sangat cocok untuk pengembangan sistem yang besar.
Dalam tahapan ini dibentuk suatu struktur kerja strategis yang luas dan
pandangan sistem informasi baru yang jelas yang akan memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pemakai informasi. Proyek sistem dievaluasi dan dipisahkan
berdasarkan prioritasnya. Proyek dengan prioritas tertinggi akan dipilih untuk
pengembangan. Penyediaan sumber daya baru dan penyediaan dana untuk
pengembangan sistem. Rencana kerja yang matang juga disusun untuk
menjalankan tahapan-tahapan lainnya.
a. Fase Perencanaan Sistem:
Mendefinisikan Masalah
Mengkonfirmasikan kelayakan proyek
Membuat jadwal proyek
Menentukan staff yang terlibat dalam proyek
Memulai proses pengembangan proyek
Hasil dari tahapan ini adalah : Langkah-langkah detail rencana kerja
dan penugasan untuk anggota tim.
b. Fase Analisis Sistem:
Dilakukan proses penilaian, identifikasi dan evaluasi komponen
dan hubungan timbal-balik yang terkait dalam pengembangan
system: definisi masalah, tujuan, kebutuhan, prioritas dan