i STRATEGI PENGEMBANGAN KEGIATAN KEAGAMAAN REMAJA DI DKM MASJID BAITUL MAKMUR SRENGSENG SAWAH - JAKARTA SELATAN SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Oleh : Oleh : BANDAR ROBI ATTAMIMI NIM : 107053000411 MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1435 H
73
Embed
STRATEGI PENGEMBANGAN KEGIATAN KEAGAMAAN REMAJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26939/1/BANDAR... · kegiatan yang dilakukan para remaja s. ekitar . masjid realitanya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
STRATEGI PENGEMBANGAN
KEGIATAN KEAGAMAAN REMAJA
DI DKM MASJID BAITUL MAKMUR
SRENGSENG SAWAH - JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Oleh :
Oleh :
BANDAR ROBI ATTAMIMI
NIM : 107053000411
MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1435 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul STRATEGI PENGEMBANGAN KEGIATAN KEAGAMAAN
REMAJA DI DKM MASJID BAITUL MAKMUR SRENGSENG SAWAH-JAKARTA
SELATAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 5 juni 2014. Skripsi telah di terima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada
Program Studi Manajemen Dakwah.
Jakarta,5 Juni 2014
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota
A. Struktur Organisasi ................................................................... 71
B. Agenda Kegiatan DKM Masjid Baitul Makmur ....................... 72
C. Foto-Foto Kegiatan DKM Masjid Baitul Makmur ................... 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masjid adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat bagi kaum
muslimin di seluruh pelosok dunia. Seperti yang diketahui bahwa eksistensi
masjid mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi agama Islam baik dalam
upaya membentuk nilai-nilai pribadi maupun masyarakat yang bernafaskan
Islam. Fungsi masjid yang utama adalah tempat untuk sholat secara berjama‟ah.
Kalau kita perhatikan, shalat berjama‟ah adalah merupakan salah satu ajaran
Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan fuqaha,
yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam tentang shalat berjama‟ah merupakan perintah yang
benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin.
Untuk bisa mengoptimalkan fungsi masjid secara utuh, maka masjid harus
difungsikan sebaik mungkin dalam penggunaannya. Masjid adalah tempat ibadah
kaum muslimin yang memiliki peran strategis untuk kemajuan peradaban umat
Islam. Masjid merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai kebaikan dan
kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi semuanya
bisa berjalan sukses jika dirangkum dalam sebuah garis kebijakan manajemen
masjid. Namun dalam kenyataannya, fungsi masjid yang berdimensi duniawiyah
1
2
kurang memiliki peran yang maksimal dalam pembangunan umat dan peradaban
Islam1.
Sejarah membuktikan masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga
sebagai pusat pendidikan, pengajian keagamaan, pendidikan militer dan fungsi-
fungsi sosial ekonomi lainnya2. Sebagaimana makna atau kata dari masjid itu
sendiri yaitu tempat sujud, masjid selain tempat ibadah dapat pula difungsikan
sebagai tempat kegiatan masyarakat Islam, baik yang berkenaan dengan sosial,
ekonomi sosial budaya serta sosial politik3.
Di zaman Rasulullah SAW, masjid mempunyai fungsi sebagai tempat
peribadatan, pusat kegiatan masyarakat dan berkebudayaan. Dari masjid itulah
Rasulullah SAW melaksanakan bimbingan Islam dan pembinaan terhadap
masyarakat. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat at-Taubah ayat 18 :
Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka
merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk”
1 Muhammad Zen, dkk. Jurnal Kajian Dakwah dan Komunikasi, Jakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007, hal. 253-254 2 Qurais Shihab, Wawasan Al-Qur’an , Bandung : Mizan, 1998, hal. 462 3 Sidi Ghazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam , Jakarta : Pustaka Al Husna, 1989, hal. 126
3
Masjid dan kegiatan keagamaan Islam keduanya sangat erat sekali, faktor
yang sulit dipisahkan satu sama lain, hubungannya saling mengisi diantaranya.
Dengan demikian, masjid yang didirikan harus berperan sebagai tempat, media
maupun wadah untuk kegiatan keagamaan Islam. Oleh karenanya kegiatan
keagamaan Islam dipandang sebagai suatu yang penting untuk kegiatan
meningkatkan syiar Islam di dalam kehidupan beragama dalam masyarakat
melalui kegiatan-kegiatan keagamaan di dalam suatu tempat yang disebut masjid.
Menurut pandangan penulis, kiranya disinilah perlunya sebuah strategi
dalam penyelenggaraan kegiatan keagamaan, agar pengelolaan dan pergerakan
dalam proses kegiatan keagamaan berlangsung efektif dan efisien.
Fenomena dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan para remaja sekitar
masjid realitanya menunjukan bahwa remaja tersebut belum optimal dalam
menunjukan eksistensinya sebagai remaja yang gemar akan kegiatan kegiatan di
masjid. Fenomena diatas terjadi karena adanya perubahan, bukan proses yang
terjadi secara tiba tiba. Ada banyak faktor baik alamiah maupun sosial, tentu
semuanya berkaitan dengan sifat manusia sebagai agen perubahan yang dinamis,
selalu bergerak, berubah dan berkembang. Disinilah peran DKM Masjid dalam
mengembangkan kegiatan keagamaan untuk para remaja.
Untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan perlu adanya
strategi yang dilakukan DKM untuk menarik minat remaja masjid untuk ikut
berbondong-bondong melakukan beraneka ragam kegiatan kegiatan keagamaan
yang dilaksanakan masjid tersebut.
4
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penilitian dengan judul “Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan
Remaja di DKM di Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah Jakarta
Selatan”.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka
sebenarnya masih banyak kegitan kemasjidan yang penting untuk dikaji,
namun penulis membatasi masalah yang akan dikaji dan diteliti yaitu meneliti
tentang strategi pengembangan kegiatan keagamaan untuk para remaja di
Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah Jakarta Selatan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang
akan diekplorasikan dalam penulisan skripsi ini adalah: Bagaimana Strategi
DKM Masjid Baitul Makmur dalam pengembangan kegiatan keagamaan
untuk para remaja di Srengseng Sawah Jakarta Selatan?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pokok permasalahan yang telah di rumuskan
tersebut, maka ada beberapa tujuan yang hendak akan dicapai dalam penulisan
skripsi ini antara lain :
5
a. Mengenal lebih dekat strategi yang diterapkan DKM Masjid Baitul
Makmur dalam pengembangan kegiatan keagamaan serta program-
program yang ada dalam masjid untuk para remaja khususnya remaja
sekitar masjid.
b. Mengetahui dampak dari strategi yang digunakan DKM Masjid Baitul
Makmur dalam pengembangan kegiatan keagamaan terhadap remaja di
Srengseng sawah.
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat akademisi
1) Memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan tentang
strategi masjid dalam pengembangan kegiatan keagamaan.
2) Menambah khazanah keilmuan manajemen dakwah khususnya dan
umumnya para mahasiswa fakultas ilmu dakwah komunikasi.
3) Menambah wawasan bagi penulis dalam rangka
mengimplementasikan Strategi Kepengurusan Masjid.
b. Manfaat praktis
Sebagai media untuk mempromosikan dan mensosialisasikan Masjid
Baitul Makmur kepada kalayak masyarakat luas.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dilihat dari aspek metodologinya, maka penelitian skripsi ini
menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif penulis
memilihnya dengan alasan bahwa penelitian lapangan ini bertujuan untuk
6
mendapatkan informasi atau data secara langsung dari objek penelitian yang
tidak bisa lepas dari latar belakang alamiahnya. Pemilihan metode ini
didasarkan pula atas pandangan bahwa perumusan gagasan ini bagi
kemungkinan aplikasi pengembangan dari strategi dalam mengembangan
kegiatan keagamaan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah DKM Masjid Baitul Makmur Jakarta
Selatan. Sedangkan objek Penelitian ini adalah Strategi pengembangan kegiatan
keagamaan yang dilakukan oleh DKM Masjid Baitul Makmur untuk para
remaja di Srengseng Sawah Jakarta Selatan.
3. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Tempat penulis melakukan penelitian di Masjid Raya Baitul Makmur
Jl.Srengseng Sawah No 83 Jagakarsa Jakarta Selatan 12640. Sedangkan waktu
penelitian dimulai dari bulan Maret 2014 sampai dengan Mei 2014.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini terdapat beberapa metode pengumpulan data,
diantaranya yaitu:
a. Metode dokumentasi : Dokumentasi yaitu menelaah buku serta karya tulis
lainnya yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
b. Metode observasi : Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung ke
objek penelitian dengan terlibat langsung pada aktifitas yang dilakukan.
7
c. Metode wawancara : Wawancara yaitu penulis mengumpulkan data
melalui wawancara dan dibantu dengan alat perekam agar materi
wawancara dapat direkam secara utuh dan lengkap.
5. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan data deskriptif analisis,
yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan
semua data yang diperoleh dari pengamatan kemudian menganalisisnya
dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis, kemudian
menyimpulkannya.
6. Pedoman Penulisan
Dari teknik penelitian skripsi ini, penulis berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis Disertasi” CEQDA yang diterbitkan oleh
tim penyusun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum mengadakan suatu penelitian dalam penyusunan skripsi ini, perlu
penulis kemukakan tinjauan pustaka sebagai langkah awal agar terhindar dari
kesamaan penelitian dengan skripsi-skripsi sebelumnya. Berikut adalah skripsi-
skripsi tersebut :
1. Oleh Agung Rahardian dengan judul “Manajemen Strategi Dakwah Yayasan
Al Sofwa Dalam Pengembangan Kegiatan Dakwah Islam” mahasiswa
tersebut meneliti tentang bagaimana manajemen strategi yang dilakukan oleh
suatu lembaga atau Yayasan Al Sofwa, menganalisa lingkungan yayasan Al
8
Sofwa, serta penerapan strategi dakwah Yayasan Al Sofwa dan Evaluasi
Strategi Dakwah yang kesemuanya itu merupakan proses menejemen strategi
dakwah.
2. Selanjutnya oleh Lutfi Saefulah dengan judul “Manajemen Masjid Ibnu Sina
Pamulang Dalam Pengembangan Kegiatan Dakwah Pada Anak Usia Dini”.
Apabila dilihat dari judulnya sama-sama meneliti tentang pengembangan
kegiatan, tapi mahasiswa tersebut membahas tentang Manajemen Masjid Ibnu
Sina Pamulang, bukan pada strategi mengembangkan kegiatan keagamaan.
3. Selanjutnya oleh Ukhuwah Islamiyah Sayidi dengan judul skripsi
“Manajemen Masjid Raya Pondok Indah Dalam Pengembangan Dakwah dan
Pembinaan Umat.” Membahas tentang manajemen Masjid Raya Pondok
Indah untuk mengembangkan dakwah dan pembinaan umat.
Adapun Penelitian yang dilakukan penulis bahasannyanya berbeda dengan
peneliti-peneliti sebelumnya sama sama meneliti masjid. Perbedaannya dengan
penulis adalah lebih menitikberatkan pada sisi Strategi DKM dalam
mengembangkan kegiatan keagamaan bukan sisi manajemennya.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini menjelaskan tentang latar belakang masalah,
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, metodeologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
9
Tentang strategi Masjid Baitul Makmur dalam mengembangkan
kegiatan keagamaan yang terdiri dari pengertian strategi, unsur-
unsur strategi dan fungsi manajemen, pengertian dan fungsi
masjid, pengertian dakwah dan bagaimana adab berdakwah, serta
ruang lingkup kegiatan keagamaan, definisi remaja menurut Islam.
BAB III : GAMBARAN UMUM MASJID BAITUL MAKMUR
JAKARTA
Bab ini berisi tentang sejarah pendirinya Masjid Raya Baitul
Makmur, visi dan isi serta motto masjid dan struktur organisasi,
program kegiatan masjid serta sarana dan prasarana Masjid Baitul
Makmur.
BAB IV : ANALISIS STRATEGI MANAJEMEN MASJID BAITUL
MAKMUR DALAM PENGEMBANGAN KEGIATAN
KEAGAMAAN REMAJA
Bab ini menganalisis bagaimana strategi yang diterapkan oleh para
pengurus DKM Masjid Baitul Makmur dalam mengembangkan
kegiatan keagamaan yang ada khususnya pada remaja.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup dari seluruh uraian penulisan
skripsi yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Strategi Secara Umum
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu strategos yang berasal dari
kata Stratos yang berarti militer dan Ag yang artinya memimpin. Dan pada
konteks awalnya, strategi diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang
dilakukan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh
dan menenangkan perang.4 Sehingga tidaklah mengherankan bila pada awal
perkembangannya istilah strategi digunakan dan populer di lingkungan militer.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kata strategi banyak
diadopsi dan diberikan pengertian yang lebih luas sesuai dengan bidang ilmu
atau kegiatan yang merangkapkannya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas
pada konsep atau pun seni seorang jendral dimasa perang, tetapi sudah
berkembang pada tanggung jawab seorang pimpinan (manajemen puncak).
Menurut penulis, saat ini ada banyak sekali rumusan tentang strategi, akan
tetapi dalam rumusan-rumusan yang ada tidaklah merubah pokok-pokok yang
terdapat dalam pengertian sebelumnya. Hanya saja aplikasinya disesuaikan
dengan jenis organisasi yang menerapkannya. Pada hakikatnya seorang
4 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar, Jakarta: Lembaga
Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999, hal. 8
10
11
pimpinan (manajemen puncak) memang terlibat dalam suatu bentuk
“peperangan” tertentu.5
Berikut ini pengertian strategi menurut bebeberapa pakar yang diartikan
sebagai berikut :
1. Menurut Karl Von Clausewitz “Strategi adalah pengetahuan tentang
penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan. Sedangkan
perang itu sendiri merupakan kelanjutan dari politik”.
2. Menurut A. Halim “Strategi adalah suatu cara dimana organisasi / lembaga
akan mencapai tujuannya, sesuai dengan peluang - peluang dan ancaman -
ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan
kemampuan internal”.
3. Menurut Kaplan & Norton “Strategi adalah seperangkat hipotesis dalam
model hubungan cause dan effect, yaitu suatu hubungan yang dapat
diekspresikan melalui kaitan antara pernyataan if-then.”
4. Menurut Stephanie K. Marrus “Strategi didefinisikan sebagai suatu proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, diserta penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai”.
5. Menurut Hamel & Prahalad (1995) “Strategi merupakan tindakan yang
bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus - menerus, serta
5 Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, Jakarta : Bumi Aksara, 2001, Cet Ke-IV, hal 16
12
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh
para pelanggan di masa depan”.
6. Menurut Sjahfrizal “Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan berdasarkan
analisa terhadap faktor internal dan eksternal”.
Dari sudut etimologis (asal kata), penggunaan kata strategi dalam
manajemen suatu organisasi diartikan sebagai “kiat, cara, dan taktik utama
yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen yang terarah kepada tujuan strategi organisasi.” 6 Dalam kamus
besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa istilah strategi adalah ”seni atau ilmu
untuk menggunakan sumber daya-sumber daya untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu”7
Sejarahwan Alferd D. Chandler (1962), sebagimana disebutkan oleh James
AF. Storner, et.al., berpendapat bahwa strategi adalah “Penentuan tujuan dan
sasaran pokok jangka panjang dari suatu usaha, daan pengambilan serangkaian
tindakan dan pengalokasian sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
tujuan”.8
Dalam salah satu prinsip manajemen istilah strategi pun digunakan sebagai
penekanan pada perencanaan yang efektif bagi kelancaran proses manajemen
6 Hadari Nawawi, Manajemen Statejik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang
Pendidikan, Yogyakarta : Gajahmada University Press, 2000, Cet Ke-1, hal. 147 7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1997, hal 199 8 James AF. Storner dan R Edward Freeman, Manajemen, diterjemahkan oleh Wilhelmus W. Bakowatun dan Benyamin
Molan, Jakarta : Intermedia, 1994, cet ke-1 hal. 306
13
menyangkut keuangan, operasional dan aspek-aspek sosial perusahan
(perencanaan strategis).9
Dari definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan istilah
strategi manajemen sebuah organisai dapat diartikan sebagai cara dan kiat yang
dirancang dan disiapkan secara sistematis dalam melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen yang terarah pada tujuan strategi.
Langkah – Langkah Strategi
1. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi, konseptor harus mempertimbangkan
mengenai peluang dan ancaman, serta menetapkan kekuatan dan kelemahan.
Perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari
peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian
mengadakan analisis mengenai kemungkinan kemungkinan serta
memperhitungkan pilihan pilihan dan langkah langkah yang dapat diambil
dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu. 10
Oleh karena itu inilah cara untuk memudahkan dalam merumuskan
strategi yang akan ditetapkan.
a. Kekuatan (Strenght)
Kekuatan adalah “sumber daya yang dimiliki oleh organisasi sebagai
model bagi kelanjutan dan perkembangan organisasi.11
b. Kelemahan (Weakness)
9 Ramiler Wertadjaja, et.al., Strategi Pengendalian Administrasi Perusahaan, Bandung : Angkasa, 1991, hal 7 10 Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, hal.18 11 (Fredy Rangkuti, Andris SWOT; Tekhnik Membedah Kamus Bismus, Jakarta : Gramedia, Pustaka Utama, 1997,
h.IX.)
14
Kelemahan adalah “Keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber,
keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi
penampilan kinerja organisasi yang memuaskan”12
c. Peluang (Opportunity)
Peluang adalah “Situasi yang menguntungkan dalam lingkup
organisasi memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk meraih
kesempatan terbuka bagi kelangsungan dan kemajuan organisasi”13
d. Ancaman (Thearts)
Ancaman adalah “Kondisi tidak menguntungkan bagi organisasi dan
dapat menghambat terhadap kelanjutan dan kemajuan kegiatan
organisasi”
2. Implementasi Strategi
Langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan
tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang dipilih sangat membutuhkan
komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi, karena jika tidak maka
proses perumusan dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh
dari kenyataan.
Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya dalam
mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah
arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem
informasi yang masuk. Implementasi strategi sering pula disebut sebagai
12 Sondang P.Siagian, Manajemen Stratejik, Jakarta : Bumi Aksara, 2001 Cet. Ke IV. Hal.173. 13 Freddy Rangkuti,op,cet.h.xiii.
15
tindakan dalam strategi, karena implementasi berarti juga memobilisasi
untuk mengubah strategi yang telah dirumuskan menjadi tindakan
menetapkan tujuan, melengkapi kebijakan, mengalokasi sumber daya dan
mengembangkan budaya yang mendukung strategi merupakan usaha yang
dilakukan dalam mengimplementasi strategi. Implementasi yang sukses
membutuhkan dukungan disiplin, motivasi serta kerja keras.14
3. Evaluasi strategi
Tahap terakhir dalam sebuah strategi adalah evaluasi strategi. Tiga macam
aktivitas mendasar untuk melakukan evaluasi strategi yaitu :
a. Meninjau faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-
faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) yang menjadi dasar asumsi
pembuatan strategi. Adapun perubahan faktor-faktor eksternal seperti
tindakan yang dilakukan.perubahan yang ada menjadi satu hambatan
dalam pencapaian tujuan begitupula dengan faktor internal yang
diantaranya strategi yang tidak efektif atau aktivitas implementasi yang
buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.
b. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan
kenyataan). Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi
presentasi individual dan penyimak kemajuan yang dibuat ke arah
penyampaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi
strategi harus dapat diukur dan dibukikan, kriteria yang meramalkan hasil
14 Alfred R David, Manajemen Strategi Konsep, Jakarta; Prenhalindo, 2002, Hal.5
16
lebih penting daripada kriteria yang mengungkapkan apa yang telah
terjadi.
c. Mengambil tindakan korelatif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai
dengan rencana.dalam mengambil tindakan korelatif tidak harus berarti
bahwa strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi baru
harus dirumuskan.
Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan
merupakan jaminan keberhasilan dimasa depan. Evaluasi strategi mungkin
berupa tindakan yang kompleks dan peka, karena terlalu banyak
penekanan pada evaluasi strategi akan merugikan hasil yang dicapai.
Evaluasi strategi sangat penting untuk memastikan sasaran yang
dinyatakan telah dicapai. Evaluasi strategi perlu untuk organisasi dari
semua kegiatan dengan mempertanyakan dan asumsi manajerial, harus
memicu tinjauan dan nilai nilai yang merangsang kreativitas.
B. Definisi Pengembangan
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebituhan
pekerjaan/ jabatan melalui pendidikan dan latihan.
Pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral
karyawan, sedangkan latihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan, workshop bagi karyawan dapat
meningkatkan pengetahuan lebih lagi di luar perusahaan.
17
Edwin B. Flippo mendefinisikan pengembangan sebagai berikut : “Pendidikan
adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman
atas lingkungan kita secara menyeluruh”, sedangkan latihan didefinisikan
sebagai berikut : “Latihan adalah merupakan suatu usaha peningkatan
pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu
pekerjaan tertentu”.
Sedangkan Andrew F. Sikula mendefinisikan pengembangan sebagai
berikut : “Pengembangan mengacu pada masalah staf dan personel adalah suatu
proses pendidikan jangka panjang menggunakan suatu prosedur yang sistematis
dan terorganisasi dengan mana manajer belajar pengetahuan konseptual dan
teoritis untuk tujuan umum”. Sedangkan definisi latihan diungkapkan oleh
Andrew F. Sikula yaitu “latihan adalah proses pendidikan jangka pendek
dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga
karyawan operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian
untuk tujuan tertentu”.15
Pengertian Pengembangan Kegiatan Keagamaan
Berbicara mengenai pengembangan kegiatan keagamaan Banyak sekali
kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh DKM masjid-masjid se
Indonesia, baik itu yang sifatnya rutin maupun temporer. Kegiatan rutin seperti:
jamaah sholat fardhu, kultum, kajian kitan yang diselenggarakan sehabis
jamaah sholat Dhuhur, dan pengajian bulanan. Kegiatan temporer, seperti
kunjungan dan muhasabah ke berbagai pondok pesantren, peringatan hari besar