STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI CARANG KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU MANGROVE ECOTOURISM AREA DEVELOPMENT STRATEGY IN THE CARANG RIVER CITY OF TANJUNGPINANG RIAU ISLANDS Khairul Hafsar 1 , Ambo Tuwo 2 , Amran Saru 2 1 Jurusan Ilmu Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin 2 Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi: Khairul Hafsar, S. Pi Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 Hp: 085264688695 Email: [email protected]
13
Embed
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0ad4476b83beb07d37aca4fa192ada35.pdf · Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI CARANG KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU
MANGROVE ECOTOURISM AREA DEVELOPMENT STRATEGY IN THE CARANG RIVER CITY OF TANJUNGPINANG RIAU ISLANDS
Khairul Hafsar 1 , Ambo Tuwo 2, Amran Saru 2
1 Jurusan Ilmu Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin 2 Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Khairul Hafsar, S. Pi Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 Hp: 085264688695 Email: [email protected]
Abstrak Ekowisata adalah kegiatan wisata berwawasan lingkungan yang mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan, sosial ekonomi, budaya masyarakat lokal dan pembelajaran serta pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis, kondisi ekosistem mangrove, fasilitas pendukung ekowisata mangrove, dan menyusun strategi pengembangan kawasan ekowisata mangrove di Sungai Carang Kota Tanjungpinang. Penelitian dilaksanakan di Sungai Carang, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Data ekosistem mangrove diambil dengan metode transek 100 meter dengan membuat plot plot 10 x 10 meter untuk menghitung data kerapatan jenis mangrove, frekuensi jenis mangrove dan indeks keanekaragaman mangrove. Data fasilitas pendukung ekowisata mangrove dan penyusunan strategi pengembangan ekowisata mangrove menggunakan metode survei untuk mengobservasi dan mewawancarai responden dengan bantuan kuesioner. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif, juga diolah dengan analisis SWOT dan AHP melalui bantuan perangkat lunak Expert choice 9.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem di Sungai Carang tergolong kategori sedang. Hal ini di dasari kerapatan jenis mangrove sebesar 1100 individu/Ha. Terdapat empat jenis mangrove yang tumbuh di kawasan Ekowisata tersebut, yaitu Rhizophora sp., Bruguiera sp., Avicennia sp., Sonneratia sp.. Rhizophora sp. Merupakan jenis mangrove yang paling mendominasi. Ada beberapa fasilitas pendukung kegiatan ekowisata mangrove di Sungai carang, yaitu toilet, mushallah, Homestay, gazebo, kantin, air sumur, penerangan (genset), lahan parkir serta jembatan menuju hutan mangrove. Namun, fasilitas- fasilitas tersebut sudah rusak dan tidak layak digunakan lagi sehingga perlu diperbaiki kembali agar menjadi menarik dan memberikan kenyamanan kepada wisatawan. Disimpulkan bahwa terdapat empat strategi utama dalam upaya pengembangan kawasan ekowisata mangrove di Sungai Carang, yaitu (1) Pemeliharaan lingkungan hutan mangrove agar tetap lestari, (2) Pengembangan sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata mangrove, (3) Pengembangan informasi mengenai pentingnya menjaga ekosistem mangrove, (4) Peningkatan sistem pengawasan terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas wisata.
Kata Kunci : ekowisata mangrove, strategi pengembangan, Kota Tanjungpinang Abstract Ecotourism is tourism that prioritizes environmentally friendly aspects of nature conservation, empowerment, socio-economic, culture and learning the local community as well as educational. This research aimed at analyzing: (1) the mangrove ecosystem condition (2) the mangrove ecotourism supporting facility, and (3) the mangrove ecotourism area development strategy in Carang River of Tanjungpinang city. This research was conducted in Carang River, Tanjungpinang city, Riau Archipelago Province. Mangrove ecosystem data were taken by using 100-meter transect method by making 10 x 10 meter plot by calculating the mangrove type density data, frequency of the mangrove type, and mangrove diversity index. Data of the mangrove ecotourism supporting facility and the formulation of the mangrove ecotourism development strategy used the survey method conducting an observation and interview on the respondents by using a questionnaire. The data were analysed qualitatively and quantitatively and processed by using the SWOT analysis and AHP by the help of program of the software Expert choice software 9.0. The research results indicates that the mangrove ecosystem condition in Carang River is classified in the category of “moderate”. The is based by the density of the mangrove type of 1100 individuals/ha, and the are 4 types of mangrove growing in the Ecotourism area comprising Rhizophora sp, Bruguiera sp, Avicennia sp, Sonneratia sp. Rhizophora sp represents the most dominant mangrove type. There are several supporting facilities of the mangrove ecotourism activity in Carang River namely: toilet, praying rooms, houses, gazebo, canteen, wells water, lighting (generator), parking area, and bridge directing to the mangrove forest, however, the existing facilities have been demaged and infeasible to be used, so that they are necessary to be repaired in order that they look attractive and comportable for the visitors. It was concluded that thera are four main strategies in the development of mangrove ecotourism Carang River, namely (1) Maintenance of the environment in order to remain sustainable mangrove forest, (2) development of supporting facilities mangrove tourism activities, (3) development of information regarding the importance of maintaining mangrove ecosystems, (4) Increased surveillance system against damage environment as a result of tourism activity. Keywords: mangrove ecotourism, strategy development, Tanjungpinang
PENDAHULUAN
Pariwisata di Indonesia telah menjadi salah satu industri yang menjadi penyumbang
devisa terbesar kedua setelah migas. Pengembangan industri pariwisata pun turut dijadikan
sebagai salah satu strategi yang digunakan oleh pemerintah bahkan swasta untuk
mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata guna meningkatkan perekonomian
dan kesempatan kerja. Upaya pengembangan wisata terkait pula oleh potensi pasar kedepan
dimana World Tourism Organization (WTO) memperkirakan bahwa pada tahun 2020 akan
terjadi peningkatan sebesar 1.561,1 juta orang dengan pertumbuhan tertinggi di Asia-Pasifik
sebesar 6,5%. (Budhyana, 2008).
Pariwisata Nasional kemudian dikembangkan oleh pemerintah dengan mengambil
langkah strategi dengan menyerahkan pembinaannya kepada Pemerintah Daerah
Kota/Kabupaten agar lebih memudahkan pengembangan dan koordinasi pembangunan
daerah. Pemerintah Daerah maupun lembaga-lembaga swasta telah berusaha membangun area
rekreasi semampu mungkin dengan memanfaatkan lahan serta didukung oleh daya dan dana
yang ada untuk penyaluran kebutuhan akan rekreasi tersebut (Binarwan, 2008).
Dewasa ini pariwisata yang dikembangkan oleh pemerintah maupun pihak swasta
banyak yang melupakan atau mengabaikan kelestarian serta keberlanjutan lingkungan lokasi
wisata yang dikembangkan sehingga cenderung bisa merusak lingkungan sekitar.
Pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan akan memberikan jaminan terhadap
kelestarian dan keindahan lingkungan, terutama yang berkaitan dengan jenis biota dan
ekosistem utama.
Ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu sebagai (1) produk, (2) pasar, dan (3)
pendekatan pengembangan. Sebagai produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang
berbasis pada sumberdaya alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang
diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Akhirnya sebagai pendekatan
pengembangan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya
pariwisata secara ramah lingkungan. Di sini kegiatan wisata yang bertanggungjawab terhadap
kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan merupakan
ciri khas ekowisata. Pihak yang berperan penting dalam ekowisata bukan hanya wisatawan
tetapi juga pelaku wisata lain (tour operatour) yang memfasilitasi wisatawan untuk
menunjukkan tanggungjawab tersebut (Damanik, 2006).
Ekosistem mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang
terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Ekosistem mangrove
memiliki keindahan tersendiri karena mangrove juga menjadi tempat hidup, mencari makan
serta memijah ikan dan berbagai macam binatang lainnya.
Ekowisata mangrove merupakan objek wisata yang berwawasan lingkungan dimana
wisata tersebut mengutamakan aspek keindahan yang alami dari hutan mangrove serta fauna
yang hidup disekitarnya tanpa harus merusak ekosistem tersebut untuk membuatnya lebih
menarik wisatawan, hal ini disebabkan bahwa hutan mangrove mempunyai ciri khas yang
khusus dan banyak fauna dan flora yang hidup di sekitarnya.
Ekowisata merupakan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pesisir yang dapat
menambah pendapatan mereka. Selain itu dalam pengelolaan ekowisata dan strategi
konservasi hutan mangrove, keterlibatan para stakeholders sangat berperan penting. Proyek
ekowisata dapat berhasil jika stakeholders melaksanakan peran mereka dalam pengelolaan
ekowisata maupun konservasi hutan mangrove (Satyanarayana dkk., 2012).
Kota Tanjung Pinang yang terletak di Kepulauan Riau merupakan daerah yang memiliki
ekosistem mangrove seluas kurang lebih 1.300 ha, namun 100 ha diantaranya rusak akibat
penebangan dan penimbunan untuk pemukiman dan industri. Sebagian besar mangrove yang
sudah dialihfungsikan tersebut menjadi penyebab banjir disejumlah wilayah di Kota
Tanjungpinang. Upaya konservasi kemudian dilakukan oleh pemerintah Kota Tanjungpinang
untuk menyelamatkan hutan mangrove yang masih ada dengan tujuan mempertahankan
keberadaannya dan melestarikan hutan mangrove tersebut.
Upaya konservasi tersebut dilakukan dengan membuat ekowisata mangrove yang mana
pemerintah kota Tanjungpinang menjadikan hutan mangrove di Sungai Carang sebagai objek
dan daya tarik wisata. Sungai carang dipilih menjadi tempat wisata karena di tempat ini
terdapat nilai sejarah budaya melayu. Wisata di Sungai Carang merupakan perpaduan wisata
budaya dan wisata alam karena di lokasi wisata tersebut terdapat peninggalan sejarah
kebudayan melayu dan juga terdapat hutan mangrove yang masih asri dan belum tersentuh
oleh tangan-tangan manusia. Namun permasalahan yang muncul kemudian adalah terkait
dengan pengelolaan yang tidak jelas serta tidak ada tindak perawatan terhadap objek wisata
ini sehingga masih banyak kekurangan yang membuat wisatawan tidak tertarik untuk
berkunjung, selain itu juga tempat wisata ini belum didukung dengan sarana dan prasarana
yang memadai yang bisa membuat wisatawan merasa aman dan nyaman dalam kegiatan
wisatanya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai strategi pengembangan
kawasan ekowisata mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) kondisi
Jembatan. Ada 4 strategi utama dalam upaya pengembangan kawasan ekowisata mangrove di
Sungai Carang, yaitu (1) Pemeliharaan lingkungan hutan mangrove agar tetap lestari, (2)
Pengembangan sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata mangrove, (3)
Pengembangan informasi mengenai pentingnya menjaga ekosistem mangrove, (4)
Peningkatan sistem pengawasan terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas wisata.
Hendaknya ada perhatian yang lebih besar dari pemerintah Kota Tanjungpinang dalam hal
pengembangan kawasan ekowisata mangrove di Sungai Carang.
DAFTAR PUSTAKA Adyatma, Sidharta. (2013). Tanggapan Wisatawan Terhadap Obyek Wisata Pantai Takisung
di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies. 1:1.
Binarwan, Robby. (2008). Pengembangan Objek Wisata di Kawasan Pantai Selatan Sukabumi. Jurnal Kepariwisataan Indonesia. 3:1.
Budhyana, I. (2008). Kebijakan Disbudpar dalam Mengembangkan Kawasan Wisata di Jawa Barat. Makalah pada Seminar Pembangunan Kepariwisataan di Jawa Barat., Bandung: UPI.
Damanik, Janianton and Weber, Helmut F. (2006). Perencanaan Ekowisata. Dari Teori ke Aplikasi. Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) UGM dan ANDI Press. Yogyakarta.
Rangkuti, F. (2005). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Riduwan. (2008). Dasar-dasar Statistika. Alfa Beta. Bandung. Saru. Amran. (2013). Mengungkap Potensi Emas Hijau di Wilayah Pesisir. MASAGENA
PRESS. Makassar. Satyanarayana. B and Friends. (2012). A Socio-Ecological Assessment Aiming at Improved
Forest Resource Management and Sustainable Ecotourism Development in the Mangroves of Tanbi Wetland National Park, The Gambia, West Africa. AMBIO 2012, 41:513–526.
Shannon , C.E. (1948). A Mathematical Theory of Communication. Bell System Technical Journal 27: 379-423, 623-656.
Tuwo, Ambo. (2011). Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Brilian Internasional. Surabaya.
Lampiran
Gambar 1. Peta Lokasi penelitian
Gambar 2. Prioritas Strategi dalam Pengembangan Kawasan Ekowisata
Mangrove di Sungai Carang
Tabel 1. Format Matriks SWOT Internal
Eksternal
Strength (S) Weakness (W)
Opportunity (O)
Strategi (SO) Menciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi (WO) Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang
Threath (T)
Strategi (ST) Menciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Strategi (WT) Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman