-
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam
perekonomian Indonesia. Secara mikro, pentingnya hortikultura bukan
saja mampu meningkatkan pendapatan dan pendapatan daerah produsen
hortikultura, tetapi agribisnis atau agroindustri hortikultura
mampu menyerap tenaga kerja, memunculkan industri baru, sehingga
hortikultura diyakini dan mampu dijadikan sumber pertumbuhan di
sektor pertanian (Soekarwati 1994). Adapun salah satu subsektor
dalam pertanian yang dapat dikembangkan adalah hortikultura yang
meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman hias (florikultura)
dan tanaman obat-obatan (biofarmaka). Komoditas hortikultura
menjadi komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
mengingat potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, ketersediaan
teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar
internasional yang terus meningkat (Hanani et al. 2003).
Salah satu bagian dari hortikultura yang berpotensi untuk
dikembangkan saat ini adalah tanaman hias. Daerah tropis Indonesia
dikenal memiliki keaenakragaman hayati dan kekayaan bumi Indonesia
mencakup 27.500 jenis tanaman hias atau 10% dari seluruh jenis
tanaman hias di dunia (Saparjadi 2004). Saat ini tanaman hias
(florikultura) memperoleh posisi yang penting dan telah menjadi
sektor ekonomi pada abad dua puluh ini. Peningkatan permintaan
terhadap tanaman hias telah menjadi sektor yang mengarah kepada
keuntungan dan hal ini akan terus berlanjut dalam pengembangan
suatu negara (Celik dan Arisoy 2013). Menurut Direktorat Jenderal
Hortikultura, produksi tanaman pot dan lanskap pada tahun 2014
adalah sebesar 31.731.561 pohon dan diperkirakan akan meningkat
menjadi 40.394.953 pohon atau tercapai 36,2% pada tahun 2019.
Tercapainya produksi tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya
penggunaan taman dan lansekap pada real estate, fasilitas umum,
hotel, dan perkantoran yang mendorong permintaan dan investasi
pelaku usaha produksi tanaman lansekap dan juga permintaan para
penggemar tanaman hias pot hobbies (Dirjen Hortikultura 2015).
Selain itu, permintaan tanaman hias pot juga berdampak dengan
berkembangnya sistem RTH (ruang terbuka hijau) pada setiap
perkantoran maupun perumahan yang memberikan peluang besar bagi
seluruh perusahaan yang bergerak pada bidang usaha tanaman hias
pot. Hal ini didukung oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, bahwa penyediaan RTH pada
kasawan dengan tingkat KDB (Koefesien Dasar Bangunan) di atas 70%
perlu menambahkan atau memiliki minimal 3 − 5 buah tanaman dalam
pot sesuai dengan besar bangunan.
Tanaman hias di Indonesia saat ini sedang mengalami pertumbuhan
yang ditandai dengan berkembangnya daerah sentra, peningkatan jenis
dan volume produksi, berkembangnya outlet dan pelaku usaha di
daerah perkotaan, serta makin tumbuh dan berkembangnya unit usaha
yang melibatkan baik petani maupun pengusaha. Pengembangan
komoditas hortikultura khususnya florikultura mempunyai
karakteristik tersendiri karena memiliki tujuan utama produksi
adalah untuk dijual, bukan untuk dikonsumsi sendiri. Oleh karena
itu, pembangunan
-
2
hortikultura harus dilaksanakan secara komersil, berorientasi
pasar dan dikelola secara profesional, dengan skala ekonomi yang
menguntungkan (Departemen Pertanian 2014).
Tanaman hias sebagai komoditas ekspor beberapa tahun ini
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Negara-negara yang
berada di kawasan Asia yang menjadi pasar potensial tanaman hias di
dunia di antaranya adalah Jepang, Korea, Taiwan, China, dan
Singapura. Selain di kawasan Asia, negara-negara lain yang
merupakan pasar ekspor tanaman hias Indonesia terbesar adalah
Amerika Serikat dan Belanda (Pusdatin 2016). Perkembangan ekspor
tanaman hias di Indonesia Tahun 2013-2014 dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1 Perkembangan ekspor tanaman hias Indonesia tahun 2013 –
2014
Tahun Ekspor Volume (Ton) Nilai (US$) 2013 4.101 16.304.091 2014
5.851 16.533.525
Sumber: Pusdatin (2016) Tabel 1 menunjukkan bahwa volume dan
nilai terhadap ekspor tanaman hias
meningkat pada tahun 2013 hingga 2014. Perkembangan ekspor
tanaman hias pada Tabel 1 merupakan nilai terhadap semua jenis
tanaman hias yang meliputi tanaman hias potong, tanaman hias dalam
pot, dan pohon. Volume ekspor komoditas tanaman hias pada thahun
2014 mengalami peningkatan menjadi 5.851 ton dari tahun 2013
sebesar 4.101 ton. Peningkatan volume ekspor ini menyebabkan nilai
ekspor juga mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2013 sebesar
16.304.091 US$ menjadi 16.533.525 US$ pada tahun 2014. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan ekspor tanaman hias
naik sebesar 25.96% (Pusdatin 2016).
Tanaman hias merupakan tanaman yang memiliki karakteristik
morfologi bernilai estetik dan eksotik. Tren selera pasar saat ini
mulai mengalami perubahan pergeseran dari jenis tanaman hias
subtropis bergeser menuju jenis tanaman hias tropis yang dianggap
memiliki karakter eksotik diantaranya adalah tanaman hias berdaun
indah (aglaonema, puring, pucu merah, sipruh) dan tanaman hias
perdu dan pohon (bugenvil, palem, sikas, beringin). Selain itu
masih banyak jenis tanaman hias tropis yang belum dimanfaatkan
untuk budidaya komersil. Tanaman tersebut tumbuh di hutan belantara
Indonesia yang perlu di eksplorasi pemanfaatannya melalui
penangkaran dan pembudidayaan secara intensif (Ditjen Hortikultura
2016).
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat (2012),
produksi tanaman hias dipengaruhi oleh luas panen tanaman hias.
Total luas panen untuk beberapa jenis tanaman hias pada beberapa
kabupaten dan kota di Jawa Barat, bahwa luas panen terluas adalah
Bogor dengan luas 132.176 Ha, Depok dengan luas 118.650 Ha, dan
Karawang dengan luas 84.693 Ha. Jenis tanaman hias menurut sentra
tanaman hias yang berada dikawasan Jawa Barat dapat dilihat pada
Tabel 2.
-
3
Tabel 2 Jenis tanaman hias menurut sentra tanaman hias di Jawa
Barat Kabupaten/Kota Jenis Tanaman Hias
Kab. Bandung Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium,
Palem, Bougenville, Helioconia, Garbera
Cianjur Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Anggrek, Krisan, Gladiol,
Gerbera, Dracaena, Zingeberase, Aspharagus
Sukabumi Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus, Helioconia, Cicas,
Pakis Bogor Anggrek, Mawar, Melati, Krisan, Zingeberase,
Helioconia,
Pakis, Adenium, Ficus, Aglaonema, Euphorbia Karawang dan Kab.
Bekasi
Cemara, Palem, Melati, Zingeberase, Anggrek, Adenium, Aglaonema,
Dracaena
Garut Anggrek, Palem, Melati, Kaktus, Krisan, Gladiol,
Anthurium, Dracaena, Cordiline
Depok Anggrek, Bougenville, Cemara, Palem, Dracaena, Cordeline,
Aglaonema, Adenium, Anthurium
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2014) Tabel 2
menjelaskan bahwa kota Depok merupakan salah satu daerah sentra
tanaman hias di Jawa Barat yang memiliki jenis tanaman yang
bervariasi. Hal tersebut didukung oleh keadaan geografis Kota Depok
yang beriklim tropis, perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan
dipengaruhi oleh iklim musim. Temperatur udara mencapai 24,3°− 33°
Celsius dengan kelembaban rata-rata sekitar 25%, kecepatan angin
rata-rata sebesar 14,5 knot, penguapan rata-rata sebesar 3,9 mm/th,
dan penyinaran matahari rata-rata sebesar 49,8%. Keadaan geografis
tersebut menjadi pendukung dalam pengembangan berbagai jenis
tanaman hias di Depok (Pemkot Depok 2016).
CV. Green Saujana Nursery (CV. GSN) merupakan salah satu
perusahaan tanaman hias yang berlokasi di Sawangan, Depok, Jawa
Barat. Perusahaan ini memproduksi berbagai macam jenis tanaman
hias. Tidak hanya memproduksi tanaman hias hanya untuk dijual
secara langsung, namun CV. GSN juga menjalankan bisnis pengadaan
dan penyewaan tanaman hias, serta desain dan konstruksi taman yang
dapat digunakan sebagai dekorasi ruangan, gedung perkantoran, rumah
makan dan hotel-hotel. CV. GSN merupakan salah satu perusahaan yang
baru berdiri (start-up) pada awal tahun 2016. Meskipun CV. GSN
merupakan perusahaan baru, namun perusahaan ini telah memiliki
pelanggan tetap dari bidang usaha masing-masing. Penjualan produk
tanaman tersebar ke berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta,
Bogor, Malang, Solo, dan Batam. Namun, saat ini mayoritas penjualan
dan penyewaan produk tanaman hias lebih terfokus ke daerah Jakarta
dan sekitarnya.
Sebagai sebuah perusahaan, CV. GSN juga menghadapi dinamika
lingkungan usaha yang terus berubah yang dapat mempengaruhi model
bisnis perusahaan, sehingga inovasi model bisnis sangat dibutuhkan
oleh CV. GSN. Eppler et al. (2011), menjelaskan bahwa dunia
persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan harus memiliki
ide-ide baru dan inovasi agar dapat beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan. Menurut Liem (2009), inovasi merupakan hal yang paling
penting bagi suatu institusi untuk bisa bertahan secara
berkelanjutan serta menguntungkan. Inovasi berupa penemuan baru
secara sistematis yang berawal dari empati, kemampuan untuk melihat
dunia melalui mata orang lain, dan pemanfaatan secara optimal
kemajuan teknologi yang ada.
-
4
Amit dan Zott (2012) juga menjelaskan bahwa memiliki model
bisnis yang inovatif dapat menciptakan pasar baru atau memungkinkan
perusahaan menciptakan atau memanfaatkan peluang-peluang yang sudah
ada.
Inovasi model bisnis sangat penting bagi perusahan dalam
mencapai kesuksesan saat ini dan masa depan dengan kondisi
lingkungan yang cepat berubah dan sangat kompleks menuntut para
pemimpin perusahaan untuk dapat dengan cepat memahami kapan model
bisnis harus beradaptasi dan bagaimana melaksanakan perubahannya
(Agostini 2014). Konsep model bisnis yang sangat banyak dibicarakan
salah satunya adalah business model canvas (BMC). Konsep model
bisnis yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder dan Yves
Pigneur ini berhasil mengubah konsep model bisnis yang rumit
menjadi sederhana. BMC membuat suatu kerangka model bisnis yang
terdiri dari sembilan kotak yang berisikan elemen-elemen yang
saling berkaitan, yakni sasaran konsumen yang dituju, nilai yang
diberikan, saluran yang digunakan, bagaimana menjalin hubungan
dengan konsumen, aliran pendapatan yang diperoleh, potensi
sumberdaya yang dimiliki, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan,
mitra yang dapat membantu, dan perkiraan biaya yang harus
dikeluarkan. Penentuan komponen dalam model bisnis merupakan upaya
strategis dalam menciptakan strategi yang tepat bagi perusahaan
untuk dapat menghadapi tantangan di masa depan. BMC dalam
penelitian ini dapat menjadi alat analisis untuk memberikan
gambaran secara keseluruhan terhadap CV. GSN untuk menciptakan dan
mendapatkan manfaat dari konsumen dan memanfaatkan peluang secara
optimal dalam pengembangan usaha tanaman hias.
Perumusan Masalah
CV. Green Saujana Nursery (GSN) merupakan usaha yang bergerak
dalam bidang penjualan, pengadaan, penyewaan tanaman hias, desain
dan konstruksi taman beragam tanaman hias. Beragam tanaman hias
yang dihasilkan di perkebunan daerah Sawangan, Depok, mendapat
perhatian dari beberapa konsumen. Sehingga, semakin banyaknya
permintaan akan tanaman hias, maka Bapak Fauzi dan Bapak Bagus
mendirikan sebuah badan usaha untuk meningkatkan pendapatan serta
mendorong berkembangnya bisnis tanaman hias.
Pihak manajemen CV. GSN menyadari untuk mendukung pertumbuhan
usaha saat dibutuhkan langkah-langkah yang tepat agar mampu
meningkatkan pendapatan secara baik untuk kelangsungan hidup
perusahaan. Namun, perusahaan yang baru berdiri ini menghadapi
permasalahan pada modal. Saat ini, CV. Green Saujana Nursery
memiliki luas lahan perkebunan dengan total luas tanah sebesar 6
hektar yang meliputi daerah Sawangan (Depok), Pondok Cabe (Depok),
dan Cigombong (Sukabumi). Namun, luas lahan yang digunakan untuk
penanaman tanaman hias hanya seluas 4 hektar yang masing-masing
memiliki luas lahan 2 hektar di daerah Sawangan, 2 hektar lahan di
Pondok Cabe, dan 2 hektar lahan yang berada di daerah Cigombong.
Lahan yang berada di kawasan Sawangan merupakan tempat penjualan
tanaman hias dalam pot milik CV. GSN (workshop), sedangkan kawasan
Pondok Cabe adalah sebagai tempat pembibitan (nursery) untuk dijual
kembali maupun untuk disewa.
-
5
Permintaan terbesar konsumen CV. GSN terdapat pada penjualan
tanaman hias, yaitu sebanyak kurang lebih 70% keuntungan usaha
selama satu tahun ini berasal dari sistem penjualan tanaman hias.
Saat ini, sistem penyewaan tanaman (rental) menjadi salah satu
permintaan yang tinggi. Tren rental tanaman hias menjadi andalan
karena konsumen tidak perlu bersusah payah untuk merawat tanaman
tersebut agar tetap tumbuh dan cantik. Tren penyewaan tanaman hias
(rental) ini digunakan sebagai pemanis ruangan gedung seperti
hotel, kantor, rumah sakit, restoran, hingga pusat perbelanjaan,
sehingga bisnis tanaman hias tidak hanya berpatok pada penjualan
saja, tetapi juga diramaikan dengan usaha penyewaan tanaman hias
(rental). Sistem penyewaan tanaman hias (rental) CV. GSN dilakukan
dalam jangka waktu 6 bulan hingga 1 tahun sesuai kontrak dengan
konsumen dan pergantian tanaman hias dilakukan selama 2 minggu
sekali.
Saat ini perusahaan mengakui bahwa selama beberapa bulan
belakangan pihak internal perusahaan tidak dapat menuruti
permintaan konsumen pada bidang penyewaan tanaman hias. Hal ini
diakui mereka bahwa terdapat keterbatasan tenaga kerja dan minimnya
transportasi angkut barang. Diketahui bahwa saat ini CV. GSN hanya
memiliki 6 karyawan lapangan dan 1 mobil pick up untuk
pendistribusian produk sistem penyewaan tanaman hias, sedangkan
jumlah pelanggan di bidang sewa tanaman hias saat ini adalah
sebanyak 11 perusahaan. Karyawan setiap harinya rutin melakukan
perbanyakan tanaman hias, disamping itu karyawan melakukan
pergantian tanaman ke beberapa perusahaan yang sudah terjadwal,
namun karena kendaraan transportasi yang dimiliki minim, maka pihak
internal kesulitan untuk membagi waktu antara distribusi sistem
sewa tanaman dengan permintaan penjualan tanaman hias. Selain itu,
dikarenakan kendaraan yang terbatas pula, CV. GSN tidak dapat
menambah pelanggan di bidang sewa tanaman. Saat ini pendapatan yang
diperoleh CV. GSN tidak berputar dikarenakan sistem pembayaran yang
dilakukan oleh konsumen tanaman sewa terhambat. CV. GSN menyatakan
bahwa konsumen sewa tanaman memiliki kebiasaan buruk menunda
pembayaran hingga 3 bulan (telat membayar), sehingga pemasukan
hanya berasal dari penjualan tanaman hias. Seperti yang diketahui
bahwa sistem sewa tanaman hias memerlukan biaya perawatan tanaman
hias, apabila pemasukan terhambat maka akan menghentikan beberapa
proses produksi seperti perbanyakan tanaman hias. Selain itu,
perusahaan mengharapkan sistem dibidang kontsruksi pembuatan taman
dapat mereka laksanakan, tetapi bidang tersebut membutuhkan dana
yang cukup besar dan tenaga kerja yang lebih banyak, sehingga dalam
hal ini perusahaan membutuhkan investor. Pihak internal perusahaan
mengakui bahwa pinjaman modal ke Bank merupakan langkah yang tepat,
namun perusahaan mengaku bahwa mereka memiliki ketakutan dalam
peminjaman. Saat ini pendapatan yang diperoleh CV. GSN dari
penyewaan dan penjualan tanaman hias tidak berputar, sehingga
dibutuhkan sebuah strategi baru untuk mendukung usaha tanaman hias
yang mereka jalani saat ini.
Sampai saat ini bisnis CV. GSN belum berkembang dengan baik dan
masih membutuhkan dan memerlukan strategi bisnis yang tepat dengan
membuat model bisnis yang lebih baik dari para pesaing dan hingga
dapat diterapkan oleh CV. GSN. Salah satu metode untuk memperbaiki
model bisnis CV. GSN adalah dengan menggunakan Business Model
Canvas yang dapat menjadi pendekatan yang mudah diimplementasikan
oleh organisasi bisnis dalam upaya melakukan evaluasi dan perubahan
terhadap model bisnis perusahaan sehingga tercipta model
-
6
bisnis baru yang lebih tepat dan sesuai untuk diaplikasikan oleh
perusahaan (Osterwalder dan Pigneur 2012). Metode BMC digunakan
untuk melihat gambaran perusahaan saat ini dengan melihat 9 elemen
model bisnis dan membuat model bisnis yang sesuai untuk CV. GSN di
masa depan dengan mengevaluasi business model canvas CV. GSN dan
memberikan alternatif strategi yang sesuai.
Dari penjelaskan yang telah dipaparkan diatas, perusahaan dapat
melakukan penerapan model bisnis baru dalam pengembangan usahanya,
maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana model bisnis
CV. GSN yang ada saat ini? 2. Apakah hal yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman
untuk berkelanjutan di CV. GSN pada industri tanaman hias? 3.
Bagaimana model bisnis kanvas perbaikan sebagai upaya
pengembangan
bisnis CV. GSN? 4. Bagaimana merumuskan strategi pengembangan
bisnis di CV. GSN?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi gambaran model
bisnis yang selama ini dilakukan oleh
CV. GSN. dengan menggunakan Business Model Canvas (BMC). 2.
Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada
di
CV. GSN. 3. Merumuskan model bisnis kanvas perbaikan untuk
mendukung
pengembangan bisnis di CV. GSN. 4. Merumuskan strategi
pengembangan bisnis CV. GSN.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan
bagi pihak yang memerlukan, yaitu: 1. Bagi CV. GSN, penelitian ini
dapat membantu memberikan masukan dalam
mengembangkan model bisnis yang harus dilakukan untuk
pengembangan usaha kepada pihak manajemen perusahaan demi memenuhi
permintaan pasar kedepannya.
2. Bagi kalangan akademis, penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan rujukan atau referensi pada penelitian
selanjutnya.
3. Bagi pelaku industri tanaman hias, penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan
dan pengambilan keputusan dalam mengembangkan usaha tanaman hias di
Indonesia.
4. Bagi penulis, penelitian ini adalah suatu cara untuk
mengembangkan ilmu pertanian dengan mengembangkan model bisnis
bidang tanaman hias dan menjadi pengalaman dalam upaya
mempraktekkan terori yang diperoleh dan mengimplementasikannya
dengan fakta yang ada di lapangan.
-
7
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada perusahaan yang dijadikan objek
dalam penelitian yaitu CV. Green Saujana Nursery. Fokus penelitian
adalah strategi pengembangan model usaha tanaman hias di perusahaan
CV. GSN dengan meggunakan Business Model Canvas. Ruang lingkup
penelitian mencakup identifikasi gambaran model bisnis saat ini,
analisis lingkungan model bisnis, persepsi pelanggan, analisis SWOT
yang mencakup perumusan kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang,
perbaikan model bisnis kanvas dan menyusun program-program strategi
bisnis bagi CV. GSN.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Model Bisnis
Model bisnis merupakan sebuah model yang menggambarkan dasar
pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan
menangkap nilai (Osterwalder dan Pigneur 2012). Model bisnis dapat
dipilah menjadi tiga kelompok yaitu model bisnis sebagai metode,
model bisnis dilihat dari komponen-komponen (elemen), dan model
bisnis sebagai strategi bisnis. Pengertian model bisnis sebagai
metode adalah suatu metode untuk menciptakan nilai, sedangkan
pengertian model bisnis dilihat dari komponen-komponennya, misalnya
adalah model bisnis yang terdiri dari komponen produk, manfaat dan
pendapatan, pelanggan, asset, dan pengetahuan. Pengertian model
bisnis sebagai strategi bisnis adalah model bisnis yang digunakan
sebagai alat untuk merumuskan strategi bisnis perusahaan. Secara
umum, model bisnis adalah gambaran hubungan antara keunggulan dan
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, serta kegiatan-kegiatan
yang dilakukan untuk mengakuisisi dan menciptakan nilai, yang
membuat perusahaan mampu menghasilkan laba (PPM Managemen
2012).
Model bisnis menurut Mansfield dan Fourie (2003) adalah salah
satu acuan yang digunakan untuk memaksimalkan proses penciptaan
nilai dalam suatu perusahaan. Pengembangan suatu model bisnis
menjadi lebih sempurna serta bagaimana pengimplementasiannya
membutuhkan kehati-hatian serta harus mempertimbangkan pengaruh
dari internal maupun eksternal perusahaan. Menurut Magretta (2002),
model bisnis diciptakan untuk memudahkan para pemilik perusahaan
atau organisasi serta profesionalnya dalam merancang dan menggagas
bisnis secara abstrak kemudian dapat mengimplementasikannya secara
nyata. Giesen (2010) menambahkan bahwa model bisnis harus mampu
memperlihatkan peluang yang signifikan, baik disaat pertumbuhan
ekonomi yang pesat, maupun saat terjadi penurunan kondisi
perekonomian.
Semua penelitian mengusulkan definisi yang berbeda untuk konsep
model bisnis, namun defines-definisi tersebut diidentifikasi dan
memiliki kesamaan tertentu. Pertama, mayoritas definisi model
bisnis memasukkan penciptaan nilai pelanggan sebagai salah satu
elemen inti. Model bisnis harus menjelaskan bagaimana perusahaan
menciptakan nilai bagi pelanggannya. Kedua, logika pendapatan yang
didapatkan oleh perusahaan juga disebutkan dalam definisi
-
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB