STRATEGI PENANAMAN KEDISIPLINAN PADA ANAK USIA DINI DI TK ISLAM DARUNNAJAH ULUJAMI JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: Mega Oka Waty NIM 11140184000014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020
178
Embed
STRATEGI PENANAMAN KEDISIPLINAN PADA ANAK USIA DINI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Lembar Pengesahan Skripsi.....viii Lampiran 2. Lembar Pengesahan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STRATEGI PENANAMAN KEDISIPLINAN PADA ANAK USIA
DINI DI TK ISLAM DARUNNAJAH ULUJAMI
JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Mega Oka Waty
NIM 11140184000014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
i
ABSTRAK
Mega Oka Waty (11140184000014). Strategi Penanaman Kedisiplinan
Pada Anak Usia Dini Di TK Islam Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan. Skripsi
Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi penanaman kedisiplinan pada
anak usia dini yang dilakukan oleh guru, serta mendeskripsikan faktor-faktor dalam
memberikan penanaman kedisiplinan di TK Islam Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan tahun Ajaran 2018/2019. Fokus penelitian adalah strategi penanaman
kedisiplinan pada anak usia dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan subjek penelitian kepala sekolah dan guru kelas anak usia dini TK Islam
Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2018/2019. Penelitian ini
menggunakan tekhnik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif Miles dan
Huberman (reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan). Uji keabsahan data
menggunakan triangulasi sumber data dan teknik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepala sekolah dan guru menerapkan kedisiplinan pada anak murid
menggunakan peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi sebagai pedoman.
Hambatan yang dialami berkesinambungan dengan didikan keluarga dan juga
kurangnya perhatian guru akibat kesibukan yang terjadi. Sehingga sekolah dapat
menanggulanginya dengan mengajak orang tua bekerja sama demi mendidik
kedisiplinan anak sejak dini.
Kata kunci: Strategi penanaman disiplin, penanaman disiplin
ii
ABSTRACT
Mega Okawaty (111401800004). The Discipline Implementation Strategy on
Early Childhood of Darunnajah Ulujami Islamic Kindergarten in South Jakarta
in Academic Year 2018/2019. A skripsi of Moslim Child Education, Faculty Of
Educational Sciences of Syarif Hidayatullah University, Jakarta, 2020.
The research is aimed to describe the discipline implementation strategy on early
childhood which is done by teachers, and to decsribe some factors in giving discipline
implementation in Darunnajah Ulujami Islamic Kindegarten in South Jakarta in
academic year 2018/2019. The focus of the research is discipline implementation
strategy in early childhood. The research uses qualitative approach by contribution of
headmaster and teachers of Darunnajah Islamic Kindergarten in Academic Year
2018/2019 as the subject of the research. The data collection techniques used in the
research are observation, interview, and documentation. The used data analysis
techniques are interactive model of Miles and Huberman (data reduction, data
display, and conclusion). The used data validity tests are triangulation of the source of
the data and the technique. The result of the research shows that the headmaster and
the teachers implement the discipline on the students by using rules, punishments,
rewards, and consistency as a guidance. The felt obstacle continues with family
upbringing and less of teachers' attention because of doing busy that happened, so
that the school can solve the problems by suggestion for parents to coorporate for
discipline in education in early childhood.
Key Words: The Discipline Implementation Strategy, The Discipline Implementation
iii
KATA PENGANTAR
ن حم ٱلره حيم بسم ٱلله ٱلره
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah …
Alhamdulillahi Robbil Aalamiin, tidak ada ungkapan yang Maha Dahsyat
yang lebih indah untuk diungkapkan selain rasa syukur yang sedalam-dalamnya
kepada Subhanahu Wa Ta’ala, Sang pemilik takdir yang memberikan nikmat dan ٱلله
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Strategi
Penanaman Kedisiplinan Pada Anak Usia Dini di TK Islam Darunnajah
Ulujami Jakarta Selatan”.
Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad Wa’ala Ali Sayyidina
Muhammad, sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan mulia Nabi
Muhammad صلى الله عليه وسلم Sang revolusioner, Sang pemimpin, Sang pencerah bagi umat Islam.
Banyak sekali rintangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan
skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan serta do’a dari
berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Setiap hambatan
dan kesulitan yang datang menghampiri, selalu penulis jadikan sebagai pembelajaran
yang berharga untuk pengalaman sehingga kedepannya bisa lebih baik dari
sebelumnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis
sangat terbatas. Namun, dengan adanya bimbingan dan arahan serta motivasi dari
berbagai pihak menjadikan penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih sedalam-dalamnya kepada pihak yang
telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, untuk semua yang tercinta dan tersayang
penulis berikan kepada:
1. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu memberikan do’a dan dukungan
kepada penulis, baik secara moril maupun materil selama penyusunan
iv
skripsi ini berlangsung.
2. Dr. Sururin, M.Ag Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Siti Khadijah, M.A Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini.
4. Miratul Hayati, M.Pd Sekretaris Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini.
5. Desmaliza, M.Si, M.Ed dan Yubaedi Siron, M.Pd Dosen Pembimbing
yang selalu meluangkan waktunya dan membimbing serta mengajarkan
kepada penulis dengan penuh kesabaran.
6. Dr. fidrayani M.Pd dan Ratna Faeruz, M.Pd Dosen Penguji yang
senantiasa memberikan saya arahan dalam merevisi skripsi, agar lebih
baik
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang
telah memberikan ilmu yang berguna bagi diri pribadi selama perkuliahan.
8. UKM KPA Arkadia, yang sudah penulis anggap sebagai keluarga
9. Ahmad Fatah Yasin, yang selalu menjadi penyemangat penulis untuk
menyelesaikan skripsi.
10. Bang Gendon, Senior Arkadia yang mau meminjamkan Vespa Oren-nya
untuk dijadikan Transportasi ke kampus UIN – PPG Parung – Permata
Hijau II demi kelancaran proses mengerjakan skripsi.
11. Aina Fauziah dan Suciani, teman seangkatan yang setia memberikan
semangat untuk penulis
12. Muchsin Sabto Adi, yang selalu ada untuk penulis berbagi rasa, mau
mendengarkan setiap keluh kesah sedih senang, suka duka, canda dan
tawa.
13. Siti Haryati dan Abuniza Arramiz, yang mau membantu dalam
v
mengerjakan skripsi.
14. Bang Navrie, yang memberikan kesempatan penulis untuk bergabung
dalam penelitian mahasiswa Universitas Indonesia ke Papua, terimakasih.
Bagi penulis itu sebagai kesempatan me-refresh semangat penulis yang
sedang menurun.
Semoga bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan disisi
.Subhanahu Wa Ta’ala sebagai amal ibadah, Aamiin ٱلله
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ............................................ 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 7 1. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
BAB II .................................................................................................... 9
KAJIAN TEORI .................................................................................... 9
A. Implementasi Kedisiplinan .......................................................................... 9
1. Pengertian Disiplin .................................................................................. 9 2. Tujuan Disiplin ..................................................................................... 12
3. Fungsi Disiplin ...................................................................................... 13 4. Unsur-Unsur Disiplin ............................................................................ 14
5. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin ..................................................... 18 6. Karakteristik Perkembangan Disiplin Anak Usia Dini ........................... 23
7. Pentingnya Disiplin Bagi Anak Usia Dini .............................................. 23 8. Disiplin Pada Anak Usia Dini ................................................................ 24
9. Cara Menanamkan Displin Pada Anak .................................................. 25 10. Peran Guru dalam Pembentukan Disiplin .............................................. 29
B. Penelitian Relevan .................................................................................... 30 C. Kerangka Berpikir .................................................................................... 30
BAB III................................................................................................. 32
A. Setting/Latar Penelitian ............................................................................. 32 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 32
C. Metode Penelitian ..................................................................................... 33 D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 35
E. Pengujian Keabsahan Data ........................................................................ 38 F. Analisis Data ................................................................................................ 39
BAB IV ................................................................................................. 42
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 42
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 42
vii
1. Profil sekolah ........................................................................................ 42
B. Deskripsi Data .......................................................................................... 48 1. Subjek Penelitian ................................................................................... 48
2. Objek Penelitian .................................................................................... 49 C. Hasil Penelitian ......................................................................................... 49
1. Implementasi Kedisiplinan yang di lakukan Kepala Sekolah terhadap
Guru .............................................................................................................. 49
2. Implementasi Kedisiplinan yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap Anak
Murid ............................................................................................................. 52
3. Implementasi Kedisplinan yang di lakukan Guru terhadap Anak Murid . 60 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengimplementasian pada
Kedisiplinan Anak Murid TK Islam Darunnajah Ulujami ................................ 69 D. Analisis Data ............................................................................................ 71
1. Implementasi Kedisiplinan Pada Anak .................................................. 71 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi kedisipinan di Sekolah .................... 77
E. Pembahasan Hasil Penelitian..................................................................... 78 1. Implementasi Kedisiplinan yang di lakukan Kepala Sekolah Terhadap
Guru .............................................................................................................. 78 2. Implementasi Kedisisplinan yang di lakukan Kepala Sekolah Terhadap
Anak murid ..................................................................................................... 80 3. Implementasi Kedisiplinan yang di berikan Guru Terhadap Anak Murid 83
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengimplementasian Kedisiplinan
Pada Anak Murid TK Islam Darunnajah Ulujami ............................................ 87
BAB V .................................................................................................. 89
Tabel 3.4 Analisis Data ......................................................................... 40
Tabel 4.1 Data Tenaga Kerja Pengajar TK Islam Darunnajah ............... 45
Tabel 4.2 Data Siswa-Siswi TK Islam Darunnajah ................................ 45
Tabel 4.3 Data Ruang Guru ................................................................... 46
Tabel 4.4 Data Ruang Kelas .................................................................. 47
Tabel 4.5 Struktur Organisasi TK Islam Darunnajah ............................. 47
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Kegiatan selama Pembelajaran Berlangsung ...................... 97
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Pengesahan Skripsi.............................................. viii
Lampiran 2. Lembar Pengesahan ........................................................... ix
Lampiran 3. Tata Tertib TK Islam Darunnajah ...................................... 97
Lampiran 4. Lembar Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ........ 103
Lampiran 5. Catatan Lapangan ............................................................ 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu hal yang penting untuk
diberikan oleh orang tua, karena dalam pendidikan tersebut terdapat pembelajaran
yang menstimulus perkembangan anak dalam berprilaku dan memiliki standar
pendidikannya tersendiri. Menurut Peraturan Pemerintah No. 137 Tahun 2014
tentang standar pendidikan Anak Usia Dini, dijelaskan bahwa unsur yang harus
ada pada kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini sebagai lingkup perkembangan
meliputi: Nilai agama dan moral, Fisik motorik, Kognitif, Bahasa, Sosial
emosional, Seni1. Salah satu dalam lingkup perkembangan tersebut memiliki sub
yang berkaitan dengan disiplin, yaitu pada lingkup nilai agama dan moral.
Melihat hal tersebut mengartikan bahwa disiplin perlu dikembangkan dan penting
untuk pengajaran yang di berikan dalam sekolah.
Makna dari disiplin merupakan suatu usaha dalam membimbing perilaku yang
mempunyai tujuan dalam membentuk perilaku manusia dengan berbagai macam
ciri khas tertentu. Dalam hal tersebut yang lebih utama yaitu dalam peningkatan
di diri seseorang itu yang menyangkut mental dan juga sikap moralnya dalam
kehidupan sehari-hari 2. Jadi, disiplin bisa membiasakan anak untuk melakukan
hal-hal yang sesuai dengan aturan yang ada dilingkunganya, secara tidak
langsung. Menurut Wirna, ia menyatakan bahwa salah satu sikap perilaku yang
ditanamkan oleh orangtua atau guru kepada anak sejak usia dini adalah disiplin 3.
Kedisiplinan dari seorang anak mencerminkan perilaku-perilaku yang
1 Peraturan Pendidikan Nasional Menteri, Standar Pendidikan Anak Usia Dini No. 137 Tahun2014
(Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2014). 2 Peraturan Pendidikan Nasional Menteri, Disiplin Pada Anak (Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini, 2011). 3 Wirna Novita, “Pelaksanaan Penanaman Disiplin Pada Anak Di Taman Kanak-Kanak Adhyaksa
Xxvi Padang,” Pesona PAUD 1, no. 5 (2012): 1.
2
ditampilkan serta kepatuhan dalam melaksanakan peraturan yang telah
ditetapkan. Disamping itu dengan disiplin kesadaran dan tanggung jawab seorang
anak akan lebih tinggi dan itu akan berdampak positif terhadap setiap hal yang
dilakukan oleh anak.
Disiplin merupakan suatu sistem pengendalian yang diterapkan oleh pendidik
terhadap anak didik agar mereka dapat berfungsi di masyarakat, dan disiplin
merupakan proses yang diperlukan agar seseorang dapat menyesuaikan dirinya 4.
Sebagaimana yang dikatakan Hadiyanto yang menyatakan disiplin adalah suatu
keadaan dimana sikap dan penampilan (performance), seorang peserta didik
sesuai dengan tatanan nilai, norma dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di
sekolah dimana peserta didik berada 5. Di samping itu, seorang anak yang baru
lahir menjadikan ia sebagai seseorang yang baru memulai untuk mengenali dunia.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkannya orang dewasa agar mereka bisa membantu
anak dalam membina dan memberi pemahaman menganai dunia. Anak pun belum
memahami tentang tata krama, sopan santun, aturan dan norma yang berlaku
dimasyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Anak juga sedang belajar
berkomunikasi dengan orang lain dan sedang memahami apa yang
dikomunikasikan tersebut. Menurut Suyanto, anak perlu mendapat bimbingan
agar mengerti berbagai macam kejadian yang terjadi agar mereka bisa melakukan
berbagai macam caranya sendiri untuk bisa memahami dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari 6. Untuk itu anak memerlukan bimbingan orang dewasa
seperti orang tua, keluarga atau orang lain agar dapat berprilaku yang baik dan
memiliki keterampilan yang bisa berkembang di kehidupan bermasyarakat.
4 Suryadi, Kiat Jitu Dalam Mendidik Anak: Berbagai Masalah Pendidikan Dan Psikologi (Jakarta:
Edsa Mahkota, 2006), 6. 5 Hadiyanto, Manajemen Peserta Didik Bernuansa Pendidikan Karakter (Padang: UNP Pers, 2013),
33. 6 S Suryanto, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan
Anak Usia Dini, 2005), 5.
3
Pembentukan perilaku anak bisa dimulai melalui mengajarkan anak dalam
lingkup kedisiplinan melalui pendidikan disekolah salah satunya.
Pendidikan Anak Usia Dini di sekolah tentu penting untuk penerapan disiplin,
mulai dari disiplin waktu. Namun, hal ini harus dibarengi dengan kedisiplinan
Bapak Ibu guru dalam mengajar. Jangan sampai guru tidak mencontohkan kepada
anak didik tentang kedisiplinan, padahal guru tersebut telah mengajarkan disiplin
pada anak didik. Seperti seorang guru membuat peraturan terlambat lima belas
menit akan mendapat hukuman maka guru pun harus mematuhinya. Seandainya
disiplin harus dinikmati bersama dengan kesadaran maka dipastikan kelas
tersebut akan menjadi lebih baik 7. Bila tidak adanya kedisiplinan pada sekolah
nantinya akan ada konflik yang tidak dapat dihindari. Seperti membuang sampah
pada tempatnya. Jika anak tidak dajarkan oleh pendidik akan hal tersebut maka
anak pun dengan sengaja membuang sampah tidak pada tempatnya. Sekolah
seharusnya menekankan pada kedisiplinan tersebut. Karena dengan berdisiplin,
moral anak akan menjadi lebih baik. Disiplin menurut Wantah sangat diperlukan
dalam peningkatan perkembangan anak, karena dengan begitu anak dapat terlatih
peran sosialnya 8. Melalui penerapan perilaku disiplin, anak bisa mendapatkan
suatu prilaku untuk memperbaiki tingkah lakunya yang salah. Disamping itu,
disiplin bisa merangkum pengajaran, bimbingan atau dorongan yang dilakukan
orang tua kepada anaknya. Dengan begitu, orang tua mengajarkan kepada anak
tentang perilaku moral yang dapat diterima oleh masyarakat sekitar. Penambahan
lain yang terkait yaitu, bahwa pembentukan perilaku anak sejak dini akan
mempengaruhi perkembangan di masa mendatang. Perilaku dan sikap tersebut
akan terbentuk pada anak dan akan terbawa seumur hidup. Jadi, sebaiknya orang
dewasa dapat menanamkan perilaku kedisiplinan sejak dini untuk membentuk
kedisiplinan anak yang memiliki pengaruh baik untuk masa mendatang.
7 Subini Nini, Awas, Jangan Jadi Guru Karbitan Cetakan1 (Jakarta: PT. Buku Kita, 2012), 106. 8 M.J Wantah, Pengembangan Disiplin Dan PEmbentukan Moral Pada Anak Usia Dini (Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2002), 9.
4
Di sekolah Darunnajah terdapat tata tertib yang diperuntukkan kepada anak
TK yaitu: sesama teman harus saling sayang menyayangi, bila keluar kelas harus
izin pada Ibu guru, berkata sopan santun pada Ibu guru dan teman, bila belajar
yang tertib, bila bertanya angkat tangan, menghargai pendapat teman, setelah
selesai bermain, simpan pada tempatnya, menyimpan sandal/sepatu pada
tempatnya, bermain bersama-sama dan tidak pilih-pilih teman, bila bel main
sudah selesai, kembali masuk ke kelas, masuk dan keluar kelas mengucapkan
salam, makan dengan tertib, jika bersalah wajib minta maaf, dan jika melanggar
wajib beristighfar.
Selanjutnya berkaitan dengan perilaku disiplin di sekolah, pada tanggal 29
September 2019 Ibu Atun Zihdil Amiq, S.Pd.I Kepala Sekolah TK Islam
Darunnajah menyatakan “Anak-anak disini alhamdulilah sudah relatif baik, hanya
saja terkadang masih ada yang terlambat datang ke sekolah. Di sini juga anak
sudah diajarkan untuk menaruh sepatu dalam tempatnya yaitu di rak sepatu.
Membereskan kembali makanan yang telah selesai dimakannya. Mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan serta mencium tangan gurunya ketika meninggalkan
sekolah/pulang sekolah”. Adapun berkaitan dengan sanksi yang diberikan kepada
anak yang melanggar yaitu berupa teguran lisan yang dibarengi dengan kasih
sayang dari pihak gurunya. Selanjutnya, pihak sekolah menggunakan alat “finger
print” sebagai bentuk penerapan kedisiplinan yang diperuntukkan oleh para guru
dalam hal kedisiplinan untuk datang tepat waktu.
Fenomena yang berkaitan dengan disiplin telah ditemukan dalam Jurnal
Choirun Nisa Aulina, kasusnya adalah pembinaan disiplin yang menjadi
kekerasan telah terjadi di Sekolah Dasar Sisir Kota Batu Malang. Dalam
membentuk kedisiplinan anak murid di kelas, seorang guru “memplester” mulut
anak muridnya yang membuat gaduh dalam kelas. Memplester mulut bukanlah
suatu perilaku yang baik untuk dilakukan oleh seorang Guru. Tentu, melihat
perlakuan seperti itu hukuman yang seharusnya diberikan tidak berbau
5
kekerasan9. Pada dasarnya, disiplin yang diberikan dengan suatu hukuman yang
berbentuk kekerasan sangatlah berbeda. Pengertiannya jika disiplin itu suatu
kebutuhan seseorang untuk memeliki sifat tersebut. Tetapi jika hukuman, itu
tergabung dalam unsur disiplin. Namun, hukuman ini juga bersifat konsekuensi
perilaku yang telah diperbuat. Di samping itu, hal lain yang menjadi fenomena
kedisiplinan adalah telah ditemukan saat peneliti melakukan observasi disekolah
RA Al-Ghifari. Peneliti menemukan beberapa kejadian yang mempengaruhi
kedisiplinan anak murid. Kejadian tersebut seperti adanya anak murid yang
diantar oleh orang tua sudah terlambat datang ke sekolah, beberapa anak murid
ketika proses pembelajaran berlangsung tidak adanya ketegasan guru dan hanya
menghiraukan anak murid tersebut, bila anak-anak selesai bermain tidak
membereskannya kembali.
Melihat persoalan uraian kedisiplinan di atas, terlihat bahwa memang penting
mengajarkan kedisiplinan sejak dini. Peran dari seluruh kalangan, seperti Orang
tua, Guru, Teman sebaya sangat menentukan bentuk implementasi kedisiplinan
pada anak. Selanjutnya peneliti ingin melihat bagaimana implementasi yang
diberikan oleh TK Islam Darunnajah Jakarta Selatan ini yang memiliki latar
belakang sekolah berakreditasi A, guru pengajarnya memiliki jabatan sarjana
Strata 1, dan notabene sekolah TK Islam Darunnajah ini berdiri dibawah naungan
Yayasan Pondok Pesantren yang ada di Jakarta Selatan. Hal yang menarik
perhatian peneliti adalah bagaimana sekolah memberikan pengarahan kepada para
guru agar mereka juga dapat memberikan contoh kepada anak murid, jadi salah
satunya adalah dengan konsekuensi bila tidak melakukan contoh kedisiplinan
pada anak untuk datang tepat waktu secara tiga kali berturut-turut dengan tanpa
izin yang jelas, maka dipindahkan mengajarnya ke Yayasan Darunnajah yang
lain. Dengan demikian, peneliti memiliki rasa ingin tahu untuk mengetahui lebih
dalam terkait dengan penanaman kedisiplinan anak didik tersebut. Kedisiplinan
9 Choirun Nisa Aulina, “Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini,” PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan
2, no. 1 (2013): 36.
6
memiliki peranan penting dimasa depan yaitu sebagai bekal dalam menjalani
hidup agar lebih baik. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengetahui
penanaman nilai-nilai kedisiplinan anak melalui penelitian yang berjudul
"Strategi Penanaman Kedisiplinan pada Anak Usia Dini di TK Islam Darunnajah
Ulujami, Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2019/2020, dengan mengamati keseharian
siswa, dan berkerja sama dengan pihak sekolah, guru dan orang tua. Penelitian ini
diarahkan untuk pemberdayaan unsur unsur yang ada pada dalam diri anak untuk
meningkatkan nilai kedisiplinan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
diidentifikasikan masalah dalam kedisiplinan disekolah TK Islam Darunnajah
Jakarta Selatan:
1. Banyaknya faktor yang bisa mempengaruhi kedisiplinan anak
2. Penerapan kedisiplinan yang berbeda dari setiap guru
3. Sekolah TK Islam Darunnajah menggunakan “finger print” dalam
penerapan kedisiplinan
4. Kedisiplinan anak yang berbeda-beda karena banyaknya faktor yang
mempengaruhi
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada, maka dalam
penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah dan menjadi fokus dalam
penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana strategi penanaman kedisiplinan pada anak usia dini di TK
Islam Darunnajah?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi terhadap penanaman
kedisisplinan pada anak usia dini di TK Islam Darunnajah?
7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.Tujuan Penelitian
Kegiatan penelitian seharusnya memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan
yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini yaitu:
a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi penanaman kedisplinan
pada Anak Usia Dini di TK Islam Darunnajah
b. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan
pada Anak Usia Dini usia di TK Islam Darunnajah, Ulujami Tahun Ajaran
2019/2020
2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberi
manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat yang dapat diperoleh
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kedisiplinan anak usia dini. Selanjutnya, penelitian ini dapat dimanfaatkan
untuk penelitian lebih lanjut dan masalah lain yang ada kaitannya dengan
disiplin maupun cara pendisiplinan anak usia dini, serta sebagai salah satu
bahan yang dapat memperkaya penelitian khususnya bidang pendidikan.
b. Manfaat Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharpkan dapat memberikan manfaat bagi:
1) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan berguna untuk dapat membantu penulis
memperdalam materi yang telah di ajarkan selama massa perkuliahan,
serta menerapkan teori yang ada ke dalam dunia pendidikan dan jug
untuk dapat dijadikan acuan bagi penulis lain apabila ingin melakukan
penelitian sejenis.
8
2) Bagi Guru maupun Pendidik
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dan kualitas
guru dalam pengimplementasi kedisiplinan anak disekolah, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan tercapai dengan optimal.
3) Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat pada umumnya penelitian ini diharapkan dapat
memberikakn kesadaran bahwa masyarakat juga berperan penting dalam
menanamkan nilai kedisiplinan pada anak khususnya orang tua.
Penanaman nilai kedisiplinan dilakukan secara terpadu, baik di lingkingan
keluarga, sekolah maupun masyarakat.
4) Bagi Prodi
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang kedisiplinan dan juga sebagai bahan
penelitian lebih lanjut.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Implementasi Kedisiplinan
1. Pengertian Disiplin
Disiplin pada dasarnya kontrol diri dalam mematuhi aturan baik yang di buat
oleh diri sendiri maupun diluar diri, baik dalam lingkup keluarga, Lembaga
Pendidikan, masyarakat, bernegara maupun bernegara. Disiplin juga merujuk
pada kebebasan individu untuk tidak bergantung pada orang lain dalam memilih,
membuat keputusan, tujuan, melakukan perubahan perilaku, pikiran maupun
emosi sesuai dengan prinsip yang diyakini dari aturan moral yang dianut 10.
Seorang ahli yaitu Wirna Novita dalam teori yang terdapat dalam jurnalnya yang
berjudul Pelaksanaan Penanaman Disiplin Pada Anak di Taman Kanak-Kanak
Adhyaksa XXVI Padang bahwa salah satu sikap perilaku yang ditanamkan oleh
orangtua atau guru kepada anak sejak usia dini adalah disiplin 11. Kedisiplinan
dari seorang anak mencerminkan perilaku-perilaku yang ditampilkan serta
kepatuhan dalam melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan. Disamping itu
dengan disiplin kesadaran dan tanggung jawab seorang anak akan lebih tinggi dan
itu akan berdampak positif terhadap setiap hal yang dilakukan oleh anak.
Disiplin merupakan suatu sistem pengendalian yang diterapkan oleh pendidik
terhadap anak didik agar mereka dapat berfungsi di masyarakat, dan disiplin
merupakan proses yang diperlukan agar seseorang dapat menyesuaikan dirinya 12.
Menurut Soegeng, mengungkapkan bahwa disiplin sebagai kondisi yang tercipta
10 Daryanto and Darmiyatun. Sumiatri, Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah, Cetakan 1.
(Yogyakarta, 2003), 49. 11 Novita, “Pelaksanaan Penanaman Disiplin Pada Anak Di Taman Kanak-Kanak Adhyaksa Xxvi
Padang.” 12 Suryadi, Kiat Jitu Dalam Mendidik Anak: Berbagai Masalah Pendidikan Dan Psikologi, 6.
10
dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Nilai-nilai
tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta
melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman 13. Dalam
Jurnal Dias Khairina Sabila mengatakan disiplin merupakan salah satu nilai
karakter yang sangat penting untuk ditanamkan pada anak. Kedisiplinan pada
anak usia dini tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi dimulai melalui rutinitas yang
dilakukan secara konsiten setiap hari 14. Dengan kata lain, disiplin mengajarkan
seseorang untuk berprilaku yang sesuai nilai atau norma yang berlaku dalam
masyarakat, dan juga berpengaruh dengan pengajaran yang di berikan dalam
kehidupannya. Anak akan menghindari hukuman dari seseorang karena ia sudah
bisa menerima pandangan orang lain saat ia ingin melakukan suatu perbuatan.
Tu’u mengatakan bahwa disiplin dapat dirumuskan sebagai berikut: a).
Mengikuti dan menaati peraturan, nilai, hukum yang berlaku. b). Pengikutan dan
ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa karena
rasa takut, tekanan, paksaan, dan dorongan dari luar dirinya. c). Sebagai alat
pendidikan untuk memengaruhi, mengubah, membina serta membentuk perilaku
yang sesuai dengan nilai yang diajarkan. d) Hukuman yang diberikan pada yang
melanggar ketentuan yang berlaku, dalam upaya mendidik, melatih,
,mengendalikan serta memperbaiki tingkah laku, dan pertaturan peraturan yang
berlaku sebagai pedoman dan ukuran dari perilaku tersebut 15. Anak juga akan
mudah untuk melakukan prilaku disiplin yang baik bila ia melihat figur yang baik.
Pembelajaran disiplin akan terasa sia-sia apabila pendidik tidak ikut memberikan
contoh. Maka dengan begitu, pendidik juga harus melihat dirinya sendiri, apakah
13 Prijodarminto Soegeng, Kiat Menuju Sukses (Jakarta: Pradnya Paramita, 1994), 23. 14 Khairani Sabila. Dias, Peran Guru Dalam Menanamkan Disiplin Pada Anak Usia 5-6 Tahun
(Pontianak: PG PAUD FKIP UNTAN, 2016), 1. 15 Ahamad Susanto, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Konsep, Teori Dan Aplikasinya, Kencana.
(Jakarta, 2018), 118.
11
ia sudah disiplin atau belum 16 Mendidik dengan melibatkan anak dan
memberikan hukuman kepadanya pun harus melihat situasi kondisi lingkungan
sekitar, agar pemberian hukumannya tepat dan tidak membuat anak menjadi
kebingungan dan dapat diterima oleh masyarakat.
Maman Rachman mengartikan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan
sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangan kepatuhan dan
ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran
yang muncul dari dalam hatinya 17. Wantah disiplin diturunkan dari kata Latin
disiplina yang berkaitan dengan dua istilah lain, yaitu discare (belajar) dan
discipulus (murid) 18. Sehingga disiplin bisa dikatakan sebagai apa yang
disampaikan oleh seorang guru kepada muridnya. Hurlock mengungkapkan
bahwa disiplin berasal dari kata disciple yang berarti seorang yang belakar dari
atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Disiplin merupakan suatu cara
untuk membantu anak agar dapat mengembangkan pengendalian diri nya sendiri.
Pangendalian diri yang dimaksud yaitu dengan mengikuti peraturan dengan
norma yang ada. Disiplin juga mengajarkan kepada anak bagaimana cara berfikir
secara teratur 19.
Ketertiban ditunjukan pada patuhnya seseorang dalam menuruti peraturan
atau tata tertib karena mendapatkan suatu dorongan dari luar. Disiplin
menunjukan kepada kepatuhan seseorang dalam menjalani peraturan dan tata
tertib karena dijadikan dasar oleh kesadaran yang ada sesuai dengan apa yang
dikatakan dengan hatinya. Maka dari itu, kedua istilah tersebut memiliki
16 Aristowati, “Strategi Pembelajaran Disiplin Pada Anak TK Di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal,”
BELIA: Early Childhood Education Papers 3, no. 2 (2014): 23–30,
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/belia. 17 Rahman Maman, Manajemen Kelas, ed. Proyek Pendidikan Guru SD (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 1999), 168. 18 Wantah, Pengembangan Disiplin Dan PEmbentukan Moral Pada Anak Usia Dini (Jakarta:
Dapertemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2005), 139. 19 E.B Hurlock, Pengembangan Anak Jilid 1 (Alih Bahasa: Meitasari Tjandrasa & Muslichah Zarkasih)
(Jakarta:Erlangga, 1978), 82.
12
pengertian yang sama dalam kedisiplinan meskipun didasarkan pada diringan dari
luar maupun dalam diri anak tersebut. Ernie Martsiswati dan Yoyon Suryono
mengungkapkan bahwa disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib
yang telah disepakati dan dapat menggerakan untuk bisa mengatur diri dalam
mengendalikan emosi serta dapat bersikap sesuai dengan norma dan adab yang
berlaku didalam masyarakat 20. Oleh karena itu, dalam mengajarkan disiplin
sebaiknya tidak melakukannya dengan paksaan dari orang tua maupun guru dan
masyarakat, karena anak akan memahaminya secara baik bila diajarkan dengan
penuh perhatian. Dengan demikian, anak akan berfikir bahwa disiplin memanglah
penting untuk dirinya sendiri dalam kehidupan dimasyarakat.
2. Tujuan Disiplin
Setiap aktivitas yang dilakukan pastilah memiliki sebuah tujuan yang hendak
ia perbuat. Begitu juga dengan disiplin yang memiliki tujuan. Rose Mini,
mengatakan bahwa tujuan disiplin adalah anak dapat mengendalikan diri.
Sehingga pencapaian ini dapat digapai ketika orang tua dapat membina perilaku
anak dalam pembentukan tingkah laku yang sekiranya dapat diterima untuk anak
dan tidak memberikan pembentukan sikap tersebut dengan sesuatu hal yang
kurang pastas untuk anak. Sehingga, anak nantinya akan bisa menilai dan
merespon dengan pengendalian dalam dirinya sendiri 21.
Choirun Nisa mengungkapkan bahwa tujuan disiplin adalah membentuk
perilaku sedemikian rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang
ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan. Orang tua
atau pun guru diharapkan dapat menerangkan terlebih dahulu apa kegunaan atau
manfaat disiplin bagi anak sebelum mereka melakukan kegiatan pendidiplinan
terhadap anak. Hal ini dilakukan supaya anak memahami maksud dan tujuan
20 Ernie Martsiswati and Yoyon Suryono, “Peran Orang Tua Dan Pendidik Dalam Menerapkan
Perilaku Disiplin Terhadap Anak Usia Dini,” Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat 1, no.
2 (2014): 188. 21 Mini Rose, Disiplin Pada Anak (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2011),
7.
13
berdisiplin pada saat mereka menjalaninya. Dan pada akhirnya hal tersebut akan
berbuah manfaat yang positif bagi perkembangan anak itu sendiri 22.
Menurut Silvy Rimm tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar mereka
belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat
mereka sangat bergantung pada disiplin diri 23. Pada saat itu diharapkan untuk
mereka agar nantinya mereka akan membuat hidup mereka Bahagia, berhasil dan
penuh kasih sayang. Tujuan disiplin adalah membantu anak membangun
pengendalian diri mereka, bukan membuat anak mengikuti dan mematuhi
perintah orang dewasa. Melalui disiplin, anak dapat belajar bagaimana bersikap,
menghargai hak orang lain, dan menaati aturan. Penanaman disiplin dilakukan
sejak dini untuk mempersiapkan anak sebelun mereka terjun di masyarakat.
3. Fungsi Disiplin
Menurut aspek sosiologis dan psikologis, menyatakan bahwa fungsi disiplin
dapat dikategorikan sebagai 24.
a. Disiplin penting bagi sosialisasi
Yaitu agar anak belajar tentang standar perilaku yang disetujui dan
ditoleransi dalam suatu sistem sosial
b. Disiplin penting bagi kematangan kepribadian yang normal
Yaitu agar anak memperoleh sifat-sifat kepribadian yang andal, percaya
diri, kontrol diri, tekun, dan mampu mengatasi frustasi. Aspek kematangan
ini terjadi secara spontan, tetapi respons terhadap tuntutan dan ekspetasi
sosial yang berkelanjutan,
c. Disiplin penting bagi keamanan emosional anak
22 Aulina, “Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini, PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan 2, no. 1” 38. 23 Rimm Silvya, Mendidik Dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Di Sekolah (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2003), 47. 24 Susanto, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Konsep, Teori Dan Aplikasinya, (Jakarta: Kencana,
2018),123.
14
Standar ini jelas tidak sekedar disentralisasikan tetapi juga diwujudkan
dalam bentuk perilaku eksternal, bahkan untuk menjamin stabilitas
ketahanan tatanan sosial,
d. Disiplin penting bagi keamanan emosional anak
Khususnya untuk memberikan kepastian terhadap kebingungan dan
ketakutan mereka terhadap suatu perilaku.
Menurut Rini Utami, fungsi disiplin ada dua, yaitu 25.
a. Disiplin yang bermanfaat
1) Untuk mengajarkan anak akan konsekuensi sebuah perilaku
2) Untuk mengajarkan anak akan tindakan penyesuaian diri yang
wajar, tanpa berlebihan
3) Untuk membantu anak mengembangkan pengendalian diri
sehingga dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing
perilakunya hingga dewasa nanti
b. Disiplin yang tidak bermanfaat
1) Untuk menakut-nakuti anak
2) Untuk melampiaskan kekecewaan atas suatu kondisi yang tidak
diharapkan orang tua dan guru
4. Unsur-Unsur Disiplin
Shofiyati menyatakan bahwa terdapat 4 nilai unsur disiplin, yaitu: a).
Peraturan sebagai pedoman perilaku, b). Konsistensi dalam peraturan, c).
Hukuman untuk pelanggaran, d). Penghargaan untuk perilaku yang baik. Nialai
unsur pokok tersebut dapat diartikan menjadi sikap yang telah ada pada diri
manusia dan sistem nilai budaya yang ada didalam masyarakat. Sikap atau
attitude merupakan unsur yang hidup didalam jiwa manusia yang harus mampu
bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau pemikiran.
25 Utami Rini, Jangan Biarkan Anak Kita Berbohong Dan Mencuri (Solo: Tiga Serangkai, 2006), 27.
15
Sedangkan sistem nilai budaya merupakan bagian dari budaya yang berfungsi
sebagai petunjuk atau pedoman dan penuntun bagi kelakuan manusia 26.
Menurut Hurlock agar disiplin mampu mendidik anak untuk dapat berperilaku
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh kelompok sosial mereka maka disiplin
memiliki empat unsur pokok yaitu 27:
a) Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku, dimana pola
tersebut ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuannya
adalah untuk membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui
dalam situasi tertentu.
Peraturan mempunyai dua fungsi yaitu 1) peraturan mempunyai nilai
pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang
disetujui anggota kelompok tersebut, 2) peraturan membantu mengekang
perilaku yang tidak diinginkan.
Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi tersebut, maka peraturan itu
haruslah dapat dimengerti, diingat dan diterima oleh anak. Anak kecil
membutuhkan lebih banyak peraturan dari pada anak yang lebih besar sebab
menjelang remaja anak dianggap telah belajar apa yang diharapkan dari
kelompok sosial mereka.
b) Hukuman
Hukuman berasal dari bahasa latin punire yang memiliki arti menjatuhkan
hukuman pada seseorang karena kesalahan yang diperbuat, perlawanan atau
perlanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Walaupun tidak dikatakan,
namun tersirat bahwa kesalahan, perlawanan atau pelanggaran ini disengaja,
dalam arti bahwa orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah tetapi tetap
melakukannya.
26 Shofiyati Sri, Hidup Tertib (Jakarta: PT Balai Pustaka, 2012), 21. 27 Hurlock, Pengembangan Anak Jilid 1, 84.
16
Hukuman memiliki tiga fungsi penting dalam perkembangan moral anak,
yaitu: 1) menghalangi, hukuman dapat menghalangi pengulangan tindakan
yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Contohnya bila anak ingin melakukan
sesuatu yang dilarang oleh orang tuanya, ia akan mengurangkan niatnya
karena ia mengingat hukuman yang pernah diterimanya ketika ia melakukan
hal tersebut di masa lampau, 2) mendidik, sebelum anak memahami konsep
peraturan, mereka akan mempelajari manakah tindakan yang benar dan mana
tindakan yang tidak benar. Hal tersebut dapat dipelajari anak melalui
hukuman. Jadi mereka akan belajar dari pengalaman ketika menerima
hukuman dan bila mereka melakukan hal yang tidak benar maka mereka akan
mendapat hukuman dan bila mereka melakukan hal yang benar maka mereka
tidak akan mendapatkan hukuman, 3) motivasi, fungsi hukuman yang ketiga
adalah untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat.
Pengalamannya mengenai akibat-akibat tindakan yang salah dan mendapat
hukuman akan diperlukan sebagai motivasi untuk menghindari kesalahan
tersebut. Bila anak mampu mempertimbangkan dengan baik tindakan yang
akan mereka lakukan dan akibatnya, maka mereka dapat belajar memutuskan
apakah tindakan tersebut pantas atau tidak dilakukan, dengan demikian
mereka memiliki motivasi untuk menghindari tindakan yang tidak benar.
Hukuman memanglah diperlukan dalam mendisiplinkan anak, hal tersebut
diperlakukan apabila kesalahan yang dilakukan anak serius dan
membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.
c) Penghargaan
Penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik.
penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata
pujian, senyuman atau pelukan di punggung.
Penghargaan mempunyai beberapa peranan penting dalam mengajar anak
untuk berperilaku sesuai dengan cara yang direstui masyarakat yaitu: 1)
penghargaan mempunyai nilai mendidik, 2) penghargaan sebagai motivasi
17
untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. Apapun bentuk
penghargaan yang digunakan, penghargaan itu harus sesuai dengan
perkembangan anak. Apabila tidak, ia akan kehilangan efektivitasnya.
Dengan meningkatnya usia, penghargaan bertindak sebagai sumber motivasi
yang kuat bagi anak untuk melanjutkan usahanya untuk berperilaku sesuai
dengan harapan.
Menurut Umri Mufida pemberian penghargaan ini sangat efektif dalam
meningkatkan kedisiplinan anak usia dini. Metode token ekonomi melalui
stiker adalah cara untuk mengefektifkan pembelajaran disiplin 28. Dengan
begitu, pemberian penghargaan sangat membantu dalam membiasakan sikap
dan membuat anak memahami pembelajaran yang berkaitan dengan
kedisiplinan.
d) Konsistensi
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Peraturan,
hukuman dan penghargaan yang konsisten membuat anak tidak bingung
terhadap apa yang diharapkan dari mereka. Ada beberapa fungsi konsistensi
yaitu 1) mempunyai noilai mendidik, 2) mempunyai nilai motivasi yang kuat,
3) mempertinggi pengharga-an terhadap peraturan dan orang yang berkuasa.
Anak yang terus diberi pendidikan disiplin yang konsisten cenderung lebih
matang disiplin dirinya bila dibandingkan anak yang tidak diberi disiplin
secara konsisten.
Menurut Wantah disiplin memiliki lima unsur. Kelima unsur tersebut
yaitu : 1) aturan sebagai pedoman tingkah laku, 2) kebiasaan-kebiasaan, 3)
hukuman untuk pelanggaran aturan, 4) penghargaan, serta 5) konsistensi.
Dari penjelasan mengenai unsur disiplin di atas dapat dipahami bahwa
setiap orang dewasa ingin mengajarkan kepada anak tentang penegakan
28 Umri Mufidah, “Efektivitas Pemberian Reward Melalui Metode Token Ekonomi Untuk
Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini,” Indonesian Journal of Early Childhood Education
Studies 1, no. 2 (2012): 5.
18
disiplin dan mengajarkan disiplin tentulah yang mengajarkannya pun harus
bersikap disiplin juga, agar seimbang dengan apa yang anak lihat dan anak
tangkap saat diajarkan kedisiplinan. Setiap pendidik yang memberikan
peraturan, hukuman, dan hadiah haruslah konsisten dengan apa yang diberi
kepada anak, agar anak tidak bingung dan ia mengerti bahwa berdisiplin tentu
sangat penting untuk dirinya sendiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari di
lingkup masyarakat. Begitupun dengan tanggapan Nurul Zuriah 29 bahwa
seseorang dikatakan disiplin apabila melakukan pekerjaan dengan tertib dan
teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya, serta dikerjakan dengan penuh
kesadaran, ketekunan dan tanpa paksaan dari siapapun.
5. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin
Menurut Rini Utami, faktor yang mempengaruhi disiplin yaitu 30
a. Kesamaan dengan disiplin dari orang tuanya dulu
Jika orang tua dan guru merasa orang tua mereka berhasil mendidik
mereka maka mereka pun akan menggunakan cara yang sama dalam
mendidik anak. Sebaliknya, jika mereka kecewa pada cara orang
tuanya dulu mendidik dan menganggap itu sebagai sebuah kesalahan
besar, mereka akan menggunakan cara yang berlawanan.
b. Usia orang tua dan guru
Orang tua dan guru yang muda cenderung lebih demokratis dibanding
dengan yang lebih tua, bahkan terkadang cenderung permisif.
c. Usia anak
Cara otoriter banyak digunakan kepada anak kecil karena orang tua
menganggap anak tidak dapat menerima penjelasan.
d. Jenis kelamin anak
29 Zuriah Nurul, Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Persfektif PErubahan: Menggagas Platfom
Pendidikan Budi Pekerti Secara Konstektual Dan Futuristik (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 75. 30 Rini, Jangan Biarkan Anak Kita Berbohong Dan Mencuri, 28–29.
19
Orang tua akan lebih berhati-hati kepada anak perempuan daripada
anak laki.
e. Jenis kelamin orang tua
Wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannya
dibandingkan pria, dan kaum ibu cenderung lebih permisif terhadap
anaknya.
f. Bekal ilmu
Adanya bekal ilmu untuk mendampingi anak akan menuntun orang tua
ke arah demokratis dibanding dengan yang tidak memiliki bekal ilmu.
g. Penyesuaian
Penanaman disiplin lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang
ada di sekitar walaupun terkadang hal itu berlawanan dengan prinsip
mereka (orang tua dan guru) sendiri.
Menurut Sri Shofiyati, terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi disiplin pada anak, yaitu 31:
a. Faktor Pendidikan
Usaha sadar serta sistematis yang berlangsung seumur hidup pada
rangka mengalihkan pengetahuan kepada seorang terhadap orang lain.
b. Faktor Genetik
Segala sesuatu dibawa pada setiap individu sejak lahir dan terdapat
pula keturunan/warisan dari orang tua.
c. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan peranan yang begitu memengaruhi terhadap
kedisiplinan setiap orang.
N.A. Amentembun mengatakan terdapat dua aspek yang berkaitan dengan
disiplin anak, yaitu problem individu dan problem kelompok. Permasalahan
dalam problem individu adalah: a). Tingkah laku agar menarik perhatian, b).
31 Sri, Hidup Tertib, 23.
20
Tingkah laku untuk memperoleh kekuasaan. Tingkah laku ini ada yang
berdifat aktif dan pasif, c). Tingkah laku untuk membalas dendam, seperti
membuat orang lain celaka, d). Peragaan ketidakmampuan, seperti tidak mau
melakukan apapun.
Pembentukkan disiplin pada anak, khususnya yang dilakukan dalam
keluarga ditentukan oleh sejumlah faktor. Menurut Dodson, faktor-faktor
tersebut memiliki lima faktor dalam pembentukan disiplin anak yaitu 32
1. Latar belakang dan kultur kehidupan keluarga
Sejak kecil orang tua terbiasa hidup dalam lingkungan yang keras,
pemabuk, tidak memiliki disiplin dan tidak menghargai orang lain serta
bertingkah semaunya. Maka dari itu kebiasaan tersebut akan terbawa
ketika orang tua tersebut membimbing kedisiplinan anaknya. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Selbald, orang tua yang sejak kecil
dibesarkan dalam lingkungan dengan budaya kekerasaan, 70-80%
cenderung mendisiplinkan anaknya dengan cara kekerasan yang sama.
Sementara orang tua yang yang sejak kecil terbiaasa hidup dalam budaya
acuh tak acuh, dibiarkan dan tidak dipedulikan, sekitar 60-70% akan
mendisiplinkan anaknya dengan cara yang sama. Orang tua atau guru
cenderung akan mendisiplikan anak dengan cara seperti yang dilakukan
orang tua kepada dirinya saat kecil.
2. Perilaku dan Pendidikan yang diberikan oleh Orangtua
Perilaku yang diberikan oleh orang tua sangat berpengaruh bagi
perkembangan anak di masa depan. Melihat cara mendidik anak itu ada
beberapa macam cara disitulah para orang tua seharusnya mengerti dengan
akibat dari didikan yang mereka ambil untuk nantinya. Jika orang tua
memilih untuk mendidikan dengan cara yang otoriter yang terlalu banyak
aturan dalam mendidik harus diikuti apa kata orang tua, maka anakpun
32 Wantah, Pengembangan Disiplin Dan PEmbentukan Moral Pada Anak Usia Dini, 180–184.
21
akan menjadi tertekan. Berbeda dengan orang tua yang mendidik dengan
cara demokrasi. Anak akan mudah untuk berkarya dan memiliki perilaku
yang bisa mentolerasi pendapat oranglain.
3. Pengaruh dari Pendidikan ruang lingkup Orang tua dan juga ekonomi
dalam keluarga
Orang tua yang memiliki latar belakang berpendidikan akan berbeda
cara mendidik anak dengan Orang tua yang meiliki latarbelakang tidak
berpendidikan. Karena, Orang tua yang berpendidikan mengetahui cara
yang terbaik untuk mendidik anak agar bisa diterima dalam bersikap oleh
masyarakat. Segi ekonomi juga mempengaruhi dalam kedisplinan anak,
Orang tua terkadang ketika ekonomi dalam keadaan turun akan membuat
didikan yang membuat anak tertekan.
4. Keluarga yang lengkap dan keselarasan di dalam keluarga
Dalam kehidupan suatu keluarga yang tidak lengkap dan tidak selaras
didalam lingkupan keluarga, itu berpengaruh kepada pembentukan
perilaku disiplin anak. Semua bisa terjadi salahsatunya karena adanya
perceraian dalam kedua Orangtua yang mengakibatkan anak tidak bisa
konsisten dalam disiplin terlalu banyak kekhawatiran yang akan didapat
oleh anak ketika ia melakukan sesuatu. Keselarasan keluarga juga
berpengaruh dalam pengembangan disiplin anak. Para Orang tua akan
mengambil sikap yang baik dalam mendidik
5. Perilaku parental yang mempengaruhi disiplin anak
Sikap Orang tua dalam mendidik dan juga membina anak itu bagian
dari tipe perilaku parental. Menutur Sikun Pribadi menyatakan bahwa
sikap yang dapat mempengaruhi dalam membentuk perilaku anak dirumah
ialah sikap parental ini. Dimana sikap tersebut menjadi penghambat seperti
keras dalam mendidik, tidak terlalu peduli dengan oranglain, anak yang
selalu dimanjakan, juga selalu meraskaan kekhawatiran yang berlebih
kepada anak.
22
Menurut Ajeng Wisniara, dalam membentuk kedisiplinn pada anak
memiliki lima faktor yang mempengaruhi ketidak disiplinan pada anak,
diantaranya 33
1. Kepemimpinan guru terlalu otoriter sehingga menyebabkan sikap anak
didik agresif, ingin berontak akibat kekangan, dan perlakuan yang tidak
manusiawi.
2. Kurang diperhatikannya kelompok minoritas, baik yang berada di atas
rata-rata maupun yang berada di bawah rata-rata dalam berbagai aspek
yang ada hubungannya dengan kehidupan disekolah
3. Anak didik kurang dilibatkan atau diikutsertakan dalam perencanaan-
perencanaan yang digagas sekolah
4. Latar belakang kehidupan keluarga
5. Sekolah kurang mengadakan kerja sama dan saling melepas tanggung
jawab
Berdasarkan penjelasan faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan
anak diatas keluarga sangatlah berpengaruh dalam kedisiplinan anak,
khususnya orang tua. Orang tua yang memiliki latar belakang dengan satusu
sosial yang baik akan mengajarkan anak untuk berdisiplin secara efektif.
Tetapi, apabila orang tua yang memiliki latar belakang sosial yang kurang
baik akan mengajarkan anak untuk berdisiplin secara tidak terarah atau
semaunya dan tidak konsisten. Jadi, anak akan terbiasa mengikuti pola asuh
yang bagaimana orang tua berikan terhadap pengajaran kedisiplinan tersebut.
Selain itu juga faktor dalam lingkupan sekolah, guru yang kurang
membimbing pengajaran kedisiplinan untuk anak terbiasa dalam berbuat
disiplin.
33 Ajeng Yusriana, Kiat-Kiat Menjadi Guru Paud Yang Di Sukai Anak-Anak (Jogjakarta: Diva Press,
2012), 62–64.
23
6. Karakteristik Perkembangan Disiplin Anak Usia Dini
Salah satu konsep penting tentang disiplin adalah bahwa disiplin yang
diberikan kepada anak haruslah sesuai dengan perkembangan sesuai usia anak
terseut. Perkembangan disiplin pada anak usia 0-8 tahun sebagai berikut 34.
a) Perkembangan pada masa bayi (0 – 3 tahun)
Sepanjang masa bayi, bayi harus belajar melakukan reaksi-reaksi
yang benar pada berbagai situasi tertentu di rumah dan di sekelilingnya.
Tindakan yang salah haruslah selalu dianggap salah, terlepas siapa yang
mengasuhnya. Kalau tidak, bayi akan bingung dan tidak mengetahui apa
yang diharapkan darinya.
Fenomena yang tampak pada usia 0 – 8 tahun adalah disiplin
berdasarkan pembentukan kebiasaan dari orang lain terutama ibunya,
misalnya:
1. Menyusui tepat pada waktunya
2. Makan tepat pada waktunya
3. Tidur tepat pada waktunya
4. Berlatih buang air seni (toilet training)
b) Perkembangan pada masa kanak-kanak (3 – 8 tahun)
Fenomena yang tampak adalah:
1. Anak mulai patuh terhadap tuntutan atau aturan orang tua dan
lingkungan sosialnya
2. Dapat merapihkan kembali mainan yang habis pakai
3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
4. Membuat peraturan/tata tertib di rumah secara menyeluruh
7. Pentingnya Disiplin Bagi Anak Usia Dini
Kedisiplinan sangatlah penting bagi anak. Menurut Rose Mini, Ketika anak
sudah berdisiplin, anak dapat mengarahkan dirinya sendiri tanpa tanpa pengaruh
34 Choirun Nisa Aulina, “Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini,” 42.
24
atau pun disuruh oleh orang lain. Pengaturan didalam diri ini berarti anak sudah
mampu menguasai tingkah launya sendiri dengan berpedoman pada norma-norma
yang jelas, standar-standar dan aturan-aturan yang sudah menjadi milik sendiri.
Disiplin juga mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri anak 35.
Dengan demikian, disiplin hendaklah diterapkan pada masa anak usia dini.
Disiplin bagi anak itu akan memberikan pemahaman kepada anak bahwa bila
memiliki sifat berdisiplin itu akan baik kehidupannya didalam lingkup
masyarakat kedepannya nanti.
8. Disiplin Pada Anak Usia Dini
Novi Ardy menyatakan bahwa hakikat displin pada anak usia dini adalah
suatu pengendalian diri terhadap perilaku anak usia 0-6 tahun dalam berperilaku
sesuai dengan ketentuan yang berlaku (bisa berupa tantanan nilai, norma, dan tata
tertib di rumah maupun di sekolah) 36. Marilyn E. Gootman, Ed. D., dari
University of Georgia di Athens, Amerika, berpendapat bahwa disiplin akan
membantu anak untuk mengembangkan kontrol dirinya, dan membantu anak
untuk mengenali perilaku yang salah lalu mengoreksinya 37. Sehingga, anak dapat
mengetahui perilaku yang mana yang baik dan yang tidak baik untuk ia bersikap,
agar apa yang ia perbuat dapat diterima oleh masyarakat. Dengan begitu anak
dapat menyadari ketika perbuatannya tidak diterima oleh masyarakat ia akan
mengoreksinya dan memberikan perilaku yang seharusnya, karena telah belajar
dari pengalaman sebelumnya.
Menurut Riberu istilah disipilin diambil dari kata disciplina. Kata tersebut
berhubungan dengan 2 istilah lain, yaitu discare pembelajaran dan disciplus (anak
didik). Melihat istilah tersebut memiliki makna bahwa disciplina itu sesuatu yang
diberikan oleh seorang guru dalam pembelajaran kepada anak didik. Menurut
35 Rose, Disiplin Pada Anak, 8. 36 Novita, “Pelaksanaan Penanaman Disiplin Pada Anak Di Taman Kanak-Kanak Adhyaksa Xxvi
Padang,” 42. 37 Ahmad Ibnu Nizar Imam, Membentuk Dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini (Jogjakarta:
Diva Press, 2009), 22.
25
Thomas Lickona disiplin adalah moralitas kelas sebagai masyarakat kecil 38.
Artinya kedisiplinan bagi anak terutama di PAUD bukan saja disiplin waktu lalu
lintas, disiplin belajar, disiplin belajar sesuai waktu akan tetapi di tentukan
dengan berbagai aspek dan tata krama kehidupan 39.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diartikan disiplin pada anak usia dini itu
sebagai arahan/mencontohkan perilaku yang baik yang dapat diterima oleh
lingkungan masyarakat pada umunya dimulai dari hal-hal kecil. Seperti setelah
bangun pagi anak diajarkan untuk merapihkan tempat tidurnya. Hal ini akan
membuat anak menjadi kebiasaan baik kedepannya.
9. Cara Menanamkan Displin Pada Anak
Menurut Rahmat Rosyadi, Menerapkan sikap disiplin dari orang tua terhadap
anak-anak sebaiknya dilakukan dengan enam cara 40 yaitu melalui peneladanan,
penyontohan, ketertiban, penguatan, kebersamaan, dan membicarakannya. Selain
itu ada beberapa metode untuk menanamkan kedisiplinan anak, salah satunya
adalah dengan metode didaktik, yaitu cara mendisiplinkan anak dengan
memberikan bahan yang berbentuk cerita yang dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Seperti bercerita sebelum tidur atau dalam perjalanan (rekreasi), bisa secara
monolog atau diskusi 41
Menurut Rose Mini, untuk mendisiplinkan anak memang dituntut kesabaran
dari orang tua. Selain itu, keyakinan atau kepercayaan diri bahwa orang tua
mampu mendisiplinkan anak. Ada 5 langkah yang harus dipahami oleh orang tua
dalam mendisiplinkan anak, yaitu 42
38 Lickona Thomas, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar Dan Baik
(Bandung: Nusa Media, 2013), 147. 39 R Semiawan Conry, Penerapan Pembelajaran Pada Anak (Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini, 2012), 93. 40 Rosyadi H.A Rahmat, Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini (Konsep
Dan Praktik PAUD Islam) (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 53. 41 Sudarna, Paud Pendidikan Anak Usia Dini Berkarakter Melejitkan Kepribadian Anak Secara Utuh
Kecerdasan Emosi, Spirit Dan Sosial (Yogyakarta: Genius Publisher, 2014), 63. 42 Rose, Disiplin Pada Anak, 8.
26
c) Tenang
Bila ingin mendisiplinkan anak menjadi tenang sebaiknya orang tua harus
tenang terlebih dahulu. Jangan dalam keadaan marah ataupun cemas.
Ketika sedang tenang maka pesan yang disampaikan orang tua kepada
anak pun menjadi lebih jelas diterima oelh anak.
d) Mempercayai adanya intuisi dalam diri
Orang yang paling mengetahui karakter sikap dan perilaku anak itu adalah
Orangtuanya. Jadi, dengan begitu semua akan mudah untuk mendidik
anak agar disiplin. Orangtua juga harus yakin bahwa ia mampu untuk
mendidik anaknya agar menjadi pribadi yang disiplin dengan baik.
e) Memberikan pemahaman disiplin disaat waktu yang pas
Mendidik anak dalam kategori disiplin juga harus diberikan pada waktu
yang pas dan tepat, karena dengan waktu yang tepat anak akan memahami
dari sebab dan akibat yang terjadi. Saat memberikan pemahaman disiplin
dengan waktu yang pas dan tidak menunda-nunda membuat anak akan
mengerti dan memahami agar ia melakukannya demi kebaikan perilaku
anak ke masa yang akan datang.
f) Memiliki kepercayaan bahwa Orang tua Mampu
Dalam membentuk kedisiplinan pada anak perlunya keyakinan pada diri
Orang tua bahwa mereka mampu untuk mendidiknya dengan baik. Orang
tua jangan mudah menyerag dalam medidik disiplin pada anak, juga
jangan terbawa emosi oleh perilaku anak karena nanti dapat menimbulkan
kemarahan yang bisa saja membuat anak tidak mendengar bimbingan dari
Orang tua. Selalu ingat dalam diri bahwa memang setiap Orang tua sudah
mempunyai sikap dan cara untuk menanamkan dalam mendisiplinkan
anak.
g) Mempercayai bahwa anak memiliki kemampuan
27
Setiap perilaku yang anak perbuat Orang tua seharusnya meyakini bahwa
anak bisa disiplin dengan sendirinya dan dibantu dengan pemahaman
Orang tua. Jika memang perbuatan anak sesekali dua kali tidak
menunjukkan perilaku disiplin, itu itu tidak bisa langsung diartikan bahwa
anak tidak disiplin. Yakinlah bahwa setiap perilaku anak pasti berubah
dan ia akan mengerti dengan sendirinya bahwa disiplin itu penting untuk
dirinya, dan disamping itu Orang tua tidak bosen untuk selalu memberikan
arahan untuk berdisiplin.
Selain itu, pemahaman yang dilakukan Orangtua untuk anak dalam
mendisiplinkan perilakunya diantaranya 43
1. Konsisten
Guru harus membuat kesepakatan dengan anak murid selama dia
berada dalam lingkungan sekolah, seperti membuang sampah pada
tempatnya. Kemudian, guru harus berusaha bersikap konsisten dengan cara
tidak mengubah kesepakatan itu, apalagi demi kepentingannya.
2. Bersifat Jelas
Peraturan yang jelas dan sederhana bisa mempermudah anak murid
untuk melakukannya.
3. Memperhatikan Harga Diri
Jika anak murid ada yang melakukan pelanggaran kedisiplinan, sebaiknya
guru menegurnya secara personal tidak di depan banyak orang, karena akan
membuat anak merasa malu dan terkadang cenderung berusaha
mempertahankan sikapnya.
4. Sebuah Alasan yang Bisa di Pahami
Jika guru memberikan peraturan kepada anak murid, sebaiknya ia
memberikan alasan yang mudah dipahami tentang peraturan tersebut. Jangan
biarkan anak murid menerima peraturan tanpa ia memahami hal tersebut.
43 Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah Cet.1 (Yogyakarta:
Laksana, 2011), 56.
28
5. Menghadiahkan Pujian
Sebuah pujian yang dikatajan secara jujur dan terbika oleh seorang guru
akan menyebabkan anak murid merasa dihargai sehingga ia tidak merasa
tertekan dengan adanya peraturan tersebut
6. Memberikan Hukuman
Guru harus memberikan hukuman yang bersifat mendidik. Hukuman
tersebut sebaiknya tidak menyakiti fisik dan psikologi anak murid.
7. Bersikap Luwes
Guru harus mampu bersikap luwes dalam mendidik disiplin. Hindari
bersikap kaku kepada anak murid dalam memberikan peraturan agar anak
murid tidak merasa tertekan
8. Melibatkan Anak
Dalam membuat peraturan, anak murid sebaiknya dilibatkan. Hindari
membuat peraturan secara sepihak, karena hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan pada dirinya. Dengan begitu, setidaknya guru mengerti
sesuatu yang diinginkan oleh anak murid terhadap lingkungan sekolahnya.
9. Bersifat Tegas
Bersikap tegas bukan berarti bersikap kasar. Ketegasan dalam hal ini
lebih berarti sebagai keseriusan guru dalam menerapkan peraturan
kedisiplinan itu. Sehingga, dengan sendirinya, guru juga harus berusaha
menaatinya.
10. Jangan Emosional
Dalam menghukum anak murid, sebaiknya guru menghindari emosi
yang berlebihan. Guru jangan menghukum anak murid saat guru sedang
marah. Sebab, hal itu dapat membuat guru tidak objektif dalam
memperlakukan anak murid
29
10. Peran Guru dalam Pembentukan Disiplin
Anak usia dini merupakan masa yang paling penting untuk menentukan
kepribadian, karakter, dan perilakunya untuk dimasa yang akan datang nanti.
Penentuan itu dapat terlaksana dengan baik apabila di barengi dengan
pembelajaran yang diberikan. Menurut Hurlock, dalam pembentukan perilaku
disiplin ini ada tiga cara 44, yaitu:
a) Disiplin yang di berikan dengan otoriter
Otoriter adalah tindakan yang mengharuskan anak secara keras dengan
paksaan agar anak dapat melakukan perilaku yang sesuai dengan apa yang
diinginkan. Hal tersebut terlihat menjadi perilaku yang kaku karna tidak
adanya kebebasan dalam bertindak. Displin otoriter ini bila memberikan
hukuman biasanya berhubungan dengan hukuman eksternal, salah satunya
hukuman badan.
b) Disiplin yang di berikan dengan permisif
Perilaku yang diberikan secara permisif menjadikan anak memiliki dua hal
yang berbeda, bisa terlihat sedikit lebih displin dan juga bisa terlihat
sangat disiplin. Hal itu disebabkan karena permisif memiliki makna yang
berkaitan dengan kebebasan. Apapun yang dilakukan oleh anak semua di
setujui dan tidak adanya aturan yang di berikan.
c) Disiplin yang di berikan dengan demokratis
Perilaku demokratis merupakan suatu tindakan yang diberikan melalui
diskusi secara bersama-sama dengan penalaran dan penjelasan yang dapat
dimengerti oleh anak, mengapa mereka harus melakukan itu. Demoktratis
dapat memberikan edukasi kepada anak dengan baik melalui unsur
disiplin dan lebih menekankan pada penghargaan yang membuat anak bisa
lebih semangat melakukan hal tersebut.
44 E.B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, ed. Dr. Med. Meitasari Tjandrasa, Edisi Keen. (Jakarta:
Erlangga, 1978), 93–94.
30
B. Penelitian Relevan
Table 2.1 Penelitian Relevan
Nama
Penulis
Judul Deskripsi Perbedaan
dan Perbedaan
Novi
Handayani
2014 45
Implementasi
nilai-nilai
kedisiplinan
di Sekolah
Dasar Negri
Margoyasan
Yogyakarta
Kedisiplinannya sudah cukup
baik namun masih perlu di
adakannya upaya peningkatan
karena berbagai pelanggaran tata
tertib siswa masih ada walaupun
hanya merupakan pelanggaran
kecil. Pelanggaran yang
dilakukannya itu memang wajar
karena masa remaja yang sedang
dilaluinya dan sanagat perlu
dibimbing dan diarahkan pada hal
yang bersifat positif
Sama-sama
membahas
tentang
kedisiplinan dan
yang
membedakan
kedisiplinan
pada sekolah
Tingkat Sekolah
Dasar
Anas
Purwantoro
2008 46
Upaya
sekolah
dalam
meningkatkan
kedisiplinan
siswa MTsN
Ngemplak,
Sleman,
Yogyakarta
Nilai disiplin sudah konsisten dan
tetap penerapannya bagi siswa
dan untuk guru belum konsisten.
Dalam penerapannya bersifat
demokratis dan hambatannya
kurangkesadaran atau kepeduian
orang tua terhadap pendidikan
dan tidak disiplinnya sebagian
guru di sekolah
Kedisplinannta
di Madrasah
Tsanawiyah
C. Kerangka Berpikir
Sekolah merupakan tempat untuk mendapatkan pendidikan secara formal yang
memiliki peran dan tanggung jawab dalam menghasilkan generasi muda yang
berkarakter, bermoral dan berperilaku baik. Generasi tersebut dapat diharapkan
memperbaiki kondisi bangsa ini. Salah satu solusi untuk melahirkannya generasi
muda tersebut melalui penerapan perilaku kedisiplinan di sekolah. Kedisiplinan
45 Novi Handayani, “Implementasi Nilai-Nilai Kedisiplinan Di Sekolah Dasar Negeri Margoyasan
Yogyakarta,” Skripsi (2014). 46 Anas Purwantoro, “UPAYA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
274. 54 Sugyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, 329.
4. Mengenai Konsistensi
• Peraturan
• Hukuman
• Penghargaan
berbeda. Pengecekan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif di TK Islam Darunnajah dilakukan sejak
sebelum terjun kelapangan, observasi, selama pelaksanaan penelitian di lapangan dan
setelah selesai penelitian di lapangan. Data penelitian ini diperoleh dari hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang bersifat kualitatif yang
dimaksud adalah menghubungkan antara kerangka teori dengan kenyataan yang ada.
Kenyataan tersebut dapat dipahami melalui bermacam-macam kegiatan yang
berkaitan dengan pengimplementasikan kedisiplinan guru kepada anak dalam bentuk
laporan dan membuat kesimpulan agar mudah dipahami.
Sesuai dengan jenis penelitian di atas, maka peneliti menggunakan model
interaktif dari Miles dan Huberman untuk menganalisis data hasil penelitian. Miles
dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction
(reduksi data), data display (penyajian data), dan conclustion drawing/ferivication
(kesimpulan, penarikan atau verifikasi) 55.
Table 3.4 Analisis Data
55 Ibid., 246.
Pengumpulan
Data
Reduksi Data Kesimpulan-
kesimpulan,
Penarikan/Verifikasi
Penyajian Data
Gambar 3.2. Bagan Hubungan antara Analisis Data dengan Pengumpulan Data Menurut
Miles dan Huberman.
Komponen-komponen analisis data model interaktif dijelaskan sebagai
berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan
analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Pada tahap ini, peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan lapangan, wawancara
dan dokumentasi.
2. Penyajian Data (Data Display)
Miles dan Huberman mengungkapkan bahwa banyaknya informasi yang
dibentuk didalam penelitian kualitatif itu selalu menggunakan teks yang
bersifat naratif. Disamping itu, Peneliti akan membuat sajian data informasi
ini melalui hasil dari mulai observasi lalu melakukan wawancara juga
berbarengan dengan dokumentasi dengan pihak bersangkutan terkait
kedisiplinan anak murid. Dengan begitu, sajian data informasi ini disajikan
oleh Peneliti secara deskriptif.
3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi
Miles dan Huberman mengungkapkan bahwa dalam penarikan kesimpulan
nantinya akan bersifat sementara, apabila data informasi yang didapat itu tidak
ditemukan bukti yang mendukung untuk menjawab dari penelitian ini.
Namun, apabila data informasi yang ditemukan ini mendapatkan bukti yang
kuat maka dapat ditarik kesimpulannya yang bersifat kredible. Jadi, nantinya
penelitian kualitatif yang dibuat oleh Peneliti ini akan menjawab dari rumusan
masalah yang ada.
Semua data informasi yang didapat dari berbagai macam tekhnik yang digunakan
nantinya akan di interprestasikan dalam sajiannya untuk mengungkapkan
pengimplementasian apa yang dilakukan dalam kedisiplinan anak. Setelah itu, akan di
analisis guna mendapatkan kesimpulan dari data informasi yang diperoleh.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Profil sekolah
a. Profil
Sekolah yang digunakan untuk penelitian ini adalah TK Islam Darunnajah,
yang didirikan pada tanggal 1 Januari 1977 oleh K.H. Drs. Makhrus Amin,
dengan pencetusan K.H. Abdul Manaf Mukhayar. Saat tahun 1980 keluarlah
izin operasionalnya dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(Depdikbud). Pada Tahun 1984 yayasannya masih bergabung dengan
Darunnajah didaerah Petukangan, dan pada tahun 1985 Darunnajah Ulujami
mempunyai yayasan tersendiri dengan izin opersional dari Departemen
Agama (Depag).
Lokasi TK Islam Darunnajah Jl. Ulujami Raya No. 86, Kelurahan
Ulujami, Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan 12250. Saat ini Kepala
Sekolah TK Islam Darunnajah bernama Atun Zihdil Amiq,S.Psi. TK Islam
Darunnah ini memiliki program pendidikan yang disusun untuk mewujudkan
tujuan Pendidikan Nasional dengan memperhatikan perkembangan anak dan
kesesuainnya dengan lingkungan. Akreditasi yang dimiliki sekarang adalah A
yang telah rilis pada tanggal 3 Oktober 2018 dengan No.PAUD-
TK/3171/0093/10/2018.
Model pembelajaran yang digunakan oleh TK Islam Darunnajah adalah
model sentra dengan kegiatan mooving class. Di dalam pembelajaran ini
anak-anak berputar/ berpindah kelas setiap harinya. TK ini mengharapkan
dengan adanya sentra anak-anak dapat mengoptimalkan kemampuan dan
lebih fokus dengan bakat yang dimilikinya. Disetiap sentra disediakan alat-
alat yang bervariasi yang sering diganti sesuai dengan tema/sub tema.
43
TK Islam Darunnajah ini memilik kelas yang bertemakan Asmaul Husna
(Ar-rahman “TK A1” dengan jumlah murid 14 anak, Ar-rahim “TK A2”
dengan jumlah murid 14 anak, Al-Malik “TK B1” Al-Quddus “TK B1”
dengan jumlah murid 16 anak, As-Salam “TK B2” dengan jumlah murid 15
anak).
b. Visi dan Misi
a. Visi:
Membentuk kepribadian muslim peserta didik dan mempersiapkan
anak (peserta didik) memasuki jenjang pendidikan dasar
b. Misi:
1. Menghasilkan lulusan yang mempunyai kepribadian islam,
memahami aqidah Islam, menguasai dasar-dasar Iptek, seni, dan
keterampilan.
2. Anak dapat menunjukkan kemampuan bersosialisasi dan
ber-interaksi secara baik dengan lingkungannya.
c. Kurikulum
Dalam pembelajaran di TK Islam Darunnajah Ulujami ini , kurikulum
yang digunakan yaitu memakai KTSP (Kurikulum tingkat satuan
Pendidikan), dimana pembelajaran ini merupakan suatu pedoman yang sudah
disahkan dalam pendidikan nasional.
d. Data Guru dan Siswa
Guru bertanggung jawab atas pelaksanaan proses kegiatan belajar
mengajar secara efektif dan efesien selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Sesuai dengan data yang diterima oleh Peneliti bahwa TK Islam
Darunnajah Ulujami ini memiliki 14 Guru, yang terdiri dari 1 Kepala
Sekolah, 2 Tata Usaha, 4 Guru di kelas TK A, 3 Guru dikelas B, 1 Guru di
kelas PlayGroup, 1 Guru di Toodler dan 2 kebersihan. Dengan adanya
44
tuntunan kompetensi guru yang profesional, maka TK Islam Darunnajah
Ulujami ini memiliki tenaga pengajar yang sesuai dengan latar belakangnya
masing-masing.
Adapun untuk lebih jelasnya mengenai nama siswa dan guru di TK Islam
Darunnajah dan Jabatannya dapat dilihat padatabel berikut:
Tabel 4.1 Data Tenaga Pengajar TK Islam Darunnajah
No Nama JK Pendidikan Jabatan
1 Hj. Atun Zihdil Amiq, S.Psi P S1 Psikologi Kepala Sekolah
2 Maskuroh, S.Pd.I P S1 Tarbiyah Guru Kelas B
3 Bahliah, S.Pd.I P S1 Tarbiyah Guru Kelas B
4 Nur’Aini, S.Ag
P S1 Agama Guru Kelas A
5 Widyani, S.Pd.I P S1 Tarbiyah Guru Kelas B
6 Hapipah Noviantih, S.Pd.I P S1 Tarbiyah Guru Kelas A
7 Malikah, A.Md P D1 PGTK Guru Kelas PlayGroup
8 Inda Maryana, S.Pd.I P S1 Tarbiyah Guru Kelas A
9 Ragil Sita Angraeni, S.Pd P S1 Tarbiyah Guru Kelas Toodler
10 Quratul Aini, S.Pd P S1 Tarbiyah Tata Usaha
11 Noor Ishma S.Pd.I P S1 PG PAUD Guru Kelas A
12 Ismi Haulah P SMA Tata Usaha
13 Jahidin L SMA Kebersihan
14 Abdul Rojak L SMP Kebersihan
Sumber data : TK Islam Darunnajah Ulujami
Tabel 4.2 Data Siswa-Siswi TK Islam Darunnajah Ulujami (Nomor table belum
sesuai panduan)
Tahun Ajaran 2019 Jumlah Perempuan Jumlah Laki-laki Jumlah Anak
Kelas A1 Ar-rahman 5 Anak 9 Anak 14 Anak
Kelas A2 Ar-rahim 4 Anak 10 Anak 14 Anak
Kelas B1 Al-Malik 8 Anak 7 Anak 15 Anak
Kelas B2 Al-Quddus 8 Anak 8 Anak 16 Anak
Kelas B3 As-salam 8 Anak 7 Anak 15 Anak
Total 74 Anak
Sumber Data : TK Islam Darunnajah Ulujami
45
Sesuai dengan data yang diterima Peneliti TK Islam Darunnajah Ulujami
ajaran 2019/2020 memiliki 59 anak murid yang terdiri dari 25 murid
perempuan dan 34 murid laki-laki. Murid tersebut dibagi menjadi 4 kelas
yaitu Kelas A1 “Ar-rahman” terdiri dari 5 murid perempuan dan 9 murid laki-
laki, Kelas A2 “Ar-rahim” terdiri dari 4 murid perempuan dan 10 murid laki-
laki, Kelas B1”Al-Quddus” terdiri dari 8 murid perempuan dan 8 murid laki-
laki, Kelas B2 “As-salam” terdiri dari 8 murid perempuan dan 7 murid laki-
laki.
e. Keadaan Sarana dan Prasarana
Dilengkapi dengan beberapa media pembelajaran yaitu:
1) Ruang Guru
Table 4.3 Data Ruang Guru
No. Nama Barang Jumlah Barang Isi Barang
1. Kursi 3 buah -
2. Meja 3 buah Meja tamu, kepala
sekolah dan tata usaha
3. Alemari 3 buah Piala, berkas-berkas
dan beberapa alat
media
4. Komputer 1 buah -
5. Dispanser 1 buah Gelas dan botol
6. Kaca 1 buah -
7. Alat Print 1 buah -
8. Westafel 1 buah -
9. AC 1 buah -
10. Jam dinding 1 buah -
2) Ruang Kelas
46
Table 4.4 Data Ruang Kelas
No. Nama Barang Jmlh
Barang
Isi Barang
1. Meja murid perkelas 10 buah -
2. Kursi murid perkelas 10 buah -
3. Meja Guru 1 buah Berkas-berkas,
Absensi, buku LK
anak
4. Lemari 16 kotak Loker anak murid
5. Lemari kotak 1 buah Peralatan media
sentra
6. Papan tulis 1 buah -
7. Alat tulis - Spidol, pulpen
pensil penghapus
.8. AC 1 buah -
3) Media Alat Peraga
a. APE in door (balok, puzzel, buku cerita)
b. APE out door (ayunan, perahu-perahuan, jembatan, rumah-
rumahan, perosotan, jumpingan)
c. Hasil karya Guru
d. Hasil karya Anak
f. Stuktur Organisasi
TK Islam Darunnajah Ulujami ini mempunyai struktur organisasi yang
terdiri dari tenaga pengajar yang berada di TK tersebut. Struktur organisasi
tersebut terdiri dari Kepala Sekolah bernama Ibu Hj. Atun Zihdil Amiq S.Psi,
Tata Usaha yang mengurusi administrasi sekolah bernama Ibu Quratul Aini
S.Pd dan Ibu Ismi Haulah, Guru Kelas A yaitu Ibu Nur’Aini S.Ag, Ibu
47
Hapipah Noviantih S.Pd.I, Ibu Inda Maryana S.Pd.I dan Ibu Noor Ishma
S.Pd.I, Guru Kelas B yaitu Ibu Maskuroh S.Pd.I, Ibu Bahliah S.Pd.I, dan Ibu
Widyani S.Pd.I, Guru PlayGroup bernama Ibu Malikah A.Md, Guru Toodler
bernama Ibu Ragil Sita Angraeni S.Pd, serta Tata Kebersihan Sekolah bertama
Bapak Jahidin dan Bapak Abdul Rozak. Adapaun struktur organisasi TK
Islam Darunnajah Ulujami Tahun Ajaran 2019/2020 sebagai berikut:
Table 4.3 Stuktur Organisasi TK Islam Darunnajah
Yayasan Darunnajah 1 Ulujami
Kepala Sekolah
Hj. Atun Zihdil Amiq S.Psi
Pengurus Administrasi
Ibu Quratul Aini S.Pd dan
Ibu Ismi Haulah
Guru PlayGroup
Ibu Malikah A.Md
Guru Toodler
Ibu Ragil Sita Angraeni S.Pd
Guru Kelas A “Ar-rahman”
Ibu Nur’Aini S.Ag dan
Ibu Inda Maryana S.Pd.I
Guru Kelas A “Ar-rahim”
Ibu Hapipah Noviantih S.Pd.I
dan Ibu Noor Ishma S.Pd.I
Guru Kelas B “Al-Quddus”
Ibu Maskuroh S.Pd.I
Guru Kelas B “Al-Malik”
Ibu Bahliah S.Pd.I
Guru Kelas B “Al-Malik”
Ibu Bahliah S.Pd.I
Tata Kebersihan
Bapak Jahidin dan
Bapak Abdul Rozak
48
B. Deskripsi Data
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian disini adalah sesuatu yang berkaitan dengan
seseorang untuk diambil data informasi yang berkaitan dengan penelitian segala
sesuatu atau seseorang yang didapat dari segi informasi atau keterangan yang
bersangkutan dengan hal-hal yang terkait dalam penelitian ini. Subjek penelitian
ini adalah Kepala sekolah TK Islam Darunnajah dan Guru kelas.
Pengambilan data melalui teknik pengumpulan data informasi telah dilalui
oleh Peneliti dengan bertahap. Melalui guru kelas TK A Islam Darunnajah
informasi yang diinginkan oleh Peneliti terlah terjawab. Informasi data yang di
dapat telah didukung dengan data-data yang ada selama pembelajaran
berlangsung. Mulai dari perilaku anak murid saat berada diluar lingkup sekolah
maupun ada didalam lingkup juga ditambahi dengan catatan terhadap tingkah
anak murid.
Anak murid kelas A TK Islam Darunnajah berjumlah 28 anak, masing-
masing terdiri dari 9 anak perempuan dan 19 anak laki-laki. Observasi ini
dilakukan dengan seksama kepada seluruh anak kelas A selama didalam kelas
ataupun diluar kelas saat jam sekolah. Observasi ini lebih mengarah kepada
pembelajaran yang diberikan oleh guru yang menyangkut dengan bagian
implementasi kedisiplinan seperti bagaimana guru menanamkan kedisiplinan
kepada anak murid. Kemudian, wawancara juga dilakukan guna mendapatkan
informasi yang lebih mendalam dari hasil observasi yang telah di dapat.
Guru kelas menjadi informan penting untuk mendukung informasi yang
diterima oleh peneliti. Dari guru kelas bisa mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan implementasi kedisiplinan selama pembelajaran di sekolah.
Selain itu, Kepala sekolah TK Islam Darunnajah juga ikut andil dalam
wawancara ini, supaya mengetahui informasi yang berhubungan dengan
penelitian ini, juga tidak menjadi hanya satu sumber saja yang didapat oleh
49
Peneliti. Semua diliat dari yang dilakukan disekolah, upaya sekolah dalam
mendidik dan membentuk disiplin kepada anak murid, keteladanan guru dalam
kedisiplinan, peraturan yang diberikan untuk guru, upaya menjaga dan
pengembangan kedisiplinan serta kegiatan anak murid dan pelaksanaan
pembelajaran disekolah secara umum.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang diberikan oleh guru
dalam mengimplementasikan kedisiplinan anak di kelas A TK Islam Darunnajah
Ulujami tahun ajaran 2019/2020.
C. Hasil Penelitian
1. Implementasi Kedisiplinan yang di lakukan Kepala Sekolah terhadap
Guru
Implementasi kedisiplinan mengandung unsur peraturan, hukuman,
penghargaaan dan konsistensi. Pada pengamatannya bulan Agustus 2019 kepala
sekolah memberikan penanaman kedisiplinan kepada guru sudah bersikap
konsisten terhadap unsur tersebut. Pada saat wawancara kepala sekolah
menegaskan juga dalam konsistensi hukuman bila adanya guru yang tidak
mentaati disiplin waktu akan mendapatkan hukuman, sebagai berikut
pemaparannya.
” Teguran, dan biasanya juga ada penilaian guru di akhir semester. Nah surat (SP)
kayak gitu (CW. IA21)”
Penerapan dari tatatertib didalam sekolah bisa dilihat dari bagaimana guru
menaari peraturan tersebut, bersikap tertib dan disiplin unduk dapat mengontrol
sikap dan perilakunya sehari hari. Jika guru bisa menaati peraturan disekolah,
hal itu berarti guru telah bersikap tertib dan disiplin. Sebaliknya jika guru tidak
taat terhadap peraturan yang berlaku berarti guru tersebut tidak mematuhi tata
tertib dan tidak disiplin.
Wawancara telah dilakukan dan memiliki hasil dengan sumber dari kepala
sekolah “I.A” terkait kedisiplinan di sekolah itu menyebutkan bahwa penetapan
50
perilaku yang menyangkut kedisiplinan itu tidak hanya guru saja, melainkan
anak murid bahkan orang tua. Selain itu, hasil dari pengamatan peneliti
menemukan bahwa setiap guru sudah menaati peraturan dan tata tertib sekolah
dengan memakai seragam dengan jadwal yang sudah ditentukan, hadir tepat
waktu, menjaga meja piket sesuai jadwalnya, saat tidak masuk sekolah memberi
informasi ke sekolah, menjalin keharmonisan komunikasi antar guru, anak
murid begitupun dengan orang tua. Namun, I.A menambahkan saat wawancara
bahwa ada beberapa orang tua yang tidak mengikuti tata tertib sekolah, yang di
kemukaan oleh I.A
“Harusnya sih juga termasuk, karena disinikan ada peraturan juga. Tidak boleh
menunggui anak, bel berbunyi orang tua harus diluar tidak boleh berada diteras
sekolah.( CW.IA7).
“Ya... terkadang eeee mungkin anaknya yang belum bisa ditinggal gitu, jadi dia
was-was dan khawatir. Padahal mah, anaknya gak kenapa-kenapa (CW.IA10)”
Peneliti sempat mengira bahwa hal itu terjadi karena orang tua tidak 100%
percaya menitipkan anaknya untuk sekolah di Darunajah sehingga yang terjadi
adalah orang tua tetap menunggui anaknya saat pembelajaran berlangsung.
Namun kepala sekolah I.A menyanggah hal tersebut, dan ternyata ada peraturan
yang dibuat pihak sekolah terkait massa waktu menunggu anaknya dalam
proses pembelajaran. Beliau mengatakan dalam wawancara tersebut sebagai
berikut.
“Engga sih. Sepertinya dari rumah itu, yang belum berani melepas anaknya gitu.
“anak saya nangis...” jadi itukan membuat anak juga “aaaa, mama gak ada... (CW I.A11)”
“Paling lama itu sekitar 3 bulan selama pembelajaran berlangsung (CW I.A12)”
Tata tertib yang dilakukan oleh Guru salah satunya adalah displin waktu
yang mengharuskan guru harus hadir sebelum anak-anak datang karena bila
guru telat hadir akan terlihat dalam Finger Painting dan juga salah satunya
adalah memakai seragam sesuai dengan jadwalnya yang sudah ditetapkan.
Memang, saat peneliti melakukan penelitian tidak ditemukan guru telat hadir
51
dan juga yang berbeda seragamnya, namun kepala sekolah I.A menyampaikan
bahwa
“06.30 harus sudah disini dan jam 07.00 sudah dibilang telat gitu maksudnya, 7 lewat gitu. Jadi, batasnya jam 07.00 (CW I.A22)” “Alhamdulillah kita sudah
tetapkan hari ini apa-apa-apa, kecuali yang tidak berseragam itu alasannya harus
masuk akal. Seperti hamil, “Aduh... saya udah gak muat nih...” yang penting
atasan warnanya sama” (CW I.A19)”
Kepala sekolah I.A pun menegaskan kembali perihal penerapan hukuman
yang berlaku apabila ada guru yang tidak menaati tata tertib akan mendapatkan
surat peringatan (SP) sampai SP 3, jika memang tidak ada perubahan guru
tersebut akan dipindahkan ke Cabang Darunnajah lain yang telah diajukan oleh
Yayasan Darunnajah Pusat
“Biasanya guru yang dapet SP setelah itu dia di Rolling kalaupun tidak ada yang
mendengarkan atau merubah sikapnya dari SP itu kita ada Rolling sekolah.
Rolling per yayasan atau cabang (CW I.A23)”
“Juga engga ada batasannya, sampai perkembangannya sudah baik. tetapi jika
Yayasan disana masih membutuhkan ya udah disana aja berarti (CW I.A24)”
Perihal ketegasan Kepala Sekolah “I.A” mengenai penyampaian
kedisiplinan siswa saat guru mengajar di dalam kelas itu memang sangat
dibutuhkan, karena terkadang penyampaian guru juga bisa jadi tidak masuk
kedalam pemahamannya anak, saat peneliti mewawancarai tentang
penyampaian tersebut, kepala sekolah mengungkapkan bahwa
“Seminggu sekali kita lihat, gurunya saya tegur kalau belum ada perubahan juga
nanti bisa dibantu oleh guru lain, kalau gak bisa juga terkadang saya
mengingatkan via What’s app ke orang tuanya bisa juga ngobrol di kantor (CW
I.A38)”
Dalam berperilaku disiplin harus kita pahami dulu bahwasanya anak
diajarkan untuk disiplin itu tidak selalu menyangkut dengan hukuman, tetapi
beri pemahaman bahwa disiplin itu ada beberapa yang mengharuskan mendapat
hukuman agar ia mengerti dan bisa menjadi lebih baik. Begitupun dengan
penghargaan, tidak melulu disiplin menyangkut penghargaan. tetapi disini
disiplin itu perlu juga dilakukan oleh semua pendidik guna mereka mengetahui
52
dan paham yang berkaitan dengan arti disiplin. Pada pengamatan peneliti, saat
itu guru semuanya memakai seragam sesuai dengan yang ditetapkan dan
memang peneliti tidak melihat jelas kalau kepala sekolah itu secara langsung
memberikan hukuman, ataupun penghargaan pada guru baik yang melanggar
peraturan maupun yang menaati peraturan. Oleh karena itu, penerapan
kedisiplinan di sekolah tidak hanya dilakukan oleh anak murid saja tetapi juga
para pendidik, karena pendidik di sekolah harus bisa menjadi teladan bagi para
murid. Apabila guru mengajarkan yang baik, mencontohkan yang benar kepada
anak maka anakpun akan mengikuti sesuai ajaran yang baik. Artinya setiap
perilaku, sikap dan tindakan guru itu merupakan bagian dari panutan yang harus
di lakukan dengan baik agar anak bisa mencontohkannya juga.
2. Implementasi Kedisiplinan yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap
Anak Murid
Hasil yang didapat dari Peneliti yang telah diterapkan kepala sekolah “I.A”
dalam menerapkan sikap kedisiplinan kepada anak murid mencangkup pada
empat unsur disiplin, yakni peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi
dari peraturan itu sendiri, hukuman serta penghargaan tersebut di sekolah TK
Islam Darunnajah Ulujami. Hasil penelitian tersebut diperoleh dengan cara
wawancara. pengamatan serta dokumentasi.
a. Penerapan peraturan disekolah
Hasil wawancara dengan kepala sekolah “I.A” mengungkapkan bahwa
penetapan peraturan di sekolah tersebut untuk anak murid, guru,
karyawan, orang tua selama berada dilingkungan sekolah. Sedangkan
hasil yang didapat oleh peneliti bahwa penetapan peraturan di sekolah
hanyalah pihak sekolah, hal ini di karenakan pihak sekolah sudah
membuat dengan penerapan yang sudah tertulis dalam “buku panduan
kegiatan belajar mengajar TK Islam Darunnajah” (peraturan tertulis
terlampir)
53
Tata tertib tersebut merupakan suatu hal yang harus diketahui oleh
anak murid agar anak dapat memahami dan membiasakan anak agar
berperilaku yang baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku
disekolah. Selain itu, mengajarkan anak murid untuk mengajarkan
pengarahan, pengendalian serta memberikan pengajaran dalam hati nurani
untuk bisa membimbing setiap tindakan yang mereka lakukan. Ketika
membahas tentang kedisiplinan di sekolah kepada kepala sekolah “I.A”,
peneliti menanyakan mengenai bagian apa saja pendisipinan pada
sekolah, karena ini menyangkut dengan pemahaman seorang kepala
sekolah terkait kedisiplinan, dalam pemaparannya memang kepala
sekolah tidak terlalu luas membahas terkait bagian disiplin, sebagai
berikut
“Bagian eeee, ya kalau anak-anak yang disiplin ya seperti dia waktu belajar,
dia konsen kemudian bermain, bermain yang tidak selalu yang
membahayakan kan ada ya, biasanya kita beri teguran. Nih yang suka gimana ya tidak mengikuti peraturan tata tertib ya kita setiap hari Sabtu ada evaluasi
bersama guru-guru, jadi semua guru membahas kelasnya (CW I.A26)”
Kepala sekolah “I.A” mengungkapkan pada kedisplinan anak murid ini
dapat dijangkau melalui masukan-masukan dari para guru, terutama guru
kelas. Ternyata setiap seminggu sekali khusunya hari Sabtu para guru
mengadakan evaluasi selama pembelajaran seminggu berlangsung. Ini
merupakan hal yang menarik menurut peneliti. Karena dengan adanya
evaluasi dalam seminggu sekali ini akan menjadi perubahan yang lebih
baik setiap minggunya. Jadi, para guru berkumpul dan membahas
perkembangan anak-anak yang dirasa akan mendapat perhatian lebih,
terlebih terkait disiplin. Ketika ada anak yang memang tidak mengikuti
peraturan dengan baik, saat evaluasi pun dibahas. Memang, evaluasi ini
dilakukan secara menyeluruh, dan yang berhak untuk memperbaiki
masalah yang terjadi pada anak tidak hanya guru kelasnya saja,
melainkan guru yang lainpun juga berhak untuk memperbaiki prilaku
54
anak saat moving class demi mencapai prilaku anak yang baik. Hal ini
telah disampaikan oleh Kepala Sekolah “I.A” sebagai berikut
“Iya membantu, jadi eeee jadi guru perkelas mengungkapkan siapa saja anak-anak yang tidak disiplin dalam seminggu ini nanti kan kita eee untungnya ada
moving kelas itu (sentra), jadi semua guru bicara. “Mungkin anaknya gak
suka di sentra ini, tapi dia suka disentra ini … jadi dia fine… ( CW I.A28)”
Melihat dari segi alat pendukung yang dipakai anak sekolah terkait
dengan pendisiplinan anak ini memang harus betul-betul diberikan
pemahaman untuk memakainya, mulai dari peraturan yang diberlakukan
seperti ketika anak mau memakai alat permainan tersebut harus
bergantian tidak berebut dengan temannya yang lain, juga tidak boleh
merusak alat permainan yang ada dan harus dijaga. Dalam persoalan ini,
Kepala Sekolah “I.A” menanganinya dengan mengkomunikasikan sama
anak-anak murid untuk memberitahu baiknya seperti apa, karena melihat
kejadian yang pernah terjadi saatt itu ada anak yang memang terlihat
merusak alat permainan tersebut, namun pihak sekolah menegur samapi
akhirnya orang tuapun awalnya tidak menerima bahwa anknya yang
merusaknya. Jadi menghindari hal tersebut perlu sekali untuk memberi
ahu dan selalu mengingatkan kepada anak agar kejadian tersebut tidak
terulang kembali. Dalam catatan wawancara, Kepala Sekolah “I.A”
mengungkapkan bahwa
“Eee ada beberapa dan sudah kena ketangkep tangan gitu ya, maksudnya ni
anak ini emang tiap ini merusak ya tapi orang tuanya “iya bu…” menyadari
untuk mengganti ya kia memang itu sih terserah saja (CW I.A32)”
Peraturan yang sudah di tetapkan memang harus dijalankan dengan
adil. Adil disini adalah melihat pihak guru punya tata tertib sendiri dan
anak murid juga memiliki tata tertib sendiri jadi harus sama-sama menaati
dan melakukannya dengan baik agar tidak ada perbedaan yang terlihat
pembedaan disiplin yang sewenang-wenangnya. Kepala Sekolah “I.A”
juga menegaskan dalam pemaparan di dalam wawancara bahwa
kedisplinan itu tidak hanya anak murid saja melainkan guru, karyawan
55
bahkan orang tua pun juga harus disiplin di dalam dalam lingkupan
sekolah. Tata tertib tersebut sangat penting karena akan menjadi pusat
perhatian juga bagi seluruh pihak yang bersangkutan. Dimana setiap
menerapkan peraturan harus menyusun point- point dengan matang dan
dengan berdasarkan kesepakatan yang sudah di setujui bersama agar
ketika menjalaninya penuh dengan kesadaran dan menerima semua
dengan baik.
1) Pemberian Hukuman Di Sekolah
Pemberian hukuman yang diberikan oleh Kepala Sekolah “I.A” kepada
anak murid yang tidak mengikuti tata tertib di sekolah didapat dari hasil
pengamatan pada wawancara dengan Kepala Sekolah “I.A”
“Selain mengingatkan ya kita kepada anak, orang tua juga banyak kita
berikan masukan artinya kita Share ke orang tua. Eee memang intinya
komunikasi kuncinya (CW I.A55)”
Pemaparan tersebut menjelaskan bahwa sebelum terjadinya pemberian
hukuman, Kepala Sekolah “I.A” mengingatkan terlebih dahulu yang
sekiranya perilaku anak dapat menjadi kurang baik, agar hukuman itu
tidak ada. Selain itu, jika memang tata tertib tersebut tidak dilakukan oleh
anak Kepala Sekolah “I.A” juga meminta orang tua untuk ikut andil
membantu proses prilaku anak yang kurang baik bisa jadi baik karena
dibantu juga oleh orang tua. Seperti disiplin waktu, ketika ada anak murid
yang telat hadir masuk sekolah, Kepala Sekolah tidak hanya menanyakan
alasannya kenapa terlambat datang ke sekolah dengan anak, tetapi juga
orang tua pun di tegur kenapa anaknya bisa datang terlambat. Melihat
kejadian seperti itu sering terjadi jadi anak yang telat datangnya ke
sekolah beralasan perihal tidurnya yang tidak ingat waktu atau larut
malam dan orang tua terkadang membiarkan jadi paginya anak
bangunnya kesiangan. Maka, ketegasan Kepala Sekolah terkadang bisa
56
dilihat dari penyampaiannya kepada anak dan terlebih kepada orang tua
ketika anak muridnya tidak mematuhi peraturan yang ada.
Sanksi yang di berikan Kepala Sekolah”I.A” ini dapat dilihat bahwa
lebih banyak melalui kata-kata saja dalam penyampaiannya guna untuk
memberikan pembinaan, pemahaman dan untuk menyadarkan anak murid
yang kurang baik perilakunya, karena pemahaman Kepala Sekolah terkait
pemberian hukuman kepada anak murid di sekolah lebih baik memilih
untuk memberikan hukumannya lewat penyampaian kata-kata saja
melihat usia anak yang memang masih belum paham betul dengan
hukuman yang berlaku jadi melalui nasehat-nasehat, selebihnya di bantu
oleh orang tua dalam mendidik anaknya agar seimbang. Oleh karena itu,
sanksi yang diberikan kepada anak murid memiliki tujuan untuk
memberikan pembinaan, pemahaman serta menyadarkan anak agar
seluruh anak dapat mengikuti tata tertib atau peraturan yang baik dan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolah.
Hukuman yang di berikan oleh Kepala Sekolah “I.A” kepada anak
murid juga memiliki tujuan untuk menjadikan anak disiplin melalui
pembinaan dan pengarahan yang diberikan sekolah setiap harinya.
Namun, hukuman tersebut merupakan sebatas pengingat melalui teguran
saja dan tidak memberatkan anak murid. Sehingga, dalam pemberian
sanksi atau hukuman tersebut juga bersifat relatif atau berubah-rubah
karena disesuaikan dengan prilaku anak yang kurang baik dan tidak
disiplin agar menjadi disiplin di sekolah. Kepala Sekolah “I.A” juga
mengungkapkan dalam wawancara
“Sama, kita harus sering-sering mengingatkan kan anak seperti itu diawalnya
diingatkan kemudian kita arahin gitu “pembiasaan (CW I.A37)”
Terlihat jelas, bahwa pemberian hukuman yang diberikan melalui lisan
yang mengarahkan untuk mengingati hal-hal yang sekiranya akan terjadi
57
pada perilaku anak. Di samping itu juga, pembiasaan-pembiasaan akan
muncul dengan sendirinya secara bertahap.
b. Pemberian Penghargaan Di Sekolah
Konteks dalam pemberian penghargaan untuk anak murid di sekolah
disini adalah Kepala Sekolah “I.A” menyikapinya dalam kesehariaan hanya
melalui lisan. Lisan yang diucapkan oleh Kepala Sekolah itu bisa membuat
anak murid termotivasi dan melalui ucapan-ucapannya anak mendapatkan
nasihat-nasihat dan masukan yang baik darinya. Pengucapan lisan yang
diberikan Kepala Sekolah berupa sapaan yang membangun semangat anak
“selama pagi nak (Sambil salam kepada Kepala Sekolah), gimana kabarnya
pagi ini? Happy ya nak belajarnya dikelas biar nanti dapet bintang dari bu
tidak dapat bintang ”. Hal tersebut didapat saat pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti.
Ucapan-ucapan yang terlontar Kepala Sekolah sangat berguna dan
bermanfaat sekali untuk pemahaman anak dalam proses pembelajaran yang
baik khususnya dalam pemberian pengajaran tentang disiplin. Jika anak
diberikan nasehat yang baik, begitupun isi kandungan nasehatnya bisa
memotivasi anak juga dan menyadari anak bahwa prilakunya harus diperbaiki
lagi nantinya anak akan terus mengingat nasehat itu. Sebaliknya, jika yang
diberi pemahamannya dengan marah kepada anak walaupun anak itu memang
melakukan hal yang salah, yang terjadi terkadang hanya lewat saja nasehat itu.
Usaha yang dilakukan oleh Kepala Sekolah “I.A” dalam memberikan
penghargaan kepada anak murid biasanya sering dilakukan jikalau bertatap
muka dengan anak murid. Begitupun dengan akhir semester tiap tahun, di
sekolah mengadakan acara penghargaan tersendiri, seperti halnya anak yang
menaati peraturan, tata tertib akan mendapatkan penghargaan. Disiplin waktu
salah satunya, dimana anak yang selalu melakukan disiplin waktu “datang
58
tepat waktu” akan diberikan penghargaan oleh pihak sekolah. Memang, jika
dilihat dalam keseharian bila Kepala Sekolah bertemu dengan anak murid,
penghargaan itu diberikannya hanya melalui ucapan lisan saja tidak
memberikan penghargaan berupa barang, tetapi penghargaan barang tetap ada
namun diberikannya saat akhir semester. Hal itu dilakukan karena Kepala
Sekolah “I.A” menyadari betul bahwa melalui ucapan nasehat yang baik dan
memberikan pemahaman yang baik kepada anak, anak murid itu akan
terangsang dalam fikirannya dan akan menjadi suatu motivasi dalam diri anak.
Pemberian penghargaan dalam akhir semester tersebut juga bertujuan untuk
memotivasi anak murid yang lain agar mencontohkan perilaku yang baik dari
anak murid yang mendapatkan penghargaan tersebut dan terus meningkatkan
semangat belajarnya setiap hari karena telah termotivasi dari temannya. Cara
tersebut bisa dikatakan sangat efektif untuk digunakan dalam sekolah dalam
hal menerapkan sikap kedisiplinan kepada anak murid.
c. Konsistensi Dalam Penerapan Peraturan, Hukuman dan Penghargaan Di
Sekolah
Hasil dari wawancara, pengamatan serta dokumentasi menghasilkan data
berupa konsistensi dari unsur kedisiplinan yang diterapkan oleh kepala
Sekolah “I.A” sudah konsisten untuk dilakukan oleh semua pihak sekolah
baik itu Kepala Sekolah, Guru, anak murid, dan orang tua yang berada di
dalam sekolah TK Islam Darunnajah Ulujami. Dilihat dari penerapan
peraturan kepala sekolah “I.A” sudah tetap, yaitu peraturan yang berlaku
tersebut harus diikuti dan dijalan dengan baik oleh semua warga sekolah.
Sebaliknya, apabila peraturan yang berlaku berubah selalu didasari oleh
kesepakatan dari para guru untuk menata ulang atau merevisi kembali dari tata
tertib yang sudah ada. Walaupun tata tertib yang berlaku untuk di lakukan
orang tua masih ada saja yang melanggar namun, peraturan harus dilakukan
59
bagaimana pun juga. Dalam wawancara Kepala Sekolah “I.A”
mengungkapkan bahwa
“Harusnya sih juga termasuk, karena disinikan ada peraturan juga. Tidak boleh
menunggui anak, bel berbunyi orang tua harus diluar tidak boleh berada diteras
sekolah (CW I.A7)”
“Paling lama itu sekitar 3 bulan selama pembelajaran berlangsung (CW I.A12)”
Peneliti menemukan bahwa Kepala Sekolah “I.A” sudah berikap adil
dalam menerapkan tata tertib di sekolah. Hal tersebut terlihat ketika anak
murid menaati tata tertib seperti memakai seragam sekolah sesuai dengan
jadwalnya, menaruh sepatu di rak sepatu dengan mandiri, membuang sampah
pada tempatnya, anak murid salam ketika bertemu dengan guru, menulis
absen dengan mandiri setiap hari yang dilakukan di sekolah selama penelitian
berlangsung.
Penerapan hukuman pada anak murid tergolong dalam konteks relatif,
hukuman yang diberikan tergantung apa yang di langgar oleh anak murid.
Tetapi, sejauh ini Kepala Sekolah “I.A” menangani anak yang tidak disiplin
melalui ucapan-ucapan yang mendorong anak untuk tidak mengulanginya
kembali. Begitupun dalam pelanggaran yang dilakuka oleh anak murid Kepala
Sekolah melakukan kerjasama dengan orang tua, agar orang tua bisa memberi
pemahaman juga kepada anaknya untuk bisa disiplin sesuai dengan peraturan
yang ada. Hal ini di paparkan dalam wawancara dengan Kepala Sekolah
bahwa
“Kita harus sering-sering mengingatkan kan anak seperti itu diawalnya
diingatkan kemudian kita arahin gitu “pembiasaan” (CW I.A37)”
“Selain mengingatkan ya kita kepada anak, orang tua juga banyak kita berikan
masukan artinya kita Share ke orang tua. Eee memang intinya komunikasi kuncinya
(CW I.A55)”
Penerapan pada penghargaan yang diberikan oleh Kepala Sekolah ini
dilakukan seperti memberikan ucapan-ucapan yang membangun semangat
anak murid untuk terus melakukan hal yang baik sesuai dengan peraturannya
60
yang berlaku di sekolah. Selain itu, penghargaan akan diberikan berupa
barang dan ini merupakan suatu Reward untuk setiap anak yang melakukan
peraturan tata tertib di sekolah dengan baik yang akan diberikannya pada
setiap akhir semester massa pembelajaran berlangsung. Hal ini pun berkaitan
juga dengan penghargaan kepada guru-guru yang melakukan peraturan tata
tertib dengan baik akan mendapatkan penghargaan juga di akhir semester.
Pemaparan Kepala Sekolah “I.A” mengungkapkan bahwa
“Dan biasanya juga ada penilaian guru di akhir semester (CW I.A21)”
Hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi yang di ambil oleh
peneliti menunjukkan bahwa Kepala sekolah menanamkan kedisplinan
melalui peraturan, penerapan hukuman, serta pemberian penghargaan yang
sudah dikategorikan tetap. Sehingga konsistensi dari ketiga unsur disiplin
tersebut dapat sangat nampak di TK Islam Darunnajah Ulujami. Penggunaan
empat unsur disiplin yang dilakukan oleh Kepala Sekolah “I.A” memiliki sifat
yang demokratis. Hal itu berarti dalam pemberian peraturan, hukuman, serta
penghargaan disertai dengan penjelasan, diskusi, dan penalaran agar bisa
membantu anak murid untuk mengerti bahwa mereka harus mengikuti
peraturan yang ada, serta mengerti bahwa setiap perilaku yang baik atau buruk
akan diikuti oleh hukuman ataupun penghargaan.
3. Implementasi Kedisplinan yang di lakukan Guru terhadap Anak Murid
Selama proses penelitian berlangsung, subjek penelitian terdiri dari dari
beberepa guru, yaitu Ibu Ishma “I.Is” yang menjarkan anak muridnya di TK A
“Ar-rahim” dan Ibu Inda “I.In” yang mengajarkan anak muridnya di TK B “Ar-
rahman”. Dalam pengimplementasian Guru di sekolah terhadap anak muridnya,
peneliti mencoba mengkolaborasikan antar kedua guru tersebut untuk meminta
pendapat terkait arti dari kedisiplinan pada anak, karena dalam pemahaman
kedisplinan anak ini lah guru juga harus mengerti dari bagian apa saja yang di
maksud dengan disiplin. Hal tersebut berkaitan dengan cara menanamkan dan
61
membiasakan yang baik nantinya untuk anak. Pada pengamatan wawancara yang
di lakukan oleh peneliti, “I.Is” dan “I.In” mengatakan bahwa
“Kalau Saya sih disiplin itu anak tuh... paham waktunya (CW. “I.Is35”)”
“Tempat juga, menempatkan sesuatu itu juga termasuk, kayak misalnya nih pensil
kadang dilempar-lempar nih Saya selalu ingetin banget tuh anak anak”nih... tempatnya
disini ya... dibawah didepan” gitu, terus kadang nyari pokoknya untuk penempatan barang-barang mereka kayak gitu, waktu kegiatan, kegiatan juga sekarang kegiatannya
tuh apa... kadang itu yang suka kayak gitu Numa, kalau waktunya berdoa itu dimana?
“disini.. ayo bergabung” gitu kadang duduknya disini (Pangkuan/ Sebelah Guru utama)
apa gak mau main sendiri sih, lebih ke kegiatan waktu itu sih kalau anak, maksudnya paham waktunya kapan... kan kita udah berjalan juga kan nih ka ..jadi kayak udah
terbentuk waktuya gitu disini (CW “I.Is37”)
“Disiplinnya itu bukan masalah disiplin ke waktu ya, disiplinnya itu lebih ke masalah
tanggungjawabnya dia gitu loh kaya waktunya mengerjakan dia harus bertanggungjawab,
ayo kita kerjakan, klo itu kita bimbing, dengan sendirinya klo dia sudah disiplin tanggungjawabnya disiplin juga dia bisa (CW. “I.In18”)
Memberikan pemahaman pada anak seperti mencontohkan dan membiasakan
berperilaku yang baik langsung pada anak murid dapat berpengaruh ke dalam hal
yang bersifat baik, selain itu hal tersebut dapat membentuk perilaku disiplin
didalam diri anak murid. Dengan membiasakan anak murid menjalani hidup
dengan sikap disiplin, maka dirinya akan lebih cepat menyadari bahwa disiplin itu
bagian yang penting yang harus diterapkan dalam kesehariannya. Namun, pada
hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan kedisiplinan anak murid ini
bersumber dari luar dirinya bahwa kedisiplinan tersebut bukan dipengaruhi oleh
kesadaran hati nuraninya masing-masing tetapi juga dipengaruhi oleh orang dari
luar. Melihat dari pemaparan tersebut dalam implementasi kedisiplinan guru
terhadap anak murid disekolah lebih banyak diberikan yang berasal dari luar diri
anak murid. Artinya, anak murid bisa berdisiplin karena dorongan dari guru.
Dimana anak murid di tuntut untuk membiasakan dirinya dalam membiasakan
hidup disiplin setiap hari yang seharusnya dibarengi oleh kesadaran dalam diri
anak murid tersebut dari dalam hatinya.
62
a. Penerapan Peraturan di Sekolah
Dalam penerapan peraturan disini guru menyadari betul peraturan yang
ada di sekolah tidak hanya anak muridnya saja yang melakukan kedisiplinan
tersebut, tetapi juga dirinya sendiri sebagai gurupun ikut terlibat, seperti yang
sudah di paparkan oleh Kepala Sekolah “I.A” yang menegaskan bahwa
peraturan itu harus diikuti oleh guru juga.
Dalam penerapan peraturan di sekolah, yang pertama memang dari guru
tersebut mencontohkan prilaku kedisiplinan, seperti halnya disiplin waktu.
Tidak dating terlambat dan mengikuti aturan berseragam sesuai jadwalnya.
Disini terlihat contoh yang baik untuk anak agar anak mengerti dengan
aturan yang sudah ditetapkan. Kemudian, dalam pengimplementasian di
sekolah guru mengikuti prosedur yang sudah dibuat oleh pihak sekolah.
Mengenai tata tertib apa saja yang harus diikuti anak di sekolah. Guru akan
membantu untuk membiasakan peraturan tersebut untuk di lakukan oleh anak
murid. Maka dari itu, peraturan yang telah disusun pihak sekolah memiliki
tujuan untuk memperingati kepada seluruh pihak sekolah baik itu kepala
sekolah, guru, maupun anak mutid agar bisa berdisiplin dan mengikuti tata
tertib selama di lingkungan sekolah.
Peraturan yang dibuat oleh pihak sekolahpun juga bisa ditambahkan
dengan peraturan yang dibuat di dalam kelas. Jikalau di dalam kelas
peraturan yang di buat melibatkan anak murid dan ada juga yang hanya guru
saja. Hasil wawancara dengan “I.Is” dan “I.In” mengungkapkan bahwa
“Itu untuk anaknya nanti disampaikan, pas minggu awal dikasih tau peraturan
dikelas itu seperti apa, ditulisin. Hampir setiap hari, terus kalau anak pindah kelas
lagi kemana, itu dikasih tau lagi peraturannya seperti apa (CW. “I.Is64”)”
“Ooh ada sayang teman, mengucapkan salam kalo bertemu, hello, lebih ke be
nice your friend, lebih ke sayang teman dan yaitu klo dia berbuat harus bertanggung
jawab misalnya kaya berantem sama temennya selesaikan sendiri, bagaimana
caranya menyelesaikan sendiri kita bimbing tetep, kita bimbing tadi siapa yang
63
bersalah kita harus bertanya tidak hanya satu pihak dua pihak atau tiga pihak kan
yang melihat siapa yang berantem siapa, coba klo seperti ini siapa yang salah siapa
yang meminta maaf silahkan klo sudah seperti itu balikin lagi yang salah itu akan
meminta maaf, memberikan tangannya. (CW “I.In23”)”
Melihat dari pemaparan diatas, dalam konteks peraturan yang diberikan
oleh guru kepada anak melaikan melalui peringatan, yang artinya setiap
kejadian guru mengingati dan menasehatinya bila sudah terjadi dengan
pemberian pemahaman yang jelas kepada anak murid agar anak murid
tersebut paham betul apa yang terjadi dengan perbuatannya. Dalam
menerapkan peraturan, guru harus bersikap adil tanpa memandang siapa
dalam memberikan pendidikan unuk membentuk perilaku yang baik untuk
anak murid dengan cara pembelajaran disekolah setiap hari, yaitu dengan
menerapkan kedisiplinan supaya anak bisa menghargai dan mengikuti
peraturan yang sudah disepakati bersama..
Penggunaan peraturan yang di lakukan oleh guru di TK Islam Darunnajah
Ulujami ini melalui kegiatan ikrar, memberi contoh langsung pada anak
murid, memberi pengalaman-pengalaman yang mengenai kedisiplinan
dengan fenomena yang pernah terjadi dengan diri anak murid, dan anak
muridpun diingatkan untuk bisa tertib dan berdisiplin dengan baik. Hasil
pengamatan peneliti saat dilapangan pada (CL.1, P3, KL.7) terlihat bahwa
memang anak diajarkan untuk disiplin. Disamping itu, gurupun harus selalu
mengingatkan dalam kedisiplinan tersendiri agar anak betul-betul paham apa
yang dimaksud. Ketegasan dalam mendidikpun juga di paparkan saat itu oleh
guru pendamping “I.Is”. Selain ketegasan, juga memberikan jera kepada
anak agar anak tidak lagi mengulang hal yang tidak baik.
Peraturan yang di buat oleh guru di buat sesuai dengan kebutuhan anak-
anak muridnya sendiri, sehingga penerapan peraturan ini dibuat berdasarkan
kesepakatan bersama baik itu dari guru maupun anak murid, untuk di taati
saat berada dalam lingkup sekolah khususnya di dalam kelas supaya
64
terbentuk suasana lingkungan yang nyaman. Banyak guru lain yang sudah
cukup baik dalam menerapkan peraturan kelas, namun tidak begitu tegas
dalam menyikapi murid yang melanggar kedisiplinan tersebut. Misalnya
dalam hal merapihkan sisa bekal makanan yang masih tersisa sehabis
memakannya, ada yang memang guru membiasakan anak-anak muridnya
untuk membersihkan sisa makanan yang masih berantakanpun ada juga yang
kelasnya tidak dibiasakan untuk merapihkan sisa sisa makanan sehabis
istirahat. Dalam peraturan memang setiap guru berbeda dalam
mengimplementasikan kedisplinan saat mengajar, tetapi pastinya gurupun
menginginkan yang terbaik untuk mendidik anak-anak muridnya.
b. Pemberian Hukuman di Sekolah
Pemberian hukuman pada anak murid TK Islam Darunnajah Ulujami
disini yang di berikan oleh guru kepada anak murid tidaklah keras. Karena
pada dasarnya penerapan hukuman yang diberikan kepada anak TK atau Anak
Usia Dini memang sebaik-baiknya pemberian hukuman adalah dengan
menasehatinya dengan pemahaman yang bisa dimengerti oleh anak, karena
memang anak pada masa ini membutuhkan contoh atau teladan untuk mereka
ikuti demi perilaku yang baik tentunya. Hasil pengamatan wawancara guru
“I.Is” mengungkapkan bahwa
“Kalau sekarang sih Alhamdulillah anak-anaknya semuanya mau, walaupun
mungkin ada yang lebih lambat atau ada yang lebih cepat. Yang lebih lambat ya tetep
didorong, tapi yaa bisa, eh maksudnya anak-anaknya sih pada mau gitu, selama emang ada yang dampingin gitu, kalaupun misalnya engga, kalau biasanya dulu Saya
pengalaman Saya yaa pakai media lain gitu, tapi tetep eee materi yang kita inginkan
itu gitu, tapi dengan media yang menarik dan mau untuk dia, gitukan. Mungkin
Melihat dari pemaparan yang telah diungkapkan bahwa memang hukuman
yang diberikan oleh guru terjadi karena dalam pembelajarannya yang kurang
menarik, sehingga ketidak disiplinan anak dalam mengerjakan tgas yang
diberikan guru telah dilalaikan. Tetapi, disampin g itu guru “I.Is”
menggunakan media lain untuk anak tetap mendapatkan nilai yang berkaitan
65
dengan kelalaian tersebut agar dalam pembelajaran satu hari disekolah ia
mendapatkan nilai. Karena menurut “I.Is” dengan media yang menarik
lainnya yang telah diberikan itu membuat anak mau mengerjakan tugasnya
kembali.
Penerapan hukuman didalam kelas pun diberikan selalu berkaitan dengan
Reward, seperti halnya guru pendamping “I.In” dalam CL.2, P.3 KL.5 terlihat
memang anak itu bisa diajak untuk berdisiplin ketika diberikan hukuman yang
berpengaruh dengan Reward yang ia miliki. Begitupun dalam pengamatan
peneliti di lapangan saat pembelajaran Islamic yaitu pembelajran mengenai
Sholat, ketika ada anak-anak yang kurang disiplin guru “I.In” lebih
memberikan hukuman seperti “Ancaman” yang memang membuat anak-anak
murid menjadi segan untuk mengulangi ketidak disiplinannya tersebut. Hal itu
terdapat pada CL.2, P.5 KL.5. Hal tersebut menjadi terlihat ketegasan guru
“I.In” untuk menyikapi anak anak yang tidak disiplin agar mereka mengerti
bahwa apa yang anak murid lakukan itu adalah perbuatan yang kurang baik.
Penerapan hukuman yang diberikan oleh guru TK Islam Darunnajah
Ulujami ini dapat dikatakan berupa pembinaan, teguran juga nasehat dari guru
untuk menyikapi anak yang memang tidak berdisiplin. Apabila memang anak
murid tersebut tidak bisa di beritahu oleh guru, maka gurupun akan menindak
lanjutinya dengan berkomunikasi dan meminta kejasama dengan orang tua
terkait. Seperti halnya yang di ungkapkan oleh guru “I.In” bahwa
“Lebih ke komunikasi kadang lewat whasup klo orang tuanya super sibuk kita
telfon atau WhatsApp-an kita kasih tau begini-begini (CW “I.In61”)”
Beberapa pemberian hukuman tersebut menyadarkan anak murid untuk tidak lagi
melakukan perilaku yang tidak baik lagi khususnya disiplin seperti jera sekaligus
untuk membimbing anak agar bisa berperilaku sesuai dengan norma-norma yang
berlaku di dalam lingkup sekolah.
66
c. Pemberian Penghargaan di Sekolah
Penghargaan merupakan hal penting yang menjadi perhatian guru untuk
diterapkan pada proses pembelajaran setiap hari. Penghargaan tersebut
memiliki fungsi mendidik, motivasi dan memperkuat perilaku anak murid
yang disetujui. Hasil wawancara yang telah diungkapkan “I.Is” dan telah
ditambahkan oleh guru “I.In” bahwa
“Reward, jadi walaupun gak secara benda tapi lewat Stiker, tapi juga bisa lewat
ucapan gitu, kayak misalnya kalau dia baik ya kita puji gitu didepan temen-
temennya, dan jika ada Punishment saya ngucap “Astagfirullah....” untuk mengingatkannya (CW “I.Is88”)
“Rewardnya kadang-kadang stiker, kadang kaya bentuk bintang gitu (CW
“I.In92”)”
Penghargaan yang diberikan berupa stiker dan bintang ini dibedakan
dengan anak-anak yang pasif dan aktif. Melihatnya dari pembelajaran yang
berlangsung, jika memang anak itu tidak mau berdisiplin pemberian
penghargaannya justru membuat anak yang tidak mau dipilih seperti CL.1,
P3, KL.7. Oleh karena itu, guru membedakan dalam pemberian penghargaan
ini agar bisa memotivasi anak yang pasif dalam pembelajaran agar lebih serius
dan kembali aktif kembali saat dalam proses pembelajaran berlangsung.
Dalam pemberian pengharagaan inipun juga tidak hanya memberikan stiker
dan juga bintang, melaikan dengan pujian-pujian yang diberika oleh guru
“I.Is” yang bisa membuat anak lebih peka lagi dalam berperilaku.
Penghargaan yang diberikan guru kepada anak murid sangatlah
berpengaruh kepada pembelajaran anak dan perilaku anak, hal itu di
ungkapkan juga dalam hasil wawancara peneliti, bahwa
“Rata-rata untuk kelas ini ngaruh semua, maksudnya ya jadi lebih baiklah
ya gitu (CW “I.Is67”)”
“Iya bener berpengaruh sekali yang tadinya pertama-tama cuek terus kita
bilang siapa yang mau bintang udah pada langsung duduk gitu sudah mulai
mengerti (CW “I.In93”)”
67
Dalam pengamatan (CL.1, P3, KL.7) dan (CL.1, P3, KL.8) menjelaskan
bahwa pada pengamatan tersebut memanglah Reward yag diberikan oleh guru
sangatlah berpengaruh kepada anak. Juga dalam pengamatan (CL.2, P.7
KL.2), (CL.2, P.7 KL.3), (CL.2, P.7 KL.4). Perubahan seoarang anak dapat
dilihat dari penghargaan yang diberikan oleh guru kepada anak.
Pemberian penghargaanpun dikemas dalam penilaian akhir, sehingga
anak-anak yang tercantum dalam catatan guru bisa terlihat, mana anak yang
memang mematuhi tata tertib dan peraturan di sekolah. Dalam penghargaan
ini memang yang dinilai lebih kepada disiplin waktu, siapa yang hadir dengan
tepat waktu akan diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan ini
diberikan pada masa akhir semester. Hal ini telah diungkapkan oleh guru
“I.In” bahwa
“Dateng yang terpagi nanti kan ada bentuk reward untuk anak yang datangnya
pagi ada (CW “I.In56”)
Hasil pengamatan diatas, menunjukan bahwa pemberian penghargaan
dapat memotivasi dan memberikan efek yang positif agar semua anak bisa
bersikap disiplin, taat, tertib serta selalu meningkatkan kemampuan dan
bakatnya dalam kehidupan sehari hari yang tidak lepas dari aturan-aturan
yang ada dilingkukannya. Sehingga pemberian penghargan oleh guru
termasuk dalam kategori sering di TK Islam Darunnajah Ulujami.
d. Konsistensi dari Penerapan Peraturan, Penghargaan di Sekolah
Pada data hasil pengamatan, wawancara dan dokumentasi diperoleh dari
sebagian guru yang menjadi subjek penelitian menunjuka bahwa pada
pengimplementasian unsur peraturan sudah tetap, namun hukuman sekolah
belum tetap karena perlu disesuaikan dengan pelanggarannya dan dilihat dari
penerapan yang anak lakukan, apabila perilaku tersebut melewati batas yang
tidak bisa di bina, ditegur dan juga diberi nasehat oleh guru, maka pihak
sekolah meminta kerjasamanya oleh orang tua dan berkomunikasi dengan
68
orang tua terkait perilaku anak muridnya semsa di dalam pembelajaran
berlangsung. Penghargaan di sekolah dilihat dari perilaku anak keseharian,
bila didalam kelas anak yang aktif dan mengikuti peraturan didalam kelas
maka akan mendapatkan penghargaan yang membuat ia akan lebih
bersemangat lagi dalam melakukan hal yang baik. Hal ini dapat dilihat dari
sering atau tidaknya sekolah memberikan penghargaan kepada anak murid
melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi yang telah peneliti buat.
Hasil wawancara peneliti dengan guru menyatakan konstitensi dari
peraturan, hukuman, dan penghargaan tersebut bahwa peraturan atau tata
tertib sekolah harus tegas, yaitu setiap anak murid yang melanggar peraturan
atau berbuatan salah harus mendapat sanksinya. Namun, hukuman ini tidak
tetap kerena pemberian sanksi disesuaikan dengan pelanggaran anak murid.
Penghargaan diberikan kepada setiap kegiatan postif dalam pembelajaran
berlangsung, maupun di akhir semester sehingga dalam pembelajaran
keseharian anak diberikan stiker atau bintang dan pemberian barang akan
diberikan pada akhir semester. Maka tingkat konsistensi dari pelaksanaan
peraturan, hukuman, dan penghargaan di sekolah sangatlah penting untuk
dilakukan agar setiap unsur disiplin memiliki hubungan yang baik dan pada
penerapannya bisa menjadi konsisten.
Terkait dengan konsistensi dari unsur disiplin, pada wawancara “I.In” dan
“I.Is” menambahkan bahwa
“Dateng yang terpagi nanti kan ada bentuk reward untuk anak yang datangnya
pagi ada (CW “I.In56”)”
“Rata-rata untuk kelas ini ngaruh semua, maksudnya ya jadi lebih baiklah ya gitu (CW “I.Is67”)”
Hasil pengamatan pada penelitian di lapangan pembelajaran yang guru
“I.Is” berikan bahwa
“Selebihnya Azam ganggu temennya dan Zain Numa bercanda-canda belum tertib jadi Bu Endang memasukkan namanya kedalam plasik sampah “hayooo, ada
yang belum tertib, Azam namanya Ibu masukkan kedalam plastik sampah ya….”
Kemudian setelah Bu Endang menegaskan kata itu, semuanya menjadi tertib, tapi tidak dengan Rasya yang masih menangis didepan kelas bersama Ibunya karna
69
menolak untuk ditinggal dan memang kata gurunya Rasya sedang tidak enak badan
(CL.1, P3, KL.8)”.
Konsisten dalam pelaksanaan peraturan, hukuman serta penghargaan
kepada semua murid disekolah. yaitu merupakan ketegasan guru untuk
menyikapi semua perilaku dan perbuatannya disekolah. Maka dari itu, setiap
anak murid diwajibkan untuk menaati peratran sekolah. Karena jika siswa
tidak tertib, tidak taad dan tidak disiplin, maka murid tersebut akan
mendapatkan ganjarannya berupa hukuman. Namun sebaiknya jika anak
murid berperilaku baik sesuai dengan aturan anak murid akan mendapat
penghargaan. Setiap perilaku yang di lakukan anak murid akan selalu di ikuti
oleh penghargaan serta hukuman.
Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan, dan dokumentasi, didapatkan
data berupa penerapan peraturan yang tetap, pemberian hukuman yang tegas,
serta pemberian penghargaan kepada murid tersebut telah konsisten dan tetap
sehingga konsintensi tersebut nampak jelas ketika peneliti melakukan
penelitian dengan wawancara, pengamatan dan dokumentasi pada subjek guru
di TK Islam Darunnajah Ulujami. Maka dari itu, untuk menanamkan sikap
kedisiplinan kepada siswa di sekolah, guru bersikap demokratis.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengimplementasian pada
Kedisiplinan Anak Murid TK Islam Darunnajah Ulujami
Membina serta menerapkan perilaku disiplin dapat dimulai dari
lingkungan keluarga. Dalam lingkup keluarga yang mendukung tentuk akan
menghasilkan dampak baik dalam diri anak. Dampak positif tersebut juga
akan menjadikan anak lebih bersemangat ketika melaksanakan tugasnya
sebagai pelajar. Tugas pelajar yaitu proses belajar dan mengajar untuk
membentuk perilaku dan sikap anak menjadi patuh, taat, tertib kepada
peraturan yang berlaku di lingkungan sekolah ataupun pada lingkungan
keluarga. Hal itu sependapat dengan hasil pengamatan wawancara yang
diungkapkan oleh guru “I.Is” bahwa
70
“Kalau Saya sih dari orang tua, oh dari rumah. Dari rumah dulu gitu, kita liat
anaknya dulu nih disekolah, oh anaknya kayak gini ya, kayak gitu. Kira-kira
dirumahnya kayak gimana? Jangan janagn emang gak diajarin seperti itu. Kalau
semisalnya ada perubahan ya kita laporkan , kalau perubahan baik ya. Kalau gak
ada perubahan baik juga dilaporkan juga gitu. (CW “I.Is68”)”
Usaha tersebut harus diimbangi dengan usaha pendidik dalam
mengajarkan perilaku disiplin sejak dini supaya seluruh siswa dapat mematuhi
tata tertib untuk membiasakan serta melatih dirinya untuk berperilaku disiplin.
Hal tersebut juga diungkapkan pada wawancara Kepala Sekolah “I.A” bahwa
“Sebetulya penting sekali ya karenakan semakin muda dia mengenal disiplin dia
akan terbiasa nanti setelah besarnya gitu, “dulu saya begini, diajarin begini” jadi
memang ee kayaknya dasar gitu kalau dari kecil sudah dibiasakan dengan
kedisiplinan, dari mulai datangnya sekolah, salaman dengan guru kan pembiasaan kan ya.. kan itukan eee termasuk pelajaran akhlaq juga dengan
orang yang lebih tua dia salim, menghormati kemudian dia lepas sepatu taro
diraknya dan masuk kekelas dengan menaruh tasnya sendiri dan membawa sendiri seperti itu. (CW “I.A4”)”
Maka dari itu, setiap kegiatan tentu akan disertai oleh bebrapa faktor yang
bisa menjadi hambatan saat pelaksanaan kegiatan tersebut. Sekolah harus
berusaha untuk mengajarkan dan melatih perilaku disiplin setiap hari untuk
bisa mengatasi faktor-faktor saat menerapkan sikap disiplin kepada anak
murid.
Hasil wawancara terhadap guru “I.In” menambahkan juga terkait dalam
faktor yang menjadi penghambat dalam pengimplemtasian kedisiplinan di
sekolah dipengaruhi oleh faktor keluarga dimana keluarga juga mempunyai
pengaruh besar dalam diri anak, yaitu karena Guru “I.In” mengatakan
bahwa
“Klo di sekolah itu hanya beberapa jam, klo di rumah itu kan malem juga di rumah itu lebih sebenernya teladan orang tua lah yang ngebentuk kita hanya
menambahin. (CW “I.In36”)”
Faktor penghambat juga bisa terjadi akibat didikan orang tua yang kurang
mendisiplinkan anak, wawasan orang tua yang kurang atau yang lainnya.
Jadi, persoalan di keluarga dibawa anak kesekolah. Seperti halnya orang tua
71
yang terlalu sibuk bekerja hingga lupa mengasuh anak dan pulang sampai
larut malam, dan anakpun menunggu orang tua akhinya anak tersebut tidur
terlalu larut malam dan paginya terlambat datang ke sekolah. Maka dari itu,
lingkungan keluarga sangat mempengaruhi sifat anak murid, apabila anak
murid di keluarga yang harmoni dan dalam mendidiknya baik seperti halnya
disiplin akan memberikan dampak positif bagi anak. Sebaliknya, jika anak
hidup dalam lingkupa keluarga yang kurang membina dengan baik maka
akan memberikan pengaruh yang kurang baik. Oleh karena itu, jika
lingkungan keluarga dan sekolah tidak bekerja sama dalam mendidik
kedisiplinan sejak awal, selamanya anak tidak terbiasa hidup disiplin.
Selain itu, peneliti memperoleh data terkait implementasi kedisiplinan di
TK Islam Darunnajah Ulujami yaitu masih ada saja orang tua yang
menunggu anaknya dalam proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut
menunjukkan bahwa peraturan yang sudah di buat tidak sepenuhnya ditepati
sehingga menjadi suatu hambatan dalam pembelajaran yang kondusif dalam
mengimplementasikan nilai kedisiplinan.
D. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini mencari, menyusun secara sistematis data
yang di peroleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara
mengkategorikan dan memilih data yang penting sesuai dengan pedoman
observasi yang telah dibuat.
1. Implementasi Kedisiplinan Pada Anak
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti melakukan reduksi
data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat abtraksi dari
observasi/catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari data yang di
peroleh untuk indikatir kelancaran dalam menghasilkan ide/pemecahan masalah
terhadap penerapan disiplin AUD terhadap beberapa data yang di dapatkan dari
72
beberapa informan melalui Teknik wawancara, observasi/catatan lapangan, dan
dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Dalam penelitian ini display dilakukan dalam bentuk bagan. Display data ini
dilakukan dengan memaparkan data dengan koding kemudian memilih
informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu kelancaran dalam menghasilkan
ide/pemecahan masalah terhadap peneraoan disiplin AUD. Sajian data yang
didapat berupa coding atau kode sebagai berikut:
Selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan data
implementasi dari Guru sekolah terhadap anak murid dalam mengembangkan
kedisiplinan untuk mengatasi kendala atau masalah yang dihadapi.
Kesimpulannya implementasi kedisiplinan guru terhadap anak murid disekolah
lebih banyak diberikan yang berasal dari luar diri anak murid. Artinya, anak
murid bisa berdisiplin karena dorongan dari guru. Dimana anak murid di tuntut
untuk membiasakan dirinya dalam membiasakan hidup disiplin setiap hari yang
seharusnya dibarengi oleh kesadaran dalam diri anak murid tersebut dari dalam
hatinya.
a) Penerapan Peraturan
Implementasi
kedisplinan
terhadap Anak
Murid
CW IIS.35, CW IIS.37, CW
IIN.18
CL1, P3, KL7,
CL1, P7, KL2
CL1, P8, KL10
CL.1, P3, KL.8
CL.1, P8, KL.5
CL.1, P8, KL.6
CD.1
CD.2
CD.4
CD.5
CD.6
CD.9
CD.14
73
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti melakukan
reduksi data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat
abtraksi dari observasi/catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari
data yang di peroleh untuk indikatir kelancaran dalam menghasilkan
ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD terhadap
beberapa data yang di dapatkan dari beberapa informan melalui Teknik
wawancara, observasi/catatan lapangan, dan dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian ini display dilakukan dalam bentuk bagan. Display
data ini dilakukan dengan memaparkan data dengan koding kemudian
memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu kelancaran dalam
menghasilkan ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD.
Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:
Selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan
data implementasi dari guru terhadap penerapan peraturan dalam
mengembangkan kedisiplinan untuk mengatasi kendala atau masalah yang
dihadapi. Kesimpulannya setiap kejadian guru mengingati dan
menasehatinya bila sudah terjadi dengan pemberian pemahaman yang jelas
CW IIS.64, CW
IIN.23 CL1 P3 KL7
CL1, P1, KL5
CL.1, P2, KL1
CL.1, P3, KL.7
Penerapan
Peraturan
CD 16, CD 17,
CD 18, CD 9,
CD 12, CD 14
74
kepada anak murid agar anak murid tersebut paham betul apa yang terjadi
dengan perbuatannya. Dalam peraturan di sekolah terhadap anak murid,
maka guru dalam menerapkan peraturan harus bersifat adil tanpa melihat
status latar belakang anak murid itu sendiri dalam mendidik anak murid
untuk membentuk perilaku yang baik selama proses pembelajaran itu
berlangsung dengan membuat penerapan terkait disiplin agar anak bisa
berperilaku taat pada ketertiban yang sudah di sepakati bersama.
b) Penerapan Hukuman
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti melakukan
reduksi data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat
abtraksi dari observasi/catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari
data yang di peroleh untuk indikatir kelancaran dalam menghasilkan
ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD terhadap
beberapa data yang di dapatkan dari beberapa informan melalui Teknik
wawancara, observasi/catatan lapangan, dan dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian ini display dilakukan dalam bentuk bagan. Display
data ini dilakukan dengan memaparkan data dengan koding kemudian
memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu kelancaran dalam
menghasilkan ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD.
Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:
Penerapan Hukuman
CW IIS.18, CW
IIN.61
CL2 P3 KL5,
CL2 P5 KL5,
CL.1, P3, KL.7
CD 4, CD 7, CD
8, CD 10
75
Selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan
data implementasi dari guru terhadap pemberian Hukuman dalam
mengembangkan kedisiplinan untuk mengatasi kendala atau masalah yang
dihadapi. Kesimpulannya pemberian hukuman tersebut menyadarkan anak
murid untuk tidak lagi melakukan perilaku yang tidak baik lagi khususnya
disiplin seperti jera sekaligus untuk membimbing anak agar bisa berperilaku
sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam lingkup sekolah.
c) Pemberian Penghargaan
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti melakukan
reduksi data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat
abtraksi dari observasi/catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari
data yang di peroleh untuk indikatir kelancaran dalam menghasilkan
ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD terhadap
beberapa data yang di dapatkan dari beberapa informan melalui Teknik
wawancara, observasi/catatan lapangan, dan dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian ini display dilakukan dalam bentuk bagan. Display
data ini dilakukan dengan memaparkan data dengan koding kemudian
memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu kelancaran dalam
menghasilkan ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD.
Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:
Pemberian Penghargaan
di sekolah
CW IIS.88, CW
IIN.92, CW IIS.67,
CWIIN.93, CW
IIN.56
CL1 P3 KL7, CL1 P3
KL8, CL2 P7 KL2,
CL2 P7 KL3, CL2 P7
KL4
CD 4, CD
11, CD 13
76
Selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan
data implementasi dari guru terhadap pemberian penghargaan dalam
mengembangkan kedisiplinan untuk mengatasi kendala atau masalah yang
dihadapi. Kesimpulannya bahwa pemberian penghargaan dapat memotivasi
dan memberikan dampak positif agar semua anak murid bisa bersikap
disiplin, taat, tertib, dan selalu meningkatkan kemampuan atau bakatnya
dalam kehidupan sehari-hari yang tidak lepas dari aturan-aturab di
lingkungannya, sehingga pemberian penghargaan guru termasuk dalam
kategori sering di TK Islam Darunnajah Ulujami.
d) Konsistensi dalam Pemberian Peraturan, Hukuman dan Penghargaan
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti melakukan
reduksi data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat
abtraksi dari observasi/catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari
data yang di peroleh untuk indikatir kelancaran dalam menghasilkan
ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD terhadap
beberapa data yang di dapatkan dari beberapa informan melalui Teknik
wawancara, observasi/catatan lapangan, dan dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian ini display dilakukan dalam bentuk bagan. Display
data ini dilakukan dengan memaparkan data dengan koding kemudian
memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu kelancaran dalam
menghasilkan ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD.
Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:
77
Selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan
data implementasi dari guru terhadap konsistensi dalam penerapan
peraturan, hukuman dan penghargaan dalam mengembangkan kedisiplinan
untuk mengatasi kendala atau masalah yang dihadapi. Kesimpulannya dari
sikap konsisten dalam menanggapi berbagai unsur yaitu tegasnya seorang
Guru perihal membina sikap terhadap anak murid dalam pembelajaran
berlangsung. Dengan begitu, mau tidak mau setiap murid di haruskan untuk
bisa berperilaku taat dan tertib pada peraturan yang berlaku. Sehingga, bila
ada yang tidak mengikuti aturan maka bisa mendapat sanksi dengan
hukuman yang bisa membuat anak itu lebih paham.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi kedisipinan di Sekolah
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti melakukan reduksi
data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat abtraksi dari
observasi/catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari data yang di
peroleh untuk indikatir kelancaran dalam menghasilkan ide/pemecahan masalah
terhadap penerapan disiplin AUD terhadap beberapa data yang di dapatkan dari
Konsistensi dalam Pemeberian Peraturan,
Hukuman dan Penghargaan
CW IIN.56,
CW IIS.67 CL1 P3
KL8
78
beberapa informan melalui Teknik wawancara, observasi/catatan lapangan, dan
dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Dalam penelitian ini display dilakukan dalam bentuk bagan. Display data ini
dilakukan dengan memaparkan data dengan koding kemudian memilih
informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu kelancaran dalam menghasilkan
ide/pemecahan masalah terhadap penerapan disiplin AUD. Sajian data yang
didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:
Selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan data
faktor yang dapat memepengaruhi keidisplinan di sekolah dalam
mengembangkan kedisiplinan untuk mengatasi kendala atau masalah yang
dihadapi. Kesimpulannya faktornya adalah peraturan yang sudah di buat tidak
sepenuhnya ditepati sehingga menjadi suatu hambatan dalam pembelajaran
yang kondusif dalam mengimplementasikan nilai kedisiplinan.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Implementasi Kedisiplinan yang di lakukan Kepala Sekolah Terhadap
Guru
Disiplin merupakan suatu usaha yang mempunyai tujuan dalam membentuk
perilaku yang baik dengan kesadaran diri sendiri untuk dilakukan dalam
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kedisiplinan disekolah
CW IIS.68, CW
IA.4, CW IIN.36
79
kehidupan sehari-hari. Implementasi kedisiplinan yang dilakukan oleh kepala
sekolah untuk dewan guru dan anak murid yaitu penerapan peraturan,
hukuman, penghargaan dan konsistensi. Tetapi yang terjadi selama penelitian
berlangsung kepala sekolah menerapkan kedisiplinan itu lebih memfokuskan
kepada peraturannya saja. Jadi, unsur kedisiplinan yang ada tidak terlihat dan
menjadi sesuatu yang tidak tetap dalam menyikapi penerapan sikap konsisten.
Penerapan hukuman terlihat tidak terlalu tegas dalam penerapannya untuk
guru dimana saat ada guru yang melanggar tata tertib kepala sekolah
menyikapinya hanya merespon dengan basa basi saja dalam menegur tidak
adanya hukuman yang diberikan secara langsung. Kebiasaan guru yang
melanggar pasti dapat terlihat dengan kasat mata. Hal ini dapat mempengaruhi
sikap dan perilaku anak murid secara langsung. Ki Hajar Dewantara
mengatakan bahwa kutipan yang telah ia ucap “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing
Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” 56 berkaitan dengan pengaruh
guru terhadap anak murid, karena artinya adalah ketika guru berada didepan ia
bersikap dengan mencontohkan yang baik, ketika Guru berada di tengah ia
memberikan gambaran yang baik kepada anak murid agar termotivasi dari apa
yang telah disampaikannya, ketika Guru berada di belakang ia memberikan
semangat. Jadi, terlihat jelas bahwa guru adalah panutan bagi anak murid dalam
memberikan sikap perilaku dan bertindak baik sehari-hari. Sebutan pendidik itu
tidaklah hanya guru saja, melainkan orang tua, seseorang yang menjadi panutan
dan lainnya yang memang mempunyai tugas utama untuk mendidik,
mengajarkan, membimbing, mengarahkan, dan menilai semua anak muridnya.
Oleh karena itu, para guru pun perlu pengarahan dari struktur atasannya yaitu
kepala sekolah. Tetapi yang terjadi selama penelitian berlangsung adalah
Kepala Sekolah “I.A” lebih memfokuskan kedisiplinan itu pada anak murid saja
dengan melihat perilaku dan sikap anak muridnya.
56 Dwi Siswoyo, Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: UNY Press, 2008), 171.
80
Oleh karena itu, saat penelitian berlangsung Peneliti tidak melihat
penghargaan yang diberikan oleh Kepala Skolah untuk Guru yang sudah
mengikuti aturan. Namun, disamping itu semua Kepla Sekolah “I.A”
membrtkan penghargaan itu nanti saat akhir semester untuk para Guru yang
sudah mengikuti aturan.
2. Implementasi Kedisisplinan yang di lakukan Kepala Sekolah Terhadap
Anak murid
Displin merupakan suatu tindakan yang berhubungan dengan pengendalian
perilaku seseorang terhadap peraturan yang sudah ada. Selain itu, disiplin
adalah sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan atau ketertiban 57. Semua itu bisa dijalankan oleh
seseorang yang memiliki jiwa kesadaran dari dalam diri untuk melalukan hal
yang baik dengan tujuan yang ingin dicapai, seperti menanamkan prilaku
kedisiplinan. Namun, hasil dari penelitian menunjukkan bahwa implementasi
kedisiplinan pada anak murid terjadi karena adanya semangat yang diberikan
oleh orang lain kepada anak murid. Kemudian, penerapan yang diberlaku di
sekolah dibuat untuk ditaati oleh seluruh pihak yang bersangkutan. Mulai dari
pembuatan aturan, sanksi, reward dan juga kekonsitenan bisa menjadikan
sebagai tolak ukur sekolah, karena dengan begitu semua pihak bisa berperilaku
dan menyikapinnya dengan perilaku yang sesuai. Apabila ada sikap dan
perilaku anak murid yang baik maka penghargaanlah yang akan didapatnya,
begitupun dengan perilaku yang kurang baik maka hukumanlah yang akan
mereka terima. Sehingga ketiga unsur tersebut bersifat konsisten dan tetap
penerapannya agar ada keseimbangan dengan unsur disiplin di sekolah. Oleh
karena itu, Kepala sekolah “I.A” telah menerapkan sikap kedisplinan yang
terlihat selama penelitain dilakukan kepada seluruh pihak yang bersangkutan di
57 Soegeng, Kiat Menuju Sukses, 23.
81
dalam lingkup sekolah, dari guru dan anak murid setiap hari. Implementasi
kedisiplinan pada anak murid terlihat dari penerapan peraturan, hukuman,
penghargaan, dan konsitensi yang berasal dari dorongan luar anak murid.
a. Penerapan Peraturan di Sekolah
Menurut Tu’u Tulus mengungkapkan bahwa disiplin sebagai alat
pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk
perilaku sesuai dengan nilai yang ditentukan atau diajarkan 58. Tanpa
disadari, itu semua dapat dicapai melaui pembiasaan dan kebiasaan. Ketika
membahas tentang besikap disiplin secara berulang-ulang itu artinya akan
membiasakan anak murid untuk hidup dengan berdisiplin. Semua itu tentunya
harus berbarengan dengan pembiasaan dan juga praktek secara terus menerus
sehingga, anak murid bisa memberikan perubahan yang baik dengan penuh
kesadaran dalam diri, seperti halnya kejadian spontan yang mereka lakukan
tanpa disadari ia melakukan prilaku disiplin dengan tidak di beri paksaan oleh
Guru. Oleh karena itu, kesadaran pada diri sendiri itu penting bagi anak
murid maupun guru.
Implementasi disiplin dalam sekolah bisa terlihat dari cara anak murid
menyikapi dengan adanya aturan dalam sekolah dan perilaku yang
mecerminkan kedisiplinan dengan bisa mentaati ketertiban yang dibuat oleh
sekolah. Ketetapan yang dibuat untuk perihal aturan, dibuat dengan
persetujuan bersama dari pihak yang bersangkutan dan juga di berlakukan
untuk semua pihak yang terlibat untuk dapat ikut andil dalam aturan tersebut.
Dengan begitu, sikap Kepala Sekolah “I.A” menjadi adil kepada semua pihak
yang bersangkutan. Dalam penglihatan penelitian pengimplementasian ini
terliaht bahwa penetapan tata tertib tidak seluruhnya melibatkan wali murid
karena berbagai macam alasan. Mereka mempercayakan pihak sekolah untuk
membuat penetapan itu.
58 Susanto, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Konsep, Teori Dan Aplikasinya, 118.
82
Menurut Hurlock, mengungkapkan bahwa disiplin itu seorang yang
belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin59. Artinya
konteks “Pemimpin” disini adalah pemimpin dalam struktur sekolah yaitu
kepala sekolah. Anak akan mengikuti arahan dari kepala sekolah dengan
pemahaman yang diberikan olehnya. Dala pemaparan kedisiplinan di sekolah
terlihat bahwa Kepala Sekolah “I.A” sudah melakukan penetapan tata tertib
ini secara adil. Karena tidak adanya perbedaan penetapan kepada pihak yang
bersangkutan di lingkup sekolah.
b. Penerapan Hukuman di Sekolah
Hukuman adalah sesuatu yang akan didapatkan oleh seseorang ketika
melakukan hal yang tidak baik dan membuat seseorang itu jera. Menurut
Hurlock Hukuman berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena
suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau
pembalasan. Walaupun tidak dikatakan, namun tersirat bahwa kesalahan,
perlawanan atau pelanggaran ini disengaja, dalam arti bahwa orang itu
mengetahui bahwa perbuatan itu salah tetapi tetap melakukannya. Dalam
penglihatan selama penelitian hukuman yang dibebrikan oleh Kepala Sekolah
“I.A” tidak memberatkan anak murid. Hanya saja di berikannya melalui
peringatan yang diingatkan secara baik-baik. Dan jika memang anak murid
berbuat perilaku yang diluar batasnya, maka Kepala Sekolah “I.A”
mengubungi pihak wali murid agar wali murid juga dapat membantu
mengingatkan kepada anaknya untuk berperilaku yang baik.
c. Pemberian Penghargaan di Sekolah
Penghargaan adalah sesuatu yang diberikan kepada seseorang apabila
seseorang itu melakukan hal yang sesuai dengan aturan. Menurut Hurlock
Penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik.
59 Hurlock, Pengembangan Anak Jilid 1, 82–84.
83
penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata
pujian, senyuman atau pelukan di punggung.
Dalam pengimplementasiannya di sekolah penghargaan yang diberikan
oleh Kepala Sekolah “I.A” terhadap anak murid yaitu sering kali memberikan
pujian, dan jika memang mau memberikan berbentuk barang itu akan
dilakukan di akhir semester. Semua penilaian anak murid selama belajar di
sekolah dilihat oleh guru dan pihak sekolah memberikan penghargaan
tersebut untuk anak murid yang sudah melalukan sikap disiplin dengan baik.
d. Konsistensi dari Penerapan Peraturan, Hukuman dan Penghargaan di Sekolah
Menurut Hurlock kekonsistenan adalah tingkat keseragaman atau
stabilitas. Peraturan, hukuman dan penghargaan yang konsisten membuat
anak tidak bingung terhadap apa yang diharapkan dari mereka. Dalam
konteks konsistenan Kepala Sekolah sudah bersikap adil tidak adanya
perbedaan dengan anak satu dengan yang lainnya. Dalam penetapan tata
tertib sudah dilakukan dengan baik. Antara peraturan hukuman penghargaan
semua Kepala Sekolah “I.A” berikan dengan penuh konsisten.
3. Implementasi Kedisiplinan yang di berikan Guru Terhadap Anak Murid
Menurut Wantah disiplin merupakan bagian dari dua makna yang berkaitan
yaitu murid dan belajar 60. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa apa yang di
berikan oleh Guru pada murid. Subjek penelitian ini diambil dari 2 orang guru
yang memberikan pengajaranya kepada anak untuk memberikan pembelajaran
yang baik, membiasakan dan berperilaku yang baik. Oleh karena itu guru perlu
menerapkan kedisiplinan melalui penerapan peraturan, hukuman, penghargaan
dan konsitenan dalam mendidik.
60 Wantah, Pengembangan Disiplin Dan PEmbentukan Moral Pada Anak Usia Dini, 139.
84
a. Penerapan Peraturan di Sekolah
Menurut Wantah Peraturan adalah sebuah unsur yang dibentuk oleh
orang-orang disekitar anak untuk menentukan tingkah laku yang dapat
diterima baik dari para Orangtua, pendidik maupun kerabat sebayanya.
Dalam pengaplikasiannya di sekolah guru menerapkan peraturan kepada anak
saat anak memasuki lingkup sekolah. Dimana saat anak dating kesekolah
langsung diarahkan untuk melakukan absen mandiri dengan di bantu guru
piket, kemudian menaruh sepatu kedalam rak sepatu dengan sendiri, dan lain
lain.
Penerapan peraturan di TK Islam Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan ini
dalam penerapannya memiliki ketetapan yang memang harus disikapinya
menjadi ketegasan dengan memberikannya kepada seluruh pihak yang
bersangkutan baik itu Kepala Sekolah, Guru maupun anak murid. Disamping
itu, peraturan yang sudah diberlakukan ketika ada yang melanggarnya maka
bisa mendapatkankan sanksi tersendiri. Kemudian, yang menjadi Guru harus
memberikan penanaman dalam sikap disiplin kepada anak murid ini dengan
demokrasi. Oleh sebab itu, kedemokrasian yang diberikan Guru kepada anak
murid dapat dilihat dari bagaimana Guru memberikan pemahaman yang jelas
dan bisa mengkomunikasikan secara bersama-sama agar anak dapat mengerti
dan berfikir harus seperti apa yang baik untuk mereka saat berperilaku agar
mereka bisa mentaati ketertiban peraturan yang sudah dibuat selama proses
pembelajaran berlangsung juga kepahaman mereka berfikir untuk arti dari
disiplin itu seperti apa.
b. Penerapan Hukuman di Sekolah
Hukuman memiliki fungsi penting, menurut Hurlock hukuman itu
dibarengi dengan tindakan anak ketika melakukan hal yang tidak sesuai
dengan aturannya. Hal ini tentu harus dipikirkan oleh guru dalam
memberikan hukuman, apakah hukuman yang diberikan membuat anak jera
85
atau malah sebaliknya. Guru juga saat melihat anak melakukan tidakan yang
kurang baik tidak langsung memberikan hukuman tetapi sebaiknya guru
memberikan pemahaman yang baik seperti apa karena anak butuh
pemahaman yang jelas ketika anak itu berbuat salah.
Pengaplikasian kedisiplinan di TK Islam Darunnajah Ulujami, dalam
pemberian hukuman bersifat demoktratis. Berdiskusi dahulu apa-apa saja
peraturan yang harus mereka lakukan selama pembelajarn berlangsung.
Artinya dalam penentuan hukuman juga di jelaskan pada anak kalau mereka
membuat kesalahan mendapat hukuman dan itupun dibarengi dengan
penjelasan yang jelas. Pemberian hukuman juga sangat perlu diperhatikan.
Guru tidak memberikan hukuman yang memberatkan anak murid.
Bagaimanapun juga pemberian hukuman yang diberi oleh Guru harus bersifat
mendidik anak murid untuk bisa melewatinya dengan pemahaman tanggung
jawab atas kesalahan yang ia lakukan. Guru Kelas “I.In” dan “I.Is”
melakukan pemberian hukuman melalui cara yang demokratis, walaupun ada
beberapa hal yang bersifat otoriter dan permisif, hal itu dilihat dari keperluan
yang terlihat dalam memberikan hukuman kepada anak murid. Oleh karena
itu pemberian hukuman tetap diberikan jika anak melakukan hal yang salah
dan bertujuan agar anak bisa memahami tindakan yang baik ataupun benar.
c. Pemberian Penghargaan di Sekolah
Menurut Hurlock makna dari sebuah penghargaan adalah sesuatu yang
bisa diambil ketika pihak yang terkait memberikan hasil yang memuaskan 61.
Bentuk dari penghargaan ini tidak semua melalui materi ataupun dalam
wujud barang, karena penghargaan itu bisa diberikan melalui perkataan yang
baik dalam memuji bahkan dengan tersenyum dan juga memberikan
kehangatan dalam pelukan bisa kita berikan sebagai wujud penghargaan itu
sendiri. Pemberian hadiah ini merupakan suatu cara untuk membuat anak
61 Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, 90.
86
semakin bersemangat dan termotivasi untuk lebih baik dalam bersikap yang
disiplin. Seperti ketika anak bisa bersidiplin di kelas mendapatkan hadiah dari
gurunya contoh dapat pujian, dan terkadang mendapat bintang. Hal itu
membuat anak murid lainnya menjadi lebih bersemangat kerena mandapat
motivasi berperilaku disiplin ini dari para Guru dan juga mendapatkan
hadiah. Namun, apabila Guru telah berhasil memberikan motivasi pada anak
murid selain memberikan hadiah harus memberikan nasihat agar anak lebih
dalam lagi mengerti artinya dalam hidup dibutuhkan sikap disiplin tertuma
dalam tata tertib yang berlaku di sekolah.
Hasil penelitian dapat diperoleh bahwa di sekolah dalam penerapan
penghargaan ini guru banyak melakukannya melalui pujian yang
membangun, juga terkadang memberikan stiker agar anak termotivasi, juga
membuat anak murid yang lainnya membangunkan kesadaran dalam diri
anak untuk melakukannya dengan baik agar mendapatkan hadiah tersebut
dari guru. Jadi, pemberian reward kepada anak murid ini memang sering
diberikan oleh para Guru karena dengan pemberian tersebut membuat anak
beranggapan bahwa disiplin itu memang perlu dilakukan dan juga anak akan
selalu terdorong untuk meningkatkan perilaku disiplin. Namun, Guru tetap
menjelaskan dalam pemahaman disiplin kalau anak murid melakukan sikap
disiplin dan tidak mendapatkan hadiah reward apapun ia harus tetap optimis
dalam menjalankan disiplin tersebut dimanapun ia berada, karena disamping
perilaku disiplin itu sangat baik untuk anak murid juga perilaku disiplin ini
tidak melulu mendapatkan penghargaan.
d. Konsistensi dari Penerapan Peraturan, Hukuman, Pemberian Penghargaan di
Sekolah
Makna Konsistensi disini adalah perilaku yang sifatnya sama tidak
berubah dengan keputusan yang sudah dijalani atau diambil. Apabila perilaku
anak murid dalam disiplin itu sama rata dengan pembiasaannya di keseharian
87
maka tidaklah ada yang mengganjal. Disamping itu, sikap konsisten sangat
diperlukan ketegasan dalam pemberian penyampaian yang berkaitan dengan
aturan, sanksi dan reward dalam sekolah. Sikap konsisten dalam memberikan
aturan kepada anak murid harus selalu diingatkan terus dan selalu diberikan
pemahaman agar anak selalu menaatinya. Konsistensi hukuman diberikan
anak murid jika anak tersebut tidak menaati peraturan di sekolah, seperti
tidak disiplin dalam belajar dikelas dan konsistensi pengharagaan diberikan
kepada anak murid bagi mereka yang berperilaku sesuai tata tertib. Jika
disimpulkan yang terjadi adalah sikap konsisten ini menjadi sebuah
keharusan yang nantinya akan memiliki ciri tersendiri dari segi perilaku
kedisiplinan itu sendiri.
Konsistensi dari unsur kedisiplinan ini sangatlah penting diterapkan oleh
guru di sekolah kepada anak murid, agar anak murid bisa memberikan
perilaku yang baik ketika emosinya muncul disaat apa yang telah
diperbuatnya itu kurang baik untuk dipraktekkan. Melihat itu semua pada
pengaplikasian yang di berikan oleh TK Islam Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan dapat dikatakan telah konsisten dengan penerapannya. Dengan
begitu, dalam membina dan membentuk perilaku disiplin pihak sekolah TK
Islam Darunnajah bersifat demokratif
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengimplementasian Kedisiplinan
Pada Anak Murid TK Islam Darunnajah Ulujami
Kehidupan dalam lingkup keluarga menjadi suatu acuan sekolah untuk
mengatasi pembinaan kedisiplinan di sekolah terhadap anak murid. Ketika ada
anak murid yang berada dilingkungan keluarga dengan memberikan disiplin
yang berdampak positif dalam diri anak, maka anak juga akan terbawa
dampaknya. Selain itu, di sekolah juga menerapkan kedisiplinan, jadi seimbang
dengan adanya kedisiplinan dalam keluarga dan sekolah. Dengan begitu, semua
hambatan yang terjadi dapat diatasi ketika ada kejasama antar Orangtua dan
88
pihak sekolah dalam membina perilaku disiplin pada anak murid disekolah agar
ia terbiasa dan mengikuti aturan sesuai peraturan yang berlaku.
Faktor lain yang menjadi hambatan di TK Islam Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan ini dalam pengimplementasian kedisiplinan di sekolah karena guru
tidak bisa memberikan perhatian pada seluruh murid jadi terbilang kurang adil,
yang disebabkan dari padatnya aktivitas pembelajaran anak murid yang terjadi,
selain itu Pendidikan yang diberikan oleh Orangtua di lingkup keluarga yang
kurang memperhatikannya dalam kedisiplinan anak murid, dan kepedulian
orang tua juga termasuk dalam faktor penghambat ini, sehingga menjadi
persoalan sekolah dalam mendisiplinkan anak murid. Oleh karena itu melihat
Faktor diatas, bisa menjadi peringatan sekolah bahwa sangat penting kerjasama
antar pihak sekolah dan juga Orangtua, dan nantinya akan selalu diaplikasikan
dalam keseharian selama proses pembelajaran berlangsung.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Implementasi kedisplinan di sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah
kepada guru konsisten dan tetap penerapannya melalui penerapan peraturan,
hukuman, dan penghargaan
2. Implementasi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap anak muridnya
sudah konsisten dan tetap penerapan peraturan, hukuman dan
penghargaannya. Cara menanamkannya pun Kepala Sekolah “I.A” bersifat
demokratis. Semua diberikan ada yang dengan pujian, dan ada juga yang
berbentuk barang dengan memberikannya saat di akhir semester untuk anak
murid yang sudah bersikap disiplin
3. Implememtasi kedisiplinan yang di berikan guru terhadap ank murid
disekolah dalam penerapannya tetap melalui unsur disiplinin, yaitu peraturan
yang tetap, hukuman yang tegas dan penghargaan yang dapat memotivasi
anak murid untuk terus bisa termotivasi anak murid yang lain dalam
melakukan kedisiplinan. Disamping itu cara menanamkannyapun juga
bersifat demokratis
4. Hambatan yang terjadi di dalam TK Islam Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan tentu berkesinambungan dengan didikan keluarga juga kurangnya
perhatian dari guru akibat kesibukan yang terjadi. Sehingga sekolah dapat
menanggulanginya untuk mengajak orang tua bekerja sama demi mendidik
kedisiplinan anak sejak dini
90
B. Implikasi dan Saran
Berdasarkan penelitian mengenai “Strategi Penanaman Kedisiplinan Pada Anak Usia dini
TK Islam Darunnajah Ulujami” maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah
1. Penerapan kedisiplinannya harus di tingkatkan lagi dan di tegaskan lagi agar
penetapan peraturan hukuman dan penghargaan dapat dipahami dengan para guru di
sekolah
2. Perlu berupaya meningkatkan lagi implementasi kedisiplinan anak murid di sekolah
mengenai displin
b. Guru
1. Perlu meningkatkan kembali dan memaksimalkannya dalam pengimplementasian
kedisiplinan yang di lakukan secara baik dalam penerapan peraturan, hukuman dan
penghargaan yang di berikan pada anak murid di sekolah
2. Penerapan hukuman yang diberikan oleh guru harus selalu diingat oleh semua guru
agar tidak ada kontak fisak terhadap anak, karena akan mebuat anak menjadi sensitive
atau bisa trauma
91
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
Aristowati. “Strategi Pembelajaran Disiplin Pada Anak TK Di Kecamatan Boja Kabupaten