STRATEGI PEMASARAN SIMPANAN HAJI DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS NASABAH (studi pada BMT Al-Fath Ikmi, Pamulang) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy) Oleh: SITI IROH MASRUROH NIM. 206046103879 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1431 H
82
Embed
STRATEGI PEMASARAN SIMPANAN HAJI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3463/1/SITI IROH...STRATEGI PEMASARAN SIMPANAN HAJI DALAM MENINGKATKAN ... 518/BH/PAD/koperasi/2005
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STRATEGI PEMASARAN SIMPANAN HAJI DALAM MENINGKATKAN
LOYALITAS NASABAH
(studi pada BMT Al-Fath Ikmi, Pamulang)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy)
Oleh:
SITI IROH MASRUROH
NIM. 206046103879
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1431 H
STRATEGI PEMASARAN SIMPANAN HAJI DALAM MENINGKATKAN
LOYALITAS NASABAH
( Studi Pada BMT Al-Fath Ikmi, Pamulang )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah ( SE.sy)
Oleh:
SITI IROH MASRUROH
NIM : 206046103879
Pembimbing
Drs. Djawahir Hejazziey., SH., MA
NIP. 195510151979031002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1431 H
Pengesahan Panitia Ujian
Skripsi yang berjudul STRATEGI PEMASARAN SIMPANAN HAJI DALAM
MENINGKAT LOYALITAS NASABAH (studi pada BMT Al-Fath Ikmi,
Pamulang), telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pada tanggal 4 Agustus 2010. Skripsi ini telah di
terima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy)
pada Program Studi Muamalat (ekonomi islam).
Jakarta, 4 Agustus 2010
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 165505051982031012
1. Ketua : Drs. Djawahir Hejazziey,. SH,. MA ( )
(NIP. 195510151979031002)
2. Sekretaris : Dr. H. Ahmad Yani, M,. Ag. ( )
(NIP. 196404121994031004)
3. Pembimbing : Drs. Djawahir Hejazziey,. SH,. MA ( )
(NIP. 195510151979031002)
4. Penguji 1 : Dr. H. A. Juaini Syukri, Lc, MA ( )
(NIP. 195507061992031001)
5. Penguji 2 : Dr. H. Fuad Thohari, M, Ag. ( )
(NIP. 197003232000031001)
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 30 Juni 2010
Siti Iroh Masruroh
ABSTRAKSI
BMT AL – FATH IKMI di dirikan pada tanggal 13 Oktober 1996 oleh 25
orang pendiri dengan modal awal Rp. 400.000,- per sendiri dan kini bertambah menjadi 36 orang pendiri. Pada tahun 1998, BMT AL – FATH IKMI resmi mendaftarkan diri pada departemen koperasi untuk mendapatkan badan hukum. Maka BMT AL – FATH IKMI mendapatkan legal hukum Nomor: 650/BH/kwk.10/VI/1998 dengan nama “koperasi simpan pinjam Pamulang”.
Pada tahun 2005, berdasarkan hasil kesepakatan RAT tahun 2004, BMT AL – FATH IKMI mengajukan perubahan badan hukum, maka lahirlah akte perubahan dengan Nomor: 518/BH/PAD/koperasi/2005 dengan nama koperasi BMT AL – FATH IKMI”.
BMT AL – FATH IKMI memiliki berbagai macam produk penghimpunan dana berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah, salah satunya adalah produk SIMPANAN HAJI. Simpanan ini merupakan simpanan yang diperuntukkan bagi mereka yang merencanakan untuk menunaikan haji. Penarikan dilakukan satu kali. Mendapatkan bagi hasil sesuai nisbah.
Pasar untuk suatu produk atau jasa sangatlah luas. Perusahaan tidak mudah untuk memasuki pasar yang demikian luas dan kalaupun bisa kemungkinan berhasil sangat kecil, apalagi untuk usaha-usaha baru. Pasar yang demikian luas ini jika tidak dipilah-pilah akan menyulitkan perusahaan dalam melakukan kegiatan pemasarannya. Karena pasar yang demikian luas maka sebelum memasarkan produknya produsen harus lebih dulu melakukan riset pasar. Tujuannya adalah untukmengetahui seberapa besar pasar yang akan dimasuki, siapa yang menjadi konsumen produk tersebut, dan seberapa kuat saingan kita. Tentu saja semua ini tergantung kemampuan perusahaan tersebut.
Untuk memasarkan SIMPANAN HAJI kepada masyarakat, diperlukan sebuah strategi pemasaran yang baik dan khusus agar masyarakat berminat untuk mengambil produk SIMPANAN HAJI. Strategi tersebut mulai dari menentukan segmentasi pasar, penentuan target pasar, dan melakukan positioning, serta melakukan berbagai macam strategi pemasaran lainnya, seperti strategi promosi ditambah dengan beberapa strategi khusus yang harus dilakukan oleh BMT AL – FATH IKMI dengan tujuan dapat menarik minat masyarakat untuk segera bergabung di BMT AL – FATH IKMI dengan membuka rekening produk-produknya, khususnya produk SIMPANAN HAJI.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmatnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai bagian dari tugas akademis
di Jurusan Mu’amalat Perbankan Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan dan suri tauladan
kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya sampai akhir
zaman.
Skripsi ini berjudul Strategi Pemasaran Simpanan Haji Dalam
Meningkatkan Loyalitas Nasabah, akhirnya dapat terselesaikan dengan yang di
harapkan penulis. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah
dapat mempersembanhkan yang terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan
sahabat-sahabat.
Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam proses
tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin memberikan penghargaan
dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Euis Amalia, M. Ag. Ketua Program Studi Muamalat dan Ah. Azharudin
Lathif, M. Ag. Sekretaris Program Muamalat
3. Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA Koordinasi Teknis dan Drs. Ahmad Yani,
M. Ag. Sekretaris Teknis Program Non Reguler Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA. atas kesediaannya memberikan waktu
luang kepada penulis untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan
berbagai petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
5. Dr. H. Fuad Thohari. M. Ag dan Dr. H. Juaini. Lc. M. Ag, selaku dosen
Penguji skripsi penulis, yang telah memberikan pertanyaan dan masukan yang
membuat wawasan dan pengetahuan penulis bertambah. Dan juga yang telah
memberikan hasil akhir yang memuaskan kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis sejak penulis duduk di bangku kuliah hingga lulus dari kampus
tercinta ini
7. Manajer BMT Al-Fath Ikmi, Pamulang Bapak Saimin yang telah banyak
membantu dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan
dalam penyelesaian skripsi ini
8. Kepada Pemimpin dan Karyawan Perpustakaan, baik Perpus Syariah, Perpus
Utama maupun Perpus Ekonomi yang telah memberikan banyak referensi dan
inspirasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini
9. Untuk Ka Fida dan Ka Syafi’i yang tidak pernah lelah melayani keluhan kami
dan yang selalu memberikan informasi terupdate untuk mahasiswa non
reguler
10. Rasa Ta’zim dan terima kasih yang mendalam kepada Ayahanda H. Madromi
dan Ibunda Hj. Siti Suhatmah atas baik moril dan materil, kesabaran,
keikhlasan, perhatian serta cinta dan kasih sayang yang tak pernah habis
bahkan do’a munajat yang tak henti-hentinya kepada Allah SWT, senantiasa
agar penulis mendapatkan kesuksesan dalam belajar dan bekerja, juga atas
perjuangan mereka yang telah mendidik dan mengajarkan arti kehidupan
Penulis mempersembahkan skripsi ini.
11. A’a, teteh dan adik-adik ku tercinta, M. Ajib Nidhomi, Siti Hilmiah, Siti
Afifah, Abdul Mubarok, Tajul Muttaqin dan Siti Alawiyah yang telah
membantu penulis lewat do’a-doanya. Kalian adalah motivasi dan inspirasi
untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan
yang menyertainya. Philip Kotler menyatakan bahwa harga adalah
satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan
pendapatan penjualan
3. Tempat saluran distribusi sering juga disebut sebagai saluran
perdagangan atau saluran pemasaran dimana menurut David A.
Revaan merupakan suatu jalur yang dilalui arus barang dari produsen
ke konsumen dan akhirnya sampai ke pemakai.
4. Promosi merupakan masalah yang paling penting dalam bauran
pemasaran karena promosi adalah komponen yang dipakai untuk
memberikan informasi yang dapat mempengaruhi pasar dengan tujuan
untuk meningkatkan volume penjualan.
c. Posisi Pesaing
Menentukan posisi pesaing , persaingan terjadi apabila dua lembaga
atau lebih saling berlomba untuk memperoleh hasil yang berharga. Dalam
alam persaingan yang sangat sengit, pasar pembeli yang tidak menentu dan
produk baru dari perusahaan yang baru berdiri banyak yang gagal, maka
kepuasan konsumen menjadi prioritas utama. Untuk menentukan posisi
persaingan tersebut perusahaan dituntut untuk meningkatkan pangsa pasar
yang lebih luas melalui unsur-unsur marketing yang telah ada seperti,
menentukan atau meningkatkan posisi produk-produk baru, tempat penjualan
atau lokasi, periklanan promosi penjualan, harga dan distribusi. Dengan
demikian peningkatan pangsa pasar dapat tercapai dalam memberi tingkat
kepuasan konsumen, serta memperkuat kondisi perekonomian secara
menyeluruh.
B. TABUNGAN HAJI ARAFAH
1. Pengertian Tabungan
Tabungan merupakan simpanan yang paling populer dikalangan
masyarakat umum. Dari sejak kanak-kanak kita sudah dianjurkan untuk
berhidup hemat dengan cara menabung. Pada awalnya menabung masih
secara sederhana, menyimpan uang di bawah bantal atau di dalam celengan
dan disimpan di rumah. Namun faktor resiko menyimpan uang di rumah
begitu besar seperti resiko kehilangan atau kerusakan. Kerugian lainnya
adalah menabung di rumah jumlahnnya tidak akan pernah akan bertambah
atau berbunga, jadi tetap saja sama seperti sejumlah uang yang disimpan.
Pengertian tabungan menurut undang-undang perbankan nomor 10
tahun 1998 adalah ”Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat di tarik
dengan cek, bilyet giro dan atau lainnya yang dipersamakan dengan itu.12
Pengertian penarikan hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang disepakati, maksudnya ialah untuk menarik uang yang disimpan
12 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), Edisi Revisi, Cet. 7, h.74
di rekening tabungan antar satu bank dengan bank lainnya berbeda, tergantung
dari bank yang mengeluarkannya. Hal ini sesuai pula dengan perjanjian yang
telah dibuat antar bank dengan si penabung.13
Dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung tidak
langsung telah memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan hari
esok secara lebih baik, seperti dalam al-Qur’an :
�
)٩: ا لنسا ء (
” Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar ”. (Q.S An-nissa : 9)
13 Kasmir, Dasar – Dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Edisi 1,
Cet. Ke-3, h.84
Ayat tersebut memerintahkan kepada kita untuk bersiap-siap dan
mengantisipasi masa depan keturunan, baik secara rohani (iman dan taqwa)
maupun secara ekonomi harus dipikirkan langkah-langkah perencanaannya,
salah satunya dengan menabung.
2. Jenis-Jenis Tabungan
Dalam praktek perbankan di Indonesia terdapat beberapa jenis-jenis
tabungan, pada dewasa ini terdapat 4 jenis tabungan, yaitu :14
a. Tabungan Pembangunan Nasional (Tabanas)
Tabanas adalah bentuk tabungan yang tidak terikat oleh jangka
waktu dengan syarat penyetoran dan pengambilan yang untuk pertama
kalinya diatur pada tahun 1971.
Tabanas tersebut terdiri atas :15
1) Tabanas Umum, adalah tabanas yang berlaku bagi perorangan
dilaksanakan secara sendiri-sendiri oleh penabung yang
bersangkutan.
2) Tabanas Pemuda, Pelajar, Pramuka (TAPPELPRAM), adalah
tabanas khusus yang dilaksanakan secara kolektif melalui
organisasi pemuda, sekolah, dan satuan pramuka.
3) Tabanas Pegawai, adalah tabanas khusus para pegawai dari semua
golongan kepangkatan dilingkungan departemen/lembaga/instansi
14 Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), Edisi
ke-2, Cet ke-4 h.91-92 15 Ibid., h. 91
pemerintah dan perusahaan pemerintah maupun swasta yang
pelaksanaannya dilakukan secara kolektif.
Syarat-syarat untuk membuka TABANAS adalah :16
a. Menyetor uang tunai (minimal Rp. 250.000,-), cek atau bilyet giro;
b. Dalam satu tahun dapat diambil hanya 2 kali;
c. Penabung hanya dapat memiliki satu buku tabungan.
b. Taska (Tabungan Asuransi Berjangka)
Taska adalah bentuk tabungan yang dikaitkan dengan asuransi
jiwa, yang untuk pertama kali diatur tahun 1971.
Adapun kegunaan dari TASKA adalah tabungan akan
diasuransikan untuk perencanaan berupa biaya-biaya sekolah, kuliah,
dan lain-lain.
c. Tabungan ONH (Ongkos Naik Haji)
Tabungan ONH adalah setoran ongkos naik haji atas atas nama
calon jamaah haji untuk setiap muslim haji yang bersangkutan.
Besarnya ONH setoran-setoran di muka berdasarkan prinsip diskonto
untuk setiap musim haji, ditetapkan untuk pertama kalinya dengan
keppres tahun 1969.
d. Tabungan Lainnya
Tabungan lainnya adalah tabungan selain tabanas dan taska,
misalnya tabungan dari pegawai bank sendiri yang bukan tabanas atau
16 Ibid.,
taska atau tabungan masyarakat pada bank-bank lain yang bukan
penyelenggara tabanas atau taska.
3. Pengertian Haji
Haji merupakan rukun Islam yang relima dan hukumnya wajib
dilakukan oleh setiap orang beragama Islam yang mempunyai kesanggupan
serta dilakukan sekali dalam seumur hidup
Haji ialah berkunjung ke Baitullah (ka’bah) untuk melakukan
beberapa amalan antara lain; wukuf, mabit, tawaf, sa’i dan amalan lainnya
pada masa tertentu, demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengharapkan
Ridhanya17.
Ibadah haji diwajibkan Allah kepada kaum muslimin yang telah
mencukupi syarta-syaratnya. Ibadah haji diwajibkan hanya sekali seumur
hidup. Selanjutnya baik yang kedua atau seterusnya hukumnya sunat. Akan
tetapi bagi mereka yang bernazar (berkaul) haji menjadi wajib
melaksanakannya.
Dalam buku Fiqh Praktis, Muhammad Batir al-Hasby menyatakan
bahwa haji berasal dari bahasa Arab: “Hajj” atau “Hijj”, yang berarti menuju
atau mengunjungi sesuatu (biasanya digunakan untuk mengunjungi sesuatu
17 Direktorat Jendral Penyelenggara Haji dan Umrah, Panduan Perjalanan Haji (Jakarta:
Depag RI 2008), h.13
yang dihormati).18 Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia dalam bukunya
juga menyebutkan bahwa haji berarti berniat pergi, bermaksud atau menuju
kesuatu tempat tertentu.19 Dalam buku Fiqh Empat Mazhab bagian Ibadat
(Puasa, Zakat, Haji, Kurban), Abdurrahman Al-Jaziri menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan “Hajj” secara bahasa adalah menuju kemuliaan.20
Sedangkan pengertian haji secara terminologi menurut beberapa ahli secara
terminologi menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
a. M. Bagir Al-Hasby menyebutkan bahwa haji adalah mengunjungi
ka’bah dan sekitarnnya di kota maca untuk mengerjakan Ibadan
thawaf, sa’i, wukuf di arafah dan sebagainya, semata-mata demi
melaksanakan perintah Allah dan meraih keridhaan-Nya.
b. Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia menyebutkan dalam
bukunya bahwa haji ialah menuju ka’bah untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tertentu. Atau dengan percatan lain bahwa haji adalah
mengunjungi statu tempat tertentu dengan melakukan statu pekerjaan
tertentu.21
c. Abdurrahman al-Jaziri juga berpendapat bahwa haji adalah amalan-
amalan tertentu dan cara tertentu pula.22
18 M. Bagir Al-Habsy, Fiqh Praktis, (Bandung: Mizan, 1999), h.377 19 Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam Islam,
(Jakarta: Prenada Mulia, 2003), cet. Ke-1, h. 227 20 Abdurrahman al-Jaziri, Fiqh Empat Mazhab bagian Ibadat (Puasa, Zakat, Haji, Kurban),
(Jakarta: Darul Ulum Press, 1996), cet. Ke-1 h.177 21 Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam Islam, h.277 22 Al-Jaziri, Fiqh Empat bagian Ibadat (Puasa, Zakat, Haji, Kurban), h.177
d. Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Departemen Agama RI dalam
Ketentuan Umum tentang Haji dan Umrah menyebutkan bahwa haji
adalah kegiatan berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk mengerjakan
Ibadan haji dengan cara, tempat, waktu atau masa tertentu. Maksud
dari cara tertentu tersebut adalah ihram, wukuf di arafah, thawaf fiada
dan sa’i.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa haji adalah
suatu rukun Islam yang relima yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada
orang-orang yang mampu menunaikannya, yakni memiliki kesanggupan biaya
serta sehat jasmani dan rohani untuk menunaikan perintah tersebut.23 Allah
SWT berfirman dalam Q.S Ali-Imran : 97
…
⌧ …
)٩٧: ا لعمر ا ن (
“… mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.. “ (QS. Ali-Imran :
97)
23 Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Hikmah Ibadah Haji. (Jakarta: Depag RI, 2008) h.97
4. Dasar Hukum Haji
Warga negara Republik Indonesia sebagian besar penduduknya
beragama Islam yang setiap tahunnya semakin bertambah jumlahnya untuk
menunaikan Ibadah haji sebagai rukun islma yang relima.
Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 1999 tentang
penyelenggaraan Ibadah haji, bahwa penyelenggaraan Ibadan haji merupakan
tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah, dibawah koordinasi
Mentri Agama.
5. Syarat, Rukun dan Wajib Haji
1. Syarat Haji
a. Islam
b. Baligh (dewasa)
c. Aqil (berakal sehat)
d. Merdeka (bukan hamba sahaya)
e. Istitha’ah (mampu)
2. Rukun Haji ialah rangkaian amalan yang harus dilakukan dalam
ibadah haji dan tidak dapat diganti dengan yang lain, walaupun dengan
Dam. Jika ditinggalkan maka tidak sah hajinya. Rukun haji terdiri dari:
a. Ihram (niat) ialah niat memulai mengerjakan ibadah haji / umrah.
Selama dalam keadaan ihram seseorang diharamkan melakukan
perbuatan yang sebelumnya dihalalkan. Dengan telah
mengucapkan niat haji / mura maka seseorang telah memulai
melaksanakan haji / umrah.
b. Wukuf di Arafah
c. Tawaf ifadah ialah mengelilingi ka’bah sebanyak 7 (tujuh) kali
putaran dan ka’bah selalu berada sebelah kiri dimulai dan diakhiri
pada arah sejajar Hajar Aswad.
d. Sa’i ialah berjalan dimulai dari bukit Safa ke bukit Marwah dan
sebaliknya, sebanyak 7 (tujuh) kali, yang berakhir di bukit marwah
(perjalanan dari bukit Safa ke bukit Marwah dihitung satu kali dan
juga dari bukit Marwah ke bukit Safa dihitung satu kali). Bagi
yang uzur boleh menggunakan kursi roda.24
e. Cukur
f. Tertib
3. Wajib Haji ialah rangkaian amalan yang harus dikerjakan dalam
Ibadah haji, bila tidak dikerjakan sah hajinya, akan tetapi harus
membayar Dam; berdosa jika sengaja meninggalkan dengan tidak ada
uzur syar’i. Wajib haji terdiri dari :
a. Ihram, yakni niat berhaji dari miqat
b. Mabit di Muzdalifah
c. Mabit di Mina
24 Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Penyelenggara Haji dan Umrah, Panduan
Perjalanan Haji (Jakarta: 2008), h.116
d. Melontar Jumrah Ula, Gusta dan Acaba
e. Tawaf Wada’ (bagi yang akan meninggalkan Makkah).25
6. Macam – macam Haji
Para ulama mazhab sepakat bahwa haji ada tiga macam, yaitu;
Tamattu’, Qiran dan Ifrad.26
Mereka juga sepakat bahwa arti tamattu’ adalah melakukan amalan-
amalan umrah terlebih dahulu pada bulan-bulan haji, dan setelah selesai baru
melaksanakan amalan-amalan haji.
Mereka juga sepakat bahwa arti ifrad adalah melakukan haji terlebih
dahulu, dan setelah selesai dari amalan-amalan haji, ia melakukan ihram
untuk umrah, dan (kemudian) melakukan amalan-amalan umrah.
Empat mazhab sepakat bahwa arti qiran adalah berihram untuk haji
dan umrah secara bersamaan, dengan mengatakan :
لبيك ا للهم بحخ و عمرة
(Ya Allah, aku bertalbiyah (memenuhi panggilan-Mu) dengan
melakukan haji dan umrah.
Imamiyah : qiran dan ifrad adalah satu, tidak ada bedanya kecuali
hanya satu, yaitu bahwa orang yang melakukan haji qiran meberikan kurban
atau hadyun ketika berihram. Dia harus memberikan hadyun atas apa yang
25 Direktorat Jendral, Penyelenggara Haji dan Umrah, (Jakarta: Depag RI 2008), h.14-16 26 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, (Jakarta: PT. Lentera Basritama,
2000), Cet ke-5, h.222
dilakukannya. Sedangkan orang yang haji ifrad tidak usah membayar kurban
atau hadyun pada dasarnya. Dengan ungkapan lain : Bahwa Imamiyah tidak
membolehkan campur-aduk antara dua ihram, juga tidak membolehkan
melaksanakan haji dan umrah dengan satu niat pada satu waktu. Tetapi yang
lain membolehkan bercampur-aduk antara ihram dengan haji qiran. Yang lain
berpendapat : Di namakan haji qiran karena mengumpulkan
(menggabungkan) antara haji dan umrah.
7. Hikmah Disyariatkannya Ibadah Haji
Diantara kandungan ajaran islam adalah syariat, yakni aturan-aturan
yang berupa perintah dan larangan, baik yang didasarkan pada Al-Qur’an
maupun As-Sunnah. Diantara syariat itu ada yang bersifat ibadah, yang dalam
hal ini tidak boleh direkayasa oleh siapapun. Sebab ia merupakan perintah
khusus dari Allah SWT dan Rasul-Nya dengan tata-cara pelaksanaan yang
telah ditentukan, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya.
Bila Allah SWT memberikan suatu syariat, yakni perintah dan
larangan, tentu ada hikmah atau makna yang menjadi motivasi atau penyebab,
mengapa hal itu diperintahkan ? Atau mengapa hal itu dilarang ? Tidaklah
patut bagi Allah, jika ia memerintahkan kepada kita untuk melaksanakan
shalat, zakat, puasa, haji dan sebagainya, kalau memang tidak ada hikmah
atau makna yang perlu ditangkap. Sehingga berbagai pekerjaan ibadah itu
dilakukan tidak hanya sekedar dilaksanakan saja. Firman Allah SWT :
⌧
)٣٢ :ا لحخ (
” Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-
syi'ar Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (Al-Hajj :
32)
Dalam berbagai amaliah haji, kadang-kadang sulit bagi akal manusia
untuk menemukan atau mengungkapkan berbagai makna dan hikmah yang
tersirat didalamnya, bahkan sepintas terlihat ada sebagaian yang tidak rasional
dan tidak sesuai dengan pikiran yang normal, misalnya memotong rambut,
berlari kecil ketika sa’i dan sebagainya. Memang terkadang sebagian
pekerjaan haji ada yang diperlukan hanya berupa ibadah murni (mahdhah) ,
yakni karena semata-mata perintah Allah SWT, sebagaimana yang dijelaskan
” Aku datang berhaji yang benar-benar merupakan pengabdianku (ibadah)
dan perhambaanku (kepada Allah).” (HR. Al-Bazzar dan Thabrani)
Kata ta’abbudan wariqqa , artinya pengabdian (ibadah) dan
penghambaan kepada Allah di atas hanya ditemukan dalam ibadah haji yang
menunjukkan aspek ubudiyah yang tertinggi dan membuat ia lebih
diutamakan daripada ibadah lainnya.27
Kewajiban ibadah haji mengandung banyak hikmah besar dalam
kehidupan rohani seorang mukmin, serta mengandung kemaslahatan bagi
seluruh umat islam pada sisi agama dan dunianya. Diantara hikmah itu adalah:
a. Haji merupakan manifestasi ketundukan kepada Allah SWT semata.
Orang yang menunaikan haji meninggalkan segala kemewahan dan
keindahan, dengan mengenakan busana ihram sebagai manifestasi
kefakirannya dan kebutuhannya kepada Allah, serta meninggalkan
masalah duniawi, dan segala kesibukan yang dapat membelokkannya
dari keikhlasan menyembah tuhannya. Dengan berhaji, seorang
muslim menampakkan keinginan untuk mendapatkan ampunan dan
rahmat-Nya. Ketika wukuf di Arafah, ia tunduk di hadapan Tuhannya,
bersyukur atas seluruh nikmat dan keutamaan yang di anugrahkan
kepadanya seraya memohon ampun atas dosa-dosanya, baik dosanya
sendiri maupun dosa keluarganya. Didalam Tawaf di sekeliling
27 Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Penyelenggara Haji dan Umrah, Hikmah Ibadah
Haji (Jakarta: 2008), h.10-13
Ka’bah ia berlindung di samping Tuhannya, memohon perlindungan
dari dosa, hawa nafsu dan godaan syeitan.
b. Melaksanakan kewajiban haji merupakan ungkapan syukur atas
nikmat harta dan kesehatan. Keduanya merupakan kenikmatan besar
yang diterima manusia didunia. Dalam haji ungkapan syukur atas
kedua nikmat terbesar ini dicurahkan, dan dalam haji pula manusia
melakukan perjuangan jiwa raga, menafkahkan hartanya dalam rangka
mentaati, serta mendekatkan diri kepada Tuhannya. Tentu mensyukuri
nikmat adalah kewajiban yang diakui oleh akal yang sederhana
sekalipun dan diwajibkan oleh syariat agama.
c. Haji menempa jiwa agar memiliki semangat juang tinggi. Dalam hal
ini dibutuhkan kesabaran, daya tahan, kedisiplinan dan akhlak yanng
tinggi agar manusia saling menolong satu sama lain. Mereka yang
menunaikan haji telah menempuh perjalanan yang sulit untuk
berkumpul di Makkah, kemudian bergerak bersama pada hari
kedelapan Dzulhijjah guna melakukan manasik haji. Mereka bergerak
dan menunaikannya secara bersama pula. Mereka semua diliputi
dengan kesenangan hati. Tidak memperdulikan kesesakkan dan tidak
merasa terganggu dengan beratnya perjalanan dari satu tempat ke
tempat lain. Haji merupakan perkemahan rabbani , yang digerakkan
dan disetir oleh penuntun rohani dari Yang Maha Kuasa, yang secara
sukses mengatur beratus-ratus ribu bahkan berjuta-juta manusia.
Kekuatan manusia tentulah akan gagal dalam mengatur pekerjaan
raksasa semacam ini. Melihat hal tersebut orang yang memiliki nalar
jernih, akan berpikir dan percaya bahwa jalan islam adalah jalan dan
tujuan perjuangan umat dalam kehidupan.
d. Umat islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul pada pusat
pengendali roh dan kalbu mereka. Satu sama lain saling menyapa dan
saling mengasihi. Disana, segala perbedaan antara manusia menjadi
sirna: perbedaan antara kaya dan miskin, antara jenis kelamin dan
warna kulit maupun ras dan suku bangsa. Mereka semua bersatu
dalam suatu konferensi manusia yang terbesar, yang diwarnai
kebaikan, kebajikan dan permusyawarahan, serta sikap saling
menasehati, saling menolong dalam kebaikan. Tujuan utamanya
adalah mengingatkan diri kepada Allah SWT.
e. Haji menyimpan kenangan di hati, mampu membangkitkan semangat
ibadah yang sempurna dan ketundukan tiada henti kepada perintah
Allah SWT. Haji juga mengajarkan keimanan yang menyentuh jiwa
dan mengarahkannya pada Tuhan dengan sikap taat dan mengindari
kesenangan duniawi.28
28 Ibid, h.13-16
C. LOYALITAS NASABAH
1. Pengertian Loyalitas Nasabah
Kesetiaan (loyalitas) adalah sebuah kata bergaya kuno yang
mendeskripsikan keadaan dimana seseorang menyerahkan seluruh jiwa dan
raganya pada satu negara, keluarga atau teman-temannya.29
Loyalitas didefinisikan Oliver sebagai komitmen yang tinggi untuk
membeli kembali suatu produk atau jasa yang disukai dimasa mendatang. Di
samping pengaruh situasi dan usaha pemasaran dalam mengubah perilaku.
Dengan kata lain konsumen akan setia untuk pembelian ulang secara terus-
menerus.30
Dari definisi diatas terlihat bahwa loyalitas adalah komitmen
pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau
melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang
akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran
mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan situasi.
Pelanggan yang loyal merupakan pelangganan yang menghasilkan
cash flow dan profitable return bagi perusahaan dari waktu ke waktu yang
loyalitasnya dapat dimenangkan dan dipertahankan oleh perusahaan.
29 Philip Kotler, Marketing Insights From A to Z”, (Jakarta: Erlangga, 2003), h.111-112 30 Ratih Huriyati, “Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen”, (Bandung: Alfabeta, 2005)
cet pertama,h. 128-129
Heskett dkk, menandai pelanggan yang loyal dengan ciri- ciri 3 R
yaitu:31
1. Retention, yaitu hubungan yang aktif dan berkesinambungan dengan
pelanggan yang menghasilkan revenue hasil penjualan produk ataupun
jasa. Konsumen yang lebih menghasilkan profit karena lebih mudah
dilayani (sudah dikenal). Pada berbagai jenis industri dan perusahaan
jasa menemukan fakta empiris bahwa dibutuhkan biaya minimal lima
kali lebih besar untuk mendapatkan pelanggan baru dibandingkan
mempertahankan pelanggan lama. Meskipun demikian, masih banyak
perusahaan yang lebih menghargai tenaga penjualan yang berhasil
menarik pelanggan baru dibandingkan mempertahankan pelanggan
lama.
2. Related Sales of New Products and Services, atau menjual
produk/service baru kepada existing customers . Haskett juga
menemukan fakta bahwa biaya untuk menawarkan atau menjual
produk dan jasa baru kepada pelanggan lama yang lebih murah
dibandingkan kepada pelanggan yang sama sekali baru. Dengan
database marketing , sebuah perusahaan akan mudah melacak
pelanggan yang potensial untuk ditawarkan produk baru atau
unggulan.
31 Heskett, James L, Leonardo A.Schlesinger, 1997, Out in From: Building High Capability
Service Organization, Harvard Business School Press, Boston. h.59
3. Refferals, yaitu pelanggan merekomendasikan kepada calon pelanggan
lain yang potensial. Keuntungan terbesar dari usaha mempertahankan
pelanggan adalah melalui referrals (rekomendasi atau ajakan) oleh
pelanggan-pelanggan potensial. Data yang dikutip dari studi lembaga
konsumen Amerika Serikat menyebutkan bahwa konsumen yang puas
akan memberitahu lima orang lainnya, sedangkan konsumen yang
puas akan memberitahu 11 orang. Pelanggan yang loyal akan menjadi
tenaga pemasar yang murah bagi perusahaan melalui referensi,
memperkenalkan produk atau jasa ke rekan-rekan mereka.
2. Karakteristik Loyalitas Pelanggan
Pelanggan yang loyal merupakan asset penting bagi perusahaan, hal
ini dapat dilihat dari karakteristik yang memilikinya, sebagaimana diungkapan
Griffin, pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Melakukan pembelian secara teratur (makes regular repeat purchases)
b. Membeli diluar lini produk / jasa (purchases across product and
service lines)
c. Merekomendasikan produk lain (refers other)
d. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing
(demonstrates an immunity to the full of the competition)
3. Hubungan Loyalitas dengan Kepuasan Nasabah
Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin “satis” (artinya
cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat). Kepuasan bisa
diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu
memadai”.32
Dalam hal ini kualitas pelayanan jasa yang diberikan karyawan BMT
cukup berpengaruh dalam menciptakan kepuasan bagi para nasabah. Karena
untuk meningkatkan profitabilitas dan pertumbuhan serta pangsa pasarnya dan
melindungi kepentingan nasabah selalu berkisar pada masalah kualitas
pelayanan.
4. Strategi Membentuk Loyalitas Nasabah
Maksud pelayanan bagi konsumen adalah bukan sekedar kemampuan
memberikan service yang ramah. Tetapi, pelayanan dalam ragam produk yang
dapat membantu nasabah menyelesaikan urusannya dalam hal bertransaksi
dan menyimpan uang. Untuk itu, bank harus lebih kreatif dalam menciptakan
produk-produk inovatif.
Kualitas pelayanan sebagai salah satu faktor utama dalam menciptakan
loyalitas pada nasabah, diharapkan sebuah BMT harus benar-benar dalam
mempraktekkannya. Jika BMT kurang focus terhadap saah satu saja, maka
jangan berharap akan berhasil mendapatkan atau mempertahankan nasabah.