Top Banner
STRATEGI PEMASARAN BANK MUAMALAT INDONESIA PADA KELEMBAGAAN PONDOK PESANTREN DI WILAYAH JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: Deba Hibatullah Sidiq NIM: 1113053000073 KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M / 1438 H
135

STRATEGI PEMASARAN BANK MUAMALAT INDONESIA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48792...i ABSTRAK Deba Hibatullah Sidiq, 1113053000073, Strategi Pemasaran Bank Muamalat

Oct 23, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • STRATEGI PEMASARAN BANK MUAMALAT INDONESIA PADA

    KELEMBAGAAN PONDOK PESANTREN DI WILAYAH JAKARTA

    SELATAN

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

    Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

    Oleh:

    Deba Hibatullah Sidiq

    NIM: 1113053000073

    KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2017 M / 1438 H

  • i

    ABSTRAK

    Deba Hibatullah Sidiq, 1113053000073, Strategi Pemasaran Bank Muamalat

    Indonesia Pada Kelembagan Pondok Pesantren di Wilayah Jakarta Selatan,

    Dosen Pembimbing Muammar Aditya, S.E, M.Ak.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pemecahan masalah

    dalam strategi pemasaran Bank Muamalat Indonesia pada kelembagaan Pondok

    Pesantren di wilayah Jakarta Selatan. Dengan perumusan masalah: (1) Bagaimana

    penerapan strategi pemasaran Bank Muamalat Indonesia pada kelembagaan

    Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan. (2) Kendala-kendala apa saja yang

    dihadapi oleh Bank Muamalat Indonesia dalam melaksanakan strategi

    pemasarannya pada kelembagan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan. (3)

    Upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dalam

    menghadapi kendala-kendala pelaksanaan strategi pemasarannya pada

    kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan.

    Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat

    deskriptif dengan pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, wawancara,

    dokumentasi, dan studi pustaka kepada Muamalat Institute dalam rangka

    mengetahui bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan oleh Bank Muamalat

    Indonesia pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode dan prosedur penerapan

    strategi pemasaran yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada

    kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan khususnya Pondok

    Pesantren Darunnajah, terangkum dalam marketing mix yang meliputi: melakukan

    pendekatan human customer centric sebagai strategi dalam mengembangkan

    produk dan layanan maupun pemasarannya, penetapan nisbah bagi hasil yang

    saling menguntungkan yang telah ditentukan oleh kantor pusat, proses distribusi

    melalui sosialisasi terhadap semua Pondok Pesantren, melakukan promosi yang

    berawal dengan memberikan pembiayaan, proses awal dalam menerapkan strategi

    pemasarannya dengan memiliki database yang berasal dari guru-guru Pondok

    Pesantren tersebut, selalu berupaya untuk memenuhi kesejahteraan karyawannya,

    keadaan fisik berupa kantor yang bersih, lay out yang bagus, dan memliki warna

    yang khas pada pakaian yang digunakan para stafnya.

    Adanya kendala dalam penerapan strategi pemasarannya disebabkan masih

    banyaknya yang mempertanyakan kesyariahan Bank Mumalat, tidak sedikit yang

    masih mempertanyakan kemudahan dalam bertransaksinya, dan para orang

    tua/wali santri yang berada di berbagai penjuru Indonesia. Sedangkan upaya-

    upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelaksanaan strategi

    pemasarannya dengan Bank Muamalat meningkatkan lagi kemampuan sistemnya,

    membuat banyak jaringan lagi, dan dengan dana-dana dari pihak pesantren yang

    terkumpul dalam satu wadah yaitu di Bank Muamalat.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Wr. Wb

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat

    Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

    Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada junjungan

    kita, Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, juga

    para umatnya hingga akhir zaman. Aamiiin.

    Alhamdulillahirabbil’aalamiiin, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

    skripsi yang berjudul “Strategi Pemasaran Bank Muamalat Indonesia Pada

    Kelembagaan Pondok Pesantren di Wilayah Jakarta Selatan”, dengan baik yang

    disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Sosial

    (S.Sos) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis

    menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan bukan semata-mata dari pribadi penulis,

    namun berkat pertolongan Allah SWT, dan bantuan dari semua pihak yang turut

    andil dalam memberikan do‟a, moril maupun materil, serta keikhlasan dalam

    membimbing penulis. Oleh karena itu hanya ucapan terima kasih yang sebesar-

    besarnya yang dapat penulis hanturkan kepada:

    1. Dr. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi. Suparto, M.Ed. Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang

    Akademik. Dr. Roudhonah, MA., selaku Wakil Dekan Bidang

    Administrasi. Dr. Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang

    Kemahasiswaan.

  • iii

    2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen

    Dakwah, dan Drs. Sugiharto, MA., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen

    Dakwah.

    3. Muammar Aditya, S.E, M.Ak., selaku Dosen Pembimbing dalam

    penyusunan skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk mengoreksi,

    membimbing, serta mengarahkan penulis guna mendapatkan skripsi yang

    lebih baik.

    4. Drs. Sugiharto, MA., selaku Dosen Penasihat Akademik, serta segenap

    dosen yang telah membimbing dengan memberikan ilmunya kepada

    penulis selama menempuh perkuliahan di Jurusan Manajemen Dakwah,

    Kosentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Islam (MLKI) Fakultas Ilmu

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Orang tua tercinta, Ayahanda H. Idan Maulana Sidiq, S.E., dan Ibunda Hj.

    Lia Julia Nuryatilfalah, S.Kom.I., yang selalu memberikan cinta tulus yang

    tiada batas, doa yang tak kunjung usai di setiap pagi siang sore dan

    malamnya, dukungan, semangat, arahan, serta selalu percaya kepada

    penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. Semoga selalu

    Allah lindungi dalam setiap nafas dan langkahnya. Aamiiin.

    6. Staf perpustakaan umum dan staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

    Ilmu Komunikasi, yang telah membantu penulis untuk mendapatkan

    referensi berupa kepustakaan dan memberikan fasilitasnya.

    7. Staf Bank Muamalat Indonesia, khususnya kepada Muamalat Institute

    dengan Rizky Yusuf, S.E., selaku Research and Development Team

  • iv

    Leader. Annu‟man Cupriadi selaku Human Capital Devision, Ummu Hani,

    Bambang Setiawan selaku Branch Manager Bank Muamalat Kantor

    Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, yang sudah memberikan izin,

    dukungan, bantuan, arahan, dan saran kepada penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    8. Adik satu-satunya Hilal Dhiya‟ Ulhaq, saudara-saudara Asep Endih

    Nurhidayat M.T., Dininur Alfiah Gossen, S.E, B.A., Vika Khoerunnisa

    Safitri, Muchammad Khoerul Fikry S.T., Dyah Rizky Muthiarani, Ayu

    Novianti Sutrisno, serta Keluarga Besar H. Mumu Nasrudin yang selalu

    menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Semoga selalu

    dalam lindungan Allah SWT. Aamiiin.

    9. Sahabat-sahabat, Syeli S, Nur Syamsiyah, Nurul Andani, Cut Helena,

    Tascya Lexnarita, Rumaisha Fethriani Shabrina, Siti Sarah Deviani Putri,

    Qibti Aliyah, yang memberikan semangat, motivasi dan saran kepada

    penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah selalu menjaga tali

    persahabatan ini. Aamiiin. Allah selalu bersama kalian.

    10. Teman-teman Jurusan Manajemen Dakwah, khususnya semua teman-

    teman di Konsentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Islam (MLKI),

    yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga tali

    silaturahmi tetap terjaga. Aamiiin.

    11. Teman-teman KKN KELOMPOK 108 Andi Adnan Kumala, Jody

    Marcello, Ranie Savitri, dan yg lainnya atas kebersamaan selama KKN

  • v

    berlangsung, juga memberi motivasi penulis dalam penulisan skripsi ini.

    Semoga kalian sukses di masa mendatang. Aamiiin.

    Akhirnya penulis menyadari keterbatasannya sebagai manusia biasa

    mungkin mempunyai kekurangan atau kelemahan. Begitupun penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini masih banyak yang harus diperbaiki dan diperbaharui.

    Oleh karenanya saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapkan

    untuk kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap, semoga

    apa yang ditulis dalam skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.

    Jakarta, 12 September 2017

    Deba Hibatullah Sidiq

  • vi

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .............................................................................................................. i

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

    BAB I ...................................................................................................................... 1

    PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

    A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................................................... 6

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7

    D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 8

    E. Metodologi Penelitian ............................................................................................. 9

    F. Tinjauan Pustaka ................................................................................................... 16

    G. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 18

    BAB II .................................................................................................................. 20

    PEMBAHASAN LANDASAN TEORITIS ....................................................... 20

    A. Strategi Pemasaran ................................................................................................ 20

    B. Bank Syariah ......................................................................................................... 28

    C. Pondok Pesantren .................................................................................................. 46

    BAB III ................................................................................................................. 49

    GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA ........................... 49

    A. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia ..................................................... 49

    B. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia .............................................................. 55

    C. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia .................................................... 56

    D. Produk dan Kegiatan Bank Muamalat Indonesia .................................................. 59

    E. Legalitas Bank Muamalat Indonesia ..................................................................... 72

    F. Keunggulan Bank Muamalat Indonesia ................................................................ 79

    BAB IV ................................................................................................................. 81

    TEMUAN DAN ANALISIS DATA ................................................................... 81

  • vii

    A. Penerapan strategi pemasaran pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah

    Jakarta Selatan .............................................................................................................. 81

    B. Kendala-kendala strategi pemasaran Bank Muamalat pada kelembagan Pondok

    Pesantren di wilayah Jakarta Selatan ............................................................................ 93

    C. Upaya-upaya Bank Muamalat dalam menghadapi kendala pelaksanaan strategi

    pemasarannya pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan ......... 95

    BAB V ................................................................................................................... 97

    PENUTUP ............................................................................................................ 97

    A. Kesimpulan ........................................................................................................... 97

    B. Saran ..................................................................................................................... 98

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 102

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. 1: Daftar Pondok Pesantren di Jakarta Selatan ......................................... 2

    Tabel 2. 1: Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil ............................................ 30

    Tabel 2. 2: Perbedaan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah ................... 35

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2. 1: Skema Akad Murabahah ................................................................. 41

    Gambar 2. 2: Skema Musyarakah ......................................................................... 42

    Gambar 2. 3: Skema Wakalah ............................................................................... 43

    Gambar 2. 4: Skema Hawalah ............................................................................... 44

    Gambar 2. 5: Skema Kafalah ................................................................................ 44

    Gambar 2. 6: Skema Rahn .................................................................................... 45

    Gambar 3. 1: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan Syariah52

    Gambar 3. 2: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan Syariah52

    Gambar 3. 3: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan Syariah53

    Gambar 3. 4: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan Syariah53

    Gambar 3. 5: Benchmark Tabungan Reguler ........................................................ 61

    Gambar 3. 6: Benchmark Tabungan Haji ............................................................. 62

    Gambar 3. 7: Benchmark Tabungan Rencana....................................................... 63

    Gambar 3. 8: Deposito Mudharabah ..................................................................... 64

    Gambar 3. 9: Prinsip Syariah ................................................................................ 74

    Gambar 3. 10: Alur Operasional Bank Syariah .................................................... 75

    Gambar 3. 11: Konsep dan Sistem Perbankan Syariah ......................................... 77

    Gambar 4. 1: SIMBOL IDEAL ............................................................................. 91

    file:///F:/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc496030737file:///F:/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc496030738file:///F:/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc496030739file:///F:/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc496030742file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263216file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263217file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263218file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263219file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263220file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263221file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263222file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263223file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263224file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263225file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263226

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perjalanan bangsa Indonesia tidak terlepas dari dinamika peran kaum

    santri, baik sejak masa perjuangan meraih kemerdekaan RI maupun sampai

    dengan masa kemerdekaan. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren memiliki

    ciri khas tersendiri, karena memadukan aspek pendidikan, keagamaan, dan

    sosial.

    Pada kurun waktu mendatang, tema-tema tentang pesantren makin

    menarik untuk dikonsumsi sebagai bacaan populer dan akademik. Dikatakan

    demikian, karena sekarang ini sedang trend kecendrungan transformasi, baik

    dibidang sosial, pendidikan, ekonomi, juga politik, di mana pesantren

    dianggap sebagai “kawah candradimuka” dalam proses transformasi tersebut.

    Selain itu, pemerintah juga memberikan perhatian cukup besar kepada

    pesantren. Banyak program pembangunan yang diupayakan masuk ke

    pesantren.1

    Saat ini di Provinsi DKI Jakarta sudah banyak menyebar pesantren-

    pesantren, khususnya di wilayah Jakarta Selatan. Sebagai basis masyarakat

    pesantren, kekuatan pesantren yang terstruktur seharusnya dapat lebih

    diberdayakan dalam peningkatan perekonomian baik untuk pesantren itu

    sendiri, wilayah disekitarnya, maupun yang lebih luas, dan tidak menutup

    1 Zubaidi Habibullah Asy‟ari, Moralitas Pendidikan Pesantren (Yogyakarta: LKPSM –

    NU DIY, 1995), h. 3.

  • 2

    kemungkinan bila diberdayakan dengan benar, pesantren akan dapat menjadi

    kekuatan ekonomi yang dapat menguatkan pondasi perekonomian nasional

    khususnya dengan prinsip yang Islami.

    Adapun daftar Pondok Pesantren yang berada di wilayah Jakarta

    Selatan pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:

    Tabel 1.1: Daftar Pondok Pesantren di Jakarta Selatan2

    No Nama Pesantren Alamat Kecamatan

    1 Khadijah Al-Qubro Jl. Batan Gg. Kubur No.

    12, Rt. 05/02, Pasar Jumat,

    Lebak Bulus, Cilandak

    Cilandak

    2 Miftahul Ulum Jl. Madrasah No. 17, Rt.

    09/01, Gandaria Selatan

    Cilandak

    3 An-Nuriyah Jl. Timbul No. 60,

    Cipedak

    Jagakarsa

    4 Al-Mawadah Jl. Sadar Raya Rt. 03/04,

    Ciganjur

    Jagakarsa

    5 Al-I‟tishom Jl. Tanjung Barat Selatan

    Gg. Sonton Rt. 13/02, No.

    80, Lenteng Agung

    Jagakarsa

    6 Al-Kautsar Manggis Jl. Manggis No. 15,

    Ciganjur Jagakarsa

    Jagakarsa

    7 Ar-Rofi‟i Jl. RM Kahfi I Jagakarsa Jagakarsa

    8 Luhur Al Tsaqafah Jl. Mohammad Kahfi I

    No. 22, Cipedak

    Jagakarsa

    9 Daarul Rahman Jl. Purwa Raya Ka. DKI Jagakarsa

    10 Ibnussabil Jl. Ranco Indah Dalam Rt.

    09/02, Tanjung Barat

    Jagakarsa

    2 Berdasarkan data yang ada pada Seksi Diniyah Pendidikan dan Pondok Pesantren

    Kemenag Jakarta Selatan Pada Tahun 2017

  • 3

    No Nama Pesantren Alamat Kecamatan

    11 Ma‟had Tahfidh Al-

    Qur‟an Nurani

    Jl. Timbul No. 60 Cipedak Jagakarsa

    12 Al Fauzan Jl. Sirsak Jagakarsa

    13 An-Nu‟aimy Jl. Seha II No. 1, Rt. 07/11 Keb. Lama

    14 Al-Ishlah Jl. Nimun Raya Komp.

    Pemakaman DKI Tanah

    Kusir

    Keb. Lama

    15 Terpadu Al-Qur‟an Al-

    Andalusia

    Jl. Bangka II Gg. V/27,

    Rt. 01/02 Pela Mampang

    Mp. Prapatan

    16 Al-Islamiyah PUI

    Jakarta

    Jl. Pancoran Barat XI-A

    No. 10, Rt. 04/03,

    Pancoran

    Pancoran

    17 Al-Mahbubiyah Jl. Jeruk Perut 10 Rt.

    01/03

    Pasar Minggu

    18 Dzarratul Abrar Jl. Komp. Batan Rt. 03/07,

    Rawa Bambu

    Pasar Minggu

    19 Miftahul Huda Jl. Ciledug Raya Ulujami

    Rt. 02/03, No. 50, Gg. H.

    Syatiri, Pesanggrahan

    Pesanggrahan

    20 Darunnajah Jl. Ulujami Raya No. 86,

    Rt. 01/04

    Pesanggrahan

    21 Al-Musyarrofah Jl. H. Mukhtar Raya Rt.

    012/011, Petukangan

    Utara

    Pesanggrahan

    22 Arrahman Jl. Bulak Sari No. 35,

    Pesanggrahan

    Pesanggrahan

    23 Syarif Hidayatullah Jl. Lapangan Ros Barat III

    Rt. 09/05, No. 33

    Tebet

    24 Zawiyah Jl. Tebet Barat VIII No.

    50, Tebet Barat

    Tebet

  • 4

    No Nama Pesantren Alamat Kecamatan

    25 Al-Kifahi Jl. Sawo Kecik Roos

    Timur V, No. 27, Bukit

    Duri, Tebet

    Tebet

    Sebagian besar dari masyarakat Indonesia menganut agama Islam.

    Maka dari itu, hubungan antara Bank Syariah pertama di Indonesia yaitu

    Bank Muamalat dengan suatu Lembaga Pendidikan Islam seperti Pondok

    Pesantren, jelaslah sangat erat kaitannya. Karena sistem perekonomian yang

    saat ini semakin maju, maka diperlukanlah langkah-langkah dalam rangka

    memudahkan suatu Lembaga Pendidikan Islam/Pondok Pesantren

    bertransaksi, dan sekarang sudah sangat banyak Pondok Pesantren di

    Indonesia. Maka dari itu, Bank Muamalat selalu melakukan sosialisasi ke

    semua Pondok Pesantren untuk menawarkan kemudahan.

    Bank Muamalat menginginkan semua Pondok Pesantren bergabung

    dengan Bank Muamalat. Tidak hanya pada Pondok Pesantren yang besar-

    besar saja, pada Pondok Pesantren yang kecil-kecil juga disosialisasikan oleh

    Bank Muamalat. Tapi memang Bank Muamalat juga melihat kondisi lokasi

    dari pada Pondok Pesantren tersebut. Bank Muamalat sanggup atau tidak

    menangani jumlah Pondok Pesantren yang cabangnya banyak dengan jumlah

    santri yang sedikit. Karena semua itu harus diperhitungkan juga benefit dari

    kedua belah pihak. Baik dari pihak Bank Muamalat, juga dari pihak Pondok

    Pesantren tersebut. Buat Bank Muamalat, strategi di bank itu sama. Ada gula

    ada semut, yang penting kedua sisinya jalan.3

    3 Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagai Branch Manager Bank

    Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017. (terlampir)

  • 5

    Berdasarkan data yang ada, dari sejumlah Pondok Pesantren yang

    berada di wilayah Jakarta Selatan, hanya ada satu Pondok Pesantren yang

    masih digarap semuanya (Dari santri sampai para guru/stafnya) oleh Bank

    Muamalat yaitu Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan.4

    Pondok Pesantren Darunnajah memiliki lokasi strategis dengan jenis

    Pondok Pesantren Modern di pinggiran Ibukota, dan telah menjadi salah satu

    sasaran banyaknya program pembangunan yang ingin masuk ke pesantren

    tersebut, khususnya pada bidang perekonomian. Seperti halnya pada Bank

    Muamalat Indonesia. Untuk itu, jika Bank Syariah pada kelembagaan Pondok

    Pesantren seperti Bank Muamalat dapat diberdayakan dengan sebaik-baiknya,

    maka Bank Muamalat maupun Pondok Pesantren akan mengalami

    peningkatan perekonomian yang baik.

    Bank Syariah pada kelembagaan Pondok Pesantren seperti Bank

    Muamalat yang terdapat pada salah satu Pondok Pesantren di wilayah Jakarta

    Selatan yaitu Pondok Pesantren Darunnajah, juga perlu suatu strategi

    pemasaran untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Beberapa

    lembaga keuangan syariah mempunyai tujuan yang sama akan tetapi strategi

    pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut sudah tentu

    berbeda. Pada umumnya semua jajaran manajemen suatu lembaga keuangan

    syariah akan selalu membuat rencana-rencana yang baik dan tepat. Jadi

    jelaslah masalah strategi pemasaran bagi suatu lembaga keuangan syariah

    sangatlah penting, sebab strategi tersebut merupakan penentuan tercapainya

    tujuan yang telah direncanakan.

    4 Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagai Branch Manager Bank

    Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017. (terlampir)

  • 6

    Strategi pemasaran Bank Syariah pada kelembagaan Pondok

    Pesantren menjadi menarik untuk disimak karena penerapan kesyariatan

    Islam dalam produk yang ditonjolkan kepada para nasabah di lingkungan

    Pondok Pesantren itu sendiri. Oleh karena itu, semua Bank Syariah sudah

    tentu menjaring nasabah yang beragama Islam. Mereka akan menjadi sasaran

    untuk menggunakan berbagai produk perbankan dengan prinsip syariah.

    Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka penulis tertarik untuk

    meneliti lebih lanjut mengenai hal tersebut dan menuliskannya dalam sebuah

    skripsi dengan judul: “Strategi Pemasaran Bank Muamalat Indonesia

    Pada Kelembagaan Pondok Pesantren di Wilayah Jakarta Selatan”.

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis

    membatasi permasalahan yang akan diteliti, yaitu yang dimaksud dengan

    strategi pemasaran dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan

    penerapan strategi pemasaran pada kelembagaan Pondok Pesantren di

    wilayah Jakarta Selatan, kendala-kendala strategi pemasaran Bank

    Muamalat Indonesia, dan upaya-upaya Bank Muamalat Indonesia dalam

    menghadapi kendala-kendala tersebut.

    2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis

    merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:

  • 7

    a. Bagaimana penerapan strategi pemasaran Bank Muamalat Indonesia

    pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan?

    b. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Bank Muamalat

    Indonesia dalam melaksanakan strategi pemasarannya pada

    kelembagan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan?

    c. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia

    dalam menghadapi kendala-kendala pelaksanaan strategi

    pemasarannya pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah

    Jakarta Selatan?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini,

    adalah:

    1. Mengetahui bagaimana penerapan strategi pemasaran Bank Muamalat

    Indonesia pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta

    Selatan.

    2. Mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Bank

    Muamalat Indonesia dalam melaksanakan strategi pemasarannya pada

    kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan.

    3. Mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan oleh Bank Muamalat

    Indonesia dalam menghadapi kendala-kendala pelaksanaan strategi

    pemasarannya pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta

    Selatan.

  • 8

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat penulisan ini diharapkan memiliki manfaat baik

    secara akademik maupun praktik.

    1. Manfaat Akademis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

    pengetahuan bagi pemberdaya Ilmu Ekonomi Islam terutama pada

    Jurusan Manajemen Lembaga Keuangan Syariah (MLKS) mengenai

    strategi pemasaran pada suatu Bank Syariah yang tepat agar dapat

    mempengaruhi minat masyarakat untuk menabung pada perbankan

    syariah.

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

    kepada pihak perusahaan (khususnya perbankan syariah) dalam

    mengetahui sejauh mana efektifitas penerapan strategi pemasaran

    perusahaan tersebut terhadap minat masyarakat untuk menabung.

    Dan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    pengetahuan kepada masyarakat luas untuk mengetahui sejauh mana

    strategi pemasaran (promosi) yang dilakukan oleh Bank Muamalat

    Indonesia pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta

    Selatan dalam memasarkan produk-produknya sehingga dapat menarik

    minat para santri juga masyarakat sekitar pada lingkup kelembagaan

    Pondok Pesantren.

  • 9

    E. Metodologi Penelitian

    1. Metode dan Pendekatan Penelitian

    Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu

    yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi

    ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu

    metode. Jadi, metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam

    mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.5

    Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan

    penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa

    metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang

    menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

    orang-orang dan perilaku yang diamati.6

    Dalam pendekatan kualitatif peneliti berharap dapat menghimpun

    data, mengolah, menganalisis, dan menafsirkan secara mendetail.7 Jadi,

    dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena lebih

    tepat dengan subjek yang diamati oleh peneliti, di mana peneliti tidak

    hanya meneliti bentuk partisipasi subjek tetapi peneliti juga meneliti

    perilaku subjek terhadap lingkungan sekitarnya.

    2. Waktu dan Lokasi Penelitian

    Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2017 sampai bulan

    September tahun 2017. Lokasi penelitian ini dilakukan di Muamalat

    5 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:

    Bumi Aksara, 2008), h. 41. 6 Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2007), h. 3.

    7 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

    1997), h. 21.

  • 10

    Institute, juga Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati

    Jakarta Selatan.

    3. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif

    yaitu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah

    atau keadaan atau suatu peristiwa dengan sebagaimana adanya

    berdasarkan fakta-fakta yang tampak, sehingga bersifat sekedar untuk

    mengungkapkan fakta (fact finding), hasil penelitian ditekankan pada

    memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya

    dari objek yang sedang diselidiki, akan tetapi untuk mendapatkan

    manfaat yang lebih luas, biasanya dalam jenis penelitian ini dilakukan

    juga pemberian berbagai interpretasi. Adapun ciri-ciri pokok penelitian

    deskriptif adalah:8

    a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat

    penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang

    bersifat aktual.

    b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang sedang diselidiki

    dengan sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk memenuhi kebutuhan data yang beraneka ragam, penelitian

    kualitatif menggunakan berbagai metode pengumpulan data. Seperti

    wawancara individual, wawancara kelompok, penelitian dokumen dan

    arsip, serta penelitian lapangan. Antara metode satu dengan yang lainnya

    8 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada

    University Press, 1991), h.31.

  • 11

    tidak saling terpisah, tetapi saling berkaitan dan saling mendukung untuk

    menghasilkan data yang sesuai dengan kebutuhan. Data yang diperoleh

    dari suatu metode disilangkan dengan data yang diperoleh melalui

    metode yang lain sehingga menghasilkan data yang dapat dipercaya dan

    sesuai dengan kenyataan.9 Dalam penelitian skripsi tentang Strategi

    Pemasaran Bank Muamalat Indonesia Pada Kelembagaan Pondok

    Pesantren di Wilayah Jakarta Selatan peneliti menggunakan teknik

    pengumpulan data, yaitu Observasi, Wawancara mendalam, dan

    Dokumentasi.

    a. Observasi

    Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang

    dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta

    pencatatan secara sistematis. Menurut Indriati Yulistiani dalam buku

    Ragam Penelitian Kualitatif, Penelitian Lapangan, observasi adalah

    pengamatan dengan menggunakan seluruh panca indera (melihat,

    mendengar, dan merasakan) serta pencatatan secara sistematis

    gejala-gejala yang terjadi di lapangan penelitian.10

    b. Wawancara

    Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada

    suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan di

    mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Wawancara

    9 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT Bumi

    Aksara: 2013) h. 141-142. 10

    Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif, Penelitian Lapangan, (Fakultas Ilmu

    Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001), h. 16.

  • 12

    dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sebanyak mungkin

    dan sejelas mungkin kepada subjek penelitian.

    Wawancara merupakan bagian dari observasi, karena

    wawancara adalah salah satu cara untuk memperoleh data melalui

    informasi yang didengar dengan panca indra pendengaran, yang

    sebelumnya dinyatakan terlebih dahulu kepada responden.11

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi adalah teknik pengambilan data yang tidak

    langsung ditujukan kepada subjek penelitian.12

    Dengan cara

    mengumpulkan data yang melalui peninggalan tertulis, foto kegiatan,

    terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku yang

    berkaitan mengenai pendapat, teori, maupun hukum dan lain-lain

    yang berhubungan dengan masalah penyelidikan atau penelitian.

    5. Instrumen dan Alat Bantu

    Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti. Kedudukan peneliti

    dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan

    perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan

    pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian

    instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segala dari

    keseluruhan proses penelitian.13

    11

    Nurul Hidayati, “Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif”,

    (Jakarta: UIN Jakarta Press), h. 39. 12

    Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

    2004), h. 70. 13

    Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2006), cet-22, h. 168.

  • 13

    Dalam penelitian kualitatif pada awalnya di mana permasalahan

    belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti

    sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka

    kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang

    diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan data yang telah

    ditemukan melalui observasi dan wawancara.14

    Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau

    diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber utama dicatat

    melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes,

    pengambilan foto atau film.15

    Pada penelitian ini, peneliti dibekali dengan beberapa alat sebagai

    pembantu catatan dan ingatan, seperti alat-alat tulis, kamera, dan

    perekam suara.

    6. Sumber Data

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua macam,

    yaitu data primer dan data sekunder.

    a. Data Primer

    Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

    subjek penelitian yaitu Bank Muamalat Indonesia dan objek yaitu

    kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan yang

    terlibat secara langsung dalam Strategi Pemasaran yang dilakukan

    oleh Bank Muamalat itu sendiri.

    14

    Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet-2, h.60. 15

    Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 15.

  • 14

    b. Data Sekunder

    Data-data yang peneliti kumpulkan dari catatan-catatan di

    lapangan, seperti data jumlah kelembagaan Pondok Pesantren di

    wilayah Jakarta Selatan yang bekerja sama dengan Bank Muamalat

    Indonesia.

    7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

    Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang

    bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

    sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data

    dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang

    sekaligus menguji kreadibilitas data, yaitu mengecek kreadibilitas data

    dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.16

    Seperti yang sudah dijelaskan oleh Lexy J. Moleong dalam

    bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif. Untuk menentukan keabsahan

    data adalah dengan melakukan triangulasi yaitu teknik pemeriksaan

    keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu

    untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data

    itu.17

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik triangulasi

    dengan cara membandingkan sumber-sumber data yang diperoleh dengan

    kenyataan yang ada saat penelitian berlangsung.

    16

    Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet-2, h. 24. 17

    Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 330.

  • 15

    8. Teknik Analisis Data

    Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen, adalah upaya

    yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

    data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

    mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

    penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

    diceritakan kepada orang lain. Di pihak lain, menurut Seiddel proses

    berjalannya analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:18

    a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi

    kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

    b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan,

    mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.

    c. Berpikir, dengan jalan agar kategori data itu mempunyai makna,

    mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan

    membuat temuan-temuan umum.

    Dalam menganalisis data ini, penulis menggunakan analisis

    deskriptif, yaitu mengembangkan objek penelitian apa adanya sesuai

    dengan kenyataan berdasarkan teori yang ada. Pada saat menganalisa

    data observasi, peneliti menginterpretasikan catatan lapangan yang ada

    kemudian menyimpulkannya. Setelah itu peneliti menganalisa kategori-

    kategorinya.

    18

    Seiddel, “Proses Berjalannya Analisis Data Kualitatif ”, dalam Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 157.

  • 16

    F. Tinjauan Pustaka

    Dalam penyusunan skripsi ini, sebelumnya telah ada beberapa karya

    ilmiah yang membahas tentang Strategi Pemasaran Bank Syariah yang

    peneliti temukan, yang pembahasannya hampir atau menyerupai dengan judul

    penelitian yang peneliti angkat. Tetapi strategi pemasaran Bank Syariah yang

    sering peneliti temukan, bukan yang spesifik pada suatu kelembagaan Pondok

    Pesantren seperti yang peneliti bahas. Oleh karena itu, untuk menghindari

    hal-hal yang tidak diinginkan seperti „menduplikat‟ hasil karya orang lain,

    maka peneliti sangat perlu mempertegas perbedaan di antara masing-masing

    judul dan masalah yang dibahas dari beberapa skripsi yang telah dibahas

    sebelumnya. Setelah melakukan suatu kajian kepustakaan, adapun beberapa

    judul diantaranya sebagai berikut:

    1. Nama Penyusun Moh. Ulumudin, Jurusan Manajemen Dakwah, disusun

    pada tahun 2014 dengan judul “Strategi Pemasaran Produk Tabungan

    Wadi’ah Bank Syariah Mandiri Cabang Ciputat”. Skripsi membatasi

    masalahnya pada manajemen strategi pemasaran produk tabungan

    wadi‟ah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Ciputat.

    2. Nama Penyusun Ahmad Zaki, Jurusan Manajemen Dakwah, disusun

    pada tahun 2014 dengan judul “Strategi Pemasaran Produk Gadai

    Emas Syariah Pada Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati”. Skripsi

    membatasi masalahnya pada strategi pemasaran dan mekanisme produk

    gadai emas syariah pada Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati.

    3. Nama penyusun Sufie Kholil Lulloh, Jurusan Manajemen Dakwah,

    disusun pada tahun 2014 dengan judul “Strategi Pemasaran

  • 17

    Pembiayaan Murabahah Produk Tabungan Cicil Emas Pada PT. Bank

    Syariah Mandiri Cabang Bintaro”. Skripsi membatasi masalahnya

    hanya pada bauran pemasaran (marketing mix) yang meliputi promosi,

    produk, distribusi, dan harga pada produk tabungan cicil emas di Bank

    Syariah Mandiri Cabang Bintaro.

    4. Nama Penyusun Adam Wijaya, Jurusan Manajemen Dakwah, disusun

    pada tahun 2016 dengan judul “Strategi Segmentasi Produk KPR iB

    Bank DKI Cabang Syariah Pondok Indah”. Skripsi membatasi

    masalahnya hanya pada strategi segmentasi pemasaran yang diterapkan

    oleh Bank DKI Cabang Syariah Pondok Indah khususnya pada produk

    pembiayaan KPR iB.

    5. Nama Penyusun Maulana Yusuf, Jurusan Manajemen Dakwah, disusun

    pada tahun 2013 dengan judul “Strategi Pemasaran Produk Tabungan

    Mabrur Pada Bank Syariah Mandiri KCP Tomang Jakarta Barat”.

    Skripsi membatasi masalahnya pada analisis problematika strategi

    pemasaran yang terjadi di Bank Syariah KCP Tomang Jakarta Barat dari

    tahun 2011-2013.

    Sedangkan skripsi yang penulis buat berjudul “Strategi

    Pemasaran Bank Muamalat Indonesia Pada Kelembagaan Pondok

    Pesantren di Wilayah Jakarta Selatan”. Skripsi yang akan saya bahas

    itu tentang strategi pemasaran yang terdapat pada penelitian ini, seperti

    yang berkaitan dengan penerapan strategi pemasaran pada kelembagaan

    Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan, kendala-kendala strategi

  • 18

    pemasaran Bank Muamalat Indonesia, dan upaya-upaya Bank Muamalat

    Indonesia dalam menghadapi kendala-kendala tersebut.

    G. Sistematika Penulisan

    Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini maka digunakan lah

    sistematika penulisan. Penulis menggunakan acuan pedoman penulisan Karya

    Ilmiah standar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terbitan

    CeQDA (Center for Quality Development and Assurance). Sistematika

    penulisan bertujuan untuk memudahkan pemahaman mengenai penelitian ini.

    Maka dari itu, peneliti membagi skripsi ini ke dalam lima BAB. Adapun

    sistematika penulisannya sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Pada Bab I ini terdiri dari 7 sub bab yang terdiri dari latar

    belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

    tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,

    tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN TEORITIS

    Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang landasan teori

    dari variabel-variabel yang mendukung terlaksananya

    penelitian.

  • 19

    BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT

    INDONESIA

    Dalam bab ini, penulis akan menguraikan tentang Sejarah

    Berdirinya Bank Muamalat Indonesia, Visi dan Misi,

    Struktur Organisasi, Produk dan Kegiatan, Legalitas Bank

    Muamalat Indonesia, dan Keunggulan Bank Muamalat

    Indonesia.

    BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

    Merupakan bentuk analisis Strategi Pemasaran Bank

    Muamalat Indonesia pada kelembagaan Pondok Pesantren

    di wilayah Jakarta Selatan.

    BAB V PENUTUP

    Penutup, yang meliputi Kesimpulan dan Saran.

  • 20

    BAB II

    PEMBAHASAN LANDASAN TEORITIS

    A. Strategi Pemasaran

    1. Pengertian Strategi

    Pengertian strategi dalam lembaga usaha merupakan rencana para

    pemimpin organisasi untuk mencapai hasil yang konsisten dengan misi

    dan tujuan organisasi. Strategi merupakan gambaran besar mengenai cara

    sebuah lembaga atau perorangan dapat mencapai tujuan. Sebagai kontras,

    taktik merupakan strategi dalam skala yang lebih kecil dan waktu yang

    lebih pendek. Strategi merupakan kombinasi antara pengambilan

    keputusan secara alamiah dan proses pemikiran rasional. Strategi

    sebenarnya merupakan hal alamiah bagi lembaga yang memiliki konsep

    survival (bertahan dan berkembang).1

    Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup

    yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada

    umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut.

    Contoh berikut menggambarkan perbedaannya, “Strategi untuk

    memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan

    satu pertandingan”. Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk

    kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang

    1 Eddy Yunus, Manajemen Strategis (Yogyakarta: ANDI, 2016), h. 19.

  • 21

    yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan

    tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dll.

    Strategi pemasaran merupakan turunan dari strategi bisnis

    perusahaan. Secara umum, bisnis bank berorientasi pada profit

    (keuntungan), growth (pertumbuhan), dan sustainability

    (kesinambungan) yang tercermin dari perolehan laba, kenaikan asset

    yang berkualitas, dan peningkatan kualitas layanan secara berkelanjutan.2

    2. Pengertian Pemasaran

    Pemasaran bisa diartikan sebagai suatu proses sosial dan

    manajerial yang mencakup individu dan kelompok guna mendapatkan

    apa yang mereka butuh dan inginkan dengan cara menciptakan,

    menawarkan, dan mempertukarkan jasa yang bernilai dengan pihak lain.

    Pemasaran berusaha menghasilkan laba dari jasa yang diciptakan sesuai

    dengan tujuan perusahaan.3

    Islam memerintahkan umat manusia bertebaran untuk meraih

    karunia Allah Swt, yaitu mencari suatu manfaat ataupun memberikan

    manfaat bagi orang lain yang dimaknai dengan bersosialisasi,

    bersilaturahim, berniaga, dan melakukan aktivitas bisnis lain dalam

    rangka mencari kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu berupa ridha Allah

    Swt.

    Kegiatan dan objek pemasaran yang terkait dengan penciptaan,

    penawaran, dan pertukaran bertujuan untuk kemaslahatan dan tidak

    2 Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

    Utama, 2015), h. 128. 3Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h. 120.

  • 22

    menimbulkan kerusakan atau merugikan siapa pun sesuai tuntunan al-

    Qur‟an dan Hadits. Bertebaranlah membawa barang produksi, ilmu, dan

    nilai yang bermanfaat agar berguna bagi kehidupan alam semesta. Hal

    tersebut sejalan dengan perintah Allah Swt dalam al-Qur‟an surah al-

    Jumu‟ah ayat 10:4

    َ ِ َواْذُكُروا َّللاَّ الةُ فَاْوتَِشُروا فِي األْرِض َواْبتَُغوا ِمْه فَْضِل َّللاَّ فَإَِذا قُِضيَِت الصَّ

    َكثِيًرا لََعلَُّكْم تُْفلُِحونَ

    “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di

    muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak

    supaya kamu beruntung.”

    Pada saat ini, perkembangan perbankan syariah sebagai bagian dari

    aplikasi sistem ekonomi syariah di Indonesia telah memasuki babak baru.

    Pertumbuhan industri perbankan syariah telah bertransformasi, dari

    sekadar memperkenalkan suatu alternatif praktik perbankan syariah,

    menjadi bagaimana bank syariah menempatkan posisinya sebagai pemain

    utama dalam percaturan ekonomi di tanah air. Bank syariah memiliki

    potensi besar untuk menjadi pilihan utama dan pertama bagi nasabah

    dalam pilihan transaksi mereka. Hal itu ditunjukkan dengan akselerasi

    pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah di Indonesia.

    Kegiatan pemasaran berbeda dengan penjualan, dan menurut

    American Marketing Association, pemasaran diartikan sebagai

    pelaksanaan dunia usaha yang mengarahkan arus barang-barang dan jasa

    4 Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h. 121.

  • 23

    dari produsen ke konsumen atau pihak pemakai. Definisi tersebut hanya

    menekankan aspek distribusi dibanding kegiatan pemasaran.5

    Seiring pertumbuhan perbankan syariah, dinamika kompetisi di

    antara pelaku bank syariah yang semakin tinggi mengakibatkan

    competitive advantage yang dimiliki suatu bank makin tidak sustainable.

    Dengan demikian, sebuah bank harus melakukan berbagai upaya

    pembaruan yang tiada akhir (unending improvement) untuk dapat

    menjadi pemain utama pada segmennya sehingga dapat menjadi

    preferensi utama customer yang berujung pada kepuasan bahkan

    loyalitas. Karena itu, sebuah bank syariah dituntut untuk mempunyai

    sistem pemasaran yang teruji, dan tidak sekadar mengharapkan emotional

    mass untuk menjadi nasabah.

    William J. Stanton menyimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu

    sistem dalam kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,

    menentukan harga, mempromosikan, serta mendistribusikan barang dan

    jasa yang memuaskan kebutuhan existing customer dan potential

    customer.6

    Perbankan sebagai salah satu pelaku bisnis, selama dua dasawarsa

    terakhir tidak henti-hentinya berkompetisi untuk membuat nasabahnya

    tetap setia pada produknya dan tidak berpaling ke produk lain. Salah satu

    kiat yang diyakini dalam pemasaran sekarang untuk membuat nasabah

    setia adalah menciptakan sistem layanan yang selalu mengarah kepada

    customer satisfaction. Sistem pemasaran syariah merupakan serangkaian

    5 American Marketing Association, “Pengertian Pemasaran”, dalam Ikatan Bankir

    Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h. 115. 6 Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h. 115.

  • 24

    aktivitas produksi barang/jasa, dan proses delivery produk/jasa kepada

    konsumen yang sesuai dengan prinsip syariah.

    Dalam dunia pemasaran ada istilah yang cukup dikenal, yaitu

    “Nothing happens until a sale is made”. Hal demikian wajar karena

    penjualan merupakan bagian dari pemasaran (marketing). Untuk dapat

    melakukan aktivitas penjualan dengan baik sesuai target, organisasi harus

    didukung oleh para pemasar (marketer) yang handal. Marketer yang

    handal dituntut memiliki sifat dan karakter dasar marketer agar sukses

    dan lancar dalam menjalankan tugasnya.7

    Definisi lain mengungkapkan pemasaran sebagai suatu proses

    sosial dan manajerial yang mencakup individu dan kelompok guna

    mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara

    menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan jasa yang bernilai

    dengan pihak lain. Pemasaran berusaha menghasilkan laba dari jasa yang

    diciptakan sesuai dengan tujuan perusahaan.8

    Secara umum pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses

    sosial yang merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi kebutuhan

    dan keinginan dari pelanggan dalam rangka memberikan kepuasan yang

    optimal kepada pelanggan.9

    Untuk mencapai tujuan pemasaran yang efektif, perusahaan

    terlebih dulu harus memahami dan mengetahui kebutuhan konsumen

    yang lebih dibandingkan pesaing sehingga menghasilkan produk jasa

    7 Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h. 111.

    8 Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h. 116.

    9 M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah(Bandung: Alfabeta,

    2012), h. 6.

  • 25

    keuangan yang bernilai tinggi dan lebih bagi nasabah. Apalagi terhadap

    produk jasa perbankan syariah yang relatif baru dikenal masyarakat.

    Karena itu, diperlukan strategi pemasaran yang diformulasikan dalam

    marketing mix (bauran pemasaran) yang mencakup product or service,

    price, place, promotion, participants, physical evidence, dan process

    yang menjadi faktor penentu dalam keunggulan bersaing (competitive

    advantage).10

    Konsep pemasaran bank syariah sarat dengan muatan syariah yang

    menurut Muhammad Syakir Sula dan Hermawan Kartajaya memiliki

    karakteristik teistis, yakni nilai ketuhanan dalam rangka memperoleh

    ridha Allah Swt. (rabbaniyyah); etis, yaitu beretika sesuai dengan norma

    Islam (akhlaqiyyah); realistis atau sesuai dengan kondisi zaman dan

    istikamah (al waqiyyah); serta humanistis, yaitu adanya persaudaraan

    antar manusia atau kemanusiaan (insaniyyah).11

    3. Pengertian Strategi Pemasaran

    Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan

    berkembang, tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui usaha

    mempertahankan dan meningkatkan tingkat keuntungan/laba perusahaan.

    Usaha ini hanya dapat dilakukan apabila perusahaan dapat

    mempertahankan dan meningkatkan penjualannya, melalui usaha

    mencari dan membina langganan, serta usaha menguasai pasar. Tujuan

    ini hanya dapat dicapai apabila bagian pemasaran perusahaan melakukan

    10

    Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

    Utama, 2015), h. 114. 11

    Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing (Bandung:

    Mizan, 2006), h. 20.

  • 26

    strategi yang mantap untuk dapat menggunakan kesempatan atau peluang

    yang ada dalam pemasaran, sehingga posisi atau kedudukan perusahaan

    di pasar dapat dipertahankan dan sekaligus ditingkatkan.12

    Seperti diketahui keadaan dunia usaha bersifat dinamis, yang

    diwarnai dengan adanya perubahan dari waktu ke waktu dan adanya

    keterkaitan antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu, strategi

    pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan

    usaha perusahaan umumnya dan bidang pemasaran khususnya, di

    samping itu, strategi pemasaran yang ditetapkan harus ditinjau dan

    dikembangkan sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan pasar

    tersebut. Dengan demikian, strategi pemasaran harus dapat memberi

    gambaran yang jelas dan terarah tentang apa yang akan dilakukan

    perusahaan dalam menggunakan setiap kesempatan atau peluang pada

    beberapa pasar sasaran.

    Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang

    menyeluruh, terpadu, dan menyatu di bidang pemasaran, yang

    memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat

    tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan. Dengan kata lain,

    strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan

    aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan

    dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta

    alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi

    lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah. Oleh karena itu,

    12

    Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.

    167.

  • 27

    penentuan strategi pemasaran harus didasarkan atas analisis lingkungan

    dan internal perusahaan melalui analisis keunggulan dan kelemahan

    perusahaan, serta analisis kesempatan dan ancaman yang dihadapi

    perusahaan dari lingkungannya.13

    4. Fungsi dan Tujuan Strategi Pemasaran

    Peranan atau fungsi strategi pemasaran barang dan jasa:14

    a. Meningkatkan motivasi untuk berpikir jauh ke depan. Berfikir out of

    the box memang sangat diperlukan untuk menjaga ritme, ataupun

    kelangsungan perusahaan. Sesekali jangan terus mengikuti ritme

    pasar, tetapi coba untuk menggebrak pasar dengan sesuatu yang

    baru.

    b. Koordinasi pemasaran yang lebih efektif dan terarah. Sesuatu kalau

    tidak memiliki tujuan ataupun strategi pastinya akan berjalan dengan

    berantakan. Dengan adanya strategi pemasaran akan membuat

    koordinasi tim menjadi jauh lebih baik serta terarah.

    c. Dapat merumuskan tujuan/goal perusahaan yang akan dicapai.

    Dengan bantuan strategi ini, wirausahawan dapat terbantu untuk

    lebih mendetailkan tujuan apa yang ingin perusahaan capai. Baik

    jangka panjang ataupun jangka pendek.

    d. Pengawasan kegiatan pemasaran lebih efektif atas standard prestasi

    kerja. Tentunya dalam hal pemasaran perlu diawasi setiap anggota

    tim untuk peningkatan mutu ataupun kualitas.

    Berikut ini adalah tujuan strategi pemasaran barang dan jasa:15

    13

    Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, h. 169. 14

    Artikel diakses pada tanggal 15 Maret 2017 darihttp://rocketmanajemen.com/tujuan-

    strategi-pemasaran/

  • 28

    1. Peningkatan kualitas koordinasi dalam tim pemasaran

    2. Mengukur hasil pemasaran berdasarkan standard prestasi yang

    berlaku

    3. Memberikan dasar yang logis dalam setiap pengambilan keputusan

    4. Mampu meningkatkan kemampuan dalam beradaptasi jika ada

    perubahan-perubahan dalam pemasaran.

    B. Bank Syariah

    1. Pengertian Bank Syariah

    Perbankan syariah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai

    Islamic Banking atau juga disebut dengan interest-free banking.

    Peristilahan dengan menggunakan kata Islamic tidak dapat dilepaskan

    dari asal-usul sistem perbankan syariah itu sendiri. Bank Syariah pada

    awalnya dikembangkan sebagai suatu respons dari kelompok ekonom

    dan praktisi perbankan Muslim yang berupaya mengakomodasi desakan

    dari berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi

    keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-

    prinsip syariah Islam. Utamanya adalah berkaitan dengan pelarangan

    praktik riba, kegiatan maisir (spekulasi), dan gharar (ketidakjelasan).16

    Berkembangnya bank-bank dengan landasan syariah Islam di

    berbagai negara pada dekade 1970-an, berpengaruh pula ke Indonesia.

    Pada awal 1980-an, diskusi mengenai Bank Syariah sebagai pilar

    15

    Artikel diakses pada tanggal 15 Maret 2017 darihttp://rocketmanajemen.com/tujuan-

    strategi-pemasaran/ 16

    Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015),

    h. 1.

  • 29

    ekonomi Islam mulai dilakukan. Sejumlah tokoh yang terlibat dalam

    diskusi itu antara lain: Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo,

    A. M. Saefuddin, M. Amin Aziz, dan beberapa tokoh lainnya.17

    Namun prakasa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam baru

    dilakukan pada 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) setelah melalui

    satu lokakarya, akhirnya membentuk satu kelompok kerja yang disebut

    Tim Perbankan MUI. Tim itu bertugas melakukan pendekatan dan

    konsultasi dengan semua pihak terkait. Hasil tim kerja tersebut akhirnya

    melahirkan Bank Muamalat Indonesia. Akte pendirian bank itu

    ditandatangani pada 1 November 1991. Namun baru pada tanggal 1 Mei

    1992 Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi dengan modal awal

    sekitar Rp 106 miliar.18

    Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah

    bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank

    Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga

    keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan

    berlandaskan pada al-Qur‟an dan Hadits Nabi Saw, atau dengan kata lain,

    Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

    pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta

    peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip

    syariat Islam.19

    17

    Mustafa Edwin Nasution, dkk.,Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta:

    Kencana, 2006), h. 294. 18

    Mustafa Edwin Nasution, dkk.,Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, h. 294. 19

    Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015),

    h. 2.

  • 30

    Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga,

    Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata

    lain, Bank Islam lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap

    persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba. Dengan

    demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri

    dari persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya bank Islam.

    Bank Islam lahir di Indonesia yang gencarnya, pada sekitar tahun 90-an

    atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, yang

    direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, dalam

    bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil atau

    bank syariah. Keberadaan bank syariah semakin mapan setelah

    diundangkannya UU No. 21 Tahun 2010 tentang Perbankan Syariah.20

    Tabel 2.1: Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil

    Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil

    Bunga Bagi Hasil

    1 Penentuan tingkat suku

    bunga dibuat pada waktu

    akad dengan pedoman

    harus selalu untung.

    Penentuan besarnya rasio bagi hasil

    dibuat pada waktu akad dengan

    berpedoman pada kemungkinan

    untung rugi.

    2 Besarnya prosentase

    berdasarkan pada jumlah

    uang (modal) yang

    dipinjamkan.

    Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan

    pada jumlah keuntungan yang

    diperoleh.

    3 Pembayaran bunga tetap

    seperti yang dijanjikan

    tanpa pertimbangan

    apakah proyek yang

    Bagi hasil tergantung pada keuntungan

    proyek yang dijalankan sekiranya itu

    tidak mendapatkan keuntungan maka

    kerugian akan ditanggung bersama

    20

    Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, h. 3.

  • 31

    Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil

    Bunga Bagi Hasil

    dijalankan oleh pihak

    nasabah untung atau rugi.

    oleh kedua belah pihak.

    4 Jumlah pembayaran bunga

    tidak meningkat sekalipun

    jumlah keuntungan

    berlipat atau keadaan

    ekonomi sedang

    “booming”.

    Jumlah pembagian laba meningkat

    sesuai dengan peningkatan jumlah

    pendapatan.

    5 Eksistensi bunga

    diragukan (kalau tidak

    dikecam) oleh semua

    agama termasuk Islam.

    Tidak ada yang meragukan

    keuntungan bagi hasil.

    Sumber: Seminar Orientasi Perbankan Syariah dengan pembicara Bapak Annu‟man

    Cupriadi sebagai Human Capital Division di Muamalat Institue, Sabtu 12 Agustus 2017,

    Pukul 08.30-12.00.

    2. Tujuan dan Ciri-ciri Bank Syariah

    Sebagai sebuah lembaga keuangan, pada Bank Syariah adalah

    lembaga keuangan yang menjalankan peranannya untuk menjadi lembaga

    intermediasi antara pemilik modal dan pengusaha. Untuk itu hadirnya

    Bank Syariah dianggap sangat mempunyai peranan penting dalam

    pergerakan pertumbuhan ekonomi. Adapun tujuan normatif dibentuknya

    lembaga keuangan syariah sebagai berikut:21

    a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuammalah secara

    Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan,

    agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis

    usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan) di

    21

    Sumar‟in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 53.

  • 32

    mana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah

    menimbulkan dampak negatif terhadap ekonomi umat.

    b. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, dengan jalan

    meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi

    kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal (orang kaya)

    dengan pihak yang membutuhkan dana (orang miskin).

    c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka

    peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin

    yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju

    terciptanya kemandirian berusaha (berwirausaha).

    d. Untuk membantu menanggulangi mengentaskan masalah kemiskinan,

    berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan

    dari siklus usaha yang lengkap. Seperti pembinaan pengusaha

    produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan

    konsumen, program pengembangan modal kerja dan program

    pengembangan usaha bersama.

    e. Untuk menjaga kestabilan ekonomi/moneter pemerintah.

    f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non

    Islam (konvensional) yang menyebabkan umat Islam tidak dapat

    melaksanakan ajaran agamanya secara penuh terutama bidang

    kegiatan bisnis dan perekonomian.

  • 33

    Bank Islam sebagai bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-

    prinsip syariah menurut ketentuan al-Qur‟an dan Hadits memiliki ciri-ciri

    sebagai berikut:22

    a. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian

    diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku

    (tidak rigit) dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar

    menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan

    sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak. Untuk

    masa utang setelah masa kontrak berakhir dilakukan kontrak baru

    untuk menyelesaikannya. Hal ini sesuai dengan petunjuk al-Qur‟an

    surat al-Baqarah ayat 280 yang artinya sebagai berikut:

    َوإِْن َكاَن ُذو ُعْسَرٍة فَىَِظَرةٌ إِلَى َمْيَسَرٍة َوأَْن تََصدَّقُوا َخْيٌر لَُكْم إِْن ُكْىتُْم تَْعلَُمونَ

    “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah

    tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian

    atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.”

    b. Penggunaan presentase dalam hal kewajiban untuk melakukan

    pembayaran selalu dihindarkan, karena presentase bersifat melekat

    pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir.

    Sistem bunga sangat menjerat peminjam yang pada umumnya posisi

    ekonominya lebih lemah.

    c. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank Islam tidak

    menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti (fixed

    22

    M. Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),

    h. 19.

  • 34

    return) yang ditetapkan dimuka, karena pada hakikatnya yang

    mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah

    Allah semata, manusia sama sekali tidak mampu meramalnya.

    d. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposit/tabungan oleh

    penyimpan dianggap sebagai titipan (wadah) sedangkan bagi bank

    dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana

    pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan

    prinsip syari‟ah Islam sehingga kepada penyimpan tidak dijanjikan

    imbalan yang pasti (fixed return) jika proyek yang dibiayai bank

    untung maka penyimpan uang akan memperoleh bagian keuntungan.

    e. Bank Islam tidak menerapkan jual beli atau sewa menyewa uang dari

    mata uang yang sama, misalnya rupiah dengan rupiah, dolar dengan

    dolar yang dari transaksi itu dapat menghasilkan keuntungan.

    f. Adanya pos pendapatan berupa “rekening pendapatan non halal”

    sebagai hasil dari transaksi dengan bank konvensional yang

    menerapkan sistem bunga. Pos ini biasanya digunakan untuk

    menyantuni masyarakat miskin yang terkena musibah dan untuk

    kepentingan kaum muslimin yang bersifat sosial.

    g. Ciri lain bank Islam adalah adanya dewan pengawas syari‟ah yang

    bertugas untuk mengawasi operasional bank dari sudut syari‟ah.

    h. Produk-produk bank Islam selalu menggunakan sebutan-sebutan yang

    berasal dari istilah arab misalnya, al-murabahah, al-ba’iu bitaman

    ajil, al-ijarah, al-ba’iu tahjiri, al-qardhul hasan, dan lain-lain. Di

  • 35

    mana istilah-istilah tersebut telah dicantumkan di dalam kitab-kitab

    fiqih Islam.

    i. Adanya produk khusus yang tidak terdapat di dalam bank

    konvensional, yaitu kredit tanpa beban yang murni bersifat sosial, di

    mana nasabah tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya. Produk

    ini diperuntukkan khusus orang-orang miskin atau sangat

    membutuhkan dan untuk kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang

    urgent.

    j. Fungsi kelembagaan bank Islam selain menjebatani antara pihak

    pemilik modal/memiliki kelebihan dana dengan pihak yang

    membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi

    amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas

    keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana

    tersebut ditarik kembali sesuai dengan perjanjian.

    Tabel 2.2: Perbedaan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah

    Bank Konvensional

    Bank Syariah

    Fungsi dan

    Kegiatan Bank

    Intermediasi, Jasa

    Keuangan

    Intermediasi, Manager

    Investasi, Investor,

    Sosial, Jasa Keuangan

    Mekanisme

    dan Objek

    Usaha

    Tidak anti riba dan anti

    maysir

    Anti riba dan anti maysir

    Prinsip Dasar

    Operasi

    1. Bebas nilai (prinsip

    materialis)

    2. Uang sebagai Komoditi

    1. Tidak bebas nilai

    (prinsip syariah Islam)

    2. Uang sebagai alat

  • 36

    Bank Konvensional

    Bank Syariah

    3. Bunga tukar dan bukan komoditi

    3. Bagi hasil, jual beli,

    sewa

    Prioritas

    Pelayanan

    Kepentingan pribadi Kepentingan public

    Orientasi Keuntungan Tujuan sosial-ekonomi

    Islam, keuntungan

    Bentuk Bank komersial Bank komersial, bank

    pembangunan, bank

    universal atau multi-

    porpose

    Evaluasi

    Nasabah

    Kepastian pengembalian

    pokok dan bunga

    (creditworthiness dan

    collateral)

    Lebih hati-hati karena

    partisipasi dalam risiko

    Hubungan

    Nasabah

    Terbatas debitur-kreditur Erat sebagai mitra usaha

    Sumber

    Likuiditas

    Jangka Pendek

    Pasar Uang, Bank Sentral Pasar Uang Syariah,

    Bank Sentral

    Pinjaman yang

    Diberikan

    Komersial dan

    nonkomersial, berorientasi

    laba

    Komersial dan

    nonkomersial,

    berorientasi laba dan

    nirlaba

    Lembaga

    Penyelesai

    Sengketa

    Pengadilan, Arbitrase Pengadilan, Badan

    Arbitrase Syariah

    Nasional

    Risiko Usaha 1.Risiko bank tidak terkait

    langsung dengan

    debitur, risiko debitur

    1. Dihadapi bersama

    antara bank dan nasabah

    dengan prinsip keadilan

  • 37

    Bank Konvensional

    Bank Syariah

    tidak terkait

    langsung dengan bank

    2.Kemungkinan terjadi

    negative spread

    dan kejujuran

    2. Tidak mungkin terjadi

    negative spread

    Struktur

    Organisasi

    Pengawas

    Dewan Komisaris Dewan Komisaris,

    Dewan Pengawas

    Syariah, Dewan Syariah

    Nasional

    Investasi Halal atau haram Halal

    Sumber: Seminar Orientasi Perbankan Syariah dengan pembicara Bapak Annu‟man

    Cupriadi sebagai Human Capital Division di Muamalat Institue, Sabtu 12 Agustus 2017,

    Pukul 08.30-12.00.

    3. Produk-produk Bank Syariah

    Tujuan pengenalan produk perbankan syariah adalah agar setelah

    kita mengenal produk-produk apa yang terdapat di perbankan syariah,

    selanjutnya kita akan mampu untuk menyusun strategi pemasaran yang

    tepat bagi produk-produk tersebut. Sebab tanpa pengenalan produk yang

    akan dijual, maka akan mengakibatkan penyusunan strategi pemasaran

    yang tidak efektif. Hal ini akan menyebabkan strategi pemasaran yang

    dilakukan oleh pihak bank tidak tepat sasaran dan akhirnya produk yang

    ditawarkan tidak diterima oleh masyarakat.23

    23

    M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Alfabeta,

    2012), h. 33.

  • 38

    Adapun bentuk usaha yang dijalankan oleh Bank Syariah itu

    sendiri meliputi:24

    1. Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk

    simpanan dan investasi, antara lain:

    a. Giro berdasarkan prinsip wadi’ah;

    Giro menurut Undang-undang Perbankan Syariah Nomor

    21 tahun 2008 adalah simpanan berdasarkan akad wadi‟ah atau

    akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang

    penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan

    cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau

    dengan perintah pemindahbukuan.

    Sementara dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No.

    01/DSN-MUI/IV/2000 disebutkan bahwa giro adalah simpanan

    dana yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

    penggunaan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran

    lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Giro ada dua jenis yaitu:

    pertama, giro yang tidak dibenarkan secara syariah yaitu giro

    yang berdasarkan perhitungan bunga. Kedua, giro yang

    dibenarkan secara syariah yaitu giro yang berdasarkan prinsip

    mudharabah dan wadi’ah.

    Giro adalah bentuk simpanan nasabah yang tidak diberikan

    bagi hasil, dan pengambilan dana menggunakan cek, biasanya

    digunakan oleh perusahaan atau yayasan dan/atau bentuk badan

    24

    Sumar‟in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 68.

  • 39

    hukum lainnya dalam proses keuangan mereka. Dalam giro

    meskipun pihak bank tidak memberikan bagi hasil, namun pihak

    bank berhak memberikan bonus kepada nasabah yang

    besarannya tidak ditentukan di awal tergantung kepada kebaikan

    pihak bank.25

    b. Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah dan/atau mudharabah;

    Menurut Undang-undang Perbankan Syariah nomor 21

    tahun 2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan akad

    wadi’ah atau investasi dana berdasarkan mudharabah atau akad

    lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang

    penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan

    tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,

    bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

    Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 02/DSN-

    MUI/IV/2000, tabungan ada dua jenis, yaitu: pertama, tabungan

    yang tidak dibenarkan secara prinsip syariah yang berupa

    tabungan dengan berdasarkan perhitungan bunga. Kedua,

    tabungan yang dibenarkan secara prinsip syariah yakni tabungan

    yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi‟ah.

    Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat

    likuid, hal ini memberikan arti produk ini dapat diambil

    sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkan, namun bagi hasil

    yang ditawarkan kepada nasabah penabung kecil. Akan tetapi

    25

    M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Alfabeta,

    2012), h. 35.

  • 40

    jenis penghimpunan dana tabungan merupakan produk

    penghimpunan yang lebih minimal biaya bagi pihak bank karena

    bagi hasil yang ditawarkannya pun kecil namun biasanya jumlah

    nasabah yang menggunakan tabungan lebih banyak daripada

    produk penghimpunan yang lain.26

    c. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah

    Deposito menurut Undang-undang Perbankan Syariah

    Nomor 21 tahun 2008 adalah investasi dana berdasarkan akad

    mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan

    prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

    waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan

    bank syariah dan/atau Unit Usaha Syariah (UUS).

    Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 03/DSN-

    MUI/IV/2000, deposito terdiri atas dua jenis: pertama, deposito

    yang tidak dibenarkan secara prinsip syariah yaitu deposito yang

    berdasarkan perhitungan bunga. Kedua, deposito yang

    dibenarkan secara syariah yaitu deposito yang berdasarkan

    prinsip mudharabah.

    Deposito adalah bentuk simpanan nasabah yang

    mempunyai jumlah minimal tertentu, jangka waktu tertentu dan

    bagi hasilnya lebih tinggi daripada tabungan. Nasabah membuka

    deposito dengan jumlah minimal tertentu dengan jangka waktu

    yang telah disepakati, sehingga nasabah tidak dapat mencairkan

    26

    M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, h. 34.

  • 41

    dananya sebelum jatuh tempo yang telah disepakati, akan tetapi

    bagi hasil yang ditawarkan jauh lebih tinggi daripada tabungan

    biasa maupun tabungan berencana. Produk penghimpunan dana

    ini biasanya dipilih oleh nasabah yang memiliki kelebihan dana

    sehingga selain bertujuan untuk menyimpan dananya, bertujuan

    pula untuk salah satu sarana berinvestasi.27

    2. Melakukan penyaluran dana melalui:

    a. Prinsip jual beli berdasarkan akad, antara lain:

    1) Murabahah: Prinsip jual beli barang dengan memperoleh

    keuntungan.

    2) Istisna: Akad jual beli dalam bentuk pesanan pembuatan

    barang tertentu yang disepakati antara pembeli dan penjual.

    3) Salam: Jual beli barang dengan cara pemesanan dan

    pembayaran harga lebih dahulu dan dengan syarat-syarat

    tertentu.

    Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital

    Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com

    27

    M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, h. 35.

    Gambar 2. 1: Skema Akad Murabahah

    http://www.bit.ly/reg-digilib.com

  • 42

    b. Prinsip bagi hasil berdasarkan akad, antara lain:

    1) Mudharabah: Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.

    2) Musyarakah: Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan

    modal.

    Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital

    Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com

    c. Prinsip sewa menyewa berdasarkan akad, antara lain:

    1) Ijarah: Akad antara bank dengan nasabah untuk menyewa

    suatu barang/objek sewa milik bank, dan bank mendapat

    imbalan jasa atas barang yang disewanya, dan diakhiri

    dengan pembelian objek sewa oleh nasabah.

    2) Ijarah muntahiya bittamlik: Sewa yang diakhiri dengan

    pemindahan kepemilikan barang.

    d. Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qard: Suatu akad

    pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah

    wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada Lembaga

    Gambar 2. 2: Skema Musyarakah

    http://www.bit.ly/reg-digilib.com

  • 43

    Keuangan Syariah pada waktu yang telah disepakati antara

    nasabah dan Lembaga Keuangan Syariah.

    3. Melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan akad

    antara lain:

    a. Wakalah: Pemberian wewenang/kuasa kepada pihak lain

    tentang hal yang harus dilakukannya dan penerima kuasa

    menjadi pennganti pemberi kuasa selama batas waktu yang

    ditentukan.

    Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital

    Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com

    b. Hawalah: Pengalihan penagihan hutang dari orang yang

    berhutang kepada orang yang menanggung hutang tersebut.

    Gambar 2. 3: Skema Wakalah

  • 44

    Gambar 2. 4: Skema Hawalah

    Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital

    Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com

    c. Kafalah: Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak

    ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua/yang ditanggung.

    Gambar 2. 5: Skema Kafalah

    Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital

    Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com

    http://www.bit.ly/reg-digilib.comhttp://www.bit.ly/reg-digilib.com

  • 45

    d. Rahn: Merupakan perjanjian penyerahan barang untuk menjadi

    agunan dari fasilitas pembayaran yang diberikan.

    Sumber: Orientasi Perbankan Syariah,gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital

    Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com

    4. Membeli, menjual, dan/atau menjamin atas resiko sendiri surat

    berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata

    (underlying transaction) berdasarkan prinsip syariah;

    5. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan

    oleh Pemerintah dan/atau Bank Indonesia

    6. Menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah;

    7. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau nasabah

    berdasarkan prinsip syariah;

    8. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan

    dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga

    berdasarkan prinsip syariah;

    9. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat

    berharga berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah;

    Gambar 2. 6: Skema Rahn

    http://www.bit.ly/reg-digilib.com

  • 46

    10. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk

    kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip

    wakalah;

    11. Memberikan fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip

    syariah;

    12. Memberikan fasilitas garansi berdasarkan prinsip syariah;

    13. Melakukan kegiatan usaha kartu debet, charge card berdasarkan

    prinsip syariah;

    14. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah;

    15. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang

    disetujui oleh Bank Indonesia dan mendapatkan fatwa Dewan

    Syariah Nasional.

    C. Pondok Pesantren

    1. Pengertian Pondok Pesantren

    Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam yang

    mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan

    ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai

    pedoman perilaku sehari-hari. Kata “tradisional” dalam batasan ini tidak

    lah merKata “tradisional”, dalam batasan ini tidak lah merujuk dalam arti

    tetap tanpa mengalami penyesuaian, tetapi menunjuk bahwa lembaga ini

    hidup sejak ratusan tahun (300-400 tahun) yang lalu dan telah menjadi

    bagian yang mendalam dari sistem kehidupan sebagian besar umat Islam

    Indonesia, yang merupakan golongan mayoritas bangsa Indonesia, dan

  • 47

    telah mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perjalanan

    hidup umat.28

    2. Tujuan Pondok Pesantren

    Tujuan pendidikan pesantren menurut Mastuhu adalah

    menciptakan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan

    bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat

    atau berhikmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau

    menjadi abdi masyarakat yang mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh

    dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan

    kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat, juga mencintai ilmu

    dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia. Idealnya

    pengembangan kepribadian yang ingin dituju ialah kepribadian mukhsin,

    bukan sekedar muslim.29

    Sedangkan menurut M.Arifin bahwa tujuan didirikannnya

    pendidikan pesantren pada dasarnya terbagi pada dua yaitu:30

    a. Tujuan khusus

    Yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang „alim dalam

    ilmu agama yang diajarkan oleh Kyai yang bersangkutan serta

    mengamalkannya dalam masyarakat.

    28

    Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, INIS, 1994, dalam Pemberdayaan

    Pesantren: Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri denagn Metode Daurah Kebudayaan

    (Yogyakarta: Pustaka Pesantrendan Yayasan Kantata Bangsa , 2005), h. 1. 29

    M. Arifin, “Dasar Tujuan Didirikannya Pendidikan Pesantren”, dalam Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian Tentang unsur dan Nilai sistem Pendidikan

    Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994). 30

    Arifin M, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993).

  • 48

    b. Tujuan umum

    Yaitu membimbing anak didik agar menjadi manusia yang

    berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi

    mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan melalui ilmu dan

    amalnya.

    3. Karakteristik Pondok Pesantren

    Karakteristik Pondok Pesantren bisa dilihat dari adanya kyai,

    santriwan/santriwati, masjid, dan pondok/asrama. Pondok Pesantren

    sebagai bagian dari masyarakat yang mempunyai karakteristik yang