-
STRATEGI PEMASARAN BANK MUAMALAT INDONESIA PADA
KELEMBAGAAN PONDOK PESANTREN DI WILAYAH JAKARTA
SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Deba Hibatullah Sidiq
NIM: 1113053000073
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017 M / 1438 H
-
i
ABSTRAK
Deba Hibatullah Sidiq, 1113053000073, Strategi Pemasaran Bank
Muamalat
Indonesia Pada Kelembagan Pondok Pesantren di Wilayah Jakarta
Selatan,
Dosen Pembimbing Muammar Aditya, S.E, M.Ak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pemecahan
masalah
dalam strategi pemasaran Bank Muamalat Indonesia pada
kelembagaan Pondok
Pesantren di wilayah Jakarta Selatan. Dengan perumusan masalah:
(1) Bagaimana
penerapan strategi pemasaran Bank Muamalat Indonesia pada
kelembagaan
Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan. (2) Kendala-kendala
apa saja yang
dihadapi oleh Bank Muamalat Indonesia dalam melaksanakan
strategi
pemasarannya pada kelembagan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta
Selatan. (3)
Upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia
dalam
menghadapi kendala-kendala pelaksanaan strategi pemasarannya
pada
kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan.
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif
yang bersifat
deskriptif dengan pengumpulan data yaitu dengan cara observasi,
wawancara,
dokumentasi, dan studi pustaka kepada Muamalat Institute dalam
rangka
mengetahui bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan oleh Bank
Muamalat
Indonesia pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta
Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode dan prosedur
penerapan
strategi pemasaran yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia
pada
kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan
khususnya Pondok
Pesantren Darunnajah, terangkum dalam marketing mix yang
meliputi: melakukan
pendekatan human customer centric sebagai strategi dalam
mengembangkan
produk dan layanan maupun pemasarannya, penetapan nisbah bagi
hasil yang
saling menguntungkan yang telah ditentukan oleh kantor pusat,
proses distribusi
melalui sosialisasi terhadap semua Pondok Pesantren, melakukan
promosi yang
berawal dengan memberikan pembiayaan, proses awal dalam
menerapkan strategi
pemasarannya dengan memiliki database yang berasal dari
guru-guru Pondok
Pesantren tersebut, selalu berupaya untuk memenuhi kesejahteraan
karyawannya,
keadaan fisik berupa kantor yang bersih, lay out yang bagus, dan
memliki warna
yang khas pada pakaian yang digunakan para stafnya.
Adanya kendala dalam penerapan strategi pemasarannya disebabkan
masih
banyaknya yang mempertanyakan kesyariahan Bank Mumalat, tidak
sedikit yang
masih mempertanyakan kemudahan dalam bertransaksinya, dan para
orang
tua/wali santri yang berada di berbagai penjuru Indonesia.
Sedangkan upaya-
upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelaksanaan
strategi
pemasarannya dengan Bank Muamalat meningkatkan lagi kemampuan
sistemnya,
membuat banyak jaringan lagi, dan dengan dana-dana dari pihak
pesantren yang
terkumpul dalam satu wadah yaitu di Bank Muamalat.
-
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
berkat
Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan
kepada junjungan
kita, Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, para
sahabatnya, juga
para umatnya hingga akhir zaman. Aamiiin.
Alhamdulillahirabbil’aalamiiin, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Strategi Pemasaran Bank Muamalat
Indonesia Pada
Kelembagaan Pondok Pesantren di Wilayah Jakarta Selatan”, dengan
baik yang
disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar
Sarjana Sosial
(S.Sos) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis
menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan bukan semata-mata dari
pribadi penulis,
namun berkat pertolongan Allah SWT, dan bantuan dari semua pihak
yang turut
andil dalam memberikan do‟a, moril maupun materil, serta
keikhlasan dalam
membimbing penulis. Oleh karena itu hanya ucapan terima kasih
yang sebesar-
besarnya yang dapat penulis hanturkan kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu
Komunikasi. Suparto, M.Ed. Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik. Dr. Roudhonah, MA., selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi. Dr. Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
-
iii
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan
Manajemen
Dakwah, dan Drs. Sugiharto, MA., selaku Sekretaris Jurusan
Manajemen
Dakwah.
3. Muammar Aditya, S.E, M.Ak., selaku Dosen Pembimbing dalam
penyusunan skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk
mengoreksi,
membimbing, serta mengarahkan penulis guna mendapatkan skripsi
yang
lebih baik.
4. Drs. Sugiharto, MA., selaku Dosen Penasihat Akademik, serta
segenap
dosen yang telah membimbing dengan memberikan ilmunya kepada
penulis selama menempuh perkuliahan di Jurusan Manajemen
Dakwah,
Kosentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Islam (MLKI) Fakultas
Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Orang tua tercinta, Ayahanda H. Idan Maulana Sidiq, S.E., dan
Ibunda Hj.
Lia Julia Nuryatilfalah, S.Kom.I., yang selalu memberikan cinta
tulus yang
tiada batas, doa yang tak kunjung usai di setiap pagi siang sore
dan
malamnya, dukungan, semangat, arahan, serta selalu percaya
kepada
penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. Semoga
selalu
Allah lindungi dalam setiap nafas dan langkahnya. Aamiiin.
6. Staf perpustakaan umum dan staf perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, yang telah membantu penulis untuk
mendapatkan
referensi berupa kepustakaan dan memberikan fasilitasnya.
7. Staf Bank Muamalat Indonesia, khususnya kepada Muamalat
Institute
dengan Rizky Yusuf, S.E., selaku Research and Development
Team
-
iv
Leader. Annu‟man Cupriadi selaku Human Capital Devision, Ummu
Hani,
Bambang Setiawan selaku Branch Manager Bank Muamalat Kantor
Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, yang sudah memberikan
izin,
dukungan, bantuan, arahan, dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Adik satu-satunya Hilal Dhiya‟ Ulhaq, saudara-saudara Asep
Endih
Nurhidayat M.T., Dininur Alfiah Gossen, S.E, B.A., Vika
Khoerunnisa
Safitri, Muchammad Khoerul Fikry S.T., Dyah Rizky Muthiarani,
Ayu
Novianti Sutrisno, serta Keluarga Besar H. Mumu Nasrudin yang
selalu
menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Semoga
selalu
dalam lindungan Allah SWT. Aamiiin.
9. Sahabat-sahabat, Syeli S, Nur Syamsiyah, Nurul Andani, Cut
Helena,
Tascya Lexnarita, Rumaisha Fethriani Shabrina, Siti Sarah
Deviani Putri,
Qibti Aliyah, yang memberikan semangat, motivasi dan saran
kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah selalu
menjaga tali
persahabatan ini. Aamiiin. Allah selalu bersama kalian.
10. Teman-teman Jurusan Manajemen Dakwah, khususnya semua
teman-
teman di Konsentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Islam
(MLKI),
yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga
tali
silaturahmi tetap terjaga. Aamiiin.
11. Teman-teman KKN KELOMPOK 108 Andi Adnan Kumala, Jody
Marcello, Ranie Savitri, dan yg lainnya atas kebersamaan selama
KKN
-
v
berlangsung, juga memberi motivasi penulis dalam penulisan
skripsi ini.
Semoga kalian sukses di masa mendatang. Aamiiin.
Akhirnya penulis menyadari keterbatasannya sebagai manusia
biasa
mungkin mempunyai kekurangan atau kelemahan. Begitupun penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini masih banyak yang harus diperbaiki dan
diperbaharui.
Oleh karenanya saran dan kritik yang membangun senantiasa
penulis harapkan
untuk kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga
berharap, semoga
apa yang ditulis dalam skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Aamiin.
Jakarta, 12 September 2017
Deba Hibatullah Sidiq
-
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK
..............................................................................................................
i
KATA PENGANTAR
...........................................................................................
ii
DAFTAR ISI
.........................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL
..............................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR
............................................................................................
ix
BAB I
......................................................................................................................
1
PENDAHULUAN
..................................................................................................
1
A. Latar Belakang
........................................................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan
Masalah......................................................................
6
C. Tujuan Penelitian
....................................................................................................
7
D. Manfaat Penelitian
..................................................................................................
8
E. Metodologi Penelitian
.............................................................................................
9
F. Tinjauan Pustaka
...................................................................................................
16
G. Sistematika Penulisan
...........................................................................................
18
BAB II
..................................................................................................................
20
PEMBAHASAN LANDASAN TEORITIS
....................................................... 20
A. Strategi Pemasaran
................................................................................................
20
B. Bank Syariah
.........................................................................................................
28
C. Pondok Pesantren
..................................................................................................
46
BAB III
.................................................................................................................
49
GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA
........................... 49
A. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia
..................................................... 49
B. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia
..............................................................
55
C. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia
.................................................... 56
D. Produk dan Kegiatan Bank Muamalat Indonesia
.................................................. 59
E. Legalitas Bank Muamalat Indonesia
.....................................................................
72
F. Keunggulan Bank Muamalat Indonesia
................................................................
79
BAB IV
.................................................................................................................
81
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
...................................................................
81
-
vii
A. Penerapan strategi pemasaran pada kelembagaan Pondok
Pesantren di wilayah
Jakarta Selatan
..............................................................................................................
81
B. Kendala-kendala strategi pemasaran Bank Muamalat pada
kelembagan Pondok
Pesantren di wilayah Jakarta Selatan
............................................................................
93
C. Upaya-upaya Bank Muamalat dalam menghadapi kendala
pelaksanaan strategi
pemasarannya pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah
Jakarta Selatan ......... 95
BAB V
...................................................................................................................
97
PENUTUP
............................................................................................................
97
A. Kesimpulan
...........................................................................................................
97
B. Saran
.....................................................................................................................
98
DAFTAR PUSTAKA
........................................................................................
100
LAMPIRAN
.......................................................................................................
102
-
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1: Daftar Pondok Pesantren di Jakarta Selatan
......................................... 2
Tabel 2. 1: Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil
............................................ 30
Tabel 2. 2: Perbedaan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah
................... 35
-
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1: Skema Akad Murabahah
.................................................................
41
Gambar 2. 2: Skema Musyarakah
.........................................................................
42
Gambar 2. 3: Skema Wakalah
...............................................................................
43
Gambar 2. 4: Skema Hawalah
...............................................................................
44
Gambar 2. 5: Skema Kafalah
................................................................................
44
Gambar 2. 6: Skema Rahn
....................................................................................
45
Gambar 3. 1: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan
Syariah52
Gambar 3. 2: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan
Syariah52
Gambar 3. 3: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan
Syariah53
Gambar 3. 4: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan
Syariah53
Gambar 3. 5: Benchmark Tabungan Reguler
........................................................ 61
Gambar 3. 6: Benchmark Tabungan Haji
.............................................................
62
Gambar 3. 7: Benchmark Tabungan
Rencana.......................................................
63
Gambar 3. 8: Deposito Mudharabah
.....................................................................
64
Gambar 3. 9: Prinsip Syariah
................................................................................
74
Gambar 3. 10: Alur Operasional Bank Syariah
.................................................... 75
Gambar 3. 11: Konsep dan Sistem Perbankan Syariah
......................................... 77
Gambar 4. 1: SIMBOL IDEAL
.............................................................................
91
file:///F:/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc496030737file:///F:/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc496030738file:///F:/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc496030739file:///F:/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc496030742file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263216file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263217file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263218file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263219file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263220file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263221file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263222file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263223file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263224file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263225file:///C:/Users/user/Downloads/DHS/SKRIPSI%20DHS%20WORD.docx%23_Toc495263226
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjalanan bangsa Indonesia tidak terlepas dari dinamika peran
kaum
santri, baik sejak masa perjuangan meraih kemerdekaan RI maupun
sampai
dengan masa kemerdekaan. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren
memiliki
ciri khas tersendiri, karena memadukan aspek pendidikan,
keagamaan, dan
sosial.
Pada kurun waktu mendatang, tema-tema tentang pesantren
makin
menarik untuk dikonsumsi sebagai bacaan populer dan akademik.
Dikatakan
demikian, karena sekarang ini sedang trend kecendrungan
transformasi, baik
dibidang sosial, pendidikan, ekonomi, juga politik, di mana
pesantren
dianggap sebagai “kawah candradimuka” dalam proses transformasi
tersebut.
Selain itu, pemerintah juga memberikan perhatian cukup besar
kepada
pesantren. Banyak program pembangunan yang diupayakan masuk
ke
pesantren.1
Saat ini di Provinsi DKI Jakarta sudah banyak menyebar
pesantren-
pesantren, khususnya di wilayah Jakarta Selatan. Sebagai basis
masyarakat
pesantren, kekuatan pesantren yang terstruktur seharusnya dapat
lebih
diberdayakan dalam peningkatan perekonomian baik untuk pesantren
itu
sendiri, wilayah disekitarnya, maupun yang lebih luas, dan tidak
menutup
1 Zubaidi Habibullah Asy‟ari, Moralitas Pendidikan Pesantren
(Yogyakarta: LKPSM –
NU DIY, 1995), h. 3.
-
2
kemungkinan bila diberdayakan dengan benar, pesantren akan dapat
menjadi
kekuatan ekonomi yang dapat menguatkan pondasi perekonomian
nasional
khususnya dengan prinsip yang Islami.
Adapun daftar Pondok Pesantren yang berada di wilayah
Jakarta
Selatan pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1: Daftar Pondok Pesantren di Jakarta Selatan2
No Nama Pesantren Alamat Kecamatan
1 Khadijah Al-Qubro Jl. Batan Gg. Kubur No.
12, Rt. 05/02, Pasar Jumat,
Lebak Bulus, Cilandak
Cilandak
2 Miftahul Ulum Jl. Madrasah No. 17, Rt.
09/01, Gandaria Selatan
Cilandak
3 An-Nuriyah Jl. Timbul No. 60,
Cipedak
Jagakarsa
4 Al-Mawadah Jl. Sadar Raya Rt. 03/04,
Ciganjur
Jagakarsa
5 Al-I‟tishom Jl. Tanjung Barat Selatan
Gg. Sonton Rt. 13/02, No.
80, Lenteng Agung
Jagakarsa
6 Al-Kautsar Manggis Jl. Manggis No. 15,
Ciganjur Jagakarsa
Jagakarsa
7 Ar-Rofi‟i Jl. RM Kahfi I Jagakarsa Jagakarsa
8 Luhur Al Tsaqafah Jl. Mohammad Kahfi I
No. 22, Cipedak
Jagakarsa
9 Daarul Rahman Jl. Purwa Raya Ka. DKI Jagakarsa
10 Ibnussabil Jl. Ranco Indah Dalam Rt.
09/02, Tanjung Barat
Jagakarsa
2 Berdasarkan data yang ada pada Seksi Diniyah Pendidikan dan
Pondok Pesantren
Kemenag Jakarta Selatan Pada Tahun 2017
-
3
No Nama Pesantren Alamat Kecamatan
11 Ma‟had Tahfidh Al-
Qur‟an Nurani
Jl. Timbul No. 60 Cipedak Jagakarsa
12 Al Fauzan Jl. Sirsak Jagakarsa
13 An-Nu‟aimy Jl. Seha II No. 1, Rt. 07/11 Keb. Lama
14 Al-Ishlah Jl. Nimun Raya Komp.
Pemakaman DKI Tanah
Kusir
Keb. Lama
15 Terpadu Al-Qur‟an Al-
Andalusia
Jl. Bangka II Gg. V/27,
Rt. 01/02 Pela Mampang
Mp. Prapatan
16 Al-Islamiyah PUI
Jakarta
Jl. Pancoran Barat XI-A
No. 10, Rt. 04/03,
Pancoran
Pancoran
17 Al-Mahbubiyah Jl. Jeruk Perut 10 Rt.
01/03
Pasar Minggu
18 Dzarratul Abrar Jl. Komp. Batan Rt. 03/07,
Rawa Bambu
Pasar Minggu
19 Miftahul Huda Jl. Ciledug Raya Ulujami
Rt. 02/03, No. 50, Gg. H.
Syatiri, Pesanggrahan
Pesanggrahan
20 Darunnajah Jl. Ulujami Raya No. 86,
Rt. 01/04
Pesanggrahan
21 Al-Musyarrofah Jl. H. Mukhtar Raya Rt.
012/011, Petukangan
Utara
Pesanggrahan
22 Arrahman Jl. Bulak Sari No. 35,
Pesanggrahan
Pesanggrahan
23 Syarif Hidayatullah Jl. Lapangan Ros Barat III
Rt. 09/05, No. 33
Tebet
24 Zawiyah Jl. Tebet Barat VIII No.
50, Tebet Barat
Tebet
-
4
No Nama Pesantren Alamat Kecamatan
25 Al-Kifahi Jl. Sawo Kecik Roos
Timur V, No. 27, Bukit
Duri, Tebet
Tebet
Sebagian besar dari masyarakat Indonesia menganut agama
Islam.
Maka dari itu, hubungan antara Bank Syariah pertama di Indonesia
yaitu
Bank Muamalat dengan suatu Lembaga Pendidikan Islam seperti
Pondok
Pesantren, jelaslah sangat erat kaitannya. Karena sistem
perekonomian yang
saat ini semakin maju, maka diperlukanlah langkah-langkah dalam
rangka
memudahkan suatu Lembaga Pendidikan Islam/Pondok Pesantren
bertransaksi, dan sekarang sudah sangat banyak Pondok Pesantren
di
Indonesia. Maka dari itu, Bank Muamalat selalu melakukan
sosialisasi ke
semua Pondok Pesantren untuk menawarkan kemudahan.
Bank Muamalat menginginkan semua Pondok Pesantren bergabung
dengan Bank Muamalat. Tidak hanya pada Pondok Pesantren yang
besar-
besar saja, pada Pondok Pesantren yang kecil-kecil juga
disosialisasikan oleh
Bank Muamalat. Tapi memang Bank Muamalat juga melihat kondisi
lokasi
dari pada Pondok Pesantren tersebut. Bank Muamalat sanggup atau
tidak
menangani jumlah Pondok Pesantren yang cabangnya banyak dengan
jumlah
santri yang sedikit. Karena semua itu harus diperhitungkan juga
benefit dari
kedua belah pihak. Baik dari pihak Bank Muamalat, juga dari
pihak Pondok
Pesantren tersebut. Buat Bank Muamalat, strategi di bank itu
sama. Ada gula
ada semut, yang penting kedua sisinya jalan.3
3 Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagai Branch
Manager Bank
Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25
Agustus 2017. (terlampir)
-
5
Berdasarkan data yang ada, dari sejumlah Pondok Pesantren
yang
berada di wilayah Jakarta Selatan, hanya ada satu Pondok
Pesantren yang
masih digarap semuanya (Dari santri sampai para guru/stafnya)
oleh Bank
Muamalat yaitu Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan.4
Pondok Pesantren Darunnajah memiliki lokasi strategis dengan
jenis
Pondok Pesantren Modern di pinggiran Ibukota, dan telah menjadi
salah satu
sasaran banyaknya program pembangunan yang ingin masuk ke
pesantren
tersebut, khususnya pada bidang perekonomian. Seperti halnya
pada Bank
Muamalat Indonesia. Untuk itu, jika Bank Syariah pada
kelembagaan Pondok
Pesantren seperti Bank Muamalat dapat diberdayakan dengan
sebaik-baiknya,
maka Bank Muamalat maupun Pondok Pesantren akan mengalami
peningkatan perekonomian yang baik.
Bank Syariah pada kelembagaan Pondok Pesantren seperti Bank
Muamalat yang terdapat pada salah satu Pondok Pesantren di
wilayah Jakarta
Selatan yaitu Pondok Pesantren Darunnajah, juga perlu suatu
strategi
pemasaran untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Beberapa
lembaga keuangan syariah mempunyai tujuan yang sama akan tetapi
strategi
pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut sudah
tentu
berbeda. Pada umumnya semua jajaran manajemen suatu lembaga
keuangan
syariah akan selalu membuat rencana-rencana yang baik dan tepat.
Jadi
jelaslah masalah strategi pemasaran bagi suatu lembaga keuangan
syariah
sangatlah penting, sebab strategi tersebut merupakan penentuan
tercapainya
tujuan yang telah direncanakan.
4 Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagai Branch
Manager Bank
Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25
Agustus 2017. (terlampir)
-
6
Strategi pemasaran Bank Syariah pada kelembagaan Pondok
Pesantren menjadi menarik untuk disimak karena penerapan
kesyariatan
Islam dalam produk yang ditonjolkan kepada para nasabah di
lingkungan
Pondok Pesantren itu sendiri. Oleh karena itu, semua Bank
Syariah sudah
tentu menjaring nasabah yang beragama Islam. Mereka akan menjadi
sasaran
untuk menggunakan berbagai produk perbankan dengan prinsip
syariah.
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka penulis tertarik
untuk
meneliti lebih lanjut mengenai hal tersebut dan menuliskannya
dalam sebuah
skripsi dengan judul: “Strategi Pemasaran Bank Muamalat
Indonesia
Pada Kelembagaan Pondok Pesantren di Wilayah Jakarta
Selatan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka
penulis
membatasi permasalahan yang akan diteliti, yaitu yang dimaksud
dengan
strategi pemasaran dalam penelitian ini adalah yang berkaitan
dengan
penerapan strategi pemasaran pada kelembagaan Pondok Pesantren
di
wilayah Jakarta Selatan, kendala-kendala strategi pemasaran
Bank
Muamalat Indonesia, dan upaya-upaya Bank Muamalat Indonesia
dalam
menghadapi kendala-kendala tersebut.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:
-
7
a. Bagaimana penerapan strategi pemasaran Bank Muamalat
Indonesia
pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta
Selatan?
b. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Bank Muamalat
Indonesia dalam melaksanakan strategi pemasarannya pada
kelembagan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan?
c. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh Bank Muamalat
Indonesia
dalam menghadapi kendala-kendala pelaksanaan strategi
pemasarannya pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah
Jakarta Selatan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini,
adalah:
1. Mengetahui bagaimana penerapan strategi pemasaran Bank
Muamalat
Indonesia pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah
Jakarta
Selatan.
2. Mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh
Bank
Muamalat Indonesia dalam melaksanakan strategi pemasarannya
pada
kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan.
3. Mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan oleh Bank
Muamalat
Indonesia dalam menghadapi kendala-kendala pelaksanaan
strategi
pemasarannya pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah
Jakarta
Selatan.
-
8
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan ini diharapkan memiliki manfaat
baik
secara akademik maupun praktik.
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan bagi pemberdaya Ilmu Ekonomi Islam terutama pada
Jurusan Manajemen Lembaga Keuangan Syariah (MLKS) mengenai
strategi pemasaran pada suatu Bank Syariah yang tepat agar
dapat
mempengaruhi minat masyarakat untuk menabung pada perbankan
syariah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran
kepada pihak perusahaan (khususnya perbankan syariah) dalam
mengetahui sejauh mana efektifitas penerapan strategi
pemasaran
perusahaan tersebut terhadap minat masyarakat untuk
menabung.
Dan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat luas untuk mengetahui sejauh
mana
strategi pemasaran (promosi) yang dilakukan oleh Bank
Muamalat
Indonesia pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah
Jakarta
Selatan dalam memasarkan produk-produknya sehingga dapat
menarik
minat para santri juga masyarakat sekitar pada lingkup
kelembagaan
Pondok Pesantren.
-
9
E. Metodologi Penelitian
1. Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui
sesuatu
yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan
metodologi
ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan
suatu
metode. Jadi, metodologi penelitian ialah suatu pengkajian
dalam
mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam
penelitian.5
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor menyatakan
bahwa
metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.6
Dalam pendekatan kualitatif peneliti berharap dapat
menghimpun
data, mengolah, menganalisis, dan menafsirkan secara mendetail.7
Jadi,
dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena
lebih
tepat dengan subjek yang diamati oleh peneliti, di mana peneliti
tidak
hanya meneliti bentuk partisipasi subjek tetapi peneliti juga
meneliti
perilaku subjek terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2017 sampai bulan
September tahun 2017. Lokasi penelitian ini dilakukan di
Muamalat
5 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian
Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), h. 41. 6 Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian
Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2007), h. 3.
7 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu,
1997), h. 21.
-
10
Institute, juga Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang
Fatmawati
Jakarta Selatan.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif
deskriptif
yaitu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu
masalah
atau keadaan atau suatu peristiwa dengan sebagaimana adanya
berdasarkan fakta-fakta yang tampak, sehingga bersifat sekedar
untuk
mengungkapkan fakta (fact finding), hasil penelitian ditekankan
pada
memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan yang
sebenarnya
dari objek yang sedang diselidiki, akan tetapi untuk
mendapatkan
manfaat yang lebih luas, biasanya dalam jenis penelitian ini
dilakukan
juga pemberian berbagai interpretasi. Adapun ciri-ciri pokok
penelitian
deskriptif adalah:8
a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada
saat
penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah
yang
bersifat aktual.
b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang sedang
diselidiki
dengan sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi
rasional.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memenuhi kebutuhan data yang beraneka ragam,
penelitian
kualitatif menggunakan berbagai metode pengumpulan data.
Seperti
wawancara individual, wawancara kelompok, penelitian dokumen
dan
arsip, serta penelitian lapangan. Antara metode satu dengan yang
lainnya
8 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta:
Gadjah Mada
University Press, 1991), h.31.
-
11
tidak saling terpisah, tetapi saling berkaitan dan saling
mendukung untuk
menghasilkan data yang sesuai dengan kebutuhan. Data yang
diperoleh
dari suatu metode disilangkan dengan data yang diperoleh
melalui
metode yang lain sehingga menghasilkan data yang dapat dipercaya
dan
sesuai dengan kenyataan.9 Dalam penelitian skripsi tentang
Strategi
Pemasaran Bank Muamalat Indonesia Pada Kelembagaan Pondok
Pesantren di Wilayah Jakarta Selatan peneliti menggunakan
teknik
pengumpulan data, yaitu Observasi, Wawancara mendalam, dan
Dokumentasi.
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti,
serta
pencatatan secara sistematis. Menurut Indriati Yulistiani dalam
buku
Ragam Penelitian Kualitatif, Penelitian Lapangan, observasi
adalah
pengamatan dengan menggunakan seluruh panca indera (melihat,
mendengar, dan merasakan) serta pencatatan secara sistematis
gejala-gejala yang terjadi di lapangan penelitian.10
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada
suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan
di
mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Wawancara
9 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori &
Praktik, (Jakarta: PT Bumi
Aksara: 2013) h. 141-142. 10
Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif, Penelitian
Lapangan, (Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001), h. 16.
-
12
dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sebanyak
mungkin
dan sejelas mungkin kepada subjek penelitian.
Wawancara merupakan bagian dari observasi, karena
wawancara adalah salah satu cara untuk memperoleh data
melalui
informasi yang didengar dengan panca indra pendengaran, yang
sebelumnya dinyatakan terlebih dahulu kepada responden.11
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengambilan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subjek penelitian.12
Dengan cara
mengumpulkan data yang melalui peninggalan tertulis, foto
kegiatan,
terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku yang
berkaitan mengenai pendapat, teori, maupun hukum dan
lain-lain
yang berhubungan dengan masalah penyelidikan atau
penelitian.
5. Instrumen dan Alat Bantu
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti. Kedudukan
peneliti
dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus
merupakan
perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis, penafsir
data, dan
pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.
Pengertian
instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi
segala dari
keseluruhan proses penelitian.13
11
Nurul Hidayati, “Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan
Kualitatif”,
(Jakarta: UIN Jakarta Press), h. 39. 12
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya,
2004), h. 70. 13
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,
2006), cet-22, h. 168.
-
13
Dalam penelitian kualitatif pada awalnya di mana
permasalahan
belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah
peneliti
sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi
jelas, maka
kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana,
yang
diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan data yang
telah
ditemukan melalui observasi dan wawancara.14
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber utama
dicatat
melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio
tapes,
pengambilan foto atau film.15
Pada penelitian ini, peneliti dibekali dengan beberapa alat
sebagai
pembantu catatan dan ingatan, seperti alat-alat tulis, kamera,
dan
perekam suara.
6. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua
macam,
yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
subjek penelitian yaitu Bank Muamalat Indonesia dan objek
yaitu
kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan yang
terlibat secara langsung dalam Strategi Pemasaran yang
dilakukan
oleh Bank Muamalat itu sendiri.
14
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2010), cet-2, h.60. 15
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 15.
-
14
b. Data Sekunder
Data-data yang peneliti kumpulkan dari catatan-catatan di
lapangan, seperti data jumlah kelembagaan Pondok Pesantren
di
wilayah Jakarta Selatan yang bekerja sama dengan Bank
Muamalat
Indonesia.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data
dan
sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan
data
dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data
yang
sekaligus menguji kreadibilitas data, yaitu mengecek
kreadibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber
data.16
Seperti yang sudah dijelaskan oleh Lexy J. Moleong dalam
bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif. Untuk menentukan
keabsahan
data adalah dengan melakukan triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data
itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap
data
itu.17
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik triangulasi
dengan cara membandingkan sumber-sumber data yang diperoleh
dengan
kenyataan yang ada saat penelitian berlangsung.
16
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2010), cet-2, h. 24. 17
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 330.
-
15
8. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen, adalah
upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat
diceritakan kepada orang lain. Di pihak lain, menurut Seiddel
proses
berjalannya analisis data kualitatif adalah sebagai
berikut:18
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu
diberi
kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan,
mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
c. Berpikir, dengan jalan agar kategori data itu mempunyai
makna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan
membuat temuan-temuan umum.
Dalam menganalisis data ini, penulis menggunakan analisis
deskriptif, yaitu mengembangkan objek penelitian apa adanya
sesuai
dengan kenyataan berdasarkan teori yang ada. Pada saat
menganalisa
data observasi, peneliti menginterpretasikan catatan lapangan
yang ada
kemudian menyimpulkannya. Setelah itu peneliti menganalisa
kategori-
kategorinya.
18
Seiddel, “Proses Berjalannya Analisis Data Kualitatif ”, dalam
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 157.
-
16
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, sebelumnya telah ada beberapa
karya
ilmiah yang membahas tentang Strategi Pemasaran Bank Syariah
yang
peneliti temukan, yang pembahasannya hampir atau menyerupai
dengan judul
penelitian yang peneliti angkat. Tetapi strategi pemasaran Bank
Syariah yang
sering peneliti temukan, bukan yang spesifik pada suatu
kelembagaan Pondok
Pesantren seperti yang peneliti bahas. Oleh karena itu, untuk
menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan seperti „menduplikat‟ hasil karya
orang lain,
maka peneliti sangat perlu mempertegas perbedaan di antara
masing-masing
judul dan masalah yang dibahas dari beberapa skripsi yang telah
dibahas
sebelumnya. Setelah melakukan suatu kajian kepustakaan, adapun
beberapa
judul diantaranya sebagai berikut:
1. Nama Penyusun Moh. Ulumudin, Jurusan Manajemen Dakwah,
disusun
pada tahun 2014 dengan judul “Strategi Pemasaran Produk
Tabungan
Wadi’ah Bank Syariah Mandiri Cabang Ciputat”. Skripsi
membatasi
masalahnya pada manajemen strategi pemasaran produk tabungan
wadi‟ah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Ciputat.
2. Nama Penyusun Ahmad Zaki, Jurusan Manajemen Dakwah,
disusun
pada tahun 2014 dengan judul “Strategi Pemasaran Produk
Gadai
Emas Syariah Pada Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati”.
Skripsi
membatasi masalahnya pada strategi pemasaran dan mekanisme
produk
gadai emas syariah pada Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati.
3. Nama penyusun Sufie Kholil Lulloh, Jurusan Manajemen
Dakwah,
disusun pada tahun 2014 dengan judul “Strategi Pemasaran
-
17
Pembiayaan Murabahah Produk Tabungan Cicil Emas Pada PT.
Bank
Syariah Mandiri Cabang Bintaro”. Skripsi membatasi
masalahnya
hanya pada bauran pemasaran (marketing mix) yang meliputi
promosi,
produk, distribusi, dan harga pada produk tabungan cicil emas di
Bank
Syariah Mandiri Cabang Bintaro.
4. Nama Penyusun Adam Wijaya, Jurusan Manajemen Dakwah,
disusun
pada tahun 2016 dengan judul “Strategi Segmentasi Produk KPR
iB
Bank DKI Cabang Syariah Pondok Indah”. Skripsi membatasi
masalahnya hanya pada strategi segmentasi pemasaran yang
diterapkan
oleh Bank DKI Cabang Syariah Pondok Indah khususnya pada
produk
pembiayaan KPR iB.
5. Nama Penyusun Maulana Yusuf, Jurusan Manajemen Dakwah,
disusun
pada tahun 2013 dengan judul “Strategi Pemasaran Produk
Tabungan
Mabrur Pada Bank Syariah Mandiri KCP Tomang Jakarta Barat”.
Skripsi membatasi masalahnya pada analisis problematika
strategi
pemasaran yang terjadi di Bank Syariah KCP Tomang Jakarta Barat
dari
tahun 2011-2013.
Sedangkan skripsi yang penulis buat berjudul “Strategi
Pemasaran Bank Muamalat Indonesia Pada Kelembagaan Pondok
Pesantren di Wilayah Jakarta Selatan”. Skripsi yang akan saya
bahas
itu tentang strategi pemasaran yang terdapat pada penelitian
ini, seperti
yang berkaitan dengan penerapan strategi pemasaran pada
kelembagaan
Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan, kendala-kendala
strategi
-
18
pemasaran Bank Muamalat Indonesia, dan upaya-upaya Bank
Muamalat
Indonesia dalam menghadapi kendala-kendala tersebut.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini maka digunakan lah
sistematika penulisan. Penulis menggunakan acuan pedoman
penulisan Karya
Ilmiah standar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta terbitan
CeQDA (Center for Quality Development and Assurance).
Sistematika
penulisan bertujuan untuk memudahkan pemahaman mengenai
penelitian ini.
Maka dari itu, peneliti membagi skripsi ini ke dalam lima BAB.
Adapun
sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab I ini terdiri dari 7 sub bab yang terdiri dari
latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang landasan teori
dari variabel-variabel yang mendukung terlaksananya
penelitian.
-
19
BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT
INDONESIA
Dalam bab ini, penulis akan menguraikan tentang Sejarah
Berdirinya Bank Muamalat Indonesia, Visi dan Misi,
Struktur Organisasi, Produk dan Kegiatan, Legalitas Bank
Muamalat Indonesia, dan Keunggulan Bank Muamalat
Indonesia.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Merupakan bentuk analisis Strategi Pemasaran Bank
Muamalat Indonesia pada kelembagaan Pondok Pesantren
di wilayah Jakarta Selatan.
BAB V PENUTUP
Penutup, yang meliputi Kesimpulan dan Saran.
-
20
BAB II
PEMBAHASAN LANDASAN TEORITIS
A. Strategi Pemasaran
1. Pengertian Strategi
Pengertian strategi dalam lembaga usaha merupakan rencana
para
pemimpin organisasi untuk mencapai hasil yang konsisten dengan
misi
dan tujuan organisasi. Strategi merupakan gambaran besar
mengenai cara
sebuah lembaga atau perorangan dapat mencapai tujuan. Sebagai
kontras,
taktik merupakan strategi dalam skala yang lebih kecil dan waktu
yang
lebih pendek. Strategi merupakan kombinasi antara
pengambilan
keputusan secara alamiah dan proses pemikiran rasional.
Strategi
sebenarnya merupakan hal alamiah bagi lembaga yang memiliki
konsep
survival (bertahan dan berkembang).1
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup
yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun
pada
umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata
tersebut.
Contoh berikut menggambarkan perbedaannya, “Strategi untuk
memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan taktik untuk
memenangkan
satu pertandingan”. Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk
kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai
bidang
1 Eddy Yunus, Manajemen Strategis (Yogyakarta: ANDI, 2016), h.
19.
-
21
yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak
bola dan
tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen
strategi, dll.
Strategi pemasaran merupakan turunan dari strategi bisnis
perusahaan. Secara umum, bisnis bank berorientasi pada
profit
(keuntungan), growth (pertumbuhan), dan sustainability
(kesinambungan) yang tercermin dari perolehan laba, kenaikan
asset
yang berkualitas, dan peningkatan kualitas layanan secara
berkelanjutan.2
2. Pengertian Pemasaran
Pemasaran bisa diartikan sebagai suatu proses sosial dan
manajerial yang mencakup individu dan kelompok guna
mendapatkan
apa yang mereka butuh dan inginkan dengan cara menciptakan,
menawarkan, dan mempertukarkan jasa yang bernilai dengan pihak
lain.
Pemasaran berusaha menghasilkan laba dari jasa yang diciptakan
sesuai
dengan tujuan perusahaan.3
Islam memerintahkan umat manusia bertebaran untuk meraih
karunia Allah Swt, yaitu mencari suatu manfaat ataupun
memberikan
manfaat bagi orang lain yang dimaknai dengan bersosialisasi,
bersilaturahim, berniaga, dan melakukan aktivitas bisnis lain
dalam
rangka mencari kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu berupa ridha
Allah
Swt.
Kegiatan dan objek pemasaran yang terkait dengan penciptaan,
penawaran, dan pertukaran bertujuan untuk kemaslahatan dan
tidak
2 Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2015), h. 128. 3Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis
Bank Syariah, h. 120.
-
22
menimbulkan kerusakan atau merugikan siapa pun sesuai tuntunan
al-
Qur‟an dan Hadits. Bertebaranlah membawa barang produksi, ilmu,
dan
nilai yang bermanfaat agar berguna bagi kehidupan alam semesta.
Hal
tersebut sejalan dengan perintah Allah Swt dalam al-Qur‟an surah
al-
Jumu‟ah ayat 10:4
َ ِ َواْذُكُروا َّللاَّ الةُ فَاْوتَِشُروا فِي األْرِض
َواْبتَُغوا ِمْه فَْضِل َّللاَّ فَإَِذا قُِضيَِت الصَّ
َكثِيًرا لََعلَُّكْم تُْفلُِحونَ
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak
supaya kamu beruntung.”
Pada saat ini, perkembangan perbankan syariah sebagai bagian
dari
aplikasi sistem ekonomi syariah di Indonesia telah memasuki
babak baru.
Pertumbuhan industri perbankan syariah telah bertransformasi,
dari
sekadar memperkenalkan suatu alternatif praktik perbankan
syariah,
menjadi bagaimana bank syariah menempatkan posisinya sebagai
pemain
utama dalam percaturan ekonomi di tanah air. Bank syariah
memiliki
potensi besar untuk menjadi pilihan utama dan pertama bagi
nasabah
dalam pilihan transaksi mereka. Hal itu ditunjukkan dengan
akselerasi
pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah di Indonesia.
Kegiatan pemasaran berbeda dengan penjualan, dan menurut
American Marketing Association, pemasaran diartikan sebagai
pelaksanaan dunia usaha yang mengarahkan arus barang-barang dan
jasa
4 Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h.
121.
-
23
dari produsen ke konsumen atau pihak pemakai. Definisi tersebut
hanya
menekankan aspek distribusi dibanding kegiatan pemasaran.5
Seiring pertumbuhan perbankan syariah, dinamika kompetisi di
antara pelaku bank syariah yang semakin tinggi mengakibatkan
competitive advantage yang dimiliki suatu bank makin tidak
sustainable.
Dengan demikian, sebuah bank harus melakukan berbagai upaya
pembaruan yang tiada akhir (unending improvement) untuk
dapat
menjadi pemain utama pada segmennya sehingga dapat menjadi
preferensi utama customer yang berujung pada kepuasan bahkan
loyalitas. Karena itu, sebuah bank syariah dituntut untuk
mempunyai
sistem pemasaran yang teruji, dan tidak sekadar mengharapkan
emotional
mass untuk menjadi nasabah.
William J. Stanton menyimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu
sistem dalam kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan, serta mendistribusikan barang
dan
jasa yang memuaskan kebutuhan existing customer dan
potential
customer.6
Perbankan sebagai salah satu pelaku bisnis, selama dua
dasawarsa
terakhir tidak henti-hentinya berkompetisi untuk membuat
nasabahnya
tetap setia pada produknya dan tidak berpaling ke produk lain.
Salah satu
kiat yang diyakini dalam pemasaran sekarang untuk membuat
nasabah
setia adalah menciptakan sistem layanan yang selalu mengarah
kepada
customer satisfaction. Sistem pemasaran syariah merupakan
serangkaian
5 American Marketing Association, “Pengertian Pemasaran”, dalam
Ikatan Bankir
Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h. 115. 6 Ikatan Bankir
Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h. 115.
-
24
aktivitas produksi barang/jasa, dan proses delivery produk/jasa
kepada
konsumen yang sesuai dengan prinsip syariah.
Dalam dunia pemasaran ada istilah yang cukup dikenal, yaitu
“Nothing happens until a sale is made”. Hal demikian wajar
karena
penjualan merupakan bagian dari pemasaran (marketing). Untuk
dapat
melakukan aktivitas penjualan dengan baik sesuai target,
organisasi harus
didukung oleh para pemasar (marketer) yang handal. Marketer
yang
handal dituntut memiliki sifat dan karakter dasar marketer agar
sukses
dan lancar dalam menjalankan tugasnya.7
Definisi lain mengungkapkan pemasaran sebagai suatu proses
sosial dan manajerial yang mencakup individu dan kelompok
guna
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
cara
menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan jasa yang
bernilai
dengan pihak lain. Pemasaran berusaha menghasilkan laba dari
jasa yang
diciptakan sesuai dengan tujuan perusahaan.8
Secara umum pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses
sosial yang merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi
kebutuhan
dan keinginan dari pelanggan dalam rangka memberikan kepuasan
yang
optimal kepada pelanggan.9
Untuk mencapai tujuan pemasaran yang efektif, perusahaan
terlebih dulu harus memahami dan mengetahui kebutuhan
konsumen
yang lebih dibandingkan pesaing sehingga menghasilkan produk
jasa
7 Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h.
111.
8 Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h.
116.
9 M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank
Syariah(Bandung: Alfabeta,
2012), h. 6.
-
25
keuangan yang bernilai tinggi dan lebih bagi nasabah. Apalagi
terhadap
produk jasa perbankan syariah yang relatif baru dikenal
masyarakat.
Karena itu, diperlukan strategi pemasaran yang diformulasikan
dalam
marketing mix (bauran pemasaran) yang mencakup product or
service,
price, place, promotion, participants, physical evidence, dan
process
yang menjadi faktor penentu dalam keunggulan bersaing
(competitive
advantage).10
Konsep pemasaran bank syariah sarat dengan muatan syariah
yang
menurut Muhammad Syakir Sula dan Hermawan Kartajaya memiliki
karakteristik teistis, yakni nilai ketuhanan dalam rangka
memperoleh
ridha Allah Swt. (rabbaniyyah); etis, yaitu beretika sesuai
dengan norma
Islam (akhlaqiyyah); realistis atau sesuai dengan kondisi zaman
dan
istikamah (al waqiyyah); serta humanistis, yaitu adanya
persaudaraan
antar manusia atau kemanusiaan (insaniyyah).11
3. Pengertian Strategi Pemasaran
Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup
dan
berkembang, tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui
usaha
mempertahankan dan meningkatkan tingkat keuntungan/laba
perusahaan.
Usaha ini hanya dapat dilakukan apabila perusahaan dapat
mempertahankan dan meningkatkan penjualannya, melalui usaha
mencari dan membina langganan, serta usaha menguasai pasar.
Tujuan
ini hanya dapat dicapai apabila bagian pemasaran perusahaan
melakukan
10
Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka
Utama, 2015), h. 114. 11
Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing
(Bandung:
Mizan, 2006), h. 20.
-
26
strategi yang mantap untuk dapat menggunakan kesempatan atau
peluang
yang ada dalam pemasaran, sehingga posisi atau kedudukan
perusahaan
di pasar dapat dipertahankan dan sekaligus ditingkatkan.12
Seperti diketahui keadaan dunia usaha bersifat dinamis, yang
diwarnai dengan adanya perubahan dari waktu ke waktu dan
adanya
keterkaitan antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu,
strategi
pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk
keberhasilan
usaha perusahaan umumnya dan bidang pemasaran khususnya, di
samping itu, strategi pemasaran yang ditetapkan harus ditinjau
dan
dikembangkan sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan
pasar
tersebut. Dengan demikian, strategi pemasaran harus dapat
memberi
gambaran yang jelas dan terarah tentang apa yang akan
dilakukan
perusahaan dalam menggunakan setiap kesempatan atau peluang
pada
beberapa pasar sasaran.
Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang
menyeluruh, terpadu, dan menyatu di bidang pemasaran, yang
memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk
dapat
tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan. Dengan kata
lain,
strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran,
kebijakan dan
aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran
perusahaan
dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan
serta
alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam
menghadapi
lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah. Oleh
karena itu,
12
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010), h.
167.
-
27
penentuan strategi pemasaran harus didasarkan atas analisis
lingkungan
dan internal perusahaan melalui analisis keunggulan dan
kelemahan
perusahaan, serta analisis kesempatan dan ancaman yang
dihadapi
perusahaan dari lingkungannya.13
4. Fungsi dan Tujuan Strategi Pemasaran
Peranan atau fungsi strategi pemasaran barang dan jasa:14
a. Meningkatkan motivasi untuk berpikir jauh ke depan. Berfikir
out of
the box memang sangat diperlukan untuk menjaga ritme,
ataupun
kelangsungan perusahaan. Sesekali jangan terus mengikuti
ritme
pasar, tetapi coba untuk menggebrak pasar dengan sesuatu
yang
baru.
b. Koordinasi pemasaran yang lebih efektif dan terarah. Sesuatu
kalau
tidak memiliki tujuan ataupun strategi pastinya akan berjalan
dengan
berantakan. Dengan adanya strategi pemasaran akan membuat
koordinasi tim menjadi jauh lebih baik serta terarah.
c. Dapat merumuskan tujuan/goal perusahaan yang akan
dicapai.
Dengan bantuan strategi ini, wirausahawan dapat terbantu
untuk
lebih mendetailkan tujuan apa yang ingin perusahaan capai.
Baik
jangka panjang ataupun jangka pendek.
d. Pengawasan kegiatan pemasaran lebih efektif atas standard
prestasi
kerja. Tentunya dalam hal pemasaran perlu diawasi setiap
anggota
tim untuk peningkatan mutu ataupun kualitas.
Berikut ini adalah tujuan strategi pemasaran barang dan
jasa:15
13
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, h. 169. 14
Artikel diakses pada tanggal 15 Maret 2017
darihttp://rocketmanajemen.com/tujuan-
strategi-pemasaran/
-
28
1. Peningkatan kualitas koordinasi dalam tim pemasaran
2. Mengukur hasil pemasaran berdasarkan standard prestasi
yang
berlaku
3. Memberikan dasar yang logis dalam setiap pengambilan
keputusan
4. Mampu meningkatkan kemampuan dalam beradaptasi jika ada
perubahan-perubahan dalam pemasaran.
B. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Perbankan syariah dalam peristilahan internasional dikenal
sebagai
Islamic Banking atau juga disebut dengan interest-free
banking.
Peristilahan dengan menggunakan kata Islamic tidak dapat
dilepaskan
dari asal-usul sistem perbankan syariah itu sendiri. Bank
Syariah pada
awalnya dikembangkan sebagai suatu respons dari kelompok
ekonom
dan praktisi perbankan Muslim yang berupaya mengakomodasi
desakan
dari berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia jasa
transaksi
keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan
prinsip-
prinsip syariah Islam. Utamanya adalah berkaitan dengan
pelarangan
praktik riba, kegiatan maisir (spekulasi), dan gharar
(ketidakjelasan).16
Berkembangnya bank-bank dengan landasan syariah Islam di
berbagai negara pada dekade 1970-an, berpengaruh pula ke
Indonesia.
Pada awal 1980-an, diskusi mengenai Bank Syariah sebagai
pilar
15
Artikel diakses pada tanggal 15 Maret 2017
darihttp://rocketmanajemen.com/tujuan-
strategi-pemasaran/ 16
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2015),
h. 1.
-
29
ekonomi Islam mulai dilakukan. Sejumlah tokoh yang terlibat
dalam
diskusi itu antara lain: Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam
Rahardjo,
A. M. Saefuddin, M. Amin Aziz, dan beberapa tokoh lainnya.17
Namun prakasa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam baru
dilakukan pada 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) setelah
melalui
satu lokakarya, akhirnya membentuk satu kelompok kerja yang
disebut
Tim Perbankan MUI. Tim itu bertugas melakukan pendekatan dan
konsultasi dengan semua pihak terkait. Hasil tim kerja tersebut
akhirnya
melahirkan Bank Muamalat Indonesia. Akte pendirian bank itu
ditandatangani pada 1 November 1991. Namun baru pada tanggal 1
Mei
1992 Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi dengan modal
awal
sekitar Rp 106 miliar.18
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah,
adalah
bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga.
Bank
Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah
lembaga
keuangan/perbankan yang operasional dan produknya
dikembangkan
berlandaskan pada al-Qur‟an dan Hadits Nabi Saw, atau dengan
kata lain,
Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip
syariat Islam.19
17
Mustafa Edwin Nasution, dkk.,Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,
(Jakarta:
Kencana, 2006), h. 294. 18
Mustafa Edwin Nasution, dkk.,Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,
h. 294. 19
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2015),
h. 2.
-
30
Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga,
Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan
kata
lain, Bank Islam lahir sebagai salah satu solusi alternatif
terhadap
persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba. Dengan
demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan
diri
dari persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya bank
Islam.
Bank Islam lahir di Indonesia yang gencarnya, pada sekitar tahun
90-an
atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No. 7 Tahun 1992,
yang
direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998,
dalam
bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil
atau
bank syariah. Keberadaan bank syariah semakin mapan setelah
diundangkannya UU No. 21 Tahun 2010 tentang Perbankan
Syariah.20
Tabel 2.1: Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil
Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi Hasil
1 Penentuan tingkat suku
bunga dibuat pada waktu
akad dengan pedoman
harus selalu untung.
Penentuan besarnya rasio bagi hasil
dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan
untung rugi.
2 Besarnya prosentase
berdasarkan pada jumlah
uang (modal) yang
dipinjamkan.
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan
pada jumlah keuntungan yang
diperoleh.
3 Pembayaran bunga tetap
seperti yang dijanjikan
tanpa pertimbangan
apakah proyek yang
Bagi hasil tergantung pada keuntungan
proyek yang dijalankan sekiranya itu
tidak mendapatkan keuntungan maka
kerugian akan ditanggung bersama
20
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, h. 3.
-
31
Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi Hasil
dijalankan oleh pihak
nasabah untung atau rugi.
oleh kedua belah pihak.
4 Jumlah pembayaran bunga
tidak meningkat sekalipun
jumlah keuntungan
berlipat atau keadaan
ekonomi sedang
“booming”.
Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan.
5 Eksistensi bunga
diragukan (kalau tidak
dikecam) oleh semua
agama termasuk Islam.
Tidak ada yang meragukan
keuntungan bagi hasil.
Sumber: Seminar Orientasi Perbankan Syariah dengan pembicara
Bapak Annu‟man
Cupriadi sebagai Human Capital Division di Muamalat Institue,
Sabtu 12 Agustus 2017,
Pukul 08.30-12.00.
2. Tujuan dan Ciri-ciri Bank Syariah
Sebagai sebuah lembaga keuangan, pada Bank Syariah adalah
lembaga keuangan yang menjalankan peranannya untuk menjadi
lembaga
intermediasi antara pemilik modal dan pengusaha. Untuk itu
hadirnya
Bank Syariah dianggap sangat mempunyai peranan penting dalam
pergerakan pertumbuhan ekonomi. Adapun tujuan normatif
dibentuknya
lembaga keuangan syariah sebagai berikut:21
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuammalah
secara
Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan,
agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis
usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan)
di
21
Sumar‟in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2012), h. 53.
-
32
mana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam,
juga telah
menimbulkan dampak negatif terhadap ekonomi umat.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, dengan
jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak
terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal (orang
kaya)
dengan pihak yang membutuhkan dana (orang miskin).
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan
membuka
peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok
miskin
yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju
terciptanya kemandirian berusaha (berwirausaha).
d. Untuk membantu menanggulangi mengentaskan masalah
kemiskinan,
berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat
kebersamaan
dari siklus usaha yang lengkap. Seperti pembinaan pengusaha
produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan
konsumen, program pengembangan modal kerja dan program
pengembangan usaha bersama.
e. Untuk menjaga kestabilan ekonomi/moneter pemerintah.
f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank
non
Islam (konvensional) yang menyebabkan umat Islam tidak dapat
melaksanakan ajaran agamanya secara penuh terutama bidang
kegiatan bisnis dan perekonomian.
-
33
Bank Islam sebagai bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-
prinsip syariah menurut ketentuan al-Qur‟an dan Hadits memiliki
ciri-ciri
sebagai berikut:22
a. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad
perjanjian
diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak
kaku
(tidak rigit) dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk
tawar
menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya
dikenakan
sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.
Untuk
masa utang setelah masa kontrak berakhir dilakukan kontrak
baru
untuk menyelesaikannya. Hal ini sesuai dengan petunjuk
al-Qur‟an
surat al-Baqarah ayat 280 yang artinya sebagai berikut:
َوإِْن َكاَن ُذو ُعْسَرٍة فَىَِظَرةٌ إِلَى َمْيَسَرٍة َوأَْن
تََصدَّقُوا َخْيٌر لَُكْم إِْن ُكْىتُْم تَْعلَُمونَ
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka
berilah
tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan
(sebagian
atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
Mengetahui.”
b. Penggunaan presentase dalam hal kewajiban untuk melakukan
pembayaran selalu dihindarkan, karena presentase bersifat
melekat
pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah
berakhir.
Sistem bunga sangat menjerat peminjam yang pada umumnya
posisi
ekonominya lebih lemah.
c. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank Islam
tidak
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti
(fixed
22
M. Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,
(Jakarta: Gema Insani, 2001),
h. 19.
-
34
return) yang ditetapkan dimuka, karena pada hakikatnya yang
mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank
hanyalah
Allah semata, manusia sama sekali tidak mampu meramalnya.
d. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposit/tabungan
oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan (wadah) sedangkan bagi
bank
dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan
dana
pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai
dengan
prinsip syari‟ah Islam sehingga kepada penyimpan tidak
dijanjikan
imbalan yang pasti (fixed return) jika proyek yang dibiayai
bank
untung maka penyimpan uang akan memperoleh bagian
keuntungan.
e. Bank Islam tidak menerapkan jual beli atau sewa menyewa uang
dari
mata uang yang sama, misalnya rupiah dengan rupiah, dolar
dengan
dolar yang dari transaksi itu dapat menghasilkan keuntungan.
f. Adanya pos pendapatan berupa “rekening pendapatan non
halal”
sebagai hasil dari transaksi dengan bank konvensional yang
menerapkan sistem bunga. Pos ini biasanya digunakan untuk
menyantuni masyarakat miskin yang terkena musibah dan untuk
kepentingan kaum muslimin yang bersifat sosial.
g. Ciri lain bank Islam adalah adanya dewan pengawas syari‟ah
yang
bertugas untuk mengawasi operasional bank dari sudut
syari‟ah.
h. Produk-produk bank Islam selalu menggunakan sebutan-sebutan
yang
berasal dari istilah arab misalnya, al-murabahah, al-ba’iu
bitaman
ajil, al-ijarah, al-ba’iu tahjiri, al-qardhul hasan, dan
lain-lain. Di
-
35
mana istilah-istilah tersebut telah dicantumkan di dalam
kitab-kitab
fiqih Islam.
i. Adanya produk khusus yang tidak terdapat di dalam bank
konvensional, yaitu kredit tanpa beban yang murni bersifat
sosial, di
mana nasabah tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya.
Produk
ini diperuntukkan khusus orang-orang miskin atau sangat
membutuhkan dan untuk kegiatan-kegiatan sosial keagamaan
yang
urgent.
j. Fungsi kelembagaan bank Islam selain menjebatani antara
pihak
pemilik modal/memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi
amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab
atas
keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila
dana
tersebut ditarik kembali sesuai dengan perjanjian.
Tabel 2.2: Perbedaan antara Bank Konvensional dan Bank
Syariah
Bank Konvensional
Bank Syariah
Fungsi dan
Kegiatan Bank
Intermediasi, Jasa
Keuangan
Intermediasi, Manager
Investasi, Investor,
Sosial, Jasa Keuangan
Mekanisme
dan Objek
Usaha
Tidak anti riba dan anti
maysir
Anti riba dan anti maysir
Prinsip Dasar
Operasi
1. Bebas nilai (prinsip
materialis)
2. Uang sebagai Komoditi
1. Tidak bebas nilai
(prinsip syariah Islam)
2. Uang sebagai alat
-
36
Bank Konvensional
Bank Syariah
3. Bunga tukar dan bukan komoditi
3. Bagi hasil, jual beli,
sewa
Prioritas
Pelayanan
Kepentingan pribadi Kepentingan public
Orientasi Keuntungan Tujuan sosial-ekonomi
Islam, keuntungan
Bentuk Bank komersial Bank komersial, bank
pembangunan, bank
universal atau multi-
porpose
Evaluasi
Nasabah
Kepastian pengembalian
pokok dan bunga
(creditworthiness dan
collateral)
Lebih hati-hati karena
partisipasi dalam risiko
Hubungan
Nasabah
Terbatas debitur-kreditur Erat sebagai mitra usaha
Sumber
Likuiditas
Jangka Pendek
Pasar Uang, Bank Sentral Pasar Uang Syariah,
Bank Sentral
Pinjaman yang
Diberikan
Komersial dan
nonkomersial, berorientasi
laba
Komersial dan
nonkomersial,
berorientasi laba dan
nirlaba
Lembaga
Penyelesai
Sengketa
Pengadilan, Arbitrase Pengadilan, Badan
Arbitrase Syariah
Nasional
Risiko Usaha 1.Risiko bank tidak terkait
langsung dengan
debitur, risiko debitur
1. Dihadapi bersama
antara bank dan nasabah
dengan prinsip keadilan
-
37
Bank Konvensional
Bank Syariah
tidak terkait
langsung dengan bank
2.Kemungkinan terjadi
negative spread
dan kejujuran
2. Tidak mungkin terjadi
negative spread
Struktur
Organisasi
Pengawas
Dewan Komisaris Dewan Komisaris,
Dewan Pengawas
Syariah, Dewan Syariah
Nasional
Investasi Halal atau haram Halal
Sumber: Seminar Orientasi Perbankan Syariah dengan pembicara
Bapak Annu‟man
Cupriadi sebagai Human Capital Division di Muamalat Institue,
Sabtu 12 Agustus 2017,
Pukul 08.30-12.00.
3. Produk-produk Bank Syariah
Tujuan pengenalan produk perbankan syariah adalah agar
setelah
kita mengenal produk-produk apa yang terdapat di perbankan
syariah,
selanjutnya kita akan mampu untuk menyusun strategi pemasaran
yang
tepat bagi produk-produk tersebut. Sebab tanpa pengenalan produk
yang
akan dijual, maka akan mengakibatkan penyusunan strategi
pemasaran
yang tidak efektif. Hal ini akan menyebabkan strategi pemasaran
yang
dilakukan oleh pihak bank tidak tepat sasaran dan akhirnya
produk yang
ditawarkan tidak diterima oleh masyarakat.23
23
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah,
(Bandung: Alfabeta,
2012), h. 33.
-
38
Adapun bentuk usaha yang dijalankan oleh Bank Syariah itu
sendiri meliputi:24
1. Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan investasi, antara lain:
a. Giro berdasarkan prinsip wadi’ah;
Giro menurut Undang-undang Perbankan Syariah Nomor
21 tahun 2008 adalah simpanan berdasarkan akad wadi‟ah atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau
dengan perintah pemindahbukuan.
Sementara dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No.
01/DSN-MUI/IV/2000 disebutkan bahwa giro adalah simpanan
dana yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
penggunaan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Giro ada dua jenis
yaitu:
pertama, giro yang tidak dibenarkan secara syariah yaitu
giro
yang berdasarkan perhitungan bunga. Kedua, giro yang
dibenarkan secara syariah yaitu giro yang berdasarkan
prinsip
mudharabah dan wadi’ah.
Giro adalah bentuk simpanan nasabah yang tidak diberikan
bagi hasil, dan pengambilan dana menggunakan cek, biasanya
digunakan oleh perusahaan atau yayasan dan/atau bentuk badan
24
Sumar‟in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2012), h. 68.
-
39
hukum lainnya dalam proses keuangan mereka. Dalam giro
meskipun pihak bank tidak memberikan bagi hasil, namun pihak
bank berhak memberikan bonus kepada nasabah yang
besarannya tidak ditentukan di awal tergantung kepada
kebaikan
pihak bank.25
b. Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah dan/atau mudharabah;
Menurut Undang-undang Perbankan Syariah nomor 21
tahun 2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan akad
wadi’ah atau investasi dana berdasarkan mudharabah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek,
bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan
itu.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 02/DSN-
MUI/IV/2000, tabungan ada dua jenis, yaitu: pertama,
tabungan
yang tidak dibenarkan secara prinsip syariah yang berupa
tabungan dengan berdasarkan perhitungan bunga. Kedua,
tabungan yang dibenarkan secara prinsip syariah yakni
tabungan
yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi‟ah.
Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat
likuid, hal ini memberikan arti produk ini dapat diambil
sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkan, namun bagi hasil
yang ditawarkan kepada nasabah penabung kecil. Akan tetapi
25
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah,
(Bandung: Alfabeta,
2012), h. 35.
-
40
jenis penghimpunan dana tabungan merupakan produk
penghimpunan yang lebih minimal biaya bagi pihak bank karena
bagi hasil yang ditawarkannya pun kecil namun biasanya
jumlah
nasabah yang menggunakan tabungan lebih banyak daripada
produk penghimpunan yang lain.26
c. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah
Deposito menurut Undang-undang Perbankan Syariah
Nomor 21 tahun 2008 adalah investasi dana berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan
bank syariah dan/atau Unit Usaha Syariah (UUS).
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 03/DSN-
MUI/IV/2000, deposito terdiri atas dua jenis: pertama,
deposito
yang tidak dibenarkan secara prinsip syariah yaitu deposito
yang
berdasarkan perhitungan bunga. Kedua, deposito yang
dibenarkan secara syariah yaitu deposito yang berdasarkan
prinsip mudharabah.
Deposito adalah bentuk simpanan nasabah yang
mempunyai jumlah minimal tertentu, jangka waktu tertentu dan
bagi hasilnya lebih tinggi daripada tabungan. Nasabah
membuka
deposito dengan jumlah minimal tertentu dengan jangka waktu
yang telah disepakati, sehingga nasabah tidak dapat
mencairkan
26
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, h.
34.
-
41
dananya sebelum jatuh tempo yang telah disepakati, akan
tetapi
bagi hasil yang ditawarkan jauh lebih tinggi daripada
tabungan
biasa maupun tabungan berencana. Produk penghimpunan dana
ini biasanya dipilih oleh nasabah yang memiliki kelebihan
dana
sehingga selain bertujuan untuk menyimpan dananya, bertujuan
pula untuk salah satu sarana berinvestasi.27
2. Melakukan penyaluran dana melalui:
a. Prinsip jual beli berdasarkan akad, antara lain:
1) Murabahah: Prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan.
2) Istisna: Akad jual beli dalam bentuk pesanan pembuatan
barang tertentu yang disepakati antara pembeli dan penjual.
3) Salam: Jual beli barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga lebih dahulu dan dengan syarat-syarat
tertentu.
Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal
14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
27
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, h.
35.
Gambar 2. 1: Skema Akad Murabahah
http://www.bit.ly/reg-digilib.com
-
42
b. Prinsip bagi hasil berdasarkan akad, antara lain:
1) Mudharabah: Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
2) Musyarakah: Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan
modal.
Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal
14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
c. Prinsip sewa menyewa berdasarkan akad, antara lain:
1) Ijarah: Akad antara bank dengan nasabah untuk menyewa
suatu barang/objek sewa milik bank, dan bank mendapat
imbalan jasa atas barang yang disewanya, dan diakhiri
dengan pembelian objek sewa oleh nasabah.
2) Ijarah muntahiya bittamlik: Sewa yang diakhiri dengan
pemindahan kepemilikan barang.
d. Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qard: Suatu akad
pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah
wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada Lembaga
Gambar 2. 2: Skema Musyarakah
http://www.bit.ly/reg-digilib.com
-
43
Keuangan Syariah pada waktu yang telah disepakati antara
nasabah dan Lembaga Keuangan Syariah.
3. Melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan
akad
antara lain:
a. Wakalah: Pemberian wewenang/kuasa kepada pihak lain
tentang hal yang harus dilakukannya dan penerima kuasa
menjadi pennganti pemberi kuasa selama batas waktu yang
ditentukan.
Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal
14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
b. Hawalah: Pengalihan penagihan hutang dari orang yang
berhutang kepada orang yang menanggung hutang tersebut.
Gambar 2. 3: Skema Wakalah
-
44
Gambar 2. 4: Skema Hawalah
Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal
14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
c. Kafalah: Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua/yang ditanggung.
Gambar 2. 5: Skema Kafalah
Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal
14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
http://www.bit.ly/reg-digilib.comhttp://www.bit.ly/reg-digilib.com
-
45
d. Rahn: Merupakan perjanjian penyerahan barang untuk
menjadi
agunan dari fasilitas pembayaran yang diberikan.
Sumber: Orientasi Perbankan Syariah,gambar diakses pada tanggal
14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
4. Membeli, menjual, dan/atau menjamin atas resiko sendiri
surat
berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi
nyata
(underlying transaction) berdasarkan prinsip syariah;
5. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang
diterbitkan
oleh Pemerintah dan/atau Bank Indonesia
6. Menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah;
7. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau
nasabah
berdasarkan prinsip syariah;
8. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang
diterbitkan
dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga
berdasarkan prinsip syariah;
9. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat
berharga berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah;
Gambar 2. 6: Skema Rahn
http://www.bit.ly/reg-digilib.com
-
46
10. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya
untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan
prinsip
wakalah;
11. Memberikan fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan
prinsip
syariah;
12. Memberikan fasilitas garansi berdasarkan prinsip
syariah;
13. Melakukan kegiatan usaha kartu debet, charge card
berdasarkan
prinsip syariah;
14. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah;
15. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank
sepanjang
disetujui oleh Bank Indonesia dan mendapatkan fatwa Dewan
Syariah Nasional.
C. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam yang
mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan
mengamalkan
ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan
sebagai
pedoman perilaku sehari-hari. Kata “tradisional” dalam batasan
ini tidak
lah merKata “tradisional”, dalam batasan ini tidak lah merujuk
dalam arti
tetap tanpa mengalami penyesuaian, tetapi menunjuk bahwa lembaga
ini
hidup sejak ratusan tahun (300-400 tahun) yang lalu dan telah
menjadi
bagian yang mendalam dari sistem kehidupan sebagian besar umat
Islam
Indonesia, yang merupakan golongan mayoritas bangsa Indonesia,
dan
-
47
telah mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan
perjalanan
hidup umat.28
2. Tujuan Pondok Pesantren
Tujuan pendidikan pesantren menurut Mastuhu adalah
menciptakan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman
dan
bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi
masyarakat
atau berhikmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula
atau
menjadi abdi masyarakat yang mampu berdiri sendiri, bebas dan
teguh
dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam
dan
kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat, juga mencintai
ilmu
dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia. Idealnya
pengembangan kepribadian yang ingin dituju ialah kepribadian
mukhsin,
bukan sekedar muslim.29
Sedangkan menurut M.Arifin bahwa tujuan didirikannnya
pendidikan pesantren pada dasarnya terbagi pada dua yaitu:30
a. Tujuan khusus
Yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang „alim
dalam
ilmu agama yang diajarkan oleh Kyai yang bersangkutan serta
mengamalkannya dalam masyarakat.
28
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, INIS, 1994, dalam
Pemberdayaan
Pesantren: Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri denagn
Metode Daurah Kebudayaan
(Yogyakarta: Pustaka Pesantrendan Yayasan Kantata Bangsa ,
2005), h. 1. 29
M. Arifin, “Dasar Tujuan Didirikannya Pendidikan Pesantren”,
dalam Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian
Tentang unsur dan Nilai sistem Pendidikan
Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994). 30
Arifin M, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1993).
-
48
b. Tujuan umum
Yaitu membimbing anak didik agar menjadi manusia yang
berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya
menjadi
mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan melalui ilmu dan
amalnya.
3. Karakteristik Pondok Pesantren
Karakteristik Pondok Pesantren bisa dilihat dari adanya
kyai,
santriwan/santriwati, masjid, dan pondok/asrama. Pondok
Pesantren
sebagai bagian dari masyarakat yang mempunyai karakteristik
yang