STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA PERPUSTAKAAN HUBUNGANANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PENGOBATANDI RUMAH SAKIT KHUSUS PARU RESPIRA BANTUL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Disusun oleh : Achmad Sidiq 2212134 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2016
30
Embed
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA PERPUSTAKAANrepository.unjaya.ac.id/429/1/Achmad Sidiq_2212134_nonfull resize.pdfstikes jenderal a. yani yogyakartaperpustakaan hubunganantara tingkat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
HUBUNGANANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN
PENGOBATANDI RUMAH SAKIT KHUSUS PARU RESPIRA BANTUL
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Disusun oleh : Achmad Sidiq
2212134
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2016
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ii
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iii
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Tuberkulosis Paru
dengan Kepatuhan Pengobatan di Rumah Sakit Khusus Paru RESPIRA Bantul”.
Penyusunan skripsi ini merupakan syarat dalam rangka menyelesaikan studi S1
Keperawatan di Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini
dapat diselesaikan berkat bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan
setulus-tulusnya kepada:
1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
2. Tetra Saktika A. M.kep., Ns Sp.Kep.M.Bselaku Ketua Prodi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta
3. Wenny Savitri, MNSselaku dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan kepada saya dalam
penyusunan usulan penelitian.
4. Miftafu Darussalam, M.kep., Sp.Kep.M.B selaku dosen Pembimbing II
yang telah banyak memberi bimbingan, pengarahan dan masukan kepada
saya dalam penyusunan usulan penelitian.
5. Dwi Kartika Rukmi, M.kep, Sp.M.B selaku dosen penguji yang telah
banyak memberi bimbingan, pengarahan dan masukan kepada saya dalam
penyusunan usulan penelitian.
6. Seluruh pihak Rumah Sakit Khusus Paru Respira Bantul yang sudah
bersedia memberikan tempat dan waktu untuk melakukan penelitian.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
v
7. Bapak, ibu dan seluruh keluarga yang telah memberikan limpahan cinta,
doa, dan semangat kepada penulis.
8. Semua sahabat mahasiswa keperawatan angkatan tahun 2012 yang telah
memberikan masukan, semangat serta dukungan kepada penulis.
9. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan bantuannya.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,
sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar
harapan penulis semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
menambah ilmu pengetahuan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x INTIASRI ...................................................................................................... xi ABSTRACK ................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4 E. Keaslian Penelitian ..................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ........................................................................... 7 1. Tingkat Pengetahuan ................................................... .......... 7 2. Tuberkulosis Paru .................................................................. 11 3. Kepatuhan Pengobatan ........................................................ .. 23
B. Kerangka Teori ........................................................................... 25 C. Kerangka Konsep ....................................................................... 26 D. Hipotesis ..................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ....................................................................... 27 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 27 C. Populasi dan Sampel .................................................................. 27 D. Variabel Penelitian ..................................................................... 28 E. Definisi Operasional .................................................................. 29 F. Alat Ukur Penelitian .................................................................. 30 G. Metode pengumpulan data .......................................................... 31 H. Validitas dan Reabilitas ............................................................. 32 I. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 33 J. Etika Penelitian ........................................................................... 35 K. Tahap Penelitian ......................................................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 40 B. Pembahasan ............................................................................... 43
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 49 B. Saran .......................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 OAT Lini Pertama ............................................................................ 20 Tabel 2.2 Kisaran Dosis OAT Lini Pertama bagi Pasien Dewasa .................. 20 Tabel 3.3 Definisi Operasional ....................................................................... 29 Tabel 4.4 Distribusi karakteristik penderita TB paru ...................................... 41 Tabel 4.5 Distribusi tingkat pengetahuan TB paru ......................................... 42 Tabel 4.6 Distribusi tingkat kepatuhan pengobatan Tb paru .......................... 42 Tabel 4.7 Distribusi silang antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 25 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ......................................................................... 26
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xi
INTISARI
Latar Belakang: Tuberkulosis paru (TB) adalah disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis penyakit ini terutama menyerang paru-paru namun juga bisa menyerang organ-organ lain. TB paru merupakan penyebab kematian kedua di dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). Berdasarkan World Health Organization (WHO) 2013 terdapat sembilan juta orang penderita TB paru. Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memiliki angka kesembuhan TB paru kurang dari standar nasional, yaitu hanya mencapai 24,09%. Keberhasilan pengobatan TB paru sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan penderita dalam kepatuhan pengobatan.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan pasien TB paru dengan kepatuhan pengobatan.
Metode: Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah penderita TB paru yang menjalani pengobatan di rumah sakit khusus paru respira bantul yang diambil dengan menggunakan accidental sampling, dengan jumlah sampel dalam penelitian ini 14 pasien TB paru. Data diperoleh dengan menggunakan kuisioner. Uji statistik yang digunakan adalah Spearmen rank.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar tingkat pengetahuan pasien TB paru dengan kategori tinggi (71.4%), dan memiliki tingkat kepatuhan pengobatan dalam kategori patuh (85.7%). Hasil uji korelasi Spearmen diperoleh bahwa r =(0,645, p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien tentang TB paru dengan kepatuhan pengobatan.
Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan penderita TB paru di Rumah Sakit Khusus Paru Respira Bantul.
Kata-kata kunci: Tingkat Pengetahuan, Kepatuhan Pengobatan, Tuberkulosis Paru
1 Mahasiswa STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 Dosen STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 3 Dosen STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
THE RELATION BETWEEN THE PATIENT KNOWLEGE LEVEL ABOUT LUNG TUBERCULOSIS ILL WITH MEDICINAL OBIDIENCE
IN THE SPECIAL LUNG TUBERCULOSIS RESPIRA BANTUL HOSPITAL
Background : Lung Tuberculosis (TB) is because of Mycobacterium tuberculosis. This disease especially fell ill with lung but also fell ill the other part of the body. According to the World Health Organization (WHO) 2013 there is nine millions peoples are sufferer of lungs tuberculosis . Bantul regency is one of regency of special districk of yogyakarta (DIY). It has healing number of lung tuberculosis minus from national standard. It has only reach 24,09% medicinal success of lung tuberculosis very fixed by knowledge level sufferer in the medicinal obedience.
Objective : The purpose of this research is to know the relation between the patient knowledge level of lung tuberculosis with the medicinal obedience.
Methode : This research design is descriptive corelational with cross sectional. The example of this research is sufferer of lung tuberculosis who enter on the medicinal in the special lung tuberculosis Respira Bantul Hospital was taken by using accidental sampling. With sample result in this reseach is 14 patient of lung tuberculosis .
Result : The result of this research showed the big part of patient knowledge level of lung tuberculosis with high category (71,4%) and has medicinal obedience level in obedient category (85,7%) the result test of spearmen corelation that got r = (0,645 p<0,05) it’s means there is significant relation between the patient knowledge level about lung tuberculosis with medicinal obedience.
Conclusion : The result research showed there is the significant relation between the knowledge level with the medicinal obedience suffererlungs tuberculosis in the special lung tuberculosis Respira Bantul Hospital.
terjadinya kekambuhan, menurunkan penularan dan mencegah terjadinya
resisten obat.
Pada kuisioner tingkat pengetahuan TB paru pada pernyataan
dengan skor terendah terdapat pada no 2, 3 dan 7. Dalam mengisi
kuisioner banyak responden yang menjawab salah yakni tentang
pengertian, bahaya dan cara penularan. Dalam hal ini banyak responden
yang kurang mengerti tentang pengertian, bahaya dan cara penularan
penyakit TB paru. TB paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Micobacterium tuberculosis (Pasek, Suryani, &
K). Menurut Kemenkes RI, (2014) cara penularan pasien BTA positif
pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Pada saat
batuk pasien TB dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. Dalam hal ini
infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang
mengandung percik renik dahak.
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar responden dalam
melakukan pengobatan dikategorikan patuh (85.7%) dan tidak patuh
dalam pengobatan (14.3%). Maka dalam penelitian ini bahwa mayoritas
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
46
patuh dalam pengobatan TB paru.Kepatuhan pengobatan adalah
kesesuaian antara perilaku pasien dengan ketentuan pemberian obat dan
rutin kontrol ke instansi kesehatan. Menurut Green et al., (1986) dalam
Suhadi (2005) kepatuhan penderita TB paru merupakan bentuk perilaku
penderita untuk menjalani pengobatan dengan benar dalam rangka
mecapai kesembuhan. Pada kuisioner kepatuhan pengobatan TB paru
dari 10 pernyataan terdapat 2 responden yang tidak patuh dalam
pengobatan yakni tentang kesesuaian jadwal dalam pengambilan obat
dan pemeriksaan dahak ulang. Menurut Kemenkes RI, (2014)
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.
Faktor kepatuhan pengobatan TB paru salah satunya adalah peran
PMO.Menurut tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar penderita
TB paru mempunyai PMO yaitu 100% dengan rata-rata patuh dalam
pengobatan akan tetapi terdapat 2 responden yang tidak patuh dalam
pengobatan. Peran PMO dalam penelitian ini rata-rata keluarga
responden yakni seorang ibu, ayah, dan anak. Peran PMO sangat
mempengaruhi kecenderungan untuk patuh dalam pengobatan, pada 2
responden yang tidak patuh mempunyai pengawas minum obat yakni
seorang ibu dan suami dengan umur dewasa akhir. Dalam hal ini
kemungkinan peran PMO sibuk dengan bekerja karena masih dalam
kategori usia produktif sehingga kurang aktif dalam mengingatkan
responden dalam pengobatan.
Menurut Intang (2004) adanya pengawas minum obat pada
penderita maka semakin patuh dalam pengobatan karena dengan
pengawasan minum obat untuk penderita TB paru menjalani pengobatan
maka akan ada pengawasan baik dosis tablet maupun waktu minum obat
sehingga keteraturan berobat dapat dilaksanakan dengan benar. Peran
PMO yang kurang baik berisiko sebesar 3,013 kali untuk menyebabkan
pasien tidak patuh periksa dahak ulang pada fase akhir pengobatan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
47
dibandingkan dengan pasien yang memiliki peran PMO yang baik
(Sumarman,2011 dalam Sidy, 2012).
Hubungan tingkat pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis paru
dengan kepatuhan pengobatan TB paru di rumah sakit khusus paru
respira bantul dapat dilihat pada tabel 4.7 tabulasi silang yang
menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan tinggi sebesar
78.6% memliki kepatuhan minum obat kategori patuh 71.5% dan yang
tidak patuh 7.1%. Sementara tingkat pengetahuan sedang sebesar 21.4%
memiliki kepatuhan pengobatan patuh 14.3% dan tidak patuh 7.1%.
Hasil uji korelasi spearman diperoleh nilai p value sebesar 0,000
(p<0,05), yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan penderita TB paru dengan kepatuhan pengobatan.
Berdasarkan hasil penelitian ini semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang dalam menjalani pengobatan maka semakin tinggi tingkat
kepatuhan pengobatan. Dalam hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2012)
bahwa tindakan seseorang terhadap masalah kesehatan pada dasarnya
akan dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang tentang masalah tersebut.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Suhadi (2005) bahwa semakin
tinggi tingkat pengetahuan penderita TB paru maka akan semakin patuh
dalam menjalani minum obat. Begitu pula dengan penelitian Intang
(2004), menyatakan bahwa pengetahuan penderita yang sangat rendah
dapat menetukan ketidak patuhan penderita dalam minum obat.Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Kondoy, Rombot, Palandeng, &
Pakasi, (2014) di Manado bahwa tingkat pengetahuan mempunyai
hubungan yang bermakna dengan kepatuhan berobat pasien TB paru.
Pada tabel 4.6 terdapat satu respondenpengetahuan tinggi yakni
tidak patuh dalam pengobatan dan satu pengetahuan rendah juga tidak
patuh dalam pengoabatan. Dalam hal ini menunjukkan ada faktor lain
yang memengaruhi kepatuhan pengobatan selain pengetahuan tetapi tidak
dikendalikan oleh peneliti. Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan
yang baik tidak menjamin mempunyai sikap dan perilaku yang positif.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
48
Selain ditentukan oleh pengetahuan, untuk menentukan sikap dan
perilaku yang utuh, dapat dipengaruhi oleh persepsi, keyakinan atau
sugesti, dan motivasi yang memegang peranan penting dalam
pembentukan perilaku. Pada penelitian ini faktor-faktor yang tidak
dikendalikan oleh peneliti antara lain sikap, faktor lingkungan, dan
budaya.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Pada saat pengambilan data terdapat 1 responden yang meminta untuk
dibacakan kuesionernya akan tetapi responden tersebut mampu membaca
dan menulis.
2. Pada penelitian ini, ada beberapa faktor yang memengaruhi kepatuhan
pengobatan yang tidak dikendalikan oleh peneliti seperti sikap, faktor
lingkungan, dan budaya.Faktor yang dikendalikan hanya faktor usia,
pendidikan, pekerjaan, dan peran PMO.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Karakteristik responden tentang tingkat pengetahuan tentang penyakit TB
paru dengan kepatuhan pengobatan di Rumah Sakit Khusus Paru Respira
Bantul bahwa sebagian besar dengan usia dewasa akhir sebanyak 4 orang
(28.6%), dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 7 orang
(50%), dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 6 orang (42.9%).
dengan status pekerjaan bekerja sebanyak 9 orang (64.3), dan peran
pengawas minum obat (PMO) sebanyak 14 orang (100%).
2. Tingkat pengetahuan penderita TB paru di rumah sakit khusus paru
respira bantul tentang penyakit TB paru sebagian besar kategori tinggi
sebanyak 11 orang (78.6%).
3. Kepatuhan pengobatan TB paru di rumah sakit khusus paru respira bantul
sebagian besar memiliki kepatuhan pengobatan patuh sebanyak 12 orang
(85,7%).
4. Terdapat hubungan yang siqnifikan antara tingkat pengetahuan penderita
tuberkulosis paru dengan kepatuhan pengobatan di rumah sakit khusus
paru respira bantul dengan r = 0.645, (p<0,05).
B. SARAN
1. Bagi rumah sakit
Diharapkan leafleat yang diberikan setelah pasien mendapat pendidikan
dari ruang DOTS harus lebih ditekankan penyuluhan tentang pengertian
TB paru, bahaya dan cara penularan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
50
2. Bagi responden
Diharapkan kepada pasien TB paru untuk lebih meningkatkan kepatuhan
pengobatan dalam menjalani pemeriksaan dahak ulang sesuai anjuran
dari petugas kesehatan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
a. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya meneliti faktor lain yang
mempengaruhi kepatuhan pengobatan.
b. Lokasi penelitian dilakukan di puskesmas.
c. Sampel penelitian lebih besar.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z., & Bahar, A. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Edisi V, Jilid III ed.). (A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K, & s. Setiati, Eds.) jakarta: Interna Publishing.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Bantul. Bantul: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
Dinas Kesehatan Kabupaten Yogyakarta. (2015). Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Intang, B. (2004). Evaluasi Faktor Penentu Kepatuhan Penderita TB Paru Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Kabupaten Maluku Tenggara. Tesis, Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Terobosan Menuju Akses Universal strategi Nasional Pengobatan TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
.(2014). Pedoman Nasional Penaggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Dit.Jen P2M dan PLP.
.(2014). Pedoman Nasional 2013Rikesdas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kholid , A. (2015). Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media dan Aplikasi. Cetakan ke-3. Jakarta: Rajawali.
Kondoy, P. P., Rombot, D. V., Palandeng , H. M., & Pakasi, T. A. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubunga dengan Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis Paru Di Lima Puskesmas Di Kota Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, Volume II, no 1, halaman 2-8.
Kurniawati, H., Wahyuni, A. S., Mirawati, H., Suryani, & Sulistyarini. (2015). Pengetahuan dan Prilaku Pasien Tuberkulosis Terhadap Penyakit dan Pengobatannya. University Research Coloquium, Volume 2, hal 399-407, ISSN 2407-9189.
Niven, N. (2013). Psikologi Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (3ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Octaswary, N. (2015). Hubungan antara Dukungan Sosial dan Motivasi Diri dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien TB paru di RSUD Panembahan Senopati, Puskesmas Sewon I dan II Bantul. Karya Tulis Ilmiah S1 Keperawatan, Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Yogyakarta.
Pasek, M. S., & Satyawan, I. M. (2013). Hubungan Persepsi dan Tingkat Pengetahuan Penderita TB dengan Kepatuhan Pengobatan Di Kecamatan Bulengleng. Jurnal Pendidikan Indonesia, vol. 2 no 1 hal 145-152, ISSN: 2303-288X.
Pasek, M. S., Suryani, N., & K, P. M. (2013). Hubungan Persepsi dan Tingkat Pengetahuan Penderita Tuberkulosis dengan Kepatuhan Pengobatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulengleng I. Jurnal Megister Kedokteran Keluarga, Vol 1, no 1, hal 14-23.
Sidy, Y.N. (2012). Analisis Pengaruh Peran Pengawas Menelan Obat dari Anggota Keluarga Terhadap Kepatuhan Pengobatan Penderita Tuberkulosis Paru di Kota Pariaman.Tesis, Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Jakarta. Fakultas Kedokteran Masyarakat
Suhadi, A. (2005). Kepatuhan Minum Obat Penderita TB Paru di Puskesmas kota Bengkulu. Tesis, Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Supratjino. (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga. EGC: Jakarta
Susilani, A. T., & Wibowo, T. A. (2015). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian untuk Mahasiswa Keperawatan. Yogyakarta: Graha Cendekia.
Sugiyono. (2014). Statika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Wahid, A., & Suprapto, I. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Gaangguan Sistem Respirasi. Jakarta: Trans Info Media.