Top Banner
Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat Raynhard Salindeho 102013174 Alamat Korespondesi :Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta. Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510.Telephone : ( 021 ) 5694- 2061 (hunthing). Fax : (021) 563-17321. Email: [email protected] Abstrak Manusia dilengkapi dengan sistem organ, dimana pada keseluruhan itu dilindungi oleh kulit. Kulit merupakan proteksi pertama bagi organ tubuh manusia. Dalam hal ini juga tidak jarang terjadi masalah pada kulit, mulai dari luka sampai dengan alergi obat. Salah satu kegawat-daruratanya atau emergensi pada kulit ialah Sindrom Stevens Jhonson (SSJ). SSJ yang biasanya juga disebut Eritema multiforme mayor merupakan suatu penyakit yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium, dan mata dengan keadaan bervariasi dari ringan sampai berat. SSJ merupakan salah satu penyakit kulit yang mengancam nyawa manusia yang sifatnya akut (acute life-threatening mucocutaneous reaction), karena berujung kematian jika tidak ditangani segera.Hasil prognosis didasarkan pada keadaan umum pasien sendiri ketika datang berobat. Prognosis daripada SSJ ini ialah tergantung cepat dan tepatnya penatalaksanaan yang dilakukan, apabila ditangani dengan baik dan segera, maka hasilnya cukup memuaskan. 1
23

Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

Apr 09, 2016

Download

Documents

Reinhard

blok 17
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

Raynhard Salindeho

102013174

Alamat Korespondesi :Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta. Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta

11510.Telephone : ( 021 ) 5694-2061 (hunthing). Fax : (021) 563-17321.

Email: [email protected]

Abstrak

Manusia dilengkapi dengan sistem organ, dimana pada keseluruhan itu dilindungi oleh

kulit. Kulit merupakan proteksi pertama bagi organ tubuh manusia. Dalam hal ini juga tidak

jarang terjadi masalah pada kulit, mulai dari luka sampai dengan alergi obat. Salah satu kegawat-

daruratanya atau emergensi pada kulit ialah Sindrom Stevens Jhonson (SSJ). SSJ yang biasanya

juga disebut Eritema multiforme mayor merupakan suatu penyakit yang mengenai kulit, selaput

lendir di orifisium, dan mata dengan keadaan bervariasi dari ringan sampai berat. SSJ merupakan

salah satu penyakit kulit yang mengancam nyawa manusia yang sifatnya akut (acute life-

threatening mucocutaneous reaction), karena berujung kematian jika tidak ditangani

segera.Hasil prognosis didasarkan pada keadaan umum pasien sendiri ketika datang berobat.

Prognosis daripada SSJ ini ialah tergantung cepat dan tepatnya penatalaksanaan yang dilakukan,

apabila ditangani dengan baik dan segera, maka hasilnya cukup memuaskan.

Kata kunci : kulit, manusia, Sindrom Stevens Jhonson.

Abstract

Humans are equipped with organ system, which on the whole was covered by skin. The

skin is the first protection for human organs. In this case also not uncommon skin problems,

ranging from wound up with a drug allergy. One-daruratana or emergency kegawat skin Stevens

Johnson Syndrome is (SSJ). SSJ which usually also called erythema multiforme major is a

disease of the skin, mucous membranes in the orifice, and the eyes of the state varies from mild

to severe. SSJ is a skin disease that threatens human lives that are acute (acute life-threatening

mucocutaneous reaction), because it leads to death if not treated immediately. Results prognosis

is based on the general state of the patient's own when it comes to treatment. The prognosis than

1

Page 2: Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

SSJ is dependent fast and precise management is done, if handled properly and promptly, then

the result is quite satisfactory.

Keywords: skin, humans, Stevens Johnson Syndrome.

Pendahuluan

Sindrom Stevens Johnson merupakan kelainan yang termasuk eritema multiforme mayor

yang mengenai kulit, selaput lendir atau mukosa di orifisium dan mata serta organ-organ tubuh

lain. Penyakit ini disertai dengan keadaan umum yang bervariasi dari ringan sampai berat.

Sindrom Stevens Johnson tersebut mengancam kondisi kulit yang mengakibatkan kematian sel-

sel kulit sehingga epidermis mengelupas. Sindrom ini dianggap sebagai hipersensitivitas

kompleks yang mempengaruhi kulit dan selaput lendir. Pada umumnya kasus sindrom Stevens

Johnson tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), biasanya penyebab utama yang paling sering

dijumpai adalah akibat dari alergi obat-obatan tertentu, infeksi virus dan atau keduanya, pada

kasus tertentu yang sangat jarang ditemukan sindrom ini berhubungan dengan kanker. Bentuk

yang berat dapat menyebabkan kematian, oleh karena itu perlu pentalaksanaan yang tepat dan

cepat sehingga jiwa pasien dapat ditolong.1

Anamnesis

Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat

penyakit dan menegakkan diagnosis.Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan

lengkap karena sebagian besar data yang diperlukandari anamnesis untuk menegakkan diagnosis.

Anamnesis dapat langsung dilakukan pada pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarga atau

pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai,

misalnya dalam keadaan gawat-darurat, afasia akibat stroke dan lain sebagainya.2

Anamnesis yang baik terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit dahulu, riwayat obstetri dan ginekologi (khususwanita), riwayat penyakit dalam

keluarga, anamnesis susunan system dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi,

budaya, kebiasaan, obat-obatan, lingkungan).2

2

Page 3: Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

Identitas

Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, nama orang tua atau

suami atau istri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, dan

agama.2

Keluhan utama (Chief complaint)

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi

kedokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama harus disertai dengan

indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut. Dalam kasus ini, keluhan utama

pasien adalah melepuh pada beberapa bagian di badannya.2

Riwayat penyakit sekarang

Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terperinci dan jelas

mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat.

Dalam melakukan anamnesis, harus diusahakan mendapatkan data-data seperti waktu dan

lamanya keluhan berlangsung, sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak, perlahan-lahan,

terus menerus, hilang timbul, cenderung bertambah atau berkurang, dan sebagainya.Lokalisasi

dan penyebarannya, menetap, menjalar, berpindah-pindah. Hubungannya dengan waktu,

misalnya pagi lebih sakit daripada siang dan sore, atau sebaliknya, atau terus menerus tidak

mengenal waktu.Hubungannya dengan aktivitas, misalnya bertambah berat jika melakukan

aktivitas atau bertambah ringan bila beristirahat.Keluhan-keluhan yang menyertai serangan,

misalnya keluhan yang mendahului serangan, atau keluhan yang bersamaan dengan

serangan.Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berulang kali.Faktor risiko dan pencetus

serangan, termasuk faktor-faktor yang memperberat atau meringankan serangan.Apakah ada

saudara sedarah, atau teman dekat yang menderita keluhan yang sama.Riwayat perjalanan ke

daerah endemis untuk penyakit tertentu. Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi

komplikasi atau gejala sisa.Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat

yang telah diminum oleh pasien; juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan penyakit

yang sedang diderita.2

Riwayat penyakit dahulu

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara

penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang. Tanyakan pula apakah pasien

3

Page 4: Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

pernah menderita kecelakaan, menderita penyakit berat dan menjalani operasi tertentu, memiliki

riwayat alergi pada obat-obatan dan makanan tertentu, dan lain-lain.2

Riwayat penyakit dalam keluarga

Penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi.2

Riwayat pribadi

Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan. Perlu

ditanyakan pula apakah pasien mengalami kesulitan dalam sehari-hari seperti masalah keuangan,

pekerjaan, dansebagainya.Kebiasaan pasien juga harus ditanyakan, seperti merokok, memakai

sandal saat bepergian, minum alcohol, dan sebagainya. Selain itu juga pada pasien yang sering

bepergian, perlu ditanyakan apakah baru saja pergi dari tempat endemik penyakit infeksi

menular. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah lingkungan tempat tinggal pasien, termasuk

keadaan rumahnya, sanitasi, sumber air minum, tempat pembuangan sampah, ventilasi, dan

sebagainya.2

PemeriksaanFisik

Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun ke bawah karena imunitas belum begitu

berkembang. Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat

kesadarannya menurun, pasien dapat soporous sampai koma. Mulainya penyakit akut dapat

disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malese, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri

tenggorok.3

Pada SSJ ini dapat dilakukan pemeriksaan inspeksi. Pasien akan menunjukkan trias

kelainan berupa kelainan kulit, kelainan selaput lendir di orifisium, dan kelainan mata.3

Kelainan kulit terdiri atas eritema, vesikel dan bula. Eritema adalah kemerahan pada kulit

yang disebabkan pelebaran pembuluh darah yang reversibel sedangkan vesikel adalah

gelembung berisi cairan serum beratap berukuran kurang dari 0,5 cm garis tengah dan

mempunyai dasar dan bula adalah vesikel yang berukuran lebih besar. Vesikel dan bula

kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Di samping itu dapat juga terjadi purpura.

Pada bentuk yang berat kelainannya generalisata.3

Kelainan selaput lendir yang tersering ialah kelainan mukosa mulut (100%) atau selaput

lendir di orifisium, kemudian disusul oleh kelainan di lubang alat genital (50%), sedangkan di

lubang hidung dan anus jarang (masing-masing 8% dan 4%).Kelainannya berupa vesikel dan

4

Page 5: Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

bula yang cepat memecah hingga terjadi erosi dan ekskoriasi dan krusta kehitaman. Di mukosa

mulut juga dapat terbentuk pseudomembran.Di bibir kelainan yang sering tampak ialah krusta

bewarna hitam yang tebal. Lesi di mukosa mulut dapat juga terdapat di faring, traktus

respiratorius bagian atas, dan esofagus. Stomatitis dapat menyebabkan pasien sukar/tidak dapat

menelan.Adanya pseudo membran di faring dapat menyebabkan keluhan sukar bernapas.

Kelainan mata, merupakan 80% di antara semua kasus; yang tersering ialah konjungtivitis

kataralis. Selain itu juga dapat berupa konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus

kornea, iritis dan iridosiklitis.Selain trias kelainan tersebut dapat pula terdapat kelainan lain,

misalnya: nefritis dan onikolisis.3

Nikolsky sign untuk mencari kulit lapisan atas yang terlepas dari bagian bawah ketika

digosok atau digores dengan lembut (gesekan biasa saja).Cara pengujian: Dokter atau suster akan

menggunakan sebuah penghapus karet, penghapus tersebut diletakan di kulit pasien dan dengan

lembut di toreh maju-mundur. Lihatgambar 1.

Gambar 1. Tanda Nikolsky4

Jika hasil positif maka akan ada area lepuhan, biasanya dalam beberapa menit. Area yang

digores oleh penghapus tersebut mempunyai karingan kulit yang sudha longgar dan akan jatuh

5

Page 6: Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

bebas ketika digores. Area dibawahnya berwarna merah jambu dan lembab, biasanya sangat

halus/lembut. Dikatakan hasil negatif jika tidak ada reaksi / kulit tidak terlepas.4-6

Pemeriksaanpenunjang

Hasil pemeriksaan laboratorium tidak khas. Jika terdapat leukositosis, ini menunjukkan

kemungkinan penyebabnya adalah infeksi. Bila diduga penyebabnya adalah infeksi, perlu

dilakukan pemeriksaan kultur darah untuk menentukan jenis kuman penyebabnya. Kalau

terdapat eosinofilia, kemungkinan penyebabnya adalah alergi obat. Di samping itu, juga

ditemukan adanya peningkatan enzim transaminase serum, albuminuria dan gangguan elektrolit

serta adanya gambaaran gangguan fungsi organ tubuh yng terkena.3Lihat table no.1.

Tabel no.1 data laboratorium9

Histopatologi

Gambaran histopatologiknya sesuai dengan eritema multiforme, bervariasi dari

perubahan dermal yang ringan sampai nekrosis epidermal yang menyeluruh berupa infiltrat sel

mononuklear di sekitar pembuluh-pembuluh darah dermis superfisial.Edema dan ekstravasasi sel

darah merah di dermis papilar.Degenerasi hidropik lapisan basalis sampai terbentuk vesikel

subepidermal.Nekrosis sel epidermal dan kadang-kadang di adneksa.Spongiosis dan edema

intrasel epidermis.5-8

Diagnosis kerja

Sindrom Stevens – Jhonson (SSJ) merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput

lendir di orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan

pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura. Nama lain dari penyakit ini

adalah Eritema Multiforme Mayor, namun yang lazim adalah SSJ. Selain itu didukung

pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan imunologis, biakan

kuman serta uji resistensi dari darah dan tempat lesi, dan pemeriksaan histopatologik biopsi kulit.

Anemia dapat dijumpai pada kasus berat dengan perdarahan, leukosit biasanya normal atau

sedikit meninggi, terdapat peningkatan eosinofil.SJS dan NET (Nekrolisis Epidermal Toksik,

6

Page 7: Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

bentuk keparahan dari SSJ) merupakan peyakit rekasi akut mukokutaneus yang mengancam

jiwa, dikarenakan dikarakterisasi oleh nekrosis yang terekstensi dan pengelepasan (terkelupas)

epidermis.3Lihatgambar 2.

Gambar 2. SSJ karena obat Tetrasiklin2

Diagnosis Banding

Nekrolisis Epidermal Toksik merupakan bentuk keparahan daripada SSJ. Sehingga jika

tidak cepat diobati makan akan menimbulkan kematian. Insidensnya juga meningkat karena

penyebab utamanua adalah alergi obat dan hampir semua obat dapat dibeli bebas. Menurut

departemen ilmu bagian kulit dan kelamin FKUI, kasus ini jarang ditemukan, hanya 2-3 kasus

per tahun. Umumnya pada orang dewasa (sama dengan SSJ).Etiologinya sama dengan SSJ.

Penyebab utama ialah obat sebanyak 80-95% dari semua pasien. Penyebab utama derivat

Penisilin (24%), disusul Parasetamol (17%), dan Karbamazepin (14%). Penyebab lain adalah

analgetik/antipiretik yang lain, Klotrimoksasol, Dilantin, Klorokuin, Seftriakson, jamu, dan

aditif. Gejala klinis merupakan penyakit berat dan sering menyebabkan kematian akibat

gangguan keseimbangan cairan/elektrolit atau karena sepsis, gejalanya mirip SSJ yang berat.

Penyakit mulai secara akut dengan gejala prodormal. Pasien tampak sakit berat dengan demam

tinggi, kesadaran menurun (soporo-komatosa), kelainan kulit mulai dengan eritema generalisata

kemudian timbul banyak vesikel dan bula, dapat juga disertai dengan purpura. Lesi pada kulit

7

Page 8: Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

dapat juga disertai dengan lesi pada bibir dan selaput lendir mulut berupa erosi, eksoriasi, dan

perdarahan sehingga terbentuk krusta berwarna merah hitam pada bibir. Kelainan semacam itu

terjadi di orifisium genitalia eksterna. Juga dapat disertai kelainan pada mata seperti SSJ. Pada

NET yang terpenting ialah terjadinya epidermolisis, yaitu epidermis terlepas dari dasarnya yang

kemudian menyeluruh. Gambaran klinisya menyerupai kombustio. Adanya epidermolisis

menyebabkan tanda Nikolsky positif pada kulit yang eritematosa, yaitu kulit ditekan dan digeser,

maka kulit akan terkelupas. Epidermolisis muda dilihat pada tempat yang sering terkena tekanan,

yakni pada punggung, bokong, karena biasanya pasien berbaring. Pada sebagian pasien, kelainan

kulit hanya berupa epidermolisis dan purpura, tanpa disertai erosi, vesikel, dan bula. Kuku dapat

terlepas (onikolisis). Terkadang, terdapat perdarahan di traktus gastrointestinal. Keadaan umum

NET lebih buruk daripada SSJ, juga pada NET terdapat epidermolisis (sedangkan SSJ tidak).

Demam lebih tinggi pada NET.6Lihatgambar 3.

Gambar 3. Epidermolisis pada NET2

Komplikasi nekrosis tubular akut (pada ginjal), akibat terjadinya ketida-seimbangan

cairan, bersama-sama glomerulonefritis. Komplikasi yang lain seperti SSJ. Diagnosis banding

SSJ, Dermatitis Kontatk Iritan (karena baygon, pada kasus bunuh diri, baygon yang tumpah ke

dada menyebabkan kulit menjadi epidermolisis). Pengobatannyaberupa obat tersangka alergi

harus dihentikan. Kortikosteroid (masih kontroversial, namun Dept. Kul-Kel FKUI

menggunakan ini). Dexametason 40mg i.v sehari (dosis terbagi). Dosis leih tinggi karena NET

lebih parah daripada SSJ. Kortikosteroid perlu di taper-off .Topikal: Sulfadiazun perak (krim

8

Page 9: Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

Dermazin, silvadene). Perak dimaksudkan sebagai astrigen dan mencegah/mengobati indeksi

oleh kuman gram negatif, gram positif dan Candida, sedangkan sulfa untuk gram positif.

Meskipun hal tersebut Sulfa, namun sampai sekarang belum ditemukan kasus alergi. Efek

samping Sulfadiazin ialah: neutropenia ringan dan reversibel (sehingga tidak perlu dihentikan).

Pengobatan untuk mulut dan bibir sama dengan SSJ. Prognosisnya jika penyebabnya adalah

infeksi maka prognosisnya lebih baik daripada karena alegi obat. Jika kelainan kulit luas

(meliputi 50-70% permukaan kulit) prognosisnya buruk. Jadi luas kelainan kulitnya

memperngaruhi prognosisnya. Juga bila terdapat purpura luas dan leukopenia. Angka kematian

lebih tinggi daripada SSJ karena memang penyakitnya lebih berat daripada SSJ.6

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (S4)

Dahulu penyakit S4 ini dimasukan ke dalam bagian penyakit NET, namun setelah tahun

1970 dilakukan penelitian oleh Milish & Glasgow pada hewan percobaan tikus, terbukti bahwa

S4 ini berbeda secara klinis dan histopatologik. S4 merupakan penyakit kulit bagian dari

pioderma. S4 ialah infeksi kulit akibat Staphulococcus aureus tipe tertentu dengan ciri khas

terdapatnya epidermolisis. Banyak diderita anak dibawah 5 tahun, dan pria lebih banyak daripada

wanita. Penyebabnya ialah : S. aureus grup II faga 52, 55, dan atau faga 71. Gejala klinisnya

demam tinggi disertai infeksi pada saluran napas bagian atas. Kelainan kulit yang pertama timbul

ialah eritema, yang timbul mendadak pada muka, leher, ketiak, dan lipat paha kemudian

menyeluruh dalam waktu 24 jam. Dalam waktu 24-48 jam akan timbul bula-bula besar

berdinding kendur. Jika kulit ynag tampaknya ditekan dan digeser, kulit tersebut akan terkelupas

sehingga memberiksan tanda Nikolsky positif. Dalam 2-3 hari terjadi pengeriputan spontan

disertai pengelupasan lembaran-lembaran kulit sehingga tampak daerah-daerah erosif. Akibat

epidermolisis tersebut gambarannya mirip kombustio (luka bakar). Daerah-daerah tersebut akan

mengering dalam beberapa hari dan terjadi deskuamasi. Deskuamasi pada daerah yang tidak

eritematosa yang tidak mengelupas terjadi dalam waktu 10 hari. Meskipun bibir sering dikenal,

tetapi mukosa jarang diserang. Penyembuhan penyakit akan terjadi setelah 10-14 hari tanpa

disertai sikatriks. Komplikasi: selulitis, pneumonia, septikemia.Diagnosis banding: NET,

bedanya ialah S4 mengenai selaput lendir (sedangkan NET jarang), juga gambaran

histopatologiknya berbeda, S4 di celah stratum granulosumm sedangakan NET di subepidermal.

Pengobatan antibiotik berupa kloksasilin: 3x250mg untuk dewasa sehari per os, dan 3x50mg

sehari per os untuk bayi. Observasi keseimbangan cairan dan elektrolit. Steroid tidak diperlukan.

9

Page 10: Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

Prognosisnya kematian dapat terjadi, terutama padi bayi dibawah 1 tahun, yang berkisar antara

1-10%. Penyebab utamanya adalah tidak adanya keseimbangan cairan/elektrolit dan sepsis.7

Eksantem fikstum multiple

Pada penyakit ini lesi timbul pada tempat yang sama dan biasanya tidak menyeluruh. Jika

sembuh meninggalkan bercak hiperpigmentasi menetap. Kelainan eksantema fikstum multipel

berupa eritem atau hiperpigmentasi dengan vesikel atau bula berbentuk bulat tau lonjong, di

atasnya, berukuran lentikular, numular sampai plakat. Lesi dapat timbul di seluruh tubuh, paling

sering di sekitar mulut, penis. Lesi di bibir dan genitalia eksterna dapat berupa erosi. Bila

sembuh lesi akan meninggalkan warna hiperpigmentasi yang akan menghilang dalam jangka

waktu yang lama.6

Etiologi

Berbagai faktor etiologi telah terlibat sebagai penyebab sindrom Stevens-Johnson. Obat

yang paling sering ditemukan sebagai penyebabnya. 4 etiologi kategori adalah sebagai berikut:

Infeksi, induksi obat, keganasan, dan Idiopatik.8

Sindrom Stevens-Johnson adalah idiopatik pada 25-50% kasus. Obat-obatan dan

keganasan yang paling sering terlibat sebagai etiologi pada orang dewasa dan orang tua. Kasus

pediatrik terkait lebih sering infeksi. Infeksi penyebab. Penyakit virus yang telah dilaporkan

menyebabkan sindrom Stevens-Johnson adalah sebagai berikut:8

- Herpes simplex virus (mungkin, tetap menjadi isu diperdebatkan)

- AIDS

- Infeksi virus Coxsackie

- Influensa

- Hepatitis

- Penyakit gondok

Pada anak-anak, virus Epstein-Barr dan enterovirus telah diidentifikasi. Lebih dari

setengah dari pasien dengan Stevens-Johnson laporan sindrom infeksi saluran pernapasan atas

terbaru.8

Etiologi bakteri meliputi:

Streptokokus grup A beta-hemolitik:

10

Page 11: Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

Difteri, Brucellosis, Lymphogranulomavenereum, Mikobakteri, Mycoplasma pneumoniae,

Infeksi riketsia, Tularemia, Penyakit tipus.8

Penyebab jamur mungkin termasuk coccidioidomycosis, dermatofitosis, dan

histoplasmosis. Malaria dan trikomoniasis dilaporkan sebagai penyebab protozoa.8

Antibiotik adalah penyebab paling umum dari sindrom Stevens-Johnson, diikuti oleh

analgesik, batuk dan obat dingin, NSAID, psychoepileptics, dan obat-obatan antigout. Antibiotik,

penisilin dan obat sulfa yang menonjol, ciprofloxacin juga telah dilaporkan. Para antikonvulsan

berikut telah terlibatadalahFenitoin, Carbamazepine, oxcarbazepine (Trileptal), Asam valproik,

Lamotrigin, Barbiturat.Mockenhapupt dkk menekankan bahwa sebagian SJS antikonvulsan

diinduksi terjadi pada 60 hari pertama penggunaan. Obat antiretroviral yang terlibat dalam

sindrom Stevens-Johnson termasuk non-nucleoside transcriptase inhibitor nevirapine dan

mungkin lain sebaliknya. Indinavir telah disebutkan.Sindrom Stevens-Johnson juga telah

dilaporkan pada pasien yang memakai obat sepertiModafinil(Provigil), Allopurinol, Mirtazapin,

TNF-alpha antagonis (misalnya, infliximab, etanercept, adalimumab), Kokain, Sertraline,

Pantoprazole, Tramadol.8

Menurut departemen Ilmu Penyakit Kulit-Kelamin FKUI bahwa penyebab utama ialah

alergi obat, lebih dari 50%. Sebagian kecil karena infeksi, vaksinasi, penyakit graft-versus-host,

neoplasma, dan radiasi. Pada penelitian Adhi Djuanda selama 5 tahun (1998-2002), SSJ yang

diduga alergi obat tersering ialah analgetik/antipiretik (45%), disusul Karbamazepin (20%) dan

jamu (13,3%). Sebagian besar jamu dibubuhi obat. Kausa lain ialah; Amoksisilon,

Klotrimoksasol, Dilantin, Klorokuin, Seftriakson, dan adiktif.8

Ada bukti kuat untuk predisposisi genetik untuk reaksi obat yang merugikan kulit yang

parah seperti sindrom Stevens-Johnson. Pengangkutan antigen leukosit manusia berikut telah

dikaitkan dengan peningkatan risikoHLA (tipebanyak).8Lihattabel no.2.

Tabel no.2 etiologi9

11

Page 12: Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

Epidemologi

Insidens SSJ dan NET diperkirakan 2-3% per juta populasi setiap tahun di Eropa dan

Amerika Serikat. Umumnya terdapat pada dewasa. Hal tersebut berhubungan dengan kausa SSJ

yang biasanya disebabkan oleh alergi obat. Pada dewasa imunitas telah berkembang dan belum

menurun seperti pada usia lanjut.3

Patogenesis

Patogenesis kelainan ini belum diketahui dengan jelas. Diduga terjadinya kelainan ini

diperankan oleh reaksi alergi tipe III dan tipe IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya

kompleks antigen-antibody yang membentuk mikro-presipitasi sehingga terjadi aktivasi sistem

komplemen akibat adanya akumulasi sel neutrofil yang melepaskan lisozim yang menyebabkan

kerusakan jaringan pada organ target. Reaksi tipe IV terjadi akibat sel limfosit T yang telah

tersensititasi terkontak ulang dengan antigen yang sama lalu sel T tersebut melepaskan limfokin

dan menimbulkan reaksi peradangan. Oleh karena proses hipersensitivitas, maka terjadi

kerusakan kulit sehingga terjadi : 1) kegagalan fungsi kulit yang menyebabkan kehilangan

cairan; 2) stres hormonal diikuti peningkatan tsistensi terhadap insulin, hiperglikemia dan

glukosuria; 3) kegagalan termoregulasi; 4) kegagalan fungsi imun; 5) infeksi.7

Penatalaksaan

Jika keadaan umum pasien SSJ baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan

prednison 30-40 mg sehari. Kalau keadaan umumnya buruk dan lesi menyeluruh harus diobati

secara tepat dan cepat dan pasien harus dirawat inap. Penggunanaan obat kortikosteroid

merupakan tidakan life-saving, dapat digunakan deksametason secara intravena dengan dosis

permulaan 4-6 x 5 mg sehari. Seorang pasien SSJ yang berat harus segera dirawat inap dan

diberikan deksametason 6 x 5 mg iv. Biasanya setelah beberapa hari (2-3 hari) masa kritis telah

teratasi, keadaan membaik dan tidak timbul lesi baru, sedangkan lesi lama tampak mengalami

involusi. Dosisnya segera diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg, setelah dosis

telah mencapai 5 mg sehari lalu diganti dengan tablet kortikosteroid misalnya prednison yang

diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari; sehari kemudian obat tersebut ditutunkan

lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut dihentikan. Jadi lama pengobatan kira-kira 10 hari.8

12

Page 13: Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

Selain deksametason dapat digunakan pula metilprednisolon dengan dosis setara.

Kelebihan metilprednisolon ialah efek sampingnya lebih sedikit dibandingkan dengan

deksametason karena termasuk dalam golongan kerja sedang, sedangkan deksametason termasuk

golongan kerja lama, namun harganya lebih mahal.8

Antibiotik yang dipilih, hendaknya yang jarang menyebabkan alergi, berspektrum luas,

bersifat bakterisidal dan tidak atau sedikit nefrotoksik. Hendaknya antibiotik yang akan diberikan

jangan yang segolongan atau yang rumusnya mirip dengan antibiotik yang diduga menyebabkan

alergi atau obat sulfa. Hal ini untuk mencegah sensititasi silang. Obat yang memenuhi syart

tersebut misalnya siprofloksasin 2 x 400 mg iv. Klindamisin meskipun tidak berspektrum luas

juga cukup efektif bagi kuman anaerob, dosisnya 2 x 600 mg iv sehari. Obat lain juga dapat

digunakan misalnya seftriakson dengan dosis 2 gram iv sehari 1 x 1. Untuk mengurangi efek

samping kortikosteroid diberikan diet yang miskin garam dan tinggi protein, karena

kortikosteroid bersifat katabolik. Setelah seminggu diperiksa pula kadar elektrolit dalam darah.

Bila terdapat penurunan k dapat diberikan KCL 3 x 500 mg per os.8

Jika dengan terapi tersebut belum tampak perbaikan selama 2 hari, maka dapat diberikan

transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut. Efek transfusi darah (whole blood)

ialah sebagai imunorestorasi. Bila terdapat leukopenia prognosisnya menjadi buruk, setelah

diberi transfusi leukosit cepat menjadi normal. Indikasi pemberian transfusi darah SSJ dan NET

adalah bila terlah diobati dengan kortikosteroid dengan dosis adekuat setelah 2 hari belum ada

perbaikan. Dosisi adekuat untuk SSJ 30 mg deksametason sehari dan NET 40 mg sehari.Bila

terdapat purpura generalisata.Jika terdapat leukopenia.8

Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C 500 mg atau

1000 mg sehari iv.Terapi topikal tidak sepenting terapi sistemik. Pasien dimandikan dengan

larutan permanganas kalikus 1 : 10.000. Lesi pada bibir dioleskan dengan kanalog in

orabase.Konsultasi ke bagian oftalmologi untuk kelainan pada mata. Biasanya dokter mata

memberikan airmata artifisial atau gentamisin tetes mata bila ada dugaan infeksi sekunder.

Secara rutin pasien juga kita konsultasikan ke bagian kulit kelamin untuk perawatan yang

komprehensif.8Pencegahannyaseperti hindari obat-obat pemicu (jangan digunakan lagi). Edukasi

pada pasien obat apa saja yang dapat menyebabkan SSJdan menjaga kesehatan.8

Komplikasi

13

Page 14: Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

Yang tersering adalah broncopneumonia. Komplikasi lain ialah kehilangan cairan/darah,

gangguan keseimbangan elektrolit, dan shock. Pada mata dapat terjadi kebutaan akibat gangguan

lakrimasi.3

Prognosis

Kalau kita bertindak tepat dan cepat, maka prognosis cukup memuaskan. Bila terdapat

purpura yang luas dan leukopenia prognosisnya lebih buruk. Pada keadaan umum yang buruk

dan terdapat bronkopneumonia penyakit ini dapat mendatangkan kematian.7

Persentase kematian di berbagai kota di Indonesia bervariasi. Dalam publikasi Sri Lestari

dan Adhi Djuanda pada tahun 1994 dicantumkan angka kematian di berbagai kota di Indonesia.

Angka kematian di RS Dr. Kariadi Semarang 14,6%, RS DR. Soetomo Surabaya 5,1%, RS Dr.

Sardjito Yogyakarta 7,0%, RS Wangaya Denpasar 9% dan RS Denpasar 20%; sedangkan di RS

Dr. Cipto Mangunkusumo 4%. Laporan terakhir dari RS Dr. Saiful Anwar, Malang 8,7%.

Sedangkan di RS Dr. Cipto Mangunkusumo hanya 1%.7

Kesimpulan

Penyakit SSJ merupakan salah satu penyakit kulit yang sifatnya gawat-darurat/

emergensi, lebih tepatnya merupakan penyakit kulit yang bersifat mukokutaneus akut yang dapat

mengancam nyawa. Sifatnya gejala klinisnya yang utama ialah : okulo-muko-kutakenus.

Komplikasi daripada penyakit ini dapat penurunan penglihatan, terganggunya

keseimbangan cairan, infeksi, septikemia. Maka dari itu harus ditangani segera sebelum

terlambat, karena dapat menuju kematian jika terlambat ditangani atau ditangani dengan tidak

baik.

Daftar pustaka

1. Scholarly Paper. Steven Johnson Syndrome: New insights for the healthcare professional.

Atlanta, Georgia: Scholarly Editions; 2011.p.1-2.

2. Sudoyo AW, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S. Buku ajar ilmupenyakitdalam.

Jilid 3. 5th ed. Internal Publishing; 2010.p.2911-23.

14

Page 15: Steven Johnson Syndrome Akibat Alergi Obat

3. Hamzah M, Djuanda A. Ilmupenyakitkulitdankelamin. 5th ed. Jakarta:

FakultasKedokteranUniversitas Indonesia; 2011.p.163-7.

4. Stevens Johnson Syndrome and Children. Skinassociation. Diunduh dari:

http://www.skinassn.org/stevens-johnson-syndrome-and-children.html. 20 April 2013.

5. Burns BT, Graham R. Lecture notes on dermatology. 8th Ed. Jakarta: Erlangga Medical

Series; 2011.p.152-4.

6. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2009.p.417.

7. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Dalam: Pioderma. Ed.6. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI; 2010. h.57-63.

8. Stevens-Jhonson Syndrome. Foster CS. 25 Maret 2013. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/1197450-overview#showall. 20 April 2013.

9. DermatolIJ.retrospective analysis of stevens-johnson syndrome and toxic epidermal

necrolysis over a period of 10 years. Diambildariwww.ncbi.nlm.nih.gov, 20 april 2015

15