STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN Nama: Tn. W Jenis Kelamin: Laki-laki Tempat
Tanggal Lahir: Jakarta, 19 Januari 1986 Usia: 29 tahun Agama :
Islam Alamat: Bekasi Suku Bangsa: Jawa Pendidikan : D3 Status
pernikahan: Menikah Pekerjaan: Tidak bekerja Tanggal masuk RSIJ: 19
Januari 2015 Riwayat Perawatan : Baru pertama kali dirawat di RSI
Jiwa Klender
:II. RIWAYAT PSIKIATRIBerdasarkanAutoanamnesis: 11 Januari 2015
pukul 10.00 WIB di Bangsal RSJI Klender11 Januari 2015 pukul 15.00
WIB di Bangsal RSJI Klender.12 Januari 2015 pukul 10.00 WIB di
Bangsal RSJI Klender.
Alloanamnesis: 17 Januari 2015 Pukul 12.00 WIB via telepon
A. Keluhan Utama : Pasien dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit
Jiwa Islam Klender karena mengamuk dan merusak benda benda yang ada
dirumah .
B. Keluhan Tambahan : Pasien sering gelisah seperti ada yang
hilang,melampiaskan kemarahan dengan merusak barang,
C. Riwayat Gangguan SekarangPasien diantar oleh keluarganya ke
RS. Jiwa Islam Klender pada tanggal 19 Januari 2015 dalam keadaan
tenang. Sejak 1 bulan yang lalu pasien menunjukkan perubahan
perilaku, pasien suka marah dan merusak barang barang dirumah.
Menurut pasien ketika dia marah, dia ingin melampiaskan
kemarahannya agar emosinya bisa keluar, namun setelah dia marah dan
merusak barang, perasaannya tetap tidak puas. Ketika pasien marah,
barang seperti minyak di dalam plastik dilempar hingga pecah,
bangku dirumah di gergaji hingga patah. Menurut keluarga pasien,
pasien marah secara tiba-tiba dan tidak diketahui penyebab
kemarahannya.Pasien juga terkadang marah apabila ada yang memegang
punggung pasien. Pasien kadang merasa takut apabila sedang
sendirian dan tidak melakukan apapun, namun pasien tidak mengetahui
penyebab takutnya, pasien juga takut terhadap orang asing dan jika
merokok di bangsal, karena takut dihukum. Pasien juga merasa ingin
dijahati orang namun tidak tahu siapa yang menjahatinya. Keluarga
pasien mengatakan tidak ada pemicu kemarahan pasien yang berasal
dari keluarga, semua permintaan pasien selalu dituruti. Menurut
pasien, tidak ada masalah dengan keluarganya. Pasien tidak mau
minum obat dan kadang juga suka berbohong ketika disuruh minum
obat. 2 minggu yang lalu , pasien mengambil uang dirumah sebanyak 4
juta rupiah tanpa memberitahu kedua orangtuanya. Kemudian pasien
membeli handphone sebanyak 3 buah kemudian handphonenya di rendam
ke dalam air. Keluarga pasien sudah merasa tidak sanggup karena
sudah banyak barang dirumah yang rusak sehingga keluarga membawa
pasien ke RS Jiwa Islam Klender.Pasien tidak tahu alasan mengapa
pasien dibawa ke RS, pasien mengatakan ingin segera pulang kembali
kerumah karena pasien takut keluarganya tidak akan menjemputnya dan
akan terjadi hal buruk pada dirinya.
D. Riwayat Gangguan Sebelumnyaa. Riwayat PsikiatriPada tahun
2003, pasien jatuh cinta terhadap seorang wanita yang merupakan
teman SMA dimana saat itu pasien merupakan seorang kakak kelas dari
wanita tersebut. Pada tahun 2007, pasien berhenti bekerja karena
ingin melanjutkan kuliah D3 di BSI, selesainya kuliah pasien
menikah dengan istrinya pada tahun 2009 dan mempunyai 1 orang anak
laki laki berusia 3 tahun.Pasien tidak bekerja dan tinggal serumah
dengan Orangtuanya. Pasien menikah di usia yang muda sehingga
pasien belum merasa siap dan lebih banyak bermalas malasan dirumah.
Pasien dan istri tidak bekerja dan mengharapkan pemberian dari
orangtua. Pada sekali waktu , ayah pasien merasa kesal dengan
perilaku pasien sehingga mendobrak pintu kamar pasien dan memarahi
pasien, pada saat itu pasien sedang bersantai dengan istri pasien.
Pasien kemudian di usir dari rumah orangtua pasien, istri pasien
pulang terlebih dahulu ke Malang kampung halaman istri pasien.
Kemudian pasien menyusul pergi ke malang.Pada saat pasien di Malang
, istri pasien merasakan perubahan pada pasien. Menurut istri
pasien, pasien pernah berguru pada sesuatu namun pasien tidak
menjelaskan. Keluarga pasien yang berada di Jakarta sering
ditelepon untuk minta dikirimi uang untuk biaya hidup pasien di
Malang. Pasien juga meminta motor yang selalu digunakan selama di
Jakarta untuk dikirimi ke Malang , tapi kemudian setelah dikirimi
pasien menjual motor tersebut. Setelah 1 bulan di Malang, pasien
menghubungi keluarga yang ada di Jakarta untuk mengambil dirinya
dari Malang karena merasa ketakutan. Pasien pernah merasa diikuti
oleh seseorang ketika sedang kerja di distributor makanan tapi
tidak mengganggu. Selama perjalanan kembali ke Jakarta, pasien
merasa diikuti oleh banyak polisi , dan merasa ketakutan.Semenjak
pulang dari malang, keluarga di Jakarta merasa perilaku pasien
menjadi aneh, pasien suka membakar barang barang pasien seperti
dompet dan handphone. Pasien malas, tidak mau bekerja dan tidak mau
mengurus dirinya sendiri. Pasien lebih senang sendiri, ketika
didekati pasien diam. Menurut keluarga di Jakarta, pasien pernah
berbicara sendiri sambil berbisik bisik dan mengaku ingin
dimasukkan ke penjara oleh keluarga istri pasien karena
permasalahan ekonomi.
b. Gangguan MedikPasien tidak memiliki gangguan bawaan sejak
lahir, tidak pernah mempunyai riwayat kejang sebelumnya, tidak
pernah menderita sakit berat hingga membutuhkan perawatan Rumah
Sakit, dan tidak ada riwayat trauma kepala sebelumnya.
c. Gangguan Zat PsikoaktifPasien mulai merokok sejak smp hingga
sekarang , tapi menurut kakak sepupu pasien, pasien tidak pernah
menggunakan obat obatan terlarang.
E. Riwayat Pribadi Sebelum Sakita. Riwayat Prenatal dan
perinatalMenurut kakak pasien, selama kehamilan ibu pasien dalam
sehat, tidak pernah mengalami gangguan kesehatan baik fisik maupun
psikis.Pasien dilahirkan dalam keadaan cukup bulan dan di lahirkan
secara normal dibantu oleh bidan di dekat rumah.Pada saat lahir
bayi langsung menangis.Pasien merupakan anak yang dikehendaki orang
tuanya.Tidak pernah ada sakit kejang atau penyakit lainnya yang
bermakna. Tidak ada kecelakaan yang bermakna, riwayat operasi tidak
ada.
b. Masa Kanak kanak dini / awal (0 - 3tahun)Pasien diasuh oleh
ibu kandungnya dan diberikan ASI hingga usia 2 tahun. Mendapat
perhatian penuh dari ibunya yang merawat dirinya.selama bayi pasien
tidak mengalami sakit yang serius ataupun trauma.
c. Masa kanak kanak Pertengahan ( 3 7 tahun )Pasien mudah
bergaul dengan teman disekitar rumahnya, pasien senang bermain dan
penurut terhadap perintah dari orang tuanya.Pasien tumbuh dan
kembang sesuai dengan anak seusianya.Perkembangan fisik pasien sama
dengan anak sebayanya. Pasien masuk taman kanak-kanak usia 6 tahun.
Pasien tidak mempunyai kebiasaan buruk dan tidak memiliki ketakutan
terhadap sesuatu.
d. Masa Kanak Akhir ( 7 11 tahun ) Pada saat duduk di bangku
sekolah dasar pasien mengaku prestasinya biasa saja.Namun pasien
tidak pernah tinggal kelas.Tidak ada gangguan dalam membaca maupun
menulis.Pasien juga mempunyai banyak teman saat bersekolah.Saat SD
pasien gemar bermain bersama teman temannya, namun pasien bukan
termasuk pemimpin dikelompok temannya.Pasien termasuk anak yang
rajin beribadah saat itu.
e. Masa Remaja ( 11 17 tahun ) Hubungan SosialSetelah itu pasien
meneruskan ketingkat sekolah menengah pertama, saat itu pasien
mulai terlihat aktif disetiap kegiatan disekolahnya..Pasien
termasuk anak yang memiliki banyak teman dan mudah bergaul.Hubungan
dengan keluarga baik dan komunikasinya juga baik. Pasien juga tidak
terlalu terbuka atas setiap permasalahan yang terjadi dengan
dirinya.Biasanya pasien jika memiliki masalah, hanya diam saja.
Perkembangan motorik dan kognitifDalam perkembangan fisik, pasien
terlihat sesuai dengan usianya, tidak tampak adanya gangguan dalam
perkembangannya. Dan dalam perkembangan kognitifnya tidak terlihat
adanya gangguan, pasien tidak mengalami kesulitan dalam belajar.
Gangguan emosi dan fisikPasien termasuk orang yang patuh terhadap
orang tuanya, tidak pernah berkelahi disekolah. Namun, pasien
termasuk anak yang pendiam jika ada masalah. Riwayat
pendidikanPasien bersekolah sampai jenjang D3.Saat ditanyakan
dengan pasien, pasien tidak memiliki masalah atau kesulitan dalam
berkomunikasi dengan guru maupun teman disekolah. Pasien juga tidak
memiliki kesulitan dalam proses belajar. Riwayat psikoseksualPasien
tidak pernah mengalami penyiksaan seksual, pasien mengetahui
tentang seks dengan cara mencari tahu sendiri, keluarga tidak
memberikan pengetahuan tentang seks.
f. Masa Dewasa Riwayat PekerjaanSebelum sakit, pasien mengatakan
sempat bekerja di toko buku Kharisma sebagai pramuniaga.Pasien
berhenti bekerja karena ingin melanjutkan pendidikan nya ke jenjang
D3. Pasien mengatakan sebenarnya ia tidak pernah memiliki masalah
ataupun kesulitan dalam pekerjaannya. Menurut kakak pasien, pasien
suka membatu berdagang orantuanya namun hal ini terjadi apabila
pasien sedang dalam keadaan baik.
Riwayat pernikahanSaat tahun 2009 pasien menikah dengan seorang
wanita yang sudah berpacaran dari SMA dengan pasien.Saat menikah
dengan istrinya pasien tidak dalam kondisi keterpaksaan.Tetapi
pernikahan hanya bertahan 5tahun, hal ini terjadi karena istri
pasien pergi meninggalkannya kembali ke malang, pasien tidak
mengetahui penyebabnya.Dari pernikahan dengan istrinya pasien
dikaruniai seorang anak laki laki berusia kurang lebih 3 tahun.
Riwayat keagamaanPasien mengaku beragama Islam.Pasien tumbuh
dalam lingkungan beragama Islam, sejak kecil pasien sudah diajarkan
agama oleh kedua orangtuanya dan pasien tahu menjalankan perintah
agama.Pasien menjalani ajaran agama sesuai dengan ajaran
al-quran.Pasien mengatakan bahwa gangguan jiwa disebabkan karena
hal-hal ghaib yang mengganggunya..
g. Riwayat aktivitas socialPasien termasuk anak yang suka
bergaul, dan memperkenalkan teman-temannya kepada ibunya.
h. Riwayat hukumPasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum
yang berat, tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan
tidak pernah terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan
hukum.
i. Riwayat KeluargaPasien adalah anak kedua dari empat
bersaudara. Pasien anak laki laki satu satunya. Dalam keluraga
tidak ada yang pernah mengalami gejala yang sama dengan pasien,
baik dari pihak ibu maupun pihak ayah.
SKEMA KELUARGA
= perempuan = laki-laki = pasien
j. Riwayat kehidupan sekarang Pasien saat ini tinggal bersama
dengan kedua orang tuanya serta adik kandungnya..Kakak sepupu
pasien sering berkunjung kerumah orang tuanya karena jarak rumah
yang cukup dekat.Untuk biaya kehidupan sehari-hari pasien
mengandalkan pemberian dari kakak dan kedua orang tuanya.
k. Mimpi , fantasi dan nilaiMimpi: Tidak adaFantasi: Professor ,
ingin mencari kegiatan lain dirumah yang menghasilkanNilai: III.
STATUS MENTAL1. Deskripsi Umuma. Penampilan UmumPasien laki-laki29
tahun, memiliki postur tinggi tubuh kulit sawo matang, rambut hitam
pendek dan rapi , terlihat sekitar mata hitam,. Pasien
berpenampilan tampak seperti usianya, saat diwawancara pasien
menggunakan pakaian kaos berwarna hitam dengan celana pendek
abu-abu serta menggunakan sendal, kuku jari tangan dan kaki
terpotong rapi, pasien terlihat tidak memperhatikan penampilan.
Pasien tampak tenang dan tampak sehat.
b. Aktivitas dan Perilaku PsikomotorSelama wawancara, pasien
duduk bersampingan dengan pemeriksa dengantenang, pasien bersikap
ramah dan kooperatif saat diajak wawancara, menjawab semua
pertanyaan dokter mudadan menjawab dengan antusias volume suara
sedang, kontak mata antara pasien dan pemeriksa baik.
c. Pembicaraan Volume: Menurun Irama: Teratur Kelancaran:
Artikulasi & Intonasi jelas Kecepatan: Sedang
d. Sikap Terhadap PemeriksaKooperatif, menjawab pertanyaan
dengan baik dan acuh, kontak mata baik ke arah pemeriksa, perhatian
mudah teralih.
2. Keadaan Afektif Mood : Hipotim Afek : Menumpul Keserasian:
Serasi3. Gangguan Persepsi a. Halusinasi : Auditorik :Tidak ada
Visual: Tidak ada Taktil: Tidak ada Olfaktorik: Tidak ada
Gustatorik: Tidak adab. Ilusi: Tidak adac. Derealisasi: Tidak adad.
Depersonalisasi: Tidak Ada
4. Gangguan Pikiran1) Proses Pikira. Produktivitas:Miskin ideb.
Kontinuitas Blocking: Tidak Ada Asosiasi Longgar: Tidak Ada
Inkoherensi: Tidak ada Flight of idea: Tidak ada Word Salad: Tidak
Ada Neologisme: Tidak Ada
2) Isi Pikira. Preokupasi:Tidak ada b. Gangguan Isi pikir Waham
Bizzare: Tidak Ada Waham Nihilistik: Tidak Ada Waham Somatik: Tidak
Ada Waham Paranoid Waham Kejaran: Ada Waham Kebesaran: Tidak Ada
Waham Rujukan: Ada Waham Dikendalikan: Tidak ada Thought of
insertion: Tidak Ada Thought of broadcasting: Tidak Ada Thought of
withdrawal: Tidak Ada Thought of control:Tidak Ada
5. Fungsi Kognitif dan Penginderaana. Kesadaran : Compos
Mentisb. Orientasi Waktu : Baik (Pasien mengetahui waktu,hari,
tanggal, bulan dan tahun sekarang) Tempat: Baik (pasien mengetahui
di mana ia berada saat ini) Orang : Baik (Pasien dapat mengenali
pemeriksa)c. Konsentrasi: Baik, pasien dapat dengan baik melakukan
pengurangan yang diberikan pemeriksa (seven serial test.)d. Daya
Ingat Jangka panjang: Baik ( mampu menceritakan kembali masa-masa
sekolah saat SD - SMP ) Jangka pendek: Baik (mampu mengingat menu
makan paginya) Segera: Baik (mampu mengingat nama 3 benda yang baru
saja disebutkan)e. Intelegensi & Pengetahuan Umum : Baik
(Pasien mengetahui nama nama presiden Indonesiaf. Visuospasial
berbentuk : Baik (pasien dapat menggambar dua bangunan dua dimensi
yang berhimpit)g. Pemikiran abstrak: baik (pasien dapat memberikan
arti dari ada udang dibalik batu)6. Daya Nilai: Penilaian Sosial :
Baik (selama dirawat, pasien mudah berteman dengan pasien lain).
Uji Daya Nilai: Baik (Jika pasien melihat dompet yang tertinggal di
bangsal pasien akan menyimpan dompet tersebut dan mengembalikan
apabila ada yang menanyakan).
7. Reality Test Ability (RTA): Terganggu, karena adanya waham8.
Tilikan :Derajat I (pasien tidak tahu dirinya sakit)9. Taraf Dapat
Dipercaya : Dapat dipercaya
IV. STATUS FISIK1. Status Generalis Keadaan umum: Baik
Kesadaran: Compos mentis Tanda Vital Tekanan darah: 110/80 mmHg
Suhu: 360 C. Nadi : 80 x/menit regular Pernapasan: 20 x/menit2.
Status Neurologi1. Gangguan rangsangan meningeal: Tidak ada2. Mata
Gerakan : Baik ke segala arah Bentuk pupil: Isokor Refleks cahaya:
+/+3. Motorik Tonus : Baik Turgor: Baik Kekuatan: Baik Koordinasi:
Baik Refleks: Baik
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA1. Riwayat Psikiatri:a. Pasien
mengamuk dan merusak barang barang yang ada dirumahnya.b. Pasien
marah-marah tidak jelas, tidak mengetahui apa alasannyac. Pasien
sering mengeluarkan emosi namun tidak merasa puasd. Pasien kadang
merasa ada orang yang ingin menjahati tapi tidak tahu siapa.e.
Pasien suka merasa takut apabila sendirian dan tidak melakukan
apapun tapi tidak tahu penyebab takutnya.f. Pasien takut jika
keluarganya tidak akan menjemputnya dari RS.
2. Status Mental: Kesadaran: Compos mentis Mood: Hipotim Afek:
Menumpul Keserasian: Serasi Gangguan persepsi:Halusinasi visual
Gangguan proses pikir: Tidak ada Gangguan isi pikir: Waham Paranoid
RTA (Reality testing ability): Terganggu Tilikan: Derajat I Taraf
dapat dipercaya: Dapat dipercayaVI. FORMULA DIAGNOSIS1. Aksis I:
Pada pasien ini ditemukan : Halusinasi Visual: Pasien pernah
melihat ada bayangan hitam. Waham Kejaran : pasien merasa ketakutan
pada sesuatu ketika sendirian Waham rujukan : pasien kadang merasa
ada yang ingin menjahati. Riwayat Perilaku kacau (pasien mengamuk,
malas, mengambil uang tanpa meminta izin dan merusak barang barang
di rumah sebelum masuk RS) Periode sekarang gejala yang lebih
menonjol adalah : Waham Kejaran Waham Rujukan Gangguan pada proses
pikir : miskin ide.Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna tersebut
maka kasus ini digolongkan ke dalam Gangguan Jiwa. Gangguan
kejiwaan ini di kelompokkan sebagai Gangguan Mental dan Perilaku.
Maka menurut PPDGJ 3, Gangguan Mental dan Perilaku ini dapat
digolongkan Gangguan Schizofrenia Paranoid sesuai dengan tabel
kriteria diagnosis sebagai berikut:
Kriteria DiagnosisHasil
1. Harus ada satu gejala berikut yang amat jelas:a.Thought echo,
thought insertion or thought withdrawal, thought
broadcasting.b.Delusion of control, delusion of influence, delusion
of pasivity, delusional perseption.c.Halusinasi
auditorikd.Waham-waham menetap jenis lain yang dianggap penduduk
setempat dianggap tidak wajar atau mustahil.
Tidak ada
Tidak ada
AdaAda
2.) Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu
ada secara jelas: Halusinasi yang menetap dari panca indera apa
saja. Arus pikir yang terputus atau mengalami sisipan yang
berakibat inkoherensi atau neologisme. Perilaku katatonik
Gejala-gejala negatif.
3.) Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih.
4.) Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi.
AdaTidak Ada
Tidak AdaAda
Terpenuhi
Ada
Kriteria Diagnosis Schizofrenia Paranoid
Kriteria DiagnosisHasil
1.) Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2.) Sebagai tambahan :A. Halusinasi dan/atau waham harus
menonjol.a.Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
berupa pluit, mendengung, atau bunyi tawa.Terpenuhi
Tidak Ada
b.Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin
ada tetapi jarang menonjol;c.Waham dapat berupa hampir setiap
jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling khas.B.Gangguan afektif, dorongan
kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif
tidak nyata/tidak menonjol.Tidak Ada
Ada
Tidak Terpenuhi
2. Aksis II: Tidak ada3. Aksis III: Tidak ada4. Aksis IV: Tidak
dapat di diagnosis5. Aksis V: Saat ini GAF 60-51 (gejala sedang
(moderate), disabilitas sedang) Merawat Diri : Pasien dapat
mengurus dirinya dan menjaga kebersihan dirinya. Pekerjaan : Dalam
pekerjaan, pasien kurang dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Sosial : Pasien kurang berinteraksi baik dengan pasien lain,
bersikap acuh dengan perawat dan dokter. Memanfaatkan waktu luang :
waktu luang dimanfaatkan hanya tidur.
VII. EVALUASI MULTIAKSIS Aksis I: Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Aksis II: Tidak ada Aksis III: Tidak ada Aksis IV: Tidak ada Aksis
V:GAF GAF 60-51 (gejala sedang (moderate), disabilitas
sedang).VIII. DIAGNOSA KERJASkizofrenia Paranoid (F20.0)IX. DAFTAR
PROBLEM1. Problem organobiologik:Tidak ada2. Problem psikologik dan
perilaku: Waham Paranoid dan kebesaran Susah diajak bicara, miskin
ide3. Problem Keluarga: Tidak ada
X. PROGNOSIS Ad vitam: bonam Ad functionam: ad bonam Ad
sanactionam: dubia ad malama. Faktor yang memperberat : Onset usia
muda Tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas dalam 1 tahun
terakhirb. Faktor yang memperingan : Keluarga pasien mendukung
untuk sembuh
XI. RENCANA TERAPI a. Farmakoterapi Risperidon 3x2mg
b. Terapi Psikososiala. Terapi Supportif Memberi dukungan dan
perhatian kepada pasien dalam menghadapi masalah serta memberikan
dorongan agar pasien lebih terbuka bila mempunyai masalah dan
jangan memperberat pikiran dengan menanggapi sebuah masalah terlalu
berlebihan. Memberi dukungan pada pasien untuk meminum obat secara
teratur. b. Edukasi Keluarga Memberi penjelasan kepada keluarga
untuk bersama-sama membantu dan mendukung kesembuhan baik mental,
jiwa, emosi, dan rohani pasien dalam kesinambungan dengan
pemulihan
TINJAUAN PUSTAKA
DefinisiSkizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok
gangguan yang ditandai oleh kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran
(contohnya delusi atau halusinasi), dalam mood (contohnya afek yang
tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan hubungannya dengan dunia
luar serta dalam hal tingkah laku.Menurut DSM-IV, adapun
klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe paranoid,
terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan
residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah
gangguan deterioratif sederhana.3 Sedangkan menurut Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang
ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik,
paranoid, hebefrenik, tak terinci (undifferentiated), simpleks,
residual dan depresi pasca skizofrenia.
EpidemiologiPenelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang
terjadi, seperti skizofrenia, sulit dilakukan. Survei telah
dilakukan di berbagai negara, namun dan hampir semua hasil
menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang dewasa
dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000
penduduk. Ini merupakan temuan utama dari penelitian di 10-negara
yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia
di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk
tiap-tiap subtipe skizofrenia.Prevalensinya antara laki-laki dan
perempuan sama, namun menunjukkan perbedaan dalam onset dan
perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset yang lebih awal
daripada perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15
sampai 25 tahun, sedangkan perempuan 25 sampai 35 tahun. Beberapa
penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih mungkin
daripada wanita untuk terganggu oleh gejala negatif dan wanita
lebih mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada
laki-laki. Pada umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenik
wanita adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien
skizofrenia laki-laki.Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara
geografis di seluruh dunia. Secara historis, prevalensi skizofrenia
di Timur Laut dan Barat Amerika Serikat adalah lebih tinggi dari
daerah lainnya.
EtiologiPenyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui
secara pasti. Namun berbagai teori telah berkembang seperti model
diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis stres
merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis,
psikososial dan lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang
yang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diastesis) yang
jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stres,
memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkungan
dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti situasi
keluarga yang penuh ketegangan).Hipotesis dopamin menyatakan bahwa
skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas
dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua pengamatan. Pertama,
kecuali untuk klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik
berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis
reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang meningkatkan
aktivitas dopaminergik (seperti amfetamin) merupakan salah satu
psikotomimetik. Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini
karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya
reseptor dopamin atau kombinasi kedua mekanisme tersebut. Namun ada
dua masalah mengenai hipotesa ini, dimana hiperaktivitas dopamin
adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis dopamin
efektif dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien
teragitasi berat. Kedua, beberapa data elektrofisiologis menyatakan
bahwa neuron dopaminergik mungkin meningkatkan kecepatan
pembakarannya sebagai respon dari pemaparan jangka panjang dengan
obat antipsikotik. Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas awal
pada pasien skizofrenia mungkin melibatkan keadaan
hipodopaminergik.Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari
empat jalur dopamin yaitu:1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan
hipotesis terjadinya gejala positif pada penderita skizofrenia.
Mesolimbik dopamin pathways memproyeksikan badan sel dopaminergik
ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang otak kemudian ke
nukleus akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan penting pada
emosional, perilaku khususnya halusinasi pendengaran, waham dan
gangguan pikiran. Antipsikotik bekerja melalui blokade reseptor
dopamin ksususnya reseptor dopamin D2. Hipotesis hiperaktif
mesolimbik dopamin pathways menyebabkan gejala positif meningkat.2.
Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke
daerah serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan
mesokortikal dopamin pathways adalah sebagai mediasi dari gejala
negatif dan kognitif pada penderita skizofrenia. Gejala negatif dan
kognitif disebabkan terjadinya penurunan dopamin di jalur
mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral prefrontal korteks.
Penurunan dopamin di mesokortikal dopamin pathways dapat terjadi
secara primer dan sekunder. Penurunan sekunder terjadi melalui
inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui
blokade antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada
mesokortikal dapat memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala
kognitif.3. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah
substansia nigra pada batang otak ke daerah basal ganglia atau
striatum. Jalur ini merupakan bagian dari sistem saraf
ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di nigostriatal dopamin pathways
dapat menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan pada
penyakit parkinson yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun
hiperaktif atau peningkatan dopamin di jalur ini yang mendasari
terjadinya gangguan pergerakan hiperkinetik seperti korea,
diskinesia atau tik.4. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur
ini dimulai dari daerah hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam
keadaan normal tuberoinfundibular dopamin pathways mempengaruhi
oleh inhibisi dan penglepasan aktif prolaktin, dimana dopamin
berfungsi melepaskan inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika
ada gangguan dari jalur ini akibat lesi atau penggunaan obat
antipsikotik, maka akan terjadi peningkatan prolaktin yang dilepas
sehingga menimbulkan galaktorea, amenorea atau disfungsi
seksual.
Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan
diteliti mengenai hubungannya dengan skizofrenia. Serotonin
contohnya, karena obat antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas
dengan serotonin. Selain itu, beberapa peneliti melaporkan
pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas
noradrenergik.
2.4 Gejala dan DiagnosisGejala dari skizofrenia paranoid berupa
gejala positif dan negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya
perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul,
sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas
atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti
dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh,
perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.5 Gejala waham dan
halusinasi dapat muncul dan terutama waham curiganya.3Terlebih
dahulu akan dibahas mengenai penegakan diagnosa skizofrenia. Adapun
menurut DSM-IV sebagai berikut:A. Gejala Karakteristik: dua (atau
lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian waktu yang
bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan
berhasil):1) Waham2) Halusinasi3) Bicara terdisorganisasi (misalnya
sering menyimpang atau inkoherensi)4) Perilaku terdisorganisasi
atau katatonik yang jelas5) Gejala negatif yaitu pendataran
afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition)Catatan: Hanya
satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau
halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari
perilaku atau pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling
bercakap-cakap satu sama lainnya.B. Disfungsi sosial/pekerjaan:
untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau
lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau
perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum
onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan
untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau
pekerjaan yang diharapkan).C. Durasi: tanda gangguan terus-menerus
menetap selama sekurangnya 6 bulan. Pada 6 bulan tersebut, harus
termasuk 1 bulan fase aktif (yang memperlihatkan gejala kriteria A)
dan mungkin termasuk gejala prodormal atau residual.D. Penyingkiran
gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan skizoafektif
atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena:
(1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang
telah terjadi bersama-sama gejala fase aktif atau (2) jika episode
mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya
relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.E.
Penyingkiran zat/kondisi medis umumF. Hubungan dengan gangguan
perkembangan pervasif 3Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III sebagai
berikut: Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat
jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu
kurang jelas):a) thought eco = isi pikiran dirinya sendiri yang
berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran
ulangan walaupun isinya sama tapi kualitasnya berbeda.thought
insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); danthought
broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya; b) delusion of control = waham tentang
dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau
delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar delusion of passivity = waham
tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan
dari luar; (tentang dirinya secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan
khusus); delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik
atau mukjizat;c) Halusinasi auditorik:Suara halusinasi yang
berkomentar secara terus-menerus terhadap perilkau pasien,
atauMendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara) atauJenis suara halusinasi lain yang
berasal dari salah satu bagian tubuh pasiend) Waham-waham menetap
lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan
sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa
2.5 Diagnosa BandingSkizofrenia residual merupakan salah satu
diagnosa banding dari skizofrenia paranoid. PPDGJ-III memberikan
pedoman diagnostik untuk skizofrenia residual yakni harus memenuhi
semua kriteria dibawah ini untuk suatu diagnosis yang meyakinkan:a.
Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif
dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi
pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam
ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh,
perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.b. Sedikitnya ada
riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.c. Sedikitnya sudah
melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari
skizofrenia.5
2.6 PengobatanTidak ada pengobatan yang spesifik untuk
masing-masing subtipe skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan
berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Pada skizofrenia
paranoid, gejala positif lebih menonjol, maka adapun pengobatan
yang disarankan kepada pasien obat-obat antipsikotik golongan
tipikal (CPZ, HLP).4Obat Risperidon adalah suatu obat antipsikotik
dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin
tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2 serta antihistamin
(H1). Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala
positif maupun negatif.3 Risperidon senyawa antidopaminergik yang
jauh lebih kuat, berbeda dengan klozapin, sehingga dapat
menginduksi gejala ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang
menonjol. Meskipun demikian, risperidon dianggap senyawa
antipsikotik atipikal secara kuantitatif karena efek samping
neurologis ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang
rendah.7Klozapin termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga
mempunyai aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin
tipe 2 (5-HT2) dan antagonis lemah pada reseptor dopamin tipe 2
juga bersifat antihistamin (H1). Efek samping berupa gejala
ekstrapiramidal sangat minimal, namun mempunyai sifat antagonis -1
adrenergik yang bisa menimbulkan hipotensi ortostatik dan sedatif.6
Selain itu, dilaporkan terjadinya agranulositosis dengan insiden
1-2% ditambah harganya yang mahal. Klozapin adalah obat lini kedua
yang jelas bagi pasien yang tidak berespon terhadap obat lain yang
sekarang ini tersedia.Selain terapi obat-obatan, juga bisa
diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari terapi perilaku,
terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi
individual. Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan
keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi
interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah
yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan sehingga frekuensi
maladaptif atau menyimpang dapat diturunkan.Terapi berorientasi
keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia. Pusat dari
terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk
mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan
menimbulkan kesulitan. Setelah pemulangan, topik penting yang
dibahas di dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya
lama dan kecepatannya. Selanjutnya diarahkan kepada berbagai macam
penerapan strategi menurunkan stres dan mengatasi masalah dan
pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.Terapi kelompok
biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam
kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi
sosial, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas
bagi pasien dengan skizofrenia.Psikoterapi individual membantu
menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting didalam
psikoterapi adalah perkembangan hubungan terapeutik yang dialami
psien adalah aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat
dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan
pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan
oleh pasien. Ahli psikoterapi sering kali memberikan interpretasi
yang terlalu cepat terhadap pasien skizofrenia. psikoterapi untuk
seorang pasien skizofrenia harus dimengerti dalam hitungan dekade,
bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Di dalam konteks
hubungan profesional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan
hubungan kerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin akan makan
bersama, atau mengingat ulang tahun pasien. Tujuan utama adalah
untuk menyampaikan gagasan bahwa ahli terapi dapat dipercaya, ingin
memahami pasien dan akan coba melakukannya dan memiliki kepercayaan
tentang kemampuan pasien sebagai manusia. Mandred Bleuler
menyatakan bahwa sikap terapeutik terhadap pasien adalah dengan
menerima mereka bukannya mengamati mereka sebagai orang yang tidak
dapat dipahami dan berbeda dari ahli terapi.
2.7 PrognosisPrognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang
dialami seseorang. Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan
melihat pada prediktor prognosis spesifik di Tabel 2.13.
Prognosis BaikPrognosis Buruk
Onset lambatOnset muda
Faktor pencetus yang jelasTidak ada faktor pencetus
Onset akutOnset tidak jelas
Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan pramorbid yang baikRiwayat
seksual, sosial dan pekerjaan pramorbid yang buruk
Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif)Perilaku
menarik diri, autistik
Gejala positifGejala negatif
Riwayat keluarga gangguan moodRiwayat keluarga skizofrenia
Sistem pendukung yang baikSistem pendukung yang buruk
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma prenatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
Walaupun skizofrenia bukanlah penyakit yang fatal, namun
rata-rata kematian orang yang menderita skizofrenia dua kali lebih
tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Tingginya angka kematian
berkaitan dengan kondisi buruk di institusi perawatan yang
berkepanjangan yang menyebabkan tingginya angka Tuberkulosis dan
penyakit menular lainnya. Namun, penelitian baru-baru ini pada
orang-orang skizofrenia yang hidup dalam masyarakat, menunjukkan
bunuh diri dan kecelakaan lain sebagai penyebab utama kematian di
negara berkembang maupun negara-negara maju. Bunuh diri, khususnya,
telah muncul sebagai masalah yang mekhawatirkan, karena risiko
bunuh diri pada orang dengan gangguan skizofrenia selama hidupnya
telah diperkirakan di atas 10%, sekitar 12 kali lebih tinggi dari
populasi umum. Sepertinya ada sebuah peningkatan mortalitas untuk
gangguan kardiovaskular juga, mungkin terkait dengan gaya hidup
yang tidak sehat, pembatasan akses perawatan kesehatan atau efek
samping obat antipsikotik.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A.
Sinopsis Psikiatri, Jilid I. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010.
699-702, 720-727, 737-740 Syamsulhadi dan Lumbantobing.
Skizofrenia. FK UI. Jakarta: 2007.26-34 FKUI. Buku Ajar Psikiatri.
Edisi kedua; Jakarta 2014 Maslim, Rusdi.Diagnosis Gangguan Jiwa
Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III. FK Unika Atmajaya. Jakarta:2001.
46, 50
8