Top Banner
STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN (Penilaian menggunakan dental aesthetic index) SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar sarjana Kedokteran Gigi REAGAN CENDIKIAWAN J 111 12 254 BAGIAN ORTODONSI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015
71

STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

Apr 19, 2019

Download

Documents

doanque
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

vi

STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN

(Penilaian menggunakan dental aesthetic index)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

mencapai gelar sarjana Kedokteran Gigi

REAGAN CENDIKIAWAN

J 111 12 254

BAGIAN ORTODONSI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 2: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

ii

STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN

(Penilaian menggunakan dental aesthetic index)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin

Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

REAGAN CENDIKIAWAN

J 111 12 254

BAGIAN ORTODONSI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

MAKASSAR

2015

Page 3: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

iii

Page 4: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

iv

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Reagan Cendikiawan

Nim : J111 12 254

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Makassar yang telah melakukan penelitian dengan judulSTATUS MALOKLUSI

MAHASISWA PROGRAM SARJANAFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN(Penilaian menggunakan dental aesthetic

index)dalam rangka menyelesaikan studi Program Pendidikan Strata Satu.

Dengan ini menyatakan bahwa didalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Makassar, 9 Oktober 2015

REAGAN CENDIKIAWAN

Page 5: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Status Maloklusi Mahasiswa Program sarjanaFakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin(Penilaian Menggunakan Dental Aesthetic Index)”. Skripsi ini dibuat

sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak akan terwujud tanpa adanya

perhatian, dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada:.

1. Dr. drg. Bahruddin Thalib, M. Kes., Sp. Pros. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang telah memberikan

kepercayaan kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Hasanuddin.

2. drg. Donald R. Nahusona, M. Kes selaku pembimbing skripsi dan penasihat

akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

memberikan bimbingan, petunjuk, saran, dan motivasi kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan benar.

3. Kedua orang tua tercinta, Papa Tony Cendikiawan dan Mama Linda

Gunawan Gomasjaya serta seluruh keluarga besar yang selalu setia

mendoakan penulis.

Page 6: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

vi

4. Teman-teman terdekat, Adeliana, Adrian Y, Cisilia, dan Fransiske yang

sudah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Kak Tommy Dharmaji, yang telah membantu dalam pengolahan data

penelitian skripsi ini.

6. Teman-teman skripsi bagian Ortodonsi (Lisa, Clara,Adrian, Fransiske,

Gunawan, Fanissa, Riska, Tami) atas bantuan dan dukungan selama ini.

7. Teman-teman Mastikasi 2012 atas dukungan, persaudaraan, dan

persahabatan yang ditawarkan selama ini kepada penulis.

8. Kakak-kakak dan teman-teman di D’B3 Voice, Kak Achie, Kak Elis, Kak

Erwin, dan Kak Tata yang sudah banyak membantu dan memberi dukungan

kepada penulis.

9. Seluruh dosen, staf akademik, staf tata usaha, dan staf perpustakaan FKG

Unhas yang telah banyak membantu penulis.

Tiada imbalan yang dapat penulis berikan selain mendoakan semua pihak yang

telah membantu penulis agar selalu dalam perlindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Akhirnya dengan segenap kerendahan hati, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

menjadi berkat bagi kita semua. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu kedokteran gigi ke depannya.

Makassar, 9 Oktober 2015

Penulis

Page 7: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

vii

ABSTRAK

Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat.

Angka kejadian maloklusi di Indonesia cukup tinggi mencapai 80% dan menduduki

peringkat ketiga. Penelitian tentang prevalensi maloklusi telah sering dilakukan

menggunakan index of orthodontic treatment need. Akan tetapi, untuk mengukur

tingkat keparahan maloklusi dapat juga menggunakan dental aesthetic index.

Kelebihan dari dental aesthetic index adalah lebih efektif dan efisien dibandingkan

dengan indeks lainnya. Perawatan ortodonsi dilakukan untuk mengembalikan

estetika wajah karena dianggap penting oleh masyarakat terutama pada usia remaja

dan dewasa.Tujuan: Untuk mengetahui tingkat keparahan maloklusi mahasiswa

program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas HasanuddinMetode:

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan rancangan

penelitian cross-sectionaldan menggunakan dental aesthetic index dengan jumlah

sampel sebanyak 115 orang. Sampel diperiksa dan diukur menggunakan dental

aesthetic index. Data kemudian diolah secara analitik dan ditampilkan dalam bentuk

tabel.Hasil: Prevalensi maloklusi tertinggi pada kategori ringan sebesar 44,3%,

kategori sedang sebesar 30,4%, kategori parah sebesar 19,1%, sedangkan kategori

sangat parah sebesar 6,1%.Kesimpulan: Tingkat keparahan maloklusi pada

mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin masih

dalam kategori maloklusi ringan.

Kata kunci: status maloklusi, mahasiswa program sarjana, dental aesthetic index.

Page 8: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

viii

ABSTRACT

Background: Malocclusion cases have often encountered in society. Prevalence of

malocclusion in Indonesia is quite high at 80% and was ranked third. A study to

determine the prevalence of malocclusion is often using index of orthodontic

treatment need. However, research of prevalence of malocclusion can also use dental

aesthetic index. The advantages of dental aesthetic index are more effective and

efficient compared with other indices. People in society thought that the purpose of

orthodontic treatment is to improve the aesthetics of face which this is very important

for adolescents and adults. Objective: To determine theseverity of malocclusion

amongundergraduate dentistry student of Hasanuddin University. Method: This

research is a descriptive observational study with cross-sectional designusing a

dental aesthetic index as measurement with total sample 115 people.Then, samples

examined and measured using dental aesthetic index. After that, the data is processed

analytically and displayed in tabular form.Results: The highest prevalence of

malocclusion is in mild category with 44.3%, moderate category with 30.4%, serious

category with 19.1%, while severe category with 6.1%.Conclusion: The severity of

malocclusion in undergraduate dentistry students of Hasanuddin University isstill in

mild malocclusion category.

Keywords: Severity of malocclusion, undergraduate dentistry student of Hasanuddin

University, dental aesthetic index.

Page 9: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………….. ............. i

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. ................. ii

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………….. ....... iii

PERNYATAAN……………………………………………………….. ....................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

ABSTRAK…………………………………………………………………… .............. vii

DAFTAR ISI……… ................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR........ ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xiii

DAFTAR DIAGRAM………………………………………………………………… . xv

DAFTAR LAMPIRAN……………………..................................................... .............. xvi

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………... 1

1.1 LatarBelakang………………………………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….. 4

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………... 4

1.4Manfaat Penelitian ………………………………………………….... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….. 6

2.1 Definisi Maloklusi.…………….……..………………………………. 6

2.2 Etiologi Maloklusi..…………….……………………………….......... 8

2.2.1 Faktor herediter……………………………………………….. 8

2.2.2 Faktor kongenital……………………………………………… 8

2.2.3 Defisiensi nutrisi………………………………………………. 9

2.2.4 Kebiasaan buruk………………………………………………. 11

2.2.5 Anomali jumlah gigi…………………………………………... 13

2.2.6 Anomali ukuran gigi…………………………………………... 15

Page 10: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

x

2.2.7 Anomali bentuk gigi.…………………………………………... 16

2.2.8 Pencabutan dini gigi desidui.………………………………….. 18

2.3Klasifikasi Maloklusi.………………………………………..……….. 18

2.4Dental Aesthetic Index.……………………………………………….. 21

BAB III KERANGKA KONSEP……………………………………………...…... 26

BAB IV METODE PENELITIAN……………………………………….………... 27

4.1 Jenis Penelitian ………………………………………………….….... 27

4.2 Desain Penelitian………………………………………….………...... 27

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………….………...... 27

4.3.1 Tempat penelitian.…………………………….………………. 27

4.3.2 Waktu penelitian.……………………………………………... 27

4.4 Variabel Penelitian.…………………………………………………... 28

4.5 DefinisiOperasional Variabel.……………………………………….. 28

4.6 Populasi dan Sampel Penelitian.…………………………………….... 29

4.7 Kriteria Sampel.……….……………..………………………………. 29

4.7.1 Kriteria inklusi.……………………………………………….... 29

4.7.2 Kriteria ekslusi.……………………………………………….... 29

4.8 Metode Pengambilan Sampel……………………………………….. 30

4.9 Alat dan Bahan…….………………………………………….…….. 30

4.10Prosedur Penelitian……….…………………………………………. 30

4.11 Alur Penelitian………………………………………………………. 34

BAB V HASIL PENELITIAN……………………….…………………………… 35

5.1 Jumlah Kehilangan Gigi……………………………………………. 36

5.2 Gigi Berjejal pada Segmen Anterior……………………………….. 36

5.3 Jarak Antar Gigi Anterior………………………………………….. 37

5.4 Midline Diastema…………………………………………………... 38

5.5 Jarak Pergeseran Rahang Atas……………………………………... 38

5.6 Jarak Pergeseran Rahang Bawah…………………………………... 39

5.7 Overjet Anterior Rahang Atas……………………………………... 39

5.8 Overjet Anterior Rahang Bawah…………………………………... 40

5.9 Openbite……………………………………………………………. 41

5.10 Relasi Molar Antero-posterior……………………………………... 41

5.11 Status Maloklusi dan Tingkat Kebutuhan Perawatan……………… 42

5.12 Tabulasi Silang Status Maloklusi dan Jenis Kelamin……………... 43

BAB VI PEMBAHASAN……….………………………………………………… 45

BAB VII PENUTUP………….…………………………………………………….. 48

7.1 Kesimpulan…..……………………………………………………….. 48

7.2 Saran………………………………………………………………….. 49

Page 11: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

xi

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 50

Page 12: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1(a) Pasien dengan kebiasaan buruk menghisap ibu jari...…………….. 11

Gambar 2.1(b) Pasien dengan kebiasaan buruk menghisap jari……...…………… 11

Gambar 2.2(a) Pasien dengan kebiasaan buruk mendorong lidah...……..……...... 12

Gambar 2.2(b) Pasien dengan kebiasaan buruk menghisap bibir………...……….. 12

Gambar 2.2(c) Pasien dengan kebiasaan buruk menggigit bibir………………….. 12

Gambar 2.3 Pasien dengan kebiasaan buruk bernafas melalui mulut………...... 13

Gambar 2.4(a) Supernumerary teeth pada gigi premolar rahang bawah…………. 14

Gambar 2.4(b) Supernumerary teeth pada gigi insisivus lateral rahang atas……... 14

Gambar 2.4(c) Mesiodens diantara gigi insisivus sentralis……………………….. 14

Gambar 2.5 Komplikasi kasus karena hilangnya gigi insisivus sentralis rahang

bawah……………………………………………………………... 15

Gambar 2.6 Peg-shaped pada gigi insisivus lateral rahang atas……………… 16

Gambar 2.7(a) Fusi………………………………………………………………... 17

Gambar 2.7(b) Geminasi………………………………………………………….. 17

Gambar 2.7(c) Concrescence……………………………………………………………. 17

Gambar 2.7(d) Dens in dente……………………………………………………… 17

Gambar 2.7(e) Talon cusp………………………………………………………… 17

Gambar 2.7(f) Dilaserasi………………………………………………………….. 17

Gambar 2.8 Klasifikasi maloklusi klas I……………………………………….. 18

Gambar 2.9(a) Klasifikasi maloklusi klas II divisi 1……………………………… 20

Gambar 2,9(b) Klasifikasi maloklusi klas II divisi 2……………………………… 20

Gambar 2.9(c) Klasifikasi maloklusi klas II subdivisi……………………………. 20

Gambar 2.9(d) Klasifikasi maloklusi klas III……………………………………... 20

Page 13: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel defisiensi nutrisi pada ibu saat mengandung……………………. 9

Tabel 2.2 Tabel defisiensi nutisi pada anak pada masa pertumbuhan dan

perkembangan………………………..…………………………………. 10

Tabel 2.3 Tabel nilai dental aesthetic index………………………………………….. 25

Tabel 4.1 Tabel nilai dental aesthetic index………………………………………….. 33

Tabel 5.1 Tabel distribusi frekuensi jumlah kehilangan gigi pada mahasiswa

program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin……………………………………………………………… 36

Tabel 5.2 Tabel distribusi frekuensi gigi berjejal pada mahasiswa program sarjana

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin…………………… 36

Tabel 5.3 Tabel distribusi frekuensi jarak antar gigi anterior pada mahasiswa

program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin…………………………………………………………….. 37

Tabel 5.4 Tabel distribusi frekuensi midline diastema pada mahasiswa program

sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin………….. 38

Tabel 5.5 Tabel distribusi frekuensi jarak pergeseran rahang atas pada mahasiswa

program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin…………………………………………………………….. 38

Tabel 5.6 Tabel distribusi frekuensi jarak pergeseran rahang bawah pada

mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin…………………………………………………………….. 39

Tabel 5.7 Tabel distribusi frekuensi overjet anterior rahang atas pada mahasiswa

program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin…………………………………………………………….. 40

Tabel 5.8 Tabel distribusi frekuensi overjet anterior rahang bawah pada

mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin…………………………………………………………….. 40

Page 14: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

xiv

Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada mahasiswa program sarjana

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin…………………… 41

Tabel 5.10 Tabel distribusi frekuensi relasi molar antero-posterior pada mahasiswa

program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin……………………………………………………………. 42

Tabel 5.11 Tabel distribusi frekuensi status maloklusi dan tingkat kebutuhan

perawatan pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin……………………………………………….. 43

Tabel 5.12 Tabulasi silang frekuensi status maloklusi dan jenis kelamin pada

mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin……………………………………………………………. 44

Page 15: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

xv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin……………….. 35

Page 16: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi ini, kasus maloklusi sudah sering kita jumpai di kalangan

masyarakat. Angka kejadian maloklusi di Indonesia cukup tinggi, mencapai 80% dan

menduduki peringkat ketiga.1Maloklusi merupakan keadaan yang tidak

menguntungkan dan meliputi ketidakteraturan lokal dari gigi geligi seperti gigi

berjejal, protrusif, malposisi, atau hubungan yang tidak harmonis dengan gigi

lawannya.

Berdasarkan hasil survei Kesehatan Rumah Tangga 2004 yang dilaporkan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, menunjukkan secara umum bahwa

prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah yang paling tinggi, meliputi 60%

penduduk.2

Penelitian yang dilakukan di Bangalore, India, pada tahun 2008, tentang prevalensi

maloklusi oleh Das et al, menunjukkan bahwa prevalensi maloklusi adalah 71%.

Penelitian sejenis juga dilakukan di India oleh Sindhu et al pada kelompok usia 6-30

tahun, menunjukkan bahwa prevalensi maloklusi adalah 90%.3 Penelitian tentang

prevalensi maloklusi juga ditemukan pada anak berusia 6-10 tahun di Brazil pada

tahun 2010 oleh Marcos Alan Vieira Bittencourt dan Andre Wilson Machado,

dengan prevalensi maloklusisebesar 85,17%.4 Penelitian tentang prevalensi

maloklusi juga dilakukan di Indonesia, prevalensi maloklusi di Indonesia

Page 17: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

2

mencapai 80%.1

Sebagian besar maloklusi disebabkan karena faktor keturunan misalnya gigi

berjejal, diastema, kekurangan atau kelebihan jumlah gigi, dan macam-macam

ketidakteraturan lainnya pada wajah dan rahang. Namun, ada juga beberapa faktor

penyebab maloklusi yang berasal dari lingkungan. Sebagian besar masalah-masalah

di atas tidak hanya mempengaruhi susunan gigi geligi, tetapi juga mempengaruhi

penampilan wajah seseorang.5Hal ini dapat mempengaruhi penderita dalam

melakukan aktivitas sehari-hari, asupan gizi, keadaan psikologis, waktu kerja, dan

pendidikan.

Pada masa kini perawatan ortodonsi semakin banyak diminati oleh kalangan

masyarakat. Adanya peningkatan pengetahuan di kalangan masyarakat akan gigi

yang tidak teratur dan kelainan bentuk muka menjadi penyebab bertambahnya

permintaan kebutuhan perawatan ortodonsi.6

Perawatan ortodonsi sering dilakukan dengan alasan untuk mengembalikan

estetika karena hal tersebut dianggap penting dan utama dalam pergaulan di kalangan

masyarakat terutama pada usia remaja dan dewasa. Menurut University of

Connecticut Health Center, usia 18-35 tahun merupakan masa dewasa muda.7Oleh

karena itu, sering kita menemukan para dewasa muda dengan rentang umur seperti

itu lebih memperhatikan estetika dan berinisiatif untuk melakukan perawatan

ortodonsi dengan berbagai macam tujuan yaitu, memperbaiki susunan gigi,

memperbaiki penampilan wajah, dan meningkatkan fungsi bicara.

Penelitian tentang prevalensi maloklusi telah sering dilakukan dengan menggunakan

Index of Orthodontic Treatment Need, seperti penelitian di Amerika Serikat oleh

Page 18: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

3

Proffit WR et al, di Brazil oleh Daniel Ibrahim Brito et al, di Arab Saudi oleh Ayhab

B. Alatrach et al, dan di India oleh Col Prasanna Kumar et al.8,9,10,11

Selain Index of

Orthodontic Treatment Need, untuk melihat tingkat keparahan maloklusi dapat juga

dilakukan dengan menggunakan Dental Aesthetic Index.

Penelitian tentang prevalensi maloklusi menggunakan Dental Aesthetic Index

pernah dilakukan di Malaysia oleh Arina Aliaa Mohd Azman dan di Bali oleh Ritsuo

Ohmine.12,13

Kelebihan dari Dental Aesthetic Index adalah lebih efektif dan efisien

dibandingkan dengan indeks lainnya. Dental Aesthetic Index hanya membutuhkan

waktu 2 – 5 menit untuk menilai tingkat keparahan maloklusi, tidak memerlukan

pemeriksaan radiografi, dan tidak memerlukan keahlian khusus dengan standar

kompetensi tertentu.Dental Aesthetic Index efektif digunakan karena hanya dengan

menilai 10 komponen penilaian dapat diketahui tingkat keparahan maloklusi yang

terjadi.14

Peneliti memilih mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin sebagai sampel penelitian karena berasal dari satu komunitas

yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi dan memiliki perhatian lebih

terhadap estetika gigi. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian tentang

prevalensi maloklusi pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin dengan menggunakanDental Aesthetic Index.

Page 19: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan permasalahan

yaitu bagaimana tingkat keparahan maloklusi mahasiswa program sarjana Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin dinilai menggunakan dental aesthetic

index?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat tingkat keparahan maloklusi pada

mahasiswa program sarjana di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

dengan menggunakan dental aesthetic index.

1.3.2 Tujuan khusus

Berdasarkan tujuan penelitian umum, maka tujuan penelitian khusus yang ingin

dicapai penulis pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk melihat tingkat keparahan maloklusi pada mahasiswa laki-laki

program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

2. Untuk melihat tingkat keparahan maloklusi pada mahasiswa perempuan

program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Page 20: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Institusi pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat institusional, sebagai

berikut:

1. Penelitian ini dapat menjadi salah satu penelitian yang bermanfaat bagi

almamater penulis.

2. Penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan pustaka ilmiah dan

pengembangan pengetahuan.

1.4.2 Bidang ortodontik

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai seberapa tinggi

insidensi terjadinya maloklusi pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Hasanuddin.

1.4.3 Bidang kemasyarakatan

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat,

sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang

maloklusi.

2. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang

pentingnya kontrol rutin ke dokter gigi guna mencegah terjadinya maloklusi

yang lebih kompleks.

Page 21: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Maloklusi

Maloklusi merupakan kondisi hubungan rahang atas dan rahang bawah yang

menyimpang dari bentuk normal. Menurut Dental Pratice Board, maloklusi

merupakan oklusi yang tidak normal karena susunan gigi geligi tidak rapi pada satu

rahang yang sama maupun berbeda pada saat rahang beroklusi.15

Maloklusi juga

merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan variasi biologi yang terjadi pada

rahang atas dan rahang bawah.16

Menurut Andrew yang dikutip oleh Hassan R. dan Rahimah A.K. (2007), ada

enam ciri oklusi normal yang berasal dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap

120 subyek. Keenam ciri tersebut adalah17

:

1. Hubungan yang tepat dari gigi molar permanen pertama.

2. Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang transversal.

3. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital.

4. Tidak adanya rotasi gigi secara individual.

5. Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam masing-masing lengkung

gigi, tanpa celah maupun gigi berjejal.

6. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung.

Page 22: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

7

Keenam ciri yang telah disebutkan oleh Andrew berhubungan dengan oklusi

statik. Menurut Roth yang dikutip oleh Hassan R. dan Rahimah A.K. (2007), terdapat

beberapa kriteria mengenai oklusi fungsional yang ideal dengan tujuan untuk

mendapatkan pengunyahan maksimal dengan beban traumatik minimal terhadap gigi

geligi, jaringan pendukung, dan otot pengunyahan, sebagai berikut17

:

1. Pada posisi oklusi sentrik, kondil rahang bawah harus berada pada posisi

paling superior dan paling retrusi dalam fossa kondilaris.

2. Pada saat menutup ke oklusi sentrik, tekanan yang mengenai gigi-gigi

posterior harus diarahkan sepanjang sumbu panjang gigi.

3. Gigi-gigi posterior harus berkontak secara merata tanpa kontak pada gigi-gigi

anterior.

4. Harus terdapat overjet dan overbite minimal.

Menurut Proffit yang dikutip oleh Hassan R. dan Rahimah A.K. (2007),

seseorang dikatakan maloklusi jika memiliki satu atau lebih ciri sebagai berikut18

:

1. Susunan yang tidak teratur pada setiap gigi dalam setiap rahang, berupa

tipping, rotasi, supraposisi, infraposisi, atau transposisi.

2. Hubungan yang tidak harmonis antara rahang atas dan rahang bawah, dapat

terjadi di bidang sagital, frontal, atau transversal.

Page 23: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

8

2.2 Etiologi Maloklusi

Maloklusi merupakan gangguan oklusi yang disebabkan oleh beberapa faktor berupa

faktor herediter, kongenital, defisiensi nutrisi, kebiasaan buruk anak, anomali jumlah

gigi, anomali ukuran gigi, anomali bentuk gigi, dan premature loss gigi desidui.18

2.2.1 Faktor herediter

Faktor herediter merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam terjadinya kondisi

maloklusi yang erat hubungannya dengan riwayat keturunan keluarga. Faktor ini

dapat terjadi pada saat kelahiran, tetapi dapat pula muncul bersamaan dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor herediter berpengaruh dalam

disproporsi ukuran gigi dan ukuran rahang yang menghasilkan maloklusi berupa gigi

yang berdesakan atau diastem multiple. Faktor herediter ini juga sangat berpengaruh

terhadap dimensi kraniofasial atau struktur skeletal.18

2.2.2 Faktor kongenital

Faktor kongenital terjadi pada saat lahir. Gangguan kongenital yang dapat terjadi

adalah sebagai berikut18

:

1. Mikrognathi.

Mikrognathi sering juga disebut dengan “rahang kecil”. Gangguan kongenital

ini biasanya disertai dengan adanya gangguan kongenital pada jantung dan

Pierre Robin syndrome. Mikrognathi dapat terjadi pada kedua rahang.

Mikrognathi pada rahang atas terjadi karena adanya defisiensi nutrisi pada

saat tahap pembentukan tulang maksila. Mikrognathi pada rahang mandibula

memiliki ciri dengan retrusi dagu yang sangat parah.

2. Anodonsia.

Page 24: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

9

Anodonsia berarti tidak ada gigi. Anodonsia terbagi dua, yaitu true anodontia

dan false anodontia. True anodontia merupakan anodonsia yang terjadi sejak

lahir karena tidak adanya seluruh benih gigi. False anodontia merupakan

kehilangan gigi karena impaksi, erupsi yang tertunda, anomali jumlah gigi

(missing teeth), karies gigi, atau karena pencabutan.

3. Celah bibir atau celah palatum.

Celah bibir atau celah palatum merupakan salah satu gangguan kongenital

yang terjadi pada bibir atau palatum bayi yang tidak terbentuk dengan

sempurna saat minggu kehamilanke-18 sampai ke-20.

2.2.3 Defisiensi nutrisi

Adanya ketidakstabilan nutrisi pada ibu saat mengandung dapat menimbulkan

beberapa gangguan kongenital yang dapat menyebabkan maloklusi sepertitampak

pada tabel 2.1 dibawah ini.18

Tabel 2.1 Tabel defisiensi nutrisi pada ibu saat mengandung.

Defisiensi nutrisi Gangguan pada anak

Kelebihan Vitamin A Celah bibir atau palatum

Vitamin B12 Celah bibir atau palatum

Asam folat Celah bibir atau palatum

Retardasi mental

Insulin Celah bibir atau palatum

Retardasi mental

Iodine Cretinism

Sumber: Singh G. Textbook of orthodontics 2nd edition. New Delhi: Jaypee; 2007.P 185.

Page 25: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

10

Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak, defisiensi nutrisi dapat

menimbulkan beberapa gangguan yang akan menyebabkan maloklusi pada anak

seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.2.18

Tabel 2.2 Tabel defisiensi nutrisi anak pada masa pertumbuhan dan perkembangan.

Defisiensi nutrisi Gangguan pada anak

Protein Erupsi gigi yang tertunda

Vitamin A

Gangguan kalsifikasi gigi

Gangguan pada jaringan periodontal

Penebalan prosessus mandibula

Pertumbuhan dan perkembangan terhambat

Erupsi gigi yang tertunda

Vitamin B kompleks

Gangguan mastikasi

Cheilosis

Erupsi gigi yang tertunda

Pertumbuhan dan perkembangan terhambat

Vitamin C

Atrofi odontoblas

Gusi kemerahan dan mudah berdarah

Gigi mudah goyang

Vitamin D

Lapisan enamel yang tidak sempurna

Erupsi gigi yang tertunda

Palatum dalam

Gangguan kalsifikasi gigi

Sumber: Singh G. Textbook of orthodontics 2nd edition. New Delhi: Jaypee; 2007.P 185.

Page 26: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

11

2.2.4 Kebiasaan buruk

Kebiasaan buruk pada anak adalah sebagai berikut18

:

1. Menghisap jari atau ibu jari.

2. Mendorong lidah.

3. Menghisap bibir.

4. Menggigit bibir.

5. Bernafas melalui mulut.

Kebiasaan buruk ini memberikan tekanan yang terus-menerus sehingga dapat

memberikan kelainan secara permanen terhadap pertumbuhan dan perkembangan

musculoskeletal. Kelainan yang terjadi bergantung pada intensitas, durasi, dan

frekuensi dari kebiasaan buruk. Kelainan pertumbuhan dan perkembangan

musculoskeletal yang terjadi akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

skeletal yang akan mengakibatkan terjadinya maloklusi.18

Kebiasaan buruk pada anak

dapat dilihat pada gambar 2.1, 2.2, dan 2.3.

a b

Gambar 2.1 (a) Pasien dengan kebiasaan buruk menghisap ibu jari. (b) Pasien

dengan kebiasaan buruk menghisap jari. Sumber: Singh G. Textbook of orthodontics 2nd edition. New Delhi: Jaypee; 2007. P 186.

Page 27: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

12

a

b

c

Gambar 2.2 (a) Pasien dengan kebiasaan buruk mendorong lidah. (b) Pasien

dengan kebiasaan buruk menghisap bibir. (c) Pasien dengan kebiasaan buruk

mengigit bibir.

Sumber: Singh G. Textbook of orthodontics 2nd edition. New Delhi: Jaypee; 2007.P 186.

Page 28: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

13

Gambar 2.3 Pasien dengan

kebiasaan buruk bernafas melalui

mulut.

Sumber: Singh G. Textbook of orthodontics

2nd edition. New Delhi: Jaypee; 2007.P

186.

2.2.5Anomali jumlah gigi

Apabila jumlah gigi pada setiap rahang bertambah banyak dari jumlah normal maka

akan menyebabkan gigi gigi berjejal atau menghambat gigi pengganti erupsi pada

posisi seharusnya. Akan tetapi, apabila jumlah gigi pada setiap rahang berkurang dari

jumlah normal maka akan terdapat jarak antara gigi. Anomali jumlah gigi ada dua

yaitu18

:

1. Supernumerary teeth.

Supernumerary teeth yang tumbuh menyerupai gigi asli dan tumbuh dekat

dengan gigi aslinya disebut dengan supplemental teeth. Gigi ini sering

ditemukan di regio gigi premolar dan regio gigi insisivus lateralis seperti

yang ditampilkan pada gambar 2.4. Kasus yang sering ditemukan dari

supernumerary teeth adalah kasus mesiodens yang berada diantara gigi

insisivus sentralis seperti yang tampak pada gambar 2.4C.

Page 29: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

14

a

b

c

.

Gambar 2.4 (a) Supernumerary teeth pada regio gigi premolar rahang bawah. (b)

Supernumerary teeth pada regio gigi insisivus lateralis rahang atas. (c) Mesiodens

diantara gigi insisivus sentralis. Sumber: Singh G. Textbook of orthodontics 2nd edition. New Delhi: Jaypee; 2007.P 190.

Page 30: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

15

2. Missing teeth.

Kelainan kongenital yang menyebabkan kasus missing teeth adalah partial

anodonsia, hypodontia, atau oligodontia. Gigi yang sering hilang adalah gigi

molar atau gigi insisivus lateralis. Pada gambar 2.5 dapat dilihat komplikasi

kasus yang terjadi karena hilangnya gigi insisivus sentralis rahang bawah.

Gambar 2.5 Komplikasi kasus karena hilangnya gigi insisivus sentralis

rahang bawah. Retrognathi mandibula, profil muka cembung, deep bite

anterior, gigi rahang atas gigi berjejal Sumber: Singh G. Textbook of orthodontics 2nd edition. New Delhi: Jaypee; 2007. P. 192.

2.2.6 Anomali ukuran gigi

Mikrodontiadan makrodontiamerupakan anomali ukuran gigi yang dapat terkena

pada satu gigi atau seluruh gigi dalam setiap rahang. Mikrodontiamerupakan anomali

ukuran gigi dimana gigi lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan ukuran gigi

normal. Makrodontia merupakan anomali ukuran gigi dimana gigi lebih besar

dibandingkan dengan ukuran gigi normal.18

Kasus mikrodontiayang sering terjadi adalah gigi dengan bentuk “peg-shaped”

pada gigi insisivus lateral. Gigi dengan bentuk “peg-shaped” memiliki mahkota

insisal yang cembung pada bagian mesial dan distal, akar yang lebih pendek dan

lebih membulat dibandingkan dengan gigi normal seperti yang tampak pada gambar

2.6.18

Page 31: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

16

Gambar 2.6 “peg-shaped” pada gigi insisivus lateral

rahang atas.

Sumber: Singh G. Textbook of orthodontics 2nd edition. New

Delhi: Jaypee; 2007. P. 195.

2.2.7 Anomali bentuk gigi

Anomali gigi tidak hanya pada jumlah dan ukurannya, tetapi dapat juga terjadi

anomali pada bentuk gigi. Anomali bentuk gigi yang dapat terjadi adalah sebagai

berikut dan diperlihatkan pada gambar 2.7 18

:

1. Fusi.

Fusi merupakan anomali bentuk gigi dimana dua benih gigi yang berbeda

tetapi mengalami penggabungan mahkota.

2. Geminasi.

Geminasi gigi merupakan anomali bentuk gigi sebagai akibat dari suatu benih

gigi yang membelah menjadi dua.

3. Concrescence.

Concrescence merupakan tumbuhnya gigi yang menjadi satu kesatuan pada

akar gigi melalui sementum saja. Hal ini biasanya terjadi setelah gigi erupsi

dalam rongga mulut.

Page 32: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

17

4. Dens in dente.

Istilah dens in dente digunakan untuk anomali bentuk gigi dengan adanya

benih gigi di dalam gigi permanen. Anomali ini dapat dilihat hanya melalui

pemeriksaan radiografi.

5. Talon’s cusp.

Anomali bentuk gigi ini terjadi pada singulum gigi insisivus permanen rahang

atas atau rahang bawah sehingga gigi berbentuk menyerupai bentuk cakar

elang.

6. Dilaserasi.

Dilaserasi termasuk dalam anomali bentuk gigi dimana bentuk akar gigi

bengkok atau melengkung.

Gambar 2.7 (a) Fusi. (b) Geminasi. (c) Concrescence. (d) Dens in dente. (e)

Talon cusp. (f) Delaserasi. Sumber: Singh G. Textbook of orthodontics 2nd edition. New Delhi: Jaypee; 2007. P. 194.

Page 33: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

18

2.2.8 Pencabutan dini gigi desidui

Salah satu alasan mengapa pencabutan dini gigi desidui dilarang adalah karena

gigi desidui merupakan penuntun arah tumbuh dari gigi permanen. Oleh karena itu,

apabila terjadi pencabutan dini gigi desidui maka gigi permanen akan kehilangan

arah tumbuh dan dapat tumbuh gigi berjejal yang akan mengakibatkan terjadinya

maloklusi.18

2.3 Klasifikasi Maloklusi

Ada beberapa teori tentang klasifikasi maloklusi, salah satunya teori klasifikasi

maloklusi menurut Edward H. Angle yang dikemukakan pada tahun 1899. Edward

H. Angle menggunakan hubungan relasi gigi molar permanen pertama rahang atas

dengan gigi molar permanen pertama rahang bawah. Edward H. Angle

mengklasifikasikan maloklusi menjadi tiga klas, yaitu19

:

1. Maloklusi klas I

Tanda klinis maloklusi klas I adalah cusp mesiobukal gigi molar permanen

pertama rahang atas beroklusi dengan groove bukal gigi molar permanen

pertama rahang bawah. Klasfikasi maloklusi klas I dapat dilihat pada gambar

2.8.

Page 34: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

19

Gambar 2.8 Klasifikasi maloklusi klas I

Sumber: Singh G. Textbook of orthodontics 2nd edition. New Delhi: Jaypee; 2007. P 165. 2. Maloklusi klas II

Tanda klinis maloklusi klas II adalah cusp mesiobukal gigi molar permanen

pertama rahang atas beroklusi di interdental cusp mesiobukal gigi molar

permanen pertama rahang bawah dan permukaan distal dari gigi premolar

kedua rahang bawah.Klasfikasi maloklusi klas II dapat dilihat pada gambar

2.9.

Edward H. Angle membagi maloklusi klas II ke dalam dua divisi, yaitu:

1. Maloklusi klas II divisi 1.

Tanda klinis maloklusi klas II disertai dengan labioversi gigi insisivus

rahang atas.

2. Maloklusi klas II divisi 2.

Tanda klinis maloklusi klas II disertai dengan linguoversi gigi

insisivus rahang atas sedangkan gigi insisivus lateral rahang atas

tipping ke labial atau/dan ke mesial.

3. Maloklusi klas II subdivisi.

Tanda klinis maloklusi klas II hanya terjadi pada salah satu sisi rahang

saja.

3. Maloklusi klas III

Tanda klinis maloklusi klas III adalah cusp mesiobukal gigi molar permanen

pertama rahang atas beroklusi di interdental cusp distal gigi molar permanen

pertama rahang bawah dan cusp mesial gigi molar permanen kedua rahang

bawah. Klasfikasi maloklusi klas III dapat dilihat pada gambar 2.9.

Page 35: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

20

a

b

c

d

Gambar 2.9 (a) Klasifikasi maloklusi klas II divisi 1. (b) Klasifikasi maloklusi klas

II divisi 2. (c) Klasifikasi maloklusi klas II subdivisi (klasifikasi maloklusi klas I

pada sisi kiri pasien). (d) Klasifikasi maloklusi klas III.

Sumber: Singh G. Textbook of orthodontics 2nd edition. New Delhi: Jaypee; 2007. P 165.

Page 36: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

21

2.4 Dental Aesthetic Index

Menurut Richmond yang dikutip oleh Carlos Bellot-Arcíset al (2012), indeks

ortodonsi harus memiliki skala numerik yang diperoleh dari menilai aspek-aspek

maloklusi. Hal ini bertujuan untuk menentukan parameter tertentu seperti kebutuhan

perawatan atau tingkat keparahan maloklusi secara objektif.15

Adapun syarat suatu indeks maloklusi adalah sebagai berikut15

:

1. Sahih.

Sebuah indeks dikatakan sahih apabila indeks tersebut mampu mengukur apa

yang akan diukur. Apabila terjadi suatu masalah, indeks tersebut harus

mampu mendeteksi dan menilai masalah tersebut dengan benar tanpa ada

suatu kesalahan.

2. Objektif.

Indeks harus didesain sebaik mungkin agar dapat mengukur secara objektif

dan menjauhkan peneliti dari pengukuran subjektif.

3. Dapat dipercaya.

Indeks dapat mengukur secara konsisten sampel yang sama oleh pengguna

indeks yang berbeda, pada saat yang berbeda, dan dalam kondisi yang

bermacam-macam.

4. Mudah digunakan.

Indeks harus dapat digunakan oleh semua orang tanpa membutuhkan keahlian

khusus dengan standar kompetensi tertentu. Indeks juga harus dapat

Page 37: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

22

membedakan antara kasus ringan yang tidak memerlukan pengobatan dan

kasus yang lebih serius yang perlu ditangani oleh dokter spesialis.

5. Fleksibel.

Indeks harus fleksibel terhadap perubahan-perubahan yang mungkin dapat

terjadi apabila ada penelitian, penemuan, atau pertimbangan-pertimbangan

baru.

6. Dapat menilai dengan tepat komponen estetik maloklusi.

Dental Aesthetic Indexsalah satu indeks maloklusi yang menghubungkan tanda

klinis, gejala klinis, dan komponen estetik dengan perhitungan matematika untuk

menghasilkan suatu nilai.15

Dental Aesthetic Index memiliki sepuluh komponen penilaian dengan cara

pengukuran sebagai berikut15

:

1. Jumlah kehilangan gigi.

Gigi yang dimasukkan dalam perhitungan adalah gigi insisivus, kaninus, dan

premolar pada rahang atas dan rahang bawah. Gigi-gigi ini dimasukkan

dalam perhitungan kehilangan gigi apabila belum tergantikan, bila telah

digantikan dengan gigi permanen atau dental prosthetic, maka tidak terhitung

sebagai gigi hilang.

2. Gigi berjejal pada segmen insisal.

Bukan jarak antara gigi berjejal yang diperhitungkan melainkan ada atau

tidaknya gigi berjejalpada segmen insisal.

0 = tidak terdapat gigi berjejal.

1 = terdapat gigi berjejalpada salah satu rahang.

Page 38: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

23

2 = terdapat gigi berjejalpada kedua rahang.

3. Jarak antara gigi anterior.

Apabila terdapat satu atau lebih gigi anterior yang tidak memiliki kontak

interdental, maka terdapat jarak antara gigi anterior.

0 = tidak terdapat jarak antara gigi anterior.

1 = terdapat jarak antara gigi anterior pada salah satu rahang.

2 = terdapat jarak antara gigi anterior pada kedua rahang.

4. Jarak midline diastema.

Jarak antara gigi insisivus permanen pertama pada rahang atas dihitung dalam

milimeter saat oklusi normal.

5. Jarak pergeseran rahang atas.

Jarak pergeseran rahang atas dapat dihitung dengan melihat pergeseran

rahang atas terhadap frenulum labial dalam milimeter.

6. Jarak pergeseran rahang bawah.

Jarak pergeseran rahang bawah dapat dihitung dengan melihat pergeseran

rahang bawah terhadap frenulum lingual dalam milimeter.

7. Overjet anterior rahang atas.

Jarak horizontal antara tepi labio-insisal insisivus rahang atas terhadap

permukaan labial insisivus rahang bawah dihitung dalam milimeter.

8. Overjet anterior rahang bawah.

Jarak horizontal antara tepi insisal gigi insisivus rahang bawah terhadap

permukaan labial gigi insisivus rahang atas dihitung dalam milimeter.

Page 39: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

24

9. Openbite.

Jarak vertikal antara insisivus rahang atas dan insisivus rahang bawah

dihitung dalam milimeter.

10. Relasi molar antero-posterior.

Penilaian berdasarkan relasi gigi molar permanen pertama rahang bawah dan

rahang atas, baik kanan maupun kiri.

0 = relasi normal (Maloklusi Angle klas I)

1 = gigi molar permanen pertama rahang bawah setengah cusp distal

atau mesial dari gigi molar permanen pertama rahang atas kanan

atau kiri.

2 = gigi molar permanen pertama rahang bawah satu cusp penuh distal

atau mesial atau lebih cusp dari gigi molar permanen

pertamarahang atas kanan atau kiri.

Dalam menilai status maloklusi, Dental Aesthetic Index menjumlahkan seluruh

nilai dari sepuluh komponen penilaian dengan menggunakan rumus berupa (jumlah

kehilangan gigi x 6) + nilai gigi berjejal + nilai jarak antara gigi anterior + (nilai

midline diastema x 3) + nilai jarak pergeseran rahang atas + nilai jarak pergeseran

rahang bawah + (nilai overjet anterior rahang atas x 2) + (nilai overjet anterior

rahang bawah x 4) + (nilai openbite x 4) + (nilai relasi molar x 3) + 13.15

Page 40: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

25

Dental Aesthetic Index memiliki penggolongan nilai total perhitungan yang

terdapat pada tabel 2.3.20

Tabel 2.3 Tabel nilai Dental Aesthetic Index.

Nilai total

Status maloklusi Tingkat kebutuhan perawatan

≤ 25

Normal / minor

(Grade I)

Tidak / sedikit membutuhkan

perawatan

26 – 30

Sedang

(Grade II)

Membutuhkan / tidak

membutuhkan perawatan

31 – 35

Parah

(Grade III)

Sangat membutuhkan

perawatan

≥35

Sangat parah / cacat

(Grade IV) Wajib mendapatkan perawatan

Sumber: Borzabadi-Farahani A. An overview of selected orthodontic treatment need

indices. Principal in Contemporary Orthodontic. P.223

Page 41: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

26

BAB III

KERANGKA KONSEP

Keterangan:

: Variabel yang tidak diteliti.

: Variabel yang diteliti.

: Sampel penelitian.

Maloklusi

Fonetik Mastikasi

Mahasiswa ProgramSarjana

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin

Dental Aesthetic Index

Grade IV Grade II Grade I Grade III

Pria Wanita

Status Maloklusi

Estetik

Page 42: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

27

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif untuk menilai status

maloklusi mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin dengan menggunakan dental aesthetic index.

4.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional untuk

menganalisis hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin,

Makassar.

4.3.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2015.

Page 43: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

28

4.4 Variabel Penelitian

Variabel independen pada penelitian ini adalah dental aesthetic index. Variabel

dependen pada penelitian ini adalah status maloklusi mahasiswa program sarjana

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Variabel random pada penelitian

ini adalah usia.

4.5 Definisi Operasional Variabel

1. Dental aesthetic index adalah salah satu indeks maloklusi yang

menghubungkan tanda klinis, gejala klinis, dan komponen estetik dengan

perhitungan matematika untuk menghasilkan suatu nilai. Nilai dari hasil

perhitungan indeks ini dapat memperlihatkan tingkat keparahan maloklusi.

2. Maloklusi adalah suatu kondisi yang menyimpang dari relasi normal gigi

terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada lengkung

rahang lawannya dilihat dari relasi gigi molar pertama rahang atas terhadap

gigi molar pertama rahang bawah.

3. Mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin adalah mahasiswa yang masih terdaftar dan menjalankan proses

perkuliahan program sarjana dalam Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin.

Page 44: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

29

4.6 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Hasanuddin dan sampel penelitian ini adalah mahasiswa program

sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang memenuhi kriteria

sampel.

4.7 Kriteria Sampel

Pemilihan sampel dilakukan secara simple random sampling yang memenuhi

kriteria inklusi.

4.7.1 Kriteria inklusi

1. Mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin.

2. Pasien belum pernah melakukan perawatan ortodonsi sebelumnya.

3. Pasien berusia 18 – 21 tahun.

4. Bersedia mengikuti kegiatan penelitian.

4.7.2 Kriteria eksklusi

1. Bukan mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin .

2. Pasien pernah atau telah dirawat ortodonsi.

3. Tidak bersedia diperiksa.

4. Terdapat celah bibir atau/dan celah palatum.

Page 45: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

30

4.8 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling.

4.9 Alat dan Bahan

1. Alat diagnostik.

2. Probe.

3. Tampon.

4. Betadine.

5. Alat tulis.

4.10 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan setelah mendapat persetujuan

pihak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, peneliti melakukan

penentuan sampel serta menyiapkan alat yang akan digunakan. Setelah itu, dilakukan

prosedur penelitian sebagai berikut:

1. Dilakukan pengukuran pada tiap gigi yang meliputi:

1) Jumlah kehilangan gigi.

Gigi yang dimasukkan dalam perhitungan adalah gigi insisivus,

kaninus, dan premolar pada rahang atas dan rahang bawah. Gigi-gigi

ini dimasukkan dalam perhitungan kehilangan gigi apabila belum

tergantikan, bila telah digantikan dengan gigi permanen atau dental

prosthetic, maka tidak terhitung sebagai gigi hilang.

Page 46: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

31

2) Gigi berjejal pada segmen insisal.

Bukan jarak gigi berjejal yang diperhitungkan melainkan ada atau

tidaknya gigi berjejalpada segmen insisal.

0 = tidak terdapat gigi berjejal.

1 = terdapat gigi berjejalpada salah satu rahang.

2 = terdapat gigi berjejalpada kedua rahang.

3) Jarak antara gigi anterior.

Apabila terdapat satu atau lebih gigi anterior yang tidak memiliki

kontak interdental, maka terdapat jarak antara gigi anterior.

0 = tidak terdapat jarak antara gigi anterior.

1 = terdapat jarak antara gigi anterior pada salah satu rahang.

2 = terdapat jarak antara gigi anterior pada kedua rahang.

4) Jarak midline diastema.

Jarakantara gigi insisivus permanen pertama pada rahang atas

dihitung dalam milimeter saat oklusi normal.

5) Jarak pergeseran rahang atas.

Jarak pergeseran rahang atas dapat dihitung dengan melihat

pergeseran rahang atas terhadap frenulum labial dalam milimeter.

6) Jarak pergeseran rahang bawah.

Jarak pergeseran rahang bawah dapat dihitung dengan melihat

pergeseran rahang bawah terhadap frenulum labial dalam milimeter.

Page 47: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

32

7) Overjet anterior rahang atas.

Jarak horizontal antara tepi labio-insisal insisivus rahang atas terhadap

permukaan labial insisivus rahang bawah dihitung dalam milimeter.

8) Overjet anterior rahang bawah.

Jarak horizontal antara tepi insisal gigi insisivus rahang bawah

terhadap permukaan labial gigi insisivus rahang atas dihitung dalam

milimeter.

9) Openbite.

Jarak vertikal antara insisivus rahang atas dan insisivus rahang bawah

dihitung dalam milimeter.

10) Relasi molar antero-posterior.

Penilaian berdasarkan relasi gigi molar permanen pertama rahang

bawah dan rahang atas, baik kanan maupun kiri.

0 = relasi normal (Maloklusi Angle klas I)

1 = gigi molar permanen pertama rahang bawah setengah cusp

distal atau mesial dari gigi molar permanen pertama rahang

atas kanan atau kiri.

2 = gigi molar permanen pertama rahang bawah satu cusp

penuh

distal atau mesial atau lebih cusp dari gigi molar permanen

pertamarahang atas kanan atau kiri.

2. Dilakukan penjumlahan dari penilaian setiap komponen menggunakan rumus

berupa (jumlah kehilangan gigi x 6) + nilai gigi berjejal + nilai jarak antara

Page 48: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

33

gigi anterior + (midline diastema x 3) + nilai jarak pergeseran rahang atas +

nilai jarak pergeseran rahang bawah + (nilai overjet anterior rahang atas x 2)

+ (nilai overjet anterior rahang bawah x 4) + (nilai openbite x 4) + (nilai

relasi molar x 3) + 13.

3. Penggolongan nilai total perhitungan sesuai dengan tabel 4.1.

Tabel 4.1 Tabel nilai Dental Aesthetic Index.

Nilai total

Status maloklusi Tingkat kebutuhan perawatan

≤ 25

Normal / minor

(Grade I)

Tidak / sedikit membutuhkan

perawatan

26 – 30

Sedang

(Grade II)

Membutuhkan / tidak

membutuhkan perawatan

31 – 35

Parah

(Grade III)

Sangat membutuhkan

perawatan

≥35

Sangat parah / cacat

(Grade IV) Wajib mendapatkan perawatan

Sumber :Borzabadi-Farahani A. An overview of selected orthodontic treatment need indices. Principal in Contemporary Orthodontic. P 223.

Page 49: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

34

4.11 Alur Penelitian

Pengukuran maloklusi

Grade I

Pengelolaan data

Grade II Grade III Grade IV

Analisis data

Penyajian data

Page 50: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

35

BAB V

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian mengenai status maloklusi mahasiswa program

sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin dengan penilaian

menggunakan dental aesthetic index. Dalam penelitian ini, mahasiswa laki-laki yang

mengikuti penelitian sebanyak 35 orang ( 30.4% ), sedangkan mahasiswa perempuan

yang mengikuti penelitian ini sebanyak 80 orang ( 69.6% ) dari total 115 orang

responden. Hal ini dapat dilihat pada diagram 5.1.

Diagram 5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.

Adapun variabel dari penelitian ini, yaitu jumlah kehilangan gigi, gigi berjejal

pada segmen insisal, jarak antar gigi anterior, midline diastema, jarak pergeseran

rahang atas (mm), jarak pergeseran rahang bawah (mm), jarak overjet (mm), jarak

openbite (mm), dan relasi anteroposterior. Hasilnya sebagaimana yang akan

ditunjukkan pada tabel 5.1 sampai dengan tabel 5.12.

30%

70%

Laki-laki

Perempuan

Page 51: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

36

5.1 Jumlah Kehilangan Gigi

Hasil penelitian pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin berdasarkan jumlah kehilangan gigi dapat dilihat pada tabel

5.1.

Tabel 5.1 Tabel distribusi frekuensi jumlah kehilangan gigi pada mahasiswa

program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Kehilangan Gigi Frekuensi

N %

0 109 94.8

1 6 5.2

Total 115 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat dari total 115 sampel yang diteliti terdapat

sebanyak enam orang atau sebesar 5.2% yang kehilangan gigi sebanyak satu gigi,

sedangkan ditemukan sebanyak 109 orang atau sebesar 94.8% tidak kehilangan gigi.

5.2 Gigi Berjejal Pada Segmen Insisal

Hasil penelitian pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin berdasarkan banyaknya segmen insisal yang berjejal dapat

dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Tabel distribusi frekuensi gigi berjejal pada segmen anterior pada

mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Gigi Berjejal

Pada

Segmen Insisal

Frekuensi

N %

0 35 30.4

1 32 27.8

2 48 41.7

Total 115 100.0

Page 52: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

37

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa ditemukan sebanyak 48 orang atau sebesar 41.7%

yang mengalami gigi berjejal pada kedua rahang, sebanyak 32 orang atau sebesar

27.8% yang mengalami gigi berjejal pada satu rahang saja, sedangkan yang tidak

mengalami gigi berjejal terdapat sebanyak 35 orang atau sebesar 30.4%.

5.3 Jarak Antar Gigi Anterior

Hasil penelitian pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin berdasarkan jarak antar gigi anterior dapat dilihat pada tabel

5.3.

Tabel 5.3 Tabel distribusi frekuensi jarak antar gigi anterior pada mahasiswa

program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Jarak Antar Gigi

Anterior

Frekuensi

N %

0 80 69.5

1 27 23.4

2 8 6.9

Total 115 100.0

Terdapat sebanyak delapan orang atau sebesar 6.9% yang terdapat jarak antar gigi

anterior pada kedua rahang, sebanyak 27 orang atau 23.4% terdapat jarak antar gigi

anterior pada salah satu rahang, sedangkan ditemukan sebanyak 80 orang atau

sebesar 69.5% yang tidak terdapat jarak antar gigi anterior.

5.4 Midline Diastema

Hasil penelitian pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin berdasarkan midline diastema dapat dilihat pada tabel 5.4.

Page 53: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

38

Tabel 5.4 Tabel distribusi frekuensi midline diastema pada mahasiswa program

sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Midline

Diastema(mm)

Frekuensi

N %

0 103 89.6

0,5 12 10.4

Total 115 100.0

Pada tabel 5.4 terdapat sebanyak 12 orang atau sebesar 10.4% yang terdapat midline

diastema sebesar 0.5 mm, sedangkan ditemukan sebanyak 103 orang atau sebesar

89.6% yang tidak terdapat midline diastema.

5.5 Jarak Pergeseran Rahang Atas

Hasil penelitian pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin berdasarkan jarak pergeseran rahang atasdapat dilihat pada

tabel 5.5.

Tabel 5.5 Tabel distribusi frekuensi jarak pergeseran rahang atas pada mahasiswa

program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Jarak Pergeseran

Rahang Atas (mm)

Frekuensi

N %

0 63 54.1

0,5 33 28.3

1 15 13.9

2 4 3.6

Total 100.0 100.0

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari total 115 sampel yang diteliti ditemukan

paling banyak empat orang atau sebesar 3.6% yang terdapat pergeseran pada rahang

atas sebesar 2 mm, sedangkan paling banyak 63 orang atau sebesar 54.1% yang tidak

terdapat pergeseran pada rahang atas.

Page 54: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

39

5.6Jarak Pergeseran Rahang Bawah

Hasil penelitian pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin berdasarkan jarak pergeseran rahang bawahdapat dilihat

pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Tabel distribusi frekuensi jarak pergeseran rahang bawah pada mahasiswa

program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Jarak Pergeseran

Rahang Bawah (mm)

Frekuensi

N %

0 53 46

0,5 32 27.8

1 23 20

1,5 5 4.3

2 2 1.7

Total 115 100.0

Terdapat dua orang atau sebesar 1.7% yang terdapat pergeseran pada rahang bawah

sebesar 2 mm, sedangkan paling banyak 53 orang atau sebesar 46% yang tidak

terdapat pergeseran pada rahang bawah.

5.7 Overjet Anterior Rahang Atas

Hasil penelitian pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin berdasarkan overjet anterior rahang atasdapat dilihat pada

tabel 5.7.

Page 55: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

40

Tabel 5.7 Tabel distribusi frekuensi overjet anterior pada rahang atas pada

mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Overjet Rahang

Atas

(mm)

Frekuensi

N %

0 13 11.3

0,5 36 31.4

1 46 40

1,5 9 7.8

2 5 4.3

2,5 4 3.4

3,5 2 1.7

Total 115 100.0

Berdasarkan tabel 5.7, dari total 115 sampel yang diteliti ditemukan paling banyak

dua orang atau sebesar 1.7% yang terdapat overjet anterior pada rahang atas sebesar

3,5 mm, sedangkan paling banyak 13 orang atau sebesar 11.3% yang tidak terdapat

overjet anterior pada rahang atas.

5.8 Overjet Anterior Rahang Bawah

Hasil penelitian pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin berdasarkan overjet anterior rahang bawahdapat dilihat pada

tabel 5.8.

Tabel 5.8 Tabel distribusi frekuensi overjet anterior pada rahang bawah pada

mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Overjet Rahang

Bawah (mm)

Frekuensi

N %

0 8 6.9

0,5 22 19.1

1 34 29.6

1,5 6 5.2

2 28 24.3

2,5 13 11.3

3 3 2.6

4 1 0.9

Total 115 100.0

Page 56: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

41

Pada tabel 5.8 dari total 115 sampel yang diteliti ditemukan paling banyak empat

orang atau sebesar 3.5% yang terdapat overjet anterior pada rahang bawah sebesar

tiga mm, sedangkan paling banyak delapan orang atau sebesar 6.9% yang tidak

terdapat overjet anterior pada rahang bawah.

5.9 Openbite

Hasil penelitian pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin berdasarkan openbitedapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada mahasiswa program sarjana

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Openbite Frekuensi

N %

0 10 8.7

0,5 46 40

1 34 29.5

1,5 7 6.1

2 14 12.2

4 4 3.5

Total 115 100.0

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari total 115 sampel yang diteliti ditemukan

paling banyak empat orang atau sebesar 3.5% yang terdapat openbite sebesar empat

mm, sedangkan paling banyak sepuluh orang atau sebesar 8.7% yang terdapat

openbite sebesar nol mm.

5.10 Relasi Molar Antero-Posterior

Hasil penelitian pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin berdasarkan relasi molar antero-posteriordapat dilihat pada

tabel 5.10.

Page 57: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

42

Tabel 5.10 Tabel distribusi frekuensi relasi molar antero-posterior pada mahasiswa

program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Relasi Molar Frekuensi

N %

0 92 80

1 18 15.7

2 5 4.3

Total 115 100.0

Terdapat sebanyak lima orang atau sebesar 4.3% yang memiliki skala 2 yaitu

keadaan gigi molar permanen pertama rahang bawah satu cusp penuh, distal atau

mesial, dari gigi molar permanen pertama rahang atas kanan atau kiri, sedangkan

paling banyak 92 orang atau sebesar 80% yang memiliki skala 0 yaitu keadaan relasi

normal atau maloklusi angle klas I.

5.11 Status Maloklusi dan Tingkat Kebutuhan Perawatan

Hasil penelitian pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin berdasarkan status maloklusi dan tingkat kebutuhan

perawatandapat dilihat pada tabel 5.11.

Page 58: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

43

Tabel 5.11 Tabel distribusi frekuensi status maloklusi dan tingkat kebutuhan

perawatan pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin.

Nilai total

Status maloklusi Tingkat kebutuhan perawatan N %

≤ 25

Normal / minor

(Grade I)

Tidak / sedikit membutuhkan perawatan

51 44.3

26 – 30

Sedang

(Grade II)

Membutuhkan / tidak membutuhkan

perawatan 35 30.4

31 – 35

Parah

(Grade III) Sangat membutuhkan perawatan 22 19.1

≥36

Sangat parah / cacat

(Grade IV) Wajib mendapatkan perawatan 7 6.1

Total 115 100.0

Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat dari total 115 sampel yang diteliti terdapat

paling banyak 7 orang atau sebesar 6.1% tergolong dalam kategori ke-IV yaitu

tingkatan maloklusi yang sangat parah, sebanyak 22 orang atau sebesar 19.1%

tergolong dalam kategori ke-III yaitu tingkatan maloklusi yang parah, sebanyak 35

orang atau sebesar 30.4% tergolong dalam kategori ke-II yaitu tingkatan maloklusi

yang sedang, sedangkan paling banyak 51 orang atau sebesar 44.3% tergolong dalam

kategori pertama yaitu tingkatan maloklusi normal.

5.12 Tabulasi Silang Status Maloklusi dan Jenis Kelamin

Distribusi responden yang menjadi objek penelitian berdasarkan kategori

maloklusi dan jenis kelamin pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Hasanuddin dapat dilihat pada tabel 5.12.

Page 59: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

44

Tabel 5.12 Tabulasi silang frekuensi status maloklusidan jenis kelamin pada

mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Jenis

Kelamin

Grade Total

I II III IV

n % n % n % n % n %

Laki – laki 14 40 12 34.3 7 20 2 5.7 35 100.0.

Perempuan 37 46.3 23 28.8 15 18.8 5 6.3 80 100.0.

Total 51 44.4 35 30.4 22 19.1 7 6.1 115 100.0

Dari 35 sampel berjenis kelamin laki-laki terdapat paling banyak sampel yang

mengalami maloklusi pada grade I yaitu sebanyak 14 orang atau sebesar 40% dan

paling sedikit sampel yang mengalami maloklusi pada grade IV yaitu sebanyak 2

orang atau sebesar 5.7%, sedangkan dari 80 sampel berjenis kelamin perempuan

terdapat paling banyak sampel yang mengalami maloklusi pada grade I yaitu

sebanyak 37 orang atau 46.3% dan paling sedikit sampel yang mengalami maloklusi

pada grade IV yaitu sebanyak lima orang atau sebesar 6.3%.

Page 60: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

45

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian mengenai status maloklusi mahasiswa program sarjana Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin dengan penilaian menggunakan dental

aesthetic index telah selesai dilakukan. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 115

orang dari seluruh mahasiswa program sarjana di Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin. Sampel yang diambil menggunakan teknik simple random

sampling.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat 109 mahasiswa dari total

sampel yang diteliti tidak mengalami kehilangan gigi. Hal inidisebabkan karena

adanya pengetahuan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut yang

lebih baik sehingga mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi menjadi lebih tahu tentang

cara mencegah terjadinya kehilangan gigi dengan mencegah terjadinya karies gigi

dan merawat jaringan periodontal gigi.

Pada tabel 5.11 dapat dilihat bahwa persentasemaloklusi mahasiswa program sarjana

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin tertinggi pada grade I (skor ≤ 25)

yaitu sebesar 44.3% diikuti oleh maloklusi grade II (skor 26 – 30) dengan persentase

sebesar 30.4%, maloklusi grade III (skor 31 – 35) dengan persentase sebesar 19.1%,

dan maloklusi grade IV (skor ≥ 36) dengan persentase sebesar 6.1%.Hal ini mungkin

dapat dikarenakan oleh adanya faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kondisi

maloklusi. Lingkungan populasi sampel merupakan

Page 61: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

46

lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang mana memiliki

pemahaman lebih akan pentingnya kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut, serta

lebih menghargai penampilan wajah dan estetika gigi.

Berdasarkan tabel 5.12 dapat dilihat bahwa presentasi maloklusi paling banyak

ditemukan pada grade I, baik pada mahasiswa perempuan maupun mahasiswa laki-

laki. Namun, presentasi maloklusi pada mahasiswa perempuan lebih tinggi

dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

telah dilakukan di Brazil, pada tahun 2013, tentang prevalensi dan tingkat keparahan

maloklusi oleh Cavalcanti AL, Santos JAD, Aguiar YPC, Xavier AFC, dan Moura C

yang menunjukkan bahwa persentasi maloklusi pada mahasiswa perempuan lebih

tinggi dibandingkan dengan laki-laki, yaitu sebesar 67.5% sedangkan mahasiswa

laki-laki sebesar 66.7%.21

Hal ini mungkin dapat disebabkan karena perempuan jauh

lebih menghargai penampilan wajah dan lebih memperhatikan kondisi kesehatan

mulut dan gigi geligi.

Akan tetapi, hasil penelitian initidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan di

Bangladesh, pada tahun 2013, oleh Paul KC dan Hossain MZ yang memperlihatkan

bahwa persentasi maloklusi pada mahasiswa perempuan pada grade I lebih rendah

jika dibandingkan dengan presentasi maloklusi pada mahasiswa laki-laki, yaitu

sebesar 24.7% sedangkan mahasiswa laki-laki sebesar 75.3%.22

Perbedaan yang

dapat terjadi mungkin disebabkan karena adanyaketerbatasan penelitian dimana

jumlah sampel laki-laki yang tidak sebanding dengan jumlah sampel perempuan.

Keterbatasan penelitian tersebut juga menjadi kendala yang dihadapi oleh peneliti.

Populasi sampel laki-laki pada mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi

Page 62: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

47

Universitas Hasanuddin lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan. Populasi

mahasiswa laki-laki dari tahun 2012 hingga tahun 2014 hanya berkisar 23% dari total

mahasiswa. Adanya beberapa mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin yang telah atau sedang menjalani proses perawatan

ortodonsi juga menjadi keterbatasan bagi peneliti dalam mengumpulkan sampel baik

laki-laki maupun perempuan. Namun demikian, masih diperlukan kajian yang lebih

mendalam dengan mengembangkan jumlah sampel yang diteliti.

Hal lain yang mungkin berpengaruh pada penelitian ini adalah pengetahuan dari

masing-masing sampel, dimana sampel merupakan mahasiswa program sarjana

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang telah memiliki pengetahuan

dan perhatian lebih mengenai pentingnya estetika gigi sehingga lebih menjaga

penampilan gigi geligi dan kesehatan gigi maupun mulut.Selain itu, ketersediaan

fasilitas pelayanan perawatan gigi dan mulut sudah cukup banyak dikalangan

masyarakat sehingga memberikan kesempatan bagi mahasiswa sebagai masyarakat

untuk lebih mudah mendapatkan perawatan gigi dan mulut.

Page 63: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

48

BAB VII

PENUTUP

7.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tingkat keparahan maloklusi pada mahasiswa program sarjana Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin masih dalam kategori maloklusi

ringan.

2. Tingkat keparahan maloklusi pada mahasiswa laki-laki yang ditemukan

masih dalam kategori maloklusi ringan.

3. Tingkat keparahanmaloklusi pada mahasiswa perempuan yang ditemukan

masih dalam kategori maloklusi ringan.

Page 64: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

49

7.2 Saran

Setelah penelitian ini dilakukan, peneliti mengharapkan beberapa hal antara lain:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengembangkan jumlah

sampel laki-laki dan perempuan.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada mahasiswa program sarjana dari

fakultas kedokteran gigi di lingkungan universitas yang berbeda.

Page 65: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

50

DAFTAR PUSTAKA

1. Harun A. Penanganan delay eruption karena impaksi gigi insisivus sentralis

kiri dengan surgical exposure pada anak. Dentofacial; 2009; 8(1): 48-54.

2. Oktavia D.Analisis hubungan maloklusi dengan kualitas hidup pada remaja

smu di kota medan tahun 2007. USU Repository; 2008: 14, 17.

3. Sandhu SS, Bansal N, Sandhu N. Incidence of malocclusions in india. Journal

of Oral Health Community Dentistry; 2012; 6(1): 22.

4. Bittencourt MAV, Machado AW. An overview of the prevalence of

malocclusion in 6 to 10-year-old children in brazil. Dental Press Journal

Orhodontic; 2010; 15(6):113-22.

5. Mudjari I, Susilowati. Dampak maloklusi terhadap kualitas hidup. Jurnal

Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi; 2011; 8(1): 41.

6. Dika DD, Hamid T, Sylvia M. Penggunaan index of orthodontic treatment

need sebagai evaluasi hasil perawatan dengan piranti lepasan [Internet].

Orthodontic Dental Journal; 2011; 2(1): 45-48. Available from:

http://dentj.fkg.unair.ac.id/detail_abstract359.html. Accessed February, 12th

2015.

7. Petry NM. A comparison of young, middle-aged, and older adult treatment

seeking pathological gamblers. Gerontologist; 2002; 41(1): 92-9.

8. Proffit WR, Fields HW Jr, Moray LJ. Prevalence of malocclusion and

orthodontic treatment need in the United States: estimates form the NHANES

II survey [Internet]. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9743642. Accessed February, 12th

2015.

9. Brito DI, Dias PF, Gleiser R. Prevalence of malocclusion in children aged

9 – 12 years old in the city of Nova Friburgo, Rio de Janeiro State, Brazil.

Revista Dental Press Orthodontic Orthopedi Facial; 2009; 14(6).

Page 66: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

51

10. Alatrach AB, Saleh FK, Osman E. The prevalence of malocclusion and

orthodontic treatment need in a sample of syrian children. European

Scientific Journal; 2014; 10(30): 230-247.

11. Kumar CP, Londhe BSM, Kotwal CA, Mitra CR. Prevalence of malocclusion

and orthodontic treatment need in schoolchildren – an epidemiological study.

Medical Journal Armed Forces India; 2013; 69: 369-374.

12. Azman AMA, Sjafei A, Winoto ER. Gambaran keparahan maloklusi etnik

melayu di johor bahru, malaysia, menggunakan dental aesthetic index

[Internet]. Orthodontic Dental Journal; 2010; 1(1). Available from:

http://dentj.fkg.unair.ac.id/detail_abstract110.html. Accessed February, 25th

,

2015.

13. Ohmine R. A study of malocclusion using dental aesthetic index in balinese,

Indonesia. Kyushu Dental Society; 1996; 50(5): 853-863.

14. Bellot-Arcis C, Montiel-Company JM, Almerich-Silla JM. Orthodontic

treatment need: an epidemiological approach. Europe: Orthodontics – Basic

Aspects and Clinical Considerations; 2012: 4-12.

15. Davies, S. Malocclusion – a term in need of dropping from or redefinition?

British Dental Journal; 2007; 202: 519.

16. Bishara SE. Textbook of orthodontics. Philadelphia: W.B. Saunders

Company; 2001. P 100.

17. Hassan R, Rahimah AK. Occlusion, malocclusion and method of

measurement – an overview. Archive of Orofacial Sciences; 2007; 2: 3-9.

18. Singh G. Textbook of orthodontics 2nd

edition. New Delhi: Jaypee; 2007. P

179 – 195.

19. Singh G. Textbook of orthodontics 2nd

edition. New Delhi: Jaypee; 2007. P

163-5.

20. Borzabadi-Farahani A. An overview of selected orthodontic treatment need

indices. Principal in Contemporary Orthodontic; 2011: 222-3.

21. Cavalcanti AL, Santos JAD, Aguiar YPC, Xavier AFC, Moura C. Prevalence

and severity of malocclusion in brazilian adolescents using the dental

aesthetic index (dai). Pakistan Oral & Dental Journal; 2013; 3(3): 473-9.

Page 67: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

52

22. Paul KC, Hossain MZ. Orthodontic treatment need in bangladeshi young

adults evaluated through dental aesthetic index. Ban J Orthod and Dentofac

Orthop; 2013; 3: 1-8.

Page 68: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

53

LAMPIRAN

Page 69: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

54

Page 70: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

55

Page 71: STATUS MALOKLUSI MAHASISWA PROGRAM SARJANA … · Latar belakang: Kasus maloklusi sudah seringdijumpai di kalangan masyarakat. ... Tabel 5.9 Tabel distribusi frekuensi openbite pada

56