Top Banner
STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN BUNGSU DALAM ADAT KEWARISAN DI KECAMATAN DARANGDAN KABUPATEN PURWAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: Tajul Muttaqin NIM: 107044100525 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-ASYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432H/2011M
74

STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

Mar 09, 2019

Download

Documents

trinhduong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN BUNGSU DALAM ADAT

KEWARISAN DI KECAMATAN DARANGDAN KABUPATEN

PURWAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Tajul Muttaqin

NIM: 107044100525

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL-ASYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432H/2011M

Page 2: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN BUNGSU DALAM ADAT

KEWARISAN DI KECAMATAN DARANGDAN KABUPATEN

PURWAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Tajul Muttaqin

NIM: 107044100525

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 195505051982031021

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL-ASYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432H/2011M

Page 3: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN BUNGSU DALAM ADAT

KEWARISAN DI KECAMATAN DARANGDAN KABUPATEN PURWAKARTA telah

diajukan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 19 Rajab 21 Juni 2011M. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Ahwal

Syakhsiyyah (Peradilan Agama).

Jakarta, 21 Juni 2011M

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof.Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA, MM

NIP. 195 505 051 982 031 021

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA

NIP. 195 003 061 976 031 001

2. Sekretaris : Hj. Rosdiana, MA

NIP. 196 906 102 003 122 001

3. Pembimbing : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA, MM

NIP. 195 505 051 982 031 021

4. Penguji I : Dr. J.M. Muslimin, MA., Ph.D

NIP. 150 292 489

5. Penguji II : Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, SH., MH

NIP. 196 911 211 994 031 001

Page 4: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 31 Mei 2011

TAJUL MUTTAQIN

Page 5: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat dan

hidayah serta inayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan

penulisan skripsi. Salawat dan salam semoga selalu dilimpahkan Allah SWT kepada

Rasul-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW serta seluruh keluarga, sahabat dan

pengikutnya sampai akhir zaman.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan sebesar-

besarnya atas keterlibatan semua pihak yang telah membantu menulis dan menyusun

skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis sepatutnya mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,MM., sebagai Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum yang sekaligus menjadi dosen pembimbing skripsi

ini, yang telah mencurahkan tenaga dan pikirannya serta meluangkan waktunya

dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.

2. Bpk Drs. H. A. Basiq Djalil,SH,MA, dan Ibu Hj. Rosdiana, MA, Ketua dan

Sekretaris Jurusan Peradilan Agama dan Administrasi Keperdataan Islam.

Page 6: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

vii

3. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang tidak bisa disebutkan satu per

satu yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi di kampus ini.

4. Bapak pimpinan dan staf karyawan perpustakaan utama, perpustakaan Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan

perpustakaan Iman Jama yang telah membantu dan menyediakan bahan-bahan

bacaan untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ayahanda H. A. Jalaluddin Sayuti dan Ibunda Kuyum yang telah memberikan

dorongan, baik moril maupun materil dari awal hingga akhir penyusunan skripsi

ini. Tidak lupa kakanda Ujang Muklis, Dede Nurhidayat, Nunung Nurjamilah, Aep

Saepuloh, Ai Munawaroh, dan Elah Nurlaelah yang telah memberikan dorongan

dan semangat kepada penulis hingga penulis berhasil menyusun skripsi ini.

6. Bapak Asep Yayan, dan Sofyan, Kepala Desa dan Sekretaris Desa Kampung

Sukamaju, yang telah bersedia memberikan data-data kelurahan. Tak lupa kepada

masyarakat Kampung Sukamaju yang telah bersedia memberikan waktunya untuk

diwawancarai.

7. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Peradilan Agama Nurafifah Farah Diba, Fikri

Ibadurrahman, Ratna Khuzaimah, Jainul Amidin, Ahmad Syadhali, Lia Fitriani,

Nur Hidayat dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu per satu,

sehingga menimbulkan kesan tertentu kepada penulis.

Page 7: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

viii

8. Teman-teman Delima, yaitu: Desi Amalia, Laila Wahdah, Astrian Widiyantri,

Maryam Mahdalina, dan Mariah yang telah memberikan dorongan dan semangat

kepada penulis hingga penulis berhasil menyusun skripsi ini. Semoga persahabatan

kita ini berlangsung selamanya. Amin.

Atas segala bimbingan dan bantuan mereka penulis mendo’akan semoga

Allah SWT membalas dengan pahala yang berlipat ganda, Amin.

Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

semua pihak. Segala kekeliruan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini merupakan

keterbatasan penulis. Mudah-mudahan Allah SWT senatiasa memberikan maghfirah

dan keridhoannya. Amin.

Ciputat, 29 Mei 2011

(Penulis)

Page 8: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 6

D. Kerangka Teori ......................................................................................... 7

E. Review Studi Terdahulu ........................................................................... 8

F. Metode Penelitian ..................................................................................... 9

G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 12

BAB II PRINSIP UMUM HUKUM KEWARISAN ISLAM

A. Pengertian dan Dasar Hukum Waris ........................................................ 14

B. Rukun dan Syarat Waris ........................................................................... 20

C. Sebab Ada Hak Waris .............................................................................. 22

D. Derajat Ahli Waris ................................................................................... 22

E. Penghalang Memperoleh Hak Waris ....................................................... 25

F. Bagian Masing-masing Ahli Waris .......................................................... 28

Page 9: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

x

BAB III WARIS RUMAH ANAK BUNGSU PEREMPUAN DI KAMPUNG

SUKAMAJU DALAM KONTEKS HUKUM ISLAM

A. Letak dan Geografisnya ........................................................................... 37

B. Sistem Kemasyarakatan, Adat Istiadat dan Kebudayaan ......................... 38

C. Konsep Kewarisan Rumah Pusaka Bagi Anak Bungsu Perempuan ........ 42

D. Radius Pengaruh Sistem Kewarisan Kampung Sukamaju ........................ 46

E. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kewarisan Adat Kampung Sukamaju.. 48

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 53

B. Saran-saran ............................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 55

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pasti mengalami peristiwa kelahiran dan akan mengalami

kematian, peristiwa kelahiran seseorang tentu akan menimbulkan akibat-akibat

hukum. Seperti timbulnya hubungan hukum dengan masyarakat sekitar dan

timbulnya hak dan kewajiban pada dirinya. Peristiwa kematian pun akan

menimbulkan akibat hukum kepada orang lain, terutama kepada pihak keluarga

dan pihak-pihak tertentu yang ada hubungan dengan si mayat semasa hidupnya.1

Demikian juga kematian seseorang membawa pengaruh dan akibat

hukum, selain itu kematian menimbulkan kewajiban orang lain bagi si mayat

yang berhubungan dengan pengurusan jenazah. Kematian seseorang

mengakibatkan timbul cabang ilmu hukum yang menyangkut bagaimana cara

pengoperan atau penyelesaian harta peninggalan kepada keluarga (ahli waris),

yang dikenal dengan nama hukum waris.2

Sistem waris merupakan salah satu sebab atau alasan adanya perpindahan

kepemilikan, yaitu berpindahnya harta benda dan hak-hak material dari pihak

yang mewariskan (muwarits) yang meninggal dunia. Kemudian harta waris akan

1 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam,

(Jakarta: Gaya Media Pratama, November 2002), h.13.

2 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h. 1.

Page 11: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

2

berpindah kepada para penerima warisan (waratsah) dengan jalan pergantian

yang didasarkan pada hukum syara’.3

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan fokus pada masalah bagian anak

perempuan dalam memperoleh harta warisan. Seperti yang kita ketahui, bahwa

anak perempuan mendapatkan warisan 2:1 dengan anak laki-laki. Dengan adanya

perbedaan bagian waris tersebut, Allah SWT telah menetapkan hukum waris

dengan hikmah dan tujuan tertentu di dalamnya. Dia telah menentukan

pembagian di antara ahli waris dengan sebaik-baik pembagian dan yang paling

adil.4

Alasan dan hikmah dari perbedaan sistem waris antara anak laki-laki dan

anak perempuan adalah: Pertama, perempuan tidak diwajibkan memberi nafkah

kepada siapa pun di dunia ini. Kedua, perempuan tidak diwajibkan untuk

membayar mahar melainkan orang yang menerima mahar dari calon suaminya.

Ketiga, perempuan tidak diwajibkan menyediakan tempat tinggal, memberi

makan, minum, dan sandang kepada keluarganya.5 Ketentuan-ketentuan Syariat

yang ditunjuk oleh nash-nash yang sharih termasuk di dalamnya masalah

pembagian warisan, selama tidak ada dalil (nash) lain yang menunjukkan

3 Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Mesir, Ahkamul-Mawaarits fil-Fiqhil-Islam,

(Mesir: Maktabah ar-Risalah ad-Dauliyyah, 2000), h. 1.

4 Asy-Syaikh Muhammad bin Saleh Al-Utsaimin, Ilmu Mawaris Metode Praktis Menghitung

Warisan dalam Syariat Islam, (Tegal Jateng: Ash-Shaf media, Mei 2007), h. 1.

5 http://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Waris/Penjelasan.html.

Page 12: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

3

ketidakwajibannya merupakan suatu keharusan yang patut dilaksanakan oleh

seluruh umat Islam.6

Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat

manusia, karena ilmu faraidh sangat membantu untuk menyelesaikan masalah-

masalah yang timbul dalam pembagian harta waris. Dalam hal ini, Nabi

Muhammad SAW memerintahkan kepada kita agar belajar dan mengajarkan

ilmu faraidh. Perintah tersebut berisi perintah wajib, hanya saja kewajiban belajar

dan mengajarkannya itu gugur bila ada sebagian orang yang telah

melaksanakannya. Tetapi jika tidak ada seorangpun yang mau melaksanakannya,

orang-orang Islam semuanya menanggung dosa, karena melalaikan suatu

kewajiban.7

Wujud warisan atau harta peninggalan menurut hukum Islam sangat

berbeda dengan wujud warisan menurut hukum waris Barat sebagaimana diatur

dalam Burgerlijk Weetbook (BW) maupun menurut hukum waris adat. Warisan

atau harta peninggalan menurut hukum Islam adalah sejumlah harta benda serta

segala hak dari yang meninggal dunia dalam keadaan bersih. Dalam artian bahwa

harta peninggalan yang akan diwariskan oleh si mayat kepada ahli waris adalah

sejumlah harta benda serta segala hak setelah dikurangi dengan pembayaran

hutang-hutang pewaris dan pembayaran-pembayaran lain yang diakibatkan oleh

6 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h.13.

7 Fatchur Rahman, Ilmu Waris (Bandung: PT Alma’arif), h. 35.

Page 13: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

4

wafatnya si peninggal waris.8 Wujud harta peninggalan menurut hukum perdata

Barat yang tercantum dalam Burgerlijk Weetbook (BW) yaitu meliputi seluruh

hak dan kewajiban dalam lapangan hukum harta kekayaan yang dapat dinilai

dengan uang.9

Jadi harta peninggalan yang akan diwarisi oleh para ahli waris tidak

hanya meliputi hal-hal yang bermanfaat berupa keuntungan, melainkan juga

termasuk hutang-hutang si pewaris.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak menimbulkan

masalah baru serta pelebaran secara meluas, penulis akan membatasi

permasalahan ini pada “Status Kewarisan Anak Perempuan Bungsu Dalam

Adat Kewarisan Rumah Di Kampung Sukamaju Desa Darangdan Kecamatan

Darangdan Kabupaten Purwakarta” .

2. Perumusan Masalah

Baik dalam Al-Qur’an atau Hadits, tidak ada yang menjelaskan tentang

keistimewaan bagi anak perempuan bungsu dalam memperoleh harta waris,

8 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW, (Bandung:

PT. Refika Aditama, Juni 2007), h. 13.

9 R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Indonesia, 1977), h. 78.

Page 14: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

5

tetapi hal tersebut berbeda dengan kenyataannya, karena pembagian waris yang

terjadi di kampung Sukamaju antara teori dan praktek berbeda.

Perbedaan proses pembagian harta waris yang terjadi di kampung

Sukamaju akan terlihat jelas apabila anak perempuan yang menjadi bungsu.10

Apabila anak laki-laki yang menjadi bungsu, maka rumah pusaka dibagi 2

dengan anak perempuan yang jarak kelahiran lebih dekat dengan anak bungsu

laki-laki.

Untuk memperjelas masalah ini, maka dirumuskan masalah-masalah

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pembagian warisan yang terjadi di kampung Sukamaju?

2. Bagaimana pengaruh anak perempuan bungsu mengenai hal pembagian

rumah dalam kewarisan?

3. Apakah perbedaan sistem pembagian warisan rumah tidak berpengaruh

terhadap kerukunan ahli waris?

Dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, diharapkan skripsi

ini dapat menjelaskan sesuai dengan tema yang penulis ambil, yaitu “Status

Kewarisan Anak Perempuan Bungsu Dalam Adat Kewarisan Rumah.”

10 Anak bungsu perempuan: Apabila yang menjadi anak bungsu perempuan maka rumah

warisan secara keseluruhan akan diberikan kepadanya, hal ini disebabkan apabila orang tuanya itu

dalam keadaan sakit atau lanjut usia, maka anak bungsu perempuan mempunyai peranan yang lebih

dibandingkan dengan anak laki-laki maupun anak perempuan lainnya. Peranan lebih anak bungsu

perempuan tersebut yaitu selain mengurus orang tuanya ketika sakit atau lanjut usia, maka sementara

ia akan bertempat tinggal dengan orang tuanya meskipun sudah menikah dan mempunyai rumah.

Page 15: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Seiring dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka yang

akan menjadi tujuan dari penelitian skripsi ini adalah:

a. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah pada

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Untuk mengetahui tentang alasan-alasan sistem pembagian warisan yang

berada di kampung Sukamaju.

c. Untuk mengetahui apakah dalam sistem pembagian warisan yang terjadi di

kampung Sukamaju bertentangan dengan Hukum Islam atau tidak.

2. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Agar penelitian ini menjadi sangat penting dan bermanfaat bagi peningkatan

kesadaran hukum kepada masyarakat khususnya mengenai tatacara

pembagian warisan.

b. Bagi masyarakat pembaca umumnya dan mahasiswa khususnya, tulisan ini

diharapkan supaya menjadi salah satu sumber bacaan yang dapat

dipertimbangkan dalam memecahkan masalah yang relevan.

c. Untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

hukum yang menyangkut hal pembagian harta warisan.

Page 16: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

7

D. Kerangka Teori

Indonesia dengan latar belakang yang beraneka ragam dalam hal budaya

yang berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah lain, perbedaan tersebut

menyatu dalam satu wadah, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Hukum adat waris di

Indonesia sangat dipengaruhi oleh prinsip garis keturunan yang berlaku pada

masyarakat yang bersangkutan, prinsip-prinsip garis keturunan terutama

berpengaruh terhadap penetapan ahli waris maupun bagian harta peninggalan

yang diwariskan.11

Selain itu, hukum waris adat juga meliputi aturan-aturan dan

keputusan-keputusan hukum yang bertalian dengan proses penerusan/pengoperan

dan peralihan/perpindahan harta-kekayaan dari generasi ke generasi.12

Dalam masyarakat adat berlaku sebuah hukum atau norma yang mengatur

kehidupan masyarakat, termasuk dalam hukum waris. Hukum waris sangat erat

kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia, karena setiap manusia pasti

mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.13

Di Indonesia masih

terdapat beraneka ragam hukum kewarisan yang berlaku di lingkungan

masyarakat, adapun perbedaannya itu adalah:

1. Hukum kewarisan Islam yang diatur dalam Al-Qur’an dan Hadits yang

dipahami oleh para ulama dalam bentuk fiqih.

11

Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: CV.Rajawali, Oktober 1981), h. 285

12

Iman Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Asas, (Yogyakarta: Liberty, 1981), h. 151.

13

Soepono, Bab-bab tentang Hukum Adat (Jakarta: Penerbitan Universitas), 1996, h. 72.

Page 17: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

8

2. Hukum perdata Barat yang dimuat dalam Burgerlijk Weetbook (BW).

3. Hukum kewarisan adat yang beraneka ragam.14

Hukum waris yang berlaku di Indonesia dewasa ini masih tergantung

pada hukumnya si pewaris. Pengertian dari hukumnya si pewaris adalah hukum

waris mana yang berlaku bagi orang yang meninggal dunia. Oleh karena itu,

apabila yang meninggal dunia atau pewaris termasuk golongan penduduk

Indonesia, maka yang berlaku adalah hukum waris adat.

E. Review Studi Terdahulu

Sebelumnya penulis sedikit kesulitan untuk mendapatkan review yang

benar-benar sama dengan judul skripsi ini, akan tetapi penulis menemukan sebuah

skripsi yang sekiranya dapat dijadikan sebagai studi review, yaitu:

1. Judul: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kewarisan Adat Masyarakat kampung

Naga di Tasikmalaya.

Penulis: Aris Riansyah (104044101392)/SAS/PA/1430H/2009M

Dalam skripsi yang ditulis oleh Aris Riansyah hanya menjelaskan

tentang tinjauan hukum Islam terhadap kewarisan adat kampung Naga.

Sedangkan dalam skripsi yang penulis bahas menitik beratkan kepada hak anak

perempuan dalam menerima rumah pusaka.

14 Aris Riansyah, Adat Masyarakat Kampung Naga di Tasikmalaya, (Skripsi SI Fakultas

Syariah dan Humum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 1430H/2099M), h.3.

Page 18: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

9

2. Judul: Bagian Cucu Dalam Kewarisan Perspektif Fiqih Syafi’i, Ajaran

Bilateral Hazairin dan Ahli Waris Pengganti dalam Kompilasi Hukum Islam

(KHI).

Penulis: Ma’min Barry (104044201471)/SAS/AKI/1429H/2008M.

Skripsi ini menjelaskan tentang bagian cucu dalam kewarisan Perspektif

Fiqih Syafi’i, Ajaran Bilateral Hazairin Dan Ahli Waris Pengganti Dalam

Kompilasi Hukum Islam. Skripsi yang penulis bahas memang berkaitan

dengan masalah kewarisan, akan tetapi pembahasannya terfokus pada

pengaruh anak perempuan bungsu terhadap pembagian rumah pusaka dalam

kewarisan.

3. Judul: Studi Komparatif Mengenai Hak Anak Luar Kawin Dalam Kewarisan

Menurut Hukum Islam dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW).

Penulis: Nida Nur Aida (103044128038)/ SAS/PA/1430H/2009M

Skripsi ini mengkaji tentang Hak Anak Luar Kawin Dalam Kewarisan

Menurut Hukum Islam dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW).

Perbedaan dengan skripsi ini adalah pada masalah pembahasannya, penulis

menjelaskan tentang pengaruh/kedudukan anak perempuan dalam masalah

pembagian warisan.

F. Metode Penelitian

Untuk menghasilkan data yang valid, maka metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

Page 19: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

10

1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah dengan cara

menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan memusatkan perhatian pada

prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala dalam

kehidupan manusia.15

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu

penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk mempelajari secara mendalam

suatu individu, kelompok, institusi atau masyarakat tertentu tentang latar

belakang, keadaan/kondisi, faktor-faktor atau interaksi-interaksi sosial yang

terjadi di dalamnya.16

Selain pendekatan masalah di atas, maka dalam penulisan skripsi ini

saya menggunakan penelitian hukum normatif, yaitu penelitian terhadap azaz-

azaz hukum.17

Penelitian hukum normatif ini selain mencakup terhadap azaz-

azaz hukum, akan tetapi penelitian hukum normatif melakukan penelitian

dengan cara perbandingan hukum, dan dalam penulisan skripsi ini juga, saya

menggunakan penelitian hukum sosiologis atau empiris yang terdiri dari

penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis).18

15

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hl. 20.

16

Bambang Sanggona, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003),

h. 36.

17 Bambang Sanggona, Metode Penelitian Hukum, h. 184.

18

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:UI-press, 1986), h. 51.

Page 20: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

11

2. Lokasi Penelitian

Kampung Sukamaju Desa Darangdan Kecamatan Darangdan

Kabupaten Purwakarta.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

masyarakat.19

Data ini meliputi interview dengan beberapa tokoh

masyarakat yang dianggap mengetahui adat kampung Sukamaju dan kepala

Desa setempat.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara

membandingkan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

masalah yang diajukan, dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil

penelitian yang berwujud laporan,20

selain itu data sekunder juga dapat

berupa Al-Qur’an, Hadis, buku-buku ilmiah, Kompilasi Hukum Islam

(KHI), serta peraturan-peraturan lain yang erat kaitannya dengan masalah

yang diajukan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dilakukan dengan cara:

19

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, h. 51.

20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, h. 12.

Page 21: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

12

a. Wawancara (Interview), yaitu percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan

yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu.21

Dalam hal

ini, penulis mengadakan wawancara dengan informan yaitu: kepala Desa

Darangdan dan tokoh masyarakat setempat.

b. Dokumenter dan bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah penelitian.

5. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode

deskriptif kualitatif, yaitu menganalisa dengan cara menguraikan dan

mendeskripsikan hasil wawancara yang diperoleh. Sehingga didapat suatu

kesimpulan yang objektif, logis, konsisten dan sistematis sesuai dengan tujuan

yang dilakukan penulis dalam penelitian ini.

6. Teknik Penulisan

Data penulisan skripsi ini, penulis mengacu kepada buku pedoman

Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan Skripsi , untuk mempermudah dalam memahami, maka

penulis membagi isi Skripsi ini menjadi lima bab, tiap bab didalamnya terdiri dari

beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

21

Lexy. J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004), h. 135.

Page 22: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

13

BAB Pertama :

Menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

kerangka teori, review studi terdahulu, metode penelitian

serta sistematika penulisan.

BAB Kedua : Menjelaskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan

kewarisan, yaitu: Pengertian dan dasar hukum waris, rukun

dan syarat waris, sebab ada hak waris, derajat ahli waris,

penghalang memperoleh hak waris, dan bagian masing-

masing ahli waris.

BAB Ketiga : Letak dan geografisnya, sistem kemasyarakatan, adat

istiadat dan kebudayaan, konsep kewarisan rumah pusaka

bagi anak bungsu perempuan, dan tinjauan hukum Islam

terhadap kewarisan adat kampung Sukamaju.

BAB Keempat : Dalam bab keempat terdapat kesimpulan dan saran-saran

yang berhubungan dengan pelaksanaan kewarisan, penulis

juga melampirkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 23: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

14

BAB II

PRINSIP UMUM HUKUM KEWARISAN ISLAM

A. Pengertian dan Dasar Hukum Waris

1. Pengertian Hukum Waris

Waris berasal dari bahasa Arab warisa-yarisu-warisan atau irsan/turas,

yang berarti mempusakai. Ketentuan-ketentuan tentang pembagian harta pusaka

yang meliputi ketentuan tentang siapa yang berhak dan tidak berhak menerima

warisan dan berapa jumlah masing-masing harta yang diterima. Selain itu ada

juga istilah yang sama artinya dengan waris yaitu fara‟id.1

Lafaz al-Farâidh (الفرائض) , sebagai jamak dari lafaz faridhah (فريضة) ,

oleh ulama diartikan semakna dengan lafaz mafrudah (مفروضة) , yakni bagian

yang telah dipastikan atau ditentukan kadarnya.2 Wahbah al-Zuhaily dalam

kitabnya al-Fiqh al-Islamy Wa Adillatuh mendefinisikan bahwa fiqh mawaris

adalah:

.3

Artinya: “Kaidah-kaidah fiqh dan hitungan-hitungannya yang dari kaidah-

kaidah itu diketahui bagian dari harta pusaka untuk setiap ahli waris”.

1 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve,

1999), Cet. Keenam, Jilid Ke-5, h. 191.

2 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam,

(Jakarta: Gaya Media, November 2002M/Ramadhan 1423H), Cet. Kedua, h. 13.

3

Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islamy Wa Adillatuh, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1989), h. 243.

Page 24: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

15

Sedangkan Hasbi al-Shiddieqy mendefinisikan fikih mawaris sebagai

ilmu yang mempelajari tentang orang-orang mawaris dan tidak mewarisi, kadar

yang diterima setiap ahli waris dan cara pembagiannya.4

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

dari fiqih mawaris adalah ilmu yang mempelajari tentang siapa yang termasuk

ahli waris, bagian-bagian yang diterima, dan cara penghitungannya.

2. Dasar Hukum Waris

Sumber hukum waris (ilmu faraidh) adalah al-Qur’an, Sunnah Nabi

Muhammad SAW, dan Ijma’ para ulama.5

a. Al-Qur’an

Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang dijadikan sebagai

dasar hukum waris,6 adapun ayat Al-Qur’an yang dijadikan sebagai sumber

hukum waris itu adalah:

Firman Allah yang pertama, menjelaskan bahwa anak laki-laki dan

perempuan masing-masing mendapat hak dari harta yang ditinggalkan orang

tua dan kerabat, banyak atau sedikitnya bagian mereka sesuai yang telah

ditetapkan oleh Allah SWT, seperti yang tercantum di dalam surat an-Nisa’

(4):7 berikut ini:

4 Muhammad Hasbi al-Shiddieqy, Fiqh Mawaris (Semarang: Pustaka Rizki Purta, 1999), h. 6.

5 Otje Salman dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, (Bandung: PT RefikaAditama, 2002),

Cet. Pertama, h. 3.

6

Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Mesir, diterjemahkan oleh Addys Aldizar

dan Faturrahman, Hukum Waris, (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, Maret 2004), Cet. Pertama, h.

13.

Page 25: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

16

Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-

bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari

harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak

menurut bahagian yang telah ditetapkan”. (Qs.an-Nisa/4/14)

Ayat kedua, menjelaskan tentang bagian-bagian anak laki-laki dan

perempuan serta bagian ayah dan ibu (al-furu‟ dan al-ushul), seperti yang

termaktub dalam firman Allah SWT dalam surat an-Nisa’ (4):11

Artinya: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)

anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian

dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih

dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika

anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan

untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta

yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang

yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya

(saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu

mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam.

(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia

buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan

anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih

dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Qs.an-

Nisa/4/11)

Page 26: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

17

Ayat ketiga, menjelaskan tentang bagian untuk suami-istri dan anak-

anak ibu (saudara seibu bagi si mayat) laki-laki maupun merempuan, hal ini

dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat an-Nisa’ (4):12

Artinya: “Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan

oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu

itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang

ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan)

seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang

kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai

anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu

tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah

dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupun

perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak,

tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang

saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis

saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih

dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah

dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya

dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan

yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah

Maha mengetahui lagi Maha Penyantun”. (Qs.an-Nisa/4/12)

Page 27: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

18

Ayat keempat, yaitu menjelaskan tentang bagian untuk saudara laki-

laki ataupun perempuan, sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah

SWT dalam surat an-Nisa’ (4):176

Artinya: “Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah:

"Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang

meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara

perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta

yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh

harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika

saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari

harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris

itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian

seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara

perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak

sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (Qs.an-Nisa/4/176)

b. Sunnah Nabi Muhammad SAW

Selain al-Qur’an, terdapat pula sumber lain dalam masalah

pembagian harta waris, yaitu sunnah (hadits) Nabi Muhammad SAW,

adapun hadits Nabi SAW yang dijadikan sebagai sumber hukum dari

warisan adalah:

1. Hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a:

Page 28: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

19

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu „Abbas r.a bahwa Nabi SAW. pernah

bersabda: berikanlah harta warisan kepada orang-orang yang berhak,

sesudah itu, sisanya yang lebih utama adalah anak laki-laki”. (HR.

Bukhari dan Muslim)

2. Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Jabir, yang menjelaskan tentang

bagian anak perempuan dan saudara laki-laki.

Artinya: “Diriwayatkan dari Jabir berkata: telah datang istri Sa‟ad bin

ar-Rabi‟ kepada Rasulullah SAW, dengan dua orang anak perempuan

Sa‟ad dia berkata: “Wahai Rasulullah, ini adalah dua orang anak

perempuan Sa‟ad bin ar-Rabi‟ yang ayahnya meninggal dunia dalam

keadaan syahid ketika perang uhud bersamamu, sedangkan paman

mereka telah mengambil seluruh harta peninggalannya, sehingga mereka

tidak ditinggali harta sedikit pun, dan mereka tidak dapat menikah bila

tidak mempunyai harta”, maka Rasulullah menjawab: “Allah-lah yang

akan memutuskan perkara tersebut” lalu turunlah ayat-ayat tentang

waris. Setelah itu, Rasulullah SAW mengutus sahabat untuk menemui

paman mereka, lalu beliau berkata: “Berikanlah dua orang anak Sa‟ad

dua pertiga, ibu mereka seperdelapan, dan sisanya untuk kamu”. (HR. al-

Khamsah kecuali al-Nasa‟i)

3. Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh ‘Ubadah tentang bagian nenek

7

Abu Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusyairy al-Naisaburi, Sahih Muslim, Juz II,

(Riyadh: Dar al-Salam,1999), hadits 4141, h. 705.; Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim

bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fiy al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, (Kairo: Maktabah al-

Taufiqiyyah.; Juz IV, hadits 6732, h. 233.

8

Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III/367, hadits 14349, h. 980.; Abu

Dawud, Sunnah Abi Dawud, Juz III, hadits 2891, h. 120.; al-Tirmidzi, Kutub al-Sittah/Sunan Tirmidzi,

hadits 2092, h. 1861.; Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz III, hadits 2720, h. 158.

Page 29: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

20

Artinya: “Diriwayatkan dari Ubadah bin ash-Shamit bahwa Nabi SAW

memberikan kepada dua orang nenek dari harta warisan sebesar

seperdelapan untuk mereka berdua”. (HR. Abdullah bin Ahmad)

c. Ijma’

Selain Al-Qur’an dan Hadits, ijma merupakan salah satu dasar

hukum pembagian harta waris, diantaranya adalah ijma’ sahabat dan thabi’in

bahwa hak waris untuk nenek adalah seperenam (hikayat Baihaqy dari

Muhammad bin Nashar dari mazhab Syafi’i).10

B. Rukun dan Syarat Waris

Dalam masalah pembagian harta waris terdapat rukun dan syarat yang

harus dipenuhi,11

adapun syarat dan rukunnya itu adalah:

1. Rukun Waris

Rukun waris adalah sesuatu yang harus ada untuk mewujudkan bagian

harta waris di mana bagian harta waris tidak akan ditemukan bila tidak ada

rukun-rukunnya. Adapun rukun untuk mewarisi ada tiga, yaitu:

9 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz V/327, hadits 23159, h. 1674.

10

al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuh, h. 246.

11

Fatchur Rahman, Ilmu Waris (Bandung: PT Alma’arif, tth), h 36.

Page 30: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

21

a. Muwarrits yaitu orang yang meninggal dunia, baik meninggal secara hakiki

maupun karena keputusan hakim12

dan harus memiliki harta yang dapat

diwarisi kepaad ahli waris (pewaris);

b. Mauruts yaitu harta benda yang ditinggalkan oleh muwarits (pewaris) yang

diwarisi kepada warits (ahli waris);13

dan

c. Warits yaitu oarang yang memiliki hubungan dengan muwarits (pewaris).

2. Syarat Waris

Syarat adalah sesuatu yang karena ketiadaannya tidak ada hukum.

Syarat untuk mewarisi ada tiga, yaitu:

a. Matinya muwarrits (orang yang mempusakakan), menurut para ulama

kematian muwarrits itu dibedakan kepada 3 (tiga) macam, yaitu:

1) Mati haqiqi yaitu kematian yang nyata disaksikan oleh panca indera (mati

sejati);

2) Mati hukmy yaitu kematian atas dasar keputusan atas vonis hakim atas

dasar beberapa sebab, seperti: orang yang hilang; dan

3) Mati taqdiri yaitu kematian berdasarkan dugaan keras, seperti: kematian

bayi dalam perut ibunya karena ibunya minum racun atau terjadi

pemukulan atas perut ibunya.14

12 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, h. 192.

13

Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Shahih Fiqih Wanita Menurut Al-Qu‟an dan As-Sunnah,

(Jakarta: Akbarmedia, Shafar 1431H/Januari 2010M), Cet. Ketiga, h. 486.

14

Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Ahkamu al-Mawaris fi al-Sari’ati al-Islamiyyati ala

madahib al-Aimmati al-Arba’ah, (Sudan: 1416H/1996M), h. 13-14.

Page 31: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

22

b. Hidupnya ahli waris di saat kematian mruwarits (pewaris), dan

c. Tidak ada penghalang untuk mewarisi.15

C. Sebab Ada Hak Waris

Sebab seseorang mendapatkan hak waris ada tiga, yaitu:

1. Kerabat hakiki, yaitu antara pewaris dengan ahli waris ada hubungan nasabiyah,

seperti kedua orang tua, anak, saudara, paman, dan seterusnya.16

2. Perkawinan, yaitu terjadinya akad nikah secara legal antara seorang laki-laki

dan perempuan, sekalipun belum atau tidak terjadi hubungan intim

(bersanggama) antara keduanya. Adapun pernikahan yang batil atau rusak tidak

bisa menjadi sebab untuk mendapatkan hak waris.17

3. Al-Wala, yaitu kekerabatan karena sebab hukum, misalnya seperti sebab

memerdekakan budak.18

D. Derajat Ahli Waris

Tidaklah seluruh ahli waris itu berada di dalam suatu derajat yang sama,

akantetapi mereka berada di dalam derajat yang berbeda-beda. Dengan adanya

15 Fatur Rahman, Ilmu Waris, h. 50.

16

Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam,

(Jakarta: Gaya Media, November 2002M/Ramadhan 1423H), Cet. Kedua, h. 30.

17

Asymuni A. Rahman dkk, Ilmu Fiqh 3, (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana

IAIN Departemen Agama, 1986), h. 34.

18

Kama Rusdiana dan Jainal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, November 2007), Cet. Pertama, h. 55.

Page 32: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

23

perbedaan derajat ahli waris yang berbeda-beda maka di dalam pembagian harta

waris itu didahulukan berdasarkan derajat mereka masing-masing, adapun

susunannya adalah:

1. Ashabul furudh adalah para ahli waris yang mempunyai bagian tertentu yang

telah ditetapkan oleh syara’ (dalam Al-Qur’an), yang bagiannya itu tidak akan

bertambah atau berkurang, kecuali dalam masalah-masalah yang terjadi radd19

atau ‘aul.20

2. Ashabah nasabiah yaitu ahli waris karena adanya hubungan keturunan yang

terdiri dari asabah bi nafsihi (menjadi asabah dengan sendirinya), asabah bi al-

gair (menerima sisa harta waris karena perantara yang lain dalam hal hubugan

nasab), dan asabah ma‟a al-gair (menerima sisa harta waris beserta yang

lain).21

3. Raad atau penambahan bagi ashhabul furudh sesuai bagiannya (kecuali suami

istri) adalah mengembalikan sisa harta warisan kepada ashabul furud menurut

bagian yang ditentukan mereka ketika tidak adanya ashabah nasabiah.22

4. Dzawil arham yaitu orang yang ada hubungan kerabat dengan yang meninggal

dunia, tetap tidak termasuk ashabul furudh. Misalnya, paman (saudara ibu),

19 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h. 66.

20

Aul adalah bertambahnya saham dzawil furudh dan berkurangnya kadar penerimaan

warisan mereka atau bertambahnya jumlah bagian yang ditentukan dan berkurangnya bagian masing-

masing ahli waris.

21

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, h.192.

22

Moh. Muhibbin dan H. Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaharuan

Hukum Positif di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, Februari 2009), Cet. Pertama, h. 128.

Page 33: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

24

bibi (saudara ibu), bibi (saudara ayah), cucu laki-laki dari anak perempuan, dan

cucu perempuan dari anak perempuan, dan tidak juga masuk ahli waris

asabah.23

5. Radd kepada suami atau istri, apabila pewaris tidak mempunyai ahli waris yang

termasuk ashabul furudh, ashabah, dan tidak ada kerabat yang memiliki ikatan

rahim maka harta warisan tersebut seluruhnya menjadi milik suami atau istri.

Misalnya seorang suami meninggal tanpa memiliki kerabat yang berhak untuk

mewarisinya, maka istri mendapatkan bagian seperempat dari harta warisan

yang ditinggalkannya, sedangkan sisanya merupakan tambahan hak warisnya.

6. Ashabah Sababiah yaitu ahli waris karena memerdekakan orang yang

meninggalkan harta pusaka dengan status hamba. Misalnya, apabila ada

seorang bekas budak yang meninggal dan mempunyai harta warisan, maka

orang yang pernah memerdekakannya itu termasuk ke dalam salah satu ahli

waris dan sebagai ‘ashabah. Tetapi pada masa sekarang ini sudah tidak ada lagi.

7. Orang yang diberi wasiat lebih dari sepertiga harta peninggalan, yaitu apabila

orang yang meninggal tidak mempunyai ahli waris, dan tidak ada yang

diakukan nasab kepada orang lain, wasiat tersebut tetap dapat dilaksanakan

(bukan salah seorang dari ahli waris).24

23 Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita Edisi Lengkap, (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar, April 2007), Cet. Kedua Puluh Empat, h. 533.

24

Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris, (Bandung: CV Pustaka Setia, April 2006), Cet.

Kedua, h. 56.

Page 34: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

25

8. Baitul maal, yaitu rumah harta atau semacam balai harta yang khusus

menerima, menyimpan dan mengatur harta umat Islam untuk kemanfaatan umat

Islam dan agama Islam.25

Harta waris diserahkan ke baitul maal apabila

seseorang yang meninggal tidak mempunyai ahli waris ataupun kerabat, maka

seluruh harta peninggalannya itu diserahkan kepada baitul maal guna untuk

kemaslahatan kaum Muslimin.26

E. Penghalang Memperoleh Hak Waris

Penghalang pewarisan adalah hal-hal, keadaan, atau pekerjaan yang

menyebabkan seseorang terhalang untuk mendapatkan haarta waris,27

padahal

dilihat dari syarat dan sebab memperoleh harta waris telah mencukupi.28

Adapun

penghalang untuk memperoleh harta waris adalah:

1. Pembunuhan

Jumhur fuqaha telah bersepakat bahwa pembunuh itu merupakan salah

satu penghalang untuk mendapatkan hak waris. Dengan demikian, seorang

25 Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, November

2008), Cet. Kedelapan, h. 100.

26

Muhammad Ali al-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1995),

h. 53.

27

Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h. 32.

28

M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqhul Mawaris (Hukum-hukum Kewarisan dalam Syariat

Islam), (Jakarta: Bulan Bintang,1973), Cet. Pertama, h. 51.

Page 35: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

26

pembunuh tidak bisa mewarisi harta peninggalan orang yang telah

dibunuhnya29

.

Sabda Nabi Muhammad SAW:

Artinya: “Diriwayatkan dari „Amr ibn Syu‟aib dari Ayahnya dari Kakeknya

bahwa Nabi SAW. pernah bersabda: Seorang pembunuh tidak dapat mewarisi

harta sedikit pun”. (HR. Abu Dawud)

Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Diriwayatkan dari Sayidina „Umar r.a. berkata: Saya pernah

mendengar bahwa Nabi SAW. bersabda; Tidak ada hak bagi si pembunuh

untuk mewarisi”. ( HR. Malik, Ahmad, dan Ibnu Majah)

2. Berlainan Agama

Berlainan agama merupakan salah satu penghalang untuk mewarisi

dalam hukum waris. Dengan demikian, orang kafir tidak dapat mewarisi harta

orang Islam dan orang Islam pun tidak dapat mewarisi harta orang kafir.32

Hal

ini dijelaskan oleh sabda Nabi Muhammad SAW.

29 Komite Fakultas Syari’ah Universitas AL-Azhar Mesir, Hukum Waris, h. 56.

30

Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, juz IV, hadits 4564, h. 189.

31

Malik bin Anas, al- Muwaththo, (al- Maktabah al-Syamilah), hadits 3229.; Ahmad bin

Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, juz I/49, hadits 347, h. 52.; Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, juz

III.

32

Komite Fakultas Syari’ah Universitas AL-Azhar Mesir, Hukum Waris, h. 47.

Page 36: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

27

Artinya: “Diriwayatkan dari Usman ibn Zaid bahwa Nabi SAW. pernah

bersabda: Orang Islam tidak dapat mewarisi harta orang kafir dan orang kafir

pun tidak dapat mewarisi harta orang Islam”. (HR. Jma‟ah kecuali Muslim san

al- Nasa‟i)

Dalam hadits lain Nabi SAW bersabda:

Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin „Amir bahwa Nabi SAW. pernah

bersabda: Tidak dapat saling mewarisi dua orang pengikut agama yang

berbeda-beda”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)

3. Perbudakan

Perbudakan dianggap sebagai penghalang waris-mewarisi ditinjau dari

dua sisi, baik statusnya sebagai orang yang mewarisi harta peninggalan maupun

sebagai orang yang mewariskan harta peninggalan. Sebab, ketika ia mewarisi

harta peninggalan dari ahli warisnya niscaya yang memiliki harta warisan

tersebut adalah tuannya. Budak pun tidak dapat mewariskan harta peninggalan

kepada ahli warisnya karena ia dianggap tidak mempunyai sesuatu, seandainya

ia mempunyai sesuatu maka kepemilikannya dianggap tidak sempurna

kemudian kepemilikannya tersebut beralih kepada tuannya.35

Adapun dasar

33 al-Bukhari, Shahih Bukhari, juz IV, hadits 6764, h. 240.; Ahmad bin Hanbal, Musnad

Ahmad bin Hanbal, juz V/200, hadits 22090, h. 1588.; al-Tirmidzi, Kutub al-Sittah/jami’ al-Tirmidzi,

hadits 2107, h. 1862.; Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, juz III, hadits 2909, h.; Ibnu Majah, Sunan Ibnu

majah, juz III, hadits 2729, h. 161.

34

Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, juz II/178, hadits 6664, h. 478.; Abi

Dawud, juz III, hadits 2911, h. 125.; Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, juz III, hadits 2731, h. 161.

35

Komite Fakultas Syari’ah Universitas AL-Azhar Mesir, Hukum Waris, h. 52.

Page 37: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

28

hukum budak tidak dapat waris-mewarisi adalah firman Allah SWT. Di dalam

Qs. Al-Nahl (16): 75

Artinya: “Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang

dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang

Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu Dia menafkahkan sebagian dari rezki

itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, Adakah mereka itu sama?

segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui”.

(Qs. . Al-Nahl/16/75)

F. Bagian Masing-masing Ahli Waris

Baik di dalam al-Qur’an maupun Kompilasi hukum Islam (KHI) telah

ditentukan bahwa ada enam macam bagian-bagian ahli waris, yaitu setengah (1/2),

seperempat (1/4), seperdelapan (1/8), dua pertiga (2/3), sepertiga (1/3), dan

seperenam (1/6).36

Adapun pembagiannya sebagai berikut:

1. Bagian Setengah (1/2)

Ahli waris yang berhak mendapatkan bagian setengah dari harta

peninggalan ada lima, yaitu: suami, anak perempuan, cucu perempuan dari anak

laki-laki, saudara perempuan sekandung, dan saudara perempuan seayah.

a. Suami

Seorang suami mendapatkan setengah harta apabila simayat tidak

meninggalkan anak, sebagaiman yang terdapat dalam Kompilasi Hukum

36Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h. 66.

Page 38: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

29

Islam (KHI) pasal 179, yang berbunyi: “Duda mendapatkan separoh bagian,

bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan bila pewaris meninggalkan anak,

maka duda mendapat seperenam bagian”.37

b. Anak Perempuan

Anak perempuan berhak mendapatkan bagian setengah dari harta

warisan, apabila anak perempuan tersebut itu adalah anak tunggal dan

apabila pewaris tidak mempunyai anak laki-laki.38

Firman Allah SWT:

Artinya: “.....jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh

separuh harta.....”. (Qs. an-Nisa/4/11)

c. Cucu Perempuan dari Anak Laki-laki

Cucu perempuan mendapatkan setengah bagian apabila cucu tersebut

tunggal, tidak berbarengan dengan anak laki-laki maupun anak perempuan

pewaris, dan tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-laki.39

d. Saudara Perempuan Sekandung (seayah/seibu)

Saudara perempuan sekandung (seayah/seibu) mendapatkan bagian

dari harta warisan apabila tidak ada saudara laki-laki sekandung, tidak ada

ahli waris keturunan si pewaris, tidak ada ahli waris leluhur si pewaris (ayah

37 Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: akademika Pressindo, 2007), Cet. Pertama, h. 158.

38

Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h. 68.

39

Fatchur Rahman, Ilmu Waris (Bandung: PT Alma’arif), h. 174.

Page 39: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

30

atau kakek), dan saudara perempuan sekandung tersebut adalah saudara

tunggal. Firman Allah SWT:

Artimya: “Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah).40

Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika

seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai

saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua

dari harta yang ditinggalkannya.....”. (Qs.An-Nisa/4/176)

e. Saudara Perempuan Seayah

Saudara perempuan seayah akan mendapatkan bagian setengah dari

harta peninggalan pewaris, apabila tidak ada saudara sekandung, baik laki-

laki maupun perempuan, tidak ada saudara laki-laki seayah, tidak ada ahli

waris keturunan si pewaris, tidak ada ahli waris leluhur si pewaris (ayah atau

kakek), dan saudara perempuan seayah tersebut adalah saudara tunggal

(tidak ada saudara perempuan lainnya, baik sekandung maupun seayah).41

2. Bagian Seperempat (1/4)

Ahli waris yang berhak mendapatkan bagian seperempat dari harta

peninggalan hanya ada dua orang, yaitu:

a. Suami

40 Kalalah Ialah: seseorang mati yang tidak meninggalkan ayah dan anak.

41

Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h. 68.

Page 40: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

31

Suami mendapat bagian seperempat apabial pewaris meninggalkan

anak,42

selain itu apabila si pewaris meninggalkan cucu laki-laki dari anak

laki-laki, dan cucu perempuan dari anak laki-laki.43

Firman Allah SWT:

Artinya: “.....jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat

seperempat dari harta yang ditinggalkannya.....”. (Qs. An-Nisa/4/12)

b. Istri

Istri merupakan salah-satu ahli waris yang mendapatkan bagian

seperempat dari harta waris si mayat, baik isteri berjumlah satu ataupun

lebih. Isteri mendapatkan bagian seperempat apabila tidak ada ahli waris

keturunan si mayat.

Artinya: “.....para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu

tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak.....”. (Qs. an-Nisa/4/12)

3. Bagian Seperdelapan (1/8)

Ahli waris yang mendapatkan seperdelapan harta peninggalan si mayat

hanya ada satu orang, yaitu istri (baik seorang maupun lebih). Istri

mendapatkan seperdelapan apabila si pewaris bersama-sama dengan ahli waris

keturunan si mayat (suami).

Firman Allah SWT:

42 Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: akademika Pressindo, 2007), Cet. Pertama, h. 158.

43

Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h. 69.

Page 41: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

32

Artinya: “..... jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh

seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang

kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu.....”. (Qs. an-

Nisa/4/12)

4. Bagian Dua pertiga (2/3)

Ahli waris yang menerima bagian dua pertiga ada empat orang, yaitu:

a. Dua orang atau lebih anak perempuan akan mendapatkan bagian dua pertiga

apabila ia tidak bersama-sama dengan anak laki-laki.

b. Dua orang atau lebih cucu perempuan dari anak laki-laki mendapatkan

bagian dua pertiga harta waris apabila, tidak ada anak laki-laki maupun anak

perempuan dan tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-laki.44

c. Dua orang atau lebih saudara perempuan kandung atau lebih mendapat

bagian dua pertiga dengan ketentuan bahwa mereka tidak bersama dengan

saudara laki-laki sekandung, tidak bersamaan dengan bapak, dan far‟ul waris

(anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki, dan cucu

perempuan dari anak laki-laki).

d. Dua orang atau lebih saudara perempuan seayah mendapat bagian dua

pertiga denagan ketentuan bahwa mereka tidak mewarisi bersama saudara

laki-laki sebapak, tidak bersamaan dengan bapak, dan tidak bersama far‟ul

44 Komite Fakultas Syari’ah Universitas Al-Azhar Mesir, Hukum Waris, h. 136.

Page 42: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

33

mawaris (anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki,

dan cucu perempuan dari anak laki-laki), serta saudara laki-laki atau

perempuan sekandung.45

5. Bagian Sepertiga (1/3)

Ahli waris yang mendapatkan bagian sepertiga ada dua golongan, yaitu:

a. Ibu

Ibu mendapatkan 1/3 dari harta waris apabila si pewaris tidak

mempunyai anak laki-laki atau anak perempuan, tidak mempunyai cucu

perempuan dari anak laki-laki kandung,46

dan tidak mempunyai dua saudara

atau lebih, baik itu saudara laki-laki maupun perempuan, baik saudara

kandung, seayah, maupun seibu.47

Firman Allah SWT:

Artinya: “.....jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia

diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika

yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat

seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi

wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya.....”. (Qs.an-

Nisa/4/11)

45 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h. 70.

46

‘Abd Al-Qadir Manshur, Buku Pintar Fikih Wanita, (Jakarta: Zaman, 2009), Cet. Pertama,

h. 145.

47

Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari, (Jakarta: Gema Insani, Shafar 1427H/Maret 2006M),

Cet. Pertama, h. 572.

Page 43: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

34

b. Dua Orang/Lebih Saudara Seibu (saudara laki-laki/perempuan seibu saja)

Apabila si mayit tidak mempunyai anak, baik anak laki-laki maupun

perempuan, dan tidak meninggalkan ayah. Maka kedua saudara tersebut

mendapatkan 1/3 dari harta waris.48

Firman Allah SWT:

Artinya: “.....jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang

tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai

seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan

(seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu

seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang,

Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu.....”. (Qs. an-Nisa/4/12)

6. Bagian seperenam (1/6)

Ahli waris yang berhak mendapatkan seperenam bagian dari harta

peninggalan ada tujuh orang, yaitu:

a. Bapak

Bapak mendapatkan 1/6 harta waris apabila ia berbarengan dengan

anak laki-laki dan anak perempuan si mayat.49

Firman Allah:

48 Aris Riansyah, Adat Masyarakat Kampung Naga di Tasikmalaya, (Skripsi SI Fakultas

Syariah dan Humum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 1430H/2099M), h. 35.

49

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab (Ja‟far, Hanafi, Maliki, Syafi‟I, dan

Hambali), (Jakarta: PT Lentera Basritama, Rabiulawal 1425H/Mei 2004M), Cet. Kesebelas, h. 581.

Page 44: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

35

Artinya: “.....dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya

seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu

mempunyai anak.....”. (Qs.an-Nisa/4/11)

b. Ibu

Ibu mendapatkan 1/6 dari harta waris apabila ibu bersama-sama

dengan ahli waris keturunan si mayat atau bersama dua orang atau lebih

saudara laki-laki maupun permpuan.50

Firman Allah SWT:

Artinya: “..... jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka

ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas)

sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar

hutangnya.....”. (Qs. an-Nisa/4/11)

c. Kakek

Apabila seseorang meninggal dunia dan meninggalkan dua orang

anak perempuan, istri, dan seorang saudara laki-laki, maka kakek

mendapatkan 1/6 dari harta waris.51

Firman Allah SWT:

Artinya: “.....dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya

seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu

mempunyai anak.....”. (Qs. an-Nisa/4/11)

d. Nenek

50Aris Riansyah, Adat Masyarakat Kampung Naga di Tasikmalaya. h. 37.

51

Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Shahih Fiqih Wanita Menurut Al-Qu‟an dan As-Sunnah,

(Jakarta: Akbarmedia, Shafar 1431H/Januari 2010M), Cet. Ketiga, h. 499.

Page 45: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

36

Nenek akan menerima 1/6 bagian dari total harta pusaka dan jumlah

nenek tidak lebih dari empat orang, baik nenek dari pihak bapak atau ibu

atau ibu dari bapak dan ibunya.52

e. Cucu perempuan dari anak laki-laki

Cucu perempuan dari anak laki-laki seorang atau lebih akan

mendapat bagian 1/6 apabila yang meninggal (pewaris) mempunyai satu

anak perempuan, tidak ada bersama cucu perempuan tersebut cucu laki-laki

dari anak laki-laki, dan si pewaris tidak mempunyai anak laki-laki. Selain

itu, tidak mempunyai anak perempuan lebih dari satu orang.53

f. Saudara perempuan seayah

Apabila saudara perempuan seayah berbarengan dengan saudara

perempuan kandung, maka saudara perempuan seayah akan menerima

warisan sebesar 1/6 dari harta waris.54

g. Seorang saudara perempuan seibu (laki-laki maupun perempuan)

Seorang saudara seibu berhak mendapatkan 1/6 dari harta

peninggalan dengan syarat: apabila tidak ada keturunan si mayat, dan tidak

ada ahli waris leluhur si mayat dari golongan laki-laki.55

52A. Rahman, Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah (Syariah), (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, Mei 2002), Cet. Pertama, h. 395.

53

Aris Riansyah, Adat Masyarakat Kampung Naga di Tasikmalaya. h. 41.

54

A. Rahman, Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah (Syariah), h. 393.

55

Aris Riansyah, Adat Masyarakat Kampung Naga di Tasikmalaya. h. 42.

Page 46: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

37

BAB III

WARIS RUMAH ANAK BUNGSU PEREMPUAN DI SUKAMAJU DALAM

KONTEKS HUKUM ISLAM

A. Letak dan Geografisnya

Kampung Sukamaju merupakan perkampungan tingkat dusun yang

merupakan dari wilayah Desa Darangdan. Pada umumnya, kampung Sukamaju

mempunyai batasan-batasan wilayah, yaitu: sebelah timur berbatasan dengan

dusun empat Babakan, sebelah barat berbatasan dengan dusun tiga Darangdan,

sebelah utara berbatasan dengan Desa Gunung Hejo, dan sebelah selatan

berbatasan dengan dusun dua Darangdan.1

Luas wilayah kampung Sukamaju kurang lebih 60 hektar yang terbagi ke

dalam pemukiman warga, perkebunan, dan pesawahan. Secara administratif,

kampung Sukamaju termasuk ke dalam desa Darangdan Kecamatan Darangdan

Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat. Kampungan Sukamaju memiliki 578

bangunan, terdiri dari 572 rumah, satu sekolah Dasar dan satu sekolah Diniah

(MDA), satu sekolah menengah pertama yaitu SMP, dan terdapat tiga bangunan

masjid.2

Desa Darangdan terdiri dari 9 RW, 4 kepala dusun, dan 32 RT. Kampung

Sukamaju terdiri dari 3 RW dan 12 RT dan jumlah dari penduduk kampung

1 Wawancara Pribadi dengan Sofyan, Purwakarta 10 Maret 2011.

2 Data kelurahan Darangdan.

Page 47: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

38

Sukamaju itu kurang lebih terdiri dari 1.680 jiwa. Dengan demikian kampung

Sukamaju merupakan salah-satu dari wilayah administratif Desa Darangdan, untuk

menuju kampung Sukamaju dari jalan raya sangat mudah karena kampung

Sukamaju tepat berada di samping jalan raya.3

B. Sistem Kemasyarakatan, Adat Istiadat dan Kebudayaan

1. Sistem Kemasyarakatan

Tokoh masyarakat kampung Sukamaju mempunyai pengaruh besar

dalam kehidupan masyarakatnya, hal ini disebabkan ketika salah satu dari

masyarakatnya memiliki suatu masalah maka tokoh masyarakat tersebut selalu

diminta pendapat untuk memecahkannya. Dalam hal ketaatan masyarakat

kampung Sukamaju ada terkecualinya, yaitu dalam masalah pembagian sistem

waris, meskipun kiyai atau ustadz itu dalam pembagian harta waris menyuruh

kepada masyarakatnya untuk memakai sistem waris dua berbanding satu tetapi

masnyarakatnya itu tidak melaksanakan hal tersebut. Dalam hal ini, masyarakat

kampung Sukamaju beranggapan bahwa sistem waris dua berbanding satu itu

kurang adil.

Secara umum yang menjadi tokoh masyarakat adalah seorang kiyai atau

ustadz yang memahami banyak tentang ilmu Agama Islam. Pada saat ini sistem

kemasyarakatan kampung Sukamaju sedang mengalami transisi, yaitu dari sifat

tradisional menuju ke modern. Selain itu, partisipasi tokoh masyarakat sangat

3 Wawancara Pribadi dengan Sofyan, Purwakarta 10 Maret 2011.

Page 48: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

39

vital dalam membina kesadaran masyarakat kampung Sukamaju, hal ini dapat

terlihat dalam sistem kemasyarakatannya, yaitu:

a. Sistem Pelapisan Sosial

Masyarakat kampung Sukamaju selalu mematuhi peraturan-peraturan

yang dibuat oleh ketua RT atau RW, tetapi sebelum masyarakat mematuhi

peraturan tersebut terlebih dahulu mereka selalu menanyakan kepada

kiyai/ustadz apakah peraturan tersebut perlu di taati atau tidak?

Di kampung Sukamaju terdapat sifat gotongroyong yang tinggi. Hal

ini terlihat ketika ada keluarga yang sedang membangun rumah, maka

masyarakat kampung Sukamaju selalu membantu dengan tenaga atau

memberikan makanan kepada keluarga tersebut. Selain itu, ketika ada

keluarga yang akan menikahkan/mengkhitan anaknya, masyarakat kampung

Sukamaju selalu membantu untuk membuat tenda dan memasak.

b. Sistem Kepemimpinan

Kampung Sukamaju merupakan salah satu kampung yang berada di

daerah Jawa Barat yang memiliki dua bentuk sistem kepemimpinan, yaitu

kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal

adalah hasil atas dasar pemilihan rakyat dan mendapat legitimasi dari

pemerintah. Kepemimpinan formal di kampung Sukamaju dipegang oleh

RW dan ketua RT yang langsung berhubungan dengan sistem pemerintah.4

4 Data kelurahan Darangdan.

Page 49: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

40

Kepemimpinan informal adalah kepemimpinan yang dipegang

langsung oleh tokoh masyarakat (kiyai/ustadz) yang memahami banyak

tentang ilmu Agama Islam dan bisa dimintai pendapat untuk memecahkan

suatu masalah yang timbul di masyarakat.5

2. Adat Istiadat dan Kebudayaan

Dalam kehidupan bermasyarakat, di kampung Sukamaju terdapat

beberapa adat yang sering dilakukan oleh warganya, yaitu:

a. Acara Peringatan Hari Besar Islam

Sebelum acara penyambutan hari besar Islam, terlebih dulu

masyarakatnya membentuk susunan ketua panitia yang dilakukan satu bulan

sebelum acara berlangsung dan dilakukan dengan cara bermusyawarah yang

dipimpin oleh sesepuh6 kampung. Hari-hari besar Islam yang suka

diperingati adalah acara maulid, isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW, rabu

wakasan, dan acara satu muharam.

Dalam pelaksanaan hari besar Islam, biasanya dikaitkan dengan

kegiatan-kegiatan keagamaan seperti melakukan tablig akbar, membaca

shalawat Nabi, membaca al-Qur’an, dan melakukan shalat tasbih berjamaah

yang berlangsung di dalam/di luar masjid, apabila pelaksanaan acara

5 Wawancara Pribadi dengan Sofyan. Purwakarta, 10 Maret 2011.

6 Sesepuh adalah tokoh masyarakat yang paling berpengaruh di Kampungnya dan biasanya

sesepuh itu merupakan ulama/ustad.

Page 50: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

41

peringatan hari besar Islam itu dilakukan di luar masjid maka akan dibuatkan

tenda dilengkapi dengan kursi.

b. Tradisi Bangun Rumah

Dalam tradisi bangun rumah terdapat kebiasaan yang suka dilakukan

oleh masyarakatnya, yaitu menancapkan bendera merah putih di atas atap

rumah dengan tujuan untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa para

pahlawan yang telah susah-payah untuk mengibarkan bendera merah putih di

bumi pertiwi ini.

Pada waktu dulu terdapat kebiasaan yang bertentangan dengan

hukum Islam yaitu mengubur sesuatu di bawah tanah yang akan dijadikan

ruang tamu. Lama-kelamaan kebiasaan ini hilang dengan sendirinya, karena

secara umum masyarakatnya menyadari bahwa kebiasaan tersebut

menyimpang dari ajaran Islam.

c. Tradisi dalam Perkawinan

Dalam acara perkawinan, terdapat kebiasaan yang suka dilakukan

oleh masyarakatnya, yaitu injak telor, buka pintu, dan saweran. Akan tetapi

pada sekarang ini yang melakukan tradisi injak telor dan buka pintu sudah

ditinggalkan, sedangkan kebiasaan yang masih ada sampai sekarang adalah

saweran. Saweran dalam pelaksanaan perkawinan mempunyai tujuan untuk

memberikan wejangan (nasehat-nasehat) kepada ke-2 calon mempelai yang

disampaikan lewat seni.

Page 51: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

42

d. Larangan Bepergian Pada Hari Sabtu

Selain kebiasaan-kebiasaan di atas, di kampung Sukamaju terdapat

sebuah larangan untuk bepergian pada hari sabtu, karena masyarakatnya

beranggapan bahwa hari sabtu merupakan hari yang kurang baik untuk

bepergian.

Larangan bepergian pada hari sabtu suka dikaitkan dengan musibah

yang menimpa pada keluarga. Misalnya dikaitkan dengan kematian salah-

satu anggota keluarganya yang meninggal pada hari sabtu yang disebabkan

kecelakaan ketika sedang bepergian. Larangan ini hanya dilakukan oleh

sekelompok minoritas dan sekarang hampir tidak ada.7

C. Konsep Kewarisan Rumah Pusaka Bagi Anak Bungsu Perempuan

Berbicara dengan hukum waris adat, ada baiknya terlebih dahulu

memahami pengertiannya sebagai pegangan untuk melangkah kepada pembahasan

selanjutnya. Hukum waris adat sesungguhnya adalah hukum penerusan harta

kekayaan dari satu generasi kepada keturunannya.8 Ter Haar, menyatakan:

“Hukum waris adat adalah aturan-aturan hukum yang mengenai cara bagaimana

7 Wawancara Pribadi dengan KH. Adnan Soleh. Purwakarta, 28 Februari 2011.

8 Elfrida R Gultom, Hukum Waris Adat di Indonesia, (Jakarta: Literata, 2010), h. 20-21.

Page 52: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

43

dari abad ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang berwujud dan

tidak berwujud dari generasi ke generasi”.9

Soepono menyatakan bahwa hukum waris: “Memuat peratutan-peraturan

yang mengatur proses meneruskan serta mengoperkan barang-barang harta benda

dan barang-barang yang tidak berwujud benda (immateriel goederen) dari suatu

angkatan manusia (generatie) kepada turunannya. Proses ini telah mulai dalam

waktu orang tua masih hidup”.10

Dengan demikian hukum waris merupakan ketentuan-ketentuan yang

mengatur cara meneruskan dan peralihan harta kekayaan (berwujud atau tidak

berwujud) dari pewaris kepada ahli warisnya. Cara penerusan dan peralihan harta

kekayaan ini dapat berlaku sejak pewaris masih hidup atau setelah meninggal

dunia.

Selanjutnya akan dibicarakan pembagian harta warisan menurut hukum

adat, dimana pada umumnya tidak menentukan kapan harta waris itu akan dibagi

atau kapan sebaiknya diadakan pembagian begitu pula siapa yang mendampingi

ketika berlangsung pembagiannya.11

Menurut hukum waris adat kebiasaan waktu pembagian setelah wafat

pewaris dapat dilaksanakan setelah upacara sedekah atau selamatan yang disebut

9 Soerjono Soekanto dan Soleman b. Taneko, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: CV.Rajawali,

Oktober 1981), h. 285.

10 Soerjono Soekanto dan Soleman b. Taneko, Hukum Adat Indonesia, h. 285.

11 Elfrida R Gultom, Hukum Waris Adat di Indonesia, h. 22.

Page 53: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

44

tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, atau seribu hari setelah pewaris wafat.

Sebab pada waktu-waktu tersebut para anggota waris berkumpul. Pada waktu

pembagiannya suka berlangsung lancar, karena ketika pembagian waris

berlangsung biasanya didampingi oleh orang yang dapat dipercaya.12

Tatacara pembagian hukum waris adat ada 2 kemungkinan yaitu: dengan

cara bagian anak laki-laki dua kali lipat bagian anak perempuan, atau dengan cara

bagi antara anak laki-laki dengan perempuan seimbang (sama).13

Dalam pembagian waris, di kampung Sukamaju terdapat 3 kemungkinan

yaitu: 2 berbanding 1, bagi rata, sistem waris ini untuk menjaga kerukunan sesama

ahli waris,14

dan sistem waris ke-3 yaitu secara khusus rumah pusaka diberikan

kepada anak bungsu laki-laki/perempuan.15

Sistem hukum waris 2 berbanding 1

tidak terlalu banyak digunakan oleh masyarakatnya.16

Secara umum sistem waris yang ke-3 sama dengan sistem waris ke-2 (bagi

rata), perbedaannya terletak pada pembagian rumah pusaka. Apabila yang menjadi

anak bungsu laki-laki maka rumah pusaka akan dibagi dua dengan anak

12 Wawancara Pribadi dengan KH. Adnan Soleh, Purwakarta, 28 Februari 2011.

13 Elfrida R Gultom, Hukum Waris Adat di Indonesia, h. 21-23.

14 Wawancara Pribadi dengan Kundung Feri, Purwakarta, 28 Februari 2011.

15 Anak bungsu laki-laki/perempuan: Kemungkinan ketika orang tuanya meninggal anak

bungsu tersebut masih kecil dan masih duduk di sekolah SMP/SMU, berbeda dengan anak kakanya

yang sudah menyelesaikan S1 (biaya yang dikeluarkan buat anak bungsu baru sedikit, sedangkan bagi

kakanya sudah banyak biaya yang besar).

16 Wawancara Pribadi dengan Kundung Feri, Purwakarta, 28 Februari 2011.

Page 54: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

45

perempuan yang mempunyai jarak kelahiran lebih dekat dengannya,17

sedangkan

ketika yang menjadi anak bungsu perempuan maka rumah secara keseluruhan

menjadi miliknya.18

Berlakunya sistem waris ke-3 yaitu untuk menghindari timbulnya

kemadharatan dimasa yang akan datang, karena secara umum apabila sistem

pembagian waris tidak menggunakan sistem waris ini maka dikemudian hari suka

terjadi permasalahan atau pertengkaran antara ahli waris. Secara umum

permasalahan yang timbul disebabkan dengan pemakaian sistem waris 2

berbanding 1. Untuk mencegah permasalahan tersebut, maka secara khusus anak

perempuan bungsu akan mendapatkan bagian dari rumah pusaka.19

Dalam masalah pembagian waris, biasanya yang menjadi ahli waris

terpenting adalah anak kandung sendiri. Dengan adanya anak kandung maka

anggota keluarga yang lain menjadi tertutup untuk menjadi ahli waris. Selain anak

tersebut ada ahli waris yang lainnya juga, yaitu suami atau istri si mayat. Apabila

si mayat tidak mempunyai anak, maka selain harta warisnya diberikan kepada

17 Wawancara Pribadi dengan KH. Adnan Soleh, Purwakarta, 28 Februari 2011.

18 Anak bungsu perempuan: Biasanya mempunyai peranan yang lebih dalam mengurus ke-2

orang tuanya dibandingkan dengan anak laki-laki, peranan tersebut terlihat ketika ke-2 orang tuanya

sedang menderita sakit/ lanjut usia, ketika orang tuanya mengalami sakit/telah lanjut usia maka anak

perempuanlah yang suka mengurusnya. Apalagi anak perempuan bungsu selain mengurus orang tua

yang sedang sakit/lanjut usia, maka untuk sementara waktu ia akan tinggal bersama ke-2 orang tuanya

dengan maksud untuk mempermudah dalam membantu segala keperluan orang tuanya.

19 Wawancara Pribadi dengan KH. Adnan Soleh, Purwakarta, 28 Februari 2011.

Page 55: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

46

suami atau istrinya harta tersebut diberikan kepada keluarga dekat yaitu ibu,

bapak, kakek, nenek, dan kakak laki-laki si mayat.20

D. Radius Pengaruh Sistem Kewarisan Kampung Sukamaju

Sebelum saya menjelaskan tentang radius dari sistem kewarisan yang

berlaku di kampung Sukamaju, maka terlebih dahulu saya akan memperjelas

apakah sistem waris yang terdapat di kampung Sukamaju itu dilakukan oleh

segolongan minoritas atau segolongan mayoritas.

Pada umumnya, masyarakat yang berada di kampung Sukamaju dalam

masalah pembagian warisan mereka memakai sistem waris hukum adat yaitu anak

bungsu mendapatkan rumah pusaka, baik anak bungsunya itu laki-laki atau

perempuan. Tetapi ketika yang menjadi anak bungsunya perempuan maka

pembagian rumah pusaka berbeda ketika yang menjadi anak bungsunya itu laki-

lakai, apabila yang menjadi anak bungsunya perempuan maka rumah pusaka

sepenuhnya menjadi milik anak perempuan bungsu tersebut, sedangkan ketika

yang menjadi anak bungsunya itu laki-laki maka rumah pusaka akan dibagi dua

dengan anak perempuan yang mempunyai jarak kelahiran yang lebih dekat dengan

anak bungsu laki-laki tersebut.

Pada masalah pembagian harta waris lainnya seperti uang, tanah, dan yang

lainnya yaitu dengan cara bagi rata antara anak laki-laki maupun anak perempuan,

20 Wawancara Pribadi dengan Kundang Feri, Purwakarta, 28 Februari 2011.

Page 56: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

47

hal ini disebabkan karena bertujuan untuk mencegah timbulnya permasalahan atau

pertengkaran yang terjadi dimasa yang akan datang antara ahli waris yang satu

dengan ahli waris yang lainnya.

Untuk mengetahui apakah radius dari sistem kewarisan yang berlaku di

kampung Sukamaju itu mempunyai dampak atau pengaruh terhadap kampung

yang berada di sekitarnya atau tidak, maka untuk memperoleh data tersebut saya

bertanya kepada masyarakat kampung Sukamaju itu sendiri.

Setelah saya meneliti lebih lanjut terhadap kewarisan yang berlaku di

kampung Sukamaju, maka saya mendapatkan sebuah data baru yaitu dimana

radius dari pengaruh sistem kewarisan yang terjadi di kampung Sukamaju itu tidak

mempunyai dampak yang luas terhadap masalah pembagian-pembagian harta

waris di kampung yang berada di desa Darangdan tersebut, hal ini dapat terlihat

bahwa dari lima kampung yang berada di desa Darangdan, yaitu: kampung

Sukamaju, kampung Cilimus, kampung Darangdan, kampung Babakan, dan

kampung Lebak Wangi, pengaruh dari pembagian harta waris yang terjadi

dikampung Sukamaju itu hanya berdampak pada satu kampung saja, yaitu

terhadap kampung Darangdan. Adapun kenapa di kampung Darangdan dalam

pembagian harta warisnya sama seperti di kampung Sukamaju, hal ini disebabkan

oleh jarak atau letak geografis antara kampung Sukamaju dengan kampung

Darangdan itu berdekatan bahkan antara kampung Sukamaju dengan kampung

Darangdan itu merupakan tetangga kampung.

Page 57: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

48

E. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kewarisan Adat Kampung Sukamaju

Pada waktu Islam belum datang ke tanah Arab, manusia masih

mempergunakan hukum waris dalam bentuk peraturan yang bertentangan dengan

fitrah manusia. Orang Arab jahiliyah tidak memberikan warisan pada wanita.21

Hal

ini sesuai dengan kutipan di bawah ini:

Artinya: “.....Orang Jahiliyah yang mendapatkan warisan itu hanya anak laki-laki

sedangkan anak perempuan tidak mendapatkan.....”

Untuk itu Allah SWT menurunkan ayat Al-Qur’an yang berbunyi:

Artinya: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-

anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang

anak perempuan......”. (Qs.an-Nisa/4/11)

Selain itu terdapat hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Jabir

Artinya: “Diriwayatkan dari Jabir berkata: telah datang istri Sa’ad bin ar-Rabi’

kepada Rasulullah SAW, dengan dua orang anak perempuan Sa’ad dia berkata:

21 Elfrida R Gultom, Hukum Waris Adat di Indonesia, (Jakarta: Literata, 2010), h. 15.

22

Imam Taqyuddin Abi Bakar Bin Muhammad Husaeni Husni Al-Damsyiqii Asysyaafi’i,

Kifâyah al-Akhyâr, (Bandung: Perpustakaan Ma’arif), h. 17.

23 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III/367, hadits 14349, h. 980.; Abu

Dawud, Sunnah Abi Dawud, Juz III, hadits 2891, h. 120.; al-Tirmidzi, Kutub al-Sittah/Sunan Tirmidzi,

hadits 2092, h. 1861.; Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz III, hadits 2720, h. 158.

Page 58: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

49

“Wahai Rasulullah, ini adalah dua orang anak perempuan Sa’ad bin ar-Rabi’

yang ayahnya meninggal dunia dalam keadaan syahid ketika perang uhud

bersamamu, sedangkan paman mereka telah mengambil seluruh harta

peninggalannya, sehingga mereka tidak ditinggali harta sedikit pun, dan mereka

tidak dapat menikah bila tidak mempunyai harta”, maka Rasulullah menjawab:

“Allah-lah yang akan memutuskan perkara tersebut” lalu turunlah ayat-ayat

tentang waris. Setelah itu, Rasulullah SAW mengutus sahabat untuk menemui

paman mereka, lalu beliau berkata: “Berikanlah dua orang anak Sa’ad dua

pertiga, ibu mereka seperdelapan, dan sisanya untuk kamu”. (HR. al-Khamsah

kecuali al-Nasa’i)

Menurut mazhab empat (Syafi’i, Hambali, Maliki, dan Hanafi), anak

perempuan berhak mendapatkan atas harta waris, selain itu mazhab empat

menjelaskan bagian anak perempuan dalam menerima harta waris, yaitu:

1. Anak perempuan mendapatkan 1/2, apabila si mayat tidak meninggalkan anak

laki-laki,

2. Mendapatkan 2/3, apabila apabila terdapat 2 orang atau lebih anak perempuan,

dan

3. Mendapatkan 2:1, apabila berbarengan dengan anak laki-laki.24

Di samping itu sesuai dengan kemajuan dan perkembangan zaman serta

pendapat para ahli dikalangan umat Islam, maka hukum waris Islam dituangkan

kedalam suatu ketentuan peraturan yang disebut Kompilasi Hukum Islam (KHI).25

Selanjutnya dalam KHI pasal 176 Bab III menjelaskan tentang bagian anak

perempuan dalam menerima waris, yang berbunyi:

24 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: PT Lentera Basritama,

Rabiulawal 1425H/Mei 2004M), Cet. Kesebelas, h. 551.

25 Elfrida R Gultom, Hukum Waris Adat di Indonesia, h. 17.

Page 59: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

50

“Anak perempuan bila hanya seorang ia mendapat separoh bagian, bila

dua orang atau lebih mereka bersama-sama mendapat dua pertiga bagian, dan

apabila anak perempuan bersama-sama dengan anak laki-laki, maka bagian anak

laki-laki adalah dua berbanding satu dengan anak perempuan”.26

Dari uraian di atas, nampak bahwa antara apa yang telah ditetapkan dalam

ayat al-Qur’an, hadits, fikih, dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) khususnya

mengenai bagian anak perempuan dalam pembagian harta waris yang ditinggalkan

oleh sipewaris adalah sama, yakni27

1/2 apabila ia hanya seorang, 2/3 jika terdapat

2 orang atau lebih anak perempuan dan 2 berbanding 1 apabila berbarengan

dengan anak laki-laki.

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, bahwa dalam pembagian harta

waris di kampung Sukamaju menggunakan hukum waris adat, tetapi selama

sistem waris itu tidak menimbulkan kemadharatan bagi para ahli waris, maka

sistem warisnya tetap dapat digunakan, karena agama Islam tidak mempersulit

kepada umatnya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah (2) ayat

185 yang berbunyi:

Artinya: “.....Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki

kesukaran.....” . (Qs. al-Baqarah/2/185)

26 H. Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: CV Akademika Pressindo, April

2007), Cet. Kelima, h. 157.

27 Elfrida R Gultom, Hukum Waris Adat di Indonesia, h. 16.

Page 60: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

51

Sabda Nabi Muhammad SAW:

Artinya: “ Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, bersabda; Sesungguhnya agama

(Islam) itu mudah. Tidaklah seorang pun mempersulit (berlebih-lebihan) dalam

agamanya kecuali akan terkalahkan (tidak dapat melaksanakannya dengan

sempurna). Oleh karena itu, berlaku luruslah, sederhana (tidak melampaui batas),

dan bergembiralah (karena memperoleh pahala) serta memohon pertolongan

(kepada Allah) dengan ibadah pada waktu pagi, petang dan sebagian malam”.

(HR. Bukhari)

Dari uraian di atas terlihat bahwa sistem kewarisan yang berlaku di

kampung Sukamaju adalah sistem kekeluargaan pariental atau bilateral, dalam

sistem ini menarik garis keturunan dari kedua belah pihak orang tua, yaitu dari

garis bapak maupun ibu.29

Kebanyakan sistem waris adat yang berlaku di indonesia adalah pembagian

berimbang antara semua anak, hal itu merupakan corak dan sifat tersendiri yang

khas Indonesia yang berbeda dengan hukum waris Islam, ini semua berdasarkan

dari latar belakang alam pikiran bangsa Indonesia yang berfalsafah Pancasila

dengan masyarakat yang Bhineka Tunggal Ika yang didasarkan pada kehidupan

bersama, bersifat tolong menolong guna mewujudkan kerukunan, keselarasan dan

kedamaian.30

28 al-Bukhari, Shahih Bukhari, Kitabul Iman bab Addiinu Yusrun, juz I, hadits. 39, h. 35. dan

an-Nasa’i (VIII/122), dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu, Muhammad Nashiruddin Al Albani,

Ringkasan Shahih Bukhari, bab iman, buku I, h. 35.

29 Elfrida R Gultom, Hukum Waris Adat di Indonesia, h. 40.

30 Elfrida R Gultom, Hukum Waris Adat di Indonesia, h. 23.

Page 61: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

52

Meskipun sistem kewarisan yang berlaku di kampung Sukamaju berbeda

dengan sistem waris Islam dan sistem waris adat yang berada di Indonesia pada

umumnya, selama perbedaan tersebut tidak menimbulkan kemadharatan maka

sistem waris di kampung Sukamaju masih bisa digunakan dalam pembagian waris.

Selain itu, Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan fitrah

manusia, Islam adalah agama yang tidak sulit. Allah SWT menghendaki

kemudahan kepada umat manusia dan tidak menghendaki kesusahan kepadanya.

Sebagaiman firman Allah SWT dalam surat Al-Hajj (22) ayat 78 yang berbunyi:

)

Artinya: “….. dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama ..…”.

(Qs. Al-Hajj: 22/78)

Berdasarkan dari hasil penelitian dan alasan-alasan yang disertai dengan

dalil-dalil di atas maka saya dapat menyimpulkan bahwa sangat jelas sistem

kewarisan yang berlaku di kampung Sukamaju itu tidak bertentangan dengan

sistem waris hukum Islam, dan sistem waris yang berlaku di kampung Sukamaju

tetap bisa digunakan oleh masyarakat kampung Sukamaju tersebut.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasa masih banyak sekali

kekurangan-kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan bagi para

pembaca untuk memberikan masukan-masukannya, sehingga skripsi yang saya

tulis ini menjadi lebih baik.

Page 62: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

53

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Konsep pembagian warisan yang berlaku di kampung Sukamaju ada tiga

macam, yaitu:

a. Bagian anak laki-laki dua kali lipat bagian anak perempuan,

b. Bagian antara anak laki-laki dengan perempuan seimbang (sama), dan

c. Secara khusus rumah pusaka diberikan kepada anak bungsu baik laki-

laki/perempuan.

Apabila yang menjadi anak bungsu laki-laki maka rumah pusaka dibagi

dua dengan anak perempuan yang mempunyai jarak kelahiran lebih dekat

dengannya, sedangkan ketika yang menjadi anak bungsu perempuan maka

rumah secara keseluruhan menjadi miliknya.

2. Dalam hal pembagian warisan, kedudukan anak perempuan sama dengan anak

laki-laki (tidak mempunyai kedudukan yang khusus). Meskipun antara anak

laki-laki dan anak perempuan terdapat perbedaan dalam menerima harta waris,

karena perbedaan itu hanya terjadi pada pembagian rumah pusaka saja. Adapun

alasan dari sistem waris ini disebabkan apabila disuatu hari orang tua

sakit/sudah lanjut usia, maka anak perempuanlah yang suka mengurus orang

Page 63: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

54

tuanya. Apalagi anak perempuan bungsu selain mengurus orang tua yang

sakit/lanjut usia, maka untuk sementara waktu ia akan tinggal bersama orang

tuanya meskipun ia sudah menikah dan mempunyai tempat tinnggal.

3. Perbedaan sistem waris di kampung Sukamaju tidak berpengaruh terhadap

kerukunan sesama ahli waris, hal ini terlihat walaupun terdapat perbedaan

dalam masalah pembagian rumah pusaka, kerukunan antara sesama ahli waris

tetap rukun (tidak ada perselisihan tentang masalah harta waris).

B. Saran-saran

Setelah penulis mengambil beberapa kesimpulan tersebut di atas, maka

perlu kiranya saran-saran sebagai berikut:

1. Dengan penulisan skripsi tentang pembagian warisan anak perempuan ini,

semoga dapat memberikan masukan-masukan dan manfaat, bagi individu dan

khususnya bagi masyarakat kampung Sukamaju dalam pembagian harta waris.

2. Sebaiknya tokoh masyarakat kampung Sukamaju memberikan penyuluhan lagi

mengenai sistem waris 2 berbanding 1, supaya ketika menggunakan sistem

waris ini tidak terjadi lagi perselishan/pertengkaran sesama ahli waris.

3. Penulisan skripsi ini belum sempurna dan masih ada kekurangan, oleh karena

itu saran, masukan, dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan untuk

menyempurnakan skripsi ini.

Page 64: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

55

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Al-Qur’an dan Terjemahnya.

Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III/367, hadits 14349, h. 980.;

Abu Dawud, Sunnah Abi Dawud, Juz III, hadits 2891, h. 120.; al-Tirmidzi,

Kutub al-Sittah/Sunan Tirmidzi, hadits 2092, h. 1861.; Ibnu Majah, Sunan

Ibnu Majah, Juz III, hadits 2720.

Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, juz II/178, hadits 6664, h. 478.; Abi

Dawud, juz III, hadits 2911, h. 125.; Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, juz

III, hadits 2731.

Ali, Muhammad al-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, Surabaya: al-Ikhlas,

1995.

Al-Bukhari, Shahih Bukhari, juz IV, hadits 6764, h. 240.; Ahmad bin Hanbal,

Musnad Ahmad bin Hanbal, juz V/200, hadits 22090, h. 1588.; al-Tirmidzi,

Kutub al-Sittah/jami’ al-Tirmidzi, hadits 2107, h. 1862.; Abu Dawud,

Sunan Abi Dawud, juz III, hadits 2909, h.; Ibnu Majah, Sunan Ibnu majah,

juz III, hadits 2729.

Al-Fauzan, Saleh, Fiqih Sehari-hari, Jakarta: Gema Insani, Shafar 1427H/Maret

2006M, Cet. Pertama.

Al-Qadir, Abd Manshur, Buku Pintar Fikih Wanita, Jakarta: Zaman, 2009, Cet.

Pertama.

Al-Zuhaily, Wahbah, al-Fiqh al-Islamy Wa Adillatuh, Damaskus: Dar al-Fikr, 1989.

Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Asymuni A. Rahman dkk, Ilmu Fiqh 3, Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan

Sarana IAIN Departemen Agama, 1986.

Dawud, Abu, Sunan Abi Dawud, juz IV, hadits 4564.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru van

Hoeve, 1999, Cet. Keenam, Jilid Ke-5.

Page 65: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

56

Hasbi, M. Ash-Shiddieqy, Fiqhul Mawaris (Hukum-hukum Kewarisan dalam Syariat

Islam), Jakarta: Bulan Bintang,1973, Cet. Pertama.

-----Fiqh Mawaris, Semarang: Pustaka Rizki Purta, 1999.

http://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Waris/Penjelasan.html

Jawad, Muhammad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, Jakarta: PT Lentera Basritama,

Rabiulawal 1425H/Mei 2004M, Cet. Kesebelas.

J. Lexy. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004.

Kamil, Syaikh Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita Edisi Lengkap, Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar, April 200, Cet. Kedua Puluh Empat.

Khairul, Dian Umam, Fiqih Mawaris, Bandung: CV Pustaka Setia, April 2006, Cet.

Kedua.

Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika Pressindo, 2007, Cet. Pertama.

Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Mesir, Ahkamul-Mawaarits fil-

Fiqhil-Islam, Mesir: Maktabah ar-Risalah ad-Dauliyyah, 2000.

Muhammad, Syaikh Al-Utsaimin, Shahih Fiqih Wanita Menurut Al-Qu’an dan As-

Sunnah, Jakarta: Akbarmedia, Shafar 1431H/Januari 2010M, Cet. Ketiga.

Muhammad, Asy-Syaikh bin Saleh Al-Utsaimin, Ilmu Mawaris Metode Praktis

Menghitung Warisan dalam Syariat Islam, Tegal Jateng: Ash-Shaf media,

Mei 2007.

Muhibbin, Moh, dan H. Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai

Pembaharuan Hukum Positif di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, Februari

2009, Cet. Pertama.

Muhyiddin Abdul Hamid, Muhammad, Ahkamu al-Mawaris fi al-Sari’ati al-

Islamiyyati ala madahib al-Aimmati al-Arba’ah, Sudan: 1416H/1996M.

Otje, H.R. Salman S dan Mustafa Haffas, Hukum Waris Islam, Bandung: PT Refika

Aditama, April 2006, Cet. Kedua.

----- Hukum Waris Islam, Bandung: PT RefikaAditama, 2002, Cet. Pertama.

Page 66: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

57

Rahman, A. Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah (Syariah), Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, Mei 2002, Cet. Pertama.

Rahman, Fatchur, Ilmu Waris, Bandung: PT Alma’arif. Rusdiana, Kama dan Jainal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta: UIN

Jakarta Press, November 2007, Cet. Pertama.

Riansyah, Aris. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kewarisan Adat Masyarakat

Kampung Naga di Tasikmalaya”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1430H/2009M.

R Gultom, Elfrida. Hukum Waris Adat di Indonesia, Jakarta: Literata, 2010.

Sanggona, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2003.

Soekanto, Soerjono, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: CV.Rajawali, Oktober 1981,

Cet. Pertama.

-----Hukum Adat Indonesia, Jakarta: UI-Press, 1986.

Soepono, Bab-bab tentang Hukum Adat, Jakarta: Penerbitan Universitas, 1996.

Subekti, R. Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Indonesia, 1977.

Sudiyat, Iman, Hukum Adat Sketsa Asas, Yogyakarta: Liberty, 198, Cet. Kedua.

Suparman, Eman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW,

Bandung: PT. Refika Aditama, Juni 2007, Cet. Kedua.

Thalib, Sajuti, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,

November 2004, Cet. Kedelapan.

Taqyuddin, Imam Abi Bakar bin Muhammad Husaini Husni al-Damsyiqii

Asysyaafi’I, Kifayatul Akhyaar, Bandung: Perpustakaan Ma’arif.

Usman, Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam,

Jakarta: Gaya Media, November 2002M/Ramadhan 1423H, Cet. Kedua.

Wawancara Pribadi dengan Kundang Feri. Purwakarta, 28 Februai 2011.

Page 67: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

58

Wawancara Pribadi dengan KH. Adnan Soleh. Purwakarta, 28 Februari 2011.

Wawancara Pribadi dengan Sofyan. Purwakarta, 10 Maret 2011.

Page 68: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 69: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

DATA INFORMAN

1. Nama : Kundang Feri

Alamat : Kp. Wangun Sari Rw 07/02, Desa Darangdan, Kec. Darangdan, Kab.

Purwakarta

Usia : 69 Tahun

Pekerjaan : Pensiun Kepala Desa Darangdan

Tanggal : 28 Februari 2011

Pertanyaan : Hukum kewarisan apa yang berlaku di Kampung Sukamaju?

Jawaban : Di kampung Sukamaju terdapat tiga sistem kewarisan, yaitu sistem

waris 2:1, sistem waris bagi rata, dan sistem waris berdasarkan adat

yang berlaku di kampung Sukamaju.

Pertanyaan : Bagaimana konsep pembagian warisan yang terjadi di kampung

Sukamaju?

Jawaban : Kebanyakan masyarakat kampung Sukamaju memakai konsep waris

berdasarkan adat yang berlaku di kampung Sukamaju.

Pertanyaan : Apa alasan dari sistem pembagian waris tersebut?

Jawaban : Alasan dari sistem waris tersebut yaitu untuk mencegah timbulnya

pertengkaran sesama ahli waris.

Pertanyaan : Dalam hal ahli awris, siapa saja yang menjadi ahli waris?

Jawaban : Anak-anaknya si mayat, kecuali si mayat tidak mempunyai anak

maka harta waris diberikan kepada saudara dekat (ibu, bapa, kakek,

nenek, dan kaka laki-laki si mayat)

Page 70: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

2. Nama : KH. Adnan Soleh

Alamat : Kampung Darangdan Rw 07/02, Desa Darangdan, Kec. Darangdan,

Kab. Purwakarta

Usia : 56 Tahun

Pekerjaan : Ketua MUI Desa Darangdan

Tanggal : 28 Februari 2011

Pertanyaan : Dalam pembagian waris, apakah ada perbedaan antara anak laki-laki

dan perempuan, kalau ada apa perbedaannya?

Jawaban : Ada, perbedaannya terletak dalam masalah pembagian rumah

pusaka. Apabila yang menjadi anak bungsu laki-laki maka rumah di

bagi dua dengan anak perempuan yang mempunyai jarak kelahiran

yang dekat dengan anak laki-laki, apabila anak bungsunya anak

perempuan, maka rumah pusaka secara keseluruhan diberikan kepada

anak bungsu perempuan.

Pertanyaan : Dalam pembagian warisan rumah, kenapa ada perbedaan ketika yang

menjadi anak bungsunya itu perempuan?

Jawaban : Perbedaan sistem waris dalam pembagian rumah pusaka karena anak

perempuan mempunyai peranan yang lebih ketika orang tuanya

sedang sakit/lanjut usia.

Pertanyaan : Bagaiman pengaruh anak perempuan mengenai hal pembagian

rumah dalam kewarisan?

Jawaban : Sebenarnya dalam hal pembagian warisan, anak perempuan tidak

mempunyai pengaruh terhadap pembagian harta waris hanya saja

Page 71: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

dalam hal ini anak perempuan mempunyai perenan lebih

dibandingkan dengan anak laki-laki.

Pertanyaan : Apakah perbedaan sistem pembagian warisan rumah tidak

berpengaruh terhadap kerukunan ahli waris?

Jawaban : Tidak, malahan sistem waris tersebut lebih baik dibandingkan

dengan sistem waris 2:1.

Pertanyaan : Bagaimana pelaksanaan pembagian waris, apakah bisa dibagikan

ketika pewaris masih hidup?

Jawaban : Pelaksanaan pembagian warisan di kampung Sukamaju ada yang

suka dilakukukan ketika orang tuanya masih hidup.

Pertanyaan : Bagaimana dengan prosesi berlangsungnya pembagian warisan?

Jawaban : Proses pembagian harta waris di kampung Sukamaju suka berjalan

dengan lancar, karena ketika pembagian warisannya itu suka

didampingi oleh orang yang dipercaya.

Page 72: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

3. Nama : Sofyan

Alamat : Kp. Cintung, Desa Depok, Kec. Bojong, Kab. Purwakarta

Usia : 61 Tahun

Pekerjaan : Kades Desa Darangdan

Tanggal : 10 Maret 2011

Pertanyaan : Bagaimana sistem kemasyarakatan di kampung Sukamaju?

Jawaban : Sistem kekerabatan di kampung Sukamaju terjalin baik, hal ini

terlihat apabila ada seorang warga yang sedang membangun rumah,

maka warga yang lainnya akan bergotong royong untuk membantu.

Pertanyaan : Apakah ada adat/kebiasaan yang sampai sekarang masih dilakukan

oleh masyarakat kampung Sukamaju?

Jawaban : Ada, adapun tradisi (kebiasaan) yang suka dilakukan oleh

masyarakat kampung Sukamaju adalah:

a. Acara peringatan hari besar Islam, seperti acara maulid Nabi

Muhammad SAW.

b. Tradisi Bangun Rumah, seperti menancapkan bendera di atap

rumah.

c. Tradisi dalam Perkawinan, seperti saweran.

Pertanyaan : Selain adat/kebiasaan tersebut di atas, apakah pada waktu dulu ada

adat/kebiasaan yang suka dilakukan?

Jawaban : Ada, adapun tradisi (kebiasaan) yang sudah ditinggalkan adalah:

a. Tradisi dalam perkawinan, seperti: injak telor, dan buka pintu

b. Tradisi bangun rumah, seperti: mengubur sesuatu di bawah tanah

Page 73: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

yang akan dijadikan ruang tamu, lama kelamaan ritual tersebut

hilang dengan sendirinya karena masyarakatnya menyadari bahwa

kebiasaan tersebut menyimpang dari ajaran Islam.

c. Larangan bepergian pada hari sabtu, karena suka dikait-kaitkan

dengan kejadian buruk yang menimpa keluarganya ketika

bepergian, seperti kecelakaan sehingga meninggal.

Pertanyaan : Apakah pada waktu dulu, kebiasaan bepergian pada hari sabtu

dilakukan oleh golongan mayoritas/minoritas?

Jawaban : Pada waktu dulu kebiasaan tersebut hanya dilakukan oleh

sekelompok minoritas masyarakat kampung Sukamaju.

Page 74: STATUS KEWARISAN ANAK PEREMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5743/1...Ilmu faraidh juga merupakan suatu ilmu yang harus dipelajari oleh umat manusia, karena

PEMERINTAH KABUPATEN PURWAKARTA

KECAMATAN DARANGDAN

DESA DARANGDAN

Jalan Raya:Kp. Darangdan RT/RW 23 /06, Darangdan-Purwakarta. 41163

SURAT KETERANGAN

Nomor: PAN.14/03/2011

Yang bertanda tangan di bawah ini kepala Desa Darangdan Kecamatan

Darangdan Kabupaten Purwakarta, menerangkan bahwa:

Nama : Tajul Muttaqin

Tempat Tanggal Lahir : Purwakarta, 22-11-1987

Nomor Pokok : 107044100525

Prodi/Jurusan : Ahwal as- Syakhshiyah

Alamat :Kp.Krajan RT/RW 04/02, Desa

Sindangpanon, Kec. Bojong, Kab.

Purwakarta

Orang tersebut di atas telah selesai melaksanakan penelitian di Kampung

Sukamaju dari tanggal 12 Desember 2010 sampai dengan tanggal 18 Maret 2011,

dan telah melakukan wawancara dengan masyarakat, Kepala Desa, Sekdes, ketua

MUI, dan masyarakat Desa Darangdan Kabupaten Purwakarta.

Demikian surat keterangan ini untuk dijadikan bahan seperlunya.

Darangdan, 21 Maret 2011

Kepala Desa Darangdan

Asep Yayan Rohyana