BAB 2 STANDAR PUSKESMAS RAWAT JALAN
BAB 2STANDAR PUSKESMAS RAWAT JALAN
Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja tertentu. Wilayah kerja Puskesmas
meliputi wilayah kerja administratif, yaitu satu wilayah kecamatan,
atau beberapa desa/kelurahan di satu wilayah kecamatan.Faktor luas
wilayah, kondisi dan jumlah penduduk, merupakan dasar pertimbangan
untuk membangun dan menentukan wilayah kerja Puskesmas. Agar peran
dan fungsi Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan yang berada
diujung paling depan dapat lebih maksimal melayani masyarakat, maka
setiap Puskesmas yang ada maupun yang akan didirikan harus memenuhi
standar baik scbagai Puskesmas rawat jalan, Puskesmas rawat inap,
Puskesmas rawat inap dengan PONED maupun Puskesmas rawat inap
PLUS.
2.1 Standar Manajemen dan Administrasi Puskesmas
Manajemen Puskesmas adalah proses rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematik di Puskesmas untuk menghasilkan
keluaran yang efektif dan efisien untuk semua pekerjaan
kegiatan.Administrasi Puskesmas adalah tata cara tulis menulis yang
dilakukan secara teratur, tertib, terarah dan seragam serta
mempunyai peranan dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok guna
mencapai tujuan organisasi.Manajemen dan administrasi di Puskesmas
rawat jalan meliputi:
1. Kelembagaan
2. Visi, misi, tujuan dan fungsi
3. Struktur organisasi dan uraian tugas
4. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan
5. Indikator kinerja
6. Jenis pelayanan
7. Alur pelayanan
8. Alur rujukan9. Jam kerja10. Standar Operasional Prosedur
(SOP)
11. Rekam medik12. Informed consent13. Pendelegasian pengobatan
dasar14. Hak dan kewajiban pasien15. Hak dan kewajiban penyedia
layanan
2.1.1 Kelembagaan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
pasal 30 menyebutkan bahwa semua fasilitas Pelayanan Kesehatan
harus mempunyai ijin yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Puskesmas
sebagai fasilitas kesehatan harus mempunyai ijin yang dikeluarkan
pemerintah Kabupaten/Kota atas usulan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.Secara kelembagaan, kedudukan Puskesmas dibedakan
menurut keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan Nasional, Sistem
Kesehatan Kabupaten/Kota.
1. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan Puskesmas adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan
strata pertama yang menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Sistem Kesehaten KabupateniKota
Kedudukan Puskesmas adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
sebagian tugas pembangunan kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah
kerjanya.
3. Antar sarana pelayanan kesehatan strata pertama
a. Kedudukan Puskesmas diantara berbagai sarana pelayanan
kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan
swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan,
poliklinik dan balai kesehatan masyarakat adalah sebagai mitra.b.
Kedudukan Puskesmas diantara berbagai sarana pelayanan kesehatan
berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina.
2.1.2 Visi, Misi, Tujuan dan Fungsi2.1.2.1 VisiVisi pembangunan
kesehatan di Puskesmas adalah Terwujudnya Kecamatan Sehat, yakni
sebuah Kecamatan dimana masyarakatnya hidup dalam lingkungan yang
sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata
agar tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.Rumusan
visi untuk masing-masing Puskesmas Viarus mengacu pada visi
tersebut dan digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat
serta wilayah kecamatan setempat.
2.1.2.2 Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah
adalah:
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya
b. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain
yang disenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek
kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan
perilaku masyarakat
c. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya
d. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya
dibidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan
menuju kemandirian untuk hidup sehat
e. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.f.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan
pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi
pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota
masyarakat.g. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,
keluarga, masyarakat beserUi lingkungannya, selalu berupaya
mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan
dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang
sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan oleli
Puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan
2.1.2.3 Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan Nasional
yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayali kerja
Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi tingginya
dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat.2.1.2.4 Fungsi
Fungsi Puskesmas adalah sebagai :1. Pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatanPuskesmas selalu berupaya menggerakkan dan
memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan
serta mendukung pembangunan kesehatan.Disamping itu Puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat, mcmiliki kesadaran, kemauan
dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup
sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya
sosial budaya masyarakat setempat
3. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer
Pelayanan kesehatan masyarakat primer adalah pelayanan yang
bersifat public goods dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan
masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, Keluarga Berencana, kesehatan jiwa
masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya
4. Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
lingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama yang menjadi
tanggung jawab Puskesmas adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pcmeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit
2.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas 2.1.3.1 Struktur
Organisasi
Struktur organisasi adalah bagan yang memperlihatkan tata
hubungan kerja antar bagian dan garis kewenangan, tanggung jawab
dan komunikasi dalam menyelenggarakan pelayanan dan antar unit
pelayanan di Puskesmas serta manajemennya.Struktur organisasi
Puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing
Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu
kabupaten/kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur
organisasi Puskesmas sebagai berikut:
1. Kepala Puskesmas2. Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab
membantu Kepala Puskesmas dalam pengelolaan:
a. Pengolahan data dan informasi, Perencanaan dan Penilaian
(SP2TP)b. Keuanganc. Kepegawaian dan umum
3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
a. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), terdiri dari UKM
pemberdayaan serta UKM surveilans dan pengendalian penyakit
1) UKM pemberdayaan terdiri dari penanggung jawab
a. Perkesmas (Keperawatan Kesehatan Masyarakat)
b. UKS dan ARU
c. Perbaikan gizi
d. Kesehatan lingkungan
e. Kesehatan jiwa
f. Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
g. Pemberdayaan dan promosi kesehatan
h. Kesehatan Indera
i. Battra, Kesehatan Indera dan Olah Raga
j. Kesehatan keluaiga k. Poskestren
2) UKM surveilans dan pengendalian penyakit.
a. Imunisasi
b. P2 Demam Berdarah Dengue ( DBD)
c. P2 Diare
d. P2 Tuberculosis
e. P2 Morbus Hansen/Kusta
f. P2 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
g. Wabah Surveilans
h. Natkotika, Ps\kcfaop\ka dat\ Zat aktif (Napxa)
b. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di Puskesmas yaitu UKP rawat
jalan yang terdiri dari penanggung jawab:
1) Poli Umum
2) Poli KIA/KB
3) Poli Gigi
4) Klinik Gizi
5) Ambulans
6) Unit Gawat Darurat
7) Radiologi
8) Laboratorium
9) Apotik dan gudang obat
10) Puskesmas keliling
4. Jaringan pelayanan Puskesmas meliputi:
a. Unit Puskesmas Pembantu, yang membawahi/mengkoordinir
beberapa bidan desa yang mejadi wilayah binaannya
b. Ponkesdes ( Pondok Kesehatan Desa)
c. Polindes?
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS
Gambar 2.1. Struktur organisasi Puskesmas rawat jalan
Keterangan:
Garis pertanggung jawaban
Polindes sebagai UKBM tetapi bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Puskesmas
Dalam realisasi pelaksanaan penyusunan struktur organisasi dan
penempatan petugas dapat dilakukan secara fleksibel, bergantung
kepada jumlah dan jenis tenaga, kegiatan dan fasilitas di
masing-masing Puskesmas. Selain itu, juga dapat dimodifikasi sesuai
kemudahan koordinasi dan integrasi personal maupun program serta
akses layanan.
2.1.3.2 Uraian Tugas
Uraian tugas adalah pernyataan tertulis untuk setiap tingkat
jabatan dalam unit kerja yang mencerminkan fungsi, tanggung jawab
dan kualitas yang dibutuhkan. Uraian tugas merupakan dasar utama
untuk dapat memahami dengan tepat tugas dan tanggung jawab serta
akuntabilitas setiap petugas di Puskesmas dalam melaksanakan peran
dan fungsinya.Setiap petugas di Puskesmas harus mempunyai uraian
tugas yang memuat tanggung jawab, wewenang dan hubungan kerja antar
sesama petugas. Uraian tugas dibuat dan dipantau pelaksanaan
tugasnya oleh Kepala Puskesmas (contoh lampiran 1).Beberapa contoh
ringkasan uraian tugas : Kepala Puskesmas
1. Mempunyai tugas pokok dan fungsi memimpin, mengawasi dan
mengkoordinir kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan
struktural dan jabatan fungsional
2. Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis Puskesmas
3. Memimpin pelaksanaan kegiatan di Puskesmas
4. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi
program/kegiatan Puskesmas
5. Mempunyai jadwal tetap untuk menyelenggarakan pertemuan
berkala
6. Membina petugas puskesmas
7. Bertanggung jawab mengenai pendidikan berkelanjutan,
orientasi dan program pelatihan staf untuk menjaga kemampuan dan
meningkatkan pelayanan sesuai kebutuhan
8. Melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas program
9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala Wilayah
Kepala Urusan Tata Usaha
1. Mempunyai tugas pokok di bidang kepegawaian
2. Mencatat keluar masuknya keuangan
3. Menjaga kelengkapan alat-alat yang diperlukan
4. Mengarsipkan surat masuk dan surat keluar
5. Mendokumentasikan pencatatan dan pelaporan.
Dokter/ Dokter Gigi
1. Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan medik dengan
penuh tanggung jawab sesuai keahlian dan kewenangannya serta sesuai
standar profesi dan peraturan perundangan yang berlaku
2. Melaksanakan pelayanan medik sesuai SOP, Standar Pelayanan
Minimal (SPM), tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
kepala Puskesmas
3. Mengidentifikasi, merencanakan, memecahkan masalah,
mengevaluasi program kesehatan/gigi.
4. Memberikan penyuluhan kesehatan dengan pendekatan promotif
dan edukatif
5. Menyusun pelaporan dan rekam medik yang baik, lengkap serta
dapat dipertanggung jawabkan
6. Melaksanakan dan meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas
Bidan/Perawat/Perawat gigi
1. Menyusun rencana kerja teknis kebidanan/keperawatan
2. Melaksanakan kegiatan kebidanan/keperawatan
3. Melaksanakan asuhan kebidanan/keperawatan/gigi dan mulut
2. Melaksanakan pelayanan kebidanan/keperawatan sesuai standar
prosedur operasional, SPM, tata kerja dan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh kepala Puskesmas
1. Membuat catatan pelaporan dan rekam medik secara baik,
lengkap serta dapat dipertanggung jawabkan
3. Melaksanakan evaluasi kegiatan kebidanan / keperawatan
4. Meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas
5. Melaporkan pelaksanaan kegiatan kebidanan / keperawatan
secara berkala kepada penanggung jawab
Apoteker/ Asisten Apoteker
1. Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian sesuai SOP, SPM,
tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Apoteker dan
Kepala Puskesmas
2. Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian dengan penuh
tanggung jawab sesuai keahlian dan kewenangannya
2. Membuat pencatatan dan pelaporan secara baik, lengkap serta
dapat dipertanggungjawabkan3. Meningkatkan mutu pelayanan di
Puskesmas4. Beserta Kepala Puskesmas menyusun perencanaan upaya
kefarmasian
Analis Kesehatan
1. Melaksanakan pelayanan laboratorium sesuai SOP, SPM, tata
kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan dan kepala Puskesmas
2. Melaksanakan upaya pelayanan laboratorium dengan penuh
tanggung jawab sesuai keahlian dan kewenangannya
3. Membuat pencatatan dan pelaporan yang perlu secara baik,
lengkap serta dapat dipertanggungjawabkan
2. Melaksanakan upaya pelayanan laboratorium sesuai standar
profesi dan mematuhi peraturan pemndangan yang berlaku
3. Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas
4. Beserta Kepala Puskesmas menyusun perencanaan upaya pelayanan
laboratorium.
Petugas Kamar Obat
1. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan perbekalan
kesehatan yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh kamar obat
dalam bentuk buku catatan mutasi obat
2. Menyerahkan obat sesuai resep ke pasien
3. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat
kepada pasien
2. Membuat laporan pemakaian dan permintaan obat serta
perbekalan kesehatan
Petugas Gudang Obat
1. Penerimaan, penyimpanan, pendistribusian obat dan perbekalan
kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Pengendalian penggunaan persediaan dan pencatatan pelaporan3.
Menjaga mutu dan keamanan obat serta perbekalan kesehatan
Tenaga lainnyaMelaksanakan dan memberikan upaya pelayanan untuk
menunjang kegiatan pelayanan Puskesmas dengan penuh tanggung jawab
sesuai tugas dan fungsinya
2.1.4 Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Kegiatan
1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana Puskesmas untuk
mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
a. Perencanaan dibuat setiap tahun dan diberikan indikator
kinerja untuk menilai pelaksanaan kegiatan.
b. Setiap awal tahun Puskesmas membuat perencanaan terlebih
dahulu dan kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana kegiatan yang telah dibuat.
c. Perencanaan disusun meliputi upaya kesehatan wajib, upaya
kesehatan pengembangan dan upaya inovatif baik terkait dengan
pencapaian target maupun mutu Puskesmas.
d. Perencanaan kegiatan disampaikan pada mikroplanning di
Puskesmas yang kemudian menjadi perencanaan tingkat Puskesmas yang
meliputi persiapan, analisis situasi, Rencana Usulan Kegiatan
(RUK), Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau plan of action
(POA).
2. Pelaksanaan dan pengendalian
Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses penyelenggaraan,
pemantauan serta penilaian terhadap kinerja penyelenggaraan rencana
tahunan Puskesmas.Rencana kegiatan harus dilaksanakan secara
efektif dan efisien serta dilakukan evaluasi untuk mencapai
indikator kinerja yang telah ditentukan.
3. Evaluasi kegiatan
Penyelenggaraan kegiatan hams diikuti dengan kegiatan evaluasi
yang dilakukan secara berkala. Kegiatan evaluasi mencakup hal-hal
sebagai berikut:
a. Evaluasi dibedakan dua hal, yaitu
1) Telaah internal, yaitu telaah bulanan terhadap
penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai oleh Puskesmas,
dibandingkan dengan rencana dan standar pelayanan2) Telaah
eksternal, yaitu telaah triwulan terhadap hasil yang dicapai
dikaitkan dengan sektor lain terkait yang ada di wilayah kerja
Puskesmas. Telaah triwulan ini dilakukan dalam lokakarya mini
triwulan Puskesmas secara lintas sektor. Sumber telaahan eksternal
bisa berasal dari hasil survey/lndeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
b. Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai
dengan pencapaian kinerja Puskesmas serta masalah dan hambatan yang
ditcmukan dari hasil telaahan bulanan dan triwulan
2.1.5 Indikator Kinerja
Indikator adalah suatu suatu alat yang dipeigunakan untuk
mengukur hasil kerja. Indikator kinerja di Puskesmas adalah
variabel untuk mengukur prestasi pelaksanaan kegiatan dalam kurun
waktu tertentu. Indikator Kinerja di Puskesmas dibuat berdasarkan
pada SPM, Millenium Development Goals (MDGs) dan Renstra
Kementerian Kesehatan.Indikator kinerja mempunyai tujuan untuk
mendapatkan gambaran pencapaian hasil kegiatan dan mutu pelayanan
Puskesmas dan manfaat untuk melaksanakan manajemen kontrol dan
mendapatkan bahan masukan untuk mendukung pengambilan keputusan
dalam rangka perencanaan tahun yang akan datang.Definisi
operasional dan cara penghitungan Indikator kinerja Puskesmas
tercantum dalam lampiran 2 serta penjelasannya pada lampiran 3.
2.1.6 Jenis Pelayanan
Pelayanan yang dilakukan Puskesmas adalah: 1. Pelayanan didalam
gedung
a. Administrasig.Pelayanan KIA/KB
b. Promosi kesehatanh.Klinik sanitasi
c. Pelayanan pengobatan dasari.
Pelayanan kefarmasian
d. Klinik gizi dan laktasij.
Pelayanan laboratorium
e. Klinik gigi dan mulutk.Persalinanf. Pelayanan gawat
darurat
2. Pelayanan diluar gedunga. Promosi kesehatane.Penanggulangan
penyakit
b. Kesehatan lingkunganf.Puskesmas keliling
c. Pelayanan KIA/KBg.Pelayanan medik gigi dan mulut
d. Pelayanan gizih.Perkesmas2.1.7 Alur Pelayanan
Alur pelayanan yaitu kemudahan dan kepastian tahapan pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat. Alur pelayanan yang harus ada
adalah alur pelayanan Puskesmas (lampiran 4), alur pelayanan kamar
bersalin, alur pelayanan laboratorium dan lain-lain.Alur pelayanan
pasien gawat darurat disesuaikan dengan kasus agar segera mendapat
penanganan.
2.1.8 Alur rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal
balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana
pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya,
maupun seara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan
kesehatan yang sama.Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal,
yakni: 1. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah rujukan
kasus penyakit. Apabila Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu
kasus penyakit tertentu, maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya
ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu, baik ke Puskesmas
rawat inap, Puskesmas rawat inap dengan PONED dan Puskesmas rawat
inap PLUS maupun Rumah Sakit. Rujukan upaya kesehatan perorangan
dibedakan atas tiga macam:
a. Rujukan kasus
Rujukan kasus dapat dilakukan untuk keperluan:
1) Pengobatan yang memerlukan observasi dan rawat inap
2) Tindakan medik
3) Memeriukan pelayanan spesialistik
b. Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen)
Rujukan specimen dapat dilakukan untuk keperluan diagnostik,
seperti pemeriksaan BTA, kimia klinik, radiologi, USG dan EKG
c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang
lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga Puskesmas dan
ataupun menyelenggarakan pelayanan medik di Puskesmas
2. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah rujukan
masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa,
pencemaran lingkungan dan bencana.Rujukan pelayanan kesehatan
masyarakat dilakukan bila Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan
dan tidak mampu menanggulangi upaya kesehatan masyarakat, maka
Puskesmas wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2.1.9 Jam Kerja
Jam kerja Puskesmas disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan
diberlakukan berdasarkan peraturan daerah yang telah
ditetapkan.
2.1.10 Standar Operasional Prosedur
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu perangkat
instruksi/ langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses
kerja rutin tertentu dengan memberikan langkah-langkah yang benar
dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan
berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan untuk membantu mengurangi
kesalahan dan pelayanan sub standar.SOP bermanfaat sebagai acuan
dan dasar bagi tenaga pelaksana dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan bermutu. Selain hal tersebut standar dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pekerjaan, serta melindungi masyarakat
dari pelayanan tidak bermutu. Staf medis dan non medis berperan
aktif dalam pembuatan SOP serta disahkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan/Kepala Puskesmas.SOP harus disertai dengan instruksi
kerja yang menjelaskan secara rinci tata cara tentang hal tersebut
diatas. Seluruh kegiatan yang berkaitan harus dilaksanakan sesuai
dengan prosedur dan instruksi kerja yang ada. SOP dan instruksi
kerja tersebut harus dievaluasi secara berkala.Daftar minimal SOP
yang dimiliki Puskesmas pada lampiran 5 SOP yang harus dimiliki
Puskesmas ada 2 macam, yaitu :
1. SOP medis (contoh dan macam SOP pada lampiran 7)
2. SOP non medis (contoh pada lampiran 6), minimal mencakup:
a. Pendaftaran, penerimaan dan pemulangan pasien
b. Pelayanan pasien Jamkesmas, Jamkesda dan Jampersal
c. Pengiriman pasien yang akan dirujuk inter dan antar sarana
pelayanan kesehatan lain
d. Persetujuan/penolakan tindakan medis
e. Petnbayaran di Unit Gawat Darurat dan kebijakan perkecualian
bagi keluarga miskin
f. Manajemen keluhan bagi pasien, keluarga, pengunjung
g. Pengisian kartu rawat jalan
h. Penerimaan, penyimpanan dan pemusnahan spesimen i.
Pemeriksaan laboratorium
2.1.11 Rekam Medik
Menurut Peraturan Meutevv Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER7I1I/2008, Rekam medik adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien (lampiran 8)Rekam medik merupakan data medik pasien
tertulis, yang dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang sah
menurut hukum, dan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
1. Rekam medik harus disediakan untuk setiap kunjungan
2. Rekam medik harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas
serta harus sesuai standar yang ditetapkan menurut jenis
pelayanan
3. Isi rekam medik untuk pasien rawat jalan sekurang-kurangnya
memuat:
a. Identitas pasien (nama, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat
dan pekerjaan)
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat/perjalanan penyakit
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik yang
dilakukan
e. Dokumentasi hasil pemeriksaan
f. Diagnosis penyakit
g. Rencana penatalaksanaanh. Pengobatan dan/atau tindakan
medik
i. Identitas dan tanda tangan dari dokter yang menangani
j. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
k. Persetujuan tindakan bila diperlukan
Rekam Medik disebut lengkap bila telah berisi seluruh informasi
tentang pasien sesuai dengan formulir yang disediakan, isi rekam
medik harus lengkap dan benar
4. Dokter, perawat dan bidan bertanggung jawab akan kebenaran
dan ketepatan pengisian rekam medik5. Setiap pemberian pelayanan
kesehatan oleh para tenaga kesehatan wajib disertai dengan
pemberian catatan pada berkas rekam medik6. Pasien rujukan harus
disertai dengan informasi alasan rujukan
2.1.12 Informed Consent
Persetujuan tindakan medik {informed consent) adalah persetujuan
tertulis maupun lisan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya
terhadap tindakan kedokteran/ kedokteran gigi yang akan dilakukan
dokter, perawat dan bidan terhadap pasien (contoh persetujuan dan
penolakan tindakan medik pada lampiran 9 dan 10).
1. Setiap tindakan medik yang mengandung risiko tinggi harus
dengan persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan2. Informasi tentang tindakan medik harus
diberikan kepada pasien, baik diminta maupun tidak diminta3.
Persetujuan/penolakan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan
oleh pasien setelah yang bersangkutan mendapat penjelasan secara
lengkap dari tenaga kesehatan yang sekurang-kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medik
b. Tujuan tindakan medik yang dilakukan
c. Altematif tindakan lain dan resikonya
d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
4. Persetujuan Informed Consent
a. Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental,
persetujuan diberikan oleh orang tua/walib. Bagi pasien dibawah
umur 21 (dua puluh satu) tahun yang tidak tnempunyai orang tua/wali
dan atau orang tua/wali berhalangan, persetujuan dapat diberikan
oleh keluarga terdekatc. Dalam hal pasien tidak sadar/pingsan,
tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medik berada
dalam keadaan gawat dan atau darurat yang memerlukan tindakan medik
segera untuk kepentingannya maka tidak diperlukan persetujuan dari
siapapun
2.1.13 Pendelegasian Pengobatan Dasar
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh
dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis
dan pemeriksaan.Adanya pelimpahan kewenangan dari dokter Puskesmas.
Pendelegasian pengobatan dasar dapat diberikan oleh Kepala
Puskesmas kepada perawat yang ditempatkan di Puskesmas dan
jaringannya untuk melaksanakan pengobatan dasar dengan baik (contoh
lampiran 11).Pendelegasian pengobatan dasar di Puskesmas dan
jaringannya dalam melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan
kepada perawat. Hal ini dapat dilakukan karena:
1. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa
seseorang/pasien dan tidak ada dokter ditempat kejadian2.
Perawat/Bidan merupakan petugas kesehatan dari Puskesmas yang
ditempatkan di Puskesmas Pembantu dan Ponkesdes dan hams
melaksanakan program pemerintah berupa pengobatan dasar sesuai
dengan SOP3. Keadaan situasional tertentu seperti jumlah yang
banyak yang tidak dapat ditangani oleh dokter yang ada atau ada
KLB
2.1.14 Hak dan Kewajiban Pasien
1. Hak pasien
Setiap pasien Puskesmas mempunyai hak :
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan
pelayanan yang berlaku di Puskesmasb. Mendapatkan informasi atas
:
1) Penyakit yang diderita
2) Tindakan medis yang akan dilakukan dan kemungkinan penyulit
sebagai akibat tindakan tersebut, cara mengatasinya dan altematif
lainnya
3) Upaya pencegahan agar penyakit tidak kambuh lagi, atau
pencegahan agar anggota keluarga/orang lain tidak menderita
penyakit yang sama
c. Meminta konsultasi medisd. Menyampaikan pengaduan, saran,
kritik dan keluhan berkaitan dengan pelayanane. Memperoleh layanan
yang bermutu, aman, nyaman, adil, jujur dan manusiawif. Hasil
pemeriksaan yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan, tujuan
tindakan, alternatif tindakan, resiko, biaya dan komplikasi yang
mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukang.
Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
kecuali untuk kasus KLB dan kasus yang dapat membahayakan
masyarakath. Keluarga dapat mendampingi saat menerima pelayanan
kesehatan
2. Kewajiban pasien
a. Membawa kartu identitas (KTP/SIM) atau mengetahui alamat
dengan jelas untuk kunjungan pertama kalib. Membawa kartu
berobat:
1) Pengguna layanan PT.ASKES membawa kartu ASKES
2) Pengguna layanan GAKIN membawa kartu ASKESKIN atau
JAMKESDA
3) Pengguna layanan umum yang sudah pernah berkunjung membawa
kartu kunjungan/berobat
c. Mengikuti alur pelayanan Puskesmasd. Mentaati aturan
pelayanan dan mematuhi nasehat serta petunjuk pengobatane.
Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang masalah
kesehatannya kepada tenaga kesehatan di Puskesmas
2.1.15 Hak dan Kewajiban Penyedia Layanan
1. Hak penyedia layanan
a. Membuat peraturan yang berlaku di Puskesmas sesuai dengan
kondisinya secara partisipatif
b. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya
2. Kewajiban penyedia layanan
a. Melakukan pelayanan sesuai dengan prosedur tetap/SOP
pelayanan
b. Memberikan informasi pelayanan kepada pengguna layanan, baik
itu waktu, persyaratan, hasil dan biaya serta kompensasi
pelayanan
c. Memberikan teguran bagi pengunjung yang tidak mentaati
ketentuan pelayanan dan memberikan saran agar tidak terulang
lagi
d. Berusaha untuk memenuhi kebutuhan pengguna layanan semaksimal
mungkin, sehingga tercapai kepuasan pengguna layanan
e. Melakukan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap
pelayanan2.2 Standar Sumber Daya
Pemilik sarana kesehatan yang menyelenggarakan Pelayanan Medik
Dasar bertanggung iawab terhadap tersedianya sarana, prasarana,
sumber daya manusia (SDM) dan peralatan sedemikan rupa sehingga
visi dan misi Puskesmas dapat tercapai. Pengclolaan sumber daya
Puskesmas
1. Setiap sumber daya Puskesmas harus dikelola dan dicatat
dengan benar serta disimpan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
2. Pelaksanaan pengelolaan harus dievaluasi secara berkala
3. Ada upaya pengendalian efisiensi terhadap sumber daya yang
ada di Puskesmas Puskesmas memiliki sumber daya yang diperlukan
untuk penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan, meliputi:
2.2.1 Bangunan dan ruang2.2.2 Sumber daya manusia2.2.3
Peralatan2.2.4 Obat-obatan dan perbekalan kesehatan.
2.2.1 Bangunan dan Ruang
I. Bangunan
1. Lingkungan bangunan harus mempunyai batas yang jelas
dilengkapi dengan pagar untuk menjaga agar orang atau binatang
peliharaan tidak keluar masuk dengan bebas
2. Lingkungan Puskesmas harus merupakan kawasan bebas asap
rokok
3. Lokasi Puskesmas hendaknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Pencapaian/aksesibilitas yang mudahb. Bebas dari pencemaran,
banjir dan tidak berdekatan dengan rel kereta api, tempat bongkar
muat barang, tempat bermain anak dan limbah pabrik
4. Lahan
a. Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali
luas bangunan. Luas lahan untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali
luas bangunan lantai dasar
b. Kontur lahan dalam kondisi datar, tidak ada kemiringan yang
ekstrim
5. Area pelayanan
a. Pelayanan darurat letaknya harus menjamin kecepatan akses dan
mempunyai pintu masuk yang terpisah
b. Pelayanan administrasi, kantor administrasi umum hendaknya
berdekatan dengan pintu utama Puskesmas
c. Pelayanan persalinan terletak dan dirancang untuk mencegah
lalu lintas aktivitas yang tidak berhubungan. Ruang persalinan
hendaknya tidak bising dan bersih. Ruang persalinan hendaknya
terpisah, tetapi mempunyai akses yang cepat dari ruang persalinand.
Ruang perawat hendaknya terletak pada lokasi yang dapat mengamati
pasien
6. Tersedia gambar denah bangunan untuk mendukung kelancaran
pelayanan Puskesmas7. Kriteria bangunan yang memenuhi syarat
minimal kesehatan
a. Konstruksi bangunan kuat utuh, terpelihara, bersih, dan dapat
mencegah penularan penyakit serta kecelakaanb. Lantai
1) Bersih, kuat, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan
2) Lantai harus porselen/plastik khusus untuk ruang tindakan
medik
c. Dinding
1) Permukaan rata, bersih
2) Dinding harus dicat dengan bahan yang bisa dicuci atau
dilapis keramik
3) Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran bisa
terlihat dengan mudah
d. Pencahayaan
1) Ruangan diterangi cahaya alami/lampu listrik sehingga pasien
dan tulisan dapat terbaca tanpa sumber cahaya tambahan
2) Semua jendela ruang tindakan diberi kawat nyamuk/penapis
pencegah masuknya serangga
e. Ventilasi
1) Ventilasi memadai dan sirkulasi udara baik. Luas ventilasi
alamiah yang permanen minimal 5% dari luas lantai
2) Kipas angin atau pengatur suhu ruangan harus berfungsi
baik
3) Ventilasi pada laboratorium menggunakan exhausfan dan
dialirkan pada udara luar
f. Atap : terbuat dari bahan yang kuat, tidak bocor, bebas
serangga dan tikus, tinggi langit langit antara 2,70 m sampai 3,3 m
dari lantaig. Keselamatan dan Keamanan (Patient Safety)
Seluruh bangunan harus memenuhi aspek keamanan pasien dan orang
yang berada di Puskesmas, dimana;
1) Minimum tersedia dua buah pintu keluar
2) Pintu keluar langsung berhubungan dengan tempat terbuka di
luar bangunan
3) Puskesmas mempunyai pemadam kebakaran, seperti pemadam api
atau selang yang mudah dilihat dan mudah dicapai pada lokasi
strategis
4) Aspek keamanan pas:ien, antara lain
a) Pegangan sepanjang tanggab) Toilet dilengkapi dengan
peganganc) Pintu dapat dibuka dari luar
h. Tersedia listrik dengan daya sesuai kebutuhan. Aliran listrik
berfungsi baik, dan steker terpasang aman dan kokoh dan semua lampu
berfungsi baik
i. Tersedia air bersih
1) Untuk kebutuhan karyawan dan pengunjung Puskesmas sebanyak
15-20 liter/orang/hari
2) Memenuhi syarat kualitas fisik, kimia, bakteriologis sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
j. Wastafel dengan air mengalir
1) Harus tersedia pada setiap ruangan periksa, ruang UGD, poli
gigi, ruang KIA, ruang pengobatan, ruang suntik, ruang laboratorium
dan ruang lainnya yang memerlukan air
2) Dilengkapi dengan dispenser sabun cair atau zat anti septik,
khusus untuk ruang tindakan dianjurkan dalam dispenser dengan pompa
siku
3) Terpelihara dan selalu bersih
4) Tersedia lap pengering tangan atau alat pengering tangan
k. Kamar mandi dan WC
1) Kamar mandi dan WC harus terpisah antara laki-laki, wanita,
karyawan dan pengunjung
2) Tersedia cukup air bersih dan sabun
3) Selalu terpelihara dalam keadaan bersih dan tidak bau
4) Lubang penghawaan ventilasi harus berhubungan langsung dengan
udara luar
5) Ada himbauan, slogan dan peringatan untuk rnemelihara
kebersihan
l. Unit Gawat Darurat
1) Lokasi harus berada di bagian depan Pu>kesmas, mudah
dijangkau oleh masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam
dan luar Puskesmas
2) Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda
3) Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di
depan pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan
4) Pintu UGD harus dapat dilalui brankar
II. Ruang
a. Setiap Puskesmas memiliki fasilitas ruangan yang lengkap dan
digunakan seluruhnya, ditata menurut alur kegiatan dengan
memperhatikan ruang gerak petugas dan dievaluasi pemanfaatannya
b. Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan/pencahayaan
yang cukup
c. Ruangan Puskesmas harus terlihat bersih, bebas debu, kotoran,
sampah atau limbah, tersedia tempat sampah, atap bersih dan terawat
dan tidak ada sarang laba-laba. Hal ini juga berlaku untuk lantai,
mebel, perlengkapan dan instrumen, pintu dan jendela, dinding,
steker listrik dan langit-langitd. Standar minimal ruangan
Puskesmas rawat jalan terdapat pada lampiran 12
2.2.1.1 Penanganan Sampah dan Limbah
I. Penanganan Sampah
1. Sampah infeksius harus dipisahkan dengan sampah non
infeksius
2. Setiap ruangan harus disediakan tempat sampah terbuat dari
bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mudah
dibersihkan serta dilengkapi dengan kantong plastik dengan warna
dan lambang sebagai berikut.
a. Sampah infeksius menggunakan kantong plastik berwarna kuning.
Benda tajam dan jarum ditampung pada wadah khusus seperti botol
kaca. Sampah dimusnahkan didalam insinerator atau dibawa ke
Puskesmas terdekat yang memiliki insinerator
b. Sampah domestik/umurn menggunakan kantong plastik berwarna
hitam.Terpisah antara sampah basah dan kering, dapat diolah
sendiri, dikubur, dibakar atau diangkut/dibuang ke Tempat
Pembuangan sampah Akhir ( TPA)
3. Jumlah tempat sampah minimum 1 (satu) buah tiap kamar atau
setiap radius 10 meter dan radius 20 meter untuk ruang tunggu.Wadah
sampah tertutup dengan kantong plastic
4. Tempat pengumpulan dan penampungan sampah sementara segera
didesinfeksi setelah dikosongkan
II. Limbah
1. Jenis dan definisi limbah Puskesmas
a. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah container bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat
yang tinggib. Limbah non medis padat adalah limbah padat yang
dihasilkan dari kegiatan diluar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya.c. Limbah cair adalah semua air buangan
termasuk tinja yang berasal dari kegiatan Puskesmas yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.d. Limbah gas adalah semua
limbah berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di
puskesmas seperti insinerator, dafur, perlengkapan generator,
anestesi dan pembuatan obat sitotoksik.
2. Penanganan Limbah
a. Limbah medis padat
1) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah harus anti bocor,
anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka
2) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat
digunakan kembali. Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada
tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman
3) Tempat perwadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksik
yang tidak langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan
dengan larutan desinfektan apabila akan digunakan kembali sedangkan
untuk kantong plastik yang telah dipakai dankontak langsung dengan
limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi4) Limbah medis sangat
infeksius, infeksius dan patologi anatomi dapat dimasukkan dalam
kantong plastik yang kuat dan anti bocor atau kontainer warna
kuning5) Penanganan limbah infeksius yang berasal dari poli dan
ruang bersalin hams direndam dalam larutan kaporit 3% selama satu
malam, direbus mendidih selama 1 jam atau dipanaskan dalam
autoclave selama 15 menit dan kemudian dibakar atau ditanam dalam
tanah6) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis
padat disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Bagi Puskesmas yang
tidak mempunyai incinerator, maka limbah medis padatnya hams
dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak
lain yang mempunyai incinerator selambat-lambatnya dalam 24 jam
apabila disirnpan pada suhu ruang
b. Limbah non medis padat
1) Dilakukan pemilahan limbah non medis padat antara limbah
basah dan limbah kering
2) Terdapat minimal 1 (satu) buah wadah yang terbuat dari bahan
yang kuat,cukup ringan,tahan karat, kedap air dan mempunyai
permukaan yang mudah dibersihkan misalnya fiberglass untuk setiap
kamar
3) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 X 24
jam supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit4) Limbah
ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
c. Limbah cair
1) Puskesmas harus memiliki Instalasi Pengolahan Limbah cair
sendiri atau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan di
sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis.2) Air limbah dari
dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus
dilengkapi/ditutup dengan grill.3) Saluran pembuangan air limbah di
Puskesmas dibuang ke septic tank yang dilengkapi dengan sumur
peresapan .Limbah cair medis bekas cucian pasien harus dialirkan ke
septic tank, sebelum dibuang ke saluran umum. Tersedia septic tank
yang memenuhi syarat kesehatan.4) Saluran limbah harus tertutup,
kedap air, limbah harus mengalir dengan lancer, terpisah dengan
saluran air hujan,bersih dari sampah dan dilengkapi penutup dengan
bak control setiap 5 meter.5) Pembuatan saluran air limbah setelah
SPAL dengan cara diresapkan kedalam tanah.6) Kualitas effluent yang
layak dibuang kedalam lingkungan harus memenuhi persyaratan baku
mutu. Semua limbah cair buangan Puskesmas harus masuk kedalam bak
penampungan pengelolaan limbah
d. Limbah gas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pernusnah limbah
medis padat mengacu dengan insinerator pada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor Kep-13.H/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak.
2.2.2 Sumber Daya Manusia (SDM)
Perencanaan SDM Kesehatan merupakan salah satu unsur utama yang
menekankan pentingnya upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi
SDM sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. Untuk
memantapkan sistim manajemen SDM Kesehatan perlu dilakukan
perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan pemberdayaan profesi
kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
004/Menkes/SK/ I /2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Desentralisasi Bidang Kesehatan.
Setiap Puskesmas harus memiliki kepala/penanggung jawab seorang
sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup
kesehatan masyarakat dan telah mengikuti pelatihan dalam bidang
manajemen Puskesmas. Pctugas teknis Puskesmas harus mengikuti
pelatihan dalam bidang teknis yang berkaitan. Pembuktian berupa:
ijazah, Surat Keputusan pengangkatan pegawai, sertifikat/surat
keterangan pelatihan.Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman
Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit, maka pola ketenagaan minimal
untuk penyelenggaraan manajemen Puskesmas rawat jalan sesuai
standar minimal ketenagaan di Puskesmas (lampiran 13) 2.2.3
Peralatan
Persyaratan peralatan di Puskesmas adalah
1) Peralatan yang ada harus dirawat dengan baik agar fungsinya
tetap terjaga
2) Setiap peralatan yang digunakan untuk kegiatan harus
mempunyai penanggung jawab dalam hal penggunaan dan pemeliharaan
peralatan yang menjadi tanggung jawabnya. Kinerja setiap penanggung
jawab harus dievaluasi
3) Puskesmas dan setiap ruangan di Puskesmas mempunyai daftar
inventaris barang
a. Pemeliharaan peralatan di Puskesmas
Pemeliharaan peralatan mempunyai tujuan mencegah resiko
kerusakan peralatan yang digunakan untuk diagnosis, pengobatan,
pemantauan dan perawatan pasien
1) Setiap peralatan harus masuk dalam daftar inventaris
2) Peralatan harus terlihat bersih sehabis dipakai ,langsung
dicuci, atau disetrika, disimpan pada tempatnya dengan rapi dan
tertutup sehingga tidak ada debu yang menempel
3) Semua peralatan harus bersih dari debu, kotoran, bercak dan
cairan, dll
4) Permukaan alat
a) Permukaan instrumen metal harus bebas karat/cacat
/terkelupas
b) Permukaan peralatan yang dicat harus utuh dan bebas dari
goresan/cacatc) Peralatan dari plastik atau kain pelapis harus utuh
(tidak bocor/robek)
5) Instrumen yang siap digunakan harus dalam keadaan steril6)
Roda peralatan jika ada harus lengkap dan berfungsi baik7) Setiap
Puskesmas harus mempunyai prosedur baku disertai dengan instruksi
kerja yang menjelaskan secara rinci tata cara penggunaan alat.8)
Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan, kalibrasi dan
perbaikan peralatan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan
instruksi kerja yang ada.Prosedur dan instruksi kerja tersebut
harus dievaluasi secara berkala9) Pasokan oksigen harus dievaluasi
secara berkala, dengan ketentuan
a) Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan
pengukur aliran
b) Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh
c) Harus ada pengatur kadar oksigenb. Peralatan Keamanan dan
Keselamatan Kerja (K3)
1) Setiap Puskesmas harus dilengkapi dengan peralatan keamanan
yang diperlukan untuk melindungi petugas dan orang di sekitarnya2)
Peralatan K3 minimal adalah Set peralatan pencegahan infeksi/APD
set (apron/celemek, pengaman mata/kaca mata goggle, masker, sarung
tangan, sepatu karet tertutup/boot), alat Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K) dan pemadam kebakaran3) Setiap Puskesmas harus
mempunyai prosedur baku untuk mengatasi terjadinya kecelakaan dalam
Puskesmas4) Prosedur tersebut harus disertai dengan Instruksi Kerja
yang menjelaskan secara rmci tata cata metvgatasi kecelakaan.
akibat kebakaran., sengatan listrik, ledakan tumpahan bahan kimia
dan bahan infeksius
4) Peralatan minimal yang ada di Puskesmas dibedakan dalam 2
golongan (lampiran 14) yaitu :
a. Peralatan minimal medis Puskesmas (lampiran 16)1) Ambulans
untuk pengangkutan penderita yang memerlukan perawatan
khusus/tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan
tidak akan timbul kegawatan selama dalam perjalanan, dengan
kelengkapan minimal: a) Teknis:
Kendaraan roda empat atau lebih dengan peredam getaran lunak
Sirine 1( satu) atau 2 (dua) nada
Lampu rotator warna merah terletak di tengah atas kendaraan
Dilengkapi AC, alat pengatur di ruangan pengemudi
Pintu belakang dapat dibuka kearah atas
Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
Radio komunikasi/telpon genggam di ruang pengemudi
Dilengkapi sabuk pengaman baik untuk pasien maupun petugas
Tempat duduk yang dapat diatur/dilipat bagi petugas dalam
ambulans
Ruangan penderita cukup luas untuk sekurang-kurangnya 2 (dua)
tandu Tandu yang dimaksud dapat dilipat
Ruang dalam ambulans cukup tinggi sehingga infus dapat menetes
dengan baik
Gantungan infus
Lampu ruangan secukupnya dan bukan lampu neon. Lampu yang
dimaksud dapat bergerak untuk menerangi penderita.
Kotak untuk obat dan peralatan
Scoop stretcher
Tanda pengenal ambulans transportasi dari bahan yang memantulkan
sinar
Meja yang dapat dilipat
Tempat kereta dorong pasien b) Medis:
Tabung Oksigen dan peralatan untuk 2 (dua) orang
Peralatan medis gawat darurat:
Bidai dan mitella Pack luka baker
Verband 5 cm Kasa sterildan 10 cm Urine cathether Elastic
verband Naso gastric tube Gunting verband Head immobilizer Manset
pengikat Plester Stiff neck collar Gurita Syringe 2,5 s/d 20 cc
Balut cepat Neck collar Lampu senter Touny spatel Termometer
Arteri klem Long spine board Pinset Pen light
Peralatan resusitasi secara manual/otomatik lengkap bagi dewasa,
anak dan bayi Suction portable Obat-obatan, infus set dan cairan
infus secukupnya Kantung mayat Sarung tangan disposable
c) Petugas:
1 (satu) orang pengemudi dengan kemampuan BLS, mengemudi dan
komunikasi 1 ( satu) orang perawat dengan kemampuan PPGD 1 ( satu)
orang dokter (tergantung keadaan)
b. Peralatan minimal non medis Puskesmas selain yang tercantum
dalam lampiran 16 juga terdiri dari:
1) Kendaraan bermotor sesuai dengan kebutuhan pelayanan
puskesmas
2) Perahu bermotor untuk Puskesmas keliling daerah tertinggal
dan terpencil
3) Alat-alat komunikasi:
a. Mampu mengadakan komunikasi keluar Puskesmas
b. Berupa alat komunikasi internal dan eksternal baik berupa
radio komunikasi jarak sedang HF/VHF/UHF, telepon seluler, telepon
dan fax
4) Mebelair
a. Bersih dari debu, kotoran, cemaran, cairan dan Iain-lain
b. Jumlah dan jenis sesuai kebutuhan
2.2.4 Obat-obatan dan Bahan Habis Pakai
2.2.4.1 Obat-obatan Hal-hal yang perlu diperhatikan pada
obat-obatan:
a. Pencatatan dalam rekam medis pasien beserta dosis obat yang
diberikan
b. Pengelolaan yang meliputi perencanaan, penyimpanan dan
penyerahan
c. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat
dan efek samping obat
d. Pemberian informasi kcpada pasien maupun keluarga pasien
dalam hal pcnggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek
pengetahuan tentang obat demi meningkatkan kepatuhan dalam
penggunaan obat
e. Pemantauan terapi obat dan pengkajian penggunaan obat
f. Pengaturan persediaan dan perencanaan obat
I. Jenis obat yang terdapat di Puskesmas sesuai DOEN untuk
Puskesmas 2008 (lampiran 18), terdiri dari:
1. Analgesik, antipiretik, anti inflamasi non steroid dan anti
pirai1.1 Analgesik narkotik1.2 Analgesik non narkotik1.3
Antipirai
2. Anestetik2.1 Anestetik local
2.2 Anestetik umum dan oksigen2.3 Obat untuk prosedur pre
operatif
3. Anti alergi dan obat untuk anafilaksis4. Anti dotum dan obat
lain untuk keracunan umum dan khusus5. Antiepilepsi-antikonvulsi6.
Antiinfeksi:2.2 Antelmintik2.3 Antibakteri
1) Beta laktam
2) Antibakteri lain (Tetrasiklin, Kloramfenikol, Sulfa
Trimetoprim, Makrolid)3) Anti infeksi khusus (Anti lepra, anti
tuberculosis, antiseptik saluran kemih)4) Antifungi (sistemik dan
topikal)5) Antiprotozoa (antiamoeba, antimalaria).
7. Anti Migren (profilaksis dan serangan akut)8. Anti
Parkinson9. Obat yang mempengaruhi darah ( antianemia, obat yang
mempengaruhi koagulasi).10. Diagnostik (test fungsi dan test
kulit)11. Desinfektan dan antiseptic
12. Obat dan bahan untuk gigi dan mulut13. Diuretik.14. Hormon,
obat endokrin lain dan kontraseptik (anti diabetes oral,
kontraseptik, hormon tiroid dan antitiroid, kortikosteroid )15.
Kardiovaskuler (anti angina, anti aritmia, anti hipertensi, anti
agregasi platelet, gagal jantung, obat untuk syok, anti
hiperlipidemia)16. Obat topikal untuk kulit ( anti bakteri, anti
fungi, anti inflamasi dan anti pruritik, anti scabies dan anti
pedikulosis, kaustik, keratolitik dan keratoplastik)17. Larutan
elektrolit, nutrisi dan Iain-lain (oral, parenteral dll)18. Obat
untuk mata (anestetik lokal, anti mikroba, midriatik, miotik dan
anti glaukoma)19. Oksitosik dan relaksan uterus20. Psikofarmaka
(anti ansietas dan anti insomnia, anti depresi dan anti mania, anti
obsesi kompulsi, anti psikosis)21. Obat untuk saluran cerna
(antasida dan anti ulkus, anti emetik, anti hemoroid, anti
spasmodik, obat untuk diare, katartik)22. Obat untuk saluran nafas
(anti asma, antitusif, ekspektoran)23. Obat yang mempengaruhi
sistem imun(serum dan immunoglobulin, vaksin)24. Obat untuk
Telinga, Hidung dan Tenggorokan25. Vitamin dan mineral
II. Obat emergensi dan bahan habis pakai yang harus tersedia
dalam jumlah cukup pada ruang Unit Gawat Darurat, persalinan,
pelayanan gigi dan mulut, kamar tindakan dan unit pelayanan yang
melakukan tindakan adalah :
1.Adrenalin 1:100011.Diphenhidramin
2.Noradrenalin12.Diazepam ampul
3.Norepinefrin13.Antipiretika
4.Ephedrine14.Koagulantia
5.Sulfas atropine15.Antike jang
6.Antihistamin16.Papaverin
7.Hidrokortison vial17.Cairan infus Ringer
8.Aminophilin 240 mg/10 mlLactat, Na Cl 0,9 %,
9.TransaminGlucose 5%,40%
10.Dopamin18.Infus set
III. Obat yang tersedia untuk Bidan sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002
tanggal 25 Juli 2002, adalah
1.Roborantia7.Uterotonika
2.Vaksin 8.Antipiretika
3.Syok anafilaktik 9.Koagulantia
a. Adrenalin 1 : 100010.Anti kejang
b. Antihistamin 11.Glycerin
c. Hidrokortison 12.Obat luka
d. Aminophilin 240 mg/10 ml13.Dopamin
4.Sedativa 14.Obat pennanganan asfiksia pada bayu baru lahir
5.Antibiotika
6.Cairan infus 15.Cairan desinfektan (termasuk Chorine)
2.2.4.2Bahan Habis Pakai I. Bahan habis pakai medis untuk
Puskesmas :
Folley cather no 10, 12, 14, 16, 18
Urine bag Selang karet untuk anus
NGT /selang lambung (berbagai ukuran)
Endotracheal tube (ETT) 2.5, 3, 4 Sungkup berbalon
Sungkup/masker sederhana
Kateter, selang penghisap lendir bayi
Sarung tangan steril no 6 , 7, 7 , 8 Infus set dan jarum infus
Wing needle (jarum berkateter) no 16, 18
Surflow, Abbocath no 16, 18, 20 Skaptel
Mata pisau bedah no 10, 11, 15, 20 Disposible syringe berbagai
ukuran (1 cc, 2 cc, 3 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc)
Jarum suntik disposible no 02, 12, 14, 18, 20, 23 Jarum jahit,
lengkung (bedah) no 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16 Jarum jahit, lengkung
lingkaran Jarum otot besar dan jarum otot kecil Benang : cat gut no
3.0, nilon no 3,0 dan silk no 3,0
Kapas, kasa, kasa steril, dan perban
Duk bias, besar (274 x 183 cm), sedang (274 x ), kecil (114 x 91
cm) Duk bolong besar duk bolong sedang, duk bolong kecil Kain balut
segitiga ( mitella )
Pembalut Jelly / cairan pelicin / minyak
Plester
Safety box untuk pembuangan jarum suntik bekas
Sarung tangan karet untuk mencuci tangan.
Strip glukotest
Oksigen
II. Bahan habis pakai non medis untuk Puskesmas a. Lap untuk
mandi pasien b. Perlak tebal, lunak (200 x 90 cm)
c. Kantong plastik untuk sampah biologis dan infeksius
d. Kertas tisue
e. Sabut / detergent
2.2.5 Pembiayaan
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat yang menjadi tanggung jawab Puskesmas,
perlu ditunjang dengan pembiayaan yang cukup. Sumber pembiayaan
Puskesmas yaitu
1. Pemerintah Sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah
terutama adalah pemerintah pusat, pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota seperti Jamkesmas, Jampersal, Bantuan Operasional
Keuangan (BOK).
2. Pendapatan Puskesmas
Pendapatan Puskesmas adalah pendapatan yang didapat dari
retribusi yang dibayar oleh pasien yang memanfaatkan. Sesuai dengan
kebijakan pemerintah, masyarakat dikenakan kewajiban membiayai
upaya kesehatan perorang yang dimanfaatkan, yang besarnya
ditentukan oleh peraturan daerah masing-masing (retribusi).
Pendapatan bisa dimanfaatkan sesuai dengan peraturan yang berlaku
di daerah.
3. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat, seperti PT. ASKES,
PT. Jamsostek dan Bantuan Luar Negeri (BLN)2.3 Standar Upaya
Kesehatan Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrassi
dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan/atau masyarakat.
Puskesmas mempunyai hubungan koordinatif, kooperatif, dan
fungsional dengan sarana pelayanan kesehatan lain. Puskesmas wajib
partisipasi dalam penanggulangan bencana, wabah penyakit, pelaporan
penyakit menular dan penyakit lain yang ditetapkan oleh tingkat
nasional dan daerah serta dalam melaksanakan program prioritas
pemerintah. Lingkup upaya kesehatan Puskesmas meliputi Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).
Yang saling berkaitan. UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan
oleh Puskesmas untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di
masyarakat. UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, penyakit
lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, pengamanan sediaan farmasi termasuk obat tradisional
dan alat kesehatan, pengamanan penggunan zat adiktif (bahan
tambahan makanan) dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika,
psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan
bencana dan bantuan kemanusiaan. UKP adalah setiap kegiatan yang
dilakukan oleh Puskesmas untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan. UKP mencakup upaya-upaya promosi kesehatan
perorangan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan
rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditunjukan
terhadap perorangan. Dalam UKP juga termasuk pengobatan tradisional
dan alternatif serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika. Kedua
upaya kesehatan tersebut bersinergi dan dilegkapi dnegan berbagai
upaya kesehatan penunjang. Upaya penunjang untuk UKM antara lain
adalah pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat. Sedangkan upaya
penunjang untu UKP antara lain adalah pelayanan laboratorium. Upaya
kesehatan dikelompokkan menjadi dua, yaitu
2.3.1 Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib merupakan kegiatan yang harus ada dalam
pelayanan di Puskesmas, meliputi :
1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 2. Upaya
Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat 5. Upaya Penanggulangan
Penyakit
6. Upaya Pengobatan dan Penanganan Kegawatdaruratan
2.3.2 Upaya Kesehatan Penegembangan
Upaya Kesehatan Pertimbangan dapat bervariasi sesuai dengan
kekhususan atau permasalahan kesehatan di wilayah kerja dan potensi
sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas, meliputi
:
1.Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat 6.Upaya Pembinaan
Pengobatan Tradisional
2.Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut 7. Upaya Kesehatan Olah
Raga
3. Upaya Kesehatan Sekolah 8.Upaya Kesehatan Indera (mata dan
Telinga )
4.Upaya Kesehatan Usia Lanjut
5.Upaya Kesehatan Kerja 9.Upaya Kesehatan Jiwa
2.3.1.Upaya Kesehatan Wajib2.3.1.1. Upaya Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat 1. Deskripsi
Promosi kesehatan Puskesmas adalah upaya Puskesmas melaksanakan
pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta
lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan
berbasis masyarakat.Tujuan promosi kesehatan di Puskesmas adalah
agar masyarakat mau dan mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah-masalah kesehatan
yang dihadapinya, baik masalah kesehatan yang diderita maupun yang
berpotensi mengancam, secara mandiri. Disamping itu, petugas
kesehatan puskesmas diharapkan mampu menjadi teladan bagi pasien,
keluarga dan masyarakat untuk melakukan PHBS.Pemberdayaan
masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non
instruktif, untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.Antara
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan. Promosi kesehatan selalu bertujuan
akan adanya kemampuan dan kemauan masyarakat untuk bertindak yaitu
yang disebut sebagai masyarakat yang berdaya, sedangkan
pemberdayaan masyarakat selalu haras diawali dengan pemberian
informasi yang terus menerus.Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah
meningkatkan kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang
kesehatan, sehingga masyarakat akan dapat berkontribusi dalam
meningkatkan derajat kesehatan.Pemberdayaan masyarakat merupakan
suatu proses, salah satu bentuk proses pemberdayaan masyarakat saat
ini adalah berkembangnya kegiatan Desa Siaga. Keberhasilan Proses
pemberdayaan dapat dilihat dengan terwujudnya berbagai Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) di masyarakat.UKBM adalah
upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dibentuk dari, oleh ,
untuk dan bersama masyarakat.Jenis-jenis UKBM antara lain Posyandu,
Poskesdes, Poskestren, Pos UKK, dll 2. Kegialan upaya promosi
kesehatan a. Kegiatan didalam gedungTabel 2.1. Kegiatan promosi
kesehatan didalam gedung Puskesmas
Kegiatan didalam gedung
Tempat pendaftaranPenyebaran informasi melalui media poster,
leaflet yang bisa dipasang didepan loket oendaftaran. Adapun jenis
informasi yang disediakan, yaitu : Informasi kesehatan yang menjdi
isu pada saat itu Peraturan kesehatan seprti larangan merokok,
dilarang meludah sembarangan, membuang sampah pada tempatnya,
dll.
PoliklinikPetugas menjawab pertanyaan pasien berkenaan dengan
penyakitnya atau obat yang harus ditelannya. Tetapi jika hal ini
belum mungkin dilaksanakan, maka dapat dibuka klinik khusus bagi
pasien rawat jalan yang memerlukan konseling. Disediakan pula media
promosi : lembar balik, poster, gambar atau model anatomi atau
leaflet yang bisa dibawa pulang pasien
Ruang tungguDipasang media poster, leaflet tentang penyakit dan
pencegahannya
Ruang pelayanan KIA & KBa) Petugas menjawab pertanyaan
pasien berkenaan dengan pelayanan yang didapatkannya. Jika belum
mampu dapat dilimpahkan ke klinik khusus b) Memasang poster atau
disediakan leaflet tentang berbagai penyakit yang menyerang bayi
& balita, pentingnya memeriksakan kehamilan teratur, pentingnya
tablet Fe bagi bumil, pentingnya imunisasi lengkap pada bayi.
dll
Ruang rawat inapa. Menggunakan lembar balik, gambar atau foto b.
Penggunaan bahan bacaan (Biblioterapi) dengan cara dipinjamkan ke
pasien c. Penyuluhan kelompok, dengan metode yang bersifat
menghibur sep'ti permainan, simulasi dan menggunakan media
flipchart, poster atau standing banner. Penyuluhan kelompok di
dalam ruangan bisa digunakan laptop, LCD dan layar untuk
menayangkan gambar atau film d. Pemanfaatan ruang tunggu dengan
pemasangan poster, penyediaan boks leaflet e. Pendekatan keagamaan
dengan mengajak pasien untuk berdoa
LaboratoriumMeningkatkan kesadaran pasien, pengunjung dan para
pengantarnya akan pentingnya melakukan pemeriksaan laboratorium
melalui pemasangan poster dan penyediaan leaflet yang bisa dibawa
pulang.
Kamar obat Meningkatkan kesadaran tentang manfaat obat generik,
kedisiplinan dan kesabaran dalam penggunaan obat sesuai petunjuk
dokter Pemasangan poster dan penyediaan leaflet tentang informasi
kesehatan serta pemutaran tape recorder
Tempat pembayaranPenyampaian salam hangat dan ucapan selamat
jalan semoga cepat sembuh dan bertambah sehat
Klinik khususLayanan konseling, misalnya klinik gizi, klinik
sanitasi, klinik konsultasi remaja,dll
Tempat parkirPromosi kesehatan dapat berupa pemasangan baliho/
billboarrd di sudut lapangan parkir
TamanJika memungkinkan mempromosikan taman obat keluarga dan
karangkitri (jenis tanaman dengan kandungan gizinya), dll
DindingDipasang spanduk pada momen tertentu asal tidak merusak
keindahan gedung
Pagar pembatas kawasan PuskesmasDipasang spanduk pada momen
tertentu misalnya kampanye hari-hari kesehatan, namun harus
diperhitungkan agar tidak merusak keindahan pagar Puskesmas
Kantin/kios di kawasan PuskesmasDitampilkan pesan terkait
konsumsi gizi seimbang, dll bisa dalam bentuk poster
Tempat IbadahPemasangan poster dan penyediaan leaflet. Pesan
yang disampaikan sebaiknya pesan untuk kesehatan jiwa, pentingnya
menjaga kebersihan / kesehatan lingkungan
b. Kegiatan diluar gedung
1. Kunjungan rumah : dilakukan petugas Puskesmas sebagai tindak
lanjut dan upaya promosi kesehatan di dalam gedung Pusksmas yang
telah dilakukan kepada pasien/keluarga2. Pemberdayaan berjenjang di
berbagai tatanan (rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja,
dll) dengan urutan tahapan :
a) Petugas puskesmas mengembangkan kemitraan dan memberdayakan
para pemuka masyarakatb) Pemuka masyarakat memilih dan merekrut
kader, lalu memberdayakan kaderc) Para kader memberdayakan
masyarakat
3. Pengorganisasian masyarakat, petugas Puskesmas membantu para
pemuka masyarakat dalam melakukan SMD (Survey Mawas Diri) dan MM
(Musyawarah Masyarakat). Selanjutnya pemuka masyarakat dibimbing
untuk memberdayakan kader dalam persiapan pelaksanaan kegiatan dan
pelaksanaan kagiatan. Kemudian Puskesmas dan pemuka masyarakat
melakukan dukungan, pemantauan dan bimbingan.2.3.1.2.Upaya
Kesehatan Lingkungan 1. Deskripsi
Upaya kesehatan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan lingkungan pada obyek
atau sasaran yang diawasi, agar terwujud kualitas lingkungan yang
lebih sehat sehingga dapat melindungi masyarakat dari segala
kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan/atau
bahaya kesehatan menuju derajat kesehatan lingkungan dan masyarakat
yang lebih baik.
Penyehatan lingkungan adalah upaya pengawasan terhadap sarana
Kesehatan lingkungan antara lain perumahan, lingkungan permukiman,
sarana air bersih dan sanitasi dasar dilaksanakan terhadap subtansi
yaitu air, udara, tanah, limbah padat, cair, gas,
kebisingan/getaran pencahayaan, habitat vektor penyakit, radiasi,
kecelakaan, makanan/ minuman, dan bahan - bahan berbahaya.Tingkat
atau derajat kesehatan suatu masyarakat memiliki kaitan erat dengan
keadaan atau kondisi lingkungan, bahkan kondisi atau keadaan
lingkungan merupakan faktor penentu utama derajat kesehatan
masyarakat dalam suatu wilayah, untuk mewujudkan tujuan tersebut
perlu dilakukan suatu upaya kegiatan berupa pengelolaan limbah cair
dan padat, sanitasi perumahan, pengawasan tempat pengelolaan
makanan dan minuman, pengawasan kualitas lingkungan, pengawasan
depot air minum, pengingkatan kualitas air bersih, pengawasan
tempat-tempat umum, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM).Dibidang pengawasan kegiatan yang dilaksanukan meliputi
pendataan, inspeksi sanitasi, pengambilan dan pengiriman sampel,
kegiatan dibidang pengelolaan limbah cair dan padat dilaksanakan
dalam rangka pengendalian parameter lingkungan fisik, biologi dan
kimia sampai pada kondisi lingkungan yang tidak membahayakan
kesehatan.Limbah yang ditimbulkan oleh kegiatan sarana kesehatan
dalam pelayanan kepada masyarakat berupa benda-benda tajam (jarum
suntik, pisau bedah dan sebagainya) yang tidak tajam (kain lap,
verban dan keperluan media lainnya) darah organ tubuh (kantung
darah, sampel, bahan kima pelarut, desinfektan), bahan obat-obatan
dan lainnya, bersifat bahan infeksius, beracun, yang menyebabkan
sakit atau radioaktif yang selanjutnya disebut limbah medis. Dengan
mengetahui jenis limbah infeksius dan cara-cara pengelolaan,
diharapkan ancaman yang timbul terhadap pengelola, masyarakat dan
lingkungan dapat dihindarkan.2. Kegiatan upaya kesehatan lingkungan
a. Kegiatan didalam gedung
1) Pendataan, pemetaan dan pemantauan sasaran program penyehatan
lingkungan, sehingga tersedianya data program penyehatan lingkungan
dan terpetakannya penyebaran hasil kegiatan program2) Membuat
laporan dan feed back terhadap stakeholder, sehingga tersusunnya
pelaporan dokumen penting lainnya serta gambaran di daerah3)
Penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat terhadap kualitas lingkungan
ditingkat kecamatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan yang ditujukan kepada sasaran langsung (primer)4)
Melakukan pengelolaan limbah padat maupun cair yang dihasilkan
Puskesmas5) Melakukan pelayanan konseling bidang sanitasi melalui
program kilinik sanitasi Puskesmas6) Melakukan pembinaan dalam
upaya menurunkan risiko terjadinya angka kesakitan akibat kondisi
lingkungan dengan melakukan intervensi yang tepat antara lain
dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), sehingga hilang atau
berkurangnya breading place yang menjadi sumber berkembang biaknya
binatang penular penyakit7) Melaksanakan pemicuan sekaligus
melakukan pendampingan pasca pemicuan dalam rangka program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM), agar adanya pcrubahan perilaku
masyarakat dan peningkatan akses terhadap air minum dan sanitasi
dasar oleh masyarakat dengan terlaksananya sanitasi secara total8)
Melakukan pembinaan dan monitoring terhadap terhadap Puskesmas dan
jaringannya, sehingga terlaksananya fungsi Puskesmas Pembantu dan
Ponkesdes sesuai dengan tupoksinya9) Melakukan penatalaksanaan
manajemen KLB/bencana berbasis lingkungan di tingkat Kecamatan. b.
Kegiatan di luar gedung 1) Membantu mekanisme penyediaan dan
pengelolaan air dan sanitasi lingkungan berbasis komunitas
masyarakat. 2) Melakukan inspeksi sanitasi terhadap perumahan,
sarana air bersih, Tempat-tempat umum, prioritas tempat pengelolaan
makanan, tempat pengelolaan pestisida, sarana sanitasi dasae,
termasuk pembinaan pekerjaan tempat umum dan industry kecil dalam
mendukung kesehatan keselamatan kerja (K3), sehingga termonitornya
kondisi higiene sanitasi dan terciptanya kewaspadaan dini. 3)
Melakukan pembinaan lingkungan, antara lain tentang sanitasi
perumahan, sanitasi dasa dan sarana air bersih. 4) Menggerakan
masyarakat terhadap akses terhadap sarana kesehatan lingkungan 5)
Melakukan pendataan dan penilaian rumah terhadap sarana sanitasi
dasar (jamban, air limbah, sampah) dan sarana air bersih. 6)
Melakukan pembinaan dan monitoring dan evaluasi (inspeksi sanitasi)
terhadap perumahan, sarana air bersih Tempat-tempat umum prioritas,
bertujuan tercapainya kondisi lingkungan untuk hidup dengan aman,
nyaman dan sehat bagi masyarakat melalui upaya peningkatan kualitas
lingkungan fisik, sosial dan budaya secara optimal sehingga dapat
mendukung peningkatan produktivitas dan perekonomian wilayah. 7)
Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor di tingkat
kecamatan sehingga terbentuknya jejaring dan kerjasama antara
sektor terkait dalam menangani masalah kesehatan lingkungan.
2.3.1.3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana 1.
Deskripsi
a. Upaya pelayanan kesehatan ibu adalah upaya pemerintah dalam
rangka meningkatkan kesehatan wanita yang berkaitan dengan fungsi
keibuannya untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, dan akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI), yang dimulai sejak periode usia subur, kehamilan,
persalinan, nifas dan meneteki. b. Upaya pelayanan kesehatan anak
adalah upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan kesehatan anak
untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, memiliki
kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual
melalui upaya pemenuhan, peningkatan dan perlindungan hak anak,
mulai dari terwujudnya bayi lahir sehat dengan lahir normal,
mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal sejak
usia dini, usia sekolah, masa pubertas sampai usia dewasa. c. Upaya
kesehatan remaja adalah upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan remaja melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan
perilaku tentang kesehatan remaja.
d. Upaya kesehatan remaja dilaksanakan dengan prinsip kemitraan
dan harus mampu membangkitkan, mendorong keterliabatan dan
kemandirian remaja. Pelaksanaan pembinaan kesehatan remaja
dilaksanakan terpadu lintas program dan lintas sektor, pemerintahan
dan sektor swasta, serta LSM, sesuai dnegan peran dan kompetensi
masing-masing sektor secara efektif dan efisien sehingga mencapai
hasil yang optiamal. e. Upaya pelayanan Keluarga Berencana (KB)
adalah upaya Pemerintah dalam mengendalikan laju pertambahan
penduduk dan akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) melalui
pencegahan Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) dengan menggunakan
kontrasepsi, termasuk penanganan komplikasi dan efek samping. 2.
Kegiatan upaya kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga BerencanaTabel
2.2.1 Kegiatan KIA-KB didalam dan diluar gedung Puskesmas rawat
jalan
Kriteriaa. Kegiatan didalam gedungb. Kegiatan diluar gedung
Pelayanan poli KIAPersalinan
Pelayanan
kesehatan ibu1. Pemeriksaan antenatal, natal dan post natal
2. Pertolongan persalinan normal
3. Perawatan nifas
4. Penyuluhan
5. Pemeriksaan hemoglobin ibu hamil
6. Rujukan
7. Bimbingan gizi
8. Pelayanan penanganan vaginitis, servisitis, adneksitis dan
ekstirpasi kista kelenjar Bartholini
9. Melaksanakan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara
10. Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian1.
Pertolongan persalinan normal
2. Pertolongan Persalinan dengan faktor penyulit (ekstraksi
vacum dan forceps)
3. Pelayanan inpartu untuk neonates prematur
4. Perawatan nifas.
5. Pelayanan emergency kebidanan seperti plasenta manual
6. Pelayanan inpartu untuk neonates prematur .
7. Pertolongan persalinan bagi kehamilan dengan resiko tinggi
dan persalinan dengan penyulit.1. Pelayanan ante natal pada
kehamilan normal
2. Pelayanan ibu nifas normal
3. Pelayanan ibu menyusui
4. Kunjungan rumah (KN)
5. Melaksanakan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara
Pelayanan
kesehatan anak1. Perawatan bayi2. Pemantauan lumbuh kembang
anak3. Imunisasi4. Kunjungan rumah (KN)5. Pengobatan
penyakitMelakukan KB metode
opcrasi pria dan metode
operasi wanita (MOP dan
MOW)1. Kunjungan rumah (KN)2. Imunisasi aitin sesuai program
pemerintah (Posyandu)3. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita
dan anak pra sekolah (Posyandu, TK, PAUD)4. Konseling dan
penyuluhan (Posyandu, kunjungan rumah)
Pelayanan kesehatan remaja1. KIE
2. Pelayanan medis3. Konseling1. Skreening remaja yang sekolah
dan yang tidak sekolah2. KIE untuk remaja yang sekolah dan yang
tidak sekolah3. Konseling untuk remaja yang sekolah dan yang tidak
sekolah
Pelayanan
Keluarga
Berencana (KB)
1. Pelayanan dan konseling KB2. Pelayanan KB kafetaria (IUD,
MOP, MOW, implant, suntik, pil, kondom)3. Pelayanan efek samping
dan komplikasi4. Melakukan KB metode operasi pria dan metode
operasi wanita1. Konseling KB2. Pendataan sasaran KB (4 T,
Unmetneed, keluarga miskin)3. Penyuluhan1. Kunjungan rumah (KN)2.
Konseling dan penyuluhan (Posyandu, kunjungan rumah)3. Konseling
KB4. Pelayanan KB dengan Tim KB Keliling (TKBK)5. Pelayanan dengan
Safari TNI KB Kes)6. Pendataan sasaran KB (4 T, Unmetneed, keluarga
miskin)7. Pelayanan dan konseling pada calon pengantin wanita, masa
pra hamil dan masa antara dua kehamilan
2.3.1.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
1. Deskripsi
Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 disebutkan bahwa upaya
perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola
konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan
akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan
ilmu dan teknologi.
Di masyarakat, upaya perbaikan gizi dilakukan oleh para petugas
gizi puskesmas bersama-sama dengan masyarakat setempat. Kegiatannya
dilakukan di dalam gedung maupun di luar gedung dan bekerjasama
dengan lintas program maupun lintas sektor.
2. Kegiatan upaya perbaikan gizi masyarakat
Tabel 2.3. Kegiatan perbaikan gizi masyarakat didalam dan diluar
gedung Puskesmas
KriteriaKegiatan didalam gedungKegiatan diluar gedung
TenagaAhli gizi, perawat, dokter yang sudah dilatih tata laksana
gizj burukAhli gizi
Jenis
Pelayanan1. Klinik gizi2. Penyuluhan setiap konsultasi gizi3.
Melaksanakan program kesehatan gizi Masyarakat dengan sasaran ibu
hamil, ibu nifas, bayi dan balita4. Bayi bam lahir mendapatkan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan dilanjutkan dg ASI eksklusif5.
Pemberian tablet tambah darah untuk ibu harm)6. Pengukuran Lingkar
Lengan Atas (LILA) ibu hamil7. Pemberian kapsul vitamin A untuk
bayi, balita dan bufas8. Perawatan gizi buruk yang ditemukan,9.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan untuk gizi kurang dan
gizi buruk10. Pencatatan monev gizi buruk11. Penyuluhan kelompok di
ruang tunggu1. Pemberian kapsul vitamin A2. Memotivasi ibu post
partum untuk segera memberikan ASI eksklusif3. Penimbangan setiap
bulan dan pemantauan pertumbuhan bayi, anak balita di Posyandu4.
Pengukuran tinggi badan dan5. Penimbangan berat badan bayi dan
balita6. Penyuluhan, pemantauan status gizi dan konsultasi gizi di
meja IV (empat)7. Pemetaan kadarzi8. Monitoring garam beryodium9.
Penyuluhan kelompok di Posyandu10. Pemberian makanan pendamping ASI
pada usia 6-24 bulan yang BawahGaris Merah (BGM)11. Investigasi
gizi buruk12. PMT penyuluhan di Posyandu13. Balita gizi buruk
mendapat perawatan14. Pemberian tablet tambah darah pada anak
remaja putri dan Bumil15. Balita gizi buruk mendapat PMT
pemulihan16. Balita BGM (Bawah Garis Merah). mendapat
intervensi
2.3.1.5. Upaya Penanggulangan Penyakit
Meliputi upaya surveilans, pencegahan dan pengendalian penyakit
menular, tidak menular serta masalah kesehatan (wabah dan bencana).
1. DeskripsiJawa Timur sebagai wilayah rawan wabah dan bencana,
sehingga diperlukan kegiatan surveilans epidemiologi. Pengertian
surveilans epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara terus
menerus terhadap suatu kasus pada suatu wilayah, yang kegiatannya
meliputi: pengumpulan, penyajian, analisis data kesakitan dan
kematian penyakit menular dan ,idak menular termasuk dalam keadaan
khusus misalnya terjadi bencana. Adapun penyakit menular tertentu
yang dapat menimbulkan wabah adalah Kolera, Pes, Demam Berdarah
Dengue, Campak, Polio, Difteri, Pertusis, Rabies, Malaria, Avian
Influenza H5N1, Antraks, Leptospirosis, Hepatitis, Influenza A baru
(H1N1), Meningitis, Yellow Fever dan Chikungunya.Setiap kejadian
bencana baik bencana alam maupun karena ulah manusia atau
kedaruratan komplek akan menimbulkan krisis kesehatan. Mengingat
hal tersebut perlu kesiapsiagaan baik di Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan dan Desa untuk penanggulangan bencana dan masalah
kesehatan.Penyakit menular masih merupakan salah satu masalah
kesehatan di Jawa Timur. Hal ini diperlukan upaya penemuan kasus
sedini mungkin dan pengobatan secara cepat dan tepat. Beberapa
penyakit menular tersebut antara lain :
a) Penyakit Kusta, masih merupakan masalah kesehatan karena 30%
penderita Kusta yang ada di Indonesia berasal dari Jawa Timur.
Salah satu penyebab masih tingginya jumlah penderita Kusta adalah
kurangnya pemahaman masyarakat (stigma) sehingga banyak penderita
Kusta datang berobat dalam keadaan terlambat (cacat).b)
Tuberculosis (TB), di Jawa Timur merupakan provinsi kedua (14%)
setelah Jawa Barat sebagai penyumbang kasus TB di Indonesia. Pada
tahun 2009 jumlah kasus TB yang berhasil ditemukan di Jawa Timur
sebanyak 36.999 kasus. Permasalahan secara umum pada program TB
adalah angka penemuan kasus baru masih dibawah target, hal ini
dapat diasumsikan bahwa masih banyak penderita TB yang berobat ke
unit pelayanan kesehatan yang lain tanpa WSfgglsakSQv s&atfigj.
DOTS maka dampaknya akan muncul kasus Multi Drug Resisten (MDR).c)
Pneumonia, kejadian Pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan
antara 10% - 20% per tahun. Program P2 ISP A menetapkan angka 10%
Balita sebagai target penemuan penderita Pneumonia balita per tahun
pada suatu wilayah kerja.d) Diare, merupakan salah satu penyebab
angka kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada
anak di bawah umur 5 tahun (balita). Angka insiden (kesakitan)
Diare di Indonesia pada tahun 2006 (survei P2 Diare) 423 per 1000
penduduk, sedangkan episode Diare balita adalah 1,0 - 1,5 kali
pertahun. Program P2 Diare menetapkan angka 10% dari perkiraan
jumlah penderita sebagai target penemuan penderita Diare per tahun
pada suatu wilayah kerja.e) Infeksi Virus Dengue (IVD)
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemis di Indonesia
dengan angka kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun
serta sering menimbulkan KLB di berbagai Kabupaten/Kota. Strategi
utama adalah melakukan upaya preventif dengan pemutusan mata rantai
penularan melalui gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Plus
tanpa mengabaikan peningkatan kewaspadaan dini dan penanggulangan
KLB serta penatalaksanaan penderita.
f) Filariasis (Penyakit Kaki Gajah, Elephantiasis)
Penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria
yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini
dapat merusak sistem limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan,
kaki, glandula mammae dan skrolum, menimbulkan cacat seumur hidup
serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya.Penyakit menular
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, Prevalensi penyakit
tidak menular yang juga mengalami peningkatan, yaitu penyakit
jantung dan pembuluh darah, penyakit kanker, penyakit diabetes
melitus, penyakit degeneratif serta gangguan akibat kecelakaan dan
cedera. Kecenderungan ini dipacu oleh berubahnya gaya hidup
masyarakat modernisasi, urbanisasi penduduk antar kawasan atau
negara yang tidak mengenal batas, sehingga gobalisasi hampir di
semua aspek kehidupan baik sosial budaya, ekonomi, politik, ilmu
pengetahuan dan teknologi. 2. Kegiatan upaya penanggulangan
penyakit
Tabel 2.4. Kegiatan upaya penanggulangan penyakit didalam dan
diluar gedung Puskesmas
Kriteriaa. Kegiatan didalam gedungb. Kegiatan diluar gedung
Kompetensi tenaga1. Pelatihan pengelola rantai vaksin2.
Pelatihan pertgelola program TB3. Pelatihan petugas program Kusta4.
Pelatihan tatalaksana Malaria untuk dokter5. Pelatihan entomologi
vector Malaria6. Pelatihan fogging untuk petugas Puskesmas (IVD)7.
Pelatihan entomologi vektor 1VD
Upaya pencegahan dan
pemberanta san penyakit menular dan tidak menular1. Pengamatan
perkembangan penyakit (data kesakitan dan kematian), baik menular
maupun penyakit tidak menular menurut karakteristik epidemiologi
(waktu, tempat dan orang) dalam rangka kewaspadaan dini serta
respon KLB2. Membuat pemetaan, daerah rawan bencana, rawan
imunisasi dengan indikator cakupan imunisasi (kurang dari target
yang ditentukan). Dengan disertai analisis faktor penyebabnya3.
Melakukan screening TT WUS dan atau memberikan imunisasi4.
Melakukan pemeriksaan dan tatalaksana penderita Pneumonia Balita,
Diare, TB , Kusta dan IVD. Melakukan penjaringan suspek TB, IVD dan
Kusta5. Melakukan rujukan diagnosis (pada TB) dan rujukan kasus
(Pneumonia Balita, Diare, TB , Kusta dan TVD) yang tidak bisa
ditangani di Puskesmas6. Pengambilan obat dan pengawasan menelan
obat (TB dan Kusta)7. Pelayanan konseling8. Membuat pencatatan dan
pelaporan kegiatan9. Membuat pemetaan daerah rawan bencana dan alur
evakuasi10. Membuat Rapid Health Assesment1. Penyelidikan
epidemiologi bila terjadi KLB2. Melakukan pelacakan dan menentukan
daerah fokus penyakit potensi KLB (kolera, pes Bubo, IVD, Campak,
Polio, Difteri, Pertusis, Rabies, Malaria, Avian influenza H5N1,
penyakit Antraks, Leptospirosis, Hepatitis, Influenza A baru
(H1N1), Meningitis, Demam kuning Cikungunya dengan membuat
pemetaan3. Melakukan pencarian kasus penderita secara aktif
(pelacakan kasus, kunjungan rumah, pelacakan kontak ,dsb)4.
Melakukan bila ada KLB dan keracunan makanan5. Melakukan pelacakan
kasus mangkir (TB, Kusta)6. Pelayanan imunisasi di Posyandu,
Ponkesdes dan Pustu7. Pemeriksaan jentik berkala (IVD) di
mmah-rumah atau tempat-tempat umum8. Penyuluhan kepada masyarakal
melalui kegiatan yang ada di desa/kelurahan setempat9. Melaksanakan
surveilans faktor risiko PTM melalui Posbindu (Pos Pembinaan
Teqiadu) atau UKBM yang ada di masyarakat10. Melakukan koordinasi
lintas sektor dan tokoh masyarakat dalam rangka pencegahan dan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular
2.3.1.6. Upaya Pengobatan dan Penanganan Kegawatdaruratan Upaya
Pengobatan dan Penanganan Kegawatdaruratan terdiri dari:
2.3.1.6.1. Upaya Pengobatan
2.3.1.6.2. Upaya Penanganan Kegawatdaruratan
2.3.1.6.3. Upaya Pelayanan Kefarmasian2.3.1.6.4. Upaya
Laboratorium2.3.1.6.1. Upaya Pengobatan
1. Deskripsi
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh
dokter berdasarkan temvan-temuan yang diperoleh selama anamnesis
dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan
ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk
melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan
resiko sekecil mungkin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai
dengan melakukan pengobatan yang rasional. Pengobatan rasional
menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi, diagnosis,
tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat
dan harga terjangkau.Tujuan pengobatan adalah mengupayakan
kesembuhan dan pemulihan pasien secara optimal melalui prosedur dan
tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Kegiatan upaya pengobatanTabel 2.5. Kegiatan upaya pengobatan
didalam dan diluar Puskesmas
a. Kegiatan didalam gedungb. Kegiatan diluar gedung
Jenis
pelayanan1. Dilaksanakan di poliklinik Puskesmas atau Balai
Pengobatan
2. Konseling medik umum
3. Deteksi dini
4. Pengobatan medik dasar sesuai pedoman
5. Menerima rujukan
6. Melakukan rujukan kasus spesialistik
7. Menerbitkan surat keterangan sakit/sehat
8. Melakukan rehabilitasi
9. Mampu melakukan bedah minor1. Penyuluhan tentang penyakit2.
Pengobatan sederhana secara massal dibawah pengawasan dokter
Puskesmas3. Deteksi dini pada keluarga dan masyarakat4. Screening
penyakit tertentu5. Pertolongan pertama pada kecelakaan atau gawat
darurat penyakit6. Bakti sosial dan pengobatan missal
7. Puskesmas keliling
2.3.1.6.2. Upaya Penanganan Kegawatdaruratan
1. Deskripsi
Upaya penanganan kegawatdaruratan adalah pelayanan medik dasar
yang ditujukan untuk membantu pasien mengatasi kegawatan jalan
nafas, pernafasan, peredaran darah dan kesadaran. Puskesmas non
perawatan dapat memberikan pelayanan gawat darurat kepada
masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan.
Kriteria:
a. Unit Gawat Darurat (UGD) harus dipimpin oleh dokter terlatih
GELS/ACLS/ATLS sebagai kepala UGD yang bertanggung jawab atas
pelayanan di UGD dibantu tenaga medis keperawatan dan tenaga
lainnya yang telah mendapat pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat
( PPGD) dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung paru (AECD)b.
Tenaga di Puskesmas mampu melakukan teknik pertolongan
kegawatdaruratanc. Puskesmas memberi pelayanan pasien gawat darurat
sesuai kompetensi dand. Ada keteniuan tcrtulis indikasi tentang
pasien yang dirujuk ke rumah sakit lain.Apabila kondisi pasien
diluar kemampuan Pukesmas maka pasien dapat dirujuk ke rumah
sakite. Ada ketentuan tertulis tentang indikasi rujukan pendarnping
pasien ditransportasif. Pasien dengan kegawatdaruratan harus selalu
diobservasi dan dipantau oleh tenaga terampil dan mampug. Pasien
yang dipulangkan harus mendapat petunjuk dan penerangan yang jelas
mengenai penyakit dan pengobatan selanjutnyah. Ada jadwal jaga
harian bagi dokter, perawat dan petugas non medis yang bertugas di
UGG
2. Kegiatan upaya penanganan kegawatdaruratan
a. Kegiatan didalam gedung
1) Pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat untuk menilai
tingkat kegawatan dan memberi tindakan prioritas berdasarkan
SOP
2) Diagnosis dan penanganan permasalahan dalam upaya
penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan kesakitan penderita
a) Melakuka