STANDAR ETIK DAN ASFEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN MATERNITAS 1. Pengertian Etika Etos (Yunani) Berhubungan dengan pertimbangan pembuatan keputusan benar tidaknya suatu perbuatan. Merupakan model perilaku dan standar yang diharapkan. Hal yang berhubungan dengan pertimbangan perawatan yang mengarah ke pertanggungjawaban moral yang mendasar asuhan keperawatan. 2. Penerapan Etika Dalam Keperawatan Maternitas a. Terhadap Individu Wajib menghormati kepercayaan individu. Menghormati nilai, adat, kebiasaan individu. Memegang teguh kerahasiaan informasi individu. b. Terhadap Praktik Keperawatan Bertanggung jawab melaksanakan tugas. Wajib memelihara standar keperawatan. Mempertimbangkan kemampuan individu dalam melimpahkan tanggung jawab. c. Terhadap Profesi Membantu perkembangan profesi. Berperan serta dalam memperbaiki standar keperawatan. 1
34
Embed
STANDAR ETIK DAN ASFEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN MATERNITAS
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STANDAR ETIK DAN ASFEK LEGAL
DALAM KEPERAWATAN MATERNITAS
1. Pengertian
Etika Etos (Yunani)
Berhubungan dengan pertimbangan pembuatan keputusan benar tidaknya
suatu perbuatan. Merupakan model perilaku dan standar yang diharapkan. Hal
yang berhubungan dengan pertimbangan perawatan yang mengarah ke
pertanggungjawaban moral yang mendasar asuhan keperawatan.
2. Penerapan Etika Dalam Keperawatan Maternitas
a. Terhadap Individu
Wajib menghormati kepercayaan individu.
Menghormati nilai, adat, kebiasaan individu.
Memegang teguh kerahasiaan informasi individu.
b. Terhadap Praktik Keperawatan
Bertanggung jawab melaksanakan tugas.
Wajib memelihara standar keperawatan.
Mempertimbangkan kemampuan individu dalam melimpahkan
tanggung jawab.
c. Terhadap Profesi
Membantu perkembangan profesi.
Berperan serta dalam memperbaiki standar keperawatan.
Meciptakan dan membina kondisi kerja yang adil ditinjau dari segi
sosial dan ekonomi.
d. Terhadap Profesi Lain
Mampu bekerjasam dengan membina hubungan baik masyarakat,
bangsa dan negara.
3. Masalah Etika Dalam Keperawatan Maternitas
a. Masalah Etika Ringan
Membicarakan rahasia klien
Membentak klien yang gelisah
1
Membantu klien partus tanpa tabir
b. Masalah Etik Kompleks
Abortus
Amniosintesis
4. Kiat Keperawatan
Kemampuan perawat memberikan asuhan keperawatan secara konprhensif
dengan cara / pendekatan tertentu dalam upaya memberikan kepuasan dan
kenyamanan pada klien :
1. Menyusi yang peduli
2. Menyusui berbagi
3. Menyusui Tertawa
4. Menyusui Cryng
5. Menyusui adalah menyentuh
6. Menyusui membantu
Keperawatan adalah beliefing pada orang
lain
Keperawatan adalah diri belieping
Keperawatan adalah percaya
Keperawatan adalah belajar
Keperawatan adalah menghormati
Keperawatan mendengarkan
Keperawatan lakukan
Keperawatan adalah perasaan
Keperawatan adalah menerima
5. Kebijakan Pelayanan Keperawatan Maternitas
Memberikan pelayanan tenaga terlatih
Meningkatkan pengetahuan kesehatan
masyarakat
Meningkatkan penerimaan gerakan KB
Memberikan pendidikan dukun beranak
Meningkatkan system
2
6. Peranan Perawat Dalam Keperawatan Maternitas
Suatu perilaku yang diharapkan, yang dikaitkan dengan standar, merefleksikan
tujuan dan nilai yang dilaksanakan pada situasi tertentu.
7. Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Maternitas
Peranan atau tingkah laku perawatan yang diharapkan dan dinilai oleh
masyarakat dalm memberikan pelayanan ibu dan bayi baru lahir:
Sebagai pelaksana keperawatan (caregiver)
Sebagai pendidik (teacher)
Sebagai communicator
Sebagai penasehat (counselor)
Sebagai researcher
Sebagai pembela (advocate)
Sebagai manajer
8. Linkup Peran Maternitas
Membantu klien memperoleh kembali
kesehatannnya
Membantu yang sehat memelihara
kesehatannya
Membantu yang tidak bias disembuhkan
untuk mencegah masalah lebih lanjut
9. Kegiatan Dalam Keperawatan Maternitas
Promotif
Preventif
Kuratif
Rehabilitatif
10. Pelayanan Keperawatan Maternitas Terlambat
Identifikasi risiko tinggi dan komplikasi
obstetri (provider)
Pengambilan keputusan (pasien/klien dan
keluarga)
3
Dating ke pusat rujukan (geografi,
transportasi)
Penanganan di tempat rujukan (rumah sakit)
11. Falsafah Keperawatan Maternitas
1. Keperawatan maternitas
dipusatkan pada:
a. Keluarga dan
masyarakat askep yang holistic
b. Menghargai klien dan
keluargai
c. Klien, keluarga,
masyarakat berhak keperawatan yang sesuai
2. Setiap individu berhak lahir
sehat-optimal
a. Wanita hamil dan
bayi yang di kandungnya
b. Wanita pasca
persalinan beserta bayinya
3. Pengalaman: kehamilan,
persalinan, gangguan kesehatan merupakan tugas perkembangan keluarga
dan dapat menjadi krisis situasi.
4. Yakin bahwa kehamilan dan
persalinan adalah peristiwa yang normal, alamiah, partisipasi aktif
keluarga dibutuhkan untuk kepentingan kesehatan ibu dan bayi.
5. Awal kehamilan awal bentuk
interaksi keluarga.
6. Sikap, nilai, dan perilaku
sehat setiap individu dipengaruhi latar belakang, agama dan kepercayaan
7. Keperwawatan maternitas
berfungsi sebagai advocat/ pembela untuk melindungi hak klien
4
8. Mempromosikan kesehatan
merupakan tugas penting bagi keperawatan maternitas generasi penerus
9. Keperawatan maternitas
memberi tantangan bagi peran perawat dan merupakan masyarakat.
10. yakin bahwa penelitian
keperawatan dapat menambah pengetahuan dalam menigkatkan mutu
pelayanan maternitas.
5
ETIKA DALAM TINDAKAN OBSTETRI
Prinsip Dasar
1. Sejak dahulu seorang dokter menduduki tempat terkormat dalam
masyarakat dan adalah tugas dari para dokter yang tergabung dalam ikatan
profesi untuk denantiasa menjaga agar kedudukan tersebut tidak merosot.
Kedudukan terhormat dengan sendirinya membawa tanggung jawab yang
besar bagi para dokter dan ini tidak berarti bahwa perilaku dokter tidak
dipertanyakan lagi. Akhir-akhir ini masyarakat yang makin kritis sering
menyoroti profesi dokter sebagai akibat tingkah laku beberapa orang dokter,
yang di dalam maelakukan profesinya menyimpang dari nilai-nilai yang telah
di sepakati bersama oleh ikatan profesi kedokteran.
2. Sudah sejak pertengahan abad ke19 indonsia mangenal profesi dokter.
Sejak itu pula prilaku para dokter senantiasa di tuntun oleh persepsi dalam hati
nurani masing-masing mengenai nilai etis dalam menjalankan profesinya pada
waktu itu, di mana jumlah doter masih sedikit, bila seorang dokter melakukan
tindakan yang menyimpang dari norma-norma etik yang telah merupakan
kesepakatan bersama, akan turun martabatnya di taman sejawatnya.
3. Dengan bertambahnya jumlah dokter, perkembangan pesat dalam ilmu san
tknologi kedokteran yang menimbulkan masalah-msalah baru serta sorotan
yang makin tajam terhadapprofesi kedokteran,telah mendorong para dokter
untuk menentukan nilai-nilai etik yang dapat menjadi panduan bagi dokter-
dokter dalam melakukan profesinya.dari beberapa oertemuan kemudian
muncul apa yang di sebut kode etik kedokteran Indonesia. Kode etik ini secara
rasmi diakui oleh departemen kesehatan sebagai kode etik kedokteran bagi
para dokter di Indonesia (1983).dengan demikian, para dokter dalam
melakukan profesinya selain berpadu pada lapal sumpah dokter, juga pada
kode etik kedokteran.
4. Kode etik kedoteran, seperti kode etik profesi lain sebenanya adalah satu
tata cara prilaku yang telah di terima secara sukarela oleh anggota-anggotanya
yaitu satu pedoman yang telah dibuat oleh sendiri oleh profesi secara sukarela
6
dan tidak merupakan undang-undang atau peraturan pemerintah. Pada
hakikatnya dokter sendirilah yang menenukan sikap atau tindakannya, sesuai
dengan nilai-nilai etik kedokteran dan norma-norma yang berlaku dalam
msyarakat. Seorang dokter harus merasa apa yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai kedokteran dan norma-norma yang berlaku dalam msyarakat dalam
praktek sehari-hari, ada tindakan yang menyimpang dari kode etik dan
sekaligus merupakan pelanggaran hukum, baik hukum perdata maupun.
Sebagai cotoh misalnya pada kasus kelalaian (Malpractic atau Negligence),
sehingga dokter yang bersangkutan dapat di ajukan ke pengadilan. Sebaliknya
banyak tindakan atau prilaku yang menurut KUHP tidak termasuk
pelanggaran, akan tetapi oleh profesi di anggap menyimpang dari kode etik.
5. Satjipto rahardjo, seorang ahli dalam hukum social, menyatakan bahwa
praktek kedokteran tidak berlangsung dalam ruang hampa melainkan dalam
ruang yang penuh dengan jaringan nilai, kaidah serta lalu lintas prilaku dan
pikiran manusia. Berdasarkan pernyataan terdebut diatas, maka praktek dan
perkembangan kedokteran merupakan sesuatu yang dinamis, yaitu merpakan
hasil interaksi antara dunia kedokteran yang esoterik dengan lingkungannya.
Di dalam pengrtian interaksi tersebut tersimpan berbagai bentuk proses, baik
yang bersipat harmonis maupun yang komplik.
6. Sesuai dengan sipat yang selalu sosial –kontekstual sebagai akibat dari
perkembangan ilmu dan teknologi,maka banyak hal yang bisa di
permaslahkan keculi perkembangan dalam bidang biologi medik. Para dokter
sebagai mata rantai yang melakukan penerapan hasil-hasil dari ilmu tersebut
menepti kedudukan penting, baik sebagai ahli yang menguasai teknologi
pengobatan, maupun sebagai manusia yang mempunyai hati nurani.
7. Kode etik kedokteran pada dasarnya lebih dekat dengan mral daripada
hukum. Kode etik ini mengandung pertimbangan etis yang jelas dan oleh
karenanya dekat dengan moral. Kode Ektik Kedokteran tidak hanya
merisaukan perilaku dokter semata, tetapi perilaku yang mencerminkan
keluhuran profesi dan dengan didekasi terhadap profesi tersebut. Kalau kode
etik lalu dikitkan dengan moralitas positif, hal ini disebabkan oleh karena ia
7
merupakan penerapan suatu keyakinan moral tertentu terhadap suatu profesi.
Hal ini berbeda dengan cara kerja hukum yang hanya merisukan perilaku
manusia yang menimbulkan dampak terhadap ketertiban umum. Pada saat-saat
tertentu, yaitu saat profesi kedokteran dihadapkan kepada peruban dan
tantangan baru, maka banyak sekali pemikiran etis muncul dangan kuat.
8. Tantangan bagi profesi kedokteran sekarang ini nampaknya berkaitan erat
dengan perlakuan kita terhadap manusia secara biologi. Memang tidak bisa
lain, sebab suatu kode etik profesi yang tidak mampu menuntun dunia
profesinya melewati tantangan tersebut dengan selamat menjadi tidak berarti
lagi sebagai suatu kede etik profesi. Kode Etik profesi bersifat dinamis, karma
moral disini dikaitkan dengan ilmu yang selalu berkembang. Lebih lanjut
harus disadari bahwa dari kode etik kedokteran tidak dapat diharapkan adanya
tuntunan yang persis dan rinci, oleh karenanya ia hanya dapat memberikan
tuntunan etis yang sangat umum sifatnya.
9. Dalam beberapa dasawarsa yang lalu mungkin harapan masyarakat dapat
terpenuhi, karena kondisi masyarakat masih memungkinkan dilaksanakan
kode etik kedokteran secara murni. Kini masyarakat telah berkembang
sedemikian rupa, sehingga nilai kriteria yang dipergunakan juga berubah.
ETIKA DALAM OBSTETRI OPERATIF
1. Sejarah menunjukkan bahwa nasalah eti dan medikolegal yang paling
sukar adalah yang berhubungan reproduksi manusia. Tolok ukur pelayanan
kebidanan dewasa ini tidak lagi di nilai dari kematian ibu saja, tetapi sudah
dilihat sejauh mana penurunan morbiditas maternal, bahkan ke morbiditas dan
mortalitas peritanal. Lebih dari itu, kehamilan adalah satu kondisi dimana
profesi kedokteran ikut serta. Disini ilmu kedokteran tidak hanya mengikut
sertakan seorang ibu, tetapi janin dan keluarga.
Tidaklah berkelebihan bila dikatakan bahwa dibidang kedokteran, ilmu
kebidanan memberika peluang yang berharga yang sedemikian luasnya dan
demikian beranggung jawab secara langsung bagi kesejahteraan dan
kebehagian seseorang, kelurga, masyarakat, bangsa dan negara. Ruang gerak
8
seorang ahli obstetri-ginekologi meliputi setiap tahapan kehidupan,
mencangkup generasi demi generasi, menjangkau masalah kependudukan
negaranya, sekarang dan dihari depan.
2. Dalam bidang Obstetri Operatif diharapkan agar dapat ditegakkan standar
pelayanan yang baku, yang berarti bahwa derajat kemampuan dan
keterampilan para dokter setidak-tidaknya memenuhi satu setandar tertentu,
dalam menangani kasus obstetrik.
Pembakuan prosedur mempunyai dampak yang luas, yaitu disamping
memperbaiki pelayanan obstetrik dapat juga dipakai untuk mengkaji sejauh
mana seorang dokter spesialis kebidanan sudah melaksanakan kewajiban-
kewajibannya. Prosedur penanganan kasus-kasus yang gagal, seorang dokter
menolong persalinan operatif ini, dapat membela dirinya dari tuntutan
pengadilan profesi.
3. masyarakat makin maju, informasi ilmu makin mudah dicerna oleh
masyarakat, kepuasan pelayanan kesehatan makin menjadi tuntutan
masyarakat. Sebaliknya setiap dokter tidak dapat menjamin aknan
keberhasilan pengobatan ataupun tindakannnya, lagi pula pengobatan ataupun
tindakan untuk seseorang atau satu kasus tertentu, kadang-kadang dapat
beraneka ragam, namun demikian hanya satu cara saja yang harus dipilih oleh
dokter pada waktu itu.
Dewasa ini seorang dokter dituntut untuk memenuhi standar tertentu yang
diajukan oleh perkumpulan profesinya, demi untuk pelayanan yang baik dan
merata. Ada kalanya cara yang telah dipilihnya dengan seksama masih juga
tidak berhasil. Setiap dokter dapat membuat kesalahan, namun demikian
hendaknya kesalahan tersebut cukup beralasan dan jangan sekali-kali bahwa
kesalahan tersebut akibat dari keteledoran atau tidak dianutnya prosedur
penanggulangannya.
4. Obstetri operatif sering merupakan suatu tindakan yang segera harus
dilakukan. Satu tindakan yang sangat mempengaruhi kebahagiaan keluarga,
ibu dan anknya. Kebahagiaan ibu dan anknya, bahkan nyawanya sangat
tergantung dari tindakan operasi obstetrik ini. Seorang dokter kebidanan harus
9
secara tajam menentukan diagnosisnya dan segera memilih tindakan tepat
dengan syarat-syarat yang ada pada waktu itu. Selama persalinan berlangsung
tugas seorang dokter terhadap pasien adalah memberikan pencegahan dan
pengobatan. Pada tahap awal selama persalinan berlangsung, dokter
mengamati proses-proses alami dan menentukan kapan, di mana dan
bagaimana ia dapat membatu proses alami ini.
5. Tindakan obstetrik harus selalu didasari oleh etika yang baik., pemikiran
yang jernih serta keterampilan yang baik. Tindakan dalam bidang obstetri
dengan mudah dapat melukai ibu dan anak, apalagi pada kasus yang berlarut-
larut, keluarga penderita yang menjengkelkan, dokter yang yang lelah, atau
harus menghadapi kasus yang mendadak menjadi sulit, ini semua dapat
membuat seorang dokter kehilangan kemampuannya untuk membuat
diagnosis yang tepat dan dapat membuat dokter bekerja secara tergesa-gesa,
sehingga dapat merugikan ibu atau anaknya, atau kedua-duanya. Tidak jarang
di beberapa tempat di kamar bersalin terpancang slogan dalam kata-kata
Latin” primum non nocere”, yang artinya “ yang penting jangan merugikan “
Dari para dokter kebidanan yang sudah berpengalaman sering diungkapkan
pula kata-kata Latin “ non vi sed arte” yang artinya “ jangan dengan kekuatan
tapi dengan keterampilan”. Merenung kembali apa yang telah dilakukan,
merupakan suatu tindakan yang terpuji. Mawas diri dengan menilai apakah
tindakan yang baru saja dilakukan merupakan tindakan yang terbaik. Apakah
tindakan yang sama juga akan dilakukan pada kasus yang sama, semua ini
merupakan pengalaman yang baik dan dapat meningkatkan kemampuan
perorangan.
6. Sudah menjadi kebiasaan bila terjadi keslahan, maka kesalahan tersebut
cenderung dilimpahkan pada pihak lain. Hal ini terutama terjadi bila cedera
yang dialami menimpa dirinya atau anggota keluarga yang dicintai misalnya
bayinya. Dalam obstetri penyebab tuntunan keluarga terutama tergantung dari
watak pribadi orang tua bayi, berat ringannya cedera, pribadi dokter dan
derajat pelayanan. Seorang dokter dalam kesibukannya pada waktu kelelahan
10
atau bila sedang mengalami stress secara tidak sadar dapat saja membuat
kesalahan.
7. Untuk mengurangi tuntunan keluarga dan untuk pemikiran, perlu
diperhatikan beberapa hal
a) Agar mengikut sertakan keluarga dalam pengambilan keputusan,
yang artinya agar dokter memberikan informasi mengenai keadaan ibu
yang sedang menjalani persalinan, keadaan janin dan kemajuan proses
persalinannya.
b) Perlu diinformasikan risiko proses persalinan yang untuk beberapa
keadaan cukup tinggi akibatnnya.
c) Dokumentasi dalam catatan medik yang tepat dan kronologik,
mencerminkan derajat pelayanan, catatan mana dapat menjadi titik lemah
bila tidak dicatat secara cermat, sebaliknya dapat dimanfaatkan untuk
menangkis tuduhantuduhan bila pencatatannya baik.
d) Keterampilan dan sopan santun penolong perlu diperhatikan.
8. Untuk mengurangi kemungkinan tuntutan, maka di bawah ini dicantumkan
satu daftar yang perlu dicek, apakah hal-hal tersebut sudah dilaksanakan.
a) Melayani pasien dengan ramah tamahan.
b) Kenalilah watak pasien.
c) Ambilah anamnesis yang baik.
d) Peiksalah dengan penuh kesopanan dan pengertian.
e) Lakukan prosedur yang anda terampil mengerjakan.
f) Rujuklah bila terjadi kesulitan.
g) Dikomunikasikan pada penderita dan keluarganya.
h) Pengawasan yang selalu teratur.
i) Hargailah pendapat penderita untuk menerima atau menolak
pengobatan yang akan diberikan.
9. Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang dapat terjadi dalma
menjalankan pelayanan obstrettrik ysng di rekam oleh florida medical
association.
Di tinjau dari seringnya kejadian
11
a. Diagnosisi yang kurang tepat
b. Kesalahan teknik operasi
c. Kesalahan obat
d. Perlukaan pada bayi
e. Infeksi luka operasi
f. Anestasi yang kurang tepat
g. Benda asing yang tertinggal
h. Kesalahan petugas kesehatan
Di tinjau dari derajat kesalahan
a. Perlukaan pada bayi
b. Anestesi yang kurang tepat
c. Perlukaan jalan lahir
d. Kesalaha petugas kesehatan
e. Diagnosis yang kurang tepat
f. Infeksi luka operasi
g. Kesalahan teknik operasi
h. Penderita kurang puas terhadap pelayanan
Ditinjau dari segi pembiayaan (Seringnya kejadian X% kesalahan)
a. Diagnosis yang kurang tepat
b. Kesalahan teknik operasi
c. Perlukaan pada bayi
d. Anesteesi yang kurang tepat
e. Kesalahan obat
12
WANITA DALAM BERBAGAI MASA KEHIDUPAN
Setelah lahir,kehidupan wanita dapat di bagi dalam beberapa masa
bayi,masa kanak-kanak,masa pubertasmasa produksi ,masa klimaksterium,dan
masa senium.Masing-masing masa itu mempunyai kekhususan ; karma
itu,gangguan pada setiap masa tersebut juga dapat di katakan khas karma
merupakan penyimpangan dari faal yang khas pula dari masa yang bersangkutan.
1. BAYI WANITA
Pada waktu bayi lahir cukup bulan,pembentukan genitelia interna udah
selesai; jumlah folikel primordial dalam kedua ovarium telah lengkap,yakni
sebanyak 750.000 butir dan tidak bertambah lagi pada kehidupan
selanjutnya.Tuba,uterus,vagina, dan genetalia eksterna sudah terbentuk;labia
majora biasanyamenutupi labia minora lebih kelihatan.
pada minggu pertama dan kedua kehidupan di luar,bayi masih
mengalami pengaruh estrogen yang sewaktu hamil memasuki tubuh janin
melalui plasenta.karna itu uterus bayi yang baru lahir agak lebih besar dari
pada uterus anak kecil.di samping itu, estrogen itu dapat menimbulkan
pembengkakan payu dara bayi wanita maupun pria selama 10 hari pertama
dari kehidupannya;kadang-kadang malahan di sertai dengan sekresi cairan
seperti air susu.selanjutnya, pada 10 -15 % dari bayi wanita dapat timbul
perdarahan per vaginam dalam minggu-minggu pertama,yang bersifat
withdrawal bleeding.
Biasanya genitelia bayi wanita yang baru lahir itu basah karna sekresi
cairan yang jerrnih.Epitel vagina relative tebal dan pH vagina 5; setelah 2-3
minggu, epitel vagina ini menjjadi tipis dan pH naik menjadi 7.pada 1/3
bayi wanita, endoserviks tidak terhenti pada ostium uteri eksternum,tetapi
menutupi juga sebagian dari porsio servisis uteri,sehingga terdapat apa yang
di namakan pseudoerosio kongenitalis.setelah + 11/ 2 tahun,erosion hilang
dengan sendirinya.
13
Pada waktu lahir perbandingan seviks dan korpus uteri 1: 1 karena
hifertropi korpus ; setelah pengaruh estrogen tidak ada lagi,perbandingan
lambat laun menjadi 2 : 1 pada pubertas dengan pengaruh ekstrogen yang di
hasilkan sendiri oleh anak ,perbandingan berubah lagi,dan pada wanita
dewasa menjadi 1:2.
2. MASA KANAK-KANAK
Yang khas dari masa kanak-kanak ini ialah bahwa perangsangan oleh
hormone kelamin sangat kecil,dan memang kadar estrogen dan hormon
gonadotropin sangat rendah.karena itu ,alat-alat geneital pada masa ini tidak
memperlihatkan pertumbuhan yang berarti sampai permulaan
pubertas.asiditas vagina yang rendah memudahkan terjadinya infeksi.