Top Banner
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Stakeholder Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal 1970an, yang secara umum dikenal dengan stakeholder theory artinya sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai- nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Stakeholder theory dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value) secara eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha. (Freeman, et al.,2002 dalam Waryanti, 2009). Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Tanggung jawab sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (stakeholder), namun lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan sebetulnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan atau
23

Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

Feb 06, 2018

Download

Documents

ngongoc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teoretis

2.1.1 Teori Stakeholder

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal

1970an, yang secara umum dikenal dengan stakeholder theory artinya sebagai

kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-

nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan,

serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara

berkelanjutan. Stakeholder theory dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value)

secara eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha.

(Freeman, et al.,2002 dalam Waryanti, 2009).

Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya

beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi

stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat

dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).

Tanggung jawab sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan

memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (stakeholder), namun

lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan

sebetulnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk

kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan atau

Page 2: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

klaim terhadap perusahaan. Mereka adalah pemasok, pelanggan, pemerintah,

masyarakat lokal, investor, karyawan, kelompok politik, dan asosiasi

perdagangan. Seperti halnya pemegang saham yang mempunyai hak terhadap

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, stakeholder juga

mempunyai hak terhadap perusahaan (Waryanti, 2009).

2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory)

Suatu informasi dapat dikatakan bermanfaat apabila informasi tersebut benar-

benar atau seakan-akan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai

yang dituju, yang ditunjukkan adanya asosiasi antara peristiwa (event) dengan

return, harga atau volume saham di pasar modal (Suwardjono, 2005).

Teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan

informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut disebabkan karena terjadinya

asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Asimetri

informasi terjadi jika manajemen tidak menyampaikan semua informasi yang

diperoleh secara penuh sehingga mempengaruhi nilai perusahaan yang terefleksi

pada perubahan harga saham karena pasar akan merespon informasi yang ada

sebagai sinyal. Untuk mengurangi asimetri informasi maka perusahaan harus

mengungkapkan informasi yang dimiliki, baik informasi keuangan maupun non

keuangan. Salah satu informasi yang wajib untuk diungkapkan oleh perusahaan

adalah informasi tentang tanggungjawab sosial perusahaan atau corporate social

responsibility. Informasi ini dapat dimuat dalam laporan tahunan perusahaan atau

laporan sosial perusahaan terpisah. Perusahaan melakukan pengungkapan

Page 3: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

corporate social responsibility dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan

nilai perusahaan (Rustiarini, 2010).

2.1.3 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan

Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility

(CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela

mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya

dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi

di bidang hukum (Anggraini, 2006).

Menurut The World Business Council for Sustainable Development

(WBCSD), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial

perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi

bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para

karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun

masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang

bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.

Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang

disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan

mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja

organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan

(sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai

ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadapkinerja organisasi (ACCA,

2004 dalam Anggraini, 2006). Sustainability report harus menjadi dokumen

Page 4: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang

Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business dan

sektor industrinya.

2.1.4 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan

keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses

akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statement

keuangan. Laporan keuangan perusahaan ditujukan kepada pemegang saham,

investor, dan kreditor.

Kuntari dan Sulistyani (2007), ada tiga pendekatan dalam pelaporan kinerja

sosial, yaitu :

1. Pemeriksaan Sosial (Social Audit)

Pemeriksaan sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial dan

lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dari operasi- operasi

yang dilakukan perusahaan. Pemeriksaan sosial dilakukan dengan membuat suatu

daftar aktivitas-aktivitas perusahaan yang memiliki konsekuensi sosial, lalu

auditor sosial akan mencoba mengestimasi dan mengukur dampak-dampak yang

ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas tersebut.

2. Laporan Sosial (Social Report)

Berbagai alternatif format laporan untuk menyajikan laporan sosial telah

diajukan oleh para akademis dan praktisioner. Pendekatan-pendekatan yang dapat

dipakai oleh perusahaan untuk melaporkan aktivitas-aktivitas

Page 5: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

pertanggungjawaban sosialnya ini dirangkum oleh Dilley dan Weygandt menjadi

empat kelompok sebagai berikut ( Kuntari dan Sulistyani, 2007) :

a. Inventory Approach

Perusahaan mengkompilasikan dan mengungkapkan sebuah daftar yang

komprehensif dari aktivitas-aktivitas sosial perusahaan. Daftar ini harus memuat

semua aktivitas sosial perusahaan baik yang bersifat positif maupun negatif.

b. Cost Approach

Perusahaan membuat daftar aktivitas-aktivitas sosial perusahaan dan

mengungkapkan jumlah pengeluaran pada masing-masing aktivitas tersebut.

c. Program Management Approach

Perusahaan-perusahaan tidak hanya mengungkapkan aktivitas-aktivitas

pertanggungjawaban sosial tetapi juga tujuan dari aktivitas tersebut serta hasil

yang telah dicapai oleh perusahaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan itu.

d. Cost Benefit Approach

Perusahaan mengungkapkan aktivitas yang memiliki dampak social serta

biaya dan manfaat dari aktivitas tersebut. Kesulitan dalam penggunaan

pendekatan ini adalah adanya kesulitan dalam mengukur biaya dan manfaat sosial

yang diakibatkan oleh perusahaan terhadap masyarakat.

3. Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan (Disclosure In Annual Report)

Pengungkapan sosial adalah pengungkapan informasi tentang aktivitas perusahaan

yang berhubungan dengan lingkungan sosial perusahaan. Pengungkapan sosial

dapat dilakukan melalui berbagai media antara lain laporan tahunan, laporan

interim/laporan sementara, prospektus, pengumuman kepada bursa efek atau

Page 6: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

melalui media masa. Perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi

yang berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh

perusahaan tersebut. Florence, et al., 2004 menyebutkan ada tiga studi, yaitu :

a. Decision Usefulness Studies

Belkaoui (1989) dalam Anggraini (2006) mengemukakan bahwa perusahaan

yang melakukan aktivitas sosial akan mengungkapkannya dalam laporan

keuangan. Sebagian dari studi-studi yang dilakukan oleh para peneliti yang

mengemukakan pendapat ini menemukan bukti bahwa informasi sosial

dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan.

b. Economic Theory Studies

Studi ini menggunakan agency theory dimana menganalogikan manajemen

sebagai agen dari suatu prinsipal. Lazimnya, principal diartikan sebagai pemegang

saham atau tradisional users lain. Namun, pengertian prinsipal tersebut meluas

menjadi seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen,

manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai dengan keinginan

publik.

c. Social and Political Theory Studies

Studi di bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi organisasi

dan teori ekonomi politik. Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi

perusahaan ditentukan oleh para stakeholder. Pengungkapan sosial yang

dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat voluntary (sukarela), unaudit

(belum diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi oleh peraturan tertentu).

Anggraini (2006) mengatakan bahwa Corporate Social Responsibility terbagi

Page 7: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial.

Sedangkan dalam penelitian ini mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan

pelaporan sosial perusahaan berdasarkan standar GRI (Global Reporting

Initiative). Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis

organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak

menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-

menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia

(www.globalreporting.org). Daftar pengungkapan sosial yang berdasarkan standar

GRI juga pernah digunakan oleh (Dahlia dan Siregar, 2008), peneliti ini

menggunakan 6 indikator pengungkapan yaitu : ekonomi, lingkungan, tenaga

kerja, hak asasi manusia, sosial dan produk. Indikatorindikator yang terdapat di

dalam GRI yang digunakan dalam penelitian yaitu :

1. Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator)

2. Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance indicator)

3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja (labor practices performance indicator)

4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (human rights performance indicator)

5. Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator)

6. Indikator Kinerja Produk (product responsibility performance indicator)

Untuk penelitian ini indikator yang digunakan hanyalah tiga kategori, yaitu

indikator kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial. Indikator kinerja sosial

mencakup empat indikator yang terdiri dari: indikator kinerja tenaga kerja, hak

asasi manusia, sosial/kemasyarakatan, dan produk.

Page 8: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

2.1.5 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar, seperti

halnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008),

karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara

maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga

saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai

perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para

professional. Para professional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris

(Nurlela dan Islahuddin, 2008).

Nurlela dan Islahuddin (2008) menjelaskan bahwa enterprise value (EV) atau

dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi

investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara

keseluruhan. Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan

nilai perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara

pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan

berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai

hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi

dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan indeks

yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan. Berdasarkan alasan

itulah, maka tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi

nilai saham kepemilikan perusahaan, atau memaksimalisasikan harga saham.

Tujuan memaksimumkan harga saham tidak berarti bahwa para manajer harus

Page 9: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan mengorbankan para pemegang

obligasi.

Tujuan perusahaan pada dasarnya adalah memaksimumkan nilai perusahaan.

Untuk mencapai tujuan tersebut masih terdapat konflik antara pemilik perusahaan

dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan berjalan lancar, maka

nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai hutang perusahaan

dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Dapat disimpulkan bahwa

nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan indeks yang tepat untuk mengukur

tingkat efektivitas perusahaan. Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen

keuangan dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan

perusahaan atau memaksimalisasi harga saham. Tujuan memaksimumkan harga

saham tidak berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai

saham dengan mengorbankan para pemegang obligasi (Erlina, 2002).

Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja

perusahaan juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Jika

nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan

utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan

kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Gapensi, 1996 dalam

Wahidahwati, 2002).

2.1.6 Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan individu yang

dibuat secara terus menerus oleh pihak manajemen suatu perusahaan. Kinerja

Page 10: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

berarti pula bahwa dengan masukan tertentu untuk memperoleh keluaran tertentu.

Secara implisit definisi kinerja mengandung suatu pengertian adanya suatu

efisiensi yang dapat diarti secara umum sebagai rasio atau perbandingan antara

masukan dan keluaran. Kinerja perusahaan sebagai emiten di pasar modal

merupakan prestasi yang dicapai perusahaan yang menerbitkan saham yang

mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi (operating result) perusahaan

tersebut dan biasanya diukur dalam rasio-rasio keuangan (Siregar, 2010).

Pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan ukuran rasio sudah

menjadi suatu parameter yang terbilang umum saat ini. Dalam penelitian-

penelitian yang berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan dilakukan

berdasarkan pada ketentuan: (1) hasil penelitian-penelitian sejenis sebelumnya, (2)

menggunakan tolok ukur yang telah ditetapkan oleh otoritas yang berwenang, (3)

kelaziman dalam praktek, (4) mengembangkan model pengukuran melalui

pengujian secara statistik terlebih dahulu dengan memilih tolok ukur yang sesuai

dengan tujuan penelitian.

Sawir (2005) menyatakan bahwa kinerja keuangan adalah prestasi yang

dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat

kesehatan dari perusahaan tersebut. Menurut Nainggolan (2004), kinerja keuangan

perusahaan merupakan salah satu aspek penilaian yang fundamental mengenai

kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis terhadap

rasio-rasio keuangan perusahaan, antara lain: rasio likuiditas, rasio leverage, dan

rasio profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu.

Page 11: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

1) Rasio Keuangan

Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan.

Analisis laporan keuangan yang mencangkup analisis rasio keuangan, analisis

kelemahan, dan kekuatan dibidang finansial akan sangat membantu dalam menilai

prestasi manajemen di masa lalu dan prospeknya di masa datang. Dengan analisis

keuangan ini dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh seorang

business enterprise. Rasio tersebut dapat memberi indikasi apakah perusahaan

memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya

piutang yang cukup rasional, efesiensi manajemen persediaan, perencanaan

pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan

memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai (Andinata, 2010).

Dengan menganalisis prestasi keuangan, seorang analisis keuangan akan

dapat menilai apakah manajer keuangan dapat merencanakan dan

mengimplementasi ke dalam setiap tindakan secara konsisten dengan tujuan

memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Di samping itu, analisis

semacam ini juga dapat dipergunakan oleh pihak lain seperti bank, untuk menilai

apakah cukup beralasan (layak) untuk memberikan tambahan dana atau kredit

baru, dan calon investor untuk memproyeksikan prospek perusahaan di masa

datang (Andinata, 2010).

Penggunaan analisis rasio keuangan ini sangat bervariasi dan tergantung oleh

pihak yang memerlukan. Di samping itu juga perlu disadari bahwa analisis rasio

keuangan ini hanya memberi gambaran satu sisi saja, oleh sebab itu masih

diperlukan lagi tambahan data agar lebih baik. Analisis rasio keuangan ini hanya

Page 12: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

bermanfaat apabila dibanding dengan standar yang jelas, seperti standar industri,

kecenderungan atau standar tertentu sebagai tujuan manajemen. Selain itu perlu

diperhatikan apabila membanding rasio satu perusahaan dengan perusahaan yang

lain adalah menyangkut sistem akuntansi yang dipergunakan (Andinata, 2010).

Sartono (2001) menjelaskan bahwa analisis rasio keuangan dikelompokkan

menjadi empat:

1. Rasio likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya.

2. Rasio aktivitas, menunjukkan sejauh mana efesiensi perusahaan dalam

menggunakan aset untuk memperoleh penjualan.

3. Financial leverage ratio, menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi

kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang.

4. Rasio profitabilitas, dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan

memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, aset maupun

laba bagi modal sendiri.

Dalam hal ini peneliti menggunakan rasio profitibilitas sebagai ukuran untuk

menilai kinerja keuangan perusahaan.

2.1.7 Profitabilitas

Profitabilitas adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibelitas

kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang

saham program tanggung jawab sosial secara lebih luas (Heinze, 1976 dalam

Florence, et al., 2004). Hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan

Page 13: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi postulat

(anggapan dasar) untuk mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial

memerlukan gaya manajerial. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas

perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi social (Bowman dan

Haire, 1976 dalam Anggraini, 2006).

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mencerminkan suatu

pendekatan manajemen adaptive dalam menghadapi lingkungan yang dinamis dan

multidimensional serta kemampuan untuk mempertemukan tekanan sosial dengan

reaksi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, ketrampilan manajemen perlu

dipertimbangkan untuk survive dalam lingkungan perusahaan masa kini (Cowen,

et al., 1987 dalam Florence, et al., 2004).

Menurut Petronila (2003) dalam Wahidahwati (2002) profitabilitas

merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan.

Ukuran profitabilitas dapat berbagai macam seperti : laba operasi, laba bersih,

tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik.

Ang (1997) dalam Wahidahwati (2002) mengungkapkan bahwa rasio

profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang

saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan

yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan

dividennya. Para manajer tidak hanya mendapatkan dividen, tapi juga akan

memperoleh power yang lebih besar dalam menentukan kebijakan perusahaan.

Dengan demikian semakin besar dividen (dividend payout) akan semakin

Page 14: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

menghemat biaya modal, di sisi lain para manajer (insider) menjadi meningkat

powernya bahkan bisa meningkatkan kepemilikannya akibat penerimaan deviden

sebagai hasil keuntungan yang tinggi. Jadi, profitabilitas menjadi pertimbangan

penting bagi investor dalam keputusan investasinya.

Laba (profit) dalam akuntansi konvensional didefinisikan sebagai kelebihan

pendapatan (surplus) dari kegiatan usaha, yang dihasilkan dengan mengaitkan

(matching) antara pendapatan (revenue) dengan beban terkait dalam suatu periode

yang bersangkutan (biasanya tahunan). Dalam pandangan Islam konsep laba

(profit) lebih mengarah pada kesejahteraan tidak hanya sebagai dasar bagi hal-hal

yang berkaitan dengan keuangan secara material dan bersifat duniawi semata,

sebagaimana yang dipersepsikan oleh konvensional.

Laba (profit) merupakan salah satu indikator bagi investor dalam menilai

suatu perusahaan (yang tercermin dalam nilai sahamnya), dimana fluktuatif nilai

saham tersebut tergantung pada keputusan investor apakah akan membeli,

menjual, atau tetap akan mempertahankan investasinya.

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu.

Ada beberapa rasio yang dihitung dalam rasio profitabilitas, yaitu:

1. Profit Margin

Rasio ini digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini juga bisa

diinterprestasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran

efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Semakin tinggi Profit Margin

Page 15: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat

penjualan tertentu.

2. Return On Asset (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan

laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. ROA sering disebut juga ROI

(Return On Investment). Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik pula efisiensi

dan efektivitas pengelolaan asset. ROA merupakan hasil pembagian net profit

dengan total asset yang dinyatakan dalam %.

3. Return On Equity (ROE)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan

laba bersih berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas

dilihat dari sudut pemegang saham. ROE merupakan hasil pembagian antara net

profit dengan equity yang dinyatakan dalam %. Semakin tinggi ROE menunjukan

tingkat profitabilitas yang tinggi.

2.1.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian empiris terdahulu terkait topik, antara lain :

1. Kusumadilaga (2010) yang menguji pengaruh corporate social responsibility

terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating.

Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI

pada tahun 2006 dan 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan,

sedangkan variabel profitabilitas yang diproksikan melalui ROA sebagai

Page 16: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

variabel moderating tidak mempengaruhi hubungan CSR dengan nilai

perusahaan. Terdapat perbedaan luas pengungkapan CSR periode sebelum dan

sesudah berlakunya Undang – Undang No 40 Tahun 2007 tentang perseroan

terbatas.

2. Hermawati (2011) yang menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai

perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social responsibility dan struktur

kepemilikan sebagai variabel moderasi. Sampel penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2009. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang diproksikan melalui

ROA, ROE berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang diproksikan

melalui PBV dan pengungkapan corporate social responsibility tidak

mempengaruhi hubungan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan,

dan sruktur kepemilikan berpengaruh signifikan negatif antara kinerja

keuangan terhadap nilai perusahaan.

3. Rahayu (2010) meneliti tentang Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai

perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good

Corporate Governance sebagai variabel moderasi. Sampel dalam penelitian ini

adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ pada tahun 2007- 2009.

Hasil penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diproksikan melalui ROE

tidak berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang diproksikan melalui

Tobin’ Q, pengungkapan corporate social responsibility tidak mempengaruhi

hubungan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan, dan Good

Page 17: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

Corporate Governance berpengaruh signifikan antara kinerja keuangan

terhadap nilai perusahaan.

2.2 Rerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dan telaah pustaka,

maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu

rerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 1 Rerangka Pemikiran

2.3 Perumusan Hipotesis

2.3.1 Hubungan Return On Asset (ROA) dan Nilai Perusahaan

Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas dalam hal ini ROA terhadap nilai

perusahaan antara lain: Modigliani dan Miller dalam Ulupui (2007) menyatakan

bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan.

Hasil positif menunjukkan bahwa semakin eraning power, semakin efisien

Page 18: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

perputaran asset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan.

Hal ini brdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan

Ulupui (2007) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh posituf signifikan

terhadap return saham satu periode kedepan. Oleh karena itu, ROA merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Makaryanawati

(2002) juga menemukan ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut,

H1: ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

2.3.2 Hubungan Return On Equity (ROE) dan Nilai Perusahaan

Para investor melakukan overview suatu perusahaan dengan melihat rasio

keuangan sebagai alat evaluasi investasi, karena rasio keuangan mencerminkan

tinggi rendahnya nilai perusahaan. Jika investor ingin melihat seberapa besar

perusahaan menghasilkan return atas investasi yang akan mereka tanamkan, yang

akan dilihat pertama kali adalah rasio profitabilitas, terutama ROE, karena rasio

ini mengukur seberapa efektif perusahaan menghasilkan return bagi para investor.

Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar nilai profitabilitas perusahaan,

yang pada akhirnya dapat menjadi sinyal positif bagi investor dalam melakukan

investasi untuk memperoleh return tertentu. Tingkat return yang diperoleh

menggambarkan seberapa baik nilai perusahaan di mata investor. Apabila

perusahaan berhasil membukukan tingkat keuntungan yang besar, maka hal ini

Page 19: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

akan memotivasi para investor untuk menanamkan modalnya pada saham,

sehingga harga saham dan permintaan akan saham pun akan meningkat.

Harga saham dan jumlah saham yang beredar akan mempengaruhi nilai

Tobins Q sebagai proksi dari nilai perusahaan, jika harga saham dan jumlah

saham yang beredar naik, maka nilai Tobins Q juga akan naik. Tobins Q yang

bernilai lebih dari 1, menggambarkan bahwa perusahaan menghasilkan earning

dengan tingkat return yang sesuai dengan harga perolehan asset-asetnya. Hal ini

selaras dengan penelitian Wahyudi (2005) yang menunjukkan bahwa rasio

profitabilitas ROE berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut,

H2 : ROE berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

2.3.3 Hubungan Net Profit Margin (NPM) dan Nilai Perusahaan

Net Profit Margin (NPM) adalah perbandingan laba bersih dan penjualan.

Semakin besar NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga

akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada

perusahaan tersebut.

Susanti (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa profitabilitas (NPM)

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,

H3 : NPM berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Page 20: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

2.3.4 Pengaruh Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Moderating

dalam Hubungan antara ROA dan Nilai Perusahaan

Pengaruh Alokasi Biaya Tanggung Jawab terhadap profitabilitas dapat dilihat

dari beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain: Waddock dan Graves

(1997) menemukan bahwa tanggung jawab sosial berpengaruh secara signifikan

terhadap kinerja keuangan serta memiliki hubungan positif. Penelitian yang

meneliti tentang “ Corporate Social Responsibility and Financial Performance”.

Dengan menggunakan metode “linear regression” memperoleh hasil tanggung

jawab sosial berpengaruh secara signfikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan

menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain

yang yang turut mempengaruhi hubungan ROA dengan nilai perusahaan. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini memasukkan variabel CSR sebagai variabel

moderating. Pemilihan variabel CSR didasari oleh hasil penelitian mengenai

pengaruh Alokasi Biaya Tanggung Jawab Sosial terhadap profitabilitas yang

menunjukkan bahwa alokasi tanggung jawab sosial memiliki pengaruh terhadap

profitabilitas.

Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan CSR

sebagai variabel moderating dilakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2008),

hadil penelitian menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan dan CSR mampu memoderasi hubungan antara ROA dengan nilai

perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut,

Page 21: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

H4: Pengungkapan CSR mempengaruhi hubungan antara ROA dengan nilai

perusahaan

2.3.5 Pengaruh Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Moderating

dalam Hubungan antara ROE dan Nilai Perusahaan

Adanya ketidakkonsistenan hubungan antara profitabilitas dalam hal ini ROE

terhadap nilai perusahaan, bahwa terdapat berbagai hasil penelitian yang

mengungkapkan ROE mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap nilai

perusahaan, diduga terdapat variabel moderating yang turut menginteraksi. Dalam

penelitian ini, variabel moderating yang akan digunakan adalah pengungkapan

CSR.

Variabel moderating CSR akan turut menginteraksi hubungan antara kinerja

keuangan dan nilai perusahaan pada suatu kondisi tertentu. Desakan lingkungan

perusahaan menuntut perusahaan agar menerapkan strategi untuk memaksimalkan

nilai perusahaan. Strategi perusahaan seperti CSR dapat dilakukan untuk

memberikan image perusahaan yang baik kepada pihak eksternal. Perusahaan

dapat memaksimalkan modal pemegang saham, reputasi perusahaan, dan

kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan dengan menerapkan CSR. Telah

disebutkan dalam UU bahwa perusahaan yang aktivitasnya berhubungan dengan

lingkungan alam wajib menerapkan CSR. Perusahaan tidak hanya memandang

laba sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya

yaitu kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena perusahaan mempunyai

Page 22: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang

saham.

Disamping kinerja keuangan yang akan dilihat investor sebelum memutuskan

untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan, adanya pengungkapan item CSR

dalam laporan keuangan diharapkan akan menjadi nilai plus yang akan menambah

kepercayaan para investor, bahwa perusahaan tersebut akan terus berkembang dan

berkelanjutan (sustainable). Para konsumen akan lebih mengapresiasi perusahaan

yang mengungkapkan CSR dibandingkan dengan perusahaan yang tidak

mengungkapkan CSR, mereka akan membeli produk yang sebagian laba dari

produk tersebut disisihkan untuk kepentingan sosial lingkungan, misalnya untuk

beasiswa, pembangunan fasilitas masyarakat, program pelestarian lingkungan, dan

lain sebagainya.

Hal ini akan berdampak positif terhadap perusahaan, selain membangun

image yang baik di mata para stakeholder karena kepedulian perusahaan terhadap

sosial lingkungan, juga akan menaikkan laba perusahaan melalui peningkatan

penjualan. Dengan demikian nilai ROE akan tinggi, dan akan menarik perhatian

para investor untuk berinvestasi serta berpengaruh bagi peningkatan kinerja saham

di bursa efek. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan

adalah sebagai berikut.

H5: Pengungkapan CSR mempengaruhi hubungan antara ROE dengan nilai

perusahaan

Page 23: Stakeholder - repository.stiesia.ac.idrepository.stiesia.ac.id/216/4/Bab 2.pdf · asimetri informasi antara pihak manajemen dan ... mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,

2.3.6 Pengaruh Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Moderating

dalam Hubungan antara NPM dan Nilai Perusahaan

Net Profit Margin merupakan perbandingan laba bersih dan penjualan,

semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga

akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada

perusahaan tersebut.

Variabel moderating CSR akan turut menginteraksi hubungan antara kinerja

keuangan dengan nilai perusahaan pada suatu kondisi tertentu. Desakan

lingkungan perusahaan menuntut perusahaan agar menerapkan strategi untuk

memaksimalkan nilai perusahaan. Apabila perusahaan memiliki NPM tinggi maka

akan meningkatkan harga saham perusahaan dan secara otomatis akan

meningkatkan nilai perusahaan juga akan meningkat. Dan hal ini akan

meningkatkan laba perusahaan, sebagian dari laba tersebut digunakan untuk

alokasi pembiayaan CSR. Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan hipotesis

sebagai berikut:

H6 : Pengungkapan CSR mempengaruhi hubungan antara NPM dengan

nilai perusahaan