JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG ILMU EKONOMI DAN MANAJEMEN Judul Penelitian SEKTOR PERDAGANGAN LUAR NEGERI INDONESIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI Oleh AMRIZAL Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Borobudur Jakarta, Desember 1997
34
Embed
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Borobudur ... · Selama dua dasawarsa yang telah lalu pertumbuhan ekonomi dan ekspor Indonesia masing-masing mencapai 5,7 dan 7 persen setahun.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG
ILMU EKONOMI DAN MANAJEMEN
Judul Penelitian
SEKTOR PERDAGANGAN LUAR NEGERI INDONESIA
DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI
Oleh
AMRIZAL
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Borobudur Jakarta, Desember 1997
2
KATA PENGANTAR
Membuat Karya Ilmiah atau melalukan penelitian sudah merupakan tugas pokok
yang harus dilakukan oleh staf pengajar suatu perguruan tinggi. Tugas ini dibuat dalam
rangka memenuhi persyaratan pengusulan akreditasi atau jenjang kepangkatan pada
Fakultas Ekonomi Universitas Borobudur Jakarta. Meskipun tugas ini sepertinya tidak
lebih dari hanya sekedar suatu persyaratan saja, namun penulis telah berfikir berkali-kali
tentang isi karya Ilmiah yang dibuat ini harus benar-benar dikaji secara ilmiah pula sesuai
dengan namanya, dan inipun sebatas kemampuan yang penulis miliki hingga saat ini.
Alasan lain kenapa karya ilmiah ini harus dibuat demikian adalah
berkemungkinan kalau sekarang batas kemampuan penulis hanya sebatas yang mampu
penulis buat seperti ini, maka mungkin suatu saat bisa untuk lebih disempurnakan.
Agaknya tidaklah terlalu berkelebihan kalau penulis katakan bahwa data yang digunakan
bukanlah data main-mainan, akan tetapi merupakan data resmi yang telah dihimpun oleh
pemerintah atau badan-badan ilmiah lainya.
Karena selain karya Ilmiah ini diajukan terhadap Kopertis Wilayah III dan
sebagai pertinggal juga penulis sediakan untuk kepustakaan Fakultas Ekonomi
Universitas Borobudur, sehingga harapan penulis hanya sekedar untuk dapat dibaca oleh
mahasiswa atau pembaca lainya yang bernuansakan ilmiah pula, mungkin paling tidak
akan dapat membantu menambah khasanah pengetahuan sipembaca atau menjadi
semacam suatu pertanyaan ataupun tanggapan terhadap penulis atas kurang lebihnya
kemapuan yang penulis miliki.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Rektor Universitas
Borobudur Prof. DR. H. Basir Barthos, bapak Dekan Fakultas Ekonomi Prof. DR. H.
Masngudi, SE, APU beserta jajarannya serta mahasiswa semuanya. Tidak terlupa salam
yang istimewa terhadap fihak Kopertis Wilayah III Jakarta tempat tujuan pengusulan
akreditasi ini dan berbagai fihak yang telah disibukkan atas pengusulan akreditasi ini,
demikian dan terima kasih.
Jakarta, 17 Desember 1997
( Amrizal )
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1. PENDAHULUAN
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Perdagangan Luar Negeri dan Pembangunan
2.2. Pengaruh Strategi Industrialisasi Terhadap Pola
Hubungan Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi
2.3. Beberapa Bukti Empiris
3. KERANGKA ANALISA DAN METODOLOGI
3.1. Kerangka Pembentukan Model
3.2. Metodologi
3.3. Model Empiris
3.4. Data
4. PENEMUAN EMPIRIS
5. KESIMPULAN
DAFTAR BACAAN
LAMPIRAN
4
1. PENDAHULUAN
Tidak dapat disangkal bahwa peranan ekspor dalam pertumbuhan ekonomi
sebuah negara sedang berkembang seperti Indonesia adalah penting sekali. Pertumbuhan
jumlah ekspor tidak saja berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan devisa negara
yang sangat dibutuhkan oleh peningkatan kapasitas produksi dalam negeri tetapi juga
meningkatkan kapasitas produksi nyata (riil) yang dihasilkan didalam negeri. Sekaligus
juga situasi tersebut akan mempunyai dampak terhadap perluasan kesempatan kerja.
Selama dua dasawarsa yang telah lalu pertumbuhan ekonomi dan ekspor
Indonesia masing-masing mencapai 5,7 dan 7 persen setahun. Sementara itu bagian
ekspor di dalam Produk Domestik Bruto juga mengalami peningkatan. Semua ini
mengandung implikasi bahwa ekspor mempunyai dampak yang positif terhadap
pertumbuhan ekonoomi Indonesia, walaupun selama periode yang bersangkutan
kebijaksanaan perdagangan yang dianutnya lebih dominan berorientasi terhadap pasar
dalam negeri (inward-looking) daripada terhadap pasar luar negeri (outward-looking).
Padahal proteksi yang diberikan dalam kebijaksanaan inward-looking terhadap
sektor manufaktur pengganti impor tidak konsisten dengan usaha pengembangan ekspor.
Tambahan pula beberapa penelitian telah menemukan bahwa pada negara-negara
berkembang yang menganut kebijaksanaan dengan orientasi ekspor terdapat
kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibanding dengan negara-negara
berkembang yang berorientasi terhadap pasar dalam negeri.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki bentuk hubungan antara ekspor dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama periode 1969-1996. Selama periode ini,
Indonesia dinilai sebagai negara yang menganut kebijaksanaan inward looking.
Pembahasan dalam bagian selanjutnya adalah merupakan tinjauan kepustakaan mengenai
perdagangan pembangunan pada umumnya serta ekspor dan pertumbuhan ekonomi pada
khususnya. Pada bahagian tiga akan diturunkan model yang menjelaskan bagaimana
ekspor dan pertumbuhan ekonomi saling berhubungan secara teoritis dan dikemukakan
pula data yang dipakai untuk pengujian. Hasil pengujian dan analisanya dikemukakan
pada bahagian ke empat serta bahagian kelima adalah merupakan kesimpulan.
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Perdagangan Luar Negeri dan Pembangunan
Para ahli ekonomi klasik dan neo-klasik mempunyai keyakinan bahwa dengan
membuka diri secara bebas terhadap perdagangan luar negeri suatu negara akan bisa
mencapai tujuan dalam pembangunan (Meier, 1968). Pada abad ke 19, perdagangan luar
negeri sudah membuktikan peranannya yang sangat penting dalam pembangunan negara-
negara yang kini sudah maju (Kindleberger, 1977). Karena itu Robertson menyatakan
bahwa perdagangan luar negeri tidak hanya merupakan alat untuk meningkatkan
effisiensi produksi, tetapi juga sebagai mesin pertumbuhan ekonomi (Robertson, 1949).
5
Kini kemampuan sektor perdagangan luar negeri sebagai mesin pertumbuhan
ekonomi bagi negara-negara yang sekarang sedang berkembang sudah mulai diragukan.
Hal ini disebabkan karena banyaknya hambatan-hambatan yang dihadapi negara-negara
sedang berkembang dalam usaha perluasan perdagangan luar negeri mereka (Maizels,
1970). Hambatan-hambatan dalam perluasan perdagangan ekspor bagi negara-negara
berkembang dapat disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal.
Hambatan eksternal merupakan faktor yang berasal dari negara maju sebagai
produk-produk yang dihasilkan oleh negara-negara berkembang yang tercermin dalam
berkurangnya permintaan (demand-deficiency). Sedangkan hambatan internal merupakan
faktor yang terdapat di dalam negara-negara berkembang sendiri yang tercermin dalam
kekurangan produksi dan penawaran. Keberhasilan dalam mengatasi hambatan-hambatan
tersebut akan menentukan kemampuan perdagangan luar negeri untuk bertindak sebagai
mesin penggerak pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang.
Menurut Nurkse terdapat enam faktor eksternal yang merupakan penghambat ekspor
dari negara-negara yang sedang berkembang (Nurkse, 1959). Faktor-faktor tersebut
antara lain adalah :
(1) Pergeseran komposisi produk sektor industri di negara-negara maju dari industri-
industri ringan menuju industri berat yang sedikit membutuhkan bahan mentah dari
negara-negara berkembang.
(2) Peningkatan peranan sektor jasa dalam output negara maju hingga menyebabkan
berkurangnya permintaan terhadap barang mentah.
(3) Elastisitas pendapatan terhadap produk pertanian cenderung lebih rendah daripada
terhadap produk manufaktur:
(4) Kebijaksanaan proteksionis yang diterapkan negara maju terhadap produk pertanian.
(5) Skala keuntungan yang besar telah tercapai dalam industri yang memakai bahan baku
hasil alam.
(6) Kecenderungan pemakaian bahan sintetik dan buatan lainnya sebagai pengganti
bahan mentah hasil alam.
Hadirnya faktor-faktor penghambat bagi negara berkembang dalam memperluas
perdagangan ekspor dan ditambah dengan posisi yang labil sebagai eksportir produk
primer menyebabkan sukarnya menggerakkan pembangunan ekonomi dengan mesin
perdagangan luar negeri, kecuali kalau mereka mempercepat proses industralisasi
(Prebish, 1964). Karena keadaan yang dihadapi sekarang menguntungkan bagi produk
manufaktur dibanding produk pertanian. Ternyata tidak akan banyak membawa
keuntungan bagi negara primer, sedangkan elastisitas harga dan pendapatan terhadap
permintaan barang-barang hasil industri adalah lebih tinggi baik untuk ekspor maupun
untuk pasaran dalam negeri. (Thirwall, 1978).
6
Disamping faktor-faktor eksternal di atas, juga terdapat faktor-faktor internal
negara berkembang sendiri yang menjadi penghambat pertumbuhan ekspor mereka.
Sebenarnya harga barang-barang ekspor dari negara berkembang meningkat lebih cepat
dibanding dengan harga barang-barang negara maju untuk ekspor mereka (Cairncross,
1960). Hal ini menggambarkan rendahnya elastisitas penawaran barang-barang hasil
pertanian dari negara berkembang. Keadaan semakin buruk dengan adanya kebijaksanaan
yang lebih memusatkan diri kepada industrialisasi dari pada mengembangkan
pembangunan pertanian.
Pemusatan investasi, studi kelayakan dan insentif pajak demi pembangunan
industri banyak mengorbankan dan mengabaikan pengembangan sektor pertanian dan
ekspor komoditi tradisional hingga ekspor menjadi terhambat. Kalau hambatan-hambatan
demikian dapat diatasi, maka tidak akan diragukan lagi bahwa perdagangan luar negeri
akan dapat berkerja kembali sebagai mesin pertumbuhan ekonomi negara-negara
berkembang (Cairncross, 1960).
2.2. Pengaruh Strategi Industrialisasi Terhadap Pola
Hubungan Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi
Sebenarnya industrialisasi bukanlah penghambat pertumbuhan ekspor, tetapi
strategi yang dipilih negara berkembang untuk industralisasi mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan ekspor yang selanjutnya akan membawa dampak terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dalam melaksanakan industrialisasi negara berkembang dapat
memilih dua strategi. Pertama, adalah strategi yang berorientasi terhadap pemenuhan
permintaan dalam negeri dengan substitusi impor. Strategi ini dikenal dengan strategi
inward-looking. Kedua, adalah strategi yang berorientasi terhadap pasar luar negeri yang
lazim dikenal sebagai export-oriented atau outward-looking strategy. Setiap strategi akan
mempunyai dampak yang berbeda terhadap pola hubungan antara ekspor dan
pertumbuhan ekonomi.
Strategi inward-looking pada awal penerapannya merupakan akibat dari
pertumbuhan impor yang cepat di negara-negara berkembang. Hal ini membuktikan
terdapatnya pasar di dalam negeri. (Hirschman, 1958). Proses industrialisasi melalui
penggantian impor memberikan kesempatan kepada negara berkembang bagi
peningkatan pengetahuan teknis, pendidikan kota, dinamisme dan kemandirian. Hal ini
semuanya muncul bersama dengan peradaban kota dan keuntungan ekonomi Marshalian.
(Singer, 1964).
Faktor utama yang mendorong strategi inward-looking dengan substitusi impor
meliputi kesulitan dalam neraca pembayaran, perang, pertumbuhan pendapatan dan
kebijaksanaan pembangunan yang ketat (Hirschman, 1968). Prospek ekspor yang suram
juga telah mendorong negara berkembang untuk melaksanakan strategi substitusi impor.
7
Disamping faktor pendorong seperti diatas, banyak pula keberatan-keberatan yang
dilontarkan terhadap strategi substitusi impor. Dikatakan bahwa strategi substitusi impor
dapat mengalihkan sumber daya dari sektor ekspor (Balasa, 1973). Kebijaksanaan tarif
dan nilai tukar valuta asing yang dilakukan untuk menopang program substitusi impor
juga mengurangi ekspor. Ini berarti bahwa substitusi impor sendirian saja adalah sia-sia
dan tidak efektif bagi negara berkembang (Johnson, 1966). Dengan pertimbangan
demikian, maka jelaslah bahwa strategi substitusi impor perlu diiringi dengan suatu
strategi promosi ekspor dalam rangka industrialisasi.
Strategi substitusi impor mengandung pengaruh negatif terhadap sektor ekspor
melalui kebijaksanaan proteksi, baik dengan tarif atau jasa non-tarif. Peningkatan
proteksi, terhadap industri dalam negeri yang menyaingi impor berarti impor semakin
mendapat pembatasan dan pengendalian, membuat industri pengganti impor semakin
menarik bagi penanaman modal baik asing maupun domestik dan semakin mengarahkan
pemakaian sumber-sember ekonomi ke sektor yang dilindungi. Tetapi tindakan-tindakan
demikian merupakan rintangan bagi pengembangan potensi ekspor komoditi manufaktur
(Gorden, 1980).
Pembatasan impor membuat kegiatan produksi yang bersaingan dengan impor
menjadi lebih menarik dari mengalihkan sumber dari kegiatan lain, termasuk juga
kegiatan yang mempunyai potensi ekspor ke sektor yang dilindungi. Industri manufaktur
yang sesungguhnya bisa berproduksi untuk pasar dalam negeri dan pasar luar negeri
akan memusatkan perhatian dan usaha lebih banyak kepada kegiatan yang mendapat
perlindungan dari pembatasan impor daripada berproduksi untuk pasar luar negeri yang
tidak mendapat perlindungan dari persaingan dunia.
Pengurangan impor berarti menghindari diri dari kemungkinan kurs mata uang
asing mengalami depresi yang berarti pula mengurangi daya saing bagi komoditi ekspor.
Sistem tarif atau kuota menghambat ekspor jika pembatasan impor melalui input-input
yang diperlukan dalam produksi barang ekspor. Karena pembatasan impor membuat
input-input tersebut semakin langka hingga harganya meningkat di dalam negeri yang
menyebabkan kenaikan dalam biaya produksi barang-barang ekspor. Dalam hal ini
proteksi bagi kegiatan industri pengganti impor merupakan ancaman bagi kegiatan
produksi barang-barang ekspor.
Disamping memberikan rintangan terhadap kegiatan produksi ekspor, proteksi
terhadap industri pengganti impor juga memiliki beberapa bias yang tidak dikehendaki
(Corden, 1980). Pertama, manfaat yang bisa diperoleh dari keuntungan komparatif
menjadi lenyap di dalam sektor industri. Jika suatu insentif diberikan terhadap penjualan
pada pasar dalam negeri dan luar negeri, maka negara akan mengekspor barang yang
cocok dengan faktor produksi yang dimiliki, apakah padat karya atau karena alasan-
alasan historis lainnya. Pendapatan dari hasil ekspor akan dipakai untuk membayar impor
barang yang tidak cocok untuk diproduksi di dalam negeri. Kedua, hilangnya kesempatan
untuk memanfaatkan keuntungan skala ekonomi.
8
Skala produksi yang dilindungi dibatasi oleh pasar dalam negeri yang sempit dan
sangat kecil. Bagi industri yang mementingkan skala produksi, benar-benar perlu
melakukan ekspor, sejak dari awal sudah mendapatkan rintangan. Pasar dalam negeri
akan dipenuhi oleh banyak jenis barang yang dihasilkan dengan skala kecil. Akhirnya,
spesialisasi dalam rangka industrialisasi menjadi terhambat. Berbeda dengan strategi
inward-looking, strategi outward-looking dikembangkan untuk memaksimumkan
keuntungan dari pasaran ekspor (Keesing, 1967).
Strategi ini mendorong spesialisasi sesuai dengan keuntungan komparatif,
memberikan insentif bagi spesialisasi intra-industri dan partisipasi dalam pembagian
proses produksi internasional. Produsen dalam negeri dihadapkan kepada persaingan
dunia dengan jalan memberikan kesempatan yang sama terhadap produsen dalam negeri
dan produsen asing pada pasar lokal dan bagi produsen dalam negeri pada pasar lokal dan
pasar luar negeri (Balasa, 1973).
Para pendukung strategi outward-looking percaya bahwa ekspor mempunyai masa
depan yang cerah. Dinyatakan bahwa biaya insentif terhadap ekspor mempunyai distorsi
yang lebih kecil dibandingkan dengan yang dikeluarkan untuk substitusi impor.
Sementara prestasi pertumbuhan ekonomi negara-negara yang mempunyai orientasi
ekspor adalah lebih memuaskan dibanding dengan negara-negara yang mempunyai
orientasi pasar lokal (Bhagwati, 1973).
Selanjutnya dinyatakan pula bahwa (1) biaya promosi ekspor adalah lebih nyata
bagi pembeli kebijaksanaan dibanding biaya substitusi impor; (2) banyak bukti dari
penelitian yang menunjukkan mahalnya biaya intervensi langsung; (3) kedudukan
monopoli merupakan penyebab pertumbuhan produktivitas yang rendah pada industri
yang baru bangun di negara-negara berkembang, dan (4) suatu strategi orientasi ekspor
lebih tepat untuk mencapai keuntungan skala ekonomis dibanding suatu strategi substitusi
impor yang pada umumnya dibatasi oleh ukuran pasar dalam negeri.
Dalam kerangka hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi telah
dikembangkan sebuah model yang disebut dengan export-led growth (Kindleberger,
1962). Dalam model ini, ekspor dipandang sebagai sebuah sektor yang mampu
memimpin dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kegiatan dan peningkatan ekspor
merupakan suatu insentif bagi pemunculan dan perluasan kegiatan lain. Pertumbuhan
ekspor menimbulkan permintaan baru di negara-negara pengekspor, baik bagi input
dalam perluasan produksi fisik maupun sebagai hasil peningkatan pendapatan faktor-
faktor produksi. Perluasan ekspor mempu menghasilkan pertumbuhan ekonomi melalui
dorongan bagi perubahan teknologi dan investasi, atau melalui rangsangan permintaan
terhadap sektor lain.
Dikalangan para ahli ekonomi terdapat berbagai interprestasi mengenai cara kerja
mekanisme export-led growth. Kindleberger membedakan hubungan ekspor dan
pertumbuhan ekonomi dalam empat kasus. Pertama, dalam kasus full-employment, suatu
perubahan yang menguntungkan pada permintaan di luar negeri, atau suatu innovasi yang
menguntungkan biaya dalam negeri, dapat memperluas ekspor, memperbaiki nilai tukar
9
perdagangan atau meningkatkan keuntungan dari perdagangan. Kedua, dalam kasus
unemployment atau under-employment, perluasan ekspor menarik sumber dari sektor
dimana pemanfaatan kurang dan produktivitas rendah ke sektor yang lebih produktif.
Ketiga, dalam kasus industri yang mempunyai kurva biaya yang menurun (decreasing
costs curves), pasar ekspor memungkinkan pengurangan biaya real, atau menaikan
pendapatan real. Keempat, dalam kasus adanya perbaikan teknologi, perluasan ekspor
bisa memberikan tekanan kepada sumber-sumber dalam negeri dan mengarah kepada
innovasi yang menurunkan biaya.
Selanjutnya Myint menafsirkan export-led growth dengan penunjuk kepada
hipotesa yang menyatakan bahwa perluasan ekspor adalah penyebab pembangunan
ekonomi (Mynt, 1979). Mekanisme export-led growth berorientasi dalam tiga bentuk :
(1) perluasan ekspor akan meningkatkan keuntungan langsung dari perdagangan dam
membantu kelancaran pembangunan ekonomi; (2) ekspor memberikan kontribusi
terhadap pembangunan ekonomiterutama melalui penyediaan devisa bagi negara-negara
berkembang untuk pembelian barang modal dan input lainnya dari luar negeri; (3)
perdagangan yang lebih bebas dan perluasan ekspor secara tidak langsung memberikan
pengaruh terhadap efisiensi produktif di dalam negeri seperti pengaruh edukatif suatu
perekonomian terbuka, mempermudah penyebaran kebutuhan-kebutuhan dan kegiatan
baru, teknologi baru dan organisasi ekonomi yang baru.
Penjelasan bagi export-led growth juga diamati dari dampak ekspor terhadap
investasi dan tabungan. Lamfalussy menyatakan bahwa pembangunan ekspor yang pesat
akan meningkatkan rasio investasi dan tabungan dan yang kemudian lebih banyak dari
pada yang terdahulu. (Lamfalussy, 1963). Dengan demikian kapasitas dan produktivitas
akan berkembang lebih cepat tanpa menimbulkan suatu proses inflasi.
Pada lain pihak, suatu negara dengan pertumbuhan ekspor yang lambat akan
berakhir dengan kurangnya investasi dan lebih kurang lagi tabungan. Hal ini
menimbulkan pertumbuhan lambat dengan inflasi dan tekanan yang terus menerus
terhadap neraca pembayaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kecenderungan peningkatan
ekspor, sebagai faedah persaingan akan meningkatkan bagian keuntungan dalam
pendapatan nasional dibandingkan dengan negara yang perkembangan ekspornya lambat.
Selanjutnya hal ini akan membawa peningkatan rasio investasi.
Karena kecenderungan menabung dari keuntungan perusahaan jauh lebih besar
dari kecenderungan menabung bagian dari pendapatan pribadi, maka rasio tabungan juga
mengalami peningkatan. Kedua perubahan ini diperlukan secara serentak untuk mencapai
pertumbuhan dan surplus perdagangan yang lebih cepat. Rasio investasi harus meningkat
guna mempercepat pembentukan modal, laju pertumbuhan modal dan laju pertumbuhan
produktivitas. Sementara rasio tabungan harus meningkat paling sedikit sebanyak rasio
investasi agar neraca pembayaran tidak memburuk.
Menurut Kindleberger, ekspor juga diharapkan untuk merangsang pertumbuhan
ekonomi, mesti terdapat pembentukan modal, perubahan teknologi, dan reallokasi
sumber-sumber. Dengan adanya proses ini makin besar keuntungan-keuntungan dari
10
perdagangan, maka makin cepat dan makin pasti munculnya pertumbuhan. Untuk suatu
tingkat keuntungan perdagangan, makin banyak pembentukan modal, perubahan teknik
dan transformasi, makin baik. Bagaimanapun, besarnya potensi keuntungan perdagangan,
tetapi tidak ada kemampuan untuk memanfaatkan, atau kapasitas besar tanpa keuntungan
perdagangan, tidak akan banyak membantu.
2.3. Beberapa Bukti Empiris
Penelitian mengenai hubungan ekspor dan pertumbuhan ekonomi telah banyak
dilakukan. Biasanya penelitian-penelitian tersebut memanfaatkan data cross-section dan
data time-series. Namun terdapat pula pemanfaatan bentuk kombinasi kedua jenis data
tersebut.
Emery melakukan penelitian untuk menguji hipotesa yang menyatakan bahwa
terdapat suatu bentuk hubungan kausal antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi (Emery,
1967). Dinyatakan bahwa hubungan tersebut lebih banyak bersifat saling tergantung dari
pada sebab akibat. Walaupun, sebagian besar adalah kenaikan ekspor yang lebih
mendorong suatu kenaikan dalam pertumbuhan ekonomi dibanding sebaliknya. Korelasi
berganda dan persamaan regresi sederha dihitung dengan memakai data untuk
sekelompok 50 negara mengenai pertumbuhan pendapata per kapita, ekspor dan neraca
perdagangan selama 1953-1963.
Ekspor dan GNP ditemukan mempunyai hubungan yang sangat berarti. Penemuan
juga memperlihatkan bahwa untuk setiap 2,5 % kenaikan ekspor, pendapatan real per
kapita meningkat dengan 1 %. Dengan demikian disimpulkan bahwa pertumbuhan ekspor
yang relatif tinggi mungkin membawa pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi pula.
Karena itu, kebijaksanaan yang merangsang dan mendorong ekspor perlu diambil untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi.
Syron dan Walsh melakukan analisa lebih lanjut terhadap penelitian emery.
Mereka membedakan ke-50 negara sampel menjadi negara maju dan negara kurang
maju. Penemuan mereka menyatakan bahwa hubungan antara ekspor dan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah lebih besar bagi negara maju dibanding negara kurang
maju. Hasil yang hampir sama juga dilaporkan dari penelitian Maizels (1968), Lubitze
(1973) dan Michaely (1977).
Selanjutnya, penelitian yang memakai data time series juga dilakukan oleh
Maizels (1968). Penemuannya menyatakan pula bahwa pertumbuhan output dan
pertumbuhan ekspor mempunyai hubungan yang kuat. Sebaliknya penelitian Healy yang
meliputi 8 negara Asia selama periode 1950-1969 tidak mampu membuktikan hubungan
yang kuat antara ekspor pertumbuhan ekonomi, kecuali untuk Malaysia dan Sri Lanka
(Healy, 1973)
Menurut Voivodas, penelitian empiris yang telah dilakukan terdahulu hanya
memusatkan perhatian mengenai eksistensi suatu bentuk hubungan yang positif antara
11
ekspor dan pertumbuhan ekonomi, bukan menjelaskan hubungan-hubungan dalam urutan
penyebab (Voivodas, 1973). Ia berusaha menjelaskan hubungan ekspor yang langsung
terhadap perekonomian keseluruhan melalui impor barang modal dan investasi.
Pengujian berdasarkan analisa regresi sederhana dilakukan terhadap setiap hubungan.
Pertama sekali, laju pertumbuhan ekonomi diregresikan dengan proporsi ekspor dalam
Produk Domestik Bruto (GDP).
Hubungan ekspor terhadap perekonomian lainnya diperkirakan dengan
melakukan regresi: (1) proporsi impor barang modal dalam produk Domestik Bruto
terhadap proporsi ekspor dalam Produk Domestik Bruto, (2) proporsi investasi dalam
Produk Domestik Bruto terhadap proporsi ekspor dalam produk Domestik Bruto. Dengan
memakai pocled data dari 22 sampel negara-negara kurang maju. Voivodas menemukan
terdapatnya suatu hubungan positif yang berarti antara proporsi ekspor dalam Produk
Domestik Bruto dan laju pertumbuhan ekonomi. Ekspor dan Investasi mempunyai
hubungan negatif yang lemah, tetapi ditemukan suatu hubungan yang kuat antara ekspor
dan impor barang modal untuk menjamin suatu pengaruh positif ekspor terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Sebenarnya penelitian Vovodas masih belum memperlihatkan hubungan kausatif
antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Mulai dengan kerangka teori yang sama, Chen
mengemukakan pemakaian sebuah model persamaan simultan untuk memperlihatkan
hubungan kausal mekanisme export-led growth (Chen, 1979). Dalam hal ini
dikemukakan bahwa (1) pendapatan mempunyai hubungan dengan investasi dan ekspor
atau hanya dengan ekspor saja, (2) impor barang modal mempunyai hubungan dengan
pendapatan dan ekspor atau hanya dengan ekspor, dan (3) investasi mempunyai
hubungan dengan impor barang modal.
Dalam sistem persamaan ini, pendapatan impor barang modal dan investasi
penelitian vivodas masih belum memperlihatkan hubungan kausatif antara ekspor dan
pertumbuhan ekonomi. Mulai dari kerangka teori yang sama, Chen mengemukakan
pemakaian sebuah model persamaan simultan untuk memperlihatkan hubungan kausal
mekanisme export-led grouth (Chen, 1979). Dalam hal ini dikemukan bahwa (1)
Pendapatan mempunyai hubungan dengan investasi dan ekspor atau hanya dengan ekspor
saja, (2) impor barang modal mempunyai hubungan dengan pendapatan dan ekspor atau
hanya dengan ekspor, dan (3) investasi mempunyai hubungan dengan impor barang
modal.
Pendapatan. impor barang modal dan investasi adalah variabel-variabel eksogen.
Chen melakukan pengujian secara statistik hipotesanya dengan memakai data time series
dari Hongkong, Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Taiwan. Penemuan Chen
mendukung hipotesa hubungan yang langsung dalam proses export-led, kecuali untuk
Jepang. Penelitian terdahulu mengenai ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia telah
dilakukan oleh Healy (1973) untuk periode 1950-1969 dan kemudian oleh Hasanuddin
(1977) untuk periode 1960-1973. Penelitian terdahulu tidak menemukan hubungan yang
kuat antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan penelitian terakhir menemukan
hal yang sebaliknya. Kedua studi telah mampu memperlihatkan hubungan antara ekspor
12
dan pertumbuhan ekonomi, namun belum mampu memperlihatkan dampak ekspor
terhadap perekonomian secara keseluruhan melalui peranan ekspor dalam membiayai
impor barang modal yang diperlukan investasi dalam negeri bagi proses pertumbuhan
ekonomi. Penelitaian ini akan berusaha mengisi celah demikian.
3. KERANGKA ANALISA DAN METODOLOGI
3.1. Kerangka Pembentukan Model
Dalam teori Makro modern Keynes yang oleh Harrod-Domar dimana hubungan
antara perubahan pendapatan dengan investasi ditulis sebagai berikut:
Yt = 1/k It ( 1 )
dimana Yt adalah pendapatan nasional pada periode t, sedangkan It = Kt atau
Investasi sama dengan perubahan stok modal dan k = ICOR. Sementara itu dalam
model Keynes bahwa tabungan yang dihubungkan dengan pendapatan ditulis dalam
bentuk fungsi seperti:
St = s Yt ( 2 )
dimana St adalah tabungan tahun t, sedangkan s adalah Marginal Propensity to Save
(MPS) atau sering disebut sebagai hasrat menabung rata-rata dan marginal.
Sebagaimana halnya model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar yang terutama
menghubungkan Investasi dengan pendapatan, maka perluasan model ini juga bisa
dilakukan terhadap fungsi-fungsi lain seperti perdangan luar negeri seperti Ekspor dan
Impor serta yang lainya. Namun untuk memasukan Impor perlu terlebih dahudu
membedakan antara Impor modal dengan Impor bukan modal. Diasumsi bahwa kenaikan
Impor dapat menaikan pendapatan, yaitu karena impor tersebut mengandung barang
modal dan oleh karenanya Impor barang modal menaikan Investasi dan ditulis
M't = c It ( 3 )
sedangkan Impor bukan barang modal yang merupakan fungsi dari pendapatan dan dapat
ditulis sebagai:
M"t = m Yt ( 4 )
dimana M" adalah Impor bukan barang modal dan m sering disebut sebagai Marginal
Propensity to Impor ( MPM ) atau hasrat marginal dan rata-rata mengimpor bukan barang
modal. Kalau saja dihubungkan kedua persamaan (3) dan persamaan (4) adalah sebagai
Mt = M't + M"t ( 5 )
13
dimana Mt adalah Total Impor. Selanjutnya sektor perdagangan luar negeri seperti
Ekspor diasumsikan sebagai varibel eksogen ( exogeneous variable ) yang ditulis sebagai:
Xt = X0 ( 1 + x )t ( 6 )
dimana persamaan (6) merupakan laju pertumbuhan ekspor selama periode t. Sementara
itu hubungan antara investasi dengan pendapatan yang ditulis dalam bentuk fungsi
sebagai:
It = b Yt ( 7 )
dimana b adalah Marginal Propensity to Invest ( MPI) atau disebut sebagai hasrat rata-
rata dan marginal berinvestasi.
Kondisi Equilibrium perekonomian menyatakan bahwa Aggregate Demand sama
dengan Aggregate Supply ( A = Y ) dan dihubungkan dengan beberapa persamaan diatas,
maka secara menyeluruh dapat ditulis sebagai berikut:
A = Y ( 8 )
Ct + It + Gt + ( Xt - Mt ) = Y = Ct + St + ( Tt - Rt ) ( 9 )
It - St = Mt - Xt ( 10 )
It - St = ( M't + M"t ) - Xt ( 11 )
b Yt - s Yt = M't + m Yt - Xt ( 12 )
M't = b Yt - m Yt - s Yt + Xt ( 13 )
M't = ( b - m - s ) Yt + Xt ( 14 )
c It = ( b - m - s ) Yt + Xt ( 15 )
It = [( b - m - s )/c] Yt + 1/c Xt ( 16 )
dengan mensubsitusikan persamaan (16) kedalam persamaan (1) serta membagi kedua
ruas kiri dan kanan dengan Yt sehingga diperoleh:
Yt/Yt = ( b - m - s ) / ck + 1/c ( Xt/Yt ) ( 17 )
persamaan (17) menyatakan adanya hubungan antara ekspor dengan pertumbuhan
ekonomi, dan sampai berapa jauhnya hubungan tersebut maka perlu kiranya diestimasi
secara statistik.
Khususnya persamaan (14), (16) dan (17) yang didalam bentuk fungsi secara
statistik dapat ditulis sebagai berikut:
M't = f ( Yt , Xt , Ui ) ( 18 )
It = f ( Xt , Ui ) ( 19 )
Yt = f ( Xt , Ui ) ( 20 )
ketiga persamaan (18), (19) dan (20) memperlihatkan pengaruh Ekspor masing-masing
terhadap impor barang modal, investasi dan pendapatan nasional. Untuk tujuan menjejaki
perluasan ekspor sampai kepada pertumbuhan ekonomi, maka perlu dirumuskan sebuah
14
model persamaan simultan sederhana. Model tersebut merupakan sebuah sistim
persamaan yang terdiri dari suatu persamaan pendapatan, persamaan impor barang modal
dan sebuah persamaan investasi.
Dalam persamaan pendapatan, dimana pendapatan dihubungkan dengan investasi
dan ekspor atau hanya dengan ekspor saja seperti:
Yt = f ( It , Xt , Yt-1 , Ui ) ( 21 )
atau Yt = f ( Xt , Yt-1 , Ui ) ( 22 )
Pada persamaan impor barang modal, dimana impor barang modal dihubungkan dengan
pendapatan dan ekspor atau hanya dengan ekspor saja seperti berikut:
M't = f ( Yt , Xt , M't , Ui ) ( 23 )
atau M't = f ( Xt , M't-1 , Ui ) ( 24 )
3.2. Metodologi
Persamaan (21) - (24) merupakan sebuah sistim persamaan Yt, M't dan It adalah
variabel variabel endogen. Sedangkan Yt-1 , Xt , Mt-1 adalah variabel-variabel eksogen.
Sedangkan Yt-1, Xt, M't-1 adalah variabel-variabel eksogen. Semua persamaan memenuhi
persyaratan identifikasi. Metodologi yang dipakai dalam pengujian persamaan-persamaan
diatas adalah dengan memakai metode kuadrat terkecil dua terhadap (two stage least
squares atau 2 SLS). Nama 2 SLS diberikan karena kuadrat terkecil sederhana, OLS,
dipakai 2 kali di dalam prosedur pengujian.
Pada tahap pertama, variabel endogen diregressikan terhadap variabel-variabel
eksogen untuk memperoleh bentuk reduced dari model. Kemudian, nilai-nilai yang
ditaksir dari persamaan tersebut digunakan untuk menciptakan sebuah variabel baru yang
menggantikan variabel endogen yang sekarang di dalam persamaan yang asli. Pada tahap
kedua dilakukan kembali pengujian dengan memakai perumusan yang baru tersebut.
Prosedur demikian terlihat banyak memakan waktu. Namun tersedianya program
komputer untuk 2 SLS merupakan kemudahan bagi pengujian. Dengan program tersebut
hasil regressi dapat langsung diperoleh untuk persamaan struktural tanpa menaksir
terlebih dulu bentuk reduced dengan metode OLS. Persamaan simultan dalam penelitian
ini memiliki hipotesa: (1) investasi dan ekspor atau ekspor saja mempunyai pengaruh
positif terhadap pendapatan, (2) pendapatan dan ekspor atau ekspor saja mempunyai
pengaruh positif terhadap impor barang modal, dan (3) impor barang modal mempunyai
pengaruh positif terhadap investasi.
Sistem persamaan ini menjelaskan bahwa peranan perluasan ekspor di dalam
pertumbuhan ekonomi terletak pada kontribusinya dalam membiayai impor barang modal
yang karena pengaruhnya yang signifikan terhadap investasi dalam negeri adalah perlu
bagi pertumbuhan ekonomi yang cepat. Pemasukan lagged dependent variable sebagau
suatu tambahan bariabel penjelas dalam setiap persamaan adalah berdasarkan pada
15
spesifikasi model penyesuaian partial dari Narlove mengenai distributed lag adalah
sebagai berikut:
Model penyesuaian partial Nerlove dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut: Bila
Y tergantung pada I, lalu terdapat nilai Y yang diharapkan dalam periode t, katakan Y*
yang tergantung pada nilai x dalam periode t, x, umpamanya:
Y*t = a + b Xt + Xt ( i )
Oleh karena Y*t tidak dapat diamati secara langsung, sehingga Nerlove merumuskan
hipotesa yang lazim disebut sebagai hipotesa penyesuaian seperti berikut:
Yt - Y2-1 = d ( Y*t - Yt-1 ) ( ii )
dimana d adalah koefisien, 1/d memberikan period yang dikehendaki bagi penyelesaian
proses penyesuaian. Dengan memasukan persamaan (i) kedalam persamaan (ii), maka
diperoleh:
Yt - Yt-1 = d ( a + b Xt + Xt ) - Yt-1 ( iii )
Yt = (da) + (db) Xt + (1-d) Yt + (d Xt) ( iv )
3.3. Model Empiris
Untuk melakukan estimasi empiris, salah satu spesifikasi yang mungkin dari persamaan
(21)-(24) adalah dalam bentuk liner sederhana seperti berikut:
Yt = a0 + a1 It + a2 Xt + a3 Yt-1 ( 25 )
Yt = a'0 + a'2 Xt + a'3 Yt-1 ( 26 )
Mt = b0 + b1 Yt + b2 Xt + b3 M't-1 ( 27 )
Mt = b'0 + b'2 Xt + b'3 M't-1 ( 28 )
It = c0 + c1 Mt + c2 It-1 ( 29 )
Spesifikasi lainya yang penting adalah dalam bentul Logaritma Natural linier seperti
Semua data dinyatakan dalam milyar rupiah berdasarkan harga konstan tahun 1993.
4. PENEMUAN EMPIRIS
Hasil regresi dari model export-led growth yang dikemukakan disajikan pada
Tabel 3 berikut. Koefisien penentuan persamaan (R2) untuk seluruh persamaan adalah
cukup tinggi yang memperlihatkan kemampuan penjelasan yang baik (a good fit).
Sementara kehadiran korelasi serial dapat pula ditolak.
Persamaan (3.1) menghubungkan produk domestik bruto (Yt) dengan investasi (It)
dan ekspor (Xt). Hubungan antara produk domestik bruto dan investasi yang diharapkan
adalah positif, tetapi hasil empiris menunjukkan bahwa produk domestik bruto
mempunyai hubungan yang negatif dengan investasi. Namun demikian, hubungan kedua
variabel tidaklah signifikan satu sama lain.
Produk domestik bruto dan ekspor juga tidak memperlihatkan hubungan yang
signifikan, tetapi bentuk hubungannya adalah positif. Ini berarti sesuai dengan yang
diharapkan. Walaupun variabel investasi dikeluarkan dari persamaan seperti pada
persamaan (3.2), namun hubungan antara ekspor dan produk domestik bruto tidaklah
memperlihatkan perbaikan secara berarti.
Persamaan (3.3) memperlihatkan pengaruh produk domestik bruto (Yt) dan
ekspor (Xt) terhadap impor barang modal (M't). Penemuan memperlihatkan hasil yang
sesuai dengan yang diharapkan Produk Domestik Bruto dan ekspor mempunyai
hubungan yang positif dengan impor barang modal. Pengaruh ekspor adalah besar
terhadap impor barang modal daripada pengaruh produk domestik bruto. Pada tingkat
pengujian 55, pengaruh ekspor terhadap impor barang modal adalah sangat berarti.
Sementara pengaruh produk domestik bruto tidak bearti pada taraf uji yang sama.
Bila produk domestik bruto dikeluarkan seperti pada persamaan (3.4) maka
pengaruh ekspor terhadap impor barang modal terlihat semakin berarti. Hal ini
merupakan refleksi bagi peranan ekspor yang cukup penting dalam membiayai impor
barang modal. Keperluan impor barang modal bagi investasi dalam negeri terbukti dari
persamaan (3.5) yang memperlihatkan pengaruh impor barang modal terhadap investasi
dalam negeri. Sesuai dengan harapan, hubungan kedua variabel adalah positif. Namun
tidak cukup kuat pada taraf uji 5 %.
Pengujian model persamaan simultan dalam bentuk natural logarithmic ternyata
memperlihatkan hasil yang lebih baik untuk mendukung pengaruh ekspor yang positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian berarti bahwa rangsangan ekspor
terhadap pertumbuhan ekonomi tidaklah konstan sepanjang tahun. Koefisien regresi dari
hasil persamaan bentuk logarithmic langsung menunjukkan elastisitas antara variabel-
variabel yang diamati.
Tabel 1 : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1996 ( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan 1993 )
Ko ns ums i Inves tas i Tabungan Luar Negeri PDB^* PDB PNB Pajak Penyusutan PNN
Kons tan Kons tan Tidak
Tahun Rumah Pemerintah Jumlah Masyarakat Pemerintah Jumlah Masyarakat Pemerintah Jumlah Ekspo r Impor Impor Impor Xt-M t Pendapatan '93=100 '93=100 Lang -
I. Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN, Serta
Jurusan Terkait Bidang EKONOMI:
02 27 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP I to KOPTIS Wilayah III Jakarta Files: 003 01 Perspektif Ekonomi Indonesia Dalam satu tahap pembangunan Jangka Panjang
004 02 Analisis Fungsi Tabungan Indonesia: Pengujian Model Hipotesa Pendapatan Permanen
005 03 Expor Kommoditi Primer Pulau Sumatera Lamam Perdagangan Luar Negeri Indonesia
006 04 Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia 1969-1994 007 05 Pekiraan Pembentukan Modal Di Indonesia
008 06 Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
009 07 Instabilitas Perdagangan Luar Negeri Indonesia
010 08 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dan Ketergantungan Terhadap Dana Luar Negeri
011 09 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Diantara Modal Dan Tabungan
012 10 Pengukuran Kondisi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Stedy-State Growth
013 11 Modal Asing Swasta Dan Pembentukan Investasi Produktif Dalam Pembiayaan Pembangunan
014 12 Trade-Off Antara Penerimaan Pajak Dan Kemampuan Menabung Masyarakat
015 13 Mobilisasi Tabungan Dan Investasi suatu Ekonomi Terbuka: Studi Kasus Indonesia 1969-1995
016 14 Pengaruh Pendapatan Permanen Dalam Pembentukan Tabungan
017 15 Peranan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
018 16 Analisis Fungsi Konsumsi Indonesia Dengan Pendapatan Permanen 019 17 Pembiayaan Ekonomi Dalam Negeri Diantara Keinginan Dan Kenyataan
020 18 Sektor Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Ekonomi
021 19 Reformasi Kebijaksanaan Makro Dan Pengaruh Ekonomi Sektor Terbuka
022 20 Keseimbangan Pendapatan Nasional: Investasi Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi
023 21 Analisis Pengaruh Pembentukan Tabungan Suatu Ekonomi Terbuka
024 22 Pengaruh Aliran Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
025 23 Perkiraan Kebutuhan Investasi Dan Pengukuran Tinggal Landas
026 24 Kemampuan Pembentukan Modal Domestik: Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
027 25 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Akumulasi Sumber Pembiayaan Pembangunan
028 26 Kualitas Pembangunan Ekonomi Indonesia Dan Dilema Ketergantungan Sumber Dana
029 27 Investasi Dan Pembiayaan Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
28
004 34 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP II to STMT Trisakti Files: 030 01 Standar Ukuran Tinggal Landas Perekonomian Suatu Negara
031 02 Pembentukan Modal Domestik Bruto Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
032 03 Pembentukan Tabungan Dan Pembiayaa Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
033 04 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Steady-State Growth
034 05 Aliran Modal Asing Swasta Dalam Pembentukan Investasi Produktif
035 06 Fungsi Konsumsi Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Permanen 036 07 Pendapatan Permanen Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Tabungan
037 08 Pengujian Model Tabungan Indonesia Dengan Hipotesa Pendapatan Permanen
038 09 Kebutuhan Tabungan Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi Indonesia
039 10 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi: Trade-Off Antara Pajak Dan Tabungan
040 11 Aggregate Expenditre Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 3 Sektor)
041 12 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Terbuka
042 13 Aggregate Expendiure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 4 Sektor)
043 14 Pengaruh Sektor Perdagangan Luar Negeri Terhadap Aktivitas Ekonomi Indonesia
044 15 Aliran Modal Asing Dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
045 16 Penafsiran Tingkat effisiensi Marginal Ekonomi Indonesia Dan Prakiraan Pembentukan Modal
046 17 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Sederhana
047 18 Aggregate Expenditure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 2 Sektor) 048 19 Pembentukan Modal Domestik Bruto Dan Ketergantungan Terhadap Sumber Dana
049 20 Prestasi Ekonomi Dan Indeks Instabilitas Sektor Perdangan Luar Negeri Indonesia
050 21 Model Makro Keseimbangan Agregatif Pembentukan Tabungan Dan Investasi
051 22 Expor Kommoditi Primer Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Pulau Sumatera
052 23 Konstribusi Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
053 24 Pengaruh Variabel-variabel Agregatif Terhadap Pembentukan Tabungan Dan Pendapatan
054 25 Pengembangan Sumber Pembiayaan Pembangunan Yang Semakin Bertumpu Pada
Kemampuan Sendiri
055 26 Pengembangan Instrumen Kebijaksanaan makro Terhadap Pembentukan Investasi Dan Pendapatan
056 27 Kebutuhan Tabungan Dan Pembentukan Investasi Produktif Bagi Pembiayaan Pembangunan
057 28 Pengaruh Ekspor Terhadap Pendapatan Nasional Dan Pertumbuhan Ekonomi 058 29 Pengaruh Deregulasi Perbankan Bidang Ekspor Terhadap Devisa Pendapatan Nasional
059 30 Aliran Dana Luar Negeri Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
060 31 Strategi Indonesia Dan Manajemen Pembentukan Modal Bagi Peningkatan Pendapatan Masyarakat
061 32 Manajemen Perdagangan Internasional Pengurangan Distorsi Ekonomi Pasca Seleksi
Aliran Dana Luar Negeri
062 33 Manajemen Perbankan Pasca Deregulasi Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
063 34 Refleksi Ekonomi Indonesia Setelah 34 Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan
005 10 BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Files: 064 01 BUKU AJAR Pengantar Teori Ekonomi
065 02 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Pengantar Teori Ekonomi
066 03 BUKU AJAR Teori Ekonomi 067 04 BUKU AJAR Ekonomi Pembangunan
068 05 BUKU AJAR Pengantar Ekonomi Mikro
069 06 BUKU AJAR Ekonomi Makro Perthitungan Pend Nasional
070 07 BUKU AJAR Teori Ekonomi Mikro
071 08 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Teori Ekonomi Mikro
073 09 BUKU AJAR Ekonomi Manajerial
074 10 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Ekonomi Manajerial
29
II. PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 006 3 VERSI Teks Book EKO MANAJERIALPernah Disumbang ke DIKTI Dan Dikirim Ke USA File 075 01 Buku Teks 681h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Hasil Estimasi
Atau 075 01 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Hasil Estimasi
File 076 02 Buku Teks 301h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Non-Estimasi
Atau 076 02 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Non-Estimasi
File 077 03 Buku Teks 509h EKO MANAJERIAL TRANSPORTASI Dengan Fungsi Non-Estimasi
Atau 077 03 EKONOMI MANAJERIALTRANSPORTASI Penerapan Konsep Mikro Ekonomi Dalam Bisnis Transportasi Dengan Fungsi Non-Estimasi
File 078 Ringkasan Isi Dan Surat Menyurat Pengiriman 3 Teks Book EKO MANAJERIAL Ke USA
Atau 078 Request for Coop in Publishing 3 Text Books in MANAGERIAL ECONOMICS to The USA
Subject: Request for Cooperation in Publishing Text Books in MANAGERIAL
ECONOMICS: Application of Microeconomic Concepts Using Estimation
Result Function (242 halaman)
008 3 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2010 Files: 079 01 Evaluasi Ekonomi Indonesia di Era Pembangunan Berkelanjutan
080 02 Evaluasi Ekonomi 50 Tahun Indonesia Membangaun 081 03 Kebutuhan Tabungan Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia
009 4 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2012 Files: 082 01 Pengembangan Ekonomi Dan Pengaruh POLIIK Di Era Kepemimpinan INDONESIA
083 02 Prestasi Ekonomi INDONESIA Jangka Panjang Dan Pencapaian Kondisi STEADY-
STATE GROWTH
084 03 Perkiraan Kebutuhan Tabungan Bagi Target Pertumbuhan Ekonomi Yang Hendak Dicapai
085 04 Pengendalian Ekonomi Ditengah Ancaman Krisis Dan Dilema Keterbatasan Sumber
Atau 087 02 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di
Indonesia
File 088 03 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 77h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010 Atau 088 03 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
File 089 04 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010
Atau 089 04 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
30
011 3 Proposal P3M PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2010 File 090 01 Draft Proposal 21h Penelitian P3M MTD STMT Angkutan Jalan Raya DKI 2010
Atau 090 01 Kepadatan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta: Trade off Antara Penguna
Kendaraan Pribadi Dan Umum
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Slutsky’s Theorem, TE = SE + IE)
File 091 02 Draft Proposal 26h Penelitian P3M MTL STMT Faktor Produksi PT PELNI 2010 atau 091 02 Pengaruh Beberapa Faktor Produksi Terhadap Produksi PT PELNI
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Production Isoquant, TO = SE + OE)
File 092 03 Draft Proposal 25h Penelitian P3M MTU STMT Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan 2010
atau 092 03 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang Jakarta-Ujung
Pandang
012 14 Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI, Tahun 2011 File 093 01 Proposal 11h Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia 2011
Atau 093 01 Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia Dan Investasi Produktif Yang Diperlukan
File 094 02 Proposal 10h Jasa Angkutan Rel 2011
Atau 094 02 Menasionalisasikan Jasa Angkutan Rel Dan Investasi Yang Dibutuhkan
File 095 03 Proposal 11h Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 095 03 Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 096 04 Proposal 11h Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia 2011
Atau 096 04 Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dalam Wililayah Teritorial Indonesia
File 097 05 Proposal 12h Produksi Jasa Angkutan Udara Penerbangan Domestik 2011
Atau 097 05 Produksi Jasa Angk Udara Komersial Penerbangan Domestik
File 098 06 Proposal 12h Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 098 06 Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia
File 099 07 Proposal 14h Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 099 07 Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik
File 100 08 Proposal 11h Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 100 08 Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau
File 101 09 Proposal 13h Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 101 09 Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik
File 102 10 Proposal 15h Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara 2011
Atau 102 10 Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara
File 103 11 Proposal 14h Kebutuhan Modal Pert Produksi Angkutan Udara Luar Negeri 2011
Atau 103 11 Kebutuhan Modal Pertumbuhan Produksi Angkutan Udara Luar Negeri
File 104 12 Proposal 12h Pengembangan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 104 12 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 105 13 Proposal 15h Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Dom 2011
Atau 105 13 Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Domestik
File 106 14 Proposal 12h Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional 2011 Atau 106 14 Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional
Atau 120 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 122 04 Laporan HASIL PENELITIAN 165h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 122 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 124 05 Laporan HASIL PENELITIAN 353h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017 Atau 124 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
017 5 Jurnal HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017 File 125 01 Jurnal HASIL PENELITIAN 41h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014
Atau 125 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 126 02 Jurnal HASIL PENELITIAN 35h PERUM DAMRI 2015
Atau 126 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Atau 128 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 130 04 Jurnal HASIL PENELITIAN 36h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 130 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 132 05 Jurnal HASIL PENELITIAN 40h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017
Atau 132 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
018 10 Macam Prediksi Pengembangan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Penelitian Survey
Files: 133 01 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 20h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt 134 02 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 23h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Panjang Alt
Atau 146 04 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
File 148 05 Proposal 28h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016
Atau 148 05 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 150 06 Proposal 27h KERETA API PATAS PURWAKARTA 2017
Atau 150 06 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
020 2 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Hasil Pengembangan Model 2016 File 151 01 Proposal 33h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 151 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 152 02 Proposal 26h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 152 02 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
021 2 Contoh Proposal Baru PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2017 File 153 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017
Atau 153 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
Atau 154 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas
Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
File 155 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 155 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
File 156 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 156 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas
Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
34
Biasanya untuk mendapatkan sebuah TULISAN ILMIAH adalah secara kebetulan
didalam DOMAIN Google atau Bilamana sudah mengetahui judul TULISAN
ILMIAH tersebut cukup dengan menulis judul tersebut ke dalam Google dan akan
keluar TULISAN ILMIAH yang dimaksud.
KIAT CERDIK MEMBUAT TULISAN ILMIAH, dan sebagai langkah utama adalah
dengan cara Mengkoleksi sejumlah TULISAN ILMIAH yang akan berperan sebagai
MATERI PEMBANDING dengan MATERI YANG DIBUAT. Paling tidak agar
mengatahui bagaimana penyusunan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN
TEORITIS yang dibuat penulis lain. Selain bisa memperkuat “pondasi ilmiah” bahkan
juga memperkokoh “Kemampuan ilmiah” agar lebih mudah menyelesaikan berbagai
bentuk/beranekaragam Persoalan Ilmiah pada PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI maupun PENELITIAN SURVEY Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI. Tentunya sebagai langkah berikutnya adalah
Meng-unduh (Downloads) sebanyak mungkin TULISAN ILMIAH dari penulis lain atau Meng-unduh secara keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File PDF
(pada posisi jumlah sekarang) sebagaimana tercantum dalam Lembaran Informasi, terkecuali TULISAN ILMIAH yang terdapat dalam kurung sebanyak 22 Files (hanya
bisa didapatkan melalui Email langsung dengan sejumlah harga tertentu yang disajikan
dalam sebuah Daftar Harga).
Ketentuan: Gantilah Lembaran Informasi (Daftar TULISAN ILMIAH yang disisipkan dalam wujud File PDF) menjadi (Daftar TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File DOCUMENTS),
sehingga didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisikan Daftar dari semua tulisan
ilmiah yang disusun oleh Amrizal.
Selanjutnya, dengan cara memasukan/menuliskan 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal
ke dalam Google, maka akan didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisi Daftar
TULISAN ILMIAH tersebut, dengan contoh berikut:
Google 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal Cari
Adapun tujuan selanjutnya agar lebih leluasa/Mudah meng-unduh (Downloads)
keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam PDF (pada posisi jumlah sekarang),
cukup dengan cara meng-Copy masing-masing Nomor urut beserta nama file tersebut
ke dalam Google.
Diistilahkan dalam tanda petik “pada posisi jumlah sekarang” oleh karena posisi/jumlah
files PDF yang disajikan dalam Daftar TULISAN ILMIAH dapat berubah pada saat-saat