Top Banner
SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA SUSTERAN JESUS MARIA JOSEPH CIPUTAT TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Disusun Oleh : Heni Aulia NIM: 1113032100064 JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439H/2018M
126

SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

Nov 01, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA

SUSTERAN JESUS MARIA JOSEPH CIPUTAT TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Disusun Oleh :

Heni Aulia

NIM: 1113032100064

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439H/2018M

Page 2: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian
Page 3: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian
Page 4: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian
Page 5: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

iv

ABSTRAK

Heni Aulia, Spiritualitas Kaum Biarawati: Studi Analisis Biara Susteran

Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Skripsi Sarjana Strata 1, Fakultas

Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Perkembangan zaman pada masa modern ini mempengaruhi kehidupan

beragama. Dalam agama Katolik, kaum biarawati memfokuskan dirinya terhadap

suatu panggilan. Namun kehidupan membiara saat ini terlihat tertutup. Selain itu,

di sisi lain kehidupan membiara harus selalu dapat menyesuaikannya dengan

perkembangan zaman yang ada. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk

meneliti kehidupan kaum biarawati. Dalam hal ini penulis kemudian menjadikan

objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria

Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

spiritualitas dan relevansi kehidupan membiara pada zaman yang modern ini

khususnya kaum biarawati di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat,

Tangerang Selatan.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan

pendekatan historis dan pendekatan psikologis. Dalam metode penyajian dan

pembahasan data, penulis menggunakan metode deskriptif analitis. Teknik

pengumpulan data menggunakan metode Library Research (Penelitian

Kepustakaan) dan Field Research (Penelitian Lapangan).

Dalam wawancara dan observasi penelitian, didapatkan hasil bahwa hidup

membiara tetap mengikuti perkembangan zaman dan kaum biarawati tetap

menjalankan tiga kaul yang sudah diucapkan yaitu, kaul kemurnian, kaul

kemiskinan dan kaul ketaatan. Dengan begitu, ada beberapa makna positif yang

kaum biarawati dapatkan yaitu, sebagai proses pemurnian diri untuk menjadi

pribadi yang semakin sempurna dan sebagai jalan untuk mendekatkan diri pada

Tuhan.

Kata Kunci: Hidup Membiara, Biarawati, Katolik

Page 6: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

v

KATA PENGANTAR

Bissmillahirah maanirrahiim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Pengasih yang telah melimpahkan hidayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi

Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan

hingga zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Segala upaya penulis lakukan dalam penyelesaian skripsi ini, hingga

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Spiritualitas Kaum

Biarawati: Studi Analisis Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat,

Tangerang Selatan” sebagai tugas akhir akademis pada Jurusan Studi Agama-

Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua ini berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak,

oleh karenanya perkenankanlah penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih

serta penghargaan yang mendalam khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Media Zainul Bahri, MA., selaku Ketua Jurusan Studi Agama-Agama,

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dra. Halimah SM, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Studi Agama-Agama,

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

vi

5. Dr. Hamid Nasuki, M. Ag., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang

dengan kesabaran serta kesediaan beliau meluangkan waktu untuk

memberikan arahan, konsultasi dan juga bimbingannya sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

6. Dra. Marjuqoh, MA., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

meluangkan banyak waktunya untuk memberikan masukan kepada penulis.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Pimpinan serta Staf Perpustakaan yang telah

memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.

8. Suster Cathrine selaku ketua Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat,

Suster Emiliana selaku kepala sekolah TK, Suster Anna selaku kepala

sekolah SD dan suster Imeldine selaku kepala sekolah SMP Bintang

Kejora Ciputat, Tangerang Selatan yang telah memperkenankan penulis

untuk melakukan penelitian di Biara dan juga telah bersedia untuk di

wawancara serta memberikan informasi kepada penulis.

9. Penulis hanturkan terimakasih sebanyak-banyaknya teruntuk Mamah dan

Alm. Bapak tercinta serta Ayah angkat penulis, merekalah yang

menghantarkan penulis hingga sampai tahap ini. Kasih sayang dan doa

dari mereka yang tidak pernah berhenti dan selalu penulis rasakan hingga

terselesaikannya skripsi ini.

10. Keluarga besar penulis, Teh Ningsih, Adik-Adikku tersayang Alam dan

Naya serta Kakak Ipar ku A Ferdi yang selalu memberikan semangat

kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga untuk

Page 8: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

vii

keponakan-keponakan aku Abyan dan Nindy yang selalu memberikan

hiburan dan menjadi penyemangat bagi penulis.

11. Syafril Agam Ghiffari yang dengan sabar membantu penulis baik moril

maupun materil, serta memberikan motivasi dan dukungannya selama

pembuatan skripsi ini, semoga apa yang di harapkan dapat terwujud.

12. Untuk sahabat penulis Mei Marlina, Anifah Ayu dan Oktavia Damayanti

yang senantiasa memberikan masukannya dan mendorong penulis untuk

segera menyelesaikan skripsi ini.

13. Himpunan Mahasiswa Jurusan Studi Agama-Agama 2015-2016,

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Korps HMI-Wati (KOHATI)

Komisariat Fakultas Ushuluddin Cabang Ciputat yang telah memberikan

begitu banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada Penulis.

14. Abuna Andrias Kemal beserta pengurus Barukh Institute yang telah

memberikan semangat kepada penulis.

15. Teman-teman Studi Agama-Agama kelas A dan B angkatan 2013 serta

Teman-teman KKN ALHENA 2016.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi

pembaca, penulis sangat menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan

yang perlu disempurnakan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari para pembaca demi sebuah proses kesempurnaan.

Jakarta, 04 Mei 2018

(Heni Aulia)

Page 9: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................. ii

PENGESAHAN PENGUJI ....................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Pembatasan Masalah ................................................................ 10

C. Tujuan Penelitian...................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian.................................................................... 11

E. Kajian Pustaka .......................................................................... 11

F. Metode Penelitian ..................................................................... 13

G. Sumber Referensi ..................................................................... 15

H. Sistematika Penulisan ............................................................... 16

BAB II SPIRITUALITAS PEREMPUAN DALAM AGAMA

KATOLIK

A. Pengertian Spiritualitas ............................................................ 19

B. Perempuan dalam Pandangan Katolik...................................... 26

C. Kehidupan Biarawati dalam Agama Katolik ........................... 30

Page 10: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

ix

BAB III BIARA SUSTERAN JESUS MARIA JOSEPH CIPUTAT

TANGERANG SELATAN

A. Sejarah Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat

Tangerang Selatan ..................................................................... 35

B. Hierarki Fungsi Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat

Tangerang Selatan .................................................................... 39

C. Kegiatan Kerohanian Biara Susteran Jesus Maria Joseph

Ciputat Tangerang Selatan ....................................................... 43

BAB IV SPIRITUALITAS BIARAWATI DI BIARA SUSTERAN JESUS

MARIA JOSEPH CIPUTAT TANGERANG SELATAN

A. Faktor Yang Mempengaruhi Seseorang Untuk Hidup

Membiara ................................................................................. 49

B. Pengalaman Spiritual dalam Kehidupan Biara......................... 52

C. Konsistensi Pengamalan Sebagai Biarawati ............................ 55

D. Relevansi Kehidupan Membiara Pada Masa Modern .............. 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................... 61

B. Saran ......................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 63

LAMPIRAN ............................................................................................... 66

Page 11: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ................................................................................................... 66

Surat Izin Penelitian ......................................................................... 66

Surat Bukti Penelitian dari Biara...................................................... 67

Lampiran 2 ................................................................................................... 68

Bukti Wawancara ............................................................................. 68

Lampiran 3 ................................................................................................... 72

Pertanyaan Wawancara .................................................................... 72

Lampiran 4 ................................................................................................... 74

Hasil Wawancara Sr. Cathrine ......................................................... 74

Hasil Wawancara Sr. Emiliana ........................................................ 87

Hasil Wawancara Sr. Anna .............................................................. 93

Hasil Wawancara Sr. Imeldine Rumengan .................................... 103

Lampiran 5 ................................................................................................. 108

Foto Kegiatan Lapangan ................................................................ 108

Page 12: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama merupakan suatu kepercayaan yang menghubungkan antara

manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Mayoritas umat manusia menganut

agama sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Namun belakangan ini ada

banyak permasalahan yang terjadi dalam kehidupan manusia, terutama

menyangkut tentang agama dan keberagamaan seseorang. Agama merupakan

sesuatu yang dianut dan dipercaya oleh seseorang dalam kehidupannya,

sedangkan keberagamaan adalah sikap seseorang dalam menjalankan agamanya.

Di Indonesia ada enam agama yang diakui keberadaannya, yaitu: Islam, Kristen

Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dan Konghuchu.

Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan berbagai kebutuhan, selain

kebutuhan sekunder dan primer manusia juga memerlukan kebutuhan terhadap

agama, sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang beragama (Homo

Religious).1 Kepercayaan seseorang untuk memeluk suatu agama timbul dari hati

nurani yang dihayati secara lahir batin. Ada berbagai macam sikap seseorang

dalam menentukan kepercayaan tersebut. Ada yang sangat fanatik terhadap agama

yang dianutnya dan ada juga yang hanya menjadikan agama sebagai suatu

khayalan belaka, bahkan ada seseorang yang tidak memeluk agama sama sekali

(Ateis). Seseorang yang memiliki sikap fanatik terhadap agama adalah seseorang

yang menganggap agama yang dianutnya paling benar sedangkan pendapat orang

lain salah dan keliru. Sikap fanatik seperti ini disebut sebagai sikap fanatik buta.

1 Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), h. 46.

Page 13: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

2

Hal tersebut tentu saja sangat membahayakan banyak kalangan, karena tidak

memiliki sikap toleransi terhadap agama yang dianut oleh orang lain. Tetapi tidak

semua sikap fanatisme seperti itu. Ada juga seseorang yang fanatik terhadap

agamanya tetapi masih bisa memberikan toleransi bahkan sangat toleran terhadap

agama lain.

Untuk memeluk suatu agama didasari oleh rasa kepercayaan dan

keyakinan yang timbul dari dalam diri seseorang. Bagaimana kemudian seseorang

tersebut ingin memeluk agama atau tidak, semuanya merupakan hak personalitas,

tidak ada paksaan untuk memeluk suatu agama. Sebagaimana yang tertuang dalam

Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur kebebasan umat beragama pada pasal

28E ayat 2 dan 29 ayat 1 dan 2.2 Dengan adanya ketegasan Undang-Undang Dasar

tersebut maka setiap orang berhak untuk menganut agama sesuai dengan

keyakinannya masing-masing tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan beragama karena agama

merupakan sebagian dari fitrahnya. Arti fitrah itu sendiri adalah sifat asal,

kesucian, bakat atau pembawaan. Jadi, sifat asli manusia adalah bertuhan atau

memiliki Tuhan. Jika ada seseorang yang tidak mempercayai adanya Tuhan maka

hal tersebut bukan sifat asli dari dalam dirinya melainkan adanya pengaruh dari

lingkungannya. Menurut Mushtafa al-Maraghiy, fitrah merupakan usaha untuk

mencari dan menerima suatu kebenaran.3 Tetapi ketika manusia mencari suatu

2

Pasal 28E ayat 2: setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,

menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya. Pasal 29 ayat 1: Negara berdasarkan

atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Pasal 2: Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu. UUD

1945 (Jakarta: Sekertariat Jendral MPR RI, 2016), h. 14-67. 3 Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), h. 48.

Page 14: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

3

kebanaran, seringkali dihadapkan oleh ketidakpercayaan terhadap agama yang

dipengaruhi oleh faktor eksternal sehingga berpaling dari kebenaran tersebut.

Seseorang yang berpaling dari kebenaran sehingga tidak lagi percaya

terhadap agama dan Tuhan disebut ateis. Arti kata ateis sendiri adalah sebuah

sudut pandang yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan dan Dewa-dewi atau

bisa juga disebut sebagai penolakan terhadap teisme.4

Ateisme menganggap

bahwa Tuhan merupakan khayalan manusia, sehingga mereka tidak

mempercayainya. Seorang yang berfikir secara kasat mata atau hanya dengan apa

yang bisa mereka lihat lalu mereka teliti, seringkali apa yang mereka fikirkan

tidak sampai pada kepercayaan terhadap Tuhan, karena Tuhan bersifat transenden

yang hanya dapat dirasakan oleh hati nurani.

Di dalam Al-Qur’an surat al-A’raf:172 dijelaskan bahwasanya sebelum

ditiupkan ruh ke dalam tubuh manusia, dia bersaksi bahwa Allah adalah Tuhannya.

Hal tersebut berbeda dengan sudut pandang psikologis agama yang sejatinya

manusia bukanlah makhluk religius, tetapi manusia merupakan makhluk yang

berkembang menjadi religius. Sikap religiusitas seseorang ditentukan oleh

kebutuhan untuk dirinya. Menurut Zakiah Daradjat, kebutuhan yang diperlukan

antara lain; kebutuhan rasa kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas,

rasa sukses dan rasa ingin tahu. Peran agama terhadap rasa kasih sayang adalah

bahwa setiap manusia membutuhkan rasa kasih sayang, saling menyayangi

sesamanya. Dalam rasa aman agama juga memiliki peran yang penting karena

setiap manusia juga tentu saja ingin memiliki rasa aman, dengan manusia

memiliki agama rasa aman ini bisa dirasakan seperti pada saat berdoa. Rasa harga

4 Kenrick, Ateisme, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ateisme Artikel diakses pada tanggal

20 Juni 2017.

Page 15: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

4

diri juga berkaitan dengan agama karena dengan seseorang memiliki agama maka

akan merasa bahwa mereka memiliki identitas yang pasti. Rasa bebas ini sendiri

berkaitan dengan kebebasan seseorang dalam memeluk agama yang dianutnya,

Dan rasa ingin tahu, manusia yang beragama tentu saja ingin lebih mengetahui

terkait dengan agama yang dianutnya agar kemudian bisa menerapkan apa yang

diperintahkan oleh Tuhan di dalam agamanya. Dari banyaknya kebutuhan tersebut,

maka manusia memerlukan agama agar kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat

tersalurkan dengan melaksanakan ajaran agamanya sehingga kebutuhan tersebut

dapat terpenuhi.

Melaksanakan ajaran agama secara baik dan benar merupakan motivasi

seseorang dalam beragama. Hal tersebut timbul karena adanya dorongan dari

dalam dirinya sendiri dan lingkungan. Seseorang yang termotivasi karena

dorongan dari dalam dirinya sendiri misalnya seseorang yang tidak rajin

melakukan ibadah, kemudian mempunyai keinginan untuk menjadi orang yang

beriman maka akan ada perubahan pada dirinya menjadi lebih baik tanpa adanya

rasa terpaksa karena timbul dari hati nuraninya. Lain halnya dengan seseorang

yang termotivasi dari lingkungan, misalnya apabila seorang yang tidak pernah

melaksanakan salat lima waktu atau ketika seseorang tidak pernah beribadah ke

gereja, kemudian lingkungan di sekitar mereka adalah orang-orang yang sangat

taat kepada agamanya, maka ada kemungkinan mereka yang tidak taat akan

termotivasi untuk ikut taat pada perintah dan ajaran dari agama yang mereka anut.

Dalam agama Katolik terdapat istilah biarawan dan biarawati. Mereka

adalah orang yang memutuskan untuk hidup membiara. Istilah biarawan

digunakan untuk laki-laki sedangkan biarawati sebutan untuk perempuan. Mereka

Page 16: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

5

diwajibkan untuk mengikuti seluruh aturan yang telah dibuat oleh biara. Seorang

yang memutuskan untuk hidup membiara tentu saja karena adanya faktor

dorongan dari dalam dirinya sendiri tanpa paksaan dari orang lain. Hidup

membiara berarti memfokuskan diri pada ketaatan beragama dengan adanya

keterikatan biarawati terhadap kaul-kaul yang dijalani dan dihayati dalam

kehidupan sehari-hari. Ada beberapa alasan seseorang untuk menjadi biarawati,

salah satunya adalah karena adanya panggilan dari Tuhan, seperti yang tercantum

dalam Al-Kitab Lukas 14:25-27 “kalau orang tidak membenci bapaknya, ibunya,

istrinya…. Ia tidak dapat menjadi pengikut Kristus.” Maksud dari kutipan tersebut

bertujuan untuk menekankan pentingnya kasih Yesus/Allah di atas segala-galanya,

bahkan di atas kasih kepada keluarga. Jadi, kata “membenci” harus diartikan

“lebih mengasihi”. Ayat tersebut berlaku untuk seseorang yang mendapat

panggilan dari Tuhan untuk menjadi seorang biarawati.5

Di Indonesia para biarawati disebut dengan panggilan suster, biasanya

bekerja dalam bidang pendidikan formal atau non-formal, kesehatan, pelayanan

sosial di lingkungan gereja maupun masyarakat. Ada pula suster yang bekerja

pada pelayanan religius melalui doa, biasanya dalam gereja Katolik disebut biara

suster kontemplatif. Sebelum memutuskan untuk hidup membiara para biarawati

melalui beberapa tahapan proses dan telah mengucap tiga kaul, yaitu kemurnian,

kemiskinan, dan ketaatan.6

Dari ketiga kaul tersebut tidak bisa dilihat dan

dipahami sebagai kewajiban hidup yang membebani diri, artinya hal tersebut

harus didasari oleh hati nurani seseorang yang telah mengucapkan tiga kaul

tersebut agar kemudian setelah menjalankan kewajibannya sebagai seorang

5 Pidyanto Gunawan, Umat Bertanya Romo Pid Menjawab (Yogyakarta: Kanisius, 2000),

h. 93. 6 L. Prasetya, Panduan Untuk Calon Baptis Dewasa (Yogyakarta: Kanisius, 1999), h. 95.

Page 17: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

6

biarawati tidak merasa terpaksa dan karena semata-mata rahmat dalam usaha

pengkudusan diri serta pemberian diri seutuhnya kepada Tuhan.

Pada abad ke-9 dan ke-10 gereja benar-benar dalam kondisi terpuruk. Para

pimpinan gereja mulai menggunakan kekerasan untuk dapat menguasai gereja,

terjadinya korupsi, dan ketamakan dalam kepemimpinan gereja. Kemudian

William Pious7, mendirikan sebuah biara Cluny, tepatnya di Macon, Burgundy,

Prancis. Biara ini digunakan sebagai tempat perkumpulan yang terbebas dari

kekerasan atas perebutan kekuasaan kekaisaran dan di bawah perlindungan Paus.

Pada zaman itu, Cluny menjadi pusat dunia spiritual karena pada masanya telah

memimpin sebanyak kurang lebih 2.000 biara. Gerakan ini berdampak bagi

pembaharuan gereja karena para biarawan dan biarawati memberikan contoh

sikap, seperti pemahaman bahwa cara yang dilakukan pada masa itu untuk

memimpin gereja adalah cara yang salah dan harus dibenahi agar dapat

mengembangkan perilaku umat Kristen yang lainnya.8

Peraturan-peraturan dasar yang diterapkan di dalam biara dibuat oleh

Benedictus.9 Seluruh peraturan tersebut merupakan dasar umum bagi seluruh

biara dalam Gereja Katolik Roma. Benedictus telah mendirikan 12 rumah biara

setelah mempraktikkan kehidupan askese. Masing-masing biara dipimpin oleh

7 William Pious yang biasa disebut sebagai orang saleh merupakan putra dari Bernad II

dari Auvergne dan Ermengard. Ia lahir pada tanggal 22 Maret 875, ia membuat banyak monastik,

salah satunya adalah mendirikan biara di Cluny pada tanggal 11 September 910 yang menjadi

pusat politik dan agama yang penting. William meninggal pada umur 43 tepatnya pada tanggal 6

Juli 918. Lihat, “William I, Duke Of Aquitaine”, https://en.m. wikipedia. org/wiki/ william_I,_

Duke_of_ aquitaine Artikel diakses pada tanggal 27 September 2017. 8 Kenneth Curtis, dkk, terj, Rajendran, Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen (Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2007), h. 50. 9 Benedictus lahir di Nursia pada 480, lahir berasal dari keluarga yang kaya dan hidupnya

dipenuhi dengan petualangan serta perbuatan-perbuatan hebat. Salah satunya adalah ia merupakan

seorang pendiri komunitas-komunitas monastik Kristen dan penyusun peraturan-peraturan bagi

biarawan dan biarawati dalam konumitas tersebut. Benedictus wafat pada tahun 547, Lihat

“Benedictus Dari Nursia”, https://id.m.wikipedia.org/wiki/benedictus_dari_nursia Artikel diakses

pada tanggal 27 September 2017.

Page 18: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

7

seorang kepala biara, sedangkan Benedictus menjadi pemimpin tertinggi, setelah

apa yang Benedictus lakukan untuk memajukan biara, seperti memberi makan

kepada orang miskin, menyembuhkan orang sakit, mengajar para biarawan dan

biarawati dalam mengorganisasi kebiaraan dengan peraturan-peraturan tertentu

dan kegiatan positif lainnya.

Peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh Benedictus masih dilaksanakan

sampai sekarang, seperti setiap biara dipimpin oleh kepala biara yang disebut

Abbot, seorang yang dapat diterima menjadi anggota terlebih dahulu melewati

masa percobaan selama satu tahun yang disebut dengan Novis. Setelah para Novis

berhasil melewati masa percobaan, maka mereka akan menulis kaul dengan

tangan mereka sendiri yang berarti bahwa mereka siap untuk memutuskan

hubungan dengan dunia untuk selamanya. Bagi siapa pun yang melanggar

peraturan tersebut maka akan dikenakan sanksi; yang pertama berupa nasihat

pribadi, yang kedua tidak diperkenankan untuk ikut dalam persekutuan doa, yang

ketiga tidak diperkenankan untuk bergaul dengan biarawan atau biarawati yang

lain, selanjutnya yang terakhir akan dikeluarkan dari biara. Namun sanksi-sanksi

tersebut dijalankan sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat oleh masing-masing

biara. Jadi sanksi yang dikeluarkan dapat berbeda-beda pada setiap biara.10

Dengan banyaknya kegiatan hidup membiara dan sanksi-sanksi tegas yang

dikeluarkan oleh biara, maka para calon biarawati harus benar-benar matang

dalam menentukan pilihan sebagai orang yang melepaskan seluruh kehidupan

yang ada di dunia, termasuk dalam kebutuhan biologis. Para biarawati harus

menjalankan kaul kemurnian yaitu tidak boleh menikah tetapi bukan berarti

10

Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2003), h. 35.

Page 19: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

8

menutup diri dengan orang lain. Tidak menikah diartikan sebagai yang tidak

mengikatkan diri dan hidup pada cinta yang tertutup atau kepada orang tertentu,

yang nantinya diharapkan dapat membuka diri dan kehidupan sebagai jawaban

cintanya kepada Allah dan sesama. Kemudian para biarawati harus siap dalam

hidup miskin, artinya melepaskan semua yang bersifat duniawi seperti harta,

karier dan lain sebagainya. Miskin juga diartikan sebagai menyediakan sesuatu

untuk orang lain, seperti waktu, tenaga kemampuan, dan lain sebagainya.

Kemiskinan ini lebih mengarah kepada sikap mengabdi kepada sesama. Artinya,

para biarawati diharuskan untuk mementingkan kepentingan masyarakat terlebih

dahulu dibandingkan mementingkan kepentingan pribadinya. Selain itu juga

mereka harus bisa menjaga kesetiaan pada satu kelompok atau dengan pemimpin

kelompok, tidak boleh untuk menang sendiri, atau ingin lebih segalanya dari yang

lain, karena semata-mata ketaatan ini dalam rangka mencari kehendak dari Allah

secara bersama-sama dengan anggota kelompok yang lainnya.11

Seorang pastor bernama Pater Mathias Wolff, SJ12

mendirikan sebuah

komunitas “Pedagogi Chretinne” atau Sociates Jesus Maria Joseph yang lebih

dikenal dengan sebutan JMJ. Didirikan pada tahun 1822, tepatnya di Amesfoort,

Belanda. Kelompok ini dibentuk berawal dari keprihatinan Pater Mathias Wolff

akan situasi semangat umat Katolik yang merosot pada masa itu. Orang-orang

lebih mengutamakan urusan duniawi daripada kehidupan beriman. Wolff

beranggapan bahwa salah satu jalan untuk mengembalikan semangat keagamaan

11

L. Prasetya, Panduan Untuk Calon Baptis, (Yogyakarta: Kanisius, 1999), h. 95. 12

Patter Mathias Wolff lahir pada tanggal 6 Maret 1779 di Luxemburg, merupakan

seorang imam Yesuit dan pemimpin yang karismatik yang membiarkan dirinya dibimbing dan

diilhami oleh Roh Kudus demi pembebasan umat katolik yang tertindas pada masanya di Belanda.

Ia juga merupakan seorang pendiri komunitas Jesus Maria Joseph, meninggal pada tanggal 31

Oktober 1857 di Culemborg, Lihat “Founder Of The Society J.M.J”,

http://www.jmjinstituteofnursing.com/founder.html Artikel diakses pada tanggal 27 september

2017.

Page 20: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

9

yaitu dengan cara membentuk calon-calon katekis dan pimpinan yang

bersemangat. Komunitas Jesus Maria Joseph kini berada di Belanda, Indonesia,

India, Roma, Nepal, Afrika Barat dan Amerika Serikat.

Komunitas Jesus Maria Joseph mulai masuk ke Indonesia pada tanggal 30

April 1897 di Minahasa, Sulawesi Utara. Komunitas Jesus Maria Joseph meliputi

wilayah Jawa, Sumatera, Sumbawa dan Timor yang berpusat di Jakarta dan sudah

memiliki berbagai cabang biara, salah satunya yaitu Biara Susteran Jesus Maria

Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Sebelum didirikannya biara ini, lebih dulu

dijalankan pelayanan dalam bidang poliklinik dan pendidikan pada tahun 1996,

tetapi pada saat itu pelayanan poliklinik tidak berjalan dengan sebagaimana yang

diharapkan, sampai akhirnya dihapuskan dalam data pelayanan para kaum

biarawati dan lebih berkembang dalam bidang pendidikan sekolah Bintang Kejora.

Tingkat pendidikan yang tersedia mulai dari TK sampai SMP, dan masih ada

sampai saat ini. Pada tahun 1999 di dirikan Biara Susteran Jesus Maria Joseph

Ciputat, Tangerang Selatan setelah berkembangnya pelayanan dalam bidang

pendidikan yang terus berjalan melayani masyarakat setempat.13

Selain bergerak dalam pelayanan di bidang pendidikan, para biarawati di

biara susteran Jesus Maria Joseph juga rutin mengerjakan spiritualitas dalam

bidang peribadatan. Mereka melakukan ibadah rutin di dalam sebuah ruangan

yang disebut dengan kappel biara. Kegiatan ibadah ini dilakukan secara bersama-

sama. Selain itu mereka juga melakukan ibadah secara pribadi untuk dirinya

sendiri yang biasa disebut dengan meditasi. Selain melakukan peribadatan di

kappel biara, para biarawati juga mengikuti peribadatan di Paroki St. Nikodemus,

13

Lihat “Sejarah Kongresi JMJ”, http://www.trinitas.or.id/informasi/kongresi/kongresi-

jmj.html Artikel diakses pada tanggal 30 juli 2017.

Page 21: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

10

Rempoa, Ciputat Tangerang Selatan pada hari Minggu. Hidup para kaum

biarawati ini tidak menetap, artinya tidak hanya tinggal di dalam satu biara saja

tetapi dapat berpindah-pindah sesuai dengan tempat mereka dipindahtugaskan.

Begitupun dengan gereja tempat mereka beribadah, tidak hanya beribadah di

dalam satu gereja saja tetapi bisa berpindah-pindah. Hal tersebut tidak menjadi

masalah karena biarawati merupakan bagian dari gereja itu sendiri, walaupun

mereka tetap terdaftar di gereja tempat mereka berasal.

Dari banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh para kaum biarawati maka

penulis merasa tertarik untuk menulis sebuah skripsi dengan judul “Spiritualitas

Kaum Biarawati: Studi Analisis Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat,

Tangerang Selatan”.

B. Pembatasan Masalah

Agar lebih terarah, maka penulis membuat perumusan masalah pada

penulisan ini untuk menjawab permasalahan tentang bagaimana spiritualitas serta

relevansi kehidupan kaum biarawati di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat,

Tangerang Selatan pada masa modern ini?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan mampu membantu para pembaca untuk lebih

mengetahui spiritualitas dan relevansi kehidupan membiara kaum

biarawati. Karena jarangnya bahan bacaan yang membahas permasalahan

tersebut.

Page 22: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

11

2. Bagi para pengkaji dan peneliti agama-agama, diharapkan penelitian ini

dapat dijadikan sebagai bahan tambahan dan bandingan untuk kajian

secara lebih spesifik karena banyaknya tingkat spiritualitas seseorang

untuk menjadi biarawati yang dijalaninya serta relevansi kehidupan

membiara pada zaman modern.

D. Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan keilmuan terutama dalam bidang keagamaan, untuk

menjelaskan spiritualitas serta relevansi kehidupan membiara kaum

biarawati di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan

dan untuk mengetahui perbedaan sejauh mana spiritualitas yang dilakukan

oleh suster di biara ini dengan biara-biara lainnya.

2. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang spiritualitas dan relevansi

kehidupan membiara kaum biarawati.

3. Sebagai tulisan ilmiah yang merupakan salah satu persyaratan penulis

guna mendapatkan gelar Sarjana Strata 1 (S1).

4. Kajian Pustaka

Pembahasan mengenai spiritualitas dan relevansi kehidupan membiara

kaum biarawati banyak ditemukan di dalam buku, skripsi maupun karya ilmiah

yang lainnya. Sesuai dengan kajian yang dibahas, penulis melihat dan menelaah

dari beberapa literatur serta penelitian yang ada kesamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang penulis teliti. Adapun beberapa karya ilmiah yang berkaitan

dengan penelitian ini antara lain:

Nevy Juwita, Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala,

Surabaya, dengan judul skripsi “Loneliness Pada Kaum Biarawan-Biarawati

Page 23: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

12

Katolik (Studi Kasus Pada Kaum Biarawan Ordo Karmel, Malang dan Kaum

Biarawati Ordo Perawan Maria, Situbondo)”. Skripsi ini ditulis pada tahun 2007.

Skripsi ini membahas tentang loneliness yang terjadi pada kaum biarawan dan

biarawati, di mana mereka pernah merasa kesepian karena tidak terpenuhinya

kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan sesamanya dan bagaimana cara para

biarawan dan biarawati dalam mengatasi permasalahan tersebut. Metode

penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif dengan

melakukan wawancara dengan 2 orang informan laki-laki dan 2 informan

perempuan.

Taufan Brata Rahman, Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan judul skripsi

“Selibat dalam Gereja Roma Katolik”, skripsi ini ditulis pada tahun 2008. Dalam

skripsi ini dijelaskan tentang selibat yang ada di gereja Katolik, di mana pada

selibat itu tidak dibolehkan menikah khususnya untuk para biarawan dan

biarawati tetapi di sisi lain seks merupakan kebutuhan biologis semua umat

manusia. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

deskriptif dengan melibatkan pendekatan historis.

Maria Jajar Anur Arsuma, Jurusan pendidikan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dengan judul “Peranan

Keterlibatan Hidup Menggereja Bagi Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan

dan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik dalam Rangka Menanggapi

Panggilan Sebagai Katekis”, skipsi ini ditulis pada tahun 2016. Dalam skripsi ini

dibahas tentang bagaimana proses seorang pelajar atau mahasiswa menuju

seorang katekis, terkhusus di Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Page 24: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

13

Dharma angkatan tahun 2010 dan 2011. Metode penelitian yang digunakan dalam

penulisan skripsi ini adalah deskriptif analisis, dengan melalui quisioner kepada

mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun 2010 dan

2011.

Sejauh ini penulis belum menemukan karya ilmiah yang khusus

membahas Spiritualitas dan Relevansi Kehidupan Membiara Kaum Biarawati.

Oleh karena itu, penulis mencoba meneliti agar memberikan tambahan wawasan

keilmuan yang baru, baik untuk penulis pribadi maupun pembaca pada umumnya.

Perbedaan penulisan ini dengan tulisan yang sudah ada sebelumnya, yaitu di

dalam penulisan ini tidak hanya membahas satu kaul tertentu tetapi membahas

keseluruhan kaul yang dijalani oleh biarawati, proses menjadi seorang biarawati

dan alasan mereka untuk menjadi seorang biarawati serta relevansi kehidupan

membiara pada zaman modern.

5. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan

pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena

sosial dan masalah manusia.14

Setelah menyusun perencanaan penelitian, lalu

kemudian peneliti langsung melakukan observasi atau pengamatan sambil

mengumpulkan data dan melakukan analisis.15

Penulis akan mendeskripsikan dan

menganalisis tentang Spriritualitas Kaum Biarawati: Studi Kasus Biara Susteran

Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan.

14

Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 11. 15

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h. 61.

Page 25: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

14

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

historis dan pendekatan psikologis. Pendekatan historis adalah suatu pendekatan

yang mencoba mewadahi dan mewujudkan nilai dalam pemikiran pada masa

lampau, biasanya berkenaan dengan sejarah.16

Pendekatan psikologis adalah suatu

pendekatan dengan cara menerapkan metode dan data psikologi ke dalam studi

tentang keyakinan pengalaman dan sikap keagamaan.17

Dalam pendekatan historis

ini penulis akan memaparkan bagaimana sejarah tentang biarawati dan juga

relevansi kehidupan membiara pada zaman modern, sedangkan pendekatan

psikologis akan memaparkan tentang spiritualitas kaum biarawati yang berada di

biara susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan.

3. Analisis dan Metode Pengumpulan Data

Dalam metode penelitian data, penulis menggunakan metode deskriptif

analitis. Deskriptif artinya pemaparan sesuatu dengan kata-kata secara jelas dan

terperinci.18

Sedangkan analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.19

Jadi deskriptif analitis adalah

sebuah cara atau teknik penelitian dengan menggambarkan suatu pengetahuan

dengan penulisan ataupun ucapan dan kemudian membaginya ke dalam beberapa

bagian untuk lebih lanjutnya diadakan penyelidikan kritis dan pengujian untuk

mendapatkan hasil yang benar. Bila dihubungkan dengan penelitian ini, maka

metode ini digunakan untuk menggambarkan spiritualitas dan relevansi kehidupan

16

Riris K. Toha-Sarumpaet, Pedoman Penelitian Sastra Anak (Jakarta: Yayasan Pustaka

Obor Indonesia, 2010), h. 41. 17

Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta: LKiS, 2002), h. 193. 18

W. J . S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka,

2006), h.228. 19

Ananda Santoso, dan A.R. Al-Hanif, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya :

Alumni, t.t), h.22.

Page 26: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

15

kaum biarawati yang berada di biara susteran Jesus Maria Joseph Ciputat,

Tangerang Selatan.

Di dalam pengumpulan data. Penulis menggunakan dua metode, yaitu:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Dengan metode ini penulis menghimpun, membaca, meneliti dan mengkaji

beberapa literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas, seperti

buku-buku, majalah-majalah, internet dan tulisan-tulisan lain yang ada

hubungannya dengan skripsi ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Cara ini penulis lakukan untuk memperkuat data-data yang telah didapat.

Penulis menggunakan teknik interview atau wawancara langsung dengan

biarawati yang ada di biara susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang

Selatan. Selain itu juga penulis akan melakukan pengamatan langsung (observasi)

terhadap objek penelitian. Dengan demikian penulis mendapatkan informasi

secara langsung, akurat dan benar.

Sebagai pedoman teknik penulisan, digunakan buku Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah Univesitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terbitan

tahun 2010, serta buku Pedoman Akademik 2013-2014 Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

6. Sumber Referensi

Dalam melakukan penelitian ini penulis banyak sumber-sumber yang

dijadikan sebagai referensi. Sumber-sumber referensi tersebut didapat dari buku-

buku, baik berupa skripsi, artikel maupun karya ilmiah yang lainnya. Sumber

referensi adalah sumber yang memuat tentang informasi yang berhubungan

Page 27: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

16

dengan pembahasan yang akan ditulis. Secara garis besar, sumber referensi

terbagi menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer

adalah sumber informasi yang memuat informasi asli yang dapat dituangkan

dalam bentuk kata, gambar, ataupun objek lainnya. Sedangkan sumber sekunder

adalah sumber atau rujukan karya ilmiah yang berdasarkan kepada sumber

primer.20

Sumber primer yang penulis gunakan, salah satunya yaitu buku L.

Prasetya, Pr tentang panduan menjadi Katolik bagi yang ingin diterima dalam

gereja Katolik serta buku-buku yang lainnya. Sementara sumber sekunder yang

penulis gunakan berupa buku-buku, penelitian-penelitian, majalah, ensiklopedi,

tulisan-tulisan di surat kabar maupun di internet dan lainnya yang berhubungan

dengan pokok permasalahan yang diteliti.

7. Sistematika Penulisan

Agar penelitian dalam pembahasan “Spiritualitas Kaum Biarawati: Studi

Analisis Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan” ini lebih

mendalam, maka dalam sistematika penulisan akan dipaparkan beberapa bagian

BAB yang perinciannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Kajian Pustaka

F. Metode Penelitian

20

Ramlan A. Gani, Suka Berbahasa Indonesia (Jakarta: Gaung Persada Press Group,

2014), h. 165-166.

Page 28: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

17

G. Sumber Referensi

H. Sistematika Penulisan

BAB II SPIRITUALITAS PEREMPUAN DALAM

AGAMA KATOLIK

A. Pengertian Spiritualitas

B. Perempuan dalam Pandangan Katolik

C. Kehidupan Biarawati dalam Agama Katolik

BAB III BIARA SUSTERAN JESUS MARIA JOSEPH

CIPUTAT TANGERANG SELATAN

A. Sejarah Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat

Tangerang Selatan

B. Hierarki Fungsi Biara Susteran Jesus Maria Joseph

Ciputat Tangerang Selatan

C. Kegiatan Kerohanian Biara Susteran Jesus Maria

Joseph Ciputat Tangerang Selatan

BAB IV SPIRITUALITAS BIARAWATI DI BIARA

SUSTERAN JESUS MARIA JOSEPH CIPUTAT

TANGERANG SELATAN

A. Faktor Yang Mempengaruhi Seseorang Untuk Hidup

Membiara

B. Pengalaman Spiritual dalam Kehidupan Biara

C. Konsistensi Pengamalan Sebagai Biarawati

D. Relevansi Kehidupan Membiara Pada Masa Modern

Page 29: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

18

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 30: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

19

BAB II

SPIRITUALITAS PEREMPUAN DALAM AGAMA KATOLIK

A. Pengertian Spiritualitas

Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai banyak kebutuhan, termasuk

salah satunya yaitu kebutuhan dalam beragama. Berbicara soal agama tentu saja

erat kaitannya dengan Tuhan. Seseorang yang beragama pasti ingin lebih

mendekatkan dirinya kepada Tuhan, tidak hanya melakukan apa yang sudah

diperintahkan oleh Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya. Tetapi lebih dari itu,

mereka yang ingin mendekatkan dirinya dengan Tuhan harus terus konsisten

menjalankan agamanya sehingga terjadi perubahan yang lebih baik dalam dirinya.

Untuk dapat mencapai yang transenden bersumber dari dalam batin

manusia itu sendiri. Spiritualitas berkaitan dengan pengembangan diri seseorang,

mengambil keputusan untuk lebih mendekatkan dirinya dengan Tuhan. kata

spiritualitas berasal dari kata spirit yang artinya semangat, jiwa, sukma atau roh

dan juga spiritual yang berarti hubungan dengan atau bersifat kejiwaan seperti roh

dan batin. Secara umum spiritualitas adalah sumber motivasi dan emosi pencarian

individu yang berkenaan dengan hubungan seseorang dengan Tuhan.1

Hidup Kristiani adalah hidup di dalam Kristus, seperti dalam doa Kristiani

yang merupakan gerakan menuju kepada Allah melalui Kristus dalam Roh.

Spiritualitas seringkali diartikan sebagai cara untuk membangun hidup dalam

Kristus. Biasanya spiritualitas erat kaitannya dengan kehidupan para rahib dan

biarawati. Kata spiritualitas berasal dari St. Paulus yang menggunakan kata

1 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Spiritualitas, Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia: 2016, https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/spiritualitas

artikel diakses pada tanggal 13 Juli 2018.

Page 31: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

20

pneumatikos yang berarti mendapat ciri atau dipengaruhi oleh Roh Allah.2

Spiritualitas diartikan sebagai jalan hidup yang intim dan arti dalam iman

spiritualitas tidak dapat dilepaskan dari pembentukan relasi yang terus menerus.

Spiritulitas tidak terkait dengan spiritisme seperti dunia mistik atau roh-roh.

Spiritualitas berfokus pada interior life; sebuah pencarian pada Allah dan

pertumbuhan relasi dengan Yesus Kristus yang tersembunyi dalam hati dan

pikiran.3

Di dalam spiritualitas ada beberapa tahapan proses di antaranya konversi,

transformasi, dan konsistensi. Konversi di sini diartikan sebagai perpindahan dari

orang awam menjadi orang beriman, membebaskan diri dari kehidupan lama yang

dibentuk oleh perbuatan dosa menjadi mengikatkan diri kepada sesuatu yang

merupakan jalan kebenaran untuk kehidupannya. Masa transformasi disebut juga

sebagai masa peralihan yang berarti bersedia untuk melanjutkan misi Yesus

Kristus di dunia. Biasanya pada masa transformasi ini seseorang akan terlihat

kekuatan dalam menjalani tujuan utamanya untuk menjadi yang lebih dekat

dengan Tuhan. Yang harus dijalani selama masa transformasi ini yaitu

meningkatkan amal atau cinta kasih kepada Tuhan, cinta pada diri sendiri, dan

cinta sesama manusia.

Perayaan sakramental di gereja memberi akses untuk mentransformasikan

kekuasaan Tuhan. Selain itu doa yang dilakukan sendiri-sendiri dapat menyadari

keberadaan untuk melangkah menuju jalan kehidupan baru yang telah

ditransformasikan dalam Tuhan. Dalam tradisi Katolik, seseorang yang

2 Thomas P. Rauch, Katolisisme Teologi Bagi Kaum Awam (Yogyakarta: Kanisius, 2001),

h. 278. 3 Ed, Nur Kholis Stiawan & Djaka Soetapa, Meneliti Kalam Kerukunan (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2010), h. 563.

Page 32: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

21

mempunyai harapan atas Tuhan tidak hanya diam sambil bermalas-malasan

menunggu harapan itu terwujud dengan sendirinya, tetapi harapan tersebut harus

diimbangi dengan usaha dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Pepatah

Ignatian mengatakan: “Berdoalah seolah-olah segala sesuatu tergantung pada

Tuhan dan bertindaklah seolah-olah segala sesuatu tergantung kepada dirimu

sendiri.” Orang yang beriman diciptakan dalam wujud yang baik dan dalam citra

Tuhan, oleh karenanya mereka senantiasa memberikan cintanya kepada sesama

manusia. Dalam Surat Matius 25 Tuhan berfirman “Sekecil apapun kebaikan yang

kamu lakukan terhadap saudara-saudara dan saudari-saudarimu, berarti kamu

melakukannya untuk-Ku.” Pelayanan merupakan sebuah ekspresi kasih yang

mendalam terhadap Tuhan, dimulai dari kebutuhan-kebutuhan individu kemudian

ajaran-ajaran sosial gereja semakin berkembang sampai kepada memberikan kasih

untuk orang-orang malang yang kemudian hal tersebut menjadi komitmen

melakukan pemberantasan atas ketidakadilan yang terjadi.4

Konsistensi adalah tahapan terakhir yang harus dijalani oleh seseorang

yang ingin mendekatkan diri pada Tuhan. Konsistensi berarti tetap dan tidak

berubah-ubah. Artinya, apabila seseorang benar-benar ingin dekat dengan Tuhan

maka harus konsisten dalam menjalaninya, tidak berubah niat dan prilakunya

dalam kegiatan sehari-hari. Konsisten di sini berarti penyempurnaan. Ketika

seseorang yang sudah konsisten, maka tidak akan ada lagi alasan untuk tidak

melakukan perbuatan baik untuk mendapatkan cinta kasih Tuhan. Seseorang yang

ingin mewujudkan konsistensinya dalam menjalani praktik spiritualitas dapat

4 Louis J. Cameli, Ed; Ruslani, Wacana Spiritualitas Timur dan Barat (Yogyakarta:

Qalam, 2000), h. 36-38.

Page 33: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

22

mengikuti jejak hidup para tokoh-tokoh agama, pendiri agama, atau para pengikut

agama yang dapat diteladani seperti para rahib atau biarawati.

Orang yang menjalani spiritualitas disebut sebagai orang spiritual, yang

selalu menyerap nilai-nilai spiritual serta mengaplikasikannya dan menciptakan

prilaku sesuai dengan nilai-nilai spiritualitas yang ada. Orang spiritual bukan

hanya sekedar menjalani agamanya saja tetapi juga menghayati agama yang

dianutnya. Dalam menghayati agamanya, orang spiritual memahami tentang

dogma, menjalankan ibadat, melaksanakan moral dan berusaha memandang

lembaga agama secara berbeda dalam tingkat yang lebih tinggi daripada orang

yang hanya menjalani agama.

Bagi orang spiritual, dogma bukanlah tujuan akhir untuk mempelajari dan

memahaminya saja, tetapi dogma merupakan titik awal untuk lebih mengenal

Tuhan dan digunakan sebagai upaya mendalami hakikat Tuhan yang transenden.

Begitu pula halnya dengan kitab suci yang tidak hanya dipahami secara tekstual

tetapi juga harus dipahami secara kontekstual agar tidak terjadi kesalahpahaman

dalam mengenal Tuhan. Ibadat yang dipahami oleh orang awam berbeda dengan

yang dipahami oleh orang spiritual. Orang awam memandang ibadat hanya

sebagai sebuah kewajiban dalam menjalankan agamanya. Namun, berbeda dengan

pandangan orang spiritual yang memandang bahwa ibadat merupakan suatu

hubungan dengan Tuhan serta pengutusannya di dunia jadi bukan semata-mata

karena beban kewajiban dalam menghayati agamanya. Dalam menjalani ibadat,

orang spiritual berarti terus berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik dan

menjadi orang yang dapat mendatangkan kebaikan, keselamatan, dan

kesejahteraan bagi dirinya sendiri dan bagi sesama manusia.

Page 34: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

23

Moral berarti ajaran tentang baik dan buruk mengenai perbuatan, sikap dan

kewajiban di mana dalam pandangan orang spiritual diartikan untuk mengambil

bagian dari sifat-sifat Tuhan dan bekerja sama dengan-Nya untuk mendatangkan

kebaikan, keselamatan, dan kesejahteraan. Bukan hanya semata-mata ingin

mendapat pujian atau mengharapkan balasan dari Tuhan karena menjadi orang

spiritual yang taat dalam beragama. Begitu pun dengan memahami lembaga

agama, orang spiritual tidak hanya semata-mata untuk mengikuti perkumpulan

suatu kelompok saja atau karena memiliki tujuan tertentu, lebih dari itu orang

spiritual memandang lembaga agama sebagai sesuatu yang dapat menjadikan

dirinya untuk lebih berkembang dan mengenal serta memahami sesama manusia

dalam konteks yang lebih luas.5

Spiritualitas memiliki dua komponen yaitu, komponen vertikal dan

komponen horizontal. Komponen vertikal dalam spiritualitas adalah hasrat untuk

melampaui ego atau self-esteem diri. Komponen ini biasanya berkaitan dengan

Tuhan, jiwa, alam semesta atau sesuatu lainnya yang tidak dapat dilihat.

Sedangkan komponen horizontal adalah hasrat untuk melayani orang lain dan

bumi. Komponen horizontal ini berkaitan dengan bagaimana seseorang berusaha

untuk membuat perbedaan melalui tindakannya atau sebagai sesuai yang dapat

dilihat.6

Apabila dilihat dari sisi komponen spiritualitas, maka kehidupan

biarawati termasuk kedalam komponen horizontal karena kehidupan membiara

termasuk kedalam hasrat untuk melayani orang lain serta dapat dilihat oleh

khalayak.

5 Agus M. Hardjana, Religiositas, Agama dan Spiritualitas (Yogyakarta: Kanisius, 2005),

h. 65-71. 6 Pasha Nandaka dan Clara Moningka, Spiritualitas: Makna dan Fungsi, http://buletin.k-

pin.org/index.php/arsip-artikel/244-spiritualita-makna-dan-fungsi artikel diakses pada tanggal 13

Juli 2018.

Page 35: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

24

Beberapa para ahli telah melakukan penelitian tentang dimensi spiritualitas.

Seperti Elkins, dll (dalam Smith, 1994) menjelaskan adanya Sembilan dimensi

dalam spiritualitas yang berdasarkan studi literatur yangtelah dilakukannya adalah

sebagai berikut:

1. Dimensi transenden

Dimensi ini memiliki kepercayaan berdasarkan eksperensial dalam

hidup. Orang spiritual memiliki pengalaman transenden atau dalam

istilah Maslow “Peak Experience”. individu tidak hanya melihat apa

yang dapat dilihatsecara kasat mata, tetapi juga dapat melihat yang

tidak dapat terlihat.

2. Dimensi makna dan tujuan hidup

Dimensi ini timbul dari keyakinan bahwa hidup itu penuh makna.

Secara aktual, makna dan tujuan hidup setiap orang berbeda-beda.

3. Dimensi misi hidup

Orang spiritual merasa bahwa dirinya harus bertanggung jawab

terhadap hidup. Orang spiritual termotivasi oleh metamotivasi, yang

berarti mereka dapat memecah misi hidupnya dalam target-target

konkrit dan tergerak untuk memehuhi misi tersebut.

4. Dimensi kesucian hidup

Pada dimensi ini seseorang percaya bahwa seluruh kehidupannya

adalah akhirat dan bahwa kesucian adalah sebuah keharusan.

5. Dimensi nilai0nilai material/material values

Orang spiritual tidak akan menemukan kepuasan dalam materi tetapi

kepuasan fiperoleh dari spiritual.

Page 36: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

25

6. Dimensi Altruisme

Dalam dimensi ini orang spiritual memahami bahwa semua orang

bersaudara dan tersentuh oleh penderitaan orang lain.

7. Dimensi idealisme

Jika dilihat dari dimensi ini, orang spiritual berkomitmen

mengaktualisasikan potensinya untuk seluruh aspek kehidupan.

8. Dimensi kesadaran akan adanya penderitaan

Orang spiritual benar-benar menyadari adanya penderitaan dan

kematian. Kesadaran ini membuat dirinya serius terhadap kehidupan

karena penderitaan dianggap sebagai ujian. Meskipun demikian,

kesadaran ini meningkatkan kegembiraan, apresiasi dan penelitian

individu terhadap hidup.

9. Hasil dari spirituaitas

Spiritualitas yang benar akan berdampak pada hubungan individu

dengan dirinya sendiri, orang lain, alam, kehidupan dan apapun yang

menurut individu akan membawa pada asalnya.

Kemudian Smith (1994) meragkum Sembilan aspek spiritualitas yang

diungkapkan oleh Elkins, dkktersebut menjadi empat aspek, sebagai berikut:

1) Merasa yakin bahwa hidup sangat bermakna. Hal ini mencakup rasa

memiliki misi hidup.

2) Memiliki sebuah komitmen terhadap potensi positif dalam setiap aspek

kehidupan. Hal ini mencakup kesadaran bawah nilai-nilai spiritual

menawarkan kepuasan yang lebih besar dibandingkan nilai-nilai material,

Page 37: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

26

serta spiritualitas memiliki hubungan integral dengan seseorang, diri

sendiri dan semua orang.

3) Menyadari akan keterkaitan dalam kehidupan. Hal ini mencakup

kesadaran akan musibah dalam kehidupan dan tersentuh oleh penderitaan

orang lain.

4) Meyakini bahwa hubungan dengan dimensi transendensi adalah

menguntungkan. Hal ini mencakup perasaan bahwa segala hal dalam

hidup adalah suci.7

B. Perempuan dalam Pandangan Katolik

Berbicara soal perempuan seringkali posisi perempuan dipandang sebelah

mata, baik dalam sudut pandang sosial, budaya, politik bahkan dalam sudut

pandang agama sekalipun. Alkitab dalam tradisi gereja sering dijadikan dasar atau

alasan penyebab terjadinya permasalahan ketidakseimbangan antara laki-laki dan

perempuan. Seringkali tradisi gereja mengacu pada konsep-konsep yang diperoleh

dari Alkitab. Konsep tersebut masih berpengaruh pada gereja hingga saat ini.

Agama Katolik memiliki cara pandang yang berbeda dalam melihat posisi

perempuan di dalam gereja. Perempuan, di satu sisi, digambarkan sebagai Hawa

penyebab dosa dan di sisi lain perempuan juga digambarkan sebagai Bunda Maria

yang taat terhadap Tuhan.

Dalam tatanan penciptaan, perempuan digambarkan sebagai Hawa yang

tidak taat dan menjadi penyebab dosa di bumi. Di dalam Surat Kejadian 2:23

disebutkan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Artinya,

perempuan merupakan bagian dari laki-laki yang tidak bisa melakukan

7 Karla Amanda, Karakteristik dan Dimensi Spiritualitas, https://www.dictio.id/t/apa-

yang-dimaksud-dengan-spiritualitas/14842/2 artikel diakses pada tanggal 13 July 2018.

Page 38: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

27

keinginannya secara bebas melainkan harus menjadi pengikut yang taat dan

sebagai pelengkap bagi laki-laki. Ajaran yang merendahkan perempuan

didasarkan pada anggapan kepemimpinan laki-laki dalam tatanan penciptaan, di

mana seringkali laki-laki dianggap lebih memiliki sifat kepemimpinan yang

tangguh dibandingkan seorang perempuan. Hal tersebut sudah dianggap sebagai

kodrat alam yang ditakdirkan oleh Tuhan. Di dalam Surat Kejadian 3:6 disebutkan

yang pertama kali memakan buah terlarang adalah Hawa, kemudian Hawa

menyuruh Adam untuk memakan buah yang sama dan dari situlah mereka berdua

diturunkan ke muka bumi untuk meneruskan kehidupannya. Dari kejadian

tersebut perempuan dianggap sebagai penggoda dari laki-laki, maka derajat

perempuan berada di bawah laki-laki.8

Hawa merupakan perempuan yang diciptakan oleh Tuhan setelah Adam.

Kehadiran Hawa yang dianggap sebagai pembantu Adam bukan berarti pembantu

yang dipahami di lingkungan yang memperlakukan para pembantu dengan sikap

kasar dan sewenang-wenang. Tetapi pembantu di sini diartikan sebagai penolong

Adam untuk mengelola seluruh ciptaan-Nya di bumi. Baik Adam dan Hawa sama-

sama diciptakan sesuai dengan gambaran Allah. Sosok laki-laki dan perempuan

diciptakan sebagai yang baik, tidak ada yang lebih rendah di antara keduanya,

karena baik laki-laki dan perempuan sama-sama diberkati oleh Allah. Oleh karena

itu, kehadiran Adam dan Hawa sama berartinya yang diciptakan dengan maksud

baik agar keduanya bisa saling melengkapi.9

8 Rosemary Radford Reuther, Kristen, ed; Arvind Sharma, Perempuan Dalam Agama-

Agama Dunia (Jakarta: Ditperta Depag RI), h. 251. 9 Retnowati, Perempuan-perempuan dalam Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004),

h. 3.

Page 39: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

28

Berbeda halnya dengan sosok Bunda Maria, terlahir tanpa dosa dan tidak

tercemar atas dosa Adam dan Hawa. Karena itu Bunda Maria dianggap sebagai

kekasih Allah. Bunda Maria diangkat ke surga dengan badan dan jiwa yang sudah

dibangkitkan Allah bersama Yesus, putranya. Sebutan Bunda Maria didasari pada

ketaatan melahirkan seorang putra Allah tanpa mengenal seorang pria melainkan

karena kekuatan Roh Kudus. Oleh karenanya Bunda Maria disebut sebagai

perawan. Bunda Maria bukan sosok ibu dari Allah melainkan ibu dari seorang

putra bernama Yesus, di mana keallahan Bapak tampak dalam diri Yesus. Dalam

pandangan umat Katolik, Bunda Maria dianggap sebagai ibu suci namun bukan

berarti yang akan mengabulkan doa-doa umat Katolik, tetapi berdoa dengan

tujuan kepada Allah melalui perantara Bunda Maria dan Yesus putranya.

Bunda Maria disebutkan juga sebagai Bunda gereja seperti tercantum

dalam Alkitab. Dalam Surat Yohanes 19:26-27 dan Surat 1 Korintus 12 dijelaskan

bahwa Yesus merupakan bagian dari anggota tubuh Kristus dan dengan rahmat

Allah umat Katolik dipersatukan dengan Kristus secara rohani. Maka jika Bunda

Maria adalah ibu dari Yesus itu berarti anggota tubuh Bunda Maria juga

merupakan anggota tubuh Kristus, yang berarti Bunda Maria adalah ibu rohani di

dalam gereja.10

Dari banyaknya pemahaman tentang Bunda Maria di dalam Katolik, hal

ini yang membuat perempuan memiliki kesetaraan dengan laki-laki. Teologi

tentang kesetaraan mengambil cerita dari penciptaan dalam Kitab Kejadian 1:27,

di mana baik laki-laki dan perempuan diciptakan dalam bayang-bayang Tuhan

dan memiliki bayangan yang sama di hadapan Tuhan. Pemahaman tentang

10

Ingrid Listiati, Ajaran Maria Sebagai Bunda Allah dan Bunda Gereja,

http://www.katolisitas.org/apakah-ajaran-maria-sebagai-bunda-allah-dan-bunda-gereja-ada-dalam-

alkitab/ artikel diakses pada tanggal 28 Oktober 2017.

Page 40: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

29

kemanusiaan dipandang dalam sosok Kristus, Surat Paulus Galatia 3:28

menyebutkan pembatisan ke dalam Kristus dianggap menyatukan seluruh umat

manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Kesetaraan juga dijelaskan dalam

konsep penebusan dosa, sejarah atas kejatuhan manusia mengubah kerjasama

kemanusiaan yang sesungguhnya antara laki-laki dan perempuan.

Dijelaskan bahwa roh kenabian yang dikirim oleh Kristus dan bangkit

kembali untuk bergabung dengan gereja diberikan kepada “pelayan perempuan

dan laki-laki” (Yoh 2:28). Pergerakan kesetaraan juga terlihat ketika perempuan

dan laki-laki mendapat panggilan terhadap kependetaan. Kristen pada abad awal

menjalankan aturan baru di mana pola-pola kependetaan yang mengikutsertakan

perempuan dalam komunitas katekis (gereja baptis). Perempuan dan laki-laki

secara bersama dipanggil untuk mempelajari Kitab baru yang dibawa Yesus. Oleh

karenanya tidak ada pembeda antara anugerah-anugerah yang diberikan oleh

Tuhan, kependetaan tetap berakar pada anugerah karismatik dari Roh Kudus.11

Pada dasarnya Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan dengan derajat,

kedudukan, posisi dan peran yang sama, hanya saja seringkali dipahami secara

tekstual tanpa memahami makna dari yang tertulis. Oleh karenanya pemahaman

yang menganggap perempuan lebih rendah dari laki-laki nampaknya perlu

pemahaman yang lebih dalam lagi, karena Alkitab yang ditulis pada kurun waktu

dan situasi tertentu tidak dapat dijadikan alasan sebagai pencetus pemahaman

yang bertentangan terhadap kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Perihal

kedudukan perempuan di dalam gereja pada saat ini, pada kenyataannya banyak

tokoh-tokoh perempuan yang dapat dijadikan acuan dan juga posisi-posisi mereka

11

Rosemary Radford Reuther, Kristen, ed; Arvind Sharma, Perempuan Dalam Agama-

Agama Dunia (Jakarta: Ditperta Depag RI), h. 254-255.

Page 41: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

30

di dalam gereja, seperti adanya seorang nabi perempuan, kependetaan, dan bahkan

biarawati yang ikut berperan di dalam gereja.

C. Kehidupan Biarawati dalam Agama Katolik

Dalam kehidupan umat Katolik ada yang disebut Hierarki dan awam; di

antara orang awam ada yang disebut sebagai orang beriman. Orang awam ialah

orang biasa yang tidak memiliki kemampuan atau keahlian tertentu. Sedangkan

orang beriman adalah orang Kristiani yang mendapat panggilan dari Allah untuk

menerima karunia istimewa dalam kehidupan gereja dengan menyumbangkan jasa

bagi kehidupan gereja. Orang beriman Katolik dipanggil secara khusus untuk

hidup membiara, ada yang disebut dengan biarawan dan biarawati. Biarawan dan

biarawati berasal dari kata biara dengan akhiran -wan yang berarti laki-laki dan -

wati yang berarti perempuan. Mereka memfokuskan hidupnya untuk kehidupan

agama di suatu biara atau tempat ibadah.12

Hidup membiara berarti bersedia untuk meninggalkan kehidupan yang

bersifat dunia dan memfokuskan dirinya dalam kehidupan beragama untuk lebih

mendekatkan diri dengan Allah dan mendapat cinta kasih Allah. Di Indonesia

sendiri biasanya biarawan disebut dengan sebutan “bruder” sedangkan biarawati

disebut dengan sebutan “suster”. Mereka hidup di dalam suatu biara dengan

menaati segala peraturan yang ada dan tidak boleh melanggar peraturan tersebut.

Apabila di antara mereka melanggar peraturan yang ada maka akan dikenakan

sanki-sanksi tertentu. Sebelum memutuskan untuk menjadi seorang biarawati,

terlebih dahulu dia harus menjalani proses lima tahapan, yaitu:

1) Masa Aspiran

12

L, Prasetya, Pr, Panduan Menjadi Katolik (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 67.

Page 42: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

31

Aspiran adalah seorang yang ingin menjadi biarawati yang sehat jasmani

dan rohani. Pada masa ini belum terikat dengan tarekat atau ordo. Tahapan ini

merupakan tahapan yang paling dini dan mulai diperkenalkan dengan kehidupan

membiara, seperti ritme dan acara harian dalam hidup membiara, kegiatan

keterampilan hingga diajak untuk mengenal diri atau kepribadiannya. Biasanya

masa aspiran ini dijalani selama satu atau dua tahun, tergantung aturan atau regula

tarekat atau ordo yang dipilih. Pada masa aspiran digunakan juga untuk para

pembina melihat keseriusan para aspiran.

2) Masa Postulat

Postulan disebut juga sebagai orang yang melamar atau calon biarawati.

Masa postulat merupakan masa peralihan dan perkenalan bagi calon agar dapat

berorientasi dan mengenal kehidupan membiara. Biasanya masa ini berlangsung

selama dua tahun. Pada masa ini dimaksudkan agar calon biarawati semakin

mengenal diri dan kepribadiannya, belajar kitab suci dasar, pengetahuan Katolik

tentang moral, etika, dan teologi dasar serta mengikuti irama doa pribadi, doa

bersama, sejarah gereja, lembaga hidup bakhti dan menghayati hidup sakramental

gereja.

3) Masa Novisiat

Pada masa ini para calon disebut sebagai novis, artinya orang baru yang

ditandai dengan penerimaan jubah dan kerudung biara. Masa ini berlangsung

selama dua tahun untuk dibimbing mengolah hidup rohani, memurnikan motivasi

panggilan, mengenal secara mendalam tentang tarekat atau ordo dan konstitusinya,

mengenal khasanah imam gereja, kaul-kaul religius dan praktik-praktik terpuji

sebagai seorang religius dalam gereja.

Page 43: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

32

4) Masa Yuniorat

Pada masa ini, setelah seseorang berhasil melewati masa novisiat,

dipanggil dengan sebutan suster. Masa yuniorat ditandai dengan pengikraran yang

disebut dengan kaul sementara, berlangsung selama kurang lebih enam sampai

sembilan tahun, tergantung aturan konstitusi atau regula. Para suster mulai kuliah

ilmu-ilmu khusus secara mendalam atau mulai berkarya dan sudah menghidupi

nilai-nilai dari kaul-kaul yang sudah diucapkannya.

5) Kaul Kekal dan Pembinaan Lanjutan

Pada masa ini seorang suster secara resmi menjadi anggota tarekat atau

ordo, yaitu dengan mengucapkan kaul kekal publik dan hidup secara utuh sebagai

suster. Karya dan pelayanan dijalani oleh kaul kekal yang sudah diikrarkan

sebagai mempelai Kristus. Selain itu, para suster juga mengikuti pembinaan

lanjutan hingga akhir hayat.13

Pada saat menjalani tahapan-tahapan untuk menjadi seorang biarawati,

diwajibkan untuk mengucapkan tiga kaul yaitu kaul kemurnian, kaul kemiskinan,

dan kaul ketaatan. Kaul adalah janji yang dibuat oleh seseorang untuk melakukan

sesuatu yang baik yang belum termasuk dalam tuntutan perintah Allah, hukum

gereja atau kewajiban-kewajiban lainnya. Kaul dapat bersifat pribadi dan publik.

Bersifat pribadi artinya tidak disebutkan secara umum yang disaksikan oleh

banyak orang, kalau kaul publik diucapkan di depan saksi-saksi. Kaul terbagi

menjadi dua yaitu kaul sementara dan kaul kekal. Kaul sementara berarti tidak

lagi mengikat setelah jangka waktu tertentu sebelum diperbaharui seperti pada

masa yuniorat, sedangkan kaul kekal diakui oleh pejabat gereja yang berwenang

13

Fifi Ingewati, Tahapan-Tahapan Menjadi Seorang Biarawati,

https://www.google.co.id/amp/s/semakinra.me/2017/01/12/tahapan-menjadi-biarawati/amp/ artikel

diakses pada tanggal 30 Oktober 2017

Page 44: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

33

memuat tuntutan-tuntutan yang lebih keras terhadap orang yang mengucapkannya,

dan seorang dapat dibebaskan dari kaul ini hanya oleh kuasa Paus.14

Biarawati di dalam kehidupannya, selain terikat dengan ketiga kaul juga

diisi dengan spiritualitras pendiri ordonya. Masing-masing tarekat, kongregasi

atau ordo mempunyai spiritualitas yang berbeda. Spiritualitas sebagai praktik

kehidupan, yang menjiwai dan mempersatukan seluruh anggotanya. Spiritualitas

tidak hanya menyangkut sikap batin tetapi juga diwujudkan dalam kehidupan

sehari-hari. Ketiga kaul yang dijalani oleh biarawati ialah:

1. Kaul Kemurnian (Selibat)

Kaul kemurnian, atau biasa disebut dengan selibat, berarti keutamaan

untuk tidak mengikatkan diri dan hidup pada cinta yang tertutup atau orang

tertentu seperti suami istri. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengembangkan cinta yang terbuka bagi semua orang. Dengan menjalani selibat

diharapkan para biarawati dapat membuka diri dan hidup kepada Allah dan

manusia sebagai jawaban cinta kepada Allah dan sesamanya. Oleh karena itu

dengan mengucapkan kaul kemurnian ini para biarawati dilarang untuk menikah

guna untuk memfokuskan dirinya lebih dekat dengan Allah dan mendapatkan

cinta kasih Allah.

2. Kaul Kemiskinan

Pengertian miskin ini tidak diartikan sebagai yang melarat atau tidak

memiliki apa-apa. Kemiskinan diartikan sebagai bersedia melepaskan segala yang

berhubungan dengan duniawi seperti karir, harta dan lain sebagainya. Dengan

menjalankan kaul kemiskinan ini para biarawati diharapkan dapat menyediakan

14

Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi (Yogyakarta: Kanisius,

1996), h. 131.

Page 45: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

34

segala sesuatunya yang bukan bersifat materi seperti tenaga, waktu serta

kemampuannya dalam melayani orang lain sebagai sikap dan semangat dalam

mengabdi sesama.

3. Kaul Ketaatan

Dalam hidup membiara berarti hidup di dalam suatu kelompok tertentu.

Dengan menyebutkan kaul ketaatan itu berarti bersedia untuk setia terhadap

kelompoknya, bersedia untuk hidup bersama. Ketaatan juga diartikan sebagai

yang taat terhadap pemimpin kelompok maupun peratutan-peraturan yang sudah

dibuat di dalam biara semata-mata karena untuk mencari kehendak Allah secara

bersama-sama dengan kompok yang ada di biara.15

Kehidupan yang dijalani oleh biarawati tanpa adanya paksaan karena

semua itu dijalani dengan keinginan hati nuraninya sendiri. Apabila untuk menjadi

seorang biarawati mendapat paksaan dari pihak tertentu, maka tidak akan nyaman

dalam menjalani tahapan-tahapan proses yang ada. Seorang yang memutuskan

untuk menjadi seorang biarawati biasanya berumur dua puluh tahun, atau bahkan

ada yang sudah memasuki masa senja kemudian mendapatkan panggilan dari

Allah dan memutuskan hidupnya untuk menjadi seorang biarawati. Tidak ada

batasan umur untuk menjalani proses menjadi seorang biarawati, tetapi minimal

seseorang tersebut sudah memasuki masa dewasa agar keputusannya menjadi

seorang biarawati tidak hanya untuk sekedar main-main, atau hanya sekedar untuk

mendapatkan pujian semata karena telah menjadi seorang yang beriman dan

mendapatkan panggilan dari Allah.

15

L. Prasetya, Pr, Panduan Untuk Calon Baptis Dewasa (Yogyakarta: Kanisius, 1999),h.

95-96.

Page 46: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

35

BAB III

BIARA SUSTERAN JESUS MARIA JOSEPH

CIPUTAT TANGERANG SELATAN

A. Sejarah Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat Tangerang Selatan

Pada akhir abad ke-16 di Belanda terjadi pemberontakan dan kekacauan

akibat kekuasaan kaum Protestan yang menyebabkan biara-biara hilang dan

imam-imam diusir. Sejak saat itu suasana mencekam dirasakan umat Katolik di

Belanda, mereka hanya bisa mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan atau

kebaktian doa secara diam-diam di tempat persembunyian. Setelah biara dijadikan

sebagai tempat perkumpulan, lalu dibuatlah sebuah peraturan oleh Benedictus.1

Peraturan-peraturan yang dibuat oleh Benedictus, yaitu: kemiskinan, kesucian,

dan kesetiaan kemudian mulai digunakan di seluruh biara.2

Sejak abad ke-16 di Belanda Utara tidak lagi mengenal biara. Hal tersebut

dikarenakan pertumbuhan yang semakin menurun serta perubahan kebijakan

pemerintah Belanda yang pada saat itu dikuasai oleh kaum Protestan. Situasi

menjadi lebih baik pada saat masa rezim Napoleon. Melalui dekrit tahun 1809

yang berisi: “kongregasi-kongregasi diberi kewenangan membaktikan diri dalam

pelayanan orang sakit, orang yang membutuhkan bantuan, tuna wisma, dan anak-

anak yang terlantar.” Namun, walaupun begitu, status kongregasi harus

disesuaikan dengan yang tercantum pada dekrit tersebut, di mana politik anti-biara

tetap berlaku. Kaul-kaul harus diikrarkan di hadapan pejabat catatan sipil, dan

1 Benedictus adalah seseorang pendiri serikat dalam gereja yang diberi nama Serikat

Benedictus. Lahir pada tahun 480 di Nursia, Umbria, awal mulanya Benedictus belajar di Roma

dan dilanjut melakukan askese di tempat yang sunyi senyap hingga akhirnya berhasil mendirikan

duabelas rumah biara. Dia juga yang membuat peraturan-peraturan untuk gereja yang masih

dipakai hingga saat ini, Wellem F.D, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh (Jakarta: Gunung Mulia,

2003), h. 34. 2 A. Kenneth Curtis, Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen (Jakarta: Gunung Mulia,

2007), h. 50.

Page 47: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

36

negara menentukan masa berlaku kaul serta harus tunduk pada pengawasan

pemerintah.3

Dalam agama Katolik ada yang disebut dengan Tarekat, Ordo atau

Kongregasi.4 Istilah tersebut mengacu pada jenis struktur administratif dalam

Gereja Katolik Roma dalam lembaga keagamaan. Kongregasi dapat juga mengacu

pada perkumpulan para biarawan, biarawati, rohaniwan, dan rohaniwati Katolik

dari satu kesatuan khusus. Perkumpulan tersebut memiliki tujuan, visi dan misi

yang berbeda-beda pada setiap kongregasi. Ada berbagai kongregasi dari berbagai

kalangan seperti kongregasi imam-imam dan kongregasi bruder serta kongregasi

suster-suster. Salah satu kongregasi para suster adalah kongregasi Jesus Maria

Joseph (JMJ).

Kongregasi Jesus Maria Joseph didirikan oleh Pater Mathias Wolff5 pada

tanggal 29 Juli 1822 di Amersfoort, Belanda. Berdirinya kongregasi Jesus Maria

Joseph berawal dari keprihatinannya akan situasi umat Katolik yang sangat

merosot pada zamannya karena orang-orang lebih mengutamakan hal-hal yang

bersifat duniawi daripada kehidupan beriman. Selain itu juga karena banyaknya

anak-anak yang membutuhkan pendidikan. Pada masa itu UUD pendidikan tahun

1806 karya pendeta Van Der Palm dan Van Den Ende berisi dua macam prinsip

3 Sr. Seraphine Gommers, Dan Benih Itu Bertumbuh, (Yogyakarta: Kanisius, 2015), h. 29.

4 Tarekat, Ordo dan Kongregasi memiliki arti yang sama. Yaitu sebagai suatu struktur

dalam Gereja Katolik Roma di mana para anggotanya terdiri dari rohaniawan, rohaniwati, baik

imam, maupun biarawan dan biarawati. Mereka hidup sesuai dengan tata cara dan konstitusi

masing-masing kongregasi yang tekah disetujui oleh otoritas Gereja Katolik, Lihat “Ordo

Keagamaan Katolik”, http://id.m.wikipedia.org/wiki/Ordo_Keagamaan_Katolik Artikel diakses

pada tanggal 20 Desember 2017. 5

Pater Mathias Wolff lahir pada tanggal 9 Maret 1779 di Diekirch, Luxemburg.

merupakan seorang imam Yesuit dan pemimpin yang karismatik yang membiarkan dirinya

dibimbing dan diilhami oleh Roh Kudus demi pembebasan umat Katolik yang tertindas pada

masanya di Belanda. Ia juga merupakan seorang pendiri komunitas Jesus Maria Joseph, meninggal

pada tanggal 31 Oktober di Culemborg, Lihat “Founder Of The Society J.M.J”,

http://www.jmjinstituteofnursing.com/founder.html Artikel diakses pada tanggal 20 Desember

2017.

Page 48: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

37

dasar yaitu, pendidikan menjadi monopoli negara dan memasukkan di dalamnya

kesatuan sekolah, sekolah umum yang netral untuk anak-anak dari semua agama.

Belanda adalah negara protestan, pada tahun 1810 pendidikan sangat dipengaruhi

oleh semangat Protestan. Oleh karena itu banyak anak-anak Katolik yang lebih

banyak tinggal di rumah daripada bersekolah. Dengan kondisi yang seperti itu,

perlu adanya perubahan dalam bidang pendidikan. Akhirnya Pater Mathias Wolff

merencanakan untuk mendirikan kongregasi religius perempuan bagi pendidikan

gadis-gadis muda. Kongregasi tersebut diberi nama Pedagogie Chretienne

(pendidikan kristiani). Nama tersebut dipakai untuk urusan eksternal, sedangkan

secara internal biara disebut kongregasi Jesus Maria Joseph (JMJ). Kongregasi

Jesus Maria Joseph yang berpusat di Belanda, mulai menyebar di berbagai negara

di seluruh penjuru dunia, dengan memberikan banyak karya berupa pendidikan,

kesehatan maupun sosial.6

Kongregasi Jesus Maria Joseph hadir ke Indonesia karena kebutuhan

Gereja Katolik di Indonesia pada waktu itu. Awalnya mendapatkan undangan

Bapa Uskup Batavia dan kemudian datang ke Indonesia pada 30 April 1897 untuk

mulai menyebarkannya lewat pendidikan anak-anak putri di Minahasa, Sulawesi

Utara. Pada tanggal 7 Juli 1898 missionaris kongregasi Jesus Maria Joseph yang

pertama tiba di Indonesia dan kemudian melanjutkan untuk memulai karyanya di

tanah Minahasa, Sulawesi Utara. Setelah sembilan tahun berkarya di Minahasa

para suster berhasil membangun sekolah dasar di Tomohon untuk putri-putri

pribumi Katolik. Sekolah tersebut merupakan sekolah pertama yang diresmikan

pada tanggal 4 November 1907. Karya dalam bidang pendidikan telah

6 Wawancara pribadi dengan Sr. Cathrine, pada tanggal 18 Desember 2017, di Biara

Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan.

Page 49: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

38

berkembang di Minahasa dan para suster mendapat respon baik dari masyarakat

Tomohon. Keberhasilan tersebut berkembang hingga karya dalam bidang

pendidikan dapat direalisasikan di Manado. Dengan berkembangnya karya para

suster di Indonesia, tepat pada tanggal 1 November 1910 mulai di laksanakan

pembangunan biara untuk para suster.

Dari berbagai karya yang sudah dilakukan oleh para suster dari Belanda

tersebut membuat kongregasi Jesus Maria Joseph menginginkan karyanya untuk

lebih berkembang lagi terutama di Indonesia. Baik dalam bidang pendidikan,

kesehatan maupun sosial pastoral. Agar hal tersebut dapat terwujud, maka

dibutuhkan suster-suster pribumi guna untuk membantu para suster dari Belanda.

Pada tanggal 15 Juni 1924 untuk pertama kalinya lima gadis Minahasa secara

resmi diterima dan mulai menjalani masa novisiat mereka di Manado.7

Kongregasi Jesus Maria Joseph sudah menyebar di berbagai wilayah di

Indonesia, di antaranya di Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan

Irian Jaya. Setelah itu baru mulailah menyebar ke wilayah Jawa, Sumatera,

Sumbawa dan wilayah bagian Timur. Pada tahun 1984 Kongregasi Jesus Maria

Josepah mulai berkarya di Jakarta dan bergerak dalam bidang pendidikan. Di

wilayah Jakarta memiliki beberapa komunitas, salah satunya yaitu Biara Susteran

Jesus Maria Joseph yang berada di Ciputat, Tangerang Selatan.8

Sejak Yayasan Joseph didirikan secara resmi pada tanggal 16 April 1953,

semua karya baik dalam bidang pendidikan, kesehatan maupun karya sosial

pastoral semua dikordinir oleh badan pengurus Yayasan Joseph. Kongregasi Jesus

7 Derap langkah societas Jesus Maria Joseph provinsi Indonesia, buku ini tanpa ada

keterangan penulis dan penerbit serta tahun di terbitkannya, h. 26. 8 Sejarah Kongregasi JMJ, lihat http://www.trinitas.or.id/ Artikel diakses pada tanggal 20

Desember 2017.

Page 50: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

39

Maria Joseph mulai nampak tendensi baru yakni menangani karya-karya

kerasulan lewat komunitas kecil atau komunitas diaspora. Pada awalnya biara

Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan berkarya dalam bidang kesehatan

dan bidang pendidikan pada tahun 1966. Namun, pada saat itu karya bidang

kesehatan tidak berjalan dengan semestinya karena kurangnya respon dari

masyarakat sekitar. Oleh karena itu karya dalam bidang kesehatan tidak

diteruskan dan lebih memajukan karya dalam bidang pendidikan. Karya biara

susteran Jesus Maria Joseph dalam bidang pendidikan telah membuka sekolah

yang diberi nama “Bintang Kejora” dimulai dari tingkatan TK, SD dan SMP.9

Setelah berkembangnya karya di biara susteran Jesus Maria Joseph Ciputat,

Tangerang Selatan, pada tanggal 3 Desember 1999 atas permintaan Mgr. Leo

Soekoto, Sj. barulah dibangun rumah biara oleh kongregasi Jesus Maria Joseph

khusus untuk para biarawati yang bertugas mengajar di sekolah tersebut yang

dikepalai oleh satu kepala komunitas dan beberapa anggota suster.10

B. Hierarki Fungsi Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat Tangerang

Selatan

Dalam kehidupan ini manusia merupakan makhluk sosial dan beragama.

Dalam kehidupan beragama sebagai fakta sosial tidak luput dari mekanisme

institusional. Walaupun jika dilihat dari sudut pandang teologi atau filsafat hal

tersebut bukanlah yang utama, namun kenyataannya seluruh kegiatan dikehidupan

ini tidak luput dari peraturan-peraturan yang dilembagakan. institusi religius

merupakan suatu bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola

9 Wawancara pribadi dengan Sr. Cathrine, pada tanggal 18 Desember 2017, di Biara

Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. 10

Derap langkah societas Jesus Maria Joseph provinsi Indonesia, buku ini tanpa ada

keterangan penulis dan penerbit serta tahun di terbitkannya, h. 50.

Page 51: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

40

kelakuan, peranan-peranan dan relasi-relasi yang terarah dan mengikat individu.

Otoritas formal dan sanksi hukum mencapai kebutuhan dasar yang berkenaan

dengan dunia supraempiris.

Dalam kehidupan agama dibutuhkan fungsi dan peran untuk menjalani

tugas-tugas yang ditentukan dan juga untuk mengatur tata tertib sehingga tidak

melebihi batas-batas kewenangan. Oleh sebab itu dibutuhkan petugas-petugas

yang diangkat secara resmi dalam status jabatan yang jelas. Untuk itu diperlukan

suatu adanya institusi yang mempunyai wewenang untuk mengaturnya dengan

baik. Fungsi dan peran agama tidak dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya

apabila tidak ada suatu institusi yang mengaturnya. Fungsi-fungsi religius yang

ada dalam semua agama, yaitu: fungsi pelayanan sabda Tuhan, menawarkan

ajaran yang diterima agama dan bersangkutan dengan Tuhan. Fungsi penyucian,

membagiakan rahmat pelayanan Tuhan, dalam kegiatan religius atau perayaan

liturgis. Fungsi penggembalaan, yaitu umat beragama mendapatkan pimpinan dan

bimbingan yang terarah baik ke dalam maupun ke luar.

Di dalam agama terdapat nilai-nilai keagamaan yang dianggap penting

untuk dikembangkan dan dibina secara khusus oleh komunitas-konumitas kecil

untuk kepentingan anggota-anggotanya kemudian untuk kepentingan umat

manusia. Seperti dalam Katolik terdapat nilai hidup kontemplasi, nilai ketaatan,

kemurnian (selibat), kemiskinan rohani, nilai kasih dan pengorbanan kepada

sesama yang dipraktekan oleh pendiri dalam tarekat atau kongregasi religius.11

Begitupun dengan kongregasi Jesus Maria Joseph yang memiliki hierarki fungsi

11

D. Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), h. 113-115.

Page 52: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

41

yang setiap anggotanya tugas yang jelas guna untuk mendukung fungsi

kongregasi dan mencapai kebutuhan dari kongregasi itu sendiri.

Kongregasi Jesus Maria Joseph memiliki delapan pronvisi dan satu regio,

antara lain: di Belanda memiliki satu provinsi, di India memiliki empat provinsi,

di Indonesia memiliki tiga provinsi dan satu region di Ghana. Satu povinsi di

Belanda yakni ada di Nederland, di india ada empat provinsi, yaitu berada di India

Raipur, India Hyderabad, India Guntur dan India Bangalore. Sedangkan untuk di

Indonesia sendiri ada tiga provinsi, yaitu berada di Indonesia Manado, Indonesia

Makassar dan Indonesia Jakarta. Satu region berada di Ghana , yaitu Yeji,

Atebubu, KBK dan Sambuli. Dari setiap provinsi memiliki beberapa komunitas di

beberapa tempat yang berbeda seperti komunitas Jesus Maria Joseph “Bintang

Kejora” yang berada di Ciputat, Tangerang Selatan termasuk bagian dari provinsi

Jakarta.

Komunitas merupakan bagian paling kecil dari fungsional kongregasi.

Masing-masing komunitas memiliki kepala pimpinan. Provinsi Jakarta memiliki

14 komunitas, yaitu Banyumas - Bunda Serayu, Ciputat - Bintang Kejora,

Denpasar - Bali Biara Mathias, Dompu, Jakarta - Cengkareng, Jakarta - St.

Ignatius, Jakarta Pronsialat, Pangkalan Kerinci, Pekanbaru - Maria de Fatima,

Pulau Rmpang - Maria Pembantu Abadi, Sumbawa – tritunggal, Surabaya - St.

Theresia, Tangerang – Marfati dan Tanjung Pinang - Baru Kucing – Rumah

Nasareth.

Dari setiap fungsional kongregasi memiliki tugasnya masing-masing yang

harus dijalani. Pimpinan umum memiliki tugas bertanggung jawab atas seluruh

anggota yang ada di seluruh dunia, melakukan visitasi ke seluruh biara yang ada

Page 53: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

42

di dunia minimal satu kali dalam satu periode kepengurusan. Anggota dewan

pimpinan umum memiliki tugas membantu pimpinan umum dalam menjalankan

program kerjanya selama satu periode, anggota dewan pimpinan umum terdiri dari

empat orang dan berasal dari negara yang berbeda-beda. Tugas pimpinan provinsi

adalah melaporkan kegiatan yang dilakukan oleh biara baik tingkat provinsi

maupun tingkat komunitas kepada pimpinan umum. Anggota dewan pimpinan

provinsi memiliki tugas untuk membantu seluruh tugas yang dilakukan oleh

pimpinan provinsi, tugas dari pimpinan komunitas itu sendiri adalah bertanggung

jawab penuh dalam komunitas, sedangkan ekonom terdapat di komunitas,

provinsi dan di pimpinan umum dan tugas dari ekonom itu sendiri adalah

mencatat pengeluaran dan pemasukan keuangan sesuai dengan anggaran para

suster untuk hidup bersama.

Masa kepemimpinan masing-masing jabatan yaitu selama satu periode.

Masa kepemimpinan kongregasi dalam satu periode yaitu selama enam tahun

yang dipilih dari berbagai delegasi dan disahkan oleh ketua kapitel. Masa

kepemimpinan provinsial dalam satu periode selama enam tahun dan dipilih dari

seluruh provinsi yang ada di kongregasi Jesus Maria Joseph dan disahkan oleh

pimpinan umum. Dan masa kepemimpinan komunitas dalam satu periode selama

tiga tahun. Pemilihan pimpinan komunitas dilakukan seperti pemilihan pada

umumnya melalui pemungutan suara dari semua suster yang berada di komunitas

tersebut dan disahkan oleh pimpinan provinsial.12

12

Wawancara pribadi dengan Sr. Cathrine, pada tanggal 18 Desember 2017, di Biara

Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan.

Page 54: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

43

C. Kegiatan Kerohanian Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat

Tangerang Selatan

Kegiatan yang dilakukan oleh para suster atau biarawati sangat berbeda

dengan apa yang dilakukan oleh awam dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan

yang dilakukan oleh biarawati atau suster memiliki maksud dan tujuan, yaitu

hanya untuk Tuhan. Setiap yang dilakukan oleh suster berbeda halnya dengan

yang dilakukan awam pada umumnya karena biarawati mengerjakan sesuatu

bukan hanya untuk kepentingan sendiri tetapi juga untuk kepentingan bersama,

baik dengan suster dalam satu biara maupun dengan masyarakat di lingkungan

biara.

Tarekat atau ordo religius pada umumnya adalah apostolik yang artinya

bahwa walaupun cara hidup mereka adalah menarik diri dari dunia, mereka masih

tetap harus bekerja dalam masyarakat. Misalnya dalam perawatan orang sakit,

penyelenggaraan pengajaran, dan pekerjaan sosial. Tarekat atau ordo lainnya

adalah kontemplatif yang sedikit bisa berhubungan dengan dunia luar. Yang

utama bagi mereka adalah keheningan dalam komunitas dengan menggunakan

waktu mereka untuk menjalankan kontemplasi melalui doa, membaca buku rohani

dan belajar.13

Kongregasi Jesus Maria Joseph merupakan bagian dari suster-suster yang

berkarya di luar biara yang dapat disebut sebagai biarawati kontemplatif aktif.

Kegiatan dari biara Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan adalah sebagai

berikut:

13

Michael Keene, Agama-Agama Dunia, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 117.

Page 55: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

44

KEGIATAN KOMUNITAS JESUS MARIA JOSEPH

Bintang Kejora Ciputat

I. KEGIATAN HARIAN

Pukul Kegiatan

04.00 – 04.30 Bangun pagi

05.00 – 05.30 Meditasi

06.00 – 15.00 Sarapan – Tugas perutusan masing-masing

12.30 Makan siang (sendiri-sendiri)

18.00 – 18.30 Sembah sujud / Adorasi

18.30 – 19.00 Ibadat sore

19.00 – 19.30 Makan malam bersama

20.00 Ibadat penutup dan rekreasi bersama

22.00 Istirahat- Hening

II. KEGIATAN MINGGUAN

Hari dan Pukul Kegiatan

Selasa dan Kamis

05.30

Misa pagi oleh romo dari paroki

Sabtu

18.00

Doa Rosario

Minggu

18.00

Bacaan Rohani

III. KEGIATAN BULANAN

Hari dan Pukul Kegiatan

Page 56: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

45

Kamis pertama dalam bulan

20.00 – 21.00

Adorasi selama satu jam

Dua bulan sekali

(sesuai program)

Rekoleksi Komunitas / pengakuan

Dua bulan sekali

(dapat lebih fleksible)

Pertemuan Komunitas

Meditasi adalah cara berdoa dengan masuk dalam suasana hening/diam.

Meditasi dilakukan setengah jam sampai satu jam. Dalam suasana hening atau

diam; dengan diinspirasikan oleh bacaan suci dari Kitab Suci (Alkitab), kami

mencari dan menemukan “apa yang Tuhan inginkan dari saya untuk saya kerjakan

hari ini demi sesama, demi kabar gembira atau sukacita, demi terwujudnya

suasana damai di lingkungan kerja, di komunitas dan siapa saja saya jumpai hari

ini”. Bacaan Kitab Suci (Alkitab) disesuaikan dengan kalender Liturgi. Bacaan-

bacaan Kitab Suci disusun oleh gereja Katolik universal. Bacaan-bacaan Kitab

Suci itu disusun mengikuti alur sejarah keselamatan bagi manusia dari Allah.

Rekoleksi komunitas berasal dari kata Re yang berarti kembali dan koleksi

yang berarti pengumpulan. Jadi rekoleksi adalah pengumpulan kembali

pengalaman hidup. Tujuannya untuk memperbaharui relasi dengan Tuhan agar

semakin dekat dengan Tuhan, agar hidup lebih bermakna bagi Tuhan dan sesama.

Rekoleksi komunitas ini dilakukan bersama di biara. Biasanya ada tema tertentu

agar terarah dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi rekoleksi komunitas.

Sekedule rekoleksi, yaitu pembukaan pada malam hari setelah doa completorium

(doa menutup hari) disambung sampai besok hari. Kegiatan inti hening diisi

Page 57: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

46

dengan meditasi dan komprensi rohani dari pembimbing rohani (oleh pastor atau

suster), dan penutup ditutup dengan menerima sakramen tobat atau perayaan

ekaristi (jika ada pastor) atau ibadat siang.

Pertemuan komunitas adalah pertemuan para suster dalam komunitas

tempat tinggalnya. Materi pertemuan biasanya mengevaluasi program hidup,

misalnya evaluasi hidup doa pribadi bersama, evaluasi karya kerasulan, evaluasi

hidup berkomunitas, evaluasi hidup berkaul. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan

dan mengembangkan hidup dalam relasi dengan Tuhan (doa), relasi kekeluargaan

dalam komunitas, hidup religius (dalam menghayati Tri Kaul), meningkatkan

pelayanan kepada sesama dalam karya kerasulan.14

Adorasi atau sembah sujud yang lebih dikenal dengan sebutan Adorasi

Ekaristi berasal dari bahasa Latin adorare yang berarti menyembah, bersembah

sujud. Ekristi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu “eu-charist-etn” (=Eu

artinya baik, Charist artinya karunia). Jadi Ekaristi adalah orang yang dilimpahi

karunia atau pujian dan syukur atas karya penyelamatan Allah melalui diri

Kristus).15

Sembah sujud ini adalah unsur batin dalam hati yang ingin bersujud

menyembah kepada Tuhan yang hadir dalam Ekaristi, baik kata-kata doa,

nyanyian, maupun seluruh simbolisasinya termasuk tata geraknya. Adorasi

Ekaristi adalah sebuah ibadat atau doa yang dilaksanakan umat beriman di

hadapan Ekaristi Mahakudus atau Sakramen Mahakudus yang ditakhtakan.

Adorasi Ekaristi diadakan langsung sesudah komuni dalam perayaan Ekaristi,

seperti pada Misa Jumat pertama di beberapa paroki. Bisa juga dilakukan di luar

Misa Kudus, biasanya mengambil waktu selama 30 menit seperti pada Kamis

14

Wawancara pribadi dengan Sr. Anna, pada tanggal 19 Februari 2018, di sekolah SD

Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan. 15

A. Soenarto, dkk, Yesus Pokok Anggur, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 12.

Page 58: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

47

malam atau Jumat pertama di beberapa paroki. Bahkan Adorasi Ekaristi ini bisa

dilakukan selama satu hari atau 24 jam, seperti dilakukan beberapa paroki pada

Kamis malam Jumat pertama hingga Jumat sore.16

Doa Rosario adalah penghormatan kepada Bunda Maria karena telah

mengandung dan melahirkan Yesus dan berjasa untuk umat manusia. Dalam

tradisi Katolik doa Rosario merupakan wujud untuk perdamaian dunia. Rosario

berarti tasbih. Dalam berdoa menggunakan Rosario. Jumlah butir dalam Rosario

sebanyak 53 butir dan masing-masing memiliki arti. Yang paling inti dari doa

Rosario adalah setiap sepuluh doa salam Maria dirangkai oleh sebuah doa Bapa

kami dan sebuah doa kemuliaan kepada Bapa serta sekaligus diantar dengan

renungan akan peristiwa misteri kehidupan Tuhan kita Yesus Kristus dan Bunda

Maria.17

Kegiatan yang dilakukan oleh para suster terbagi menjadi dua, yaitu tugas

utama dan tugas tambahan. Tugas utama adalah tugas yang diberikan oleh

provinsial atau pimpinan provinsi yang harus dilaksanakan terlebih dahulu

dibandingkan tugas tambahan. Sedangkan tugas tambahan adalah tugas yang

dilakukan apabila masih ada kesempatan dan diatur oleh kepala komunitas.

Biara Susteran Jesus Maria Josepah Ciputat, Tangerang Selatan memiliki

visi dan misi serta tujuan, yaitu;

Visi: Komunitas Jesus Maria Joseph Bintang Kejora Ciputat yang di persatukan

dengan dan oleh Yesus Kristus, tumbuh bersama dalam semangat persaudaraan

sejati, mencari dan melaksanakan kehendak Allah sehingga menjadi tanda

kehadiran Allah.

16

E. Martasudjita, Adorasi Ekaristi, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), h. 11. 17

E. Martasudjita, Berdoa Rosario, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 5.

Page 59: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

48

Misi: menghayati Charisma Societas secara penuh dan otentik di landasi dengan

semangat kesiap sediaan yang tulus dengan konstitusi:

1) Membangun keakraban dengan Tuhan dalam hidup doa yang intens baik

pribadi maupun bersama.

2) Menciptakan suasana keterbukaan, jujur dan saling mendengarkan serta

menghargai satu sama lain demi terciptanya persaudaraan sejati.

3) Membangun kebersamaan dalam komunitas dengan kerja keras dalam

semangat kesederhanaan dan cinta kasih.

4) Membina kepekaan, semanagatrela berkorban, ugahari, bertanggung jawab,

lepas bebas dan sense of belonging.

5) Membangun semangat solidaritas antar anggotadandunia, khususnya

perhatian pada yang miskin.

6) Membangun semangat persaudaraan sejati dengan selalu terbuka

menerima tamu.

Tujuan: mencari dan setia melaksanakan kehendak Allah, selalu memupuk sikap

lepas bebas dan pengosongan diri serta ktistus.18

18

Wawancara pribadi dengan Sr. Cathrine, pada tanggal 18 Desember 2017, di Biara

Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan.

Page 60: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

49

BAB IV

SPIRITUALITAS BIARAWATI DI BIARA SUSTERAN JESUS MARIA

JOSEPH CIPUTAT TANGERANG SELATAN

A. Faktor Yang Mempengaruhi Seseorang Untuk Hidup Membiara

Kehidupan seorang biarawati sangat berbeda dengan kehidupan orang

awam pada umumnya. Kata awam dalam bahasa Indonesia berarti biasa.

Sedangkan orang awam berarti orang biasa, bukan ahli, bukan rohniawan, bukan

tentara (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Pada persidangan Dewan Gereja-gereja

se-Dunia (DGD) yang pertama di Amsterdam, Belanda pada tahun 1948, sudah

mulai ditegaskan tentang pentingnya peranan kaum awam yang mempunyai latar

belakang pendidikan yang bermacam-macam. Orang awam banyak menghabiskan

waktunya di luar gereja daripada di dalam gereja. Itulah sebabnya kaum awam

mempunyai kesempatan yang luas untuk bersaksi tentang Kristus.1

Biarawati tidak termasuk herarki, bukan jabatan gerejawi, tetapi biarawati

merupakan corak kehidupan. Meski bukan fungsi gerejawi, keberadaan para

biarawati tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kesucian gereja. Sebab, hidup

membiara berkembang dari kehidupan gereja sendiri, bahkan dari nasihat-nasihat

Injil pada sabda dan teladan Tuhan. Status hidup religus bukan pemisah antara

hidup orang beriman dan orang awam. Perbedaan awam dan biarawati adalah soal

corak kehidupan, khususnya kehidupan di mana orang dengan kaul atau ikatan

suci lainnya mewajibkan diri untuk hidup menurut tiga nasihat Injil, yaitu hidup

selibat (kemurnian), kemiskinan, dan ketaatan.2

1 Yusuf Darmawan, Peran Kaum Awam Menangkan Jiwa, Tabloid Reformata, edisi 136

Tahun VIII, 1-28 Februari 2011, hal. 11. 2 AG. Hardjana, dkk, Mengikuti Yesus Kristus, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), h. 39.

Page 61: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

50

Menjadi seorang biarawati bukanlah hal yang mudah. Sebelumnya mereka

harus mendapatkan surat rekomendasi dari gereja dan surat rekomendasi dari

orangtua serta harus melewati lima tahapan proses. Yaitu masa aspiran, masa

postulat, masa novisiat, masa yuniorat, dan kaul kekal. Sebelum memutuskan

menjadi seorang biarawati mereka tentu saja memiliki motivasi dan banyak faktor,

baik pendukung maupun penghambat. Para suster di Biara Jesus Maria Joseph

Ciputat, Tangerang Selatan terdiri dari lima orang suster, yang telah melewati

proses tersebut. Empat sebagai suster aktif yang masih melakukan kegiatan biara

dan juga dalam karya serta satu suster yang sudah sepuh dan tidak begitu aktif

dalam kegiatan biara maupun kegiatan karya.

Suster Cathrine selaku ketua komunitas “Bintang Kejora” Ciputat,

Tangerang Selatan mempunyai motivasi yang berawal dari lingkungannya pada

saat itu yang menetap di asrama bersama dengan para suster. Selain itu, karena

memiliki saudara yang menjadi suster di salah satu kongregasi dan juga karena

tertarik melihat pakaian yang dikenakan oleh para suster. Sebelum melewati

tahapan proses, suster Cathrine menghadapi banyak faktor penghambat salah

satunya karena tidak mendapatkan izin dari sang ayah tetapi mendapat dukungan

penuh dari sang ibu. Oleh karenanya faktor pendukung dari sang ibu, suster

Cathrine tetap melanjutkan niatnya untuk menjadi seorang biarawati. Suster

Cathrine mulai mengikuti tahapan proses menjadi biarawati pada tanggal 12 april

1975 di Tomohon, Minahasa. Pada waktu itu kira-kira suster Cathrine berumur 18

tahun.3

3 Wawancara pribadi dengan Sr. Cathrine, pada tanggal 18 Desember 2017, di Biara

Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan.

Page 62: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

51

Suster Imeldine selaku anggota biara mempunyai jabatan dalam karya

sebagai kepala sekolah SMP Bintang Kejora. Motivasi awal untuk menjadi

biarawati karena pada saat itu melihat kedatangan suster ke kampung dan melihat

kegiatan para suster sehingga berkeinginan untuk menjadi bagian dari suster

tersebut. Sr. Imeldine mendapat dukungan penuh dari keluarga, saudara, teman

dan sahabatnya. Bagi suster Imeldine tidak ada faktor penghambat, tetapi hanya

ada yang disebut sebagai tantangan yang mana itu semua datang dari dalam diri

sendiri dan juga dari luar. Sr. Imeldine mulai mengikuti masa aspiran pada tahun

1992, masa postulat pada tahun 1992-1993, masa novisiat pada tahun 1993-1995,

masa yuniorat, dan mengucap kaul kekal pada tahun 2000.4

Begitupun dengan Suster Anna selaku anggota biara dan juga memiliki

jabatan dalam karya sebagai kepala sekolah SD Bintang Kejora. Berawal dari

penampilan lahiriah kedatangan beberapa suster ke kampung dan tertarik melihat

tata cara hidup yang rapi, sederhana dan menarik. Selain itu motivasi yang

bermula sejak kecil banyak membaca buku cerita tentang para santa dan santo

yang hidupnya hanya untuk Tuhan, ingin mencontoh hidup para orang kudus

dalam gereja Katolik. Suster Anna Mulai mengikuti masa aspiran pada tahun

1982-1983 di Tomohon, Sulawesi Utara. Mengikuti masa postulat pada Juli 1983-

1984 di Tomohon, Sulawesi Utara. Masa Novisiat pada Juli 1984-1986 di

Tomohon, Sulawesi Utara. Mengucapkan kaul pertama pada tahun 1987 dan

mengucapkan kaul kekal pada 25 Agustus 1990.5

4 Wawancara pribadi dengan Sr. Imeldine, pada tanggal 2 Februari 2018, di sekolah SMP

Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan. 5 Wawancara pribadi dengan Sr. Anna, pada tanggal 8 Februari 2018, di sekolah SD

Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan.

Page 63: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

52

Suster Emiliana selaku anggota biara mempunyai jabatan dalam karya

sebagai kepala sekolah TK Bintang Kejora. Memiliki motivasi yang berawal dari

ketertarikannya terhadap figure para suster untuk melayani orang kecil, merawat

orang sakit, dan kunjungan ke sekolah-sekolah di kampung. Suster Emiliana

mengikuti masa aspiran pada Maret tahun 2000 di Atambua selama sembilan

bulan, dilanjut mengikuti masa postulat di Manado pada Agustus 2002. Masa

novisiat di Manado selama dua tahun pada Juli 2003-2005. Masa yuniorat pada

tanggal 28 Juli 2005 dan mengucapkan kaul kekal pada tanggal 28 Juli 2010.6

B. Pengalaman Spiritual dalam Kehidupan Biara

Kaum awam dan hierarki adalah kaum beriman Kristiani yang

mempunyai martabat yang sama sebagai umat Allah dan tugas perutusan yang

sama di dunia, yaitu membangun Tubuh Kristus atau Gereja. Setiap komponen

gereja memiliki fungsinya masing-masing dan harus melakukan kerja sama di

antara keduanya. Seorang biarawati dengan kaul-kaulnya mengarahkan umat

Allah pada dunia yang akan datang (eskatologis), hierarki berperan memelihara

keseimbangan dan persaudaraan di antara sekian banyak tugas pelayanan.

Sedangkan para awam bertugas dalam tata dunia, menjadi Rasul dalam keluarga

dan masyarakat.7

Ada beberapa hal berbeda yang dilakukan orang awam dengan seorang

yang hidup membiara dalam melakukan rutinitas kehidupan sehari-hari. Orang

awam lebih banyak melakukan keseharian mereka yang berkaitan dengan hal

duniawi. Namun bukan berarti meninggalkan perintah Tuhan. Sedangkan seorang

yang hidup membiara harus bisa menyeimbangkan antara hidup dunia dengan

6 Wawancara pribadi dengan Sr. Emiliana, pada tanggal 15 Januari 2018, di Sekolah TK

Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan. 7 L. Prasetya, Pr, Menjadi Katekis, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), h. 23.

Page 64: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

53

hidup religius, keseharian mereka lebih banyak untuk Tuhan. Apapun yang

dilakukan oleh seorang yang hidup membiara kembali kepada Tuhan. Begitupun

dengan para suster biara Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Seluruh

pengalaman yang dijalani oleh para suster biara Jesus Maria Joseph Ciputat,

Tangerang Selatan memiliki nilai spiritual. Karena bagi mereka seluruh pekerjaan

yang dilakukan dapat dirasakan oleh diri sendiri dan juga oleh sesama, semata-

mata hanya demi kemuliaan Tuhan. Pengalaman spiritual yang dilakukan oleh

para suster dijalaninya tanpa pamrih dan tanpa membeda-bedakan satu dengan

yang lainnya.

Setiap kongregasi memiliki karya dalam bidang yang berbeda. Baik

berkarya dalam bidang pendidikan, kesehatan maupun sosial. Biara susteran Jesus

Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan lebih kental dengan karyanya dalam

bidang pendidikan. Hal tersebut terlihat dari lingkungan biara yang menyatu

dengan sekolah Bintang Kejora dan juga para suster yang menjabat sebagai kepala

sekolah di Bintang Kejora. Namun bukan berarti para suster tidak memiliki karya

di bidang lain. Mereka tetap memiliki karya atau pengalaman spiritualitas di luar

dari bidang pendidikan.

Dalam karya pendidikan, pengalaman spiritual yang dilakukan yaitu

dengan menolong orang miskin. Misalnya, ketika ada seseorang yang ingin

bersekolah namun terkendala dengan biaya, mereka dapat menerimanya di

sekolah Bintang Kejora.8 Selain itu membimbing dan mengarahkan para muridnya

untuk disiplin juga merupakan salah satu bentuk pengalaman spiritual yang

dilakukan oleh para suster biara Jesus Maria Joseph Ciputat Tangerang Selatan.

8 Wawancara pribadi dengan Sr. Imeldine, pada tanggal 2 Februari 2018, di sekolah SMP

Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan.

Page 65: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

54

Pengalaman spiritual lainnya di luar karya pendidikan yaitu berdoa untuk sesama

dalam hal apa pun, seperti mendoakan orang sakit hingga orang tersebut sembuh

dari sakitnya.9

C. Konsistensi Pengalaman Sebagai Biarawati

Manjadi seorang biarawati bukanlah sesuatu yang dipaksakan melainkan

mereka yang terpanggil untuk hidup bersama setia pada Tuhan. Dengan

menjalankan tiga kaul yang sudah diucapkan, yaitu kaul kemurnian, kaul

kemiskinan dan kaul ketaatan. Mereka yang sudah mengucapkan kaul kekal tidak

bisa dengan mudah untuk mengundurkan diri menjadi seorang biarawati. Hal

tersebut dikarenakan mereka yang menjadi para suster sudah tercatat di

Keuskupan Roma. Lain halnya jika seorang sedang mengikuti tahapan proses

menjadi seorang biarawati yang sudah mengucapkan kaul sementara atau pada

masa yuniorat bisa saja mengundurkan diri menjadi biarawati. Tetapi perlu

mengikuti tahapan proses untuk mengundurkan diri.

Keputusan untuk mengundurkan diri menjadi seorang suster tergantung

dari diri pribadi masing-masing. Tetapi perlu diingat kembali bahwa seorang

suster sudah mempunyai perjanjian dengan Tuhan untuk selalu setia. Namun jika

memang keputusan untuk mengundurkan diri adalah jalan yang terbaik, maka

tidak bisa dipaksakan karena hidup membiara bukanlah suatu hal yang dipaksakan

dan harus dijalani dengan ketulusan hati. Biasanya seorang yang mempunyai niat

untuk mengundurkan diri dikarenakan emosinya sedang tidak stabil atau karena

beberapa faktor yang membuatnya ingin hidup bebas. Seorang suster yang ingin

mengundurkan diri biasanya diberikan waktu untuk berpikir kembali atas

9 Wawancara pribadi dengan Sr. Anna, pada tanggal 8 Februari 2018, di sekolah SD

Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan.

Page 66: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

55

keputusannya tersebut. Mereka diarahkan untuk berdoa dan menyerahkan kembali

semuanya pada Tuhan.10

Seorang suster yang sudah yakin dengan keputusannya untuk

mengundurkan diri maka diwajibkan mengikuti beberapa tahapan proses sebagai

berikut: melapor pada pimpinan komunitas, kemudian menyampaikannya ke

pimpinan komunitas dan pimpinan kongregasi hingga sampai pada pimpinan

Keuskupan di Roma dengan membuat surat pernyataan mengundurkan diri. Harus

ada pernyataan hitam di atas putih sebagai bukti bahwa dirinya memang benar-

benar ingin mengundurkan diri. Setelah mendapatkan surat persetujuan dari

Keuskupan di Roma barulah seorang suster tersebut dinyatakan resmi telah keluar

menjadi seorang biarawati. Jika sudah dinyatakan resmi keluar, segala atribut

yang dikenakan harus dikembalikan lagi kepada kongregasi termasuk jubah,

cincin, salib dan lain sebagainya. Seorang suster yang sudah remi keluar akan

diantar dengan pimpinan kongregasi untuk pulang ke rumah dan diserahkan

kepada kedua orang tuanya atau sanak saudaranya, serta diberikan penjelasan

mengenai alasannya mengundurkan diri menjadi biarawati.11

Selain dengan berdoa dan melakukan retret pribadi, seorang biarawati juga

perlu memiliki konsistensi pengamalan menjadi seorang biarawati agar tidak

dengan mudah memiliki keinginan untuk mengundurkan diri. Begitu pun dengan

para suster Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan yang memiliki

konsistensi pengamalannya masing-masing.

10

Wawancara pribadi dengan Sr. Imeldine, pada tanggal 2 Februari 2018, di sekolah SMP

Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan. 11

Wawancara Pibadi dengan Sr. Anna, pada tanggal 8 Februari 2018, di sekolah SD

Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan.

Page 67: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

56

Suster Cathrine memiliki konsistensi untuk menjadi seorang biarawati

dalam seumur hidupnya. Dengan menjadi seorang biarawati suster Cathrine tidak

ingin menyusahkan banyak orang di hari tuanya karena semua biaya sudah

ditanggung oleh Kongregasi. Selain itu, suster Cathrine juga memiliki keinginan

jika nanti dirinya meninggal dunia dalam keadaan memakai artibut jubah, cincin,

salib dan lain sebagainya dan dalam keadaan menjadi seorang suster.12

Konsistensi Suster Imeldine untuk tetap menjadi seorang biarawati yaitu

dengan tetap menjalaninya sesuai hati nurani sendiri, tidak ada paksaan dari pihak

manapun dan terus berdoa pada Tuhan.13

Begitu pun dengan suster Anna setelah

menjadi biarawati memiliki konsistensi bahwa apa yang sudah dijanjikan harus

dihidupi dan fokus pada pelayanan bagi Tuhan.14

Suster Emiliana memiliki

konsistensi pengamalan menjadi seorang biarawati dengan terus memotivasi diri

dan berpegang teguh pada prinsip dan tetap setia pada panggilan.15

Di balik konsistensi pengamalan yang dimiliki oleh masing-masing pribadi,

para suster juga harus menghadapi konsekuensi yang diterimanya menjadi seorang

biarawati, antara lain: harus setia pada panggilan, menghayati kaul yang sudah

diikrarkan, mampu untuk mati raga tidak menikah, hidup dengan bersikap lepas

bebas terhadap barang-barang duniawi, tidak terikat dengan segala hal duniawi,

mampu untuk memilih hal-hal yang baik dan buruk agar tidak terjerumus pada

perbuatan yang tidak semestinya. Juga mampu menerima diri sendiri dan mampu

hidup bersama dengan teman sebiara dan teman sekomunitas.

12

Wawancara pribadi dengan Sr. Cathrine, pada tanggal 18 Desember 2017, di Biara

Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. 13

Wawancara pribadi dengan Sr. Imeldine, pada tanggal 2 Februari 2018, di sekolah SMP

Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan. 14

Wawancara pribadi dengan Sr. Anna, pada tanggal 8 Februari 2018, di sekolah SD

Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan. 15

Wawancara pribadi dengan Sr. Emiliana, pada tanggal 15 Januari 2018, di Sekolah TK

Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan.

Page 68: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

57

D. Relevansi Kehidupan Membiara Pada Masa Modern

Relevansi berasal dari kata relevan yang artinya kait-mengait, bersangkut

paut, berguna secara langsung. Jadi secara umum relevansi adalah hubungan yang

saling berkaitan.16

Hidup membiara berarti siap untuk hidup meninggalkan yang

bersifat duniawi dengan mengikrarkan diri serta menjalankan nasihat-nasihat Injil

yang berdasarkan sabda serta teladan Tuhan. Hidup membiara bukanlah

kenyataan dari akhir zaman atau hidup surgawi sendiri, melainkan harapan serta

iman akan hidup yang mengatasi realitas hidup di dunia. Ada banyak hal positif

dalam hidup religius, sebab dalam pengikraran diri kaum biara berarti

mengungkapkan harapan sebagai sikap dinamis yang positif. Harapan dalam

hidup membiara sangat positif untuk mengarahkan diri ke masa depan, di mana

Allah akan memberikan diri dengan bebas sebagai pemenuhan cita-cita hidup

manusia yang jauh mengatasi apa yang dapat manusia pikirkan.17

Hidup membiara merupakan hidup yang sangat istimewa untuk

membebaskan hati manusia untuk selalu mencintai Allah dan semua orang.

Pilihan hidup membiara merupakan suatu yang istimewa karena dapat

membaktikan hidupnya bagi Allah dan kerasulan Gereja. Hidup membiara berarti

setia pada tiga kaul yang sudah diikrarkan, yaitu kaul kemurnian, kaul kemiskinan,

dan kaul ketaatan. Pada zaman modern ini banyak tantangan yang harus dihadapi

oleh seorang yang hidup membiara, khususnya para biarawati.

Tantangan tiga kaul tersebut pertama kali datang dari kebudayaan

hedonisme. Kaul kemurnian berati seorang biarawati yang tidak menikah dalam

16

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Relevansi, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia: 2016, https://kbbi.kemendikmbud.go.id/entri/relevansi artikel

diakses pada tanggal 13 Juli 2018. 17

Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), h. 305.

Page 69: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

58

seumur hidupnya atau dapat dikatakan menjalani hidup selibat. Hidup selibat di

zaman sekarang memiliki sifat profetif bagi kebudayaan hedonisme. Mereka

menganggap seksualitas sebagai kesenangan atau kenikmatan semata tanpa

melihat aspek rohani. Hidup selibat pada zaman sekarang mengajarkan sebagai

teladan hidup murni demi Kerajaan Allah, menjadikan kesaksian tunggal bagi

kehadiran Allah.18

Sikap lepas bebas dari hal yang bersifat duniawi adalah bentuk dari

menjalankan kaul kemiskinan. Miskin bukan berarti tidak mempunyai apa-apa,

tetapi miskin di sini diartikan sebagai yang tidak hanya memikirkan duniawi

seperti pekerjaan, jabatan, kekayaan dan lain sebagainya. Hidup miskin berarti

hidup dengan memperhatikan Allah dan juga kepada sesama, tidak semata hanya

memikirkan kepentingan diri sendiri. Di Indonesia sendiri banyak orang

terpinggirkan seperti orang miskin, gelandangan dan lain-lainnya. Golongan orang

terpinggirkan adalah mereka yang dipengaruhi oleh tekanan ekonomi, sosial,

budaya, politik, dan bahkan hidup keagamaan.

Dengan mengucapkan kaul ketaatan berati mereka yang hidup membiara

selalu siap sedia taat pada peraturan yang telah dibuat baik dalam ruang lingkup

gereja, kongregasi, maupun biara. Hidup taat dengan menjalankan bersama

dengan teman-teman dalam satu komunitas maupun dalam satu biara untuk

mencapai rahmat dari Tuhan. Hidup membiara diwajibkan untuk hidup taat secara

total kepada kaul komunitas dan taat kepada kehendak Allah.

Masa modern biasanya merujuk pada tahun-tahun setelah 1500 yang

ditandai dengan runtuhnya Kekaisaran Romawi Timurm penemuan America oleh

18

Dominikus Gusti Bagus Kusumawanta, Imam Di Ambang Batas, (Yogyakarta:

Kanisius, 2009), h. 58.

Page 70: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

59

Christopher Columbus, dimulainya Zeitgeist dan reformasi gereja oleh Martin

Luther. Masa modern dimulai sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang

ditandai dengan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan, politik dan

teknologi.19

Relevansi kehidupan membiara sangat berpengaruh terhadap

perkembangan zaman. Dimana telah diketahui bahwasanya hidup membiara ini

berarti hidup yang lebih memfokuskan dirinya terhadap kehidupan beriman

daripada kehidupan duniawi. Oleh karenanya kehidupan membiara harus terus

mengikuti perkembangan zaman yang ada, agar nilai-nilai yang terdapat di

dalamnya tidak hilang begitu saja.

Bagi kongregasi Jesus Maria Joseph sendiri, kehidupan membiara masih

sangat relevan karena dilihat dari perkataan sang pendiri kongregasi. Pater

Mathias Wolff mengatakan “kesiapsediaan Apostolis yang selalu menyesuaikan

diri dengan kebutuhan zaman.” Kehidupan membiara bukan berati tidak

mengikuti perkembangan zaman. Para suster banyak yang menggunakan

teknologi seperti HP, bahkan mereka mempunyai akun sosial media dan aktif di

dunia maya. Selain itu pada zaman modern ini masih banyak orang yang

menginginkan untuk bisa hidup membiara. Oleh karena itu kehidupan membiara

ini masih sangat relevan.20

Selain itu, karena dilihat masih adanya para suster

untuk melayani dan berkarya demi kemuliaan Tuhan serta sesuai dengan

konstitusi kongregasi dan semangat pendiri bahwa harus terus menyesuaikan diri

dengan lingkungan dan zaman.21

19

The Mistro, Zaman Modern, https://id.m.wikipedia.org/wiki/zaman_modern artikel

diakses pada tanggal 13 Juli 2018. 20

Wawancara pribadi dengan Sr. Cathrine, pada tanggal 18 Desember 2017, di Biara

Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. 21

Wawancara pribadi dengan Sr. Imeldine, pada tanggal 2 Februari 2018, di sekolah SMP

Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan.

Page 71: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

60

Kehidupan membiara pada masa kini dan masa yang akan datang akan

tetap relevan. Karena menjadi seorang biarawati dalam tarekat apa pun selalu bisa

menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan zaman. Terutama

menyikapi setiap kemajuan, termasuk perkembangan teknologi. Karena dengan

mengikuti perkembangan zaman, karya kerasulan tetap berkembang dengan baik.

Alasan lainnya karena dengan tidak menikah seumur hidup atau menjalani hidup

selibat berarti para biarawati dengan bebas dan terbuka untuk melayani sesama

tanpa hambatan, lewat karya kerasulan yang dipercaya kepada tarekat seperti

pendidikan, kesehatan dan sosial pastoral.22

Kehidupan membiara masih relevan karena memberi kesaksian tentang

kesetiaan pada janji yang diucapkan di hadapan Tuhan, di mana pada zaman ini

banyak orang dan keluarga-keluarga mereka berpikir bahwa “selingkuh adalah hal

yang sudah biasa”. Memberi kesaksian bahwa kebahagiaan tidaklah ditentukan

oleh materi. Kehidupan membiara dengan fasilitas dan materi yang terbatas tetap

membuat para suster selalu bahagia. Selain itu hidup bersama dalam keragaman

suku, budaya dan latar belakang keluarga membuat para suster mampu saling

menghargai, saling menghormati, dan hidup rukun serta saling melengkapi.

Dengan keberagaman dalam komunitas para suster mampu memberi kesaksian

pada masyarakat, terutama Indonesia, bahwa keberagaman bukan halangan untuk

menjadi bahagia dan saling mendukung.23

22

Wawancara pribadi dengan Sr. Emiliana, pada tanggal 15 Januari 2018, di Sekolah TK

Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan. 23

Wawancara pribadi dengan Sr. Anna, pada tanggal 8 Februari 2018, di sekolah SD

Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan.

Page 72: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Spiritualitas Kaum

Biarawati: Studi Analisi Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat,

Tangerang Selatan” maka penulis mengambil kesimpulan bahwa:

Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh para biarawati di biara susteran

Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan merupakan bagian dari

spiritualitas mereka. Karena setiap pengalaman yang mereka rasakan ada campur

tangan dari Allah dan pengalaman tersebut memiliki nilai spiritual tersendiri yang

dapat dirasakan oleh sesama dan semata-mata hanya demi kemuliaan Tuhan.

Berbeda dengan orang awam, para biarawati tidak diperkenankan untuk

bersinggungan dengan hal-hal yang bersifat duniawi seperti mengharapkan gaji

atau upah, memiliki jenjang karir dan lain sebagainya. Hal ini berkenaan dengan

kaul kemiskinan bahwa mereka harus melepaskan segala yang bersifat duniawi

dan tetap fokus terhadap kehidupan beriman yang mereka jalani.

Spiritualitas kehidupan membiara mencakup Sembilan dimensi yang telah

dikemukakan oleh Elkins, dkk (dalam Smith, 1994), yaitu:dimensi transenden,

dimensi makna dan tujuan hidup, dimensi misi hidup, dimensi kesucian hidup,

dimensi nilai-nilai material, dimensi altruism, dimensi idelisme, dimensi

kesadaran akan adanya penderitaan dan hasil dari spiritualitas.

Kehidupan biarawati hingga saat ini dinilai masih sangat relevan karena

masih adanya kehidupan membiara dan dapat menyesuaikan diri dengan

Page 73: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

62

perkembangan atau perubahan zaman. Bagi para suster Kongregai Jesus Maria

Joseph kerelevanan tersebut dilihat dari perkataan Pater Mathias Wolf

“kesiapsediaan apostolis yang selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman”.

Karya kerasulan tetap berkembang dengan memberi kesaksian tentang kesetiaan

pada janji yang di ucapkan di hadapan Tuhan.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian dan wawancara dengan biarawati Jesus

Maria Joseph, Ciputat Tangerang Selatan. Maka di sini penulis mencoba untuk

memberikan saran atau masukan untuk bahan kajian studi agama, yaitu:

1. Tidak dapat dipungkiri bahwa di zaman sekarang ini lebih banyak orang yang

mementingkan kehidupan dunia dari pada kehidupan beriman. Kehidupan

membiara merupakan sebuah wujud beriman, di mana setiap orang yang

menjalaninya harus memahami dan meyakini bahwa dengan hidup membiara

bisa lebih mendekatkan diri dengan Tuhan dan menjalani karya kerasulan.

Maka penulis berharap para biarawati yang menjalani hidup membiara dapat

terus setia menjalani tiga kaul yang sudah di ucapkan dengan memahami dan

menghayati makna hidup membiara itu sendiri.

2. Perlu adanya sosialisasi mengenai kehidupan membiara dengan awam maupun

dengan penganut agama lain agar kehidupan membiara lebih banyak diketahui

oleh masyarakat dan tidak dianggap sebagai kehidupan yang tertutup.

3. Diharapkan kehidupan membiara terus mengikuti perkembangan zaman yang

ada tanpa mengingkari tiga kaul yang sudah diucapkan guna menjadi contoh

dalam kehidupan dunia yang beriman.

Page 74: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

63

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Wardi. 1997. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos.

Cameli, Louis J. Ed: Ruslani. 2000. Wacana Spiritialitas Timur dan Barat.

Yogyakarta: Qalam.

Connolly, Pater. 2002. Aneka Pendekatan Studi Agama. Yogyakarta: LKiS.

Curtis, A. Kenneth. 2007. Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen. Jakarta:

BPK Gunung Mulia.

Darmawan, Yusuf. 2011. Peran Kaum Awam Menangkan Jiwa. Jakarta: Tabloid

Reformasi, Edisi 136 tahun VII. (1-28 Februari 2011).

Dister, Nico Syukur. 2004. Teologi Sistematika. Yogyakarta: Kanisius.

F. D, Wallem. 2003. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh. Jakarta: BPK Gunung

Mulia.

Gani, Ramlan A. 2014. Suka Berbahasa Indonesia. Jakarta: Gaung Persada Press

Group.

Gommers, Sr. Seraphine. 2015. Dan Bersih Itu Bertumbuh. Yogyakarta: Kanisius.

Hardjana, AG, dkk. 1997. Mengikuti Yesus Kristis. Yogyakarta: Kanisius.

Hardjana, Agum M. 2005. Agama dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius.

Hendropuspito, D. 1983. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gunung Persada Press.

K, Riris dan Toba Sarumpaet. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Keene, Michael. 2006. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: Kanisius.

Kusumawanta, Dominikus Gusti Bagus. 2009. Imam di ambang Batas.

Yogyakarta: Kanisius.

Martasudjita, E. 2000. Berdoa Rosario. Yogyakarta: Kanisius.

Martasudjita, E. 2007. Adorasi Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius.

MPR RI. 2016. UUD 1945. Jakarta: Jendral MPR RI.

Page 75: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

64

O’Collins, Gerald dan Edwars G. Farrugia. 1996. Kamus Teologi. Yogyakarta:

Kanisius.

Poewadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Prasetya, L. 1999. Panduan Untuk Calon Baptis. Yogyakarta: Kanisius.

Prasetya, L. 2006. Panduan Menjadi Katolik. Yogyakarta: Kanisius.

Prasetya, L. 2007. Menjadi Katekis. Yogyakarta: Kanisius.

Ramayulis. 2004. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia.

Rauch, Thomas P. 2001. Katolisisme Teologi Bagi Kaum Awam. Yogyakarta:

Kanisius.

Retnowati. 2004. Perempuan-perempuan dalam Alkitab. Jakarta: BPK Gunung

Mulia.

Reuther, Rosemary Radford. Ed: Arvind Sharma. Tanpa Tahun. Perempuan

dalam Agama Dunia. Jakarta: Ditpetra Depag RI.

Santoso, Ananda dan A. R. Al-Hanif. Tanpa Tahun. Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia. Surabaya: Alumni.

Setiawan, Nur Kholis dan Djaka Soetapa. 2010. Meneliti Kalam Kerukunan.

Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Soenarto, A, dkk. 2006. Yesus Pokok Anggur. Yogyakarta: Kanisius.

Tanpa Penulis. Tanpa Tahun. Derap Langkah Societas Jesus Maria Joseph

Indonesia. Tanpa Kota dan Penerbit.

Wawancara Pribadi dengan Sr. Anna. Ciputat, 8 Februari 2018.

Wawancara Pribadi dengan Sr. Cathrine. Ciputat, 18 Desember 2017.

Wawancara Pribadi dengan Sr. Emiliana. Ciputat, 15 Januari 2017.

Wawancara Pribadi dengan Sr. Imeldine. Ciputat, 2 Februari 2018.

Sumber Internet

Amanda, Karla. Tanpa Tahun. Karakteristik dan Dimensi Spiritualitas. Di ambil

dari https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-

spiritualitas/14842/2 (13 July 2018).

Page 76: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

65

Ingewati, Fifi. Tanpa Tahun. Tahapan-tahapan Menjadi Seorang Biarawati. Di

ambil dari https://www.google.co. id/amp/s/ semakinra.me /2017/01/12

/tahapan-menjadi-biarawati/amp/ (30 Oktober 2017).

JMJ Institute. Tanpa Tahun. Founder Of The Society J.M.J. di ambil dari

http://www.jmjinstituteofnursing.com/founder.html (27 September 2017).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Spiritualitas, di ambil dari

https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/spiritualitas 13 Juli 2018).

Listiati, Ingrid. Tanpa Tahun. Ajaran Maria Sebagai Bunda Allah dan Bunda

Gereja. Di ambil dari http://www.katolisitas.org/apakah-ajaran-maria-

sebagai-bunda-allah-dan-bunda-gereja-ada-dalam-alkitab/ (28 Oktober

2017).

Trinitas. Tanpa Tahun. Sejarah Kongregasi. Diambil dari http://www.

Trinitas.or.id/ (20 Desember 2017).

Trinitas. Tanpa Tahun. Sejarah Kongregasi. Diambil dari http://www.

Trinitas.or.id/ (30 Juli 2017).

Wikipedia. Benedictus dari Nursia. Di ambil dari https://id.m. wikipedia.

org/wiki/benedictus_dari_nursia (27 September 2017).

Wikipedia. William I Duke Of Aquitaine. Diambil dari https://en.m. wikipedia.org

/wiki/william_I,_Duke_of_aquitaine (27 September 2017).

Page 77: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

66

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian

Page 78: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

67

Surat Bukti Penelitian dari Biara

Page 79: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

68

Lampiran 2 : Bukti Wawancara

Page 80: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

69

Page 81: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

70

Page 82: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

71

Page 83: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

72

Lampiran 3 : Pertanyaan Wawancara

Pedoman Wawancara

Pertanyaan Tentang Biara

1. Bagaimana sejarah terbentuknya tarekat Jesus Maria Joseph dan siapa

pendirinya?

2. Bagaimana proses terbentuknya sejarah dan penggalangan dana untuk

biara Jesus Maria Joseph ciputat dan siapa pendirinya?

3. Apa kedudukan biara Jesus Maria Joseph ini, apakah merupakan pusat

atau cabang? Jika merupakan pusat, mempunyai berapa cabang? Dan jika

merupakan cabang, dimana pusatnya?

4. Apakah biara Jesus Maria Joseph terdaftar di dalam Gereja? Dan dimana

Gerejanya?

5. Apa hubungan biara dengan Gereja?

6. Apa visi misi dari biara Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan?

7. Bagaimana struktur kepengurusan biara Jesus Maria Joseph?

8. Apa saja tugas dari masing-masing pengurus?

9. Apa saja program kegiatan yang dilakukan oleh biara Jesus Maria Joesph

ciputat?

10. Apakah biara Jesus Maria Joseph mempunya hubungan kerjasama dengan

lembaga lain? Seperti LSM atau biara lainnya, dan seperti apa bentuk

kerjasamanya?

Page 84: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

73

Pertanyaan Tentang Biarawati

1. Mengapa anda memutuskan untuk menjadi biarawati dan apa

motivasinya?

2. Kapan anda mulai mengikuti tahapan menjadi biarawati?

3. Apa saja persyaratan untuk menjadi biarawati?

4. Fasilitas apa yang anda dapatkan dari biara maupun Gereja?

5. Apa faktor pendukung dan penghambat anda untuk menjadi biarawati?

6. Perubahan apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah menjadi biarawati?

7. Apakah boleh seorang biarawati yang sudah mengucapkan tiga kaul,

kemudian dia mengundurkan diri untuk menjadi biarawati? Jika boleh,

bagaimana proses pengunduran diri menjadi biarawati?

8. Konsekuensi apa saja yang anda hadapi setelah menjadi biarawati dan

bagaimana anda menyikapinya?

9. Bagaimana konsistensi anda setelah menjadi biarawati?

10. Menurut anda apakah kehidupan biarawati masih relevan atau tidak pada

masa modern ini? Mengapa?

Pertanyaan Tentang Kegiatan

1. Apa yang dimaksud dengan meditasi dalam kegiatan di biara dan kapan

dilaksanakannya meditasi pada kegiatan biara?

2. Apa yang dimaksud dengan rekoleksi komunitas dan kapan waktu

dilaksanakannya rekoleksi komunitas tersebut?

3. Apa yang dimaksud dengan pertemuan komunitas dan kapan waktu

pelaksanaannya?

Page 85: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

74

Lampiran 4 : Hasil wawancara

Identitas Narasumber

Nama Lengkap : Sr. Cathrine

Usia : 61th

Jabatan di biara : Kepala Biara komunitas Jesus Maria Joseph Bintang

Kejora Ciputat Tangerang Selatan

HASIL WAWANCARA

Pertanyaan Tentang Biara

1. Apa itu kongergasi Jesus Maria Joseph? Siapa pendirinya?

Jawaban:

Kongregasi Jesus Maria Joseph (JMJ) adalah senuah lembaga religius

yang didirikan di Belanda. Berkarya di bidang pendidikan, kesehatan dan

sosial Pastoral. Pendiri dari konggergasi Jesus Maria Joseph adalah Patter

Mathias Wolf.

2. Bagaimana sejarah terbentuknya kongregasi Jesus Maria Joseph?

Jawaban:

Kongregasi ini berdiri pada 29 juli 1822 di Amersfoort, Belanda.

Kongregasi ini didirikan karena kepriharinan terhadap keadaan pendidikan

di Belanda yang sama sekali tidak memperhitungkan hak Gereja Katolik.

Pendidikan di Belanda pada zaman itu bernafaskan protestan, sedangkan

anak-anak katolik tidak mendapat kesempatan untuk bersekolah. Selain itu

umat katolik mengalami kemiskinan yang menyebabkan anak-anak

Page 86: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

75

mereka harus bekerja di pabrik. Untuk keluarga yang mampu, mereka

mengirim anak-anaknya untuk bersekolah di luar Belanda.

Dengan latar belakang keadaan seperti ini, Pater Mathias Wolff kemudian

terdorong untuk mendirikan sebuah kongregasi yang bergerak dibidang

pendidikan, khususnya untuk anak-anak miskin di Belanda pada waktu itu.

Kongregasi ini berkembang dan kemudian diminta untuk berkarya di

Indonesia. Sejak tahun 1868, Pater provincial Jesuit, L.v. Gulick sudah

memohon pada pimpinan kongregasi JMJ di Belanda untuk datang ke

Indonesia dan membuka karya pendidikan di Indonesia. Permohonan ini

belum bisa dipenuhi sehingga setelah beberapa kali diminta datang ke

Indonesia, akhirnya pada 7 juli 1898 missionaris kongregasi JMJ yang

pertama dari Belanda tiba di Batavia (Jakarta) dan kemudian melanjutkan

untuk memulai karyanya di tanah Minahasa, Sulawesi Utara.

3. Bagaimana proses terbentuknya Biara Jesus Maria Joseph di Ciputat

Tangerang Selatan?

Jawaban:

Berawal dari permintaan keuskupan kepada kongergasi Jesus Maria

Joseph untuk mendirikan sekolah yang kemudian disusul dengan

pembangunan biara. Karena pada masa itu di daerah Ciputat Tangerang

Selatan belum ada pendidikan terutama yang mengkhususkan

pembelajaran tentang Katolik.

Page 87: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

76

4. Bagaimana kedudukan biara Jesus Maria Joseph ini? Apakah merupakan

cabang atau pusat? Jika merupakan pusat mempunyai berapa cabang? Dan

jika merupakan cabang, di mana pusatnya?

Jawaban:

Dalam Gereja Katolik, suatu kongregasi memiliki status dalam Gereja.

Kongregasi JMJ berstatus kepausan. Kongregasi JMJ merupakan lembaga,

dalam kongregasi tidak memiliki cabang tetapi memiliki induk, yaitu di

Belanda.

5. Apa induk biara Jesus Maria Joseph di Ciputat Tangerang Selatan?

Jawaban:

Untuk di Indonesia, biara Ciputat dibawah privinsi Jakarta. Segala

sesuatunya dikomunikasikan dengan pimpinan provinsi yang berada di

provinsialatJMJ di Jalan Malang, Jakarta Pusat. Di Indonesia sekarang

sudah ada tiga provinsi yaitu Provinsi Jakarta, Provinsi Makassar dan

Provinsi Manado. Masing-masing memiliki anggotanya dan dengan

provinsialnya (pemimpinnya) sendiri-sendiri.

6. Bagaimana hubungan biara dengan Gereja?

Jawaban:

Biarawati merupakan bagian dari Gereja karena mereka sudah di

permandikan menjadi seorang Katolik. Oleh karenanya para biarawati

sudah tercatat di Paroki tempat mereka berkarya. Setiap gereja

mengadakan suatu kegiatan, biarawati pun ikut serta membantu dalam

penyelenggaraan tersebut. Biarawati Jesus Maria Joseph Ciputat

Page 88: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

77

Tangerang Selatan tercatat di Paroki Santo Nikodemus di Rempoa, Ciputat

Timur, Tangerang Selatan.

7. Apa Visi dan Misi serta tujuan dari biara Jesus Maria Joseph Ciputat

Tangerang Selatan?

Jawaban :

Visi : Komunitas JMJ Bintang Kejora Ciputat yang dipersatukan dengan

dan oleh Yesus Kristus, tumbuh bersama dalam semangat persaudaraan

sejati, mencari dan melaksanakan kehendak Allah sehingga menjadi tanda

kehadiran Allah.

Misi: menghayati charisma Societas secara penuh dan otentik dilandasi

dengan semangat kesiap sediaan yang tulus sesuai dengan konsistusi:

1) Membangun keakraban dengan Tuhan dalam hidup doa yang intens

baik pribadi maupun bersama.

2) Menciptakan suasana keterbukaan, jujur dan saling mendengarkan

serta menghargai satu sama lain demi terciptanya persaudaraan sejati.

3) Membangun kebersamaan dalam komunitas dengan kerja keras dalam

semangat kesederhanaan dan cinta kasih.

4) Membina kepekaan, semangat rela berkorban, ugahari, bertanggung

jawab, lepas bebas dan sense of belonging.

5) Membangun semangat solidaritas antar anggota dan dunia, khususnya

perhatian pada yang miskin.

6) Membangun semangat persaudaraan sejati dengan selalu terbuka

menerima tamu.

Page 89: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

78

Tujuan: mencari dan setia melaksanakan kehendak Allah, selalu memupuk

sikap lepas bebas dan pengosongan diri seperti kristus.

8. Bagaimana stuktur kepengurusan biara susteran Jesus Maria joseph

Ciputat Tangerang Selatan?

Jawaban:

Biara Jesus Maria Joseph Ciputat tidak mengenal struktur kepengurusan.

Yang ada hanya pimpinan, Ekonom dan Anggota.

9. Apa saja tugas dari Pimpinan, Ekonom dan Anggota?

Jawaban:

Adapun tugas dari Pimpinan, Ekonom dan Anggota, sebagai berikut:

Fungsional Tugas

Pimpinan Umum Bertanggung jawab atas seluruh anggota yang ada

di seluruh dunia, Melakukan visitasi ke seluruh

biara yang ada di dunia minimal satu kali dalam

satu periode kepengurusan.

Anggota dewan

pimpinan umum

Membantu pimpinan umum dalam menjalankan

program kerjanya selama satu periode. Anggota

dewan pimpinan umum terdiri dari empat orang

dan berasal dari Negara yang berbeda-beda.

Pimpinan provinsi Melaporkan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh

biara baik tingkat provinsi maupun tingkat

komunitas kepada pimpinan umum.

Anggota dewan Membantu seluruh tugas yang dilakukan oleh

Page 90: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

79

pimpinan provinsi pimpinan provinsi.

Pimpinan komunitas Penanggung jawab penuh dalam komunitas.

Ekonom Ekonom terdapat di komunitas, provinsi dan

ekonom pimpinan umum. Memiliki tugas

mencatat pengeluaran dan pemasukan keuangan

sesuai dengan anggaran para suster hidup bersama.

10. Apa saja program kegiatan yang dilakukan oleh biara susteran Jesus Maria

Joseph Ciputat Tangerang Selatan?

Jawaban:

Dalam kegiatan yang dilakukan oleh seorang suster terbagi menjadi dua,

yaitu tugas utama dan tugas tambahan. Tugas utama adalah tugas yang

diberikan oleh privinsial atau pimpinan provinsi harus dilakukan terlebih

dahulu dibandingkan tugas tambahan. Sedangkan tugas tambahan adalah

tugas yang dilakukan apabila masih ada kesempatan dan diatur oleh kepala

komunitas. Selain itu ada juga kegiatan harian, mingguan dan bulanan

adalah sebagai berikut:

Page 91: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

80

KEGIATAN KOMUNITAS JMJ

Bintang Kejora Ciputat

I. HARIAN

Pukul Kegiatan

04.00 - 04.30 Bangun Pagi

05.00 - 05.30 Meditasi

06.00 - 15.00 Sarapan – Tugas perutusan masing-masing

12.30 Makan siang (sendiri-sendiri)

18.00 - 18.30 Sembah sujud / Adorasi

18.30 - 19.00 Ibadat sore

19.00 - 19.30 Makan malam bersama

20.00 Ibadat penutup dan rekreasi bersama

22.00 Istirahat - Hening

II. MINGGUAN

Hari & Pukul Kegiatan

Selasa dan kamis

05.30

Misa pagi oleh romo dari paroki

Sabtu

18.00

Doa Rosario

Minggu

18.00

Bacaan Rohani

III. BULANAN

Page 92: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

81

11. Apakah biara susteran Jesus Maria Joseph mempunyai hubungan

kerjasama dengan lembaga lain?

Jawaban:

Memiliki kerjasama dengan lembaga lain.

HASIL WAWANCARA

Pertanyaan Tentang Biarawati

1. Mengapa anda memutuskan untuk menjadi biarawati dan apa

motivasinya?

Jawaban:

Karena pada saat sebelum menjadi biarawati, tinggal diasrama bersama

suster-suster, kebetulan juga mempunyai kaka sepupu yang menjadi

suster di asrama tersebut. Namun alasan saya ingin menjadi suster

bukan karena kaka sepupu saya, melainkan karena alasan lain, yaitu

pada saat melihat seragam yang dipakai oleh para suster yang

kemudian membuat saya tertarik ingin memakainya juga. Selain itu

Hari & Pukul Kegiatan

Kamis pertama dalam bulan

20.00 - 21.00

Adorasi selama satu jam

Dua bulan sekali

(sesuai program)

Rekolasi komunitas / pengakuan

Dua bulan sekali

(dapat lebih fleksibel)

Pertemuan komunitas

Page 93: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

82

alasan lain karena pada saat itu saya bertemu dengan seorang suster

yang sangat ramah dan baik hati sehingga saya semakin yakin ingin

menjadi seorang biarawati. Motivasi awal belum sungguh disadari

walaupun dalam test tulis menjawab ingin menyerahkan diri pada

Tuhan dan melayani orang lain, hal tersebut yang membuat semakin

menyadari akan panggilanNya. Semakin ingin hidup untuk orang lain

bukan hanya untuk diri sendiri.

2. Kapan anda mulai mengikuti tahapan menjadi biarawati?

Jawaban:

Pada tanggal 12 april 1975 di Tomohon, Minahasa. Pada waktu itu

kira-kira berumur 18 tahun mengikuti tes menjadi seorang suster.

3. Apa saja persyaratan untuk menjadi biarawati?

Jawaban:

Ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum

menjadi biarawati, yaitu: harus beragama katolik, memiliki surat

permandian dari paroki, memiliki bukti penerimaan sakramen: Baptis,

Ekaristik dan Penguatan, Belum pernah menikah (khusus di

kongregasi JMJ), harus ada izin dari orang tua dan pendidikan minimal

lulusan SMA, bisa hidup bersama dengan orang lain, surat keterangan

sehat dari dokter.

4. Fasilitas apa yang anda dapatkan baik dari biara maupun gereja?

Jawaban:

Page 94: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

83

untuk paroki/ geraja tidak ada tangung jawab untuk memberikan

fasilitas dalam kehidupan membiara karena tanggung jawab kehidupan

biara ditanggung oleh kongergasi. Novis menandatangani surat untuk

menyerahkan apa yang dia punya kepada kongergasi dengan berjanji

untuk tidak menuntut meminta sesuatu apapun kepada kongergasi.

Kalau sakit, kehidupan masa tua hingga kematian, semuanya

ditanggung oleh kongergasi. Gereja atau paroki memberikan dan

bertanggung jawab untuk hidup rohani yaitu perayaan ekaristi.

5. Apa faktor pendukung dan penghambat anda untuk menjadi biarawati?

Jawaban:

Faktor pendukung untuk menjadi biarawati adalah Ibu yang selalu

support keinginan saya dan juga adanya keinginan yang sungguh-

sungguh dari dalam diri sendiri untuk menjadi seorang biarawati.

Sedangkan faktor penghambatnya adalah awalnya tidak mendapat izin

dari bapak karena menurut beliau jarak antara Yogya dan Manado

terlalu jauh, terlebih pada zaman dahulu ketika menjadi biarawati akan

sulit untuk bertemu keluarga selain itu pada masa pembinaan banyak

sekali rintangan yang harus saya hadapi salah satunya yaitu timbulnya

rasa ketertarikan dengan teman (lawan jenis).

6. Perubahan apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah menjadi

biarawati?

Jawaban:

Page 95: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

84

Sebelum saya menjadi seorang biarawati, saya termasuk orang yang

pendiam dan kurang pergaulan. Namun setelah saya menjadi biarawati

perubahan yang saya rasakan dari dalam diri saya adalah menjadi

orang yang mudah bergaul dan menjadi dekan dengan banyak orang

termasuk dengan orang yang berbeda agama dengan saya.

7. Pengalaman spiritual apa yang anda rasakan ketika melayani jemaat

dalam kehidupan membiara?

Jawaban:

Kita tidak boleh beranggapan bahwa diri kita sendiri yang yang hebat

karena sesungguhkan setiap pengalaman yang kita rasakan ada campur

tangan dari Allah. Bagi saya seluruh pengalaman mempunyai nilai

spiritual tetapi pengalaman spiritual yang paling saya rasakan adalah

pada saat retret, karena pada saat itu saya merasakan kedamaian batin

atau keheningan.

8. Apakah boleh seorang biarawati yang sudah mengucapkan tiga kaul

kemudian dia mengundurkan diri untuk menjadi biarawati? Jika boleh,

bagaimana proses pengunduran diri menjadi biarawati?

Jawaban:

Dalam tahapan menjadi biarawati ada yang disebut dengan kaul

sementara dan kaul kekal. Kalau seorang yang sudah kaul sementara

kemudian dia ingin mengundurkan diri, itu bisa dan membuat

permohonan mengundurkan diri kepada provincial.. Tapi kalau

seorang sudah mengucapkan kaul kekal dan kemudian dia ingin

Page 96: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

85

mengundurkan diri maka dia harus membuat surat permohonan dan ke

pimpinan umum. Langkah-langkah yang harus dilakukan apabila ingin

mengundurkan diri menjadi seorang biarawati yang sudah

mengucapkan kaul kekal adalah sebagai berikut:

Membuat surat permohonan dan izin ke provinsial, dari tingkat

provinsi meneruskan ke pimpinan umum di Belanda kemudian

diteruskan ke Roma dengan harus memiliki alasan yang mendasar dan

bisa diterima oleh Vatikan. Barulah setelah Roma menyetjui

permohonannya, dia bisa keluar menjadi biarawati.

9. Konsekuensi apa saja yang anda hadapi setelah menjadi biarawati dan

bagaimana anda menyikapinya?

Jawaban:

Konsekuensi yang harus saya hadapi setelah menjadi biarawati yaitu

menghayati tiga kaul kemurnian, ketaatan dan kemiskinan yang sudah

saya ikrarkan. Yaitu tidak menikah, bersedia untuk melepaskan yang

bersifat duniawi dan harus bisa untuk hidup bersama. Hidup dengan

bersikap lepas bebas terhadap barang-barang duniawi, tidak terikat

dengan segala hal duniawi.

10. Bagaimana konsistensi anda setelah menjadi biarawati?

Jawaban:

Sudah dihayati dalam diri saya bahwa sampai meninggal ingin menjadi

seorang suster, kemudian jika diizinkan apabila meninggal nanti saya

ingin di dapati sedang tidur dan kemudian memakai seragam suster

Page 97: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

86

seperti ini. Saya juga menginginkan pada masa tua nanti tidak ingin

menyusahkan banyak orang, oleh sebab itu keinginan menjadi

biarawati sampa akhir hayat nanti karena pada masa tua saya nanti

semua biaya sudah ada yang menanggung yaitu kongregasi.

11. Menurut anda apakah kehidupan biarawati masih relevan atau tidak

pada masa modern ini? Mengapa?

Jawaban:

Dilihat dari perkataan Patter Mathias Wolf selaku pendiri kongregasi

Jesua Maria Joseph yang mengatakan “ kesiapsediaan apostolis yang

selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman” hidup membiara

masih sangat relevan katena kehidupan membiara mengikuti

perkembangan zaman. Ketika saat ini zaman dengan menggunakan

teknologi yang canggih, maka kami pun ikut menggunakan teknologi

tersebut seperti HP. Selain itu tidak jarang suster yang memiliki

facebook seperti kebanyakan orang. Namun sebagai suster kami juga

harus tetap bijak dalam mengikuti perkembangan zaman ini, jangan

sampai terjerumus dan melanggar kebijakan yang ada. Selain itu juga

masih banyak orang yang memiliki keinginan untuk menjadi biarawati,

maka saya katakan masih sangat relevan kehidupan membiara pada

masa modern ini.

Page 98: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

87

Identitas Narasumber

Nama Lengkap : Sr. Emiliana, JMJ

Usia : 38th

Jabatan di biara : Anggota suster

Jabatan di karya : Kepala Sekolah TK Bintang Kejora

HASIL WAWANCARA

Pertanyaan Tentang Biarawati

1. Mengapa anda memutuskan untuk menjadi biarawati dan apa

motivasinya?

Jawaban:

Karena awalnya memliki ketertarikan terhadap figur para suster untuk

melayani orang kecil. Motivasi awal belum murni, tetapi punya

keinginan untuk menjadi suster ketika melihat para suster melayani

turun ke kampung atau melayani orang kecil, merawat orang sakit dan

kunjungan ke sekolah. Awal mula kelas tiga melihat suster dan

memerankan peran biarawati pada pentas drama. Pada saat SMA

keinginan untuk menjadi biarawati muncul kembali, karena aktif di

organisasi gereja dan bertemu dengan suster JMJ yang kuliah bahasa

inggris di UNIKA daerah Kupang, kemuadian dari situlah saya

menyampaikan niat untuk menjadi seorang biarawati.

2. Kapan anda mulai mengikuti tahapan menjadi biarawati?

Jawaban:

Page 99: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

88

Mengikuti tahap aspiran di Atambua selama Sembilan bulan pada

Maret 2000, setelah itu ke Makassar untuk menyambung masa aspiran

selama satu setengah tahun pada Juli 2000, meminta waktu tambah

karena merasa belum siap dan ada kendala dengan surat kuasa dari

orang tua. Masa postulan di Tomohon, Manado selama satu tahun pada

Agustus 2002. Masa novisiat di Manado selama dua tahun pada Juli

2003-2005. Mengucapkan kaul sementara pada 28 Juli 2005 dan

mengucapkan kaul kekal pada 28 Juli 2010.

3. Apa saja persyaratan untuk menjadi biarawati?

Jawaban:

Untuk menjadi seorang biarawatitentusaja syarat yang pertama adalah

seorang perempuan katolik, sudah menerima tahapan sakramen, masih

perawan dan minimal sudah selesai sekolah SMA. Namun tidak

menutup kemungkinan bagi yang sudah sarjana maupun yang sudah

bekerja. Dan ada batas umur maksimal sebelum usia 50 tahun.

4. Fasilitas apa yang anda dapatkan baik dari biara maupun gereja?

Jawaban:

Ketika sudah masuk dalam anggota JMJ, kehidupan kita para suster

sudah menjadi tanggungjawab kongregasi seperti: makan, minum,

tempat tinggal, pakaian dan lain sebagainya termasuk perlengkapan

elektronik seperti HP, mulai diperbolehkan menggunakannya setelah

masa pembinaan atau pada masa yuniorat sudah mulai diperbolehkan

Page 100: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

89

menggunakan HP.sesuai tugas perutusan atau tugas yang di embaninya

yang menuntut harus menggunakan barang tersebut, misalnya HP.

5. Apa faktor pendukung dan penghambat anda untuk menjadi biarawati?

Jawaban:

Faktor pendukung tentunya datang dari keluarga terutama kakak saya

dan lingkungan sekitar. Faktor penghambat juga datang dari keluarga,

yaitu orang tua. Kedua orang tua baru menerima saya menjadi seorang

biarawatidi tahun 2010 setelah saya mengucapkan kaul kekal. Pada

awalnya orang tua menentang dan tidak menerima tetapi saya

menyampaikan niatke kakak saya dan dia mengizinkan saya untuk

melalui tahapan aspiran. Setelah melewati masa aspiran, saya meminta

izin orangtua kembali tetapi belum diizinkan juga dan kakak saya

menyuruh untuk pergi ke Makassar melanjutkan masa aspiran. Setelah

selesai masa aspiran, ada test untuk memasuki masa postulant dan

meminta surat rekomendasi dari gereja dan orang tua, tetapi orang tua

belum memberikan surat rekomendasi tersebut. Akhirnya saya

mendapat surat rekomendasi dari kakak saya yang mengatasnamakan

bapak saya. Setelah diterima oleh pimpinan, dan setelah berkaul kekal

barulah orang tua bisa menerima saya menjadi seorang biarawati.

6. Perubahan apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah menjadi

biarawati?

Jawaban:

Page 101: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

90

Sebelum menjadi seorang biarawati, ada perasaan egois,

mementingkan diri sendiri dan masih menjadi seorang perempuan

biasa sama dengan yang lain. Tetapi sesudah menjadi biarawati sudah

bisa mengatur diri untuk tidak hanya mementingkan kepentingan

pribadi saja tetapi juga kepentingan yang lain. Terlebih merasa

menjadi seorang yangterpanggil untuk hidup secara khusus, menjadi

seorang biarawati dengan segala konsekuensi hidup.

7. Pengalaman spiritual apa yang anda rasakan ketika melayani jemaat

dalam kehidupan membiara?

Jawaban:

Pengalaman membahagiakan, karena hidup saya dan seluruh pekerjaan

saya dapat dirasakan oleh sesama dan semata-mata hanya demi

kemuliaan Tuhan.

8. Apakah boleh seorang biarawati yang sudah mengucapkan tiga kaul

kemudian dia mengundurkan diri untuk menjadi biarawati? Jika boleh,

bagaimana proses pengunduran diri menjadi biarawati?

Jawaban:

Untuk mengundurkan diri menjadi seorang biarawati tergantung

pribadi karena kita tidak tahu bagaimana kedepannya. Pernah punya

rasa untuk mengundurkan diri karena merasakan perbedaan antara

hidup diluardan di Biara. Tapi kembali lagi pada diri sendiri bahwa

Tuhan pasti memberikan kekuatan untuk tetap berada di jalannya,

memperbaharui diri dengan berdoa dan retret pribadi maupun bersama,

Page 102: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

91

mencarai waktu untuk refreshing sehingga tidak ada lagi perasaan

seperti itu. Tahapan mengundurkan diri menjadi biarawati apabila

masih pada masa yuniorat masih mudah karena hanya membuat surat

pengunduran diri ke impinan societas dan waktunya lebih cepat. Tetapi

jika sudah mengucapkan kaul kekal harus membuat surat pengunduran

diri yang disampaikan pada kepausan dan waktunya lumayan lama.

Pada saat sudah mengucapkan kaul kekal dan ingin mengundurkan diri

prosesnya lumayan lama kerena apabila sudah mengucapkan kaul

kekal berarti sudah mengikat dengan Tuhan seumur hidup. Dan ketika

kita sudah keluar, seluruh atribut harus diserahkan kembali sesuai

dengan tatacara secara interen.

9. Konsekuensi apa saja yang anda hadapi setelah menjadi biarawati dan

bagaimana anda menyikapinya?

Jawaban:

Konsekuensinya adalah harus setia pada panggilan, mampu untuk mati

raga, mampu untuk memilih hal-hal yang baik dan buruk agar tidak

terjerumus pada perbuatan yang tidak semestinya. Mampu menerima

diri sendiri dan mampu hidup bersama dengan teman sebiara atau

sekomunitas, menyadari bahwa proses untuk menjadi biarawati butuh

perjuangan.

10. Bagaimana konsistensi anda setelah menjadi biarawati?

Jawaban:

Page 103: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

92

Terus memotivasi diri dan berpegang teguh pada prinsip dan tetap setia

pada panggilan.

11. Menurut anda apakah kehidupan biarawati masih relevan atau tidak

pada masa modern ini? Mengapa?

Jawaban:

Kehidupan membiara pada masa kini dan juga masa yang akan datang,

masih tetap relevan. Karena menjadi seorang biarawati, dalam societas

atau tarekat apapun selalu bisa menyesuaikan diri dengan

perkembangan atau perubahan zaman. Terutama menyikapi setiap

kemajuan, termasuk perkembangan teknologi. Karena dengan

mengikuti perkembangan zaman, karya kerasulan tetap berkembang

dengan baik. Alasan lain bahwa dengan tidak menikah seumur hidup

kami dengan bebas dan terbuka untuk melayani sesame tanpa

hambatan. Lewat karya kerasulan yang dipercaya kepada societas atau

tarekat seperti pendidikan, kesehatan dan sosial.

Page 104: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

93

Identitas Narasumber

Nama Lengkap : Sr. Anna, JMJ

Usia : 55th

Jabatan di biara : Anggota suster

Jabatan di karya : Kepala Sekolah SD Bintang Kejora

HASIL WAWANCARA

Pertanyaan Tentang Biarawati

12. Mengapa anda memutuskan untuk menjadi biarawati dan apa

motivasinya?

Jawaban:

Memutuskan untuk menjadi biarawati awalnya dari penampilan

lahiriah beberapa suster yang datang ke kampung, melihat dari cara

mereka: rapih, sederhana dalam berpakaian, serta ramah dan sopan

dalam berbicara dan pergaulan.

Sebenarnya tumbuhnya panggilan batin untuk menjadi biarawati dari

saya duduk dibangku SD. Waktu itu saya senang membaca buku-buku

cerita tentang para santa dan santo yang hidupnya hanya untuk Tuhan,

rela mengorbankan harta miliknya, meninggalkan status sosialnya,

sampai menyerahkan nyawa demi iman dari Allah. Sehingga tumbuh

niat menjadi biarawati yakni ingin membaktikan diri hanya untuk

Tuhan seperti contoh dari para santo dan santa itu.

13. Kapan anda mulai mengikuti tahapan menjadi biarawati?

Jawaban:

Page 105: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

94

Pada tahun 1982-1983 mengikuti masa aspiran di Tomohon, Sulawesi

Utara, pada Juli 1983 sampai Juli 1984 mengikuti masa postulat di

Tomohon, Sulawesi Utara. Pada tahun Juli 1984 sampai Juli 1986

mengikuti masa Novisiat di Tomohon, Sulawesi Utara. Mengucapkan

kaul pertama pada tahun 1987 dan mengucap kaul kekal pada

25Agustus 1990. Dalam konstitusi kongregasi suster-suster JMJ

seorang suster yunior (yang berkaul pertama) dipandang layak

mengikrarkan kaul kekal (kaul seumur hidup) setelah 3 tahun masa

yuniornya. Dan batas maksimum 7 tahun masa yunior. Batas

maksimum ini ditentukan oleh kitab hukum kanonik (kitab hukum

gereja). Batas maksimum merupakan batas dispensasi bagi para suster

yunior yang mendapat tugas perutusan study atau dalam masalah

khusus lainnya.

14. Apa saja persyaratan untuk menjadi biarawati?

Jawaban:

Persyaratan untuk menjadi seorang biarawati yaitu seorang gadis yang

belum menikah, seorang katolik yang sudah dibaptis minimal 5 tahun,

sudah menerima sakramen Baptis, Ekaristi dan Krisma, minimal lulus

SMA sederajat, sehat jasmani dan rohani, serta mendapat surat

rekomendasi dari pastor paroki dan orangtua. Sehat jasmani dibuktikan

dengan surat kesehatan dari dokter. Sehat rohani (psikis) dengan

psychotest. Test ini dilakukan oleh dokter dari psikiater yang ditunjuk

oleh kongregasi untuk keakuratannya.

Page 106: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

95

15. Fasilitas apa yang anda dapatkan baik dari biara maupun gereja?

Jawaban:

Fasilitas yang di dapat yaitu makan dan minum yang sudah disediakan,

tempat tinggal milik kongregasi, kendaraan (milik kongregasi) yang

dipakai untuk karya perutusan, HP dan laptop dari anggaran pribadi

suster (setiap suster menyusun anggaran untuk kebutuhan pribadi

setiap tahun) dibutuhkan demi kebutuhan pekerjaan.

16. Apa faktor pendukung dan penghambat anda untuk menjadi biarawati?

Jawaban:

Faktor pendukung utama adalah:

a. Doa-doa pribadi, meditasi dan renungan dari kitab suci. Semua ini

menjadi kekuatan dan keteguhan dalam memahami kehendak

Tuhan serta menjadi kekuatan dan keteguhan dalam menghadapi

arus negarif dari dunia hedonisme, matrealisme dan pragmatisme.

b. Selain doa dan meditasi, pendukung lainnya adalah kelurga

(terutama orangtua). Sekalipun awalnya tidak disetuji namun

akhirnya disetujui karena melihat keseriusan saya.

c. Komunitas biara yang memberi dukungan dan semangat. Terlebih

ketika menghadapi kesulitan dalam pekerjaan dan hidup.

Faktor penghambat (lebih tepat tantangan):

Page 107: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

96

a. Hidup real dimana saya hidup dalam arus zaman dan efek negative

dari hedonisme, materialisme dan pragmatisme yang berlawanan

dengan 3 janji yang diikrarkan: kaul ketaatan, kaul kemiskinan dan

kaul kemurnian.

b. Komunitas. Selain menjadi faktor pendukung, komunitas juga

menjadi faktor penghambat. Artinya saya harus berjuang

mengingkari diri agar dapat menyesuaikan diri, bersikap sopan,

menghormati dan menghargai rekan-rekan komunitas yang berasal

dari beraneka ragam suku dan budaya, beraneka ragam kelurga

yang tentunya mempunyai watak, karakter dan rasa yang berbeda-

beda.

17. Perubahan apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah menjadi

biarawati?

Jawaban:

Karena saya anak pertama jadi suka memerintah, segala keinginan

harus dituruti dan memiliki sikap ingin menang sendiri. Tetapi setelah

menjadi biarawati saya seperti menjadi manusia baru, terlatih

mendewasakan diri, belajar untuk mengendalikan diri terutama yang

datang dari dalam diri sendiri seperti hawa nafsu, marah, ingin

mengumpulkan harta (ini melawan kaul kemiskinan).

18. Pengalaman spiritual apa yang anda rasakan ketika melayani jemaat

dalam kehidupan membiara?

Jawaban:

Page 108: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

97

Pengalaman spiritual: bahagia karena bisa menolong orang lain dan

berbagi dengan orang lain. Sekalipun demikian, membantu orang lain

sering mengalami kendala pertama dari diri sendiri dan kedua dari

masyarakat. Dari diri sendiri misalnya:kecewa karena tidak diikuti ide

atau keinginan, takut karena lingkungan yang berbeda-beda. Dari

masyarakat : menolak kehadiran karena berbeda dengan situasi dan

kondisi serta iman kepercayaan masyarakat setempat. Spiritualitas

kesiapsediaan apostolis bagi jiwa-jiwa mendorong untuk siap sedia

melayani Tuhan dalam diri sesame. Sehingga dengan spiritualitas ini

saya mampu mengatasi rasa kecewa, rasa takut dan penolakan.

19. Apakah boleh seorang biarawati yang sudah mengucapkan tiga kaul

kemudian dia mengundurkan diri untuk menjadi biarawati? Jika boleh,

bagaimana proses pengunduran diri menjadi biarawati?

Jawaban:

Masa Yuniorat: Mengundurkan diri bila yang bersangkutan merasa

tidak mampu menghayati dan menjalankan 3 kaul. Di keluarkan bila

para Pembina dan pemimpin melihat yang bersangkutan tidak bisa

menghayati dan menjalankan 3 kaul. Observasi dilakukan sejak masa

postulat (sebagai postulant) sampai masa yuniorat (sebagai suster

yunior).

Setelah berkaul devinitifatau berkaul kekal: Dikeluarkan setelah

berkaul kekal jika yang bersangkutan melakukan pelanggaran dalam

penghayatan 3 kaul.

Page 109: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

98

Prosedur: Kalau mengundurkan diri pada masa yuniorat atau masih

mengucapkan kaul sementara pembebasan diberikan oleh provinsial.

Sebelumnya yang bersangkutan mengirim surat pengunduran diri

kepada Provinsial.

Tetapi bila sudah mengucapkan kaul kekal, pembebasan di berikan

oleh vatikan. Yang bersangkutan menyurat kepada pimpinan umum

dan pimpinan umum meminta Leilisasi (menjadi awam) kepada

kongregasi Suci Vatikan. Jika sudah mendapat surat pembebasan

(menjadi awam) maka yang bersangkutan akan diantar pulang ke

rumah orang tua atau saudara kandung (jika orang tua sudah

meninggal) oleh pimpinan kongregasi.

20. Konsekuensi apa saja yang anda hadapi setelah menjadi biarawati dan

bagaimana anda menyikapinya?

Jawaban:

Konsekuensi setia pada tiga kaul yang di ucapkan dan berani atau

bersedia menanggung segala resiko dan akibat dari tiga janji yang

diucapkan (ketaatan, kemiskinan dan keperawanan). Taat pada Tuhan

yang diekspresikan taat pada pimpinan komunitas dan kongregasi yang

dijalani dengan sepenuh hati.

Menjalani kemiskinan dengan memelihara fasilitas yang ada hanya

untuk pelayanan pada Tuhan.

Menghayati keperawanan dengan tidak menikah atau tindakan dalam

relasi yang menjurus pada pernikahan.

Page 110: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

99

21. Bagaimana konsistensi anda setelah menjadi biarawati?

Jawaban:

Apa yang sudah dijanjikan harus dihayati dan dilakukan dalam hidup

sehari-hari. Penghayatan hidup diarahkan dan berfokus pada pelayanan

bagi Tuhandalam diri sesama manusia tanpa memandang golongan,

agama dan ras.

22. Menurut anda apakah kehidupan biarawati masih relevan atau tidak

pada masa modern ini? Mengapa?

Jawaban:

Masih relevan, alasannya:

1. Member kesaksian tentang kesetiaan pada janji yang diucapkan

dihadapan Tuhan. dimana pada zaman ini banyak orang dan

keluarga-keluarga merasa bahwa “selingkuh adalah hal yang sudah

biasa dan perceraian dalam keluarga semakin marak”

2. Member kesaksian bahwa kebahagiaan tidak di tentukan oleh

materi. Kehidupan kami dengan uang dan fasilitas yang terbatas

tetap membuat kami selalu bahagia.

3. Hidup bersama dalam keberagaman suku, budaya dan latar

belakang keluarga membuat kami mampu saling menghargai,

saling menghormati dan hidup rukun serta saling melengkapi.

Dengan keberagaman kami dalam komunitas kami mampu

memberi kesaksian pada masyarakat (terutama Indonesia) bahwa

Page 111: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

100

keberagaman bukan halangan untuk menjadi bahagia dan saling

mendukung.

HASIL WAWANCARA

Pertanyaan tentang kegiatan

1. Apa yang dimaksud dengan meditasi dalam kegiatan di biara dan kapan

dilakukannya meditasi pada kegiatan biara?

Jawaban:

Meditasi adalah cara berdoa dengan masuk dalam suasana hening/diam.

Meditasi dilakukan setengah jam sampai satu jam. Dalam suasana hening

atau diam; dengan di inspirasikan oleh bacaan suci dari Kitab Suci

(Alkitab). Dengan meditasi kami mencari dan menemukan “apa yang

Tuhan inginkan dari saya untuk saya kerjakan hari ini demi sesama, demi

kabar gembira atau sukacita, demi terwujudnya suasana damai di

lingkungan kerja, di komunitas dan siapa saja saya jumpai hari ini”.

Bacaan Kitab Suci (Alkitab) di sesuaikan dengan kalender Liturgi.

Kalender Liturgi berisikan bacaan-bacaan Kitab Suci yang di susun oleh

gereja Katolik universal. Bacaan-bacaan Kitab Suci itu di susun mengikuti

alur sejarah keselamatan bagi manusia dari Allah

Meditasi dilakukansetiap hari. Biasanya di lakukan pada pagi hari sebelum

ibadat pagi.

2. Apa yang dimaksud dengan rekoleksi komunitas dan kapan dilakukannya

rekoleksi komunitas?

Jawaban:

Page 112: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

101

Rekoleksi komunitas berasal dari kata Re yang berarti kembali dan koleksi

yang berarti pengumpulan. Jadi rekoleksi adalah pengumpulan kembali

pengalaman hidup bersama Allah yang di refleksikan bagaimana sayatelah

melakukan perintah Allah dalam hidup bersama-sama.

Tujuan rekoleksi adalah untuk memperbaharui relasi dengan Tuhan agar

semakin dekat dengan DIA; agar hidup lebih bermakna bagi Tuhan dan

sesama. Rekoleksi komunitas ini dilakukan bersama di biara. Biasanya ada

tema tertentu agar terarah dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi

rekoleksi komunitas. Schedule rekoleksi, yaitu pembukaan pada malam

hari setelah doa completorium (doa menutup hari) di sambung sampai

besok hari, kegiatan inti hening di isi dengan meditasi dan komprensi

rohani dari pembimbing rohani (oleh pastor atau suster) dan penutupan

rekoleksi dengan menerima sakramen Tobat atau perayaan Ekaristi (jika

ada pastor) atau ibadat siang.

3. Apa yang dimaksud dengan pertemuan komunitas dan kapan waktu

pertemuan komunitas ini?

Jawaban:

Pertemuan komunitas adalah pertemuan para suster dalam komunitas

tempat tinggalnya.

Materi pertemuan biasanya mengevaluasi program hidup misalnya

evaluasi hidup doa pribadi bersama, evaluasi karya kerasulan, evaluasi

hidup berkomunitas, evaluasi hidup berkaul.

Page 113: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

102

Tujuannya yaitu untuk meningkatkan dan mengembangkan hidup daln

relasi dengan Tuhan (melalui doa-doa), relasi kekeluargaan dalam

komunitas, hidup religius (dalam menghayati Tri kaul), meningkatkan

pelayanan kepada sesama dalam karya kerasulan.

Page 114: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

103

Identitas Narasumber

Nama Lengkap : Sr. Imeldine Rumengan JMJ, S.Pd

Usia : 46th

Jabatan di biara : Anggota suster

Jabatan di karya : Kepala Sekolah SMP Bintang Kejora

HASIL WAWANCARA

Pertanyaan Tentang Biarawati

1. Mengapa anda memutuskan untuk menjadi biarawati dan apa

motivasinya?

Jawaban:

Awalnya karena melihat suster datang ke kampong dan melihat

kegiatan mereka, sehingga penasaran dan memiliki niat untuk menjadi

seorang suster. Kemudian mencoba untuk mendekati seorang suster

untuk menyampaikan niat dan diarahkan untuk melihat situasi dan

kondisi kehidupan di biara. Sampai akhirnya setelah lulus SMA

barulah melanjutkan niat untuk menjadi seorang suster.

2. Kapan anda mulai mengikuti tahapan menjadi biarawati?

Jawaban:

Pada tahun 1992 mengikuti masa aspiran, tahun 1992-1993 mengikuti

masa postulant, masuk novisiat pada tahun 1993-1995, masa yuniorat

tahun 1995-2000 pada tahun 1997-2000 melakukan study di yogya dan

mengucapkan kaul kekal pada tahun 2000.

3. Apa saja persyaratan untuk menjadi biarawati?

Page 115: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

104

Jawaban:

Syarat untuk menjadi biarawati yaituminimal berumur 18 tahun dan

sudah lulus SMA, seorang perempuan katolik dan siap untuk hidup

bersama.

4. Fasilitas apa yang anda dapatkan baik dari biara maupun gereja?

Jawaban:

Seragam, atribut seperti cincin dan salib tentu saja dapat setelah masa

pembinaan dan pada saat mengucapkan kaul sementara, cincin ada di

tangan kiri. Setelah mengucapkan kaul kekal, cincin berada di tangan

kanan.

5. Apa faktor pendukung dan penghambat anda untuk menjadi biarawati?

Jawaban:

Faktor pendukung tentu saja dari keluarga, saudara, teman dan sahabat.

Bagi saya tidak ada faktor penghambat, tetapi adanya berupa tantangan

yang mana itu semua datang dari dalam diri sendiri dan dari luar.

6. Perubahan apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah menjadi

biarawati?

Jawaban:

Sebelum menjadi seorang suster terkadang apa yang diinginkan harus

dipenuhi, kalau tidak terpenuhi bisamarah, merasa kesal dan jengkel.

Tetapi setelah menjalani hidup sebagai seorang suster semua itubisa

berubah. Lebih mengerti dan menerima situasiserta kondisi yang ada,

Page 116: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

105

karena hidup menjadi seorang suster tidak sendirian, tetapi hidup

bersama dan harus bisa menyesuaikan diri.

7. Pengalaman spiritual apa yang anda rasakan ketika melayani sesama

dalam kehidupan membiara?

Jawaban:

Bisa melayani tanpa pamrih dan tanpa membeda-bedakan. Saya pernah

berdoa untuk menyembuhkan orang sakit dan saya alami sendiri

sampai benar-benar sembuh dari sakitnya. Kemudian menolong orang

miskin misalnya ada yang ingin bersekolah namun terkendala dengan

biaya, disitu kami bisa menerimanya di sekolah bintang kejora ini.

8. Apakah boleh seorang biarawati yang sudah mengucapkan tiga kaul

kemudian dia mengundurkan diri untuk menjadi biarawati? Jika boleh,

bagaimana proses pengunduran diri menjadi biarawati?

Jawaban:

Menurut saya kata boleh itu tidak pas untuk menjawab boleh atau

tidaknya seorang suster mengundurkan diri. Tetapi sebenarnya untuk

mengundurkan diri atau tidak itu semua tergantung diri pribadi

masing-masing, tetapi harus diingat bahwa kita sudah mempunyai

perjanjian dengan Tuhan, tapi apabila memang betul-betul ingin keluar

itu memerlukan proses yang panjang. Kita harus bicarakan terlebih

dahulu kepada pimpinan komunitas setelah itu membuat

susatpernyataan dimana ada hitam diatas putih sebagai bukti bahwa

memang benartelah mengundurkan diri. Tapibiasanya dari pimpinan

Page 117: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

106

memberikan kesematan untuk berfikir kembali apakah sudah yakin

atau belum dengan keputusannya, jangan sampai mempunyai

keputusan tersebut dalam kondisi sedang emosi atau tidak stabil.

Biasanya disuruh untuk berdoa, menyerahkan kembali pada Tuhan.

Apabila sudah yakin maka diberikan kebebasan pada diri pribadi

masing-masing untuk maju atau mundur menjadi seorang suster.

9. Konsekuensi apa saja yang anda hadapi setelah menjadi biarawati dan

bagaimana anda menyikapinya?

Jawaban:

Harus bisa hidup bersama dengan para suster yang lain, bisa

mengendalikan diri memilih yang baik dan buruk serta tidak bisa

menikah.

10. Bagaimana konsistensi anda setelah menjadi biarawati?

Jawaban:

Tetap menjalaninya sesuai hati nurani sendiri, tidak ada paksaan dari

pihak manapun dan terus berdoa pada Tuhan.

11. Menurut anda apakah kehidupan biarawati masih relevan atau tidak

pada masa modern ini? Mengapa?

Jawaban:

Masih relevan karena sampai saat ini masih ada para suster untuk

melayani dan berkarya demi kemuliaan Tuhan dan kehidupannya,

sesuai dengan konstitusi kongregasi dan semangat pendiri Pater

Page 118: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

107

Mathias Wolff S.J bahwa harus terus menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan zaman.

Page 119: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

108

Page 120: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

109

Page 121: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

110

Page 122: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

111

Page 123: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

112

Page 124: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

113

Page 125: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

114

Foto13 : Gerbang Masuk Sekolah Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan

Foto14 : Gedung Sekolah TK Bintang Kejora Ciputat, TangerangSelatan

Page 126: SPIRITUALITAS KAUM BIARAWATI: STUDI ANALISIS BIARA … · objek penelitian kepada kaum biarawati yang ada di Biara Susteran Jesus Maria Joseph Ciputat, Tangerang Selatan. Tujuan penelitian

115

Foto 15 : Gedung Sekolah SD Bintang Kejora Ciputat, Tangerang Selatan.

Foto 16 : Gedung Sekolah SMP Bintang Kejora Ciputat Tangerang Selatan.