-
SPESIFIKASI TEKNIS
Urusan Pemerintahan : 2.07 / Industri
Organisasi/SKPD : 2.07.001 / Dinas Perindustrian dan Energi
Urusan : 2.03 / Energi dan Sumber Daya Mineral
Program : 2.03.01 / Program Pemeliharaan dan Operasional
Penerangan Jalan dan Sarana Umum Kota
Kegiatan : 2.03.01.011 / Pembangunan Pencahayaan Kota di
jalan
tembus arteri Kelapa Gading - Jakarta Utara
Lokasi Kegiatan : 00000 / Provinsi DKI Jakarta.
BIDANG PENCAHAYAAN KOTA
DINAS PERINDUSTRIAN DAN ENERGI
PROVINSI DKI JAKARTA
TAHUN ANGGARAN 2013
-
Bidang Pencahayaan Kota - Dinas Perindustrian dan Energi
Provinsi DKI Jakarta
1
Pekerjaan Kegiatan
Pembangunan Pencahayaan Kota di jalan tembus arteri Kelapa
Gading
Jakarta Utara
I. Umum Spesifikasi teknis ini dipergunakan sebagai dasar untuk
melaksanakan pekerjaan instalasi Pembangunan/peningkatan Kualitas
Penerangan Jalan dan Sarana Umum.
II. Syarat-syarat Teknis
Spesifikasi ini dipergunakan sebagai batasan ketentuan untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam pemasangan
instalasi Pembangunan pencahayaan kota di jalan tembus arteri
Kelapa Gading Jakarta Utara
A. Personil Penyedia Barang/Jasa Personil inti penyedia
barang/jasa terdiri dari :
1. Tenaga Ahli. Penyedia barang/jasa harus mempunyai tenaga ahli
yang tercantum dalam SPPJT Minimal Golongan B (Ahli Muda) dan harus
mempunyai Sertifikat keahlian yang dikeluarkan oleh asosiasi serta
diregistrasi oleh LPJK (dibuktikan dengan foto copy
sertifikat).
2. Proyek Manajer Penyedia barang/jasa harus mempunyai proyek
manajer dengan kualifikasi pendidikan minimal S1 Teknik/Sederajat
dengan pengalaman kerja minimal 2 (dua) tahun (Khusus kualifikasi
penyedia barang/jasa non kecil) atau minimal STM Teknik/Sederajat
dengan pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun (dibuktikan dengan
foto copy Ijazah dan surat keterangan pengalaman kerja dalam
pekerjaan sejenis).
3. Instalator/Kepala Tukang Penyedia barang/jasa harus mempunyai
instalator dengan mempunyai Sertifikat Keterampilan Kerja dibidang
listrik yang dikeluarkan oleh asosiasi serta diregistrasi oleh LPJK
dengan pengalaman kerja minimal 2 (dua) tahun (dibuktikan dengan
foto copy sertifikat dan surat keterangan pengalaman kerja dalam
pekerjaan sejenis).
B. Peralatan Kerja Penyedia Barang / Jasa Penyedia barang/jasa
harus menyediakan peralatan kerja dan menerapkan K3 ( Keselamatan
dan Kesehatan Kerja), antara lain :
1. Alat Transportasi. Penyedia barang/jasa harus menyediakan
alat transportasi yang digunakan untuk memobilisasi tenaga kerja,
material dan peralatan kerja/alat bantu minimal berupa mobil pick
up.
2. Tool Kit Lengkap : Penyedia barang/jasa harus mempunyai tool
kit lengkap antara lain: o Tang ( jepit, potong, press, kupas) o
Obeng ( - , +) sesuai ukuran. o Test pen o Kunci pas lengkap.
3. Alat Ukur : Penyedia barang/jasa harus mempunyai alat ukur
dengan akurasi yang berfungsi baik, antara lain: o Avometer. o Tang
ampere. o Meger o Alat pengukur jarak (meter). o Alat Pengukur Kuat
Cahaya (Lux Meter)
4. Alat Bantu Kerja : Penyedia barang/jasa harus mempunyai alat
bantu kerja antara lain: o Helm pengaman kerja o Sabuk pengaman o
Senter o Seragam kerja o Sepatu pengaman kerja o Sarung tangan o
Tangga Fiber o Takle o Rambu pengaman
-
Bidang Pencahayaan Kota - Dinas Perindustrian dan Energi
Provinsi DKI Jakarta
2
III. Defenisi
A. Instalasi Penerangan Jalan dan Sarana Umum
Instalasi Penerangan Jalan dan Sarana Umum adalah suatu
instalasi listrik arus kuat yang seluruh perlengkapannya berada
ditempat umum dan terbuka, identik dengan sistem jaringan tegangan
rendah yang dipergunakan oleh PLN yaitu mencakup jaringan catu daya
(opstiq), jaringan kabel udara penerangan jalan/jaringan kabel
tanah, panel hubung bagi (PHB) induk/pembagi, tiang khusus dan
beban berupa lampu-lampu Penerangan Jalan dan Sarana Umum.
B. Jaringan Penerangan Jalan dan Sarana Umum Jaringan Penerangan
Jalan dan Sarana Umum adalah system instalasi tegangan rendah 3
phase 220/380 Volt yang terdiri dari PHB Penerangan Jalan dan
Sarana Umum dan perlengkapan listrik serta material Penerangan
Jalan dan Sarana Umum lainnya. Untuk mengalirkan tenaga listrik
sampai pada titik beban akhir menggunakan jaringan kabel tanah dan
ducting atau jaringan kabel udara.
C. Panel Hubung Bagi (PHB) Penerangan Jalan dan Sarana Umum
Panel Hubung Bagi (PHB) induk dan Panel Hubung Bagi (PHB) pembagi
adalah alat pendistribusian daya sesuai dengan kelompok beban yang
dipasang. 1. PHB Induk adalah tempat alat pengaturan menyala
padamnya lampu-lampu Penerangan Jalan
dan Sarana Umum yang dinyalakan secara otomatis, dengan
pengamanan sistem jaringan melalui saklar-saklar pengaman/sekering
serta memproteksi gardu distribusi PLN dari gangguan.
2. PHB Pembagi adalah Pendistribusian daya sesuai dengan
kelompok beban Penerangan Jalan dan Sarana Umum yang dipasang serta
memproteksi panel induk dari gangguan yang mungkin timbul.
D. Luminer Penerangan Jalan dan Sarana Umum
luminer adalah alat yang mendistribusikan, menyaring atau
meneruskan cahaya yang dipancarkan dari satu lampu atau lebih, dan
termasuk seluruh bagian yang diperlukan untuk menunjang,
mengencangkan, melindungi lampu dan sirkuit untuk menghubungkannya
dengan suplay daya.
IV. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut
:
A. Pekerjaan persiapan. B. Pekerjaan Jaringan Penerangan Jalan
dan Sarum. C. Pekerjaan galian dan perbaikan D. Pekerjaan
pemasangan pondasi dan tiang. E. Pekerjaan pemasangan Luminer. F.
Pekerjaan pemasangan pondasi dan PHB. G. Pekerjaan pemeriksaan
instalasi (SLO) dan Kwh meter. H. Pekerjaan pembuatan gambar
revisi/pelaksanaan diatas kertas kalkir dan foto dokumen pada
setiap tahapan. I. Serah terima pekerjaan tahap pertama. J.
Pekerjaan masa pemeliharaan. K. Serah terima pekerjaan tahap
Kedua.
V. Rincian Pekerjaan
A. Pekerjaan Persiapan
Sebelum pekerjaan fisik dilapangan dimulai maka beberapa
kegiatan harus dilaksanakan seperti : 1. Mengadakan koordinasi
teknis tentang pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan instansi
terkait,
antara lain dengan PLN, DPU, dan Dinas Pertamanan dan Pemakaman
serta instansi lainnya sesuai keperluan.
2. Mempersiapkan gambar pelaksanaan di lapangan dan mengadakan
pematokan sesuai dengan trace yang diterima.
3. Papan nama Kegiatan : Pada beberapa lokasi rencana pemasangan
lampu yang ditetapkan, Penyedia Barang/Jasa diharuskan memasang
papan nama kegiatan sesuai dengan ukuran dan penulisan ditentukan
sesuai standar Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta
dan ditempatkan pada tempat - tempat yang ditentukan oleh Pengawas
Teknis.
4. Jadwal pelaksanaan (Kurva S ) Para penyedia barang/jasa
diwajibkan untuk membuat jadwal pelaksanaan (Kurva S), ditanda
tangani direktur perusahaan dan disetujui oleh PPK Bidang
Pencahayaan Kota Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI
Jakarta.
5. Foto dokumen Kegiatan (kondisi fisik 0 %). Sebelum mulai
kegiatan fisik di lapangan para rekanan diwajibkan untuk membuat
berita acara peninjauan awal dan foto dokumen (kondisi 0 %) yang
selanjutnya akan digunakan untuk melengkapi foto dokumen seluruh
Kegiatan, dimana titik sudut pengambilan foto harus tetap sama pada
setiap tahapan pemotretan pada kondisi kegiatan tiga Fase (Awal,
Pelaksanaan, Akhir dalam kondisi berfungsi).
-
Bidang Pencahayaan Kota - Dinas Perindustrian dan Energi
Provinsi DKI Jakarta
3
B. Pekerjaan Jaringan Penerangan Jalan dan Sarum 1. Jaringan
kabel tanah
Proses pemasangan jaringan Penerangan Jalan dan Sarum dengan
menggunakan kabel tanah mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai
berikut : a. Pemasangan kabel tanah Penerangan Jalan dan Sarum
didalam tanah, harus dilakukan
dengan cara sedemikian rupa sehingga kabel tersebut terhindar
dari kerusakan mekanik dan kimiawi yang mungkin timbul pada tempat
dimana kabel tanah Penerangan Jalan dan Sarum tersebut dipasang.
Tidak diperkenankan ada sambungan kabel didalam tanah.
b. Pada pelaksanaan pemasangan kabel Penerangan Jalan dan Sarum
dalam tanah yang memerlukan pengeboran, harus dilaksanakan dengan
menggunakan mesin bor/manual.
c. Pada kondisi normal pelaksanaan galian kabel dilakukan dengan
kedalaman 1,10 meter, dan lebar galian 0,5 m.
d. Kabel tanah diletakkan didalam tanah, dimana tanah tersebut
harus stabil dan kuat. e. Pada persilangan antara kabel tanah
Penerangan Jalan dan Sarum dan kabel lainnya, jika
salah satu kabel tanah yang berselingan itu tidak terletak
didalam saluran pasangan batu, beton atau semacam itu, ketebalan
dindingnya minimum 6 cm, maka diatas kabel tanah yang terletak
dibawah kabel lainnya harus dipasang tutup pelindung dari lempengan
atau pipa beton, dari bahan tahan api yang sederajat.
f. Persilangan dan pendekatan kabel tanah Penerangan Jalan dan
Sarum dengan kabel tanah instalasi telekomunikasi, jika jarak lebih
kecil 30 cm, maka perlu tambahan tutup pelindung dari lempengan
atau pipa beton, dari bahan tahan api yang sederajat.
h. Persilangan pendekatan kabel tanah Penerangan Jalan dan Sarum
dengan jalan kereta api dan jalan raya. 1. Kabel tanah Penerangan
Jalan dan Sarum lazimnya tidak boleh mendekati rel kereta api
dalam jarak 2 meter diukur secara kegiatan mendatar, kecuali
persilangan. 2. Kabel tanah Penerangan Jalan dan Sarum yang
dipasang berdekatan atau menyimpang
dengan jarak lebih kecil 30 cm dari kabel instalasi listrik PJKA
harus diletakan didalam jalur kabel/pipa yang terdiri dari bahan
bangunan tidak dapat terbakar atau pipa PVC pelindung itu harus
menjorok keluar paling sedikit 50 cm dari kedua ujung
pendekatan/persilangan tersebut.
3. Kabel tanah Penerangan Jalan dan Sarum didalam tanah yang
mempunyai jarak minimum 30 cm akan tetapi lebih kecil dari 80 cm,
kabel tanah Penerangan Jalan dan Sarum itu harus dilindungi dengan
pipa atau plat yang tahan terhadap api, dengan panjang keluarnya
paling sedikit 50 cm dari kedua sisi persilangan.
4. Pada persimpangan dengan jalan kendaraan bermotor yang
dikeraskan dan jalan rel kereta, kabel tanah Penerangan Jalan dan
Sarum harus dipasang didalam pipa atau selubung baja. Panjang dan
garis tengah pipa selubung harus dipilih sehingga kabel tanah
Penerangan Jalan dan Sarum tersebut aman dan dapat dikeluarkan
tanpa membongkar jalan tersebut.
5. Pipa pelindung jalur kabel harus menjorok keluar paling
sedikit 50 cm dari kedua sisi rel terluar atau tepi pinggir jalan
kendaraan bermotor.
i. Persilangan dan pendekatan kabel tanah Penerangan Jalan dan
Sarum dengan saluran air pengairan. 1. Pada persilangan dengan
saluran air kabel tanah Penerangan Jalan dan Sarum harus
diletakan paling sedikit dibawah dasar saluran air yang
direncanakan dan harus ditanam dalam lapisan pasir.
2. Pada persilangan kabel tanah Penerangan Jalan dan Sarum harus
diletakan paling sedikit 30 cm dibawah atau diatas kabel listrik
pengairan dan kabel tanah Penerangan Jalan dan Sarum harus
dilindungi dengan pipa yang terbuat dari bahan bangunan yang tidak
dapat terbakar.
3. Kabel tanah Penerangan Jalan dan Sarum yang dipasang
berdekatan dengan kabel listrik pengairan dengan jarak lebih kecil
dari 30 cm harus diletakan dalam jalur atau pada pipa dari bahan
yang tidak dapat terbakar.
4. Kabel tanah Penerangan Jalan dan Sarum tidak boleh terletak
lebih dekat dari 30 cm dengan bagian bangunan pengairan yang
terletak dalam tanah. Bila jarak tersebut sama atau lebih dari 30
cm akan tetapi kurang dari 80 cm maka kabel tanah Penerangan Jalan
dan Sarum tersebut harus dilindungi dengan pipa belah atau pipa
panjang yang menjorok keluar paling sedikit 50 cm dari kedua ujung
tempat pendekatan.
5. Kabel tanah Penerangan Jalan dan Sarum dibawah bangunan
pengairan harus mempunyai perisai dan harus ditutup dengan pipa
belah atau plat, kecuali hal itu tidak dibenarkan karena alasan
listrik. Kabel listrik yang tidak mempunyai pelindung mekanis harus
dimasukan kedalam pipa atau jalur kabel.
6. Dibawah jalan-jalan pengairan kabel tanah Penerangan Jalan
dan Sarum harus ditanam sedalam paling sedikit 80 cm.
j. Kabel tanah Penerangan Jalan dan Sarum dengan instalasi
listrik diatas tanah harus dilindungi dengan type baja atau bahan
yang kuat, tahan lama dan tahan api.
-
Bidang Pencahayaan Kota - Dinas Perindustrian dan Energi
Provinsi DKI Jakarta
4
2. Jaringan kabel udara Proses pelaksanaan pemasangan jaringan
KUPJ (Kabel udara penerangan jalan) dilaksanakan dengan mengikuti
ketentuan sebagai berikut : a. Langkah langkah pemasangan jaringan
KUPJ :
Pemasangan wedge klem dengan pengikat bahan stainless steel
ukuran standar. Penarikan jaringan kabel puntir / pilin (TC) dari
tiang ke tiang dengan beberapa syarat syarat seperti : KUPJ tidak
diperbolehkan sejajar rapat/bersinggungan dengan kabel - kabel
telekomunikasi
( jarak minimum 1 Meter). Bila terdapat persilangan dengan kabel
kabel telekomunikasi maka jarak minimum kedua
kabel harus 30 cm. Penarikan jaringan KUPJ harus mengikuti dan
sesuai dengan jaringan TR PLN ( batas
batas suplay gardu distribusi). Jarak minimum jaringan KUPJ
dihitung dari titik terendah rentang (lendutan/andongan)
kabel terhadap permukaan tanah adalah minimal 3 meter . Pada
setiap persimpangan jalan, penyambungan dari ujung ujung jaringan
harus
menggunakan sistem jointing sesuai standar. Pada setiap ujung
jaringan KUPJ diharuskan menggunakan bundel protection set yang
terdiri dari pipa paralon sepanjang 50 Cm dengan diameter 1
sedangkan setiap puntir diamankan oleh dop penutup.
b. Penyambungan ujung kabel opstiq dilaksanakan dengan
menggunakan kabel tanah Compression Joint LVTC sesuai dengan
diameter kabel.
C. Pekerjaan Galian dan Perbaikannya
Pekerjaan galian dan perbaikannya harus dikoordinasikan dengan
instansi terkait, sehingga kabel yang ditanam tidak mengganggu lalu
lintas dan utilitas lainnya.
Rincian pekerjaan perbaikan galian sebagai berikut : o Galian
tanah biasa o Urugan tanah bekas galian o pemadatan tanah dengan
stamper.
Rincian pekerjaan perbaikan galian sebagai berikut : o Bongkar
Interblok o Bongkar Sirtu dan Pasir o Galian tanah biasa o Angkut
bekas galian o Urugan tanah bekas galian o Lapisan sirtu 15 cm
padat o Pasang interblok baru o Pasang interblok bekas o Pemadatan
tanah dengan stemper
D. Pekerjaan Pemasangan Pondasi dan Tiang
Pemasangan tiang dilaksanakan dengan mempertimbangkan beberapa
hal sebagai berikut : 1. Pondasi tiang : Tinggi pondasi tiang
disesuaikan dengan tinggi tiang pada lokasi yang akan dipasang,
dengan
memperhatikan kehandalan konstruksi (Gambar konstruksi
terlampir). 2. Penempatan : Penempatan letak pemasangan tiang
ditentukan oleh pengawas teknis bersama perencana teknis
setelah berkonsultasi dengan Instansi terkait agar memperhatikan
: a. Penempatan tiang harus memperhatikan estetika keindahan tanpa
mengabaikan kekuatan
konstruksi pondasi. b. Kondisi Tiang harus tegak lurus dengan
media jalan. c. Jarak antar tiang disesuaikan dengan kondisi
lapangan. d. Tidak mengganggu pengguna jalan dan mudah dijangkau
oleh petugas Dinas Perindustrian
dan Energi Provinsi DKI Jakarta untuk tujuan pengamanan dan
perawatan.
-
Bidang Pencahayaan Kota - Dinas Perindustrian dan Energi
Provinsi DKI Jakarta
5
E. Pekerjaan Pemasangan Luminer :
Pekerjaan pemasangan Luminer lampu dilaksanakan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Luminer lampu harus
terpasang dengan baik/kokoh pada posisi stang ornament sehingga
tidak
mudah lepas atau menjadi miring akibat dari angin dan gesekan
ranting pohon yang berdekatan. 2. Sebelum Luminer lampu dipasang,
harus dilaksanakan :
a) Pelepasan lapisan pelindung lampu. b) Pengetesan penyalaan
lampu. c) Pemeriksaan Pengkabelan didalam Luminer.
3. Pengujian Armatur : a) Semua Luminer yang terpasang di
lapangan harus di laksanakan pengujian teknis ( Uji Nyala,
Besaran Lux ) oleh tenaga ahli pencahayaan dan penyedia
barang/jasa serta disaksikan pengawas, pengukuran tersebut tidak
melebihi deviasi minimum yang tertera di spek teknis .
b) Pembiayaan tenaga ahli, peralatan dan tempat uji teknis yang
telah ditentukan pengguna barang menjadi tanggung jawab penyedia
barang/jasa.
c) Hasil uji teknis dituangkan dalam berita acara.
F. Pekerjaan Pemasangan Pondasi dan PHB Pemasangan PHB
dilaksanakan dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut
:
1. Pondasi PHB : Tinggi pondasi standar terhitung dari permukaan
tanah adalah 40 cm, terkecuali pada lokasi rawan
banjir maka tinggi pondasi dibuat level maximum air pada kondisi
banjir (peil banjir). 2. Penempatan : Penempatan letak pemasangan
PHB ditentukan oleh pengawas teknis setelah berkonsultasi
dengan Instansi terkait, dengan memperhatikan : a. Penempatan
PHB harus memperhatikan estetika keindahan. b. Jarak antara PHB
dengan gardu distribusi PLN sesuai kondisi lapangan. c. Mudah
dilihat. d. Mudah dijangkau oleh petugas Dinas Perindustrian dan
Energi Provinsi DKI Jakarta untuk
tujuan pengamanan dan perawatan. e. Penomoran pada pintu PHB
dengan huruf dan angka yang rapi.
4. PHB induk dan Natrium harus di setting untuk penyalaan lampu
secara otomatis, setiap harinya dari Jam 18.00 WIB 06.00 WIB.
G. Pekerjaan pemeriksaan instalasi (SLO) dan Kwh meter
Proses pelaksanaan penyambungan daya listrik untuk keperluan
lampu Penerangan Jalan dan Sarana Umum mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut : 1. Penyedia barang/jasa mempersiapkan dokumen
permohonan penyambungan daya yang sudah
ditandatangani oleh direktur dan penanggung jawab teknis. 2.
Dokumen tersebut setelah diparaf oleh Kepala Bidang Pencahayaan
Kota selanjutnya
ditandatangani oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Energi
Provinsi DKI Jakarta 3. Apabila ternyata ada daya yang sudah
dipakai dilokasi, maka besaran daya yang diminta akan
diperhitungkan pada daya yang terpasang (penambahan daya). 4.
Dokumen permohonan selanjutnya disampaikan kepada PT.PLN yang
bersangkutan untuk
diproses sesuai ketentuan. 5. Sebelum tersambungnya daya listrik
oleh PLN, Kehandalan Instalasi listrik yang dilaksanakan,
dituangkan dalam bentuk Sertifikat Laik Operasi (SLO) yang
diterbitkan lembaga yang berwenang
6 Dengan tersambungnya daya listrik PLN, selanjutnya
dilaksanakan test penyalaan dimana seluruh instalasi yang baru
dipasang difungsikan, untuk mengecek nyala lampu.
H. Pembuatan Foto Dokumen dan Gambar Teknis:
1. Foto Dokumen Penyedia barang/jasa diwajibkan membuat foto
dokumen dari semua kegiatan pekerjaan/dibuat sebanyak 3 (tiga)
tahapan (kondisi awal, waktu pelaksanaan dan kondisi akhir
pelaksanaan), dimana foto-foto dokumen ini antara lain harus
mencakup : a. Foto lokasi rencana pemasangan sebelum pelaksanaan
fisik dimulai. b. Foto pada waktu pelaksanaan pekerjaan jaringan
udara/kabel tanah, pemasangan panel
panel, tiangtiang, papan nama Kegiatan dll. c. Foto PHB yang
sudah terpasang dalam kondisi terbuka dan tertutup. d. Foto dalam
kondisi lampu menyala. e. Titik sudut pemotretan/pengambilan foto
dokumen harus tetap sama setiap tahapan kegiatan,
ditambah foto yang lebih detail untuk keperluan kejelasan
subtansi gambar. 2. Gambar Revisi
Para penyedia barang/jasa diwajibkan untuk menyerahkan gambar
revisi atau gambar pelaksanaan diatas kertas kalkir ukuran A1, dan
blue printnya sebanyak 4 (empat) set yang ditanda tangani oleh
Direktur perusahaan dan pengawas teknis yang disetujui oleh PPTK
serta diketahui oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
-
Bidang Pencahayaan Kota - Dinas Perindustrian dan Energi
Provinsi DKI Jakarta
6
Gambar harus memuat antara lain : o Gambar lokasi penempatan
lampu. o Gambar instalasi Penerangan Jalan dan Sarana Umum. o
Wiring diagram. o Nama PT. No. Kontrak. Tahun Anggaran, dll.
I. Serah Terima Pertama:
Apabila kegiatan telah selesai 100%, penyedia barang/jasa yang
bersangkutan harus menyerahkan hasil pekerjaannya kepada Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK), dengan tahapan sebagai berikut : 1. Membuat
surat penyerahan pekerjaan yang ditujukan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK). 2. Kelengkapan dokumen adminitrasi antara lain Buku
Harian Lapangan (BHL), Bobot mingguan, foto
proyek, gambar revisi, bukti pembayaran Biaya Penyambungan VA
(BPVA)), berita acara bobot pekerjaan 100 % yang ditanda tangani
oleh penyedia barang/jasa dan Pengawas teknis.
3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menugaskan kepada Panitia
Serah Terima Hasil Pekerjaan untuk memeriksa baik kelengkapan
teknis maupun kelengkapan adminitrasi, hasil pemeriksaan itu
dituangkan dalam Berita Acara.
4. Panitia Serah Terima Hasil Pekerjaan menyerahkan rekomendasi
hasil pemeriksaan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
5. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) akan membuat Berita Acara
Serah terima Pertama yang ditanda tangani oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK), Direktur Perusahaan dan diketahui/disetujui oleh
Kepala Bidang Pencahayaan Kota selaku KPA dengan tembusan
disampaikan kepada Inspektorat, Bappeda, Biro Prasarana dan Sarana
Kota, Badan Pengelola Keuangan Daerah selambat-lambatnya tiga hari
setelah tanggal berita acara serah terima pekerjaan.
J. Masa Pemeliharaan: Selama masa pemeliharaan 6 (enam) Bulan
maka penyedia barang/jasa berkewajiban untuk melaksanakan hal - hal
: 1. Memelihara semua sarana Penerangan jalan dan sarana umum yang
dibangun agar tetap
berfungsi normal, dan mengganti sarana Penerangan Jalan dan
Sarana Umum yang mengalami kerusakan/kehilangan.
2. Melakukan survey untuk pengecekan berfungsi/nyalanya lampu,
apabila ditemukan sarana lampu Penerangan Jalan dan Sarana Umum
tidak berfungsi dengan normal (mati) segera diperbaiki dalam waktu
2x24 jam sehingga normal kembali dan melaporkan hasil tersebut ke
posko PJU.
Untuk biaya yang ditimbulkan pada point 1 dan 2 serta segala
resikonya selama masa pemeliharaan menjadi tanggung jawab penyedia
barang/jasa.
K. Serah Terima Kedua:
Apabila kegiatan masa pemeliharaan telah selesai, penyedia
barang/jasa yang bersangkutan harus menyerahkan hasil pekerjaan
pemeliharaannya dan harus sesuai dengan kondisi saat serah terima
pertama kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), dengan melampirkan :
1. Membuat surat penyerahan pekerjaan pemeliharaan yang ditujukan
kepada Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK). 2. Kelengkapan dokumen adminitrasi dengan
melampirkan berita acara hasil pemeliharaan
pekerjaan yang ditanda tangani oleh penyedia barang/jasa dan
pengawas teknis. 3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menugaskan
kepada Panitia Serah Terima Hasil Pekerjaan
untuk memeriksa baik kelengkapan teknis maupun kelengkapan
adminitrasi, hasil pemeriksaan pemeliharaan itu dituangkan dalam
Berita Acara.
4. Selanjutnya Panitia Serah Terima Hasil Pekerjaan menyerahkan
rekomendasi hasil pemeriksaan kepada Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK).
5. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) akan membuat Berita Acara
Serah terima Kedua yang ditanda tangani oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK), Direktur perusahaan dan diketahui/disetujui oleh
Kepala Bidang Pencahayaan Kota selaku KPA tembusan disampaikan
kepada Inspektorat, Bappeda, Biro Prasarana dan Sarana Kota, Badan
Pengelola Keuangan Daerah selambat-lambatnya tiga hari setelah
tanggal berita acara serah terima pekerjaan.
Apabila penyedia barang/jasa tidak melaksanakan kegiatan
tersebut diatas akan kenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
-
Bidang Pencahayaan Kota - Dinas Perindustrian dan Energi
Provinsi DKI Jakarta
7
Gambar : Konstruksi Kabel NYY 3 x 2,5 mm2
VI. Spesifikasi Bahan-bahan
Spesifikasi bahan untuk panel, tiang dan kabel yang ditawarkan
harus melampirkan brosur dari produsen/pabrikan.
A. Papan Nama Kegiatan
Bahan terdiri dari : o Kaso Uk. 5 x 7 cm o Reng Uk. 2 x 3 cm o
Papan triplek tebal 5mm o Cat minyak / Digital Printing o Ukuran
papan proyek PxL = 150 Cm x 100 Cm o Warna dasar Orange dan
Putih
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
DINAS PERINDUSTRIAN DAN ENERGI JL. TAMAN JATIBARU 1 (KOMPLEKS
DINAS TEKNIS DKI JAKARTA)
KODE KEGIATAN
NAMA KEGIATAN
TAHUN ANGGARAN
LOKASI KEGIATAN
NO. SPK / TGL
NO. KONTRAK ./ TGL
:
:
:
:
:
:
.................
.....................
TH. 2013
....................
............... TANGGAL : ..........
............... TANGGAL : ...........
PERENCANA / PENGAWAS :
DINAS PERINDUTRIAN DAN ENERGI
SPESIFIKASI UMUM :
PELAKSANA
KUALIFIKASI
ALAMAT
:
:
:
..................................
..................
....................................
JADUAL PELAKSANAAN
MULAI : .................
SELESAI : .................
MASYARAKAT DAPAT MENYAMPAIKAN INFORMASI KEPADA :
TELP/ FAX :
DIREKSI : DINAS PERINDUSTRIAN
DAN ENERGI
TELP. / FAX :
B. Jaringan Penerangan Jalan dan Sarum 1. Jaringan Kabel
Udara
a. Jaringan titik lampu
NYY 3 x 2,5 mm2 ( 0,6 / 1 KV) :
Standart SNI 04-2701 / SPLN 43-1
-
Bidang Pencahayaan Kota - Dinas Perindustrian dan Energi
Provinsi DKI Jakarta
8
Gambar : Konstruksi Kabel NYFGBY 4 x 25 mm2
Gambar : Konstruksi Kabel NYFGBY 4 x 10 mm2
b. Jaringan Kabel Udara (Pilin)
Twisted Cable 3 x 35 + 25 mm2 (0,6 / 1 KV) Standart SPLN 42 10 :
1993
2. Jaringan Kabel Tanah
NYFGBY 4 x 10 mm2 (0,6 / 1 KV) :
Standart SNI 04 6122 : 1999 / SPLN 43-2 : 1994
NYFGBY 4 x 25 mm2 (0,6 / 1 KV)
Standart SNI 04 6122 : 1999 / SPLN 43-2 : 1994
Gambar : Konstruksi Kabel Udara NFA2X-T 3 x 35 + 25 mm2
-
Bidang Pencahayaan Kota - Dinas Perindustrian dan Energi
Provinsi DKI Jakarta
9
Gambar : Konstruksi Kabel NYFGBY 4x 50 mm2
NYFGBY 4 x 50 mm2 (0,6 / 1 KV)
Standart SNI 04 6122 : 1999 / SPLN 43-2 : 1994
C. Perlengkapan Panel Hubung Bagi (PHB) Penerangan Jalan dan
Sarum
1. Panel Hubung Bagi (PHB) Induk Mempunyai 1 (satu) unit masukan
3 (tiga) phase dan 4 (empat) unit keluaran tiga fase yang dapat
diamankan dan diatur waktu penyalaannya secara otomatis maupun
manual. a. Spesifikasi PHB Induk :
o Ukuran : 1290 x 1200 x 400 mm o Cat : Bakar / Oven o Tebal
Plat : 3 mm o Jenis pasangan : Out Door o Type : Free Standing
b. Komponen Listrik :
Pengaman lebur
a. T y p e : Buis patron b. Arus pengenal : 200 A c. Tegangan
pengenal : 500V abb d. Jumlah : 3 buah e. Arus pengenal : 100 A f.
Tegangan pengenal : 500V abb g. Jumlah : 12 buah
Kawat sekering ( fuse link )
a. Arus nominal : 100 A b. Tegangan pengenal : 500V abb c.
Jumlah : 3 buah d. Arusnominal : 63 A e. Tegangan pengenal : 500V
abb f. Jumlah : 12 buah
Rumah sekering
a. T y p e : EZ b. Arus pengenal : 25 A c. Tegangan pengenal :
500V abb d. Jumlah : 3 Buah
Sekering patron
a. Arus nominal : 6 A b. Tegangan pengenal : 550V abb c. Jumlah
: 3 buah
c. Sekering utama a. T y p e : Putar b. F a s e : 3 c. Arus
Nominal : 63 A d. Tegangan pengenal : 500V abb e. Jumlah : 1
buah
d. Kontactor electro magnetic a. T y p e : Elektro magnetik b. F
a s e : 3 c. Tegangan nominal : 220/380 V abb d. Arus nominal : 80
A e. Frekuensi : 50 Hertz f. Jumlah : 1 buah
-
Bidang Pencahayaan Kota - Dinas Perindustrian dan Energi
Provinsi DKI Jakarta
10
e. Sakelar waktu (Time Switch) a. T y p e : Quartz - program
harian b. Arus nominal : 10 A c. Tegangan nominal : 220V abb d.
Frekuensi : 50 Hertz e. Energi listrik cadangan : Minimum 3x24 jam
f. Jumlah : 1 buah Our Ref : a. Arus nominal : 35 A b. Tegangan
nominal : 500V abb c. Jumlah : 9 buah
f. Rel Daya a. Bahan : Tembaga b. Bentuk : Persegi c. Warna,
Fase R : Merah d. Warna, Fase S : Kuning e. Warna, Fase T : Hitam
f. Warna, Netral : Biru g. Warna, Pembumian : Hijau Kuning h.
Ukuran : 3 x 20 mm2 i. Jumlah : 5 buah
Semua PHB yang dipergunakan pada instalasi Penerangan Jalan dan
Sarum (induk, pembagi dan khusus) harus memenuhi persyaratan
standar PHB Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta.
Material PHB Penerangan Jalan dan Sarum harus dibuat dari plat besi
dengan pondasi beton yang memenuhi standar PHB Penerangan Jalan dan
Sarum mempunyai 1 (satu) unit masukan fase dan 4 unit keluaran,
dari 3 fase yang dapat diamankan dan diatur waktu penyalaannya
secara otomatis maupun manual.
2. Panel Hubung Bagi (PHB) Pembagi :
Mempunyai 1 (satu) unit masukan fase dan 3 (tiga) unit keluaran
3 fase mengamankan dan mengatur distribusi beban listrik yang
dibantu dengan sakelar secara manual (sesuai gambar).
a. Spesifikasi PHB Pembagi :
Ukuran : 69 x 59 x 40 cm
Cat : Bakar / Oven
Tebal Plat : 2 mm
Jenis pasangan : Out Door
Type : Free Standing
b. Komponen Listrik :
Saklar Utama a. T y p e : Putar b. Fasa : 3 Phase c. Arus
Nominal : 63 A d. Tegangan pengenal : 500V abb e. Jumlah : 1
buah
Pengaman lebur :
Rumah sekering : a. Type : EZ b. Arus nominal : 63 A c. Tegangan
pengenal : 500 Volt abb d. Jumlah : 9 buah
Sekering Patron a. Arus Pengenal : 35 A b. Tegangan pengenal :
500V abb c. Jumlah : 9 buah
c. Rel Daya a. Bahan : Tembaga b. Bentuk : Persegi c. Warna,
Fase R : Merah d. Warna, Fase S : Kuning e. Warna, Fase T : Hitam
f. Warna, Netral : Biru g. Warna, Pembumian : Hijau Kuning h.
Ukuran : 3 x 15 mm2 i. Jumlah : 5 buah
-
Bidang Pencahayaan Kota - Dinas Perindustrian dan Energi
Provinsi DKI Jakarta
11
3. Kontruksi Panel Hubung Bagi (PHB) Penerangan Jalan dan Sarum
:
1. Konstruksi PHB Terbuat dari plat besi baja dengan diberi
pengelasan listrik. Pada semua sisinya tertutup kecuali pada bagian
ventilasi serta bagian depan yang dapat dibuka, dengan tujuan agar
komponen-komponen mudah dijangkau pada waktu pemeliharaan. Model,
bentuk/ukuran dari PHB Penerangan Jalan dan Sarum sesuai dengan
gambar.
2. Kerangka penyangga Adalah suatu kerangka yang merupakan
bagian dari PHB dan dirancang untuk menyangga rangka pemasangan
komponen berikut selungkupnya. Kerangka penyangga ini dibuat dari
bahan besi siku L 40x40x4 mm, dipasang dengan kokoh dan permanen
pada bagian bawah PHB.
3. Kerangka dudukan komponen Adalah suatu rangka yang merupakan
bagian dari PHB direncanakan khusus untuk dudukan komponen dan
dipasang didalam PHB, cara pemasangannya tidak permanent (dapat
dilepas), hal ini bertujuan untuk mempermudah perakitan maupun
pemeliharaan. Kerangka dudukan komponen dibuat dari plat besi
dengan ketebalan 2 mm, khususnya untuk PHB Induk Penerangan Jalan
dan Sarum, menggunakan plat 3 mm.
4. Kerangka pemasangan Berada diatas pondasi batu dengan
penguatan beton dipegang dengan baut angkur diameter 0,5 inci serta
panjang 200 mm.
5. Selungkup Adalah bagian dari PHB yang dimaksud untuk
melindungi sentuhan bagian-bagian yang bertegangan pada waktu
pengoperasian. dibuat dari bahan plat baja dengan ketebalan 2 mm.
Khusus untuk PHB Induk menggunakan plat baja 3 mm.
6. Mantel (Plat penutup) Adalah bagian dari PHB yang dimaksudkan
untuk melindungi sentuhan bagian-bagian yang bertegangan pada waktu
pengoperasian. Dibuat dari plat baja dengan ketebalan 1,5 mm dan
dipasang dengan menggunakan sekrup ukuran M 4x15 mm pada setiap
sudutnya, serta dilengkapi dengan pegangan untuk mempermudah pada
waktu membuka atau menutup.
7. Pintu penutup Merupakan bagian dari PHB yang dipasang pada
bagian depan dengan menggunakan engsel dalam, agar dapat dibuka
atau ditutup dengan baik dan tidak dapat dilepas. Pembuatannya
menggunakan bahan yang sama dengan selungkup. Menggunakan 2 daun
pintu berikut engsel dan diberi pengaman kunci dengan penutup untuk
kedudukan kunci gembok.
8. Warna dan lapisan Sebelum dicat semua bagian konstruksi dari
PHB harus dibersihkan dengan pembersih karat, setelah bebas karat
kemudian dilapisi dengan cat dasar yang tahan terhadap karat,
selanjutnya
dicat akhir warna abu abu dari jenis cat bakar dengan suhu 180 C
dan ketebalan tidak kurang dari 70 Mikron.
9. Perakitan komponen listrik Perakitan komponen PHB harus
memperhatikan persyaratan jarak bebas dan jarak rambat sesuai
standar yang berlaku dan jarak ini harus dipertahankan selama
kondisi pelayanan normal. Demikian pula untuk rel bertegangan, bila
telah selesai terjadi hubungan singkat persyaratan diatas harus
tetap dipenuhi, pada bagian yang dapat ditarik / dilepas diperlukan
jarak pisah pada posisi pengujian maupun istirahat sesuai dengan
standar PUIL 2000.
10. Pengkabelan Setiap pengkabelan yang diperlukan pada PHB
Penerangan Jalan dan Sarum harus mempunyai penampang nominal yang
disesuaikan dengan kemampuan daya hantar arus nominalnya.Pada
setiap penyambungan baik komponen maupun terminal harus menggunakan
sepatu kabel yang besarnya disesuaikan dengan standar PUIL
2000.
11. Bahan Isolasi Bahan isolasi yang dipakai pada PHB tersebut
dari keramik, polimer dan material komposit serta udara sesuai
standard yang berlaku.
12. Bahan Isolasi Setiap kabel yang digunakan pada PHB
Penerangan Jalan dan Sarum mempunyai penampang nominal yang
disesuaikan dengan kemampuan daya hantar arus nominalnya. Pada
setiap penyambungan baik komponen maupun terminal harus menggunakan
sepatu kabel yang besarnya disesuaikan dengan standard yang
berlaku.
13. Terminal dan sepatu kabel Terminal harus dapat dipergunakan
untuk menyambung hantaran tembaga atau aluminium atau kedua-duanya
dengan cara sekerup, klem dan lain-lain, sehingga dapat dicapai
tekanan kontak, untuk kebutuhan arus nominal dan hubungan singkat
sesuai standar yang berlaku. Bagian terminal untuk hantaran netral
harus diberi penandaan dengan huruf N atau dengan warna biru dan
terminal untuk pembumian diberi tanda Y. Sepatu kabel dibuat dari
bahan konduktor yang kemampuan daya hantar nominalnya sesuai dengan
daya hantar kabel penghantar yang dijepit. Ukuran terminal atau
sepatu kabel yang dihubungkan dengan kabel penghantar disesuaikan
dengan standar yang berlaku.
-
Bidang Pencahayaan Kota - Dinas Perindustrian dan Energi
Provinsi DKI Jakarta
12
4. Teknis pemasangan PHB harus memperhatikan : 1. Kondisi
pemasangan :
PHB Penerangan Jalan dan Sarum yang dipasang pada ruang terbuka,
dalam hal ini dapat dipergunakan pada lokasi yang memenuhi
persyaratan yang lazim sesuai dengan kondisi sebagai berikut : o
Suhu udara sekeliling tidak melebihi 40 derajat Celcius. o Suhu
rata-rata sekeliling tidak melebihi 45 derajat Celcius dalam 24
Jam.
2. Kelembaban udara Kelembaban nisbi udara pada 100 % dengan
suhu maximum 25
0
3. Cara pemasangan Dipasang diatas pondasi baru dengan penguatan
beton sesuai gambar dengan ketinggian 40 cm diatas peil banjir.
D. Tiang Penerangan Jalan :
Spesifikasi tiang gambar terlampir Tiang diberi tanda dipasang
sedemikian rupa diatas lubang MCB dengan bahan dasar Plat alumunium
dengan ukuran : P x L = 10 Cm x 5 Cm Warna dasar Perak dengan logo
Pemda DKI berwarna, Tulisan MILIK PEMDA DKI berwarna Merah, Tulisan
DPE TH. 2013 warna Hitam dengan garis luar (lis) Warna Hitam
VII. Ketentuan Umum Organisasi Kerja Penyedia Barang/Jasa :
Halhal yang perlu dilakukan penyedia barang/jasa, antara lain :
1. Untuk kepentingan pengendalian/pengawasan pelaksanaan pekerjaan
seluruh aktivitas
pekerjaan di lapangan dicatat dalam buku harian sebagai bahan
laporan harian pekerjaan berupa rencana dan realisasi harian.
2. Laporan harian berisi : 5. Kuantitas dan macam bahan yang
berada dilapangan, penempatan tenaga kerja untuk tiap
macam tugasnya. 6. Jumlah, jenis dan kondisi peralatan. 7.
Kuantitas jenis pekerjaan yang dilaksanakan. 8. Keadaan cuaca
termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang berpengaruh
terhadap
kelancaran pekerjaan. 9. Catatancatatan lainya yang berkenaan
dengan pelaksanaan.
3. Laporan harian dibuat oleh penyedia barang/jasa diketahui
oleh pengawas teknis. 4. Laporan mingguan terdiri dari rangkuman
laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan
dalam periode satu minggu, serta hal-hal penting yang perlu
ditonjolkan. 5. Laporan bulanan terdiri dari rangkuman laporan
mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik
pekerjaan dalam periode satu bulan serta hal-hal penting yang
perlu ditonjolkan. 6. Untuk merekam kegiatan pelaksanaan proyek,
pengguna barang/jasa membuat foto dokumentasi
tahapan pelaksanaan pekerjaan dilapangan dengan sudut
pengambilan foto/pemotretan sama pada setiap tahapan.
7. Membuat bobot/kemajuan pekerjaan yang ditandatangani oleh
Direktur penyedia barang/jasa dan Pengawas teknis yang
bersangkutan.
-
Bidang Pencahayaan Kota - Dinas Perindustrian dan Energi
Provinsi DKI Jakarta
13
VIII. Waktu Pelaksanaan
Penyedia barang/jasa diwajibkan membuat kurva S dan metode kerja
yang dilampirkan dalam dokumen penawaran. Waktu pelaksanaan
pekerjaan ini adalah 90 ( Sembilan Puluh) hari kalender.
IX. Tambahan / Lain-lain
1. Peralatan-peralatan/material tambahan yang diperlukan
walaupun tidak digambar atau disebutkan dalam spesifikasi harus
disediakan oleh penyedia barang/jasa, sehingga instalasi/ jaringan
penerangan jalan dapat berfungsi dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Peralatan komunikasi yang dapat memudahkan rekanan dihubungi
setiap saat untuk kelancaran kegiatan.
3. Kepada penyedia barang/jasa akan dikenakan sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku, apabila pada waktu pelaksanaan dilapangan
terjadi kesalahan-kesalahan teknis akibat kelalaian penyedia
barang/jasa yang mengakibatkan : a) Terjadi korban jiwa maka
penyedia barang/jasa yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai
dengan undang-undang ketenagalistrikan No. 30 Tahun 2009. b)
Terjadi kerusakan terhadap Luminer lampu/komponen-komponen lampu
maka Penyedia jasa
diwajibkan untuk mengganti seluruh peralatan yang rusak (dengan
kualitas yang sama). c) Terjadi kerusakan peralatan-peralatan milik
negara (contoh tegangan lebih 380 Volt yang terkena
pada peralatan listrik), maka penyedia barang/jasa diwajibkan
mengganti peralatan rusak tersebut.
X. Standar/Peraturan Khusus Bahan dan peralatan instalasi yang
dipergunakan dan dibuat sesuai dengan ketentuan/peraturan umum yang
berlaku di Indonesia seperti PUIL, SII, IEC SPLN/LMK, dan
persyaratan dari Dinas teknis/Pengawas teknis.
XI. Gambar-gambar Spesifikasi lainnya terlampir