BAB 1
SYARAT SYARAT TEKNISPEKERJAAN: Perbaikan Jalan Imam Bonjol Kota
MadiunLOKASI
: Jl. Imam Bonjol, Kota MadiunT.A
: 20131.1 PERSYARATAN UMUM
1.1.1 LINGKUP PEKERJAAN
Uraian dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, menyangkut
segi lingkup pekerjaan yang meliputi :
1. Pekerjaan Persiapan2. Perbaikan Jalan STA. 0+000 s/d STA.
0+175 m3. Perbaikan Jalan STA. 0+175 s/d STA. 0+700 m4. Perbaikan
Jalan STA. 0+700 s/d STA. 0+900 m5. Perbaikan Jalan STA. 0+900 s/d
STA. 1+270 m6. Pembangunan Gerbang Masuk ( Bando )7. Pekerjaan
Jembatan8. Pekerjaan Penyelesaian
1.1.2 JENIS DAN MUTU BAHAN5.1.2.1 Jenis dan mutu bahan yang akan
dilaksanakan harus diutamakan bahan-bahan produksi Dalam Negeri,
sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi,
Menteri Perindustrian dan Menteri Penertiban Aparatur Negara
tanggal 23 Desember 1980 dan Keppres No. 80 tahun 2003.
5.1.2.2 Bahan-bahan bangunan / tenaga kerja setempat, sesuai
dengan lokasi yang ditunjuk, bila bahan-bahan bangunan dari semua
jenis memenuhi syarat teknis, sesuai dengan peraturan yang ada,
dianjurkan untuk dipergunakan dengan mendapatkan ijin dari Direksi
(secara tetulis).
5.1.2.3 Bila bahan-bahan bangunan yang telah memenuhi
spesifikasi teknis terdapat beberapa / bermacam-macam jenis (merk)
diharuskan untuk memakai jenis dan mutu bahan satu jenis.
5.1.2.4 Bila rekanan telah menandatangani / melaksanakan jenis
dan mutu bahan untuk pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah
ditetapkan , bahan-bahan tersebut harus ditolak dan dikeluarkan
dari lokasi pekerjaan paling lambat 24 jam setelah ditolak dan
biaya menjadi tanggung jawab rekanan.
5.1.3 URAIAN PEKERJAAN
5.1.3.1 Penyediaan
Pemborong harus menyediakan segala yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan secara sempurna, dan efisien dengan urutan
yang teratur, termasuk semua alat-alat pembantu yang dipergunakan
seperti andang-andang, alat-alat penarik, dan sebagainya yang
diperlukan oleh rekanan, dan semua alat-alat tersebut pada waktu
pekerjaan selesai, harus dibersihkan dari lokasi pekerjaan, karena
sudah tidak dipergunakan lagi .5.1.3.2 Kuantitas dan Kualitas
Pekerjaan
a. Kuantitas dan kualitas dari pekerjaan yang termasuk dalam
harga kontrak, harus dianggap seperti apa yang tertera dalam
gambar-gambar kontrak, atau uraian dan syarat-syarat. Kecuali yang
disebut di atas, apa yang tertera dalam uraian dan syarat-syarat,
atau gambar dalam kontrak itu harus sesuai pula, bagaimanapun tidak
boleh menolak, merubah, atau mempengaruhi penetapan, atau
interpretasi dari apa yang tercantum dalam syarat-syarat ini.
b. Kekeliruan dalam uraian pekerjaan, atau kuantitas, atau
pengurangan bagian-bagian dari gambar, dan uraian dan syarat-syarat
teknis, tidak boleh membatalkan kontrak ini, tetapi hendaknya
diperbaiki, dan dianggap suatu perubahan yang dikehendaki oleh
Pemberi Tugas.
5.1.4 GAMBAR GAMBAR PEKERJAAN5.1.4.1 Gambar-gambar rencana
pekerjaan yang terdiri dari gambar Bestek, gambar detail
konstruksi, gambar situasi dan sebagainya yang telah dilaksanakan
oleh Konsultan Perencana telah disampaikan kepada rekanan beserta
dokumen yang lain.Rekanan tidak boleh mengubah dan menambah tanpa
mendapat persetujuan tertulis dari Pemimpin Kegiatan/Direksi
Teknis. Gambar-gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak
lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan pemborong ini atau
dipergunakan untuk maksud-maksud lain.
5.1.4.2 Gambar-Gambar Tambahan.
Bila Direksi menganggap perlu, maka Konsultan Perencana harus
membuat tambahan gambar detail (gambar penjelasan) yang diperiksa
dan disahkan oleh Direksi, gambar-gambar tersebut menjadi milik
Direksi.
5.1.4.3 As Built Drawing.(Gambar yang sesuai sebagaimana yang
dilaksanakan.)
Untuk semua pekerjaan yang belum terdapat gambar-gambar baik
penyimpanan atas perintah Pemberi Tugas atau tidak, Pemborong harus
membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang telah
dilaksanakan (As bult Drawing), yang jelas memperhatikan perbedaan
antara gambar-gambar kontrak dari pekerjaan yang dilaksanakan.
Gambar-gambar tersebut harus dilaksanakan dalam rangkap 3 (tiga)
dan semua biaya pembuatannya ditanggung oleh rekanan.
5.1.4.4 Gambar-gambar di Tempat Pekerjaan.
Rekanan harus menyimpan ditempat pekerjaan atau rangkap gambar
kontrak lengkap termasuk Rencana Kerja dan Syarat-syarat.Berita
acara Aanwijzing Time Schedule, dalam keadaan baik (dapat dibaca
dengan jelas) termasuk perubahan-perubahan terakhir dalam masa
pelaksanaan pekerjaan, agar tersedia jika Pemberi Tugas atau
wakilnya sewaktu-waktu memerlukan.
5.1.5 PENJELASAN RKS dan GAMBAR
a. Bila terdapat perbedaan gambar antara gambar rencana dan
gambar detail, maka gambar detail yang dipakai / diikuti.
b. Bila terdapat skala gambar dan ukuran tidak sesuai, maka
ukuran dengan angka dalam gambar diikuti.
c. Bila ukuran-ukuran jumlah yang diperlukan dan bahan-bahan
barang yang dipakai dalam RKS tidak sesuai dengan gambar, maka RKS
diikuti.
d. Rekanan berkewajiban untuk mengadakan penelitian tentang
hal-hal tersebut diatas. Setelah rekanan menerima dokumen dari
Pemimpin Kegiatan dan hal tersebut akan dibahas dalam rapat
penjelasan.
e. Sebelum melaksanakan pekerjaan rekanan diharuskan meneliti
kembali semua dokumen yang ada untuk disesuaikan dengan Berita
Acara rapat penjelasan.5.1.6 PERSIAPAN DI LAPANGAN
5.1.6.1 Barak Kerja / Direksi Keeta). Pemborong diwajibkan
membuat los kerja untuk tempat direksi keet untuk kantor
pegawainya, dan gudang untuk bahan-bahan yang perlu terhindar dari
gangguan cuaca.
b). Pemborong diwajibkan membuat los kerja untuk tempat pekerja,
sehingga terhindar dari matahari, hujan dan angin.
c). Untuk Direksi Lapangan. suatu Ruang Kantor Sementara beserta
peralatannya sebagai berikut :
1. Ruang
: 3.00 (4.00 m
2. Peralatan/Fasilitas :
I. Meja tulis
II. Kursi
III. Papan tulis 100 ( 100 Cm
IV. Rak arsip Gambar, Buku tamu, Buku Direksi, Gambar kerja,
Time schedule. Dll.
V. Tempat Air Minum
Yang masing-masing banyaknya disesuaikan dengan keadaan /
kebutuhan.
d). Kontraktor harus membersihkan dan menjaga keamanan dari
kantor tersebut peralatannya dengan catatan pembuatan Direksi Keet
tersebut diatas adalah dengan Biaya Sendiri dari Kontraktor /
Pemborong.
5.1.6.2 Ijin Kerjaa. Sebelum rekanan pemborong mengadakan
persiapan di lokasi sebelumnya harus memenuhi prosedur tentang tata
cara perijinan / perkenan untuk memulai persiapan-persiapan
pembangunan kepada Pemimpin Kegiatan ( Direksi Teknis ) terutama
tentang di mana harus membangun bangunan, jalan masuk dan
sebagainya.
b. Pada saat mengadakan persiapan dan pengukuran, Direksi
lapangan sudah harus mulai aktif untuk melaksanakan pengawasan
sesuai dengan tugasnya.
c. Untuk menghindari keraguan konstruksi, maka bagi pemborong
sebelum melaksanakan pekerjaan sesuai dengan pentahapan/ urutan
pekerjaannya, secara berkala diwajibkan meminta persetujuan
terlebih dahulu kepada Direksi. Apabila terjadi kesalahan yang
diakibatkan tidak adanya ijin pelaksanaan, dari Pemimpin Kegiatan /
Direksi Teknis, maka kesalahan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pemborong.
5.1.7 JADWAL PELAKSANAAN
Pada saat Rekanan akan memulai pelaksanaan di lapangan, atau
setelah rekanan menerima SPK dari Pemimpin Kegiatan, maka rekanan
harus segera mengadakan persiapan, antara lain pembuatan jadwal
pelaksanaan yang berupa Barchart secara tertulis, berisi
tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan, waktu yang dicantumkan atau
direncanakan dan disesuaikan dengan jangka waktu yang ditetapkan
dalam kontrak, dan harus disahkan oleh Pimpinan Proyek. Barchart
tersebut harus selalu berada di lokasi tempat pekerjaan diikuti
dengan perkembangan hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
dengan, diberi tanda garis tinta warna merah. Bila terjadi adanya
hambatan dalam pelaksanaan pekerjaan, semua pihak harus segera
mengadakan langkah-langkah untuk menanggulangi hambatan
tersebut.5.1.8 KUASA PEMBORONG DI LAPANGAN.
5.1.8.1 Pengawas dan Prosedur Pelaksanaan.Pemborong / rekanan
harus mengawasi dan memimpin pekerjaan dengan kecakapan dan
perhatian penuh. Bertanggung jawab untuk semua alat-alat
konstruksi, cara-cara teknik, urutan dan prosedur, dan
mengkoordinasikan bagian bagian dari semua yang tertulis dalam
kontrak.
5.1.8.2 Pegawai Pemborong yang melaksanakan.a. Sebagai pemimpin
sehari-hari dalam pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus
menyerahkan kepada seorang pelaksana yang ahli, sesuai dengan
bidang keahliannya, cakap, dan diberi kuasa secara penuh tanggung
jawab, selalu berada di tempat pekerjaan.
b. Sebagi penanggung jawab di lapangan pekerjaan, pelaksana
harus mempelajari dan mendalami semua isi gambar, bestek dan berita
Acara Aanwijzing, sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan baik
konstruksi maupun kualitas bahan-bahan yang harus dilaksanakan.
c. Perubahan konstruksi maupun perubahan bahan-bahan bangunan
dapat dilaksanakan apabila mendapat ijin tertulis dari Pemimpin
Kegiatan berdasarkan rapat Direksi. Menyimpang dari hal tersebut
menjadi tanggung jawab pemborong, untuk melaksanakan sesuai gambar
dan bestek
d. Pemimpin Kegiatan berhak menolak penunjukan seorang pelaksana
(Ultvoerder) dari pemborong berdasarkan pendidikan, pengalaman,
tingkah laku dan kecakapan dalam hal ini pemborong harus segera
menempatkan pengganti lain dengan persetujuan Direksi.
5.1.9 PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN.
5.1.9.1 Kamanan dan Kesejahteraan.
Selama pelaksanaan pekerjaan pemborong diwajibkan mengadakan
segala hal yang diperlukan untuk keamanan para pekerja dan tamu,
seperti pertolongan pertama, sanitasi, air minum, dan
fasilitas-fasilitas kesejahteraan. Juga diwajibkan memenuhi segala
peraturan, tata tertib, ordonansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah
Setempat.5.1.9.2 Terhadap Wilayah Orang Lain.
Pemborong di haruskan membatasi daerah operasinya disekitar
tampak dan harus mencegah para pekerjanya melanggar wilayah orang
lain yang berdekatan.Pemborong harus menjaga agar jalanan umum,
jalan kecil dan hak pemakaian jalan, bersih dari bahan-bahan
bangunan dan sebagainya dan memelihara kelancaran lalu lintas, baik
bagi kendaraan bermotor maupun pejalan kaki selama kontrak
berlangsung. Pemborong juga bertanggung jawab atas gangguan dan
pemindahan yang terjadi atas kelengkapan umum (vasilitas) seperti
saluran air, listrik dan sebagainya yang disebabkan oleh
operasi-operasi pemborong maka biaya pemasangan kembali dan segala
perbaikan-perbaikan kerusakan menjadi tanggung jawab pemborong.
5.1.9.3 Keamanan Terhadap Pekerjaan.
Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan
termasuk bahan-bahan bangunan dan perlengkapan instalasi di tapak,
hingga kontrak selesai dan diterima baik oleh Pengguna Jasa. Ia
harus menjaga perlengkapan bahan-bahan dari segala kemungkinan
kerusakan, kehilangan dan sebagainya untuk seluruh pekerjaan
termasuk bagian-bagian yang dilaksanakan oleh pekerja-pekerja dan
menjaga agar pekerjaan bebas dari air hujan dengan melindungi
memakai tutup yang layak, memompa atau menimba seperti apa yang
dikehendaki atau diinstruksikan.
5.1.10 Alat alat pelaksanaan / pengukuran.
a. Selama pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyediakan/
menyiapkan alat-alat, baik untuk sarana peralatan pekerjaan maupun
perlaratan-peralatan yang diperlukan untuk memenuhi kualitas hasil
pekerjaan antara lain pompa, beton molen dan sebagainya.
b. Penentuan titik-titik juga letak bangunan, siku-siku bangunan
maupun datar (waterpas) dan tegak lurusnya bangunan harus
ditentukan dengan memakai alat ukur Theodolith/Waterpass terkecuali
mendapatkan persetujuan lain lain dari Direksi Teknis penentuan
dengan cara manual tidak diperkenankan.
5.1.11 Syarat syarat cara pemeriksaan bahan bangunana. Pemborong
harus selalu memegang teguh disiplin keras dan perintah yang baik
antara pekerjanya dan tak akan mengerjakan tenaga yang tidak sesuai
atau tidak mempunyai keahlian dalam tugas yang diserahkan
kepadanya.
b. Pemborong menjamin bahwa semua bahan bangunan dan
perlengkapan yang disediakan menurut kontrak dalam keadaan baru dan
bahwa semua pekerjaan akan berkualitas baik bebas dari cacat.
c. Semua pekerjaan tidak sesuai dengan standart ini dapat
dianggap defektif.
d. Dalam pengajuan penawaran pemborong harus memperhitungkan
biaya-biaya pengujian / pemeriksaan berbagai bahan pekerjaan.
5.1.12 Pekerjaan tidak baika. Pengguna Jasa berhak mengeluarkan
instrusi agar pemborong membongkar pekerjaan apa saja yang telah
ditutup untuk diperiksa, atau mengatur untuk mengadakan pengujian
bahan-bahan atau barang-barang, baik yang sudah dilaksanakan. Biaya
untuk pekerjaan dan sebagainya menjadi bahan Pemborong untuk
disempurnakan dengan kontrak.
b. Pengguna Jasa berhak mengeluarkan instruksi untuk
menyingkirkan dari tempat pekerjaan, pekerjaan-pekerjaan,
bahan-bahan atau barang-barang apa saja yang tidak sesuai dengan
kontrak.
c. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesetabilan dan
keutuhan dari semua Pekerjaan yang telah diselesaikannya. Ia harus
mengganti dengan biayanya sendiri setiap Pekerjaan yang rusak atau
tidak baik, yang menurut pendapat Direksi Teknik, disebabkan karena
kelalaian kontraktor. Akan tetapi Kontraktor tidak akan diminta
pertanggung jawabannya terhadap kerusakan yang timbul dari alam
seperti angin topan atau akibat gempa atau pergeseran tanah yang
tidak dapat dihindarkan di tempat Pekerjaan, asalkan Pekerjaan yang
rusak tersebut telah diterima dan dinyatakan secara tertulis telah
Selesai oleh Direksi Teknik.5. 2. PEKERJAAN PERSIAPAN5.2.1 IJIN
BANGUNAN DAN IKLAN
a. Biaya ijin bangunan dan pengurusan menjadi beban pemborong
dan dikalkulasikan dalam biaya pekerjaan persiapan dalam
penawaran.
b. Pemborong tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun
dalam batas-batas lapangan pekerjaan atau ditanah yang berdekatan
tanpa ijin Direksi.
c. Pemborong harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan
memasuki lapangan pekerjaan.
d. Pemborong harus memasang papan nama Proyek dilokasi dengan
ukuran 0.80 ( 1.20 m warna dasar putih tulisan hitam.
5.2.2 PAPAN BOUWPLANK (BANGUNAN) dan 0.00 BANGUNAN
a. Tiang bouwplank menggunakan kayu tahun ukuran 5 ( 7 cm papan
harus cukup kuat 2 ( 20 cm dari kayu Kruing diketam halus bagian
atasnya harus dipasang datar dengan penggunaan alat ukur
sebagaimana tertera pada pasal 5.1.10 ( b ). Penggunaan waterpas
instrument hanya diperbolehkan dengan ijin tertulis dari Direksi
Teknis.
b. Pemasangan bouwplank harus sekeliling bangunan dengan jarak
minimum 2,00 m dari as bangunan.
c. Bouwplank tidak boleh dilepas/dibongkar dan harus tetap
berdiri tegak pada tempatnya hingga selesai pemasangan trasram
tembok seleasai.
d. Pemasangan papan bouwplank bagian atasnya dipasang sama
dengan duga 0,00 bangunan, dimana 0.00 bangunan disesuaikan dengan
gambar rencana.
e. Bila tidak terjadi ketidak sesuaian antara batas-batas /
letak tanah yang tersedia dengan apa yang terlukis dalam gambar,
maka pemborong harus segera memberitahukan secara tertulis kepada
Pemimpin Kegiatan dan Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
keputusan5.2.3 Pembersihan LokasiPembersihan Lokasi Meliputi
pemotongan pohon, pembongkaran trotoar atau bangunan yang berada
pada area pekerjaan atau sesuai petunjuk Direksi.5. 3. PEKERJAAN
TANAH
5.3.1 PEKERJAAN TANAH DAN URUGAN
5.3.1.1 Umum :
a. Bagian ini mencakup seluruh pekerjaan tanah yang diminta oleh
bagian-bagian pekerjaan dari paket kegiatan ini, sebagaimana
dituntut oleh gambar dan R.K.S .b. Sebelum pekerjaan tanah dimulai
Kontraktor berkewajiban untuk meneliti semua Dokumen Kontrak yang
berhubungan, memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan, meninjau
tempat pekerjaan dan kondisi-kondisi yang ada, melakukan pengukuran
dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang dibutuhkan
untuk penyelesaian dan kelengkapan proyek.
c. Pengukuran harus dilakukan dengan teliti bersama-sama dengan
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknik.5.3.1.2 Pelaksanaan pekerjaan
galian:
a. Pekerjaan galian tanah baru, yang dikerjakan tidak boleh
dimulai sebelum papan dasar pelaksanaan / Bouwplank serta tanda
tinggi dasar + 0.00 yang dibuat dari patok permanen dan sumbu-sumbu
tiang disetujui Direksi Teknis.
b. Pekerjaan galian tanah yang terkait dengan Pekerjaan ini
adalah pembuatan lubang strouss pile, galian tanah pondasi biasa,
pekerjaan bouwplank, dimana Pekerjaan bouwpalnk tidak boleh
dibongkar / dilepas sebelum Pekerjaan Pasangan Trasram selesai
dilaksanakan.
c. Segala pekerjaan pengukuran persiapan / uitset menjadi
tanggungjawab Pemborong, dan harus mendapat persetujuan dari
Direksi Teknis.
d. Pekerjaan pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan
berikut pengerjaan dan pengadaan segala macam bahan, alat-alat,
pengerahan tenaga kerja dan lain-lainnya, meskipun hal tersebut
tidak diuraikan secara terperinci dalam Spesifikasi ini. 5.3.1.3
Pekerjaan pengurugan lokasi dan pengurugan kembali eks galian.a.
Sebelum Pekerjaan Pengurugan dilaksanakan, tanah di mana bangunan
akan didirikan harus dibersihkan dari segala kotoran, seperti
sisa-sisa tumbuhan, akar-akaran dan sebagainya.
b. Sebelum pengurugan dilaksanakan kontraktor harus mengajukan
contoh tanah urugan Kepada Pemimpin Kegiatan dan Direksi
Lapangan.
c. Tanpa persetujuan Direksi Teknis, Kontraktor tidak dibenarkan
mendatangkan material di lokasi Pekerjaan.
d. Dalam pelaksanaan pengurugan, pemborong harus menyiapkan alat
pemadat sesuai petunjuk Pemimpin Kegiatan atau Konsultan Supervisi.
Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis maksimal
20 cm, sehingga akan mendapatkan kepadatan yang disyaratkan.
e. Kedalaman parit pondasi harus disesuaikan dengan gambar
detail, hal-hal yang meyimpang akan diperhitungkan sebagai
pekerjaan lebih atau kurang, galian harus cukup lebar untuk
dapatnya bekerja dengan baik, serta sisi-sisinya tidak mudah gugur.
Galian tanah pondasi harus dibuang di luar bouwplank dan diratakan
di luar gedung sedemikian rupa hingga tidak mudah gugur kembali ke
dalam lubang parit pondasi.
f. Jika Direksi menganggap pondasi sudah cukup mengeras, urugan
dilakukan selapis demi selapis dengan pasir urug yang sudah dipilih
(bersih), dan ditumbuk hingga padat.
g. Urugan samping pondasi, seluruhnya dilaksanakan dengan urugan
tanah galian hingga mencapai tanah asli, baik bagian luar maupun
bagian dalam dipadatkan dan disiram air hingga padat betul.
h. Urugan pasir dilaksanakan di bawah pondasi, di bawah lantai,
di bawah paving stone, di bawah lantai kerja, di bawah rabat dan
ditempat lainnya sesuai dengan gambar dan rencana pengurugan.i.
Tebal masing-masing urugan dilaksanakan sesuai gambar.
j. Urugan bekas galian pondasi diurug dengan menggunakan tanah
bekas galian, termasuk pengurugan bagian luar pondasi, dilaksanakan
selapis demi selapis (20 cm), dipadatkan sampai mencapai kepadatan
yang cukup sempurna, dan disetujui oleh Direksi Teknis.
k. Semua bahan urugan (pasir dan tanah bekas galian) yang
dipergunakan harus bebas dari bahan bongkaran, batu-batuan dan
benda yang dapat merugikan. II. 2LAPIS PONDASI BATU BELAH ( TELFORD
)5.5.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi pemasokan, pengangkutan, penyusunan,
penghamparan dan pemadatan material untuk konstruksi pondasi (base)
sistem telford diatas permukaan yang telah disiapkan dan telah
diterima sesuai dengan perincian yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana atau sesuai dengan perintah Direksi Teknik, dan memelihara
lapis pondasi yang telah selesai sesuai dengan yang disyaratkan.
Pemasokan harus meliputi, bila perlu pemecahan, pengayakan,
pemisahan, pencampuran dan operasi lain yang perlu untuk
menghasilkan suatu bahan yang memenuhi persyaratan dari Seksi
ini.
(2) Toleransi Dimensi
(a) Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar Rencana
dengan toleransi tinggi permukaan + 1 cm terhadap tebal yang
disyaratkan.
(b) Tidak boleh ada ketidak rataan pada permukaan sehingga dapat
menahan air dan semua punggung permukaan harus sesuai dengan yang
tercantum pada Gambar Rencana.
(3) Standar Rujukan
British Standard BS 812 Metode Pengambilan Contoh dan Pengujian
Agregat Mineral Pasir dan Filler.
SNI 03 2417 1991Pengujian keausan agregat dengan mesin Los
Angeles.
SII 0457 1881Pengujian butiran ringan dalam agregat
SNI 1774 1989 FCBR
AASHTO T 112 1981Bongkahan lempung dan partikel yang dapat
hancur dalam agregat.
(4) Pelaporan
Lapis Pondasi Batu Belah (Telford) tidak boleh dipasang atau
disusun dan dipadatkan sebelum formasi pekerjaan tersebut mendapat
persetujuan dari Direksi Teknik.
(5) Pembatasan oleh Cuaca
Lapis Pondasi Batu Belah (Telford) tidak boleh dipasang,
dihampar atau dipadatkan pada waktu hujan, atau setelah hujan
dimana kandungan kadar air
dari material tidak memenuhi syarat.
(6) Perbaikan Lapis Pondasi Batu Belah (Telford) yang Tidak
Memuaskan
(a) Bagian-bagian dengan tebal dan keseragaman permukaan yang
tidak memenuhi syarat atau kesalahan yang terjadi pada material,
maka bagian tersebut harus diperbaiki dan bila perlu dengan
mengganti material sehingga memenuhi ketentuan yang
disyaratkan.
(b) Perbaikan Lapis Pondasi Batu Belah (Telford) yang tidak
memenuhi persyaratan kepadatan, kesalahan pekerjaan pelaksanaan
yaitu pada cara pemasangan batu utama (induk) yang tidak betul,
tidak vertikal, sehingga timbul tidak ada kerja sama antara batuan
induk, sehingga pemasangan yang tidak beraturan ini dianggap gagal
menurut Direksi Teknik, maka Kontraktor harus membongkar dan
memasang kembali dengan posisi yang betul dan mencakup pekerjaan
pemadatan.
(7) Pemeliharaan Pekerjaan yang Telah Diterima
Tanpa mengurangi kewajiban Kontraktor untuk melaksanakan
perbaikan terhadap pekerjaan yang tidak memuaskan atau gagal
sebagaimana tercantum dalam Paragraf 5.5.1 (6) diatas, Kontraktor
harus juga bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dari semua Lapis
Pondasi Batu Belah (Telford) yang telah selesai dan diterima selama
Periode Kontrak termasuk Periode Pemeliharaan.
5.5.2 MATERIAL
(1) Sumber MaterialMaterial Lapis Pondasi Batu Belah (Telford)
harus dipilih dari sumber yang disetujui sesuai persyaratan dan
hasil pengujian material yang tersedia.
(2) Persyaratan Sifat MaterialMaterial yang dipilih untuk Lapis
Pondasi Batu Belah (Telford) harus terdiri dari batu kali atau batu
gunung yang dibelah atau dipecah dengan dimensi yang memadai dan
harus bebas dari material organik, gumpalan lempung atau benda lain
yang tidak dikehendaki dan harus mempunyai kualitas sedemikian rupa
sehingga dapat menghasilkan lapis pondasi yang kuat dan stabil.
(3) Jenis dan Dimensi Material
(a) Pasir urug dengan ketebalan lapisan 10-15 cm
(b) Batu belah ukuran 15-20 cm
(c) Batu tepi ukuran 25-30 cm
(d) Batu pengisi ukuran 5-7 cm
5.5.3 PEMASANGAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI BATU BELAH
(TELFORD)
(1) Penyiapan FormasiPenyiapan badan jalan harus memenuhi Seksi
3.4 - Penyiapan Badan Jalan dan diberi drainase secukupnya sehingga
tidak akan terjadi genangan air pada badan jalan.
(2) Penyiapan Alat(a) Tandem Roller 4-8 ton
(b) Three Wheel Roller 6-8 ton
(c) Pneumatic Tire Roller 10-12 ton
(d) Truk, Sekop, Kereta dorong
(e) Sapu, Sikat, Karung
(f) Pengki, Emrat dan alat bantu lainnya.
(3) Cara PelaksanaanMetode pelaksanaan Lapis Pondasi Batu Belah
(Telford) dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga
manusia.
Diatas tanah dasar yang sudah disiapkan, dihampar pasir urug
setebal 10-20 cm dan diratakan kemudian disusun batu kali atau batu
gunung ukuran 15-20 cm secara berdiri dengan bidang memanjang arah
vertikal, rapi dan berurutan. Untuk susunan batu kali terlebih
dahulu dipasang batu samping (tepi luar) yang difungsikan sebagai
batu pengikat.
Langkah selanjutnya ditaburkan batu pecah 5/7 sebagai batu
pengunci, kemudian dipadatkan sehingga rata, kuat dan padat.
Pelaksanaan terakhir, pada lapisan tersebut ditabur pasir kasar
dan dipadatkan dengan mesin gilas jenis Tandem Roller 6-8 ton
dengan kecepatan kurang lebih 3 km/jam sampai permukaan mencapai
bidang rata dan susunan konstruksi menjadi kuat dan kokoh.
(4) Pengujian(a) Pengujian pengendalian mutu rutin harus
dilakukan untuk mencapai hasil pekerjaan yang sesuai dengan
perencanaan dan Gambar Rencana untuk memeriksa variabilitas
material yang dikirim ke tempat pekerjaan.
(b) Jumlah dan jenis pengujian harus sesuai dengan petunjuk
Direksi Teknik.
5.5.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
(1) Metode PengukuranLapis Pondasi Batu Belah (Telford) harus
diukur sebagai jumlah meter persegi material yang dipasang langsung
diatas permukaan tanah dasar, yang sesuai dengan Gambar Rencana dan
diterima oleh Direksi Teknik.
Pembayaran tambahan tidak akan diberikan untuk pekerjaan yang
dianggap gagal termasuk penggantian material yang tidak memenuhi
syarat dan juga untuk pekerjaan perbaikan seperti yang diuraikan
dalam paragraph 5.5.1 (6).
(2) Dasar PembayaranKuantitas yang ditentukan, sebagaimana
diuraikan diatas, harus dibayar menurut Harga Satuan per satuan
pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar dibawah dan
tercantum dalam Jadwal Penawaran. Harga dan pembayaran ini harus
merupakan kompensasi penuh untuk pemasokan, pemasangan, pemadatan,
perlengkapan dan perkakas lainnya, penyelesaian akhir dan pengujian
material yang diperlukan untuk menyelesaikan dan memelihara
pekerjaan dan biaya-biaya lain yang perlu atau lazim untuk
penyelesaian pekerjaan yang benar dari pekerjaan yang diuraikan
dalam Seksi ini.
Nomor Mata PembayaranUraianSatuan Pengukuran
5.5Lapis Pondasi Batu Belah ( Telford )Meter persegi
II.3LAPIS PENETRASI MACADAM ( LAPEN )6.10.1 UMUM
(1) Uraian
Pekerjaan ini mencakup pelaksanan pekerjaan lapisan aus atau
lapisan perata terbuat dari agregat yang distabilisasi dengan aspal
untuk penutup permukaan. Lapis penutup permukaan bisa ditempatkan
diatas suatu lapis Pondasi Agregat Kelas A yang baru dikerjakan dan
sudah diberikan lapis peresap, atau pada suatu lapisan aspal yang
sudah ada.
(2) Standar Rujukan
SNI 03-2457-1991Daya tahan terhadap abrasi ( gerusan ) dari
agregat kasar berukuran kecil dengan menggunakan mesin Los
Angeles.
SNI 0088-75 Penentuan mutu agregat dengan menggunakan Sodium
Sulfat.
SNI 06-2440-1991Efek dari panas dan udara pada material aspal
(pengujian lapis tipis dalam tungku).
SNI 03-2439-1991Pelapisan dan pengelupasan dari campuran agregat
dengan aspal.
AASHTO T112-78Gumpalan lempung dan partikel yang mudah pecah
didalam agregat.
AASHTO M226 - 80Kekentalan dari gradasi aspal semen
(3) Pembatasan oleh Cuaca dan Musim
Tidak boleh ada pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang
dilakukan diatas perkerasan basah, selama hujan, bila hujan
tampaknya akan turun atau sewaktu angin kencang. Pekerjaan Lapis
Penetrasi Macadam (Lapen) hanya dapat dilaksanakan selama musim
kemarau, dan bila cuaca kemungkinan tetap baik paling tidak dalam
waktu 24 jam setelah pengerjaan.
(4) Standar Penerimaan dan Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak
Memuaskan
Suatu inspeksi resmi pada permukaan jalan lama, akan dilakukan
oleh Direksi Teknik atau oleh wakilnya sebelum pekerjaan Lapis
Penetrasi Macadam (Lapen) dimulai, untuk menentukan apakah
permukaan jalan yang ada telah benar-benar dipersiapkan dan telah
dibersihkan sesuai ketentuan-ketentuan dalam Paragraf 6.10.4 (2).
Pihak Kontraktor tidak diperkenankan memulai pekerjaan Lapis
Penetrasi Macadam (Lapen) sebelum mendapat izin tertulis dari
Direksi Teknik.
Standar penerimaan pekerjaan lapisan agregat pokok dari Lapis
Penetrasi Macadam (Lapen), bahwa tidak ada satu bagianpun diatas
permukaan yang tidak tertutup oleh lapisan agregat pokok dan
permukaan harus bebas dari material lepas dan kotor.
Lapisan agregat pengunci/penutup dari Lapis Penetrasi Macadam
(Lapen) harus dihamparkan hanya setelah lapisan agregat pokok
diselesaikan dengan standar diatas. Standar penerimaan dari lapisan
agregat pengunci/penutup adalah bahwa tidak kurang dari 98% dari
luas rongga-rongga permukaan dalam lapisan agregat pokok/pengunci
dalam setiap tempat yang lebih besar dari 0,1 m2 harus terisi
dengan agregat pengunci/penutup. Lapisan agregat pengunci/penutup
tidak boleh lebih dalam dari satu batu diatas tiap lapisan batu dan
permukaan harus bebas dari material lepas.
Pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang telah selesai
harus dapat memuaskan Direksi Teknik dan permukaan harus terlihat
seragam dan bentuknya menerus, terkunci dengan rapat, harus kedap
air tanpa ada lubang-lubang atau tanpa memperlihatkan adanya bagian
yang kelebihan aspal.
Pekerjaan perbaikan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang tidak
memuaskan harus sesuai petunjuk Direksi Teknik dan termasuk pula
bagian pekerjaan penyingkiran atau penambahan material,
penyingkiran seluruh material dan pekerjaan penggantian, pekerjaan
pelapisan ulang seluruh pekerjaan dengan Lapis Penetrasi Macadam
(Lapen) yang baru sesuai keperluan sampai didapatkannya suatu hasil
pekerjaan yang memuaskan.
(5) Pemeliharaan Pekerjaan yang telah Diterima
Tanpa mengabaikan tanggung jawab Kontraktor untuk melaksanakan
pekerjaan perbaikan terhadap pekerjaan yang tidak memuaskan atau
gagal seperti dipersyaratkan dalam Paragraf 6.10.1 (4) diatas,
pihak Kontraktor harus pula bertanggung jawab terhadap pekerjaan
pemeliharaan rutin atas semua pekerjaan yang telah diselesaikan dan
telah diterima dari perkerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen)
selama periode kontrak, termasuk Periode Jaminan. Pekerjaan
Pemeliharaan Rutin tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dalam Seksi 10.1 - Pemeliharaan Rutin Perkerasan Bahu
Jalan, Drainase, Perlengkapan Jalan dan Jembatan dan harus dibayar
secara terpisah dibawah Paragraf Pengukuran dan Pembayaran.
(6) Pelaporan
Pihak Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal
berikut ini:
(a) Contoh aspal sejumlah 5 liter yang diusulkan oleh Kontraktor
untuk dipakai dalam pekerjaan dilampiri dengan Sertifikat dari
Pabrik Pembuat, dan harus telah diserahkan sebelum pelaksanaan
pekerjaan dimulai. Sertifikat tersebut harus menyatakan bahwa
material pengikat tersebut sesuai dengan Spesifikasi dan tingkat
yang dipersyaratkan untuk Aspal, seperti diberikan dalam Paragraf
6.10.2 (2).
(b) Suatu catatan yang memuaskan dari sertifikat Kalibrasi dari
semua perlengkapan/peralatan dan meteran dan tongkat celup dari
Alat Distribusi Aspal, seperti diuraikan dalam Paragraf 6.10.3 (2)
dan (3) harus diserahkan tidak boleh kurang dari 30 hari sebelum
pekerjaan konstruksi dimulai. Tongkat celup, instrumen dan meteran
harus dikalibrasi sampai toleransi ketelitian dan
ketentuan-ketetuan seperti diuraikan dalam Paragraf 6.10.3 (3) dan
tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak boleh lebih dari dua
tahun terhitung sebelum saat dimulainya konstruksi.
(c) Diagram semprot harus memperlihatkan tinggi batang antara
kecepatan dan jumlah kuantitas pemakaian aspal distributor yang
digunakan juga harus menunjukkan hubungan antara kecepatan pompa
dan jumlah nozel yang digunakan, yang berdasar pada keluaran aspal
yang tetap pada nozel. Keluaran aspal pada nozel (liter/menit)
dalam keadaan konstan harus dicatat pada diagram semprotan,
demikian pula untuk tekanan semprotan. Diagram semprot juga harus
memperlihatkan tinggi batang semprot dari permukaan jalan dan
kedudukan sudut horizontal dari nozel semprot, hal ini untuk maksud
menjamin adanya tumpang tindih semprotan sebanyak 3 lapis yang
keluar dari nozel (yaitu lebar permukaan yang tertutup aspal oleh
setiap nozel adalah tepat 3 kali jarak antara nozel-nozel).
Grafik semprotan harus diserahkan sebelum pekerjaan konstruksi
dimulai, dengan demikian pemeriksaan dari pada peralatan yang
dipakai dapat dilaksanakan.
(d) Contoh-contoh agregat yang diusulkan untuk dipakai pada
pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen), disertai lampiran daftar
hasil pengujian seperti ditunjukkan pada Paragraf 6.10.2 (1) (b),
dan harus telah diserahkan tidak boleh kurang dari 30 hari sebelum
produksi pelaburan agregat dimulai.
(e) Harus diserahkan pula laporan produksi, lokasi timbunan
material dan lokasi dari material yang diusulkan untuk dipakai
dalam pekerjaan. Hasil pengujian atas agregat laburan harus sesuai
persyaratan Paragraf 6.10.2 (1) dan Artikel 6.10.5 dan harus
dilaporkan paling kurang 5 hari sebelum timbunan agregat laburan
akan digunakan dalam pekerjaan.
(f) Contoh-contoh material yang telah digunakan pada setiap hari
kerja, menurut Artikel 6.10.5. Catatan harian pekerjaan Lapis
Penetrasi Macadam (Lapen) yang telah dilaksanakan dan kuantitas
penggunaan mateial menurut Artikel 6.10.5.
(7) Kondisi Tempat Kerja
(a) Permukaan pohon atau struktur atau hak milik lainnya didekat
daerah yang sedang dilapisi harus dilindungi sehingga tidak
tercemar dan tersemprot.
(b) Tidak boleh ada material aspal yang terbuang kedalam selokan
samping atau saluran.
(c) Kontraktor harus menyediakan dan menjaga tempat pemanasan
aspal dengan suatu pencegah kebakaran yang cukup serta
tindakan-tindakan lainnya, dan juga fasilitas untuk P3K.
(8) Pengendalian Lalu Lintas dan Periode PengamananPengendalian
lalu lintas harus sesuai dengan persyaratan Seksi 1.7 Pemeliharaan
Terhadap Arus Lalu Lintas, dengan tambahan catatan yang harus
diperhatikan berikut ini :
(a) Lalu lintas tidak diperbolehkan melintas tempat kerja
sewaktu penempatan material aspal, juga tidak boleh diijinkan untuk
melintas ke tepi dari meterial aspal sampai tempat tersebut telah
terlapisi agregat.
(b) Lalu lintas tidak diijinkan lewat diatas pekerjaan baru
sebelum paling tidak 3 lintasan mesin gilas diatas seluruh tempat
yang dilapisi untuk memperkecil resiko agregat terganggu. Jika
kendaraan diijinkan lewat diatas pekerjaan baru, rambu lalu lintas
yang diijinkan dengan tulisan ASPAL CAIR dan 20 km/jam harus
disediakan. Kerucut-kerucut, rambu lalu lintas dan
penghalang-penghalang harus digunakan untuk mendapatkan suatu
rintangan positif antara lalu lintas dan agregat yang belum padat
atau permukaan aspal yang masih terbuka.
(c) Pengawasan dan pengendalian penuh pada posisi, arah dan
kecepatan lalu lintas, menurut Seksi 1.7 - Pemeliharaan Terhadap
Arus Lalu Lintas, harus berlanjut selama 24 jam per hari, dari saat
dimulainya pekerjaan pelaburan dalam tiap bagisn sampai paling
tidak 48 jam setelah pekerjaan pelaburan selesai, pengendalian
penuh atas lalu lintas dilanjutkan sampai suatu periode tanpa
gangguan selama 48 jam pada cuaca bagus berlalu, keculi karena
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(d) Selama periode penyelesaian yang ditentukan dalam (c)
diatas, permukaan jalan harus disapu bersih seluruhnya dari
agregat-agregat yang lepas dan diawasi oleh Direksi Teknik. Jika
Direksi teknik mendapatkan bahwa permukaan tampak kokoh, seluruh
rambu dan penghalang lalu lintas harus disingkirkan. Sebagai
pilihan lain, Direksi Teknik dapat memerintahkan kelanjutan
pengendalian lalu lintas sampai permukaan jalan menjadi kokoh dan
seluruh perbaikan-perbaikan yang diperlukan dikerjakan.
6.10.2 MATERIAL
(1) Agregat
(a) Agregat harus terdiri dari butiran yang bersih, kuat dari
kerikil pecah
atau batu pecah, bebas dari kotoran, lempung, debu atau benda
yang dapat mencegah pelapisan yang menyeluruh dari aspal.
(b) Sumber agregat yang digunakan untuk memproduksi agregat
harus memenuhi persyaratan berikut ini:
(i) Kehilangan akibat abrasi (SNI-03-2417-1991) .. maks. 40%
(ii) Aspal yang tertinggal setelah pengujian
pengelupasan (SNI-03-2439-1991)
min. 95%
(iii) Bagian-bagian yang lunak (AASHTO T 112) maks. 5%.
(c) Agregat harus dijaga supaya tetap dalam keadaan kering dan
bebas dari debu dan kotoran, dan harus memenuhi persyaratan berikut
:
Persentase berat dari kerikil pecah yang tertahan saringan 4,75
mm yang mempunyai paling tidak dua bidang pecah minimum 90 %.
(d) Agregat yang digunakan terdiri dari agregat pokok, agregat
pengunci dan agregat penutup. Gradasi masing-masing agregat harus
memenuhi ketentuan dalam Tabel 6.10.2 (1) dibawah ini.
Tabel 6.10.2 (1) Gradasi Agregat
Jenis AgregatPersen Berat Lolos
Tebal Lapisan (cm)
7 105 84 5
Agregat Pokok
Lolos : 75 mm
60 mm
50 mm
40 mm
25 mm
18 mm100
90 100
35 75
0 15
0 5
--
100
95 100
35 70
0 15
0 5-
-
100
95 100
-
0 5
Agregat PengunciLolos : 25 mm
18 mm
9 mm100
90 100
0 5100
95 100
0 5100
95 100
0 5
Agregat PenutupLolos : 12 mm
9 mm
4 mm
2 mm100
85 100
10 30
0 10100
85 100
10 30
0 10100
85 100
10 30
0 10
(e) Agregat pengunci atau agregat penutup juga harus sanggup
saling mengunci kedalam rongga-rongga permukaan dalam agregat pokok
atau agregat pengunci yang telah dipadatkan.
(2) Bahan Aspal
(a) Bahan aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal
semen AC-10 (yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100),
atau dari AC-20 (yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen.
60/70), memenuhi persyaratan AASHTO M 226-80, diencerkan memakai
minyak tanah sesuai ketentuan Tabel 6.10.2 (2).
Tabel 6.10.2 (2) Rencana Bahan Pengikat
Suhu Ruang Udara 0 CPerbandingan Minyak Tanah terhadap :Suhu
Semprotan 0C
Aspal Pen. 80/100Aspal Pen. 60/70
17,520,0
22,5
25,0
27,5
30,0
32,5
34,0
> 361311
9
7
5
3
1
0
01513
11
9
7
5
3
2
0151157
162
167
172
177
182
185
187
PPH = Bagian minyak tanah per 100 bagian volume aspal
Suhu semprotan yang sebenarnya harus berada antara harga + 10 %
dari nilai-nilai yang telah ditentukan dalam Tabel 6.10.2 (2).
Setiap material aspal yang dipanaskan untuk temperatur
penyemprotan selama lebih dari 10 jam, atau telah dipanaskan
melewati 200 C diatas suhu semprot seperti ditentukan pada Tabel
6.10.2 (2), harus ditolak, pengecualian dapat diberikan kalau
ternyata hasil pengujian kekentalan (viskositas) menunjukkan bahwa
material aspal tersebut masih memenuhi persyaratan.
(b) Bilamana pelaksanaan pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam
(Lapen) terpaksa harus dilaksanakan dibawah kondisi cuaca tanggung,
atau daya tahan pengelupasan agregat ada dalam batas batas akhir (
AASHTO T 182 ), maka Direksi Teknik dapat memerintahkan Kontraktor
untuk menambah bahan adhesi-additive ( anti stripping ) kedalam
bahan pengikat.
Additive yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui oleh
Direksi Teknik dan perbandingan campuran ( pph ) dari bahan
tersebut dengan material aspal harus menurut ketentuan yang
dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya. Bahan adhesi tidak boleh
disimpan lebih dari 10 jam didalam bahan pengikat yang panas atau
dapat disimpan kalau diberi tambahan bahan adhesi.
(c) Dimana minyak tanah atau bahan adhesi yang ditambahkan pada
material aspal pencampurannya harus merata, caranya dengan
mensirkulasikan bahan tersebut pada seluruh tangki. Variasi hasil
adukan tersebut boleh melebihi + 2 pph minyak tanah dari
persyaratan campuran bahan pengikat berdasarkan pada hasil pada dua
liter contoh dan setiap campuran bahan pengikat. Jika pencampuran
hendak dibuat didalam distributor aspal, maka syaratnya semua bahan
aspal didalam distributor harus disirkulasikan paling kurang 30
menit pada kecepatan penuh pompa (pada sirkulasi mode intern) atau
menurut waktu yang lebih lama diperlukan sehingga dicapai campuran
yang rata pada suhu yang merata.
6.10.3 PERALATAN
(1) Kebutuhan Umum
Peralatan yang akan digunakan harus termasuk Distributor Aspal
yang dapat
menyemprot sendiri, dua mesin giling (roda karet dan roda baja),
alat penebar agregat paling kurang 2 (dua) dump truk tongkang
belakang, sapu lidi dan sikat dan peralatan untuk menuang drum dan
untuk memanaskan bahan aspal.
(2) Alat Distributor Aspal
(a) Distributor harus dipasang pada kendaraan beroda karet dan
harus mematuhi semua peraturan keselamatan jalan. Beban pada roda
bila dibebani penuh harus tidak boleh melampaui ketentuan yang
dipersyaratkan pabrik pembuat ban pada saat operasi dengan
kecepatan penuh.
(b) Sistim tangki bahan pengikat, pemanasan, pemompaan dan
penyemprotan harus sesuai dengan rekomendasi keamanan dari
peraturan yang ada.
(c) Alat penyemprot, harus didesain, diperlengkapi, dipelihara
dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga bahan aspal dengan panas
yang merata dapat disemprotkan secara merata pada berbagai variasi
lebar permukaan, pada kuantitas yang terkendali dalam batas 0,15
sampai 2,4 liter/m2.
(d) Distributor harus dilengkapi dengan batang semprot yang
mengsirkulasikan aspal secara penuh yang dapat diatur ke arah
horisontal dan vertikal. Batang semprot harus terpasang dengan
jumlah minimum 24 nozel, dipasang pada jarak yang sama 10 + 1 cm.
Pipa semprot tangan juga harus dipasang.
(e) Tangki distributor harus benar-benar sempurna tersekat dalam
menahan aliran panas, dengan demikian apabila diisi penuh oleh
bahan pengikat pada temperatur 150 C, turunnya panas tidak boleh
melampaui 2,50 C per jam, aspal pengikat dan distributor dalam
keadaan diam.
(3) Toleransi Peralatan Aspal Distributor
Toleransi ketelitian dan ketentuan-ketentuan jarum baca yang
dipasang pada Aspal Distributor dengan batang semprot harus sebagai
berikut :
Tachometer Pengukur Kecepatan kendaraan+ 1,5 persen dari skala
putaran penuh sesuai ketentuan-ketentuan BS 3403
Tachometer Pengukur Kecepatan putaran pompa+ 1,5 persen dari
skala putaran penuh sesuai ketentuan-ketentuan BS 3403
Pengukur suhu+ 5 C, skala antara 0-2500 C minimum garis tengah
skala 70 mm.
Pengukur Volume atau Tongkat Celup+ 2 persen dari total volume
tangki, nilai maksimum garis skala Tongkat Celup 50 liter.
(4) Mesin Giling
Mesin giling roda karet harus mempunyai lebar pemadatan total
tak boleh kurang dari 1,5 meter, dan harus mempunyai mesin
penggerak sendiri. Mesin giling roda baja dapat berupa Tandem
Roller 6 8 ton atau Three Wheel Roller 6 8 ton.
(5) Alat Penghampar Agregat
Peralatan penghampar agregat harus mampu menghampar agregat
secara merata pada kuantitas kendali, diatas bidang permukaan
dengan lebar paling kurang 2,4 meter dan suatu peralatan khusus
harus sedemikian rupa pada sisi badan truk sehingga lebar hamparan
dapat diatur. Desain dari alat penghampar agregat dan kecepatan
penghamparan harus sedemikian rupa sehingga terjamin bahwa agregat
yang dihampar tak akan bertumpuk pada permukaan yang telah
disemprot aspal. Paling kurang harus disiapkan 2 truk penghampar
agregat atau paling tidak disiapkan satu alat penghampar agregat
yang diperasikan secara otomatis memakai Belt (Four wheel drive
belt spreader). Penghamparan/penebaran agregat memakai tangan hanya
dapat dilakukan dalam hubungannya dengan pemakaian sikat baja (
garpu baja ).
(6) Sikat
Sapu ijuk kasar untuk re-distribusi agregat dan sikat mekanis
untuk menyingkirkan kelebihan agregat harus disiapkan.
(7) Peralatan lain
Peralatan tambahan lain yang boleh dipakai oleh Kontraktor demi
untuk meningkatkan kinerja hasil pekerjaan dapat ditambahkan hanya
kalau telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
Teknik.
6.10.4 PELAKSANAAN PEKERJAAN
(1) Kuantitas dari Material yang akan Dipakai
(a) Kuantitas material agregat dan aspal yang akan digunakan
untuk pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) harus ditetapkan
sesuai dengan ketentuan dalam Tabel 6.10.4.
Tabel 6.10.4 Kuantitas Material Agregat dan Aspal
TebalLapisan
cmAgregat Ppkokkg/m2Aspalkg/m2AgregatPengunci
kg/m2Aspalkg/m2AgregatPenutup
kg/m2
Tebal Lapisan (cm)
7 - 105 - 84 - 5
IIIIIIIVVVI
10
9
8
8
7
7
6
5
5
200
180
160
-
140
-
-
-
--
-
-
152
-
133
114
105
--
-
-
-
-
-
-
-
808,5
7,5
6,5
6,0
5,5
5,2
4,4
3,7
3,525
25
25
25
25
25
25
25
251,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,514
14
14
14
14
14
14
14
14
(b) Dalam hal Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) digunakan sebagai
Lapisan Perata atau Lapen Levelling, maka material aspal dalam
kolom V dan material agregat (agregat penutup) dalam kolom VI dari
Tabel 6.10.4 tidak berlaku / tidak dipakai, dan untuk tebal lapisan
dalam kolom I dari Tabel 6.10.4 harus dikoreksi dengan mengurangi
dengan 1,5 cm sebagai tebal rencana dari Lapen Levelling.
(2) Pekerjaan Persiapan Permukaan Jalan Lama
(a) Sebelum permukaan jalan lama diberi lapis resap pengikat
atau lapis perekat, maka pemukaan tersebut harus benar-benar bersih
dari kotoran dan bahan-bahan yang tidak dikehendaki lainnya.
Pekerjaan pembersihan harus dilaksanakan memakai alat penyapu debu
atau peniup debu. Jika hasil pekerjaan pembersihan tidak merata,
maka bagian-bagian yang belum besih dapat dibersihkan memakai sapu
kawat baja.
(b) Pembersihan daerah permukaan harus dilebihkan paling kurang
20 cm dari tiap-tiap tepi yang akan disemprot.
(c) Lubang-lubang atau tonjolan-tonjolan dari bahan-bahan yang
tidak dikehendaki yang terlihat harus dikeluarkan dari pemukaan
memakai alat penggaru baja atau cara lain yang disetujui dan bila
atas perintah Direksi Teknik, bahwa daerah yang telah digaru harus
dicuci dengan air dan disikat memakai sikat tangan, maka Kontraktor
harus melaksanakannya.
(d) Sama sekali tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan Lapis
Penetrasi Macadam (Lapen) sebelum pekerjaan pembersihan telah
memuaskan Direksi Teknik.
(e) Permukaan lama yang belum beraspal, sebelum diberi Lapis
Penetrasi Macadam (Lapen) harus terlebih dahulu diberi lapis resap
pengikat, dan permukaan lama yang sudah beraspal, sebelum diberi
Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) harus terlebih dahulu diberi lapis
perekat, yang sesuai ketentuan-ketentuan dalam Seksi 6.1 - Lapis
Resap Pengikat dan Lapis Perekat. Bagian permukaan jalan yang sudah
diberi lapis resap pengikat atau lapis perekat harus diperiksa
kembali kesempurnaannya.
Apabila ditemui adanya daerah-daerah / bagian-bagian yang belum
tertutup lapis resap pengikat atau lapis perekat, maka harus
diadakan pelaburan ulang lapis resap pengikat atau lapis perekat
sesuai petunjuk Direksi Teknik. Laburan lapis resap pengikat atau
lapis perekat harus dibiarkan kering, paling kurang 48 jam, atau
menurut periode waktu yang lebih lama sesuai petunjuk Direksi
Teknik. Lapis resap pengikat atau lapis perekat harus dibiarkan
sampai benar-benar kering, sebelum pekerjaan Lapis Penetrasi
Macadam (Lapen) dimulai.
(f) Semua lubang-lubang harus ditutup / diperbaiki terlebih
dahulu oleh pihak Kontraktor, sebelum pekerjaan Lapis Penetrasi
Macadam (Lapen) dimulai dan harus memuaskan Direksi Teknik.
(3) Pemakaian Bahan Aspal
(a) Pemakaian aspal harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
hasil penanganan yang diperoleh merata pada semua titik. Pemakaian
bahan aspal yang merata sesuai kuantitas yang ditentukan dalam
Tabel 6.10.4, harus dibuat dengan menggunakan peralatan batang
semprotan distributor aspal dengan pengecualian apabila penggunaan
Distributor tidak praktis pada daerah yang kecil, maka Direksi
Teknik kemungkinan dapat menyetujui penggunaan terbatas peralatan
semprot aspal tangan.
Distributor aspal harus dioperasikan menurut grafik penyemprotan
yang telah mendapat persetujuan. Kecepatan pompa, kecepatan
kendaraan, tinggi batang semprot dan kedudukan nozel harus dipasang
sesuai dengan grafik yang telah disetujui sebelumnya demikian pula
selama setiap operasi penyemprotan.
(b) Suhu pada saat penyemprotan tidak boleh bervariasi melebihi
10 C dari harga-harga yang telah diberikan dalam Tabel 6.10.2
(2).
(c) Apabila diperintahkan oleh Direksi Teknik bahwa pemakaian
bahan aspal setiap lintasan semprotan hanyalah dilaksanakan
setengah lebar atau lebih kecil dari lebar rencana dan bila hal
tersebut dilaksanakan maka harus ada satu jalur tumpang tindih
selebar 20 cm sepanjang jalur yang berdekatan. Lebar jalur
sambungan longitudinal yang 20 cm ini, harus tetap dibiarkan tidak
diberi agregat penutup sampai penyemprotan di daerah sampingnya
tumpang tindih diatas sambungan 20 cm. Hal yang sama dilakukan pada
lebar penyemprotan, yang harus lebih besar dari pada lebar yang
akan dilaburi pada tepi permukaan perkerasan atau dari tepi bahu
jalan, hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat kuantitas pemakaian
aspal yang kurang pada bagian tepi.
(d) Lembaran pelindung alur dari kertas bangunan atau material
yang sama yang tidak berpori, dan lentur, dihamparkan diatas
permukaan pada titik mula dan bagian akhir setiap lintasan
semprotan. Aliran yang melalui nozel harus mulai dibuka dan ditutup
( dihentikan ) seluruhnya pada alur lembaran, dengan demikian semua
nozel bekerja dengan benar pada seluruh panjang jalan yang dilabur.
Lebar dari pada lembaran alur harus cukup sehingga menjamin hal-hal
diatas tercapai.
Distributor aspal harus mulai bergerak tidak boleh kurang 5
meter dimuka daerah yang akan disemprot, sehingga kecepatan jelajah
harus tepat bila batang semprot mencapai kertas alur dan kecepatan
ini harus dipertahankan sampai melewati titik akhir dari pemakaian
bahan pengikat. Lembaran kertas alur harus segera disingkirkan dan
dibuang, dan harus memuaskan Direksi Teknik.
(e) Setiap distributor aspal selesai menyemprot, diharuskan
dalam tangkinya tetap ada cadangan aspal sebesar 10 % dari volume
terpasang tangki, atau sejumlah persentase lainnya seperti
ditetapkan oleh Direksi Teknik, sedemikian rupa untuk mencegah
masuknya udara pada sistem penyemprotan aspal dan sebagai cadangan
untuk pemakaian kuantitas yang sedikit berlebih.
(f) Jumlah dari aspal pengikat yang telah digunakan dalam setiap
lintasan semprot, atau daerah yang disemprot tangan harus diukur
dengan cara mencelup tangki aspal distributor segera sebelum dan
sesudah setiap lintasan semprot, demikian pula pada pemakaian
semprot tangan.
(g) Daerah yang telah tertutupi aspal untuk setiap lintasan
semprot
dimaksudkan sebagai hasil kali panjang dari lintasan semprot
antara alur yang terlindung lembaran dan lebar efektif dari
semprotan yang didefinisikan sebagai hasil kali dari jumlah nosel
yang bekerja dan jarak antara nozel yang berdekatan.
(h) Ukuran-ukuran dari daeran jalan yang telah tertutup disetiap
daerah yang
disemprot tangan harus diukur dan luasnya dihitung segera
setelah penyemprotan daerah tersebut selesai.
(i) Kuantitas rata-rata pemakaian bahan aspal pengikat pada
setiap lintasan semprot atau daerah yang disemprot tangan,
didefinisikan dari bahan pengikat aspal yang digunakan dibagi luas
daerah yang tertutup aspal, dan jumlahnya harus sesuai dengan Tabel
6.10.4 dengan toleransi sebagai berikut:
Toleransi ( (4% dari kuantitas yang diperintahkan + 1% dari
volume tangki)
Kuantitas =
Pemakaianluas yang disemprot
Kuantitas pemakaian yang dicapai harus dihitung sebelum lintasan
semprotan berikutnya atau daerah semprotan tangan dimulai dan
setiap
penyesuaian yang perlu harus dibuat untuk menjamin bahwa
kuantitas pemakaian yang ditentukan telah dicapai pada semprotan
berikutnya.
(j) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ditemui adanya
kerusakan pada peralatan penyemprot dan pekerjaan tidak boleh
dimulai lagi sebelum kerusakan diperbaiki.
(4) Penghamparan Agregat
(a) Sebelum material aspal digunakan, agregat yang kuantitasnya
cukup sudah tersedia dalam bak truk di lapangan. Jumlahnya harus
cukup untuk menutup seluruh daerah yang akan dilaburi agregat.
Agregat tersebut harus bersih dan dalam kondisi sedemikian rupa
sehingga dapat dijamin ia akan melekat ke bahan pengikat dalam
waktu 5 menit setelah penyemprotan. Penghamparan agregat tersebut
harus dilaksanakan segera setelah penyemprotan aspal dimulai dan
harus diselesaikan dalam jangka waktu 5 menit terhitung sejak
selesainya penyemprotan atau selesai dalam jangka waktu yang lebih
singkat sesuai perintah Direksi Teknik.
(b) Agregat harus dihampar merata diatas permukaan yang telah
disemprot aspal, menggunakan alat penghampar agregat yang telah
disetujui Direksi Teknik. Setiap bagian yang tidak tertutup
hamparan agregat atau tidak tertutup dengan cukup, harus segera
ditutup kembali menggunakan peralatan penghampar atau memakai
tangan seperlunya sampai memberikan suatu permukaan yang tertutup
seluruhnya dan seragam. Setiap kelebihan agregat hamparan dari
jumlah kuantitas yang dipersyaratkan harus dihamparkan kembali dan
didistribusikan secara merata diatas permukaan jalan memakai garpu
baja atau singkirkan bahan tersebut dan tumpuk sesuai
petunjuk-petunjuk Direksi Teknik.
(5) Penyapuan dan Penggilasaan
(a) Segera setelah penghamparan agregat, dan telah memuaskan
Direksi Teknik, maka agregat tersebut harus digilas dengan mesin
gilas roda baja atau roda karet. Pemakaian agregat yang berlebihan
atau tidak rata harus disingkirkan/didistribusikan dengan garpu
baja ke tempat sekitarnya sebelum penyelesaian penggilasan.
(b) Penggilasan harus segera dimulai setelah agregat disebarkan
dan redistribusi memakai sapu dan harus dilanjutkan sampai seluruh
daerah tersebut telah mengalami penggilasan penuh sebanyak 6 (enam)
kali.
(c) Jalan kemudian harus dibersihkan dari material agregat yang
berkelebihan sesuai dengan ketentuan dari Paragraf 6.10.1
(8)(d).
(6) Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
Secara singkat prosedur pelaksanaan Lapis Penetrasi Macadam
(Lapen) dapat diuraikan sebagai berikut :
(a) Pembersihan dan penyempurnaan permukaan sesuai ketentuan
Paragraf 6.10.4 (2)
(b) Pemberian lapis resap pengikat atau lapis perekat pada
permukaan lama sesuai ketentuan Paragraf 6.10.4 (2)
(c) Penghamparan agregat pokok sesuai ketentuan Paragraf 6.10.4
(4)
(d) Penggilasan agregat pokok sesuai ketentuan Paragraf 6.10.4
(5)
(e) Penyemprotan aspal sesuai ketentuan Paragraf 6.10.4 (3)
dengan kuantitas aspal sesuai Tabel 6.10.4 kolom III.
(f) Penghamparan agregat pengunci sesuai ketentuan Paragraf
6.10.4 (4)
(g) Penggilasan agregat pengunci sesuai ketentuan Paragraf
6.10.4 (5)
(h) Penyemprotan aspal sesuai ketentuan Paragraf 6.10.4 (3)
dengan kuantitas aspal sesuai Tabel 6.10.4 kolom V.
(i) Penghamparan agregat penutup sesuai ketentuan Paragraf
6.10.4 (4)
(j) Penggilasan agregat pengunci sesuai ketentuan Paragraf
6.10.4 (5).
Dalam hal Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) digunakan sebagai
Lapisan Perata atau Lapen Levelling, maka butir (h) sampai dengan
(j) tidak berlaku / tidak dipakai.
(7) Pelaksanaan Pekerjaan Secara Manual
Pelaksanaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) secara manual hanya
diperbolehkan dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari
Direksi Teknik dan terbatas hanya untuk pekerjaan minor saja.
6.10.5 PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN LAPANGAN
(1) Contoh aspal dan sertifikatnya, sesuai dengan ketentuan
Paragraf 6.10.1 (6)(a), harus disediakan untuk penyerahan aspal di
lapangan.
(2) Contoh aspal sejumlah dua liter dari setiap laburan yang
telah dicampur harus diambil dari distributor dekat tempat
dimulainya pekerjaan dan bagian akhir pekerjaan setiap hari
kerja.
(3) Jumlah data uji pendukung yang diperlukan untuk persetujuan
awal dari mutu sumber bahan agregat penutup harus sesuai petunjuk
Direksi Teknik tapi harus termasuk semua pengujian seperti
dipersyaratkan dalam Paragraf 6.10.2 (1) (b) dengan paling kurang
tiga wakil contoh dari sumber bahan yang diusulkan akan dipakai,
dipilih untuk mewakili batas-batas mutu bahan yang kira-kira sama
untuk didapatkan dari sumber bahan.
Menyusul persetujuan mengenai mutu material bahan agregat
penutup, pengujian ini harus diulang lagi selanjutnya, sesuai
petunjuk Direksi Teknik, dalam hal menurut hasil pengamatan ada
perubahan pada material atau sumbernya.
(4) Distributor aspal harus diinspeksi dan diuji sebagai
berikut:
(a) Mendahului dimulainya pekerjaan semprotan pada Kontrak
(b) Setiap 6 bulan atau 150.000 liter aspal yang telah disemprot
oleh distributor diambil yang mana lebih sering, dan
(c) Setelah terjadi kecelakaan atau diadakan modifikasi pada
distributor, atau ada kejadian lain yang menurut pendapat Direksi
Teknik perlu diadakan pemeriksaan ulang terhadap distributor.
(5) Keseluruhan jenis pengujian dan analisa ukuran butir
tercantum dalam Tabel
dari Paragraf 6.10.2 (1) (c dan d) harus dilakukan pada setiap
tumpukan material sebelum setiap material tersebut dipakai. Tidak
boleh kurang dari satu contoh harus diambil dan diuji untuk setiap
75 m3 dari agregat didalam timbunan persediaan.
(6) Catatan terperinci dari setiap pekerjaan pelaburan harian,
termasuk pemakaian aspal pengikat pada setiap lintasan semprotan
dan kuantitas pemakaian yang dicapai, harus dibuat dalam formulir
standar seperti diperlihatkan pada Gambar Rencana.
6.10.6 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
(1) Metode Pengukuran
(a) Pekerjaan Minor.
Kuantitas Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) untuk pekerjaan minor
yang diukur untuk pembayaran harus merupakan volume padat yang
dipasang yang ditentukan atas dasar luas permukaan yang diukur dan
tebal Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang disetujui untuk setiap
kelas perbaikan sebagaimana diidentifikasikan dalam Seksi 8.1 -
Pengembalian Kondisi Perkerasan yang ada. Kontraktor harus
menyimpan catatan dari luas dan tebal material Lapis Penetrasi
Macadam (Lapen) dan Kuantitas lapis resap pengikat atau lapis
perekat yang dipasang pada pekerjaan minor.
(b) Pekerjaan Pelapisan Ulang.
(i) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran dari Lapis Penetrasi
Macadam (Lapen) yang digunakan untuk pelapisan ulang harus
merupakan jumlah meter kubik material yang dipasang dan diterima,
yang dihitung sebagai hasil kali luas yang diukur dan diterima dan
tebal nominal rancangan.
(ii) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh
mencakup tempat-tempat dimana Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang
lebih tipis dari tebal minimum yang diterima atau bagian-bagian
yang terlepas, terbelah, retak/abu menipis sepanjang tepi
perkerasan atau ditempat lain.
(iii) Lebar daerah Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang akan
dibayar harus seperti tercantum dalam Gambar Rencana atau yang
telah disetujui Direksi Teknik dan harus ditentukan dengan survey
pengukuran yang dilakukan Kontraktor dibawah pengawasan Direksi
Teknik. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus pada sumbu jalan dan
harus tidak boleh termasuk material yang tipis dan dengan kata lain
tidak memuaskan sepanjang tepi Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang
dipasang. Jarak selang pengukuran memanjang harus seperti yang
diperintahkan Direksi Teknik, dan harus sama serta tidak lebih dari
20 meter. Lebar yang digunakan untuk menghitung luas untuk
keperluan pembayaran untuk setiap bagian perkerasan yang diukur
harus merupakan harga rata-rata dari pengukuran lebar yang diambil
dan disetujui.
(iv) Panjang Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) harus diukur
sepanjang sumbu jalan, dengan menggunakan prosedur teknik
standar.
(c) Pengukuran dari Pekerjaan yang diperbaiki.
Bila telah diadakan pekerjaan perbaikan Lapis Penetrasi Macadam
(Lapen) sesuai perintah Direksi Teknik pada Paragraf 6.10.1 (4)
diatas maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah
merupakan pekerjaan yang seharusnya telah dibayar jika pekerjaan
yang semula telah diterima.
Tidak ada pembayaran tambahan untuk suatu pekerjaan tambahan
atau kuantitas tambahan atau pengujian ulang karena pekerjaan
perbaikan tersebut.
(2) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus
dibayar menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk
masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar dibawah dan tercantum
dalam Jadwal Penawaran. Harga dan pembayaran ini harus merupakan
kompensasi penuh untuk pengadaan dan pemasangan seluruh material,
termasuk agregat dan aspal, dan juga termasuk seluruh buruh,
perlengkapan dan perkakas, dan pelengkap lainnya yang diperlukan
untuk menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam
Seksi ini.
Nomor Mata PembayaranUraianSatuan Pengukuran
6.10 (1)Lapis Penetrasi Macadam (Lapen)Meter kubik
6.10 (2)Lapen LevellingMeter kubik
II.3PASANG BATU TEPI DENGAN UKURAN 15/20 CM
a) Bahan material batu yang di syaratkan adalah jenis batu kali
yang berkwalitas baik, bukan yang keropos / pories.
b) Cara pemasangan batu tepi harus dalam keadaan berdiri dan
tertanam pada dasar jalan dengan kondisi yang kokoh dan kuat serta
rapat antara batu yang satu dengan yang lainya.
c) Pada sisi dalamnya harus lurus, gunanya untuk menentukan
lebar jalan yang dikehendaki beradadiluar jalur batu tepi
5.4. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
5.4.1 PEKERJAAN PASANGAN5.4.1.1 Keterangan Umuma. Pekerjaan ini
mencakup seluruh pekerjaan batu yang berupa pasangan pondasi batu
kali, pasangan pondasi batu bata / rollag. Pasangan kanstin, paving
stone, pasangan dinding batu bata, serta pekerjaan pasangan batu /
bata lainnya seperti tertera dalam Gambar Rencana.
b. Pasangan batu kali harus memenuhi syarat-syarat PUBB `70 NI-3
dan pasangan batu bata memenuhi syarat-syarat PUBB `73 NI
10.5.4.1.2 Bahan- bahana. Batu kali :
Batu kali yang dipakai merupakan batu yang keras, bebas dari
kotoran akibat tanah liat atau bahan lain, yang merugikan dan
memenuhi persyaratan PUBB `70 NI 3.
b. Batu bata :
Batu bata liat produksi lokal kwalitas baik, pembakarannya harus
baik / dengan kayu bakar, ukuran tiap unit harus sama bersudut
runcing, rata, tidak cacat /retak atau mengandung kotoran dan
memenuhi persyaratan PUBB `73 NI 10.c. Pasir pasang :
Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras /
kasar, bersih dan tidak berdebu atau sesuai dengan petunjuk
Direksi.d. Air :
Yang dimaksud dengan air kerja adalah air untuk pencampuran /
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. Air untuk adukan beton
sebelumnya harus dimintakan persetujuan Direksi / Konsultan
Pengawas.
e. Semen Portland :
Semen dipakai produk dalam negeri dalam hal ini dipakai Semen
Kualitas Terbaik sesuai standart SII dan harus memakai satu macam
merek pabrik dengan jenis dan kualitas yang sama.
5.4.1.3 Pelaksanaan Pekerjaan :
a. Pasangan Batu Kosong / Aanstamping :
Pasangan Batu Kosong / Aanstampeng dari batu kali harus diatur
dengan sisi panjang tegak, teratur dan bersilang kemudian atasnya
diberi pasir yang merata dan disiram dengan air hingga pasir
mengisi lubang-kubang disela-sela batu.
b. Pasangan Batu Kali :
1. Bahan batu kali yang dipakai ukurannya sisi maksimum 20 cm
pasangan harus bersilang diatas adukan yang cukup diantaranya
sela-selanya untuk mencapai kekuatan dan kesatuan.
2. Permukaan atas pasangan batu kali harus sifat datar dan
sebelum diurug pondasi harus diplester siar dengan spesi yang sama,
pasangan pondasi batu kali dipakai spesi 1Psr : 6Psrc. Pasangan
Batu Bata :
1. Sebelum dipasang, Batu Bata harus direndam air sampai jenuh
dan batu bata yang pecah tidak boleh dari 10%, kemudian
pemasangannya dalam sehari tidak lebih dari 1,00 M tingginya dan
pasangan harus lurus dengan ketebalan sesuai gambar kecuali untuk
perbaikan pasangan disesuaikan dengan pasangan yang sudah ada.
Adukan pasangan dipakai 1 Pc : 6 PsSemua jenis adukan harus
dicampur dengan mesin pengaduk /mollen, tidak disarankan pengadukan
secara manual. Pengadukan secara manual hanya boleh dilaksanakan
atas persetujuan Direksi Teknik.
Pengadukan tidak boleh langsung di atas tanah, tetapi harus
dipakai alas papan / kayu atau sejenisnya.
2.Semua adukan yang berserakan pada saat pemasangan harus segera
dibersihkan dan dibuang pada tempat yang telah ditentukan dan pada
hari yang sama setelah pasangan selesai semua Voeg / siar di atas
pasangan batu bata harus dikeruk sedalam 1 Cm pada pada bagian luar
dan dalam.
3. Semua Pekerjaan tembok harus dipasang tegak lurus, siku,
rata, dan tidak boleh rengat-rengat dan cacat-cacat lainnya,
maksimum pasangannya seluas 12 m2.5.4.2 PEKERJAAN PLESTERAN
DINDING, PLESTERAN BETON DAN BENANGAN5.4.2.1 Plesteran dinding dan
benangan :
a). Dinding yang akan diplester harus bersih dari kotoran dan
disiram dengan air, sebelumnya harus dibuatkan kepala plesteran
dengan tebal sama dengan ketebalan plesteran yang direncanakan
(kurang lebih 1,5 cm). Ornamen dan plesteran ornamen lainnya dibuat
dengan bentuk, motif, ukuran dan letak pemasangan sesuai dengan
gambar rencana / detail.
b). Pelaksanaan plesteran baru dilaksanakan setelah kepala
plesteran benar- benar mengering.
c). Untuk menjamin kerataan hasil plesteran disarankan memakai
perata ( Jidar ) dari alumunium, kecuali disyaratkan lain atas
petunjuk Direksi Teknik.
d). Adukan untuk plesteran harus dicampur dengan mesin pengaduk
/ mollen, tidak disarankan pengadukan secara manual. Pengadukan
secara manual hanya boleh dilaksanakan atas petunjuk dan
persetujuan Direksi Teknik. Pengadukan tidak boleh langsung diatas
tanah, tetapi harus dipakai alas papan/kayu atau sejenisnya.
e). Plesteran dinding biasa memakai adukan 1Pc : 6Psr, plesteran
trasram, dan sudut-sudut / sponing / ornamen memakai adukan 1 Pc :
3 Ps, dan plesteran siar memakai adukan 1 Pc : 2 Psr.
f). Setelah plesteran selesai dilaksanakan / dikerjakan tidak
boleh langsung diselesaikan dengan ondrongan semen ( di aci )
tetapi harus menunggu minimal 2 ( dua ) hari untuk memastikan tidak
ada keretakan pada plesteran.
g). Plesteran dinding yang akan dicat tembok, penyelesaiannya
terakhir harus diondrong dengan semen ( diaci ) dan digosok dengan
amplas bekas atau kertas sak semen sedangkan untuk sponingan /
benangan susut harus rata, siku dan tajam pada sudutnya.
5.4.2.2 Plesteran beton :
a). Permukaan beton yang akan diplester harus dibuat kasar
dahulu dengan cara dibeteli agar plesteran dapat melekat, tebal
plestera beton minimal rata-rata 1 Cm, sedangkan untuk plesteran
ini digunakan perbandingan campuran 1 Pc : 3 Ps.b). Sebelum
pelaksanaan plesteran dilaksanakan jalur-jalur instalasi air /
listrik yang masuk dalam beton / dinding tembok terlebih dahulu
harus dipasang dan untuk pasangan tembok diatas plafon harus
diplester kasar dengan perekat yang sama.
5.5 PEKERJAAN STRUKTUR
5.5.1 PEKERJAAN BETON
5.5.1.1 Umum :
1Uraian
a). Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup
pembuatan seluruh struktur beton termasuk tulangan dan sesuai
dengan garis, elevasi, ketinggian dan dimensi yang ditunjukkan
dalam Gambar, dan sebagaimana diperlukan oleh Pemimpin Kegiatan /
Direksi Teknik.
b). Pekerjaan ini harus meliputi pula tempat kerja dimana
Pekerjaan beton akan dilaksanakan, termasuk galian untuk pondasi,
pemompaan dan tindakan lain untuk mempertahankan agar pelaksanaan
pondasi tetap kering.
c). Kelas dari beton yang akan digunakan pada masing- masing
bagian dari Pekerjaan dalam kontrak haruslah seperti yang diminta
dalam gambar atau pasal lain yang berhubungan dengan Persyaratan
ini atau sebagaimana diperintahkan oleh direksi Teknik. Seluruh
beton yang digunakan haruslah kelas K 225,Kecuali Rabat Dan Lantai
Kerja.:
K 225:untuk digunakan pada struktur beton bertulang sebagaimana
dijelaskan dalam gambar rencana.
d). Syarat dari PBI NI 2-1971 harus diterapkan sepenuhnya pada
semua Pekerjaan beton yang dilaksanakan dalam kontrak ini, kecuali
bila terjadi pertentangan dengan syarat dalam Spesifikasi ini,
dalam hal ini syarat dari Spesifikasi ini harus dipakai.
2. Pekerjaan di Bagian Lain yang berkaitan dengan Seksi ini
:
Dalam garis besarnya Pekerjaan Beton yang harus dibuat dari
beton bertulang antara lain :
a). Plat Penutup saluran,b). Beton Rabat, Beton Strouss pondasi,
beton Poor,
c). Beton Foot Plat, Beton Sloof, Beton Ring Balk,d). Beton
Kolom Struktur, dan Beton Kolom Praktis, e). Beton Balok Gantung,
Beton Plat,f). Dan bagian-bagian lain yang tertera dalam gambar
rencana.3. Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok dari campuran yang dihasilkan dan cara
kerja atau hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan seperti yang
disyaratkan dalam standar rujukan dalam Pasal 5.1.1 ( 5 ) dibawah
ini.4. Nara Sumber Standar
PBI 1971Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2
AASHTO M 85-75Semen Portland
AASHTO M 173-60 Pengedap sambungan beton, tipe elastis yang
dituang panas.
AASHTO M 213-74 Pengisi sambungan yang dibentuk untuk lapisan
beton dan kontruksi struktur.
AASHTO T 11-90Jumlah material yang lebih halus dari ayakan 0.075
mm dalam agregat (SK.SNI M-02-1994-03).
AASHTO T 21-87Ketidak murnian organis dalam pasir untuk beton
(SNI 03-2816-1992)
AASHTO T 22-90Kuat tekan dari contoh untuk beton silindris (SNI
03-1974-1990).
AASHTO T 23-90Pembuatan dan perawatan contoh untuk pengujian
kuat tekan dan kuat lentur dilapangan (Pd M-16-1993-03).
AASHTO T 26-79 Mutu air yang akan digunakan dalam beton.
AASHTO T 96-87 Abrasi dari agregat kasar dengan menggunakan
mesin Los Angeles (SNI 03-3407-1994).
AASHTO T 104-86 Penentuan mutu agregat dengan menggunakan sodium
sulfat (SNI 03-2417-1991).
AASHTO T 112-87 Gumpalan lempung dan partikel yang dapat pecah
dalam agregat (SK.SNI M-01-1994-03).
AASHTO T 126-90 Pembuatan dan perawatan contoh untuk pengujian
beton di laboratorium (SNI 03-2493-1991).
AASHTO T 141-84 Pengambilan contoh beton segar (SNI
03-2458-1991).
5. Pelaporan
a). Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh material
yang hendak digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluiruh
sifat material yang disyaratkan dalam pasal 5.1.2 dari spesifikasi
ini.b). Kontraktor harus mengirimkan rancangan campurannya untuk
masing-masing tipe beton yang diusulkan untuk digunakan 28 hari
sebelum awal pekerjaan pengecoran beton.
c). Kontraktor harus mengirim secara tertulis hasil dari seluruh
pengujian pengendalian mutu yang disyaratkan segera setelah siap
atau bila diminta oleh Direksi teknik.Dalam hal pengujian kuat
tekan, hal ini akan meliputi pengiriman hasil pengujian kuat tekan
3-hari, 7-hari dan 28-hari yang masing-masing 3 hari, 7 hari dan 28
hari setelah pencampuran.
d). Kontaktor harus mengirim gambar terperinci dari seluruh
perancah yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan
Direksi Teknik sebelum memulai setiap Pekerjaan perancah.
e). Kontraktor harus memberitahu Direksi Teknik secara tertulis
paling sedikit 24 jam sebelum bermaksud memulai melakukan
pencampuran atau pengecoran beton, seperti yang disyaratkan dalam
pasal 5.1.4.() di bawah.
7. Penyimpanan dan Perlindungan Material
Untuk penyimpanan semen, Kontraktor harus menyediakan tempat
yang tahan cuaca yang kedap udara dan mempunyai lantai kayu yang
dinaikkan yang ditutup dengan lembar polyethylene (plastic).
Sepanjang waktu, tumpukan kantung semen harus ditutup dengan lapis
selubung plastik.
8. Kondisi Tempat Kerja
Kontraktor harus menjaga temperature dari seluruh material,
khususnya agregat kasar, pada tingkat yang serendah mungkin dan
harus menjaga temperatur dari beton dibawah 30oC sepanjang waktu
pengecoran. Sebagai tambahan, kontraktor tidak boleh melakukan
pengecoran bila :
a). Tingkat penguapan melampaui 1,0 Kg/m2/jam.
b). Lengas nisbi dari udara kurang dari 40%.
c). Diperintahkan untuk tidak melakukannya oleh Direksi Teknik,
selama periode hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.
9. Perbaikan dari Pekerjaan Beton yang Tak Memuaskan
a). Perbaikan dari Pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria
toleransi yang disyaratkan dalam pasal 5.1.1.(4), atau yang tidak
memiliki hasil akhir permukaan yang memuaskan, atau yang tidak
memenuhi kebutuhan syarat campuran yang dipersyaratkan dalam pasal
5.1.3(3). Harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik dan dapat meliputi :
i.) Perubahan dalam proporsi campuran untuk sisa Pekerjaan;
ii.) Tambahan perawatan pada bagian dari struktur yang dari
hasil pengujian ternyata gagal;
iii.) Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian
bagian Pekerjaan yang dipandang tidak memuaskan;
iv.) Penambalan dari cacat-cacat kecil.
b). Dalam hal adanya perselisiahan dalam kualitas Pekerjaan
beton atau adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi
Teknik dapat meminta Kontraktor melakukan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menjamin penilaian yang wajar pada mata
pelaksanaan yang telah dilaksanakan. Pengujian tambahan tersebut
haruslah atas biaya kontraktor.5.5.1.2 Bahan- bahan.1. Semen :
a). Semen yang digunakan untuk Pekerjaan Beton haruslah Type
Semen Portland yang memenuhi AASHTO M 85 kecuali Type I A, IIA,
IIIA, dan IV. Terkecuali di ijinkan lain oleh Direksi Teknik,
campuran beton yang mengandung gelembung udara tidak dapat
digunakan.]b). Terkecuali diijinkan lain oleh Direksi Teknik, hanya
satu merk semen yang boleh dipakai di dalam satu Proyek.2. Air
:
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau
pemakaian lainnya harus bersih dan bebas dari benda yang mengganggu
seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organis. Air akan
diuji sesuai dengan ; dan harus memenuhi criteria dari AASHTO T 26.
Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa
pengujian.
3. Syarat- syarat Gradasi Aggregat
a). Gradasi Agregat kasar dan halus harus memenuhi syarat-
syarat yang diberikan dalam Tabel 5.1.2 (3 ) tetapi material yang
tidak memenuhi syarat- syarat gradasi tersebut tidak perlu ditolak
bila Kontraktor bisa menunjukkan dengan pengujian bahwa beton
tersebut dapat memenuhi sifat campuran yang dibutuhkan seperti yang
disyaratkan dalam pasal 5.1.3 (3)
b). Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran
partikel terbesar tidak lebih dari dari jarak minimum antara
tulangan baja atau antara tulangan baja dengan acuan, atau antara
perbatasan lainnya.Tabel 5.1.2 ( 3 ) Syarat- Syarat Gradasi
AgregatUkuran AyakanPresentase Berat Yang Lolos
Standar ( mm )Inchi ( in )Agregat HalusAgregat Kasar
502-100---
371 1/2-95 -100100--
251--95 - 100100-
193/4-35 - 70-90 - 100100
131/2--25 - 60-90 - 100
1003/810010 -30-20 - 5510 70
4.75#495 - 1000 - 50 - 100 - 100 15
2.36#8--0 - 50 - 50 5
1.18#1645 - 80---
0.3#5010 - 30----
0.15#1002 - 5----
4. Sifat Agregat.
a). Agregat untuk adukan beton harus terdiri dari partikel yang
bersih, keras, kuat yang diperoleh dari pemecahan padas atau batu,
atau dari pengayaan dari pencucian ( jika perlu ) dari kerikil atau
pasir sungai.
b). Aggregat harus bebas dari material organis seperti yang
ditunjukkan oleh pengujian AASHTO T 21 dan harus memenuhi sifat
lainnya yang diberikan dalam Tabel 5.1.2(4) bila diambil contohnya
dan diuji sesuai dengan prosedur AASHTO yang
berhubungan.SifatAASHTO
TestBatas Maksimum
Yang diijinkan
Aggregat
HalusAggregat
Kasar
Kehilangan akibat abrasi pada 500 putaran dengan Mesin Los
Angles.T 96
(SNI 03-2417-1991)-40%
Kehilangan akibat penentuan mutu dengan sodium sulfat setelah 5
siklus.T 104
(SNI 03-3407-1994)10%12%
Presentase dari gumpalan lempung dan partikel yang dapat pecah.T
112
(SK SNI M 01-1994-03)0.5%0.25%
Material yang lolos saringan # 200.T 11
(SK SNI M 02-1994-03)3%1%
5.5.1.3 Pencampuran dan penakaran1. Rancangan Campuran
Proposal material dan berat penakaran harus ditentukan dengan
menggunakan metode yang diisyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan
batas yang diberikan dalam Tabel 5.1.3(1)Tabel 5.1.3(1) Batasan
Proporsi Takaran CampuranMutu
BetonUkuran Aggregat Maks. (mm)Rasio Air / Semen Maks.
(terhadap berat)Kadar Semen Min.
(Kg/m3 dari campuran)
K27537
25
190,45
0,45
0,45300
320
350
K22537
25
190,50
0,50
0,50290
310
340
K175-0,57300
K125-0,60250
2. Campuran Percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta material
yang diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan,
dengan disaksikan oleh Direksi Teknis, yang menggunakan peralatan
dan perlengkapan tipe yang sama seperti yang digunakan untuk
Pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi
seluruh sifat campuran yang dibutuhkan seperti yang diisyaratkan
dalam Pasal 5.1.3(2) di bawah.3. Persyaratan Sifat campuran
a). Seluruh beton yang digunakan dalam Pekerjaan harus memenuhi
kuat tekan dan slump yang dibutuhkan seperti yang dipersyaratkan
dalam Tabel 5.1.3(2) atau yang disetujui oleh Direksi Teknis, bila
pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan AASHTO T
141, T23, T126 dan T22.
Benda Uji Kubus
15 X 15 X 15 cm3Benda Uji Silinder
15cm X 30 cmDigetar-
kanTidak
Digetar-
kan
7 hari28 hari7 hari28 hari
K275
K250
K225
K175
K125215
180
150
115
80300
250
225
175
125180
150
125
95
70250
210
190
145
10520 50
20 50
20 50
30 60
20 - 5050 100
50 100
50 100
50 100
50 100
b). Beton yang tidak memiliki persyaratan slump umumnya tidak
boleh ditempatkan pada Pekerjaan. Terkecuali Direksi Teknis dalam
beberapa hal menyutujui penggunaanya secara terbatas dari sedikit
jumlah beton tersebut pada bagian tertentu yang sedikit
dibebani.Sifat mudah dikerjakan serta tekstur dari campuran harus
sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada Pekerjaan tanpa
membentuk rongga atau menahan udara atau buih air dan sedemikian
rupa sehingga pada pembongkaran acuan menghasilkan permukaan yang
merata, halus dan padat.
c).Bila hasil dari pengujian 7 hari menghasilkan kuat beton
dibawah nilai yang diisyaratkan dalam Tabel 5.1.3(2) Kontraktor
tidak diperbolehkan mencor beton lebih lanjut sampai penyebab dari
hasil yang rendah tersebut. Dapat dipastikan dan sampai telah
diambil tindakan-tindakan yang akan menjamin produksi beton
memenuhi persyaratan secara memuaskan. Beton yang tidak memiliki
kuat tekan 28 hari yang disyaratkan harus dipandang tidak memuaskan
dan Pekerjaan harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan dalam Pasal
5.1.1(10) di atas.
Kekuatan beton akan cenderung lebih kecil dari persyaratan
kekuatan bilamana setiap contoh benda uji dari bagian Pekerjaan
yang dipertanyakan adalah lebih kecil dari keperluan yang diberikan
dalam Tabel 5.1.3(2) atau selain disetujui lain oleh Direksi Teknik
yang karena kebijaksanaannya hasil perhitungan statistic
dipertimbangkan atau karena adanya kesalahan pengambilan contoh
ataupersiapan benda uji yang kurang baik atau karena factor-faktor
lainnya.
d).Direksi Teknik dapat pula menghentikan Pekerjaan dan/atau
memerintahkan Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk
meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil uji kuat tekan 3 hari.
Dalam keadaan Demikian, Kontraktor harus segera menghentikan
pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi dapat memilih menunggu
sampai hasil pengujian 7 hari diperoleh. Sebelum menerapkan
tindakan perbaikan. Pada waktu tersebut Direksi Teknik akan menilai
kedua hasil pengujian 3 hari dan 7 hari. Dan dapat segera
memerintahkan penerapan dari tindakan perbaikan apapun yang
dipandang perlu.
e).Perbaikan dari Pekerjaan beton yang tak memuaskan yang
melibatkan pembongkaran menyeluruh dan penggantian beton tidak
boleh didasarkan pada hasil pengujian kuat tekan 3 hari saja,
terkecuali Kontraktor dan Direksi Teknik keduanya sepakat pada
perbaikan tersebut.
4. Penyesuaian campuran
a).Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan
Bila dijumpai tak mungkin memperoleh beton dengan sifat mudah
dikerjakan dan dicor pada proporsi yang semula direncanakan oleh
Direksi Teknik, maka akan dibuat perubahan-perubahan pada berat
agregat sebagaimana diperlukan, asal dalam hal apapun kadar semen
yang semula direncanakan tidak diubah, juga tidak menambah besarnya
faktor air/semen yang telah ditetapkan berdasarkan pengujian kuat
tekan yang telah menghasilkan kuat tekan yang memadai.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara
penambahan air atau oleh cara lain yang tidak akan diperkenankan.
Zat tambahan untuk meningkatkan sifat mudah dikerjakan hanya
diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh Direksi
Teknik.
b).Penyesuaian Kekuatan
Bila beton tidak mencapai kekuatan yang dipersyratkan atau
disetujui, kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Teknik.
c).Penyesuaian Untuk Material Baru
Tidak boleh ada perubahan dalam sumber atau sifat dari material
yang disyaratkan tanpa pemberitahuan tertulis Kepada Direksi teknis
dan tidak boleh ada material baru yang boleh digunakan sampai
Direksi Teknis menerima material tersebut secara tertulis dan
menetapkan proporsi baru yang didasarkan atas hasil pengujian
campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.5. Penakaran
Agregat
a). Seluruh beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan
semen kantongan, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga
kuantitas semen yang digunakan adalah sama dengan satu atau
kebulatan dari jumlah kantung semen. Agregat harus diukur secara
terpisah beratnya. Ukuran masing-masing takaran tidak boleh
melebihi kapasitas terpasang dari pengaduk.b). Sebelum penakaran,
agregat harus dibuat jenuh air dan dipertahankan dalam kondisi
lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering permukaan,
dengan secara berkala menyiram timbunan agregat dengan air. Pada
saat-saat penakaran, penyiraman terakhir dari agregat haruslah
paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang
memadai dari timbunan agregat.6.Pencampurana). Beton harus dicampur
dalam mesin yang dioperasikan secara mekanikal dari tipe dan ukuran
yang disetujui dan yang akan menjalin distribusi yang merata dari
material.
b). Pencampuran harus dilengkapi dengan penampung air yang cukup
dan peralatan untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan secara teliti dalam masing-masing penakaran.
c). Alat pencampur pertama-tama harus diisi dengan agregat dan
semen yamg telah ditakar, dan selanjutnya pencampuran dimulai
sebelum air ditambahkan.
d). Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai
dimasukkan ke dalam campuran material kering. Seluruh air pencampur
harus dimasukkan sebelum seperempat waktu pencampuran untuk mesin
dengan kapasitas m3 atau kurang haruslah 1.5 menit; untuk mesin
yang lebih besar waktu harus lebih ditingkatkan 15 detik untuk
setipa tamnahan 0,5 m3 dalam ukuran.
e). Penggunaan pencampuran dengan tenaga manusia harus dibatasi
pada beton non-struktural.5.5.1.4 Pengecoran1. Penyiapan Tempat
Kerja
a). Kontraktor harus membongkar stuktur yang ada yang akan
digantikan dengan Pekerjaan beton yang baru atau yang harus
dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan Pekerjaan beton yang
baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan syarat
yang dipersyaratkan dalam seksi 5.1.5 dari spesifikasi ini.b).
Kontraktor harus menggali atau mengurug pondasi atau formasi untuk
Pekerjaan beton hingga garis yang ditunjukkan dalam gambar atau
sepeti yang ditetapkan oleh Direksi teknik sesuai dengan
syarat-syarat dalam Pasal 3.2 dan 3.3 dari spesifikasi ini, dan
harus membersihkan dan menggaru tempat yang cukup di sekeliling
dari Pekerjaan beton tersebut untuk menjamin dapat dicapainya
seluruh sudut Pekerjaan. Jalan kerja yang kokoh juga harus
disediakan jika perlu untuk menjamin bahwa seluruh sudut Pekerjaan
dapat diamati dengan mudah dan aman.
c). Seluruh landasan pondasi dan galian untuk Pekerjaan beton
harus dipertahankan kering dan beton tidak boleh dicor diatas tanah
yang berlumpur atau bersampah atau dalam air.
d). Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan
dan benda lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa
atau saluran) harus sudah ditempatkan dan diikat kuat sehingga
tidak bergeser sewaktu pengecoran.
e). Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Teknik,
material landasan untuk Pekerjaan beton harus dihampar sesuai
dengan syarat dari seksi 2.4 dari spesifikasi ini.
f). Direksi Teknik akan memeriksa seluruh galian dari pondasi
yang disiapkan sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja
tulangan atau beton dan dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan
pemantekan dalam, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya
untuk memastikan cukupnya daya dukung dari tanah dibawah pondasi.
Dalam hal dijumpai kondisi tidak memuaskan, Kontraktor dapat
diperntahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman dari pondasi
dan/atau menggali dan mengganti daerah yang lunak, memadatkan tanah
pondasi atau melakukan tindakan stabilitas lainnya sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.2. Cetakan
a). Cetakan dalam tanah, bila disetujui oleh Direksi Teknik,
harus dibentuk dengan galian, dan sisa serta dasarnya harus
dipotong dengan tangan sesuai ukuran yang diperlukan. Seluruh
kotoran tanah lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.b).
Cetakan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan yang
kerap terhadap aduk dan cukup kokoh untuk mempertahankan posisi
yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.c). Kayu
yang tidak dihaluskan dapat digunakan untuk permukaan yang tidak
akan tampak pada struktur akhir, tetapi kayu yang dihaluskan dengan
tebal yang merata harus digunakan untuk permukaan beton yang
tampak. Cetakan harus menyediakan pembulatan pada seluruh
sudut-sudut tajam.d). Cetakan harus dibangun sedemikian sehingga
dapat dibongkar tanpa merusak beton.3. Pengecoran
a).Kontraktor harus memberitahukan Direksi Teknik secar tertilis
paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton bila operasi telah ditunda untuk lebih
dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi dari Pekerjaan,
macam Pekerjaan, kelas dari beton dan tanggal serta waktu
pencampuran beton.
Direksi Teknik akan memberi tanda terima dari pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa cetakan dan tulangan dan dapat
mengeluarkan atau tidak mengeluarkan persetujuan secara tertulis
untuk pelaksaaan Pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor
tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan dari
Direksi Teknik untuk memulai.
b).Tidak bertentangan dengan pengeluaran suatu persetujuan untuk
memulai, tidak ada beton yang boleh dicor bila Direksi Teknik atau
wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.
c).Sesaat sebelum beton dicor, cetakan harus dibasahi dengan air
atau disebelah dalamnya dilapisi dengan minyak mineral yang tak
akan membekas.
d).Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak dicor dalam
posisi akhirnya dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah
pencampuran, atau dalam waktu secepatnya sesuai petunjuk Direksi
Teknik atas dasar pengamatan sifat-sifat mengerasnya semen yang
digunakan.
e).Pengecoran boleh dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan
sambungan kontruksi yang telah disetujui sebelum atau sampai
Pekerjaan Selesai.
f).Beton harus dicor sedemikian rupa agar terhindar dari
segregasi (pemisahan) partikel kasar dan halus dari campuran. Beton
harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin ke tempat akhirnya untuk
mencegah pengaliran dan harus tidak boleh mengalir lebih dari satu
meter dari tempat awal pengecoran.
g).Bila dicor kedalam struktur yang memiliki cetakan yang sulit
dan tulangan yang rapat, beton harus dicor dalam lapis-lapis
horizontal yang tak lebih dari 15 cm tebalnya.
h).Beton tidak boleh jatuh bebas kedalam cetakan dari ketinggian
lebih dari 150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaanya tidak dapat
dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran. Maka beton harus
dicor dengan metode tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana
bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
i).Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa
sehingga beton yang telah berada ditempat yang masih plastis
sehingga dapat menyatu dengan beton segar.
j).Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton
yang akan dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari
bahan-bah