-
Halaman
1
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 1 Syarat-Syarat Khusus
1.1. Pelaksanaan pekerjaan ini harus dilaksanakan sesuai dengan
:
1.1.1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung SK SNI T-15-1991-03.
1.1.2. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
SNI-1727-1989-F.
1.1.3. Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung
SNI-1728-1989-F. 1.1.4. Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja untuk
Gedung SNI-1729-1989-F. 1.1.5. Tata Cara Perencanaan Beton
Bertulang dan Struktur Dining Bertulang untuk
Rumah dan Gedung SNI-1734-1989-F. 1.1.6. Tata Cara Perencanaan
Bangunan dan Lingkungan untuk Perencanaan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung SNI-1735-1989-F.
1.1.7. Spesifikasi Bahan Bangunan bagian A (Bahan Bangunan Bukan
Logam) SK
SNI 04-1989-F. 1.1.8. Petunjuk-petunjuk dari pemilik/pengawas
lapangan.
Pasal 2 Uraian Pekerjaan
2.1. Lingkungan Pekerjaan.
Pekerjaan Pembangunan 6 RKB Bertingkat (1 Ruang Kantor, 1 Ruang
Perpustakaan dan KM/WC) SD 041 Balikpapan Utara ini meliputi namun
tidak terbatas pada : 2.1.1. Pekerjaan Persiapan 2.1.2. Pekerjaan
Tanah 2.1.3. Pekerjaan Pondasi Batu Gunung 2.1.4. Pekerjaan Beton
2.1.5. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran 2.1.6. Pekerjaan Lantai dan
Pelapis Dinding 2.1.7. Pekerjaan Kayu dan Atap 2.1.8. Pekerjaan
Kaca, Pengunci dan Penggantung 2.1.9. Pekerjaan Mekanikal dan
Elektrikal 2.1.10. Pekerjaan Plumbing dan Sanitasi 2.1.11.
Pekerjaan Pengecatan 2.1.12. Pekerjaan lain-lain yang diperlukan
dalam penyelesaian pekerjaan ini.
Pasal 3 Ukuran-Ukuran
3.1. Ukuran-ukuran dalam pekerjaan ini menggunakan sistem metrik
centimeter dan meter.
Peil + 0,00 Bangunan ini akan ditetapkan kemudian oleh kemudian
dilapangan oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas, Pengelola Teknis Proyek dan
Kontraktor Pelaksana.
3.2. Dibawah pengamatan Konsultan Pengawas, Kontraktor harus
membuat titik duga dari
beton bertulang 10x10 x 200 cm. Titik duga tersebut harus dijaga
kedudukannya serta tidak terganggu selama pekerjaan berlangsung dan
tidak boleh dibongkar tnapa seizin
-
Halaman
2
dari Konsultan Pengawas. Kontraktor wajib menambahkan titik duga
jika diperlukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
3.3. Selama pelaksanaan pekerjaan, surveyor/juru ukur Kontraktor
harus selalu stanby di
Job Site lengkap dengan peralatannya. Semua pekerjaan yang akan
dimulai harus dikur bidik ulang sebelum diizinkan secara tertulis
oleh Direksi untuk dilaksanakan.
Pasal 4 Pekerjaan Persiapan
4.1. Sebelum Pekerjaan Dimulai.
Kontraktor harus melaksanakan pembersihan lapangan sebelum
memulai pekerjaan sehingga semua kotorann, puing-puing, sampah,
rumput, batang kayu dan lain-lain tidak ada lagi di Job Site,
dengan demikian seluas Job Site dapat terlihat dengan jelas.
4.2. Selama Pekerjaan Berlangsung.
Kontraktor bertanggung jawab atas kebersihan Job Site selama
pekerjaan berlangsung. Kebersihan yang dimaksud disini meliputi :
4.2.1. Kebersihan terhadap kotoran-kotoran yang ditimbulkan oleh
sisa-sisa
pembuangan berbagai jenis sampah. 4.2.2. Kebersihan
terhadapmkotoran-kotoran yang disebabkan oleh sampah sisa-sisa
bahan bangunan, pecahan-pecahan batu bata dan atau serpihan kayu
dan lain-lain.
4.2.3. Kebersihan dalam arti kata kerapihan pegaturan material
dan peralatan sehingga menunjang mobilisasi pelaksanaan di Job
Site.
4.2.4. Kebersihan jalan raya didepan lokasi proyek yang menjadi
tanggung jawab kontraktor.
4.3. Setelah Pekerjaan Selesai.
Setelah pekerjaan selesai sebelum diadakan penyerahan pekerjaan
kepada pemilik, Kontraktor harus membersihkan seluruh site dari
segalam macam kotoran, puing-puing dan semua peralatan yang
digunakan selama masa konstruksi. Kotoran-kotoran tersebut harus
dikeluarkan dari job site atas biaya Kontraktor. Pekerjaan
pembersihan merupakan bagian dari progress pekerjaan sehingga bila
hal ini belum diselesaikan secara tuntas, maka pekerjaan tidak akan
ianggap selesai 100 %.
Pasal 5 Keamanan Proyek, dan Direksi Keet, Papan Nama Proyek
5.1. Keamanan Proyek.
Selama berlangsungnya proyek, Kontraktor bertanggung jawab atas
semua personil yang ditempatkan, termasuk personil Direksi
(Pengawas). Untuk itu Kontraktor wajib memberikan daftar nama
personil setipa hari sebelum memulai pekerjaan kepada Direksi.
Kontraktor harus menempatkan petugas jaga/petugas keamanan selama
24 jam untuk menjaga material/barang-barang Kontraktor di lapangan.
Kontraktor wajib menyediahkan alat-alat pemadam kebakaran dan
bertanggung jawab atas kemungkinan terjadinya kebakaran selama masa
pelaksanaan hingga penyerahan terakhir (kedua) pekerjaan ini kepada
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
-
Halaman
3
5.2. Direksi Keet. Kontraktor menyediakan direksi keet untuk
Pengawas dan Direksi Pelaksana, disesuaikan kebutuhan dengan
perlengkapan minimal : Meja tulis biro lengkap dengan kursinya ,
Koomputer lengkap dengan printer, White board lengkap dengan spidol
dan penghapus, Buku tamu dan satu buah buku harian lapangan.
5.3. Papan Nama Proyek. Kontraktor wajib membuat papan nama
proyek dengan ukuran sesuai kebutuhan
dengan mencatumkan hal-hal yang penting mengenai pekerjaan yang
dilaksanakan. Dibuat dari materila kayu dan dianggap telah
diperhitungkan dalam penawaran.
5.4. Gudang Material. Kontraktor membuat gudang material dan
peralatan terutama dimaksudkan untuk
menyimpan material atau peralatan yang memerlukan perlindungan
dari alam ataupun terhadap pencurian.
5.5. Generator Set dan Penyediaan Air Sementara.
5.5.1. Gen-Set (kalau perlu). Untuk keperluan penerangan pada
malam hari dan untuk keperluan pekerjaan, Kontraktor wajib
menyediakan dan mengoperasikan 1 (satu) unit generator dengan
kapasitas minimal 10 KVA. Instalasi listrik untuk gedung, barak
pekerja, direksi keet dan tempat-tempat lain yang ditentukan
kemudian harus dipasang sesuai peraturan yang berlaku oleh
Instalatir PLN.
5.5.2. Penyediaan Air Sementara. Untuk keperluan pekerjaan dan
Direksi, Kontraktor wajib menyediakan penampungan air dari drum.
Kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan sesuai stnadar WHO.
Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya akan akibat yang timbul,
akibat pemakaian air yang tidak memenuhi syarat tersebut. Tempat
mandi dari pekerja harus diatur sedemikian rupa, sehingga tidak
akan membuat lapangan/job site menjadi becek dan kotor.
5.6. Jalan Masuk Sementara. Jika dianggap perlu, Direksi berhak
memerintah Kontaktor untuk membuat jalan masuk sementara yang
memungkinkan kelancaran pemasukan material dan sebagainya. Sejauh
mungkin jalan masuk sementara tersebut kemudian kan ditingkatkan
sebagai jalan yang memang menjadi bagian dari lingkup pekerjaan
Kontraktor (jika ada).
5.7. Semua biaya untuk pelaksanaan keamanan proyek, pembuatan
direksi keet, papan
nama proyek, gudang material, pengadaan generator set dan air
sementara serta pembuatan jalan masuk sementara serta pengangkutan
material ke lokasi pekerjaan, dianggap telah diperhitungkan dalam
penawaran kontraktor.
Pasal 6 Pekerjaan Tanah
6.1. Lingkup Pekerjaan.
Semuam pekerjaan tanah yang diperlulkan sesuai dengan
perencanaan harus dilaksanakan menurut dokumen kontrak dan
dilaksanakan sesuai dengan perunjuk-petunjuk dari Direksi /
Konsultan pengawas. Jika diperlukan pasokan tanah dari luar lokasi
pekerjaan, maka tanah tersebut harus menapatkan persetujuan dari
direksi berdasarkan hasil tes laboratorium.
-
Halaman
4
Pekerjaan ini meliputi pengurugan dan penggalian termasuk
pemadatan untuk pavement area, jalan masuk sesuai ukuran dan peil
yang ditentukan. Secara garis besar lingkup pekerjaan tanah adalah
: 6.1.1. Pekerjaan pemotongan (cutting) hingga mencapai elevasi
yang disyaratkan. 6.1.2. Pekerjaan filling/pengurugan hingga
mencapai ketinggian dan kepadatan yang
disyaratkan. 6.1.3. Penggalian tanah antara lain untuk pondasi,
sepotiktank, saluran-saluran, pipa-
pipa dan lain-lain sesuai kebutuhan. 6.1.4. Pembersihan areal
yang ditetapkan oleh direksi. 6.1.5. Hal-hal lain yang belum
disebutkan disini, tetapi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pekerjaan tanah dan harus diperhitungkan
sebagai resiko dari penawaran Kontraktor.
6.1.6. Pemotongan permukaan tanah/top soil hingga permukaan
tanah asli.
6.2. Syarat-Syarat Umum. 6.2.1. Pemeriksaan Lapangan.
Kontraktor harus melakukan pemeriksaan/pengukuran dan pengetesan
langsung ke lapangan guna menentukan dengan pasti kondisi lapangan,
hal-hal yang kelak akan dijumpai dan keadaan lapangan sekarang yang
kelak mungkin akan mempengaruhi jalannya pekerjan.
6.2.2. Pekeriksaan Pekerjaan Tanah. Pekerjaan tanah dimana
termasuk pula pekerjaan pemadatan akan diperiksa oleh Laboratorium
Mekanika Tanah yang akan dipilih/ditentukan oleh Pemilik/ Pemberi
Tugas bersama-sama dengan Direksi.
6.3. Pembersihan dan Pengupasan. 6.3.1. Macam Pekerjaan.
Pekjerjaan pembersihan dan pengupasan terdiri dari pembersihan
segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohonan, semak-semak,
sampa-sampah dan kotoran lainnya yang mengganggu dan termasuk
pencabutan akar-akar.
6.3.2. Pembuangan Lapisan Tanah Atas. Pada daerah dimana akan
dilaksanakan pembangunan gedung, jalan dan pavement, harus
dilakukan pembuangan tanah atas. Pada umumnya pekerjaan pembuangan
lapisan tanah atas mencakup pekerjaan pembuangan tanah humus atau
tanah subur yang biasa digunakan untuk bercocok tanam.
6.3.3. Digunakan Atau Tidaknya Hasil Tanah Galian. Material
hasil galian yang cukup baik, yang terletak di dalam daerah proyek,
harus digunakan/dipakai untuk keperluan-keperluan yang sesuai
misalnya, timbunan pavement, pelebaran jalan, atau pengisian
lubang-lubang bekas galian. Material-material sisa dari penggunaan
di atas, serta material-material yang dianggap oleh Direksi tidak
dapat dipakai lagi, harus segera dikeluarkan dan dibuang di luar
lokasi pekerjaan.
6.4. Penggalian. 6.4.1. U m u m.
a. Pada pekerjaan penggalian tanah termasuk juga pembuangan
semua benda dalam bentuk apapun yang dapat mengganggu pelaksanaan
pekerjaan pembangunan.
b. Penggalian harus sesuai dengan garis dan peil yang tertera
pada gambar.
-
Halaman
5
c. Kemiringan pada penggalian harus pada sudut kemiringan yang
aman/sesuai dengan gambar.
d. Galian dan penyangga harus dibuat sedemikian rupa sehingga
terdapat ruang yang cukup untuk bekisting dan hal lainnya selain
pekerjaan pondasi.
e. Kontraktor harus menyediakan, menempatkan, memelihara dan
menjaga penyangga dan penumpu yang mungkin diperlukan untuk bagian
samping galian.
6.4.2. Kelebihan Galian Tanpa Perintah. Setiap kelebihan galian
di bawah permukaan galian yang telah ditentukan harus diurug
kembali sampai permukaan semula dengan pasir. Pasir tersebut harus
dibasahi seperlunya dan dipadatkan dengan baik untuk mencegah
amblasnya bangunan yang akan dikerjakan. Pekerjaan tersebut di atas
dilaksanakan dengan biaya Kontraktor.
6.4.3. Kelebihan Galian Yang Diperlukan. a. Atas perintah
Direksi/Konsultan Pengawas, Kontraktor harus melakukan
galian lebih banyak. Setelah galian selesai permukaan tanah
harus diratakan, dibasahi seperlunya dan dipadatkan dengan
baik.
b. Lubang galian harus digali lebih dalam atas perintah
Direksi/Konsultan Pengawas sampai kedalaman yang ditentukan menurut
ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan peil yang tercantum dalam
gambar.
6.4.4. Galian Pipa. a. Pada sambungan pipa harus digali lebih
dalam untuk memudahkan
penyambungan pipa. Galian pada sambungan tersebut harus
dikerjakan oleh Kontraktor dan sudah diperhitungkan dalam
penawaran.
b. Bila ada bagian galian yang longsor, Kontraktor harus
menyingkirkan tanah lonsor itu, sehingga memuaskan
Direksi/Konsultan Pengawas dengan biaya Kontraktor.
6.5. Pengurugan Kembali.
6.5.1. U m u m. a. Pengurugan kembali harus seizin
Direksi/Konsultan Pengawas. b. Pengurugan kembali tidak boleh
dijatuhkan langsung pada setiap struktur
atau pipa. c. Bahan pengurugan kembali harus bahan terpilih,
kecuali bila dinyatakan
lain. d. Pengurugan kembali dilakukan sampai ke permukaan tanah
asal galian.
6.5.2. Bahan Pengurgan Kembali. Bahan pengurugan kembali harus
seperti apa yang diuraikan di bawah ini : a. Bahan terpilih.
Yang dimksud dengan bahan terpilih adalah bahan galian semula
atau yang di datangkan dari tempat lain yang tidak terdiri dari
batu atau benda padat yang lebih besar dari 5 cm dan juga tidak
mengandung bahan organik, seperti : Rumput, akar atau tumbuhan
lainnya serta tidak bersifat mudah memuai.
b. Pasair. Pasir untuk pengurugan kembali harus bersih teratur
dari halus kekasar, tidak bergumpal dan bebas dari tahi logam,
arang, abu, sampah atau bahan lainnya yang tidak dikehendaki oleh
Direksi/Konsultan Pengawas. Pasir tersebut tidak boleh mengadung
lebih dari 10 % berat tanah liat.
c. Bahan Dasar Agregat. Bahan dasar agregat harus bersih, keras,
kuat awet dari kerikil atau batu belah berukuran dari 5 cm, serta
sifat kimianya tidak aktif.
-
Halaman
6
Pasal 7 Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu Gunung
7.1. Galian tanah untuk kedudukan pondasi batu gunung harus
dilakukan menurut ukuran-
ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan peil-peil yang tercantum
dalam gambar. 7.2. Apabila ternyata terdapat pipa-pipa air, gas dan
pipa-pipa pembuangan, kabel listrik,
kabel telepon dan lain-lain yang masih digunakan, maka
Kontraktor harus secepatnya memberitahukan hal ini kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk seperlunya. Kontraktor
bertanggung jawab penuh atas segala kemrusakan-kerusakan yang
terjadi sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut.
7.3. Kontraktor harus menjaga lubang-lubang galian pondasi
tersebut agar bebas dari
longsoran-longsoran tanah dari kiri-kanannya (bila perlu
dilindungi dgn alat penahan tanah dan bebas dari genangan air, bila
perlu dipompa), sehingga pekerjaan pemasangan pondasi dapat
dilakukan dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
7.4. Sebelum pondasi dilaksanakan, tanah dasar galian harus
diberi lapisan pasir urug
dengan tebal sesuai gambar, dibuat secara rata (tidak turun
naik) dan selebar galian pondasi yang akan dipasang.
7.5. Batu gunung/kali harus selebar galian pondasi yang akan
dipasang. 7.6. Batu gunung harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
7.6.1. Batu gunung yang sudah dibelah adalah jenis batu yang
kasar, berat dan berwarna kehitam-hitaman.
7.6.2. Tidak ringan dan porous 7.6.3. Bahan asal batu gunung
yang besar kemudian dibelah atau dipecah-pecah
menjadi ukuran normal menurut tata cara pekerjaan yang
bersangkutan. 7.6.4. Adukan untuk pasangan pondasi batu gunung
adalah 1pc : 4 psr, lapisan
paling bawah digelar diatas pasir urug. 7.6.5. Pemasangan sesuai
dengan ukuran-ukuran didalam gambar atau atas
petunjuk-petunjuk dari Konsultan Pengawas. 7.6.6. Batu gunung
harus dipasang saling mengisi dan masing-masing dengan
adukan lapis demi lapis, sehingga tidak ada rongga diantara
batu-batu tersebut dan mencapai masa yang kuat dan integral.
Pasal 8 Pekerjaan Pancang Kayu Ulin
8.1. Pesyaratan Material.
8.1.1. Material yang digunakan adalah Kayu Ulin dengan dimensi
10 cm x 10 cm x 4.00 meter
8.1.2. Kayu ulin harus kayu yang cukup tua, lurus dan tidak
retak-terak. 8.1.3. Konsultan Pengawas berhak menolak kayu ulin
yang dianggap tidak memenuhi
syarat. 8.2. Syarat Pelaksanaan
-
Halaman
7
8.2.1. Pekerjaan harus dilaksanakan oleh tenag yang cukup ahli
dan berpengalaman dalam bidang pemacangan kayu ulin.
8.2.2. Pemancangan diharuskan menggunakan alat pancang dengan
berat Hammer minimal 500 kg dan tinggi jatuh hammer rata-rata 2
meter. Pada akhir pemancangan untuk setiap titik pancang diharuskan
dipacang dengan tinggi jatuh hammer 4 meter.
8.2.3. Pada setiap pemancangan tidak diperkenankan berhenti
sebelum tercapi apa yang ditetapkan dalam gambar atau oleh
Konsultan Pengawas.
8.2.4. Bagian ujung kayu yang ditumbuk harus dilindungi dengan
penutup dari besi. 8.2.5. Sistem maupun cara penyambungan tiang
pancang harus atas persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas atau sesuai gambar rencana.
8.2.6. Tiang layar untuk alat pancang harus benar-benar tegak
lurus. 8.2.7. Kontraktor harus melakukan recording/pencatatan atas
pemancangan alam
suatu lembar kertas dan yang harus dicatat adalah terutama. -
Urutan-urutan pemancangan - Kedalaman pemancangan pada setiap titik
pancang - Penurunan dari tiang pancang pada waktu pemancangan -
Recording mengenai waktu mulai dari pemancangan dan akhir dari
pemancangan. - Metode pelaksanaan tiang pancang
Pasal 9 Pekerjaan Beton
9.1. Referensi :
SKBI-2.3.53.1987 SNI 03-1727-1989 SNI 03-1728-1989 SNI
03-1736-1989 SNI 03-1750-1990 SNI 03-1756-1990 SNI 03-2461-1991 SNI
03-2495-1991 SNI 03-2834-1992 SNI 03-2847-1992 SNI 03-2854-1992 SNI
03-2914-1992 SNI 03-3976-1995 SK SNI S-36199003 SK SNI T-28-1991-03
SK SNI T-15-1992-03
9.2. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan beton bertulang dan
tidak bertulang yang terdiri dari : 9.2.1. Pondasi beton 9.2.2.
Sloof beton 9.2.3. Kolom beton 9.2.4. Balok beton 9.2.5. Listplank
beton 9.2.6. Plat lantai beton 9.2.7. Kolom praktis 9.2.8. Balok
latei dan balok praktis
-
Halaman
8
Secara umum tahap pekerjaa beton adalah sebagai berikut : 9.2.9.
Penyediaan semua bahan, 9.2.10. Persiapan dan pemasangan bekisting,
9.2.11. Pengadadukan beton, 9.2.12. Pengecoran beton, 9.2.13.
Pemeliharaan, perbaikan, penyelesaian dan pengerjaan semua
pekerjaan
tambahan, sehingga menghasilkan pekerjaan sesuai dengan gambar
rencana. 9.3. Standar Pekerjaan. Semua bahan dan konstruksi apabila
tidak diberi catatan khusus harus memenuhi
standar yang berlaku di Indonesia. Untuk struktur bangunan
digunakan mutu beton fc = 20 MPa (K-225), sedangkan pada bagian
yang lain atau yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas digunakan
mutu beton fc = 15 MPa (K-175). Dengan persetujuan dari Konsultan
Pengawas, Kontraktor dapat melaksanakan pekerjan cor beton dengan
menggunakan sistem beton siap pakai (Ready mix Concrete), yang
terlebih dahulu memberikan data-data spesifikasi mutu beton kepada
Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan.
9.4. Persyaratan Bahan.
9.4.1. Portland Cement (PC). Semua PC yang digunakan harus
Portland Cement merk standar yang disetujui oleh Badan yang
berwenang dan memenuhi persyaratan Portland Cement Klas I sesuai
spesifikasi yang termua dalam SNI. Semua pekerjaan harus
menggunakan satu macam merk PC. PC harus disimpan secara baik
dihindarkan dari kelembaban sampai tiba saatnya untuk dipakai. PC
yang telah mengeras atau membatu tidak boleh digunakan. PC harus
disimpan sedemikian rupa, sehingga mudah untuk diperiksa dan
diambil contohnya.
9.4.2. Split dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta
tidak mengandung bahan yang merusak dalam bentuk ataupun jumlah
yang cukup banyak, yang memperlemah kekuatan beton. Split harus
memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada SNI 1734 1989 F, atau
daftar berikut ini.
S p l i t P a s i r
Ayakan % - Lewat
Ayakan (Berat Keringf)
Ayakan % - Lewat
Ayakan (Berat Keringf)
30 mm 100 10 mm 100 25 mm 90 100 5 mm 90 100 15 mm 25 60 2,5 mm
80 1060 5 mm 0 10 1,2 mm 50 90
2,5 mm 0 5 0,6 mm 10 - 30 0,3 mm 10 - 30 0,15 mm 2 - 10
9.4.3. A i r.
Air harus bersih dan bebas dari bahan organik, alkali, garam dan
kotoran lain dalam jumlah yang cukup besar. Sebaiknya dipakai air
yang dapat diminum.
-
Halaman
9
9.4.4. Bahan Pembantu (Admiixture) Atas pilihan Kontraktor atau
permintaan Direksi/Konsultan Pengawas, bahan pembantu boleh
ditambahkan pada campuran beton untuk mengatur pengerasan beton,
efek penggunaan air, atau peningkatan mutu beton. Biaya penambahan
bahan pembantu menjadi tanggung jawab Kontraktor dan dianggap telah
diperhitungkan dalam penawaran. Bahan pembantu yang digunakan dapat
berupa sejenis hydroxylated carboncylic atau sejenis
lingninsulfonate tetapi tidak boleh mengandung calcium chlorida.
Bahan pembantu yang digunakan harus berkualitas baik dan dapat
diterima oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan penggunaannya harus
sesuai dengan BAHAN PEMBANTU sesuai dengan SNI 03 2495 1991. Jumlah
penggunaan PC dalam adukan adalah tetap dan tidak tergantung ada
atau tidaknya penggunaan bahan pembantu dan cara pencampurannya
harus sesuai dengan petunjuk dari pabrik yang bersangkutan.
9.5. Perbandingan Adukan.
9.5.1. Perbandingan campuran yang tepat untuk jenis pekerjaan
beton yang berlainan harus ditentukan oleh penyusutan minum. Adukan
beton yang dicor harus diletakkan pada papan bekisting, sehingga
mendapatkan permukaan beton yang licin sempurna.
9.5.2. Semua mutu beton yang direncanakan harus menggunakan
campuran yang telah diuji dilaboratorium berupa campuran yang
direncanakan (mix design).
9.5.3. Perbandingan air semen dan kekuatan tekan. Faktor air
semen dari beton (tidak terhitung air yang diisap oleh agregat)
tidak beleh melampaui 0.50 (perbandingan berat). Perbandaingan
campuran tersebut dapat diubah jika diperlukan untuk mendapatkan
mutu beton yang dikehendaki dengan kepadatan, kekedapan, keawetan
dan kekuatan yang lebih baik dengan persetujuan dari Konsultan
Pengawas. Kontraktor tidak berhak atas penambahan kompensasi yang
disebabkan oleh perubahan tersebut di atas.
9.5.4. Percobaan dilapangan. Penetapan kekuatan beton dalam
N/mm2 (MPa) dibuat dengan percobaan beton silinder ( 15 cm tinggi
30 cm). Jumlah silinder percobaan yang dibuat harus sesuai dengan
SNI 03-2834 1992. Satu (1) asli dan satu (1) copy hasil test harus
diserahkan kepada Konsultan Pengawas.
9.5.5. Suatu kali, jika kekuatan beton umur 7 hari kekuatannya
kurang dari 70 % dari beton umur 28 hari, maka Konsultan Pengawas
berhak untuk memerintahkan Kontraktor untukmenambah Cement Portland
kedalam campuran beton. Dan apabila terdapat beton dengan umur 28
hari yang tidak mencapai mutu beton yang dikehendaki, maka
pengecoran selanjutnya harus dihentikan sampai persoalan tersebut
dapat diselesaikan oleh Kontraktor dan Konsultan Pengawas.
9.5.6. Percobaan yang dilakukan di lapangan, pengambilan contoh
campuran dan pengujian harus mengundang dan disaksikan oleh
Konsultan Pengwas. Apabila tes tersebut terdapat keraguan, maka
Kontrkator wajib mengirim hasil percobaan lapangan dan meminta
pihak ketiga yang berwenang dan mempunyai keahlian untuk memeriksa
dan menguji material tersebut di atas dan Kontraktor harus
membiayai semua biaya tes silinder dan material beton yang telah
disebutkan dalam pasal ini.
9.5.7. Banyaknya air yang digunkana dalam adukan beton harus
cukup. Waktu pengadukan harus tetap dan normal sehingga
menghasilkan beton yang
-
Halaman
10
homogen tanpa adanya bahan-bahan yang terpisah satu dengan yang
lainnya. Jumlah air dapat diubah sesuai dengan keperluannya dengan
melihat perubahan keadaan cuaca atau kelembaban bahan adukan
(agregat) untuk mempertahankan hasil yang homogen, kekentalan dan
kekuatan beton yang dikehendaki.
9.5.8. Pengujian kekentalan adukan beton (slump) dan
pelaksanaannya sesuai dengan SNI 03 - 3976 1985. Slump yang
digunakan dalam pekerjaan ini adalah 7,5 10 cm, sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Konsultan Pengawas. Untuk maksud dan alasan
tertentu, dengan persetujuan Konsultan Pengawas dapat dipakai nilai
slump yang menyimpang dari ketentuan di atas asal dipenuhi hal-hal
sebagai berikut : a. Beton yang dapat dikerjakan dengan baik
(workability), b. Tidak terjadi pemisahan dari adukan, c. Mutu
beton yang disyaratkan tetap terpenuhi.
9.6. Rencan Pengadukan Beton (Trial Mix Design). 9.6.1. Sebelum
melakukan pekerjaan pengecoran, Kontraktor harus melakukan
rencana pengadukan beton (trial mix design) untuk mendapatkan
mutu beton yang dikehendaki. Untuk itu Kontraktor perlu melakukan
pengujian material di laboratorium yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas untuk semua materila beton. Berdasarkan analisa
dan hasil tes contoh tersebut, laboratorium akan merencanakan suatu
campuran beton (mix design) dengan slump yang telah disyaratkan
9.6.2. Kontraktor harus menyediakan dan mengambil sedikitnya 4
(empat) silinder percobaan dari setiap 5 m3 adukan yang akan
diperiksa untuk pengujian umum beton 7 hari (dua buah) dan 28 hari
(2 buah). Kontraktor harus menyerahkan 3 (tiga) rangkap hasil
pengujian dan rencana adukan beton kepada Konsultan Pengawas untuk
disetujui sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran. Seluruh biaya
pembuatan contoh rencana adukan dan pengujian di laboratorium
ditanggung oleh Kontraktor. Sebagai kontrol suatu campuran beton,
data-data yang harus tertulis dalam laporan trial mix design
mencakup : a. Type dan gradasi material agregat, b. Asal agregat,
c. Hasil pengujian material air dan agregat (berat jenis dan berat
isi agregat,
modulus halus butir pasir, kadar lumpur, dan lain-lain), d. Type
dan merk Cement Portland, e. Type, merk dan komposisi bahan
additives (apabila digunakan), f. Komposisi takaran beton dan
takaran dalam 1 m3, g. Keterangan tentang beton (kemudahan
pekerjaan, segregasi kohesi dan
lain-lain), h. Hasil test silinder beton.
9.6.3. Untuk memastikan beton tersebut dapat mencapai mutu beton
yang telah disyaratkan, adukan beton harus direncanakan sesuai
dengan kuat desak beton rata-rata (fcr), sehingga mutu beton fc =
20 MPa harus direncakan sebagai beton dengan fc = 28 MPa
(K-330).
9.7. Pekerjaan Bekisting.
9.7.1. Bekisting atau perancah harus digunakan bial diperlukan
untuk membatasi adukan beton dan membentuk adukan beton menurut
garis dan pembukaan yang iinginkan. Kontraktor harus bertanggung
jawab atas perencanaan yang memadai untuk seluruh bekisting.
9.7.2. Pada bagian tertentu Konsultan Pengawas akan memerintah
Kontraktor untuk membuat shop drawing dari bekesting.
-
Halaman
11
9.7.3. Bila bekisting membahayakan atau tidak memadai, maka
bekisting tersebut dapat ditolak oleh Konsultan Pengawas,
Kontraktor harus segera membongkar dan meindahkan bekisting
tersebut dari lokasi pekerjaan dan menggantikannya dengan yang
baru.
9.7.4. Semua bahan yang akan digunakan/dipasang harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengwas.
9.7.5. Papan bekisting dapat digunakan dari plywood, papan yang
diserut/diketam rata dan halus, dalam keadaan baik sebagaimana
dikehendaki untuk menghasilkan permukaan yang sempurna seperti
terperinci dalam spesifikasi ini.
9.7.6. Toleransi yang diijinkan adalah lebi-kurang 3 mm untuk
garis dan permukaan. Bekisting harus sedemikian kuat dan kaku,
terhadap beban dan lendutan adukan beton yang masih basah dan
getaran terhadap beben konstruksi dan angin. Bekisting harus tetap
menurut garis dan permukaan yang disetujui Konsultan Pengawas
sebelum pengecoran.
9.7.7. Bekisting harus kedap air, sehingga dijamin tidak akan
timbul sirip atau adukan keluar pada sambungan.
9.7.8. Pipa, saluran dan lain-lain yang akan ditanam dan
perlengkapan lain untuk membuat lubang, saluran dan lain-lain harus
dipasang kokoh dalam bekisting, kecuali bilaman diperintahkan lain
oleh Konsultan Pengawas.
9.7.9. Sebelum dilakukan pengecoran beton bekisting yang telah
selesai dikerjakan terlebih dahulu harus diperiksa oleh Konsultan
Pengawas dan mendapatkan persetujuan.
9.7.10. Pembongkaran. Bekisting harus dibongkar dengan statis,
tanpa goncangan, getaran atau kerusakan pada beton. Pembongkaran
bekisting harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas, dengan
pedoman sebagai berikut :
Bagian Waktu Pengerasan Normal Kolom, dinding, dan sisi balok 4
hari
Plat 21 hari Balok 14 hari
9.8. Persiapan Pengecoran Beton. 9.8.1. Pencegahan Korosi.
Pipa-pipa listrik, angkur dan bahan lainnya terbuat dari besi yang
ditanam
dalam beton harus dipasang cukup kuat sebelum pengecoran beton
dilaksanakan, kecuali jika ada perintah lain dari Konsultan
Pengawas. Jarak antara bahan tersebut dengan bagian pembesian
sekurang-kurangnya 5 cm.
9.8.2. Persiapan Permukaan Yang Akan Dicor beton. Permukaan atau
lantai kerja harus dibersihkan dan dibasahi dengan siraman air
secara terus-menerus sebelum dilakukan pengecoran. Permukaan
tersebut harus dalam keadaan basah tapi bebas dari genangan air dan
juga bebas dari lumpur dan kotoran-kjotoran.
9.9. Pencampuran Beton
9.9.1. Semen portland, pasir dan kerikil/split harus dicampur
sedemikian rupa dan jumlah air yang ditambahkan harus menghasilkan
adukan yang homogen dan kekentalan yang merata. Kotran atau
benda-benda lain yang tidak diinginkan harus dibuang. Semua
material yang telah masuk ke dalam mesin pengaduk (molen) harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga menjamin pencampuran yang
merata.
-
Halaman
12
Jenis dan ukuran molen harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
9.9.2. Pengadukan dari tiap molen harus terus-menerus dengan
waktu tidak lebih dari 2 (dua) menit sesudah seluruh bahan meterial
termasuk air berada didalam molen. Selama itu molen harus berputar
dengan kecepatan yang konstan sehingga menhasilkan adukan dengan
kekentalan yang merata pada akhir waktu pengadukan. Pengadukan
beton yang terlalu lama atau pengisian molen yang terlalu banyak
tidak diperbolehkan.
9.9.3. Beton atau lapisan aduk yang telah mengeras tidak
diperbolehkan terkumpul di dalam molen.
9.9.4. Dilarang mencampur kembali dengan menambah air ke dalam
adukan beton yang sebagain telah mengeras.
9.10. Suhu Beton.
Suhu beton sewaktu dicor/dituang tidak boleh melebihi 32o C dan
tidak kurang dari 4,5o C. Apabila beton melebihi dari suhu
tersebut, Kontraktor harus mengambil langka yang efektif, misalnya
dengan melakukan pendinginan agregat dengan melakukan penyiraman
pada material tersebut atau dengan cara lain sesuai dengan
peraturan yang berkalu di Indonesia.
9.11. Pengecoran. 9.11.1. Pengecoran beton harus dengan ijin
tertulis dari Konsultan Pengawas dan
dilaksanakan pada waktu Konsultan Pengawas atau wakilnya yang
ditunjuk serta Pengawas Kontraktor yang setaraf ada di tempat
kerja.
9.11.2. Adukan beton yang diketahui sebelum pengecoran tidak
memenuhi syarat spesifikasi yang ditetapkan atau adukan beton yang
tidak jadi digunakan, harus ditolak dan segera dikeluarkan dari
tempat pekerjaan dengan biaya Kontraktor.
9.11.3. Beton tidak boleh dicor bilamana keadaan cuaca buruk,
panas yang dapat mengagalkan pengecoran dan pengerasan yang baik,
seperti ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
9.11.4. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian
atau kedalam papan bekisting yang tinggi/dalam yang dapat
menyebabkan terlepasnya kerikil/split dari adukan beton. Beton juga
tidak boleh dicor dalam bekisting yang dapat mengakibatkan
penimbunan adukan pada permukaan bekisting diatas beton yang sudah
dicor. Untuk hal tersebut diatas, harus disiapkan corong atau
saluran vertikal untuk pengecoran agar adukan beton dapat mencapai
tempatnya tanpat terlepsa satu sama yang lain. Bagaimanapun juga
tinggi jatuh adukan beton tidak boleh melampaui 1,5 meter dibawah
ujung corong saluran, atau kereta dorong untuk pengecoran.
9.11.5. Asukan beton harus dicor dengan metara selama proses
pengecoran, setelah adukan dicor pada tempatnya tidak boleh
didorong atau dipindahkan lebih dari 2 (dua) meter dalam arah
mendatar.
9.11.6. Sambungan beton. Sebelum dilakukan pengecoran,
Kontraktor harus menentukan dahulu tempat-tempat dimana terdapat
sambungan cor beton lama dengan cor beton baru. Pada permukaan
sambungan beton yang horizontal harus diratakan dengan kayu untuk
memperoleh permukaan yang cukup rata. Permukaan yang berisi sarang
kerikil dalam jumlah yang besar harus dihindarkan dan permukaan
tersebut harus dibersihkan dari semua kotoran lumpur dan bahan yang
mudah terlepas dengan dilakukan penyemprotan menggunakan kompresor
diikuti dengan pembersihkan dengan air sebaik-baiknya. Genangan air
yang terjadi harus dihindarkan dari permukaan sambungan beton
tersebut sebelum dilakukan pengecoran beton yang baru.
-
Halaman
13
Permukaan sambungan beton yang disiapkan harus dilapisi dengan
lampisan adukan beton dengan mutu beton yang sama setebal 2.5 cm,
atau dengan bahan additives yang telah mendapat persetujuan dari
Konsultan pengawas. Lapisan tersebut harus tersebar dengan merata
dan harus dikerjakan dengan teliti dan cermat sampai larutan
tersebut mengisi ke dalam celah-celah permukaan beton yang lama.
Setelah itu segera dilakukan pengecoran beton yang baru.
9.11.7. Adukan beton di dalam bekisting harus dicor berupa
lapisan horizontal yang merata tidak lebih dari 50 cm di dalamnya,
dan harus diperhatikan agar terhindar dari terjadinya lapisan
adukan yang miring, kecuali diperlukan untuk konstruksi yang
miring. Tiap lapisan harus dicor pada waktu lapisan yang sebelumnya
masih lunak Kontraktor harus mengusahakan agar dapat mencegah
pengeringan/pengerasan beton yang terlalu cepat dari adukan beton
yang baru dicor. Apabila sekeliling bekisting lebih dari 32o C,
suhu adaukan beton yang dicor tidak boleh melebihi 32o C. Adukan
beton yang baru dicor harus diberi pelindung terhadap panas
matahari.
9.12. Pemadatan dan Penggetaran.
9.12.1. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai mencapai
kepadatan maximum sehingga bebas dari kantang/sarang kerikil dan
menutup rapat pada semua permukaan dari cetakan dan material yang
melekat.
9.12.2. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar
(vibrator) dengan kecepatan minmum 700 rpm yang bergetar pada
bagian dalam (dari alat jenis tenggelam) dalam waktu maximal
sepuluh detik setiap kali dibenamkan. Pada waktu yang sama
dilakukan pengetukan pada dinding bekisting sampai betul-betul
mengisi pada bekisting atau lubang galian dan menutupi seluruh
permukaan bekisting.
9.12.3. Perhatian khsus pada pengecoran pada sekeliling
waterstop. Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sebaik-baiknya
dengan vibrator.
9.12.4. Penggunaan vibrator harus dilakukan dengan benar atau
dengan petunjuk dari Konsultan Pengawas dan tidak boleh mengenai
bekisting maupun pembesian.
9.13. Perawatan beton.
9.13.1. Beton yang selesai dicetak harus dijaga dalam keadaan
basah selama sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari setelah
dicor, yaitu dengan cara penyiramana air, karung goni basah atau
cara-cara lain yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
9.13.2. Air yang digunakan dalam perawatan harus memenuhi
spesifikasi air untuk campuran beton.
9.13.3. Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap
kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.
Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar
matahari langsung paling sedikit 3 (tiga) hari setelah pengecoran
Perlindungan semacam itu dibuat efektif dan secepatnya dilaksanakan
sesudah pengecoran beton, atau sesudah pembukaan cetakan
bekisting.
9.13.4. Beton yang keadaannya seperti tertera di bawahini harus
diperbaiki atau dibongkar dan diganti dengan beton baru yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan semua biaya yang timbul
ditanggung oleh Kontraktor. Beton yang dimaksud adalah sebagai
berikut : a. Ternyata rusak, b. Sejak semula cata, c. Cacat sebelum
penyerahan pertama,
-
Halaman
14
d. Menyimpang dari garis atau muka ketinggian yang telah
ditentukan, e. Tidak sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat
(RKS).
9.14. Penyelesaian Permukaan dan Perbaikan Beton.
9.14.1. Semua permukaan atau permukaan yang dicetak harus
dikerjakan secara cermat, sesuai dengan betuk, garis, kemiringan
dan potongan seperti tercantum dalam gambar atau ditentukan oleh
Konsultan Pengawas.
9.14.2. Permukaan beton harus bebas dari segala jenis kotoran
dalam bentuk apapun dan harus merupakan suatu permukaan yang rapi,
licin, merata dan keras.
9.14.3. Permukaan bagian atas beton yang tidak dibentuk harus
dijadikan permukaan yang seragam, kecuali bila ditentukan lain.
9.14.4. Selama beton masih plastis, tidak diijinkan adanya
tambahan cor secara monolitas diatas beton dasarnya.
9.14.5. Dilarang menaburkan semen portland kering dan pasir di
atas permukaan beton dengan maksud menghisap air yang berlebihan.
Plat lantai dan bagian atas exposed dinding harus dirapihkan dengan
menggunakan sendok aduk dari baja.
9.14.6. Segerah seletalah cetakan dilepas, bersama dengan
Konsultan Pengawas memeriksa dengan teliti semua sisi cor beton dan
bagian yang tidak rata harus digosok atau diisi dengan baik agar
diperoleh suatu sisi permukaan yang licin, seragam dan merata.
9.14.7. Perbaikan baru boleh dikerjakan setelah adanya
pemeriksaan dan perintah tertulis dari Konsultan Pengawas dan
pekerjaan tersebut harus benar-benar mengikuti petunjuk dari
Konsultan Pengawas.
9.14.8. Beton yang menunjukan rongg, lubang, keropos atau cacat
jenis yang lain harus dibongkar dan diganti. Semua perbaikan dan
penggantian sebagaimana diuraikan disini harus dilaksanakan
secepatnya oleh Kontraktor dengan biaya sendiri.
9.14.9. Semua perbaikan harus dilaksanakan dan dibentuk
sedemikian rupa sehingga pekerjaan yang diselesaikan sesuai dengan
ketentuan pasal ini dan tidak mengganggu pengikatan, pengurangan
kekuatan, penurunan atau peretakan.
Pasal 10 Pekerjaan Pasangan Batu Dan Plesteran
10.1. Umum.
Sebelum mengadakan pembelian, pengiriman, pemasangan, Kontraktor
harus menyerahkan contoh bahan pekerjaan pasangan pada direksi
lapangan untuk memperoleh persetujuan. Contoh harus mencerminkan
mutu, texture, warna dan kekutan yang akan digunakan dalam
pekerjaan.
10.2. Persyarat Bahan.
10.2.1. Batu Bata. Batu bata harus mempunyai rusuk-rusuk yang
tajam dan siku. Bidang-bidang
sisinya harus data, tidak menunjukkan retak-retak. Pembakaran
harus matang. Batu bata ukuran harus sama satu dengan yang
lain dan harus memenuhi persyaratan yang terdapat dalam
SNI-03-1728-1989 dan PUBI 1971.
10.2.2. Bahan Perekat. Semen, pasir (agreegat halus) dan air
harus memenuhi ketentuan dalam pekerjaan pasangan.
-
Halaman
15
Adukan untuk pasangan menurut daftar berikut ini :
No. Pekerjaan PC Pasir 1. Pondasi Batu Gunung 1 4
2. Pasangan Batu Bata 1 4 3. Pasangan Bata Trasraam 1 2 4.
Plesteran Biasa 1 4
5. Plesteran Trasraam 1 2 6. Plesteran Beton 1 3
10.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan.
10.3.1. Semua pekerjaan pasangan harus dipasang tegak dan
mengikuti garis. Pekerjaan pasangan harus dipasang seragam. Satu
bagian tidak boleh dipasang lebih dari satu meter di atas bagian
bawahnya, kecuali bila ada persetujuan dari direksi lapangan.
10.3.2. Batu bata sebelum dipasang harus dibasahi terlebih
dahulu dan bersih dari kotoran (direndam) dalam air sehingga
buihnya habis. Batu bata harus di pasang tegak lurus dengan
bentangan benang yang sifatnya datar. Pemasangan batu bata
dilakukan dengan adukan 1pc : 4psr kecuali : a. Dinding kedap air,
yaitu pasangan dinding diatas sloof sampai setinggi 20
cm di atas permukaan lantai, serta dinding yang berhubungan
dengan air (toilet) sampai dengan 150 cm di atas lantai dilakukan
dengan adukan 1pc : 2psr.
b. Semua ujung-ujung dinding, sudut-sudut, pinggiran, lubang dan
beton dilakukan dengan adukan 1pc : 3psr.
Pasangan dinding bata dilaksanakan secara bertahap, setiap tahap
terdiri maksimum 24 lapis setiap hari, di ikuti dengan cor kolom
praktis setiap 12 m2. Pembuatan lubang untuk steiger sama sekali
tidak diperkenankan. Pasangan batu bata yang berbatasan dengan
kolom beton diberi angkur besi minimal jarak 60 cm. Semu angkur,
pipa-pipa, peralatan dan lain-lain yang akan ditanam dalam dinding
batu bata harus dipasang pada saat pekerjaan pasangan batu bata
dilaksanakan.
10.3.3. Setiap pertemuan tgak lurus dari dinding batu bata harus
dicor kolom praktis 10/10 cm beton bertulanmg dengan pembesian 4
8mm dan beugel 6mm - 20 cm.
10.3.4. Semua bagian atau dinding batu bata harus diakhiri
dengan ring balk sesuai dengan ukuran pada gambar rencana.
10.3.5. Semua bagian kusen yang berhubungan langsung dengan
pasangan dinding batu bata dibuat beton kolom prktis dan balok
praktis yang berfungsi sebagai penahan beban dinding
sekelilingnya.
10.4. P l e s t e r a n. Semua dinding yang akan diplester harus
bersih dari kotoran dan disiram dengan air
dengan campuran 1pc : 4 psr. Plesteran yang baru saja selesi
tidak langsung di finishing.
Selama proses pengeringan plesteran harus selalu dibasihi dengan
air agar tidak terjadi retak-retak rambut akibat proses
pengeringan.
Pengadukan harus di atas alas dari papan (palungan) dan atau
lain-lain. Plesteran dinding yang akan dicat tembok penyelesaian
terakhir harus digosok dengan amplas bekas atau kertas zak
semen.
-
Halaman
16
Semua beton yang akan diplester harus dibuat kasar dulu dengan
cara dibetel agar plesteran dapat merekat. Untuk semua sponing
harus digunakan campuran 1pc : 2psr. Sponing harus rata, siku pada
sudutnya.
Pasal 11 Pekerjaan Lantai dan Pelapis Dinding
11.1. U m u m.
11.1.1. Persyarata. Pekerjaan lantai baru boleh dilaksanakan
setelah seluruh pekerjaan plafond
dan pemasangan bahan lapisan-lapisan pada dinding selesai
dikerjakan, atau telah mendapat izin dari direksi.
Sebelum pekerjaan ini dilakukan, Kontraktor diwajibkan
membesrihkan semua permukaan yang akan dipasang bahan lapisan
lantai dari berbagai macam kotoran dan mengadakan pengecekan
terhadap peil lantai, kemiringan serta pemasangan semua pipa-pipa,
saluran dan sebgainya harus dilaksanakan dengan baik.
Pekerjaan harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman
dalam bidang tersebut dengan persetujuan direksi lapangan.
Bahan-bahan adaukan adukan, semen, pasir dan air yang dalam segala
hal harus memenuhi persyaratan yang diuraikan pada pekerjaan
beton.
11.2. Lantai Beton Tumbuk. 11.2.1. Persyaratan Bahan.
Bahan yang digunakan untuk lantai beton tumbuk harus memenuhi
persyarat pekerjaan beton seperti yang diuraikan dalama pasal 7 RKS
ini.
11.2.2. Penyelesaian Permukaan Lantai Permukaan lantai beton
tumbuk setelah cukup umur, harus diplester dengan rapi dan
difinishing dengan acian semen.
11.3. Pelapis Dinding. Bahan yang digunakan untuk pelapis
dinding khususnya untuk dinding toilet,
digunakan bahan Keramik setara MULIA. Porselin dipasang setinggi
1,5 m dari permukaan lantai dan bahan untuk pengisian naad
digunakan semen warna sejenis dengan keramik. 11.3.1. Persyaratan
Bahan.
Ukuran : 20 x 20 dan 30 x 30, atau sesuai gambar rencana
Produksi : MULIA Warna : Ditentukan kemudian Kualitas : Klas I
(satu) Persyaratan lain : Tidak boleh ada cacat/retak, sesuai SNI
03-2096-1991.
11.3.2. Pemasangan. Untuk dinding-dinding Kamar Mandi/WC/Tempat
Cuci/Bak Air/Tempat Wudhu dan sebagainya. Sebelum dinding dipasang
dengan bahan keramik harus diberi lapisan water profing, diplester
dengan campuran 1pc : 2psr sertebal 2 cm, kemudian diaci halus
hingga rata permukaannya. Sedangkan untuk lantai pasangan dilakukan
dengan 1pc : 3psr hingga melekat kuat dan tidak ada bagian yang
kosong (keropos) pada permukaan lantai. Naad sebesar 3mm diisi
dengan semen yang warnanya sama dengan bahan keramik. Harus
diperoleh naad yang rata, tidak bergelombang dan saling tegak
lurus. Pemotongan bahan keramik harus dilakukan dengan menggunakan
mesin potong.
-
Halaman
17
Pasal 12 Pekerjaan Kayu
12.1. Lingkup Pekerjaan.
12.1.1. Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela Kayu Bangkirai.
12.1.2. Pekerjaan Pintu Panel kayu bangkirai. 12.1.3. Pekerjaan
rangka atap kayu Bangkirai 12.1.3. Pekerjaan plafond plywood 3.2 mm
dan rangka plafond kayu Meranti 12.1.4. Dan semua pekerjaan kayu
yang diperlihatkan pada gambar rencana.
12.2. Persyaratan Bahan. 12.2.1. Kayu harus cukup kuat dan tua
12.2.2. Kayu harus mempunyai texture yang sama, serat-serat lurus
12.2.3. Kayu bebas dari retak-retakan, serangan jamur, pelapukan
dan cacat-cacat
lain (mata bolong, bengkok, melintir dan sebagainya) 12.2.4.
Kayu dijamin tidak akan retak,pecah, dan melengkung dalam ruangan
ber AC 12.2.5. Kayu dipotong menurut ukuran, tegak lurus sesamanya
menurut gambar 12.2.6. Kayu harus sesuai SNI 03-3527 1994, SNI 03
3233 1992, SN 03 3528
1994 12.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan.
12.3.1. Umum. Semua permukaan kayu yang akan terlihat oleh
pandangan mata langsung, harus diserut lurus, licin, rata
sudut-sudutnya yang tajam dan tidak pecah-pecah. Tidak dibenarkan
menambal bagian-bagian yang pecah. Semua konstruksi kayu yang lurus
harus dilaksanakan tanpa sambungan. Bila terjadi penyambungan harus
mendapat izin dari Direksi. Ukuran yang tertara pada gambar adalah
ukuran jadi, yaitu setelah diserut dan diamplas. Titik-titik
pertemuan atau sambungan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga
bagian-bagian sambungan terletak dalam satu bidang. Sambungan,
pertemuan harus rapih dan kokoh, dibuat dengan konstruksi pen dan
lubang atau gigi-gigi dengan pantek, paku atau lem. Untyuk
listplank sambungannya harus menggunakan sambungan ekor burung.
12.3.2. Kusen. Untuk kusen, harus diangkur kedua sisinya,
pasangan harus tegak lurus, tidak boleh condong kemuka atau
kebelakang. Bahan kusen harus telah diangkut ketempat pekerjaan dan
disimpan serta disusun dalam los-los tertutup atap, agar terhindar
dari matahari dan hujan. Sebelum kusen dipasang terlebih dahulu
harus diberi meni pada biadang yang akan terkena pasangan
bata/dinding dan sebelum dilakukan pengecatan harus didempul dengan
dempul yang sejnis dengan catnya, serta diamplas dengan kertas
amplas yang sesuai. Pada bagian atas dari pada kusen, harus
dipasang balok latei dari beton bertulang. Pekerjaan kusen harus
dijamin oleh Kontraktor akan berfungsi dengan baik dan tahan
lama.
12.3.3. Pintu Panel Kayu Bangkirai. Sebelum melakukan pekerjaan,
Kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar yang ada dan kondisi
lapangan (ukuran lubang-lubang), penempatan, cara pemasangan,
mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.
-
Halaman
18
Sebelum pelaksanaan dimulai, penimbunan bahan-bahan ditempat
pekerjaan harus ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi
udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari
kerusakan dan kelembaban. Harus diperhitungkan semua sambungan siku
untuk rangka dan penguat lainnya serta penempatan daun pintu
terhadap kedua sisi rangka yang diperlukan, agar tetap terjamin
kekuatan dengan memperhatikan, menjaga kerapihan, tidak boleh
terdapat lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan. Semua permukaan
kayu harus diserut halus, rata, lurus dan siku sisi-sisinya satu
sama lain. Pemasangan daun pintu pada rangka digunakan paku atau
pen yang bermutu baik, produksi dalam negeri yang disetujui oleh
Direksi. Jika pekerjaan tersebut dikerjakan secara fabrikasi, maka
Kontraktor harus memberitahukan tempat dimana pekerjaan tersebut
dibuat, sehingga Konsultan Pengawas sewaktu-waktu dapat melihat
pembuatan pekerjaan tersebut. Jika diperlukan harus menggunakan
paku galvainis atas persetujuan Konsultan Pengawas, tanpa
meninggalkan bekas/cacat pada permukaan rangka kayu yang tampak.
Kontraktor harus menjamin bahwa setelah pintu panel terpasang,
hasilnya harus rata, tidak bergelombang, tidak melintir dan semua
peralatan (engsel, grendel dan kunci) dapat berfungsi dengan baik
dan sempurna, serta tahan terhadap cuaca langsung.
Pasal 13 Pekerjaan Plafond
13.1. Pekerjaan Plafond terdiri dari : 13.1.1. Persyaratan.
Pemasangan plafond baru boleh dilaksanakan setelah semua
peralatan yang terdapat di dalam plafond (kabel-kabel, pipa-pipa,
ducting, alat penggantung dan penguat plafond) siap/selesai
dikerjakan.
13.1.2. Pelaksanaan. Penggantung (rangka) plafond harus dibuat
sedemikian rupa sehingga diperoleh bidang plafond yang rata, datar
dan tidak melengkung. Penggantung plafond dari kayu meranti merah
dengan ukuran sesuai gambar. Pemasangan plafond harus rata.
Kontraktor bertanggung jawab atas segala akibat yang mungkin
terjadi : 1. Kemungkinan pemasangan partisi, dimana ada
bagian-bagian partisi yang
harus disangga oleh rangka plafond, 2. Kemungkinan dibuatnya
lubang untuk pemeriksaan, 3. Kemungkinan tidak sempurnanya
alat-alat penggantung, sehingga plafond
menjadi bergelombang karenanya. 4. Kemungkinan pemasangan
alat-alat maintenance pada plafond di luar
bangunan. Kontraktor wajib membuat shop drawing yang
memperlihatkan pola, sistem, ukuran-ukuran yang sesuai dengan
kondisi lapangan dan sebagainya.
-
Halaman
19
13.2. Persyaratan Bahan. Material : Plywood Ukuran : Sesuai
gambar rencana Tebal : 3,2 mm Kwalitas : Kelas I (satu) Finishing :
Cat (sesuai gambar) warna ditentukan kemudian Persyaratan lain :
Permukaan tidak retak,melengkung, pecah pada sudutnya. 13.3. Syarat
Pelaksanaan. Pemasangan dengan rangka dari kayu meranti merah
kualitas baik dengan ukuran
dan pola seperti pada gambar rencana. Setelah dipasang permukaan
harus benar-benar rata, horizontal, tidak bergelombang.
Hasil pemasangan harus disetujui oleh Pengawas Lapangan/Direksi.
Finishing plafond dicat dengan menggunakan cat tembok, setara
Paragon. Pada
pertemuan antara plafond dan tembok, ditutup dengan list
plywood. 13.4. List Plafond.
13.4.1. Persyaratan Bahan. Kayu yang dipakai harus lurus, kering
dengan permukaan rata bebas dari cacat seperti retak-retak dan
cacat lain. Kayu list plafond dari plywood dengan ukuran sesuai
dengan yang ditunjukan dalam gambar.
13.4.2. Syarat Pelaksanaan. Kayu list plafond dipasang pada
bagian-bagian sudut pertemuan antara dinding dan bidang plafond,
dengan finishing cat tembok.
Pasal 14 Pekerjaan Kaca
14.1. Lingkup Pekerjaan.
Meliputi pengadaan material kaca, pemasangan, pengadaan
alat-alat bantu dan accessories yang mendukung hingga pelaksanaan
berhasil baik sesuai dengan rencana. Pemasangan kaca meliputi
pemasanga kaca bening tebal 5 mm pada jendela dan pada
bagian-bagian lain yang harus diberi kaca sesuai dengan
fungsinya.
14.2. Syarat-Syarat Pelaksanaan.
14.2.1. Umum. Material kaca yang akan digunakan/dipasang harus
mendapat persetujuan dari
Direksi. Kaca merupakan kaca dengan kualitas baik dengan tebal 5
mm, memenuhi SII
dan harus menggunakan produksi dalam negeri. Kaca tidak boleh
bergelombang, retak, baur serta harus mempunyai bidang yang licin
dan tidak memberi efek lensa.
14.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan.
14.3.1. Sebelum pemasangan semua kotoran dan bekas-bekas minyak
harus dibersihkan hingga tidak mengganggu perekatan.
14.3.2. Semua perlengkapan/kelengkapan (accessories) pemasangan
kaca harus dipasang sesuai petunjuk pemasangannya.
14.3.3. Pemasangan kaca harus memperhitungkan sejauh mungkin
akibat susut-muai yang dapat mengakibatkan kaca retak/pecah.
-
Halaman
20
14.3.4. Pelaksanaan pemasangan kaca harus dilakukan oleh tenaga
yang cukup berpengalaman, sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan
yang direncakan.
Pasal 15 Pekerjaan Pengunci dan Penggantung
15.1. Umum.
15.1.1. Pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga yang cukup
berpengalaman dibidang tersebut.
15.2.2. Kontraktor harus memberikan contoh-contoh terlebih
dahulu untuk disetujui oleh Direksi.
15.2.3. Pemasangan harus dokerjakan dengan peralatan yang
sesuai, baik dan memenuhi syarat.
15.2.4. Selama pekerjaan berlangsung harus dijaga agar bahan
terlindung dari goresan atau yang dapat mengakibatkan cacatnya
bahan.
15.2. Kunci.
15.2.1. Persyaratan Bahan. Semua perlengkapan kunci dipakai
produksi dalam negeri atau setara Yalle. Bentuk dan warna akan
ditentukan kemudian oleh Direksi. Kunci yang diguanakan adalah
kunci dengan type silindris dengan 2 slag. Semua kunci harus
dilengkapi dengan minimum 2 (dua) anak kunci.
15.2.2. Pelaksanaan. Pemasangan kunci harus rapi, lurus dan sama
tingginya (tinggi handle 95 cm dari lantai). Sekrup-sekrup harus
tertanam rapi pada daun pintu, dan tidak merusak daun pintu maupun
bahan kunci sendiri. Pemasangan yang tidak rapi dan menimbulkan
cacat-cacat harus diperbaiki dan diganti atas biaya Kontraktor.
15.3. Engsel. Engsel yang dipakai adalah engsel kupu-kupu/H,
dipasang tidak lebih dari 28 cm dari
tepi atas/bawah daun pintu. Setiap daun pintu harus memakai 3
buah engsel dengan ukuran minimal 10 cm dan mempunyai ring
nylon.
Bahan engsel terbuat dari kuningan dengan merk Kend atau setara.
Pemasangan sekrup-sekrup harus benar-benar tegak lurus. Pemasangan
engsel tidak
boleh merusak kusen atau engsel itu sendiri.
Pasal 16
Pekerjaan Penutup Atap
16.1. Penutup Atap. 16.1.1. Lingkup Pekerjaan.
Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaansperti dinyatakan dalam
gambar rencana dengan hasil baik dan sempurna. Pekerjaan ini
meliputi pengadaan material, pengelolaan dan pemasangan penutup
atap Genteng Metal, Bubungan Genteng Metal, dipasang pada bidang
atap serta diseluruh detail yang disebutkan/dinyatakan dalam
gambar.
16.1.2. Persyaratan Bahan.
-
Halaman
21
Bahan yang akan digunakan harus diajukan contohnya terlebih
dahulu untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi. Bahan atap yang
digunakan adalah Genteng Metal. Paku yang digunakan untuk
pemasangan material atap harus menggunakan paku khusus untuk gentng
metal, yang telah digalvanis.
16.1.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan. a. Sebelum melakukan
pemasangan atap, terlebih dahulu harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi. b. Kontraktor harus
mengajukan brosur dari pabrik yang bersangkutan
mengenai tata cara pemasangan kepada Direksi. Kontraktor wajib
mengikuti petunjuk dari pabik mengenai tata cara
pemasangan/pelaksanaan, berikut kelengkapan-kelengkapannya.
c. Hasil pemasangan harus datar dengan kelandaian yang cukup
agar tidak terjadi kebocoran, dan pada prinsipnya pemasangan harus
disetujui oleh Direksi.
d. Sambungan rapat untuk atap, talang dan sebagainya dilakukan
dengan sealant karet silicon yang netral dan alat pengunci
mekanis.
e. Tumpangan yang benar adalah apabila sisi yang berparit
ditutup dengan sisi yang tanpa parit.
Pasal 17 Pekerjaan Pengecatan
17.1. Umum.
Pekerjaan pengecatan baru boleh dilaksanakan setelah : 17.1.1.
Dinding/bagian yang akan dicat selesai diperiksa dan disetujui oleh
Direksi. 17.1.2. Bagian-bagian yang retak/pecah diperbaiki dan
bagian yang kotor dibersihkan. 17.1.3. Dinding/bagian yang akan
dicat kering dan tidak berdebu. 17.1.4. Didahului dengan membuat
percobaan pengecatan pada dinding/bagian yang
akan dicat. Pekerjaan pengecatan harus dikerjakan oleh
tenaga-tenaga yang cukup ahli dan berpengalaman dan mengikuti semua
petunjuk dari pabrik pembuat cat yang bersangkutan. Pengecatan
dilakukan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat
dalam NI-4. Cat yang digunakan harus berada dalam kaleng-kaleng
yang masih disegel, tidak pecah/bocor dan mendapatkan persetujuan
dari Direksi. Warna cat akan ditentukan kemudian.
17.2. Persyaratan Bahan. Produksi : Produk Paragon atau setara
Warna : Ditentukan kemudian Kualitas : Baik 17.3. Syarat-Syarat
Pelaksanaan. Pekerjaan pengecatan harus dikerjakan oleh
tenaga-tenaga yang cukup ahli dalam
bidangnya dan harus menurut petunjuk Direksi. Cat yang digunakan
harus berada dalam kaleng-kaleng yang masih disegel, tidak
pecah/bocor dan mendapatkan persetujuan Direksi. Kontraktor
harus bertanggung jawab bahwa bahan tidak plasu dan warna sesuai
dengan petunjuk Direksi.
Bila persyaratan tersebut di atas telah dipenuhi, maka dilakukan
persiapan-persiapan :
-
Halaman
22
17.3.1. Membersihkan permukaan tembok tersebut terhadap
pengkristalan, penggumpalan (efflorensence) yang biasanya terdapat
pada tembok baru dengan amplas (emerald paper).
17.3.2. Kemudian dibersihkan dengan lap yang benar-benar bersih.
17.4. Pengecatan Plafond. Semua bidang pengecatan harus betul-betul
rata, tidak terdapat cacat (retak, lubang
dan pecah-pecah). Pengecatan tidak dapat dilakukan selama masih
adanya perbaikan pekerjaan pada bidang yang akan dicat.
Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak, dan
kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu
pengecatan. Seluruh bidang pengecatan diplamir dahulu sebelum
dilapisi cat dasar, bahan plamir dari produksi yang sama dengan
bahan catnya. Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan
dari Direksi serta pekerjaan instalasi didalam plafond telah
selesai dilaksanakan dengan sempurna. Hasil pengecatan harus baik,
warna dan pola texture merata, tidak terdapat noda-noda pada
permukaan pengecatan. Harus dihindarkan terjadinya kerusakan akibat
dari pekerjaan-pekerjaan lain. Kontraktor harus bertanggung jawab
atas kesempurnaan dalam pelaksanaan dan perawatan/kebersihan
pekerjaan sampai penyerahan pekerjaan. Bila terjadi
ketidaksanggupan dalam pelaksanaan atau kerusakan, Kontraktor harus
memperbaiki/menggantinya dengan bahan yang sama mutunya tanpa
adanya tambahan biaya.
17.5. Pengecatan Kilap. Cat Kilap harus diaduk sebelum dan
selama pengecatan, bila tidak dialakukan
pewarna akan mengendap dan akan menghasilkan warna yang tidak
rata dan mengurangi perlindungan pada kayu. Permukaan yang akan
dicat harus bersih dari debu dan kotoran. Kelebihan cat dipermukaan
harus disebarkan lagi setelah pengeringan selama 5-10 menit,
tergantung dari kadar penyerapan, kondisi pengeringan dan warna
yang diinginkan.
Kadar lembab kayu sebaiknya dibawah 2 %> Disarankan untuk
menggunakan cat kilap setara Aftelak.
Pasal 18 Pekerjaan Instalasi Listrik dan Penerangan
18.1. Umum
18.1.1. Pelaksanaan Pekerjaan. Pekerjaan instalasi listrik ini
harus dilaksanakan oleh instalatur yang telah
meiliki surat izin (PAS) Instalatur golongan A dari PLN
setempat, dan meiliki SIKA (Surat Izin Kerja) instalasi listrik
yang masih berlaku, serta Anggota AKLI setempat.
18.1.2. Standar dan Referensi. Dalam pelaksanaan instalasi
listrik, selain RKS ini, berlaku juga ketentuan standar/ referensi
berikut : a. Peraturan umum instalasi listrik (PUIL) yang
dikeluarkan oleh Yayasan
Normalisasi Indonesia tahun 1977, yang mana telah diperbaiki
oleh panitia PUIL 1987.
-
Halaman
23
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor:
023/PRT/1978 tentang syarat-syarat penyambuangan listrik (SPL).
c. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi nomor :
02/PERTAMBEN/1983 tentang Standar Listrik Indonesia.
d. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan
Kerja Depnaker.
e. Standar yang dikeluarkan oleh Association Of Germany
Electrical Engineers (VIDE), JIS, British Standard Associates dan
International Electrotechnical Commission (EIC), sepanjang tidak
bertentangan dengan PUIL 1987.
f. Peraturan/persyaratan dari pabrik pembuat peralatan yang
dipergunakan dalam pekerjaan ini.
18.2. Gambar Kerja. Kontraktor sebelum memulai pekerjaan harus
membuat gambar kerja, untuk
dimintakan persetujuan kepada pengawas. 18.3. Sub
Kontraktor.
18.3.1. Penunjukan sub kontraktor harus mendapat persetujuan
tertulis dari pemberi tugas dan konsultan pengawas terlebih
dahulu.
18.3.2. Dalam hal ini tanggung jawab pekerjaan tetap pada
kontraktor utama. 18.3.3. Sub kontraktor yang ditujuk harus
merupakan anggota AKLI setempat.
18.4. Pengawasan. 18.4.1. Kontraktor utama bertanggung jawab
penuh atas hasil keseluruhan dari
pekerjaan. 18.4.2. Kontraktor wajib menempatkan tenaga ahli
(engineer) untuk mengawasi
pelaksanaan setiap bagian pekerjaan. 18.4.3. Tenaga ahli
tersebut harus selalu berada di tempat pekerjaan dan diberi
wewenang untuk mengambil keputusan demi kelancaran pekerjaan.
18.5. Pengujian.
18.5.1. Sebelum serah terima seluruh pekerjaan instalasi dan
perlengkapannya harus diuji/ testing dengan hasil yang baik, aman,
dan handal.
18.5.2. Kontraktor harus bertanggung jawab atas pengadaan alat
dan tenaga untuk pengujian yang akan dilaksanakan.
18.5.3. Pengujian harus disaksikan dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Pemberitahuan pelaksanaan pengujian kepada pengawas
paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya.
18.5.4. Pengawas berhak memerintahkan lepada kontraktor untuk
melaksanakan pengujian disetiap saat, apabila diperlukan atau
diperkirakan pekerjaan sudah dapat diuji.
18.5.5. Pengujian dilakukan meliputi : a. Pengujian tahanan
isolasi, b. Pengujian instalasi keseluruhan c. Pengujian tahanan
pentanahan, d. Uji operasi 3 x 24 jam dengan beban penuh.
18.5.6. Bila terdapat hasil pengujian yang tidak baik maka
kontraktor harus segera memperbaiki dan kemudian melakukan
pengujian ulang atas beban kontraktor.
18.6. As Built Drawing/Manual/Sertifikat.
-
Halaman
24
Setelah selesai seluruh pekerjaan, kontraktor harus membuat dan
menyerahkan gambar As Built Drwaing kepada Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatandan Konsultan Pengawas.
18.7. Masa Pemeliharaan dan Garansi.
18.7.1. Kontraktor wajib melaksanakan masa pemeliharaan selama
30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak serah terima pertama
pekerjaan.
18.7.2. Pada masa pemeliharaan, pengawas membuat daftar cacat
yang memuat semua kerusakan/cacat atau tidak berfungsinya bagian
pekerjaan dan memerintahkan kepada kontraktor untuk segera
memperbaikinya.
18.7.3. Apabila terjadi kerusakan yang bukan disebabkan oleh
kesalahan kontraktor, maka kontraktor harus menerima pembayaran
atas pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan tata cara pembayaran
pekerjaan ini.
18.7.4. Kontraktor masih tetap bertanggung jawab atas segala
kerusakan peralatan listrik yang dipasang selama masa garansi 1
(satu) tahun, terhitung sejak serah terima kedua pekerjaan.
18.8. Lingkup Pekerjaan. Lingkp pekerjaan ini terdiri dari
pengadaan, pemasangan dan perletakan peralatan,
perlengkapan dan bahan yang disebutkan dalam gambar atrau RKS
ini, serta melaksanakan pengujian sehingga sistim elektrikal secara
keseluruhan dapat berjalan dengan baik.
Lingkp pekerjaan tersebut terdiri dari : 18.8.1. Penyambuangan
daya listrik dari PLN 18.8.2. Pengadaan dan pemasangan sistem
penerangan secara lengkap didalam
ataupun diluar gedung, termasuk didalamnya pengkabelan, titik
nyala lampu TL, lampu Pijar, Saklar dan seluruh stop kontak serta
instalasi untuk peralatan-peralatan yang membutuhkan tenaga
listrik.
18.8.3. Pengadaan dan pemasangan sistim pentanahan 18.8.4.
Pengadaan dan pemasangan peralatan bantu, baik yang disebutkan
dalam
RKS dan gambar, namun secara teknis diperlukan untuk memperoleh
suatu sistim yang sempurna, aman, siap pakai dan handal.
18.8.5. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengujian dan pengesahan
seluruh instalasi listrik yang terpasang oleh instalatur yang
berwenang/PLN setempat.
18.8.6. Menyediakan gambar instalasi yang terpasang, surat
jaminan instalasi dalam rangkap 3 (tiga).
18.9. Pengkabelan.
18.9.1. Instalasi titik lampau dan stop kontak digunakan jenis
kabel NYA 2,5 mm2. Kabel yang digunakan setara dengan produk
Kabelindo atau Supreme.
18.9.2. Pemasangan dan ukuran serta jenis kabel yang digunakan
harus sesuai gambar.
18.9.3. Tidak diperkenankan mengganti jenis, ukuran dan jumlah
terkecuali atas persetujuan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
18.10. Pelindung/Konduit
18.10.1. Untuk pelindung kabel yang tertanam dalm tembok
digunakan pipa konduit merk EGA, CLIPSAL atau setara dengan ukuran
diameter pipa minimum 1 x 5 diameter kabel atau sesuai dengan
gambar.
18.10.2. Hraus dilengkapi dengan peralatan bantu yang sesuai dan
dipasang dengan cara yang benar.
18.10.3. Penggantian merk harus dengan persetujuan konsultan
perencana dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan/Konsultan
Pengawas.
-
Halaman
25
Pasal 19 Pekerjaan Sanitair
19.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam
pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu
baik dan sempurna. Pekerjaan sanitair ini dipasang pada ruang
toilet, kamar mandi dan WC serta tempat-tempat tertentu sesuai
dengan gambar.
19.2. Peryaratan Bahan.
Alat sanitair yang diperlukan harus lengkap dengan
accessoriesnya, terdiri dari : 19.2.1. Kloset Duduk type standar
produksi setara KIA, warna ditentukan kemudian. 19.2.2. Kloset
Jongkok produksi setara KIA, warna ditentukan kemudian 19.2.3.
Wastafel produk setara KIA lengkap dengan cermin 19.2.4. Kran air
ukuran produksi setara KAKUDAI 19.2.5. Floor drain PVC diameter 4.
Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segalan
perlengkapannya, sesuai dengan yang telah disediakan oleh pabrik.
Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah disyaratkan dalam
RKS ini atau atas persetujuan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
Sebelum peralatan sanitair ini dipasang, sebelumnya harus
mengajukan contoh untuk disetujui oleh Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan.
19.3. Septiktank dan Peresapan. Septiktank terbuat dari pasangan
batu bata kedap air dengan ukuran sesuai gambar.
Pipa udara septiktank setinggi 50 cm dari permukaan tanah
terbuat dari pipa galvanis diameter 2.
Pipa penghubung dari Septiktank ke Peresapan dipakai pipa PVC
diameter 4, terbungku dengan lapisan ijuk setelab 10 cm dari
permukaan (bentuk dan ukuran lihat gambar).
Pembuatan Septiktank dan peresapan harus dikerjakan oleh tenaga
yang berpengalaman dalam bidang ini.
Pasal 20 Pekerjaan Plumbing
20.1. Umum Didalam pelaksanaan pekerjaan sistim dan instalasi
air bersih, air kotor atau disebut plumbing, maka berlaku
peraturan-peraturan sebagai berikut : 20.1.1. Pedoman Plumbing
Indonesia tahun 1979 20.1.2. Pemeriksaan Umum Bahan-Bahan Bangunan
NI-3 (PUBB) tahun 1969 20.2.3. Peraturan Perusahaan Air Minum
setempat 20.2.4. Peraturan Standar Air Bangunan
20.2. Lingkup Pekerjaan. Meliputi penyediaan air bersih,
pengelolaan air kotor dan drainase air hujan, termasuk
pemilihan dan pengadaan material, pemasangan, pengujian material
dan sistim, trial run, untuk seluruh sistim hingga dapat berfungsi
dengan baik sesuai gambar rencana dan persyaratan ini.
Sistim dan unit-unitnya meliputi :
-
Halaman
26
20.2.1. Jariangan pipa air bersih untuk di dalam dan di luar
bangunan 20.2.2. Jaringan pipa-pipa dan saluran, talang tegak,
talang datar untuk pembuangan
air hujan dari atap, serta halaman dan menyalurkan menuju
drainase yang ada.
20.2.2. Jaringan pipa-pipa air kotor di dalam dan di luar
bangunan 20.3.3. Unit pengelolaan air kotor, berupa tanki
septiktank yang dilengkapi dengan
peresapan. 20.3. Persyaratan Bahan. Untuk air bersih, air
buangan dan air kotor digunakan pipa PVC klas AW dengan
sambungan menggunakan solvent cement (perekat) yang sesuai
dengan jenis piap PVC. Sebelum penyambungan dilakukan permukaan
yang akan berkontak harus dibersihkan terlebih dahulu dengan amplas
dan atau lap kering, setelah itu baru boleh dilapisi dengan solvent
cement (perekat.
Alat-alat bantu (accessories) harus digunakan dari bahan-bahan
yang sejenis. 20.4. Syarat-Syarat Pelaksanaan.
20.4.1. Pemasangan pipa dan perlengkapannya serta peralatan
lainnya harus sesuai dengan gambar rencana dan penyambungan harus
kedap air.
20.4.2. Pada tempat-tempat tertentu harus dilengkapi dengann
sambungan ekspansi. 20.4.3. Pipa ditanam di dalam tanah, pada
dasarnya galian perlu dihampar dengan
pasir yang dipadatkan setebal 10 cm. 20.4.4. Pada tempat-tempat
persilangan dengan perkerasan jalan atau tempat parkir,
semua pipa harus diperkuat dengan metal agar pipa terhindar dari
tekanan beban langsung.
20.4.5. Semua ujung akhir yang tidak dilanjutkan lagi harus
ditutup dengan dop/plug atau blank flange.
20.4.6. Semua pemotongan pipa harus menggunakan pipe cutter dan
harus rapi.
Pasal 20 Pekerjaan Instalasi Pengkal Petir
20.1. Penjelasan. Yang dimaksud dengan sistem penangkal petir
dalam pekerjaan ini adalah semua
penyediaan dan pemasangan sistem penangkal petir termasuk disini
batang penerima, penghantar/down conductor, elektroda pentanahan
dan peralatan lainnya yang berhubungan dengan sistem tersebut.
Disini digunakan sistem konvensional dengan menggunakan sistem
Sangkar Faraday, mengacu kepada Peraturan Umum instalasi Pengkal
Petir (PUIPP 1983) untuk bangunan di Indonesia.
20.2. Penerima. Penerima haruslah terbuat dari batang tembaga
yang mempunyai diameter 1,5 inchi
dan dibagian ujungnya diruncingkan dengan sudut 15 derajat
dengan diberi dudukan batang besin galvanized diameter 1 untuk
berdirinya, sesuai dengan gambar rencana.
20.3. Batang Peninggi. Batang peninggi harus terbuat dari batang
tembaga dan disangga dengan besi
galvanized diameter 1 yang dijadikan satu kesatuan seperti dalam
gambar.
-
Halaman
27
20.4. Saluran/Penghantar. Saluran/penghantar haruslah dari
Copper telanjang/Bare Copper Conductor ukuran
minimal berpenampang = 50 mm2 (BC 50), saluran penghantar ini
dari batang peninggi ke bak kontrol (pentanahan) dipasang inbow
dalam kolom bangunan. Seluruh saluran penghantar harus diusahakan
tidak ada sambungan baik yang horizontal (diatas bangunan) maupun
yang vertikal (yang kebawah). Penampang kabel BC harus seperti
gambar rencana. Apabila terpaksa ada sambungannya, maka harus
dibuat sambungan dengan cara disolder (hal ini untuk menghindari
terjadinya tahanan yang membesar pada sambungan-sambungan).
20.5. Sambungan Pada Bak Kontrol. Sambungan pada bak kontrol
harus menjamin suatu kontrak yang disambung dan
tidak mudah lepas. Sambungan harus diusahakan agar dapat dibuka
untuk keperluan pemeriksaan. Sambungan haruslah terbuat dari bahan
yang sama/dari bahan tembaga.
20.6. Penambat/Klem. Konduktor atau penghantar harus ditambatkan
secara kuat. Penambat harus dari
bahan yang sama dengan konduktor untuk mencegah terjadinya
elektrolisa jika kena air. Bahan penambat/klem harus dibuat dari
plat tembaga.
20.7. Pentanahan. Tahanan tanah tidak boleh lebih dari 1 ohm.
Ground rod harus terbuat dari tembaga
seperti gambar rencana, dimasukan kedalam pipa galvanized
diameter 2 harus ditanamkan kedalam tanah secara vertikal minimal
sedalam 6 meter hingga mencapai air tanah, sehingga didapat tahanan
pentanahan minimal 1 ohm, disekelilinya diberi serbuk orang.
Pentanahan harus dibuat sesuai gambar
20.8. Bak Kontrol. Pada setiap ground rod harus dibuat bak
pemeriksaan (bak kontrol). Sambungan dari
down conductor dari electroda pentanahan harus dapat dibuka
untuk keperluan pemeriksaan tahanan tanah.
20.9. Pemasangan Penerima/Penangkal Petir. Pemasangan batang
penangkal (head)dipasang sesuai gambar rencana 20.10. Surat Ijin
Kontraktor harus mempunyai ijin Pas PLN Golongan B untuk pemasangan
penangkal
petir ini. Kontraktor harus sudah berpengalaman didalam
pemasangan penangkal petir,
dibuktikan dengan memberikan daftar pekerjaan-pekerjaan yang
sudah pernah dikerjakan.
Pasal 21 P e n u t u p
21.1. Semua sisa-sisa bahan bangunan adan alat-alat bantu harus
dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan segera setelah pekerjaan selesai atas biaya
kontraktor. Untuk itu kontraktor harus memperhitungkannya dalam
penawaran khusus mengenai mobilisasi/ demobilisasi peralatan dan
material.
-
Halaman
28
21.2. Bila terdapat hal-hal yang belum tercakup dalam RKS ini
dan memerlukan penyelesaian dilapangan, akan dibicarakan kemudian
oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor dan Konsultan Perencana dan
diketahui/disetujui oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.