Top Banner
I NYOMAN SUARKA
30

sosiologi-sastra

Sep 28, 2015

Download

Documents

menerangkan mengenai sosiologi sastra secara singkat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • I NYOMAN SUARKA

  • PENGANTARSastra = fenomena multidimensionalSastra merupakan alternatif terhadap kenyataanFenomena mendasar dalam melihat sastra sebagai alternatif terhadap kenyataan adalah persoalan mimesis dan creatio, kenyataan dan rekaan.

  • Sosiologi Sastra: pendekatanSosiologi Sastra lebih merupakan salah satu pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatanTiga perspektif dalam sosiologi sastra:(1) penelitian sosiologi sastra yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa karya sastra tersebut diciptakan; (2) penelitian sosiologi sastra yang mengungkap sastra sebagai cermin masyarakat; dan (3) penelitian sosiologi sastra yang memandang sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya.

  • ParadigmaParadigma itu merupakan unit konsensus terluas dalam ilmu pengetahuan dan berfungsi untuk membedakan satu komunitas ilmiah dari komunitas lainnya. Paradigma itu berfungsi untuk menentukan apa yang harus dipelajari, pertanyaan-pertanyaan apa yang harus diajukan, bagaimana cara mengajukannya, dan aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasi jawaban-jawaban yang diperoleh

  • Tiga Paradigma1. Paradigma fakta-fakta sosial berupa lembaga-lembaga dan struktur-struktur sosial yang dianggap sebagai sesuatu yang nyata, yang berbeda dari dan berada di luar individu. Teori struktural-fungsional dan teori konflik serta metode kuesioner dan wawancara termasuk dalam paradigma ini

  • 2. Paradigma paradigma definisi sosial yang mengarah pada satu perhatian terhadap cara individu-individu mendefinisikan situasi sosial mereka dan efek dari definisi itu terhadap tindakan yang mengikutinya. Yang menjadi pokok persoalan dalam paradigma ini adalah cara subjektif individu menghayati fakta-fakta sosial tersebut. Teori-teori interaksionalisme-simbolik, sosiologis fenomenologis dan metode observasi termasuk dalam paradigma ini;

  • 3. Paradigma prilaku sosial yang menjadikan prilaku manusia sebagai subjek yang nyata, individual. Teori-teori yang termasuk di dalamnya antara lain teori sosiologi prilaku dan teori pertukaran serta metode eksperimental

  • TujuanPendekatan sosiologi sastra adalah untuk mendapatkan gambaran yang lengkap, utuh, dan menyeluruh tentang hubungan timbal-balik antara sastrawan, karya sastra, dan masyarakat

  • SasaranPenelitian sosiologi sastra mengungkap refleksi tiga hal, yaitu ras, waktu, dan lingkungan karena ketiga hal tersebut mencerminkan iklim rohani suatu kebudayaan yang melahirkan seorang pengarang beserta karyanya

  • Tiga PerspektifPerspektif karya sastra, artinya peneliti menganalisis karya sastra sebagai sebuah refleksi kehidupan masyarakat dan sebaliknya;Perspektif pengarang, yakni peneliti menganalisis pengarang, persoalan-persoalan yang berhubungan dengan sejarah kehidupan pengarang dan latar belakang sosialnya yang bisa mempengaruhi pengarang dan isi karya sastranya;

  • (3) Perspektif pembaca, yakni peneliti meng-analisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra dan pengaruh sosial karya sastra.

  • Endraswara (2003) menjelaskan bahwa sasaran pendekatan sosiologi sastra meliputi:Fungsi sosial sastra: seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial dan seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi nilai sosial. Dalam hubungan ini ada tiga hal yang menjadi perhatian peneliti, yaitu (a) sejauhmana sastra dapat berfungsi pembaharu atau perombak masyarakatnya; (b) sejauhmana sastra berfungsi sebagai penghibur; dan (c) sejauhmana terjadi sintesis antara sastra sebagai perombak dan sastra sebagai penghibur;

  • Produksi dan pemasaran sastra: sekurang-kurangnya penelitian sosiologi sastra ini akan menghubungkan tiga kutub sastra, yakni penerbit, pembaca, dan pengarang. Faktor-faktor yang dijadikan sasaran, antara lain tipe dan taraf ekonomi masyarakat tempat berkarya; kelas atau kelompok sosial yang berhubungan dengan karya, sifat pembaca, sistem sponsor, pengayom, tradisi sastra;

  • Sastra sebagai cermin masyarakat. Persoalan yang berhubungan dengan ini adalah (a) sejauhmana sastra mencerminkan masyarakat pada waktu karya sastra itu ditulis; (b) sejauhmana sifat peribadi pengarang mempengaruhi gambaran masyarakat yang ingin disampaikannya; (c) sejauhmana genre sastra yang digunakan pengarang dapat dianggap mewakili seluruh masyarakat.

  • Konteks Sosiobudaya: penelitian sosiologi sastra yang lengkap seharusnya terkait dengan latar belakang sosiokultural masyarakat.Penelitian sosiokultural dapat digunakan dalam penelitian dua segi, yaitu (a) berhubungan dengan aspek sastra sebagai refleksi sosiobudaya; dan (b) mempelajari pengaruh sosiobudaya terhadap karya sastra atau sebaliknya.

  • Teori-teori dalam Pendekatan Sosiologi SastraTeori Strukturalisme Genetik: memasukkan faktor genetik dalam upaya memahami karya sastra. Genetik sastra artinya asal-usul karya sastra yang ditentukan oleh faktor-faktor, antara lain pengarang dan kenyataan sejarah yang turut mengkondisikan karya sastra saat diciptakan. Latar belakang sejarah, zaman, dan sosial masyarakat berpengaruh terhadap proses penciptaan karya sastra baik dari segi isi maupun segi bentuknya atau strukturnya.

  • Langkah-langkah yang ditempuh dalam penerapan teori strukturalisme genetik adalah:(1) Penelitian harus dimulai dari kajian unsur intrinsik sastra, baik secara parsial maupun dalam jalinan keseluruhannya;(2) Mengkaji latar belakang kehidupan sosial kelompok pengarang karena pengarang merupakan bagian dari komunitas kelompok tertentu;

  • (3) Mengkaji latar belakang sosial dan sejarah yang turut mengkondisikan karya sastra saat diciptakan oleh pengarang. Dari ketiga langkah tersebut akan diperoleh abstraksi pandangan dunia pengarang yang diperjuangkan oleh tokoh problematik.

  • Teori Strukturalisme Fungsionalmenganggap struktur kelembagaan sastra sebagai sistem campuran yang berbeda dengan struktur lembaga-lembaga sosial lainnya, seperti keluarga, politik, dan ekonomi. sastra sebagai struktur institusional harus memper-hitungkan produk sastra sebagai objek atau proses pengalaman estetik dan sebagai mata rantai yang esensial dalam suatu jaringan hubungan-hubungan sosial dan kultural yang meluas.

  • Fungsi Sastra(1) pandangan yang menganggap seni (sastra) berfungsi untuk memenuhi kepuasan untuk dirinya sendiri; (2) pandangan yang berkisar pada dikotomi kerja-waktu senggang dimana seni (sastra) berfungsi sebagai aktivitas waktu senggang, sebagai rekreasi, dalam pertentangannya dengan kerja;

  • (3) pandangan yang menganggap seni (sastra) berfungsi mengimbangi kesepihakan aktivitas-aktivitas instrumental; (4) pandangan yang menganggap seni (sastra) sebagai interes ekspresif yang mereduksi ketegangan-ketegangan yang diciptakan oleh peranan-peranan instrumental;

  • (5) anggapan bahwa seni (sastra) berfungsi sebagai pengalihan agresi dari sumber-sumber asli konflik institusional dengan memberikan pelepasan yang aman terhadap dorongan-dorongan untuk bermusuhan;

  • (6) anggapan bahwa seni (sastra) dapat berjalin erat dengan segala interes yang ada dalam masyarakat, dapat pula dimanfaatkan sebagai propaganda politik, ikon religius, alat perdagangan, pendidikan psikologi dan sosiologi, membangun rasa kesatuan dan solidaritas, atau untuk membangkitkan kesadaran akan isu-isu sosial untuk melakukan perubahan sosial sambil tetap mempertahankan fungsi esensialnya, yakni mempertinggi kesadaran mengenai konteks yang di dalamnya sastra muncul dan secara objektif menyimbolisasikan nilai esensial dari konteks itu;

  • (7) seni dapat mewujudkan seperangkat nilai yang mempunyai koherensi dan kualitas sebagai kepercayaan.

  • Teori Kultural/Idealogis GeneralGramsci: mengakui sastra mempunyai kemungkinan bersifat normatif terhadap masyarakatmenganggap dunia gagasan, kebudayaan, superstruktur bukan hanya sebagai refleksi atau ekspresi dari struktur ekonomi atau infrastruktur yang bersifat material, melainkan sebagai salah satu kekuatan material itu sendiri.

  • Sebagai kekuatan material, dunia gagasan atau ideologi berfungsi mengorganisasi massa manusia, menciptakan tanah lapang yang di atasnya manusia bergerak.Gagasan-gagasan dan opini-opini tidak lahir begitu saja dari otak individu, melainkan mempunyai pusat formasi, irradiasi, penyebaran, dan persuasi.

  • Kemampuan gagasan/opini menguasai seluruh lapisan masyarakat merupakan puncaknya. Puncak itulah dinamakan hegemoni oleh Gramsci. Konsep hegemoni itu digunakan untuk meneliti bentuk-bentuk politis, kultural, dan ideologis tertentu, yang lewatnya dalam suatu masyarakat yang ada, suatu kelas fundamental dapat membangun kepemim-pinannya sebagai sesuatu yang berbeda dari bentuk-bentuk dominasi yang bersifat memaksa.

  • Teori DialogisBakhtin: studi sastra merupakan bagian ilmu humanioraObjek ilmu humaniora adalah roh yang mengungkapkan dirinya dalam wacana dan dengan demikian melibatkan persoalan resepsi dan interpretasi, persoalan pem-bangunan, pentransmisian, dan penginter-pretasian orang lain.

  • pemahaman terhadap objek hanya dapat dilakukan dengan suatu bentuk pemahaman dialogis yang meliputi penilaian dan respon.pemahaman adalah transposisi yang tetap mempertahankan dua kesadaran yang tidak dapat dicampuradukkan. Pemahaman selalu bersifat dialogis, mengimplikasikan suatu jawaban terhadap objek, tuturan orang lain.

  • Pemahaman tidak dapat dianggap sebagai metateks tetapi sebagai interteks yang sejajar dengan teks. Karena itu, kriteria pemahaman bukanlah akurasi, melainkan kedalaman, usaha menembus ketakterbatasan makna-makna simbolik.kriteria pemahaman bukanlah akurasi, melainkan kedalaman, usaha menembus ketakterbatasan makna-makna simbolik.