BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) pertama kali muncul dalam seminar nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo, menurut laporan seminar tersebut (Panitia Seminar Nasional Civic Education, 1972:2, dalam Winataputra, 1978:42) ada tiga istilah yang muncul dan digunakan secara bertukar-pakai (interchangeable) yakni pengetahuan sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan sosial yang diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah sosial yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar masalah-masalah sosial dapat dipahami siswa. Dengan demikian siswa dapat memahami dan memecahkan masalah-masalah sehari-hari. Dalam kurikulum sistem pendidikan di Indonesia terdapat tiga jenis program pendidikan sosial, yakni: program pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) yang dibina pada fakultas-fakultas sosial murni, disiplin ilmu pengetahuan sosial (PDIPS) yang dibina pada fakultas-fakultas pendidikan ilmu sosial dan pendidikan ilmu pengetahuan sosial (PIPS) yang diberikan terutama didalam pendidikan persekolahan. Mulyono Tj. (1980:8), mengemukakan “IPS merupakan suatu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya”. Menurut Saidiharjo (1996:4), “IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik”. 5
31
Embed
sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan ...€¦ · Pengetahuan Sosial merupakan perpaduan mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi. Dengan demikian, Ilmu Pengetahuan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) pertama kali muncul dalam seminar
nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo, menurut
laporan seminar tersebut (Panitia Seminar Nasional Civic Education, 1972:2,
dalam Winataputra, 1978:42) ada tiga istilah yang muncul dan digunakan secara
bertukar-pakai (interchangeable) yakni pengetahuan sosial, studi sosial, dan ilmu
pengetahuan sosial yang diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah sosial
yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner
dan bertujuan agar masalah-masalah sosial dapat dipahami siswa. Dengan
demikian siswa dapat memahami dan memecahkan masalah-masalah sehari-hari.
Dalam kurikulum sistem pendidikan di Indonesia terdapat tiga jenis
program pendidikan sosial, yakni: program pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS)
yang dibina pada fakultas-fakultas sosial murni, disiplin ilmu pengetahuan sosial
(PDIPS) yang dibina pada fakultas-fakultas pendidikan ilmu sosial dan
pendidikan ilmu pengetahuan sosial (PIPS) yang diberikan terutama didalam
pendidikan persekolahan.
Mulyono Tj. (1980:8), mengemukakan “IPS merupakan suatu pendekatan
interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari
berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi
sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya”. Menurut
Saidiharjo (1996:4), “IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau
perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah,
sosiologi, antropologi, politik”.
5
6
Sumantri (2001:89), “IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan
sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam
nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial maupun ilmu pendidikan. IPS
juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik”. Artinya dengan
belajar IPS anak mempunyai kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan
ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk
masa yang akan datang. Sikap belajar tersebut diarahkan pada pengembangan
motivasi untuk mengetahui, berimaginasi, minat belajar, kemampuan
merumuskan masalah dan hipotesis pemecahanya, keinginan melanjutkan
eksplorasi IPS sampai ke luar kelas, dan kemampuan menarik kesimpulan
berdasarkan data.
Menurut Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh (1998:1), Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep
dasar dari berbagai ilmu sosial (ilmu sejarah, geografi, ilmu ekonomi, ilmu
politik, sosiologi, dan sebagainya) yang disusun melalui pendekatan pendidikan
dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan
kehidupannya. Menurut Hidayati (2002:13), bahwa untuk sekolah dasar, Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan perpaduan mata pelajaran sejarah, geografi dan
ekonomi. Dengan demikian, Ilmu Pengetahuan Sosial bukanlah ilmu-ilmu sosial
itu sendiri yang diartikannya sebagai semua bidang ilmu pengetahuan mengenai
manusia dalam konteks sosialnya atau sebagai masyarakat.
Jadi, Ilmu Pengetahuan Sosial bukan disiplin yang terpisah, tetapi sebuah
payung kajian masalah yang memayungi disiplin sejarah dan disiplin ilmu-ilmu
sosial lainnya.
2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPS di SD
Tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal
kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat,
minat kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Etin Solehatin dan Raharjo,
7
2009:15). Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan perpaduan dari ilmu-ilmu sosial,
maka tujuan kurikuler pengajaran IPS yang harus dicapai menurut Nursid
Sumaatmadja (Hidayati, 2002:24-25) adalah sebagai berikut:
1) Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna bagi
kehidupan di masyarakat.
2) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis,
dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam
kehidupan di masyarakat.
3) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama
warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai
keahlian.
4) Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan
keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan
integralnya.
5) Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan,
masyarakat, perkembangan ilmu dan teknologi.
Tujuan IPS dalam penelitian ini adalah untuk membekali anak didik
dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap
lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan integralnya. Sehingga
melalui pengalamannya dalam mempelajari IPS dapat membuat siswa semakin
kreatif dan terampil.
2.1.1.3 Fungsi Pembelajaran IPS di SD
Pengajaran IPS sangat penting bagi jenjang pendidikan dasar dan
menengah karena siswa yang datang ke sekolah berasal dari lingkungan masing-
masing yang mempunyai masalah-masalah sosial yang berbeda-beda. Sesuai
dengan tingkat perkembangannya, siswa Sekolah Dasar belum mampu memahami
keluasan dan kedalaman masalah-masalah sosial secara utuh, tetapi mereka dapat
diperkenalkan kepada masalah-masalah tersebut melalui pengajaran IPS. Fungsi
8
ilmu pengetahuan sosial diberikan di sekolah dasar seperti yang dikemukakan
oleh Hidayati (2002:16) adalah agar anak-anak memiliki hal-hal sebagai berikut:
1) agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi dan atau kemampuan
yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih
bermakna,
2) agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial
secara rasional dan bertanggung-jawab,
3) agar siswa dapat mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan
sendiri dan antar manusia.
2.1.1.4 Materi dan Ruang Lingkup IPS SD
Materi yang disajikan dalam pengajaran IPS untuk tingkat SD kelas V
semester II yang akan peneliti gunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Menghargai peranan tokoh
pejuang dan masyarakat
dalam mempersiapkan dan
mempertahankaan
kemerdekaan Indonesia
2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh
pejuang pada masa penjajahan Belanda
dan Jepang
2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh
dalam memproklamasikan kemerdekaan
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan
9
Pada penelitian ini menggunakan Standar Kompetensi 2. Menghargai
peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan
mempertahankaan kemerdekaan Indonesia dan Kompetensi Dasar 2.3.
Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan dan
2.4. Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan
b. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
c. Sistem Sosial dan Budaya
d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar adalah program yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam
memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Penanaman konsep-konsep
IPS di SD dengan benar dan tepat akan berpengaruh terhadap penguasaan materi
IPS ditingkat selanjutnya.
2.1.2 Teknik Pembelajaran
2.1.2.1 Pengertian Teknik
Pada berbagai situasi proses pembelajaran seringkali digunakan berbagai
istilah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menjelaskan cara, tahapan, atau
pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru. Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penggunaan
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Dari model pembelajaran, dimulai dari pendekatan pembelajaran, selanjutnya
diturunkan ke dalam strategi pembelajaran kemudian diturunkan ke metode
pembelajaran, dan terakhir ke teknik dan taktik dalam pembelajaran. Untuk lebih
10
jelasnya, posisi hierarkis sebuah model pembelajaran dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Pola Model belajar
Teknik pembelajaran merupakan cara yang dilakukan seseorang guru dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Menurut Gerlach dan Ely
(Hamzah B Uno, 2009:2) teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan
oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin
dicapai.
Moeliono (1990:915), memberi batasan bahwa “teknik adalah cara
(kepandaian, dan lain-lain) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan seni”. Berdasarkan kedua batasan tersebut di atas dapat
dikemukakan bahwa tehnik merupakan keterampilan dan seni (kiat) untuk
melaksanakan langkah-langkah yang sistematik dalam melakukan suatu kegiatan
yang lebih luas atau metode.
2.1.2.2 Teknik Pembelajaran
Menurut Sudjana (2001:13), teknik dalam pembelajaran merupakan
penjelasan dan penjabaran suatu metode pembelajaran, maka sudah barang tentu
bahwa kutipan definisi teknik tersebut di atas perlu dilengkapi dengan pijakan
Pendekatan Pembelajaran(Student or Teacher Centered)
Strategi Pembelajaran(exposition-discovery learning or
group-individual learning)
Teknik dan Taktik Pembelajaran(spesifik, individual, unik)
Metode Pembelajaran(ceramah, diskusi, simulsai, dsb)
Model P
embelajaran M
odel
Pem
bela
jara
n
Model Pembelajaran
Model Pembelajaran
11
pada metode tertentu. Teknik dalam pembelajaran bersifat taktik, dan cenderung
bernuansa siasat.
Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa teknik dalam pembelajaran
dapat didefinisikan sebagai daya upaya, atau usaha-usaha yang ditempuh oleh
seseorang guru dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan pengajaran dengan
cara yang paling praktis, namun tetap harus selalu merujuk dan berpijak pada
metode tertentu.
2.1.3 Ingatan (Memori) Mnemonik
Mnemonik menurut Wojowasito dan Wasito (1980:2) berasal dari kata
Mne’monics yang berarti kepandaian menghapalkan. Mnemonik berasal dari
mitologi Yunani yang bernama Dewi Mnemonyne. Hal ini menjadi indikasi
bahwa bangsa Yunani sangat menghargai kemampuan untuk menghapal. Nama
dewi ini menjadi nama untuk sebuah metode mengingat. Inti dari metode ini
adalah imajinasi dan asosiasi. Sederhananya, metode menurut Stine (2002:23)
tidak lebih dari kemampuan pikiran untuk mengasosiasikan kata-kata gagasan
atau ide dengan gambaran.
Suharnan (2005:15) mendefinisikan, metode mnemonik sebagai strategi
yang dipelajari untuk mengoptimalkan kinerja ingatan melalui latihan-latihan.
Suharnan menyadari betul bahwa teknik ini perlu latihan untuk menguasainya.
Mnemonik berkaitan erat dengan imajinasi dan asosiasi. Pasiak (2003:42)
mengatakan bahwa imajinasi dan asosiasi adalah bagian dari kerja otak kanan
yang menjadi pusat kreativitas, oleh sebab itu belajar dengan metode mnemonik
secara tidak langsung mengkoordinasikan antara otak kiri dan otak kanan dalam
satu aktivitas belajar.
Lebih jauh lagi tentang asosiasi, James (dalam Higbee, 2003:4)
menjelaskan peran asosiasi dalam ingatan dengan mengatakan “semakin fakta
yang berkaitan dengan sesuatu hal atau materi dalam pikiran kita, semakin kuat
materi tersebut tertanam dalam pikiran kita”. Setiap fakta yang berkaitan dengan
materi tersebut menjadi semacam pancing bila materi tenggelam di bawah alam
pikiran kita.
12
Teknik mnemonik cukup efektif membantu seseorang untuk mengingat.
Kemampuan ini sering dimanfaatkan oleh senator Romawi dan Yunani untuk
mencari perhatian para politikus dan masyarakat dengan kekuatan belajar dan
daya hapalnya. Metode ini membuat orang Romawi mampu mengingat berbagai
fakta tentang kerajaan tanpa kesalahan.
Meski begitu metode mnemonik tidak menjamin informasi yang masuk
akan tetap diingat, sebab untuk menyimpan informasi ke dalam memori jangka
panjang setidaknya butuh banyak pengulangan. Ada beberapa teknik dalam
metode mnemonik yang dapat dipakai dengan spesifikasinya masing-masing,
yaitu; teknik akronim, akrostik, peg word, loci, mental imagery, metode
hubungan, serta metode organisasi.
Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan teknik akrostik dalam
penggunaan pembelajaran di dalam kelas.
2.1.4 Teknik Akrostik
Kata akrostik berasal dari kata Perancis acrostiche dan Yunani akrostichis
yang artinya sebuah sajak yang huruf awal baris-barisnya menyusun sebuah atau
beberapa kata.
Menurut Deasy Harianti (2008:7) sebelum informasi apapun masuk ke
dalam ingatan untuk jangka waktu yang lama, informasi tersebut digolongkan
sebagai informasi memori jangka pendek (sementara). Informasi yang tergolong
sebagai memori jangka pendek tidak akan bertahan lama, mampu bertahan sekitar
15-30 detik setelah informasi diterima oleh otak manusia. Derasnya aliran
informasi yang masuk dapat berpengaruh terhadap memori jangka pendek. Hal ini
disebabkan memori jangka pendek memiliki kapastitas yang sangat kecil, agar
memori jangka pendek bisa diteruskan menjadi memori jangka panjang yang
mampu bertahan beberapa menit, bahkan sampai seumur hidup manusia,
informasi tersebut harus mengandung subjek pemikiran yang bermakna dan
memiliki arti. Dengan demikian teknik akrostik adalah teknik yang tepat untuk
memindahkan memori jangka pendek ke dalam memori jangka panjang.
13
Menurut Rose Colin (2008:35) akrostik adalah sajak atau susunan kata-
kata yang seluruh huruf awal atau akhir tiap barisnya merupakan sebuah kata
nama diri yang digunakan untuk mengingat hal lain. Teknik akrostik adalah salah
satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memudahkan siswa untuk
mengingat sebuah materi yang ingin diingat dengan cara menggunakan huruf
awal, tengah atau akhir dalam sebuah kalimat atau frase tertentu.
Karen Markowitz (2002:87), akrostik juga menggunakan huruf kunci
untuk membuat konsep abstrak menjadi lebih konkrit sehingga lebih mudah
diingat. Namun, akrostik tidak selalu menggunakan huruf pertama dan juga tidak
selalu menghasilkan singkatan dalam bentuk satu kata atau frasa, misalnya pelangi
“Mejikuhibiniu” singkatan dari warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan
ungu. Contoh yang lainnya adalah untuk menghafal urutan nama planet dari posisi
yang paling dekat dengan matahari hingga planet terjauh. Merkurius, Venus,
Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Jika diambil huruf
depan dari masing-masing planet adalah M, V, B, M, J, S, U, N, dan P, huruf ini
sekarang dibuat singkatan yang lucu menjadi “Main Voley Ball Membuat Jantung
Sehat Untuk Nenek Peot”.
Di Indonesia teknik akrostik dikenal dengan sebutan jembatan keledai.
Untuk pertama kalinya jembatan keledai di Indonesia diperkenalkan oleh Tan
Malaka (1999:7) dalam bukunya Madilog yang berpendapat:
Pula kalau pelajaran itu terlalu banyak, sudahlah tentu tak bisadihafalkan lagi. Tetapi saya juga mengerti gunanya pengetahuan yangselalu ada dalam otak. Begitulah saya ambil jalan tengah: padu yang baikdari kedua pihak. hafalkan, ya hafalkan, tetapi perkara barang yang sudahsaya mengerti betul, saya hafalkan kependekan intinya saja. Pada masaitulah di sekolah Raja Bukit Tinggi, saya sudah lama membuat danmenyimpan dalam otak, perkataan yang tidak berarti buat orang lain, tetapipenuh dengan pengetahuan buat saya. Buat keringkasaan uraian ini, makaperkataan yang bukan perkataan ini, saya namakan ‘jembatan keledai’.Soelistyowati (2007), membuktikan nilai tes siswa menunjukan bahwa
pengajaran “Artikel” dengan menggunakan “jembatan keledai” mencapai rata-rata
kelas yaitu 9,5 sedangkan dengan menggunakan “gambar” untuk mengilustrasikan
sebuah kata rata-rata kelasnya adalah 7,9. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
menggunakan teknik akrostik lebih efektif dari pada menggunakan media gambar
14
untuk mengilustrasikan sebuah kata. Hal itu berarti bahwa pengajaran dengan
menggunakan jembatan keledai lebih bagus dari pada media gambar untuk
mengilustrasikan sebuah kata. Selain itu selama penelitian di kelas siswa lebih
tertarik belajar, oleh karena itu pengalaman siswa dengan menggunakan jembatan
keledai dalam pembelajaran lebih baik daripada menggunakan media gambar
untuk mengilustrasikan sebuah kata.
Jembatan keledai membuat sesuatu yang sulit diingat menjadi mudah
diingat. Biasanya digunakan karena ingatan alami kita sulit menerima sesuatu
yang kurang menarik. Jembatan keledai adalah cara untuk mengingat sesuatu
dengan urutannya yang biasanya berupa susunan kata atau susunan kata yang
mudah diingat. Cara ini sudah dibuktikan lebih efektif dan efisien untuk
menyimpan informasi dalam ingatan jangka panjang, terutama jika dibantu
dengan visualisasi (contohnya, membayangkan kalimat tersebut dalam situasi
yang berhubungan dengan topik yang dibicarakan).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik akrostik adalah
cara yang efektif untuk mengingat atau menghafalkan materi tertentu dengan
menyusun setiap huruf pertama dari suatu kelompok kata dan suku kata-suku kata
lainnya sehingga menjadi suatu kalimat atau berupa susunan kata yang ditambah
suku kata tertentu sehingga membentuk kalimat dengan arti yang menarik,
bermakna dan masuk di akal.
2.1.4.1 Cara-cara pembuatan jembatan keledai:
1. Mengambil huruf depan atau suku kata terdepan dari suatu kata.
Seperti kata Mejikuhibiniu (Me-rah, Ji-ngga, Ku-ning, Hi-jau, Bi-ru, Ni-la, U-
ngu)
2. Membuat Makna Plesetan
Makna plesetan adalah makna yang dibuat sesuai kreatifitas seseorang,
dimana kata-kata tersebut mengandung arti. Contoh untuk daftar nama-nama