Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keamanan merupakan kebutuhan dasar bagi negara untuk menjaga kepentingan nasionalnya. Sehingga untuk menjamin keamanannya negara akan berusaha untuk mereduksi segala bentuk ancaman yang berasal dari luar. Sehingga pola keamanan yang terjadi merupakan bentuk dari interaksi antar aktor internasional. Sebuah konflik antar negara dapat berpotensi untuk muncul melalui dua pendekatan yaitu pressures of local geographical dan historical factors. 1 Pendekatan yang pertama yakni pressures of local geographical merupakan sebuah konflik akan berpotensi untuk terjadi pada negara-negara yang berdekatan secara geografis. 2 Dalam hal ini kedekatan geografis tersebut ialah negara-negara dalam satu regional akan lebih mudah untuk terjadinya konflik. Sedangkan pendekatan kedua yakni suatu konflik yang terjadi merupakan akibat dari faktor historis dari pola permusuhan yang dibangun oleh suatu negara dengan negara lain. Asia timur merupakan salah satu kawasan yang memiliki konflik untuk menjadi perang terbuka. Potensi terjadinya perang tersebut merupakan akibat dari dinamika permusuhan antar negara akibat warisan perang dingin, perbedaan ideologi, maupun sengketa teritorial. Selain itu, potensi konflik yang terjadi di Asia Timur merupakan rivalitas negara- negara Asia Timur untuk saling meningkatkan kekuatan pertahanannya. Salah satu sub- kawasan Asia Timur yang memiliki potensi terjadinya perang terbuka ialah di Semenanjung Korea. Semenanjung Korea merupakan sub-kawasan yang terbagi atas dua negara yakni, Korea Utara dan Korea Selatan. Kedua Korea tersebut secara teknis hingga saat ini masih dalam status perang. Hal tersebut karena perang Korea yang terjadi pada 1950-1953 hanya dihentikan sementara dengan gencatan senjata. 3 Pasca perang dingin berakhir, rivalitas antara Korea Utara dengan Korea Selatan justru memasuki periode baru. Periode baru tersebut dimana kemampuan Korea Utara untuk mulai mengembangkan dan menguasai teknologi rudal balistik. Pengembangan teknologi rudal balistik Korea Utara diikuti oleh serangkaian uji coba peluncuran rudal jarak pendek, menengah dan balistik. Dalam berbagai uji coba rudal jarak pendek dan menengah, Korea 1 Barry Buzan and Ole Waever. 2003. Regions and Powers : The Structure of International Security. New York: Cambridge University Press. Hal 45 2 Ibid. 3 History, Jul 27, 1953: Armistice ends the Korean War, < http://www.history.com/this-day-in- history/armistice-ends-the-korean-war>, diakses 15 November 2014.
32

Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

Mar 15, 2023

Download

Documents

Lia Cerewetzz
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keamanan merupakan kebutuhan dasar bagi negara untuk menjaga kepentingan

nasionalnya. Sehingga untuk menjamin keamanannya negara akan berusaha untuk mereduksi

segala bentuk ancaman yang berasal dari luar. Sehingga pola keamanan yang terjadi

merupakan bentuk dari interaksi antar aktor internasional. Sebuah konflik antar negara dapat

berpotensi untuk muncul melalui dua pendekatan yaitu pressures of local geographical dan

historical factors.1 Pendekatan yang pertama yakni pressures of local geographical

merupakan sebuah konflik akan berpotensi untuk terjadi pada negara-negara yang berdekatan

secara geografis.2 Dalam hal ini kedekatan geografis tersebut ialah negara-negara dalam satu

regional akan lebih mudah untuk terjadinya konflik. Sedangkan pendekatan kedua yakni

suatu konflik yang terjadi merupakan akibat dari faktor historis dari pola permusuhan yang

dibangun oleh suatu negara dengan negara lain.

Asia timur merupakan salah satu kawasan yang memiliki konflik untuk menjadi

perang terbuka. Potensi terjadinya perang tersebut merupakan akibat dari dinamika

permusuhan antar negara akibat warisan perang dingin, perbedaan ideologi, maupun sengketa

teritorial. Selain itu, potensi konflik yang terjadi di Asia Timur merupakan rivalitas negara-

negara Asia Timur untuk saling meningkatkan kekuatan pertahanannya. Salah satu sub-

kawasan Asia Timur yang memiliki potensi terjadinya perang terbuka ialah di Semenanjung

Korea. Semenanjung Korea merupakan sub-kawasan yang terbagi atas dua negara yakni,

Korea Utara dan Korea Selatan. Kedua Korea tersebut secara teknis hingga saat ini masih

dalam status perang. Hal tersebut karena perang Korea yang terjadi pada 1950-1953 hanya

dihentikan sementara dengan gencatan senjata.3

Pasca perang dingin berakhir, rivalitas antara Korea Utara dengan Korea Selatan

justru memasuki periode baru. Periode baru tersebut dimana kemampuan Korea Utara untuk

mulai mengembangkan dan menguasai teknologi rudal balistik. Pengembangan teknologi

rudal balistik Korea Utara diikuti oleh serangkaian uji coba peluncuran rudal jarak pendek,

menengah dan balistik. Dalam berbagai uji coba rudal jarak pendek dan menengah, Korea

1 Barry Buzan and Ole Waever. 2003. Regions and Powers : The Structure of International Security. New York:Cambridge University Press. Hal 452 Ibid.3 History, Jul 27, 1953: Armistice ends the Korean War, < http://www.history.com/this-day-in-history/armistice-ends-the-korean-war>, diakses 15 November 2014.

Page 2: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

2

Utara seringkali menargetkan wilayah laut di dekat perbatasan Korea Selatan. 4Serangakaian

uji coba peluncuran rudal balistik tersebut dilakukan oleh Korea Utara. Namun kemudian

permasalahan muncul ketika uji coba rudal balisik Korea Utara disamarkan melalui uji coba

roket untuk tujuan antariksa. Pada tahun 2006, Korea Utara meluncurkan roket Unha-3 untuk

membawa satelit Kwangmhyongsong-1. Akan tetapi uji coba roket tersebut gagal akibat

meledak sebelum mencapai orbit. Hal serupa kembali terjadi pada tahun 2009, Korea Utara

kembali meluncurkan roket Unha-2 yang membawa satelit Kwangmhyongsong-2. Peluncuran

roket Unha-2 tersebut kembali gagal karena meledak sebelum mencapai orbit.

Akibat dari peluncuran roket Unha-1 dan Unha-2 tersebut hampir memantik konflik

terbuka antar Korea. Korea Selatan merasa terancam akibat peluncuran roket tersebut

mengancam akan menembak jatuh roket tersebut jika melintasi teritorinnya. Namun

sebaliknya, Korea Utara kembali mengancam akan melakukan perang terbuka jika Korea

Selatan mengganggu peluncuran roketnya.5 Akibat eskalasi ketegangan yang meningkat

kebijakan damai Sunshine Policy yang telah dijalin oleh kedua Korea berakhir. Pemerintah

Korea Utara semakin agresif dalam kebijakan pertahanannya terhadap Korea Selatan. salah

satu tindakan agresif yang dilakukan oleh pemerintah Korea Utara yakni pada tahun 2010

terjadi penembakan rudal dan artileri ke Pulau Yenpyeong, Korea Selatan.

Setelah serangkaian kegagalan uji coba roket pada tahun 2006 dan 2009, Korea Utara

kembali meluncurkan roket pada tahun 2012. Uji coba roket Unha-3 pertama kali diluncurkan

pada April 2012, sekaligus untuk memperingati 100 tahun Kim Il Sung. Pada peluncuran

ketiga tersebut roket Unha-3 membawa satelit Kwangmhyongsong-3. Peluncuran pertama

tersebut menuai kegagalan serupa dengan roket Unha-1 dan Unha-2. Namun pada 12

Desember tahun yang sama, Korea Utara kembali meluncurkan roket Unha-3 untuk

menempatkan satelit di orbit bumi. Peluncuran roket keempat Korea Utara tersebut menuai

keberhasilan. Korea Utara telah mampu untuk menepatkan satelit Kwangmhyongsong-3 ke

orbit bumi. Namun demikian, dibalik keberhasilan peluncuran roket tersebut, muncul

kecurigaan dari pihak Korea Selatan dan Amerika Serikat terhadap roket Unha-3. Kecurigaan

tersebut didasarkan pada teknologi yang digunakan roket Unha-3 serupa dengan teknologi

4Antara News, Korea Utara tembakkan dua rudal ke laut <http://www.antaranews.com/berita/443851/korea-utara-tembakkan-dua-rudal-ke-laut>, diakses 15 November 20145 Tempo News, Perang Pecah Jika Peluncuran Korea Utara Diganggu, 9 Maret 2009,<http://www.tempo.co/read/news/2009/03/09/118163824/Perang-Pecah-Jika-Peluncuran-Korea-Utara-Diganggu>, diakses 15 November 2014

Page 3: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

3

rudal balistik Taepodong-2.6 Terlebih lagi, satelit Kwangmhyongsong-3 yang ditempatkan

pada orbit bumi tidak berfungsi sama sekali.7

Peluncuran roket Korea Utara pada tahun 2012 tersebut merupakan titik balik

keberhasilan Korea Utara untuk mencapai orbit bumi. Namun bagi Korea Selatan peluncuran

roket tersebut merupakan bentuk dari ancaman yang dihasilkan oleh Korea Utara.

Kekhawatiran yang muncul ialah kemampuan Korea Utara dalam menguasai senjata balistik

yang mampu menjangkau hingga jarak 10.000 km.8 Disisi lain, Korea Utara juga telah

berhasil mengembangkan senjata nuklir. Dalam serangkaian uji coba nuklir yang dilakukan

oleh Korea Utara pada tahun yang sama yakni 2006, 2009, 2012. Sehingga rudal balistik

Korea Utara merupakan wahana peluncur mampu untuk membawa kepala nuklir-nuklir yang

telah dikembangkan.

Permasalahan antara Korea Utara dengan Korea Selatan pada tahun 2006 hingga

tahun 2012 merupakan eskalasi dari ketengangan yang meningkat diantara kedua negara.

Pada tahun 2006, respon Korea Selatan terhadap pengembangan persenjataan Korea Utara

cenderung lebih damai. Korea Selatan mengedepankan dialog kerja sama dengan pemerintah

Korea Utara. Hasil dari dialog kerja sama dengan pemerintah Korea Utara tersebut

menghasilkan kebijakan sunshine policy. Kebijakan tersebut merupakan upaya Korea Selatan

untuk merangkul Korea Utara. Kebijakan persuasif tersebut mampu untuk mengurangi

ketegangan di Semenanjung Korea. Namun anomali terjadi pada tahun 2006, kebijakan

Korea Selatan yang selama ini koperatif dengan Korea Utara telah berubah. Respon Korea

Selatan dalam menghadapi Korea Utara menjadi lebih koersif. Tindakan koersif dari Korea

Selatan tersebut justru menimbulkan permasalahan dengan Korea Utara karena justru makin

meningkatkan ancamannya. Selama masa kebijakan Korea Selatan yang koersif,

perkembangan teknologi rudal balistik Korea Utara sangat lambat. Sehingga perubahan

kebijakan terhadap pengembangan rudal balistik Korea Utara menjadi koersif menjadi

permasalahan bagi Korea Selatan membentuk startegi pertahanan dalam menghadapi

peningkatan teknologi dengan pesat melalui peluncuran rudal balistik Korea Utara.

6 The Telegraph, North Korea launches missile in 'satellite test', 2012,<http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/northkorea/5108535/North-Korea-launches-missile-in-satellite-test.html>, diakses 15 November 20147 The New York Times, Astronomers Say North Korean Satellite Is Most Likely Dead, 17 December 2012, <http://www.nytimes.com/2012/12/18/world/asia/north-korean-satellite.html >, diakses 15 November 20148 BBC News Online, North Korea rocket 'has 10,000km range', 23 December 2012,<http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-20830605 >, diakses 15 November 2014

Page 4: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

4

1.2 Rumusan Permasalahan

Bagaimana implikasi peluncuran rudal balistik oleh Korea Utara terhadap strategi

pertahanan Korea Selatan pada tahun 2006-2012 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, yaitu untuk mengatahui bagaimana ancaman

terbentuk dari negara agresor yang ditujukan terhadap negara lain. Ancaman tersebut

kemudian di respon oleh negara yang merasa terancam dengan melakukan aliansi dengan

negara lainnya atau dengan negara yang memberikan ancaman. maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui strategi pertahanan Korea Selatan pada tahun 2006-2012 akibat dari

peluncuran rudal balistik Korea Utara.

1.4 Signifikansi Penelitian

1.4.1 Signifikansi Ilmu

Signifikansi ilmu dalam penelitian ini berkontribusi sebagai kajian untuk

menganalisa pola perimbangan ancaman dalam fenomena konfli2k. Selain itu

signifikansi ilmu dalam penelitian ini yakni kajian ilmu hubungan internasional untuk

menganalisa fenomena konflik yang terjadi di Asia Timur Khususnya Semenanjung

Korea. Selama ini fenomena konflik yang terjadi di Semenanjung Korea selalu menjadi

bagian dari kompleksitas keamanan di Asia Timur. Sehingga analisa yang saat ini

berkembang ialah melalui teori regional security complexes yang dicetuskan oleh Barry

Buzan. Penelitian ini memberikan fokus analisa pada konflik yang terjadi pada sub-

regional Asia Timur yakni melihat fenomena aksi-reaksi antara Korea Utara dan Korea

Selatan. Serta terakhir, signifikansi ilmu dalam penelitian ini yakni sebagai bahan kajian

strategis untuk mengalisa pembangunan kekuatan militer Korea Utara dan Korea Selatan

dalam kerangka perimbangan ancaman yang dicetuskan oleh Stephen Walt.

1.4.2 Signifikansi Empirik

Dalam penelitian ini terdapat signifikasi empirik pada fenomena konflik yang

terjadi di Semenanjung Korea. Dinamika Konflik yang terjadi di Semenanjung Korea

meningkat seiring ternjadinya pengembangan teknologi rudal balistik dan teknologi

nuklir di Korea Utara. Peningkatan kemampuan Korea Utara dalam teknologi rudal

balistik tersebut berimplikasi pada kebijakan pertahanan Korea Selatan. Sehingga konflik

yang terjadi di Semenanjung Korea merupakan bentuk aksi dan reaksi atas kebijakan

pertahanan dari suatu negara. Dalam hal ini aksi dan reaksi tersebut merupakan bentuk

hubungan yang konfliktual antara Korea Utara dengan Korea Selatan.

Page 5: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

5

1.4.3 Signifikansi Bagi Indonesia

Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis terdapat signifikansi bagi

Indonesia. sigfikansi pertama yakni bagaimana penelitian ini berkontribusi bagi

Indonesia dalam kajian konflik. Konflik yang terjadi di Semenanjung Korea baik secara

langsung maupun tidak langsung berdampak bagi Indonesia. Korea Selatan merupakan

salah satu mitra dagang Indonesia di Asia Timur. Konflik yang terjadi di Semenanjung

Korea dapat mempengaruhi perdagangan Korea Selatan. Sehingga akan memberikan

dapat memberikan efek domino pada stabilitas perdagangan yang terjadi tidakk hanya di

Asia Timur tetapi juga di Asia Pasifik termasuk Indonesia. Negara-negara Asia Pasifik

termasuk Indonesia yang saat ini sedang menikmati pertumbuhan ekonomi akan

terganggu dengan koflik pada mitra dagang terbesar di Asia yakni Korea Selatan.

Signifikasi bagi selanjutnya ialah Indonesia dapat mempelajari serta mengkaji

penyelesaian konflik yang terjadi dengan negara lain dalam satu kawasan. Permasalahan

rudal balistik Korea Utara bukan hanya ancaman bagi Korea Selatan namun Indonesia.

Jangkauan rudal Taepodong-2 mampu untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia

Oleh Karena itu, penting bagi Indonesia untuk dapat memahami konflik serta

berkontribusi dalam resolusi perdamaian. Indonesia merupakan negara yang memiliki

hubungan baik dengan kedua Korea. Dengan demikian, maka Indonesia dapat menjadi

mediator bagi konflik yang terjadi di Semenanjung Korea. Pada akhirnya jika konflik di

Semenanjung Korea tereskalasi menjadi perang terbuka

1.5 Teori

Argumen utama dalam perspektif realis tradisional yakni negara adalah aktor utama

dalam hubungan internasional dan sistem internasional yang anarkis menuntut negara untuk

mampu memenuhi kebutuhan keamanannya agar dapat bertahan hidup. Persepektif realis

kemudian berkembang, salah satunya ialah realisme struktural. Dalam realisme struktural

tersebut merupakan merupakan adaptasi baru dalam politik internasional. Terdapat dua teori

yang dapat menjelaskan upaya perimbangan oleh negara dalam menghadapi ancaman yakni

balance of threat dan balance of interest. Kedua teori tersebut muncul dari pemikiran

struktural realisme Kenneth Waltz. Sistem internasional yang anarkis berimplikasi pada tidak

adanya otoritas tertinggi yang mengatur tindakan dari suatu negara. dengan demikian untuk

dapat terus bertahan hidup maka negara harus dapat memenuhi keamanan domestiknya.

Page 6: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

6

Sehingga struktur dalam sistem nasional telah mengkonstruksi kebijakan keamanan dari suatu

negara untuk dapat terus self-help.9

Teori pertama yang dapat digunakan untuk menganalisa respon perimbangan yang

dilakukan oleh negara terhadap ancaman yakni balance of interest.Teori balance of interest

dikemukakan oleh Randall Schweller. Schweller menjelaskan bahwa balance of interest

sebagai koreksi atas perimbangan ancaman yang dikemukakan dalam teori balance of threat.

Dalam balance of interest tidak dijelaskan bagaimana sumber ancaman terbentuk. Randall

Schweller hanya berfokus pada bagaimana merespon negara dalam menghadapi ancaman.

Dalam perimbangan yang dilakukan oleh negara menurut Schweller, usaha negara untuk

melakukan balancing ataupun bandwagoning tidak hanya untuk mencapai kepentingan

keamanan bagi negara namun juga ada keuntungan yang hendak dicari oleh negara.10 Namun

dalam hal ini, Schweller tidak menjelaskan sumber-sumber ancaman yang berpotensi

menimbulkan ancaman terhadap negara lain. Pertimbangan yang paling diperhatikan oleh

negara dalam balance of interest yakni benefit apa yang dapat diambil jika negara memilih

balancing ataupun bandwagoning. Sehingga tujuan keamanan tidak lagi dilihat bagaimana

negara dapat mengamankan kepentingan nasionalnya tetapi apa saja yang dapat diambil dari

aliansi yang dibentuk. Persaingan dalam struktur internasional menjadi sulit ketika

menentukan kemampuan komparatif suatu negara dan manuver dari strategi yang

dijalankannya.11

Dalam makalah ini, penulis menggunakan kerangka teori balance of threat untuk

mengalisa implikasi peluncuran rudal balistik Korea Utara terhadap strategi pertahanan Korea

Selatan. Balance of threat menganalisa pemilihan startegi aliansi dari suatu negara untuk

mengimbangi ancaman atupun mengimbangi kekuatan dari negara pengancam. Teori balance

of threat yang digunakan oleh penulis dalam makalah ini yakni teori yang dikemukan oleh

Stephen M Walt. Sumber ancaman yang diberikan oleh negara pengancam berpotensi untuk

muncul melalui empat sumber ancaman yakni kekuatan keseluruhan negara, jarak geografis,

kapabilitas kekuatan dan kapabilitas ancaman. Sehingga, negara akan bertindak dalam

pengambilan kebijakan melalui pengukuran kekuatan yang dimiliki dengan kekuatan dari

negara pengancam. Pilihan aliansi negara untuk menyeimbangkan ancaman yakni balancing

dan bandwagoning.

9 Kenneth N. Waltz, Structural Realism after the Cold War, International Security, Vol. 25, No. 1, 2000.hal 5-610 Randall Schweller,1994, Bandwagoning for Profit : Bringing the Revisionist State Back In, The MIT Press.Hal 7411 Waltz, ibid. Hal.6

Page 7: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

7

Keunggulan dari teori balance of threat sehingga digunakan dalam penelitian ini yang

dikemukakan oleh Walt ialah yakni menjelaskan sumber-sumber ancaman yang dapat

diberikan oleh negara agresor. Sumber ancaman tersebut meliputi bagaiman tindakan suatu

negara akan memberikan ancaman terhadap negara lain. Selain itu, dengan penjabaran

sumber-sumber ancaman, maka suatu negara akan dapat mengukur bagaimana kekuatan dari

negara pengancam dibanding dengan negaranya. Selain itu, dalam teori balance of threat

tidak harus membahas pola struktur dalam keamana regional berpengaruh terhadap pola

kebijakan keamanan dari suatu negara. Fokus yang ditekankan oleh Walt yakni pada relasi

antar negara yang menimbulkan hubungan aksi dan reaksi terhadap pola keamanan yang

dibentuk.

1.5.1 Balance of Threat

Kemanan bagi suatu negara merupakan hal yang sangat penting untuk dilindungi.

Oleh karena itu, negara akan membangun kekuatan untuk melindungi keamanannya. Namun

demikian, dalam pembangunan kekuatan tersebut, negara seringkali akan dihadapkan pada

suatu ancaman yang ditimbulkan oleh negara lain. Oleh sebab itu, maka negara dalam

menghadapi ancaman tersebut akan memilih sebuah strategi untuk mereduksi suatu

ancaman.12

Stephen M. Walt dalam artikel yang ditulisnya berjudul Alliance Formation and the

Balance of World Power menjelaskan tentang bagaimana definisi ancaman dibentuk oleh

suatu negara. Implikasi dari ancaman tersebut kemudian membuat suatu negara yang

terancam akan membentuk suatu kebijakan untuk menghadapi ancaman tersebut. Usaha

negara untuk menyeimbangkan ancaman yang datang dari negara lain merupakan Balance of

Threat. Balance of threat menurut Walt merupakan bagaimana usaha negara terkait

pembentukan aliansi dalam menghadapi suatu ancaman yang datang dari luar negara. Aliansi

yang dibangun oleh negara yang terancam tersebut melalui dua pilihan yakni apakah

beraliansi dengan negara lain, atau beraliansi dengan negara sumber ancaman.13 Ancaman

yang dihasilkan oleh suatu negara bedasarkan balance of threat dapat dilihat melalui empat

variabel sumber ancaman yakni aggregate power, proximity, offensive capability dan

offensive inttention.14

12 Petr Kratochvíl,2004 The Balance Of Threat Reconsidered: Construction Of Threat In Contemporary Russia,The Hague : Netherlands. Hal 3-4.13 Stephen M. Walt, International Security Journal : Alliance Formation and the Balance of World Power, 1985,Vol, 9, No,4. hal.4-514 Ibid. hal. 9

Page 8: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

8

Variabel pertama pada sumber ancaman yaitu aggregate power. Aggregate power

merupakan kepemilikan keseluruhan dari sumber daya yang dimiliki oleh negara. Sumber

daya yang dimiliki oleh negara tersebut yakni antara lain populasi, industri, kapabilitas

militer, kemajuan teknologi.15 Peningkatan pada aggregate power berimplikasi pada semakin

besar pula ancaman yang akan ditimbulkan oleh suatu negara pengancam.

Variabel kedua pada sumber ancaman yaitu proximity. Proximity ialah ancaman yang

disebabkan kedekatan jarak antara negara pengancam dengan negara yang diancam.16 Jarak

geografis akan menentukan bagaimana negara pengancam akan memproyeksikan

kekuatannya terhadap negara yang diancam. Jarak yang semakin dekat akan lebih

memudahkan negara pengancam untuk memproyeksikan kekuatanya dengan cepat untuk

menjadi suatu ancaman. 17

Variabel ketiga pada pada sumber ancaman yaitu offensive capability. Offensive

cappability merupakan ancaman yang ditimbulkan oleh suatu negara melalui kapabilitas

militer yang memliki potensi untuk menyerang.18 Kapabilitas militer kuat yang dimiliki oleh

suatu negara pengancam akan menyebabkan terjadinya provokasi yang kemudian

menimbulkan sebuah aliansi.

Variabel terakhir dalam balance of threat yaitu offensive inttention. Offensive

inttention merupakan perilaku agresif dari suatu negara yang menyebabkan terjadinya

ancaman terhadap negara lain.19 Pada variabel offensive inttention, sangat dipengaruhi oleh

kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Sehingga semakin agresif kebijakan yang diputuskan

maka akan semakin pula peluang untuk terjadinya suatu konflik dengan negara lain.

Menurut Walt, cara untuk sebuah negara untuk merespon ancaman ialah melakukan

perimbangan atau balancing yakni dengan melakukan aliansi atau bandwagoning.20

Balancing merupakan tinndakan dimana negara-negara yang kekuatannya lemah akan

melakukan aliansi dengan negara yang kekuatannya lebih besar jika menghadapi suatu

ancaman yang dominan. Aliansi dilakukan dengan dua alasan yakni alasan pertama ialah

untuk untuk menghentikan ancaman negara lain yang berpotensi untuk mejadi hegemon.

Sedangkan alasan kedua yakni membentuk suatu aliansi dengan negara yang lebih kuat untuk

15 Ibid. hal 9-1016 Ibid.hal 1017 Ibid. hal 10-1118 Ibid. hal 1119 Ibid. hal 1320 Ibid. hal. 4-5,

Page 9: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

9

memberikan pengaruh pada negara yang lebih lemah karena negara yang lemah sangat

membutuhkan perlindungan dari negara yang lebih kuat.21

Bandwagoning merupakan tindakan suatu negara lemah untuk mengikuti negara yang

lebih kuat untuk mengamankan keamanan dan kepentingan nasionalnya. Negara yang lebih

kuat dalam hal ini merupakan negara yang menjadi sumber ancaman. Menurut Walt, terdapat

dua alasan bagi negara yang memiliki kekuatan lemah untuk melakukan bandwagoning yakni

yang pertama ialah untuk menjaga keamanan terlebih agar tidak menjadi sasaran ancaman

dari negara yang lebih kuat.22 Sedangkan alasan yang kedua ialah negara yang lebih lemah

akan melakukan bandwagoning untuk menjalin sebuah koalisi agar memiliki kekuatan yang

lebih besar untuk menghadapi kekuatan besar lainnya.23

21 Ibid. Hal. 5-6.22 Ibid. Hal 7-8.23 Ibid. Hal. 8.

Page 10: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

10

1.5.2 Bagan operasionalisasi Konsep

State A State B

State C

balancing

bandwagoning

Respon

aggregatepower

10

1.5.2 Bagan operasionalisasi Konsep

State A State B

State C

balancing

bandwagoning

Respon

Balance of Threat

proximity OffensiveCapability

10

1.5.2 Bagan operasionalisasi Konsep

State A State B

State C

balancing

bandwagoning

Respon

Offensiveintention

Page 11: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

11

1.5.3 Operasionalisasi Konsep

Dalam teori Balace of Threat terdapat empat variabel sumber ancaman. Keempat

variabel sumber ancaman tersebut antara lain ; Aggregate Power, proximity, offensive

capability dan offensive intentions. Sehingga dalam hal ini, penulis menggunakan keempat

variabel sumber ancaman tersebut digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur ancaman

yang dilakukan oleh Korea Utara terhadap Korea Selatan.

Aggregate Power merupakan variabel untuk membandingkan keseluruhan kekuatan

yang meliputi jumlah populasi, kapabilitas militer, pengeluaran militer, pendapatan negara

dan teknologi persenjataan yang dimiliki oleh negara. dalam hal ini, penulis akan

menjelaskan komparasi aggregat power antara Korea Utara dengan Korea Selatan dalam

konflik di Semenanjung Korea. Semakin tinggi disparitas aggregat power antar negara maka

akan menyebabkan lebih mudahnya ancaman terbentuk. Namun demikian yang menjadi

variabel aggregat power menjadi konstanta dalam penelitian ini. Hal tersebut karena secara

aggregat power, Korea Selatan jauh lebih unggul secara ekonomi, pengeluaran militer, dan

teknologi militer dibandig Korea Utara. Keunggulan Korea Utara terhadap Korea Selatan

hanya pada kuantitas jumlah angkata perang dan senjata konvensional yang dimilikinya.

Jumlah senjata konvensional Korea Utara jauh lebih banyak dibanding Korea Selatan. Akan

tetapi, alutsista Korea Selatan secara teknologi jauh lebih unggul ketimbang Korea Utara

yang masih mengandalkan senjata warisan perang dingin.

Proximity digunakan penulis dalam penelitian ini yakni untuk menjelaskan mengenai

jarak geografis menjadi pertimbangan bagi negara pengancam untuk memberikan

ancamannya. Semakin dekat jarak antara negara pengancam dengan negara yang terancam,

maka akan semakin memudahkan terjadinya proyeksi kekuatan untuk terjadinya suatu

konflik. Kedekatan jarak antara Korea Utara dengan Korea Selatan yang berbatasan langsung

dalam sub-kawasan Semenanjung Korea. Dalam hal ini, pergerakan kekuatan Korea Utara

mampu memberikan ancaman langsung kepada Korea Selatan akibat kedekatan secara

geografis.

Offensive capability digunakan oleh penulis dalam penelitian ini karena ancaman dari

negara yang memiliki kapabilitas militer yang kuat. Indikator kekuatan kapabilitas militer

suatu negara terlihat dari Jumlah tentara, alutsista dan anggaran militer yang dimiliki oleh

suatu negara. Ancaman dari kapabilitas militer yang kuat tersebut akan memancing terjadinya

aliansi dari negara lain. Aliansi tersebut dimaksudkan untuk menangkal ancaman yang

ditimbulkan dari negara yang memiliki kapabilitas militer yang mengancam. Dalam hal ini

Korea Utara telah memenuhi syarat secara offensive capability untuk menjadi pengancam

Page 12: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

12

bagi Korea Selatan. Korea Utara memliki senjata konvensional yang secara kuantitas lebih

banyak daripada Korea Selatan. Selain itu, secara kuantitas jumlah pasukan Korea Utara

lebih banyak yakni 1,2 juta tentara dibandingkan Korea Selatan yang hanya 700 ribu tentara.

Terlebih lagi, Korea Utara telah mampu mengembangkan dan menguasai teknologi

persenjataan rudal balistik dan teknologi nuklir pada kurun waktu 2006 hingga 2013.

Offensive intentions merupakan ancaman yang ditimbulkan dari keagresifan militer

suatu negara. Keagresifan tersebut membuat negara yang terancam akan membangun sebuah

aliansi sebagai upaya pertahanan. Korea Utara merupakan negara yang melakukan

pembangunan kapabilitas militer secara besar-besaran. Pembangunan kapabilitas militer

tersebut ditujukan untuk menghadapi atau menyerang Korea Selatan, salah satunya dengan

pembangunan rudal balistik dan teknologi nuklir.

Dalam melakukan operasionalisasi terhadap konsep dari sumber ancaman balance of

threat yang akan dianalisis oleh penulis pada bab pembahasan. Dalam dinamika konflik yang

terjadi di Semenanjung Korea, Korea Selatan merespon ancaman rudal balistik Korea Utara

melalui strategi balancing. Pilihan strategi balancing oleh Korea Selatan dalam menghadapi

ancaman dari Korea Utara yakni dengan melakukan pembangunan kapabilitas militer serta

membangun aliansi dengan Amerika Serikat. Aliansi Korea Selatan dengan Amerika Serikat

diimplementasikan dalam latihan gabungan militer bersama yang digelar di wialayah Korea

Selatan.

Page 13: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

13

1.5.4 Bagan Model Analisa

Balance of Threat

proximity

KoreaUtara

AmerikaSerikat

KoreaSelatan

balancing bandwagoning

13

1.5.4 Bagan Model Analisa

Balance of Threat

proximity OffensiveCapability

Offensiveintention

KoreaUtara

AmerikaSerikat

KoreaSelatan

balancing bandwagoning

13

1.5.4 Bagan Model Analisa

Offensiveintention

KoreaUtara

AmerikaSerikat

KoreaSelatan

balancing bandwagoning

Page 14: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

14

1.6 Hipotesis

Kebijakan pertahanan Korea Selatan sebagai reaksi terhadap sumber ancaman yang

dari Korea Utara yang meliputi Aggregate Power, Proximity, Offensive Power, dan

Aggressive Intention. Dalam kasus ini, Korea Utara merupakan pihak pengancam yang

menggunakan instrumen peluncuran rudal balistik untuk mengancam Korea Selatan. Oleh

karena itu, Korea Selatan mengambil kebijakan untuk menyeimbangkan ancaman tersebut.

Kebijakan yang diambil oleh Korea Selatan yakni beraliansi dengan Amerika Serikat sebagai

upaya balancing. Selain itu, Korea Selatan juga melakukan upaya peningkatan kapabilitas

militer yang meliputi manpower, alutsista, serta anggaran militer.

1.7 Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif

dengan objek yang diteliti yaitu startegi pertahanan Korea Selatan dari tahun 2006 hingga

tahun 2013 sebagai respon terhadap ancaman peluncuran rudal balistik oleh Korea Utara.

Dalam penelitian diperlukan ruang lingkup agar penelitian menjadi fokus pada topik yang

akan dibahas dan tidak melebar dari topik. Penulis membatasi penelitian ini dengan ruang

lingkup yakni pada tahun 2006 hingga yang terkini pada tahun 2012. Penulis akan

menjelaskan dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana implikasi peluncuran rudal balistik

Korea Utara terhadap strategi pertahanan Korea Selatan tahun 2006-2013. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yakni dengan cara melakuan studi

pustaka yaitu dengan memperoleh informasi dan data sekunder melalui buku, jurnal, dan

artikel dalam situs-situs yang terkait tema.

1.8 Sistematika Penulisan

Bab I berisi tentang pendahuluan penelitian yang terdiri dari latar belakang

penulisan, rumusan masalah yang diajukan, tujuan penilitan, manfaat penelitian, signifikansi

penelitian, metodologi penelitian, pembahasan teori, dan hipotesisi, serta sistematika

penelitian.

Bab II berisi tentang pembahasan peneltian yang merupakan hasil dari

operasionalisasi teori. Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana empat sumber ancaman yang

dibentuk oleh Korea Utara melalui peluncuran rudal balistik pada tahun 2006 hingga 2012.

Selain itu, akan dibahas juga bagaimana strategi pertahanan Korea Selatan sebagai respon

terhadap ancaman rudal balistik Korea Utara.

Page 15: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

15

Bab III memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari analisis masalah

penelitian dan juga berisi saran untuk mengembangkan hasil penelitian, baik itu secara

praktis maupun teoritis.

Page 16: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

16

BAB II

PEMBAHASAN

Aliansi merupakan bentuk kebijakan yang dipilih oleh suatu negara sebagai respon

terhadap kekuatan dari negara lain yang muncul dan menimbulkan potensi ancaman. Oleh

karena itu, pilihan aliansi yang dilakukan oleh negara akan memperhitungkan kekuatan yang

dimilikinya dengan kekuatan yang dimiliki oleh negara lain. Dalam bab ini, penulis akan

membahas bagaimana proses terjadinya aliansi sebagai perimbangan ancaman di

Semenanjung Korea bedasarkan variabel-variabel dalam teori Balance of Threat.

Perimbangan ancaman yang dilakukan oleh Korea Selatan merupakan respon dari

bempat sumber ancaman yang dibentuk oleh Korea Utara. Sumber ancaman pertama yakni

proximity, yaitu membahas bagaimana kedekatan jarak antar negara berpotensi untuk

membuat ancaman semakin nyata. Korea Utara dan Korea Selatan secara geografis

berdekatan di wilayah semenanjung Korea. Kedekatan geografis tersebut menyebabkan setiap

kebijakan pertahanan antara kedua negara akan saling mempengaruhi satu sama lain. Sumber

ancaman kedua yakni offensive capabillity yang merupakan kemampuan dari kapabilitas

militer yang dimiliki oleh suatu negara. Dalam bab ini, penulis akan membahas kapabilitas

militer Korea Utara yang menyebabkan terjadinya ancaman bagi Korea Selatan.

Pembangunan kapabilitas militer Korea Utara tersebut didominasi oleh pemanfaatan teknlogi

persenjataan konvensional peninggalan Uni Soviet. Namun dari pengembangan teknolgi yang

konvensional tersebut, Korea Utara telah mampu untuk mengembangkan senjata non-

konvensional, seperti rudal balistik. Sedangkan sumber ancaman ketiga yakni offensive

intentions yan merupakan tindakan-tindakan suatu negara yang menimbulkan ancaman.

Dalam bab ini, penulis akan membahas bagaimana tindakan-tindakan provokatif Korea Utara

yang menyebabkan terjadinya ketidakamanan bagi Korea Selatan. beberapa tindakan Korea

Utara ditujukan langsung untuk menyerang objek-objek pertahanan Korea Selatan.

Perimbangan ancaman yang dilakukan oleh Korea Selatan yakni dengan melukan

balancing terhadap ancaman-ancaman yang ditimbulkan oleh Korea Utara. Perimbangan

ancaman tersebut salah satunya dnegan melakukan pembangunan kekuatan pertahanan Korea

Selatan. Kebijakan pertahanan Korea Selatan tersebut ditujukan untuk mengimbangi

persenjtaaan konvensional dan non-konvensional yang telah dimiliki atau yangsedang

dikembangkan oleh Korea Utara. selain itu, Korea Selatan juga melakukan badwagoning

dengan Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan negara yang mampu melaukan

Page 17: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

17

penetrasi kekuatan di wilayah Asia Timur. Dalam penetrasi kekuatan tersebut, Amerika

Serikat membentuk aliansi perthanan dengan Korea Selatan dan Jepang. Namun dalam kasus

dinamika keamanan di semenanjung Korea, Amerika Serikat dan Korea Selatan memiliki

musuh bersama yakni Korea Utara. Manuver kebijakan konfrontatif Korea Utara telah

menyebakan terganggunya kepentingan dan pertahanan Amerika Serikat dan Korea Selatan

di wilayah Semenanjung Korea.

2.1 Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara Sebagai Ancaman Terhadap Korea Selatan

Dalam bab pembahasan ini, penulis akan menjelaskan terkait peluncuran rudal

balistik Korea Utara. peluncuran rudal balistik Korea Utara berhasil dicapai melalui

serangkaian pengembangan rudal-rudal konvensional jarak pendek dan menengah.

Pengembangan untuk mampu menguasai teknologi rudal balistik telah dimulai sejak

berakhirnya perang Arab-Israel. Korea Utara pada saat itu mendapat sejumlah rudal jarak

pendek dan menengah sisa perang Arab-Israel. Dalam pengembangan tersebut, Korea Utara

mendapatkan bantuan dari Tiongkok. Sejumlah ilmuwan Tiongkok berkontribusi dalam

pengembangan rudal-rudal milik Korea Utara. Pada sub-bab pembahasan, penulis akan

menjelaskan ancaman rudal balistik Korea Utara dari segi aggregate power yang meliputi

military expenditures dan keunggulan teknologi, proximity yang membahas terkait kedekatan

secara geografis, offensive capabillity yang menjelaskan kapabilitas militer Korea Utara yang

menimbulkan ancaman, serta offensive intentions yakni kebijakan agresif yang dijalankan

oleh pemerintah Korea Utara.

2.1.1 Ancaman Korea Utara dari segi Aggregat Power

Dalam analisis ancaman yang dibentuk oleh aggregat power Korea Utara, penulis

memfokuskan pada pengeluaran militer dan teknologi persenjataan Korea Utara. Secara

kuantitas, Jumlah populasi Korea Utara mencapai kurang lebih 22.665.345. Angka tersebut

terbilang lebih sedikit dibanding Korea Selatan yang memiliki penduduk sebesar 48.508.972

jiwa.24 Sedangkan dari segi perekonomian, Korea Utara sangat tertinggal dibanding Korea

Selatan. Namun demikian, Korea Utara mampu memberikan aggregat power yang

berimplikasi pada ancaman terhadap Korea Selatan. Dalam pengembangan teknologi

persenjataan, Korea Utara mengembangkan rudal balistik dan teknologi nuklir.

Pengembangan kedua teknologi tersebut telah aktif untuk diuji coba pada 2006 hingga 2013.

24 Ria Novosti, Infographics : Balance of forces on Korean peninsula,<http://en.rian.ru/infographics/20101129/161550520.html>, diakses 11 April 2013.

Page 18: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

18

Pengembangan teknologi rudal balistik dan nuklir tersebut merupakan bagian pemenuhan

kebutuhan persenjataan non konvensial Korea Utara.

Sejalan dengan kebijakan military first Korea Utara, pengeluaran militer Korea Utara

setiap tahunnya terus meningkat. Pada tahun 2006, pengeluaran militer Korea Utara

mencapai 67.1 Miliar Won. Angka tersebut meningkat pada tahun 2007 yang mencapai 68.5

Miliar Won dan tahun 2008 mencapai 71.3 Miliar Won. Sedangkan pada tahun 2009 ,

pengeluaran militer Korea Utara mencapai 76.2 Miliar Won. Pada tahun 2010 hingga 2012

Pengeluaran militer Korea Utara mencapai dari 82.6 Miliar Won hingga 98.8 Milliar Won.25

2.1.2 Ancaman Korea Utara dari segi Proximity

Korea Utara dan Korea Selatan merupakan dua negara yang terletak di wilayah

Semenanjung Korea. Pasca kekalahan Jepang pada perang dunia kedua, Korea dibagi

dalamkekuasan Amerika Serikat dan Uni Soviet yang dibatasi oleh paralel 38 derajat.26 Pada

tahun 1950 hingga 1953 kedua Korea terlibat dalam perang yang bertujuan untuk

menyatukan kembali Korea. Perang Korea tersebut hanya diakhiri sementara melalui

gencatan senjata pada tahun 1953. Oleh karena itu, kedua Korea secara teknis hingga kini

masih berperang. Menurut Barry Buzan bahwa suatu perang dapat lebih potensial untuk

terjadi pada negara yang berdekatan secara geografis atau pressures of local geographical.

Sehingga kondisi keamanan atau kebijakan keamanan dari suatu negara akan berpengaruh

terhdap negara lainnya yang berdekatan secara geografis. Selain itu, kedekatan geografis

memudahkan negara agresif untuk memproyeksikan kekuatannya dengan cepat terhadap

negara objek ancamannya.27 Kemampuan Korea Utara dalam menguasai teknologi rudal

balistik berkontribusi dalam membentuk ancaman terhadap Korea Selatan. Terlebih kedua

Korea tersebut berbatasan secara langsung. Rudal jarak menengah kelas Nodong-A Korea

Utara mampu untuk menjelajah hingga 1300 km, yang berarti akan mampu untuk

menjangkau Seoul, Korea Selatan.

25 SIPRI. North Korea Military Expenditures. <http://milexdata.sipri.org/result.php4>. diakses 25 Desember201326 Michael Hickey,’ The Korean War: An Overview’<http://www.bbc.co.uk/history/worldwars/coldwar/korea_hickey_01.shtml>, diakses 15 November 201427 Stephen M. Walt, hal 10

Page 19: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

19

2.1.3 Ancaman Korea Utara dari Segi Offensive capability

Offensive capability merupakan kemampuan menyerang dari suatu negara yang

memiliki sebuah kapabilitas militer yang lebih kuat dan cenderung memliki sifat agresif.

Ancaman yang dibentuk melalui offensive capability yakni kapabilitas militer yang dimiliki

oleh Korea Utara. Kebijakan pertahanan Korea Utara menganut military first, yakni

mengelaborasikan kepentingan negara bedasarkan militer.28 Pembangunan militer Korea

Utara sangat memfokuskan pada asymmetric threat. Asymmetric threat merupakan ancaman

yang dilakukan oleh Korea Utara dengan mengembangkan tiga hal utama dalam pertahanan

yakni Long-range artillery, Special Operations Forces, dan Ballistic Missile.29 Kebijakan

pertahanan Korea Utara. Komponen yang pertama, Long-range artillery yakni merupakan

sistem peluncur roket ganda yang ditempatkan di perbatasan kedua Korea.30 Komponen

kedua ialah Special Operations Forces yang merupakan pasukan khusus Korea Utara yang

berfungsi infiltrasi. Sedangkan komponen ketiga yakni ballistic missile yakni merupakan

senjata rudal balistik yang mampu untuk menjadi wahana pengangkut hulu ledak nuklir.31

a. Kapabilitas Militer Korea Utara

Korea Utara merupakan salah satu negara yang memiliki angkatan bersenjata terbesar

keempat di dunia sebanyak 1,2 juta pada tahun 2012.32 Jumlah tersebut didukung oleh

pasukan cadangan Korea Utara yang mencapai 7,7 juta personel.33 Selain itu, untuk

menunjang angkatan bersenjata, Korea Utara juga mempersiapkan Special Operations

Forces atau SOF. SOF merupakan khusus Korea Utara yang telah dipersiapkan untuk misi

infiltrasi dan intelijen. Jumlah dari SOF sendiri masih diperkirakan menurut pejabat Korea

Selatan militer mencapai 180.000 personel pada 2009 dan meningkat menjadi 200.000 pada

tahun 2010.34

Dalam hal anggaran militer, Korea Utara memberikan porsi yang sangat besar. Pada

tahun 2006 military budget Korea Utara mencapai angka 470 juta USD. Jumlah military

budget tersebut kembali meningkat pada tahun 2007 yang mencapai 510 juta USD dan tahun

28 Paul French, North Korea: The Paranoid Peninsula, A Modern History, London : Zed Book. Hal 2.1-2.1829 Bruce E. Bechtol Jr, Maintaining a Rogue Military: North Korea's Military Capabilitiesand Strategy at theEnd of the Kim Jong-il Era, International Journal of Korean Studies, Vol. XVI No. 1, Spring 2012, hal.160-16330 Ibid.31 Ibid.32 Ministry Of Foreign Affairs And Trade Republic o f Korea, Peace and Prosperity on the Korean Peninsula:Challenges and Opportunities, hal. 333 Ibid.34 NY times, N. Korea Boosts Tanks and Special Forces, South Says,<http://www.nytimes.com/2010/12/31/world/asia/31korea.html?_r=0>, diakses 15 November 2014

Page 20: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

20

2008 yang mencapai 540 juta USD. Angka military budget menjadi sangat besar karena

mengambil porsi hingga 15,8 persen dari total GDP Korea Utara. Walaupun telah mendapat

sanksi akibat uji coba nuklir dan rudal balistik, pada tahun 2009 Korea Utara kembali

meningkatkan anggaran military budget. Tahun 2009, military budget Korea Utara mencapai

570 juta USD. Angka military budget Korea Utara tersebut merupakan 22 persen dari total

GDP negara tersebut.

Sedangkan alat persenjataan utama atau alutsista Korea Utara secara kuantitas sangat

tinggi. Namun demikian, kuantitas tersebut tidak sebanding dengan kualitas dari alutsista

tersebut. Mayoritas alutsista Korea Utara merupakan produksi dari Uni Soviet di era perang

dingin. Alutsista tersebut kemudian direkondisi oleh angkatan militer Korea Utara untuk

menunja persenjataannya. Pemenuhan produksi kebutuhan senjata dalam negeri merupakan

implikasi dari sanksi dan embargo yang diterima oleh Korea Utara.35 selain mengembangkan

persenjataan konvensional, Korea Utara juga mengembangkan persenjtaan non konvensional

untuk menunjang alutsista militernya seperti rudal balistik maupun senjata nuklir.36

b. Rudal Balistik Korea Utara

Pada tahun 1971 Korea Utara telah memulai pengembangan awal untuk menguasai

teknologi rudal balistik. Dalam usaha pengembangan teknologi rudal balistik tersebut, Korea

Utara mendapat bantuan dari Tiongkok. Bantuan pengembangan rudal balistik tersebut

merupakan bagian dari perjanjian kerja sama pertahanan antara Korea Utara dengan

Tiongkok yang meliputi penelitian, pengembangan teknologi rudal dan pelatihan personel

militer.37 Pengembangan awal dari teknologi rudal balistik Korea Utara yakni pada rudal-

rudal jarak pendek dan menengah milik Uni Soviet seperti SA-2, SS-N-2 STYX, and SSC-2b

SAMLET.38 Pasca perang Arab dengan Israel berakhir pada tahun 1973, Korea Utara

mendapatkan rudal jenis scud-b dari Mesir. Hingga saat ini, tercatat Korea Utara telah

memiliki rudal-rudal peninggalan Soviet maupun rudal-rudal balistik yang dikembangkan

35 Anthony H. Cordesman dan Ashley Hess, Excutive Summary : The Evolving Military Balance in the KoreanPeninsula and Northeast Asia, Centre For Strategic and International Studies. Hal.11-1336 Andrew scobell dan John M. Sanford, 2007, North Korea’s Military Threat: Pyongyang’s ConventionalForces, Weapons Of Mass Destruction, And Ballistic Missiles, Strategic Studies Institute. Hal. 2337 Joseph S. Bermudez Jr, 1999, A History Of Ballistic Missile Development in DPRK, Occasional Paper No. 2,California : Monterey Institute of International Studies, Hal. 138 Ibid.hal 3

Page 21: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

21

dalam negeri. Utara Berikut merupakan daftar rudal jarak pendek hingga jarak jauh yang

dimiliki oleh Korea Utara ;39

Tabel 2.1 Rudal Ko-rea Utara

Daftar Rudal Korea Utara

Jenis Rudal Jarak Tembak Tahun Produksi Klasifikasi

KN-1 110 km - Jarak Pendek

KN-2 110 km 2006 Jarak Pendek

Scud-B 300 km 1955 Jarak Pendek

Hwasong-5 330 km 1986 Jarak Pendek

Hwasong-6 500 km 1992 Jarak Pendek

Scud ER 750-800 km 1994 Jarak Pendek

Nodong-A 1300 km 1994 Jarak Menengah

Nodong-B 3200-4000 km - Jarak Jauh

Taepodong -1 2000-2900 km 1998 Jarak Jauh

Taepodong-2 3750-15000 km 2006 Jarak Jauh

Permasalahan yang kemudian berkembang ialah kemampuan Korea Utara untuk

menguasai teknologi rudal balistik. Rudal balistik merupakan wahana peluncur hulu ledak

nuklir. Sehingga keberhasilan Korea Utara untuk menguasai teknologi rudal balistik akan

memudahkan pergerakan serangan senjata non-konvensionalnya. Jangkauan rudal balistik

Taepodong-2 Korea Utara yang mampu mencapai 15000 km merupakan ancaman bagi Korea

Selatan. Terlebih lagi, upaya uji coba rudal balistik Korea Utara selama ini menggunakan

kamuflase uji coba roket untuk tujuan antariksa. Berikut merupakan evolusi dari rudal-rudal

konvensional Korea Utara menjadi rudal balistik :40

39 Angkasa, Krisis Semenanjung Korea: Akankah Memantik Perang Dunia Ketiga ?, 2011, Jakarta: PTMediarona Dirgantara, Hal. 5340 Ministry of Defense ROK, North Korean Long-range MissileDebris Survey,<http://www.ucsusa.org/assets/documents/nwgs/SK-report-on-NK-rocket-debris-analysis-translation-1-18-13.pdf> diakses 15 November 2014

Page 22: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

22

Dari gambar diatas merupakan evolusi dari rudal Taepodong sebagai berikut :41

1. Pada Tahap pertama merupakan rudal TD-2 yang memiliki spesifikasi sama dengan

rudal milik China CSS-2 dan bagian rudal stage 1 dari CSS-3.

2. Pada tahap kedua merupakan modifikasi dari bagian pertama rudal NKSL-X-2 yang

berdiamater kuarng lebih 2,2 Meter . namun menurut penelitain lain rudal tersebut

merupaka modifikasi dari SS-5 dan CSS-2/DF-3 Cina, 3A dan CSS-3/DF-4.

3. Pada bagian mesin, Taepodong menggunakan mesin yang sejenis dengan mesin

pendorong roket yang dimiliki oleh rudal No-dong.

4. Pada bagian pompa turbo, besar kemungkian merupakan hasil sharing dengan rudal

Shahab yang dimiliki oleh Iran

Evolusi rudal-rudal jarak pendek dan menengah peninggalan Uni Soviet telah mampu

dikembangkan menjadi rudal balistik buatan dalam negeri. Sehingga pengembangan rudal

balistik yang telah dilakukan oleh Korea Utara sejak tahun 1971 telah mencapai hasilnya.

Peluncuran pada tahun 2012 lalu dianggap sebagi penyempurnaan dari Taepodong. Dengan

41 Ministry of Defense ROK, North Korean Long-range MissileDebris Survey,<http://www.ucsusa.org/assets/documents/nwgs/SK-report-on-NK-rocket-debris-analysis-translation-1-18-13.pdf> diakses 16 November 2014

Gambar 2.1 Evolusi rudal balistik Taepodong

Page 23: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

23

kata lain, roket Unha-3 yang diluncurkan pada 2012 lalu merupakan bentuk lain dari

Taepodong-2.

2.1.4 Ancaman Korea Utara dari Segi Offensive Intentions

Salah satu sumber ancaman yang sangat krusial ialah kebijakan-kebijakan agresif dari

suatu negara pengancam yang mengancam keamanan suatu negara lain. Rezim liberal di

Korea Selatan yang dipimpin oleh masa presiden yakni Kim Dae Jung dan Roh Moo Hyun

telah menerapkan poltik sunshine policy yaitu politik merangkul secara damai Korea Utara.

Namun, pasca bergantinya pimpinan di Korea Selatan ke kubu konservatif, Lee Myung Bak

menerapkan kebijakan keras terhadap Korea Utara. Akan tetapi, kebijakan politik bersahabat

Korea Selatan pada akhir masa rezim liberal belum mampu untuk mereduksi agresifitas

Korea Utara. Sejak tahun 2006 hingga tahun 2013, Korea Utara telah aktif kembali untuk

melakukan provokasi-provokasi ancaman terhadap Korea Selatan. Beberapa provokasi Korea

Utara terhadap Korea Selatan telah hampir membuat terjadinya perang terbuka antara negara

tersebut. Sanksi-sanksi internasional yang ditujukan untuk mencegah agresifitas Korea Utara

seringkali tidak berhasil. Sanksi ekonomi maupun politik selama ini tidak mampu

menghalangi Korea Utara untuk menguasai teknologi rudal balistik ataupun teknologi nuklir.

Offensive Intentions yang dikembangkan oleh Korea Utara tidak lepas dari prinsip

yang didirikan oleh Kim Il Sung. Dalam prinsip tersebut Korea Utara menerapkan

kemandirian dibidang ekonomi (charip), kemandirian dibidang politik (chaju), dan

kemandirian dibidang militer (charip).42 Dalam kebijakan pertahanan, Korea Utara

menerapkan kemandirian untuk mampu mengembangkan kemampuan pertahanan secara

mandiri. Kemampuan pertahananan tersebut meliputi produksi persenjataan serta

mempersiapkan pasukan. Tujuan utama dari charip tersebut ialah menjadikan militer Korea

Utara mampu mengandalkan kemampuan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain.

Oleh karena itu, militer menjadi salah satu indikator penting dalam pembangunan di Korea

Utara. Prinsip Charip tersebut kemudian berkembang di era kepemimpinan Kim Jong Il pada

tahun 1994. Kim Jong Il memperkenalkan ajaran baru yakni songun atau kebijakan militer

diatas segalanya. Dalam kebijakan songun tersebut, negara memprioritaskan militer dalam

elemen utama pembangunan.43 Dalam prinsipnya, militer memegang peranan penting dalam

menjalankan tata kenegaraan di Korea Utara. Dominasi militer dalam tubuh pemerintahan

42 Korea DPR Library, On The Juche Idea, Treatise Sent to the National Seminar on the Juche Idea Held toMark the 70th Birthday of the Great Leader Comrade Kim Il Sung. 31 March 1982. Hal 3843 Paul French, North Korea: The Paranoid Peninsula, A Modern History, London : Zed Book. Hal 2.1-2.18

Page 24: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

24

memegang peran sentral dalam pengambilan kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, sering

kali tindakan yang diambil oleh Korea Utara menggunakan pendekatan konfrontatif dalam

menghadapi Korea Selatan. Tindakan konfrontatif tersebut diwujudkan dalam aksi-aksi

provokatif yang sering dilakuka oleh Korea Utara.

a. Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara

Sejak tahun 2006 hingga 2013, Korea Utara telah tiga kali meluncurkan rudal balistik

yang disamarkan dalam uji coba roket.Argumentasi tersebut didasarkan pada kesamaan

teknologi rudal balistik yang digunakan oleh Korea Utara dalam peluncuran roket Unha-3

tersebut. Namun demikian, pada tahun 1998 Korea Utara telah melakukan uji coba rudal

balistik Taepodong pertamanya.44 Meskipun pada pelaksanaanya rudal balistik tersebut

gagal meluncur hingga mencapai orbit bumi. Pada Desember tahun 2012 secara

mengejutkan, Korea Utara telah meluncurkan rudal balistiknya untuk kali kedua dalam

setahun. Berbeda dengan hasil uji coba pertama, uji coba peluncuran rudal balistik Korea

Utara kedua tersebut mengalami kesuksesan. Korea Utara telah mampu untuk menempatkan

satelit Kwangmyongsong-3. Akan tetapi, dibalik keberhasilan peluncuran rudal balistik

tersebut, satelit Kwangmyongsong-3 ternyata tidak berfungsi sama sekali.45 Sehingga, tidak

berfungsinya satelit Kwangmyongsong-3 tersebut memperkuat dugaan Korea Selatan bahwa

peluncuran roket Unha-3 tersebut merupakan kamuflase dari uji coba rudal balistik.

b. Uji Coba Nuklir Korea Utara

Uji coba nuklir pertama kali dilakukan oleh Korea Utara pada tahun 2006. Pada uji

coba nuklir pertama tersebut telah berhasil menghasilkan 43 hingga 61 kilogram

plutonium.46 Hasil plutonium tersebut diprediksi mampu untuk memproduksi 4 hingga 16

senjata nuklir. Sebelum melakukan uji coba nuklir kedua, pada 5 april 2009 telah

meluncurkan rudal balistik Taepodong-2 oleh Korea Utara. Peluncuran rudal balistik untuk

kali kedua tersebut merupakan implikasi dari kompensasi atas penutupan fasilitas nuklir

Korea Utara di Yongbyon belum menemui kepastian. Pada uji coba nuklir kedua tersebut,

Korea Utara diprediksi telah mampu untuk memproduksi mencapai 4 hingga 5 kiloton

44 CNN News, N. Korea's launch causes worries about nukes, Iran and the Pacific, 13 December 2012,<http://edition.cnn.com/2012/12/12/world/asia/north-korea-rocket-launch/index.html>, diakses 16 November201445 The New York Times, Astronomers Say North Korean Satellite Is Most Likely Dead, 17 December 2012, <http://www.nytimes.com/2012/12/18/world/asia/north-korean-satellite.html >, diakses 16 November 201446 David Albright and Paul Brannan, 2006 , The North Korean Plutonium Stock Mid-2006, Institute for Science andInternational Security (ISIS). Hal. 1

Page 25: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

25

plutonium.47 Dengan demikian, Korea Utara telah mampu untuk memproduksi senjata nuklir

jauh lebih banyak daripada tahun 2006.

c. Penembakan Kapal Cheonan dan Pulau Yeonpyeong

Pada tahun 2010 telah terjadi dua kali serangan yang dilakukan oleh militer Korea

Utara terhadap objek di Korea Selatan. serangan yang pertama dilakukan pada kapal perang

Korea Selatan Cheonan. Kapal perang Cheonan yang sedang melintasi didekat perbatasan

kedua Korea telah diterpedo oleh kapal selam milik Korea Utara. Akibat dari serangan

tersebut, 46 pelaut Korea Selatan yang menjadi awak kapal Cheonan tersebut tewas.48 Masih

ditahun yang sama, Korea Utara juga melancarkan provokasi terhadap Korea Selatan.

Provokasi kali ini ialah dengan menembakan rudal artileri ke wilayah pulau Yeonpyeong,

Korea Selatan. Menurut pemerintah Korea Utara bahwa aktifitas militer yang dilakukan oleh

Korea Selatan di pulau Yeonpyeong tersebut telah melanggar kedaulatan maritimnya.49

Akibat dari serangan rudal artileri Korea Utara tersebut, dua tentara angkatan laut Korea

Selatan tewas. Peristiwa serangan Korea Utara di tahun 2010 tersebut telah menimbulkan

kemarahan di Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan menganggap bahwa provokasi Korea

Utara tersebut dapat berujung pada perang terbuka antar kedua negara.

Ancaman yang dilakukan oleh Korea Utara bedasarkan sumber-sumber ancaman

balance of threat sangat berpengaruh pada tiga variabel yakni proximity, offensive

capabillity, dan offensive intentions. Kedekatan jarak antara Korea Utara dengan Korea

selatan yang berada dalam semenanjung Korea akan lebih memudahkan realisasi dari

ancaman. Semakin dekat jarak geografisnya, maka akan semakin nyata ancaman yang akan

dibentuk oleh suatu negara. sumber ancaman lain yang dibentuk oleh Korea Utara yyakni

offensive capability, yaitu ancaman yang dibentuk melalui kapabilitas militer yang dimiliki.

Korea Utara memiliki jumlah tentara aktif yang mencapai 1,2 juta personel. Angka tersebut

jauh lebih banyak dibanding Korea Selatan yang hanya memiliki 700 ribu personel. Selain itu

kemampuan pertahanan Korea Utara di dukung oleh sejumlah senjata konvensional yang

secara kuantitas terbilang besar. Untuk melengkapi kemampuan senjata konvensional, Korea

Utara juga mengembangkan senjata non-konvensional yakni rudal balistik sebagai wahana

47 : Anthony Cordesman, 2011, The Korean Military Balance, Centre For Strategic and International Studies..Hal. 11348 The Guardian, North Korean torpedo sank Cheonan, South Korea military source claims,<http://www.theguardian.com/world/2010/apr/22/north-korea-cheonan-sinking-torpedo>, diakses 16 November201449 New York Times, Crisis Status’ in South Korea After North Shells Island,<http://www.nytimes.com/2010/11/24/world/asia/24korea.html?pagewanted=all>, diakses 16 November 2014

Page 26: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

26

pelontar bom nuklir. Kemampuan offensive capability tersebut diimplementasikan melalui

offensive intentions yakni sejumlah tindakan-tindakan konfrontatif yang ditujukan langsung

untuk mengancam Korea Selatan. Tindakan-tindakan konfrontatif Korea Utara yang

menimbulkan konflik di Semenanjung Korea yakni peluncuran rudal balistik ada tahun 2006

hingga tahun 2012.

2.2 Kebijakan Militer Korea Selatan sebagai Respon atas Peluncuran Rudal BalistikKorea Utara

Pada sub-bab kedua ini, penulis akan membahas bagaimana respon Korea Selatan

dalam menghadapi ancaman peluncuran rudal balistik Korea Utara. Respon Korea Selatan

tersebut diimplementasikan melalui kebijakan militer Korea Selatan yakni dengan beraliansi

militer dengan Amerika Serikat. Aliansi yang dilakukan oleh Korea Selatan dan Amerika

Serikat diwujudkan dengan menggelar latihan perang gabungan. Dalam latihan perang

gabungan tersebut kedua negara melibatkan personel militernya dan digelar di wilayah Korea

Selatan. Selain itu, Pemerintah Korea Selatan juga meningkatkan kapabilitas militer yang

dimiliki sebagai upaya untuk menghadapi ancaman Korea Utara. Kebijakan pemerintah

Korea Selatan dan meningkatkan kapabilitas militernya merupakan usaha balancing terhadap

empat sumber ancaman yang dibentuk oleh Korea Utara. Sedangkan tindakan Korea Selatan

untuk beraliansi dengan Amerika Serikat merupakan tindakan badwagoning.

2.2.1 Aliansi Korea Selatan dengan Amerika Serikat

Hubungan dengan Korea Utara sempat memasuki masa harmonis ketika Korea

Selatan dipimpin oleh rezim liberal. Dibawah kepemimpinan rezim liberal, Korea Selatan

dipimpin oleh presiden Kim Dae Jung, lalu dilanjutkan oleh Roo Moo Hyun. Kedua presiden

tersebut telah menerapkan kebijakan sunshine policy atau kebijakan yang “hangat” terhadap

Korea Utara. Kebijakan-kebijkan Korea Selatan di era sunshine policy berusaha membangun

kerja sama dengan Korea Utara. Kerja sama tersebut bertujuan untuk membangun

perekonomian dan industrialisasi di Korea Utara. Sehingga kebijakan keamanan Korea

Selatan yang berpotensi menjadi konfrontatif tidak menjadi opsi dalam pemerintahan liberal.

Namun demikian, tindakan konfrontatif justru dimulai oleh Korea Utara dengan

melakukan uji coba rudal balistik dan uji coba nuklir di tahun 2006. Di masa pemerintahan

baru dipimpin oleh Lee Myung Bak dari kubu konservatif mulai merumuskan kebijakan baru

terhadap Korea Utara pada tahun 2008. Kebijakan tersebut bernama Vision 3000, yakni

Page 27: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

27

mengajak kerja sama Korea Utara namun harus menanggalkan program rudal balistik dan

nuklirnya.50

Salah satu hasil dari kebijakan pertahanan Korea Selatan yaitu aliansi dengan

Amerika Serikat. Dalam perjanjian aliansi tersebut terdapat kewajiban Amerika Serikat

untuk melindungi Korea Selatan dari ancaman terutama berasal dari Korea Utara. Dalam

pasal 2 dari perjanjian aliansi Korea Selatan dan Amerika Serikat tertulis : 51

“The Parties will consult together whenever, in the opinion of eitherof them, the political independence or security of either of theParties is threatened by external armed attack. Separately andjointly, by self-help and mutual aid, the Parties will maintain anddevelop appropriate means to deter armed attack and will takesuitable measures in consultation and agreement to implement thisTreat and to further its purposes.”

Dengan demikian, apabila dari salah Korea Selatan dalam keadaan terancam dalam

maka Amerika Serikat wajib melindunginya. Kemudian dijelaskan pada pasal 4 mengenai

pembangunan pangkalan militer Amerika Serikat di wilayah Korea Selatan : 52

“The Republic of Korea grants, and the United States of Americaaccepts, the right to dispose United States land, air and sea forces inand about the territory of the Republic of Korea as determined bymutual agreement.”

Amerika Serikat mendapatkan legitimasi dari pemerintah Korea Selatan untuk

membangun pangkalan militer dan menggunakan kekuatan militernya di wilayah Korea

Selatan. Selain itu pemerintah Amerika Serikat juga menempatkan sebanyak 28.000 personel

pasukan di pangkalan militer Amerika Serikat di Korea Selatan.53 Kegiatan dari aliansi antara

Korea Selatan dengan Amerika Serikat di implementasikan dalam latihan gabungan militer.

Latihan gabungan militer kemudian dilakukan secara berkala sejak Lee Myung Bak menjabat

menjadi presiden Korea Selatan pada tahun 2008.

Dalam kesepakatannya dengan Amerika Serikat, Korea Selatan menekankan pada

pengamanan terkait program rudal balistik Korea Utara. Presiden Korea Selatan, Lee Myung

50 Daily NK, Analysis of Lee Myung Bak's Policy toward North Korea,22 August2008,<http://www.dailynk.com/english/read.php?cataId=nk00400&num=2561>, diakses 28 Maret 2013.51 United States Force Korea, 1953 Mutual Defense Treaty, Mutual Defense Treaty between the Republic ofKorea and the United States of America,<http://www.usfk.mil/usfk/%28A%28ny7hjG2WzAEkAAAAOTU3NGJlMGEtOTM4Ny00YzViLThmMjYtN2Q4ZWM0ZTI4YWI5CU_cu_-r6j1YFfgu_RhRExoJp-s1%29S%28dgoed0n3gbijdc45wuapju55%29%29/sofa.1953.mutual.defense.treaty.76>, diakses 20 April 2013.52 Ibid.53Huffingtonpost, North Korea War Analysis: Risks Temper Korea Tensions, Despite Threats,<http://www.huffingtonpost.com/2013/04/07/north-korea-war-analysis-risks-tensions-threats_n_3032852.html>,diakses 20 April 2012

Page 28: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

28

Bak menyatakan akan meningkatkan kemampuan pertahanannya untuk mencegah ancaman

yang ditimbulkan dari rudal balistik Korea Utara. Dalam pidatonya, Lee Myung Bak

menjelaskan komitmen pertahanan Korea Selatan dengan Amerika Serikat :54

President Obama and I agreed that we will continue to enhance andstrengthen our combined defense capabilities, and at the same time, firmlyrespond to any threats or provocations from the North. If North Koreagives up its pursuit of nuclear weapons and missile development, andinstead chooses a path towards peace and cooperation, our two countrieswill work together, along with the international community, to helpimprove the lives of the people in North Korea and provide necessaryassistance that will help North Korea open up a new era

Dalam pidatonya tersebut, Lee Myung Bak menekankan untuk mereduksi

ancaman dari Korea Utara. Ancaman tersebut merupakan pengembangan rudal balistik

dan teknologi nuklir yang dikuasai oleh Korea Utara. Pihak Korea Selatan akan baru

mau bekerja sama dengan Korea Utara jika menananggalkan teknologi nuklir dan

rudal balistik serta penghentian dari kebijakan konfrontatif.

2.2.2 Kebijakan Military build up Korea Selatan

Korea Selatan memiliki personel angkatan bersenjata sejumlah 687.000 personel aktif

dan personel cadangan berjumlah 4.500.000 personel.55 Angkatan darat Korea Selatan

memiliki jumlah personel terbanyak yakni berjumlah 560.000 personel yang terbagi dalam 11

korps, 49 divisi dan 19 brigade.56 Akibat dari tindakan provokasi yang mengancam oleh

Korea Utara, militer Korea Selatan mengalami peningkatan sejak tahun 2006 hingga 2012.

Tujuan dari peningkatan tersebut ialah pertama, mempertahankan keamanan negara. Kedua,

pemenuhan kebutuhan tenaga kerja pertahanan. Ketiga, pembangunan industri pertahanan

Korea Selatan. Sehingga fokus pada peningkatan tersebut ditujukan pada industri militer

Korea Selatan.57

Pembangunan militer lain yang menjadi fokus pertahanan Korea Selatan yakni

angkatan udara. Angkatan Udara Korea Selatan mendapat anggaran 20 persen dari total

anggaran militer. Tujuan anggaran tersebut yakni untuk membangun pertahanan angakatan

54 White House, Remarks by President Obama and President Lee Myung-bak in Joint Press Conference, <http://www.whitehouse.gov/the-press-office/2012/03/25/remarks-president-obama-and-president-lee-myung-bak-joint-press-conferen>, diakses 16 November 201455 Ria Novosti, Infographics : Balance of forces on Korean peninsula,<http://en.rian.ru/infographics/20101129/161550520.html>, diakses 11 April 2013.56 Angkasa, Krisis Semenanjung Korea: Akankah Memantik Perang Dunia Ketiga ?, 2011, Jakarta: PTMediarona Dirgantara, Hal. 5657Ministry of National Defense Republic of Korea, Defense White Paper 2010, hal. 223

Page 29: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

29

udara.58 Pesawat tempur yang menjadi andalan angkatan udara Korea Selatan untuk

memperthankan keamanan udara seperti : KF-X, FA-50, F-X-1/2, F-15K, F-16 C/D, F-4, dan

F-5E.59 Pesawat-pesawat milik Korea Selatan tersebut tergolong lebih canggih secara

teknologi dibandingkan pesawat-pesawat Korea Utara yang masih mengandalkan MiG 15

dan MiG 21.

Salah satu hal yang paling penting dalam pembangunan kapabilitas militer Korea

Selatan yakni belanja militer. Sejak tahun 2006, anggaran militer Korea Selatan terus

mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut merupakan bagian dari upaya

untuk memperkuat pertahanan negara. Selain itu, peningkatan anggaran pertahan Korea

Selatan tersebut merupakan bagian dari respon atas tindakan provokatif Korea Utara.

Peningkatan anggaran pertahanan mKorea Selatan dapat dilihat melalui peningkatan

anggaran belanja militernya. berikut merupakan tabel anggaran belanja militer Korea Selatan

:

Pada tahun 2006 Korea Selatan mencapai 23.622 miliar USD dan pada tahun 2007

mencapai 24.689 miliar USD. Pada tahun 2008 dan 2009 belanja militer Korea Selatan

mencapai 26.297 USD dan 27.708 USD. Meskipun di tahun 2010, belanja militer Korea

58 Angkasa Ibid. Hal 6059 Ibid. 61

2006 2007

Series 1 23,622 24,689

0

5

10

15

20

25

30

35

dalam Milliar USD

Tabel 2.2 Anggaran Belanja Militer Korea Selatan tahun 2006-2012

29

udara.58 Pesawat tempur yang menjadi andalan angkatan udara Korea Selatan untuk

memperthankan keamanan udara seperti : KF-X, FA-50, F-X-1/2, F-15K, F-16 C/D, F-4, dan

F-5E.59 Pesawat-pesawat milik Korea Selatan tersebut tergolong lebih canggih secara

teknologi dibandingkan pesawat-pesawat Korea Utara yang masih mengandalkan MiG 15

dan MiG 21.

Salah satu hal yang paling penting dalam pembangunan kapabilitas militer Korea

Selatan yakni belanja militer. Sejak tahun 2006, anggaran militer Korea Selatan terus

mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut merupakan bagian dari upaya

untuk memperkuat pertahanan negara. Selain itu, peningkatan anggaran pertahan Korea

Selatan tersebut merupakan bagian dari respon atas tindakan provokatif Korea Utara.

Peningkatan anggaran pertahanan mKorea Selatan dapat dilihat melalui peningkatan

anggaran belanja militernya. berikut merupakan tabel anggaran belanja militer Korea Selatan

:

Pada tahun 2006 Korea Selatan mencapai 23.622 miliar USD dan pada tahun 2007

mencapai 24.689 miliar USD. Pada tahun 2008 dan 2009 belanja militer Korea Selatan

mencapai 26.297 USD dan 27.708 USD. Meskipun di tahun 2010, belanja militer Korea

58 Angkasa Ibid. Hal 6059 Ibid. 61

2007 2008 2009 2010 2011

24,689 26,297 27,708 27,572 28,28

dalam Milliar USD

Tabel 2.2 Anggaran Belanja Militer Korea Selatan tahun 2006-2012

29

udara.58 Pesawat tempur yang menjadi andalan angkatan udara Korea Selatan untuk

memperthankan keamanan udara seperti : KF-X, FA-50, F-X-1/2, F-15K, F-16 C/D, F-4, dan

F-5E.59 Pesawat-pesawat milik Korea Selatan tersebut tergolong lebih canggih secara

teknologi dibandingkan pesawat-pesawat Korea Utara yang masih mengandalkan MiG 15

dan MiG 21.

Salah satu hal yang paling penting dalam pembangunan kapabilitas militer Korea

Selatan yakni belanja militer. Sejak tahun 2006, anggaran militer Korea Selatan terus

mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut merupakan bagian dari upaya

untuk memperkuat pertahanan negara. Selain itu, peningkatan anggaran pertahan Korea

Selatan tersebut merupakan bagian dari respon atas tindakan provokatif Korea Utara.

Peningkatan anggaran pertahanan mKorea Selatan dapat dilihat melalui peningkatan

anggaran belanja militernya. berikut merupakan tabel anggaran belanja militer Korea Selatan

:

Pada tahun 2006 Korea Selatan mencapai 23.622 miliar USD dan pada tahun 2007

mencapai 24.689 miliar USD. Pada tahun 2008 dan 2009 belanja militer Korea Selatan

mencapai 26.297 USD dan 27.708 USD. Meskipun di tahun 2010, belanja militer Korea

58 Angkasa Ibid. Hal 6059 Ibid. 61

2011 2012

28,28 30,779

Tabel 2.2 Anggaran Belanja Militer Korea Selatan tahun 2006-2012

Page 30: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

30

Selatan mengalami penurunan, yakni pada angka 27.572 miliar USD. Pada tahun 2011

belanja militer Korea Selatan kembali mengalami peningkatan yakni pada angka mencapai

28.28 miliar USD dan pada tahun 2012 mencapai 30.779 USD.60

Angka anggaran belanja militer Korea Selatan tersebut jauh lebih besar dari angka

belanja militer Korea Selatan. meskipun persentase dari tidak sebesar Korea Utara yang

mencapai hampir 25 persen. Besarnya anggaran belanja militer Korea Selatan tersebut

merupakan bagian dari kebijakan koersif pemerintah Korea Selatan dalam menghadapi Korea

Utara. kemampuan teknologi rudal balistik Korea Utara harus mampu untuk diimbangi

dengan kesiapan militer Korea Selatan baik dari persenjataan konvensiaonal mapun non

konvesional juga kesiapan angkatan perang.

Dengan demikian maka perimbangan ancaman yang dilakukan oleh Korea Selatan

sebagai respon atas ancaman-ancaman yang dibentuk oleh Korea Utara yakni melalui strategi

balancing dan bandwagoning. Dalam strategi pertama yakni Korea Selatan melakukan

balancing terhadap Korea Utara. Balancing yang dilakukan oleh Korea Selatan yakni dengan

cara memperkuat pertahanan militernya. Penguatan pertahanan militer tersebut dilakukan

dengan cara peningkatan anggaran belanja militer dan pengembangan senjata-senjata

konvensional maupun non konvensional. Sdenagkan strategi kedua yang dilakukan oleh

Korea Selatan yakni bandwagoning dengan Amerika Serikat. Bandwagoning dengan antara

Korea Selatan dengan Amerika Serikat tersebut dilakukan dengan membentuk aliansi

pertahanan keamanan. Dalam aliansi tersebut, Korea Selatan dilindungi oleh payung

keamanan yang diberikan oleh Amerika Serikat dari ancaman yang dapat ditimbulkan oleh

Korea Utara. Implementasi dari aliansi tersebut yakni pengefektifan kembali latihan

gabungan militer bersama di wilayah Korea Selatan.

60 ipri, South korea Military Expenditure, < http://milexdata.sipri.org/result.php4>. The Guardian, WorldMilitarry Spending Countries, <http://www.theguardian.com/news/datablog/2012/apr/17/military-spending-countries-list>.

Page 31: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

31

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asia timur merupakan salah satu kawasan yang memiliki konflik untuk menjadi

perang terbuka. Potensi konflik yang terjadi di Asia Timur merupakan rivalitas negara-negara

Asia Timur untuk saling meningkatkan kekuatan pertahananya. Salah satu sub-kawasan Asia

Timur yang memiliki potensi terjadinya perang terbuka ialah di Semenanjung Korea. Korea

Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berperang hingga saat ini. Pasca berakhirnya

perang Korea, Korea Utara telah merintis pengembangan rudal balistik yang dimulai dengan

mengembangkan rudal jarak pendak dan menengah warisan Uni Soviet. Pada tahun 2006,

Korea Utara telah meluncurkan rudal balistiknya pertamanya untuk tujuan uji coba.

Peluncuran uji coba rudal balistik tersebut kemudian berlanjut di tahun 2009 hingga

keberhasilannya pada tahun 2012. Tindakan provokatif Korea Utara tersebut merupakan

bagian dari bentuk ancaman. Dalam kerangka balance of threat, ancaman yang ditimbulkan

oleh Korea Utara melalui empat sumber ancaman yakni ; aggregate power, proximity,

offensive power, dan offensive intentions. Peluncuran rudal balistik Korea Utara merupakan

bagian dari offensive intentions yang didukung oleh kemampuan kapabilitas militer untuk

mengancam Korea Selatan. Ancaman terhadap Korea Selatan semakin besar ketika didukung

pula oleh kedekatan secara geografis. Kedekatan secara geografis memudahkan negara

pengancam untuk memproyeksikan kekuatannya terhadap negara yang diancam.

Respon yang dilakukan oleh Korea Selatan terhadap ancaman rudal balistik Korea

Utara yakni dengan melakukan balancing. Strategi balancing yang dilakukan untuk

mereduksi ancaman dari Korea Utara, Korea Selatan melakukan perimbangan ancaman

dengan meningkatkan kapabilitas militernya. Peningkatan kapabilitas militer tersebut

meliputi penguatan pada sektor angkatan bersenjata dan industri pertahanan Korea Selatan.

Selain itu, Strategi bandwagoning yang dilakukan oleh Korea Selatan yakni dengan

melakukan aliansi pertahanan dengan Amerika Serikat. Aliansi pertahanan dengan Amerika

Serikat tersebut diimplementasikan dengan menggelar latihan gabungan militer bersama di

wilayah Korea Selatan.

1.6 Saran

Dalam penelitian ini, penulis terlalu spesifik pada konflik lama namun dengan

permasalahan yang baru. Dalam penelitian selanjutnya, penulis menyarakan agar dapat

memasukkan bagaimana implikasi peluncuran rudal balistik Korea Utara terhadap Jepang dan

Page 32: Sonny SatyaBhakti-Implikasi Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara terhadap Strategi Pertahanan Korea Selatan Tahun 2006-2012

32

Tiongkok. Kondisi keamanan yang terjadi di Asia Timur saling terkait karena akan

menimbulkan aksi dan reaksi dari setiap negara di kawasan tersebut. Saran kedua untuk

penelitian selanjutnya yakni bagaimana mengkaji pola social construction di Asia Timur

yang menjadi implikasi dari ancaman yang ditimbulkan kompleksitas keamanan. Kajian

bagaimana pola hubungan enmity dan amity yang membentuk bagaimana reaksi negara

terhadapa ancaman keamanan yang ditimbulkan oleh negara lain. Pola hubungan enmity dan

amity juga akan membahas aliansi dalam kawasan Asia Timur sendiri. Bagaimana aliansi

antara Tiongkok dengan Korea Utara dan aliansi antara Jepang, Korea Selatan dengan

Amerika Serikat.