Temuan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 Snapshot Indikator Kesehatan Reproduksi: Sumatera Selatan Disajikan oleh Imron A Hakim, peneliti Pusat Penelitian Sosial Budaya dan Kependudukan (PPSBK)/Dosen FKIP Universitas Sriwijaya dan Dani Saputra, Peneliti Kanwil BKKBN Provinsi Sumatera Selatan di Hotel Bumi Asih Palembang, 30 Desember 2013
41
Embed
Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra
Data temuan hasl Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Temuan dari Survei Demografi dan KesehatanIndonesia (SDKI) 2012
Snapshot Indikator Kesehatan Reproduksi: Sumatera Selatan
Disajikan oleh Imron A Hakim, peneliti Pusat Penelitian Sosial Budaya dan
Kependudukan (PPSBK)/Dosen FKIP Universitas Sriwijaya dan Dani Saputra, Peneliti
Kanwil BKKBN Provinsi Sumatera Selatan di Hotel Bumi Asih Palembang,
30 Desember 2013
Snapshot Berbagai Indikator Kesehatan Reproduksi:
Sumatera Selatan
Temuan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)Jakarta, Indonesia
ICF Macro
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
Tujuan utama dari SDKI tahun 2012 adalah untuk memberikan informasi rinci tentang kependudukan, keluarga berencana, dankesehatan bagi para pembuat kebijakan dan pengelola program. SDKI Tahun 2012 adalah survei yang ketujuh dan merupakan bagiandari proyek Survei Demografi dan Kesehatan Internasional.
Survei ini mengumpulkan informasi mengenai latar belakang sosial ekonomi responden; tren angka fertilitas, pola dan statusperkawinan; pengetahuan dan penggunaan metode kontrasepsi; keinginan mempunyai anak, kematian bayi, anak dan ibu; kesehatanibu, pengetahuan tentang HIV dan AIDS dan penyakit menular seksual lainnya. Siapa yang berpartispasi dalam survei?
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 adalah sebuah survei bersifat nasional mencakup 43.852 rumah tangga,45.607 wanita pernah kawin berusia 15-49, dan 9.306 pria berstatus kawin berusia 15-54. Survei ini menyajikan hasil yangrepresentatif untuk tingkat nasional dan provinsi, juga tingkat perkotaan dan perdesaan di Indonesia.
Publikasi ini memfokuskan pada data Provinsi Sumatera Selatan, dengan jumlah sample 1.335 wanita pernah kawin dan 293 priaberstatus kawin usia 15-54 tahun.
Jambi
South Sumatera
Riau
Lampung
Bengkulu
West Sumatera
BantenWest Java
Bangka Belitung
Jakarta
Riau Islands
0 50 10025 Kilometers
J a v a S e a
I n d i a n O c e a n
K a r i ma t a S t r a i t
N
Fertilitas
2.1
2.3
2.3
2.5
2.3
2.8
2.2
2.5
3.1
2.8
2.6
2.6
2.6
2.3
2.7
2.6
2.5
2.8
2.5
2.9
2.6
2.8
2.8
2.8
3.0
3.1
3.6
3.5
3
3.3
3.2
2.6
3.7
3.2
DI Yogyakarta
DKI Jakarta
Jawa Timur
Jawa Tengah
Bali
Sumatera Selatan
Bengkulu
Jawa Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan
Gorontalo
Jambi
Lampung
Bangka Belitung
Banten
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Riau
Kepulauan Riau
Nusa Tenggara Barat
Nanggro Aceh Darussalam
Papua Barat
Sumatera Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku Utara
Sulawesi Barat
Papua
Sulawesi Tengah
Sumatera Utara
Nusa Tenggara Timur
Maluku
Indonesia
• Seorang wanita di Indonesia rata-rata akan melahirkan 2,6 anakselama hidupnya.
• Angka Fertilitas bervariasi menurutprovinsi, dari yang tertinggi diPapua Barat, yaitu 3,7 anak perwanita hingga yang terendah di DIY,2,1 anak per wanita.
• Angka kelahiran total (TFR) diProvinsi Sumatera Selatan adalah2,8 lebih tinggi dibandingkan TFRnasional.
Angka Fertilitas Total (TFR) menurut Provinsi, 2012
• Angka fertilitas di Sumatera Selatan menunjukkan tren yang menurun dari 3,43 pada tahun 1991 menjadi 2,3 pada tahun 2002-2003 tetapi mengalami peningkatan kembali sejak SDKI 2007
• Sebagai perbandingan , secara nasional angka fertilitas total telah turun dari 3,0 anak per perempuan pada tahun 1991 tetapitetap stabil sejak 2002-2003
Tren Median Umur Kawin Pertama
• Setengah dari perempuan di Sumatera Selatan telah menikah pada usia 20 tahun, sebaliknya setengah dari semua wanita diIndonesia menikah pada usia 20,1 tahun. Rata-rata wanita di Sumatera Selatan menikah lebih awal dari perempuan di Indonesiasecara keseluruhan
• Di Sumatera Selatan usia rata-rata perkawinan pertama terus meningkat dari 17,9 pada tahun 1991 menjadi 20 pada tahun2012. Demikian pula usia rata-rata pada perkawinan pertama di Indonesia terus meningkat dari 18,3 pada tahun 1991 menjadi20,1 pada tahun 2012.
Tren Rata-Rata Anak Lahir Hidup dan Jumlah Anak Ideal, Sumatera Selatan
• Di Sumatera Selatan, jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh wanita menikah adalah 2,8. Menariknya perempuan diSumatera Selatan ingin memiliki anak rata-rata 2,7 yang lebih rendah dari rata-rata jumlah anak yang lahir
• Jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh wanita menikah saat ini di Indonesia lebih rendah dari Sumatera Selatan. Secaranasional jumlah anak ideal adalah 2,7 sama dengan Sumatera Selatan sebesar 2,7 .
• Jumlah rata-rata anak yang dilahirkan di Sumatera Selatan menglami penurunan dari 3,1 pada tahun 1991 menjadi 2,8 padatahun 2012 .
Rata-rata Anak Lahir Hidup Rata-rata Jumlah Anak Ideal
Keluarga Berencana
Pemakaian Alat/Cara KB menurut Provinsi, 2012
46
22
43
48
52
47
54
52
69
56
56
64
61
53
60
57
57
63
62
60
65
68
56
68
67
65
70
67
70
66
69
70
64
62
Maluku
Papua
Papua Barat
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Barat
Nanggroe Aceh Darussalam
Maluku Utara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Sumatera Utara
Nusa Tenggara Barat
Banten
Riau
Kepulauan Riau
Kalimantan Timur
Sumatera Barat
DKI Jakarta
Gorontalo
Jawa Barat
Kalimantan Timur
Jawa Tengah
Kalimantan selatan
Sulawesi tengah
Sumatera Selatan
Jambi
Jawa Timur
DI Yogyakarta
Kalimantan Tengah
Bangka Belitung
Bali
Sulawesi Utara
Lampung
Bengkulu
Indonesia Total
Persentase wanita berstatus kawin yang menggunakan suatu alat/cara KB tertentu
• Kira-kira 6 dari 10 (61%) wanita kawinIndonesia menggunakan alat/cara KB.
• Variasi penggunaan KB berdasarkanpropinsi, dari yang tertinggi 70 % dariwanita kawin di Lampung, BangkaBelitung, dan DI Yogyakarta sampai yangterendah 22% dari wanita kawin diPapua.
• Di Sumatera Selatan 67,6 % dari wanitakawin menggunakan alat/cara KB. Inilebih tinggi dari pada rata-rata nasional.
• Penggunaan kontrasepsi di Sumatera Selatan pada umumnya meningkat sejak tahun 1991.
• Demikian pula, penggunaan kontrasepsi pada tingkat nasional telah meningkat dari 50% wanita kawin di tahun 1991 ke 62 %di tahun 2012.
Pemakaian Alat/Cara KB menurut Tempat Tinggal dan Pendidikan, Sumatera Selatan,2012
58.772
47.8
73.2 71.562.3
Perkotaan Pedesaan Tidak Sekolah / Tidak
tamat SD
Tamat SD Tidak tamat SMA SMA+
Tempat tinggal Pendidikan
• Wanita perkotaan lebih mungkin menggunakan kontrasepsi ketimbang wanita yang tinggal di daerah pedesaan.
• Penggunaan kontrasepsi meningkat seiring dengan bertambahnya pendidikan, naik sampai pendidikan dasar dan turun kembalipada wanita yang berpendidikan SMP ke atas.
• Kondisi serupa terlihat di tingkat nasional
Persentase Wanita Kawin yang menggunakan metode kontrasepsi
Persentase Wanita Kawin yang menggunakan metode kontrasepsi
Pemakaian Alat/Cara KB Masa Kini, Sumatera Selatan, 2012
64.4
9.5
44
5.62.7 1.6
4.8
Cara modern Pil Suntik Susuk KB Sterilisasi
wanita
IUD Cara
tradisional
• Suntik KB adalah metode kontrasepsi paling populer di Sumatera Selatan, diikuti oleh pil KB. Penggunaan suntikan terusmeningkat dari 11 % pada tahun 1991 menjadi 43,7 % pada tahun 2012. Sebaliknya, penggunaan pil menurun dari 17 % padatahun 1991 menjadi 9,5 % pada tahun 2012.
• Secara nasional, suntik (32%) merupakan metode kontrasepsi yang paling populer. Pil itu adalah metode yang paling populerkedua di 14 %.
• Metode tradisional terdiri atas metode pantang berkala, senggama terputus dan metode lainya. Metode tradisional ini tidakumum digunakan di Sumatera Selatan, maupun di Indonesia secara keseluruhan
Presentase wanita betstatus kawin
Kebutuhan Ber-KB yang tidak Terpenuhi* menurut Provinsi, 2012
10
8
9
11
8
9
8
13
14
10
8
8
12
13
10
16
10
10
12
11
14
14
13
15
14
18
16
14
24
21
18
14
19
11
Bangka Belitung
Kalimantan Tengah
Bali
Sulawesi Utara
Lampung
Bengkulu
Kalimantan Selatan
DKI Jakarta
Gorontalo
Jawa Tengah
Sumatera Selatan
Jambi
DI Yogyakarta
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
Sulawesi tengah
Jawa Timur
Banten
Riau
Jawa Barat
Sumatera Barat
Nanggroe Aceh Darussalam
Sumatera Utara
Kepulauan Riau
Maluku Utara
Sulawesi Tenggara
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Selatan
Papua
Papua Barat
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Barat
Maluku
Indonesia
Persentase wanita pernah kawin dengan kebutuhan berKB yang tidak terpenuhi
• Sekitar 11 persen perempuan Indonesia yang saat inimenikah memiliki kebutuhan ber-KB yang belumterpenuhi.
• Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB bervariasimenurut provinsi, dari tertinggi 24% wanita menikahdi Papua saat ini dengan terendah 8% dari wanitamenikah di Kalimantan Tengah, lampung,Kalimantan Selatan, Sumsel, dan Jambi.
• Kebutuhan KB tidak terpenuhi di Provinsi SumateraSelatan adalah 8%. Angka ini berada di bawah rata-rata angka nasional.
Kebutuhan Ber-KB yang tidak terpenuhi, Sumatera Selatan, 2012
8.1
2.6
5.5
Total Untuk Penjarangan Untuk Mengakhiri
• Di Sumatera Selatan saat ini 8 % dari wanita menikah memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi untuk keluarga berencana.
• Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi untuk membatasi kelahiran lebih besar daripada untuk menjarangkan kelahiran.
• Wanita dengan kebutuhan KB yang belum terpenuhi untuk penjarangan bersedia menunggu dua tahun atau lebih sebelummenjadi hamil, tetapi tidak menggunakan kontrasepsi. Wanita dengan kebutuhan yang belum terpenuhi untuk pembatasan,tidak ingin anak lagi tetapi tidak menggunakan kontrasepsi.
Persentase wanita berstatus menikah
*Tidak Terpenuhi kebutuhan KB didefinisikan sebagai persentase wanita menikah yang saat ini juga tidak ingin punya anak lagi atau ingin memiliki menunggu sebelum kelahiran berikutnya, tetapi tidak menggunakan suatu alat/cara KB
Kebutuhan Ber-KB yang Tidak Terpenuhi menurut Jumlah Anak masih Hidup, Sumatera Selatan,2012
• Tidak terpenuhi kebutuhan untuk KB di Sumatera Selatan umumnya meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah anak.
Kebutuhan Ber-KB yang Tidak Terpenuhi menurut Tempat tinggal,
Sumatera Selatan,2012
• Wanita yang tinggal di perkotaan mempunyai kecenderungan Kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi lebih tinggi dibanding wanita yang tinggal di pedesaan .
Persentase wanita berstatus kawin dengan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi
Persentase perempuan menikah dengan kebutuhan KB yang belum terpenuhi
1.1
7.4
10.514.1
0 anak 1-2 anak 3-4 anak 5+ anak
11.3
6.5
Perkotaan Pedesaan
Kesehatan Ibu
1.9
81.4 78.9
Tidak pernah 4+ Kunjungan pertama pada trimester pertama
78.9
86.5
75.7
Total Perkotaan Pedesaan
Jumlah Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan (ANC), Sumatera Selatan, 2012
Pemeriksaan Kehamilan menurut Tempat Tinggal, Sumatera Selatan, 2012
Persentase wanita yang mempunyai anak lahir hidup terakhir dalam lima tahun sebelum survei menurut pemeriksaan kehamilan:
• Tiga perempat lebih wanita di Sumatera Selatan mempunyai 4 atau lebih kunjungan ANC selama kehamilan mereka yang paling terakhir, sebagaimanadianjurkan oleh program kesehatan ibu Indonesia.
• Sekitar 7-8 dari 10 (78,9 %) perempuan di Sumatera Selatan melakukan kunjungan pertama mereka pada trimester pertama .• Pada tingkat nasional, ada 87,8 % perempuan mempunyai 4 atau lebih kunjungan ANC dan 80,4 % telah melakukan kunjungan ANC pertama mereka
pada trimester pertama. Dengan demikian Sumatera Selatan berada di bawah rata-rata nasional .
Persentase wanita mempunyai anak lahir hidup terakhir dalam lima tahun sebelum survei menurut jumlah kunjungan yang dianjurkan permerintah dan daerah tempat tinggalnya.
Program kesehatan ibu Indonesia mengajurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan : paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester kedua, dan paling sedikit dua kali kunjungan dan trimester ketiga.
• Perempuan perkotaan di Sumatera Selatan lebih mungkin dari kaum perempuan untuk memenuhi jadwal ANC direkomendasikan. Demikian jugaberlaku pada tingkat nasional .
• Secara nasional, 80 % wanita bertemu jadwal merekomendasikan pemerintah untuk kunjungan ANC. Dengan demikian Sumatera Selatan berada dibawah rata-rata nasional.
45.7
46.2
Tidak Imunisasi TT 2 kali atau lebih imunisasi TT
Suntikan Tetanus Toxoid (TT), Sumatera Selatan, 2012
Suplemen Zat Besi menurut Tingkat Pendidikan, Sumatera Selatan,2012
Persentase wanita pernah-menikah dengan kelahiran hidup dalam lima tahun terakhir :
• kurang dari setengah (46,2 %) wanita di Sumatera Selatan memperoleh imunisasi TT dua kali atau lebih selama kehamilan .• Secara nasional, 50 % wanita memperoleh imunisasi TT dua kali atau lebih selama kehamilan. Dengan demikian cakupan imunisasi TT di Sumatera
Selatan lebih rendah dari cakupan nasional .
Persentase ibu yang mempunyai anak hidup terakhir dalam lima tahun sebelum survei, yang mendapat pil zat besi, menurut tingkat pendidikan .
Pemerintah Indonesia merekomendasikan 90 hari atau lebih pemberian tablet besi selama kehamilan untuk menghindari masalah kekurangan zat besi baik untuk wanita dan
janinnya
• Di Sumatera Selatan, tujuh dari 10 wanita pernah menikah yang melahirkan dalam lima tahun terakhir mengkonsumsi suplemen zat besi selama 90hari atau lebih pada waktu kehamilan. Wanita dengan pendidikan sekunder atau lebih tinggi, lebih banyak mengkonsumsi suplemen zat besi selama90 hari atau lebih selama kehamilan .
• Secara nasional, 77 % wanita pernah menikah dengan kelahiran dalam lima tahun terakhir mengkonsumsi suplemen zat besi selama 90 hari atau lebihpada waktu kehamilan, kira-kira sama dengan di Sumatera Selatan.
68
21
1015 14
26 28
jumlah tidak sekolah belum tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMTA tamat SMTA Perguruan Tinggi
Kementerian Kesehatan Indonesia menganjurkan agar ibu memperoleh dua kali atau lebih imunisasi tetanus toxoid selama kehamilan pertama. Imunisasi ulang diberikan satu kali pada setiap kehamilan berikutnya untuk memlihara perlindungan penuh .
Tempat Persalinan menurut Provinsi, 2012Persentase anak lahir hidup terakhir dalam lima tahun sebelum survei menurut tempat persalinan
22
35
22
17
22
21
36
31
41
41
53
41
27
48
75
56
41
48
61
38
65
52
61
63
64
76
60
75
85
82
94
96
98
63
Sulawesi Tenggara
Bengkulu
Maluku
Sulawesi Barat
Kalimantan Tengah
Maluku Utara
Kalimantan Selatan
Sulawesi Tengah
Nusa Tenggara Timur
Gorontalo
Nanggroe Aceh Darussalam
Jambi
Papua
Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Barat
Sumatera Selatan
Kalimantan Barat
Sumatera Utara
Banten
Papua Barat
Bangka Belitung
Riau
Lampung
Jawa Barat
Kalimantan Timur
Jawa Tengah
Sulawesi Utara
Sumatera Barat
Jawa Timur
Kepulauan Riau
DI Yogyakarta
DKI Jakarta
Bali
Indonesia
• Lebih dari separuh (63%) darikelahiran di Indonesia dilakukan difasilitas kesehatan.
• Persalinan di fasilitas kesehatanbervariasi antar propinsi, dari tertinggidi Bali (98 %) ke terendah di SulawesiBarat (17 %)
• Hampir empat dari 10 kelahiran diSumatera Selatan ditolong di fasilitaskesehatan. Kondisi ini lebih rendahdibandingkan dengan cakupan nasional.
12.4
43.5 43.5
pemerintah swasta rumah
76.4
59.8
85.1
66
79 83.1
SDKI 2002-2003 SDKI 2007 SDKI 2012
Sumatera Selatan Indonesia
Tempat Persalinan, Sumatera Selatan,2012
Tren Penolong Persalinan, Sumatera Selatan
Persentase anak lahir hidup terakhir dalam lima tahun sebelum survei menurut tempat persalinan
• Di Sumatera Selatan 44 % kelahiran berlangsung di rumah, 44 persen di fasilitas kesehatan swasta, dan 12 persen di fasilitaskesehatan pemerintah.
• Wanita perkotaan Sumatera Selatan dan mereka dengan pendidikan tinggi lebih banyak melahirkan di fasilitas kesehatan .• Pada tingkat nasional, 36 % kelahiran berlangsung di rumah, 46 % di fasilitas kesehatan swasta, dan 17 % di fasilitas kesehatan
pemerintah. Dengan demikian proporsi kelahiran yang disampaikan dalam fasilitas kesehatan di Sumatera Selatan di bawahtingkat nasional.
*Tenaga terampil termasuk dokter, perawat, bidan, dan pembantu perawat / bidan
• Penolong persalinan oleh tenaga terlatih di Sumatera Selatan mengalami peningkatan dari 59,8 % kelahiran pada 2007 menjadi85,1 % pada 2012.
• Sebaliknya, penolong persalinan oleh tenaga terlatih pada tingkat nasional meningkat dari 79 % kelahiran pada 2007 menjadi83,1 % pada 2012.
Persentase kelahiran hidup dalam lima tahun terakhir ditolong oleh tenaga terlatih
Fasilitas Kesehatan
45.7
72.1 72.788
95.7 100
Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMTA Tamat SMTA Perguruan tinggi
Penolong Persalinan menurut Pendidikan, Sumatera Selatan, 2012
Perawatan Nifas sesudah Melahirkan, Sumatera Selatan, 2012
•Proporsi kelahiran yang dibantu oleh tenaga terampil meningkat seiring meningkatnya tingkat pendidikan perempuan.•Kondisi serupa juga terjadi di tingkat nasional .
• Perawatan nifas penting baik untuk ibu maupun bayinya karena bisa mengatasi komplikasi yang timbul dalam persalinan danuntuk memberikan informasi penting kepada ibu tentang cara merawat dirinya dan bayinya. Kapan perawatan nifas diberikansangat penting, karena kematian ibu dan bayi paling banyak terjadi dalam dua hari pertama setelah melahirkan.
• Di Sumatera Selatan, 91 % perempuan menerima perawatan nifas sesudah melahirkan dan 49 % melakukan pemeriksaandalam < 4 jam setelah melahirkan.
• Secara nasional, 89 % perempuan menerima perawatan nifas sesudah melahirkan dan 56 % melakukan pemeriksaan dalam < 4jam setelah melahirkan. Sehingga proporsi wanita di Sumatera Selatan yang menerima perawatan nifas sedikit lebih tinggi daripersentase nasional.
Persentase anak lahir hidup terakhir dalam lima tahun sebelum survei oleh tenaga kesehatan terlatih* menurut tingkat pendidikan.
* Tenaga terlatih termasuk dokter, perawat, bidan dan pembantu perawat/bidan
Persentase wanita yang melahirkan bayi terakhir dalam lima tahun sebelum survei saat pemeriksaan nifas pertama.
< 4 jam, 49Tdk mendapatkan pemeriksaan, 9
7 - 41 hr, 7
Dalam 2 hr, 16
Kesehatan Bayi
Angka Kematian Bayi menurut Provinsi, 2012
25
47
21
32
22
49
29
33
30
54
24
34
27
30
74
45
33
29
30
35
29
31
40
32
27
62
67
45
44
36
49
57
74
34
DI Yogyakarta
Nanggroe Aceh Darussalam
Kalimantan Timur
Jawa Tengah
DKI Jakarta
Kalimantan Tengah
Bali
Sulawesi Utara
Jawa Timur
Papua
Riau
Jambi
Bangka Belitung
Jawa Barat
Papua Barat
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Sumatera Selatan
Lampung
Kepulauan Riau
Bengkulu
Kalimantan Barat
Sumatera Utara
Banten
Sumatera Barat
Maluku Utara
Gorontalo
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Selatan
Maluku
Sulawesi Tengah
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Barat
Indonesia
Kematian per1000 kelahiran hidup
• Hampir 4 dalam setiap 100 anak di Indonesiameninggal sebelum mencapai ulang tahunpertama mereka .
• Angka kematian bayi (AKB) bervariasi antarpropinsi dari yang tinggi 74 per 1000 kelahiranhidup di Sulawesi Barat sampai yang terendah 21per 1000 kelahiran hidup di Kaltim.
• Angka kematian bayi di Sumatera Selatansebesar 29 per 1000 kelahiran hidup. Kondisi inilebih rendah dari angka nasional, dan nomorlima tertinggi dari semua propinsi yang ada diPulau Sumatera .
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah peluang bayi untuk meninggal antara kelahiran sebelum mencapai umur tepat satu tahun.
Angka Kematian Balita menurut Provinsi, 2012
30
38
56
31
31
33
37
52
34
32
28
36
38
37
37
38
42
38
37
109
55
34
115
35
54
78
85
85
57
58
75
60
70
43
DI Yogyakarta
Jawa tengah
Kalimantan Tengah
DKI Jakarta
Kalimantan Timur
Bali
Sulawesi Utara
Nanggroe Aceh Darussalam
Jawa Timur
Bangka Belitung
Riau
Jambi
Jawa Barat
Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan
Lampung
Kepulauan Riau
Banten
Kalimantan Barat
Papua Barat
Sulawesi Tenggara
Sumatera Barat
Papua
Bengkulu
Sumatera Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Maluku Utara
Kalimantan Selatan
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Maluku
Sulawesi Barat
Indonesia
Kematian per1000 kelahiran hidup
• Sekitar empat dari setiap 100 anak di Indonesiameninggal sebelum ulang tahun kelima mereka.
• Angka kematian balita bervariasi antar provinsi,dari yang tertinggi 115 per 1000 kelahiran hidupdi Papua ke yang terendah 28 per 1000kelahiran hidup di Riau.
• Angka kematian balita di Sumatera Selatan 37per 1000 kelahiran hidup. Angka ini lebihrendah dari angka nasional dan nomor limatertinggi di propinsi yang ada di PulauSumatera.
Angka Kematian Bayi dibawah lima tahun adalah peluang untuk meninggal anara kelahiran dan sebelum umur tepat lima tahun
• Terjadi penurunan angka kematian bayi di Sumatera Selatan dari tahun 1994 sampai tahun 2002-2003. Terjadi peningkatanangka kematian bayi di Sumatera Selatan dari 30 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003 menjadi 42 per 1000 kelahiranhidup pada tahun 2007, tetapi menurun menjadi 29 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012
• Sebaliknya angka kematian bayi secara nasional terus mengalami penurunan dari 66 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1994menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007
Kematian per 1000 Kelahiran Hidup
Angka kematian bayi adalah peluang untuk meninggal antara kelahiran dan sebelum mencapai tepat satu tahun
Cakupan Imunisasi menurut Provinsi, 2012
26
30
14
17
21
21
20
33
28
47
47
34
31
35
28
30
33
14
48
33
55
35
34
39
33
52
37
50
37
60
63
49
76
40
Papua Barat
Nanggroe Aceh Darussalam
Papua
Sumatera Utara
Banten
Maluku Utara
Maluku
Riau
Kalimantan Tengah
Jambi
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Sulawesi Tengah
Kalimantan Selatan
Sulawesi Barat
Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan
Bengkulu
Gorontalo
Nusa Tenggara Barat
Bangka Belitung
Sumatera Barat
Kepulauan Riau
Jawa Barat
Sulawesi Tenggara
Jawa Timur
Lampung
Kalimantan Timur
DKI Jakarta
Bali
Jawa Tengah
Sulawesi Utara
DI Yogyakarta
Indonesia
Persentase anak umur 12-23 bulan yang mendapatkan imunisasi lengkap*
• Hanya empat dari 10 (40 %) anak-anakdi Indonesia telah mendapatkanimunisasi lengkap
• Cakupan imunisasi bervariasi antarprovinsi dari yang tertinggi 76 % di DIYogyakarta sampai yang terendah 14% di Papua
• Di Sumatera Selatan lebih hanyasepertiga (30 %) anak-anakmendapatkan imunisasi lengkap.Kondisi ini masih di bawah rata-ratanasional.
*Imunisasi lengkap adalah bila bayi mendapat imunisasi BCG, campak dan masing-masing 3 dosiss DPT ,Polio, dan Hepatitis B
• Di Sumatera Selatan, cakupan imunisasi mengalami peningkatan dari 56,2 % pada tahun 1994 menjadi 63,3 pada tahun 2012.• Sebaliknya , cakupan imunisasi tingkat nasional secara umum mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari 50 % pada tahun 1994
menjadi 65,6 % pada tahun 2012 .
• Di Sumatera Selatan hanya 69,5 % anak yang menerima imunisasi DPT 3 kali, sementara 90 % menerima imunisasi BCG.• Hampir sama pada level nasional, cakupan imunisasi DPT sebanyak 3 kali paling rendah ( 72 %) dan paling tinggi untuk BCG
(89%) .
Persentase anak umur 12-23 bulan yang memperoleh imunisasi lengkap*
* Imunisasi BCG, campak dan masing-masing 3 dosis DPT dan Polio (kecuali polio 4).
Persentase anak umur 12-23 bulan yang memperoleh imunisasi:
90
69.5 68.6
80.1
BCG DPT3 Pol io 3 Campak
22
12
5
Demam Diare ISPA
Prevalensi Penyakit Anak, Sumatera Selatan,2012
Tren Pengobatan Balita yang mengalami ISPA
• Di Sumatera Selatan, hampir 2 dari 10 anak (22%) mengalami demam dalam dua minggu sebelum survei. Anak-anakyang mengalami diare (12%) dan gejala ISPA (5%).
• Secara nasional, 31 % dari anak-anak demam, 14% mengalami diare, dan 5 % memiliki gejala ISPA dalam duaminggu sebelum survei
• Persentase Balita yang mengalami gejala ISPA yang berobat pada fasilitas kesehatan di Sumatera Selatan hanya mengalamipeningkatan yang cukup signifikan dari 70 % pada SDKI tahun 2002-03 menjadi 84 persen pada SDKI tahun 2012.
• Di tingkat nasional, proporsi anak bergejala untuk siapa saran atau pengobatan dicari meningkat dari 66 % pada tahun 2007 menjadi 75% pada tahun 2012.
Persentase balita yang dalam dua minggu sebelum survei mengalami demam, diare dan ISPA
Persentase Balita yang mengalami gejala ISPA dalam dua minggu sebelum survei yang berobat pada fasilitas atas tenaga kesehatan
69 70
84
5766
75
SDKI 2002 SDKI 2007 SDKI 2012
Sumatera Selatan Indonesia Total
*Gejala ISPA (batuk disertai pendek, napas cepat yang dada-terkait) dianggap sebagai proxy untuk pneumonia..
91
85.5
89 88.8
96.5 95.7
Total Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMTA Tamat SMTA Perguruan Tinggi
Pengetahuan Tentang Paket Oralit menurut Pendidikan, Sumatera Selatan, 2012
Trends Median Lama menyusui (bulan), Sumatera Selatan
• Penggunaan paket oralit (garam rehidrasi oral sangat sederhana dan efektif terhadap dehidrasi yang disebabkan oleh diareHampir semua ibu (91 %) di Sumatera Selatan mengetahui paket oralit.
• Pengetahuan mengenai paket oralit meningkat seiring dengan meningkatnya pendidikan ibu. Asosiasi serupa juga terlihat padalevel nasional.
• Saat ini, anak-anak di Sumatera Selatan mendapat ASI eksklusif selama kurang lebih 0,5 bulan. UNICEF dan WHOmerekomendasikan bahwa pemberian ASI eksklusif adalah selama enam hulan pertama kehidupan
• Durasi median pemberian ASI eksklusif mengalami penurunan antara 2002-2003, 2007 dan 2012• Secara nasional, durasi median pemberian ASI mengalam penurunan sejak tahun 1997. Saat ini, durasi median pemberian ASI
eksklusif secara nasional adalah 0,7 bulan dan durasi media menyusui 21,4 bulan.Dengan demikian rata-rata anak di SumateraSelatan mendapatkan ASI lebih lama dibandingkan dengan rata-rata nasional
Persentase ibu yang melahirkan dalam lima tahun terakhir dan mengetahui oralit
Median lama menyusui dibulan diantara anak-anal lahir dalam tiga tahun terakhir
25.1 24.322.4 22.3 22.2
1.7 2.8 2 1.7 0.5
SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002 SDKI 2007 SDKI 2012
ASI ASI Eksklus i f
Pemberian Suplemen Vitamin A menurut Provinsi, 2007
42
58
58
36
38
50
61
32
62
49
56
56
55
59
56
64
64
49
49
49
50
61
68
70
61
66
60
68
70
65
75
67
70
61
Sumatera Utara
Maluku
Maluku Utara
Papua
Papua Barat
Riau
Gorontalo
Sulawesi Barat
Banten
Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan
Sumatra Barat
Kalimantan Barat
Bengkulu
Kepulauan Riau
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Selatan
Bangka Belitung
Nanggroe Aceh Darussalam
Kalimantan Tengah
Jambi
Lampung
Jawa Timur
Jawa Tengah
DKI Jakarta
Jawa Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Nusa Tenggara Barat
Bali
DI Yogyakarta
Indonesia
Persentase anak umur 6-59 bulan yang mendapat suplemen vitamin A dalam enam bulan sebelum survei
• Vitamin A merupakan zat gizimikro yang penting untuk sistemkekebalan. Defisiensi vitamin Ayang berat dapat menyebabkangangguan penglihatan,memperlambat penyembuhan daripenyakit, dan meningkatnyakeparahan dan infeksi sepertipenyakit campak dan diare padaanak.
• Sekitar 6 dari 10 (69%) anakIndonesia mengkonsumsisuplemen vitamin A pada enambulan sebelum survei.
• Pemberian suplemen vitamin Abervariasi antar propinsi, dari yangtertinggi 75 % anak di NTBsampai terendah 32 % di SulawesiBarat.
• Di Sumatera Selatan 49 % anak-anak mendapat suplemen vitaminA dalam enam bulan terakhir.Kondisi ini lebih rendahdibandingkan dengan cakupantingkat nasional
Pemberian Suplemen Vitamin A menurut Provinsi, 2012
32.4
55.966.2 64.9
58 59.4 57.3
6-8 bulan 9-11 bulan 12-17 bulan 18-23 bulan 24-35 bulan 36-47 bulan 48-59 bulan
45.6
55.9 56.1
70.363.2
Tidak tamat SD Tamat SD Tidak Tamat SMTA Tamat SMTA Pergruan Tinggi
Pemberian Suplemen Vitamin A Pada Anak menurut Umur, Sumatera Selatan, 2012
Pemberian Suplemen Vitamin A menurut Pendidikan Ibu, Sumatera Selatan, 2012
• Anak-anak usia 12-17 bulan di Sumatera Selatan yang paling banyak yang telah diberikan suplemen vitamin A dalam enambulan terakhir.
• Di Sumatera Selatan, proporsi anak 6-59 bulan yang mendapatkan suplemen vitamin A meningkat seiring dengan peningkatanpendidikan ibu .
• Kondisi serupa juga terjadi pada tingkat nasional.
Persentase anak umur 6-59 bulan yang Mendapatkan Suplemen Vitamin A dalam enam bulan terakhir
Persentase anak umur 6-59 bulan yang mendapatkan suplemen vitamin A dalam enam bulan terakhir
HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) Lainnya
Pengetahuan tentang AIDS menurut Provinsi, 2012Persentase wanita pernah kawin yang pernah mendengar tentang AIDS
66
65
49
71
61
62
66
70
72
68
69
67
75
72
52
72
76
70
83
80
75
79
80
81
77
79
80
91
84
83
85
95
96
77
Nusa Tenggara Timur
Gorontalo
Sulawesi Barat
Nanggroe Aceh Darussalam
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Barat
Maluku Utara
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan
Sulawesi Tengah
Jambi
Jawa Timur
Maluku
Papua
Kalimantan Tengah
Banten
Bengkulu
Bangka Belitung
Papua Barat
Sumatera Utara
Lampung
Jawa Tengah
Sumatera Barat
Kalimantan Selatan
Riau
Jawa Barat
Kepulauan Riau
Kalimantan Timur
Bali
Sulawesi Utara
DI Yogyakarta
DKI Jakarta
Indonesia
• Sekitar 8 dari 10 (61%) wanita pernahkawin di Indonesia mengatakan pernahmendengar tentang AIDS
• Pengetahuan tentang AIDS bervariasimenurut provinsi dari yang tertinggi96% di DKI Jakarta ke yang terendah 49% di Nusa Sulawesi Barat.
• Di Sumatera Selatan, 68 % wanitapernah kawin pernah mendengar AIDS.Kondisi ini lebih rendah dari rata-ratanasional
83
22 26
112.2
Televisi Surat kabar/majalah Teman Radio Tempat kerja
Sumber Informasi tentang HIV Diantara Mereka yang Pernah Mendengar AIDS menurut Jenis Kelamin, Sumatera Selatan,2012
• Di antara mereka yang mendengar tentang AIDS, sumber utama informasi HIV untuk pria dan wanita di Sumatera Selatan adalahtelevisi. Sumber yang paling sering berikutnya untuk pria adalah surat kabar/majalah dan teman/relasi sedangkan untukperempuan sumber yang paling sering berikutnya adalah teman/relasi dan surat kabar/majalah. Laki-laki dua kali lebih banyakmemperoleh informasi ditempat kerja dibandingkan perempuan
• Nasional, sumber informasi yang paling umum HIV untuk perempuan adalah: televisi (78 %), teman/kerabat (29 %),koran/majalah (28 %), radio (14 %) dan kesehatan profesional (8 %).
• Nasional, sumber informasi yang paling umum HIV untuk pria adalah: televisi (86 %), teman/kerabat (40 %), koran/majalah (38%), radio (20 %), dan tempat kerja (13 %).
Persentase wanita pernah kawin yang mengidentifikasi sumber informasi tentang HIV/AIDS
Persentase laki-laki pernah kawin yang pernah mendengar HIV/AIDS
90
36 37
16
4
Television Teman/relasi SK/majalah Radio Tempat kerja
35.3
49.259 62.1
Memakai Kondom Membatasi hubungan seksual dengan satu pasangan
negatif HIV
Ever-married women Currently married men
69.2
25.640.2 36.5
84.7
24.233.5
62.6
Bersedia merawat anggota keluarga
yang terinfeks i vi rus AIDS di rumah
Mau membel i sayuran segar dari
penjual yang terinfeks i AIDS
Guru wanita yang terinfeks i vi rus AIDS
dan tidak sakit diperbolehkan terus
mengajar
Tidak akan merahas iakan anggota
keluarga yang terinfeks i vi rus AIDS
Wanita pernah kawin yang pernah mendengar AIDS who have heard of AIDS Pria Kawin yang pernah mendangar AIDS
Pengetahuan tentang cara Pencegahan HIV menurut Jenis Kelamin, Sumatera Selatan, 2012
Sikap Penerimaan terhadap Pengidap HIV/AIDS menurut Jenis Kelamin,
Sumatera Selatan, 2012
• Di Sumatera Selatan, pria lebih banyak tahu tentang pencegahan HIV/AIDS dibandingkan wanita .• Hampir sama dengan level nasional, pria mempunyai pengetahuan pencegahan HIV/AIDS lebih tinggi dibandingkan wanita
• Di Sumatera Selatan, stigma HIV / AIDS masih tinggi. Hanya 5 % wanita dan 11 % pria menyatakan sikap menerima padakeempat indikator di atas
• Ada sedikit perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada menerima sikap terhadap orang dengan HIV / AIDS di SumateraSelatan.
• Secara nasional, kaum pria lebih banyak mengekspresikan menerima sikap terhadap orang dengan HIV / AIDS dibanding wanita,11 % pria dan 9 % wanita menyatakan sikap menerima pada keempat indikator di atas.
Percentage of respondents who know the following methods to reduce the risk of getting HIV:
Persentase responden yang menyatakan:
56.7
47.754.1
61.2
48.2
58.3
Selama kehamilan Selama persalinan Masa menyusui
Wanita pernah kawin Pria kawin
Pengetahuan tentang Cara Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PPPIA) menurut Jenis Kelamin, Sumatera Selatan,2012
• Pengetahuan Pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak di Sumatera Selatan rendah. Hanya sekitar separuh pria danwanita tahu bagaimana HIV dapat ditularkan dari ibu ke anak .
• Di Sumatera Selatan, pria lebih mungkin dibandingkan perempuan untuk mengetahui bahwa HIV/AIDS dapat ditularkan dari ibuke anak selama kehamilan.
• Pada level nasional, pria lebih mungkin untuk mengetahui semua cara bahwa HIV dapat ditularkan dari ibu ke anak (kehamilan,persalinan , menyusui)
Persentase yang mengetahui HIV/AIDS dapat menular dari ibu kepada anak
Remaja
Rencana Untuk Menggunakan Kontrasepsi diantara Remaja menurut Jenis Kelamin, Sumatera Selatan, 2012
79.5 77.1
62.7 63.6
Sumatera Selatan Indonesia
Wanita 15-24 Pria 15-24
• Remaja wanita di Sumatera Selatan yang berencana menggunakan kontrasepsi adalah 80 %, sedangkan remajapria yang berencana menggunakan kontrasepsi sebanyak 63 %. Hal ini menunjukkan remaja wanita lebih banyakberencana untuk menggunakan kontrasepsi daripada remaja pria.
• Begitu pula secara nasional, remaja wanita lebih banyak untuk berencana menggunakan kontrasepsi dibandingremaja pria (77 persen berbanding 64 persen)
Median Umur Kawin Ideal Untuk Wanita, Sumatera Selatan, 2012
23.6 23.6
23.3
22.6
Sumatera Selatan Indonesia
Wanita 15-24 Pria 15-24
Wanita dan pria belum kawin umur 15-24 tahun, menurut umur ideal kawin pertama untuk wanita
Median Umur Kawin Ideal untuk Pria, Sumatera Selatan , 2012Wanita dan pria belum kawin umur 15-24 tahun, menurut umur ideal kawin pertama untuk pria
25.825.9
25.725.6
Sumatera Selatan Indonesia
Wanita 15-24 Pria 15-24
• Remaja wanita di Sumatera Selatan menyebutkan bahwa median umur kawin ideal untuk wanita adalah 24 tahun, sementararemaja prianya menyebutkan umur kawin ideal untuk wanita satu tahun lebih muda yaitu 23 tahun.
• Secara nasional, median umur kawin wanita yang dianggap ideal oleh remaja wanita adalah 24 tahun sedangkan remaja laki-laki menyebutkan 23 tahun sebagai umur kawin ideal bagi seorang wanita.
• Remaja wanita dan pria di Sumatera Selatan berpendapat bahwa median umur kawin ideal untuk pria adalah 26 tahun• Secara nasional, menurut remaja wanita maupun pria median umur kawin ideal bagi pria adalah 26 tahun.
Jumlah Anak Ideal, Sumatera Selatan, 2012
2.6 2.6
2.7 2.7
Sumatera Selatan Indonesia
Wanita 15-24 Pria 15-24
Wanita dan pria belum kawin umur 15-24 tahun, menurut rata-rata jumlah anak ideal
• Rata-rata jumlah anak ideal yang disebutkan oleh remaja wanita di Sumatera Selatan adalah 2,6 anak,sedangkan remaja pria menginginkan jumlah ideal untuk anak yaitu 2,7. Hal ini menunjukkan remaja priamenginginkan anak lebih banyak daripada remaja wanita.
• Begitu pula secara nasional, jumlah anak ideal yang disebutkan oleh remaja pria lebih tinggi daripada remajawanita (2,6 anak dibandingkan 2,7 anak)