BAB I STATUS PASIEN 1.1. IDENTITAS PASIEN NAMA : An. DD JENIS KELAMIN : Laki-laki USIA : 4 tahun ALAMAT : Caringin 04/04 Warga Asih Kadupandak TANGGAL MRS : 26 November 2014, pukul 18.07 WIB NAMA Orang tua : Tn. RD dan Ny. W 1.2. ANAMNESA (Alloanamnesis dengan ibu pasienTgl. 26 November 2014, pukul 19.00 wib) K eluhan U tama Bengkak diseluruh tubuh. Riwayat Pe nyakit S ekarang Anak laki – laki datang dengan keluhan bengkak diseluruh tubuh sejak 3 SMRS. Bengkak timbul pada pagi hari setelah bangun tidur secara tiba – tiba di mulai dari kelopak mata, menjalar ke bibir dan seluruh wajah, pada keesokan harinya bengkak menjalar ke perut, tangan, kaki dan skrotum. Bengkak dirasakan bertambah berat sejak 2 hari ini dan .1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
STATUS PASIEN
1.1. IDENTITAS PASIEN
NAMA : An. DD
JENIS KELAMIN : Laki-laki
USIA : 4 tahun
ALAMAT : Caringin 04/04 Warga Asih Kadupandak
TANGGAL MRS : 26 November 2014, pukul 18.07 WIB
NAMA Orang tua : Tn. RD dan Ny. W
1.2. ANAMNESA (Alloanamnesis dengan ibu pasienTgl. 26 November 2014,
pukul 19.00 wib)
K eluhan U tama
Bengkak diseluruh tubuh.
Riwayat Pe nyakit S ekarang
Anak laki – laki datang dengan keluhan bengkak diseluruh tubuh sejak 3 SMRS.
Bengkak timbul pada pagi hari setelah bangun tidur secara tiba – tiba di mulai dari kelopak mata,
menjalar ke bibir dan seluruh wajah, pada keesokan harinya bengkak menjalar ke perut, tangan,
kaki dan skrotum. Bengkak dirasakan bertambah berat sejak 2 hari ini dan bersifat menetap.
Sebelum masuk RS anak buang air kecil sedikit-sedikit tetapi sering > 3 x. Berat badan sebelum
bengkak 17 kg, berat badan setelah bengkak 20 kg. Batuk (-) , sesak (-), demam (-), BAB tidak
ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Bulan Agustus lalu anak bengkak di seluruh tubuh dimulai dari kelopak
mata dan wajah. Setelah di rawat di RS selama 6 hari pasien membaik dan
diperbolehkan pulang dan rawat jalan.
.1
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga dengan riwayat keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Pengobatan
Anak belum berobat untuk keluhan yang saat ini muncul.
Riwayat Kehamilan
Kunjungan ANC teratur di bidan sebanyak 6x, Ibu tidak mengkonsumsi obat-
obatan atau jamu selama masa kehamilan.
Riwayat P ersalinan
Anak pertama. Lahir secara spontan tanpa penyulit ditolong oleh bidan, lahir
langsung menangis, cukup bulan 40 minggu, BB 3000 gram, PB 49 cm.
Riwayat Makanan
Diberikan ASI 0 – 20 bulan
ASI dan bubur bayi 4 – 8 bulan
ASI + Susu Formula + Nasi Tim 1 tahun
Makan nasi dengan lauk seperti orang dewasa 1,5 tahun.
Riwayat Tumbuh Kembang
• Motorik kasar : Bisa tengkurap usia 4 bulan
Bisa berjalan dengan bantuan orang lain usia 11 bulan
• Motorik halus : Bisa merangkak dan mengambil benda usia 4 bulan
Bisa memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain
usia 6 bulan
• Bicara : Mengoceh/ berteriak usia 3 bulan dan tumbuh gigi usia 4
bulan
• Social : Mengenal ibunya, dan bayi dapat ditenangkan dan dibujuk
ketika rewel usia 3 bulan
Kesan: tumbuh kembang sesuai dengan usia
.2
Riwayat Imunisasi
Hepatitis B (waktu lahir – 1 – 6 bulan )
BCG ( usia 1 bulan )
Polio ( usia 2 – 4 – 6 bulan )
DPT ( usia 2 – 4 – 6 bulan )
Campak ( usia 9 bulan)
Kesan Imunisasi dasar lengkap
Riwayat A lergi
Tidak ada alergi obat, makanan, dan suhu
1.3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign
HR : 110 x/menit
RR : 36 x/menit
Suhu : 36,7 oC
Tekanan darah : 140 / 80 mmHg
Status Antropometri
• Tinggi Badan : 96 cm
• Berat Badan : 20 kg
• Lingkar kepala : 48 cm (normocephal)
Status Gizi
BB : 20 kg ( udem palpebra 5 %, tungkai 5 %, Ascites 10 % dan scrotum 15 %)
BB : 35/100 x 20 = 7 kg. (20 – 7 = 13 kg)
BB/ U= 13/14 x 100%= 92,85% (gizi baik)
TB/U= 96/102 x 100%= 94,11 % (gizi baik)
BB/ TB= 13/ 15 x 100% = 86,67 % (gizi kurang)
.3
Status Generalis
Kulit : Kulit warna sawo matang, ikterus pada kulit (-), pucat (-), sianosis (-) ruam-ruam
kemerahan di kulit (-), hiperpigmentasi (-), edema (-), turgor kembali cepat.
Kepala : Normocephal
Rambut : Berwarna hitam, distribusi rata dan tidak mudah dicabut, alopesia
(-)
UUB : datar , sudah menutup
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), konjungtiva hiperemis (-/-), sklera ikterik
Anak laki-laki usia 4 tahun datang dengan bengkak diseluruh tubuhsejak 3
hari SMRS. Bengkak timbul pada pagi hari setelah bangun tidur secara tiba – tiba di mulai dari
kelopak mata, menjalar ke bibir dan seluruh wajah, pada keesokan harinya bengkak menjalar ke
perut, tangan, kaki dan skrotum. Anak BAK masih sering dan berat badan sebelum bengkak 17
kg, berat badan setelah bengkak 20 kg. Batuk (-) , sesak (-), demam (-), BAB tidak ada keluhan.
Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan
.6
Wajah : Edema palpebrae (+/+), edema bibir
Ekstremitas : Akral hangat, terdapat edem pada kedua lengan dan
tungkai, parese tidak ada
Genitalia : Hidrokel (+)
1.6 DIAGNOSA KERJA
- Sindrom Nefrotik Relaps
1.7 DIAGNOSA BANDING
- Sindrom Nefrotik Relaps
- Sindroma Nefritik Akut
1.8 PENATALAKSANAAN
A. Medikamentosa
• IVFD D1-4
• Ranitidine 1 x 20 mg
• Cefotaxime 2 x 1 gr
• Furosemid 1 x ½ ampul
• Prednison 3 x 2,5 tab
1.9 PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungtionam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
1.10 PENCEGAHAN
1. Sanitasi dan hygiene lingkungan untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder.
2. Pada orangtua diberikan penerangan yang cukup mengenai semua risiko
yang mungkin terjadi dan mengenai diet anak, yakni menghindari
.7
makanan yang banyak mengandung garam dan memperbanyak makan
makanan yang mengandung protein, seperti putih telur, tahu, tempe dan
ikan.
1.11 FOLLOW UP
Tgl/
JamS O A P
28/10/14
05.00
Udem anasarka (+),
BAK tidak lancar
frekuensi sedikit.
Mual (+)
HR :88x/menit
Suhu: 36.5 0C
Pernapasan: 24x/m
TD : 130/80
mmHg
Sindrom
Nefrotik
Relaps
Bedrest
Infus D5%
Injeksi cefotaxime 2 x 750
mg
Rantin 2 x 15mg
Furosemid 1 x 15 mg
Prednison 3 x 2,5 tab
Periksa kimia Lengkap
Diet tinggi kalori tinggi
protein dan rendah garam
29/10/14
05.00
Udem anasarka (+),
BAK sudah banyak.
Mual dan nyeri perut
(+)
HR :80x/menit
Suhu: 36.5 0C
Pernapasan: 26
x/m
Sindrom
Nefrotik
Relaps
Infus D5%
Injeksi cefotaxime 2 x 750
mg
Rantin 2 x 15mg
Furosemid 1 x 15 mg
Terapi oral Prednison 3 x
2,5 tab
Albumin 1 x 50 cc/hari
selama 3 hari (1)
Diet tinggi kalori tinggi
protein dan rendah garam
30/10/14
05.00
Udem anasarka
(+),.nyeri perut (+)
HR :74x/menit
Suhu: 37 0C
Sindrom
Nefrotik
Infus D5%
Injeksi cefotaxime 2 x 750
.8
Pernapasan: 26x/m Relaps mg
Rantin 2 x 15mg
Furosemid 1 x 15 mg
Prednison 3 x 2,5 tab
Pemberian Albumin 1 x
50 cc (2)
Diet bubur lunak
31/10/14
05.00
Diare cair 5 – 6 x
masih terdapat
ampas, lendir (+),
darah (-), kejang 1x
HR :100x/menit
Suhu: 38.2 0C
Pernapasan: 26x/m
Sindrom
Nefrotik
Relaps
Infus D5%
Injeksi cefotaxime 2 x 750
mg
Rantin 2 x 15mg
Furosemid 1 x 15 mg
Prednison 3 x 2,5 tab
Pemberian Albumin 1 x
50 cc (3)
Susu LLM
Cek Elektrolit
Diet bubur lunak
1/11/14
05.00
Bab 1 x, tampak
lemas , kejang (-),
nafsu makan
berkurang (+), perut
kembung (+)
HR :96 x/menit
Suhu: 36,8 0 C
Pernapasan: 24x/m
-Sindrom
Nefrotik
Relaps
-
Hipokale
mia
Infus D5%
Injeksi cefotaxime 2 x 700
mg
Rantin 2 x 15mg
Furosemid 1 x 15 mg
Prednison 3 x 2,5tab
Diet tinggi kalori tinggi
protein dan rendah garam
3/11/14
05.00
Bengkak diseluruh
tubuh (+), BAK
berwarna keruh
seperti cucian daging
HR :96 x/menit
Suhu: 370 C
Pernapasan: 24x/m
-Sindrom
Nefrotik
Relaps
Infus D1-4
Injeksi cefotaxime 2 x 700
mg
Rantin 2 x 15mg
Prednison 3 x 2,5 tab mg
.9
Periksa ulang urine rutin
Albumin 50 cc/ 3 hari (1)
4/11/14
05.00
Anak malas makan,
bengkak di tubuh
HR :96 x/menit
Suhu: 370 C
Pernapasan: 24x/m
-Sindrom
Nefrotik
Relaps
Infus D1-4
Injeksi cefotaxime 2 x 700
mg
Rantin 2 x 15mg
Prednison 3 x 2,5 tab mg
Albumin 50 cc/ 3 hari (2)
5/11/14
05.00
Bengkak sudah
berkurang, masih
diare dan terdapat
ampas 3x/hari
HR :100 x/menit
Suhu: 36,70 C
Pernapasan: 26x/m
-Sindrom
Nefrotik
Relaps
Infus D1-4
Injeksi cefotaxime 2 x 700
mg
Rantin 2 x 15mg
Prednison 3 x 2,5 tab mg
Albumin 50 cc/ 3 hari (3)
6/11/14
05.00
Mencret 4x
konsistensi cair dan
masih terdapat
ampas, udem di kaki
dan tangan sudah
berkurang, perut
kembung (+)
HR :100 x/menit
Suhu: 36,70 C
Pernapasan: 26x/m
-Sindrom
Nefrotik
Relaps
Infus D1-4
Injeksi cefotaxime 2 x 700
mg
Rantin 2 x 15mg
Prednison 3 x 2,5 tab mg
Diet Bubur
7/11/14
05.00
Diare (-), BAK warna
keruh
HR :98 x/menit
Suhu: 36,70 C
Pernapasan: 26x/m
-Sindrom
Nefrotik
Relaps
Infus D1-4
Injeksi cefotaxime 2 x 700
mg
Rantin 2 x 15mg
Prednison 3 x 2,5 tab mg
Diet Bubur
8/11/14 Boleh pulang
.10
1.12 Pemeriksaan Laboratorium (29/10/2014 jam 06.02)
Kimia Klinik
Lemak
Kolesterol Total 528 < 200
Fungsi Hati
Protein total 3,46 6,7-7,8 g/dL
Albumin 0,34 3,4-5,0 g/dL
Globulin 3,12 1,5-3,0 g/dL
Fungsi Ginjal
Ureum 29,2 10-50 mg%
Kreatinin 0,4 0-1,0 mg%
Urine Rutin
Protein urin 500/4 + Negatif
31/10/2014 jam 11.21 wib
Hematologi Lengkap
Hb 12,2 g/dL 11,5-13.5g/dL
Leukosit 30.300 uL 4.500-10.500uL
Hematokrit 35,8 % 32-42 %
.11
Trombosit 200 10^3 uL 150-450 10^3 uL
Eritrosit 4, 68 10^6 uL 4 - 5.2 10^6 uL
MCV 76,4 fL 80-94 fL
MCH 26,1 pg 27-31 pg
MCHC 34,1 % 33-37 %
Kimia Klinik
Natrium 137,5 135-148 mEq/L
Kalium 2,5 3,50-5,30 mEq/L
Calcium ion 0,84 1,15 – 1,29 mmol/L
31/10/2014 jam 15.22
Kimia Urine
Berat Jenis 1,020 1,013 – 1,030
pH 5 4,6 - 8
Protein Rutin 500/4 + Negatif
Keton 15/1 + Negatif
Eritrosit 10/1 + Negatif
Mikroskopis
Leukosit 4 – 6 1-4
Eritrosit 2-4 0-1
3/11/2014 jam 08.30 wib
.12
Hematologi Lengkap
Hb 12,8 g/dL 11,5-13.5g/dL
Leukosit 15.200 uL 4.500-10.500uL
Hematokrit 37,1 % 32-42 %
Trombosit 202 10^3 uL 150-450 10^3 uL
Eritrosit 4, 89 10^6 uL 4 - 5.2 10^6 uL
MCV 75,9 fL 80-94 fL
MCH 26,2 pg 27-31 pg
MCHC 34,5 % 33-37 %
Kimia Klinik
Protein total 3,77 6,7-7,8 g/dL
Albumin 0,47 3,4-5,0 g/dL
Globulin 3,30 1,5-3,0 g/dL
Kimia Urine
Berat Jenis 1,020 1,013 – 1,030
pH 7 4,6 - 8
Protein Rutin 500//4 + Negatif
Keton 25/2+ Negatif
.13
Eritrosit 25/1+ Negatif
Mikroskopis
Leukosit 4 – 5 1-4
Eritrosit 1 - 2 0-1
.14
BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik (SN) merupakan kumpulan manifestasi klinis yang
ditandai dengan hilangnya protein urine secara masif (albuminuria), diikuti
dengan hipoproteinemia (hipoalbuminemia) dan akhirnya mengakibatkan edema.
Dan hal ini berkaitan dengan timbulnya hiperlipidemia, hiperkolesterolemia dan
lipiduria.(1)
SN pada anak dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih banyak terjadi
pada usia 1-2 tahun dan 8 tahun.(2). Pada anak-anak yang onsetnya dibawah usia 8
tahun, ratio antara anak laki-laki dan perempuan bervariasi dari 2 : 1 hingga 3 : 2.
Pada anak yang lebih tua, remaja dan dewasa, prevalensi antara laki-laki dan
perempuan kira-kira sama. Data dari International Study of Kidney Disease in
Children (ISKDC) menunjukkan bahwa 66% pasien dengan minimal change
nephrotic syndrome (MCNS) dan focal segmental glomerulosclerosis (FSGS)
adalah laki-laki dan untuk membranoproliferative glomerulonephritis (MPGN) 65
% nya adalah perempuan. (1)
SN bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi merupakan
suatu petunjuk awal adanya kerusakan pada unit filtrasi darah terkecil
(glomerulus) pada ginjal, dimana urine dibentuk.(2). Sekitar 20% anak dengan SN
dari hasil biopsi ginjalnya menunjukkan adanya skar atau deposit pada
glomerulus. Dua macam penyakit yang paling sering mengakibatkan kerusakan
pada unit filtrasi adalah Glomerulosklerosis Fokal Segmental (GSFS) dan
.15
Glomerulonefritis Membranoproliferatif (GNMP). Seorang anak yang lahir
dengan kondisi tersebut akan menyebabkan terjadinya Sindrom nefrotik.(2)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Sindrom nefrotik dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan klinis yang
terdiri dari proteinuria berat, hipoalbuminemia, edema generalisata dan
hiperlipidemia.(3)
GAMBARAN KLINIS
Edema (sembab) merupakan keluhan pertama (utama), tidak jarang
merupakan satu-satunya keluhan dari pasien dengan SN. Lokasi sembab pada
daerah kelopak mata (puffy face), dada, perut, tungkai dan genitalia.(8) Episode
pertama penyakit sering mengikuti sindrom seperti influenza, bengkak periorbital
.16
dan oliguria.(4) Edema kadang-kadang mencapai 40% dari berat badan dan
didapatkan anasarka. Penderita sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Selama
beberapa minggu mungkin terdapat hematuria, azotemia dan hipertensi ringan.(5)
Pada beberapa pasien SN (anasarka), tidak jarang ada keluhan-keluhan
menyerupai akut abdomen seperti mual dan muntah, dinding perut sangat tegang.
Keluhan jarang selain malaise ringan dan nyeri perut. Hipertensi terjadi 15%
pada minimal change disease dan 33% pada pasien dengan glomerulosklerosis
fokal segmental.(6 )
ETIOLOGI
Sebab yang pasti belum diketahui; akhir-akhir ini dianggap sebagai
penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi.
Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi :
I. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal. Resisten terhadap semua pengobatan.
Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Prognosis buruk dan biasanya
penderita meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
II. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh :
1. Malaria kuartana atau parasit lain
2. Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus deseminata, purpura
anafilaktoid.
3. Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis , trombosis vena
renalis.
.17
4. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas,
raksa.
III. Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui sebabnya)
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan
pemeriksaan mikroskop biasa dan elektron, Churg dkk.membagi dalam 4
golongan yaitu :
1. Kelainan minimal
Dengan mikroskop biasa glomerulus nampak normal, sedangkan dengan
mikroskop elektron tampak foot processus sel epitel berpadu. Golongan
ini lebih banyak terdapat pada anak daripada orang dewasa. Prognosis
lebih baik dibandingkan dengan golongan lain.
2. Nefropati membranosa
Semua glomerulus menunjukkan penebalan dinding kapiler yang tersebar
tanpa proliferasi sel. Tidak sering ditemukan pada anak. Prognosis kurang
baik.
3. Glomerulonefritis proliferatif
Terdapat proliferasi sel mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus.
Pembengkakan sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat.
Kelainan ini sering ditemukan pada nefritis yang timbul setelah infeksi
dengan streptococcus yang berjalan progresif.
4. Glomerulosklerosis fokal segmental (5)
.18
Pada anak-anak, 85-90% kasus sindrom nefrotik adalah idiopatik dan
sensitif terhadap steroid, sehingga respon terhadap prednisolon sangat baik. Pada
biopsi ginjal akan didapatkan gambaran histologis dengan kelainan minimal. (7)
Pada literatur lain dinyatakan pula tipe terbanyak SN pada anak-anak
adalah minimal change disease (MCD). Kondisi ini disebut MCD karena anak-
anak dengan sindrom nefrotik pada hasil biopsi ginjalnya menunjukkan normal
atau hampir normal. Selain itu mikroskopik hematuria terdapat pada 23%
penderita dengan MCD dan 48% penderita dengan glomerulosklerosis fokal
segmental (GSFS). Makroskopik hematuria umumnya terjadi pada GSFS.(2)
Untuk mengetaui secara pasti tipe dari SN adalah dengan melakukan
biopsi ginjal, namun ada beberapa indikasi dalam melakukan biopsi ginjal yaitu :
Resisten steroid
Onset terjadi pada usia > 10 tahun atau < 6 bulan.
Gejala mula-mula yang timbul adalah hematuria makroskopik
Kadar C3 yang rendah
Adanya hipertensi dan hematuria makroskopik yang persisten
PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
Pemahaman patogenesis dan patofisiologi sangat penting dan merupakan
pedoman pengobatan rasional untuk sebagian besar pasien SN.(8)
Proteinuria
Indikator utama pada SN adalah adanya proteinuria masif yaitu lebih dari
3,5 gram per 1,73 m2 luas permukaan badan perhari atau 25 x nilai normal (pada
.19
orang normal protein dalam urine + 150 mg/hari).(10) Proteinuria ini sebagian
besar berasal dari kebocoran glomerulus (proteinuria glomerulus) dan hanya
sebagian kecil berasal dari sekresi tubulus (proteinuria tubular). Pada dasarnya
proteinuria masif ini mengakibatkan dua hal :
Pertama : jumlah serum protein yang difiltrasi glomerulus meningkat sehingga
serum protein tersebut masuk ke dalam lumen tubulus.
Kedua : kapasitas faal tubulus ginjal menurun untuk mereabsorbsi serum protein
yang telah difiltrasi glomerulus.
PERMEABILITAS GLOMERULUS MENINGKAT
Kebocoran PBH melalui urin kenaikan filtrasi LIPIDURIA(protein-bound hormon) plasma protein
penurunan plasma T-4 HIPERKOLESTEROLEMIA
Kenaikan reabsorbsi ALBUMINURIA kenaikan sintesis protein
Plasma protein dalam sel hepar
Katabolisme albumin HIPOPROTEINEMIA Penurunan volume
Dalam sel tubulus intravaskular
Malnutrisi Kenaikan volume cairan
.20
interstitial
Kehilangan protein melaluiUsus (enteropati)
Kerusakan sel tubulus
AMINOASIDURIA SEMBAB
Mekanisme atau patogenesis proteinuria masif sangat kompleks, dan
tergantung dari banyak faktor. Albumin merupakan serum protein yang
mempunyai berat molekul kecil dan jumlahnya banyak sehingga mudah keluar
bila terdapat kerusakan membran basalis ginjal. Keadaan demikian sering
ditemukan pada pasien dengan kerusakan minimal.(8)
Sebagian besar penderita SN pada usia muda dengan proteinuria selektif
biasanya mempunyai lesi histopatologik minimal atau minimal change lesion dan
memperlihatkan respon baik terhadap kortikosteroid.(8)
Hipoproteinemia
Plasma mengandung banyak macam protein dan sebagian besar mengisi
ruangan ekstravaskular. Plasma atau serum protein terutama terdiri dari albumin
karena itu istilah hipoproteinemia identik dengan hipoalbuminemia.
Hipoproteinemia dapat terjadi akibat kehilangan protein melalui urin
(proteinuria), katabolisme albumin meningkat, intake protein berkurang karena
penderita anoreksia atau bertambahnya pemakaian asam amino.(8)
Hiperlipidemia
Pada sebagian besar pasien sindrom nefrotik ditemukan kenaikan kadar
total kolesterol. Hal ini terjadi akibat penurunan albumin serum dan penurunan
.21
tekanan onkotik yang akhirnya merangsang sel hati untuk membentuk lipoprotein
lipid atau lipogenesis.(8)
Sembab atau edema
Klinis sembab atau edema menunjukkan adanya penimbunan cairan dalam
ruang interstitial di seluruh tubuh. Sembab atau edema sering merupakan keluhan
pertama dan satu-satunya dari pasien-pasien SN. Mekanisme sembab seperti
terlihat pada skema dapat melalui sistem kapiler dan renal.(8)
PATOGENESIS (MEKANISME) SEMBAB PADA SINDROM NEFROTIK
SINDROM NEFROTIK
PROTEINURIA MASIF
HIPOALBUMINEMIA
TEKANAN ONKOTIK KAPILER
Volume darah efektif
Aktivasi simpatetik Renin angiotensin
Circulating catecholamin Humoral
Tahanan vaskular ginjal
Aktivasi aldosteron
Desakan starling & tekanan
.22
Kapiler peritubular
Reabsorbsi Na+ pada tubulus
LFG
NATRIURESIS
VCES
SEMBAB
GAMBARAN LABORATORIUM
Pada pemeriksaan urin (urinalisa), jumlah protein pada sampel urine
penderita SN biasanya melampaui 100 mg/dl, dan nilainya dapat mencapai 1000
mg/L.(1) Mikroskopik hematuria tampak pada permulaan penyakit 20-30%
penderita dengan MCD, dan setelah itu dapat tidak tampak. Sedimen urin dapat
normal atau berupa torak hialin,granula, lipoid; terdapat pula sel darah putih.(4)
Kimia darah menunjukkan konsentrasi serum albumin kurang dari 2,5 g/dl
dan hiperkolesterolemia (> 250 mg/dl). Laju endap darah dapat meninggi.(5)
DIAGNOSA BANDING
Sindrom nefrotik dapat didiagnosa banding dengan glomerulonefritis akut
(GNA). GNA ialah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus
tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus. Sering
ditemukan pada anak usia 3-7 tahun, dan lebih sering pada anak laki-laki. GNA
.23
didahului oleh infeksi ekstra-renal, di traktus respiratorius bagian atas dan kulit
oleh kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A.(5)
Gejala yang sering ditemukan ialah hematuria/kencing berwarna merah
daging. Kadang-kadang disertai edema ringan yang terbatas di sekitar mata atau
diseluruh tubuh.(5) Edema bukan karena hipoproteinemia, tetapi karena retensi
natrium oleh ginjal yang mengakibatkan hipertensi berat atau edema paru.(7)
hipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan GNA pada hari pertama, kemudian
pada akhir minggu pertama menjadi normal kembali.(5)
KOMPLIKASI
- Tipe Lesi Glomerular
Gagal ginjal akut dapat terjadi pada semua tipe sindrom nefrotik, tetapi
lebih jarang terjadi pada penderita dengan minimal change disease (MCD).
Hipertensi lebih sering terjadi pada tipe glomerulonephritis
membranoproliferatif (GNMP) dan glomerulosklerosis fokal segmental
(GSFS).(1)
- Hipoproteinemia
Hilangnya protein urine secara masif menyebabkan malnutrisi protein
pada anak-anak dengan SN dan akhirnya dapat menyebabkan gagal tumbuh.
Hiperlipidemia mempunyai risiko besar timbulnya penyakit-penyakit
kardiovaskular.(1)
- Terapi obat-obatan
.24
Penggunaan obat-obatan seperti prednison atau prednisolon dapat
mengakibatkan moon face, obesitas, dan kelainan lainnya. Namun hal ini
tergantung dosis, frekuensi dan lamanya pengobatan.(1)
- Infeksi Sekunder
Terutama infeksi kulit yang disebabkan oleh streptococcus,
staphylococcus, bronkopneumonia dan tuberkulosis.(5)
- Kolaps Hipovolemia
SN berat dengan proteinuria > 60 gr/hari (terutama pada pasien anak-anak)
dapat menyebabkan penurunan circulating protein pool dan diikuti
hipovolemia berat. Klinis ditemukan tanda-tanda sindrom rejatan : penurunan
tekanan darah, berkeringat banyak dan kulit dingin, pucat dan sebagainya.(8)
PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi penyebabnya. Mengobati infeksi penyebab sindroma nefrotik bisa menyembuhkan sindrom nefrotik itu sendiri. Jika penyebab adalah penyakit yang dapt diobati (misalnya penyakit kanker), maka mengobatinya akan mengurangi gejala-gejala.
Jika penyebabnya adalah kecanduan heroin maka menghentikan pemakaian heroin pada stadium awal akan menghilangkan gejala-gejalanya. Penderita yang peka terhadap cahaya matahari, racun pohin ek, gigitan serangga sebaiknya menghindari bahan-bahan tersebut.
Jika tidak ditemukan penyebab yang pasti, maka diberikan kortikosteroid dan obat-obatan yang menekan system kekebalan (misalnya siklofosfamid).
.25
Penatalaksanaan edema
Dianjurkan untuk tirah baring dan memakai stocking yang menekan,
terutama untuk pasien lanjut usia. Hati-hati dalam pemberian diuretik,
karena adanya proteinuria berat dapat menyebabkan gagal ginjal atau
hipovolemik. Harus diperhatikan dan dicatat keseimbangan cairan
pasien , biasanya diusahakan penurunan berat badan dan cairan 0,5 – 1
kg/hari. Dilakukan pengawasan terhadap kalium plasma, natrium
plasma, kreanitin, dan ureum. Bila perlu diberikan tambahan kalium.
Diuretik yang biasanya diberikan adalah diuretik ringan, seperti, tiazid
atau furosemid dosis rendah, dosisnya dapat ditingkatkan sesuai
kebutuhan.Garam dalam diet dan cairan dibatasi bila perlu. Pemberian
albumin iv hanya diperlukan pada kasus-kasus refrakter, terutama bila
terjadi kekurangan volume intravaskular atau oliguria.
Memperbaiki nutrisi
Dianjurkan pemberian makanan tinggi kalori dan rendah garam.
Manfaat diet tinggi protein tidak jelas dan mungkin tidak sesuai karena
adanya gagal ginjal, biasanya cukup dengan protein 50-60 g/hari
ditambah kehilangan dari urin.
Mencegah infeksi
Biasanya diberikan antibiotik profilaksis untuk menghindari
infeksi,terutama terhadap pneumokok.
Pertimbangan obat antikoagulasi
Dilakukan pada pasien dengan sindrom nefrotik berat, kecuali bila
terdapat kontraindikasi. Terapi (biasanya warfarin) dipertahankan
sampai penyakitnya sembuh.
Penatalaksanaan penyebabnya
Pada orang dewasa, tidak perlu seperti pada anak-anak di mana
dilakukan terapi steroid sebagai bagian dari penegakkan diagnosis,
kelaiana minimal hanya menjadi penyebab pada 10-20 % kasus. Terapi
disesuaikan dengan diagnosis dan penyebab yang mendasarinya.
.26
Non Medikamentosa
1. Istirahat sampai edema
tinggal sedikit.
2. Membatasi asupan Na
sampai + 1 gr/hr secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dalam
makanan dan menghindari makanan yang diasinkan.
3. Diet kalori 130-140
kal/kgbb/hari dan diet tinggi protein 3-4 gr/kgbb/hari (9) atau dengan pemberian
susu tinggi protein (susu protifar).
4. Pungsi acites maupun
hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.
Medikamentosa
1. Pemberian Kortikosteroid
Prednison dosis penuh : 60 mg/m2 luas permukaan badan/hari atau
2 mg/kgbb/hari (max.80 mg/kgbb/hari) selama 4 minggu dilanjutkan
pemberian prednison dosis 40 mg/m2 luas permukaan tubuh/hari atau 2/3
dosis penuh, yang diberikan 3 hari berturut-turut dalam seminggu
(intermitten dose) atau selang sehari (alternating dose) selama 4 minggu,
kemudian dihentikan tanpa tappering off.
Bila terjadi relaps diberikan prednison dosis penuh seperti terapi awal
sampai terjadi remisi (max.4 minggu), kemudian dosis diturunkan menjadi
2/3 dosis penuh.
.27
Bila terjadi relaps (sering) atau tidak terjadi remisi dianggap steroid
non responsif, maka diberikan sitostatika (klorambusil 0,1-0,2
mg/kgbb/hari atau siklopospamid 2-3 mg/kgbb/hari) selama 6-8 minggu
disertai dengan steroid intermitten.(4)
2. Diuretika
Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam dapat digunakan
diuretika furosemid 1-2 mg/kgbb/hari.
Bila tidak ada respon atau terdapat hipoalbuminemia berat (albumin darah
< 1,5 g%) diberikan plasma 10-20 cc/kgbb atau human albumin 0,5 g/kgbb.
3. Antibiotika
Hanya diberikan bila ada tanda-tanda infeksi.
4. Roboransia : multivitamin yang mengandung calcium dan vitamin D
Respon terhadap pengobatan
Remisi : ekskresi protein urine < 4 mg/hr/m2 selama 3 hari berturut-turut.
Relaps : setelah mencapai remisi, pemeriksaan protein urine 3 hari berturut-
turut > 2+ .
Relaps berulang (frequent) : relaps terjadi 2x atau lebih dalam 6 bulan atau >
4x relaps dalam 12 bulan.
Steroid dependen : terjadi relaps 2x berturut-turut selama pengobatan steroid
atau dalam waktu 14 hari penghentian terapi.
Steroid resisten : gagal mencapai respon (klinis dan laboratorium tidak
memperlihatkan perubahan) setelah 28 hari pengobatan dengan steroid dosis
60 mg/kgbb/hari.
.28
PROGNOSIS
Prognosis sindrom nefrotik idiopatik pada umur muda dan anak dan pada wanita
lebih baik dari pasien umur lebih tua atau dewasa dan laki-laki. MCD mempunyai
prognosis baik, dapat terjadi remisi spontan pada pasien anak-anak. Hanya
sebagian kecil pasien dengan MCD memperlihatkan progresivitas dan mempunyai
prognosis buruk.(8)
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini ada seorang anak berusia 7 tahun datang ke rumah sakit.
Berdasarkan alloanamnesa dengan orangtua penderita, dan setelah dilakukan
pemeriksaan fisik, didapatkan :
Keluhan utama berupa wajah bengkak atau sembab.
Lokasi sembab pada daerah kelopak mata (puffy face), perut, lengan dan
tungkai.
Adanya oliguria
.29
Berdasarkan hal diatas diagnosa sementara yang dapat ditegakkan adalah
sindrom nefrotik (SN). Untuk lebih memastikannya maka dilakukan pemeriksaan
laboratorium dan diperoleh hasil :
Terdapat protein dalam urine (proteinuria) 3+ atau protein total 3,2 g/dl
Terdapatnya eritrosit dalam urine 15 – 20/lpb (hematuria mikroskopik)
Hasil pemeriksaan laboratorium ini mendukung ditegakkannya diagnosa
sindrom nefrotik. Dan hal ini sesuai dengan definisi dari SN yaitu keadaan klinis
yang terdiri dari edema generalisata dan proteinuria.
Penatalaksanaan pada kasus ini yakni secara non medikamentosa dengan
bedrest total ,diet TKTPRG (tinggi kalori tinggi protein dan rendah garam).
Sedangkan secara medikamentosa dengan pemberian diuretik berupa furosemid
dengan dosis 1x 15 mg sebagai diuretik untuk mengurangi edema.
Pada saat rawat jalan orang tua anak tetap dianjurkan untuk tidak
memberikan makanan yang banyak mengandung garam serta makanan yang
berlemak kepada anaknya, serta lebih banyak memberikan makanan yang
mengandung protein seperti putih telur, tahu dan tempe serta sayur dan buah-
2. Vincent lannelli, M.D. Childhood Nephrotic Syndrome 2005; (online) (http://www.eMedicine.com/pediatrics/kidney diakses May 2000)
3. Y. C. Tsao. Some Recent Advances in The Investigation and Treatment of The Nephrotic Syndrome in Children in The Bulletin of The Hongkong Medical Association . Departement of Pediatrics, University of Hongkong. Vol.23, 1971.
4. Mansjoer, A. Suprahaita. Sindrom Nefrotik. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi III. Media Aesculapius FKUI. Jakarta : 2000