1 INOVASI TEKNOLOGI PADI Pemerintah bertekad mempercepat upaya peningkatan produksi padi nasional untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hal ini diimplementasikan, antara lain, melalui program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Dimulai pada tahun 2007 hingga 2009, program P2BN ditargetkan mampu meningkatkan produksi beras 5% setiap tahun. Salah satu strategi yang diterapkan dalam program P2BN adalah meningkatkan produktivitas padi melalui penerapan inovasi teknologi. Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas padi, di antaranya varietas unggul yang sebagian di antaranya telah dikembangkan oleh petani. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan dan mengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas padi dan efisiensi input produksi. Dalam upaya pengembangan PTT secara nasional, Departemen Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. Panduan SL-PTT padi ini dimaksudkan sebagai: (1) acuan dalam pelaksanaan SL-PTT padi dalam upaya peningkatan produksi beras pada tahun 2008 di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota; (2) pedoman dalam koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program peningkatan produksi padi melalui SL-PTT antara di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/ kota; (3) acuan dalam penerapan komponen teknologi PTT padi oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahataninya untuk mendukung upaya peningkatan produksi; dan (4) pedoman dalam peningkatan produktivitas, produksi, pendapatan, dan kesejahteraan petani padi.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
INOVASI TEKNOLOGI PADI
Pemerintah bertekad mempercepat upaya peningkatan produksi padinasional untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkatseiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun.Hal ini diimplementasikan, antara lain, melalui program PeningkatanProduksi Beras Nasional (P2BN). Dimulai pada tahun 2007 hingga2009, program P2BN ditargetkan mampu meningkatkan produksiberas 5% setiap tahun.
Salah satu strategi yang diterapkan dalam program P2BN adalahmeningkatkan produktivitas padi melalui penerapan inovasi teknologi.Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telahmenghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkanproduktivitas padi, di antaranya varietas unggul yang sebagian diantaranya telah dikembangkan oleh petani. Sejalan denganperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Badan LitbangPertanian juga telah menghasilkan dan mengembangkan pendekatanPengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampumeningkatkan produktivitas padi dan efisiensi input produksi.
Dalam upaya pengembangan PTT secara nasional, DepartemenPertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. PanduanSL-PTT padi ini dimaksudkan sebagai: (1) acuan dalam pelaksanaanSL-PTT padi dalam upaya peningkatan produksi beras pada tahun2008 di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota; (2) pedoman dalamkoordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program peningkatan produksipadi melalui SL-PTT antara di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota; (3) acuan dalam penerapan komponen teknologi PTT padioleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan danketerampilan dalam mengelola usahataninya untuk mendukung upayapeningkatan produksi; dan (4) pedoman dalam peningkatanproduktivitas, produksi, pendapatan, dan kesejahteraan petani padi.
id1191906 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
2
PTT: PENGERTIAN, TUJUAN, DAN PRINSIP
PTT adalah pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman,organisme pengganggu tanaman (OPT), dan iklim secara terpadudan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatanpetani, dan kelestarian lingkungan.
PTT padi dirancang berdasarkan pengalaman implementasiberbagai sistem intensifikasi padi yang pernah dikembangkan diIndonesia, hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar lahansawah telah mengalami kemunduran kesuburan (lahan sakit), danadopsi filosofi Sistem Intensifikasi Padi (System of Rice Intensification)yang semula dikembangkan di Madagaskar.
Tujuan penerapan PTT padi adalah untuk meningkatkanproduktivitas dan pendapatan petani padi serta melestarikanlingkungan produksi melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT,dan iklim secara terpadu.
Prinsip PTT mencakup empat unsur, yaitu integrasi, interaksi,dinamis, dan partisipatif.
Integrasi
Dalam implementasinya di lapangan, PTT mengintegrasikan sumberdaya lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim untuk mampu meningkatkanproduktivitas lahan dan tanaman sehingga dapat memberikan manfaatyang sebesar-besarnya bagi petani.
Interaksi
PTT berlandaskan pada hubungan sinergis atau interaksi antara duaatau lebih komponen teknologi produksi.
3
Dinamis
PTT bersifat dinamis karena selalu mengikuti perkembangan teknologidan penerapannya disesuaikan dengan keinginan dan pilihan petani.Oleh karena itu, PTT selalu bercirikan spesifik lokasi. Teknologiyang dikembangkan melalui pendekatan PTT senantiasa memper-timbangkan lingkungan fisik, biofisik, iklim, dan kondisi sosial-ekonomi petani setempat.
Partisipatif
PTT juga bersifat partisipatif, yang membuka ruang bagi petani untukmemilih, mempraktekkan, dan bahkan memberikan saran kepadapenyuluh dan peneliti untuk menyempurnakan PTT, serta me-nyampaikan pengetahuan yang dimiliki kepada petani yang lain.
4
KOMPONEN DAN RAKITAN TEKNOLOGI
Komponen Dasar
Komponen teknologi dasar (compulsory) adalah komponen teknologiyang relatif dapat berlaku umum di wilayah yang luas, antara lain:1) Varietas modern: varietas unggul baru (VUB), varietas unggul
hibrida (VUH), dan varietas unggul tipe baru (VUTB),2) Bibit bermutu dan sehat (perlakuan benih),3) Pemupukan efisien menggunakan bagan warna daun (BWD),
perangkat uji tanah sawah (PUTS), petak omisi, dan PermentanNo. 40/OT.140/4/2007 tentang pemupukan spesifik lokasi, atausoft ware Sistem Pakar Pemupukan Padi (SIPAPUKDI), dan
4) PHT sesuai OPT sasaran.
Komponen Pilihan
Komponen teknologi pilihan yaitu komponen teknologi spesifik lokasi,antara lain:1) Pengelolaan tanaman yang meliputi populasi dan cara tanam
(legowo, larikan, dll)2) Bibit muda umur 14 hari setelah sebar (HSS) atau 21 HSS3) Bahan organik, pupuk kandang, dan amelioran4) Irigasi berselang (perbaikan aerasi tanah)5) Pupuk cair (PPC, pupuk organik, pupuk bio-hayati, ZPT, pupuk
mikro)6) Penanganan panen dan pascapanen.
Rakitan Teknologi
Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhansetempat, maka proses pemilihan atau perakitannya didasarkan padahasil analisis potensi, kendala, dan peluang atau dikenal dengan PRA(Participatory Rural Appraisal).
5
Dari hasil PRA teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upayapeningkatan produksi. Untuk memecahkan masalah yang ada dipilihteknologi yang akan diintroduksikan, baik dari komponen teknologidasar maupun pilihan. Komponen teknologi pilihan dapat menjadikomponen teknologi dasar jika hasil PRA memprioritaskan penerapankomponen teknologi tersebut untuk pemecahan masalah utama diwilayah setempat.
Alur perakitan komponen teknologi PTT dapat dilihat berikutini.
Contoh Kasus Penerapan PTT
Pada tahun 2003 PTT diterapkan dalam Program PeningkatanProduktivitas Padi Terpadu (P3T) di 23 Kabupaten, salah satulokasinya adalah Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, DeliSerdang, Sumatera Utara.
Dari PRA teridentifikasi masalah yang berkaitan dengan upayapeningkatan produksi padi, kemudian diintroduksikan komponenteknologi untuk memecahkan masalah tersebut yang merupakan rakitanPTT spesifik lokasi di Deli Serdang seperti disajikan pada Tabel 1.
Sesuai dengan masalah yang dihadapi di lapang, maka teknologiyang akan dikembangkan dengan pendekatan PTT di Deli Serdangadalah: 1) PHT yang mencakup teknik gropyokan, sanitasi, danpestisida; 2) bibit muda berumur 15-18 HSS; 3) perbaikan caratanam dengan jajar legowo 4:1, 20 cm x 10 cm; 4) pemupukanberimbang berdasarkan hasil analisis tanah; 5) pengairan berkala;dan 6) penertiban pola tanam.
PRAIden-tifikasi
masalah
Pemilihankomponenteknologi
PTT(Rakitan teknologi
spesifik lokasi)PRA
Iden-tifikasi
masalah
Pemilihankomponenteknologi
PTT(Rakitan teknologi
spesifik lokasi)
6
Tabel 1. Prioritas masalah dan introduksi komponen teknologi untuk pemecahanmasalah di Deli Serdang.
Ranking Masalah Solusi/introduksi komponenteknologi
I Hama dan penyakit (tikus, PHT (gropyokan, sanitasi,keong mas, penggerek batang, pestisida)kepinding tanah
I Kesuburan tanah belum diketahui Analisis tanah
II Umur bibit yang ditanam pindah Menggunakan bibit mudabervariasi 15-18 hari setelah sebar
II Sistem tanam belum baik Perbaikan sistem tanam denganjajar legowo 4:1, 20 cm x 10 cm
III Petani belum menggunakan Introduksi varietas unggul baru,varietas unggul dan benih bermutu benih bermutu
III Penggunaan pupuk belum tepat Pemupukan berimbangjenis, dosis, dan waktu
IV Pengelolaan air belum baik P3A diaktifkan, pengairanberkala, penertiban pola tanam
IV Penyediaan dan harga saprodi Rekayasa kelembagaan petanitidak seimbang dengan harga dan pendukunggabah hasil panen
7
SL-PTT: DEFINISI, TUJUAN, DAN AZAS
Definisi
SL-PTT adalah bentuk sekolah yang seluruh proses belajar-mengajar-nya dilakukan di lapangan. Hamparan sawah milik petani pesertaprogram penerapan PTT disebut hamparan SL-PTT, sedangkanhamparan sawah tempat praktek sekolah lapang disebut laboratoriumlapang (LL). Sekolah lapang seolah-olah menjadikan petani pesertasebagai murid dan pemandu lapang (PL I atau PL II) sebagai guru.Namun pada sekolah lapang tidak dibedakan antara guru dan murid,karena aspek kekeluargaan lebih diutamakan, sehingga antara �gurudan murid� saling memberi pengetahuan yang diperoleh daripengalaman.
SL-PTT juga mempunyai kurikulum, evaluasi pra dan pasca-kegiatan, dan sertifikat. Bahkan sebelum SL-PTT dimulai perludilakukan registrasi terhadap peserta yang mencakup nama dan luaslahan sawah garapan, pembukaan, dan studi banding atau kunjunganlapang (field trip).
Penciri SL-PTT adalah sebagai berikut:1. Peserta dan pemandu saling memberi dan menghargai2. Perencanaan dan pengambilan keputusan dilakukan bersama
dengan kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani(gapoktan)
3. Komponen teknologi yang akan diterapkan berdasarkan hasilPRA yang dilakukan oleh petani peserta
4. Pemandu tidak mengajari petani, tetapi petani belajar denganinisiatif sendiri, pemandu sebagai fasilitator memberikanbimbingan
5. Materi latihan, praktek, dan sarana belajar ada di lapangan6. Kurikulum dirancang untuk satu musim tanam, sehingga dalam
periode tersebut diharapkan terdapat 10-18 kali pertemuan antarapeserta dengan pemandu.
8
Sasaran dan Tujuan
Pada tahun 2008 diharapkan dapat terselenggara SL-PTT di 60.000unit. Satu unit SL-PTT padi inbrida dilaksanakan pada hamparanlahan sawah seluas 25 ha, 24 ha di antaranya untuk SL-PTT dan 1ha untuk Laboratorium Lapang. Untuk padi hibrida, satu unit SL-PTT dilaksanakan pada lahan sawah seluas 15 ha.
Luas lahan sawah yang akan menerapkan PTT melalui SL-PTTdiperkirakan 1,58 juta ha. Strategi ini diharapkan dapat memperluaspenyebaran PTT yang akan berdampak terhadap percepatanimplementasi program P2BN.
Tujuan utama SL-PTT adalah mempercepat alih teknologi melaluipelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya. Narasumbermemberikan ilmu dan teknologi (IPTEK) yang telah dikembangkankepada pemandu lapang I (PL I) sebagai Training of Master Trainer(TOMT). PL I terdiri atas penyuluh pertanian, Pengamat OrganismePengganggu Tanaman (POPT), dan Pengawas Benih Tanaman (PBT)tingkat provinsi yang telah dilatih di tingkat nasional (Balai BesarPenelitian Tanaman Padi-BB-Padi). Selanjutnya PL I menurunkanIPTEK tersebut kepada PL II yang terdiri atas penyuluh pertanian,POPT, dan PBT tingkat kabupaten/kota. Pelatihan bagi PL IIdiselenggarakan di tingkat provinsi dan materinya diberikan olehnarasumber dan PL I. Pelatihan bagi pemandu lapang diselenggarakandi kabupaten/kota. Peserta pelatihan adalah penyuluh pertanian, POPTdan PBT tingkat kecamatan/desa. Materi pelatihan diberikan olehnarasumber dan PL II.
Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan penyebaranteknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan kemudian ber-langsung difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani disekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan tahapan SL-PTT,petani diharapkan merasa memiliki PTT yang dikembangkan.Keuntungan yang diperoleh pemberi dan penerima dalam kegiatanini adalah:
9
Keuntungan bagi pemandu, PPL, dan PHP
Dengan motto �memberi lebih baik dari menerima�, pemandu(PPL atau PHP) memberikan pengetahuan dan pengalamannyakepada petani sehingga pemandu merasa bermanfaat bagi banyakorang, terutama petani. Dalam hal ini pemandu dituntut untuk mampuberkomunikasi dengan baik dan mampu pula menggerakkan petanimengembangkan dan memajukan usahatani di wilayah kerjanya.
Keuntungan bagi petani
Petani peserta SL-PTT diberi kebebasan memformulasikan ide,rencana, dan keputusan bagi usahataninya sendiri. Mereka dilatihagar mampu membentuk dan menggerakkan kelompok tani dalamalih teknologi kepada petani lain. Melalui SL-PTT, petani pesertadiharapkan terpanggil dan bertanggung jawab untuk bersama-samameningkatkan produksi padi dalam upaya mewujudkan swasembadaberas. Kebersamaan semua pihak yang terlibat dalam SL-PTT me-rupakan faktor pendorong bagi petani dalam mengelola usahataninya.
Azas
Beberapa azas SL-PTT yang perlu dipahami oleh pemandu dan petanipeserta SL-PTT adalah sebagai berikut:
Sawah sebagai sarana belajar
Keterampilan yang dituntut dari petani peserta sekolah lapang dalammenerapkan PTT adalah keterampilan membawa PTT ke lahanusahataninya sendiri dan lahan petani yang lain. Oleh karena itu,petani peserta SL-PTT akan menghabiskan hampir seluruh waktunyauntuk menerapkan teknologi di lapang dan hanya sebagian kecilwaktu yang digunakan di kelas untuk membahas aspek yang terkaitdengan usahatani, seperti koperasi, gapoktan, kelompok tani, danpemasaran hasil.
10
Belajar lewat pengalaman dan penemuan sendiri
Sesuai dengan motto petani SL-PTT �mendengar, saya lupa;melihat, saya ingat; melakukan, saya paham; menemukansendiri, saya kuasai�, maka setiap kegiatan yang dilakukan sendiriakan memberikan pengalaman yang berharga. Oleh karena itu, petanidituntut untuk mampu menganalisis kegiatan yang telah dilakukan,kemudian menyimpulkan dan menindaklanjutinya. Kesimpulan yangtelah dibuat merupakan dasar dalam melakukan perubahan dan ataupengembangan teknologi.
Pengkajian agroekosistem sawah
SL-PTT dicirikan oleh adanya pertemuan petani peserta dalam periodetertentu, mingguan atau dua mingguan, bergantung kepada pengalamanmereka setelah mengamati perubahan ekosistem persawahan. Aktivitasmingguan berupa monitoring yang hasilnya diperlukan dalampengambilan keputusan. Untuk itu, petani peserta SL-PTT perludidorong untuk membiasakan diri menganalisis ekosistem dan mengkajiproduktivitas dan efektivitas teknologi yang dicoba pada petaklaboratorium lapang dan menerapkannya di lahan sendiri.
Metode belajar praktis
Aktivitas SL-PTT perlu dirancang sedemikian rupa agar petani mudahmemahami masalah yang dihadapi di lapangan dan menetapkanteknologi yang akan diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut.Misalnya, bagaimana petani mengetahui kondisi tanaman yang kurangpupuk, hubungan antara iklim dan keberadaan OPT, atau bagaimanamereka dapat mengetahui kesuburan tanah. Dalam memberikanpanduan dan motivasi kepada petani, pemandu SL-PTT harus mampuberkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa yang mudahdipahami petani.
11
Kurikulum berdasar keterampilan yang dibutuhkan
Kurikulum dirancang atas dasar analisis keterampilan yang perludimiliki petani SL-PTT, agar mereka dapat memahami dan menerap-kan PTT di lahan sendiri dan mengembangkan kepada petani lainnya.Selain keterampilan teknis, petani peserta SL-PTT juga memperolehkecakapan dalam perencanaan kegiatan, kerja sama, dinamikakelompok, pengembangan materi belajar, dan komunikasi. Hal inipenting artinya bagi petani peserta SL-PTT untuk dapat menjadifasilitator yang mampu memotivasi dan membantu kelompok tani.
Prinsip Pendidikan dalam SL-PTT
Agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan keinginan, SL-PTThendaknya dilaksanakan berdasarkan prinsip pendidikan untuk orangdewasa berdasarkan pengalaman sendiri. Untuk itu, materi pendidikanyang akan diberikan dalam SL-PTT mencakup aspek yang diperlukanoleh kelompok tani di wilayah pengembangan PTT. Dalam kaitanitu, tiga aspek berikut perlu mendapat perhatian:1. Aspek teknologi: keterampilan dan pengetahuan
Dalam SL-PTT, petani diberikan berbagai keterampilan danpengetahuan yang mereka butuhkan untuk menjadi manager dilahan usahataninya sendiri, seperti analisis ambang ekonomi hamadan penyakit tanaman, analisis perubahan iklim, analisiskecukupan hara bagi tanaman, dan efisiensi penggunaan airdengan sistem pengairan berselang.
2. Aspek hubungan antarpetani: interaksi dan komunikasiSL-PTT mendorong petani untuk dapat berkerja sama, melakukananalisis secara bersama-sama, diskusi, dan berkomunikasi dengansantun menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh oranglain.
3. Aspek pengelolaan: manager di lahan usahatani sendiriDalam SL-PTT, petani peserta didorong untuk pandai meng-analisis masalah yang dihadapi dan membuat keputusan tentangtindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
12
Proses Belajar melalui Pengalaman
Proses belajar pada SL-PTT berawal dari kegiatan yang kemudianmemberikan pengalaman pribadi, mengungkapkan pengalamantersebut, menganalisis masalah yang terjadi, dan menyimpulkan hasilkegiatan. Kalau petani peserta SL-PTT telah merasakan dampakpositif dari teknologi yang diterapkan, baik dari aspek materi maupunnonmateri, maka mereka akan menerapkan teknologi itu kembalipada musim berikutnya.
Petani merasa bangga setelah memahami dan menerapkan kajiansendiri di lahan sendiri dengan hasil di atas rata-rata, apalagi kalaumenjadi yang terbaik di lingkungan sendiri. Karena itu, petani perludidorong untuk berimprovisasi untuk menghasilkan karya yang lebihbaik.
13
KOORDINASI SL-PTT DALAM P2BN
Penerapan inovasi teknologi adalah salah satu strategi dalam men-dukung program P2BN. Inovasi teknologi tersebut diimplementasikandengan pendekatan PTT yang terbukti mampu meningkatkan produk-tivitas dan efisiensi usahatani padi. SL-PTT diharapkan menjadiandalan dalam mempercepat pengembangan PTT secara nasional.
Pola SL-PTT
Lahan petani yang digunakan untuk PTT disebut areal SL-PTT.Satu unit areal SL-PTT terdiri atas 15-25 ha lahan sawah milikpetani peserta SL-PTT (Gambar 1). Untuk setiap unit areal SL-PTTdipilih lahan seluas 1 ha untuk laboratorium lapang atau arealpercontohan (demplot) bagi petani peserta SL-PTT denganpendampingan PPL dan PHP. Untuk laboratorium lapang disediakanbantuan sarana produksi berupa benih unggul bermutu, pupuk urea,NPK, dan pupuk organik. Bagi petani di areal SL-PTT hanyadiberikan bantuan berupa benih unggul bermutu. Dengan adanyalaboratorium lapang diharapkan dapat mempercepat alih teknologimelalui interaksi antara petani peserta SL-PTT dengan petaninonpeserta SL-PTT. Agar mudah dan cepat terlihat, laboratoriumlapang hendaknya menempati lahan di pinggir areal SL-PTT.
Tiap unit SL-PTT terdiri atas petani peserta yang berasal darisatu kelompok tani yang sama. Dalam setiap unit SL-PTT perlu
Gambar 1. Skema percepatan adopsi PTT dalam SL-PTT.
Petani non SL-PTT
Petani non SL-PTT
14
ditetapkan seorang ketua yang bertugas mengkoordinasikan aktivitasanggota kelompok, seorang sekretaris yang bertugas sebagai pencatatdalam setiap pertemuan, dan seorang bendahara yang bertugasmengelola keuangan.
Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam kelasSL-PTT, perlu diusahakan minimal satu orang dari kelompok tanisebagai motivator yang responsif terhadap inovasi dan mendoronganggota kelompok lainnya untuk memberikan pandangan yang sama.
Petani peserta SL-PTT mengadakan pengamatan bersama-samadi petak percontohan atau laboratorium lapang, mendiskripsikan,dan membahas berbagai temuan di lapangan. Pemandu lapangberperan sebagai fasilitator dalam mengarahkan diskusi kelompok.
Petani peserta SL-PTT dituntut untuk senantiasa mengikuti semuatahapan kegiatan di lapangan dan mengaplikasikan komponenteknologi spesifik lokasi, mulai dari pengolahan tanah dan budi dayahingga panen dan pascapanen. Dalam melakukan kegiatan di lapangan,petani peserta bekerja sesuai dengan rencana dan jadwal yang telahditetapkan, baik di laboratorium lapang maupun di lahan usahatanisendiri.
Agar SL-PTT dapat berdaya guna dan berhasil guna makadiperlukan:1. Pemandu yang memahami potensi, masalah, kebutuhan, dan
kekuatan yang ada di lapangan/desa.2. Dinamisator yang mampu menghidupkan suasana bagi peserta
sehingga terdorong untuk mengikuti pelatihan.3. Motivator yang kaya dengan pengalaman usahatani dan dapat
membangkitkan kepercayaan diri para peserta.4. Konsultan bagi petani peserta sehingga memudahkan mereka
menentukan langkah yang akan ditempuh setelah SL-PTT selesai.5. Petugas yang mahir membuat laporan pelaksanaan SL-PTT, baik
laporan awal dan bulanan maupun laporan akhir kegiatan.
15
Matrik Manajemen
Pembagian tugas dan tanggung jawab eselon I lingkup DepartemenPertanian dan Dinas Pertanian untuk pelaksanaan SL-PTT disajikanpada Tabel 2.
Di tingkat pusat, triparti antara Ditjentan, Badan Litbang Pertanian,dan Badan SDM Pertanian bekerja sama menyusun perencanaanSL-PTT. Pendamping teknologi dari Badan Litbang Pertanian disiaga-kan di tingkat provinsi sebagai narasumber teknologi dan membantupemecahan masalah dalam penerapan teknologi (Gambar 2).
Tabel 2. Matrik manajemen.
Institusi Tanggung jawab
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Perencanaan dan pengusulan dana
Badan Litbang Pertanian Menyediakan teknologi, pedomanumum, peneliti sebagai narasumber,pendamping teknologi, dan pelatihbagi pelatih inti.
Badan SDM Pertanian Mengorganisasikan dan melaksanakanpelatihan bagi pemandu
Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota Melaksanakan sekolah lapang
16
Tahapan Pelatihan
Dalam pelaksanaan SL-PTT diperlukan pelatihan secara berjenjang,mulai dari Pemandu Lapang I (PL I) di tingkat provinsi sebagaitraining of master trainer (TOMT), PL II di tingkat kabupaten/kotasebagai training of trainer (TOT), hingga Pemandu Lapang yangterdiri atas Penyuluh Pertanian, POPT, dan PBT di tingkat kecamatan/desa. Pelatihan bagi PL I diprakarsai oleh BB-Padi di Sukamandi,pelatihan PL II diselenggarakan oleh PL I di tingkat provinsi, pelatihanpemandu lapang diselenggarakan oleh PL II di tingkat kabupaten,pelatihan dan bimbingan kepada petani diselenggarakan oleh pemandulapang (Tabel 3).
Jenis pelatihan/ Pelatih Lokasi pelatihan/ Periodepeserta lapangan (waktu)
Pemandu lapang I Narasumber/ BB-Padi/ 1 minggu(PPL I): Penyuluh Peneliti Padi KP BB-PadiPertanian, POPT, dan di SukamandiPBT tingkat provinsiPemandu lapang II PL I Provinsi/ 1 minggu(PL II) : Penyuluh Demplot PTTPertanian, POPT, BPTPPBT tingkat kabupaten/kota PL II Kabupaten/kota 1 mingguPemandu lapang (PL) :Penyuluh Pertanian,POPT, PBT tingkatkecamatan/desaSL-PTT: Petani dalam PL Kecamatan/desa 1 musimluasan 25 ha (hamparan)/LL tanam
dan SL-PTT
* SL-PTT di lahan padi nonhibrida 25 ha, di lahan hibrida adalah 15 ha,
18
MEKANISME PELAKSANAAN SL-PTT
Persiapan
Kegiatan dalam persiapan SL-PTT meliputi pemilihan desa danhamparan lahan sawah 25 ha beserta kelompok tani, pemilihan petanipeserta, tempat, dan areal laboratorium lapang untuk prosespembelajaran seluas 1 ha, bahan dan alat belajar, materi, dan waktubelajar. Kegiatan persiapan ini dibahas dalam pertemuan di tingkatdesa/kecamatan dan di tingkat kelompok tani.
Pertemuan di tingkat desa dan kecamatan
Pertemuan tingkat desa dan kecamatan diperlukan untuk memperolehdukungan dari aparat desa dan pejabat kecamatan dalam halpenentuan lokasi, jumlah, dan nama calon peserta. Pada pertemuanini juga ditentukan waktu pertemuan di tingkat kelompok tani.
Pertemuan persiapan SL-PTT di tingkat kecamatan mengikut-sertakan Camat, KCD, POPT, dan penyuluh pertanian untukmenentukan desa yang akan dipilih dalam penyelenggaraan SL-PTT.Pertemuan di tingkat desa mengikutsertakan perangkat desa, tokohmayarakat, penyuluh pertanian, POPT, ketua gapoktan, ketuakelompok tani, ketua P3A, dan tokoh wanita tani. Pertemuanpersiapan di tingkat desa dan kecamatan dilakukan 4-5 minggusebelum SL-PTT dimulai.
Pertemuan di tingkat kelompok tani
Pertemuan persiapan SL-PTT di tingkat kelompok tani merupakanupaya dalam menginventarisasi kelompok tani, nama, dan luas garapanmasing-masing petani di kawasan SL-PTT seluas 25 ha. Dalampertemuan dibicarakan waktu pelaksanaan SL-PTT, kegiatanmingguan, lokasi laboratorium lapang, tempat belajar, materipelajaran, dan PRA.
19
Dalam pertemuan di tingkat kelompok tani juga dilakukanpembagian kelompok (unit SL-PTT) menjadi subkelompok yangterdiri atas 20-30 petani. Pertemuan di tingkat kelompok tanidilaksanakan paling lambat 3 minggu sebelum SL-PTT dimulai.
Pelaksanaan
Proses belajar dalam SL-PTT berlangsung secara periodik menurutstadia tanaman, aktivitas pengelolaan hama dan penyakit tanamanpadi, dan kemungkinan terjadinya anomali iklim. Untuk itu, per-temuan periodik dimulai beberapa minggu sebelum tanam untukmelihat potensi, kendala, dan peluang melalui pelaksanaan PRA.Pertemuan berikutnya dilakukan pada saat pengolahan tanah, pem-buatan pesemaian, pemupukan, pengairan, dan pada saat tanamanpadi dalam fase anakan maksimum, primordia, bunting, berbunga,pengisian bulir, panen, dan pascapanen. Adakalanya diperlukan per-temuan nonregular jika ada masalah yang mendesak untuk dipecahkan,misalnya kerusakan saluran irigasi atau serangan hama dan penyakittanaman.
Proses belajar mengajar pada SL-PTT dilakukan pada pagi hariselama 6 jam, agar petani peserta mempunyai waktu untuk mencarinafkah dan kegiatan lainnya. Sebagai pedoman, pada Tabel 4 disajikanjadwal belajar mengajar dan alokasi waktu berbagai kegiatan dalamSL-PHT.
Pengamatan pada agroekosistem
Setiap subkelompok peserta SL-PTT diwajibkan melakukan peng-amatan terhadap kondisi lahan sawah dan pertumbuhan tanamanmasing-masing. Aspek yang diamati antara lain adalah kondisi cuaca,keadaan air, populasi hama dan musuh alaminya, tingkat kerusakantanaman, tingkat kehijauan warna daun padi dengan BWD, jumlahanakan, dan tinggi tanaman. Jumlah rumpun contoh yang diamatidisarankan paling sedikit 20 rumpun untuk memudahkan perhitungantingkat kerusakan tanaman oleh hama pemakan daun. Hasilpengamatan dicatat dalam buku catatan yang telah disiapkan.
20
Pengamatan pada petak laboratorium lapang
Setelah mengamati kondisi lahan sawah dan pertumbuhan tanamanmasing-masing, setiap subkelompok peserta SL-PTT diharuskan pulamelakukan pengamatan terhadap agroekosistem dan pertumbuhantanaman pada petak laboratorium lapang, dan hasil pengamatandicatat.
Menggambar keadaan agroekosistem
Setiap subkelompok peserta SL-PTT dituntut untuk mampu meng-gambar keadaan agroekosistem yang digunakan pada dua lembarkertas gambar (karton manila). Lembaran pertama untuk meng-gambarkan agroekosistem lahan sawah sekolah lapang dan lembarkedua untuk agroekosistem laboratorium lapang. Gambar agro-ekosistem dibuat pada saat pengamatan dan berisikan potret per-tanaman dan aspek yang mempengaruhi. Bagaimana dan apa yangakan digambar?
Tabel 4. Jadwal pertemuan dalam satu hari.
Waktu* Alokasi waktu Kegiatan(menit)
07.00-07.15 15 Kesepakatan hasil yang ingin dicapai pada hari itu07.15-08.00 45 Pengamatan agroekosistem di sawah SL dan di LL
(komponen yang diamati tergantung kepada fasepertumbuhan tanaman)
08.00-09.00 60 Menggambar keadaan agroekosistem09.00-10.00 60 Diskusi subkelompok (proses analisis)10.00-10.30 30 Diskusi pleno (pemaparan kesimpulan, dan
keputusan tiap subkelompok)10.30-10.45 15 Rehat10.45-11.15 30 Dinamika kelompok (mengakrabkan peserta)11.15-11.45 30 Topik khusus11.45-12.00 15 Evaluasi pencapaian hasil hari itu
*Waktu dapat disesuaikan dengan kesepakatan petani SL-PTT
21
� Tulis terlebih dahulu di kiri atas kertas gambar nama sub-kelompok, tanggal pengamatan, dan fase tanaman.
� Gambarkan tanaman padi dengan jumlah anakan rata-rata hasilpengamatan dari 20 rumpun, lebih baik menggunakan pensilberwarna, sesuai dengan warna tanaman, misalnya hijau, agakkekuningan, ada garis hijau di tulang daun, dsb. Beri catatan disebelah kiri gambar tentang tinggi tanaman, umur setelah tanam,tanggal semai, tanggal tanam, dan kegiatan yang telah dilakukanpada minggu yang lalu.
� Kalau ditemukan pada saat pengamatan, gambarkan seranggahama dan musuh alaminya di sebelah kanan gambar. Tuliskannama dan rata-rata populasi hama dan musuh alami tersebutserta rata-rata kerusakan tanaman (%) dari 20 rumpun.
� Jika ditemukan pada saat pengamatan, gambarkan pula penyakittanaman padi dan gejalanya, lalu catat tingkat kerusakan (%)tanaman yang disebabkan oleh penyakit tersebut.
� Kalau ditemukan pada saat pengamatan, gambarkan gejalatanaman yang mengalami kekurangan hara
� Gambarkan pula jenis dan nama gulma yang ditemukan, dancatat kondisi populasinya.
� Catat lingkungan fisik lahan, air, matahari, dan faktor iklimlainnya seperti keadaan cuaca, hujan, gerimis, berawan, dsb.
Diskusi kelompok
Dua gambar agroekositem yang dibuat sesuai dengan hasil pengamatanpada lahan sawah sekolah lapang dan petak laboratorium lapangdidiskusikan di subkelompok masing-masing. Intisari dari diskusitersebut dibuat dalam bentuk tabel sebagaimana dicontohkan padaTabel 5.
Data yang disajikan pada tabel tersebut diharapkan dapat memberi-kan pemahaman kepada setiap peserta SL-PTT di masing-masingsubkelompok, sehingga tahu apa yang harus dilakukan pada lahansawah mereka. Dalam diskusi, pemandu memberikan penjelasan danmenghimpun umpan balik dari peserta tentang kegiatan usahatani,
22
misalnya sumber pupuk tunggal atau pupuk majemuk, dan untungrugi setiap kegiatan yang dilakukan.
Formulir pada Lampiran 3 dapat digunakan oleh pemandu sebagaiacuan dalam menandai ketuntasan adopsi komponen teknologi PTToleh petani peserta SL-PTT.
Tabel 5. Contoh analisis perbandingan agroekosistem lahan sawah sekolah lapangdengan laboratorium lapang dan tindak lanjutnya.
Sub- Sawah SL Petak LL Keputusankelompok di sawah SL*
I Warna daun nilai 3 Warna daun nilai 5 Tambah pupuk
Air tergenang < 5 cm Air tergenang < 5 cm +
Populasi hama di atas Populasi hama di bawah Dikendalikanambang setelah dikoreksi ambang setelah dikoreksidengan musuh alami dengan musuh alami
Keparahan penyakit di Keparahan penyakit di +bawah ambang bawah ambang
II Warna daun nilai 3 Warna daun nilai 5 Tambah pupuk
Air tergenang < 5 cm Air tergenang < 5 cm +
Populasi hama dibawah Populasi hama di bawahambang setelah dikoreksi ambang setelah dikoreksidengan musuh alami dengan musuh alami +
Keparahan penyakit di Keparahan penyakitbawah ambang di bawah ambang +
III dst dst dst
IV dst dst dst
V dst dst dst
*Catatan: Bila sama analisis agroekosistem di sawah SL dan LL, maka diberinilai + pada keputusannya, sebagai penghargaan prestasi bagikelompok tani
23
Diskusi pleno
Dalam diskusi pleno setiap kelompok diberi kesempatan melaporkanhasil analisis agroekosistem secara singkat, lugas, dan tegas.Kesimpulan dari diskusi ini digunakan sebagai bahan dalampengambilan keputusan oleh subkelompok, terutama yang terkaitdengan pertanaman di lapang. Keputusan ditetapkan oleh ketua/wakilketua subkelompok, terutama untuk mencegah pertanaman darikerusakan.
Diskusi pleno memberikan kesempatan kepada petani pesertaSL-PTT untuk berani berbicara dan mengungkapkan masalah yangdihadapinya. Hal ini penting artinya untuk melatih petani berbicaradi depan umum. Bila di kemudian hari ada kunjungan aparat daridinas pertanian dan institusi lainnya, mereka sudah mampu berbicaratentang kondisi usahataninya. Dalam hal ini, pemandu hanya berperansebagai fasilitator.
Topik khusus
Topik khusus yang dibicarakan dalam pertemuan adalah masalahnonteknis, misalnya kelangkaan pupuk dan cara mengatasinya,dukungan gapoktan setempat, dsb. Bila tidak ada permasalahankhusus, pemandu hendaknya mengambil inisiatif agar diskusi dapatberlangsung hangat. Hal yang dibicarakan dapat berupa perkiraanmunculnya hama pada musim tertentu, field trip, rencana pem-bentukan organisasi, penangkaran benih, dsb.
Dinamika kelompok
Kegiatan dinamika kelompok diperlukan untuk menambah wawasanpeserta SL-PTT tentang beberapa hal, seperti kerja sama, komunikasi,dan organisasi. Pada awal pembentukan kelompok atau subkelompok,tugas utama pemandu adalah menciptakan suasana yang mendukungpara peserta untuk saling mengenal, termasuk pemandu sendiri.
24
Kegiatan dinamika kelompok juga dimaksudkan untuk me-numbuhkan kekompakan dan keinginan perserta menjadi petani yangdinamis, luwes dalam bergaul, saling mendukung, dan saling memberipengalaman. Beberapa permainan yang dapat digunakan untuk tujuantersebut antara lain adalah:1. Perkenalan dan pengakraban: permainan rantai nama, meng-
gambar wajah, membuat barisan, kapal tenggelam, dan Samson-Delilah
2. Penyegar suasana: permainan tolong tangkap, pecah balon, danikuti saya
3. Kreatifitas: permaian sembilan titik, potong sebanyak mungkin,berapa bujur sangkar, dan penjepit kertas
4. Kerja sama: permainan menggambar rumah, bermain tali, salingpercaya, dan membimbing tuna netra
Studi khusus
Agar peserta SL-PTT dapat memahami konsep, prinsip, danimplementasi teknologi PTT secara benar, maka perlu materipenunjang berupa studi khusus yang bersifat praktis, sederhana,mudah dilaksanakan, waktu relatif singkat, dan dapat cepat menjawabpermasalahan petani. Studi khusus dapat dilakukan di petak sekolahlapang, bergantung pada kesepakatan subkelompok. Dalam hal ini,yang melakukan studi adalah petani sendiri.
Praktek petani di lahan sekolah lapang
Dengan adanya pertemuan mingguan, petani peserta SL-PTT akandatang di petak laboratorium lapang untuk melakukan pengamatandan menganalisis mengenai masalah yang terjadi. Mereka diharapkandapat membandingkan masalah tersebut dengan kenyataan yang adapada lahan sekolah lapang. Bila terdapat perbedaan penampilantanaman antara di laboratorium lapang dengan di lahan sekolahlapang, misalnya, petani diharapkan sudah mampu mengatasinya.Oleh karena itu, petak laboratorium lapang harus dapat menjadiacuan bagi petani.
25
Temu Lapang Petani
Sebelum panen, petani peserta SL-PTT dianjurkan untuk mengadakantemu lapang sebagai media komunikasi antara petani dengan aparatdari dinas terkait, peneliti, petani nonSL-PTT, dan masyarakat tanipada umumnya. Acara ini diperlukan dalam upaya memperkenalkanPTT dan alih teknologi kepada masyarakat di sekitar SL-PTT. Padasaat temu lapang, peserta sekolah lapang menampilkan proses SL-PTT, hasil kajian, analisis agroekosistem, organisasi kelompok tani,dan diskusi di lapang pada saat pertanaman akan di panen.
Pengorganisasian SL-PTT
Setiap desa SL-PTT dipandu oleh pemandu lapang (penyuluhpertanian, POPT, dan peneliti). Peserta adalah petani dalam kawasan25 ha. Petani dibagi ke dalam beberapa subkelompok tani yangjumlahnya sekitar 20-30 orang per subkelompok. Dari 25 han lahanSL-PTT, 24 ha di antaranya dikelola oleh subkelompok tani dansisanya 1 ha untuk laboratorium lapang dikelola oleh pemandu lapangatau petugas PL II dari Dinas Pertanian dan atau Balai PengkajianTenologi Pertanian setempat.
Sarana dan Prasarana
Kelompok tani
Kelompok tani dipilih berdasarkan kriteria:� Sentra produksi padi� Respon terhadap inovasi baru� Luas hamparan adalah 25 ha untuk padi inbrida dan 15 ha untuk
padi hibrida� Air pengairan terjamin sepanjang musim� Memiliki anggota aktif� Hamparan dekat jalan yang mudah dilintasi kendaran roda 4,
dan menjadi lalu lintas petani
26
Petani peserta
Petani peserta dipilih berdasarkan kriteria� Bisa membaca dan menulis� Usia produktif� Berasal dari satu hamparan 25 ha� Sanggup mengikuti SL-PTT selama 1 musim� Mempunyai lahan garapan
Tempat belajar
Peserta SL-PTT menghabiskan hampir 85% waktunya untuk belajardi lapang, hanya 15% waktunya yang digunakan untuk belajar diruangan atau di tempat lain (di pasar untuk diskusi harga dll).
Lahan belajar
Lahan belajar petani adalah di petak laboratorium lapang seluas 1ha. Pengalaman dan pelajaran yang diperoleh dari laboratorium lapangdiimplementasikan pada lahan sawah miliknya sebagai lahan sekolahlapang.
Bahan dan alat belajar
Bahan dan alat belajar yang digunakan harus bersifat praktis,sederhana, mudah didapat, terdiri atas alat tulis (kalau bisa berwarna),bahan praktek, petunjuk lapang, alat peraga, dll.
Sertifikat
Peserta yang berhasil menyelesaikan SL-PTT perlu diberi sertifikatdengan tingkat kelulusan yang berbeda, misalnya sangat memuaskandan memuaskan, setelah melalui proses wawancara tentang ke-terampilan pelaksanaan penerapan PTT dan mengikuti pertemuanminimal sebanyak 80%.
27
Evaluasi
Evaluasi petani
Evaluasi proses belajar (alih teknologi) dilakukan untuk mengetahuitingkat kehadiran, aktivitas, dan pemahaman peserta terhadap materiyang dipelajari dalam SL-PTT, serta tingkat implementasinya di lahansekolah lapang. Evaluasi dilakukan melalui pengamatan, wawancaralangsung, pengisian matrik penanda adopsi teknologi dan matrikkualitas seperti disajikan pada Lampiran 3 dan 4.
Evaluasi pelaksanaan SL-PTT
Evaluasi pelaksanaan pelatihan dilakukan berjenjang. Bagi pemandulapang tingkat kecamatan/desa, evaluasi dilakukan oleh PL II, evaluasiterhadap pelaksanaan pelatihan bagi PL II dilakukan oleh PL I,sedangkan pelaksanaan pelatihan bagi PL I dievaluasi oleh nara-sumber/BB-Padi.
Worskshop
PL I melaporkan pelaksanaan SL-PTT di tingkat provinsi dalam suatulokakarya yang dihadiri oleh narasumber dan peneliti BB-Padi.
Laporan
Laporan pelaksanaan SL-PTT dibuat oleh PL II, penyuluh pertanian,POPT, dan bersama PBT membuat laporan kegiatan mingguan danlaporan akhir musim. Laporan berisikan data dan informasi tentanganalisis agroekosistem mingguan, produktivitas, peningkatan produksi,dan masalah yang terkait dengan SL-PTT.
Laporan tersebut disampaikan oleh PL II kepada Kepala DinasPertanian Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada PL I. Laporanditeruskan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota kepadaKepala Dinas Pertanian Provinsi dengan tembusan kepada KepalaBPTP setempat. Dari Dinas Pertanian Propinsi laporan diteruskankepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
28
PENUTUP
Peningkatan produktivitas padi melalui pendekatan SL-PTTmerupakan salah satu strategi yang diharapkan mampu memberikankontribusi yang lebih besar terhadap produksi padi nasional.Pendekatan ini akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatanpetani apabila didukung oleh semua pihak, termasuk pemangkukepentingan baik di hulu, onfarm, mapun hilir, dan pelaksanaannyaterkoordinasi secara sinkron dan sinergis di setiap tingkat, mulaidari pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, hingga ke tingkatdesa. Dengan pendekatan tersebut SL-PTT diharapkan tersosialisasisecara luas dalam upaya percepatan pengembangan PTT secaranasional.
Untuk menambah pengalaman dan wawasan, para pemandu SL-PTT disarankan membaca publikasi yang terkait dengan PTT, sepertipetunjuk teknis PTT, deskripsi varietas, dan masalah lapang hama,penyakit, dan hara padi yang sudah diterbitkan oleh BB-Padi.
29
Lampiran 1. Daftar publikasi penunjang.
No. Judul publikasi
1. Deskripsi Varietas Unggul Baru Padi2. Daerah Pengembangan dan Ajuran Budi Daya Padi Hibrida3. Petunjuk Teknis PTT Padi Sawah4. Petunjuk Teknis PTT Padi Gogo5. Petunjuk Teknis PTT Padi Sawah Tadah Hujan6. Petunjuk Teknis PTT Lahan Rawa Lebak7. Petunjuk Teknis PTT Lahan Rawa Pasang Surut8. Masalah Lapang Hama, Penyakit, Hara pada Padi9. PHSL Padi Sawah Irigasi10. Bagan Warna Daun11. Omission Plot
30
Lampiran 2. Daftar topik khusus SL-PTT padi.
No. Pertemuan Umur Kegiatan dan topik Buku sumberke tanaman khusus
1 M-4 ± 28 hari Pupuk organik Pupuk dansebelum tanam Pembuatan kompos Pemupukan
2 M-3 ± 21 hari PRA dan penentuan pola Petunjuksebelum tanam tanam. Identifikasi masalah PRA
dan introduksi komponenteknologi
3 M-2 ± 14 hari Pengolahan tanah Buku Padisebelum tanam Aplikasi bahan organik Juknis PTT
Penentuan varietas DiskripsiPembuatan pesemaian dan varietas padiperlakuan benih Juknis PTT
4 M-1 ± 7 hari Konsep PHT PHT Padisebelum tanam Cara menggunakan PUTS Manual PUTS
5 1 0 hari Sistem tanam, cara tanam, Juknis PTTpopulasi dan umur bibit, Juknis PTTPengaturan irigasi,Konsep Permentan No. 40pupuk berimbang, Kondisicuaca
6 2 ± 7 hari Pengenalan bahan kimia PHT Padisetelah tanam pertanian Juknis PTT
Pemupukan dasar
7 3 ± 14 hari Fase anakan aktif Buku Padisetelah tanam Cara penggunaan BWD Juknis PTT
Mengenal hama/penyakit PHT Paditanaman padi dan musuhalami
8 4 ± 21 hari Pengendalian gulma terpadu Juknis PTTsetelah tanam Siklus hidup dan jaring- PHT Padi
jaring makanan serangga
9 5 ± 28 hari Pemupukan susulan Juknis PTTsetelah tanam Pengelanan kahat hara Juknis PTT
10 6 ± 35 hari Pencegahan OPT dan PHT Padisetelah tanam pertumbuhan populasi tikus
11 7 ± 42 hari Ambang ekonomi OPT PHT Padisetelah tanam
12 8 ± 49 hari Anatomi primordia bunga Buku Padisetelah tanam Pemupukan susulan Juknis PTT
31
Lampiran 2. Lanjutan.
No. Pertemuan Umur Kegiatan dan topik Buku sumberke tanaman khusus
13 9 ± 56 hari Perkembangan malai dan Buku Padisetelah tanam bunga PHT Padi
Pertanyaan-pertanyaan yangdiajukan tidak dijawab,akan tetapi dibalas denganpertanyaan-pertanyaan yangmenyelidiki lebih jauh.Petanyaan-pertanyaan yangditanya oleh pemandumengarah pada hubunganfungsional (mis. antarahama dan musuh alami atauantara hama dan tanaman)yang ada dalamagroekosistem.
Hasil Para peserta mampumenyebutkan hubunganfungsional dalamagroekosistem.
AGROEKOSISTEMMerupakankegiatan utamagunamengembangkanpemahamantentang konsepPTT yang baikdan benar, sepertimisalnya:Pemilihankomponenteknologi.Pengamatanmingguan.Analisa keadaansawah.Pengambilankeputusan.
Peserta dijelaskanbagaimanamelakukan PRAPeserta dan pemandumelakukan transekPeserta mengamatidan mencatat sumberdaya yang tersedia,kendala biofisik danmemikirkan peluangpemecahan.
PelaksanaanPRA
Sebelum kegiatan dimulaipara peserta diberitahutentang tujuan kegiatan danproses yang harus diikutidalam kegiatan tersebut.Selama melakukan kegiatanpeserta memahami kondisilapangan.Para peserta mencatat apayang mereka amati.Peserta aktif berdikusi.Terpilih komponenteknologi yang sesuai
37
Lampiran 4. Lanjutan.
Kegiatan CatatanTahap Petunjuk kualitas
Tujuannya adalahuntukmengembangkanketrampilanpengambilankeputusan dananalisa.Pemandu membantupeserta mencapaitujuan tersebut.
Para peserta jelasmengenai maksuddan tujuan kegiatanini.
Tujuannya Sebelum kegiatanberlangsung, pemandumenerangkan tujuan danproses kegiatan topikkhusus.
Para peserta mencapaitujuan kegiatan.Peserta menganalisakegiatan yangdilakukan dengandibantu pertanyaan-pertanyaan pemandusehingga peserta tahuapa yang telahdilakukan.
Hasil Para peserta dapatmenyajikan hasil kegiatandan meringkas apa yangsudah dilakukan dalamkegiatannya.Peserta dapat menerangkanapa yang telah merekapelajari dari kegiatan yangsudah dilakukan.Pemandu mengajukapertanyaan-pertanyaan untukmembantu pesertamemahami kegiatan yangsudah dilakukan,menerapkan apa yang sudahmereka pelajari kedalam�kehidupan nyata�
Para peserta jelasmengenai apa yangharus dilakukan,semua peserta aktif.
Proses Selama kegiatanberlangsung para pesertaterlibat dan berpartisipasisecara aktif.Kegitan kelompok tidakdidominasi oleh satu orangpeserta maupun pemandu.
38
Lampiran 4. Lanjutan.
Kegiatan CatatanTahap Petunjuk kualitas
Pemandu mengajukanpertanyaan untukmembantu parapeserta dalammenganalisa kegiatan.Diskusi mengenai apayang dilakukan dalamkegiatan, poin-poinyang penting, dan apayang dipelajari olehpeserta.
Analisa Pemandu mengajukanpertanyaan-pertanyaan untukmembantu pesertamemahami kegiatan yangdilakukan dan menerapkanapa yang sudah merekapelajari kedalam �kehidupannyata�.
Pemandu menjelaskanmaksud dan tujuankegiatan sebelumkegiatan dimulai.Sarana belajar tersediasebelum kegiatandimulai.Waktu kegiatan cukup
Proses Sebelum kegiatanberlangsung pemandumemberitahu peserta tentangtujuan dan proses kegiatanyang akan dilakukan.Semuapeserta terlibat aktif dalamkegiatan.
Pertanyaanberdasarkan keadaanlapangan setempatmemperhatikanfungsi-fungsi yangada dalam ekologisawah, bukan namaserangga atau produk.Apabila digunakanuntuk pre-dan post-test maka kedua-duanya menilaitingkat keterampilansama
Persiapan Soal-soal benar-benarberadsarkan pengetahuandan ketrampilan lapanganNama-nama latin tidakdigunakan
Para peserta benar-benar memahamikerjasama maupunpengambilankeputusan.
Hasil Para peserta dapatmenerangkan apa yang telahmereka pelajari dari kegiatanyang sudah dilakukan.
Sebagai saranapendorong belajar danevaluasi kegiatan
Hasil Pemandu menggunakansebagai sarana pendorongbelajar dan memperhatikanserta mempertimbangkanisinya.