Teori belajar sosial (Social Learning Theory) dari Bandura didasarkan pada konsep, yaitu :
Reciprocal Determinism
Beyond Reinforcement
Self Regulation/Cognition
Reciprocal Determinism
tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik antara determinan kognitif, behavioral, dan lingkungan.
prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem sosial.
Beyond Reinforcement
Menurut Bandura reinforcement penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi reinforcement bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku.
Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada reinforcement yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi, itu merupakan pokok teori belajar sosial.
Self Regulation/Cognition Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi
yang dapat mengatur diri sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri.
Kemampuan kecerdasan untuk berfikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk menangani lingkungan, misalnya dengan menyimpan pengalaman dalam ingatan dalam wujud verbal dan gambaran imajinasi untuk kepentingan tingkah laku pada masa yang akan datang. Kemampuan untuk menggambarkan imajinatif hasil yang diinginkan pada masa yang akan datang mengembangkan strategi tingkah laku yang membimbing ke arah tujuan jangka panjang.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIANLearning by Observation ( belajar
melalui observasi) suatu pembelajaran bagaimana perilaku baru
dapat dikuasai tanpa adanya reinforcement
Seseorang belajar dengan cara mengamati orang lain melakukan suatu tindakan tanpa terlibat secara langsung dengan objek dan reinforcement yang akan didapatkan oleh objek yang diamati. Individu dapat mempelajari, atau menguasai sejumlah perilaku melalui pembelajaran tersebut, tergantung dari berbagai macam faktor yang terikat dengan situasi observasi (Friedman & Schustack, 2008).
--modelling---inti dari learning by observation bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa
yang dilakukan modelnya, tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggeneralisasikan berbagai pengamatan sekaligus melibatkan proses kognitif (Alwisol, 2005)
jenis modelling (berdasarkan dampak=efeknya) Modeling Tingkah Laku Baru Modeling Mengubah Tingkah Laku Lama Modeling Simbolik Modeling Kondisioning
Modeling Tingkah Laku BaruMelalui modeling, orang dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini karena adanya kemampuan kognitif. Stimuli berbentuk tingkah laku model ditransformasi menjadi gambaran mental dan simbol verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti yang kemudian diolah menjadi pola tingkah laku (Alwisol, 2005).
Modeling Mengubah Tingkah Laku Lama
Pertama, tingkah laku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat.
Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak diterima tersebut, tergantung apakah model itu diganjar atau dihukum
Modeling Simbolik
Dewasa ini sebagian besar modeling tingkah laku berbentuk simbolik.
Film dan televisi menyajikan contoh tingkah laku yang tak terhitung yang mungkin mempengaruhi pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai sumber model tingkah laku.
Modeling Kondisioning
Modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi kondisioning klasik vikarius (vicarious classical conditioning).
Modeling semacam ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional.
Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional yang mendapat penguatan. Muncul respon emosional yang sama di dalam diri pengamat, dan respon itu ditujukan ke obyek yang ada didekatnya (kondisioning klasik) saat ia mengamati model itu, atau yang dianggap mempunyai hubungan dengan obyek yang menjadi sasaran emosional model yang diamati.
• Hasil Penelitian:• Anak-anak dengan contoh model/kondisi agresif meniru banyak perilaku
agresif fisik dan verbal dari model • Mereka juga menirukan perilaku non-aggressive model• Anak-anak dalam kondisi Non- aggressive hanya menirukan sedikit
perilaku yang dicontohkan model (70% tidak menirukan apa-apa)• NON-IMITATION Anak-anak dalam kondisi agresif memperlihatkan
banyak perilaku agresif yang baru (non-imitative/non-copied)• Anak-anak dalam kondisi non-agresif melakukan banyak hal untuk bermain
ataupun tidak melakukan apa-apa• Anak lelaki menirukan lebih banyak perilaku agresif fisik (but not verbal)• Anak lelaki lebih agresif setelah melihat model lelaki agresif• Anak perempuan lebih agresif setelah melihat model perempuan agresif• Kesimpulan: belajar dapat dilakukan melalui observasi (no classical or
operant conditioning)• Anak-anak cenderung belajar dari model yang memiliki kesamaan gender
Faktor-faktor Penting dalam Belajar Melalui Observasi
Mengamati orang lain melakukan sesuatu tidak mesti berakibat belajar, karena belajar melalui observasi memerlukan beberapa faktor atau prakondisi.
Menurut Bandura, ada empat proses yang penting agar belajar melalui observasi dapat terjadi, yakni (Alwisol, 2005):
Perhatian (attention process)Representasi (representation process)Peniruan tingkah laku model (behavior
production process)Motivasi dan penguat (motivation and
reinforcement process)
APLIKASI TEORI
Psikopatologi
Psikoterapi
Psikopatologi Bandura berpendapat bahwa terapi tingkah laku dapat efektif mengurangi reaksi kecemasan, tekanan sosial bukan menjadi elemen kunci penyebab reaksi takut yang berlebihan sehingga harus dihilangkan agar tingkah laku dapat berubah. Masalah pokoknya adalah orang percaya pada dirinya tidak dapat menangani situasi tertentu secara efektif, karena itu perlu dikembangkan self-afficacy agar terjadi perubahan tingkah laku.
Psikopatologi ,Penyebab, dan DampaknyaDepresi FobiaStandar pribadi dan
penetapan tujuan yang terlalu tinggi membuat orang rentan mengalami kegagalan, dan akan berakibat orang mengalami depresi. Sesudah dalam keadaan depresi, orang cenderung menilai rendah prestasi dirinya, sehingga “keberhasilan” tetap dipandang sebagai kegagalan. Akibatnya, terjadi kesengsaraan yang kronis, merasa tidak berharga, tidak mempunyai tujuan, dan depresi yang mendalam.
Perasaan takut yang sangat kuat dan mendalam, sehingga berdampak buruk terhadap kehidupan sehari-hari seseorang. Obyek penyebabnya menjadi kabur, obyek itu digeneralisasikan secara salah. Bandura mengemukakan bahwa media sengaja menciptakan fobia. Fobia yang dipelajari dari pengamatan lingkungan (yang menurutnya tidak aman), menjadi eksis akibat efikasi diri yang rendah, orang merasa tidak mampu mengatasi suatu masalah yang mengancam sehingga muncul perasaan takut yang kronis.
Lanjutan…..AgresiMenurut Bandura, agresi
diperoleh melalui pengamatan, pengalaman langsung dengan reinforsemen positif dan negatif, latihan atau perintah, dan keyakinan yang ganjil. Agresi yang ekstrim menjadi disfungsi. Dari penelitian yang dilakukan Bandura, observasi terhadap perilaku agresi akan menghasilkan respon peniruan yang berlebih. Pengamat akan bertingkah laku lebih agresif dibanding modelnya.
Psikoterapi Secara umum, terapi yang dilakukan Bandura adalah terapi kognitif-Sosial. Tujannya untuk memperbaiki regulasi self, melalui pengubahan tingkah laku dan mempertahankan perubahan tingkah laku yang terjadi.
Tingkatan keefektifan suatu tritmen yakni (Alwisol, 2005):Tingkat Induksi Perubahan: tritmen dikatakan
efektif jika dapat mengubah tingkah laku. Misalnya terapi menghilangkan takut ketinggian penderita akrofobia, sehingga berani naik tangga yang tinggi.
Tingkat Generalisasi: tritmen yang lebih tinggi, memungkinkan terjadinya generalisasi. Penderita akrofobia itu bukan hanya berani naik tangga, dia juga berani nail lift, naik pesawat, dan membersihkan kaca gedung bertingkat.
Tingkat Pemeliharaan: Sering terjadi tingkah laku positif hasil terapi berubah kembali menjadi tingkah laku negatif (khususnya pada tingkah laku habit negatif, merokok, alkoholik, narkotik). Terapi mencapai tingkat efektif yang tertinggi kalau hasil induksi dan generalisasi dapat terpelihara, tidak berubah menjadi negatif.
Bandura mengusulkan tiga macam pendekatan tritmen, yaitu (Alwisol, 2005):
Latihan penguasaan (desentisasi modeling): mengajari klien untuk menguasai tingkah laku yang sebelumnya tidak bisa dilakukan (misalnya karena takut). Dalam hal ini modelnya tidak nyata.
Modeling terbuka (modeling partisipan): klien melihat model nyata, biasanya diikuti dengan meniru tingkah laku yang dikehendaki, sapai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
Modeling simbolik: klien melihat model dalam film, atau gambar/cerita. Kepuasaan vikarius (melihat model mendapat penguatan) mendorong klien untuk mencoba/meniru tingkah laku modelnya.
KELEBIHAN & KEKURANGAN TEORIKelebihan Kekurangan Teori kognitif-sosial Bandura
mengembangkan hipotesis dan riset yang paling banyak jumlahnya, dibandingkan teori kepribadian lainnya.
Diantara ratusan penelitian yang menguji asumsi-asumsi Bandura, topik yang paling luas diteliti adalah efikasi diri dan modeling kekerasan.
Ranah pendidikan dan dunia kerja memanfaatkan efikasi diri untuk meramalkan taraf sukses seseorang pada masa yang akan datang.
Penelitian modeling menguji dampak kekerasan dan agresi dalam film televisi dan bioskop adalah penelitian yang paling penting dan banyak dikutip orang.
Teori belajar sosial hanya membahas aspek kepribadian yang ada dipermukaan, tingkah laku yang tampak.
Mengabaikan aspek perbedaan manusia, kekuatan motivasi yang disadari dan tidak disadari.
Tidak menyatukan: ekspektasi, kontrol penguatan-diri, kecemasan dan pertahan, dan variabel yang terlibat dengan belajar melalui pengamatan, dalam satu sintesa komprehensif.
Fungsi kognitif yang menjadi sentral dari variabel pribadi, tidak mendapat elaborasi yang cukup, sehingga cakupan proses kognitif bisa menjadi sangat luas – semua atribut pribadi.
Evaluasi (Kelebihan dan Kekurangan)Teori Dollard dan Miller mempunyai banyak
kelebihan:Konsep-konsep utamanya jelas dan memiliki
rincian yang didukung oleh data empirikJarang ada formulasi yang kabur semacam
intuisi, karena memakai pendekatan positif secara keras.
Lanjutan..Teori Dollard dan Miller berusaha
menjelaskan konsep-konsep psikoanalisi dengan metodologi dan bahasa behavioral, sehingga psikoanalisi menjadi semakin “ilmiah”.
Teori Dollard dan Miller secara khas adalah teori proses belajar, sesuatu yang sangat penting dari semua teori kepribadian, tetapi tidak mendapat perhatian. Karena itu teorinya menjadi model dari teorisi lainnya.
Lanjut..Dollard dan Miller secara eksplisit memakai
variabel sosiokultural lebih dari pakar lainnya. Karena itu teorinya banyak dipakai oleh pakar antropologi kultural setara dengan pemakaian psikoanalisis.
Lanjut lagii..Teori S-R dikritik dalam hal mementingkan
tingkah laku sederhana, utamanya tingkah laku binatang, dan mengabaikan fungsi kognitif yang kompleks. Jelas bahwa fenomena itu bukan karena fungsi kognitif hanya bisa berlangsung pada tingkah laku yang sederhana, tetapi lebih karena Dollard dan Miller lebih memperdulikan proses belajar daripada merinci stimuli dan responnya.
Sumber Referensi:Ahmadi, Abu H.1999.Psikoloogi Sosial. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Hayati, Pelita. 2010. Teori Sosial Kognitif dari Albert Bandura (online) (http://ayasipelitahayati.wordpress.com/2010/04/08/teori-sosial-kognitif-dari-albert-bandura/. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2010).
Friedman, Howard S.,Schustack, Miriam W. 2008. Kepribadian edisi ketiga (Teori Klasik dan Riset Moderen.: Erlangga