- 1. STUDI PERUBAHAN PEMANFAATANRUANGSEBAGAI KEARIFAN
LOKALMASYARAKAT KABUPATEN BULUKUMBA(STUDI KASUS: PELAKSANAAN
UPACARA ADAT MACCERABINANGA)OLEH:NUKY YANUARI PERDANA
AMIR60800108021JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGIUIN ALAUDDIN MAKASSAR2013SEMINAR HASIL
2. BAB IPENDAHULUAN 3. A. Latar Belakang Kebutuhan ruang di
kawasan perkotaan di Indonesia semakin meningkatsejalan dengan
pertumbuhan penduduk dan kegiatan-kegiatan yangmenyertainya.
Peningkatan kebutuhan ruang merupakan implikasi darisemakin
beragamnya fungsi dan peruntukan ruang di kawasan
perkotaan(permukiman, pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri,
pendidikan,kesehatan dan lain-lain) yang disebabkan oleh
keunggulannya dalam halketersediaan fasilitas umum dan kemudahan
aksesibilitas sehingga mampumenarik berbagai kegiatan untuk
beraglomerasi. Hal ini juga yangmenyebabkan terjadinya perubahan
dari pemanfaatan ruang baik secaramesso maupun makro di beberapa
wilayah, perkotaan, maupun kawasan. Kabupaten Bulukumba adalah
salah satu kabupaten yang berada dipesisir pantai Provinsi Sulawesi
Selatan dengan daya tarik dan potensiyang besar, utamanya kita
kenal sumber pariwisatanya yang terkait dengankearifan local adat
istiadatnya. Kondisi ini menjadikan KabupatenBulukumba mampu
menarik berbagai pihak untuk memanfaatkannya. Perkembangan
pemanfaatan lahan di Kabupaten Bulukumba dari tahun ketahun cukup
signifikan. Pusat permukiman Kabupaten Bulukumba termasukpada
Kecamatan Ujung Bulu yang pada daerah pesisir dari wilayahtersebut
berkembang menjadi kawasan campuran yang benar telahberaglomerasi,
termasuk perdagangan dan jasa, perkantoran, permukiman,lahan
kering, industri kecil dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), seperti
padaibukota Kecamatan Ujungbulu yakni wilayah Kelurahan Bentenge
[Badan 4. Lanjutan, Kelurahan Bentenge terletak di sebelah utara
Kecamatan Ujung Bulu yangmemiliki luas sebesar 100 Ha atau sama
dengan 1 Km, dan terbagi dalam 3Lingkungan, 9 Rukun Warga (RW), 20
Rukun Tetangga (RT). Adapun jumlahpenduduk pada tahun 2011 di
Kelurahan Bentenge yakni sebesar 4.780orang. Jadi kepadatan
penduduk pada Kelurahan Bentenge dengan luas1,00 Km adalah 4.780
orang/Km. Seperti pada kenyataannya bahwa penggunaan ruang di
sepanjang pesisirKelurahan Bentenge pada tahun 2011 di dominasi
oleh permukiman danfasilitas perdagangan / jasa, serta perkantoran
yang sebelumnya pada tahun2001 masih didominasi hutan mangrove
(kawasan konservasi) . Sumber:Lembaga Pemerhati Sosial Perencana
Kabupaten Bulukumba, BuletinBulukumba, (Makassar: 2010), h. 21
Dominasi penggunaan ruang tersebutlah yang secara
signifikanmenyebabkan pengaruh terhadap pelaksanaan upacara adat
yang dianggappenting sebagai kearifan lokal masyarakat Kabupaten
Bulukumba. MacceraBinanga, adalah salah satu upacara adat tahunan
masyarakat KelurahanBentenge yang dilaksanakan oleh penduduk lokal
yang mendiami pesisirKelurahan Bentenge, yang dimaksudkan sebagai
persembahan rasa syukurkepada Tuhan Yang Maha Esa yang sekaligus
sebagai upacara adat tolakbala. Upacara adat Maccera Binanga
merupakan warisan budayamasyarakat pesisir Kelurahan Bentenge yang
pelaksanaanya dilakukan 5. Lanjutan, Ini dianggap karena telah
terjadi perubahan pemanfaatan ruang pesisirKelurahan Bentenge yang
sebelumnya merupakan tempat untukpelaksanaan upacara adat tersebut
yang akhirnya berubah fungsi menjadiareal perdagangan dan jasa, dan
TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Sebagaiakibat dari hal yang dimaksud,
terjadi pergeseran nilai budaya karenaakhirnya upacara adat Maccera
Binanga tidak dilaksanakan lagi sejak tahun2009. Padahal jelas
bahwa upacara adat ini dianggap penting karena selainsebagai
persembahan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa danritual
tolak bala, juga salah satu kearifan lokal (local wisdom) yang
dimilikimasyarakat Kabupaten Bulukumba. Sebagai hipotesa awal,
dianggap bahwa kepentingan masyarakatKelurahan Bentenge tidak
terwadahi secara maksimal oleh pemerintahsetempat, mengingat
didalam RTRW Kabupaten Bulukumba tahun 2010 2030, tidak
dimasukkannya Kelurahan Bentenge didalam Kawasan Heritage(Budaya).
Dengan kata lain, bahwa pemerintah tidak mampu
mengakomodirnilai-nilai budaya yang terdapat di pesisir Kelurahan
Bentenge. Mengingat hal tersebut menimbulkan dampak yang sistemik
untukpelaksanaan upacara adat Maccera Binanga sebagai kearifan
lokalmasyarakat Kabupaten Bulukumba, dan memperhatikan kondisi
tersebut diatas maka dianggap penting dilakukan studi tentang Studi
PerubahanPemanfaatan Ruang Terhadap Kearifan Lokal Masyarakat
Kabupaten 6. B. Rumusan Masalah1. Apakah perubahan pemanfaatan
ruang pesisir Kelurahan Bentengemempengaruhi pelaksanaan upacara
adat Maccera Binanga?2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
sehingga pelaksanaan upacaraadat Maccera Binanga tidak dilaksanakan
lagi di pesisir KelurahanBentenge?C. Tujuan PenelitianAdapun tujuan
penelitian yang akan di capai adalah :1. Untuk mengetahui
berpengaruh atau tidaknya perubahan pemanfaatan ruangterhadap
pelaksanaan upacara adat Maccera Binanga.2. Untuk mengetahui faktor
yang menyebabkan sehingga pelaksanaan upacara adatMaccera Binanga
tidak dilaksanakan lagi.D. Manfaat PenelitianAdapun manfaat dari
penelitian ini adalah:1. Sebagai bahan masukan guna melihat
pentingnya masalah perubahan pemanfaatanruang terhadap pelaksanaan
upacara adat Maccera Binanga sebagai kearifan lokalmasyarakat di
Kelurahan Bentenge Kabupaten Bulukumba.2. Sebagai bahan masukan
bagi pemerintah Kabupaten Bulukumba dan pihakprofesional perencana
baik dalam merencanakan maupun dalam merevisiperencanaan kota
Bulukumba.3. Selain itu juga sebagai bahan perbandingan bagi
penelitian selanjutnya. 7. E. Ruang Lingkup Penenlitian1. Ruang
LingkupWilayahLokasi penelitian yang terpilih adalah Kelurahan
Bentenge, Kecamatan UjungBulu, Kabupaten Bulukumba. Hal ini
didasarkan oleh karena pemanfaatan ruang diKelurahan Bentenge
cenderung mengalami perubahan atau pergeseran fungsi
yangdipengaruhi oleh kegiatan masyarakat yang beraglomerasi dan
mempengaruhipelaksanaan upacara adat Maccera Binanga sebagai
kearifan lokal masyarakatKelurahan Bentenge Kabupaten
Bulukumba.Adapun batas-batas Kelurahan Bentenge Kecamatan Ujung
Bulu KabupatenBulukumba adalah sebagai berikut : Sebelah Utara :
Kelurahan Loka. Sebelah Timur : Kelurahan Terang-Terang. Sebelah
Selatan : Laut Flores. Sebelah Barat : Kelurahan Kasimpureng.2.
Ruang Lingkup MateriRuang lingkup penelitian ini mencakup perubahan
pemanfaatan ruangterhadap pelaksanaan upacara adat Maccera Binanga
sebagai kearifan lokalmasyarakat pada Kelurahan Bentenge Kabupaten
Bulukumba pada 10 (sepuluh)tahun terakhir. 8. PETA LOKASI
PENELITIAN 9. PETA CITRA UDARASumber: Google Earth, 2013 10. PETA
GUNA LAHAN 11. F. Sistematika PembahasanPembahasan keseluruhan
diurut secara bertahap sebagai berikut : Bab I Pendahuluan,
menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaanpenelitian, ruang lingkup pembahasan, metode penelitian dan
kerangka pikir. Bab II Tinjauan Pustaka, membahas tentang landasan
teoritis berupa defenisi terminologi yangdigunakan, perubahan
pemanfaatan ruang, faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan
ruangterhadap pelaksanaan upacara adat masyarakat, pengaruh
kearifan lokal bagi perkembangan kota,karakteristik penggunaan
lahan, tinjauan kebijakan kawasan pesisir, kebijakan pemanfaatan
lahanKabupaten Bulukumba. Bab III Metodologi Penelitian, berisikan
lokasi dan waktu penelitian, populasi dansampel, jenis dan sumber
data, teknik pengumpulan data, teknik analisis datadan kerangka
pembahasan. Bab IV Tinjauan Umum Wilayah Penelitian, memuat tentang
GambaranUmum Kabupaten Bulukumba, Gambaran Umum Wilayah
KecamatanUjung Bulu, Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Bentenge
besertaKebijakan Penataan Ruang yang ada didalamnya. Bab V
Analisis, memuat tentang analisa Pengaruh PerubahanPemanfaatan
Ruang di Kelurahan Bentenge Kabupaten Bulukumbaterhadap Kearifan
Lokal (Pelaksanaan Upacara Adat MacceraBinanga), serta
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap PelaksanaanUpacara Adat
Maccera Binanga di Kelurahan Bentenge KabupatenBulukumba di kaitkan
dengan perubahan pemanfaatan ruang yangterjadi di lokasi
penelitian. Bab VI Penutup, membahas mengenai kesimpulan hasil
kajian daripenelitian ini dan saran-saran uang akan penulis
sampaikansehubungan dengan penelitian ini. 12. BAB
IITINJAUANPUSTAKA 13. A. Pemanfaatan Ruang diWilayah Pesisir1.
Permukiman Menurut Doxiadis seorang ahli perumahan dan permukiman
Universitas StanfordBridge (Inggris), permukiman merupakan sebuah
sistem yang terdiri dari limaunsur, yaitu: alam, masyarakat,
manusia, lindungan dan jaringan. Bagianpermukiman yang disebut
wadah tersebut merupakan paduan tiga unsur: alam(tanah, air,
udara), lindungan (shell) dan jaringan (networks), sedang isinya
adalahmanusia dan masyarakat. Alam merupakan unsur dasar dan di
alam itulah ciptakanlindungan (rumah, gedung dan lainnya) sebagai
tempat manusia tinggal sertamenjalankan fungsi lain. Jaringan,
seperti misalnya jalan dan jaringan utilitasmerupakan unsur yang
memfasilitasi hubungan antar sesama maupun antar unsuryang satu
dengan yang lain. Secara lebih sederhana dapat dikatakan,
bahwapermukiman adalah paduan antara unsur manusia dengan
masyarakatnya, alam danunsur buatan . Sumber; Kuswartojo, T., &
Salim, S, Teori Dasar Perumahan dan Permukiman (Bandung: Rana Ilmu,
1997) h.112. Tambak perikanan adalah kolam buatan, biasanya di
daerah pantai, yang diisi air dandimanfaatkan sebagai sarana
budidaya perairan (akuakultur). Hewan yangdibudidayakan adalah
hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang. Penyebutantambak ini
biasanya dihubungkan dengan air payau atau air laut. Kolam
yangberisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang. 14.
Lanjutan,3. Hutan Mangrove Hutan bakau atau disebut juga hutan
mangrove adalah hutan yang tumbuh di atasrawa-rawa berair payau
yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi olehpasang-surut
air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana
terjadipelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk
yang terlindung darigempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai
di mana air melambat danmengendapkan lumpur yang dibawanya dari
hulu.4. PerkebunanPerkebunan adalah segala kegiatan yang
mengusahakan tanaman tertentu padatanah dan/atau media tumbuh
lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah danmemasarkan barang
dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmupengetahuan dan
teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkankesejahteraan
bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.5. PertanianPertanian
adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusiauntuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau
sumber energi, sertauntuk mengelola lingkungan hidupnya. 15.
B.Masyarakat Pesisir1. Pola Kebiasaan Hidup Dalam sebuah perjalanan
hidup, manusia tentu tidak bisa lepas dari sebuah prosesyang
dinamakan adaptasi. Secara umum adaptasi diartikan sebagai
kemampuanuntuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Hidup
manusia yang selaludinamis, tidak statis, bisa berubah setiap saat
tentu membutuhkan kemampuanadaptasi. Suatu saat manusia akan
memasuki sebuah lingkungan baru yangmungkin berbeda dengan
lingkungan tempat dia tinggal sebelumnya. Adaptasimembantu manusia
untuk menyelaraskan kembali kehidupannya sehingga dapatberjalan
sesuai dengan lingkungan yang baru. Perlu diingat di sini
bahwalingkungan adalah segala sesuatu yang bersifat umum dan dapat
mempengaruhikehidupan manusia .2. Mata Pencaharian Secara umum,
masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir pantai terdiri
ataskelompok masyarakat yang menggantungkan sumber penghidupannya
secaralangsung atau tidak langsung dari sumber daya pantai/laut dan
kelompokmasyarakat yang sama sekali tidak tergantung dari sumber
daya yang ada dilaut/pantai. Sebagai contoh untuk kelompok yang
terakhir adalah kelompokmasyarakat yang tinggal di desa pantai
(Desa Sungai Rawa di Kabupaten Siak-Propinsi Riau) yang melakukan
penangkapan ikan di kawasan Danau Pulau Besardan Danau bawah yang
terdapat di hulu Sungai Rawa. 16. Lanjutan,3. Adat Istiadat dan
Upacara Adat Menurut Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang
Pengelolaan WilayahPesisir dan Pulau Kecil Masyarakat adalah
masyarakat yang terdiri dari masyarakatadat dan masyarakat local
yang bermukim di Wilayah Pesisir dan Pulau-PulauKecil. Dan yang
dimaksud Masyarakat Adat adalah kelompok Masyarakat Pesisiryang
secara turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena
adanyaikatan pada asal-usul leluhur, adanya hubungan yang kuat
dengan Sumber DayaPesisir dan Pulau-Pulau kecil serta adanya sistem
nilai yang menentukan pranataekonomi, politik, sosial dan hukum.
17. C. Perubahan Ruang1. Konversi Lahan Lahan adalah areal atau
kawasan yang diperuntukan untuk penggunaan tertentuyang biasanya
dinyatakan dalam satuan hektar (Ha). Sedangkan pola penggunaanlahan
adalah areal model atau bentuk penggunaan lahan diterapkan,
sepertiperladangan, tegalan, hutan, penghijauan, perkampungan dan
lain-lain.(Haeruddin, 1997).2. Urbanisasi Urbanisasi yaitu suatu
proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapatpula
dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya
masyarakatperkotaan atau kota itu sendiri. Sedangkan definisi dari
Urbanisme ialah sikap dancara hidup orang kota, perkembangan daerah
perkotaan dan ilmu tentangkehidupan kota. 18. D. Konsep Pemanfaatan
Kawasan Pesisir Pengelolaan kawasan pesisir dan lautan dilakukan
secara terpadu, meliputi kawasandaratan dan kawasan lautan,
mencakup berbagai sector yang berbeda, menyangkutinteraksi
pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan serta kegiatan
danperilaku sumberdaya manusia, yang mempunyai berbaga aspek
(fisik, biologi, kimia,ekonomi-sosial, kelembagaan dan lainnya) dan
seringkali menyangkut kepentingan dariwilayah administrasi yang
berbeda.1. PlanningPlanning adalah suatu proses yang berurusan
dengan suatu sistem persoalan-persoalan,yang dilihat dari
perspektif holistik atau total, dengan maksud menentukan
solusisecara rasional terhadap persoalan-persoalan tersebut. Suatu
contoh perencanaan adalahpengembangan suatu strategi untuk
mensurvei suatu daerah dengan maksud memilikilokasi taman laut atau
pengembangan rencana pengawasan.2. DesignDesign adalah suatu proses
yang diturunkan (berasal) dari planning dalam mana
solusi-solusidiuji dan atau diimplementasikan secara kreatif.
Contohnya adalah desainarsitektural dari suatu pusat taman regional
untuk mengatur kunjungan para pengunjung. 3. ManagementManagement
adalah suatu proses untuk mengontrol dan mengarahkan solusi yang
telahdirancang. Contohnya adalah implementasi program 19. E.
Kearifan Lokal (Local Wisdom)1. Definisi Kearifan Lokal Perilaku
yang bersifat umum dan berlaku di masyarakat secara meluas,
turuntemurun, akan berkembang menjadi nilai-nilai yang dipegang
teguh, yangselanjutnya disebut kebudayaan (budaya). Kearifan lokal
didefinisikan sebagaikebenaran yang telah mentradisiatau ajeg dalam
suatu daerah . Kearifan lokal atatusering disebut local wisdom
dapat dipahami sebagai usaha manusia denganmenggunakan akal budinya
(kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu,objek, atau
peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Kearifan (wisdom)
secaraetimologi berarti kemampuan seseorang dalam menggunakan akal
pikirannya untukmenyikapi sesuatu kejadian, obyek atau situasi.
Sedangkan lokal, menunjukkanruang interaksi dimana peristiwa atau
situasi tersebut terjadi. Sumber; Gobyah, I. Ketut, Berpijak Pada
Kearifan Lokal (Bali: Balipos, 2003) h.102. Tipologi Kearifan
Lokala. Jenis Kearifan Lokal1). Tata Kelola2). Sistem Sosial3).
Tata Cara atau Prosedur 20. Lanjutan,b. Bentuk Kearifan LokalBentuk
kearifan lokal dapat dikategorikan ke dalam dua aspek,
yaitukearifan lokal yang berwujud nyata (tangible) dan yang tidak
berwujud(intangible).1). Kearifan Lokal Yang Berwujud Nyata
(Tangible)Bentuk kearifan lokal yang berwujud nyata meliputi
beberapa aspek berikut:Tekstual Beberapa jenis kearifan lokal
seperti sistem nilai, tata cara, ketentuankhusus yang dituangkan ke
dalam bentuk catatan tertulis seperti yang ditemui dalamkitab
tradisional primbon, kalender dan prasi (budaya tulis di atas
lembaran daunlontar). Sebagai contoh, prasi, secara fisik, terdiri
atas bagian tulisan (naskah cerita)dan gambar (gambar
ilustrasi).2). Bentuk Kearifan Lokal Yang Tidak Berwujud
(Intangible) Selain bentuk kearifan lokal yang berwujud, ada juga
bentuk kearifan lokal yangtidak berwujud seperti petuah yang
disampaikan secara verbal dan turun temurunyang dapat berupa
nyanyian dan kidung yang mengandung nilai-nilai ajarantradisional.
Melalui petuah 9 atau bentuk kearifan lokal yang tidak
berwujudlainnya, nilai sosial disampaikan secara oral/verbal dari
generasi ke generasi. 21. BAB IIIMETODEPENELITIAN 22. A. Lokasi
danWaktu PenelitianPenelitian ini dilakukan pada bulan Februari
Maret 2013 di Kelurahan BentengeKecamatan Ujung Bulu Kabupaten
Bulukumba. Lokasi ini dipilih denganpertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :1. Wilayah ini merupakan wilayah yang mengalami
perubahan pemanfaatan ruang.2. Wilayah yang digunakan pada
pelaksanaan upacara adat Maccera Binanga.B. Populasi dan Sampel1.
PopulasiDalam memecahkan masalah, langkah yang penting adalah
menentukan populasikarena menjadi sumber data sekaligus sebagai
objek penelitian. Populasi adalahseluruh unit atau individu dalam
ruang lingkup yang ingin diteliti atas semuakasus individu dan
gejala yang ada di daerah penelitian bersangkutan. Populasiyang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang
berada diKelurahan Bentenge.2. Sampel Adapun teknik penarikan
sampel dalam penelitain ini adalahteknik snowball. Teknik penarikan
sampel tersebut merupakanteknik penentuan sampel yang bersifat
menggelinding. Sesuaidengan namanya, sampel diambil dengan maksud
atau tujuantertentu yaitu mengetahui pengaruh perubahan
pemanfaatanruang pesisir Kelurahan Bentenge terhadap sosial dan
budaya 23. Lanjutan,a. Informan Kunci didasarkan atas orang-orang
yangdianggap mengetahui banyak mengenai perubahanpemanfaatan ruang
Kelurahan Bentenge, dan orang-orangyang mengetahui pasti
pelaksanaan upacara adatMaccera Binanga.b. Informan Biasa
didasarkan atas orang-orang yangmemberikan informasi secara umum.
Penelitimemperoleh data tersebut dari Perwakilan DinasKebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba,Perwakilan Dinas Tata Ruang dan
PermukimanKabupaten Bulukumba, Dewan Kesenian Bulukumba,Lurah
Bentenge, dan Tokoh Adat setempat. 24. C. Jenis dan Sumber Data1.
Menurut jenisnya data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibagi
atas:a. Data kualitatif adalah jenis data yang tidak berupa angka
tetapi berupa kondisikualitatif. Jenis data kualitatif meliputi
sejarah terkait pemanfaatan ruangKelurahan Bentenge, kebijakan
pemanfaatan ruang wilayah pesisir, kondisieksisting ruang Kelurahan
Bentenge, kondisi masyarakat Kelurahan Bentengedan kebiasaan
pemanfaatan ruang Kelurahan Bentenge secara tradisional,pelaksanaan
upacara adat Maccera Binanga Kelurahan Bentenge.b. Data kuantitatif
adalah jenis data yang berupa angka atau numerik yang bisalangsung
diolah dengan menggunakan metode perhitungan yang sederhana.Dalam
penelitian ini yang termasuk jenis data kuantitatif meliputi
demografi(kependudukan) dan pola penggunaan lahan Kabupaten
Bulukumba, demografi(kependudukan) dan pola penggunaan lahan
Kecamatan Ujung Bulu,demografi (kependudukan) dan penggunaan lahan
Kelurahan Bentenge, luasanpemanfaatan ruang Kelurahan Bentenge,
serta luas area yang dipakai padaupacara adat Maccera Binanga di
Kelurahan Bentenge KabupatenBulukumba. 25. Lanjutan,2. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan atas dua jenis
datayaitu :a. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui
pengamatan langsung di lapangan.Data primer berupa informasi dalam
bentuk kualitatif diperoleh dari sampel yangtelah ditetapkan
sebelumnya. Informasi tersebut didapatkan dengan teknikwawancara
mendalam (in depth interview) sehingga menemukan informasi
yangakurat. Jenis data primer antara lain :1). Perubahan
pemanfaatan ruang pada Kelurahan Bentenge.2). Kondisi kehidupan
masyarakat Kelurahan Bentenge.3). Upacara adat Maccera Binanga
sebagai kearifan lokal masyarakat KelurahanBentenge. 26.
Lanjutan,b. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui
instansi-instansi yang terkaitdengan penelitian baik dalam bentuk
kualitatif maupun kuantitatif. Sumber datasekunder dari penelitian
ini adalah Dinas Tata Ruang, Dinas Kebudayaan danPariwisata,
Bappeda, Badan Pusat Statistik, Kantor Camat Ujung Bulu,
KantorKelurahan Bentenge yang antara lain:1) Jumlah Penduduk2) Pola
Penggunaan ruang3) Kondisi FisikWilayah4) Kondisi Eksisting
Kelurahan Bentenge5) Kebijakan pemanfaatan ruang pesisir Kelurahan
Bentenge.6) Perubahan pemanfaatan ruang pesisir Kelurahan Bentenge
27. D. Teknik Pengumpulan Data1. Observasi LapanganObservasi
lapangan merupakan hasil pengumpulan data berupa fakta dan
kenyataanyang ada di lapangan. Obervasi lapangan dilakukan untuk
memperoleh data daninformasi menyangkut pemanfaatan ruang pesisir
Kelurahan Bentenge dikaitandengan pelaksanaan upacara adat Maccera
Binanga sebagai kearifan lokalmasyarakat Kabupaten Bulukumba atau
unsur-unsur tradisional pada masyarakatsetempat.2. Studi
DokumentasiUntuk melengkapi data, maka kita memerlukan informasi
dari dokumentasi yangada hubungannya dengan objek yang menjadi
studi. Dokumentasi dapat berupapenyajian dalam bentuk visual
tentang kondisi lapangan.3. Studi LiteraturStudi Literatur tersebut
menyangkut pendapat para ahli dalam berbagai hal yangrelevan dengan
apa yang sedang kita kaji, konsep-konsep teoritis,
dokumen-dokuemnpenelitain yang terkait, dan operasional tentang
ketentuan penelitian danlain sebagainya, dapat diperoleh melalui
studi kepustakaan. 28. Lanjutan,4. Wawancara mendalam (in depht
interview)Teknik pengumpulan data dan informasi melalui wawancara
langsung dan medalamterhadap sejumlah sampel yang dipilih melalui
teknik purposive sampling dansejumlah informan lainnya.
Masing-masing sampel akan diwawancarai secaramendalam sehingga
didapatkan informasi atau keterangan yang akurat. Sampel
yangdiambil dalam penelitian ini mempunyai kriteria antara lain
sebagai berikut:a. Menghuni permukiman pesisir tersebut kurang
lebih selama 10 tahun.b. Mampu berkomunikasi dengan baik dengan
peneliti.c. Mempunyai infomasi mendalam tentang upacara adat
Maccera Binanga diKelurahan Bentenge.d. Mempunyai informasi jelas
dan mendalam tentang perubahan pemanfaatan ruangyang terjadi di
pesisir Kelurahan Bentenge dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. 29.
E. Teknik Analisis1. Analisis Kualitatif Kuantitatif. Data yang
terjaring melalui hasil quesioner, diolah dan dianalisis
denganmetode kualitatif-kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
tabulasisilang (Crosstabulation). Data yang terkumpul dilakukan
kategorisasidengan skala likert, yaitu sangat berpengaruh,
berpengaruh, kurangberpengaruh, tidak berpengaruh dan sangat tidak
berpengaruh. Analisis kualitatif-kuantitatif yang sering juga
disebut analisis deskriptifkuantitatif memperoleh data pada
penelitian ini dengan cara; menghitungnilai rata-rata jawaban
responden yang telah dikuantitatifkan. Hasil yangtelah diperoleh
pada tahap I didistribusikan ke dalam tabel silang (crosstab)yang
mengambarkan penyebaran data. Selanjutnya diinterpretasikan
sesuaidengan arah dan tujuan pengembangan analisis. Analisis ini
digunakan untuk mendeskripsikan perubahan pemanfaatan ruangterhadap
pelaksanaan upacara adat Maccera Binanga masyarakat
KelurahanBentenge saat ini. Data didapatkan melalui wawancara
secara langsung danmendalam sehingga diketahui bagaimana dampak
perubahan pemanfaatan ruangpeesisir Kelurahan Bentenge terhadap
upacara adat masyarakat tersebut yangmendiami wilayah pesisir
Kelurahan Bentenge. 30. 2. Analisis Superimpose.Dalam menunjang
analisis Deskriptif kualitatif ini terdapat beberapabagian analisis
deskriptif yang akan memberikan penjelasan yang konkrit
dalammenganalisis rumusan masalah yaitu Analisis Superimpose.
Analisis ini digunakanuntuk mengetahui seberapa besar perubahan
penggunaan ruang yang sebelumnyadigunakan untuk upacara adat
Maccera Binanga hingga saat ini berubah fungsisebagai kawasan
perdagangan dan jasa yang beraglomerasi, dengan didasarkanpada
beberapa aspek. 31. BAB IVTINJAUAN UMUM WILAYAHPENELITIAN 32. A.
Gambaran Umum Kabupaten1. Kondisi Geografis Kabupaten
BulukumbaKabupaten Bulukumba merupakan bagian dari Provinsi
Sulawesi Selatan, yang secara geografis terletak pada52000 sampai
54000 LS dan 1195800 sampai 1202800 (Greenwich). Daerah ini berada
di sebelah tenggaraKota Makassar, terbagi atas 10 wilayah kecamatan
dan terdiri atas 24 kelurahan serta 102 desa; dengan batas
wilayahsebagai berikut :Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten
SinjaiSebelah timur : berbatasan dengan Teluk BoneSebelah selatan :
berbatasan dengan Laut FloresSebelah barat : berbatasan dengan
Kabupaten BantaengSecara administratif Kabupaten Bulukumba dibagi
kedalam 10 (sepuluh) Kecamatan yang terdiri atas:Kecamatan
UjungbuluKecamatan GantarangKecamatan KindangKecamatan Ujung
LoeKecamatan BontobahariKecamatan BontotiroKecamatan Hero
Lange-Lange (Herlang)Kecamatan KajangKecamatan BulukumpaKecamatan
Rilau AleLuas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2. Jumlah
penduduk pada tahun 2011 sebanyak 386.239jiwa dan kepadatan
penduduk 2.918 jiwa/km dengan pertumbuhan penduduk rata-rata 0,61
%, kepadatanpenduduk terpadat di Wilayah Kecamatan Ujungbulu dan
terjarang di Kecamatan Kindang. 33. 2. Kondisi Demografi
(Kependudukan)Tabel 4.1. Banyaknya Penduduk dan Laju Pertumbuhan
Penduduk MenurutKecamatan di Kabupaten Bulukumba Tahun 2008 -
2011No. KecamatanTahun Perkembangan Pertumbuhan (%)2008 2009 2010
20111.Gantarang 67.936 67.970 68.774 68.835 0.442. Ujung Bulu
41.268 41.289 41.775 42.131 0.693. Ujung Loe 36.229 36.248 36.673
36.900 0.614. Bontobahari 22.597 22.608 22.871 23.213 0.95.
Bontotiro 24.336 24.349 24.633 24.986 0.886. Herlang 23.587 23.598
23.873 24.220 0.897. Kajang 44.843 44.866 45.393 45.473 0.478.
Bulukumpa 54.589 54.616 55.261 55.362 0.479. Rilau Ale 34.141
34.258 34.559 34.873 0.7110. Kindang 29.694 29.709 30.058 30.246
0.62JUMLAH 379.220 379.511 383.870 386.239 6.68Sumber : Kabupaten
Bulukumba Dalam Angka, 2012 34. 3. Kondisi Sosial Budaya
MasyarakatMeskipun memiliki keanekaragaman suku dan latar belakang
budaya masyarakatyang berbeda, namun kerukunan antar masyarakat
tetap terpelihara dengan baik danmerupakan aset dalam pembangunan
wilayah. Keragaman tersebut menimbulkan nilai-nilaisosial budaya
yang beragam, bersumber dari agama, adat istiadat dan kebiasaan.
AgamaIslam adalah agama yang dominan dianut oleh masyarakat 99,8 %,
sedangkan 0,09 %menganut Kristen Protestan, Kristen Katholik
sebanyak 0,05 %, Hindu 0,004 % dan Budha0,05 %. Hidup dalam suasana
tolong-menolong dan gotong royong sudah menjadi ritmekehidupan
sehari-hari di Kabupaten Bulukumba.Kebiasaan sosial itu sudah
terlembagakan dalam istilah budaya lokal yaitu tradisikumpul
bersama. Atas dasar tersebut masyarakat Bulukumba memupuk persatuan
dankesatuan untuk kesejahteraan bersama. Ada juga istilah lain
tentang nilai-nilai solidaritassosial dan kebersamaan masyarakat
seperti saling membantu dan gotong-royong untukmenyelesaikan suatu
pekerjaan tanpa mengharapkan suatu imbalan jasa. 35. B. Gambaran
UmumWilayah Kecamatan Ujung Bulu1. Kondisi GeografisSecara
geografis Kecamatan Ujung Bulu berada pada garis khatulistiwa
12001230 Bujur dan503230 Lintang. Secara Administrasi Kecamatan
Ujung Bulu terdiri dari 9 kelurahan denganluas wilayah daratan
adalah 12,53 km2 atau sekitar 1,08 % dari luas wilayah
keseluruhanKabupaten Bulukumba. Adapun batas administrasi Kecamatan
Ujung Bulu sebagai berikut :Sebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Ujung LoeSebelah Selatan berbatasan dengan Laut
FloresSebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan GangkingSebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Bonto BahariTabel 4.2Luasan per
Kelurahan di Kecamatan Ujung BuluKabupaten Bulukumba Tahun 2011No
Kelurahan Luas Wilayah (Km2) (%) Letak Geografis1 Bintarore 1,79
14,28 P2 Kasimpureng 0,23 1,83 P3 Tanah Konkong 1,03 8,22 BP4 Loka
0,86 6,86 BP5 Bentengnge 1,00 7,98 P6 Terang - Terang 0,31 2,47 P7
Caile 2,91 22,22 BP8 Kalumeme 3,86 29,36 P9 Ela Ela 0,73 5,82
PJUMLAH 12,53 100 -Sumber : BPS - Kecamatan Ujung Bulu dalam Angka
2012Catatan : P = Pantai, BP = Bukan Pantai 36. Tabel 4.3Luas per
Kelurahan di Kawasan PesisirKecamatan Ujung Bulu Tahun 2011No
Kelurahan/Desa Luas (km2) %1 Bintarore 1,79 24,092 Kasimpureng 0,23
3,093 Bentengnge 1,00 13,454 Terang Terang 0,31 4,175 Kalumeme 3,68
49,526 Ela Ela 0,73 9,82JUMLAH 7,43 100Sumber : BPS - Kecamatan
Ujung Bulu dalam Angka 2012Grafik 1. Perbandingan LuasWilayah per
Kelurahan di Kawasan Pesisir KecamatanUjung Bulu Tahun
2012BintaroreKasimpurengBentengngeTerang-TerangEla-ElaKalumeme 37.
Kondisi Demografi (Kependudukan)Tabel 4.4Banyaknya Rumah Tangga,
Penduduk, Luas dan Kepadatan Pendudukdi Kawasan Pesisir Kecamatan
Ujung Bulu Tahun 2011No
Kelurahan/DesaRumahTangga(Jiwa)Penduduk(Jiwa)Luas(km2)Kepadatan(jiwa/
km2)1 Bintarore 908 4.390 1,79 2.4522 Kasimpureng 778 3.762 0,23
16.3563 Bentengnge 1.004 4.853 1,00 4.8534 Terang - Terang 574
2.777 0,31 89585 Kalumeme 1.013 4.899 3,99 1.2276 Ela - Ela 785
3.797 0,73 5.201JUMLAH 5.062 24.478 9.47 39.047Sumber : BPS -
Kecamatan Ujung Bulu dalam Angka 2012Grafik 5. Jumlah dan Kepadatan
Penduduk diWilayah Pesisir Kecamatan UjungBulu Tahun 20114390
376248532777Jumlah Penduduk (jiwa)489937972452163564853895812275201
38. 3. Kondisi Sosial Budaya MasyarakatSebagian besar penduduk di
Kecamatan Ujung Bulu adalah Suku Bugis. Bahasa sehari-hariyang
dipergunakan penduduk dengan sendirinya adalah Bahasa Bugis. Budaya
siri(malu) juga tetap dijunjung tinggi oleh penduduk sebagai suatu
pandangan hidup. Maksuddari budaya siri adalah bahwa kita harus
malu untuk melakukan sesuatu yang melanggarnorma-norma agama.Dari
sisi budaya Bulukumba telah tampil menjadi sebuah legenda modern,
dalamkancah percaturan kebudayaan Nasional. Bahkan melalui industri
budaya dalam bentukperahu baik itu perahu jenis phinisi,
padewakkang, lambo, pajala, maupun jenis lepa-lepayang telah
berhasil mencuatkan nama Bulukumba di dunia Internasional. Kata
layar memilikipemahaman terhadap adanya subyek yang bernama perahu
sebagai suatu refleksi kreativitasmasyarakat Bulukumba.Selain
daripada itu pengaruh dari paham animisme yang masih terlihat jelas
denganmasih kentalnya upacara-upacara adat kebudayaan seperti
Upacara Adat Maccera Binangayang sering dilakukan oleh masyarakat
setempat. Menurut masyarakat pelaku upacara adattersebut, ini
dikarenakan ritual upacara adat tersebut sarat unsur magis yang
dimaksudkansebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan hasil bumi danlaut. 39. 4. Kebijakan Penataan Ruang
Kecamatan Ujung BuluKawasan Lindung, dengan fungsi utama untuk
meningkatkan fungsi hidro orologiskawasan perencanaan guna
mendukung pengembangan kegiatan-kegiatan ekonomipotensial di bagian
wilayah lainnya. Zona preservasi merupakan area yang memilikinilai
konservasi tinggi yang sangat rentan terhadap gangguan dari luar
sehinggadiupayakan intervensi manusia di dalamnya seminim mungkin.
Dalam pengelolaannya,zona ini memperoleh perlindungan yang
maksimum.Kawasan Penyangga, merupakan zona transisi antara lindung
dan budidaya denganfungsi utama untuk mengendalikan perkembangan
kawasan budidaya ke arah kawasanlindung. Adapun penggunaan lahan
utama dalam kawasan penyangga ini adalahperkebunan atau budidaya
terbatas.Kawasan Budidaya, dengan fungsi utama untuk mendorong
perkembanganperekonomian kawasan perencanaan secara menyeluruh
mencakup wilayah perairan danpesisir pantai. Penggunaan lahan yang
utama dalam kawasan budidaya, mencakup;kawasan pertanian tanaman
pangan, kawasan perikanan (darat dan laut), kawasanpariwisata,
perumahan dan permukiman, maupun kawasan strategis lainnya. 40. C.
Gambaran Umum Kelurahan Bentenge1. Kondisi Geografis Kelurahan
BentengeKelurahan Bentenge terletak di sebelah utara Kecamatan
Ujung Bulu yangmemiliki luas sebesar 100 Ha atau sama dengan 1 Km,
dan terbagi dalam 3Lingkungan, 9 Rukun Warga (RW), 20 Rukun
Tetangga (RT). Adapun jumlahpenduduk pada tahun 2011 di Kelurahan
Bentenge yakni sebesar 4.780 orang. Jadikepadatan penduduk pada
Kelurahan Bentenge dengan luas 1,00 Km adalah 4.780orang/Km
[1].Adapun batas-batas Kelurahan Bentenge Kecamatan Ujung
BuluKabupaten Bulukumba adalah sebagai berikut :Sebelah Utara :
Kelurahan Loka.Sebelah Timur : Kelurahan Terang-Terang.Sebelah
Selatan : Laut Flores.Sebelah Barat : Kelurahan Kasimpureng. 41.
Tabel 4.9Luasan per RukunWarga (RW) di Kelurahan Bentenge Tahun
2011No Rukun Warga Luas Wilayah (m2) (%) Letak Geografis1 RW 1 91,6
9,16 BP2 RW 2 120,45 12,05 P3 RW 3 160,65 16,07 P4 RW 4 103,41
10,34 BP5 RW 5 111,11 11,11 P6 RW 6 97,88 9,79 P7 RW 7 121,34 12,13
BP8 RW 8 89,70 8,97 BP9 RW 9 103,84 10,38 BPJUMLAH 1000 100 -Sumber
: BPS - Kelurahan Bentenge dalam Angka 2012Catatan : P = Pantai, BP
= Bukan Pantai 42. 2. Kondisi Fisik Alam Kelurahan Bentengea.
Topografi dan Kemiringan LerengKondisi topografi wilayah Kelurahan
Bentenge memiliki dimensi yang sama yakniberada pada daerah pesisir
dengan ketinggian 0-25 meter dari permukaan laut (mdpl)atau
merupakan wilayah dataran rendah. Ditinjau dari tingkat kemiringan
lereng,wilayah tersebut mempunyai kemiringan 0-2% dengan total luas
wilayah adalah 1Km2 atau total keseluruhan wilayah Kelurahan
Bentenge.b. Geologi dan Jenis TanahJenis tanah di kawasan pesisir
dan laut Kelurahan Bentenge didominasi oleh tanahAlluvial Hidromorf
dan juga terdiri dari tanah Mediteran Coklat Kemerahan.Sedangkan
keadaan geologi merupakan gambaran strutur tanah pembentuk
suatudaerah. Adapun penyebaran geologi di Kelurahan Bentenge
terdiri atas BatuanGunung Api Lompobattang yang tersusun atas
breksi, lahar dan tufa dan SatuanEndapan Alluvium Pantai. 43. 3.
Kondisi Demografi (Kependudukan) Kelurahan BentengeTabel
4.10Perkembangan Jumlah Penduduk di Kelurahan Bentenge Kabupaten
BulukumbaTahun 2011No. Tahun Jumlah Penduduk Perkembangan Penduduk
(%)1. 2007 7.61312,932,050,961,482. 2008 8.5983. 2009 8.7744. 2010
8.8585. 2011 4.780Sumber : Profil Kelurahan Bentenge, Tahun 2012
44. 5. Sosial Budaya (Upacara Adat Maccera Binanga)Maccera Binanga
adalah suatu prosesi bdaya yang bersumber dari tradisi
masyarakatpesisir sebagai wujud kesyukuran atas limpahan-limpahan
nikmat hasil laut dari AllahSubhanahu Wa Taala, Sang Penguasa Jagad
Raya.MacceraBinanga adalah simbol kedekatan para nelayan terhadap
fenomena alam danmenjadi sebuah kesepakatan rohani antara
harapan-harapan manusiawi dengan semangatlaut sebagai sumber
penghidupan.Darah yang dialirkan ke laut menggambarkan sikap
pengorbanan yang tulus diiringidoa-doa keselamatan agar para
nelayan senantiasa mendapatkan rezeki dari laut danlautpun dengan
ramah memperlihatkan isi perutnya kepada manusia. Maccera yang
berartimengalirkan darah. Sedangkan Binanga artinya muara sungai.
Mengalirkan darah di muarasungai, ditafsirkan oleh para leluhur
sebagai perilaku terpuji dalam konteks menghormatialam, khususnya
makhluk ghaib, penghuni wilayah pertemuan antara sungai dan laut,
ataupenunggu muara. 45. Gambar Prosesi Upacara Adat Maccera Binanga
pada Tahun 2009 46. BAB VANALISIS DANPEMBAHASAN 47. Tabel
5.1Perkembangan Pelaksanaan Upacara Adat Maccera Binanga
diKelurahan Bentenge Kabupaten BulukumbaNo. Tahun Waktu Pelaksanaan
Ket.1 2007 7 Oktober 2007 Terlaksana2 2008 6 Juli 2008 Terlaksana3
2009 6 September 2009 Terlaksana4 2010 - Tidak Terlaksana5 2011 -
Tidak TerlakasanaSumber: Dewan Kesenian Daerah Bulukumba, &
Survey Lapangan, 2013. 48. Tabel 5.2Perkembangan Mata Pencaharian
PendudukKelurahan Bentenge Tahun 2009-2011Sumber: Profil Kelurahan
Bentenge, Tahun 2012No. Mata Pencharian Penduduk Tahun 2009 Mata
Pencharian Penduduk Tahun 2011 PersentasePerkembangan (%)Jenis Mata
Pencaharian Jumlah Penduduk(jiwa)Jenis Mata Pencaharian
JumlahPenduduk(jiwa)1. Buruh / Swasta 96 Buruh / Swasta 102 0,562.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 103 Pegawai Negeri Sipil(PNS)127 2,273.
Pengrajin 11 Pengrajin 13 0,184. Pedagang 187 Pedagang 394 1,235.
Penjahit 18 Penjahit 20 0,186. Tukang Batu 26 Tukang Batu 27 0,097.
Tukang Kayu 12 Tukang Kayu 12 08. Perikanan/Nelayan 401 Nelayan 202
0,099. Montir 21 Montir 23 0,1810. Dokter 1 Dokter 1 011. Sopir 15
Sopir 15 012. Pengemudi Becak 25 Pengemudi Becak 24 -0,9513. TNI /
POLRI 62 TNI / POLRI 62 014. Pengusaha 32 Pengusaha 32 0Jumlah
1.042 Jumlah 1.054 3,83 49. No. Pemanfaatan Lahan Tahun
2009-2011Luas Lahan(Ha)(%) Periode Tahun 2007-2009Luas
Lahan(Ha)(%)LajuPerkembangan(%)1 Permukiman 58,36 58,36Permukiman,
Tambak &Lahan Kosong54,97 54,97 3,392 Perdagangan dan Jasa 3,83
3,83 Permukiman dan Tambak 3,76 3,76 0,073 Perkantoran 4,19 4,19
Perkantoran & RTH 4,12 4,12 0,074 RTH/Taman Kota 9,11 9,11 RTH
& Delta 10,8 10,8 1,795 Fasilitas Peribadatan 0,22 0,22
Fasilitas Peribadatan 0,22 0,22 -6 Fasilitas Kesehatan 0,13 0,13
Fasilitas Kesehatan 0,13 0,13 -7 Fasilitas Pendidikan 1,47 1,47
Lahan Kosong 2,72 2,72 1,288 Tambak 2,32 2,32 Tambak 2,32 2,32 -9
Delta 8,48 8,48 Delta 8,9 8,9 0,4210Pusat Pelelangan Ikan &
TempatPendaratan Ikan0,79 0,79 Delta 1,44 1,44 0,65Jumlah 100
100Jumlah100 100 7,67Tabel 5.3Laju Perkembangan Pemanfaatan LahanDi
Kelurahan Bentenge Kabupaten BulukumbaSumber : Hasil Survey
Lapangan dan Kantor Kelurahan Bentenge Kab. Bulukumba 50. Tabel
5.4Penilaian Responden Tentang Perubahan Pemanfaatan Lahan di
Kelurahan Bentenge(Hasil Kuesioner Tahun 2013)F % F % F % F % F
%Sangat Berpengaruh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Berpengaruh 24 60 15 75 16
80 12 60 67 67Kurang Berpengaruh 12 30 5 25 4 20 4 20 25 25Tidak
Berpengaruh 4 10 0 0 0 0 4 20 8 8Sangat Tidak Berpengaruh 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0Jumlah 40 100 20 100 20 100 20 100 100 100Keterangan:1.
Warga Masyarakat2. Pemilik/PenyewaBangunan Komersial3.
WargaPerumahan4. PemerintahJumlahPenilaian RespondenIdentitas
Responden1 2 3 4Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2013 51. Tabel
5.5Penilaian Responden Tentang Perbedaan Tingkat Pendapatan
Terhadap PerubahanPemanfaatan Ruang di Kelurahan Bentenge (Hasil
Kuesioner Tahun 2013)F % F % F % F % F %Sangat Berpengaruh 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0Berpengaruh 21 52.5 17 85 15 75 14 70 67 67Kurang
Berpengaruh 10 25 2 10 4 20 5 25 21 21Tidak Berpengaruh 9 22.5 1 5
1 5 1 5 12 12Sangat Tidak Berpengaruh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Jumlah 40
100 20 100 20 100 20 100 100 100Keterangan:1. Warga Masyarakat2.
Pemilik/PenyewaBangunan Komersial3. WargaPerumahan4.
PemerintahJumlahPenilaian RespondenIdentitas Responden1 2 3
4Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2013 52. Tabel 5.6Penilaian
Responden Tentang Perbedaan Profesi/Mata Pencaharian
TerhadapPerubahan Pemanfaatan Ruang di Kelurahan Bentenge (Hasil
Kuesioner Tahun 2013)F % F % F % F % F %Sangat Berpengaruh 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0Berpengaruh 19 47.5 13 65 8 40 9 45 49 49Kurang
Berpengaruh 12 30 3 15 10 50 5 25 30 30Tidak Berpengaruh 9 22.5 4
20 2 10 6 30 21 21Sangat Tidak Berpengaruh 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0Jumlah 40 100 20 100 20 100 20 100 100 100Keterangan:1. Warga
Masyarakat2. Pemilik/PenyewaBangunan Komersial3. WargaPerumahan4.
PemerintahJumlahPenilaian RespondenIdentitas Responden1 2 3
4Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2013 53. No.Tabel
5.7Rekapitulasi Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perubahan
PenggunaanRuang di Kelurahan Bentenge (Hasil Analisis,
2013)Faktor-Faktor YangMempengaruhi PerubahanPemanfaatan Ruang
TerhadapPelaksanaan Upacara AdatMaccera BinangaIndikatorNilai
hasilCrosstab (%)Standar NilaiPengaruhNilai Bobot Kesimpulan1.
Faktor Fisik Spasial Kota- Terjadi perubahanpemanfaatan lahan-
Berkembangnyabangunan-bangunankomersil676766.67-10066,67-10044BerpengaruhBerpengaruh2.Faktor
Tingkat KesejahteraanMasyarakat Kota- Perbedaan TingkatPendapatan-
Perbedaan Profesi/MataPencaharian674966.67-10066.67-100
33BerpengaruhKurang BerpengaruhSumber : Hasil Analisis 2013 54. BAB
VIPENUTUP 55. KesimpulanDari hasil analisis dan pembahasan untuk
menjawab tujuan dari penelian ini maka dapat ditarikkesimpulan
sebagai berikut:Dari hasil penelitian dan penilaian responden yang
dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwaperubahan
pemanfaatan ruang di pesisir Kelurahan Bentenge mempengaruhi
pelaksanaan upacara adatMaccera Binanga. Hal ini dikarenakan tempat
pelaksanaan upacara adat Maccera Binanga telah beralihfungsi
menjadi kawasan perdagangan dan jasa, yang idealnya dilarang
pembangunan didalamnya.Dari hasil penilaian responden yang
dilakukan maka dapat diketahui bahwa faktor yang berpengaruhyang
menyebabkan sehingga upacara adat Maccera Binanga tidak
dilaksanakan lagi di KelurahanBentenge adalah terjadinya perubahan
pemanfaatan lahan dan berkembangnya bangunan-bangunankomersial di
wilayah penelitian.SaranBerdasarkan hasil analisis dan pembahasan
serta kesimpulan, maka penelitian ini merekomendasikanbeberapa hal
sebagai saran dalam rangka pengendalian kriminalitas di perkotaan
khususnya di wilayahpenelitian kami, yaitu:Dalam aspek penataan
ruang agar kiranya pemerintah lebih konsisten dalam pemanfaatan
ruang kotadengan tetap memperhatikan kearifan lokal (local wisdom)
yang berada di Kelurahan Bentenge sehinggamampu memberikan dampak
positif pada masyarakat local di Kelurahan Bentenge. Agar Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bulukumba dapat direvisi, untuk
sekiranyakawasan pesisir Kelurahan Bentenge dimasukkan pada RTRW
dan dijadikan Kawasan Heritage(Budaya).Perlunya partisipasi
masyarakat yang berada di sekitar daerah-daerah pembangunan untuk
diajak opendiscussion sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan dikarenakan kurangnya komunikasipemerintah-masyarakat
lokal. 56. SEKIANTERIMA KASIH.