1 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REFLEKTIF MAHASISWA S1-PGSD PADA MATAKULIAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Ingridwati Kurnia / Dosen PGSD Unika Atma Jaya Jakarta) ======================================================== A. PENDAHULUAN Dinamika kehidupan masyarakat di era globalisasi abad 21 menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional, serta memiliki kompetensi di pelbagai bidang kehidupan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (Sisdiknas, 2003). Dengan demikian, pendidikan yang bermutu diharapkan dapat mempersiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang dituntut masyarakat pada abad 21. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan, adanya tuntutan terhadap mutu pendidikan SD yang sampai saat ini masih memprihatinkan; isu permasalahan mutu guru SD berkenaan dengan motivasi, kualifikasi pendidikan, dan kompetensi; mutu LPTK baik dari aspek masukan, proses maupun produk lulusannya. Peraturan pemerintah no.19 tahun 2005 memsyaratkan kualifikasi akademis pendidikan guru SD minimum D-4 atau S-1, dan memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Berdasarkan itu, maka program S1-PGSD sebagai LPTK yang berkewajiban mempersiapkan guru SD, perlu mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran yang dapat membekali mahasiswanya dengan kemampuan-kemampuan agar dapat melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional di SD. Pengembangan model pembelajaran pada pendidikan guru didasari oleh kecenderungan penelitian pendidikan guru (Pintrich, P.R, 1990). yang berupaya mempertemukan model mengajar guru dengan model belajar siswa (social-cognitive perspectives), menekankan guru sebagai pelajar dan peneliti (teacher as learner and reseacher). Kemampuan reflektif diasumsikan dapat membekali mahasiswa program S1- PGSD dalam melaksanakan tugas mengajar di SD dengan segala tuntutan dan perubahannya. Asumsi ini didasarkan pada pandangan Ginsberg & Cliff dalam tulisannya di Handbook of Research on Teacher Education (1990:454-455), Dunkin, MJ
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REFLEKTIF MAHASISWA S1-PGSD PADA MATAKULIAH
PROSES PEMBELAJARAN 1. Tahap Reflektiff Teknikal 2. Tahap Reflektif Kontekstual 3. Tahap Reflektif Kritikal
Raw Input Mahasiswa S1-PGSD -
Enviromental Input Tuntutan masy dan perkembangan Ipteks abac 21 -
14
15
2. Perencanaan dan Pengembangan Model Pembelajaran
Perencanaan dan pengembangan model pembelajaran melalui ujicoba
terbatas dilakukan di program S1-PGSD Cibiru. Setelah mendapat ijin, mempelajari
silabus dan sumber pustaka matakuliah PTK, mendiskusikan dengan dosen pengampu
matakuliah tersebut, menyusun jadwal dan rencana pembelajaran. Ujicoba terbatas
dilakukan melalui empat putaran pembelajaran. Hasilnya dirangkum sebagai berikut.
- Pentingnya menciptakan interaksi dan suasana kondusif dalam pembelajaran
- Prosedur pembelajaran: 3 jadi 5 tahap (ditambah tahap persiapan dan pemantapan)
- Metode: mahasiswa diberi kesempatan refleksi diri dan berbagi pengalaman
- Rata-rata hasil belajar tiap putaran tidak selalu meningkat, tapi gain cenderung
meningkat (8,04→7,50 →8,21→10,72)
- Peningkatan kemampuan berpikir reflektif (z=3.819>1.64 & 0.00<0.05), sikap
reflektif (z = 3.824>1.64 & 0.00<0.05)
- Revisi dan penyempurnaan instrumen kemampuan reflektif
- Model Hipotetik Pembelajaran (terlampir pada rangkuman model pembelajaran)
Perencanaan dan pengembangan model pembelajaran melalui ujicoba lebih luas
yang dilakukan di S1-PGSD Tasikmalaya dan S1-PGSD Atma Jaya Jakarta. Ujicoba
lebih luas bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran yang
dikembangkan apabila diimplementasikan di tempat lain dengan kondisi yang
berbeda, dan mendapat masukan untuk penyempuranaan model sehingga siap
divalidasi melalui eksperimentasi. Temuan hasil ujicoba lebih luas melalui 4 putaran
pembelajaran dirangkum sebagai berikut.
- Secara prinsip, desain model tidak mengalami perubahan.
- Lembar evaluasi desain (SAP) sudah tidak digunakan, lembar observasi sebagai
panduan mendeskripsikan implementasi.
- Penting menggali dan memanfaatkan pengalaman mahasiswa
- Pada kelas kecil (11-16 mhs) pembelajaran lebih efektif,
- Dapat diterapkan pada pembelajaran reguler ataupun paket
- Instrumen kemampuan berfikir dan sikap reflektif disempurnakan, dan pengukuran
hasil belajar dan kemampuan reflektif menunjukkan peningkatan yang berarti.
- Model pembelajaran siap validasi (terlampir pada rangkuman pengembangan
model pembelajaran_
16
3. Validasi Model Pembelajaran
Validasi model pembelajaran dilakukan melalui eksperimen di S1-PGSD UPI
kampus Purwakarta, Serang, Tasikmalaya, dan Universitas Negeri Jakarta. Pada
kelompok eksperimen, implementasi model pembelajaran siap validasi melalui tiga
putaran pembelajaran. Putaran 1 penekanan pada tahap reflektif teknikal; Putaran 2,
tahap reflektif kontekstual; Putaran 3 tahap reflektif kritikal. Hasil validasi
membuktikan ada peningkatan gain hasil belajar, dan perbedaan yang signifikan
(lebih besar pada kelompok eksperimen dibandingkan kelompok control
(melaksanakan pembelajaran seperti biasa).
Nilai rata-rata hasil belajar dan pengukuran kemampuan reflektif mahasiswa
S1-PGSD kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada mata kuliah Penelitian
Tindakan Kelas, disajikan dalam bentuk tabel berikut ini.
Tabel 2. Nilai rata-rata hasil belajar mahasiswa S1-PGSD kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
Kel. Eksperimen Kel. Kontrol S1-PGSD
Ptr. Pre Pos Gain Pre Pos Gain
Purwakarta 1 2 3 Jml Rata2
65,48 61,67 52,14 179,29 59,76
69,76 68.10 68,10
205,96 68,65
4,28 6,43 15,96 26,67 8,89
62,80 55,80 58,40
170,00 59,00
60,60 60,60 62,40
183,60 61,20
-2,20 4,80 4,00 6,60 2,20
Serang 1 2 3 Jml. Rata2
64,81 59,44 52,22
176,47 58,82
70,93 68,33 69,63
208,89 69,63
6,12 8,89 17,41 32,42 10,81
67,27 62,05 58,64
187,96 62,65
70,45 67,05 62,50
200,00 66,67
3,18 5,00 3,86 12,04 4,02
Tasikmalaya 1 2 3 Jml. Rata2
71,67 63,33 60,83
195,83 65,28
75,00 70,05 71,83
216,88 72,29
3,33 6,72 11,00 21,00 7,02
65,77 60,38 56,35
182,50 60,83
69,81 62,69 62,12
194,62 64,87
4,04 2,31 5,77 12,12 4,04
U.N..Jakarta 1 2 3 Jml. Rata2
57,50 62,81 59,06
179,37 59,79
65,94 69,69 69,06
204,69 68,23
8,44 6,88 10,00 25,32 8,44
64,00 61,50 63,00 188,50 62,83
67,00 67,50 69,50
204,00 68,00
3,00 6,00 6,50 15,50 5,17
Jumlah seluruhnya Jumlah rata-rata Rata-rata
730,96 243,65 60,88
836,42 278,80 69,70
105,46 35,16 8,79
735,96 245,31 61,33
782,22 260,74 65,19
46,26 15,43 3,86
17
Tabel 3. Hasil pengukuran kemampuan reflektif (berpikir dan sikap reflektif) mahasiswa program S1-PGSD kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Kel, Eksperimen Kel. Kontrol S1-PGSD
Wilcoxon Signed Ranks Test Berpikir Sikap Berpikir Sikap Ranks: Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
0 18 3 21
3 15 3 21
6 12 7 25
14 10 1 25
Purwakarta
Z Asymp.Sig.
-3.751 0.000
-3.378 0.001
-0.995 0.320
-0.286 0.775
Ranks: Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
0 25 2 27
3 23 1 27
5 12 5 22
10 10 2 22
Serang
Z Asymp.Sig.
-4.387 0.000
-3.969 0.000
-2.416 0.016
-0.168 0.866
Ranks: Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
0 26 4 30
6 20 4 30
0 23 3 26
8 17 1 26
Tasikmalaya
Z Asymp.Sig.
-4.502 0.000
-3.653 0.000
-4.285 0.000
-2.440 0.015
Ranks: Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
0 16 0 16
3 10 3 16
0 9 1 10
2 7 1 10
Unv.Neg.Jakarta
Z Asymp.Sig.
-3.551 0.000
-1.262 0.207
-2.724 0.006
-1.602 0.109
Ranks: Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
0 85 9 94
15 68 11 94
11 56 16 83
34 44 5 83
Keseluruhan
Z Asymp.Sig.
-8.053 0.000
-6.437 0.000
-5.029 0.000
-2.109 0.035
18
19
MATERI - Konsep dasar & penyu sunan proposal PTK - Pengalaman mgj mhs
EVALUASI - Proses pembelajaran - Hasil belajar &kemam
puan reflektif
PROSEDUR
1. Tahap Persiapan - Menciptakan hubungan baik agar mahasiswa berani dan mau meng ungkap-
kan pendapat dan pengalaman mengajar di SD - Menjelaskan tujuan, materi, kegiatan, appesepsi, bahas tugas sebelumnya.
TUJUAN Meningkatkan kemampuan
reflektif nahasiswa
2. Tahap Reflektif Teknikal - Menggunakan berbagai teknik (metode/media/contoh) agar mahasiswa
memahami konsep dasar PTK dan penyusunan proposal PTK.
3. Tahap Reflektif Kontekstual - Mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman mhs - Sharing dan diskusi pengalaman/permasalahan mengajar di SD - Refleksi diri dan mengemukakan masalah yang akan diteliti
4. Tahap Reflektif Kritikal - Diskusi pertanyaan/permasalahan, alternatif penyebab dan solusi - Menganalisis kelaikan tindakan, menetapkan kriteria dan indikator
5. Tahap Pemantapan - Merangkum materi yang dipelajari, refleksi diri mengambil manfaat/hikmah - Mengerjakan tugas/soal evaluasi dengan tanggung jawab dan kesungguhan - Motivasi melakukan refleksi pembelajaran (reflective in/on/for teaching)
Gambar 3. Desain Akhir Model Pembelajaran
20
MODEL AKHIR PEMBELAJARAN
Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas Desain Pembelajaran 1. Tujuan: meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa S1-PGSD 2. Materi: sesuai dengan pokok-pokok materi pada silabus (konsep
dasar/teori PTK dan penyusunan proposal PTK), pengalaman mahasiswa mengajar di SD. Sumber: buku PTK, pedoman proposal PTK/skripsi, pustaka relevan dengan masalah, dan pengalaman mahasiswa mengajar di SD.
3. Prosedur pembelajaran: tahap persiapan, reflektif teknikal, reflek-tif kontekstual, reflektif kritikal, dan pemantapan.
4. Evaluasi: evaluasi proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar, serta pengukuran kemampuan berpikir dan sikap reflektif.
Implementasi Pembelajaran 1. Tahap persiapan: menciptakan hubungan baik agar mahasiswa berani
mengemukakan pendapat/pengalaman, menjelaskan tujuan dan pokok materi, apersepsi, berkaitan dengan pengalamanan mahasiswa, bahas tugas sebelumnya.
2. Tahap reflektif teknikal: menggunakan bebagai teknik (metode/media/contoh) agar mahasiswa memahami konsep materi yang dipelajari.
3. Tahap reflektif kontekstual: mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengalaman mahasiswa, sharing dan diskusi pengalaman/ permasalahan mengajar di SD, dan melalui refleksi diri setiap ma-hasiswa mengemukakan masalah yang akan diteliti dengan PTK
4. Tahap reflektif kritikal: mendiskusikan pertanyaan/permasalahan, alternatif penyebab dan solusi, serta menganalisis kelaikan tindakan, dan menetapkan kriteria dan indikator.
5. Tahap pemantapan: merangkum materi yang dipelajari, melakukan refleksi diri mengambil manfaat/hikmah, bertanggungjawab dan sungguh-sungguh mengerjakan tugas atau pertanyaan/soal evaluasi, termotivasi untuk senantiasa belajar dan melakukan refleksi mengajar di SD (refletive in/on/for teaching).
Evaluasi dan Tindak Lanjut Pembelajaran 1. Evaluasi: proses pembelajaran dan hasil belajar, serta pengukuran
kemampuan berpikir dan sikap reflektif. 2. Tindak lanjut pembelajaran: untuk perbaikan pembelajaran
selanjutnya..
Gambar 4. Model Akhir Pembelajaran
21
22
Pembahasan pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan reflektif mahasiswa program S1-PGSD pada mata kuliah Penelitian
Tindakan Kelas merupakan pembahasan hasil temuan penelitian dibandingkan dengan
kajian teori yang relevan. Pembahasan berkenaan dengan: (1) hakekat model
pembelajaran; (2) model pembelajaran (desain-implementasi-evaluasi); serta (3)
faktor pendukung dan penghambat pengembangan model pembelajaran.
1. Hakekat Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang dikembangkan merupakan suatu strategi atau desain
yang didasarkan pada teori dan penelitian, terdiri dari beberapa komponen yang
berinterfungsi sehingga dapat digunakan sebagai pedoman berkenaan dengan proses
kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu meningkatkan kemampuan
reflektif mahasiswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Oliva (1992:413), Reigelluth
(1983:20), dan Sukmadinata (2004:243). Model pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan reflektif, dilandasi filosofis konstruktivisme dan psikologi kognitif.
Termasuk kelompok model pemrosesan informasi (Joyce & Weil, 1986); pendekatan
kompetensi, kontekstual dan berbasis pengalaman, mencari dan bermakna
(Sukmadinata, 2004); model pendidikan guru berbasis pengalaman/lapangan
(Hamalik, 2002).
Meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa yang menjadi tujuan
pengembangan model ini, berdasarkan SKGK SD/MI lulusan S1-PGSD (Depdik-nas,
2005) termasuk kompetensi pedagogik (kemampuan menilai proses dan hasil
pembelajaran), kompetensi kepribadian (kemampuan menilai kenerja sendiri dengan
mengkaji strategi berfikir reflektif dalam memecahkan masalah yang dihadapi), dan
kompetensi profesional (mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran melalui
penelitian tindakan kelas).
Pengembangan model pembelajaran dilakukan melalui tahap studi
pendahuluan, perencanaan dan pengembangan, serta validasi model pembelajaran
didasarkan pada pembelajaran sebagai sistem yang terdiri dari input-proses-output,
berkenaan dengan desain, implementasi dan evaluasi serta tindak lanjut pembelajaran.
Desain terdiri atas: tujuan, materi atau pokok bahasan serta sumber belajar, prosedur
pembelajaran (tahap persiapan, tahap reflektif teknikal-kontekstual-kritikal, dan tahap
pemantapan), dan evaluasi pembelajaran serta tindak lanjutnya.
23
2. Model Pembelajaran
a. Desain Pembelajaran
Konsep pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
reflektif ini didasarkan pada konsep teoretis mengenai komponen pendidikan sebagai
sistem (input–proses–output) yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2003:9); sistem
pembelajaran (Abdulhak, 2000:23), dan variabel pengajaran di kelas (Dunklin &
Biddle,1974:38). Dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada, yaitu dengan
memperhatikan karakteristik mahasiswa (lulusan D-2, dewasa, guru SD, punya
pengalaman mengajar), tuntutan masyarakat dan perkembangan ipteks abad 21 (guru
harus profesional dan kompeten), serta masukan instrumental (strategi kebijakan
pendidikan guru SD dan pembelajaran, program dan kurikulum pendidikan guru,
sarana dan fasilitas pembelajaran, penilaian pembelajaran, serta personil khususnya
kemampuan dosen).
Peningkatan kemampuan reflektif mahasiswa yang menjadi tujuan
pengembangan model ini sesuai dengan SKGK SD/MI lulusan S1-PGSD (Depdiknas,
2005) termasuk kompetensi pedagogik (kemampuan menilai proses dan hasil
pembelajaran), kompetensi kepribadian (kemampuan menilai kenerja sendiri dengan
mengkaji strategi berpikir reflektif dalam memecahkan masalah yang dihadapi), dan
kompetensi profesional (mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran melalui
penelitian tindakan kelas). Instrumen pengukuran kemampuan berpikir dan sikap
reflektif dikembangkan dari konsep reflective thinking (Dewey, 1993). Prosedur
pembelajaran dikembangkan berdasar-kan tiga tingkat reflektif dalam critical
reflection (Zeichner dan Liston, 1996).
Desain model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif, terdiri
dari: tujuan, materi dan sumber, prosedur, dan evaluasi pembelajaran (Tyler, 1949).
Apabila dibandingkan dengan model pembelajaran reflektif (Poblete, 1999), maka
model pembelajaran yang dikembangkan merupakan proses inkuiri dalam mengatasi
masalah pembel-ajaran mahasiswa sebagai guru SD; tidak hanya mengembangkan
kemampuan berpikir reflektif, tetapi juga mengembangkan sikap reflektif mahasiswa
(openmindedness, responsibility, wholeheartedness); prosedur pembelajaran terdiri
dari tahap persiapan, reflektif teknikal, reflektif kontekstual, reflektif kritikal, dan
pemantapan.
24
b. Implementasi Pembelajaran
Implementasi pembelajaran merupakan penerapan desain dalam pelaksanaan
proses pembelajaran, difokuskan pada prosedur pembelajaran yang terdiri dari tahap
reflektif teknikal, kontekstual, dan kritikal sesuai dengan tingkatan reflektif yang
dikemukakan Zeichner dan Liston (1996). Pada tahap reflektif teknikal, refleksi
dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik/cara agar mahasiswa memahami
materi yang dipelajari. Pada tahap reflektif kontekstual, refleksi dilakukan dengan
menemukan keterkaitan antara situasi problematik dengan tindakan yang dilakukan.
Pada tahap relfektif kritikal, refleksi dilakukan berdasarkan pertimbangan kritis dan
etis berkenaan dengan materi/permasalahan yang dipelajari..
Ketika diimplementasikan, ditemukan beberapa hal yang mengakibatkan
desain pembelajaran yang telah direncanakan semula mengalami revisi dan
penyempurnaan, diantaranya:
- Pentingnya menciptakan interaksi personal yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Raths (1986) mengenai pembelajaran berpikir (teaching for thinking) bahwa salah
satu tugas guru adalah menciptakan iklim kondusif untuk berpikir, sehingga
mahasiswa menjadi aktif dan berani bertanya/berdiskusi berkenaan dengan materi
yang dipelajarinya.
- Pentingnya upaya menggali dan memanfaatkan pengalaman mengajar mahasiswa
karena membuat pembelajaran menjadi relevan dan bermakna sehingga dapat
mengajar lebih baik/bermutu. Pengalaman sebagai dasar pembelajaran hanya
bermakna kalau dilakukan refleksi sehingga orang dapat belajar dari pengalamannya
(Stones, 1994); belajar melalui pengalaman banyak terjadi dalam pembelajaran orang
dewasa (Kolb, 1984); sesuai dengan pendekatan model pembelajaran yang banyak
digunakan yaitu discovery and meaningful learning, contextual teaching and
- Kemampuan reflektif tidak hanya dapat dikembangkan pada ketiga tahap reflektif
saja, tetapi juga pada tahap persiapan (interaksi kondusif, apersepsi) dan tahap
pemantapan (refleksi diri, motivasi untuk mengerjakan tugas/soal evaluasi). Hal ini
dikarenakan pada hakekatnya belajar merupakan refleksi pengalaman yang
berkembang lebih baik (Dewey, 1933); dan semua kegiatan mengajar/pembelajaran
adalah praktek reflektif (Ginsburg & Cliff, 1990).
25
- Materi pembelajaran selain berpedoman pada silabus mata kuliah Penelitian Tindakan
Kelas, juga digali dari pengalaman mahasiswa mengajar di SD.
- Metode pembelajaran, tidak harus bentuk atau metode pembel-ajaran reflektif (Hall,
1996), tetapi metode mengajar biasa dapat digunakan asal mahasiswa diberi
kesempatan untuk melakukan self and shared analysis/ reflection
- Pembelajaran lebih efektif pada kelas yang jumlah mahasiswanya sedikit (<20 orang)
daripada kelas besar, karena setiap mahasiswa mempunyai kesempatan lebih banyak
dalam berpartisipasi aktif dalam belajar. Hal ini sesuai dengan prinsip individualitas
dan aktivitas serta Student Centered Learning di PT (Depdiknas, Dirjen Dikti, 2005).
c. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi proses pembelajaran dilakukan melalui observasi, kemudian
didiskusikan secara kolaboratif, hasilnya dideskripsi-kan secara kualitatif dan
digunakan sebagai masukan dan tindak lanjut bagi pembelajaran berikutnya. Hal ini
sesuai dengan langkah ke 4-7 penelitian pengembangan (Borg and Gall, 1993) yaitu
preliminary field testing, main product revision, main field testing, dan operational
product revision yang bertujuan mengoptimalkan model pembelajaran yang
dikembangkan.
Evaluasi hasil belajar berkenaan dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang
ditetapkan pada setiap putaran pembel-ajaran, diberikan dalam bentuk menjawab
pertanyaan atau tugas yang relevan. Hasilnya ternyata nilai rata-rata ujicoba (putaran
1-4 dan 5-8), maupun validasi (putaran 1-3) berfluktuasi, karena tingkat kesukaran
materi setiap pokok bahasan yang dipelajari tidak sama, namun bila dicermati
ternyata gain antara pre dan pos tes tiap putaran cenderung meningkat, berarti
pembelajaran yang dikembangkan cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar
mahasiswa.
Pengukuran kemampuan berpikir maupun sikap reflektif menggunakan tes esei
dan skala sikap reflektif dari konsep reflective thinking (Dewey, 1933),
dikembangkan melalui uji coba instrumen (dua kali), dan diantaranya dilakukan
validasi ahli untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas instrumen. Kegiatan ini
sesuai dengan prosedur penyusunan instrumen penelitian (Arikunto,1993). Kemudian
dianalisis dengan statistik non-parametrik (Wilcoxon Signed Ranks Test dan Mann-
Whitney Test), hasilnya menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Hal ini
26
berarti terdapat perbedaan yang bermakna setelah menggunakan model
pembelajaran..
3. Faktor Pendukung – Penghambat
a. Karakteristik mata kuliah PTK (Depdikbud, 1996) yang tujuan dan materinya
sejalan dengan kemampuan reflektif yang akan ditingkatkan melalui pengembangan
model pembelajaran, tetapi menjadi faktor penghambat kalau tidak cermat karena
ada unsur penelitian (materi mata kuliah PTK) di dalam penelitian. (penelitian dan
pengembangan).
b. Lokasi dan subjek penelitian yang tersebar di beberapa tempat/kota. Walaupun
peneliti mendapatkan wawasan yang lebih luas, tetapi cukup merepotkan dan
melelahkan karena tidak dapat melakukan observasi pembelajaran secara optimal.
c. Dosen pengampu mata kuliah PTK hampir semuanya ketua program S1-PGSD,
sehingga perubahan perencanaan dan implementasi model pembelajaran dapat lebih
mudah, tetapi menjadi faktor penghambat karena tidak mempunyai cukup wakt
membuat desain (SAP) secara rinci dan tertulis, memberi-kan laporan observasi
implementasi pembelajaran, dan melakukan koreksi hasil belajar dan tes esei
berpikir reflektif.
Dosen telah berpengalaman melakukan dan membimbing mahasiswa menyusun
skripsi dengan PTK. Hal ini sangat membantu peneliti maupun mahasiswa dalam
mengimplemen-tasikan model pembelajaran yang dilakukan secara siklikal dan
kolaboratif, akan tetapi ada beberapa dosen yang memiliki persepsi dan cara serta
gaya mengajar yang kadang agak sedikit sulit menerapkan secara konsisten tahapan
model pembelajaran yang direncanakan.
Dosen mata kuliah PTK mengajar dalam bentuk team teaching, sehingga proses
diskusi secara kolaborasi mendapat lebih banyak masukkan dan pandangan, tetapi
tim dosen kadang sulit untuk bertemu/berdiskusi secara lengkap, sehingga masukkan
dilakukan secara individual kemudian dirangkum oleh peneliti dalam penyusunan
desain/SAP putaran selanjut-nya, dan didiskusikan secara singkat sebelum
implementasi putaran pembelajaran selanjutnya.
d. Mahasiswa program S1-PGSD berasal dari lulusan program D2-PGSD, bekerja
sebagai guru SD, dan sebagian sudah berkeluarga. Kondisi mahasiswa ini dapat
menjadi faktor pendukung karena mahasiswa memiliki pengalaman mengajar
27
sebagai guru SD sehingga dalam implementasi pembelajaran mahasiswa lebih aktif
terlibat, didasarkan kontekstual peng-alaman mengajar yang nyata, dan mendapat
manfaat mempelajari PTK, tetapi menjadi penghambat karena keku-rangan waktu
untuk belajar dan mengerjakan tugas.
Jumlah mahasiswa yang melanjutkan dari program D2 ke S1-PGSD tidak terlalu
banyak dan tidak mendapat bantuan biaya studi, sehingga raw material mahasiswa
S1-PGSD lebih mampu secara akademis dan termotivasi untuk meningkatkan
dirinya. Namun menjadi penghambat karena mereka lebih dibekali dengan
keterampilan praktis mengajar bukan pada pembekalan konsep teori seperti
mahasiswa jalur akademik S1 sehingga mengalami keterbatasan ketika melakukan
kajian teoretis atas masalah yang diteliti.
e. Sarana prasarana, walaupun di beberapa program S1-PGSD sudah memiliki
perpustakaan, laboratorium MIPA, komputer namun dalam kenyataannya koleksi
buku perpustakaan sudah banyak yang kadulawarsa dan tidak mencukupi, mahasiswa
juhs kekurangan waktu dan biaya memanfaatkan fasilitas belajar tersebut.
f. Evaluasi pembelajaran meliputi evaluasi proses pembelajaran, hasil belajar, dan
pengukuran kemampuan reflektif.
Evaluasi proses pembelajaran tidak dapat dilakukan peneliti secara optimal karena
lokasi penelitian yang cukup berjauhan dan waktu pelaksanaannya pun hampir
bersamaan. Namun dengan bantuan dan kerjasama dari ketua program studi maupun
tim dosen PTK, observasi proses pembelajaran dapat terlaksana dan dijadikan
masukan pembelajaran selanjutnya.
Evaluasi hasil belajar dalam bentuk pertanyaan ataupun tugas yang relevan dengan
tujuan dan pokok bahasan setiap putaran disusun oleh bersama, hasilnya dijadikan
masukkan bagi perbaikan putaran pembelajaran selanjutnya.
Pengukuran kemampuan reflektif mengalami hambatan saat menjawab dan
mengumpulkan hasil tes esei berpikir reflektif (tidak semua mahasiswa mengerjakan
tugas dan mengumpul-kan tepat waktu). Demikian juga ketika koreksi, walau sudah
ada kriteria, tapi dosen mata kuliah sebagai korektor kedua kadang mempunyai
persepsi berbeda, dan tidak cukup waktu untuk melaksanakan inter-rater reliability.
Pengumpulan dan analisis data hasil skala sikap reflektif tidak terlalu banyak kendala
karena dikerjakan di kelas dan langsung dikumpulkan, kemudian diolah/dianalisis
dengan bantuan program SPSS.
28
E. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
a.Rangkuman temuan hasil penelitian, berkenaan dengan permasalahan dan
pertanyaan penelitian yaitu mengenai kondisi pembelajaran program S1-PGSD,
model desain pembelajaran, implementasi model pembelajaran pada mata kuliah PTK,
dan dampak model pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar dan kemampuan
reflektif mahasiswa. (Catatan: telah disajikan pada bagian D. Hasil Penelitian).
b.Karakteristik, keunggulan dan keterbatasan model pembelajaran
Karakteristik model pembelajaran:
- Model pembelajaran dikembangkan melalui tiga langkah penelitian dan
pengembangan (studi pendahuluan, perencanaan dan pengembangan, validasi) pada
matakuliah Penelitian Tindakan Kelas; didasarkan pada pendekatan pembelajaran
sebagai sistem (input–proses-output) yang terdiri dari beberpa komponen yang
berinterfungsi untuk mencapai tujuan; berkenaan dengan desain–implementasi-
evaluasi dan tindak lanjut secara siklikal melalui 3-4 putaran pembelajaran.
- Model desain pembelajaran terdiri dari: tujuan pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan reflektif mahasiswa yaitu mampu memahami konsep materi (reflektif
teknikal), mengaitkannya dalam konteks pengalaman mengajar mahasiswa (reflektif
kontekstual), dan menganalisis secara kritis materi dan permasalahan yang dipelajari
pada pokok bahasan PTK (reflektif kritikal); materi sesuai dengan pokok materi pada
silabus dan pengalaman mengajar mahasiswa di SD; prosedur pembelajaran terdiri
dari tahap persiapan, reflektif teknikal, reflektif kontekstual, reflektif kritikal, dan
pemantapan; serta evaluasi. proses pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif
dengan mitra peneliti, hasil belajar mahasiswa menguasai materi yang dipelajari setiap
pertemuan, serta pengukuran kemampuan reflektif melalui tes kemampuan berfikir
reflektif dan skala sikap reflektif yang diberikan pada awal dan akhir (pre dan test).
- Implementasi model pembelajaran dilakukan secara siklikal melalui beberapa
putaran pembelajaran, difokuskan pada prosedur pembelajaran yang terdiri dari: (1)
tahap pesiapan: menciptakan hubungan yang baik sehingga mahasiswa berani
mengemukakan pengalaman dan pendapatnya;(2) tahap reflektif teknikal:
menggunakan berbagai teknik/metode untuk mema-hami materi yang dipelajari; (3)
29
tahap reflektif kontekstual: mengaitkan materi dengan pengalaman mengajar
mahasiswa, sharing, diskusi, refleksi diri; (4) tahap reflektif kritikal: mendiskusikan
pertanyaan/permasalahan, alternatif penyebab dan solusi, serta menganalisis
kelaikan tindakan, dan menetap-kan kriteria/indikator; (5) tahap pemantapan:
merangkum materi, melakukan refleksi diri mengambil manfaat/hikmah,
mengerjakan tugas dan evaluasi hasil belajar, motivasi untuk melakukan refleksi
pembelajarannya (reflection in/on/for teaching).
- Evaluasi: evaluasi proses pembelajaran, hasil belajar, dan kemampuan reflektif.
Evaluasi proses pembelajaran dideskripsikan berdasarkan hasil observasi, dan
diskusikan secara kolaboratif antara peneliti dengan dosen bersangkutan, hasilnya
sebagai masukan bagi perbaikan pembelajaran selanjutnya. Evaluasi hasil belajar
dilakukan pada setiap putaran pembelajaran untuk mengetahui pencapaian tujuan
pembelajaran setiap pokok bahasan. Pengukuran kemampuan reflektif dilakukan
dengan mengerjakan tes esei berpikir reflektif, dan skala sikap reflektif. Tindak
lanjut pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil evaluasi proses pembelajaran dan
evaluasi hasil belajar untuk perbaikan selanjutnya.
Keunggulan dan keterbatasan model pembelajaran:
- Mampu meningkatkan hasil belajar dan kemampuan reflektif mahasiswa (terbukti dari
hasil pengukuran kemampuan reflektif pada tahap ujicoba terbatas, ujicoba lebih luas
maupun validasi melalui eksperimen), walaupun peningkatan sikap reflektif tidak
terlalu besar dan masih memerlukan waktu agak lama.
- Materi didasarkan pada pokok bahasan silabus PTK dan dikaitkan dengan pengalaman
mahasiswa mengajar di SD, sehingga lebih bermakna/bermanfaat membantu
mahasiswa mengatasi dan meningkatkan mutu pembelajaran di SD. Keterbatasannya
tidak semua mahasiswa terbiasa merefleksikan pengalamannya agar dapat mengajar
atau mengelola pembelajaran selanjutnya dengan lebih baik.
- Prosedur pembelajaran melalui lima tahap pembelajaran) tidak sulit
diimplementasikan oleh dosen maupun mahasiswa. Berbagai metode mengajar dapat
digunan hanya perlu lebih disadari dan ditekankan pada upaya mempersiapkan
mahasiswa supaya terlibat aktif melalui sharing pengalaman/ permasalahan, menggali
pengalaman mahasiswa, kesempatan untuk melakukan refleksi diri dan dengan teman.
30
- Dapat diterapkan pada pembelajaran regular (perkuliahan tatap muka secara rutin dan
teratur) maupun paket (perkuliahan tatap muka dipadatkan), dan lebih efektif bila
dilaksanakan pada kelas yang jumlah mahasiswanya tidak terlalu banyak. Kalau kelas
dengan jumlah mahasiswa cukup banyak, dapat dibentuk menjadi beberapa kelompok.
Implikasi teori:
- Interaksi personal yang kondusif dapat mengaktifkan dan melancarkan proses
pembelajaran sehingga penting menciptakan hubungan baik dan menggali pengalaman
mahasiswa mengajar di SD, baik di luar maupun di dalam kelas selama proses
pembelajaran berlangsung.
- Pembelajaran berdasarkan pengalaman membuat pembelajaran menjadi lebih
bermakna, sehingga penting menggali pengalaman mahasiswa dalam merancang dan
mengimplementasikan pembelajaran.
- Kemampuan reflektif (berfikir dan sikap reflektif) dapat dilakukan selama proses
pembelajaran bukan hanya pada tahap reflektif teknikal-kontekstual-kritikal, tetapi
juga pada tahap persiapan dan pemantapan, bahkan pada konsultasi dan sharing
pengalaman di luar perkuliahan tatap muka di kelas.
- Relfeksi pembelajaran dilakukan pada saat terjadi pembelajaran (reflective in
teaching), sesudah pembelajaran (reflective on teaching), dan untuk mengajar
berikutnya (reflection for teaching), melalui self and shared analysis.
- Berpikir reflektif lebih cepat dilihat hasilnya/peningkatannya daripada sikap reflektif
sehingga perlu waktu lebih lama dalam mengembangkan sikap reflektif mahasiswa
melalui tugas-tugas yang diberikan sehingga membuka wawasan mahasiswa,
menumbuhkan tanggung jawab, dan kesungguhan dalam melaksanakan tugas sebagai
guru kelas di SD.
- Interaksi personal, motivasi, pemantapan dapat meningkatkan kemampuan reflektif
karena mengkondisikan seseorang berfikir dan bersikap reflektif.
- Kemampuan reflektif bermanfaat dan membantu mahasiswa dalam memperbaiki dan
meningkatkan pembelajaran di SD, karena mahasiswa merefleksikan pengalamannya
dan mengambil hikmah dari pengalaman mengajar untuk dapat mengajar lebih baik.
- Tumbuh sikap reflektif yang memotivasi mahasiswa untuk selalu belajar dan
mengembangkan diri semakin profesional. Sebagai guru kelas SD abad 21 dituntut
senantiasa belajar dari buku maupun pengalamannya sehingga dapat mengajar lebih
31
profesional dan kompeten serta dapat memperbaiki atau meningkatkan mutu
pembelajaran menjadi lebih baik.
Dengan demikian pembelajaran melalui prosedur tahap persiapan, reflektif
teknikal – kontekstual – kritikal, dan pemantapan dapat meningkatkan hasil belajar
dan kemampuan reflektif mahasiswa. Kemampuan berfikir dan sikap reflektif ini
menjadi kemampuan yang wajib dimiliki oleh guru SD sebagai agen pembelajaran
yang profesional dan kompeten dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif,
menyenangkan dan bermutu. Pada akhirnya diharapkan dapat berkontribusi mulai
pada skala kelas, sekolah, daeraj, bahkan nasional dalam memperbaiki dan
meningkatkan mutu pendidikan SD.
2. Rekomendasi
a. Program S1-PGSD agar berupaya meningkatkan kemampuan reflektif melalui
penerapan model pembelajaran dengan lima tahapan pada mata kuliah PTK, dan
memodifikasi untuk mata kuliah lainnya, sehingga dapat lebih mempersiapkan
mahasiswa menjadi guru SD yang bermutu.
b. Dosen PTK agar dapat mengimplementasikan kelima tahap model pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan reflektif serta memotivasi diri maupun mahasiswa
untuk melakukan refleksi diri dan pembelajaran (reflection in/on/for teaching).
c. Mahasiswa S1-PGSD agar dapat memanfaatkan kemampuan reflektif untuk menulis
skripsi, dan termotivasi melakukan refleksi secara terus menerus dalam
pengembangan karir sebagai guru profesional dan dapat meningkatkan mutu SD.
d. Peneliti lain yang tertarik, agar mau melakukan penelitian pada mata kuliah yang
sama di lokasi dan subjek berbeda, pada mata kuliah lain di lokasi dan subjek yang
sama atau berbeda, atau pada jenjang pendidikan berbeda.
Sebagai akhir dari penulisan makalah ini, maka ditegaskan kembali bahwa
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif diperlukan dan perlu
dikembangkan oleh program studi S1-PGSD dalam mempersiapkan guru SD yang
kompeten dan professional, khususnya dalam upaya merealisasikan pencapaian
kemampuan atau kompetensi sesuai SKGK-SD/MI. Unsur reflektif terdapat di keempat
rumpun kompetensi, secara eksplisit pada rumupun kompetensi pedagogik, kepribadian,
32
profesional, dan secara implisist sebagai dampak pengiring pada rumpun kompetensi
sosial.
Kemampuan reflektif dibutuhkan oleh mahasiswa sebagai guru SD dalam
mengatasi masalah pembelajaran di kelasnya, atau melakukan perbaikan dan peningkatan
mutu pembelajaran di kelas SD. Tumbuhnya sikap reflektif yang ditunjang dengan
kemampuan berpikir reflektif, memotivasi mahasiswa sebagai guru SD untuk selalu belajar
dan memperbaiki dan meningkatkan diri yang diperlukan bagi pengembangan profesional
guru. Kemampuan berpikir dan sikap reflektif dinyatakan dengan selalu berupaya
mengembangkan diri dan meningkatkan pembelajaran yang dilakukannya (reflection in /
on / for teaching), melalui belajar sepanjang hayat, belajar mengambil hikmah dari
pengalaman melalui self and shared analysis/reflection, dll. Dengan adanya model
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa program S1-PGSD,
khususnya pada mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas, diharapkan mampu membekali
mahasiswa S1-PGSD sebagai guru SD dalam mengantisipasi dan mengatasi permasalahan
pembelajaran di kelas akibat perkembangan yang pesat, sehingga dapat menjadi guru
profesional dan kompeten sesuai dengan tuntutan profil guru abad 21.
REFLECTIVE IN / ON / FOR TEACHING IS NEEDED IN TEACHER PROFESSIONAL DEVELOPMENT
33
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, I. (2000). Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira. Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Borg, W.R. & Gall, M.D. (1983). Education Research : An Introduction. New York &
London: Longman. Calderhead, J. & Gater, P. (1995). Conceptualizing Reflection in Teacher Development. The
Dikti BP3GSD. Depdiknas. (2002). Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke-21
(SPTK-21). Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. (2003). Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI
No.20. Tahun 2003). Jakarta: Sinar Grafika Depdiknas. (2005). Standar Kompetensi Guru Kelas SD-MI, Lulusan S1 PGSD Jakarta:
Dirjen Dikti DP2TK. Dewey, J. (1933). How We Think, A Restatement of the Relation of Reflective Thinking to the
Education Process. Chicago: Henry Regne. Dunkin, M.J. & Biddle, B.J. (1936), The Study of Teaching, New York & Sydney: Holet,
Rinehart and Winston, Inc. Ginsburg, M.B. & Clift. (1990). The Hidden Curriculum of Preservice Teacher Education.
Hand book of Research on Teacher Education. London: Collier Macmillan Pub. Harrington, H.L. et.al. (1996). Written Case Analyes and Critical Reflection. Teaching and
Teacher Education: An International Journal of Research and Studies. Vol.12 no.1. January, 1996.
Joice, B. & Weil, M. (1986). Models of Teaching. New Jersey: Prentice Hall Inc. Englewood
Cliffs. LaBoskey, V.K. Why Reflection in Teacher Education?. Teaching and Teacher Education:An
International Journal of Research & Studies.Vol.12 no.1. 1996. Oliva, P.F. (1992). Developing the Curriculum. New York: Harper Collins. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
34
Pintrich, P.R. (1990). Implications of Psychological Research on Student Learning and College Teaching for Teacher Education. Handbook of Research on Teacher Education. London: Collier Macmillan Pub.
Poblete, D.P. (1999). A Reflective Teaching Model: An Adventist Assesment, Michigan:
Pollard, A. & Tann, S. (1987). Reflective Teaching in the Primary School: A Handbook for
the Classroom, London: Cassell Education Ltd. Reilgelluth, C.M. (1983), Instructional Design Theoris and Models. New Jersey: Lawrence
Erlbaum Associates. Smith, R.M. (1982). Learning How to Learn: Applied Theory for Adults. Chicago: Follett
Pub.Co. Sugiyono,.(2003). Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, N.S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma
Karya. Suparno,P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Tyler, R.W. (1949). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago: The University
of Chicago Press. Undang-undang RI No. 14. Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Unesco. (1996). Learning: The Treaure Within. Paris: Unesco. Valli & Linda. (1994). Reflective Teacher Education: Cases and Critiques. Bulletin Reflective
Practice in Social Studies, No.88. Zeichner, K. & Liston, .P. (1995). A Handbook for Reflective Teaching: Designed for the
New and Student Teacher. Tersedia: http://www.iloveteaching.com/ mentor/html. [30-07-2003].
Zeichner, K. & Liston, P. (1996), Reflective Teaching: An Intro-duction. New Jersey: