I. PENDAHULUAN Lidah buaya (Aloe vera Linn) merupakan tanaman yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri farmasi dan kosmetik. Manfaat lidah buaya sangat beragam salah satu diantaranya adalah sebagai anti bakteri. Aloe vera Linn mengandung enzim proteinase yang bekerja sama dengan glukomanan mampu memecah bakteri yang menyerang luka (Furnawanthi,2002) Beberapa peneliti meyakini bahwa gel ini mengandung stimulator biogenik untuk epitelisasi berupa heteroauksin, asam fenilindoasetat, glioksidiuresida, dan alantoin. Khasiat dan penggunaan Aloe vera Linn sangat bervariasi yaitu sebagai laksatif, stimulator biogenik yang mempercepat proses reepitelisasi jaringan, penyubur rambut, antibakteri, antiviral, dan antifungi, arthritis dan rematik, tukak lambung dan gangguan pencernaan, hepatoprotektor, menurunkan kadar lemak dalam darah dan imunomodulator (Padmadisastra et al,2003). 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
Lidah buaya (Aloe vera Linn) merupakan tanaman yang mempunyai potensi
untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri farmasi dan
kosmetik. Manfaat lidah buaya sangat beragam salah satu diantaranya adalah sebagai
anti bakteri. Aloe vera Linn mengandung enzim proteinase yang bekerja sama dengan
glukomanan mampu memecah bakteri yang menyerang luka (Furnawanthi,2002)
Beberapa peneliti meyakini bahwa gel ini mengandung stimulator biogenik
untuk epitelisasi berupa heteroauksin, asam fenilindoasetat, glioksidiuresida, dan
alantoin. Khasiat dan penggunaan Aloe vera Linn sangat bervariasi yaitu sebagai
laksatif, stimulator biogenik yang mempercepat proses reepitelisasi jaringan,
penyubur rambut, antibakteri, antiviral, dan antifungi, arthritis dan rematik, tukak
lambung dan gangguan pencernaan, hepatoprotektor, menurunkan kadar lemak dalam
darah dan imunomodulator (Padmadisastra et al,2003).
Kandungan kimia Aloe vera Linn dapat dipengaruhi antara lain tempat tumbuh,
dan juga dipengaruhi jenis dari Aloevera Linn. Aloe vera Linn yang tumbuh di daerah
yang basah dengan curah hujan yang tinggi akan memudahkan Aloe vera Linn rusak
(furnawanthi, 2002).
Minyak kelapa murni ( Virgin Coconut Oil atau VCO ) merupakan produk
olahan asli Indonesia yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
VCO dilaporkan aktif sebagai antibakteri karena memiliki kandungan asam laurat,
asam kaprilat dan asam kaprat (Jannah,2007). Oleh sebab itu sebelum
1
memformulasikan VCO menjadi suatu bentuk sediaan, perludilakukan kembali uji
aktivitas antibakteri.
Penelitian ini dilakukan sebagai studi awal untuk membuat formula gabungan
dari Aloe vera Linn dan VCO guna meningkatkan aktivitas antibakterinya.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tentang Tanaman
Lidah buaya telah dijuluki sebagai “medical plant” (tanaman obat) atau
“master healing “ (tanaman penyembuh utama). Tumbuhan ini menyerupai kaktus,
daunnya meruncing berbentuk taji, tepi gerigi yang bagian dalamnya bening, dan
bersifat getas (Furnawanthi, 2002). Lidah buaya sangat jarang menghasilkan bunga.
Biasanya bunga hanya ditemukan pada dataran tinggi, bunga berwarna kuning atau
kemerahan, berupa pipa yang mengumpul, keluar dari ketiak daun (Santoso, 2008).
Secara taksonomi, lidah buaya diklasifikasikan sebagai berikut (Furnawanthi,
2002)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophytae
Kelas : Monocotyladoneae
Ordo : Liliflorae
Famili : Liliceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera L
2.2 Asal Usul Tanaman
Tanaman lidah buaya (Aloe vera Linn) sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu.
Lidah Buaya (Aloe vera Linn) dikenal juga dengan nama dearah letah buaya atau
jadam, atau dengan istilah asing disebut lu hui atau aloes. Diduga lidah buaya berasal
3
dari kepulauan Canary sebelah barat Afrika, lidah buaya masuk ke Indonesia dibawa
oleh petani keturunan Cina pada abad ke-17 (Furnawanthi, 2002)
Beberapa sumber mengatakan bahwa lidah buaya masuk ke Indonesia di bawa
petani keturunan Cina pada abad ke- 17. Pemanfaatan tanaman ini di Indonesia masih
sedikit, terbatas sebagai tanaman hias di pekarangan rumah dan di gunakan sebagai
kosmetika untuk penyubur rambut (Furnawanthi, 2002)
2.2.1 Morfologi Tumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera Linn)
Lidah buaya dapat tumbuh liar di berbagai tempat atau dapat pula di tanam di
dalam pot sebagai tanaman hias atau sebagai tanaman obat. Batang bulat tidak
berkayu, daun tunggal berwarna hijau, dengan tepi bergerigi dan pangkal memeluk
batang, daun tebal berdaging, mudah patah (getas), dan mengandung getah yang
warnanya jernih. Permukaan daun berbintik –bintik, panjang 15 – 36 cm, lebar 2-6
cm. Bunga berwarna jingga, tersusun dalam tandan yang panjangnya 60 -90 cm. Akar
lidah buaya berupa akar serabut ( Marina, 2003).
Tanaman lidah buaya dapat tumbuh di daerah kering, seperti Afrika, Asia, dan
Amerika. Hal ini disebabkan lidah buaya dapat menutup stomata daun sampai rapat
pada musim kemarau untuk menghindari kehilangan air dari daunnya. Lidah buaya
juga dapat tumbuh didaerah beriklim dingin. Lidah buaya termasuk efisien
penggunaan air dengan sifat tahan kekeringan (Furnawanthi, 2002)
2.2.2 Kandungan lidah buaya (Aloe vera Linn)
Daun lidah buaya segar mengandung anthraquinon (alonin dan barbaloin),
enzim (oksidase , amylase, katalase, lipase, dan proteinase), saponin, polisakarida
(selulosa, glukosa, mannose, dan rhamnosa) lignin, vitamin (Vitamin B1, B2, B6, dan
4
asam folat). Antraquinon mempunyai kandungan antibiotik sedangkan enzim
berperan pada penyembuhan luka dalam dan luka luar (Furnawanthi, 2002)
Cairan yang berwarna bening seperti jeli (lender) cairan ini mengandung zat
antibakteri dan antijamur, serta asam salisilat yang dapat merangsang fibroblast (sel-
sel kulit yang berfungsi untuk menyembuhkan luka). Oleh karena itu, lidah buaya di
yakini mampu menyembuhkan luka, meredam rasa sakit, dan berhasiat sebagai
antibengkak (Santoso, 2008).
2.3 Tinjauan Botani Kelapa (Cocos nucifera.Linn)
2.3.1 Klasifikasi (Sutrisno, 1998)
Divisio : Spermatophyta
Subdivision : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Subkelas : Arecidae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera. Linn
2.3.2 Morfologi
Taman kelapa berupa pohon tunggal, tidak bercabang, tinggi 10- 14 m,
memiliki akar serabut. Daunnya berpelepah atau bersirip genap, panjang pelepah
mencapai 2-4 m, kaku, daunnya berwarna hijau terang. Buah kelapa berbentuk bulat
lonjong dengan ukuran bervariasi, terdiri dari sabut 35%, daging buah 28%, air
kelapa 15%, tempurung 12%, serta beberapa bagian lainnya (kulit luar, lembaga, dan
5
testa). Bunga betina tanaman kelapa akan dibuahi 18-25 hari setelah buah
berkembang dan buah akan menjadi rusak setelah 12 bulan (Amni, 2008).
2.3.3 Kandungan Kimia
Komposisi kimia daging buah kelapa dipengaruhi oleh umur buah kelapa.
Semakin tua kelapa maka kandungan lemaknya semakin tinggi.
Tabel. Komposisi Kimia Daging Buah Kelapa diberbagai Tingkat Kematangan.
Analisa(Dalam 100 g)
Satuan Buah muda Buah setengah muda
Buah tua
Kalori Kkal 68 180 359Protein g 1 4 3,4Lemak g 0,9 13 34,7
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aloevera Linn, produk
VCO yang beredar, VCO yang diperoleh dari laboratorium penelitian, aquadest,
alkohol, air suling, Media Nutrien Agar, Nacl fisiologis, gliserin.
18
3.2.2 Rancangan penelitian
1. Pembuatan lendir Aloe vera
2. Uji aktivitas antimikroba.
Sterilisasi alat
Peremajaan mikroba uji
Pembuatan suspensi mikroba uji
Pembuatan konsentrasi Aloe vera Linn dan VCO
Penentuan aktivitas antibakteri dengan metode difusi (cakram)
3.2.3 Prosedur Penelitian
3.2.3.1 Pembuatan Lendir Aloe vera Linn
Daun aloe vera segar dibilas dengan air mengalir lalu dibersihkan dikupas
kulit luarnya kemudian dipotong-potong dengan ukuran kira-kira 1-2 cm, setelah itu
diblender sampai berbentuk lendir daun lidah buaya yang homogen. Kemudian
disimpan dalam lemari es selama 15 menit. Ditambahkan natrium metabisulfit.
Kemudian dipanaskan pada suhu 45-70oC selama 15 menit (Soeryati dkk, 2009).
3.2.4 Mikroba Uji
Mikroba uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus
epidermidis dan Staphylococcus aureus
19
3.3 Uji Aktivitas Antibakteri :
1.Sterilisasi alat
Semua alat yang dibuat dari kaca dicuci bersih dan dikeringkan.
Setelah itu dibungkus dengan kertas perkamen. Sterilisasi dilakukan dengan
otoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit, sedangkan jarum Ose dan pinset
disterilkan dengan pemijaran.
2. Pembuatan media pembenihan
Sebanyak 20 gram serbuk medium Nutrien Agar (NA) siap pakai
dilarutkan dalam 1 liter air suling dalam erlemeyer dan dipanaskan diatas
penangas sampai mendidih dan larut sempurna kemudian disterilkan.
3. Peremajaan Mikroba
Peremajaan mikroba bertujuan untuk meremajakan kembali mikroba.
Dengan cara memindahkan satu ose mikroba dari stok induk ke dalam media
baru dalam bentuk agar miring. Untuk bakteri ke dalam medium NA
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam
4. Pembuatan Suspensi Mikroba
Koloni mikroba uji disuspensikan dalam NaCl fisiologis dengan cara
mengencerkan dalam tabung reaksi dan dihomogenkan. Jumlah bakteri dalam
suspensi yang diukur dengan spektrototometer UV-Vis hingga diperoleh
suspensi dengan transmitan 25% pada panjang gelombang 580 nm untuk
bakteri.
20
5. Pembuatan konsentrasi Aloe vera Linn dan VCO
Aloe vera Linn dibuat dengan konsetrasi 10%, 15%, 20% dengan
pelarut aquadest, VCO dibuat dengan konsentrasi 20%, 30%, 40%, dan 100%
dengan pelarut gliserin
6. Penentuan Aktivitas Antimikroba dengan metode difusi (cakram)
Suspensi mikroba diambil 0,3 ml dimasukkan kedalam cawan petri,
kemudian tambahkan NA 15 ml untuk bakteri kemudian ratakan dengan cara
memutar-mutar cawan petri diamkan sampai memadat. Masing-masing
cakram ditetesi dengan Aloe vera Linn diangin-anginkan kemudian
diletakkan secara aseptis di permukaan NA, begitu juga Cakram Gentamisin
(kontrol positif) untuk bakteri diletakkan secara aseptis di permukaan NA.
Lalu dimasukkan kedalam inkubator dengan suhu 370C selama 24 jam untuk
bakteri, selanjutnya pengukuran diameter daya hambat dengan menggunakan
jangka sorong.
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
1. Uji Aloevera Linn dengan konsentrasi 10%, 15%, 20% terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis memberikan daya
antibakteri. Hasil yang diperoleh adalah pada bakteri Staphylococcus
aureus konsentrasi 10% zona beningnya 10 mm, pada konsentrasi 15%
zona beningnya 11 mm, dan konsentrasi 20% zona beningnya 12,5 mm.
Pada bakteri Staphylococcus epidermidis konsentrasi 10% zona beningnya
9 mm, pada konsentrasi 15% zona beningnya 10 mm, dan konsentrasi
20% zona beningnya 10,9 mm.
2. Produk VCO yang merek X dan merek Y pada konsentrasi 20%, 30%,
40%, dan 100%, terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis tidak menunjukan zona bening ini berarti bahwa VCO ini
tidak memberikan daya hambat (tidak ada aktivitas antibakteri).
3. Produk VCO yang diporoleh dari laboratorium penelitian pada konsentrasi
20%, 30%, 40%, dan 100%, terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis tidak menunjukan zona bening ini berarti
bahwa VCO ini tidak memberikan daya hambat (tidak ada aktivitas
antibakteri)
22
4.2 Pembahasan
4.2.1 Uji aktivitas antibakteri
Telah dilakukan uji aktivitas antibakteri Aloe vera Linn dengan konsentrasi
10%, 15%, 20% pada bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis dengan metoda difusi agar. Metoda difusi digunakan karena hasil yang
diperoleh cukup teliti dan sederhana, umum digunakan untuk menentukan kepekaan
bakteri terhadap obat -obatan. Aktivitas bakteri pada metoda difusi dapat dilihat
dengan mengamati daerah bening disekeliling cakram, yang menandakan adanya
aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri.
Mikroba uji yang digunakan pada penelitian adalah Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidis. Alasan bakteri ini dipilih karena bakteri ini adalah
merupakan flora normal pada kulit manusia dan bakteri ini sering menginfeksi pada
manusia.
Pada pengujian Aloe vera Linn terhadap bakteri Staphylococcus aureus
dengan konsentrasi 10%, 15%, 20% diperoleh diameter hambat berturut - turut
sebagai berikut 10 mm, 11 mm, 12,5 mm. Sedangkan terhadap bakteri
Staphylococcus epidermidis dengan konsentrasi 10%, 15%, 20% diperoleh diameter
hambat berturut-turut sebagai berikut 9 mm, 10 mm, 10,9 mm tetapi bila
diklasifikasikan menurut Greenwood jika daerah hambatan < 15 mm berarti
mempunyai aktivitas yang lemah. Pelarut yang digunakan melarutkan Aloevera Linn
23
adalah aquadest steril, aqudest dipilih karena lendir Aloe vera Linn larut sempurna
pada aquadest. Aquadest ini berfungsi sebagai kontrol negatif.
Uji aktivitas antibakteri VCO konsentrasi 20%, 30%, 40% dan 100%
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dengan
metoda difusi agar. VCO yang dipergunakan adalah produk VCO dengan merek X
dan Y yang beredar dan VCO yang diperoleh dari laboratorium penelitian. Pada
produk VCO merek X merupakan produk VCO yang telah mendapatkan izin dari
BPOM, VCO merek X mempunyai komposisi asam laurat 51,23%, asam miristat
17,13%, asam kaprilat 9,18%, asam kaprat 7,07%, asam palmilat 7,30%, asam oleat
5,42%, asam stearat 2,17%, asam kaproat 0,15% sedangkan merek Y pada etiket
tidak ditulis komposisi VCO tetapi merupakan VCO yang telah mendapat izin dari
Depkes dan VCO yang diperoleh dari laboratorium.
Ketiga VCO ini diuji dengan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis tidak memperlihatkan zona bening ini berarti tidak
memiliki daya hambat sebagai antibakteri. Hasil uji ini tidak sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa VCO aktif sebagai antibakteri karena VCO mengandung
asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh, pada VCO lebih khusus asam laurat
merupakan asam lemak yang terkandung pada minyak kelapa yang memiliki khasiat
sebagai antibakteri.
Kualitas produk VCO yang baik dipengaruhi beberapa faktor antara lain
kadar asam laurat dan asam lemak yang terkandung. Besar kecilnya kadar asam
laurat dalam produk VCO adalah jenis dan umur buah kelapa. Yang kedua lokasi
tumbuh buah kelapa, selain itu perbedaan teknologi proses pembuatan VCO juga
24
mempengaruhi kualitas dari VCO (Novarianto dan Tulalo, 2007). Disamping itu
perbedaan laboratorium dalam menganalisis kadar asam laurat VCO.
Hasil uji pada penelitian ini tidak sesuai dengan literatur yang didapat hal ini
diduga kadar asam laurat dan asam lemak yang kecil yang terkandung dalam VCO
yang digunakan sehingga tidak memperlihatkan daya hambat. VCO yang digunakan
dilarutkan dengan gliserin. Pelarut yang digunakan berfungsi sebagai kontrol negatif
tujuan penggunaan kontrol negatif adalah untuk menjamin bahwa respon hambatan
yang terjadi benar disebabkan sampel yang digunakan bukan dari pelarut yang
digunakan, sedangkan sebagai kontrol positif digunakan antibiotik gentamisin disk
untuk antibakteri.
25
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Aloevera Linn pada konsentrasi 10%, 15%, 20% pada bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis memberikan daya
antibakteri.
2. Produk VCO dengan merek X , merek Y dan VCO yang diperoleh dari
laboratorium penelitian terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis dengan konsentrasi 20%, 30%, 40% dan
100% tidak memberikan zona bening ini berarti bahwa VCO ini tidak
memberikan aktivitas sebagai antibakteri.
5.2 Saran
Disarankan pada peneliti selanjutnya sebelum memformulasikan sediaan VCO
dilakukan uji kualitas VCO yang akan digunakan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Amni, Ressi., 2008. Pengaruh Penggunaan VCO Dalam basis krim terhadap aktifitas gentamisin Skripsi Sarjana STIFAR, Pekanbaru.
Buckle, K.A., Edward, R.A., Fleet, G.H., dan Wobton, M. 1985. Ilmu Pangan. Terjemahan Hadipurnomo. UI-Press, Jakarta
Djuanda, Adhi., 2005. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, edisi V, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Deswika, Aslia., 2007. Uji aktiitas antibakteri VCO (Virgin Cococut Oil) Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Penyakit Kulit, Skripsi Sarjana STIFAR, Pekanbaru
Entjang, I., 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan dan Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat, Citra Adtya Bakti, Bandung
Furnawanthi I, 2002. Khasiat & Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib,Jakarta:PT. AgroMedia Pustaka.
Frobisher, M., 1968. Fundamental of Microbiology. Edisi ke-8, W.B. Sounders Company, Philadelphia
Jannah, M, 2007. Daya Hambat Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap Bakteri, Universitas Muhammadiyah Malang,Malang.
Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., Brooks, G.F., Butel, J.S., Ornston, L.N., et al, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20. Terjemahan Edi Nugroho dan RF Maulany. Editor Irawati Setiawan, EGC, Jakarta
Kristiawan. A. R., Jogjahartono, Widodo. P., 2007, Pola Sebaran Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotika Sekret Telinga Tengah Penderita Mastoiditis Akut di RS Dr Kariadi Semarang 2004-2005. Cermin Dunia Kedokteran, No. 155, Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang
Morse, S.A., Brooks, G.F., Butel, J.S., 2004, Medical Microbiology, Twenty Third Edition, International Edition, McGraw-Hill Companies, Singapore
Novarianto, H dan Tulalo, M, 2007. Kandungan Asam Laurat varietas kelapa sebagai bahan baku VCO, J. littiri vol 13 no (1), Menado
Padmadisastra, Y., Sidik, Ajizah, S., 2003. Formulasi sediaan cair gel lidah buaya Aloe vera Linn sebagai minuman kesehatan, Simposium Nasional Kimia Bahan Alam II. UNPAD, Bandung.
Pelczar, M.J., Chan, E.C.S., 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al, Universitas Indonesia Press, Jakarta
Santoso, H,B., 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman obat, Agromedia pustaka, Jakarta.
Setiaji , B., dan Surip Prayogo. Membuat VCO Berkualitas Tinggi, Penebar Swadaya, Jakarta, 2006
Soeryati, S.,Imron, H., Soebagio, B., Agustri, B., 2009. Formulasi Deodoran Bentuk Batang (stik )Dengan Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn), farmaka, UNPAD, Bandung
Sukartin, K.J., dan Sitanggang,M., 2005. Sehat dengan Ramuan Tradisional Gempur Penyakit dengan VCO, Agromedia Pustaka, Tangerang
Sjahrurachman. A., Kumala. W., Nurjadi. T., 1999, Kepekaan Kuman terhadap Antibiotika Golongan Kuinolon dan Sefalosporin. Cermin Dunia Kedokteran, No 124, Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Sutrisno, R.B., 1998. Taksonomi Spermathyta Untuk Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Jakarta.
Suyuno, A. Hari., and Suswanto B, 2005. Terapi Minyak Nabati Keampuhan VCO dan 16 Minyak Ajaib, PT. Samindra Utama.
Warsa, U.C., Syahrurachman, A., Chatim, A., Soebandrio, A., Karuniawati, A., Santoso, A.U.S., et al., 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran FKUI, Penerbit Bina Rupa Aksara, Edisi Revisi. Jakarta
28
Lampiran 1. Skema Kerja Aktivitas Antibakteri
29
Dipipet 0,3 ml Suspensi bakterikedalam cawan petri
Ditambahkan 15 mL Nutrient Agar (NA)
Digoyang hingga rata dan dibiarkan hingga memadat
Diletakkan kertas cakram yang telah ditetesi sampel 10µl
Diukur daerah hambatan pertumbuhan bakteri
Diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam denganmembalikcawapetri
Lampiran 2. Foto Lidah Buaya (Aloe vera Linn)
Gambar 1. Gambar Lidah Buaya (Aloe vera Linn)
30
Lampiran 3 : Foto VCO Merek X(Povco®)
Gambar 2. Gambar VCO merek X (Povco®)
31
Lampiran 4: Foto VCO merek Y (Syifa®)
Gambar 3. Gambar VCO merek Y (Syifa®)
32
Lampiran 5. Pembuatan Lendir Aloe vera
Dibilas dengan air
Blender
- Simpan dalam lemari es selama 15 menit
- + natrium metabisulfit
- Panaskan pada suhu 45 0C-700C selama 15 menit
33
Daun Aloe vera Linn
Dipotong 1-2 cm
Lendir Aloe vera Linn
Lendir Aloe vera Linn
Lampiran 6. Data Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Aloe vera dan VCO
No Bakteri Uji Konsentrsi Diameter Zona Bening (mm)
1 2 3 Rata – rata
1 Staphylococcus
aureus
10 % 9,8 10,2 10 10
15% 10,5 11,5 11 11
20% 12,5 12,4 12,6 12,5
Kontrol (+) 18 18 18 18
Kontrol (-) 6 6 6 6
2 Staphylococcus
epidermidis
10% 9 9 9 9
15% 10 10,1 9,9 10
20% 10,9 10,9 10,9 10,9
Kontrol (+) 18 18 18 18
Kontrol (-) 6 6 6 6
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Aloe vera Linn
Keterangan : Kontrol(+) : Gentamisin disk
Kontrol (-) : Air
Ukuran cakram : 6 mm ( tidak memberikan daya hambat)
34
Lampiran 6. Lanjutan
NO Sampel Uji Konsentrasi
(% v/v)
Diameter Zona bening (mm)
1 2 3 Rata- rata
1 VCO merek X 20% 6 6 6 6
30% 6 6 6 6
40% 6 6 6 6
100% 6 6 6 6
Kontrol (+) 18 18,1 17,9 18
Kontrol (-) 6 6 6 6
2 VCO merek Y 20% 6 6 6 6
30% 6 6 6 6
40% 6 6 6 6
100% 6 6 6 6
Kontrol (+) 17 18 18 17,66
Kontrol (-) 6 6 6 6
3 VCO
dilaboratorium
penelitian
20% 6 6 6 6
30% 6 6 6 6
40% 6 6 6 6
100% 6 6 6 6
Kontrol (+) 18 18 18,5 18,1
Kontrol (-) 6 6 6 6
Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri VCO pada Bakteri
Staphylococcus aureus
Keterangan : Kontrol(+) : Gentamisin disk
Kontrol (-) : Gliserin
35
Ukuran cakram : 6 mm ( tidak memberikan daya hambat)
Lampiran 6. Lanjutan
NO Sampel Uji Konsentrasi
(% v/v)
Diameter Zona bening (mm)
1 2 3 Rata- rata
1 VCO merek X 20% 6 6 6 6
30% 6 6 6 6
40% 6 6 6 6
100% 6 6 6 6
Kontrol (+) 18 18,5 17,9 17,8
Kontrol (-) 6 6 6 6
2 VCO merek Y 20% 6 6 6 6
30% 6 6 6 6
40% 6 6 6 6
100% 6 6 6 6
Kontrol (+) 17,5 18,1 18 17,8
Kontrol (-) 6 6 6 6
3 VCO
laboratorium
penelitian
20% 6 6 6 6
30% 6 6 6 6
40% 6 6 6 6
100% 6 6 6 6
Kontrol (+) 18 18 18,5 18,1
Kontrol (-) 6 6 6 6
Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri VCO pada Bakteri
Staphylococcus epidermidis
Keterangan : Kontrol(+) : Gentamisin disk
Kontrol (-) : Gliserin
36
Ukuran cakram : 6 mm (tidak memberikan daya hambat)
Lampiran 7. Gambar Uji Aktivitas VCO
Gambar 4. Gambar zona bening pada bakteri Staphylococcus aureus
pada konsentrasi 20%, 30%, 40% merek X
37
38
Gambar 5. Gambar zona bening pada bakteri Staphylococcus Epidermidis pada
konsentrasi 20%, 30%, 40% merek X
39
40
Gambar 6. Gambar zona bening pada bakteri Staphylococcus aureus pada
konsentrasi 20%, 30%, 40% merek Y
41
Gambar 7. Gambar zona bening pada bakteri Staphylococcus epidermidis pada