-
i
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS IV SD NEGERI KEDUNGUTER 02 BREBES
SKRIPSI
OLEH
DIAN RATNASARI
NPM 09120250
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2013
-
ii
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS IV SD NEGERI KEDUNGUTER 02 BREBES
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
IKIP PGRI Semarang untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH
DIAN RATNASARI
NPM 09120250
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2013
-
iii
SKRIPSI
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS IV SD NEGERI KEDUNGUTER 02 BREBES
Disusun dan diajukan oleh
DIAN RATNASARI
NPM 09120250
Telah disetujui oleh pembimbing untuk dilanjutkan di hadapan
Dewan
Penguji pada tanggal .....
Semarang,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dra. Tri Suyati, M.Pd Prof.Dr. AY Soegeng, M.Pd
NPP. 855601013 NPP. 094301244
-
iv
SKRIPSI
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS IV SD NEGERI KEDUNGUTER 02 BREBES
Disusun dan diajukan oleh
DIAN RATNASARI
NPM 09120250
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal 17 Juli 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji
Ketua, Sekretaris
Dra. M.Th. S.R. Retnaningdyastuti, M.Pd. Drs. Djariyo, M.Pd.
NIP. 195306031981032001 NIP. 195106171981031002
Penguji I
Mudzandatun, S.Pd.,M.Pd
...............................................
NPP.096901239
Penguji II
Prof.Dr. AY Soegeng, M.Pd
...............................................
NPP. 094301244
Penguji III
Ryky Mandar Sary, S.Pd
................................................
NPP.098301237
-
v
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)
IKIP PGRI SEMARANG
Jalan Dr. Cipto - Lontar Nomor 1 Semarang Indonesia Telepon
(024) 8316377Faks. (024) 8448217
Email:[email protected]
Homepage:www.ikippgrismg.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dian Ratnasari
NPM : 09120250
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Fakultas : Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya buat ini
benar-benar
merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau
pikiran saya sendiri.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dibuktikan skripsi ini
hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Semarang, 20 Desember 2012
Yang membuat pernyataan
Dian Ratnasari
NPM. 09120250
-
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan
kesanggupanya
(Surat Al Baqarah Ayat 286)
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Bapak Dakrianto dan Mama Tuti Asih yang palingku cinta dalam
hidup ini,
yang telah berjasa selama hidupku.
2. Adikku Rizqi Ayu Panutan yang telah memberikan keceriaan.
3. Teman-teman seperjuanganku kelas F PGSD 2009 IKIP PGRI
Semarang,
semoga kita bisa menjadi guru profesional.
4. Saudara-saudaraku di kost hijau: Dessy R, Rozita M, Septiana
A, Bonita R,
Steffi G, Zuroh S, Sulis P, Izvina M, terimakasih karena kalian
telah
memberikan warna dalam hidupku.
5. Ahmad Mardiyono yang telah memberikan semangat.
6. Almamater IKIP PGRI Semarang.
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas limpahan
rahmat
dan kasihnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar.
Skripsi yang berjudul Keefektivan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe
Thinkpair share terhadap Hasil Belajar Matematika SiswaKelas IV
SD Negeri
Kedunguter 02 Brebes ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh
gelar sarjana pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan serta
kesulitan-kesulitan.
Namun, berkat bimbingan, bantuan, nasihat, dan dorongan serta
saran-saran dari
berbagai pihak, khususnya Pembimbing, segala hambatan dan
rintangan serta
kesulitan tersebut dapat teratasi dengan baik. Oleh karena itu,
dalam kesempatan
ini dengan tulus hati penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Muhdi, S.H., M.Hum. selaku Rektor IKIP PGRI Semarang yang
telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di IKIP
PGRI
Semarang.
2. Dra. M. Th. S. R. Retnaningdyastuti, M.Pd. selaku Dekan
Fakultas Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan
penelitian.
3. Drs. Djariyo, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah
Dasar yang telah menyetujui usulan topik skripsi penulis.
4. Mudzanatun, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang
telah
mengarahkan penulis dengan penuh ketekunan dan kecermatan.
5. Prof.Dr. AY Soegeng, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang
telah
membimbing penulis dengan penuh dedikasi yang tinggi.
-
viii
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar yang
telah memberi bekal ilmu kepada penulis selama mengais ilmu di
IKIP PGRI
Semarang.
7. Kepala Sekolah Dasar Negeri Kedunguter 02 Kecamatan Brebes
Kabupaten
Brebes telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di
instansi yang
dipimpinnya.
8. Guru kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Kecamatan Brebes
Kabupaten Brebes
yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di SD
Negeri
Kedunguter 02.
9. Berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu
persatu pada
kesempatan ini.
10. Ibu dan bapak selaku orang tua yang paling aku cintai di
dunia ini, yang telah
memberikan kasih sayang yang tulus sampai aku dewasa ini.
11. Teman-teman senasib sepenanggungan yang telah memberikan
dorongan dan
bantuan baik material maupun moral sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan
dengan baik.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pendidik,
khususnya pendidik di dunia pendidikan dasar.
Semarang, ...
Penulis
-
ix
ABSTRAK
Dian Ratnasari.NPM 09120250 Keefektifan Model Pembelajaran
KooperatifTipe Think Pair Share terhadap Hasil Belajar Matematika
SiswaKelas
IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes.
Skripsi.ProgramStudiPendidikan Guru
SekolahDasar.FakultasIlmuPendidikan.IKIP PGRI Semarang. 2013.
Dosen
Pembimbing I Dra. Tri Suyati, M.Pd.Dosen Pembimbing II
Prof.Dr.AY Soegeng,
M.Pd.
Penelitian ini dilatarbelakangi hasil belajar matematika yang
rendah,cara
penyampaian bahan pembelajaran kurang menarik atau membosankan,
kurang
bervariasinya metode pembelajaran, kurangnya contoh dan latihan,
siswa tidak
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, sehingga masih ada
hasil belajar
matematika yang dibawah KKM yaitu 65.
Permasalahan yang diungkap adalah apakah model think pair
share
efektifterhadap hasil belajar matematikadi SD N Kedunguter 02
Brebes.Hipotesis
dalam pnelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share
efektif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD
Negeri Kedunguter
02 Brebes. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk
mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share
terhadap hasil belajar matematika SD Negeri Kedunguter 02
Brebes.
Metode penelitian ini adalah eksperimen, pengumpulan data dengan
tes.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri
Kudunguter 02
Brebes dengan jumlah 40 siswa. Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah
40 siswa yang dibagi dalam 2 kelas dengan menggunakan teknik
samplejenuh.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui instrumen penelitian
berupa tes
evaluasi pilihan ganda dan dokumentasi penelitian. Desain
penelitian yang
digunakan adalah pretest-posttest control group design.
Berdasarkan analisis, hasil penelitian menunjukan bahwa
model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share efektif dapat
meningkatkan hasil
belajar matematika dengankondisi awal sebelum perlakuan memiliki
rata-rata
nilai 56,5 (kurang dari KKM)setelah mendapat perlakuan dengan
model
pembelajaran kooperatif tipe think pair sharenilaimenjadi
rata-rata 84. Hasil
analisis dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung
sebesar 13,65 dan
koefisien tersebut signifikan pada taraf 5% dan dk = 38 maka
diperoleh ttabel
sebesar 1,68 jadi nilai thitung ttabeldapat dikatakan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share efektif
terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes.
Saran yang dapat peneliti sampaikan hendaknya model
pembelajaran
kooperatif tipe think pair share ini dapat diterapkan oleh guru
di sekolah sebagai
proses belajar kerena model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share efektif
digunakan untuk dapat meningkatkan hasil belajar dan yang mampu
memperbaiki
hasil belajar siswa supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik.
-
x
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR
..............................................................................................
i
SAMPUL DALAM
..........................................................................................
ii
PERSETUJUAN
..............................................................................................
iii
PENGESAHAN
...............................................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
TULISAN........................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
...................................................................
vi
KATA PENGANTAR
.....................................................................................
vi
ABSTRAK
.......................................................................................................
ix
DAFTAR ISI
....................................................................................................
x
DAFTAR TABEL
............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR
.......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
....................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
...................................................................
1
B. Identifikasi Masalah
.........................................................................
5
C. Pembatasan Masalah
.........................................................................
5
D. Rumusan Masalah
.............................................................................
7
E. Tujuan Penelitian
..............................................................................
7
F. Manfaat Penelitian
............................................................................
8
G. Definisi Operasional Variabel
.......................................................... 8
-
xi
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
......................................................................................
11
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
.............................................. 29
C. Kerangka Berpikir
............................................................................
32
D. Hipotesis Penelitian
..........................................................................
33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
........................................................... 34
B. Populasi, Sampel, dan Sampling
...................................................... 34
C. Variabel Penelitian
...........................................................................
35
D. Instrumen Penelitian
........................................................................
36
E. Metode Pengumpulan data
...............................................................
41
F. Teknik Analisis data
.........................................................................
42
G. Desain penelitian
..............................................................................
47
H. Hipotesis Statistik
.............................................................................
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
..................................................................................
49
B. Uji Hipotesis
.....................................................................................
56
C. Pembahasan
......................................................................................
60
-
xii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
...........................................................................................
62
B. Saran
.................................................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA
......................................................................................
64
LAMPIRAN
.....................................................................................................
66
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Daftar Nilai Pretestdan Posttest Matematika Kelas Eksperimen
diberi
Simbol X dan Kelas Kontrol diberi Simbol Y
.......................................... 49
4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest matematika
.......................................... 51
4.3 Distribusi Tingkat Hasil Belajar Pretest Matematika
................................ 52
4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest matematika
......................................... 53
4.5 Distribusi Tingkat Hasil Belajar Posttest Matematika
............................... 55
4.6 Test of Normality
........................................................................................
57
4.7 Test of Normality
........................................................................................
58
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Alur Kerangka
Berpikir..............................................................................
32
4.1 Grafik Histogram Pretest Hasil Belajar Matematika.
................................ 51
4.2 Poligon Pretest Hasil Belajar Matematika
................................................. 52
4.3 Grafik Pretest Kriteria Tingkat Hasil Belajar Matematika
........................ 53
4.4 Grafik Histogram Posttest Hasil Belajar Matematika.
............................... 54
4.5 Poligon Posttest Hasil Belajar
Matematika................................................ 54
4.6 Grafik Posttest Kriteria Tingkat Hasil Belajar Matematika
....................... 56
4.7 Output Normalitas Awal
...........................................................................
57
4.8 Output Normalitas Akhir
...........................................................................
58
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus
.........................................................................................................
66
2. Kisi-kisi Soal
...............................................................................................
69
3. Instrumen Soal Pilihan Ganda
.....................................................................
71
4. Kunci Jawaban
...........................................................................................
78
5. Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Taraf
Kesukaran
Soal Uji Coba dengan Menggunakan Program Microsoft Exel 2010
......... 79
6. RPP Eksperimen
.........................................................................................
82
7. RPP Eksperimen
..........................................................................................
86
8. RPP Eksperimen
..........................................................................................
90
9. RPP Eksperimen
..........................................................................................
94
10. Soal Pretest dan Posttest
...........................................................................
98
11. Daftar Nilai Pretest Eksperimen
...............................................................
100
12. Daftar Nilai Pretest Kontrol
......................................................................
101
13. Daftar Nilai Posttest Eksperimen
.............................................................
102
14. Daftar Nilai Posttest Kontrol
....................................................................
103
15. Rekapitulasi Perhitungan Validitas
........................................................... 104
-
xvi
Lampiran Halaman
16. Tabel Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran
............................................ 106
17. Tabel Rekapitulasi Daya pembeda
........................................................... 108
18. Contoh Perhitungan Validitas, Daya Pembeda dan Tingkat
Kesukaran
Secara Manual
...........................................................................................
110
19. Tabel Perhitungan Reliabilitas
..................................................................
113
20. Analisis Awal Normalitasmenggunakan SPSS17
..................................... 114
21. Uji Kesamaan Dua
Rata-rata.....................................................................
116
22. Analisis Akhir Normalitasmenggunakan SPSS17
.................................... 117
23. Uji t
...........................................................................................................
119
24. Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran
................................................. 12
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas
pengetahuannya
dalam rangka membentuk nilai, sikap dan perilaku manusia.
Berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berlangsung dengan cepat disegala
bidang
membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Baik perubahan
yang
positif maupun perubahan yang negatif. Sebagai salah satu
solusinya adalah
dengan mempersiapkan mutu pendidikan yang lebih baik terhadap
generasi yang
akan datang. Perlu adanya proses perubahan dalam situasi
belajar. Belajar
merupakan suatu peristiwa dan tindakan sehari-hari dalam
perubahan perilaku
sebagai hasil dari pengalaman.
Setiap manusia pasti belajar ketika masih hidup. Belajar dapat
dilakukan
kapan saja dan di mana saja. Belajar dapat dilakukan di rumah,
tempat bermain
atau di sekolah. Belajar di lingkungan sekolah khususnya di
dalam kelas disebut
sebagai pembelajaran formal. Siswa dapat belajar dengan
bimbingan guru dan
mencapai tujuan yang diinginkan.
Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang
agar dapat
mencapai kompetensi yang diinginkan. Belajar merupakan upaya
seseorang untuk
menginginkan hasil belajar yang tinggi. Hasil belajar merupakan
kemampuan
seseorang dalam pencapaian berpikir yang tinggi, melalui proses
belajar seseorang
akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih
baik.
1 1
-
2
Proses belajar dapat berlangsung efektif, efesien dan menarik,
jika proses
belajar itu didesain melalui prosedur yang sistemik dan
sistematik. Desain sistem
pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan proses belajar yang
dapat
membantu individual untuk mencapai kompetensi secara optimal.
Proses belajar
dapat disebut sukses apabila memenuhi kriteria sebagai berikut,
yakni siswa
melakukan interaksi dengan sumber belajar secara intensif,
melakukan latihan
untuk penguasaan kompetensi memperoleh umpan balik segera
setelah melakukan
proses belajar, menerapkan kemampuan dalam konteks nyata dan
melakukan
interaksi dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Kenyataan yang ada di lingkungan, cara atau metode mengajar atau
teknik
penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau
pesan lisan
kepada siswa belum mencapai tujuan pembelajaran dan belum
dapat
memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan
serta sikap.
Komponen-komponen dalam sistem pembelajaran meliputi siswa,
tujuan atau
kompetensi, metode, media, strategi pembelajaran dan evaluasi.
Output dari suatu
komponen akan menjadi input bagi komponen-komponen yang
lain.
Dengan melihat pengertian tersebut seorang guru sebagai pengajar
harus
dapat menjadi desainer program pembelajaran, guru dapat
mengimplementasikan
model tersebut untuk menciptakan program pembelajaran yang
memiliki
efektivitas, efisien dan daya tarik. Hasil observasi di SD
Negeri Kedunguter 02
Brebes, banyak terdengar keluhan dari guru bahwa pembelajaran
matematika
kurang disenangi oleh siswa, ini terjadi oleh beberapa hal yang
mempengaruhi
kondisi tersebut. Kondisi yang mempengaruhi kondisi itu di
antaranya kondisi
-
3
materi matematika yang sulit, kondisi guru yang belum menguasai
model
pembelajaran, dan kondisi siswa yang jenuh karena pembelajaran
monoton masih
konvensional. Jika ditinjau dari materi matematika merupakan hal
yang abstrak
yang terdiri dari fakta, konsep, dan prinsip. Jika hal tersebut
kurang diperhatikan
oleh guru, maka dapat menjadi salah satu penyebab kurang
berhasilnya
pembelajaran matematika.
Hasil observasi penelitian di SD Negeri Kedunguter 02 Brebes
khususnya di
kelas IV terdapat 75 jumlah siswa yang mengalami kesulitan
belajar pada mata
pelajaran matematika. Hasil belajar siswa rendah dapat dilihat
pada hasil tes
matematika masih banyak siswa mendapat nilai kurang dari KKM
yaitu 65.
Adapun penyebab masalah yang terjadi di SD Negeri Kedunguter
02
Brebes adalah kurang mengaktifkan siswa dalam pembahasan materi,
guru
membahas materi terlalu cepat, kurangnya pemanfaatan media
pembelajaran
sehingga materi yang dijelaskan terlalu abstrak. Cara
penyampaian bahan
pembelajaran kurang menarik atau membosankan, kurang
bervariasinya metode
pembelajaran, kurangnya contoh dan latihan, siswa tidak
termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran. Peneliti mencoba menggunakan model
pembelajaran
kooperatif tipe think pair share untuk mengatasi permasalahan.
Model
pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami konsep-konsep
matematika
dan menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran,
para siswa berkerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu
sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran. Siswa
diharapkan dapat
-
4
saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk
mengasah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
dalam
pemahaman masing-masing. Cara belajar kooperatif tidak
menggantikan
pengajaran yang diberikan guru, tetapi menggantikan pengaturan
tempat duduk
yang individual, cara belajar individual dan dorongan yang
individual. Apabila
tempat duduk diatur dengan baik, siswa akan belajar dengan teman
satu sama lain
untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai
konsep-
konsep yang dipikirkan.
Pembelajaran kooperatif sebagai salah satu metode atau model
pengajaran
yang menjadikan pelajaran matematika menyenangkan dan siswa akan
lebih
paham. Pembelajaran kooperatif ini siswa belajar dengan cara
berkelompok, dari
sisi inilah siswa akan selalu aktif bertanya jawab terhadap
teman satu
kelompoknya. Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk
belajar secara
aktif. Ada banyak jenis-jenis pembelajaran kooperatif salah
satunya adalah model
think pair share. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, berkerjasama,
berdiskusi dan
tanya jawab. Dengan model think pair share peneliti ingin
mengetahui efektif
tidaknya model think pair share terhadap hasil belajar siswa.
Uraian tersebut perlu
diadakan penelitian tentang keefektifan model think pair share
terhadap hasil
belajar matematika kelas IV. Peneliti melakukan penelitian
tentang Keefektifan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap
hasil belajar
matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes
-
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan observasi terhadap pembelajaran yang berlangsung di
kelas IV
SD Kedunguter 02 yang berjumlah 20 siswa kelas A dan 20 siswa
kelas B. Wali
kelas IV A Toto Susilo S.Pd, menjelaskan bahwa jumlah siswa
kelas IV SD
Negeri Kedunguter 02, 70% belum mencapai KKM yakni 65.
Peneliti
mengidentifikasi masalah yang terkait dengan pengembangan
pembelajaran
matematika, yaitu; (1) cara atau teknik penyajian yang digunakan
guru untuk
menyampaikan informasi atau pesan kepada siswa belum mencapai
tujuan belajar;
dan (2) hasil belajar matematika rendah.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang dikaitkan dengan judul di atas sangat luas,
sehingga
tidak mungkin dari lapangan permasalahan itu dapat terjangkau
dan terselesaikan
semua. Agar penelitian ini efektif dan efisien, maka penelitian
ini dibatasi dalam
hal identifikasi masalah yang berupa permasalahan hasil belajar
matematika
rendah. Agar permasalahan yang diteliti tidak melebar semakin
meluas, maka
peneliti membatasi permasalahan pada model pembelajaran tipe
think pair share
dengan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri
Kedunguter 02
Brebes.
Hasil belajar dapat meningkatkan kemampuan mental. Pada umumya
hasil
belajar tersebut meliputi aspek-aspek afektif, psikomotorik,
kognitif. Aspek
afektif adalah penilaian tentang sikap, aspek psikomotorik
adalah penilaian
tentang keterampilan, dan aspek kognitif adalah penilaian
tentang kemampuan
-
6
siswa. Aspek yang tidak diteliti adalah aspek afektif dan
psikomotorik, karena
dalam penelitian ini hanya meneliti tentang efektif tidaknya
model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share yang diukur dari hasil belajar
matematika. Aspek
yang diteliti dalam penelitian ini efektifkah model pembelajaran
kooperatif tipe
think pair share terhadap hasil belajar matematika adalah aspek
kognitif yaitu
kemampuan siswa dilihat dari hasil belajar. Aspek kognitif
adalah kecakapan
menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri.
Kemampuan ini
meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan
masalah.
Sebuah pembelajaran banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi
hal ini
dapat dilihat dari segi internal dan eksternal siswa yang
meliputi intelegensi siswa,
latar belakang keluarga, minat siswa dan lingkungan di luar
sekolah. Segi guru
meliputi kualifikasi akademik guru, kemampuan mengajar dan cara
mengajar.
Segi sarana prasarana adalah segala yang digunakan siswa dan
guru dalam
pembelajaran untuk mencapai hasil belajar. Berdasarkan dari
beberapa sudut
padang tersebut, peneliti melihat sudut pandang siswa yang
antusias dan minat
siswa sangat kurang. Berkaitan dengan belum adanya penggunaan
model-model
pembelajaran yang membuat anak aktif dalam belajarnya. Peneliti
menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share agar siswa
lebih aktif dan
hasil belajar siswa tercapai dengan maksimal.
Kecamatan Brebes dibatasi dari 91 SD Negeri dan 43 SD Swasta.
Tempat
yang dipilih peneliti untuk melakukan penelitian di SD Negeri
Kedunguter 02
Brebes pada tahun 2013 bertepatan pada semester II, dikarenakan
SD Negeri
Kedunguter 02 Brebes belum ada yang pernah meneliti tentang
keefektifan model
-
7
pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil
belajar matematika
siswa kelas IV. SD Negeri Kedunguter 02 Brebes juga mempunyai
permasalahan
tentang hasil belajar matematika sesuai dengan yang
diteliti.
Waktu yang dipilih untuk melakukan penelitian tentang
keefektifan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil
belajar matematika
kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes pada 7 Maret sampai 11
April 2013,
bertepatan pada semester II. Waktu yang ditetapkan tersebut
peneliti telah
mengajukan surat penelitian di SD Negeri Kedunguter 02 Brebes
dan disambut
dengan respon yang baik, waktunya disesuaikan agar tidak
mengangu sistem
pembelajaran yang ada di sekolah tersebut.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai
berikut; Apakah model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share efektif
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri
Kedunguter 02
Brebes?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah; Untuk mengetahui apakah
dengan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share efektif dapat
meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02
Brebes.
-
8
F. Manfaat Penelitian
Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah diperolehnya teori
pengembangan
pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe think pair
share
diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai
kajian teori pada
penelitian yang relevan selanjutnya.
Manfaat praktis penelitian ini dapat memberi masukan
khususnya
pendidikan di sekolah dasar dan dapat bermanfaat bagi: (1)
siswa, siswa akan
senang belajar mata pelajaran matematika dan siswa akan
termotivasi untuk
meningkatkan kompetensi pada pembelajaran matematika; (2) guru,
memiliki
keterampilan dalam mengembangkan kemampuan siswa terutama
pada
pembelajaran matematika dan memiliki kemampuan profesional dalam
mengatasi
siswa yang mengalami kesulitan pembelajaran matematika; dan (3)
sekolah,
penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan, untuk memotivasi
pihak sekolah
dalam memberikan motivasi pada guru, agar mengembangkan berbagai
macam
model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa.
Meningkatkan
kinerja sekolah dalam upaya mewujudkan lulusan yang
kompeten.
G. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel independent (variabel bebas) dan
variabel
dependent (variabel terikat) yang digunakan dalam penelitian
ini.
-
9
1. Variabel terikat
Hasil belajar yang akan diperoleh siswa setelah perlakuan selama
satu bulan, pada
7 Maret sampai 11 April 2013. Berwujud skor dengan skor 0-100.
Skor dengan
rentang 0-100 dipilih peneliti disesuaikan dengan kebutuhan dari
soal posttest
yang akan diberikan. Hasil belajar yang didapatkan siswa sebelum
ada tindakan
pretest dan setelah pembelajaran berasal dari hasil pengerjaan
soal posttest. Soal
pretest dan posttest yang diberikan akan terlebih dahulu
diseleksi dan diuji
berdasarkan kaidah pengujian soal yang memenuhi validitas,
reliabilitas, daya
beda dan tingkat kesukaran soal.
2. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
think pair share.
Model pembelajaran think pair share adalah teknik belajar
mengajar berpikir
berpasangan bertempat dikembangkan oleh Frank Lyman. Think pair
share
adalah teknik yang memberikan siswa kesempatan untuk bekerja
sendiri serta
berkerjasama dengan orang lain, keunggulan lain dari teknik ini
adalah
optimalisasi partisipasi siswa. Model pembelajaran think pair
share yang
melaksanakan adalah siswa dengan kelompok kecil dan mengembang
menjadi
kelompok besar. Sasarannya adalah siswa dapat memberikan
kesempatan
sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk
dikenali dan
menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain.
Prosesnya yakni: (a) guru menyampaikan inti materi dan
kompetensi yang
ingin dicapai; (b) siswa diminta untuk berpikir tentang
materi/permasalahan yang
-
10
disampaikan guru; (c) siswa diminta berpasangan dengan teman
sebelahnya
(kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran
masing-masing; (d) guru
memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya;
(e) berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada
pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para
siswa dan;
dan (f) guru memberi kesimpulan.
3. Kriteria keefektifan
Efektifitas model pembelajaran merupakan suatu ukuran yang
berhubungan
dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran.
Kriteria keefektifan
dalam penelitian ini mengacu pada:
Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila
sekurang-
kurangnya 75 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65
dalam
peningkatan hasil belajar. Peningkataan hasil belajar hasil
belajar dapat dilihat
dari nilai siswa yang dapat mencapai KKM yaitu 65.
Ada perbedaan hasil belajar antara kelas konvensional dan kelas
yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
Pembelajaran
dapat dikatakan ada perbedaan apabila hasil belajar kelas yang
menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih tinggi
dari kelas
konvensional.
-
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hasil belajar
a. Pengertian belajar
Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009: 2) mengemukakan bahwa
belajar
adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang
melalui
aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung
dari proses
pertumbuhan seseorang secara ilmiah. Travers (dalam Suprijono,
2009: 2)
mengemukakan bahwa belajar adalah proses menghasilkan
penyesuaian tingkah
laku. Belajar menurut Morgan (dalam Suprijono, 2009: 3)
menyatakan bahwa
belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai
hasil dari
pengalaman.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian
belajar
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah
laku yang
positif serta proses mendapatkan ilmu pengetahuan yang
diakibatkan oleh faktor
hasil dan pengalaman.
b. Prinsip belajar
Prinsip-prinsip belajar menurut Suprijono (2009: 4) antara lain:
pertama,
prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku
sebagai hasil
belajar memiliki ciri-ciri: (1) sebagai hasil tindakan rasional
instrumental yaitu
perubahan yang disadari, (2) kontinu atau berkesinambungan
dengan perilaku
11 11
-
12
lainnya, (3) fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup, (4)
positif atau
berakumulasi, (5) aktif atau sebagai usaha yang telah
direncanakan dan dilakukan,
(6) permanen atau tetap, (7) bertujuan dan terarah, dan (8)
mencakup keseluruhan
potensi kemanusiaan.
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena
didorong
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses
sistemik yang
dinamis, konstruktif dan organik. Belajar merupakan kesatuan
fungsional dari
berbagai komponen belajar.
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada
dasarnya
adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya.
c. Unsur-unsur belajar
Menurut Gagne (dalam Anni, 2006: 4) belajar merupakan sebuah
sistem
yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait
mengkait sehingga
menghasilkan perubahan perilaku. Beberapa unsur belajar yang
dimaksud adalah:
(1) pembelajar, (2) rangsangan, (3) memori, dan (4) respon.
Pembelajar dapat berupa peserta didik dan warga belajar.
Pembelajar
memiliki organ pengindraan yang digunakan untuk menangkap
rangsangan, otak
yang digunakan untuk mentransformasikan hasil pengindraannya ke
dalam
memori yang kompleks, dan syaraf atau otot yang digunakan untuk
menampilkan
kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari. Rangsangan
yang diterima
oleh pembelajar kemudian diorganisir dalam bentuk kegiatan
syaraf, beberapa
rangsangan tersebut disimpan di dalam memorinya. Kemudian memori
tersebut
-
13
diterjemahkan ke dalam tindakan yang dapat diamati seperti
gerakan syaraf atau
otot dalam merespon sesuatu.
Peristiwa yang merangsang pengindraan pembelajar disebut
situasi
stimulus. Dalam kehidupan seseorang terdapat banyak stimulus
yang berada di
lingkungannya. Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman,
gedung dan orang
adalah stimulus yang selalu berada di lingkungan seseorang agar
pembelajaran
mampu belajar optimal, ia harus memfokuskan pada stimulus
tertentu yang
diminati. Memori yang ada pada peserta didik berisi berbagai
kemampuan yang
berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dihasilkan dari
aktivitas belajar
sebelumnya.
Respon yaitu tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori
disebut
respon. Peserta didik yang sedang mengamati stimulus akan
mendorong memori
memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam
peserta didik dapat
diamati pada akhir proses belajar yang disebut dengan perubahan
perilaku atau
perubahan kinerja (performance).
d. Tujuan belajar
Menurut Suprijono (2009: 5) tujuan belajar sebenarnya sangat
banyak dan
bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk
dicapai dengan
tindakan instruksional lazim dinamakan instructional effects,
yang biasa
berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara tujuan belajar
sebagai hasil
yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut
nurturant effects,
bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap
terbuka dan
demokratis, menerima orang lain dan sebagainya. Tujuan ini
merupakan
-
14
konsekuensi logis dari peserta didik menghidupi (live in) suatu
sistem
lingkungan belajar tertentu.
e. Aktivitas peserta didik
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 22 dan 23) peserta didik
adalah
subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Dalam kegiatan
tersebut peserta didik mengalami tindak mengajar, dan merespon
dengan tindak
belajar. Peserta didik mengalami suatu proses belajar. Dalam
proses belajar
tersebut, peserta didik menggunakan kemampuan mentalnya untuk
mempelajari
bahan belajar. Dengan adanya informasi tentang sasaran belajar,
adanya
penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar,
menyebabkan
peserta didik semakin sadar akan kemampuan dirinya. Hal ini akan
memperkuat
keinginan untuk mandiri.
Dalam proses belajar, rangsangan yang diterima oleh peserta
didik
diorganisir di dalam syaraf, dan ada beberapa rangsangan yang
disimpan di dalam
memori. Kemudian memori tersebut diterjemahkan ke dalam tindakan
yang dapat
diamati seperti gerakan syaraf atau otot dalam merespon
stimulus.
Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran merupakan segala
kegiatan
yang dilakukan peserta didik dalam proses interaksi (guru dan
peserta didik) pada
pembelajaran untuk memperoleh perubahan tingkah laku. Aktivitas
peserta didik
dalam pembelajaran sangat penting, sebab dengan adanya aktivitas
peserta didik
dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.
Berdasarkan beberapa teori di atas, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa
aktivitas peserta didik adalah suatu rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh
-
15
peserta didik dalam pembelajaran yang mencakup interaksi dan
kegiatan peserta
didik dengan media dan lingkungan belajar, sehingga terciptalah
suatu kondisi
belajar yang efektif. Aktivitas peserta didik dapat dilihat dari
beberapa indikator
pencapaian yang menjelaskan tentang aktivitas peserta didik yang
aktif dalam
pembelajaran.
f. Pengertian hasil belajar
Dalam melakukan sesuatu seseorang pasti memiliki tujuan. Seperti
dalam
belajar, proses belajar mengajar juga tidak akan lepas dari yang
namanya tujuan.
Tujuan belajar selalu berhubungan dengan hasil belajar. Menurut
Suprijono
(2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Jadi, hasil belajar terjadi setelah proses belajar. Setelah
melakukan belajar,
peserta didik akan mengalami perubahan yang berhubungan dengan
pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan
keterampilan. Perubahan tersebut diharapkan bersifat positif
sehingga akan
berpengaruh besar terhadap orang yang belajar.
Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2009: 6) hasil belajar
mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi setelah
melakukan proses
belajar diharapkan peserta didik memiliki kemampuan kognitif
yaitu berupa
kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya
sendiri,
kemampuan afektif seperti sikap menerima, memberikan respon,
nilai, organisasi
dan karakteristik. Sedangkan kemampuan psikomotorik yaitu
kemampuan
melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan
koordinasi.
-
16
Pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yaitu
perubahan
perilaku secara menyeluruh yang meliputi informasi verbal,
kemampuan
intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan
sikap.
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Menurut Slameto (2008: 78) secara garis besar faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.
1) Faktor intern
Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal
dari dalam
diri peserta didik. Faktor tersebut meliputi: (a) kondisi
fisiologis, kondisi ini
umumnya sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik,
peserta didik
yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda belajarnya dari
peserta didik
yang dalam keadaan lelah, sakit, demam, batuk dan sebagainya,
dan (b) kondisi
psikologis, kondisi ini umumnya membahas kecerdasan, bakat, dan
minat
motivasi.
2) Faktor ekstern
Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang dapat
mempengaruhi hasil
belajar peserta didik. Faktor-faktor tersebut adalah faktor
non-sosial dan faktor
sosial, faktor lingkungan, faktor instrumental, kurikulum,
program pengajaran,
sarana, fasilitas, guru, keluarga, sekolah, masyarakat, dan
lingkungan sekitar.
Berdasarkan uraian faktor yang mempengaruhi hasil belajar maka
dalam
proses pembelajaran harus memperhatikan kondisi dalam diri dan
lingkungan
peserta didik karena dengan mengetahui kondisi dan lingkungan
peserta didik kita
-
17
juga akan tahu bagaimana kelemahan, kelebihan dari peserta didik
dan akan lebih
mudah dalam memahami dan mendekati meraka. Lingkungan yang
berada di
sekitar sekolah maupun luar sekolah juga mempengaruhi hasil
belajar sehingga
guru juga harus mengadakan komunikasi dengan orangtua murid agar
proses
belajar juga akan mudah. Jadi memudahkan pemilihan atau
penggunaan model
dan metode pembelajaran yang akan digunakan yang sesuai dengan
keadaan yang
dibutuhkan oleh peserta didik dan tujuan pembelajaran pun akan
mudah tercapai.
2. Model pembelajaran kooperatif
a. Pengertian model pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah
pembelajaran
tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil
belajar yang
diharapkan akan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Model
pembelajaran
yang dimaksud adalah yang bisa meningkatkan kemampuan akademik,
melatih
kemampuan berbicara, sekaligus menanamkan moralitas kepada
peserta didik.
b. Pengertian model pembelajaran kooperatif
Lie (2004: 29) mengatakan model pembelajaran cooperative
learning tidak
sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur
dasar
pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan
pembagian
kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model
cooperative
learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas
dengan
lebih efektif.
Menurut Roger dan David (dalam Lie, 2004: 31) mengatakan bahwa
tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk
mencapai hasil
-
18
yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus
diterapkan,
yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab
perseorangan, tatap muka,
komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.
c. Think pair share
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran
yang berdasarkan
faham kontruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuan berbeda
(Isjoni 2010 :14). Mohamad, (2005 : 1) mengatakan pembelajaran
kooperatif
merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru
setiap hari
untuk membantu siswa belajarnya belajar setiap mata pelajaran,
mulai dari
keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang
kompleks.
Slavin (2005: 4) berpendapat pembelajaran kooperatif merujuk
pada berbagai
macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok
kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari
materi
pembelajaran
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas pembelajaran kooperatif
adalah
salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham
kontruktivis yang
merupakan teknik-teknik kelas praktis untuk siswa bekerja dalam
kelompok-
kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari
materi pembelajaran.
-
19
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Seperti
namanya
thinking, pembelajaran guru mengajukan pertanyaan, pairing guru
meminta
peserta didik berpasang-pasangan sharring, diharapkan terjadi
tanya jawab.
(Suprijino, 2009 :91). Mohamad (2005: 79) menyatakan think pair
share adalah
sebuah struktur pembelajaran kooperatif yang sederhana namun
sangat berguna
disebut think pair share. Sedangkan Isjoni (2010 :121)
berpendapat think pair
share teknik ini memberi siswa kesempatan siswa untuk bekerja
sendiri serta
bekerjasama dengan orang lain. Berdasarkan pendapat-pendapat
tersebut sebuah
struktur pembelajaran kooperatif yang sederhana namun sangat
berguna disebut
think pair share.
Fadholi (2009) mengemukakan empat kelebihan model pembelajaran
think
pair share sebagai berikut: (1) memberi murid waktu lebih banyak
untuk berfikir,
menjawab, dan saling membantu satu sama lain; (2) lebih mudah
dan cepat
membentuk kelompoknya; (3) murid lebih aktif dalam pembelajaran
karena
menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, di mana tiap kelompok
hanya terdiri
dari 2 orang; dan (4) murid memperoleh kesempatan untuk
mempresentasikan
hasil diskusinya dengan seluruh murid sehingga ide yang ada
menyebar.
Fadholi (2009) mengemukakan lima kelemahan atau kekurangan
model
think pair share sebagai berikut: (1) jumlah murid yang ganjil
berdampak pada
saat pembentukan kelompok, karena ada satu murid tidak mempunyai
pasangan;
(2) jika ada perselisihan, tidak ada penengah; (3) jumlah
kelompok yang
terbentuk banyak; (4) menggantungkan pada pasangan; dan (5)
sangat sulit
diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan muridnya
rendah.
-
20
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think Pair Share
adalah:
(1) guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan
tugas kepada
semua kelompok; (2) setiap siswa memikirkan dan mengerjakan
tugas tersebut
sendiri; (3) siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam
kelompok dan
berdiskusi dengan pasangannya; dan (4) kedua pasangan bertemu
kembali dalam
kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan
hasil
kerjanya kepada kelompok berempat (Lie, 2004).
Think pair share memiliki prosedur yang ditetapkan secara
eksplisit untuk
memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan
saling
membantu satu sama lain. Sebagai contoh, guru baru saja
menyajikan suatu topik
atau siswa baru saja selesai membaca suatu tugas, selanjutnya
guru meminta siswa
untuk memikirkan permasalahan yang ada dalam topik/bacaan
tersebut.
Langkah-langkah dalam pembelajaran think pair share sederhana,
namun
penting terutama dalam menghindari kesalahan-kesalahan kerja
kelompok. Dalam
model ini, guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik,
berpasangan
dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide
dengan seluruh
kelas.
Tahap utama dalam pembelajaran think pair share menurut
Ibrahim
(2000) adalah sebagai berikut:
-
21
Tahap 1 : Thingking (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan
pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan
atau isu
tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2 : Pairing
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk
mendiskusikan
apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap
ini, setiap anggota
pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka
dengan
mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling
meyakinkan, atau
paling unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk
berpasangan.
Tahap 3 : Sharing (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi
dengan
seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan.
Keterampilan berbagi
dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan
yang secara
sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau
bergiliran pasangan
demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat
kesempatan
untuk melaporkan.
Tahapan-tahapan dalam pembelajaran think pair share sederhana,
namun
penting terutama dalam menghindari kesalahan dalam kerja
kelompok. Dalam
model ini guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik,
berpasangan dengan
siswa lain, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Adanya
kegiatan berpikir-
berpasangan-berbagi dalam metode think pair share memberi banyak
keuntungan.
Siswa secara individual dapat mengembangkan pemikirannya
masing-masing
-
22
karena adanya waktu berpikir (think time) sehingga kualitas
jawaban siswa juga
dapat meningkat. Menurut Nurhadi (2003: 65), akuntabilitas
berkembang karena
setiap siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran
masing-masing dan berbagi
dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil
mendorong setiap
anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa yang jarang
atau bahkan tidak
pernah berbicara di depan kelas paling tidak memberi ide atau
jawaban kepada
pasangannya.
Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model think pair
share adalah
Menurut Nurhadi (2003):
Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan.
Aktifitas : Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan
pembelajaran,
dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
akan
disampaikan.
Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual.
Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru.
Langkah ini
dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil
pemikirannya
masing-masing.
Langkah ke 3 : Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran
masing-masing
dengan pasangan.
Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan
dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang
menurut
-
23
mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi
siswa untuk aktif
dalam kerja kelompoknya.
Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas
Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan
masalah
secara individual atau kelompok di depan kelas.
Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan
masalah
Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi
terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka
diskusikan.
3. Materi bilangan bulat
a. Mengenal bilangan bulat
1) Mengenal bilangan bulat positif dan negatif
Bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, disebut bilangan cacah,
sedangkan 1, 2, 3, 4,
5, disebut bilangan asli. Jadi, bilangan cacah adalah gabungan
dari bilangan
nol dan bilangan asli.
b. Membaca dan menulis lambang bilangan bulat
Setelah mengenal bilangan bulat positif maupun bilangan bulat
negatif,
bagaimana cara membaca dan menuliskan bilangan-bilangan
tersebut? Mari kita
-
24
pelajari. Bilangan asli atau bilangan bulat positif sudah sangat
kita kenal,
sedangkan untuk bilangan negatif cara membacanya diawali dengan
kata negatif
di depan bilangan.
Contoh:
10 dibaca sepuluh
10 dibaca negatif sepuluh
negatif sembilan puluh sembilan dituliskan 99
seratus lima dituliskan 105
c. Penggunaan bilangan bulat negatif
Mengapa harus ada bilangan negatif? Pernahkah kamu mendengar
kalimat-
kalimat seperti di bawah ini?
a. Suhu di daerah kutub dapat mencapai 15 di bawah nol
b. Daerah itu rawan banjir karena ketinggiannya 5cm di bawah
permukaan air
laut.
Nah kawan, bagaimana menuliskan bilangan 15 di bawah nol?
Bagaimana pula
menuliskan bilangan 5cm di bawah permukaan air laut?
Bilangan-bilangan tersebut dapat kita tuliskan dengan
menggunakan bilangan
bulat negatif. Lima belas di bawah nol dapat dituliskan 15. Lima
di bawah
-
25
permukaan dapat dituliskan 5. Jadi, dua kalimat di atas dapat
dituliskan sebagai
berikut
a. Suhu di daerah kutub dapat mencapai 15 derajat.
b. Daerah itu rawan banjir karena ketinggiannya 5 cm.
Itulah beberapa contoh penggunaan bilangan bulat. Dapatkah kamu
menyebutkan
contoh penggunaan bilangan bulat negatif yang lain?
d. Membandingkan dan mengurutkan bilangan bulat
Telah kita pelajari di depan bahwa bilangan negatif lebih kecil
dari nol. Mari kita
perhatikan garis bilangan berikut ini.
Semakin ke kiri nilai bilangan semakin kecil. Sebaliknya,
semakin ke kanan nilai
bilangan semakin besar. Sekarang, mari kita lengkapi
perbandingan bilangan bulat
di bawah ini dengan memberi tanda lebih besar (>) atau lebih
kecil (
-
26
Contoh:
Urutkan bilangan-bilangan berikut ini. 5, 10, 25, 20, 10, 0,
30
Jawab:
Masing-masing bilangan tersebut dapat dituliskan pada garis
bilangan di bawah
ini.
Urutan bilangan dari yang terkecil adalah
25, 10, 5, 0, 10, 20, 30
Urutan bilangan dari yang terbesar adalah
30, 20, 10, 0, 5, 10, 25
b. Penjumlahan bilangan bulat
Sebelum mempelajari penjumlahan bilangan bulat lebih lanjut,
penjumlahan yang
melibatkan bilangan nol dan bilangan bulat positif harus sudah
kamu kuasai
dengan baik.
-
27
1) Penjumlahan menggunakan garis bilangan
Penjumlahan bilangan dapat dilakukan dengan bantuan garis
bilangan dengan
membuat diagram panah yang menyertakan bilangan.
a) Mengenal bilangan bulat dengan diagram panah
Sebuah bilangan bulat dapat ditunjukkan dengan diagram panah
pada garis
bilangan yang mempunyai panjang dan arah. Panjang diagram
panah
menunjukkan banyaknya satuan, sedangkan arahnya menunjukkan
positif atau
negatif. Jika diagram panah menuju ke arah kanan, maka anak
panah tersebut
menunjukkan bilangan bulat positif. Jika diagram panah menuju ke
kiri, maka
anak panah tersebut menunjukkan bilangan bulat negatif.
-
28
c. Pengurangan bilangan bulat
Setelah dapat melakukan penjumlahan bilangan bulat, marilah kita
belajar
pengurangan bilangan bulat. Sebelumnya, mari kita pahami dulu
bilangan bulat
yang saling berlawanan.
1) Lawan bilangan bulat
Contoh:
Tentukan lawan dari bilangan bulat berikut:
a) 7
Jawab:
Lawan dari 7 adalah 7
2) Mengurangkan bilangan bulat
Pengurangan bilangan bulat adalah penjumlahan dengan lawan
bilangannya
a b = a + (b)
a (b) = a + b
d. Operasi hitung campuran
Contoh:
Tentukan hasil operasi hitung berikut ini.
a. 42 + (35) 12
-
29
b. (50) (25) + 45
Jawab:
a. 42 + (35) 12 = 42 35 12 = 7 12 = 5
b. (50) (25) + 45 = (50) + 25 + 45 = (25) + 45 = 20
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang sama pernah dilakukan oleh Desiana Muliani
Pratiwi (2010)
dengan judul Peningkatan Kedisisplinan dan Prestasi Belajar
Matematika
Pokok Bahasan Segitiga dengan Pendekatan (think pair share)
dengan Media
LKS (Lembar Kerja Siswa) pada Siswa Kelas VII-C Semester II SMP
N 1 Guntur
Tahun Ajaran 2009/2010 hasil dari penelitian tersebut
meningkatnya hasil
belajar matematika siswa, ditunjukan dengan hasil tes evaluasi
yang semula siswa
yang tuntas belajar 19 siswa dengan nilai rata-rata siswa 56,55
dan persentase
ketuntasan belajar klasikal 57, 58% pada siklus I menjadi
meningkat menjadi 29
siswa yang tuntas belajar dengan nilai rata-rata 85,27 dan
persentase ketuntasan
belajar klasikal 87,88% pada siklus II.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Desiana Muliani Pratiwi
mempunyai
perbedaan dan persamaaan dengan penelitian yang saya lakukan
yakni
persamaannya meneliti tentang think pair share. Perbedaannya
Desiana Muliani
Pratiwi meneliti tentang Peningkatan Kedisisplinan dan Prestasi
Belajar
Matematika Pokok Bahasan Segitiga sedangkan penulis meneliti
tentang
Keefektivan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe think pair share
terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Kedunguter 02
Brebes.
-
30
Fitri Mayasari (2011) Judul Perbandingan Model Pembelajaran
Kelompok
Invenstigasi (KI) dengan Srategi Kelompok Belajar dan Model
Pembelajaran
Think Pair Share dengan Berbantu Modul Terhadap Hasil Belajar
pada Pokok
Bahasan Lingkaran Kelas VIII Semester II SMP N 8 Semarang Tahun
Ajaran
2010/2011 hasilnya terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
diajar dengan
model pembelajaran think pair share dengan berbantu modul dan
model
pembelajaran konvensional pada pokok bahasan lingkaran kelas
VIII SMP N 8
Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Model think pair share
dengan berbantu
modul lebih baik di bandingkan dengan model pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fitri Mayasari
mempunyai
persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan
yakni
persamaannya meneliti tentang think pair share. Perbedaannya,
Fitri Mayasari
membandingan model pembelajaran Kelompok Investigasi (KI) dengan
strategi
kelompok belajar dan model pembelajaran think pair share.
Sedangkan penelitian
yang saya lakukan hanya model pembelajaran think pair share.
Ziyadatul Barokah (2011) Judul Penerapan Kolaborasi Model
Pembelajaran Preview Question, Read, Reflect, Recite and Review
(PQ4R) dan
Model Think Pair Share (TPS) dengan Media Modul untuk
Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika pada Siswa Kelas VII Semester II MTs NU 24
Darul Ulum
Pidodokulon Tahun Ajaran 2010/2011 hasilnya pembelajaran
matematika
dengan menerapkan PQ4R dan model TPS dengan media modul pada
materi
segitiga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIA
semester II MTs NU
24 Darul Ulum Pidodokulon kabupaten kedal Tahun Pelajaran
2010/201. Hal ini
-
31
terlihat dari aktivitas siswa dengan persentase klasikal sebesar
75,83% pada siklus
I menjadi 81,042% pada siklus II.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ziyadatul Barokah
mempunyai
perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Ziyadatul
Barokah
mengkolaborasikan model pembelajaran Preview Question, Read,
Reflect, Recite
and Review (PQ4R) dan Model think pair share sedangkan peneliti
meneliti
tentang keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share.
Berdasarkan kajian hasil penelitian yang relevan di atas
menunjukan
peningkatan-peningkatan untuk kelas eksperimen. Kajian hasil
penelitian ini
dijadikan referensi atau tolak ukur bagi peneliti dalam
penelitiannya tentang
keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
Hasil dari
penelitian yang penulis lakukan di SD Negeri Kedunguter 02
Brebes dengan judul
Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe think pair share
terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Kedunguter 02
Brebes.
Kelas IVA untuk kelas eksperimen dan kelas IVB untuk kelas
kontrol. Uji
normalitas awal yang menunjukan bahwa kelas berasal dari kelas
yang normal.
Nilai sig = 0,200 = 20%>5% yang menunjukan variabel dependent
berdistribusi
normal. Berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata menunjukan data
kondisi awal
dengan thitung 0,121705 dengan dk = 20 + 20 2 = 38 dengan taraf
nyata 5%
diperoleh ttabel = 1,68. Karena thitung< ttabel maka Ho gagal
ditolak. Ho : 1 = 2 yang
artinya kedua kelas tersebut berasal dari kelas yang sama atau
setara. Berdasarkan
hasil kelas eksperimen terjadi peningkatan hasil belajar sebesar
85%, untuk kelas
-
32
kontrol 35%. Jadi model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share efektif
digunakan pada pelajaran matematika SD Negeri Kedunguter 02
Brebes.
C. Kerangka Berpikir
Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk
mengarahkan
jalannya penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir
Kondisi awal sebelum penelitian dilakukan peneliti belum
menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share masih menggunakan
konvensional
dan tanya jawab dilanjutkan pemberian tugas. Karena peneliti
belum menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share sehingga
hasil belajar
matematika kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes Semester II
Tahun
Kondisi Awal Pembelajaran
menggunakan model
ceramah dan tanya
jawab
Hasil belajar
siswa rendah
dibawah KKM
Diadakan perbaikan
proses pembelajaran Menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share
Kondisi Akhir Siswa lebih mudah memahami dan mengingat
materi sehingga hasil belajar siswa meningkat
-
33
Pelajaran 2011/2012 masih rendah. Hasil belajar matematika
rendah dapat dilihat
dari nilai rata-rata ulangan kurang dari KKM.
Supaya hasil belajar matematika dapat meningkat, peneliti perlu
melakukan
tindakan dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe
think pair
share dalam pembelajaran. Memilih suatu model pembelajaran,
harus disesuaikan
dengan realitas yang ada serta pandangan hidup yang akan
dihasilkan dari proses
kerjasama antara guru dan siswa.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti menilai model
pembelajaran
kooperatif tipe think pair share efektif digunakan dalam
melaksanakan
pembelajaran matematika. Penerapan pembelajaran matematika
dengan model
kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil
belajar. Hasilnya
peningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV semester II
SD Negeri
Kedunguter 02 Brebes Tahun Pelajaran 2012/2013 diterapkan model
kooperatif
tipe think pair share.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir maka diperoleh
hipotesis
penelitian adalah model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share efektif
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri
Kedunguter 02
Brebes.
-
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas IV Semester II di SD
Kudunguter
02 Brebes Tahun Pelajaran 2012/2013. Alasan pemilihan tempat ini
adalah karena
di SD Negeri Kedunguter 02 Brebes ini belum pernah dilakukan
penelitian
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share.
Penelitian ini dilaksanakan pada 7 Maret sampai 11 April
2013.
B. Populasi, Sampel, dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini
adalah siswa kelas IV (Empat) SD Negeri Kedunguter 02 Brebes
Tahun Pelajaran
2012/2013 yang terdiri dari 2 (dua) kelas yaitu kelas IV A yang
terdiri dari 20
siswa dan kelas IV B yang terdiri dari 20 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Karena
populasi yang
dilakukan dalam penelitian ini jumlah subjeknya kurang dari 100
siswa, maka
sampel dalam penelitian ini adalah sama dengan populasi yang
diteliti, yaitu siswa
kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes Tahun Pelajaran
2012/2013 yang
34
-
35
terdiri dari 2 (dua) kelas yaitu kelas V.A yang terdiri dari 20
siswa dan kelas V.B
yang terdiri dari 20 siswa.
3. Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonprobability
sampling dengan teknik sampling jenuh. Sampling jenuh adalah
teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Teknik sampling
jenuh ini nanti akan digunakan untuk memecahkan kelas IV A dan
IV B yang
seluruhnya berjumlah 40 siswa menjadi dua kelas yang
masing-masing kelas
terdiri dari 20 siswa. Kelas IV A untuk dikenai model
pembelajaran kooperatif
tipe think pair share, kelas IV B tidak dikenai tindakan, dan
kelas V, 10 anak
diacak untuk dijadikan sebagai kelas uji instrumen soal
penelitian. Hal ini
biasanya dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil, kurang
dari 27, atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang
sangat kecil.
Sampling jenuh juga sering disebut total sampling atau sensus,
semua anggota
populasi dijadikan sampling.
C. Variabel penelitian
Variabel terikat dalam penelitian ini berupa hasil belajar
siswa. Hasil belajar
siswa dalam penelitian ini yaitu Y: hasil belajar siswa yang
dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Variabel bebas
dalam penelitian ini
berupa model pembelajaran, variabel bebas yaitu X: pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share.
-
36
D. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan
untuk
memperoleh data penelitian sesuai dengan metode yang digunakan.
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yaitu tes, instrumen
tes yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa berupa soal tes
prestasi. Tes
prestasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis
untuk mengetahui
skor peningkatan prestasi individu. Tes diberikan pada akhir
pembelajaran kepada
masing-masing siswa. Tes dikerjakan secara individu. Tes ini
berupa soal pilihan
ganda yang berjumlah 13 butir soal.
a. Uji instrumen
Instrumen dalam penelitian ini berupa soal tes berbentuk pilihan
ganda. Soal
tes tersebut adalah tes yang diberikan setelah pelajaran
matematika disampaikan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share dan
konvensional, prosedur yang akan ditempuh dalam pengadaan
instrumen adalah:
(1) mengadakan pembatasan terhadap materi yang akan diteskan;
(2) pembuatan
kisi-kisi soal; (3) menentukan tipe soal yaitu pilihan ganda;
(4) menentukan
jumlah butir soal dan waktu yang disediakan untuk menyelesaikan
soal-soal tes;
(5) penulisan butir soal; (6) melengkapi instrumen dengan
petunjuk dan kunci
jawaban; (7) uji coba soal tes, soal tes diujicobakan dahulu
dengan melakukan try
out di kelas V dan (8) penganalisaan hasil yaitu menganalisa
butir soal yang
diujicobakan.
-
37
Penganalisaan hasil ini dilakukan dengan cara mengukur dan
menghitung
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya.
Secara umum
diuraikan sebagai berikut:
1) Uji validitas
Validitas merupakan suatu ukuran instrumen. Sebuah instrumen
dikatakan
valid apabila mampu mengungkapkan apa yang diinginkan atau
mengungkap data
dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini,
peneliti menggunakan
validitas item atau validitas butir soal dengan teknik korelasi
Product Moment,
sebagai berikut:
222 YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = Jumlah responden
X = Skor butir
Y = Skor total
XY = Jumlah perkalian antar variabel X dan Y
Berdasarkan perhitungan akan didapat koefisien korelasi dari
masing-masing butir
soal jika rhitung rtabel, maka butir dinyatakan valid dan
sebaliknya jika rhitung< rtabel,
maka soal dinyatakan tidak valid.
Hasil validitas tiap-tiap butir dihitung dengan menggunakan
rumus korelasi
product moment kemudian dikonsultasikan dengan tabel r = 10 dan
= 0,05
sehingga diperoleh rtabel = 0,632. Berdasarkan hasil analisis
tes uji coba instrumen,
diperoleh bahwa soal yang valid adalah soal nomor 2, 4, 7, 9,
10, 11, 12, 15, 22,
24, 25, 33, 36, 39, 41, 42, 44, 47, 49, dan 50, dan tidak valid
adalah soal nomor 1,
-
38
3, 5, 6, 8, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 26, 27, 28, 29,
30, 31, 32, 34, 35, 37,
38, 40, 43, 45, 46 dan 48. Perhitungan dapat dilihat pada
Lampiran 5, halaman
79. Digunakan 13 soal yang valid untuk dijadikan pretest dan
posttest, dengan
nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 17, 18 dan 20 sesuai
dengan kisi-kisi soal
posttest dan pretest dapat dilihat Lampiran 2, halaman 69.
2) Uji reliabilitas
Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Suatu tes
dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Untuk keperluan mencari
reliabilitas butir soal
pilihan ganda, maka rumus yang digunakan adalah rumus
Spearman-Brown,
jumlah soal pilihan ganda ini ada 50 butir soal yang akan diuji
reliabilitasnya
dengan uji belah ganjil-genap.
Rumus Spearman-Brown
( )
Keterangan:
: Reliabilitas instrumen : yang disebutkan sebagai indeks
korelasi antara dua belahan
instrumen.
Hasil penghitungan reliabilitas soal digunakan rumus
Spearman-Brown (belah
ganjil-genap) sehingga diperoleh r11= 0,9601. Harga tersebut
dikonsultasikan
dengan rtabel dengan n = 10, diperoleh rtabel = 0,632. Jadi
r11> rtabel. Dengan
-
39
demikian dapat dikatakan alat ukur tersebut adalah reliabel.
Perhitungan
selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 17, halaman 109.
3) Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak
terlalu
mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
meningkatkan
usaha menyelesaikannya, soal yang terlalu sukar atau menyebabkan
siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba
lagi karena di
luar jangkauan. Indeks kesukaran soal adalah bilangan yang
menunjukkan sukar
atau mudahnya suatu soal. Menghitung tingkat kesukaran soal
pilihan ganda, yang
digunakan adalah rumus:
Rumus Mencari Tingkat Kesukaran
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk menginterpretasikan nilai tingkat kesukaran butirnya
dapat
digunakan kriteria sebagai berikut:
a. Jika soal dengan P adalah 0,00 sampai 0,30 maka soal
sukar.
b. Jika soal dengan P adalah 0,30 sampai 0,70 maka soal
sedang.
c. Jika soal dengan P adalah 0,70 sampai 1,00 maka soal
mudah.
-
40
Hasil soal-soal yang diujicobakan memiliki tingkat kesukaran
yang berbeda-beda,
hasil dari uji coba instrumen menunjukkan bahwa soal yang
diujikan semua
berkriteria sedang. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada
Lampiran 18,
halaman 110.
4) Daya pembeda
Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu soal mampu
membedakan antara siswa yang pandai (kelompok atas) dengan siswa
yang
kurang pandai (kelompok bawah). Suatu soal dianggap baik bila
siswa yang
pandai dapat menjawab dengan benar dan siswa yang kurang pandai
menjawab
salah, semakin besar daya pembeda soal maka soal tersebut
semakin baik. Teknik
yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bentuk soal pilihan
ganda
adalah sebagai berikut:
Keterangan :
D : Daya pembeda soal
: Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar : Banyaknya
siswa kelompok atas : Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab
benar : Banyaknya siswa kelompok bawah : Proporsi peserta kelompok
atas yang menjawab benar : Proporsi peserta kelompok bawah yang
menjawab benar
Untuk menginterpretasikan nilai tingkat kesukaran butirnya dapat
digunakan
kriteria sebagai berikut:
1. Jika D 0,00 adalah soal sangat jelek, tidak baik.
-
41
2. Jika 0,00 < D 0,20 adalah soal jelek.
3. Jika 0,20 < D 0,40 adalah soal cukup baik.
4. Jika 0,40 < D 0,70 adalah soal baik.
5. Jika 0,70 < D 1,00 adalah soal sangat baik.
Hasil menganalisa daya pembeda pada soal-soal uji coba digunakan
lima
kriteria yaitu sangat jelek, jelek, cukup, baik, dan sangat
baik. Berdasarkan
analisis tes uji coba diperoleh bahwa soal yang berkriteria
cukup baik adalah soal
nomor 1, 13, 18, 20 dan 28. Soal yang berkriteria baik adalah
soal nomor 3, 5, 6,
7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15,16, 19, 21, 23, 24, 26, 27, 29,
31,32, 33 34, 35, 36,
37,38, 39, 40, 42, 43, 45,46,47,48, dan 48. Soal yang
berkriteria baik sekali adalah
soal nomor 2, 4, 22, 25, 30, 41, 50. Soal yang berkriteria jelek
adalah soal nomor
17, maksudnya adalah soal tersebut kurang baik untuk dapat
membedakan antara
siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Perhitungan
selanjutnya
dapat dilihat pada Lampiran 19, halaman 112.
E. Metode pengumpulan data
Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang
dimanfaatkan, maka
metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes, tes
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi atau
achievement test,
yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang
setelah
mempelajari sesuatu sehingga dapat diketahui perbedaan hasil
belajar siswa antara
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share dengan
hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Tes ini
-
42
disajikan dalam bentuk pilihan ganda dengan jumlah 13 butir
soal, tes ini akan
diberikan pada akhir pembelajaran.
F. Teknik analisis data
Teknik analisis data adalah data penelitian terkait erat dengan
jenis dan
metode serta rancangan penelitian. Pada dasarnya, setiap jenis
penelitian memiliki
metode serta rancangan yang berbeda, dan setiap rancangan
memiliki analisis
yang berbeda.
1. Analisis awal
Sebelum memberi perlakuan kepada kelas eksperimen, perlu
dianalisis kedua
kelompok melalui uji normalitas dengan menggunakan nilai hasil
pretest masing-
masing individu.
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel kedua
kelompok
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, pengujian
ini dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus uji chi-kuadrat, yaitu:
( )
Keterangan:
: Harga chi-kuadrat : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
: Frekuensi yang diharapkan
-
43
Kriteria pengujian jika hitung < yang tertera pada tabel,
maka data
yang diperoleh berdistribusi normal. Namun sebaliknya, jika
hitung
yang tertera pada tabel, maka data yang diperoleh tidak
berdistribusi normal. Pada
uji normalitas peneliti menggunakan SPSS 17.
b. Uji kesamaan dua rata-rata
Untuk mengetahui kesamaan rata-rata dua kelompok sebelum
perlakuan
maka perlu diuji menggunakan uji dua pihak. Hipotesis yang akan
diuji adalah
sebagai berikut:
H0 : 1 = 2 (rataan kedua sampel sama)
H1 : 1 2 (rataan kedua sampel berbeda)
Keterangan : 1 : rata-rata kelompok eksperimen
2 : rata-rata kelompok kontrol
Varians dari kedua kelompok adalah sama tetapi tidak diketahui
harganya,
maka rumus statistik yang digunakan adalah:
21
21
11
nnS
xxt
2
11
21
2
22
2
112
nn
snsns
Keterangan :
t = Perbedaan rata-rata
s = Simpangan baku
1x = Ratarata nilai kelas eksperimen
2x = Ratarata nilai kelas kontrol
1n = Banyaknya subyek kelas eksperimen
-
44
2n = Banyaknya subyek kelas kontrol
s2 = Varians gabungan
s12 = Varians kelas eksperimen
s22 = Varians kelas kontrol
Kriteria pengujian adalah: H0 diterima jika thitung< ttabel
dan dk = n1 + n2
2. Hasil dari daftar uji t untuk t )2
11(
dengan dk = 20 + 20 2 = 38 dengan taraf
nyata 5% diperoleh ttabel = 1,68. Karena thitung< ttabel maka
Ho gagal ditolak. Artinya
(rataan kedua sampel sama). Data selengkapnya lihat Lampiran 21,
halaman 116.
c. Pemberian perlakuan
Setelah diketahui bahwa kedua kelompok sampel memiliki kemampuan
awal
yang sama (mempunyai varians dan ratarata yang sama).
Selanjutnya dapat
dilakukan pemberian perlakuan atau eksperimen. Kelas eksperimen
diberi
perlakuan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
think pair
share, sedangkan kelas kontrol tidak diberi perlakuan.
2. Analisis akhir
Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, maka
dilaksanakan tes
akhir. Hasil tes akhir ini akan diperoleh data yang digunakan
sebagai dasar dalam
menguji hipotesis penelitian. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
a. Uji normalitas
-
45
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel kedua
kelompok
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, pengujian
ini dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus uji chi-kuadrat, yaitu:
( )
Keterangan:
: Harga chi-kuadrat : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
: Frekuensi yang diharapkan
Kriteria pengujian jika hitung < yang tertera pada tabel,
maka data
yang diperoleh berdistribusi normal. Namun sebaliknya, jika
hitung yang
tertera pada tabel, maka data yang diperoleh tidak berdistribusi
normal. Pada uji
normalitas peneliti menggunkan SPSS 17.
b. Uji hipotesis
Uji-t untuk hipotesis yang digunakan adalah:
Ho : thitung < ttabel maka H0 gagal ditolak atau dapat
dikatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share tidak efektif
terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02
Brebes.
H1 : thitung ttabel maka hipotesis kerja (H1) diterima atau
dapat dikatakan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share efektif
terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02
Brebes.
Maka rumusnya:
-
46
( )
( )
(
)
Keterangan:
t : Uji t
: Mean sampel kelompok eksperimen : Mean sampel kelompok kontrol
: Simpangan baku gabungan : Simpangan baku kelompok eksperimen :
Simpangan baku kelompok kontrol : Banyaknya sampel kelompok
eksperimen : Banyaknya sampel kelompok kontrol
Nilai t sebesar disebut nilai thitung. Untuk memperoleh nilai
ttabel diperlukan
informasi tentang derajat kebebasan (db) dari distribusi yang
diteliti. Cara untuk
memperoleh db dilakukan dengan menggunakan rumus: db = n1 + n22.
Maka
db= 20+ 20 2 = 38. Dengan db sebesar 38 dan taraf signifikan 5%
didapatkan
ttabel sebesar 1,68. Selanjutnya kita bandingkan nilai thitung
sebesar dengan
ttabel sebesar 1,68. Jadi, thitung ttabel maka hipotesis kerja
(H1) diterima atau dapat
dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share efektif
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri
Kedunguter 02
Brebes. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat Lampiran 23,
halaman 119.
c. Ketuntasan hasil belajar
Perhitungan ketuntasan belajar klasikal digunakan untuk
mengetahui apakah
ketentusan belajar telah tercapai, pengujian ini dapat dilakukan
dengan rumus
sebagai berkut:
Skor :
x 100 =
-
47
Dikatakan mencapai ketuntasan belajar apabila sekurang-kurangnya
75% dari
jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65.
G. Desain penelitian
Desain penelitian adalah rancangan penelitian. Untuk mengetahui
keefektifan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap
hasil belajar
matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes.
Penelitian ini
digunakan Tru Experimental Design dengan jenis Pretest-posttest
control group
design. Pola Pretest-posttest control group design adalah
sebagai berikut:
O1 = Pretest pada kelas eksperimen
O2 = Posttest pada kelas eksperimen
O3 = Pretest pada kelas kontrol
O4 = Posttest pada kelas kontrol
E = Kelas eksperimen
K = Kelas kontrol
Desain ini, terdapat dua kelompok yang memiliki kemampuan yang
sama,
kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah
perbedaan antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil pretest yang baik bila
nilai kelompok
eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Selanjutnya dari
kelas eksperimen
diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe think
pair share serta kelompok kontrol tidak diberi perlakuan, tetapi
hanya
menggunakan pembelajaran konvensional. Kelompok eksperimen tidak
ada
metode konvensional. Hasil posttest yang baik jika nilai
kelompok eksperimen
berbeda sangat signifikan. Perlakuan adalah (O2O1) (O4O3).
E O1 X O2
K O3 O4
-
48
H. Hipotesis Statistika
Berdasarkan analisis tersebut, disimpulkan beberapa hipotesis
statistikanya
adalah sebagai berikut:
Ho : thitung < ttabel maka Ho gagal ditolak atau dapat
dikatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share tidak efektif
terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02
Brebes.
H1 : thitung ttabel maka hipotesis kerja (H1) diterima atau
dapat dikatakan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share efektif
terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02
Brebes.
-
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Nilai hasil pretest diambil dari hasil pengerjaan soal oleh
siswa sebelum
dilaksanakannya pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol
dan nilai hasil posttest diambil dari hasil pengerjaan soal oleh
siswa setelah
dilaksanakannya pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol.
Hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol dapat
dilihat pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Daftar Nilai Pretest dan Posttest Matematika Kelas Eksperimen
diberi Simbol X
dan Kelas Kontrol diberi Simbol Y.
No
Responden
Pretest Posttest
X Y X Y
1
2
3
4
5
6
7
8
54
71
50
71
64
50
55
57
64
42
57
50
28
78
57
50
85
92
85
78
85
71
64
64
78
64
50
64
64
64
64
64
49
-
50
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
42
64
45
57
60
53
50
50
74
64
64
56
35
71
57
64
28
50
50
50
78
64
57
57
92
92
78
92
71
100
50
100
71
100
100
100
50
92
85
71
50
50
71
71
100
35
35
57
Jumlah 1151 1087 1670 1279
Rata-rata 5