i SKRIPSI TATA KELOLA KONFLIK (CONFLICT GOVERNANCE) ANTAR KELOMPOK PEMUDA DAN PENYELESAIANNYA (STUDI KASUS DI JALAN DANGKO KOTA MAKASSAR) SUKMA RAMADHANI 105640 1090 10 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
SKRIPSI
TATA KELOLA KONFLIK (CONFLICT GOVERNANCE) ANTAR
KELOMPOK PEMUDA DAN PENYELESAIANNYA
(STUDI KASUS DI JALAN DANGKO KOTA MAKASSAR)
SUKMA RAMADHANI
105640 1090 10
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
ii
HALAMAN PENGAJUAN
TATA KELOLA KONFLIK (CONFLICT GOVERNANCE) ANTAR
KELOMPOK PEMUDA DAN PENYELESAIANNYA
(STUDI KASUS DI JALAN DANGKO KOTA MAKASSAR)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
SUKMA RAMADHANI
Nomor Stambuk: 105640109010
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
iii
iv
v
ABSTRAK
SUKMA RAMADHANI, Nomor Pokok 105640 1090 10 menyusun
skripsi dengan judul : “Tata Kelola Konflik (Conflict Governance) Antar
Kelompok Pemuda dan Penyelesaiannya (Studi Kasus di Jalan Dangko Kota
Makassar)” di bawah bimbingan Dr. Djaelan Usman.M.Si dan A. Luhur
Prianto.S.IP.M.Si.
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Tata Kelola Konflik
Antar Kelompok Pemuda di Jalan Dangko Kota Makassar dan Faktor-faktor apa
yang mempengaruhi terjadinya konflik antar kelompok pemuda di jalan dangko
kota Makassar. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan dasar penelitian
case study. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, yaitu
pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek
yang diteliti dan wawancara dimana peneliti mengadakan tanya jawab langsung
dengan informan sehubungan dengan masalah yang diteliti serta ditunjang oleh
data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertikaian antar kelompok yang
dikatikan dengan suku, agama, ras, dan antar kelompok merupakan konflik yang
sangat gampang untuk terulang di tempat yang sama. Dari pembahasan hasil
penelitian, peneliti kemudian menjabarkan Tata Kelola Konflik Pemuda dengan
Untuk memberikan keseragaman pengertian mengenai objek penelitian,
maka diuraikan beberapa deskripsi fokus sebagai berikut:
1. Tata Kelola Konflik adalah tujuan utama mengubah conflict tidak
produktif yang muncul dalam bentuk kekerasan menjadi bentuk konflik
produktif yang muncul dalam bentuk dialog dan negosiasi damai
2. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu
lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam
pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua
atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami. Konflik
senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang
ingin dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang
diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat Interaksi yang
disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak
dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda –
beda.
3. Konflik Antar Kelompok Adalah proses atau keadaan dimana dua atau
lebih dari pihak-pihak itu melakukan persaingan, pertentangan,
perselisihan dan perseteruan. Berusaha menggagalkan tujuan masing-
masing pihak dan hal itu merupakan “kekuasaan yang kreatif dari sejarah
manusia”.
4. Kelompok (group) adalah dapat didefinisikan sebagai kumpulan dua
orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa
30
sehingga perilaku dan atau kinerja (performance) dari seseorang
dipengaruhi oleh perilaku / kinerja anggota yang lain. Kelompok
merupakan salah satu unit analisis, disamping unit analisis yang lain:
individu dan organisasi. Seperti halnya dengan individu, pemahaman
tentang perilaku kelompok perlu juga dimiliki oleh para anggota
organisasi, terlebih-lebih para pemimpin.
5. Ketersinggungan sosial adalah sebuah sistem sosial masyarakat yang
menjadi salah satu penyebab terjadinya perkelahian antar kelompok
dalam masyarakat. Solidaritas kelompok terbangun dalam pola
kehidupan sehari-hari. Interaksi antar warga mulai membangun
kedekatan dengan saling membantu dalam mengerjakan urusan bersama.
Sebuah pemukiman dengan corak masyarakat yang cenderung homogen
seperti pemukiman padat penduduk dengan tingkat ekonomi yang hampir
setara. Pola interaksi yang terbangun cenderung sangat intim.
6. Dendam antar kelompok adalah Salah satu faktor yang menjadi pemicu
timbulnya perkelahian antar kelompok ialah dendam yang kemudian
mengalir secara turun temurun diantara dua kelompok.
7. Perselisihan antar kelompok adalah Masalah kecil yang bersifat personal
dimulai maka seketika itu pula bantuan datang dalam proses
penyelesaiannya. Tetap pada kesadaran kelompok tadi perselisihan kecil
seperti pembangunan parit di pemukiman penduduk yang harus
menyenggol sedikit lahan pekarangan bisa menjadi embrio konflik.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Jalan Dangko Kota Makassar,
dengan waktu penelitaian pada bulan Januari 2014. Penentuan lokasi ini antara
lain didasarkan atas pertimbangan karna di jalan Dangko merupakan daerah
yang rawan konflik dan sering terjadi konflik antar kelompok sehingga
membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di jalan Dangko sebagai
proses untuk merampungkan data-data penelitian tentang Tata kelola konflik
antar kelompok pemuda di jalan Dangko kota Makassar.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini berupaya untuk memahami
fenomena-fenomena konflik antar kelompok di kota Makassar khusunya di
jalan Dangko. Penggunaan lebih dari satu pendekatan pengumpulan data
mengijinkan evaluator menggabungkan kekuatan dan kebenaran dari suatu
sumber data.
Hal ini berangkat dari pemaknaan pendekatan penelitian kualitatif itu
sendiri dimana metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati.
32
Tipe penelitian ini merupakan tipe penelitian Deskriptif Kualitatif (studi
kasus) dimaksudkan untuk memberi gambaran secara jelas mengenai masalah-
masalah yang diteliti, menginterpretasikan serta menjelaskan data secara
sistematis. Dasar penelitian ini adalah wawancara, yaitu melakukan dialog
(wawancara) kepada informan yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai hal
yang berhubungan dengan penelitian.
C. Sumber Data
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui observasi dan
wawancara dengan, Pemerintah kota Makassar khusunya Pemerintah
Kecamatan Tamalate, Pelaku Konflik dan Kapolsek Tamalate selaku
aparat keamanan yang menangani kasus-kasus konflik yang terjadi di jalan
Dangko serta pihak yang dapat memberikan keterangan yang berhubungan
dalam penelitian.
2. Data sekunder adalah data-data yang di peroleh dari buku-buku, dokumen
dan literatur serta bahan-bahan tertulis baik dari dalam maupun dari luar
wilayah jalan Dangko yang mendukung dan berhubungan dengan pokok
bahasan penelitian ini.
D. Fokus Penelitian dan Informan Penelitian
Fokus penelitian ini yaitu untuk mengetahui tata kelola dan faktor-
faktor penyebab konflik dan antar kelompok pemuda di jalan Dangko kota
Makassar. Informan sebagai salah satu sumber data yang urgen terhadap
penelitian harus menggunakan teknik yang tepat. Teknik pemilihan informan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling. Yaitu suatu
33
teknik penarikan informan yang digunakan apabila unsur-unsur yang ada
dalam lokasi penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk ditarik/
dipilih menjadi informan dalam penelitian ini. Teknik pengambilan informan
adalah merupakan cara yang digunakan dalam hal memperoleh data primer
untuk bahan penelitian. Informan dalam penelitian ini diantaranya dari
Pemerintah Kesbang, Aparat Kepolisian dalam hal ini Polsek Tamalate dan
Pemuda yang terlibat konflik.
1. Kesbang Kota Makassar : 3 orang
2. Pihak Kelurahan : 2 orang
3. Pihak Kepolisian : 2 orang
4. Pemuda yang terlibat konflik : 4 orang
E. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan para
informan sebagai data primer dan tulisan atau dokumen-dokumen yang
mendukung pernyataan informan dan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Pustaka (Library method) yakni suatu bentuk penelitian untuk
memperoleh data-data dari berbagai sumber seperti literatur-literatur baik
berupa buku ataupun media lainnya yang berhubungan dengan penelitian
yang dilakukan.
2. Observasi yang meliputi pengamatan dan pencatatan sistematik tentang
gejala-gejala yang diamati . Pengumpulan data dalam penelitin ini
34
dilakukan dengan cara observasi langsung (direct observation) dan sebagai
peneliti yang menempatkan diri sebagai pengamat (rocegnized outsider)
sehingga interaksi peneliti dengan subjek penelitian bersifat terbatas.
Dengan melakukan observasi, peneliti mencatat apa saja yang dilihat dan
mengganti dari dokumen tertulis untuk memberikan gambaran secara utuh
tentang objek yang akan diteliti.
3. Wawancara atau diskusi langsung dengan pihak terkait dalam
mengumpulakan data dan informasi guna mempercepat dan
mengkongkritkan informasi yang dikumpulkan. Dan Narasumbernya
adalah Pemerintah Kecamatan Tamalate, Aparat Kepolisian dalam hal ini
Polsek Tamalate dan Pemuda yang terlibat Konflik antar Kelompok
Pemuda di jalan Dangko Kota Makassar.
Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan penelaahan terhadap
bahan-bahan yang tertulis yang meliputi hasil-hasil seminar maupun laporan
dari informan dan buku-buku serta majalah. Beberapa data sekunder yang
dicari dalam penelitian ini adalah Informasi tertulis baik dari dalam maupun
dari luar daerah jalan Dangko yang dianggap relevan.
F. Teknik Analisis Data
Teknik Peneliti menggunakan Data Kualitatif yaitu semua bahan,
keterangan, dan fakta-fakta yang tidak dapat diukur dan dihitung secara
sistematis karena wujudnya adalah keterangan verbal (kalimat dan data)
dengan teknik ini peneliti hanya mengumpulkan data-data, informasi-
informasi, fakta-fakta, keterangan-keterangan yang bersifat kalimat dan data
35
dari permasalahan yang peneliti anggap penting dan mendukung dalam hal
pengumpulan data di Kecamatan Tamalate, Polsek Tamalate dan instansi
terkait yang sudah dipersiapkan oleh peneliti.
Menurut Miles dan Huberman (2007:16) Analisis Data Kualitatif
adalah suatu proses anaisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Proses Reduksi Data adalah merupakan suatu proses pemilihan pada
penyederhanaa, pengabstrakan dan transformasi kasar yang manual dari
catatan-catatan dilapangan. Penyajian Data adalah merupakan sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat
memahami apa yang sedang terjadi dan yang harus dilakukan. Menarik
Kesimpulan adalah memulai mencari data dengan mencari arti benda, mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin alur sebab akibat
dan proposisi (Miles dan Huberman,2007 teknik analisa data kualitatif ).
G. Keabsahan Data
Triangulasi bermakna yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran
data yang akan dikumpulkan dari berbagai sumber data, dengan menggunakan
teiknik pengumpulan data yang lain, serta pengecekan pada waktu yang
berbeda.
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain
keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya.
36
2. Triangulasi metode
Triangulasi metode bermakana data yang diperoleh dari satu sumber
dengan menggunakan metode atau teknik tertentu , diuji keakuratan
atau ketidak akuratannya.
3. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu berkenan dengan waktu pengambilan data.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai daerah penelitian, penulis
kemudian memberikan gambaran umum daerah penelitian, dimana sangat
memberikan andil dalam pelaksanaan penelitian terutama pada saat
pengambilan data, dalam hal ini untuk menentukan teknik pengambilan data
yang digunakan terhadap suatu masalah yang diteliti. Di sisi lain pentingnya
mengetahui daerah penelitian, agar dalam pengambilan data dapat
memudahkan pelaksanaan penelitian dengan mengetahui situasi baik dari segi
kondisi wilayah, jarak tempuh dan karakteristik masyarakat sebagai objek
penelitian.
1. Profil Kelurahan Balang Baru
Kondisi Umum Kelurahan Balang Baru adalah:
a. Secara Geografis
1. Letak dan Luas Wilayah
Kelurahan Balang Baru merupakan salah satu Kelurahan di
Kecamatan Tamalate Kota Makassar yang terletak 2 Km ke arah
Selatan Dari Kelurahan Parang Tambung. Kelurahan Balang Baru
mempunyai luas wilayah seluas ± 6,67 Hektar.
2. Iklim
Iklim Kelurahan Balang Baru sebagaimana Kelurahan lain di wilayah
Kota Makassar mempunyai Iklim Kemarau dan Penghujan, hal
38
tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang
ada di Kelurahan Balang Baru.
b. Secara Administrasi
1. Letak wilayah administrasi berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kelurahan Maccini Sombala
Sebelah Timur : Kelurahan Mae
Sebelah Selatan: Kelurahan Parang Tambung
Sebelah Barat : Kelurahan Jongaya
c. Keadaan sosial Ekonomi Penduduk
1. Jumlah Penduduk
Kelurahan Balang Baru mempunyai Jumlah Penduduk 23.855 Jiwa,
yang dengan perincian sebagaimana tabel:
TABEL 1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
11.948 11.905 23.855
Sumber data: profil Kelurahan Balang Baru 2014
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masayarakat Kelurahan Balang Baru adalah
sebagai berikut:
39
TABEL 2
Tingkat Pendidikan
Pra Sekolah SD SMP SMA Sarjana
560 org 715 org 659 org 587 org 250 org
Sumber data: profil Kelurahan Balang Baru 2014
3. Mata Pencaharian
Karena Kelurahan Balang Baru merupakan Kelurahan yang angka
pengangguran cukup tinggi, maka sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai Buruh harian, selengkapnya sebagai
berikut:
TABEL 3
Mata Pencaharian
Buruh Harian Pedagang PNS Wira Usaha
955 org 32 org 238 org 139 org
Sumber data: profil Kelurahan Balang Baru 2014
d. Sarana dan Prasarana Kelurahan
Kondisi sarana dan prasarana umum Kelurahan Balang Baru secara
garis besar adalah sebagai berikut:
TABEL 5
Prasarana Kelurahan
Balai Kelurahan Jalan Kota Jalan Kecamatan Jalan Kelurahan Masjid
1 Unit 2,5 Km 10 Km 5 Km 4 Unit
40
Sumber data: profil Kelurahan Balang Baru 2014
e. Visi Dan Misi Kelurahan Balang Baru
1. Visi
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa
depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan Kelurahan.
Penyusunan Visi Kelurahan Balang Baru ini dilakukan dengan
pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan di
Kelurahan baling Baru seperti pemerintah Kelurahan, Ormas, Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama, Lembaga Masyarakat Kelurahan dan
masyarakat Kelurahan pada umumnya. Pertimbangan kondisi eksternal di
Kelurahan seperti satuan kerja wilayah pembangunan di Kecamatan.
Maka berdasarkan pertimbangan diatas Visi Kelurahan Balang Baru
adalah: “Terwujudnya Kelurahan Balang Baru sebagai Kelurahan yang
Partisipatif melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan roda
Pemerintahan”.
2. Misi
Selain Penyusunan Visi juga telah ditetapkan misi-misi yang memuat
sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh Kelurahan agar
tercapainya visi Kelurahan tersebut. Visi berada di atas Misi, Pernyataan
Visi kemudian dijabarkan ke dalam misi agar dapat di operasionalkan /
dikerjakan. Sebagaimana penyusunan Visi, misipun dalam
penyusunannya menggunakan pendekatan partisipatif dan pertimbangan
41
potensi dan kebutuhan Kelurahan Balang Baru proses yang dilakukan
maka misi Kelurahan Balang Baru adalah:
1. Meningkatkan Kualiatas sumber daya manusia (SDM disegal
bidang).
2. Meningkatkan sarana dan prasarana transportasi.
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
B. Faktor-Faktor Yang Menjadi Penyebab Terjadinya Konflik Antar
Kelompok Pemuda Di Jalan Dangko Kota Makassar.
Perkelahian antar kelompok kerap hanya dijadikan persoalan sepele
ketika persoalan tersebut bisa dikatakan belum berdampak besar pada kondisi
masyarakat perkotaan. Timbulnya korban jiwa dari perkelahian tersebut,
Justru baru akan mengundang tindakan pemerintah kota untuk segera
menyelesaikan persoalan. Seperti apa yang dipahami dalam kajian teoritis pada
bab sebelumnya. Konflik yang terjadi di Jalan Dangko semuanya tidak pernah
berdiri sendiri atau dalam artian terdapat penyebab yang menimbulkan
terjadinya konflik.
Kota Makassar dalam hal ini Kelurahan Balang Baru dengan segala
kondisi urban yang dimiliki terus mengemban beban sosial yang sangat besar.
Pembangunan yang bisa disaksikan begitu tidak berimbang dengan jumlah
pemukiman kumuh yang semrawut dalam tata kelolanya. Belum lagi ketika
para penduduk miskin harus dihadapkan pada kebutuhan yang sangat pelik.
Kekerasan kolektif menggores luka besar dalam pemerintahan di kota
ini, konflik antar kelompok pemuda di Jalan Dangko memberi bukti bahwa
42
kekerasan antar kelompok dalam bentuk perkelahian bisa saja dialami dan
dilakukan oleh berbagai pihak. Perkelahian antar kelompok tersebut kini di
kota Makassar sudah menyentuh berbagai kalangan.
Belum cukup sampai di situ selain perkelahian antar kelompok warga
yang memang kerap terjadi di wilayah pemukiman padat seperti kecamatan
Makassar tekhusus wilayah Jalan Maccini dan Abu Bakar Lambogo serta
wilayah sekitar areal belakang kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI).
Perkelahian antar aparat yang melibatkan pihak kepolisian dan Tentara
Nasional Indonesia (TNI) pernah terjadi pada tahun 2010. Sebuah sajian miris
dan menurut peneliti itu adalah hal wajar ketika faktor-faktor yang
menimbulkan perkelahian kolektif itu telah terpenuhi.
Berikut adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab konflik antar
kelompok pemuda di Jalan Dangko kota Makassar. konflik antar kelompok ini
ditinjau dari motif kejadian:
1. Ketersinggungan Antar Kelompok
Sejarah yang membekas dalam sistem sosial masyarakat
tertentu menjadi salah satu penyebab terjadinya perkelahian antar
kelompok dalam masyarakat kita. Solidaritas kelompok terbangun
dalam pola kehidupan sehari-hari. Interaksi antar warga mulai
membangun kedekatan dengan saling membantu dalam mengerjakan
urusan bersama. Sebuah pemukiman dengan corak masyarakat yang
cenderung homogen di Kelurahan Balang Baru pemukiman padat
43
penduduk dengan tingkat ekonomi yang hampir setara. Pola interaksi
yang terbangun cenderung sangat intim.
Peneliti yang menemukan kondisi ini di areal pemukiman
Rotas dan Dangko tepatnya kelurahan Balang Baru. Penduduk
kelurahan ini yang terbilang cukup padat, walaupun penduduknya
memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda namun ikatan sosial
dan kekerabatan tetap terbangun. Ikatan sosial tersebut nampak
terlihat dari pola pergaulan mereka yang berumur di atas 18 hingga 25
tahun. Seringkali bila selepas maghrib beberapa pemuda sudah terlihat
duduk di pinggiran jalan. Hal yang lain pula nampak ketika mereka
mengerjakan beberapa pembangunan sarana penduduk untuk
kepentingan bersama seperti pembangunan polisi tidur, bahkan bila
salah satu penduduk meminta bantuan dari warga sekitar untuk
membantu mengerjakan pembangunan pagar rumah maka dengan
upah seadanya mereka rela untuk membantu penduduk yang meminta
bantuan tersebut.
Kehidupan sehari-sehari penduduk di pemukiman padat
dengan tingkat kemampuan ekonomi menengah ke bawah seperti yang
diceritakan bila mengutip kembali apa yang diutarakan oleh Soerjono
Soekanto tentang kesadaran in group. Maka kesadaran kesamaan
kondisi dengan masyarakat lain dalam areal maupun komunitas
tertentu tadi terbangun dengan sendirinya dan itu akan semakin kuat
bila terdapat tekanan maupun gangguan dari kelompok eksternal.
44
Gangguan yang datang dari kelompok luar tentunya juga memiliki
kondisi yang sama yakni kepemilikan akan solidaritas kelompok
untuk mempertahankan kelompoknya.
Persinggungan antar kelompok bagi masyarakat kota
merupakan hal lazim bagi kelompok Rotas dengan kelompok Dangko.
Bahkan hanya dengan dengungan suara motor yang keras dihadapan
beberapa pemuda yang sedang berkumpul maka perkelahian bisa
langsung terjadi.
“Biasa gara-gara gas motorji, atau pakai kata-kata kotor atau kalautidak saling kenal biasanya berkelahi mi” Ungkap SF salah satuinforman dari kelompok pemuda jalan Dangko.(Wawancara 27 Februari 2014)
Apa yang diungkapkan oleh SF sebagai salah salah satu
anggota kelompok pemuda jalan dangko, Perkelahian di Jalan Dangko
merupakan sebuah kejadian yang berulang-ulang. Masyarakat
kelurahan Balang Baru khususnya warga jalan Rotas dengan warga
Jalan Dangko yang memiliki kepadatan penduduk dan kelompok-
kelompok pemuda pengangguran sangat mudah terpicu konflik
dengan masalah sepele tersebut. Dalam teori Winardi, (2007,
Manajemen Konflik, Konflik Perubahan dan Pengembangan: Bila
salah seorang dari luar kelompoknya memicu amarah, maka kelompok
tersebut biasanya menghadirkan orang tersebut dan bila komunikasi
tidak berjalan baik yang bersangkutan kemudian juga memanggil
45
kelompoknya hingga akhirnya perkelahian antar kelompok pun
terjadi.
2. Dendam Antar Kelompok
Salah satu faktor yang menjadi pemicu timbulnya
perkelahian antar kelompok ialah dendam yang kemudian mengalir
secara turun temurun diantara dua kelompok. Kita ingat saja apa yang
kemudian menjadikan fakultas FISIP dan Teknik di Universitas
Hasanuddin begitu gampang tersulut walau hanya diawali dengan
persoalan yang sangat sepele. Dendam lama yang sudah terawat sejak
puluhan tahun hingga ditandai dengan beberapa peristiwa besar seperti
black september membuat stimulus yang mampu menjadikan
pertikaian dua kelompok terus bergulir hingga saat ini.
Hal serupa juga yang kemudian menjadi faktor pemicu
terjadinya konflik antar kelompok pemuda di jalan dangko dimana
sejak terjadinya pertikaian pertama anatara kelompok pemuda jalan
rotas dengan kelompok pemuda jalan dangko yang terjadi pada tahun
2010 lalu telah menanam embrio dendam anatar kedua kelompok ini
untuk saling memusuhi. Namaun yang menjadikan kondisi semakin
fatal dimana ada beberapa kelompok yang karena telah menanam
dendam lama pada kelompok pemuda di jalan dangko membuat
kelompok tersebut ikut serta membantu kelompok rotas karena
persoalan dendam lama itu terhadap kelompok pemuda jalan dangko.
“Kalau berkelahi biasanya ada bantuan dari luar seperti anak Abdulkadir yang datang membantu anak rotas karena persoalan dendamnya
46
anak Abdul kadir kepada anak dangko” Ungakp MY informan wargajalan dangko.(Wawancara 27 Februari 2014)
Faktor dendam lama pada kondisi diantara kedua kelompok
pemuda ini menunjukkan bukti bahwa belum ada upaya maksimal
untuk menghalangi ritual perkelahian yang terus terjadi. Perbincangan
dengan beberapa pemuda di jalan dangko yang ditengarai oleh
pemerintah kota dalam hal ini Kesbang tentang perkelahian antar
kelompok pemuda jalan dangko ditemukan sebuah kondisi yang
menunjukkan bahwa minuman keras menjadi salah satu motif yang
nampak untuk menimbulkan perkelahian antar kelompok. Untuk kota
besar seperti Makassar, minuman keras merupakan hal yang lazim.
Dalam Teori delinquen (kenakalan), minuman keras pada awalnya
hanya sebagai bahan pengisi waktu senggang untuk melepas penat
dalam kelaziman aktivitas sehari-hari.
Beberapa tempat penjualan minuman keras yang begitu
tersohor di kota ini membuka gerainya selama 24 jam yang kapanpun
bisa diakses oleh para konsumen. Ditambah lagi dengan beberapa
distributor minuman keras yang belum memperoleh izin sangat mudah
untuk didapatkan melalui informasi mulut ke mulut. Jalan batu putih
bagi para pemuda yang biasa menenggak minuman keras tentunya
sudah sangat terkenal. Disana berbagai jenis minuman keras bisa
diperoleh juga dengan beragam harga sesuai kemampuan. Beberapa
pemuda yang bermukim jauh dari jalan batu putih tersebut biasanya
47
hanya mendatangi gerai kecil di sekitar pemukiman mereka. Cara
menemukan gerai tersebut pun sangatlah gampang, cukup dengan
menanyakan gerai kecil yang masih buka hingga dini hari kepada
orang yang berlalu lalang di luar rumah juga pada waktu tersebut.
Penulis mendapatkan data ini dari Kesbang dengan beberapa data
wawancara yang di sinkronkan dengan observasi langsung di
lapangan.
“Kalo kumpul-kumpulmi itu anak-anak pastimi minum itu baru kalomabukmi semua pergimi ugal-ugalan naik motor dan sangat tipiskemungkinan tidak dapat masalah kalo pergimi balap-balap kelurlorong” Ujar HS informan dari jalan Rotas.(Wawancara 28 Februari 2014)
HS yang sejak tahun 90-an sudah mulai menenggak minuman
keras begitu cakap ketika menceritakan berbagai tempat dimana
minuman keras sangat mudah untuk didapatkan. Harga minuman yang
sangat murah menjadi salah satu variabel para pemuda semakin sering
menjadikan minuman keras sebagai alat solidaritas mempertemukan
cerita-cerita mereka. Mengumpulkan uang dari kantong masing-
masing menjadi awal cerita minum, bila uang yang terkumpul tidak
mencapai harga untuk membeli harga beberapa botol minuman yang
memang harganya telah melonjak sekitar tahun 2010, maka ballo’ bisa
menjadi pilihan. Cukup dengan Rp. 5000,- maka sekitar 2 liter ballo’
sudah bisa diperoleh.
Berikut adalah cerita MY salah satu pemuda yang sempat
terlibat konflik pada tahun 2011 tentang bagaimana minuman keras
48
menjadi faktor penyebab perkelahian anatara kelompok pemuda
dijalan dangko:
“Waktu habis minum di depan lorong Jalan Dangko, ada cewek lewatsama pacarnya. Diganggumi toh, memang mabuk itu waktu. Langsungmarah cowoknya. Anak jalan Rotas cowoknya itu. Keluar mi kata-kata kotor toh. Itu cowoknya pergimi panggil temannya anak Rotas.Berkelahi mi orang, adami badiq, kayu dipakai. Tapi tidak adaji yangkena badiq. Pas datang polisi lari semua miki. Tapi kebetulanditangkap ka’ saya sendiri sama polisi waktu itu. Menginap ka’ itumalam di Polsek Tamalte. Waktu itu saya sama anak Dangko sekitar10 orang terus anak Rotas ada mungkin diatas 10 orang. Warga yangkasih tahu polisi itu. Waktu diperiksa, dipaksaka’ sebut teman-temanku tapi tidak kubilang. Dipukuli ka’ sama polisi, disuruhka’ jugabersihkan WC”.(Wawancara 28 Februari 2014)
Minuman keras dari unsur yang terdapat dalam ragam cairan
didalamnya memang menghilangkan kesadaran. Sehingga kadang
tindakan di luar kontrol tersebut keluar dengan sendirinya. Kadang
pula bila sedang ingin melakukan sesuatu yang membutuhkan nyali
ekstra maka biasanya minuman keras digunakan untuk memperbesar
nyali tersebut.
3. Perselisihan Antar Kelompok
Ketika masalah kecil yang bersifat personal dimulai maka
seketika itu pula bantuan datang dalam proses penyelesaiannya. Tetap
pada kesadaran kelompok tadi perselisihan kecil seperti pembangunan
parit di pemukiman penduduk yang harus menyenggol sedikit lahan
pekarangan bisa menjadi embrio konflik. Ataupun persoalan anak
kecil yang kemudian berkelahi. Bagaimana tidak seorang anak
49
berumur sekitar 8 tahun mampu membuat perkelahian antar kelompok
menjadi besar.
Ego yang terbangun untuk saling mempertahankan pendapat
maupun harga diri ataupun siri’ yang disalahgunakan menjadi akar
dari perselisihan personal. Dan kelompoknya pun secara spontan
terbangun kesadarannya. Hampis serupa dengan bagaimana
ketersinggungan kelompok itu terjadi pada faktor yang pertama,
namun yang membedakan persoalan perselisihan lebih mendekati
persoalan personal pada awal kejadiannya.
Ada beberapa alasan mengapa tindak penganiayaan atau
pengeroyokan oleh massa terjadi dalam masyarakat di kota Makassar.
Beberapa petinggi kantor Kesbang mencoba menanggapi akan
beberapa tudingan yang dilayangkan kepada pemerintah kota tentang
keterlambatannya untuk menangani beberapa kasus tertentu. Adapula
tudingan kepolisian setempat yang cenderung memandang remeh
laporan warga bila ditemukan indikasi tindakan kriminal. Kembali
pada sumber penganiayaan atau pengeroyokan. Sebuah tindakan
kriminal seperti pencurian maupun tindak kriminal personal lainnya
tentunya akan sangat meresahkan masyarakat. Biasanya masyarakat
akan menghubungi pihak kepolisian atau mengadakan upaya
pengamanan sendiri seperti membuat pos keamanan lingkungan (Pos
Kamling) dan mengadakan ronda setiap hari dengan jadwal ronda
yang sudah diatur.
50
Berikut hasil wawancara dari SH salah satu pemuda dari jalan
Dangko yang sempat berselisih faham dengan salah satu pemuda dari
jalan Rotas:
“Tepatnya pada malam minggu, kami nongkrong di depan lorong tiba-tiba ada orang yang lewat pake motor knalpot bogar baru na gas-gasdi depan ta, langsungmi saya teriaki (pelan-pelan ko bos kalo naikmotor) dengan suara yang lantang dan saya sempat mengelurkanbahasa kotor. Satu jam kemudian orang itu kembali bersama teman-temannya yang lebih banyak dari jumlah kami pada saat itu dan kamiterlibat tawuran hingga 15 menit polisi datang menghentikan tawuranitu, ujar SH saat wawancara di jalan Dangko”.(Wawancara 28 februari 2014).
Dari hasil wawancara diatas ketika ada kondisi yang
dianggap mengganggu keamanan kampung maka tindak main hakim
sendiri pada pelaku kejahatan yang tertangkap akan terlahir dengan
sendirinya. Pelaku kejahatan tersebut akan mendapat “pidana” versi
kampung setempat. Pelaku kejahatan akan pulang dan melapor pada
kelompoknya ketika apa yang dilakukan oleh kelompok yang telah
memberikan sanksi tersebut tidak diterima. Maka perkelahian antar
kelompok pun kadang terjadi.
Berbeda lagi dengan kondisi pengeroyokan seorang pemuda
yang masuk pada wilayah kelompok tertentu, dari situ pula seorang
pemuda yang bersangkutan akan memanggil kawanya sebagai bentuk
pembalasan dari tindakan kelompok lawan.
Di kota Makassar sudah banyak data mengenai tindak
penganiayaan itu sendiri, baik yang berupa pengeroyokan massa
51
maupun yang berujung pada perkelahian antar kelompok dari
penganiayaan yang berlanjut pada penghadiran massa.
Penulis kemudian mengolah dari data yang ditemukan dari
kantor Kesbang dan akhirnya mengambil kesimpulan mengenai
faktor-faktor apa yang dimiliki oleh sebuah masyarakat untuk
kemudian menanam embrio perkelahian di dalamnya khusunya
konflik di jalan dangko.
C. Tata Kelola Konflik Antar Kelompok Pemuda Di Jalan Dangko Kota
Makassar
Perkelahian antar kelompok tidak begitu mendapat perhitungan. Ketika
sebuah perkelahian hanya terjadi sekali tidak berdampak pada citra buruk
pemerintahan maka perilaku itu dipandang sebagai sesuatu yang tidak
berbahaya. Namun ketika perkelahian dalam sebuah wilayah terjadi berulang
kali dan berujung pada cap buruk pemerintahan yang berkuasa pada wilayah
tersebut barulah perkelahian mendapatkan perhatian.
Pemerintahan pada hakekatnya dibutuhkan untuk menjaga harmonisasi
dalam masyarakat serta lepas dari segala persinggungan internal masyarakat.
Perkelahian dalam faktor penyebab yang telah disimpulkan oleh penulis bisa
diakibatkan oleh beberapa elemen di luar masyarakat itu sendiri. Adanya aktor
luar bisa memicu perkelahian itu terjadi. Bila dilihat dari pola kemiskinan yang
mendera di Kota Makassar, peran pemerintah tentunya tidak lepas dari situ.
Mendistribusikan kekayaan secara adil adalah bagian tugas dari pemerintah
sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakatnya. Namun yang tampak jelas
52
pada kecamatan Tamalate khususnya di Kelurahan Balang Baru dengan rasio
peningkatan. Jumlah penduduk yang tinggi ternyata diikuti dengan jumlah
penduduk miskin dan pengangguruan khususnya pemuda sehingga hal ini
yang mendasari kenakalan remaja dengan membentuk kelompok yang
berlandaskan ego masing-masing sehingga hal ini lah yang akan menjadi
dampak buruk bagi kalangan remaja untuk berselisih paham dengan kelompok
lain sehingga sedikit terjadinya perselisihan akan berujung pada konflik seperti
yang kita saksikan di Jalan Dangko.
Pada bagian ini penulis mengembangkan uraian instrumen wawancara
dan data-data lapangan yang berkaitan dengan pokok permasalahan sehingga
dalam hal ini penulis membagi ruang lingkup pengambilan data baik melalui
wawancara maupun observasi langsung di lokasi penelitian dalam hal ini
penulis memfokuskan koordinasi kepada beberapa instansi yakni kepolisian
dalam hal ini Polrestabes dan Pemerintah Kota Makassar. Penulis tidak
memasukkan lembaga peradilan sebagai representasi yudikasi di negeri ini
mengingat perkelahian antar kelompok sangat sulit untuk diadili karena
banyaknya jumlah orang yang terlibat. Selain itu penulis juga menemukan
adanya jalinan kerjasama antar pemerintah kota dengan pihak kepolisian untuk
bahu membahu menangani kasus perkelahian antar kelompok ini.
Meninjau konflik antar kelompok pemuda yang terjadi di jalan Dangko
menimbulkan sebuah teka-teki dari resolusi penyelesain konflik antar kedua
kelompok yang terlibat dalam konflik tersebut. Tata kelola konflik merupakan
kunci utama untuk mengetahui sejauhmana proses penyelesaian yang telah
53
dilakukan oleh Pemerintah kota Makassar dalam hal ini Kesbang, selaku
instansi yang berfungsi untuk menjaga keamanan dan ketertiban kota agar
potensi-potensi konflik susulan di Jalan Dangko bisa teratasi hingga ke akar
permasalahan.
Sesuai lokus penelitian terkait Tata Kelola Konflik antar kelompok
pemuda dijalan Dangko kota Makassar, terdapat dua lembaga dalam lingkup
pemerintahan kota Makassar yang berhubungan tentang perilaku sosial yang
dicap buruk oleh masyarakat dan pemerintah itu sendiri. Dua lembaga tersebut
ialah kantor kesatuan bangsa (Kesbang) dan Dinas Sosial. Berikut adalah
uraian Tata Kelola yang dilakukan oleh dua lembaga tersebut dalam menangani
perkelahian antar kelompok pemuda di Jalan Dangko.
1. Pendekatan Keamanan
Seperti apa yang telah dipaparkan di atas tentang tugas dan
fungsi Kesbang, tentunya segala program menjaga ketertiban dan
keamanan dalam masyarakat disesuaikan dengan tugas dan
fungsinya. Tugas Kesbang ialah menjaga keamanan dan ketertiban
kota. Sedangkan pola tindakan yang dilakukan lebih dalam
dijelaskan oleh beliau bahwa kantor yang dipimpinnya itu lebih
bersifat konsep dan preventif selanjutnya dalam penerapan di
lapangan terkait Konflik Antar Kelompok Pemuda di Jalan Dangko
merupakan tugas dari kepolisian.
Melengkapi pernyataan diatas, salah satu staf administrasi
di kantor ini berujar bahwa Kesbang juga bertindak memfasilitasi
54
hubungan antar lembaga terkhusus untuk pencapaian ketahanan
internal dalam masyarakat. Selain itu menurutnya Kesbang
merupakan organisasi penegak kewaspadaan nasional, penegakan
hak asasi manusia (HAM) serta upaya ketahanan sosial ekonomi.
Lebih dalam lagi Muchlis S.Sos menyatakan bahwa Kesbang
bertugas untuk mengantisipasi dua bentuk bencana yakni bencana
alam dan bencana sosial.
Lembaga pemerintah di bawah naungan Pemerintah Kota
Makassar ini lebih mengutamakan pola penyampaian konsep
masyarakat damai kepada berbagai elemen serta bersifat investigatif
terhadap potensi konflik yang akan terjadi. Selain itu, program juga
dikhususkan pada beberapa wilayah yang memang dekat dengan
siklus perkelahian antar kelompok.
Namun selain dari program pelatihan dan sosialisasi,
Kesbang juga mengadakan kerjasama dengan beberapa pihak untuk
mewaspadai terjadinya tindak perkelahian sebelum konflik itu
terjadi. Oleh karena itu Kesbang bersama lembaga kepolisian
(Polrestabes), bahu membahu mengupayakan cara penanganan kasus
konflik antar kelompok pemuda di jalan dangko. Adapun upaya yang
dilakukan pihak Kesbang terkait Tata Kelola konflik antar kelompok
pemuda di Jalan Dangko dikategorikan menjadi dua yakni upaya
preventif dan investigasi:
55
a. Upaya Preventif dan Pasca Kejadian
Penulis menyebutnya dengan istilah preventif karena
program yang akan dijabarkan berikut bersifat mendahului sebelum
terjadinya sebuah perkelahian. Selain itu, pada kategori program ini
dimasukkan pula beberapa program dari upaya preventif untuk
menjaga konflik tersebut untuk tidak terjadi lagi:
Sosialisasi regulasi
Kegiatan ini dilakukan ketika turunnya sebuah
kebijakan dalam bentuk regulasi hukum yang mengatur dan
bersinggungan dengan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Konflik antar kelompok pemuda di Jalan Dangko jelas terkait di
dalamnya, sebagai representase regulasi hukum yang telah
disosialisasikan dapat menjadi penekanan bagi kedua kelompok
yang terlibat konflik di Jalan Dangko.
Dalam mengadakan program ini, pihak Kesbang tidak
mengadakan kerja sama dengan pihak manapun, pihak luar
hanya dibutuhkan sebagai pembicara dalam diskusi saat
diadakannya sosialisasi regulasi.
Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan upaya
pemahaman peraturan kepada masyarakat. Sementara bentuk
kegiatan sosialisasi regulasi ini menyerupai seminar dengan
menghadirkan peserta sesuai dengan keterkaitan jenis regulasi
yang disosialisasikan. Beberapa organ maupun yang bersifat
56
personal pernah ikut dalam proses sosialisasi ini diantaranya
ormas keagamaan, tokoh masyarakat, kelompok pemuda,
pejabat pemerintahan hingga tingkatan terendah ataupun
masyarakat yang diundang untuk mengadiri acara tersebut.
Pembinaan Teknis Resolusi Konflik
Inilah satu-satunya kegiatan yang berbentuk seremonial
yang diadakan oleh kantor Kesbang khusus untuk menangani
masalah konflik antar kelompok pemuda di jalan dangko.
Kegiatan yang disingkat dengan Bintek resolusi konflik ini
bertujuan agar kiranya perserta kegiatan dalam bentuk seminar
sehari ini pada garis besarnya mampu meredam konflik yang
timbul di masyarakat.
b. Upaya investigasi
Kategori kedua program yang dilaksanakan oleh Kesbang
ini merupakan program kerja sama dengan Polrestabes Makassar.
Bersama institusi ini Kesbang mengadakan pola investigasi ketika
konflik telah terdapat di permukaan. Dengan kerja intelijen konflik
yang terlihat di lapangan itu sebisa mungkin dikendalikan sebelum
meledak pada perkelahian.
Dari kedua lembaga ini pun melalui Kesbang mampu
mengumpulkan data pelaku konflik dilengkapi dengan motif serta
dalang perkelahian. Dalam proses pengerjaannya bagi institusi
selain Kesbang yang lebih dulu menemukan potensi konflik maka
57
akan segera melaporkannya kepada Pemerintah Kota dalam hal ini
Kesbang. Selanjutnya bila potensi konflik tersebut meledak maka
Pemerintah Kota membawa laporan kepada pihak kepolisian untuk
segera mengadakan penangkapan atau pun pengamanan.
“Karena intelijen tidak bisa menangkap, maka itu dilaporkan kepihak yang berwajib ,kepada pihak kepolisian” ujar Muchlis S.Sosstaf Linmas Kesbang Kota Makassar.(Wawancara 21 Februari 2014)
2. Pendekatan Demokratis
Berbicara tentang Pendekatan Demokratis yang di arahkan ke
rana Tata Kelola Konflik antar Kelompok Pemuda di Jalan Dangko
Kota Makassar menjadi suatu hal yang sangat krusial sebab kondisi
rill d lokasi penelitian, Kelurahan Balang Baru dalam hal ini kedua
wilayah yang terlibat konflik yakni Kelompok Pemuda Jalan Rotas
dan Kelompok Pemuda Jalan Dangko hampir nihil tidak terciptannya
Demokratisasi antar Kelompok itu disebabkan karena kurangnya
perhatian Pemerintah setempat khusunya dalam bidang pemberdayaan
dan pengembangan Sumber Daya Manusia dan kegiatan-kegiatan
yang sifatnya mampu mempererat tali silahturahmi antara kelompok-
kelompok pemuda yang ada di Balang Baru.
Perkelahian antar kelompok pemuda kerap terjadi di
Kelurahan Balang Baru karena tidak terciptanya Demokratisasi dan
tingginya angka pengangguran, anak terlantar karena putus sekolah.
Secara tidak langsung menangani persoalan perkelahian antar
58
kelompok namun Dinas Sosial ternyata mengurusi pelaku tindak
kriminal yang juga merupakan pelaku tindak perkelahian antar
kelompok di masyarakat. Dinas Sosial kemudian menggolongkan
beberapa kategori anak yang dianggap terlantar dan nakal. Setidaknya
pada pembahasan ini kita dapat mengetahui bahwa pelaku dari konflik
antar kelompok pemuda di jalan dangko kota Makassar.
“Anak-anak SMP biasa, diatas 25 tahun itu jarang mi pelakunya, danrata-rata itu tidak sekolah” Ujar A.M warga Balang Baru yang ditemuidi kediamannya.(Wawancara 23 Februari 2014)
Berikut wawancara dari salah satu staf Dinas Sosial tentang
anak mana saja yang dikategorikan sebagai anak terlantar dan anak
nakal.
“Anak terlantar menurut A. Taty sebagai salah satu staf di DinasSosial Kota Makassar yang ditemui di ruang kerjanya ialah anakdibawah umur 18 tahun yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnyaseperti sandang maupun pangan. Sedangkan menurutnya pula anaknakal ialah mereka yang juga berumur dibawah delapan belas tahunuang sering terlibat dalam tindak kriminal atau berpotensi melakukantindak kriminal”.(Wawancara 25 Februari 2014)
Pada petunjuk teknis pelaksanaan masalah sosial anak nakal
yang menjadi bahan rujukan Dinas Sosial Kota Makassar dalam
pembuatan program pembinaan terhadap anak nakal, disitu dinyatakan
bahwa anak nakal ialah anak yang berperilaku menyimpang dari
norma-norma masyarakat, mengganggu ketertiban namun masih
dibawah kategori yang dapat dituntut secara hukum.
59
3. Pendekatan Rekonsiliasi
Dalam menangani biang masalah sosial yaitu konflik
pemuda, Pendekatan Rekonsiliasi dilakukan dalam bentuk
Rehabilitasi Pelayanan Sosial Kenakalan Anak Dan Remaji.
Rehabilitasi sosial sendiri dalam pengertiannya merupakan proses
pemulihan harga diri, kesadaran, serta tanggung jawab sosial pelaku
kenakalan sehingga terbebas dari perbuatan kenakalan secara wajar.
Sedangkan kenakalan remaja ialah perilaku remaja yang menyimpang
atau melanggar nilai-nilai atau norma-norma masyarakat. Dinas Sosial
dengan kegiatan ini bertujuan untuk memulihkan kondisi psikologi
dan kondisi sosial serta pulihnya fungsi kualitas sosial remaja
sehingga mereka dapat hidup wajar di masyarakat serta menjadi
sumber daya manusia yang berguna produktif dan berkualitas tinggi.
Jadi pada dasarnya kegiatan ini dibuat untuk mereka anak nakal dan
remaja yang dianggap berpotensi melakukan atau telah melakukan
tindakan kriminal termasuk salah satunya tindak perkelahian antar
kelompok yag sering mereka lakukan.
Orang tua serta lingkungan sosial mereka juga diikutkan
dalam program ini seperti lingkungan sebaya, lingkungan sekolah atau
pekerjaan dan keluarga serta tetangga. Untuk mereka anak nakal dan
remaja yang dilibatkan dalam proram ini lebih sering disebut dengan
istilah korban. Oleh karena itu bisa dianalisa bahwa ada yang menjadi
penyebab kerusakan nilai sosial dan mental mereka.
60
Keseluruhan rangkaian proses rehabilitasi ini terdiri atas 6
tahapan yang harus dilalui berikut tahapannya:
a. Tahap pendekatan awal
Ini merupakan awal dari program rehabilitasi pada
bagian ini akan diawali dengan orinetasi dan konsultasi yang
melibatkan Pemerintah Kota Makassar, Dinas Sosial itu
sendiri, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Departemen
Agama, Departemen Kehakiman, Departemen Tenaga Kerja,
perguruan tinggi di Makassar, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), tokoh masyarakat serta orang tua anak yang
bersangkutan. Tahap ini menjadi tahap proses pencarian
dukungan dan bantuan dari Pemerintah Kota dan lembaga
terkait. Setelah mendapatkan dukungan maka mulailah
dengan tahap mengidentifikasi calon korban yang akan
direhabilitasi.
“Data diambil dari kepolisian, bila belum ada maka ada stafyang diutus, tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK)untuk mengambil data di kelurahan”ujar Andi Taty salah satustaf Dinsos Kota Makassar.(Wawancara 25 Februari 2014)
Data yang sudah didapatkan kemudian dianalisa dan
dikelompokkan, setelah itu barulah kunjungan tehadap rumah
korban/klien dilakukan selain itu ada pula observasi
dilakukan terhadap lingkungan tempat tingal korban.
Menemui calon korban/klien tentunya ditemukan beberapa
61
kendala diantaranya keengganan calon klien untuk mengikti
program rehabilitasi. Maka biasanya akan dilakukan upaya
motivasi dan penyadaran bagi calon klien, misalnya dengan
menemui secara langsung atupun berbicara dengan orang tua
mereka.
b. Tahap Penerimaan
Pada tahap ini klien yang sudah diidentifikasi maka
akan melalui proses registrasi dan pengungkapan masalah
yang diderita. Diantara informasi yang biasanya dicari oleh
Dinas Sosial antara lain mengenai tingkah laku sehari-hari
klien, pergaulan dengan rekan sebaya, keadaan keluarga
dengan keadaan lingkungan. Banyak cara yang digunakan
untuk mengetahui informasi-informasi tersebut dari para
anak/remaja nakal yang sudah didaftarkan masuk dalam
program rehabilitasi, dua diantaranya seperti dengan
wawancara atau mengunjungi langsung kediaman
anak/remaja tersebut.
c. Tahap Assesment
Barulah setelah mendapatkan informasi maka
anak/remaja tersebut akan diwawancarai untuk mengetahui
latar belakang masalah sosial yang dialami. Selain itu pula
akan digali informasi mengenai bakat, potensi-potensi yang
dimiliki, kemampuan dan renacana masa depan mereka.
62
Dinas Sosial menyediakan panti khusus untuk prgram
rehabilitasi ini untuk menampung para anak/remaja nakal.
Disanalah mereka selanjutnya akan mendapatkan rehabilitasi
sosial.
d. Tahap Pembinaan dan bimbingan sosial
Pembinaan yang dimaksud lebih mengarah pada
pembinaan fisik. Anak/remaja tersebut akan dibina untuk
kembali pulih kesehatan dan kesegaran jasmaninya. Biasanya
mereka yang mendapatkan pembinaan seperti ini adalah
anak/remaja yang pernah terlibat dalam praktek minum-
minuman keras atau mengkonsumsi obat-obat terlarang.
Selain pembinaan fisik para peserta yang telah ditampung
akan mendapatkan bimbingan mental, psikologis, agama dan
sosial. Untuk pembinaan keagamaan Dinas Sosial yang sudah
bekerja sama dengan Departemen Agama akan
mendatangkan tokoh-tokoh agama dari anggota masyarakat
atau organisasi sosial keagamaan.
Ada pula pembelajaran yang diberikan sehingga
para peserta mau bertingkah lau yang baik dan kembali
memainkan peran sosialnya secara wajar serta kembali
berbaur dengan anggota keluarga yang lain dan
masyarakatnya.
63
Mereka pun akan diberikan pelatihan keterampilan
seperti keterampilan usaha dan bagi mereka yang berumur
sekolah akan disekolahkan dengan harapan masa depan
mereka akan kembali cerah.
e. Tahap resosialisasi/Integrasi
Pada tahap kelima ini Dinas Sosial dengan program
rehabilitasi ini akan meminta kesiapan keluarga, sekolah dan
masyarakat untuk menerimanya kembali para anak/remaja
yang sudah melalui proses pembinaan. Harapannya semua
lembaga sosial tersebut akan membantu proses integrasi
anak/remaja sehingga timbul kepercayaan dirinya serta
tanggung jawab sosial. Dalam masyarakat, kiranya akan
menerima mereka dengan wajar sebagai manusia yang tidak
lagi bermasalah.
f. Tahap rujukan dan pembinaan lanjut
Ini merupakan tahap terakhir pada tahap ini
diharapkan para peserta rehabilitasi telah mantap dari segi
kesembuhan sehingga tidak akan kembali lagi menjadi nakal.
Pada tahap ini para peserta yang telah dipulangkan akan
dikunjungi secara berkala untuk melihat apakah klien telah
mampu mandiri dan telah mampu melaksanakan fungsi
sosialnya dalam tatanan kehidupan dan penghidupan
masyarakat.
64
Berikut diatas tahapan kegiatan dalam progrm
rehabilitasi oleh Dinas Sosial, kegiatan yang biasa
dilaksanakan dalam jangka waktu 6-12 bulan ini mendapat
dana dari Pemerintah Kota Makassar melalui alokasi APBD.
Tiap tahunnya Dinas Sosial akan memasukkan nama, alamat
serta masalah yang bersangkutan untuk direhabilitasi.
Selanjutnya pendanaan akan keluar sesuai dengan pendanaan
yang diminta.
“Tiap tahun ada pembahasan konsep program untukmengambil dana APBD dengan melengkapi by the name, theaddress dan by problem” Ujar Andi Taty.(Wawancara 25 Februari2014)
Dari uraian di atas jelas digambarkan bahwa Tata
kelola konflik antar kelompok pemuda di jalan dangko sudah
menjadi tanggung jawab pemerintah kota melalui instansi
yang memang konek dengan persoalan penangan konflik
yakni Kesatuan Bangsa (Kesbang) dan Dinas Sosial. Tata
Kelola yang dilakukan oleh kedua instansi tersebut sudah
nampak jelas berdasarkan porsi masing-masing berbagai
macam konsep yang sudah terealisasi seperti yang telah
dilakukan pihak Kesbang yaitu upaya preventif pasca konflik
dan investigasi guna untuk mengcounter potensi-potensi
konflik susulan dengan mengarahkan sasaran ke lokasi
konflik termasuk pelaku dan korban konflik sedangkan
konsep yang di realisasikan pihak Dinas Sosial adalah dengan
65
merealisasikan konsep Pelayanan Rehabilitasi Sosial
Kenakalan Anak dan Remaja juga melakukan sosialisasi
regulasi hukum tentang Konflik dalam bentuk seminar dan
pesertanya langsung diambil dari warga Balang Baru
khususnya kelompok-kelompok pemuda yang terindikasi
baik yang terlibat maupun yang berpotensi terlibat dalam
konflik tersebut.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik antar kelompok
pemuda di Jalan Dangko, peneliti kemudian mengambarkan kesimpulan dari
penelusuran pustaka sesuai dengan kerangka pikir adalah:
1. Ketersinggungan antar kelompok
Untuk mencegah ketersinggungan antar kelompok maka perlu
dilakukan konsiliasi, resolusi ini terwujud dengan pelibatan lembaga-
lembaga tertentu yang memungkinkan munculnya urung rembuk dalam
pihak yang bertikai. Dimungkinkan dari sini akan terlihat pengambilan
keputusan pemerintah kota atau setidaknya bagian terkecil dalam hal ini
pemerintah kelurahan balang baru hingga tingkatan tokoh masyarakat
yang merupakan lembaga paling cocok untuk memainkan peran ini
guna untuk menghindari terjadinya ketersinggungan antar dua
kelompok.
2. Dendam antar kelompok
Dendam antar kelompok merupakan salah satu indikasi vital terjadinya
konflik yang berkepanjangan sehingga dalam hal ini perlu diadakan
pertemuan antar kelompok yang terlibat konflik dalam suatu wadah
untuk sepakat berdamai dan tidak akan melahirkan konflik susulan
melalui jalur litigasi, kemudian melibatkan pihak yang sama sekali
tidak memiliki kapasitas pelaksanaan hukum formal.
67
3. Perselisihan antar kelompok
Perselisihan antar kelompok pemuda yang terlibat konflik di Jalan
Dangko sangat diperlukan adanya mediasi pihak ketiga sebagai bagian
yang melihat konflik dengan kacamata berimbang sangat berguna untuk
memunculkan win-win solution. Untuk ini juga sebaiknya diperankan
oleh pemerintah kota tanpa harus memperlambat langkah dengan
memainkan struktur pemerintahan terdekat dari wilayah konflik. Pada
solusi ini kedua belah pihak yang bertentangan bersepakat untuk
menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan-
keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik yang diantara mereka.
Pertikaian antar kelompok yang dikatikan dengan suku, agama, ras, dan
antar kelompok merupakan konflik yang sangat gampang untuk terulang di
tempat yang sama. Dari pembahasan hasil penelitian, peneliti kemudian
menjabarkan Tata Kelola Konflik Pemuda dengan Indikator:
1. Pendekatan Keamanan
Pendekatan Keamanan merupakan suatu pendekatan yang harus bersifat
dinamis guna untuk memperkecil terbukanya keran-keran konflik.
Pemerintah Kota Makassar dalam hal ini Kesbang lebih mengutamakan
pola penyampaian konsep masyarakat damai kepada berbagai elemen
serta bersifat investigatif terhadap potensi konflik yang akan terjadi.
Selain itu, program juga dikhususkan pada beberapa wilayah yang
memang dekat dengan siklus perkelahian antar kelompok. Kesbang juga
mengadakan kerjasama dengan beberapa pihak untuk mewaspadai
68
terjadinya tindak perkelahian sebelum konflik itu terjadi. Oleh karena itu
Kesbang bersama lembaga kepolisian (Polrestabes), bahu membahu
mengupayakan cara penanganan kasus konflik antar kelompok pemuda
di jalan dangko
2. Pendekatan Demokratis
Pendekatan Demokratis yang di arahkan ke rana Tata Kelola Konflik
antar Kelompok Pemuda di Jalan Dangko Kota Makassar menjadi suatu
hal yang sangat krusial sebab kondisi rill d lokasi penelitian, Kelurahan
Balang Baru dalam hal ini kedua wilayah yang terlibat konflik yakni
Kelompok Pemuda Jalan Rotas dan Kelompok Pemuda Jalan Dangko
hampir nihil tidak terciptannya Demokratisasi antar Kelompok itu
disebabkan karena kurangnya perhatian Pemerintah setempat khusunya
dalam bidang pemberdayaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia
dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya mampu mempererat tali
silahturahmi antara kelompok-kelompok pemuda yang ada di Balang
Baru
3. Pendekatan Rekonsiliasi
Dalam menangani biang masalah sosial yaitu konflik pemuda,
Pendekatan Rekonsiliasi dilakukan dalam bentuk Rehabilitasi Pelayanan
Sosial Kenakalan Anak Dan Remaji. Rehabilitasi sosial sendiri dalam
pengertiannya merupakan proses pemulihan harga diri, kesadaran, serta
tanggung jawab sosial pelaku kenakalan sehingga terbebas dari
perbuatan kenakalan secara wajar. Sedangkan kenakalan remaja ialah
69
perilaku remaja yang menyimpang atau melanggar nilai-nilai atau
norma-norma masyarakat.
Dari ketiga pendekatan diatas peneliti kemudian melakukan analisis
terkait pendekatan yang paling mendominasi resolusi konflik pemuda di Jalan
Dangko. Konstalasi konflik di Jalan Dangko sangat membutuhkan Pendekatan
Rekonsiliasi dari seluruh kalangan, baik itu tokoh maupun kelompok pemuda
yang ada di kelurahan Balang Baru khususnya pemuda Jalan Rotas dan
Pemuda Jalan Dangko yang merupakan aktor dari konflik yang terjadi di Jalan
Dangko.
Sesungguhnya, di balik berulangnya tindak kekerasan perkelahian
massa tersimpan persoalan yang sangat pelik. Itu menunjukkan bahwa sebuah
wilayah telah kehilangan modal sosial, nilai kemasyarakatan yang dianut,
musyawarah dan toleransi antar sesama yang diakui sebagai perekat nilai
kebangsaan kita. Maka dari itu Rekonsiliasi sangat bermanfaat bagi kalangan
pemuda yang ada di Balang Baru, sebab dengan Rekonsiliasi mereka merasa
bahwa perhatian pemerintah kepada mereka selaku regenerasi penerus bangsa
itu sangat prihatin melihat kondisi yang kerap sekali terjadi sehingga perlu di
adakan Rekonsiliasi guna untuk lebih mempererat tali silaturrahmi antar
sesama pemuda Kelurahan Balang Baru khususnya Pemuda Jalan Rotas dan
Pemuda Jalan Dangko.
B. Saran-saran
1. Pemerintah Kota Makassar khususnya kelurahan Balang Baru yang
bertugas melindungi dan mengayomi warga ternyata belum dapat
70
menemukan solusi yang pas dalam menangani perkelahian antar
kelompok pemuda di Jalan Dangko. Pemerintah Kota Makassar
khususnya Kelurahan Balang Baru seharusnya melakukan rekonsiliasi
dengan beragam kegiatan yang bersifat mempererat tali silahturahmi
antar sesama kelompok pemuda yang terlibat konflik di Jalan Dangko
guna untuk menjaga harmonisasi antar sesama kelompok pemuda serta
lepas dari segala persinggungan internal antar kelompok pemuda.
2. Penegakan hukum dalam hal ini Kepolisian seharusnya meningkatkan
pengamanan di segala sektor yang berpotensi terjadinya konflik
khususnya daerah-daerah yang menjadi tempat nongkrong kelompok-
kelompok pemuda.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Hardiman, Memahami akar-akar kekerasan massa, 28 Juli 2008 Warta TitianDamai, Februari 2009.
Hersey, Blanchard.,1992.Manajemen Perilaku Organisasi, PendayagunaanSumber Daya Manusia.PT. Gelora Aksara Pratama: Jakarta.
Kartini, Kartono.,2010. Kenakalan Remaja (Patologi sosial 2). Rajawali Press.Jakarta.
Koentjaraningrat., 2003 Pengantar Antropologi I, Rieneka Cipta, Jakarta.
Lawang, Robert M Z.,1985. Pengantar Sosiologi, PT. Karunika Universitasterbuka, Jakarta.
Mifta Thoha.,2010.Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Sugiyono., 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta:Bandung.
Suharto, Edy., 2009.Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat; RefikaAditama. Bandung.
Susan,Novri.2012.Negara Gagal Mengelola Konflik.Penerbit PustakaPelajar:Jogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Tentang PenangananKonflik Sosial, Citra Umbara: Bandung, 2012.
William Hendricks.,2012. Bagaimana Mengelolah Konflik, Petunjuk PraktisUntuk Manajemen Konflik Yang Efektif. Bumi Aksara: Jakarta.
Winardi.,2007. Manajemen Konflik, Konflik Perubahan dan Pengembangan. CV.Mandar Maju: Bandung.
Internet:
Anonim,2013.Ruang dan Konflik Wilayah Cerita dari Enam Desa.Diakses padatanggal 22 Juli 2013.http://csps.ugm.ac.id/Ruang-dan-Konflik-Wilayah-Cerita-dari-Enam- Desa.html.
Anonim,2013. Manajemen Konflik Cara Mengelola Konflik Secara Efektif.Diakses pada tanggal 22 Juli 2013.http://rajapresentasi.com/2009/05/manajemen-konflik-cara-mengelola-konflik-secara-efektif.