BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan seseorang salah satunya ditentukan oleh seberapa tingkat kedisiplinan seseorang, sebab dengan disiplin maka segala kegiatan dan aktivitas sehari-hari jelas teragenda dengan rapi, termasuk dalam pencatatan pelajaran, jadwal, akivitas apa saja.dengan tingkat kedisiplinan seseorang yang tinggi sangat tertata dan terrencana semua aktivitas yang dilakukan. Dewasa ini budaya disiplin belum sepenuhnya terwujud, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di lingkungan sekolah. Di lingkungan keluarga masih sering dijumpai anak-anak tidak belajar ketika tiba waktunya mereka belajar. Di lingkungan masyarakat juga dijumpai adanya pelanggaran terhadap peraturan yang ada, misalnya pelanggaran lalu lintas. Sementara itu, di lingkungan sekolah banyak dijumpai adanya pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Sebagai contoh, masih banyak siswa yang meninggalkan sekolah pada jam-jam sekolah atau membolos. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan seseorang salah satunya ditentukan oleh seberapa tingkat
kedisiplinan seseorang, sebab dengan disiplin maka segala kegiatan dan
aktivitas sehari-hari jelas teragenda dengan rapi, termasuk dalam pencatatan
pelajaran, jadwal, akivitas apa saja.dengan tingkat kedisiplinan seseorang yang
tinggi sangat tertata dan terrencana semua aktivitas yang dilakukan.
Dewasa ini budaya disiplin belum sepenuhnya terwujud, baik di
lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di lingkungan sekolah. Di
lingkungan keluarga masih sering dijumpai anak-anak tidak belajar ketika tiba
waktunya mereka belajar. Di lingkungan masyarakat juga dijumpai adanya
pelanggaran terhadap peraturan yang ada, misalnya pelanggaran lalu lintas.
Sementara itu, di lingkungan sekolah banyak dijumpai adanya pelanggaran
terhadap tata tertib sekolah. Sebagai contoh, masih banyak siswa yang
meninggalkan sekolah pada jam-jam sekolah atau membolos.
Di dalam dunia pendidikan, disadari bahwa sekolah-sekolah masih
perlu meningkatkan kedisiplinannya. Karena, sekolah merupakan lembaga
pendidikan yang sangat strategis untuk menanamkan dan mengajarkan
kedisiplinan. Sekolah merupakan tempat kelanjutan pendidikan disiplin yang
sudah dilakukan oleh keluarganya. Karena itu, kepala sekolah dan guru-guru
perlu menempatkan disiplin ke dalam prioritas program pendidikan di
sekolahnya. Dengan demikian, para siswa akan terbawa arus disiplin sekolah
yang baik yang akan melahirkan siswa-siswa yang berperilaku positif serta
berprestasi baik.
1
Disiplin juga menjadi sarana pendidikan. Dalam mendidik disiplin
berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina
dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang
ditanamkan, diajarkan dan diteladankan. Karena itu, perubahan perilaku
seseoarang termasuk prestasinya merupakan hasil dari suatu proses pendidikan
dan pembelajaran yang terencana, dan informal.
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang
sangat strategis dan utama demi terjaminnya perkembangan dan
keberlangsungan kehidupan bangsa. Oleh sebab itu dibutuhkan peningkatan
pendidikan nasional sebagai upaya peningkatan kualitas manusia dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka pemerintah memandang
perlu adanya Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989, dalam pasal 4 disebutkan
tujuan pendidikan nasional berbunyi:
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani rokhani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal. Di tempat inilah
kegiatan belajar mengajar berlangsung; ilmu pengetahuan diajarkan dan
dikembangkan kepada anak didik. Proses pendidikan pada umumnya
dilangsungkan disekolah melalui kegiatan pembelajaran yang merupakan
sebuah proses perubahan tingkah laku. Perubahan itu meliputi aspek meliputi
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Seharusnya, hasil pembelajaran
tersebut berdampak baik bagi mutu pendidikan dan kehidupan bangsa
2
Indonesia. Akan tetapi hasil penelitian UNDP (United Nation Development
Progaram) tahun 1999, menunjukkan bahwa HDI (Human Development Index)
kita berada pada urutan 105 dari 117 negara yang diteliti.
Budaya disiplin yang belum terbina berdampak negatif terhadap
pendidikan. Berkaitan dengan hal itu dalam GBHN tahun 1999-2004 juga
dinyatakan bahwa masalah utama yang dihadapi kita di bidang pendidikan
adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pengembangan
watak peserta didik berakibat hilangnya kepribadian dan kesadaran akan makna
hakiki kehidupan (MPR RI 1999:65). Dalam kaitannya dengan pengembangan
pribadi dan watak peserta didik, budaya disiplin atau sikap disiplin merupakan
salah satu aspek pribadi dan watak yang perlu diperhatikan dan tidak boleh
diabaikan.
Pengabaian sikap disiplin akan melahirkan sikap mengabaikan
peraturan, hukum atau norma yang berlaku. Hal itu dituding sebagai tanda-
tanda kegagalan dunia pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai budi pekerti.
Karena itu, Departemen Pendidikan Nasional merespon usulan yang muncul
dari masyarakat agar pelajaran budi pekerti kembali diajarkan kepada para
siswa. Respon itu muncul dalam pedoman Kurikilum Berbasis Kompetensi.
Dalam pedoman itu, budi pekerti ridak diajarkan sebagai satu mata pelajaran,
tetapi nilai-nilai budi pekerti diterapkan dalam pedoman itu, tetapi nilai-nilai
budi pekerti diterapkan dalam setiap kegiatan di kelas, di lingkungan sekolah,
selama kurun waktu berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
Salah satu tujuan pendidikan yang mendukung pencapaian tujuan
pendidikan nasional tersebut adalah tujuan kurikuler. Tujuan kurikuler yaitu
tujuan pendidikan yang pencapaiannya dibebankan kepada mata pelajaran
3
tertentu (dalam kurikulum mata pelajaran tertentu), seperti yang dimaksud
dalam pasal 37 UU No.2 Tahun 1989.
Menurut pasal 37 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, dinyatakan
bahwa kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya
dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kesesuaian dengan jenis dan jenjang masing-
masing pendidikan.
Namun sebagai tolok ukur perkembangan kemaujuan siswa dilihat dari
seberapa tingkat prestasi belajar yang didapat , apakah masih dibawah angka
tuntas atau di atas angka ketuntasan. Dari data yang didapat melalui
dokumentasi bahwa prestasi belajar siswa masih rendah, kemudian tingkat
kedisiplinan siswa juga masih rendah. Oleh karena itu peneliti ingin
mengadakan penelitian dengan judul Hubungan antara Kedisiplinan dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 01 Tersono Kecamatan
Tersono Kabupaten Batang semester II Tahun Pelajaran 2009/ 2010.
B. Identifikasi Masalah
Setelah memperhatikan latar belakang masalah tersebut di atas penulis
mengidentifikasikan tentang prestasi belajar ada hubungannya dengan :
a. Motivasi belajar siswa yang rendah.
b. Kedisiplinan masih kurang diperhatikan .
c. Masih ada orang tua yang kurang mempererhatikan belajar siswa
d. Situasi rumah siswa kadang – kadang masih kurang kondusif untuk
belajar
e. Minat belajar siswa perlu dorongan dari orang tua
4
f. Minat melanjutkan studi / belajar siswa masih kurang
g. Teman bergaul yang kurang mendukung .
C. Pembatasan Masalah
Dari uraian identifikasi masalah tersebut diatas penulis membatasi
masalah sebagai berikut :
Kedisiplinan siswa SMP Negeri Tersono dan prestasi belajar pada semester II
tahun pelajaran 2009-2010 .
D. Rumusan Masalah
Setelah mengadakan pembatasan masalah maka penulis perlu membuat
rumusan masalah. Sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kedisiplinan siswa Kelas 2 SMP Negeri 01 Tersono ?
2. Adakah hubungan positif yang signifikan antara kedisiplinan dengan
prestasi belajar siswa Kelas 2 Tersono ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk membuktikan tingkat kedisiplinan siswa Kelas 2 SMP Negeri 01
Tersono Tahun Pelajaran 2009/ 2010.
b. Untuk membuktikan ada tidaknya hubungan yang signifikan antara
kedisiplinan dengan prestasi belajar siswa Kelas 2 SMP Negeri 01 Tersono
Tahun Pelajaran 2009/ 2010
F. Manfaat Penelitian
Sebagai tindak lanjut atas tercapainya tujuan penelitian ini, maka
diharapkan penelitian ini berguna dalam pengembangan ilmu bimbingan dan
konseling. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
5
1. Secara praktis
a). Memberikan informasi kepada guru untuk membantu siswa dalam
memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan kedisiplinan .
b). Memberikan informasi kepada siswa bahwa salah satu faktor yang dapat
meningkatkan prestasi belajar adalah kedisiplinan. yang perlu ditanamkan
pada diri siswa.
c). Memberikan informasi kepada orang tua agar memberikan dukungan
kepada anak-anaknya agar kedisiplinan diperhatikan dalam belajar.
2. Secara Teoritis
a). Memberikan masukan tentang adanya pengertian kedisiplinan terhadap
prestasi belajar siswa, sehingga orang tua dan guru dapat memberi
dorongan yang positif agar menumbuhkan kedisiplinan pada siswa.
b). Memberikan masukan tentang adanya pengaruh motivasi terhadap prestasi
belajar siswa , sehingga siswa lebih rajin dalam belajar.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Istilah disiplin berasal dari bahasa
latin “Disciplina” yang menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar.
Sedangkan istilah bahasa inggrisnya yaitu “Discipline” yang berarti: 1) tertib,
taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri; 2) latihan membentuk,
meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau
karakter moral; 3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki;
4) kumpulan atau sistem-sistem peraturan- peraturan bagi tingkah laku (Mac
Millan dalam Tu’u, 2004:20).
Disiplin juga dapat berarti tata tertib, ketaatan, atau kepatuhan kepada
peraturan tata tertib (Depdikbud 1988:208). Dalam bahasa Indonesia istilah
disiplin kerap kali terkait dan menyatu dengan istilah tata tertib dan ketertiban.
Dengan demikian, kedisiplinan hal-hal yang berkaitan dengan ketaatan atau
kepatuhan seseorang terhadap peraturan atau tata tertib yang berlaku.
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban (Prijodarminto 1994:23).
Sedangkan Menurut Amatembun (1974:6) kedisiplinan adalah keadaan tertib
dimana orang yang tergabung dalam organisasi tunduk pada peraturan yang
telah ada dengan senang hati. Berdasarkan pengertian tersebut, yang dimaksud
kedisiplinan dalam penelitian ini adalah keadaan tertib dimana siswa yang
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN
7
tergabung dalam warga sekolah harus tunduk pada peraturan atau tata tertib
sekolah yang telah ada dengan senang hati.
Menurut Soegeng Prijodarmanto ( 1994 : 23 )
disiplin, kiat menuju suskses, disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk malalui proses dari serangkaian perilaku tyang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,kesetiaan, keteraturan atau ketetiban, nilai –nilai tersebut telah menjadibagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui prossesbinaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman.
Menurut Soegeng Prijodarmanto ( 1994 : 13 ) disiplin sangat diperlukan
di jalan , di toko, swalayan, di rumah, di satsiun, naik lift dan ditempat umum.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa kedisiplinan
adalah sikap seseorang yang menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap
peraturan atau tata tertib yang telah ada dan dilakukan dengan senang hati dan
kesadaran diri. Baik di rumah , di tempat bersama maupun di tempat umum.
a. Fungsi Kedisiplinan
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin
menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan
berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar.
Bagley dalam Iragiliati (2004:198) mengidentifikasikan sejumlah fungsi
kedisiplinan sebagai berikut: pertama kedisiplinan sebagai penciptaan dan
pelestarian keadaan yang penting terhadap kemajuan kerja yang berada di
sekolah. Kini pandangan kedisiplinan ini, dideskripsikan sebagai sebuah
rasionale managerial (Lovegrove dan Lewi 1991), yaitu sesuatu kedisiplinan
yang memandang sebagai kumpulan teknik dan strategi yang diterapkan oleh
guru untuk memberikan ketertiban dalam kelas. Ketertiban ini perlu sehingga
lingkungan belajar memaksimalkan pembelajaran pelajaran sekolah.
8
Fungsi kedua dari kedisiplinan adalah persiapan siswa terhadap
keikutsertaan aktif dalam lingkungan orang dewasa yang terorganisasi, dimana
kebebasan diseimbangkan dengan tanggungjawab yang berhubungan
dengannya. Hal ini dideskripsikan sebagai sebuah fungsi pendidikan, dimana
kedisiplinan dirasakan sebagai sebuah pengalaman siswa tentang hak pribadi,
terutama bagi pribadi yang sedang dalam konflik. Oleh karena itu, pandangan
pendidikan terhadap kedisiplinan adalah memberi pengalaman pendidikan yang
berharga secara potensial.
Kedisiplinan di sekolah memiliki fungsi tertentu. Menurut Meichati
{2003:7} kedisiplinan di sekolah berfungsi sebagai alat pendidikan dan alat
menyesuaikan dalam membentuk sikap dan tingkah laku yang baik, yang
nantinya dapat digunakan juga dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan
masyarakat.
Kedisiplinan sebagai alat pendidikan yang dimaksud adalah suatu
tindakan, perbutan yang dengan sengaja diterapkan untuk kepentingan
pendidikan di sekolah. Tindakan atau perbuatan tersebut dapat berupa perintah,
nasehat, larangan, harapan, dan hukuman atau sanksi. Kedisiplinan sebagai alat
pendidikan diterapkan dalam rangka proses pembentukan, pembinaan dan
pengembangan sikap dan tingkah laku yang baik. Sikap dan tingkah laku yang
baik tersebut dapat berupa rajin, berbudi pekerti luhur, patuh, hormat, tenggang
rasa dan berdisiplin.
Di samping sebagai alat pendidikan, kedisiplinan juga berfungsi sebagai
alat menyesuaikan diri dalam lingkungan yang ada. Dalam hal ini kedisiplinan
dapat mengarahkan seseorang untuk menyesuaikan diri terutama dalam
menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan itu.
9
Dalam kontek tersebut kedisiplinan sebagai alat menyesuaikan diri di
sekolah berarti kedisiplinan dapat mengarahkan siswa untuk dapat
menyesuaikan diri dengan cara menaati tata tertib sekolah.
Berfungsinya kedisiplinan sebagai alat pendidikan dan alat menyesuaikan
diri akan mempengaruhi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Di sekolah yang kedisiplinannya baik, kegiatan belajar mengajar akan
berlangsung tertib, teratur, dan terarah. Sebaliknya di sekolah yang
kedisiplinannya rendah maka kegiatan belajar mengajarnya juga akan
berlangsung tidak tertib, akibatnya kualitas pendidikan sekolah itu akan rendah.
a.) Fungsi kedisiplinan diantaranya :
a. Menata kehidupan
b. Membangun kepribadian
c. Melatih Kepribadian
d. Pemaksaan
e. Hukuman
f. Menciptakan lingkungan kondusif
b). Macam disiplin :
a. Disiplin otoritarian
b. Disiplin Permisif
c. Disiplin demokartif
c). Pembentukan disiplin :
a.Kesadaran diri
b. Pengikutan dan ketaan
c.Alat pendidikan
d. Hukuman
10
Sedangkan menurut Tu’u (2004:38) fungsi kedisiplinan di sekolah adalah
sebagai berikut:
a. Menata Kehidupan Bersama
”Manusia adalah makhluk unik yang memiliki ciri, sifat, kepribadian, latar belakang dan pola pikir yang berbeda-beda. Sebagai makhluk sosial, selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan tersebut diperlukan norma, nilai peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat berjalan lancar dan baik. Jadi fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat”.
b. Membangun Kepribadian
”Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Disiplin yang diterapkan dimasing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Jadi lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang”.
c. Melatih Kepribadian
”Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui suatu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan”.
d. Pemaksaan
”Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Dikatakan terpaksa karena melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri, melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi disiplin. Jadi disiplin berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu”.
e. Hukuman
”Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi/hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekutan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah”.
f. Mencipta Lingkungan Kondusif
11
”Sekolah merupakan ruang lingkup pendidikan (Wawasan Wiyatamandala). Dalam pendidikan ada proses mendidik, mengajar dan melatih. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Kondisi yang baik bagi proses tersebut adalah kondisi aman, tenang, tertib dan teratur, saling menghargai, dan hubungan pergaulan yang baik, hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Apabila kondisi ini terwujud, sekolah akan menjadi lingkungan kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Di tempat seperti itu, potensi dan prestasi siswa akan mencapai hasil optimal. Untuk sekolah, disiplin itu sangat perlu dalam proses belajar mengajar, alasannya yaitu: disiplin dapat membantu kegiatan belajar, dapat menimbulkan rasa senang untuk belajar dan meningkatkan hubungan sosial” (Sem Wattimena dalam Tu’u, 2004:44).
Apabila peraturan sekolah tanpa tata tertib, akan muncul perilaku yang
tidak tertib, tidak teratur, tidak terkontrol, perilaku liar, yang pada gilirannya
mengganggu kegiatan pembelajaran. Suasana kondusif yang dibutuhkan dalam
pembelajaran menjadi terganggu. Dalam hal ini, penerapan dan pelaksanaan
peraturan sekolah, menolong para siswa agar dilatih dan dibiasakan hidup
teratur, bertanggung jawab dan dewasa. Disiplin sekolah apabila dikembangkan
dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen akan berdampak positif
bagi kehidupan dan perilaku siswa. Disiplin dapat mendorong mereka belajar
secara konkret dalam praktik hidup di sekolah tentang hal-hal positif yaitu
melakukan hal- hal yang lurus dan benar, dan menjauhi hal-hal yang negatif.
Dengan pemberlakuan disiplin, siswa belajar beradaptasi dengan lingkungan
yang baik itu, sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan
orang lain. Dalam hal itu, menurut Maman Rachman dalam Tu’u (2004:35-
36), pentingnya disiplin bagi para siswa sebagai berikut:
g. Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
h. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.
12
i. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didiknya terhadap lingkungannya.
j. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya.
k. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah. l. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar. m. Peserta didik belajar dan bermanfaat baginya dan lingkungannya. n. Kebiasaan baik itu menyebabakan ketenangan jiwanya dan
lingkungannya.
Lingkungan sekolah yang teratur, tertib, tenang tersebut memberi
gambaran lingkungan siswa yang giat, gigih, serius, penuh perhatian,
sungguh-sungguh dan kompetitif dalam pembelajarannya. Lingkungan
disiplin seperti itu ikut memberi andil lahirnya siswa-siswa yang
berprestasi dengan kepribadian unggul. Di sana ada dan terjadi kompetisi
positif diantara mereka.
Wardiman Djojonegoro (GDN, 1996:261) mengatakan individu
unggul memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Motivasi berpikir dan berkarya yang berorientasi pada prestasi unggul.
b. Motivasi dalam mengembangkan bakat dan potensi dirinya serta matang dan berkeseimbangan.
c. Daya saing sekaligus kerja sama yang tinggi. d. Daya nalar yang tinggi serta matang dan berkeseimbangan. e. Kemampuan berprakarsa. f. Kemampuan untuk memperhitungkan resiko. g. Sikap pencapaian prestasi dalam rangka persaingan.
Untuk mencapai dan memiliki ciri-ciri kepribadian tersebut,
diperlukan pribadi yang giat, gigih, tekun dan disiplin. Selanjutnya
Wardiman mengatakan bahwa keunggulan tersebut baru dapat dimiliki
apabila dalam diri seseorang terdapat sikap dan perilaku disiplin.
b) Unsur-Unsur Disiplin
Unsur-unsur kedisiplinan meliputi tiga hal yaitu: 1) sikap mental (mental
attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau
13
pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak, 2)
pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma, kriteria,
dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman tersebut
menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan
akan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk
mencapai keberhasilan (sukses), 3) sikap kelakuan yang secara wajar
menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan
tertib (Prijodarminto S 1994:23).
Disiplin itu lahir, dan berkembang dari sikap seseorang di dalam sistem
nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Terdapat unsur pokok yang
membentuk disiplin, pertama sikap yang telah ada pada diri manusia dan
sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat. Sikap atau attitude tadi
merupakan unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang harus mampu
bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau pemikiran.
Sedangkan sistem nilai budaya merupakan bagian dari budaya yang berfungsi
sebagai petunjuk atau pedoman dan penuntun bagi kelakuan manusia.
Perpaduan antara sikap dengan sistem nilai budaya yang menjadi
pengarah dan pedoman tadi mewujudkan sikap mental berupa perbuatan atau
tingkah laku. Unsur tersebut membentuk suatu pola kepribadian yang
menunjukkan perilaku disiplin atau tidak disiplin.
c) Penanggulangan Disiplin
Disiplin sekolah menjadi prasyarat terbentuknya lingkungan pendidikan
yang kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Oleh karena itu, kepala
sekolah, guru dan orang tua perlu terlibat dan bertanggung jawab
membangun disiplin siswa dan disiplin sekolah.
14
Dengan keterlibatan dan tanggung jawab itu, diharapkan para siswa
berhasil dibina dan dibentuk menjadi individu-individu unggul dan sukses.
Keunggulan dan kesuksesan itu terwujud sebab sekolah berhasil menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Siswa
terpacu untuk mengoptimalkan potensi dan prestasi dirinya.
Penanggulangan masalah disiplin yang terjadi di sekolah menurut Singgih
Gunarsa dalam Tu’u (2004:57) dapat dilakukan melalui tahapan preventif,
represif dan kuratif. Langkah preventif lebih pada usaha untuk mendorong
siswa melaksanakan tata tertib sekolah. Memberi persuasi bahwa tata tertib
itu baik untuk perkembangan dan keberhasilan sekolah.
Disiplin individu yang baik menunjang peningkatan prestasi belajar dan
perkembangan perilaku yang positif. Langkah represif sudah berurusan
dengan siswa yang telah melanggar tata tertib sekolah. Siswa-siswa ini
ditolong agar tidak melanggar lebih jauh lagi, dengan jalan nasehat,
peringatan atau sanksi disiplin. Langkah kuratif merupakan upaya pembinaan
dan pendampingan siswa yang melanggar tata tertib dan sudah diberi sanksi
disiplin. Upaya tersebut merupakan langkah pemulihan, memperbaiki,
meluruskan, menyembuhkan perilaku yang salah dan tidak baik.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin
Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks, karena
menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosialnya.
Ditinjau dari sudut psikologi, bahwa manusia memiliki dua
kecenderungan yang cenderung bersikap baik dan cenderung bersikap buruk,
cenderung patuh dan tidak patuh, cenderung menurut atau membangkang,.
15
Kecenderungan tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tergantung bagaimana
pengoptimalannya.
Sehubungan manusia memiliki dua potensi dasar tersebut, maka agar
manusia memiliki sikap positif dan berperilaku disiplin sesuai dengan aturan
maka perlu upaya optimalisasi daya-daya jiwa manusia melalui berbagai
bentuk penanaman disiplin dan kepatuhan. Upaya-upaya tersebut baik
melalui pembiasaan-pembiasaan, perubahan pola dan sistem aturan yang
mengatur tingkah lakunya, kebijaksanaan, sistem sanksi, dan penghargaan
bagi pelaku dan pengawasan.
Ada dua faktor penyebab timbul suatu tingkah laku disiplin yaitu
kebijaksanaan aturan itu sendiri dan pandangan seseorang terhadap nilai itu
sendiri (Subari, 1991:166).
Sikap disiplin atau kedisiplinan seseorang, terutama siswa berbeda-beda.
Ada siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada siswa yang
mempunyai kedisiplian rendah. Tinggi rendahnya kedisiplinan seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dalam diri maupun yang
berasal dari luar.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut, antara lain
yaitu: (1) anak itu sendiri, (2) sikap pendidik, (3) ligkungan, dan (4) tujuan
(Haditono 1984:36). Faktor anak itu sendiri mempengaruhi kedisiplinan anak
yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam menanamkan kedisiplinan faktor
anak harus diperhatikan, mengingat anak memiliki potensi dan kepribadian
yang berbeda antara yang satu dan yang lain. Pemahaman terhadap individu
anak secara cermat dan tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan
penanaman kedisiplinan.
16
Selain faktor anak, sikap pendidik juga mempengruhi kedisiplinan anak.
Sikap pendidik yang bersikap baik, penuh kasih sayang, memungkinkan
keberhasilan penanaman kedisplinan pada anak. Hal ini dimungkinkan karena
pada hakikatnya anak cenderung lebih patuh kepada pendidik yang bersikap
baik. Sebaliknya, sikap pendidik yang kasar, keras, tidak peduli, dan kurang
wibawa akan berdampak terhadap kegagalan penanaman kedisiplinan di
sekolah.
Di samping itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi kedisiplinan
seseorang. Dalam hal ini, Tim MKDK IKIP Semarang (1989:70)
menjelaskan bahwa situasi lingkungan akan mempengaruhi proses dan hasil
pendidikan, situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisis, lingkungan
teknis, dan lingkungan sosiokultural. Lingkungan fisis berupa lingkungan
sekolah, keluarga dan masyarakat. Lingkungan teknis berupa fasilitas atau
sarana prasarana yang bersifat kebendaan; dan lingkungan sosiokultural
berupa lingkungan antar individu yang mengacu kepada budaya sosial
masyarakat tertentu. Ketiga lingkungan tersebut juga mempengaruhi
kedisiplinan seseorang, khususnya siswa.
Selain ketiga faktor di atas, faktor tujuan juga berpengaruh terhadap
kedisiplinan seseorang. Tujuan yang dimaksud di sini adalah tujuan yang
berkaitan dengan penanaman kedisiplinan. Agar penanaman kedisiplinan
kepada siswa dapat berhasil, maka tujuan tersebut harus ditetapkan dengan
jelas, termasuk penentuan kriteria pencapaian tujuan penanaman kedisiplinan
di sekolah.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi belajar
17
Menurut W.J.S. Poerwodarminto bahwa prestasi belajar adalah “Hasil
yang telah dicapai” (1976 : 1134). Sedangkan menurut W.S. Winkel, bahwa
“Prestasi belajar adalah tingkah laku yang diharapkan ini terjadi setelah
siswa mempelajari pelajaran “.
Menurut Winarno Surakhmad mengemukakan bahwa “hasil belajar
siswa kebanyakan ulangan ujian atau tes. Ulangan atau tes adalah untuk
memperoleh indeks dalam menentukan keberhasilan siswa “ (1982 : 28).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar melalui ujian atau tes.
Menurut Yulius S.dkk ( 1999 : 190 ) prestasi berasal dari bahasa
Belanda yang artinya kemampuan.
Menurut M. Dahlan Yacub Al Barry ( 2001 : 585 ) prestasi adalah
hasil yang telah dicapai.
Menurut Yulius Slameto ( 1998 : 2 ) suatu proses usaha yang
dilakukan sesorang untk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagi hasil pengalaman sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan.
Berdasrkan beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa
prestasi adalah kemampuan yang dicapai sebagai perubahan tingkah laku
secara keseluruhan dari pengalaman sendiri dalam 9interaksinya dengan
lingkungan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Slameto ( 1995 : 54 ) ada dua golongan yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu factor internal dan factor ektrenal.
1). Factor internal adalah factor yang ada dalam diri individu sendiri.
18
Seperti : factor jasmani meliputi :
a). Kesehatan : sehat berarti dalam keadaan baik segenap anggota badan
dan bagian-bagiannyabebas dari penyakit.
b). Cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang baiknya atau
kurang sempurnanya seluruh tubuh / badan.
c). Keadaan psikhis : adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis ,
yaitu kecakapan untuk mengahdapi dan menyesuaikan ke dalam
situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui
/menggunakan konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui
relasi dan mempelajari dengan cepat.diantaranya :
(1) Intelegensi
(2) Perhatian
(3) Minat
( 4) Bakat
(5) Motiv
(6) Kematangan
(7) Kesiapan
2) Faktor Eksternal, yaitu factor yang ada di luar individu :
a) Keluarga
(1) Cara mendidik dalam memberikan pendidikannya terhadap
anak, bagaimana dalam mendidik. Demokrasi, otoriter atau
laiziz faire dari bentuk mendidika anak ini akan mempengaruhi
prestasi belajar.
(2) Komunikasi antar anggota keluarga
(3) Suasana keluarga
19
(4) Keadaan ekonomi Keluarga
(5) Perhatiang orang tua
(6) Latar belakang Kebudayaan keluarga
b) Faktor sekolah
(1) Metode mengajar
(2) Kurikulum
(3) relasi guru dengan siswa
( 4) Relasi siswa denga guru
(5) Disiplin di sekolah
(6) Sarana dan prasarana di sekolah
(7) Penggunaan waktu
(8) Keadaan gedung
(9) Standar pelajaran di atas ukuran
c) Faktor Masyarakat
(1) Keadaan siswa dalam masyarakat
(2) Mas media
(3) Teman bergaul
(4) Bentuk kehidupan di masyarakat.
Menurut Adolf Heuken S.J. bahwa adanya perbedaan hasil belajar
atau prestasi belajar itu disebabkan oleh :
1. Kecerdasan dan kecakapan khusus 50 - 60 %
2. Usaha, kerajinan dan cara belajar 30 – 40 %
3. Kesempatan dan factor lingkungan 10 – 15 % (1982 :
13)
c. Penilaian Prestasi belajar
20
Setiap kegiatan akan menghasilkan suatu hal yang baik atau juga
buruk, disenangi atau tidak disenangi. Begitu juga dalam kegiatan belajar
mengajar dimana terjadi adanya interaksi siswa dan guru yang disengaja
dan mengharapkan adanya hasil menjadi tujuan kegiatan tersebut. Adapun
norma yang bisa digunakan untuk menentukan tujuan belajar sebagai hasil
yang dicapai oleh siswa dalam proses belajar mengajar adalah dengan
pengukuran dan penilaian.
Pengukuran adalah merupakan pengumpulan informasi atau data
tentang sesuatu dengan menggunakan angka-angka menurut aturan tertentu,
sehingga dapat menggambarkan keadaan benda seperti apa adanya.
Sedangkan penilaian adalah semua usaha membandingkan hasil
pengukuran itu terhadap suatu bahan pembandingan atau patokan atau
dengan kata lain untuk menentukan prestasi belajar adalah evaluasi yang
mengandung arti sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan
seberapa jauh pencapaian hasil belajar yang dikumpulkan melalui
pengamatan atau cara lain dibanding-bandingkan dengan patokan lain atau
sasaran yang telah ditentukan. Adapun bentuk evaluasi secara testing
adalah serangkaian tugas yang diberikan kepada siswa yang berisi bahan-
bahan untuk diujikan yang representative tentang suatu bidang studi atau
kemampuan psikis yang dimiliki.
Dari uraian tersebut di atas untuk mengetahui prestasi belajar siswa,
dapat digunakan alat ukur berupa tes dan non tes.
Menurut Masri Singarimbun mengemukakan bahwa :
“ Alat ukur terdiri dari tes atau non tes. Tes digunakan untuk menilai kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan dan ketrampilan sebagai hasil kegiatan belajar mengajar. Sedangkan
21
non tes digunakan untuk menilai karakteristik lainnya. (2001 : 166-167).
Sedangkan Siti Partini mengemukakan bahwa ada tiga pokok
maksud daripada tes yaitu, untuk mengetahui :
1. Kesiapan siswa dalam mencapai tujuan3. Kemajuan siswa dalam mencapai tujuan4. Seberapa luaskah tujuan yang telah dicapai waktu akhir. (2003 : 166 –
167)
Berdasarkan teori-teori di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa dengan alat tes, dapat menilai baik buruknya proses belajar
mengajar, dan mengetahui sejauh mana tujuan yang telah dirumuskan dapat
dicapai. selain itu prestasi belajar dapat dicapai melalui tes uraian singkat,
tes uraian bebas, tes uraian terbatas dan tes obyektifbaik tes isian maupun
tes pilihan ganda.
d. Hal-hal yang berkaitan dengan prestasi belajar
Menurut Slameto ( 2001 : 43 ) hal-hal yang berkaitan dengan prestasi belajar
antara lain :
1) Sikap dan kebiasaan belajar yang baik
2) Pengetahuan dan ketrampilan dasar belajar
3) Motivasi dan minat belajar yang tinggi
4) emosi yang stabil
5) Mental psikologis
6) Kesehatan fisik yang prima
7) sisuasi dan proses belajr mengajar yang menarik
8) Metode belajar yang bervareasi dan menarik
9) alat dan sumebr belajar yang lengkap
10 ) Beban belajar yang sesuai
22
11) Hubungan guru dengan siswa yang baik
12) situasi rumah yang mendorong siswa belajar.
3. Kerangka Pikir
Mengingat betapa pentingnya kediplinan bagi setiap orang dalam
kehidupan sehari-hari dan khususnya bagi dunia pendidikan, maka seseorang guru
(pendidik) hendaknya memberikan rangsangan-rangsangan agar kedisiplinan itu
terrbiasa ditanamkan sejak dini diri siswa . Untuk dapat mengembangkan
kedisiplinan yang baik pada anak didik, disamping kita harus menyampaikan
saran-saran atau sugesti yang negative yang dilarang oleh agama atau bersifat
sosial yang lebih penting bagi anak adalah membimbing pribadi anak didik agar
dalam diri anak-anak terbentuk adanya motif-motif yang mulia, luhur, dan dapat
diterima oleh masyarakat. Kedisiplinan merupakan pendorong bagi perbuatan
seseorang dalam kehidupannya. Ini menyangkut soal mengapa dan apa tujuannya
sehingga orang tersebut berbuat demikian. Dalam kehidupan sehari-hari kita jarang
mengamati dan merenungkan perbuatan teman-teman kita atau orang lain disekitar
kita. Juga terhadap perbuatan kita sendiri, seringkali kita tidak menghiraukannya.
Padahal jika diremehkan banyak hal-hal yang mengagumkan dan sangat menarik
bagi kita untuk menyelidikinya.
Dalam menamkan kedisiplinan mempunyai peranan sangat penting.
termasuk syarat mutlak untuk belajar. Di sekolah seringkali terdapat anak yang
malas, tidak menyenangkan , suka membolos, dan sebagainya. Dalam hal ini perlu
diingat, bahwa nilai buruk pada suatu mata pelajaran tertentu belum tentu berarti
bahwa siswa tersebut dikatakan bodoh pada mata pelajaran tersebut. Seringkali
seorang siswa malas terhadap suatu mata pelajaran tertentu, tetapi sangat giat
dalam mata pelajaran yang lain. Hal ini membuktikan betapa perlunya seorang
23
guru (pendidik) memberikan motivasi kepada anak didiknya agar tidak malas
dalam belajar.
Jadi hubungan antara kedisiplinan dengan prestasi belajar sangat erat.
Kedisiplinan belajar yang tinggi akan mencapai prestasi yang tinggi dan sebaliknya
apabila kedisiplinan rendah maka hasilnya yang dicapai juga akan rendah.
4. Hipotesis
a. Pengertian Hipotesis
Menurut Kartini Kartono menyatakan bahwa “Hipotesis adalah dugaan
yang mungkin benar dan mungkin salah” (2000 :78). Sedangkan menurut
Sutrisno Hadi bahwa “Hipotesis sebenarnya dari bahasa Yunani yang berarti
pernyataan masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan
kenyataannya” (2001 : 257).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah
merupakan jawaban sementara yang bersifat teoritik masih perlu diuji dan
dibuktikan secara empirik.
a. Pengajuan Hipotesis Penelitian
Menurut Sumadi Suryabrata, sebelum memutuskan hipotesis terlebih
dahulu harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a). Hipotesis hendaknya menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
b). Hipotesis dinyatakan dalam kalimat pernyataan.
c). Hipotesis hendaknya dinyatakan secara jelas dan padat.
d). Hipotesis dapat diuji , artinya orang mungkin mengumpulkan data untuk
mennguji hipotesis tersebut. (1983 :49).
24
Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat asumsi-asumsi yang
melandasi hipotesis yang penulis ajukan yaitu : Bahwa prestasi belajar
dipengaruhi oleh Kedisiplinan.
Oleh karena itu dalam penelitian ini hipotesis yang penulis ajukan adalah
sebagai berikut :
“ Ada hubungan positif yang signifikan antara Kedisiplinan dengan prestasi
belajar dengan prestasi belajar siswa kelas II SMP Negeri I Tersono Kabupaten
Batang Semester I Tahun Pelajaran 2009 / 2010”.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang dipilih adalah penilitian korelasi atau hubungan ,
yaitu suatau penelitian yang berusaha mencari hubungan dua variabel atau
lebih ( Masri Singarimbun, 2006 : 137 ) Adapun berdasarkan data yang
diperoleh penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu cukup
memperoleh data yang didasarkan pada perhitungan statistik.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan sebagai berikut dalam tabel :
Tabel. 1Jadual Penelitian
No KegiatanBulan
KelasMaret April Mei Juni
1 Observasi
2 Menentukan judul
3 Penyebaran angket
4 Mengumpulkan data
5 Penulisan laporan
b. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri I Tersono Kabupaten
Batang dengan subjek kelas II pada Semester I tahun pelajaran 2009 /
2010.
26
3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
a. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan obyek
penelitian (2002 : 103). Menurut Donald Ary, populasi adalah “Semua
anggota kelompok orang, kejadian atau objek yang telah dirumuskan secara
jelas (2003 : 89).
Sedangkan menurut Sutrisno Hadi populasi adalah “Sejumlah penduduk
atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama”. (2002:15).
Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi adalah semua individu dalam
jumlah tertentu, yang mempunyai persamaan sifat.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas II
SMP Negeri I Tersono Kabupaten Batang Semester I tahun 2009 / 2010
dengan jumlah 153 siswa.
Tabel. 2Populasi penelitian
No. Kelas Populasi
1.
2
3
4
II-A
II-B
II-C
II-D
37
39
39
38
Jumlah 153
b. Sampel Penelitian
27
Pengertian sampel menurut Sutrisno Hadi adalah “sejumlah penduduk yang
kurang dari populasi” (2002 : 226).
Adapun menurut Suharsimi Arikunto (2003 :70) mengemukakan bahwa
“sampel adalah sebagian dari individu-individu yang diteliti”.
Dalam menentukan jumlah sample, peneliti mengacu pada pendapat
Suharsini Arikunto ( 2001 : 120 ) yang menyatakan bahwa : Untuk sekedar ancer-
ancer, maka apabila subyek penelitian kurang dari 100, maka lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan jika
jumlah subyek penelitiannya lebih besar, maka diambil sekitar antara 10 % – 15 %
atau 20 % – 25 %.
Dalam penelitian ini sampel yang dipilih 10 % dari jumlah siswa 153 siswa,
kelas II SMP Negeri I Tersono Kabupaten Batang Semester II Tahun Pelajaran
2009 / 2010 sebanyak 20 siswa.
Table 3
Sebaran sample penelitian
No. Kelas 20 % dari Jumlah
1
2
3
4
II-A
II-B
II-C
II-D
37 = 5
39 = 5
39 = 5
38 = 5
5
5
5
5
Jumlah 153 = 20 20
c. Teknik Sampling
28
Pemakaian teknik sampling adalah untuk mendapatkan sampel yang
mungkindapat menggambarkan populasi. Dalam proportional sampling dan
random sampling, sehingga apabila digabungkan menjadi teknik proportional
random sampling, teknik ini digunakan oleh penulis dengan alasan sebagai berikut:
1. Proportional sampling
Penulis memakai teknik ini karena subjek yang akan diteliti ditetapkan
terlebih dahulu dengan proporsional tertentu.
2. Random sampling
Teknik ini digunakan karena tiap-tiap individu dalam populasi diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel, disamping
itu dengan cara random sampling ini akan lebih representatif.
Berdasarkan alasan tersebut di atas maka dalam penelitian ini penulis
menggunakan gabungan dari kedua teknik sampling di atas yaitu simple
random sampling dengan cara undian. Langkah-langkah sebagi berikut :
1. Semua populasi dibuatkan nomor urut.
2. Semua nomor dibuat lintingan lalu dimasukkan dalam wadah.
3. Dikeluarkan satu per satu sampai jumlah yang diinginkan.
4. Tiap nomor yang keluar ditulis dan itulah yang dijadikan sampel.
4. Variabel Penelitian
Menurut Sutrisno Hadi variabel adalah suatu gejala yang menunjukkan
variasi baik dalam jenisnya maupun tingkatannya (2000 : 224). Menurut Nana
Sudjana dan Ibrahim menyatakan bahwa :
“ Dalam penelitian terdapat dua variabel yakni variabel bebas atau variabel predictor (independent variable) sering diberi notasi X, adalah variabel penyebab atau diduga memberikan pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain dan variabel terikat atau variabel respon
29
(dependent variabel) sering diberi notasi Y, yaitu variabel yang ditimbulkan atau efek dari variabel bebas”. (1989).
Menurut Aswari Sudjud, bahwa variabel terikat atau tergantung adalah
variabel yang menjadi perhatian suatu penelitian dan dideskripsikan
berdasarkan variabel lain dan variabel yang memungkinkan akan digunakan
bersama-sama dengan variabel lain untuk mendiskripsikan variabel tertentu.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian
adalah gejala-gejala yang variasi, baik dalam jenis dan tingkatannya yang
menjadi objek dari penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabelnya adalah kedisiplinan dan
Prestasi Belajar. Kedisiplinan sebagai variabel bebas (X), sedangkan prestasi
belajar sebagai variabel terikat (Y), yaitu variabel yang dipengaruhi.
a. Variabel Bebas ( X )
Variabel bebas adalah unsur yang mempengaruhi munculnya unsur yang lain
( Hadari Nawawi, 2006 : 56 ) dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah
Kedisiplinan dengan simbul X.
b. Variabel Terikat ( Y )
Variabel Terikat adalah unsur yang munculnya dipengaruhi olehn unsur yang
lain ( Hadari Nawawi, 2006 : 56 ) dalam penelitian ini variabel terikatnya
adalah Prestasi belajar dengan simbul Y
5. Definisi Operasional Variabel
a. Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Istilah disiplin berasal dari bahasa latin
“Disciplina” yang menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Sedangkan
istilah bahasa inggrisnya yaitu “Discipline” yang berarti: 1) tertib, taat atau
30
mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri; 2) latihan membentuk, meluruskan
atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral;
3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; 4) kumpulan atau
sistem-sistem peraturan- peraturan bagi tingkah laku (Mac Millan dalam Tu’u,
2004:20)
Indikator Kedisiplinn Sbb :
1). Tertib, mengendalikan
2). Latihan, meluruskan
3). Memperbaiki
4). Kejujuran
b. Prestasi Belajar.
Menurut W.J.S. Poerwodarminto bahwa prestasi belajar adalah “Hasil yang
telah dicapai” (1976 : 1134). Sedangkan menurut W.S. Winkel, bahwa “Prestasi
belajar adalah tingkah laku yang diharapkan ini terjadi setelah siswa mempelajari
pelajaran “. Penulis mengambil prestasi belajar dari Data Nilai rata-rata Raport
semester I pada kelas II.
6. Alat Pengumpulan Data
Menurut Husaini Usman dkk (2002 : 53) metode atau teknik
pengumpulan data ada empat macam, yaitu :
1). Dokumentasi
Yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokuman-dokumen.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode angket dan
dokumentasi sebagai metode pengumpulan data. Metode angket digunakan
untuk mengetahui cara tentang variabel independent. Sedangkan metode
31
dokumentasi digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Dengan nilai
rata-rata raport.
2). Angket (questionary)
Yaitu daftar pernyataan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada responden
baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau perantara).
Penggunaan angket dalam penelitian ini untuk mengungkapkan
Kedisiplinan sebagai variabel bebas ( X ) sbb:
(1) Pilihan a skor 4
(2) Pilihan b skort 3
(3) Pilihan c skort 2
(4) Pilihan d skort 1
Tabel .4
Kisi-kisi Instrumen angket Kedisiplinan
No. Variabel Indikator No. Item
1 Kedisipian 1. tertib
2. latihan
3. Memperbaiki
4. kejujuran
1-5
6-10
11-15
16-20
7. Uji Validitas dan Reliabilitas
Dalam penelitian ini uji instrumen dimaksudkan untuk menguji tingkat
validitas dan realibilitas, apakah instrument yang akan digunakan sudah valid
serta realibel atau belum, maka perlu dilakukan uji coba instrument kepada
subyek diluar sample. Hasil uji coba instrument akan dianalisa untuk diketahui
32
tingkat validitas dan realibilitasnya. Instrumen yang baik harus memenuhi dua
persyaratan penting yaitu valid dan realible.
a. Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan dan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid
atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang
valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2002 : 160).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas logis internal,
yaitu validitas yang diperoleh dengan suatu usaha hati-hati, melalui cara-cara
yang benar serta terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrument dengan
instrument secara keseluruhan.
Adapun uji coba validitas instrument menggunakan rumus korelasi product
moment angka kasar dari Karl Pearson, yakni :
N Σ XY – ( Σ X ) ( Σ Y )rxy = √{ Σ X2 – (Σ X)2 } {N Σ Y2 – (Σ Y)2 }
(Suharsimi Arikunto, 1998 : 162)
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi variable X dan Y
X = Skor butir
Y = Skor total
N = Jumlah responeden
Setelah hasilnya diketahui, langkah selanjutnya adalah
menginterprestasikan hasil tersebut dengan rentangan kriteria sebagai berikut
ini.
33
8. Teknik Analisis Data
Untuk dapat menguji hipotesis yang telah diajukan, maka penulis
menggunakan tiga bentuk analisis yaitu :
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan suatu keadaan
atau fenomena yang dapat menjawab perumusan masalah pada bab I