ABSTRACT
SETIANA. Study on Economic Social and Cultural Aspects of
farming communities in Batuah Village, Kutai District Loa Janan
mammal ( under the guidance of Mr. Ir . Hariat Bakrie, MP and Mr.
Dwi Ery Mujahedeen, S.Hut).
This study aims to determine how big the socio-economic and
cultural aspects that arise in farming communities around the
region Batuah Forest Village, District Loa Janan. So as to provide
the data and clear information on socio -economic and cultural
future of farming communities that could be considered government
and other relevant agencies in formulating policies relating
directly to the Forest Preserve / Tourism Bukit Soeharto Forest and
Secondary Forest Loa Janan and the surrounding community in an
effort to improve the outcomes of land use and conservation
agriculture in general .
The study was conducted in the village of Batuah , precisely in
the VillageBatuah Km 28, District Loa Janan, Kutai regency, East
Kalimantan Province.
The method used in this research is to select respondents
purposive sampling ( the selection intentionally example ) based on
population data at each study site, particularly the focus on her
work as a farmer .
Batuah Village Society has about 7974 inhabitants with the
number of families 1.763 families with 3.850 female intensity of
spirit and soul of 4.124 men, predominantly migrants from South
Sulawesi ( Bugis ), Java and South Kalimantan . Most of the people
are farmers and farm workers, so by using purposive sampling method
2 only get 25 % of the respondents .Of the 25 respondents generally
work as farmers pepper with areal extents different, so it is
clearly visible differences in income / income is then divided into
3 parts ; 14 respondents earn between Rp. 300.000 - Rp.
500.000/month, 7 respondents earn between Rp. 500.000 - Rp.
600.000/ month, and 4 respondents earning more than Rp. 600.000/
month. However, this income can sometimes turn out to be higher
when the price of pepper rose .
Results of interview and questionnaire data summary of 25
respondents obtained information that the average number of
dependents the respondent is 5, the average cost of dependents Rp.
456.000/ month, the average basic income of Rp. 452.000/month, the
average additional income of Rp. 452.000/bulan, and the average
total income of Rp. 782.000/bulan .
Land use patterns of the people of the village do partially
Batah large -scale farms and plantations is a pepper plant because
it has a greater economic value than other types of utilization
.
In agricultural land use constraints and problems of society
will have to be faced and all of them can be grouped into five
factors : economic factors, human factors, natural factors, factors
and interference factors of government policy . Where from these
five factors , factors that government policy for decades now that
matters, especially for Batuah village community land status of the
land, mostly forested .ABSTRAKSETIANA. Studi tentang Aspek Sosial
Ekonomi dan Budaya Masyarakat Peladang di Desa Batuah, Loa Janan
Kabupaten Kuta Kartanegara (dibawah bimbingan Bapak Ir. Hariat
Bakrie, MP dan Bapak Dwi Ery Mujahiddin, S.Hut).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar aspek
sosial ekonomi dan budaya yang timbul di masyarakat peladang di
sekitar kawasan Hutan Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan. Sehingga
dapat memberikan data dan informasi yang jelas mengenai keadaan
sosial ekonomi dan budaya masyarakat peladang yang ke depannya
dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dan instansi-instansi
terkait lainnya dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang berkaitan
langsung dengan Hutan Lindung/Hutan Wisata Bukit Soeharto dan Hutan
Sekunder Loa Janan serta masyarakat di sekitarnya dalam usaha
pemanfaatan lahan untuk meningkatkan hasil usaha pertanian dan
pelestarian alam pada umumnya.
Penelitian dilakukan di Desa Batuah, tepatnya di Kelurahan
Batuah Km 28, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Provinsi Kalimantan Timur.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memilih
responden secara purposif sampling (pemilihan contoh secara
sengaja) berdasarkan data penduduk pada setiap lokasi penelitian,
khususnya yang menekuni pekerjaan sebagai petani.
Masyarakat Kelurahan Batuah berpenduduk sekitar 7.974 jiwa
dengan jumlah kepala keluarga 1.763 KK dengan intensitas perempuan
3.850 jiwa dan laki-laki 4.124 jiwa, didominasi pendatang dari
Sulawesi Selatan (Bugis), Jawa dan Kalimantan Selatan. Sebagian
besar masyarakatnya bekerja sebagai petani dan buruh tani, sehingga
dengan menggunakan metode purposif sampling 2 % hanya mendapatkan
25 orang responden.
Dari 25 responden pada umumnya bekerja sebagai petani lada
dengan luasan areal yang berbeda-beda, sehingga terlihat jelas
perbedaan pendapatan/penghasilannya tersebut kemudian di bagi
menjadi 3 bagian yaitu ; 14 responden berpenghasilan antara
Rp.300.000 Rp. 500.000/bulan, 7 responden berpenghasilan antara Rp.
500.000 Rp. 600.000/bulan, dan 4 responden berpenghasilan di atas
Rp. 600.000/bulan. Namun pendapatan ini sewaktu-waktu dapat berubah
menjadi tinggi bila harga lada naik.
Hasil rekapitulasi data wawancara dan kuisioner dari 25
responden didapatkan informasi bahwa rata-rata jumlah orang yang
menjadi tanggungan responden adalah 5 orang, rata-rata biaya
tanggungan Rp. 456.000/bulan, rata-rata pendapatan pokok Rp.
452.000/bulan, rata-rata pendapatan sampingan Rp. 452.000/bulan,
dan rata-rata pendapatan total Rp. 782.000/bulan.
Pola pemanfaatan lahan yang dilakukan sebagia besar masyarakat
Desa Batah dalam skala besar adalah perladangan dan perkebunan
berupa tanaman lada karena mempunyai nilai ekonomis yang lebih
besar dibanding tipe pemanfaatan lainnya.
Dalam memanfaatkan lahan pertanian masyarakat mendapat kendala
dan masalah yang harus dihadapi dan semuanya dapat dikelompokkan
menjadi lima faktor : faktor ekonomi, faktor manusia, faktor alam,
faktor gangguan dan faktor kebijakan pemerintah. Dimana dari kelima
faktor ini, faktor kebijakan pemerintahlah yang untuk dekade
sekarang ini yang paling menentukan, khususnya untuk status lahan
masyarakat Desa Batuah dengan lahan yang sebagian besar berupa
hutan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah
penulis lakukan guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi Program Strata 1 (S1) Manajemen Hutan Universitas 17 Agustus
1945, Samarinda, Kalimantan Timur.
Skripsi dengan judul Studi Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya
Masyarakat Peladang di Desa Batuah, Loa Janan, ini disusun
berdasrkan hasil penelitian yang penulis laksanakan di Desa Batuah,
Kelurahan Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Propinsi Kalimantan Timur dan merupakan tugas akhir dalam menempuh
pendidikan untuk mencapai derajat Sarjana Kehutanan, pada Fakultas
Pertanian, Jurusan Manajemen Hutan Universitas 17 Agustus 1945
Samarinda.
Skripsi ini tersusun berkat bimbingan dan bantuan baik moril
maupun materil serta kritik dan saran dari banyak pihak, untuk itu
penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada :
Bapak Ir. Hariat Bakrie, MP selaku Pembimbing I dan Bapak Dwi
Ery Mujahiddin, S.Hut selaku Pembimbing II yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis sejak penulisan proposal sampai tersusunnya
skripsi ini.
Bapak Ir. Abdul Kholik H, MP dan Ibu Ir. Puji Astuti, MP selaku
dosen pembahas skripsi ini dan Bapak Ir. Djumansi D, MP selaku
dosen wali selama penulis mengikuti pendidikan di Universitas 17
Agustus 1945 Samarinda.
Bapak Dekan Fakultas Pertanian beserta seluruh staf pengajar dan
staf administrasi Fakultas Pertanian Universitas 17 Agustus 1945
Samarinda yang telah memberi kesempatan saya dan menyediakan segala
fasilitas dalam kelancaran studi penulis.Rekan-rekan mahasiswa,
Sdr. David Sw ., Sdr. Jul R. Tomy, Sdr. Hadiyanto, Sdri. Ratna
Juwita sebagai penyanggah skripsi ini, serta Sdri. Mutiara yang
membantu dalam pengumpulan pustaka dan data dilapangan.
Ayahnda, Ibunda, dan keluarga tercinta yang telah tulus ikhlas
memberikan perhatian, doa dan dorongan semangat selama penulis
melaksanakan studi ini sampai selesai.
Serta kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, penulis menyampaikan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa memberikan berkat-NYA kepada kita semua.
Disadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak
kelemahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran dalam bentuk
apapun untuk penyempurnaannya akan penulis terima dengan senang
hati. Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga hasil karya ini
dapat dipergunakan dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang
memerlukan, Amin.
Penulis
DAFTAR ISIHalaman
ABSTRACT (in English)
............................................................................i
ABSTRAK
..................................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP
.....................................................................................v
KATA PENGANTAR
.................................................................................vi
DAFTAR ISI
...............................................................................................vii
DAFTAR TABEL
.......................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN
...............................................................................xi
I. PENDAHULUAN
................................................................................1
A. Latar Belakang
.................................................................................1
B. Tujuan Penelitian
.............................................................................3
C. Hasil Yang Diharapkan
...................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Masyarakat Sekitar Hutan
...............................................................
B. Kawasan Hutan Lindung
.................................................................
C. Konteks Masyarakat Peladang
.........................................................
D. Sosial Ekonomi Masyarakat Secara Umum
....................................
E. Pengertian Tanah dan Lahan
...........................................................
F. Pola penguasaan Lahan di Kalimantan Timur
.................................
G. Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat
.............................................
III. METODE PENELITIAN
.....................................................................
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
...........................................................
B. Bahan, Peralatan dan Objek Penelitian
............................................
C. Prosedur Penelitian
..........................................................................
D. Pengolahan Data
..............................................................................
IV. HASIL PENELITIAN
..........................................................................
A. Diskripsi Daerah Penelitian
.............................................................
1. Letak Wilayah
...........................................................................
2. Sejarah Pemukiman
..................................................................
3. Kondisi Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat
..........................
B. Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat
.............................................
1. Polah Hidup Masyrakat
............................................................
2. Pemilikan Lahan
.......................................................................
3. Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat
......................................
C. Permasalahan Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat
......................
V. PEMBAHASAN
..................................................................................
A. Aspek Sosial Budaya Dalam Pemanfaatan Lahan
...........................
B. Aspek Sosial Ekonomi Dalam Pemanfaatan Lahan
........................
C. Permasalahan Masyarakat Peladang Dalam
....................................
1. Faktor Ekonomi
........................................................................
2. Faktor Manusia
.........................................................................
3. Faktor Alam
..............................................................................
4. Faktor Gangguan Pada Tanaman
..............................................
5. Kebijakan Pemerintah
..............................................................
D. Upaya upaya Dalam Mengatasi Permasalahan Masyarakat Peladang
..........................................................................................
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
...........................................................
A. Kesimpulan
......................................................................................
B. Saran
................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABELNomorUraian Halaman
1. Matrik Kegiatan Penelitian
............................................................
2. Data Curah Hujan di Sekitar Kawasan Bukit Soeharto Termasuk
di Dalamnya Desa Batuah
.............................................................
3. Asal Daerah Responden di Desa Batuah
.......................................
4. Motivasi Kedatangan Responden di Desa Batuah
........................
5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah KK Menurut Mata
Pencaharian
...................................................................................
6. Pendapatan Kepala Keluarga Yang Menjadi Responden Berdasarkan
Mata Pencaharian Pokok Sebagai Petani .................
7. Tipe Pemanfaatan Lahan dan Luas Lahan yang Dimanfaatkan
Masyarakat Desa Batuah
...............................................................
8. Jenis Tanaman yang Diusahakan Oleh Masyarakat di Dalam
Kegiatan Usaha Tani Berdasarkan Tipe Pemanfaatan Lahan .......
9. Permasalahan yang Dihadapi Masyarakat Desa Batuah di Dalam
Memanfaatan Lahan
......................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
NomorUraian Halaman
1. Kuisioner
.......................................................................................
2. Peta Lokasi Kegiatan Penelitian
....................................................
3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
.................................................
4. Rekapitulasi Responden Di Desa Batuah
......................................
I.PENDAHULUANA. Latar Belakang
Hutan sebagai salah satu bentuk sumber daya alam telah sejak
lama dieksploitasi oleh manusia untuk bermacam-macam keperluan dan
kepentingan dimana dari tahun ke tahun mengakibatkan menciutnya
luasan kawasan berhutan. Fungsi hutan yang berkaitan dengan
pengawetan dan pelestarian alam dalam konservasi plasma nutfah dan
memanfaatkan sebagai pelindungan tanah dan air untuk menciptakan
lingkungan hidup yang sehat dan serasi, kurang dipahami oleh
masyarakat umum. Sementara itu pertambahan penduduk dan peningkatan
pembangunan terus berlanjut sesuai dengan meningkatnya pembangunan
itu sendiri (Anonim, 1976).
Masalah lingkungan sebagai peningkatan jumlah penduduk serta
tingkat pengetahuan dan kesadaran yang masih rendah menimbulkan
berkurangnya atau menurunnya fungsi hutan yang ada. Hal ini
disebabkan adanya keruskan hutan oleh perambahan hutan perladangan
berpindah. Perambahan hutan dan perladangan berpindah mengakibatkan
sumber daya alam, hutan, tanah, dan air yang akhirnya mengganggu
kesinambungan alam lingkungan dan pembangunan nasional maupun
pembangunan daerah. Untuk menjaga kelestarian hutan, tanah, dan air
serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan taraf hidup
masyarakat di dalam dan disekitar kawasan hutan, perlu dilakukan
penanganan perambahan hutan dan perladangan berpindah (Anonim,
1994).
Kalimantan Timur sebagai salah satu wilayah yang memiliki
kawasan hutan seluas 17.533.325 ha atau 87,6 % dari wilayah daratan
seluas 211.440 km2 sampai saat ini mengalami permasalahan berupa
kerusakan hutan dan perluasan lahan kritis yang mencapai 6 % per
tahun. Hal ini sering dengan laju pertambahan penduduk yang cukup
pesat sebesar 4,42 % per tahunnya dan diikuti oleh meningkatnya
kebutuhan masyarakat dalam hal sandang, pangan, dan papan (Anonim,
1993). Dijelaskan oleh Sardjono (1993) bahwa permaslahan lingkungan
dengan degradasi hutan itu, khususnya di negara berkembang,
berkaitan erat dengan permasalahan sosial ekonomi masyarakat.
Penduduk Kalimantan Timur apabila dilihat dari distribusinya
sebanyak 48,8 % tinggal di perkotaan sedangkan sisanya sebanyak
51,2 % tinggal di pedesaan. Bagi masyarakat pedesaan yang bermukim
di sekitar dan di dalam areal hutan, sumber daya hutan adalah
merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan mereka. Sejak
ratusan tahun, diperkirakan sebanyak 0,8 juta jiwa atau 40 %
penduduk Kalimantan Timur memanfaatkan lahan hutan untuk usaha
berupa pertanian tradisional, berburu dan mengumpulkan hasil hutan
seperti damar, rotan, madu, dan lain-lain (Anonim, 1990).
Program pemerintah untuk meningkatkan kualitas sosial ekonomi
masyarakat pedesaan dan masyarakat sekitar hutan, salah satunya
adalah dengan mengubah sistem pertanian masyarakat yang selama ini
digunkan berupa perladangan berpindah menjadi sistem pertanian yang
menetap. Upaya ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa usaha
pertanian menetap memberikan hasil yang lebih daripada sistem
perladangan berpindah, disamping pertimbangan-pertimbangan lainnya
seperti untuk tetap menjaga kelestarian hutan.
Dalam sistem pertanian menetap, secara teori akan memberikan
hasil yang lebih baik dengan dasar bahwa dalam sistem ini dilakukan
secara intensif dengan memasukkan inovasi dan teknologi yang maju
seperti penggunaan bibit unggul, pemupukan yang dianjurkan dan
teknik pertanian maju lainnya. Hal ini berbeda dengan usaha tani
perladangan berpindah yang tidak menggunakan input-input
tersebut.
Sebagian besar masyarakat di Kalimantan Timur, khususnya yang
berada di sekitar Hutan Lindung/Hutan Sekunder Loa Janan, telah
melakukan dan mengembangkan inovasi tersebut yaitu dengan membuka
areal perladangan yang diharapkan merupakan sistem pertanian
menetap yang memberikan aspek sosial ekonomi terbaik bagi para
petani, namun hal ini masih sangat perlu diamati kembali dengan
suatu penelitian.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh perladangan ditinjau dari aspek sosial ekonomi dan budaya
terhadap kehidupan masyarakat secara umum dan masyarakat peladang
pada khususnya di sekitar kawasan hutan Desa Batuah, Kecamatan Loa
Janan.
C. Hasil Yang Diharapkan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan
informasi yang jelas dan akurat mengenai kondisi sosial ekonomi dan
budaya masyarakat, khususnya peladang. Dan ke depannya diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dan instansi-instansi
terkait lainnya dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang berkaitan
langsung dengan dengan keberadaan dan pengelolaan Hutan
Lindung/Hutan Wisata Bukit Soeharto dan Hutn Soeharto Loa Janan.
Serta mendorong masyarakat di sekitarnya untuk terlibat dalam usaha
pemanfaatan lahan sebagai upaya meningkatkan hasil usaha pertanian
dan pelestarian alam pada umunya.III. METODOLOGI PENELITIANA.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batuah Kelurahan Batuah Km
28, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Adapun lamanya waktu penelitian ini selama 7 (tujuh) minggu
meliputi kegiatan-kegiatan antara lain : wawancara dan pengisian
kuisioner dengan masyarakat, pengumpulan data, pengolahan data.
Secara kronologisnya kegiatan penelitian ini dibagi menjadi 4
(empat) bagian sebagaimana diuraikan dalam Tabel berikut.
Tabel 1. Matrik Kegiatan Penelitian
NoKegiatanWaktu Pelaksnaan
FebruariMaretAprilMei
1.Studi Lapangan
2.Orientasi Lapangan
3.Pengumpulan Data
4.Pengolahan Data
B. Bahan, Peralatan dan Objek Penelitian
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain sebagai berikut :
1. Bahan Daftar pertanyaan (kuisioner)
Peta lokasi penelitian
2. Peralatan
Film dan Kamera
Alat tulis dan kalkulator
Komputer dan printer
Peta lokasi penelitian
3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah masyarakat sekitar kawasan Hutan
Lindung/Hutan Sekunder Loa Janan dimana pekerjaan utamanya adalah
berladang.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan prosedur yang meliputi
tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Dimaksudkan untuk mempelajari teori yang berhubungan dengan tema
penelitian dan untuk memperoleh bahan penelitian yang menunjang
penelitian, baik penelitian terdahulu, buku-buku acuan maupun
masukan-masukan dari berbagai nara sumber. Hal ini dilakukan untuk
digunakan dalam hasil pembahasan maupun penulisan hasil
penelitian.2. Orientasi Lapangan
Dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kondisi
lapangan atau areal penelitian, termasuk mengetahui keadaan
masyarakat sekitarnya dan sarana-sarana lainnya yang dapat
menunjang kelancaran proses penelitian.
3. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian ini mencakup pembuatan proposal penelitian,
angket (Kuisioner), dan peralatan lainnya yang akan digunakan dalam
penelitian.
4. Penentuan Data Responden
Penelitian akan dilakukan dengan sistem wawancara kepada
responden melalui metoda kuisioner, pertanyaan dalam kuisioner
tersebut diarahkan pada hal-hal yang berhubungan dengan maksud dan
tujuan penelitian. Responden dipilih secara purposif sampling
(pemilihan contoh secara sengaja) berdasarkan data penduduk pada
setiap lokasi penelitian dengan jumlah responden dari jumlah
penduduk yang menekuni pekerjaan sebagai petani, responden di
datangi dirumah masing-masing sedangkan untuk pengumpulan data
penunjang diambil secara langsung di lapangan. Wawancara dengan
responden menggunakan kuisioner dan jumlah responden yang dipilih
tersebut adalah data primer.5. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari
responden dan masyarakat. Adapun data primer meliputi :
a. Pemetaan desa secara partisipatif :
Komunitas penduduk
Sarana dan prasarana
Tipe-tipe pemanfaatan lahan
b. Transek/jalur lokasi penelitian
Vegetasi
Status lahan
Sumber air
Masalah
c. Wawancara dengan masyarakat
Pembukaan lahan
Luas lahan
Tipe pemanfaatan lahan
Jenis Tanaman
Masalah yang timbul
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber-sumber data yang berasal dari laporan-laporan, instansi
terkait, dan literatur-literatur yang berkaitan dengan pemukiman
dan kependudukan. Adapun sata sekunder meliputi :
a. Kependudukan (jumlah penduduk dan status penduduk).b. Iklim
dan Letak Geografis.
c. Sarana dan Prasarana fisik.
d. Data informasi lainnya yang mendukung.
D. Pengolahan Data
Data dari hasil penelitian diolah dan dikelompokkan berdasarkan
bagian masing-masing, ditabulasi menurut tujuan penelitian kemudian
dianalisa secara sederhana dan dibahas secara diskriptif untuk
kemudian ditampilkan dalam bentuk matriks maupun tabel.
IV. HASIL PENELITIANA. Diskripsi Daerah Penelitian
1. Letak Wilayah
Desa Batuah terletak di Kehutanan Batuah dan masuk dalam wilayah
Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara dengan luas wilayah
sebesar 98,32 Km2. Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Tani Bakti atau
Purwajaya,
Kecamatan Loa Janan.
b. Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Palaran / Muara
Jawa.
c. Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Keluruhan Sei Merdeka,
Kecamatan
Samboja.
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Loa Duri Ilir/Ulu.
Desa Batuah ini berada diantara jalur jalan
Samarinda-Balikpapan. Jarak Desa Batuah dari pusat pemerintahan
Kecamatan Loa Janan adalah 23 Km, sedangkan jarak dari Ibukota
Kabupaten Kutai Kartanegara (Tenggarong) 54 Km dan jarak dari
Ibukota Propinsi Kalimanta Timur (Samarinda) yaitu 46 Km.
Secara Geografis daerah ini terletak dari permukaan laut 0-1500
m. Dengan kondisi topografinya merupakan dataran tinggi, jenis
tanah adalah podsolik Merah Kuning (ultisol) dengan derajat
kesamaan (pH) 4 5,5. Sebagian besar daerahnya merupakan tanah
perbukitan.
Berdasarkan sistem Klasifikasi Iklim menurut Schmidt dan
Fergusson (1951), dari tahun 1998-2002 iklim di Kawasan Bukit
Soeharto termasuk juga Desa Batuah dikatagori Tipe A (Q = 8,16 %),
dengan ciri utama yaitu hujan yang merata sepanjang tahun periode
musim kering yang jelas. Suhu udara rataan bulanan berkisar antara
27-28 C dengan kelembaban relatif berkisar antara 70-85%.
Tabel 2. Data Curah Hujan di Sekitar Kawasan Bukit Soeharto
(termasuk Desa Batuah)
Tahun/Bulan19981999200020012002
CHHHCHHHCHHHCHHHCHHH
Januari44539720371.124443.725299.418
Februari00216.718338.421300.922133.716
Maret00242.921254.422232.818293.526
April 9711367.119289.524571.624133.712
Mei17615430.8219919139.71714515
Juni3982466.213336.12796.91523920
Juli 30526243.821324.421219.216132.811
Agustus46823126.216250.52089.772828
September3082210416199.718171.72199.211
Oktober1382128622230.32266.11242.17
November22421189.924381.517242.82132020
Desember31421243.219227.618314.118278.320
Jumlah24721892913.82303302.5253288922162398.7184
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah III
Sepnggan Balikpapan.Keterangan : CH : Curah Hujan
HH : Hari Hujan
Berdasarkan data pada tabel di atas curah hujan rataan bulanan
sebesar 232,9 mm atau 2795,2 mm per tahun.
2. Sejarah Pemukiman
Desa Batuah berdiri sejak adanya kegiatan PROJAKAL (Proyek Jalan
Kalimantan) dimana penduduk Desa Batuah sebagian besar pekerja
dalam proyek ini, sehingga Penduduk Desa Batuah umumnya adalah
pendatang dari Sulawesi Selatan, Jawa dan Kalimantan Selatan,
sedangkan penduduk aslinya belum diketahui dengan jelas. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Asal Daerah Responden di Desa Batuah.
No.Daerah AsalJumlah RespondenPersentase
(%)
1.Sulawesi Selatan1872
2.Jawa520
3.Kalimantan Selatan28
Jumlah25100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (2004)
Adapun motivasi kedatangan responden ke Desa Batuah, karena
beberapa alasan, dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Motivasi Kedatangan Responden di Desa Batuah.
No.MotivasiJumlah RespondenPersentase
(%)
1.Meningkatkan taraf hidup, mencari kerja1560
2.Ajakan Keluarga832
3.Lahan pertanian luas28
Jumlah25100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (2004)
Pada mulanya kehidupan masyarakat Desa Batuah adalah sebagai
pekerja di PROJAKAL dan sebagainya lagi sebagai penebang liar.
Namun setelah beberapa tahun kemudian pekerja PROJAKAL ini akhirnya
menetap dan menjadi bagian dari penduduk Desa Batuah. Penduduk Desa
Batuah bermata pencaharian umumnya petani, bercocok tanam padi dan
palawija. Sedangkan untuk kegiatan untuk perkebunan yang paling
banyak adalah bertanam lada, karena merupakan tanaman yang dapat
memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
Penduduk bermukim sepanjang jalan Km 28 arah
Balikpapan-Samarinda. Pada awalnya penduduk Desa Batuah ini adalah
para pekerja proyek jalan yang kemudian tinggal di kanan-kiri ruas
jalan, tetapi ada pula yang sengaja datang dengan beberapa alasan,
anatara lain ajakan keluarga, susah mencari pekerjaan dan
lain-lain.
3. Kondisi Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat
a. KependudukanSebagian besar penduduk yang tinggal di Desa
Batuah adalah pendatang dari luar yang menetap di kanan-kiri ruas
jalan arah Balikpapan-Samarinda. Jumlah penduduk di Kelurahan
Batuah pada tahun 2002 sebanyak 7.974 jiwa, yang terdiri dari 1.763
KK dan terbagi dari 46 RT dan 9 RW. Berdasarkan jenis kelamin maka
jumlah penduduk Kelurahan Batuah terdiri dari 4.124 jiwa laki-laki
dan 3.850 jiwa perempuan.
b. PendidikanPenduduk yang tinggal di desa Batuah mayoritas
berpendidikan stingkat dengan sekolah dasar. Ini dapat dilihat
dengan adanya sekolah dasar yang berada di km 28 arah
Samarinda-Balikpapan, yang bersekolah disini adalah kebanyakan
warga desa setempat. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah
Menengah Umum masih sedikit, hal ini dikarenakan sekolah tersebut
berada di Kecamatan Loa Janan, begitu pula yang ingin melanjutkan
ke jenjang sarjana yang berada di Kota Kabupaten (Tenggarong) dan
Kota Propinsi (Samarinda) jadi ini merupakan kendala bagi mereka
yang ingin melanjtkan serta di dukung dengan keadaan ekonomi yang
tidak memadai. Namun ada pula beberapa keluarga yang memiliki
pendapatan yang tinggi dan mampu menyekolahkan anak mereka sampai
ke jenjang sarjana.
c. Mata Pencaharian
Sebagian besar masyarakat Desa Batuah mata pencahariannya adalah
bercocok tanam atau petani. Disamping itu terdapat pula yang
bekerja sebagai Pegawai Negeri, Supir, Pegawai Swasta, Peternak dan
Berwiraswasta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel
5.
Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah KK Menurut Mata
Pencaharian
No.Mata PencaharianJumlah (KK)Persentase
(%)
1.Petani1.32775,27
2.Buruh Tani23913,56
3.Pegawai Negeri Sipil693,91
4.Swasta301,70
5.Wiraswasta / Pedagang522,95
6.Pensiunan150,85
7.ABRI90,51
8.Lain-lain221,25
Jumlah1.763100
Sumber : Data Monografi Kelurahan Batuah (2002)Pendapatan
masyarakat Desa Batuah secara keseluruhan tidak didapatkan datanya,
namun pendapatan masyarakat Desa Batuah berdasarkan jumlah
responden adalah sebagai berikut pada Tabel 6, dan untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada rekapitulasi responden Lampiran 4.
Tabel 6. Pendapatan Kepala Keluarga Yang Menjadi Responden
Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok Sebagai Petani.
No.Jumlah
Responden (KK)Pendapatan
(Rp./Bulanan)Keterangan
1.4300.000 500.00Pendapatan ini sewaktu-wakyu dapat berubah
menjadi tinggi, karena sebagian besar responden sebagai petani
lada. Karena beberapa tahun yang lalu harga lada mencapai Rp.
100.00,-/kg
2.7500.000 600.000
3.4> 600.00
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (2004)d. Agama
Mayoritas penduduk di Desa Batuah beragama Islam dan sisanya
beragama Kristen Protestan dan Katolik.
e. Kebudayaan
Karena penduduk di Desa Batuah mayoritas beragama Islam dan
didominasi oleh pendatang dari luar Kaltim, sehingga tidak
terlihatnya suatu kebudayaan atau kesenian tradisional yang
berkembang disana. Dan juga para pendatang tersebut kebanyakan dari
generasi yang berpandangan pada pekerjaan dan mata pencaharian yang
tidak mempedulikan kebudayaan nenek moyang mereka. Dari segi
kebudayaan yang berlandaskan keagamaan di Desa Batuah ini setiap
hari Jumat dilakukan semacam ritual keagamaaan, dimana semua
perempuan yang beragama Islam di daerah ini mengadakan Pengajian
dan Shalawatan yang dilakukan ditiap rumah secara bergiliran atau
bergantian.
B. Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat
1. Pola Hidup Masyarakat
Masyarakat Desa Batuah merupakan yang masih mengandalkan
hidupnya dari hasil hutan dan usaha bercocok tanam. Di dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya mereka masih
bergantung pada sumber daya alam sebagai sumber mata pencaharian.
Bila musim tanam tiba mereka secara bergotong royong ataupun
perorangan memulai kegiatan baik di ladang, dikebun maupun di
sawah. Pada saat menebas, menebang, membakar, menanam dan memanen
mereka sepenuhnya bekerja di ladang dari pagi hingga sore hari.
Sementara itu pekerjaan di perkarangan hanya dilakukan pada waktu
luang atau pada saat pekerjaan di ladang, dikebun dan disawah tidak
terlalu banyak misalnya saat pemeliharaan sambil menunggu hasil
panen tiba.
2. Pemilikan Lahan
Bila seseorang membuka areal lahan hutan pertama kali untuk
lokasi perladangan dengan luas tertentu maka secara kebiasaan
lokasi lahan tersebut tersebut adalah miliknya beserta keluarga
yang terus berlanjut hingga rotasi perladangan berikutnya.
Sistem pemilikan lahan seperti ini tidak berbeda dengan
masyarakat Desa Batuah hal ini dikarenakan lahan hutan yang masih
tersedia cukup luas maka sistem pemilikan tanah masih belum menjadi
permasalahan besar. Lahan yang dimiliki masyarakat sebagian besar
telah memiliki status atas tanah tersebut. Status hukum yang
dimiliki masyarakat atas tanah tersebut adalah hak guna pakai yang
berupa surat segel dan surat keterangan. Hak guna pakai dikeluarkan
oleh pihak kelurahan kepada masyarakat.Seiring dengan perkembangan
jaman dan pertambahan populasi penduduk maka pengolahan lahan hutan
di sekitar Desa Batuah semakin luas begitu sebaiknya luasan kawasan
hutan semakin sempit sehingga berkurangnya fungsi hutan sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mengendalikan erosi, dan memlihara kesuburan tanah.
3. Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat
Lahan bagi masyarakat sangat berarti bagi kehidupan sebagai
tempat bermukim dan mata pencaharian. Dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari masyarakat bercocok tanam secara tradisional dengan
menggunakan alat-alat pertanian yang sederhana seperti ; cangkul,
parang, kampak, dan alat yang lainnya. Dalam memanfaatkan lahan
dengan pembukaan hutan, masyarakat melakukan kegiatan penebasan,
penebangan, pembakaran, penanaman, pemeliharaan dan panen. Semua
kegiatan tersebut dilakukan secara bergotong royong oleh anggota
keluarga atau dilakukan bersama dengan masyarakat lainnya namun
kegiatan tertentu seperti penyiapan lahan penanaman pada areal yang
cukup luas, ada diantara mereka mengupah orang lain.
Adapun bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat di dalam
kegiatan usaha tani yang terdiri dari perladangan, perkebunan,
persawahan dan perkarangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
masyarakat maka diperoleh tipe-tipe pemanfaatan lahan seperti
terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Tipe Pemanfaatan Lahan Dan Luas Lahan Yang Dimanfaatkan
Oleh Responden
No.Tipe Pemanfaatan LahanLuas (ha)Persentase
(%)
1.Ladang3848,72
2.Kebun27,535,26
3.Sawah8,510,89
4.Perkarangan45,13
Jumlah78100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (2004)Jenis tanaman yang
diusakan masyarakat dalam usaha tani pada umumnya disesuaikan
dengan tipe pemanfaatan lahannya. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 8.Tabel 8. Jenis Tanaman Yang Diusahakan Oleh
Masyarakat Di Dalam Kegiatan Usaha Tani Berdarkan Tipe Pemanfaatan
Lahan.
No.Tipe PemanfaatanJenis Tanaman
1Ladang Lada Jagung Padi gunung
2KebunBuah-buahan
Jeruk
Rambutan
Mangga
Pisang
Tanaman Lain
Lada
Sayuran
- Bayam
- Lombok
- Timun Lai
Cempedak
Langsat
Jambu
Kelapa
Terong
Trg Asam
Sawi Durian
Trap
Nenas
Pepaya
Coklat
Tomat
Buncis
Kac panjang
3Sawah Padi
4Perkarangan Tan. Obat Tan. Sayuran Tan. Hias Tan. Lain Tan.
Buah
Sumber : Data Primer (2004)C. Permasalahan Pemanfaatan Lahan
oleh Masyarakat
Dalam suatu kegiatan usaha pertanian dengan tipe-tipe
pemanfaatan seperti, perkebunan, persawahan, pekarangan dan
perladangan tentunya memiliki berbagai masalah dan kendala didalam
mengelola lahan pertanian. Masalah dan kendala yang dihadapi
masyarakat pada umumnya faktor ekonomi, faktor gangguan, faktor
manusia, faktor alam dan kebijakan-kebijakan pemerintah.
Pemanfaatan lahan yang tidak didasari dengan pengetahuan
mengenai kondisi lahan, iklim, jenis tanaman dan kemampuan teknis
dapat menyebabkan banyaknya berbagai masalah dan kendala yang akan
dihadapi. Untuk mengetahui mengenai masalah dan kendala yang
dihadapi masyarakat Desa Batuah dalam memanfaatkan dan mengolah
lahan dapat dilihat dalm Tabel 9 dibawah ini.
Tabel 9. Permasalahan Yang Dihadapi Masyarakat Desa Batuah Di
Dalam Memanfaatkan Lahan.
MasalahJenisMasalah
A. Faktor
Ekonomi1. Modal
Pembelian alat pertanian
Pembelian bibit
Pembelian pupuk
Pembelian obat pembasmiMahal
Mahal
Mahal
Mahal
B. Faktor
Manusia1. Pendidikan
2. SDM Tingkat Pendidikan rendah
Kualitas dan mutu dalam mengelola tanah
Kekuatan kerja
Pengalaman kerjaSD
Kurang pengalaman
Sudah Tua
Sedikit
C. Faktor Alam1. Tanah
2. Iklim Kesuburan tanah Topografi lahan pertanian
Kemarau panjang
Curah Hujan TinggiKurangBergelombang
Kekeringan, kebakar
Erosi
D. Faktor Gangguan1. Hama
2. Gulma
3. Penyakit
Ulat
Lalat
Kumbang
Tupai
Babi
Tikus
Rumput
Bakteri
VirusRusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
E. Kebijakan
PemerintahPemanfatan lahanTumpang tindih pemanfaatan lahan
Sumber : Data Primer (2004)V. PEMBAHASAN
A. Aspek Sosial Budaya Dalam Pemanfaatan Lahan
Secara langsung maupun tidak langsung Desa Batuah dipengaruhi
oleh keberadaan kawasan hutan lindung/hutan wisata Bukit Soeharto.
Hal ini dikarenakan Desa Batuah yang letaknya berdekatan dengan
kawasan hutan lindung/hutan wisata Bukit Soeharto yang luasnya
sekitar 61.850 ha, selain memiliki fungsi ganda juga letaknya cukup
strategis karena berada di antara Kota Balikpapan dan Kota
Samarinda.
Hutan lindung /hutan wisata Bukit Soeharto merupakan hutan yang
mempunyai nilai strategis baik dipandang dari aspek ekologi maupun
sosial ekonomi karena disamping memiliki fungsi perlindungan
terhadap fungsi hidrologis dan keanekaragaman hayati.
Sejalan dengan perkembangan kegiatan pembangunan yang terdapat
dan berlangsung di dalam dan di sekitar hutan lindung/hutan wisata
Bukit Soeharto, tentu dapat mempengaruhi keberadaan dan fungsi
kawasan tersebut. Berkaitan dengan pemanfaatan kawasan oleh
masyarakat menjadi kawasan pemukiman dan kawasan pertanian maka
mempengaruhi kondisi biofisik, ekologi dan sosial ekonomi.
Perubahan ini berangkat dari keinginan masyarakat untuk
memperbaiki hidup kearah yang lebih baik (Tabel 3) karena
masyarakat beranggapan bahwa areal hutan dapat memberikan sumber
makanan dan tempat tinggal. Hal ini sesuai dengan Awang (1988) yang
berpendapat bahwa ada dua pandangan pada masyarakat tentang fungsi
hutan di lingkungan mereka, yaitu :
1. Hutan dianggap dapat memcahkan permasalahan mereka secara
terus-menerus yaitu dalam hal antara lain, membersihkan sebagian
lahan yang dapat ditanami bahan pangan dan tanaman lain untuk
kebutuhan konsumsi keluarga.
2. Hutan berfungsi sebagai bahan bakar, bahan bangunan, dan
sumber protein ekstra melalui berburu binatang.
Masyarakat Desa Batuah yang telah menetap sekitar tahun 1975
menggunakan lahan hutan menjadi lahan untuk pemukiman dan lahan
pertanian. Dengan adanya perubahan tersebut maka pemerintah membuat
kebijakan-kebijakan atas perubahan yang telah terjadi atas kawasan
ini, maka pemerintah menetapkan kawasan ini menjadi kawasan hutan
lindung/hutan wisata sebagai berikut :
a. Tahun 1978, Gubernur KDH Tingkat I Propinsi Kalimantan Timur
mengusulkan penunjukkan kawasan hutan seluas 33.760 ha pada jalur
Samarinda-Balikpapan, sebagai Hutan Lindung Bukit Soeharto.b. Tahun
1982, melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian, Nomor :
818/Kpts/Um/11/1982 tanggal 10 Januari 1982, kawasan Hutan Bukit
Soeharto, ditetapkan sebagai Hutan Lindung Bukit Soeharto seluas
23.000 ha.
c. Tahun 1987, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor
:245/Kpts-II/1987, tanggal 18 Agustus 1987, Hutan Lindung Bukit
Soeharto diubah menjadi Hutan Wisata Bukit Soeharto dan luasnya
bertambah menjadi 64.850 ha.
d. Tahun 1991, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor
: 270/Kpts-II/1991, tanggal 5 Juni 1991, luasan Hutan Wisata Bukit
Soeharto ditetapkan secara definitif menjadi 61.850 ha.
Walaupun kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan hutan
lindung/hutan wisata Bukit Soeharto. Kawasan ini telah menarik
pendatang pada umumnya dari Sulawesi Selatan, Jawa dan Kalimantan
Selatan, sebagaimana yang disajikan dalam Tabel 3, yang sekarang
menetap di Kelurahan Batuah yang sampai dengan tahun 2002
berpenduduk sekitar 7.974 jiwa dengan intensitas jumlah laki-laki
4.124 jiwa dan jumlah perempuan 3.850 jiwa. Sekitar tahun 1975
masyarakat sudah membuka areal hutan untuk dimanfaatkan sebagai
lahan pertanian dan lahan pemukiman penduduk.
Dalam kegiatan membuka hutan untuk lahan pertanian masyarakat di
Desa Batuah saling bergotong-royong. Menurut Ukur (1992), sifat
kegotong-royongan ini dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan seperti
pembukaan awal ladang dan penunggalan hasil.
Lahan hutan yang ditempati untuk bermukim dan lahan yang sudah
ditanami tanaman buah-buahan, padi, lada, dan lain sebagainya,
masyarakat merasa perlu untuk mendapat perlindungan secara hukum
atas tanah tersebut. Di dalam mendapatkan status hukum atas tanah
tersebut masyarakat diharuskan mengukur dan membuat suatu peta atas
tanahnya yang diketahui oleh ketua RT serta Lurah sebagai kepala
wilayah pemerintah kelurahan dengan beberapa orang saksi. Status
hukum atas tanah yang diberikan oleh pihak kelurahan adalah hak
guna pakai yang berupa surat segel dan surat keterengan. Ada
beberapa warga yang memiliki lahannya dengan membeli atau dengan
kata lain ganti rugi dari warga yang membutuhkan uang, pindah,
terkena bencana kebakaran atas lahan pertanian dan berbagai alasan
untuk dijual.B. Aspek Sosial Ekonomi Dalam Pemanfaatan Lahan
Salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup ke arah yang
lebih baik masyarakat Desa Batuah adalah dengan melakukan bercocok
tanam dengan memanfaatkan lahan pertanian yang berada sekitar
kawasan hutan. Pada Tabel 7 diketahui bahwa masyarakat Desa Batuah
memanfaatkan kawasan hutan menjadi lahan pertanian dengan tipe-tipe
pemanfaatan seperti ; perkebunan, ladang, sawah dan perkarangan.
Adapun jenis tanaman dan kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan
pemanfaatan lahan tersebut antara lain :1. Ladang
Tipe pemanfaatan ini merupakan tipe yang paling sederhana dalam
mengolah lahan pertaniannya. Pemanfaatan lahan untuk tipe
perladangan biasanya masyarakat Desa Batuah menanam tanaman pangan
seperti padi gunung dan jagung, serta ada juga sebagian petani
menanam lada.
Didalam membuka lahan untuk perladangan masyarakat terlebih
dahulu membersihkan lantai hutan, memotong pohon besar serta semak
belukar lalu dikumpulkan untuk kemudian dikeringkan setelah kering
mulailah untuk dibakar hingga habis, dengan pembakaran harapan
masyarakat dapat meningkatkan kesuburan tanah tersebut. Dengan
selesainya pembakaran tersebut maka tanah hutan tadi sudah siap
untuk ditanami.
Pada umumnya perladangan dilakukan untuk menghasilkan
bahan-bahan makanan seperti tanaman padi gunung dan jagung.
Perladangan padi dan jagung dimulai pada musim hujan. Pada tahun
pertama tanaman diladang tidak banyak memerlukan pemeliharaan,
tetapi pada tahun-tahun berikutnya diperlukan adanya penyiangan,
hasil produksi ladang ini makin lama makin turun karena turunnya
tingkat kesuburan tanah. Biasanya masyarakat menggunakan lahan
tersebut untuk menanam padi gunung atau jagung selama 1 3 tahun
setelah itu lahan tersebut akan ditinggalkan atau di istirahatkan
selama waktu yang tidak ditentukan dan diharapkan tanah yang
ditinggalkan tadi dapat subur kembali, dan biasanya lahan tersebut
dijadikan kebun buah-buahan atau ditanami dengan tanaman lada.
Selama menunggu proses kembalinya kesuburan ladang terdahulu,
masyarakat membuka ladang baru untuk ditanami kembali. Hal ini
sesuai dengan Tohir (1985) yang mengemukakan bahwa tanah ladang itu
dipergunakan selama 1-3 tahan terus-menerus, maka lazimnya tanah
tersebut sudah tidak banyak artinya untuk ditanam lagi dengan
padi/jagung ; kesuburan tanahnya susah merosot, pagar yang
mengelilingi tanaman sudah rusak, tanah sudah kotor (banyak
rumput-rumputan), lebih menguntungkan untuk dapat membuka hutan
baru dan meninggalkan tanah ladang yang sudah kurus itu untk
menjadi hutan lagi.2. Kebun
Pemanfaatan lahan untuk kebun/perkebunan yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Batuah adalah menanam tanaman lada, buah-buahan,
sayuran dan ada juga yang menanam tanaman jati. Pada umumnya
mayoritas masyarakat Desa Batuah menanam tanaman menanam
buah-buahan dan tanaman lada.
Jenis buah-buahan yang sering ditanam oleh masyarakat ini adalah
buah lai, cempedak, rambutan, trap, durian, dan mangga. Dan untuk
tanaman jati yang ditanam oleh masyarakat ini adalah dari jenis
yang sudah mendapat perlakuan secara ilmu pengetahuan dan
teknologi, yaitu jenis jati super yang notabennya memiliki
pertumbuhan yang cepat dari jati biasa dan bebas dari hama dan
penyakit.Sebagian masyarakat menanam jati dengan sistem tumpang
sari dengan tanaman lada, dan tanaman sayuran yang menghasilkan
buah (seperti : tomat, lombok, terong, dan sebagainya). Dengan
tumpang sari tersebut diharapkan tidak terjadinya degradasi lahan
oleh curah hujan yang tinggi.
Masyarakat mayoritas menanam tanaman lada karena tanaman lada
ini sudah turun temurun dan hampir semua warga menanamnya dalam
skala besar dibanding tanaman lainnya. Tanaman lada ini sering
dijumpai pada lahan yang mempunyai kelerengan karena kondisi lahan
yang bergelombang. Pada umumnya masyarakat menanam lada dalam 1 ha
terdapat 3000 tanaman lada. Tanaman lada ini membutuhkan penopang
untuk perambatannya, penopang yang digunakan adalah tongkat/turus
dari kayu ulin dengan tinggi tongkat/turus ini sekitar 2 m agar
didalam pemetikan buah lada nanti dapat terjangkau. Tanaman lada
merupakan tanaman yang boros lahan sehingga jika musim hujan dengan
curah hujan yang tinggi tiba maka akan menimbulkan dampak
erosi/degradasi lahan. Tanaman ini memerlukan tanah yang baik
dengan unsur hara yang cukup dan lada tidak tahan terhadap genangan
air serta tanaman lada ini lahannya harus bersih dari tanaman
pengganggu seperti gulma agar terhindar dari persaingan dalam
perebutan makanan. Pada penanaman lada ini harus memperhatikan
khususnya perambatnya, agar lada dapat merambat dengan baik, dalam
perambatnya digunakan tali untuk mengikatnya.Pada tahun pertama dan
tahun kedua pucuk lada harus dipangkas agar tanamannya lebat dan
cepat tumbuh, pucuk lada yang dipangkas tadi dapat ditanam kembali
pada tahun ketiga lada tersebut sudah dapat petik hasilnya,
produksi yang besar diperoleh 2 kali dalam setahun biasanya pada
bulan Pebruari dan bulan Agustus. Produksi lada kering yang
diperoleh per ha adalah 3.300 kg. Perolehan lada tersebut biasanya
pada tahun-tahun seterusnya hasil produksi lada menurun. Harga jual
lada kering dipasaran harganya bisa naik turun seperti sekitar
bulan November 2003 harga lada kering bisa sampai Rp 40.000,- per
kg dan pada sekitar bulan Pebruari 2004 harga jual lada kering Rp
16.000 Rp. 25.000,- per kg sedangkan lada kosongan atau buah lada
yang hitam biasanya dijual sekitar Rp4.500,- per kg.
Hasil lada biasanya dijual kepada tengkulak atau dijual sendiri
ke pasar.
Dalam usaha meningkatkan hasil para petani memelihara tanaman
lada dari tumbuhan rumput liar serta menjaga kesuburan kesuburan
tanah masyarakat mengantisipasinya dengan memberikan pupuk. Pupuk
yang sering digunakan oleh masyarakat yaitu pupuk Urea, NPK, TSP
dan KCL.3. Sawah
Tipe pemanfaatan sawah ini merupakan teknik pembudidayaan yang
tinggi terutama dalam pengolahan tanah dan air sehinggga tercapai
stabilitas yang tinggi. Dengan sistem pengairan yang
berkesinambungan, kesuburan tanah dapat dipertahankan. Sistem sawah
ini merupakan potensi besar untuk produksi pangan misalnya
padi.
Pengolahan lahan yang dilakukan masyarakat sudah menggunakan
alat-alat yang modern seperti teraktor tangan tangan untuk membajak
tanah. Hasil panen dari kegiatan persawahan ini biasanya digunakan
sendiri untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Kegiatan di
sawah ini tidak berlangsung lama, karena pada tahun 2002 persawahan
sudah mulai ditinggalkan, karena timbul kendala dan masalah sperti
musim kemarau yang cuckup panjang beberapa tahun lalu, saluran
pengairan rusak serta traktor tangan untuk membajak sawah rusak,
dengan keadaan ini masyarakat menjadi malas untu mengolah kembali
sawah mereka dan beralih melakukan pekerjaan lain seperti membuka
ladang, dan lain sebagainya.4. Perkarangan
Pemanfaatan lahan untuk perkarangan pada umumnya dilakukan
disekitar rumah sebagai pelindung dan memperindah suasana
perkarangan rumah. Hal ini sesuai dengan pendapat Lahjie (1988)
yang mengemukakan bahwa para petani memanfaatkan lahan sekitar
rumahnya sebagain kebun dan perkarangan. Dimana kebun dan
perkarangan adalah sebidang lahan disekitar rumah yang dikelilingi
oleh pagar ataupun tanaman sebagai pagar yang ditanami oleh
jenis-jenis tanaman hortikultura sebagai tanaman pokok untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk
diperdagangkan.Tanaman yang biasanya ditanam oleh tanaman
buah-buahan, tanaman obat-obatan, tanaman hias, sayuran dan tanaman
lain untuk menambah sumber makanan dan obat-obatan. Kegiatan
diperkarangan rumah hanya dilakukan pada waktu senggang atau
biasanya kegiatan perkarangan ini dilakukan setelah kegiatan
diladang, di sawah dan di kebun telah selesai.
C. Permasalahan Mayarakat Peladang Dalam Pemanfaatan Lahan
1. Faktor Ekonomi
a. Modal
Didalam mengerjakan lahan pertanian, masyarakat memerlukan
modal. Modal adalah faktor produksi dalam pertanian seperti,
alat-alat pertanian, obat-obatan, pupuk dan lain sebagainya.Dalam
usaha peningkatan pertanian terutama produksi pertanian yang ingin
dilaksanakan, maka modal pertanian yang berupa uang sangat di
perlukan. Jika petani memiliki modal dalam usahanya, maka hal ini
dapat meningkatkan produksi pertanian berjalan lancar.
Modal pertanian yang berupa uang ini diperlukan untuk membeli
alat pertanian, obat-obatan, pupuk, bibit dan lain sebagainya. Akan
tetapi para petani yang tidak memiliki modal berupa uang yang dapat
di pergunakan untuk membeli barang-barang tersebut di atas, maka
dengan demikian mereka tidak dapat meningkatkan hasil pertanian
sehingga pertaniannya sedikit terlambat.
Bagi masyarakat Desa Batuah modal usaha untuk pengembangan usaha
pertanian harus besar sehingga kurang terjangkau oleh semua
masyarakat. Upaya masyarakat didalam usaha tani untuk dapat
mengembangkannya secara bertahap maupun mencari usaha sampingan
untuk kebutuhan ekonomi keluarga serta pengembangan usaha taninya.
Harapan masyarakat dalam pemanfaatan lahan adalah bantuan dari
pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk dapat meningkatkan tarap
hidup mereka. Bantuan tersebut dapat membantu masyarakat sebagai
petani serta pihak pemerintah dapat meminimalkan pencurian kayu dan
penyerobotan lahan di kawasan hutan lindung.b. Pemasaran
Dalam meningkatkan kesejahteraannya, masyarakat menjual sebagian
hasil pertanian mereka baik itu berupa lada, sayur-sayuran,
buah-buahan, dan hasil pertanian lainnya ke pasar-pasar tradisional
di Kelurahan Batuah, pasar malam, atau mereka membuat warung-warung
sederhana di pinggir jalan yang berdekatan dengan rumah mereka.
Sampai dengan saat ini lada masih merupakan hasil pertanian
masyarakat Desa Batuah yang utama, khususnya dalam peningkatan
devisa (keuangan) masyarakat setempat. Namun dalam pemasarannya
masyrakat masih terkendala dengan adanya tengkulak-tengkulak atau
pedagang-pedagang yang memeras para petani dengan menjatuhkan harga
pasaran lada tersebut, sehingga mau tidak mau para petani menjual
lada mereka dengan harga murah dan di bawah standar harga
rata-rata.
2. Faktor Manusia
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat Desa Batuah
rata-rata masih rendah, khususnya para responden yang sebagian
besar lulusan Sekolah Dasar (lihat Lampiran 4). Apalagi masyarakat
tani di daerah ini tidak semuanya mampu mengikuti teknologi dan
cara-cara baru yang dapat diterapkan dalam usaha pertanian. Dalam
melakukan kegiatan pertanian mereka melakukan dengan bantuan
orang-orang disekeliling yang telah berpengalaman dalam usaha
pertanian.b. Sumber Daya Manusia (SDM)
Kualitas dan mutu didalam mengolah lahan di daerah ini masih
rendah. Sehingga hasil yang di capai masih belum mencukupi
keperluan sehari-hari. Untuk mendapatkan SDM yang mempunyai mutu
yang lebih baik, maka petani perlu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan. Dengan
bekal pengetahuan dan keterampilan sehingga mempengaruhi mutu dan
kualitas dari petani sebagai tenaga kerja. Dalam meningkatkan mutu
dan kualitas petani, dapat dilaksanakan melalui pendidikan,
penyuluhan dan pelatihan.
Bilaman petani di daerah ini mendapatkan pelatihan dan
penyuluhan, maka tingkat keterampilan atau kemampuan dan mutunya
semakin membaik. Dengan demikian akan mudah bagi petani untuk
mempelajari praktek penemuan baru atau mempergunakan metode yang
sedang dikembangkan.Masyarakat Desa Batuah saat ini belum
sepenuhnya mendapatkan pelatihan dan penyuluhan mengenai usaha
pemanfaatan dan pengolahan lahan dalam meningkatkan hasil
pertanian. Oleh karena itu petani tetap melakukan kegiatan
pertaniannya secara sederhana sesuai dengan kualitas dan mutu serta
kemampuan yang mereka miliki dengan tidak ada perubahan dari
cara-cara yang tradisional.
Secara umum petani yang berhasil didalam pertanian adalah petani
yang mempunyai bekal pengalaman serta bukan melalui pendidikan
singkat. Kehidupan masyarakat tergantung dari kebaikan alam untuk
kebutuhan sehari-hari oleh karenanya, amat sulit bagi mereka untuk
melaksanakan pekerjaan yang memerlukan penangan yang teratur atau
perlengkapan teknis, karena tidak sesuai dengan kebiasaan,
kemampuan dan bahkan budaya mereka.
3. Faktor Alam
a. Tanah
Jenis tanah di daerah ini adalah jenis tanah podsolik merah
kuning. Warna tanah ini kemerah-merahan hingga kekuning-kuningan.
Menurut Sarief (1985) bahwa tanah ini memiliki sifat kimia yang
kurang baik, sedangkan sifat fisiknya tidak mantap dengan
stabilitas agregat kurang sebagai akibat tanah ini mudah terkena
bahaya erosi akibat gerakan air. Kandungan air mineral liat
kaolinitnya tinggi, sehingga jumlah air yang tersedia bagi tanaman
agak kurang. Dengan demikian maka produktivitas tanah adalah rendah
sampai sedang, sehingga keadaan tanah jika digunakan terus maka
kesuburan tanah akan berkurang yang dapat menyebabkan turunnya
hasil produksi masyarakat.Pada umumnya lahan di Kalimantan Timur
kurang sesuai bagi usaha pertanian. Disamping itu dengan topografi
yang bergelombang dan bahkan dibeberapa tempat berbukit dan
berlereng curam 8-40 % didukung dengan kondisi curah hujan yang
tinggi sehingga dengan mudah sebagian besar tanah akan mengalami
erosi. Masyarakat yang berada pada sekitar kawasan hutan
lindung/hutan wisata Bukit Soeharto menggunakan lahan yang
bergelombang dan berlerengan untuk diusahakan sebagai lahan
pertanian yang menguntungkan bagi kehidupannya. Dalam pengusahaan
lahan tersebut masyarakat sering mengalami kendala, yaitu
pengikisan tanah oleh curah hujan sehingga kesuburan lahan mereka
berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Tohir (1983) mengemukakan
bahwa, ketidak cocokan antar jenis tanaman dan jenis tanah dapat
mendatangkan kehidupan merana tanaman yang disertai dengan produksi
dan kualitas produk yang rendah. Dalam mengantisipasi hal tersebut
sebagian masyarakat menanam tanaman berkayu seperti buah-buahan
disekeliling tanaman pertanian, membuat terasering dan pemberian
pupuk untuk kesuburan tanah.b. Iklim
Iklim memegang peranan yang cukup penting dalam pertanian,
karena iklim di kawasan hutan lindung adalah sebagai sumber utama
yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam kegiatan mengolah
tanah pertanian, masyarakat di daerah ini sangat tergantung kepada
iklim. Dengan cara-cara pertanian yang sederhana, masyarakat di
daerah ini belum dapat menguasai iklim yang kadang-kadang merusak
tanah pertanian serta tanaman yang dipelihara. Hal ini sering
terjadi yaitu bilamana datang musim panas yang panjang (kemarau)
maupun musim hujan yang mengakibatkan pengikisan tanah oleh air
hujan.
Sebagai akibatnya, maka hasil pertanian dari masyarakat yang
diperolehnya tidak dapat mencukupi keperluan masyarakat itu
sendiri. Namun jika iklim dalam keadaan baik, dalam artian
memungkinkan berlangsungnya kegiatan pertanian dengan baik, maka
walaupun dengan menggunakan cara bertani yang sederhana, hasil yang
diperoleh biasanya cukup baik.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan masyarakat Desa
Batuah, dalam hal ini masyarakat sudah mulai dapat mengatasi
kemarau panjang dengan membuat bendungan untuk pengairan sawah
mereka, tetapi dengan adanya musim hujan dengan curah hujan yang
tinggi, maka volume air sungai naik dengan arus sungai laju, maka
bendungan yang masyarakat miliki rusak karena banjir sehingga
membuat masyarakat pasrah terhadap bencana tersebut. Dengan terjadi
bencana yang mengakibatkan rusaknya bendungan, sehingga masyarakat
tidak lagi mengusahakan kegiatan pertanian melalui sawah dan
masyarakat sekarang hanya mengaharapkan terhadap kebaikan
iklim.
4. Faktor Gangguan Pada TanamanMasalah yang umum dijumpai dalam
setiap usaha pertanian dan dapat merusak pertumbuhan dan hasil
tanaman adalah hama, penyakit dan gulma. Apabila penyebab gangguan
tersebut berupa hewan seperti tikus, burung, belalang, babi dan
lain-lain dinamakan hama kalau berupa tumbuhan tingkat rendah,
virus dan masalah fisiologis dinamakan penyakit serta gulma adalah
tumbuhan yang hidup pada suatau tempat dan suatu waktu yang tidak
dikehendaki, dapat berupa tumbuhan yang belum pernah
diusahakan.
Serangan hama umumnya cepat meluas dibandingkan dengan serangan
penyakit tetapi serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau
jamur sering fatal merusak tanaman. Serangan hama dan penyakit
merupakan secara langsung, sedangkan gulma merugikan melalui
persaingan akan kebutuhan sinar, air, dan unsur hara.
Pengendalian gangguan tanaman dilakukan dengan cara preventif,
kultur teknis, mekanis, biologis, dan kimiawi. Cara preventif
meliputi usaha agar penyebab gangguan tidak masuk ke dalam hamparan
pertanian secara langsung maupun tidak langsung seperti mengganti
tanaman yang rusak dengan tanaman yang baru. Cara kultur teknis
merupakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan meliputi jarak tanam,
waktu tanam, pemeliharaan dan lain-lain. Cara mekanis ditunjukkan
langsung kepada gangguan untuk mematikannya. Cara biologis yaitu
tindakan pengendalian dengan menggunakan makhluk hidup baik berupa
hewan maupun tumbuhan seperti menggunakan anjing untuk menjaga
tanaman serta membuat pagar dari tanaman. Cara pengendalian kimiawi
dengan menggunakan senyawa kimia yang meracuni penyebab gangguan
seperti roundup, Gramoxone untuk membasmi gulma, matador untuk
membasmi hama dan penyakit. Hal ini sependapat dengan Marjuki
(1994) berpendapat, bahwa pestisida kimia dibedakan atas
macam-macam nama sesuai dengan penyebab yang ingin dikendalikan
jenisnya disebut funsida untuk bakteri dinamakan insektisida, untuk
binatang pengerat dinamakan rodentisida, untuk gulma dinamakan
herbisida atau gulmasida.Bencana kebakaran terjadi karena faktor
alam dan faktor kelalaian manusia. Kebakaran yang terjadi pada
kawasan hutan lindung/hutan wisata Bukit Soeharto pada tahun
1982/1983 dan tahun 1997/1998 yang mengakibatkan hilangnya fungsi
lindung dan produktivitas lahan yang merupakan kebakaran yang
berskala besar. Pada tahun 1999-2002 kebakaran masih tetap terjadi
dan masuk kawasan pemukiman masyarakat umumnya pada lahan pertanian
mereka yang mengakibatkan kerugian yang besar.
Dalam menghindari kebakaran terhadap lahan pertanian sebagaian
dari mereka membuat sekat bakar dengan menanam tanaman buah-buahan
atau tanaman lainnya yang dapat menahan laju jalannya api
disekeliling tanaman pokok serta untuk melindungi dari loncatan api
yang datang dari luar.
5. Kebijakan Pemerintah
Permasalahan tumpang tindih pemanfaatan kawasan antara
masyarakat dan pemerintah seperti pembukaan lahan untuk
perladangan, perkebunan dan kegiatan pertanian lainnya oleh
masyarakat setempat serta adanya penetapan kawasan hutan lindung
oleh pemerintah. Dalam penanganan masalah tersebut perlu adanya
solusi seperti; peruntukan kawasan (tata ruang) yang dibarengi
dengan penegakan hukum serta di dalam penetapan kawasan hutan
lindung masyarakat harus dapat di ikutsertakan agar lain waktu
tidak ada persengketaan.D. Upaya-upaya Dalam Mengatasi Permasalahn
Masyarakat Peladang
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan
dialami oleh masyarakat antara lain :
1. Dibentukanya koperasi usaha tani yang beranggotakan
masyarakat setempat, yang kemudian didalamnya dilakukan usaha-usaha
simpan pinjam untuk anggota, dimana kegiatan ini dapat membantu
petani dalam ; pemilikan modal untuk usaha pertanian, pengadaan
pupuk, pemberantasan hama dan penyakit dengan menggunakan
obat-obatan yang terjangkau, dan sebagainya.
2. Dibentuknya mitra usaha yang mana kedepannya dapat membantu
petani dalam ; peningkatan ilmu pengetahuan dan SDM, pengembangan
usaha lainnya, dan membantu dalam proses pemasaran hasil-hasil
pertanian.
3. Dibentuknya bapak angkat dimana dalam hal ini dapat
melakukannya bersama-sama dengan pihak pemerintah atau swasta
sebagai bapak angkatnya, kegiatan semacam ini dapat membantu para
petani dalam ; pengembangan usaha pertanian atau usaha lainnya,
modal usaha (peminjaman), peningkatan ilmu pengetahuan dan SDM,
serta membantu dalam penyaluran (pemasaran) hasil pertanian yang
meningkatkan kesejahteraan petani.
VI. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan
Hasil penelitian di lapangan yang dilakukan di Desa Batuah,
tepatnya di Kelurahan Batuah Km 28, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten
Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur, mengenai Studi
Tentang Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Peladang dapat
disimpulakan sebagai :1. Masyarakat Kelurahan Batuah berpenduduk
7.974 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1.763 KK dengan intensitas
perempuan 3.850 jiwa dan laki-laki 4.124 jiwa, didominasi pendatang
dari Sulawesi Selatan (Bugis), Jawa dan Kalimantan Selatan.
Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani dan buruh tani,
sehingga dengan menggunakan metode purposif sampling 2 % hanya
mendapatkan sebanyak 25 orang responden.
2. Dari 25 responden pada umumnya bekerja sebagai petani lada
dengan luasan areal yang berbeda-beda, sehingga terlihat jelas
perbedaan pendapatan/penghasilannya tersebut kemudian di bagi
menjadi 3 bagian yaitu ; 14 responden berpenghasilan antara
Rp.300.000 Rp. 500.000/bulan, 7 responden berpenghasilan antara Rp.
500.000 Rp. 600.000/bulan, dan 4 responden berpenghasilan di atas
Rp. 600.000/bulan. Namun pendapatan ini sewaktu-waktu dapat berubah
menjadi tinggi bila harga lada naik.3. Hasil rekapitulasi data
wawancara dan kuisioner dari 25 responden didapatkan informasi
bahwa rata-rata jumlah orang yang menjadi tanggungan responden
adalah 5 orang, rata-rata biaya tanggungan Rp. 456.000/bulan,
rata-rata pendapatan pokok Rp. 452.000/bulan, rata-rata pendapatan
sampingan Rp. 452.000/bulan, dan rata-rata pendapatan total Rp.
782.000/bulan.
4. Pola pemanfaatan lahan yang dilakukan sebagia besar
masyarakat Desa Batah dalam skala besar adalah perladangan dan
perkebunan berupa tanaman lada karena mempunyai nilai ekonomis yang
lebih besar dibanding tipe pemanfaatan lainnya.
5. Dalam memanfaatkan lahan pertanian masyarakat mendapat
kendala dan masalah yang harus dihadapi dan semuanya dapat
dikelompokkan menjadi lima faktor : faktor ekonomi, faktor manusia,
faktor alam, faktor gangguan dan faktor kebijakan pemerintah.
Dimana dari kelima faktor ini, faktor kebijakan pemerintahlah yang
untuk dekade sekarang ini yang paling menentukan, khususnya untuk
status lahan masyarakat Desa Batuah dengan lahan yang sebagian
besar berupa hutan.
B. Saran
1. Untuk mengembangkan dan mengoptimalkan serta menjaga
kesinambungan fungsi atau manfaat kawasan tersebut diperlukan di
antaranya upaya pengelolaan secara terpadu dengan melibatkan dan
meningkatkan kerjasama para pihak terkait seperti instansi
pemerintahan, swasta dan masyarakat, sehingga kepentingan berbagai
sektor terkait bisa terakomodasi dan tidak ada yang merasa
dirugikan.
2. Pengamatan/pemanfaatan sumberdaya alam yang didalam kawasan
hutan harus berbasiskan pendekatan ekosistem kawasan dengan
mempertimbangkan keseimbangan secara sinergik antara aspek ekologi
(lingkungan), ekonomi dan sosial budaya masyarakat.3. Untuk
meningkatkan SDM para petani yang bermukim di sekitar hutan, perlu
dilakukannya pembinaan yang terpadu (pendidikan, penyuluhan, dan
pelatihan) dari pihak terkait mengenai pemanfaatan lahan untuk
kegiatan pertanian, selain itu juga perlunya dilakukannya bantuan
berupa modal usaha kepada para petani dalam penerapan pembinaan
tersebut.
4. Dalam meningkat kesejahteraan masyarakat perlu diupayakan
suatu sistem tata niaga dari pihak pemerintah dengan tujuan agar
para petani dapat melaksanakan penjualan hasil pertanian mereka
dengan tertib, serta hal ini juga dilakukan untuk menghindari
monopoli pasar oleh tengkulak, dan bila sistem ini telah berjalan
perlu pula dilakukannya pengawasan dan penegak hukum secara
intensif.
5. Hendaknya pemerintah didalam mengambil suatu keputusan
khususnya yang bersinggungan langsung dengan masyarakat, diwajibkan
untuk mengikut sertakan masyarakat dalam memutuskan suatu kebijakan
tersebut, sehingga tidak merugikan baik dipihak pemerintah sendiri
maupun masyarakat sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKAAdimihardja, K. dkk. 1991. Pola Penguasaan
Pemilikan dan Penggunaan Tanah secara tradisional di Jawa Barat.
Direktorat Jendral Kebudayaan Sejarah dan Nilai Tradisional. Proyek
Investasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Bandung.
Anonim. 1976. Vademekum Kehutanan Indonesia. Departemen
Pertanian. Direktorat Jendral Kehutanan.
Anonim. 1979. Forestry For Rural Communities Food and
Agriculture Organitation of the United Nation.
Anonim. 1990. Keputusan Presuden No. 32 Tahun 1990. Tentang
Pengolahan Kawasan Hutan Lindung. Sekretaris Kabinet RI.
Jakarta.
Anonim. 1991. Usaha Tani Konservasi Lahan Kering. Departemen
Transmigrasi.
Anonim. 1992. Laporan Hasil Pelaksanaan Rapat Koordinasi Taman
Nasional Kutai di Propinsi Kalimantan Timur. Bontang.
Anonim. 1993. Kalimantan Timur dalam Rangka Kerja Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I Propinsi Kaltim.
Samarinda.Anonim. 1994. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan di
Bidang Kehutanan. Sekretaris Jendral Kehutanan.
Arifin, M. 1989. Penilaian Erodibilitas Tanah dan Faktor Penutup
Lahan Beberapa Jenis Tanaman Dengan Menggunakan Rumus USLE Fakultas
Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.Awang, S. A. 1988.
Pembangunan Pedeasaan Kehutanan dan Upaya Peningkatan Partisipasi
Masyarakat. Duta Rimba Direktorat Jenderal Kehutanan
No.52/VII/1982. Jakarta.
Colfer, C. J . P. Dkk. 1997. Peladang Berpindah Di Indonesia :
Perusak atau Pengelola Hutan ? Produksi Padi dan Pemanfaatan Hutan
Uma Jalan di Kalimantan Timur. GTZ-SFMP. Samarinda.
Dagun, S. M. 1992. Sosio Ekonomi. Aanalisis Eksistensi
Kapitalisme dan Sosialisme. Rineka Cipta. Jakarta.
Harjadi. 1984. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.
Irene, A. 1991. Pola Penguasaan Pemilikan Tanah pada Masyarakat
Suku Bangsa Dayak di Kalimantan. Seminar Nasional Kebudayaan
Dayaklogi, Pontianak.Lahjie, A. M. 1988. Dinamika Kebun Pekarangan
Tanaman Kopi di Bawah Pengelolaan Transmigrasi di Daerah Bukit Biru
Kabupaten Kutai. Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas
Mulawarman dengan German Forestry Projek. Samarinda.
Lahjie, A. M. 2003. Pendekatan Pengusahaan Hutan Dengan Sistem
Agroforesty. Universitas Mulawarman. Samarinda.
Mackinnon, J. 1990. Pengelolaan Kawasan yang Dilindung Di Daerah
Tropik. Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Manan. 1978. Masalah Pertanian di Pemukiman Transmigrasi Dalam
Transmigrasi Swakarsa Nelayan, Perkebunan, dan Industri. CV.
Rajawali. Jakarta.
Manan. 1989. Masalah Pembinaan Ekosistem Hutan. Jurusan
Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.Marjuki. Asparno.
1994. Pertanian dan masalahnya. Penerbit Andi Offset.
Yogyakarta.
Sardjono, M. A. 1993. Materi Kuliah Agroforety Bagian I Draft.
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.
Sarief, E. Saifudin. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Penerbit
Pustaka Buana. Bandung.
Sostroamodjo, P. 1980. Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah.
Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional. Jakarta.
Sudarmadji, T. 1995. Kebijakan Perlindungan dan Pelestarian
dalam Pengembangan Kawasan Konservasi di Indonesia.
Samarinda.Sumardja, A. Efendy. 1995. Kebijakan Perlindungan dan
Pelestarian dalam Pengembangan Kawasan Konservasi di Indonesia.
Samarinda.
Suhardi. 1991. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Penerbitan Kanisius
Anggota IKAPI. Yogyakarta.
Syukur, D. Dan Tavita, E. G. 1996. Penelitian Sosial Ekonomi
Masyarakat Sekitar Taman Nasional Bukit Baka/Bukit Raya, Kalimantan
Barat. RPTP. Proyek Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Wilayah
Kalimantan Tahun Anggaran 1996/1997. Samarinda.
Tohir, A. Kasalan. 1985. Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani
Indonesia. Cetakan pertama. Penerbit PT. Bina Aksara. Jakarta.
Vadya, A. P. C. J. P. Colperdan Brotokusumo, M. 1980. Interction
Between People and Forest in East Kalimantan Timur Impact of
Science on Society Vol 3.1979.190. Samarinda
Ukur, F. 1992. Kebudayaan Dayak. Perekonomian Rakyat Kalimantan.
Prosiding Seminar Nasioanal Pengembangan Perekonomian Rakyat
Kalimantan 4 8 Agustus 1991. Pontianak.Yacobus. 1991. Penelitian
WWF Pada Suku Bangsa Dayak Kenyah di Kalimantan Timur.