PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013 SKRIPSI Diajukan sebagai bagian dari syarat untuk mencapai kebulatan studi Program Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram Oleh : RYAN HIDAYAT A1B 011 140 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MATARAM 2015
Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2015
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN TERHADAP HARGA
SAHAM INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013
SKRIPSI
Diajukan sebagai bagian dari syarat untuk mencapai
kebulatan studi Program Strata Satu (S1) pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram
Oleh :
RYAN HIDAYAT A1B 011 140
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2015
Judul Skripsi : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL
PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM
INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
(PERIODE 2009-2013)
Nama Mahasiswa : RYAN HIDAYAT
Nomor Mahasiswa : A1B 011 140
Jurusan : MANAJEMEN
Skripsi ini telah diterima sebagai kebulatan studi program strata satu (S1)
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram
Mataram, 30 Mei 2015
Dekan, Dr. Muady Yasin, MS. NIP. 195801051987032001
Ketua Jurusan Manajemen, Drs. Sulaeman Sarmo, M.Si. NIP. 195903011986031001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat
dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis yang berbentuk skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu setia membantu
perjuangan beliau dalam menegakkan Diinullah di muka bumi ini.
Penyusunan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas mataram
Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan
baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang tiada hingganya kepada :
1. Bapak Drs. H. Budi Santoso, M.com, Ph. D, selaku pembimbing I dan Bapak
Iwan Kusumayadi SE, MM, selaku pembimbing II yang telah banyak
mamberikan bimbingan, nasehat dan arahan kepada penulis.
2. Ibu Ir. Santi Nururly, MM. selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA) yang
sudah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama masih
menjalani perkuliahan.
3. Bapak Drs. Hermanto MBA, terima kasih penulis ucapkan karena sudah banyak
membantu saat ujian berlangsung.
4. Bapak Dr. Muaidy Yasin, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas Mataram
5. Bapak Drs. Sulaeman Sarmo, M.Si selaku Ketua Jurusan sekaligus Sekertaris
Jurusan Manajemen Reguler Pagi Fakultas Ekonomi Universitas Mataram yang
telah memberikan bimbingan, arahan serta telah membagikan ilmunya.
6. Ucapan terima kasih penulis kepada semua sahabat khususnya kepada Ahmad
Fatoni Karim Amirullah sang sahabat seperjuangan yang sudah banyak
memberikan banyak motivasi dari awal masuk kuliah sampai sekarang. Terima
kasih juga kepada (Abang Haq, Aan, Mira, Cindra, Hafiz, Cimot, Indri, Rasyid)
yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan serta motivasi sehingga
skripsi ini dapat terselesasikan.
7. Serta kepada semua teman-teman KKN Tematik UNRAM (Restu, Zuba, Edi,
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Return On Equity (ROE) ................................. 80
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Current Ratio (CR) ......................................... 81
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) ............................ 82
Lampiran 5. Hasil Perhitungan Total Asset Turnover (TATO) ......................... 83
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Earnings Per Shares (EPS) ............................. 84
Lampiran 7. Harga Saham Industri Makanan dan Minuman 2009-2013 ........... 85
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap harga saham industri makanan dan minuman di BEI. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directoy (ICMD). Populasi industri makanan dan minuman di BEI sebanyak 16 perusahaan, setelah diambil berdasarkan Purposive Sampling diperoleh sebanyak 11 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel. Untuk menguji pengaruh variabel bebas (ROE, CR, DER, TATO, dan EPS) terhadap harga saham, maka dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier berganda. Dari hasil perhitungan uji-t diperoleh nilai t-hitung ROE sebesar 0,605 dengan nilai signifikansi 0,549 lebih besar dari 0,05 (0,549 > 0,05), ini menunjukkan bahwa ROE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. CR dengan t-hitung 0,498 dengan tingkat signifikan 0,621 lebih besar dari 0,05 (0,621 > 0,05), ini menunjukkan bahwa CR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. DER dengan t-hitung sebesar 0,996 dengan tingkat signifikansi 0,325 lebih besar dari 0,05 (0,325 > 0,05), ini menunjukkan bahwa DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. nilai t-hitung TATO sebesar 0,128 dengan signifikasi 0,899 lebih besar dari 0,05 (0,899 > 0,05), ini menunjukkan bahwa TATO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Nilai t-hitung EPS sebesar 14,056 dengan signifikasi 0,000 lebih kecil dari 0,005 (0,000 < 0,05), ini menunjukkan bahwa EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hasil uji secara simultan ROE, CR, DER, TATO, dan EPS berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dengan F-hitung sebesar 64,346 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), ini menunjukkan bahwa kelima variabel bebas tersebut secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Kata Kunci: ROE, CR, DER, TATO, EPS, Harga Saham, Dominan.
vii
ABSTRACT
The research aim is to test the influence of the company’s fundamentals factor toward stock price of drink and food industry at BEI, research data source is coming from secondary data which is obtained from Indonesian capital market directory ( ICMD) food and drink industry population at BEI are 16 companies after taken based on purposive sampling and obtained as many as 11 companies which fulfill the criteria as a sample, to test the independent variable influence (ROE, CR, TATO, and EPS) toward stock price this research use double linier regression analysis, from calculation result t test obtained the value of t-count is 0.605 with significant score 0.549 is higher than 0.05 (0.549>0.05) its show that ROE have not influence significantly toward stock price, CR with t-count 0.498 with significant level 0.621 is higher than 0.05(0.621>0.05) its show that CR have not influence significantly toward stock price. DER with T count is 0.996 with significant level 0.325 is higher than 0.05( 0.325>0.05) its show that DER have not influence significantly toward stock price, t count value of TATO is 0.128 with significant 0.899 higher than 0.05 ( 0.899>0.05)its show that TATO have not influence significantly toward stock price , t count value EPS is 14.056 with significant 0.000 smaller than 0.005(0.000<0.005) its show that EPS have significant influence toward stock price ,research result simultaneously ROE, CR, DER, TATO and EPS have significant influence toward stock price with f count is 64.346 with significant level is 0.000 smaller than 0.05 (0.000<0.05) its show that the fifth independent variable simultaneously have significant influence toward stock price. Keyword : ROE, CR, TATO, and EPS, stock price, dominant
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perusahaan selalu membutuhkan dana untuk menunjang kelancaran kegiatan
operasinya dan menjaga kelangsungan hidupnya dalam persaingan bisnis yang semakin
ketat. Salah satu cara untuk memperoleh sumber dana perusahaan adalah dengan cara
menarik dana dari luar perusahaan. Dana dari luar ini, salah satunya dapat diperoleh dari
pasar modal. Dari pasar modal ini perusahaan harus berusaha agar investor bersedia
menanamkan modalnya kedalam perusahaan. Dengan kata lain agar dapat menghimpun
dana tersebut maka perusahaan harus dapat meyakinkan pihak investor bahwa mereka
akan memperoleh return atas investasinya. Dengan demikian pasar modal merupakan
wahana bagi perusahaan untuk memperoleh dana dan memberikan peluang kepada
investor untuk memperoleh imbalan (return) atas investasi yang telah dilakukannya.
Tujuan utama dari investor dalam berinvestasi adalah untuk memperoleh
imbalan (return) atas investasinya, berupa deviden dan capital gain, yaitu selisih antara
harga pasar saham dengan harga nominalnya, Wulandari (2009). Selanjutnya tujuan
perusahaan menerima investasi tersebut adalah untuk memperoleh hasil yang
diharapkan (expected return), walaupun ada kemungkinan dihadapinya resiko. Dengan
demikian dalam menghimpun dana dari masyarakat atau dana dari para pemegang
saham, perusahaan berkewajiban untuk menjaga dan memelihara kondisi keuangan
perusahaan dengan baik serta memperhatikan dan menjaga likuiditas, leverage, prospek
perusahaan, profitabilitas dan kinerja (performance) perusahaan.
Bagi perusahaan yang tidak go public nilai perusahaan merupakan harga yang
bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan bagi
2
perusahaan yang go publik harga saham yang diperjual belikan di bursa merupakan
indikator nilai perusahaan. Sehingga apabila harga saham meningkat maka nilai
perusahaan juga akan meningkat. Apabila nilai perusahaan meningkat maka
kemakmuran pemegang saham juga akan meningkat. Karena dengan harga saham yang
meningkat tersebut maka pemegang saham akan memperoleh tingkat pengembalian
yang tinggi (Husnan & Pudjiastuty, 1996 dalam Wulandari, 2009).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menganalisis harga saham.
Tetapi pada garis besarnya cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan
upaya untuk menentukan kapan akan membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham
(keluar pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis maupun menggunakan
analisis grafis (Husnan, 2009:342). Sedangkan analisis fundamental merupakan analisis
yang mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan
mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa
yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga
diperoleh taksiran harga saham (Husnan, 2009:307).
Dalam mengestimasi harga saham tersebut, langkah yang perlu diperhatikan
investor adalah mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental (seperti penjualan,
pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden, dan sebagainya) yang diperkirakan
akan mempengaruhi harga saham yang dibuat dalam model analisis. Untuk
menganalisis harga saham secara fundamental diperlukan beberapa tahapan analisis.
Tahapan yang dilakukan dimulai dengan analisis dari (1) kondisi makro ekonomi atau
kondisi pasar, (2) diikuti dengan analisis industri, dan (3) akhirnya analisis kondisi
spesifik perusahaan.
3
Analisis kondisi makro ekonomi bertujuan untuk mengetahui jenis serta prospek
bisnis suatu perusahaan. Aktivitas ekonomi akan mempengaruhi laba perusahaan.
Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara rendah, pada umumnya tingkat laba
yang dicapai oleh suatu perusahaan juga akan rendah. Jadi lingkungan ekonomi yang
sehat, akan sangat mendukung perkembangan perusahaan. Dalam analisis ekonomi ini
terdapat banyak variabel yang bersifat makro, antara lain; pendapatan nasional,
kebijakan moneter dan fiskal, tingkat bunga, dan sebagainya. Untuk analisis industri
akan berkaitan dengan kelemahan dan kekuatan jenis industri perusahaan yang
bersangkutan (Sunariyah, 2010:177). Setiap industri dianalisis dari penelaahan berbagai
data yang menyangkut tentang penjualan, laba, deviden, struktur modal, jenis produk
yang dihasilkan dan sebagainya. Untuk melakukan analisis industri langkah pertama
yang dapat dilakukan adalah dengan mengidenftifikasikan tahap kehidupan produknya.
Kemudian menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian.
Setelah itu melakukan analisis kualitatif terhadap industri tersebut untuk membantu
pemodal menilai prospek industri di masa yang akan datang (Husnan, 2009:322).
Sedangkan analisis perusahaan berkaitan kinerja perusahaan yang diukur dari efektifitas
dan efesiensi perusahaan (Sunariyah, 2010, 177). Menurut Pandansari (2012) untuk
mengukur efektifitas dan efisiensi dalam suatu perusahaan dapat digunakan rasio-rasio
keuangan seperti rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan
rasio nilai pasar. Rasio-rasio inilah yang digunakan peneliti sebagai variabel yang
mempengaruhi harga saham industri yang bersangkutan.
Harga saham mencerminkan nilai dari suatu perusahaan. jika perusahaan
mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati
oleh para investor. Prestasi yang dicapai oleh perusahaan dapat dilihat di dalam laporan
keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan. Perusahaan berkewajiban untuk
4
mempublikasikan laporan keuangan pada periode tertentu. Laporan keuangan sangat
berguna bagi investor untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasi, seperti
menjual, membeli dan menanam saham. Untuk menilai kondisi keuangan perusahaan,
analisis keuangan memerlukan beberapa tolok ukur yaitu dengan melihat rasio
keuangan perusahaan antara lain; rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio leverage,
rasio aktivitas, dan rasio nilai pasar.
Rasio Profitabilitas, dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva
perusahaan untuk menghasilkan laba dan juga digunakan untuk mengukur efisiensi atas
penjualan yang berhasil diciptakan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dalam kegiatan operasionalnya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi
perusahaan. Laba perusahaan merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban bagi para penyandang dana. Selain itu merupakan elemen dalam penciptaan
nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Dalam penelitian ini skala yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Return
On Equity.
Rasio likuiditas mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo (Atmaja 2008:415). Semakin tinggi rasio likuiditas
perusahaan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajibannya. Rasio likuiditas pada umumnya dihitung dengan menggunakan Current
Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Current
Ratio sebagai proxy terhadap harga saham, dimana Current Ratio dihitung dengan
membagi asset saat ini dengan hutang saat ini. Adapun fungsi dari Current Ratio adalah
untuk melihat seberapa kuat perusahaan untuk melunasi hutang yang dimiliki. Semakin
tinggi Current Ratio, semakin mudah perusahaan melunasi hutangnya. Begitu
sebaliknya.
5
Ratio leverage mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan hutang. Rasio
Leverage juga sering disebut dengan rasio solvabilitas, yang berarti mengukur seberapa
banyak perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio solvabilitas dalam penelitian ini diukur
dalam skala rasio yaitu Debt to Equity Ratio (DER). Semakin besar Debt to Equity
Ratio menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan hutang
dibandingkan dengan modal sendiri.
Rasio aktivitas merupakan rasio yang menunjukkan keefektifan sebuah
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini digunakan untuk
menilai seberapa efisien perusahaan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya
yang dimiliki perusahaan, dimana semakin tinggi rasio ini, semakin baik perusahaan
mengelola sumber aktiva yang dimiliki. Pada penelitian ini skala pengukuran rasio
aktivitas menggunakan Total Asset Turnover (TATO) dimana rasio ini adalah rasio
yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan penjualan dengan
menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya. Rasio ini juga menunjukkan efektivitas
perusahaan dalam mengelola komponen elemen aktiva itu sendiri. Semakin tinggi
perputaran asset suatu perusahaan, maka perusahaan menunjukkan manajemen yang
baik dalam pengelolaan aktiva.
Menurut Hanafi (2004:41) dalam Wulandari (2009) rasio nilai pasar adalah rasio
yang mengukur harga pasar saham perusahaan relative terhadap nilai bukunya. Sudut
pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut pandang investor ataupun calon
investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan rasio ini. Adapun proxy yang
digunakan untuk mngukur rasio nilai pasar adalah Earning Per Share (EPS), dimana
Earning Per Share merupakan laba yang diterima investor dari per lembar saham yang
dimiliki. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan
6
kepada pemegang saham, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang
dilakukannya. Ini berlaku untuk semua jenis industri yang ada yang menjual sahamnya.
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan
keuntungan. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Industri makanan dan minuman saat ini sangat mempunyai pengaruh dalam
perekonomian Indonesia. Saat sistem ekonomi telah mengglobal, persaingan ekonomi
dan bisnis di tingkat nasional ataupun dunia meningkat tajam. Semakin padatnya
populasi penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun, akan membuat industri makanan
semakin berlomba-lomba mengejar pasar yang ada. Industri makanan dan minuman
merupakan salah satu industri yang berkembang dengan pesat di Indonesia, di mana
Industri ini merupakan kategori barang konsumsi. Adapun kegiatan utama dari industri
ini adalah menghasilkan produk berupa makanan dan minuman secara kontinyu atau
berkelanjutan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya jenis produk makanan dalam kemasan
siap saji dengan berbagai merek dan inovasi. Industri makanan dan minuman memiliki
prospek yang cukup bagus dan cenderung diminati oleh investor sebagai salah satu
target investasinya, di mana industri ini memiliki saham yang paling tahan terhadap
krisis ekonomi dari sektor lain karena dalam kondisi krisis ataupun tidak sebagian
produk makanan dan minuman tetap dibutuhkan. Dengan berkembangnya saham yang
dimiliki perusahaan, otomatis nilai perusahaan semakin terangkat dan memberikan
dampak positif bagi perusahaan. Untuk itu semakin baik suatu perusahaan mengelola
saham yang dimiliki maka semakin cepat pula perusahaan mendapatkan laba.
Pergerakan harga saham yang terjadi dalam industri makanan dan minuman
cenderung bertentangan dengan teori. Jika faktor fundamental perusahaan mengalami
peningkatan seiring dengan hutang dan aktiva yang seimbang, maka harga saham juga
7
akan ikut meningkat. Salah satunya dapat dilihat pada rasio profitabilitas di mana
meningkatnya rasio profitabilitas tidak diikuti dengan meningkatnya harga saham.
Berikut adalah data laporan keuangan dan harga saham industri makanan dan
minuman yang terdaftar di BEI periode 2009-2013.
Tabel 1.1. Data Penjualan Perusahaan Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI dari Tahun 2009-2013(dalam jutaan rupiah)
Sumber: Data Sekunder Diolah Peneliti
Berdasarkan Tabel 1.1 di atas nilai penjualan yang diperoleh perusahaan
cenderung meningkat. Hal ini menandakan bahwa masing-masing perusahaan memiiki
prospek yang baik untuk kedepannya. Dengan meningkatnya penjualan akan menambah
nilai perusahaan terutama dari sisi profitabilitas, dengan demikian semakin tinggi
penjualan suatu perusahaan, maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk
mendapatkan laba yang tinggi, yang nantinya akan berfungsi untuk menarik minat
investor sehingga mampu menaikkan harga saham suatu perusahaan.
11 PT Ultrajaya Milk Industri and Trading Company Tbk
ULTJ 560 1.210 1.080 1.380 4.500
Sumber: finance.yahoo.com, ICMD
Berdasarkan Tabel 1.5 di atas terlihat harga saham beberapa perusahaaan
cenderung mengalami fluktuatif padahal penjualan mereka selalu meningkat seperti
pada Tabel 1.1, salah satunya terjadi pada PT Akhasa Wira International Tbk dan juga
dialami oleh beberapa perusahaan lainnya seperti PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT
Indofood Sukses Makmur Tbk dan perusahaan lainnya. Seharusnya, jika penjulalan
meningkat harga saham juga ikut meningkat.
Atas uraian di atas, maka penulis ingin meneliti tentang “Pengaruh Faktor
Fundamental Perusahaan terhadap Harga Saham Industri Makanan dan Minuman yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Periode 2009-2013)”.
12
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi permasalahan yang
terjadi adalah sebagai berikut:
1. Nilai penjualan perusahaan industri makanan dan minuman dari tahun ke tahun
cenderung mengalami peningkatan akan tetapi harga saham perusahaan
cenderung berfluktuasi.
2. Laba bersih setelah pajak dan total ekuitas yang dihasilkan perusahaan tiap
tahunnya cenderung meningkat tetapi tidak diikuti meningkatnya harga saham
pada perusahaan tertentu.
3. Total hutang perusahaan industri makanan dan minuman tiap tahunnya
cenderung mengalami fluktiasi, tetapi diikuti pada meningkatnya harga saham
pada perusahaan tertentu.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut
1. Apakah fakor fundamental perusahaan (ROE, CR, DER, TATO, EPS)
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham industri makanan
dan minuman di BEI periode 2009-2013?
2. Apakah fakor fundamental perusahaan (ROE, CR, DER, TATO, EPS)
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham industri
makanan dan minuman di BEI periode 2009-2013?
3. Variabel manakah yang berpengaruh dominan dari faktor fundamental
perusahaan terhadap harga saham industri makanan dan minuman di BEI
periode 2009-2013?
13
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah diata adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menganalisis seberapa kuat pengaruh faktor fundamental perusahaan
(ROE, CR, DER, TATO, EPS) terhadap harga saham industri makanan dan
minuman di BEI periode 2009-2013 secara parsial.
2. Untuk menganalisis seberapa kuat pengaruh faktor fundamental perusahaan
(ROE, CR, DER, TATO, EPS) terhadap harga saham industri makanan dan
minuman di BEI periode 2009-2013 secara simultan.
3. Untuk mengetahui variabel mana dari faktor fundamental yang berpengaruh
dominan terhadap harga saham industri makanan dan minuman di BEI
periode 2009-2013.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan
memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas
Mataram.
2. Secera Teoritis untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang
harga saham dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3. Secara praktis, sebagai bahan pertimbangan investor untuk memilih saham
yang layak dari sisi fundamental perusahaan.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Tinjauan Penelitan Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang menjadi salah satu sumber pada penelitian
yang saya ajukan ini antara lain:
Penelitian yang dilakukan oleh Dhita Ayudia Wulandari (2009) dengan judul
penelitian "Analisis Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Industri Pertambangan
dan Pertanian di BEI" dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
faktor fundamental terhadap harga saham khususnya saham industri pertambangan dan
pertanian. Hasil Penelitian pada industri pertambangan menunjukkan seluruh variabel
independent berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik secara parsial maupun
simultan. Sedangkan pada industri pertanian hanya variabel EPS, PER, BVS, ROI,
PBV, DER, serta Beta yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik secara
simultan maupun parsial.
Penelitian yang dilakukan oleh Amanda WBBA, dan Wahyu Ario Pratomo
(2013) dengan judul penelitian "Analisis Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap
Harga Saham Perbankan yang Terdaftar pada Indeks LQ 45" dimana penelitian ini
bertujuan mengetahui pengaruh aspek fundamental dan risiko sistematis terhadap harga
saham perbankan di indeks LQ 45. Hasil dari penelitian ini yaitu ROA berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham keenam bank yang terdaftar pada
Indeks LQ 45. ROE berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham
keenam bank yang terdaftar pada Indeks LQ 45. DER berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga saham keenam bank yang terdaftar pada Indeks LQ 45. EPS
berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham keenam bank yang terdaftar
15
pada Indeks LQ 45. PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham
keenam bank yang terdaftar pada Indeks LQ 45. BETA berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga saham keenam bank yang terdaftar pada Indeks LQ 45.
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Rowland Bismark Fernando
(2008) dengan judul penelitian "Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Harga Saham
Perusahaan Go Public di BEI". Adapun penelitian ini bertujuan menguji lima faktor
fundamental (pertumbuhan, profitabilitas, leverage, likuiditas, dan efisiensi) dan dua
rasio pasar (earning ratio, dan rasio harga laba) yang diperkirakan mempengaruhi harga
saham di beberapa kelompok industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
dari tahun 2003-2006. Hasil penelitian ini dimana menggunakan regresi berganda
menunjukkan bahwa semua faktor fundamental dan rasio pasar memiliki pengaruh yang
signifikan secara simultan dan parsial di semua industri. EPS berpengaruh dominan
dalam enam industri yang diteliti.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dhita Ayudia Wulandari (2009),
persamaannya dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menggunakan jenis
penelitian asosiatif dengan metode analisis yang sama yaitu dengan menggunakan
regresi linier berganda. Adapun perbedaannya denga penelitian yang sekarang adalah
terdapat pada variabel peleitian dimana penelitian terdahulu menggunakan beta, BVS,
PER dan ROI. Sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan variabel ROE, DER,
CR, TATO dan EPS.
Pada penelitian yang dilakukan Amanda WBBA dan Wahyu Ario Pratomo
(2013), persamaannya dengan penelitian sekarang yaitu sama-sama menggunakan jenis
penelitian asosiatif dimana penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen serta menggunakan metode yang sama
yakni regresi linier berganda. Sedangkan perbedaanya dengan penelitian sekarang
16
adalah pada variabel penelitian yang digunakan, dimana penelitian terdahulu
menggunakan PER dan EPS saja sebagai pengaruh terhadap harga saham.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rowland Bismark Fernando (2008),
persamaannya dengan penelitian sekarang terdapat pada jenis penelitian, variabel
penelitian dan metode analisis data yang digunakan. Dimana jenis penelitian yang
digunakan adalah asosiatif dengan menggunakan rasio profitabilitas, leverage, aktivitas,
likuiditas dan nilai pasar sebagai variabel penelitian. Adapun metode analsis yang
digunakan yaitu regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS.
3.2. Tinjauan Teoretis
3.2.1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis yang mencoba memperkirakan
harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan
menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran
harga saham (Husnan, 2009:307). Menurut Kodrat (2010:203) analisis
fundamental menitik beratkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan
perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasi
secara akurat. Untuk melakukan analisis fundamental, ada tiga tahapan analsis
yang dapat dilakukan diantaranya; analisis makro ekonomi, analisis industri dan
analsis perusahaan.
(1) Analisis Makro Ekonomi
Analisis kondisi makro ekonomi bertujuan untuk mengetahui jenis serta
prospek bisnis suatu perusahaan. Aktivitas ekonomi akan mempengaruhi laba
perusahaan. Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara rendah, pada
17
umumnya tingkat laba yang dicapai oleh suatu perusahaan juga akan rendah.
Jadi lingkungan ekonomi yang sehat, akan sangat mendukung perkembangan
perusahaan. Dalam analisis ekonomi ini terdapat banyak variabel yang
bersifat makro, antara lain; pendapatan nasional, kebijakan moneter dan
fiskal, tingkat bunga, dan sebagainya. Menurut Husnan (2009:311) kondisi
perekonomian akan mempengaruhi kondisi pasar , begitu juga sebaliknya
kondisi pasar akan mempengaruhi para pemodal. Apabila pasar membaik atau
memburuk, umumnya saham-saham juga akan terpengaruh dengan arah yang
sama.
(2) Analisis Industri
Analisis industri berkaitan dengan kelemahan dan kekuatan jenis industri
perusahaan yang bersangkutan (Sunariyah, 2010:177). Setiap industri
dianalisis dari penelaahan berbagai data yang menyangkut tentang penjualan,
laba, deviden, struktur modal, jenis produk yang dihasilkan dan sebagainya.
Untuk melakukan analisis industri langkah pertama yang dapat dilakukan
adalah dengan mengidenftifikasikan tahap kehidupan produknya. Kemudian
menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian. Setelah
itu melakukan analisis kualitatif terhadap industri tersebut untuk membantu
pemodal menilai prospek industri di masa yang akan datang (Husnan,
2009:322).
(3) Analisa Perusahaan
Analisis perusahaan berkaitan kinerja perusahaan yang diukur dari
efektifitas dan efesiensi perusahaan (Sunariyah, 2010, 177). Menurut Kodrat
(2010: 229) untuk menganalisa perusahaan dapat digunakan tiga metode
18
yaitu; analisa cross section, analisa common size, dan analisa laporan
keuangan.
1. Analisis Cross Section
Menurut Kodrat (2010:230) analisis cross section merupakan
analisis yang digunakan untuk mengetahui kondisi industri, manakah
industri yang sedang mengalami trend yaitu industri yang sedang
booming, industri yang sedang lesu dan industri yang stagnan. Analisis
ini juga digunakan sebagai tolok ukur kinerja perusahaan (benchmark).
2. Analisis Common Size
Pada common size analysis, seluruh item pada laporan rugi laba
dibagi dengan penjualan dan seluruh item pada neraca dibagi dengan
total aktiva (Kodrat, 2010:231). Tujuan dari common size analysis adalah
memungkinkan kitauntuk membandingkan neraca serta laporan rugi laba
dari waktu ke waktu antar beberapa perusahaan.
3. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah salah satu alat untuk menganalisa
keadaan keuangan perusahaan. Adapun tujuan dari perhitungan rasio
keuangan adalah untuk mengetahui pergerakan keuangan suatu
perusahaan dengan kata lain untuk melihat kinerja perusahaan dari aspek
keuangan apakah berjalan dengan baik atau tidak. Menurut Atmaja
(2008) rasio keuangan yang sering digunakan adalah rasio profitabilitas,
rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio nilai pasar.
Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing rasio yang
digunakan:
19
a. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan (Kasmir, 2013:196). Rasio ini
juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu
perusahaan. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi
perusahaan. Ada banyak cara yang digunakan untuk mengulur rasio
profitabilitas ini seperti; Return On Asset, Return On Equity, Net Profit
Margin, Profit Margin dan sebagainya. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan Return On Equity sebagai landasan untuk mengetahui
pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham karena ROE
berkaitan dengan modal suatu perusahaan. Biasanya investor lebih
cenderung melihat modal yang dimiliki oleh perusahaan karena investor
bertindak sebagai pemegang saham.
Return On Equity merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang
tersedia untuk menghasilkan laba (Kasmir 2013:204). Semakin besar
ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan
sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham
perusahaan serta para investor di pasar modal yang ingin membeli
saham.Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dan
kenaikan laba tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham
perusahaan.
20
b. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi (jatuh
tempo) dan membayar tepat pada waktunya (Kodrat, 2010:236).
Semakin tinggi rasio likuiditas perusahaan semakin tinggi pula
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya. Rasio
likuiditas pada umumnya dihitung dengan menggunakan Current Ratio,
Quick Ratio, dan Cash Ratio. Current Ratio digunakan untuk mengukur
kemampuan aktiva lancar menutup hutang lancar. Quick Ratio
digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva lancar kecuali
persediaan untuk menutup hutang lancar. Dan Cash Ratio digunakan
untuk mengukur kemampuan kas dan surat berharga untuk menutup
hutang lancar.
c. Rasio Leverage
Ratio Leverage mengukur seberapa banyak perusahaan
menggunakan hutang. Rasio Leverage sering disebut dengan rasio
solvabilitas (Kasmir, 2013:150). Umumnya rasio solvabilitas yang
sering digunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER). Semakin besar
DER menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan
hutang dibandingkan dengan modal sendiri.
Menurut Riyanto dalam Susilowati (2011), "Pembiayaan dengan utang, memiliki 3 implikasi penting (1) memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas, (2) kreditur melihat ekuitas, atau dana yang disetor pemilik, untuk memberikan margin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur; (3) jika
21
perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan menjadi lebih besar. Akan tetapi, jika pengembalian yang diperoleh atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibandingkan dengan bunga, maka pengembalian atas modal pemilik semakin kecil."
d. Rasio Aktivitas
Menurut Kasmir (2013:172) rasio aktivitas merupakan rasio yang
menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan dalam menggunakan
aktiva yang dimilikinya. Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa
efisien perusahaan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya
yang dimiliki perusahaan. Ukuran penilaian dalam rasio ini adalah
semakin tinggi rasio ini, semakin baik perusahaan mengelola sumber
aktiva yang dimiliki. Jenis rasio aktivitas adalah Inventory Turnover,
Receivable Turnover, Fixed Asset Turnover, Total Asset turnover, dan
Working Capital Turnover.
e. Rasio Nilai Pasar
Menurut (Hanafi, 2004:41) rasio nilai pasar adalah rasio yang
mengukur harga pasar saham perusahaan relative terhadap nilai
bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut
pandang investor ataupun calon investor, meskipun pihak manajemen,
juga berkepentingan rasio ini. Rasio nilai pasar terdiri dari Earning Per
Share, Prices Earning Ratio, Market to Book Value Ratio, Deviden
Yield Ratio,dan Deviden Payout Ratio. Dalam Penelitian ini skala
pengukuran rasio nilai pasar adalah Earning Per Shares. Menurut Alwi
(2003:77) dalam Wulandari (2009), Earning Per Share (EPS) biasanya
22
menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon
pemegang saham dan manajmen. EPS menunjukan jumlah uang yang
dihasilkan (return) dari seti lembar saham. Semakin besar nilai EPS
semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu
perusahaan dengan harapan akan memperoleh deviden atau capital
gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran deviden dan
kenaikan harga saham di masa mendatang. Oleh karena itu, para
pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan
perusahaan.
3.2.2. Harga Saham
Harga saham adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti
penyertaan atau pemilikan suatu perusahaan (Anoraga, 2006:100 dalam Hadi
2013). Harga saham yang ditinggi mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif
diperdagangkan, dan apabila suatu saham aktif diperdagangkan maka dealer
tidak akan lama menyimpan saham yang sebelum diperdagangkan.
Menurut Susanto (2002:12) harga saham adalah harga yang ditentukan secara lelang dan kontinyu. Sedangkan menurut Sartono (2001:70) harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran dipasar modal. Harga pasar menunjukkan seberapa baik manajemen menjalankan tugasnya atas nama pemegang para pemegang saham. Pemegang saham yang tidak puas dengan kinerja perusahaan dapat menjual saham yang mereka miliki dan menginvestasikan uangnya di perusahaan lain. Tindakan-tindakan tersebut jika dilakukan oleh para pemegang saham akan mengakibatkan turunnya harga saham dipasar, karena pada dasarnya tinggi rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi internaldan eksternal perusahaan. Hal ini berkaitan dengan analisis sekuritas yang umumnya dilakukan investor sebelum membeli dan menjual saham.
23
Menurut Hin (2001:27 dalam Hadi 2013) terdapat enam istilah mengenai harga saham, yaitu sebagai berikut:
Open (pembukaan) yaitu harga terjadi pada transaksi pertama suatu saham.
Close (penutupan) yaitu harga terjadi pada transaksi terakhir suatu saham.
High (tertinggi) harga tertinggi transaksi yang tecapai pada suatu saham.
Low (rendah) yaitu harga terendah yang tercapai pada suatu saham.
Bid (minat beli) yaitu harga jual yang diminati pembeli untuk melakukan transaksi.
Ask (minat jual) yaitu harga jual yang diminati penjual untuk melakukan transaksi.
Adapun harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah closing
price bulan Desember untuk setiap tahun penelitian. Harga saham di pasar akan
menentukan nilai suatu perusahaan. Demikian juga nilai perusahaan yang
berarti kinerja dan kesehatan perusahaan juga mempengaruhi harga sahamnya.
Kesehatan perusahaan adalah jaminan investor untuk memprediksi keuntungan
yang akan diterimanaya di masa mendatang. Apabila kinerja perusahaan baik,
tentu keuntungan investor dalam pembagian deviden akan bertambah dan harga
sahamnya akan semakin tinggi.
Investor melakukan penilaian terhadap harga saham dengan
membandingkan nilai intrinsik perusahaan dengan harga saham. Sehingga
dapat diketahui harga saham overvalued atau undervalued. Upaya untuk
merumuskan cara menghitung harga saham dilakukan dengan analisis dengan
tujuan mendapatkan pengembalian yang memuaskan dengan memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut (Halim,2005:20 dalam
Pratomo dan Amanda 2013).
24
Menurut Husnan (1996) seperti yang dikutip oleh Resmi (2002) faktor-
faktor yang mempengaruhi harga saham dipasar adalah:
Harapan investor terhadap tingkat keuntungan dividen untuk masa yang akan datang. Jika pendapatan atau deviden suatu saham stabil maka harga saham cenderung stabil. Sebaliknya, jika pendapatan atau deviden suatu saham berfluktuasi maka harga saham cenderung berfluktuasi pula.
Tingkat pendapatan perusahaan. Tingkat pendapatan perusahaan yang tercermin dari EPS terkait erat dengan peningkatan harga saham. Apabila fluktuasi EPS tinggi maka tinggi pula perubahan harga saham pasarnya.
Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian saat ini dan sekarang salah satunya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi masa lalu dan saat ini. Apabila kondisi perekonomian stabil dan mantap maka investor optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang sehingga harga saham cenderung stabil dan sebaliknya.
Selain itu faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Weston dan Brigham (1993:26-27 dalam Susaningrum,2010) adalah proyeksi laba, tingkat risiko dari proyeksi laba, proporsi hutang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian dividen. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham adalah keadaan eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak, keadaan bursa saham.
3.2.3. Hubungan Return On Equity (ROE) dengan Harga Saham
ROE merupakan rasio profitabilitas atau yang lebih dikenal dengan
rentabilitas modal sendiri, yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap
modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran modal pemilik, laba ditahan
dan cadangan lain yang dikumpulkan perusahaan. Semakin tinggi ROE
menunjukkan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri
untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. ROE digunakan untuk
mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders’
equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Keterkaitan antara return on equity
(ROE) dengan harga saham dikemukakan oleh Higgins (1990: 59) menjelaskan
25
bahwa adanya hubungan yang positif antara ROE dan harga saham perusahaan
yang dapat meningkatkan nilai buku (book value) saham perusahaan. Jadi
antara ROE dengan harga saham mempunyai hubungan positif, dimana ROE
yang tinggi cenderung meningkatkan harga saham.
3.2.4. Hubungan Current Ratio (CR) dengan Harga Saham
Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur tingkat
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang
telah jatuh tempo. Sebagai indikator maka digunakan current ratio yang dapat
mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk
menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar
dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan
(margin of safety ) suatu perusahaan.
Menurut Sawir (2005:9) menyatakan bahwa CR yang rendah akan berakibat pada menurunnya harga pasar saham perusahaan bersangkutan, namun CR terlalu tinggi belum tentu baik karena pada kondisi tertentu hal tersebut menunjukkan banyak dana perusahaan yang menganggur (aktivitas sedikit) yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan
. Senada dengan Sawir, Prastowo (1995) dalam Malintan (2011)
mengungkapkan CR yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak
tertagih dan persediaan yang belum terjual, yang tentunya tidak dapat
digunakan secara cepat untuk membayar utang lancarnya. Dari argumen
tersebut dapat disimpulkan bahwa aset lancar yang bernilai cukup besar yang
dalam hal ini digunakan sebagai pembilang dalam perhitungan CR bisa saja
lebih didominasi oleh komponen piutang yang tidak tertagih dan persediaan
26
yang belum terjual yang nilai dari kedua komponen ini lebih tinggi dari pada
nilai komponen aset lancar lainnya yang digunakan untuk membayar utang
lancar. jika hal ini terjadi tentu rasio CR suatu perusahaan akan tinggi dan
mengakibatkan seakan-akan perusahaan berada dalam kondisi yang likuid.
3.2.5. Hubungan Debt to Equity Ratio (DER) dengan Harga Saham
Menurut Bringham dan Houston (2006:17), semakin tinggi risiko dari
penggunaan lebih banyak utang akan cendrung menurunkan harga saham.
Investor perlu memperhatikan kesehatan perusahaan melalui perbandingan
antara modal sendiri dan modal pinjaman. Jika modal sendiri lebih besar dari
modal pinjaman, maka perusahaan tidak akan mudah bangkrut (Samsul,
2006:204 dalam Malintan 2011). Dari beberapa penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total utang
semakin besar dibanding dengan total modal sendiri sehingga meningkatkan
tingkat risiko yang diterima investor.
3.2.6. Hubungan Total Assets Turnover (TATO) dengan Harga Saham
Total Asset Turnover (TATO). merupakan rasio yang mengukur tingkat
efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan total aktiva
dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan
yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan pada
aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan
karena rasio ini mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh
perusahaan untuk menghasilkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan
harga saham (Pertiwi,2013).
27
3.2.7. Hubungan Earnings Per Shares (EPS) dengan Harga Saham
Pendapatan per lembar saham (Earning Per Share) merupakan total
keuntungan yang diperoleh investor untuk setiap lembar sahamnya. Total
keuntungan tersebut diukur dari rasio antar laba bersih setelah pajak (earning
tax-EAT) terhadap jumlah lembar saham yang beredar (Kasmir, 2013). Laba
bersih yang diperhitungkan tersebut setelah dikurangi dengan dividen untuk
para pemegang saham minoritas (preffered stock). Apabila Earnings per Share
(EPS) perusahaan tinggi maka akan semakin banyak investor yang mau
membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham akan tinggi
(Dharmastuti, 2004).
Munawir (2001) dalam Martono (2009) menyebutkan bahwa earning per
share (laba per lembar saham) biasanya merupakan indikator laba yang
diperhatikan oleh para investor. Earning per share adalah salah satu indikator
pendapatan sehingga berpengaruh positif dan signifikan terhadap pergerakan
harga saham (Taufik, 2002 dalam Martono, 2009). Semakin tinggi laba setelah
pajak yang dihasilkan perusahaan maka semakin besar earning per share
perusahaan (Subiyantoro dan Andreani, 2001 dalam Martono, 2009). Dalam
jangka pendek, rencana pembelian kembali saham mungkin dapat menutupi
kondisi perusahaan yang sebenarnya. Namun hal itu akan mengurangi
kepercayaan pemodal terhadap perusahaan, meskipun bagi pemodal
pendapatannya sendiri dari saham tersebut meningkat. Akibatnya permintaan
akan saham tersebut menurun dan harga saham juga mengalami penurunan
(Ang, 1997 dalam Arista 2012).
28
3.3. Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
3.4. Hipotesis
Berdasarkan dari kerangka konseptual di atas, peneliti mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
1. Diduga bahwa faktor fundamental perusahaan Return On Equity (ROE)
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham.
2. Diduga bahwa faktor fundamental perusahaan Current Ratio (CR)
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham.
Return On Equity (ROE)
X1
Current Ratio
(CR)
Debt to Equity Ratio (DER)
X3
Earnings Per Share (EPS)
X4
HARGA SAHAM
Y
Total Asset Turnover (TATO)
X5
Var
iabe
l F
unda
men
tal
Per
usah
aan
Keterangan :
: Simultan
: Parsial
: Dominan
29
3. Diduga bahwa faktor fundamental perusahaan Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham.
4. Diduga bahwa faktor fundamental perusahaan Total Asset Turnover
(TATO) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham.
5. Diduga bahwa faktor fundamental perusahaan Earnings Per Shares (EPS)
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham.
6. Diduga bahwa faktor fundamental perusahaan (ROE, CR, DER, TATO,
EPS) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham
industri makanan dan minuman di BEI periode 2009-2013.
7. Diduga bahwa variabel Earning Per Shares memiliki Pengaruh dominan
diantara variabel fundamental perusahaan lainnya terhadap harga saham
perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode
2009-2013.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Adapun
penelitian asosiatif bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antar dua
variabel atau lebih (Sugiyono,2011). Adapun yang menjadi variabel yang
mempengaruhi adalah ROE, CR, DER, TATO, EPS dan variabel yang akan dipengaruhi
adalah harga saham.
3.2. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang tergolong industri makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013. Penelitian
ini dilakukan mengingat populasi penduduk di Indonesia selalu meningkat tiap
tahunnya yang menyebabkan jumlah pangan yang dibutuhkan juga meningkat. Oleh
karena itu industri makanan dan minuman di BEI menjadi pertimbangan sebagai objek
pada penelitian ini untuk melihat harga sahamnya.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode sampel survei.
Menurut Nazir (1999:325) dalam Hayati (2005), sampel survei adalah suatu prosedur
dalam mana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk
menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi. Penelitian ini dilakukan
untuk menelaah kasus tertentu yaitu pengaruh faktor fundamental perusahaan industri
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesa (BEI) periode 2009-2013,
di mana pada penelitian ini digunakan sebelas perusahaan makanan dan minuman.
31
3.4. Populasi dan Sampel
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah industri makanan dan minuman
yang terdaftar di BEI periode 2009-2013 yaitu sebanyak 16 perusahaan. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling dimana hanya 11 dari
16 perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2009-2013
yang menjadi sampel.
Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini antara lain:
Perusahaan yang berturut-turut offering di Bursa Efek Indonesia dari tahun
2009-2013.
Perusahaan memiliki laporan keuanga yang lengkap dari tahun 2009-2013.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara melihat dan mencatat dokumen –
dokumen yang berkaitan dengan judul yang dibahas.
3.6. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data yang dapat dihitung atau diukur dengan angka-
angka. Data kuantitatif yang digunakan adalah data laporan keuangan dari
semua industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2009-
2013.
32
2. Data kualitatif
Data kualitatif merupakan data dalam bentuk kalimat atau keterangan
karena data ini tidak dapat dijelaskan dalam bentuk angka-angka
melainkan dalam bentuk penjelasan/uraian (besarnya tidak dapat diukur).
Dalam penelitian ini data kualitatifnya seperti profil perusahaan serta
keterangan lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara
(dihasilkan pihak lain). Data sekunder pada umumnya berbentuk catatan atau laporan
data dokumentasi oleh lembaga tertentu yang dipublikasikan. Dalam penelitian ini
peneliti memperoleh data dari website www. idx.com dan finance.yahoo.com. Data
sekunder yang diperoleh adalah data laporan keuangan dari semua industri makanan dan
minuman yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013.
3.7. Identifikasi Variabel
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dan landasan teori yang
dijabarkan, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Return On Equity
2. Current Ratio
3. Debt to Equity Ratio
4. Total Asset Turnover
5. Earning Per Shares
6. Harga saham
33
3.8. Klasifikasi Variabel
a. Variabel Independen:
ROE (Return On Equity)
CR (Current Ratio)
DER (Debt to Equity Ratio)
TATO (Total Asset Turnover)
EPS (Earnings Per Share)
b. Variabel Dependen:
Harga Saham
3.9. Definisi Operasional Variabel
Adapun Definisi dari masing-masing variabel diatas adalah:
1. Return On Equity ( ROE ) merupakan perbandingan laba bersih setelah pajak
terhadap modal sendiri yang dimilki (Kasmir, 2013:204). ROE merupakan
rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas dari
ekuitas. Semakin besar hasil ROE maka kinerja perusahaan semakin baik.
Unsur dari laba bersih setelah pajak diperoleh dari pendapatan usaha
dikurangi dengan beban pokok penjualan dan biaya-biaya yang dikeluarkan
perusahaan, seperti biaya administrasi dan umum, biaya keuangan dan pajak.
Laba bersih setelah pajak terdapat dalam laporan laba-rugi, sedangkan unsur
modal sendiri terdiri dari modal saham, tambahan modal disetor, saldo laba
(ditentukan penggunaannya dan belum ditentukan penggunaannya), dan
kepentingan non pengendali. Modal sendiri terdapat dalam neraca pada sisi
pasiva. Adapun satuan pengukuran ROE adalah dalam betuk persen.
34
2. Current Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang
lancar (Kasmir, 2013:135). Rasio ini berfungsi untuk mengetahui sejauh
mana peruahaan mampu membayar hutang atau kewajiban yang dimiliki.
Semakin besar niali rasio ini maka semakin besar pula kemampuan
perusahaan untuk melunasi hutang uang dimiliki. Rasio ini juga menjadi
salah satu pertimbangan bagi investor untuk berinvestasi. Unsur dari aktiva
lancar terdiri dari kas, piutang, persediaan, investasi jangka pendek, dan biaya
dibayar dimuka. Sedangkan unsur dari hutang lancar adalah hutang jangka
pendek atau hutang yang kurang dari satu tahun. Satuan ukur CR adalah
persen.
3. Debt Equity Ratio (DER), merupakan perbandingan antara ekuitas dan
hutang, serta seberapa jauh perusahaan mengelola hutang yang dimiliki
(Kasmir, 2013:158). Rasio ini berfungsi untuk melihat seberapa kuat
perusaahaan dalam melunasi hutang. Shubiri (2012) menyatakan bahwa
peningkatan total rasio hutang memiliki dampak yang dapat menyebabkan
investasi yang rendah dalam perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi
dengan kesempatan melakukan investasi. Unsur dari hutang terdiri dari