BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan membentuk sikap dan tingkah laku yang bernilai positif pada diri seseorang. Proses ini dapat berlangsung dimana dan kapan saja, proses belajar-mengajar berjalan aktif bila seluruh komponen yang berpengaruh dalam proses tersebut saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Komponen-komponen tersebut antara lain: siswa, guru, kurikulum, metode, Sarana dan prasarana, serta lingkungan belajar. Guru adalah komponen yang sangat menentukan karena guru yang dapat mengelola komponen-komponen lainnya. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan dan membina sumber daya manusia yang diperlu kan bagi kelangsungan pelaksanaan pembangunan dan kemajuan suatu negara. Sejalan dengan itu, dalam persaingan yang kuat secara 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan membentuk sikap dan tingkah laku yang
bernilai positif pada diri seseorang. Proses ini dapat berlangsung dimana dan
kapan saja, proses belajar-mengajar berjalan aktif bila seluruh komponen
yang berpengaruh dalam proses tersebut saling mendukung dalam rangka
mencapai tujuan. Komponen-komponen tersebut antara lain: siswa, guru,
kurikulum, metode, Sarana dan prasarana, serta lingkungan belajar. Guru
adalah komponen yang sangat menentukan karena guru yang dapat mengelola
komponen-komponen lainnya.
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan dan
membina sumber daya manusia yang diperlu kan bagi kelangsungan
pelaksanaan pembangunan dan kemajuan suatu negara. Sejalan dengan itu,
dalam persaingan yang kuat secara global, tujuan pendidikan nasional
diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia, mengembangkan
sikap dan prilaku yang kreatif, inovatif, kritis, serta keinginan maju dalam
penguasaan ilmu pengetahuan.
Upaya peningkatan mutu pendidikan telah lama dilakukan di Indonesia,
dalam hal ini TAP MPR RI No. IV/MPR/1999 GBHN Tahun 1999
menyatakan bahwa peningkatan mutu merupakan salah satu prioritas
pembangunan dibidang pendidikan. Berbagai inovasi program telah
1
dilakukan, antara lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar dan
buku referensi, peningkatan mutu dan tenaga kependidikan, melalui berbagai
pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan serta pengadaan fasilitas.
Namun demikian, apa yang telah dicapai dalam pendidikan selalu saja
menjadi sorotan berbagai pihak pengamat pendidikan sehubungan dengan
masih rendahnya hasil belajar siswa.
Menurut Hamalik (2003:30) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku yang diharapkan pada siswa setelah melakukan
proses belajar mengajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang
yang belajar akan mengalami perubahan dan memperoleh suatu hasil belajar.
Hasil belajar yang diperoleh siswa berkaitan dengan prestasi belajarnya.
Pelajaran fisika termasuk dalam pembelajaran sains, di mana konsep-
konsep dasarnya merupakan generalisasi yang ditarik dari fenomena alam
yang diakumulasikan dalam bentuk teori. Oleh karena itu, dalam penerapan
serta penguasaan konsep memerlukan daya nalar dan analisa yang tinggi.
Maka dari itu suatu pendidikan sains harusnya mampu menjadi suatu kegiatan
belajar-mengajar yang mengajak peserta didik untuk berfikir secara induktif
dan kritis tentang realitas yang ada disekitarnya, Nasution dalam Misgianto
(2008:2).
Memvariasikan model pembelajaran untuk menghindari kebosanan dan
kejenuhan, oleh sebab itu dalam mengajar guru harus bisa memilih model
pembelajaran yang cocok untuk materi pelajaran yang menyesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Salah satu cara untuk lebih banyak
2
melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar adalah melalui model
pembelajaran kooperatif.
Slavin dalam Sanjaya (2007:242) mengemukakan dua alasan pemilihan
model pembelajaran kooperatif, pertama pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap kekurangan diri dan orang
lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif
dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam berfikir, memecahkan masalah
dan mengintergrasikan pengetahuan dan keterampilan.
Aktivitas model pembelajaran kooperatif melatih kesadaran siswa akan
pentingnya berkomunikasi untuk memahami dan mengaplikasikan
pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau
anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling
menguntungkan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang
berkemampuan rendah.
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe diantaranya:
STAD, Mind Mapping, Jigsaw, Two Stay Two Stray, Make a Match,
Numbered Heads Together, Talking Stick, Role Playing, Group Investigation,
Snowball Throwing. Pada penelitian ini model pembelajaran kooperatif yang
akan digunakan yaitu tipe Snowball Throwing.
Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dibentuk
kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru
kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti
3
bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing
siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Menurut Widodo
(2009) model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini dapat
melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain.
Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini memberikan
kesempatan kepada siswa agar dapat berdiskusi, membuat siswa menjadi
aktif, saling membantu satu sama lain untuk meningkatkan kemampuan
dalam memahami dan menguasai topik yang baru dipelajari. Para siswa
dalam kelompok secara individu membangun kepercayaan diri terhadap
kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah fisika, sehingga akan
mengurangi rasa cemas dan takut pada pelajaran fisika. Melalui pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing, siswa tidak merasa bosan, mereka akan
terlibat secara aktif dan akan lebih termotivasi untuk belajar fisika.
Berdasarkan studi pendahuluan peneliti di SMP Negeri 1 Muara Kelingi
diperoleh informasi bahwa siswa kelas VII masih kurangnya aktif dalam
proses belajar dan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing
belum pernah diterapkan pada mata pelajaran fisika khususnya pada materi
pemuaian. Hal ini terlihat dari rendahnya kemauan siswa untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan guru, dan siswa masih merasa takut dan tegang saat
belajar fisika.
Berdasarkan studi pendahuluan peneliti di SMP Negeri 1 Muara Kelingi
diperoleh informasi bahwa kurang aktifnya siswa dalam proses belajar
dikarenakan metode yang digunakan selalu monoton, siswa selalu
4
beranggapan bahwa fisika itu sulit, dan siswa masih lebih banyak mencatat
daripada mendapat penjelasan dari guru. Hal inilah yang membuat siswa
menjadi merasa bosan dan menganggap bahwa fisika itu menakutkan
sehingga kemauan untuk memahami fisika masih kurang.
Pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga hasil
belajar siswa menjadi lebih baik lagi dari yang sebelumnya. Berdasarkan
penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing
terhadap hasil belajar pada materi pemuaian zat siswa kelas VII di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Muara Kelingi Tahun Pelajaran 2010/2011.”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing terhadap
hasil belajar pada materi pemuaian zat siswa kelas VII di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muara Kelingi Tahun Pelajaran 2010/2011?”
C. Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat luasnya permasalahan yang tercakup dalam penelitian ini
maka ruang lingkup penelitian yang akan dibahas yaitu:
5
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII A dan kelas VII C SMP
Negeri 1 Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas tahun pelajaran
2010/2011.
2. Materi yang dipilih yaitu pemuaian zat.
3. Hasil belajar yang akan diteliti dalam penelitian adalah hasil belajar yang
bersifat kognitif, yang diperoleh melalui tes setelah penyajian pokok
bahasan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui pengaruh penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing terhadap hasil belajar
pada siswa kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muara Kelingi
tahun pelajaran 2010/2011.”
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Siswa
Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran fisika
melalui model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing,
meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan kemampuan
bersosialisasi siswa.
6
2. Guru
Memberikan sumbangan pemikiran dalam memperbaiki proses
pembelajaran yang selama ini dianggap kurang inovatif, komunikatif.
3. Sekolah
Memberikan masukan dalam rangka perbaikan atau peningkatan mutu dan
kualitas pendidikan sekolah.
4. Peneliti
Menambah pengalaman peneliti dalam menerapkan pembelajaran fisika
dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan
informasi bagi peneliti yang ingin meneliti masalah ini lebih lanjut.
F. Penjelasan Istilah
Demi menghindari munculnya pengetian ganda terhadap istilah-istilah
yang digunakan didalam penelitian ini, maka peneliti memberikan penjelasan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran Kooperatif adalah suatu strategi belajar dengan sejumlah
siswa yang belajar bersama membantu sesama dalam struktur kerja sama
yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang yang memiliki
kemampuan berbeda.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan suatu
model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil yang heterogen dan setiap kelompok membuat pertanyaan
yana dibentuk seperti bola (bola kertas).
7
3. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
kognitif siswa setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe snowball throwing yang diukur melalui tes hasil belajar.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang membawa manusia pada
perkembangan pribadi yang seutuhnya, meliputi perkembangan kognitif,
afektif dan psikomotorik. Berhasil atau gagalnya mencapai tujuan
pendidikan sangat tergantung pada proses belajar mengajar yang dialami
siswa dan pendidik baik ketika siswa berada sekolah maupun di
lingkungannya sendiri. Untuk memperoleh pengertian yang objektif
tentang belajar, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar.
Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:10), belajar merupakan
kegiatan kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah orang
belajar memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya
kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan.
Dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian,
belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi
lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Menurut Grendler dalam Aunurrahman (2008:38), belajar adalah proses
orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.
Kemampuan orang untuk belajar menjadi ciri penting yang membedakan
jenisnya dari jenis-jenis mahluk yang lain. Dalam hal ini seseorang
9
dikatakan belajar bilamana terjadi perubahan, dari sebelumnya tidak
mengetahui menjadi mengetahui.
Menurut Witherington dalam Dalyono (2009:211) mengemukakan
bahwa belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap
dan tingkah laku dalam diri manusia yang menuju kearah yang lebih
baik.
2. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dilihat dari perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru nampak
dalam perilaku yang nyata dan dapat pula berupa penyempurnaan
terhadap sesuatu yang pernah dipelajari, dengan kata lain hasil belajar
merupakan hasil akhir dari kegiatan pelajaran yang dapat diamati dan
merupakan pencerminan proses belajar yang berlansung.
Menurut Roestiyah (2001:64) hasil belajar adalah perubahan yang
diperoleh seseorang yang belajar yakni hasil yang telah dicapai dari suatu
kegiatan. Selanjutnya menurut Sudjana dalam Winarsih (2009:8), hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian dapat dikatakan
10
orang yang belajar akan mengalami perubahan dan memperoleh suatu
hasil belajar.
Selanjutnya menurut Hamalik (2003:28) hasil belajar siswa adalah
produk yang menekankan kepada tingkat penguasaan tujuan oleh siswa
baik dari segi kualitas maupun kuantitas, keberhasilan pengajaran dapat
dilihat dari segi hasil.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
hasil belajar adalah hasil perubahan yang meliputi perubahan
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap serta tingkah laku setelah
mengikuti proses belajar mengajar, hasil tersebut dapat dilihat dari hasil
tes belajar.
Dalyono (2009:55) menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya
seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi
pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar
dan ada pula dari luar dirinya. Faktor yang berasal dari dalam diri orang
yang belajar disebut internal menurut Dalyono (2009:55), yang tergolong
faktor internal antara lain: (a) Faktor kesehatan, meliputi faktor kesehatan
jasmani dan rohani; (b) Faktor Inteligensi dan bakat; (c) Faktor minat dan
motivasi; (d) Cara belajar.
Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri orang belajar disebut
faktor eksternal menurut Dalyono (2009:59), yang tergolong faktor
eksternal antara lain: (a) Keluarga, meliputi ayah, ibu, dan anak-anak
serta famili yang menjadi penghuni rumah; (c) sekolah, meliputi keadaan
11
tempat belajar; (c) Masyarakat, meliputi keadaan masyarakat disekitar
tempat tinggal; (d) Lingkungan sekitar, meliputi keadaan lingkungan,
bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan
sebagainya.
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian pembelajaran kooperatif
Slavin dalam Isjoni (2009:14) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok
heterogen. Menurut Ibrahim (2008:8) Model pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat memberikan
keuntungan baik pada siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas
akademik, yang berkemampuan tinggi akan menjadi tutor bagi siswa
yang berkemampuan sedang ataupun rendah.
Menurut Posamantier dalam Widhianto (2004:13), secara
sederhana menyebutkan cooperative learning atau belajar secara
kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil
dan memberikan mereka tugas untuk diselesaikan. Pada dasarnya
cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap
dan perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama
dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok itu sendiri.
12
Jadi pembelajaran kooperatif menonjol interaksi antara siswa dan
adanya tutor sebaya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda dan dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran.
b. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif
Menurut Lungdren dalam isjoni (2009:13), agar pembelajran
secara kooperatif dapat mencapai hasil yang baik maka diperlukan
unsur-unsur sebagai berikut:
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.
5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerrja sama selama belajar.
7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok.
Menurut Ibrahim dalam Isjoni (2009:27) pada dasarnya model
pembelajaran cooperative learning dikembangkan untuk mencapai
1) Siswa lebih meluangkan waktu untuk melaksanakan tugas
2) Meningkatkan rasa percaya pada diri siswa
3) Memperbaiki kehadiran siswa
4) Meminimalisir angka putus sekolah
5) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
6) Meminimalisir perilaku siswa yang seringkali saling
mengganggu
7) Meminimalisir konflik antar pribadi
8) Meminimalisir sikap apatis
9) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
10) Meningkatkan motivasi belajar siswa
11) Meningkatkan hasil belajar siswa
12) Retensi lebih lama
13) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
4. Pembelajaran Konvesional
Pembelajaran konvesional adalah metode pembelajaran yang
menggunakan pola belajar yang sederhana. proses belajarnya meliputi
14
penyampaian informasi, penilaian materi pelajaran, media pengajaran,
waktu belajar dan metode belajar yang telah disusun berdasarkan tujuan
instruksional (Hamalik, 2003:59).
Pembelajaran konvesional dapat dimaknai sebagai pendekatan
pembelajaran yang lebih banyak berpusat kepada guru, komunikasi lebih
banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih banyak
menggunakan ceramah, demonstrasi, Tanya jawab dan lain sebagainya.
Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
ceramah bervariasi, karena metode ceramah bervariasi disini merupakan
gabungan metode ceramah dengan metode-metode lainnya.
a. Metode Ceramah Bervariasi
Pengertian Metode ceramah ialah suatu cara penyajian bahan
pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru kepada
siswa. Metode ceramah bervariasi merupakan cara penyampaian,
penyajian bahan pelajaran dengan disertai macam-macam penggunaan
metode pengajaran lain, seperti tanya jawab dan diskusi terbatas,
pemberian tugas dan sebagainya, (Suarti, 2009)
Menurut Djamarah (2006:97) kelebihan dan kekurangan metode
ceramah bervariasi yaitu:
1. Kelebihan Metode ceramah bervariasi
a) Guru mudah menguasai kelas.
b) Mudah dilaksanakan.
15
c) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
e) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
2. Kekurangan Metode ceramah bervariasi
a) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
b) Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan
c) Menyebabkan siswa menjadi pasif.
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Widodo (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran snowball
throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang
lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu
kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti
model pembelajaran talking stik akan tetapi menggunakan kertas berisi
pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-
lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu
membuka dan menjawab pertanyaannya.
Pada materi pemuaian zat ini siswa lebih ditekankan untuk
berdiskusi dengan teman sekelompok maupun antar kelompok, saling
bekerja sama untuk keberhasilan kelompok, dan menghargai pendapat
orang lain. Materi ini sering terjadi dikehidupan sehari-hari kita. Jadi,
tidak terlalu susah untuk dipahami dengan model pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing yang saling bekerja sama dan selalu
aktif.
16
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:49) langkah-langkah yang
dapat dilakukan dalam model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan materi.
b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-
masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-
masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
kepada temannya.
d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,
untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang
sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
e. Kemudian, kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
peserta didik ke peserta yang lain selama ± 15 menit.
f. Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
g. Evaluasi.
h. Penutup.
Menurut Ivog (2010) Kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing yaitu sebagai berikut:
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing
1. Melatih kesiapan siswa.
17
2. Saling memberikan pengetahuan.
Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing
1. Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar
siswa.
2. Tidak efektif.
6. Pemuaian Zat
a. Pengertian Pemuaian
Pengertian pemuaian dialami pada kehidupan sehari-hari kita
seperti pada saat kita pergi jalan-jalan bersama teman ataupun
keluarga didalam suatu mobil yang pada keadaan sempit dan panas,
disitu kita merasa kurang nyaman sehingga mencari posisi yang
membuat diri kita itu nyaman, berbeda pada saat udara dingin atau
hujan kita merasa senang dengan posisi yang sempit dan berdesak-
desakan. Jadi, dapat disimpulkan Pemuaian adalah bertambahnya
ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau
bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian
terjadi pada 3 zat yaitu pemuaian pada zat padat, pada zat cair, dan
pada zat gas.
b. Pemuaian Zat Padat
Gerakan partikel akan makin cepat jika suhu dinaikan akibatnya
ruang gerak partikel makin luas, akibatnya zat itu memuai. Semua
zat padat memuai jika dipanaskan, akan tetapi pemuaian itu tidak
18
dapat diamati oleh mata karena sangat kecil. Alat untuk mengamati
pemuaian zat padat dinamakan Muschen broek.
1) Muai panjang
L = L0 {1 + α (t2 - t1)} Sugiyarto dan Ismawati (2008:84)
Keterangan:
L = Panjang setelah pemanasan/pendinginan (m) atau (cm)
L0 = Panjang awal (m) atau (cm)
α = Koefisien muai panjang (0C-1)
t1 = Suhu mula-mula (0C)
t2 = Suhu akhir (0C)
2) Muai luas
A = Ao {1 + β (t2 - t1)} Sugiyarto dan Ismawati (2008:84)
Keterangan:
A = Luas setelah pemanasan/pendinginan (m2) atau (cm2)
Ao = Luas awal (m2) atau (cm2)
β = Koefisien muai luas (0C-1)
t1 = Suhu mula-mula (0C)
t2 = Suhu akhir (0C)
3) Muai volume
Peningkatan suhu umumnya menimbulkan ekspansi
volume, baik pada bahan padat ataupun cair. Jika semua dimensi
suatu benda padat memuai bersama suhu, volume benda padat
itu juga pasti memuai. Untuk cairan, pemuian volume
19
merupakan satu-satunya parameter pemuaian yang mempunyai
arti, (Haliday, Dkk 2002:739)
c. Pemuaian Zat Cair
Sifat utama zat cair adalah menyesuaikan dengan bentuk
wadahnya. Oleh karena itu zat cair hanya memiliki muai volume
saja. Semakin tinggi suhu yang diberikan pada zat cair itu maka
semakin besar muai volumenya. Pemuaian zat cair untuk masing-
masing jenis zat cair berbeda-beda, akibatnya walaupun mula-mula
volume zat cair sama tetapi setelah dipanaskan volumenya menjadi
berbeda-beda. Alat yang digunakan untuk menyelidiki pemuaian zat
cair disebut labu didih.
d. Pemuaian Zat gas
Salah satu perbedaan antara zat gas dengan zat padat dan cair
adalah volume gas dapat diubah-ubah dengan mudah. Misalnya,
sebuah tabung gas elpiji. Didalam tabung gas tersebut tentu akan
mengadakan tekanan pada dinding tabung. Tekanan ini disebabkan
oleh gerakan partikel gas. Alat yang digunakan untuk menyelidiki
pemuaian gas disebut dilatometer.
e. Masalah yang Ditimbulkan oleh Pemuaian dalam Kehidupan Sehari-hari
1) Pemasangan kaca jendela
Pemasangan kaca jendela memperhatikan juga ruang muai
bagi kaca sebab koefisien muai kaca lebih besar daripada
koefisien muai kayu tempat kaca tersebut dipasang. Hal ini
20
penting sekali untuk menghindari terjadinya pembengkokan
pada bingkai.
2) Celah pemuian pada sambungan jembatan
Sambungan antara dua jembatan beton terdapat celah
diantaranya. Hal ini bertujuan agar jembatan tersebut tidak
melangkung saat terjadi pemuaian.
3) Sambungan rel kereta api
Sambungan rel kereta api dibuat ada celah antara dua
batang rel tersebut. Hal ini bertujuan agar saat terjadi pemuaian
tidak menyebabkan rel melengkung. Rancangan yang sering
digunakan sekarang ini sambungan rel kereta api dibuat
bertautan dengan ujung rel tersebut dibuat runcing.
Penyambungan seperti ini memungkinkan rel memuai tanpa
menyebabkan kerusakan.
4) Kawat telepon atau kawat listrik
Pemasangan kawat telepon atau kawat listrik dibiarkan
kendor saat pemasangannya disiang hari. Hal ini dilakukan
dengan maksud, pada malam hari kawat telepon atau listrik
mengalami penyusutan sehingga kawat tersebut tidak putus.
f. Penerapan Pemuaian dalam Kehidupan Sehari-hari
Beberapa manfaat pemuaian dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
21
1) Mengeling pelat logam
Mengeling ialah menyambung dua pelat dengan
menggunakan paku keling. Agar paku keling menjepit pelat
dengan kuat, maka pada waktu paku keling dimasukkan ke
dalam lubang pelat, paku keling ada dalam keadaan panas
berpijar. Kemudian paku bagian atas dipukul-pukul sampai rata.
Setelah dingin paku keling tersebut akan menyusut dan menekan
kuat pelat tersebut. Pengelingan ini dapat dijumpai pada
pembuatan tangki dan badan kapal.
2) Keping bimetal
Keping bimetal adalah dua buah keping logam yang
memiliki koefisien muai panjang berbeda yang dikeling menjadi
satu. Keping bimetal sangat peka terhadap perubahan suhu. Pada
suhu normal panjang keping bimetal akan sama dan kedua
keping pada posisi lurus. Jika suhu naik kedua keping akan
mengalami pemuaian dengan pertambahan panjang yang
berbeda. Akibatnya keping bimetal akan membengkok ke arah
logam yang mempunyai koefisien muai panjang yang kecil.
3) Pemasangan bingkai roda logam pada pedati dan kereta api
Untuk dapat memasang roda logam ini dengan cara
pemanasan, hal ini mengakibatkan roda logam akan mengalami
pemuaian. Kemudian, roda ligam tersebut dipasang pada
22
bingkainya, setelah dingin roda akan menyusut dan terpasang
pada bingkainya dengan kuat.
B. Bukti yang Relevan
Ary Aryani (2009) melakukan penelitian tindakan kelas peningkatan
pemahaman konsep matematika melalui model pembelajaran snowball
throwing pada pokok bahasan persegi panjang dan persegi siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Godong. Dari hasil penelitian memperlihatkan adanya
peningkatan nilai rerata dan ketuntasan belajar pada setiap siklusnya.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
Arikunto (2006:71). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing terhadap hasil belajar siswa. Setelah siswa mempelajari
materi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing diharapkan siswa dapat menyelesaikan suatu masalah dalam materi
“pemuaian zat”. Hal ini dapat dilihat bagaimana siswa menyelesaikan
masalah yang ada pada soal tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini.
23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini
adalah penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2002:3), penelitian
eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara
dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi
atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa
menggangggu. Penelitian ini menggunakan desain True Experiment atau
jenis eksperiment murni yang menggunakan pre-test dan post test.
Eksperimen yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing. Dengan demikian akan digunakan 2
kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain penelitiannya dapat
dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1Control Group Pre-test dan Post-test Design
Kelompok Pretest Perlakuan Post test
Eksperimen YE Model pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing (X1)
YE
Kontrol YK Pembelajaran Konvesional (X2) YK
2. Variabel Penelitian
Arikunto (2006:118) menyatakan variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Dalam
24
penelitian ini ditentukan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
a. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas
dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing
b. Variabel terikat adalah variabel yang terpengaruh. Variabel terikat
dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Dari defenisi tersebut, maka yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah kelas VII SMP N 1 Muara Kelingi pada semester 1
(satu) tahun pelajaran 2010/2011. Secara rinci populasi penelitian dapat
dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Populasi penelitian
KelasJenis Kelamin
JumlahLaki-Laki Perempuan
VII-AVII-BVII-CVII-D
16252325
20192118
36444443
Jumlah 89 78 167 Sumber : TU SMP Negeri 1 Muara Kelingi
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, Arikunto
(2006:131). Dari seluruh siswa VII diambil dua kelas secara acak
25
(sample random) untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Hal ini
dilakukan untuk memberi peluang yang sama kepada setiap anggota
populasi untuk menjadi sampel terlepas dari perasaan tidak ingin
mengistimewakan satu atau beberapa anggota populasi yang lain
dijadikan sampel. Setelah dilakukan pengundian, maka terpilih sebagai
sampel adalah kelas VII-A dan kelas VII-C. Kelas VII-A adalah kelas
yang diajar dengan mengggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing dan kelas VII-C diajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional. Secara rinci sampel penelitian dapat dilihat
pada tabel 3.3.
Tabel 3.3. Sampel Penelitian
No KelasJenis Kelamin
JumlahLaki-laki Perempuan
1 VII-A 16 20 362 VII-B 23 21 44
Jumlah 39 41 80
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik observasi dan tes.
1 Teknik Observasi
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung
26
(Purwanto, 2001:101). Observasi bertujuan untuk melihat keaktifan siswa
saat mengikuti proses belajar mengajar.
2 Teknik Tes
Arikunto (2006:150) mengemukakan tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Tes digunakan untuk mengetahui tingkat
pencapaian hasil belajar pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tes yang digunakan adalah tes berbentuk essay yang berjumlah 6 butir
soal.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing yang digunakan adalah analisis data observasi dan tes.
1 Analisis Data Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat keaktifan siswa selama penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berlansung.
Keaktifan siswa dapat dilihat oleh observer melalui 5 indikator,
selanjutnya data observasi dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:
NP = (Purwanto, 2001:102)
Keterangan:
NP = Nilai persen yag dicari dan diharapkan
R = Skor mentah aktivitas yang diperoleh siswa
27
SM = Skor maksimum observasi yang bersangkutan
100 = Bilangan tetap
Kategori pelaksanaan pembelajaran fisika dengan model
pembelajaran koopertaif tipe snowball throwing dapat dilihat pada tabel
3.4
Tabel 3.4 Kategori pelaksanaan pembelajaran fisika dengan model pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwingNo Persentase Kategori Penilaian Observasi1 80-100 Sangat baik2 66-79 Baik3 56-65 Cukup4 40-55 Kurang5 <40 Sangat Kurang
2 Analisis Data Tes
Analisis data tes dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian dan
dari hasil ditarik kesimpulan. Dari penelitian diuji dengan menggunakan t-
tes. Sebelum data diuji dengan t-tes, data terlebih dahulu diuji dengan:
a. Mencari nilai rata-rata dan varians dari masing-masing kelompok data
dengan menggunakan rumus:
Sudjana (2002:95)
b. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui kenormalan data.
Rumus yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah uji kecocokan
(chi kuadrat), yaitu:
28
Sugiyono (2008:241)
Keterangan:
= Harga chi kuadrat yang dicari
= frekuensi hasil pengamatan
= frekuensi hasil harapan
Selanjutnya hitung dibandingkan dengan tabel dengan derajat
kebebasan (dk) = J-1, dimana J adalah banyaknya kelas interval. Jika
hitung < tabel, maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi
normal, dalam hal lainnya data tidak berdistribusi normal, Sugiyono
(2008:243)
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians antar kelompok eksperimen dan kontrol
dimaksudkan untuk mengetahui keadaan varians kedua kelompok
yang berbeda. Uji statistik menggunakan uji varians (F), dengan
rumus:
atau F = Sudjana (2002:249)
Keterangan:
S12 = Varians terbesar
S22 = Varians terkecil
29
Dengan kriteria pengujiannya adalah jika Fhitung < Ftabel maka
kedua variansi kelompok data tersebut adalah homogen dan
sebaliknya jika Fhitung > Ftabel berarti tidak homogen.
d. Uji Kesamaan rata-rata
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji kesamaan dua
rata-rata. Jika kedua kelompok data berdistribusi normal dan
bervarians homogen maka digunakan uji t, dengan rumus:
dengan s2 =
Sudjana(2002:239)Keterangan:
= Skor rata-rata kelompok eksperimen
= Skor rata-rata kelompok kontrol
n1 = Jumlah siswa kelompok eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelompok kontrol
s1 = Simpangan baku kelompok eksperimen
s2 = Simpangan baku kelompok kontrol
30
Kriteria pengujiannya adalah terima Ho Jika t (1-1/2α)<t<t(1-1/2α)
dimana t(1-1/2α) dapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1+n2-2).
Untuk harga-harga t lainnya Ho ditolak (Sudjana, 2002:239)
Jika kedua data tersebut berdistribusi normal tetapi tidak
homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t semu (t’)
dengan rumus:
Sudjana (2002:240)
Keterangan:
= Nilai rata-rata kelompok eksperimen
= Nilai rata-rata kelompok kontrol
s1 = Varians kelompok eksperimen
s2 = Varians kelompok kontrol
n1 = Banyaknya sampel kelompok eksperimen
n2 = Banyaknya sampel kelompok kontrol
Kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika:
31
, dan
Sudjana (2002:241)
E. Uji Coba Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini sebelum instrumen tes dipakai dalam penelitian,
instrumen tes terlebih dahulu diujicobakan pada siswa yang telah
mempelajari materi tes yang berjumlah 8 butir soal. Instrumen sebagai alat
pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa
sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. Selanjutnya
dilakukan perhitungan terhadap hasil uji coba untuk melihat validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Setelah melakukan
perhitungan terhadap uji coba, maka didapatkan soal yang dipakai untuk pre
test dan post test adalah 6 butir soal. Uji coba dilakukan di kelas VIII SMP
Negeri 1 Muara Kelingi tahun pelajaran 2010/2011, pada tanggal 21
September 2010.
1. Uji Validitas
Menurut Arikunto (2006:168) Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument.
Dalam menguji validitas butir instrument, terlebih dahulu dihitung harga
koofisien korelasi antar skor masing-masing butir soal dengan skor total
menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
32
Arikunto (2006:170)
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y
N : Banyaknya sampel
X : Skor tiap butir masing-masing responden
Y : Skor total dari keseluruhan butir masing-masing responden
Klasifikasi untuk menginterprestasikan validitas, menurut Guilford
dalam sukasno (2006:49) yaitu:
rXY ≤ 0,00 : Tidak valid
0,00 < rXY ≤ 0,20 : Validitas sangat rendah
O,21< rXY ≤ 0,40 : Validitas rendah
0,40 < rXY ≤ 0,60 : Validitas sedang (cukup)
0,60 < rXY ≤ 0,80 : Validitas Tinggi (baik)
0,80 < rXY ≤ 1,00 : Validitas sangat tinggi
Untuk menentukan keberartian dari keofisien validitas, diperlukan
uji-t yang dikemukakan Sudjana (2002: 380) dengan rumus:
thitung= rXY
Taraf nyata = α, jika < ttabel, maka hipotesis diterima (tidak signifikan).
Dalam hal ini hipotesis ditolak (signifikan), dengan kata lain butir soal
tersebut dikatakan valid. Hasil penelitian analisis validitas butir soal
Rekapitulasi hasil uji coba instrument penelitian dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
No Soal
Validitas Daya PembedaTingkat
KesukaranKet.
37
1 0,42 Sedang 0,27 Cukup 0,46 Sedang Dipakai2
0,10 Sangat Rendah
-0,04 Sangat Jelek
0,62 SedangBuang
3 0,77 Tinggi 0,31 Cukup 0,63 Sedang Dipakai4 0,75 Tinggi 0,29 Cukup 0,42 Sedang Dipakai5 0,61 Tinggi 0,43 Baik 0,68 Sedang Dipakai6 0,67 Tinggi 0,47 Baik 0,70 Sedang Dipakai7 0,66 Tinggi 0,47 Baik 0,67 Sedang Dipakai8
-0,08Tidak valid
-0,02Sangat jelek
0,50 Sedang Buang
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Deskriptif Data Penelitian
Deskripsi data penelitian dimaksudkan untuk memberikan gambaran
secara umum mengenai data yang diperoleh di lapangan. Penelitian ini
dilaksanakan di dua kelas yaitu kelas VII-A sebagai kelas eksperimen dan
kelas VII-C sebagai kelas kontrol. Pada pelaksanaan tes awal di kelas
eksperimen maupun kelas kontrol diikuti oleh semua siswa. Data hasil tes
terakhir diperoleh setelah kedua kelas mendapatkan perlakuan yang
berbeda dalam pembelajaran fisika pada materi pemuaian zat. Data
tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing terhadap hasil belajar.
Sebelum dilaksanakan pembelajaran dan tes terakhir terlebih dahulu
38
dilaksanakan pre-test yang berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa
sebelum dilakukan penelitian.
a. Data Observasi
Observasi dilakukan pada 3 kali pertemuan pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing, lembar
observasi terdiri dari 5 indikator. Lembar observasi dilakukan untuk
mengetahui gambaran aktivitas siswa selama pembelajaran fisika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing berlangsung. Data yang didapat kemudian dianalisis dengan
menggunakan rumus:
NP =
Rekapitulasi persentase data keaktifan kelompok dalam
pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rekapitulasi persentase data aktivitas siswa berkelompok dalam pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing
PertNilai Tiap Indikator Rata-
rata% Kategori
A B C D EI 100 50 33,3 50 50 56,7 56,7 CukupII 100 50 66,7 66,7 50 63,3 66,7 BaikIII 100 83,3 83,3 83,3 86,3 86,7 86,7 Sangat
Baik
Berdasarkan tabel di atas dilihat bahwa aktivitas kelompok pada
pertemuan I dalam pembelajaran fisika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing tidak termasuk dalam
39
kategori kurang. Namun aktivitas kelompok dikategorikan cukup
dengan persentase keaktifan sebesar 57,7%. Hal ini dikarenakan siswa
belum terbiasa dengan pembelajaran snowball throwing.
Aktivitas kelompok pada pertemuan II meningkat dengan
persentase 66,7%. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing ini.
Aktivitas kelompok pada pertemuan III dalam pembelajaran fisika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing lebih meningkat dari pertemuan II dengan persentase
keaktifan sebesar 86,7%. Aktivitas siswa pada pertemuan III
dikategorikan sangat baik.
b. Data Tes
1. Kemampuan Awal Siswa
Pelaksanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama yaitu
pada tanggal 29 September 2010 diikuti oleh 44 siswa pada kelas
kontrol dan tanggal 30 September diikuti oleh 36 siswa pada kelas
eksperimen. Pelaksanaan pre-test bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan pada
penelitian.
Dari hasil pret-test kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
terkumpul (terlampir), kemudian dikelompokkan berdasarkan
40
rentang data, banyak kelas interval, panjang kelas interval, dan
distribusi frekuensi data sebagai berikut :
1. Data pre-test kelas eksperimen
a. Rentang data, yaitu data terbesar dikurang data terkecil,
hasilnya diperoleh 28.
b. Banyak kelas interval dengan rumus 1 + 3,3 log 36, hasilnya
diperoleh 6,13, maka banyak kelas intervalnya 6 atau 7.
Peneliti mengambil banyak kelas intervalnya 6.
c. Panjang kelas interval dengan cara rentang data dibagi banyak
kelas interval, hasilnya diperoleh 4,67, maka panjang kelas
intervalnya 4 atau 5. Peneliti mengambil panjang kelas
intervalnya 5. Distribusi frekuensi data hasil pre-test kelas
eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.2.
2. Data pre-test kelas kontrol
a. Rentang data, yaitu data terbesar dikurang data terkecil,
hasilnya diperoleh 28.
b. Banyak kelas interval dengan rumus 1 + 3,3 log 44, hasilnya
diperoleh 6,42, maka banyak kelas intervalnya 6 atau 7.
Peneliti mengambil banyak kelas intervalnya 6.
c. Panjang kelas interval dengan cara rentang data dibagi banyak
kelas interval, hasilnya diperoleh 4,67, maka panjang kelas
intervalnya 4 atau 5. Peneliti mengambil panjang kelas
41
intervalnya 5. Distribusi frekuensi data hasil pre-test kelas
kontrol dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi data hasil pre-test kelas eksperimen
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Ary, Aryani. (2009). Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe snowball Throwing pada Pokok Bahasan Persegi Panjang dan Persegi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Godong. Skripsi ini tidak diterbitkan. Surakarta: Jurusan Pendidikan Matematika.
Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ivog. 2010. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Snowball Throwing[online] http/ www.ivog.com/2010/04/10/model-pembelajaran-snowball-throwing/. [25 Juli 2010].
Misgianto. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning demgan Menggunakan Software Microsoft Power Point Pada Pembelajaran Fisika Konsep Termodinamika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA-B SMA Negeri 06 Kota Bengkulu . Skripsi tidak diterbitkan. Bengkulu: Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Purwanto, N. 2001. Prinsip-prinsip dan Teknologi Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.
Rachmad Widodo. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing. [online] http:// wyw1d.wordpress.com/2009/11/09/model-pembelajaran-18-snowball-throwing/. [06 Juni 2010].
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI TES AWAL KELAS EKSPERIMEN
Nilai Tes
f
f .
- ( - )2 f ( - )2
7 – 117 9 63 -10,694 114,37 800,60
12 – 165 14 70 -5,6944 32,43 162,13
17 – 2110 19 190 -0,6944 0,48 4,82
22 – 267 24 168 4,30556 18,54 129,76
27 – 314 29 116 9,30556 86,59 346,37
32 – 363 34 102 14,3056 204,65 613,95
Jumlah36 709 2057,64
117
UJI NORMALITAS DATA TES AWAL KELAS EKSPERIMEN
Kelas Interval
Batas kelas
Z hitung
Z table L ( )2
6,5 -1,72 0,4573
7 – 11 0,0996 7 3,5856 3,4144 11,6581 3,2514
11,5 -1,07 0,3577
12 – 16 0,1949 5 7,0164 -2,0164 4,0659 0,5795
16,5 -0,42 0,1628
17 – 21 0,2576 10 9,2736 0,7264 0,5277 0,0569
21,5 0,24 0,0948
22 – 26 0,2185 7 6,5550 0,4450 0,1980 0,0302
26,5 0,89 0,3133
27 – 31 0,1249 4 4,4964 -0,4964 0,2464 0,0548
31,5 1,54 0,4382
32 – 36 0,0475 3 1,7100 1,2900 1,6641 0,9732
36,5 2,19 0,4857
Jumlah 36 4,95
118
=
=
=
= 11,1
<
Kesimpulan: 4,95 < 11,1 maka data berdistribusi normal
119
TES AWAL KELAS KONTROL
1. Rentang = Data Terbesar –Data Terkecil
= 35 – 7
= 28
2. Banyak Kelas = 1 + 3,3 log 44
= 1 + 3,3 (1,643)
= 6,42 (Kelas yang diambil 6)
3. Panjang Interval =
= 4,67 (Panjang kelas yang di ambil 5)
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI TES AWAL KELAS KONTROL
Nilai Tesf
f . - ( - )2 f ( - )2
7 – 118 9 72 -11,02 121,50 972,00
12 - 166 14 84 -6,02 36,27 217,64
17 - 2111 19 209 -1,02 1,05 11,51
22 – 2610 24 240 3,98 15,82 158,19
27 - 316 29 174 8,98 80,59 483,55
32 - 363 34 102 13,98 195,36 586,09
Jumlah44 881 2428,98
120
121
UJI NORMALITAS DATA TES AWAL KELAS KONTROL
Kelas Interval
Batas kelas
Z hitung
Z table L ( )2
6,5 -1,80 0,4641
7-11 0,0933 8 4,1052 3,8948 15,1695 3,6952
11,5 -1,13 0,3708
12– 16 0,19 6 8,3600 -2,3600 5,5696 0,6662
16,5 -0,47 0,1808
17 – 21 0,2601 11 11,4444 -0,4444 0,1975 0,0173
21,5 0,20 0,0793
22 – 26 0,2258 10 9,9352 0,0648 0,0042 0,0004
26,5 0,86 0,3051
27 – 31 0,1319 6 5,8036 0,1964 0,0386 0,0066
31,5 1,53 0,4370
32 – 36 0,0487 3 2,1428 0,8572 0,7348 0,3429
36,5 2,19 0,4857
Jumlah 44 4,7286
122
=
=
=
= 11,1
<
Kesimpulan: 4,72 < 11,1 maka data berdistribusi normal
123
TES AKHIR KELAS EKSPERIMEN
1. Rentang = Data Terbesar –Data Terkecil
= 65 – 37
= 28
2. Banyak Kelas = 1 + 3,3 log 36
= 1 + 3,3 (1,556)
= 6,13 (Kelas yang diambil 6)
3. Panjang Interval =
= 4,67 (Panjang kelas yang di ambil 5)
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI TES AKHIR KELAS EKSPERIMEN
Nilai Tesf
f . - ( - )2 f ( - )2
37-415 39 195 -11,81 139,37 696,86
42-466 44 264 -6,81 46,32 277,89
47-519 49 441 -1,81 3,26 29,34
52-567 54 378 3,19 10,20 71,43
57-615 59 295 8,19 67,15 335,74
62-664 64 256 13,19 174,09 696,37
Jumlah 36 1829 2107,64
124
UJI NORMALITAS DATA TES AKHIR KELAS EKSPERIMEN
Kelas Interval
Batas kelas
Z hitung
Z table L ( )2
36,5 -1,84 0,4671
37-41 0,0822 5 2,9592 2,0408 4,1649 1,4074
41,5 -1,20 0,3849
42-46 0,1761 6 6,3396 -0,3396 0,1153 0,0182
46,5 -0,55 0,2088
47-51 0,2447 9 8,8092 0,1908 0,0364 0,0041
51,5 0,09 0,0359
52-56 0,2314 7 8,3304 -1,3304 1,7700 0,2125
56,5 0,73 0,2673
57-61 0,1489 5 5,3604 -0,3604 0,1299 0,0242
61,5 1,38 0,4162
62-66 0,0621 4 2,2356 1,7644 3,1131 1,3925
66,5 2,02 0,4783
Jumlah 36 3,06
125
=
=
=
= 11,1
<
Kesimpulan: 3,06 < 11,1 maka data berdistribusi normal
126
TES AKHIR KELAS KONTROL
1. Rentang = Data Terbesar –Data Terkecil
= 60 – 32
= 28
2. Banyak Kelas = 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 (1,477)
= 5,87 (Kelas yang diambil 6)
3. Panjang Interval =
= 4,67 (Panjang kelas yang di ambil 5)
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI TES AKHIR KELAS KONTROL
Nilai Tesf
f . - ( - )2 f ( - )2
32-36 6 34 204 -11,82 139,67 838,02
37-41 8 39 312 -6,82 46,49 371,90
42-46 8 44 352 -1,82 3,31 26,45
47-51 10 49 490 3,18 10,12 101,24
52-56 10 54 540 8,18 66,94 669,42
57-61 2 59 118 13,18 173,76 347,52
Jumlah 44 2016 2354,55
127
UJI NORMALITAS DATA TES AKHIR KELAS KONTROL
Kelas Interval
Batas kelas
Z hitung
Z table L ( )2
31,5 -1,93 0,4732
32-36 0,077 6 3,388 2,612 6,8225 2,0137
36,5 -1,26 0,3962
37-41 0,1772 8 7,7968 0,2032 0,0413 0,0053
41,5 -0,58 0,2190
42-46 0,2549 8 11,2156 -3,2156 10,3401 0,9219
46,5 0,09 0,0359
47-51 0,2435 10 10,714 -0,714 0,5098 0,0476
51,5 0,77 0,2794
52-56 0,1457 10 6,4108 3,5892 12,8824 2,0095
56,5 1,44 0,4251
57-61 0,0579 2 2,5476 -0,5476 0,2999 0,1177
61,5 2,12 0,4830
Jumlah 44 5,12
128
=
=
=
= 11,1
<
Kesimpulan: 5,12 < 11,1 maka data berdistribusi normal
129
UJI HOMOGENITAS
Untuk menguji homogenitas, digunakan statistik uji-F dengan rumus:
=
1. Skor tes awal kelas eksperimen dan kontrol
a. Data se = 9,46 dan sk = 7,94
dengan se = simpangan baku kelas eksperimen
sk = simpangan baku kelas kontrol
b. Hipotesis yang akan diuji
H0 = Hipotesis pembanding, kedua varians sama atau homogen
Ha = Hipotesis kerja, kedua varians tidak sama atau heterogen
c. Nilai Fhitung
Simpangan baku kelas eksperimen lebih besar dari simpangan baku kelas
kontrol, maka:
= = = 1,04
d. Nilai Ftabel dengan dengan derajat kebebasan, dke = 36 – 1, dkk = 44 – 1 dan
α = 0,05.
Nilai Ftabel dengan dk (35:43) dan α = 0,05 = 1,66
e. Uji hipotesis
130
Fhitung = 1,04 dan Ftabel 1,66 sehimgga Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha
ditolak. Dengan demikian varians skor tes awal (kelas eksperimen dan
kelas kontrol) adalah homogen.
2. Skor tes akhir kelas eksperimen dan kontrol
a. Data se = 7,76 dan sk =7,40
dengan se = simpangan baku kelas eksperimen
sk = simpangan baku kelas kontrol
b. Hipotesis yang akan diuji
H0 = Hipotesis pembanding, kedua varians sama atau homogen
Ha = Hipotesis kerja, kedua varians tidak sama atau heterogen
c. Nilai Fhitung
simpangan baku kelas eksperimen lebih besar dari simpangan baku kelas
kontrol, maka:
= = = 0,91
d. Nilai Ftabel dengan dengan derajat kebebasan, dke = 36 – 1, dkk = 44 – 1 dan
α = 0,05.
Nilai Ftabel dengan dk (35:43) dan α = 0,05 = 1,66
e. Uji hipotesis
Fhitung = 0,91 dan Ftabel 1,66 sehingga Fhitung < Ftabel maka H0 diterima Ha
ditolak. Dengan demikian varians skor tes akhir (kelas eksperimen dan
kelas kontrol) adalah homogen.
131
UJI KESAMAAN DUA RATA-RATA
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 =Hipotesis pembanding, rata-rata skor kelas eksperimen sama dengan rata-
rata skor kelas kelas kontrol
Ha = Hipotesis kerja, rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata
skor kelas control
1. Uji kesamaan dua rata-rata skor tes awal
a. Data
=19,70 , Se = 7,67, ne =36
=20,02, Sk = 7,52 nk =44
b. Nilai thitung
Kedua kelompok data adalah normal dan homogen, maka menggunakan
uji-t, dengan rumus:
dengan
Terlebih dahulu dicari simpangan baku gabungan kedua kelompok, yaitu:
132
Setelah didapat nilai simpangan baku, maka dicari nilai thitung dengan
menggunakan uji-t dengan rumus:
c. Nilai ttabel dengan derajat kebebasan dk = ne + nk – 2 = 35 + 44 -2 =
78 dan α = 0,05. Nilai dk = 78 tidak terdapat di dalam tabel, maka nilai
133
ttabel ditentukan dengan menggunakan harga t dengan dk = 60 dan dk = 120
dibagi 2 sehingga diperoleh:
ttabel = t(1-½α)
ttabel = t(1-½(0,05))
trabel = t(1-0,025)
ttabel = t(0,975)
ttabel = 1,99
d. Uji Hipotesis
thitung =0,19 dan ttabel =1,99, karena thitung < ttabel , maka Ho diterima.
Dengan demikian kedua rata-rata skor tes awal kelas eksperimen dan kelas
kontrol adalah sama.
2. Uji kesamaan dua rata-rata skor tes akhir
a. Data
= 50,81 Se = 7,76 ne =36
= 45,81 Sk = 7,40 nk =44
b. Nilai thitung
Kedua kelompok data adalah normal dan homogen, maka menggunakan
uji-t, dengan rumus:
dengan
Terlebih dahulu dicari simpangan baku gabungan kedua kelompok, yaitu:
134
Setelah didapat nilai simpangan baku, maka dicari nilai thitung dengan
menggunakan uji-t dengan rumus:
135
c. Nilai ttabel dengan derajat kebebasan dk = ne + nk – 2 = 36 + 44-2 = 78 dan α
= 0,05. Nilai dk = 78 tidak terdapat di dalam tabel, maka nilai ttabel
ditentukan dengan menggunakan harga t dengan dk = 60 dan dk = 120
dibagi 2 sehingga diperoleh:
ttabel = t(1-½α)
ttabel = t(1-½(0,05))
trabel = t(1-0,025)
ttabel = t(0,975)
ttabel = 1,99
d. Uji Hipotesis
Nilai thitung = 2,94 dan ttabel =1,99, karena thitung > ttabel, maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Dengan demikian rata-rata skor tes akhir kelas
eksperimen lebih besar daripada rata-rata kelas kontrol. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing lebih baik daripada hasil
belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
konvensional.
136
154
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA
Hari / Tanggal : Jum’at / 08 Oktober 2010Pertemuan : I (Satu)Materi : Pemuaian zat padat, cair dan gas
No KelompokIndikator
JumlahRata-rata
KetA B C D E
1 Kelompok 1 √ √ √ √ 8 802 Kelompok 2 √ √ 4 403 Kelompok 3 √ √ √ 6 604 Kelompok 4 √ √ √ 6 605 Kelompok 5 √ √ √ 6 606 Kelompok 6 √ √ 4 40
Jumlah 6 3 2 3 3 340
Rata-rata 100 50 33,3 50 50 56,7 Cukup
Keterangan:A. Menyampaikan MateriB. Diskusi dengan teman sekelompokC. Membuat pertanyaan tepat waktuD. Membuat bola kertas dengan rapi dan tepat waktuE. Melempar bola kertas dan membuat pertanyaan
Catatan: Setiap Indikator yang muncul diberi nilai 2
Muara Kelingi, Oktober 2010 Observer,
(Imam Mahmudi)
154
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA
Hari / Tanggal : Jum’at / 14 Oktober 2010Pertemuan : II (Dua)Materi : Masalah-masalah Pemuaian dalam Kehidupan Sehari-hari
No KelompokIndikator
JumlahRata-rata
KetA B C D E
1 Kelompok 1 √ √ √ √ √ 10 1002 Kelompok 2 √ √ 4 403 Kelompok 3 √ √ √ 6 604 Kelompok 4 √ √ √ √ 8 805 Kelompok 5 √ √ √ √ 8 806 Kelompok 6 √ √ 4 40
Jumlah 6 3 4 4 3 400
Rata-rata 100 50 66,7 66,7 50 66,7 Baik
Keterangan:F. Menyampaikan MateriG. Diskusi dengan teman sekelompokH. Membuat pertanyaan tepat waktuI. Membuat bola kertas dengan rapi dan tepat waktuJ. Melempar bola kertas dan membuat pertanyaan
Catatan: Setiap Indikator yang muncul diberi nilai 2
Muara Kelingi, Oktober 2010 Observer,
(Imam Mahmudi)
154
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA
Hari / Tanggal : Jum’at / 15 Oktober 2010Pertemuan : III (Tiga)Materi : Penerapan Pemuaian dalam Kehidupan Sehari-hari
No KelompokIndikator
JumlahRata-rata
KetA B C D E
1 Kelompok 1 √ √ √ √ √ 10 1002 Kelompok 2 √ √ √ √ √ 10 1003 Kelompok 3 √ √ √ 6 604 Kelompok 4 √ √ √ √ 8 805 Kelompok 5 √ √ √ √ √ 10 1006 Kelompok 6 √ √ √ √ 8 80
Jumlah 6 5 5 5 5 520
Rata-rata 100 83,3 83,3 83,3 83,3 86,7 Sangat Baik
Keterangan:K. Menyampaikan MateriL. Diskusi dengan teman sekelompokM. Membuat pertanyaan tepat waktuN. Membuat bola kertas dengan rapi dan tepat waktuO. Melempar bola kertas dan membuat pertanyaan
Catatan: Setiap Indikator yang muncul diberi nilai 2